Ringkasan Sirah Rasulullah S.A.W
Segala puji bagi Allah SWT pencipta langit dan bumi, pencipta cahaya dan kegelapan, yang mengumpulkan para makhluk di hari perhitungan, hari kemenangan bagi orang yang berbuat baik dan kesengsaraan bagi ahli maksiat. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan benar selain Allah tiada sekutu baginya, dengan persaksian yang bisa membawa kepada kebahagiaan di hari kiamat. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW pemimpin para nabi dan rasul, keluarga dan para sahabatnya yang mulia.
Amma ba’du, ini adalah ringkasan dari sejarah Rasulullah Muhammad SAW yang penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Harapan kami, semoga ia bermanfaat untuk para pembaca.
Beliau adalah Abu al-Qasim Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdimanaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaima bin Mudrikah bin Ilyas bin bin Mudhar bin Nizar bin Maad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya’rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim “Kekasih Allah” (alaihima as-salam) bin Tarih atau Azar bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh (alaihis salam) bin Lamk bin Mutusyalkh bin Akhnukh –yaitu Nabi Idris keturunan Nabi Adam yang pertama menjadi nabi dan yang menulis dengan pena– bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam alaihissalam.
Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Yang dimaksud Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah.
Ibu Rasulullah SAW.
Ibunya adalah Aminah binti Wahb bin Abdimanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib.
Kelahiran Rasulullah saw.
Beliau dilahirkan di Mekah pada tahun Gajah bulan Rabiul Awal, tanggal dua, hari Senin. Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau dilahirkan setelah tiga puluh tahun dari tahun gajah. Sebagian lagi mengatakan setelah empat puluh tahun dari tahun gajah. Pendapat yang benar adalah pada tahun gajah.
Kematian Ayah, Ibu, dan Datuknya
Ayahnya meninggal dunia ketika ia berusia dua puluh lapan bulan. Menurut sebahagian ulama usianya tujuh bulan ketika ayahnya meninggal. Ada lagi yang berpendapat bahwa ayahnya meninggal di perkampungan an-Nabighah ketika ia masih janin. Dan dikatakan pula bahwa ayahnya wafat di daerah Abwa yang terletak antara Makkah dan Madinah.
Abu Abdillah Zubair bin Bakkar az-Zubairi berkata: Abdullah bin Abdul Mutthalib wafat di Madinah ketika Muhammad berusia dua bulan.
Sedangkan ibunya meninggal dunia ketika ia berusia empat tahun. Sementara datukya meninggal dunia ketika usia Muhammad lapan tahun. Dikatakan pula bahawa ibunya wafat ketika ia berusia enam tahun.
Penyusuan Muhammad Rasulullah SAW
Nabi Muhammmad SAW disusui oleh Tsuwaibah budak Abu Lahab bersama dengan penyusuan Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi dengan air susu anaknya yang bernama Masruh. Kemudian Muhammad SAW disusui oleh Halimah binti Abi Dzuaib as-Sa’diyah.
Nama-nama Rasulullah SAW
Jubair bin Mut’im berkata, Rasulullah SAW bersabda:
‘Saya adalah Muhammad, saya adalah Ahmad, saya adalah al-Mahi yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekufuran, saya adalah al-Hasyir yang mengumpulkan manusia, saya adalah al-A’qib yang tidak ada nabi lagi setelahku’. (Hadis sahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)Abu Musa Abdullah bin Qais berkata: “Rasulullah SAW memberikan dirinya beberapa nama di antaranya ada yang kami hafal. Beliau mengatakan:
‘Saya Muhammad, saya Ahmad, saya al-Muqaffi, saya Nabi taubat dan Nabi rahmat.’ Dalam riwayat lain: ‘dan Nabi peperangan’.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Muslim)Jabir bin abdillah berkata, Rasulullah SAW bersabda:
‘Saya Ahmad, saya Muhammad, saya al-Hasyir (yang mengumpulkan), saya al-Mahi (yang dengan sebabku Allah SWT menghapus kekefuran), dan pada hari kiamat nanti panji kemuliaan berada di tanganku. Aku pemimpin para rasul dan pemilik syafaat mereka.”Allah SWT memberikan nama kepadanya di dalam Al-Quran dengan nama Basyir (pembawa kabar baik), Nadzir (pembawa berita buruk), Rauf (lemah lembut), Rahim (penyayang), dan Rahmatan lilalamin (pembawa rahmat buat alam semesta).
Masa kecilnya di Mekah, perjalanannya menuju Syam bersama pakciknya Abu Talib dan pernikahannya dengan Khadijah.
Muhammad dalam keadaan yatim piatu diasuh oleh datukya Abdul Mutthalib kemudian oleh pakciknya Abu Talib.
Allah SWT mensucikannya dari kotoran-kotoran jahiliyah dan dari semua aib. Allah SWT menganugerahkan semua sifat-sifat yang baik sehingga Beliau dikenal di kalangan kaumnya dengan julukan Al-Amin (orang yang jujur) karena amanah, kejujuran dan kesuciannya.
Ketika usianya mencapai dua belas tahun ia mengadakan perjalanan ke Syam bersama pamannya. Ketika sampai di Bushra seorang pendeta bernama Bahira melihatnya. Ia mengenalnya dengan ciri-ciri yang ada pada Muhammad SAW. Buhaira mendatangi Muhammad, mengambil tangannya dan berkata: “Inilah tuan untuk semesta alam, inilah utusan Rabb semesta alam, inilah nabi yang akan diutus untuk semesta alam.” Buhaira ditanya: “Dari mana kamu tahu hal ini?” Ia berkata: “Sesungguhnya ketika kalian datang dari Aqabah tidak ada pepohonan dan bebatuan kecuali semuanya sujud. Dan ini tidak dilakukan kecuali kepada nabi. Dan kami mendapatkan hal ini dari kitab suci kami.” Kemudian ia meminta Abu Talib untuk kembali bersamanya karena khuatir terhadap kejahatan orang-orang Yahudi kepadanya.
Kemudian Muhammad mengadakan perjalanan ke Syam yang kedua kali bersama Maysarah pembantu Khadijah RA untuk berniaga di pasar kota Bushra sebelum Khadijah dinikahi oleh Muhammad.
Ketika Muhammad berusia dua puluh lima tahun, baginda menikahi Khadijah. Dan ketika usianya empat puluh tahun Allah SWT memilihnya untuk membawa risalah-Nya. Jibril mendatanginya ketika Muhammad berada di gua Hira yang terletak di sebuah gunung di Makkah. Semenjak itu jadilah Baginda sebagai Rasullullah. Beliau berdakwah di Mekah selama tiga belas tahun, menurut pendapat lain lima belas tahun atau sepuluh tahun, pendapat yang benar adalah tiga belas tahun.
Rasulullah SAW solat menghadap Baitul Maqdis selama di Makkah tanpa membelakangi Ka’bah tetapi menjadikan Ka’bah di depannya. Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW solat menghadap ke Baitul Maqdis selama tujuh belas atau enam belas bulan.
Hijrah Rasulullah SAW
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar as-Siddiq ra dan budaknya Amir bin Fuhairah serta seorang penunjuk jalan Abdullah bin al-Uraiqit al-Laitsi yang masih kafir. Selanjutnya Rasulullah SAW berdakwah di Madinah selama sepuluh tahun.
Wafatnya
Rasulullah SAW wafat dalam usia enam puluh tiga tahun. Ada juga pendapat yang mengatakan Beliau wafat dalam usia enam puluh lima atau enam puluh, namun pendapat pertama adalah pendapat yang benar.
Rasulullah SAW wafat pada waktu dhuha hari Isnin dua belas Rabiul Awal. Pendapat lain mengatakan tanggal dua atau tanggal satu Rabiul Awal.
Beliau dimakamkan pada malam Rabu. Pendapat lain mengatakan malam Selasa. Sebelum wafat, Rasullullah SAW menderita sakit selama dua belas atau empat belas hari.
Rasulullah SAW dimandikan oleh Ali bin Abi Talib, pakciknya Abbas, al-Fadhl bin Abbas, Qutsam bin Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran serta dihadiri pula oleh Aus bin Khaula al-Anshari.
Beliau dikafani dengan tiga lapis kain putih yang dibuat di Sahul –sebuah negeri di Yaman — tanpa gamis dan serban. Kemudian kaum muslimin mensolatinya sendiri-sendiri tanpa jamaah.
Jasad Rasulullah SAW diletakkan di atas sehelai kain merah yang dipakainya untuk selimut lalu dimasukkan ke dalam kubur oleh Abbas, Ali, al-Fadhl, Qutsam dan Syuqran kemudian ditutup dengan sembilan batu.
Rasulullah SAW dimakamkan di tempat Beliau wafat yaitu sekitar tempat tidurnya di kamar Aisyah ra dan di tempat itu pula dimakamkan Abu Bakar ra dan Umar ra.
Putra-putri Rasulullah SAW
Rasulullah SAW memilik tiga orang putra yaitu:
1. Al-Qasim, dilahirkan di Makkah sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi. Al-Qasim meninggal di Mekah pada usia dua tahun. Namun menurut Qatadah, Al-Qasim meninggal ketika ia sudah boleh berjalan.
2. Abdullah, dinamakan juga dengan at-Thayyib (yang baik) dan at-Thahir (yang suci) karena ia dilahirkan sesudah Islam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa at-Thayyib dan at-Thahir ini adalah putra Rasulullah SAW yang lain, namun pendapat pertama adalah yang benar.
3. Ibrahim, dilahirkan dan wafat di Madinah tahun sepuluh hijriah pada usia tujuh belas atau lapan belas bulan. Ada pendapat yang mengatakan Rasulullah SAW memiliki putra lain yang bernama Abdul Uzza tapi pendapat ini sangat lemah karena Allah SWT telah mensucikan dan melindungi Nabi SAW dari hal demikian (penamaan anak Abdul Uzza yang berarti hamba Uzza nama salah satu berhala Quraisy-pentj.)
Putri-putri Rasulullah SAW
1. Zainab, menikah dengan Abu Al-Ash bin Rabi’ bin Abdul Uzza bin Abdul Syams sepupu Zainab, karena ibunya adalah Hala binti Khuwailid (saudara dari Khadijah binti Khuwailid). Zainab mempunyai anak bernama Ali yang meninggal waktu kecil dan Umamah yang digendong oleh Nabi SAW waktu solat dan setelah dewasa menikah dengan Ali bin Abi Talib setelah Fatimah wafat.
2. Fatimah, menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Dari pernikahan tersebut Fatimah melahirkan Hasan, Husain, Muhassin yang meninggal waktu kecil, Ummu Kultsum yang menikah dengan Umar bin Khattab, dan Zainab yang menikah dengan Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib.
3. Ruqayyah, menikah dengan Ustman bin Affan. Meninggal di pangkuan Ustman. Ustman lalu menikahi Ummu Kultsum (adik Ruqayyah) yang juga meninggal di pangkuannya. Ruqayyah memiliki seorang putra yang bernama Abdullah sehingga Ustman dipanggil dengan kunyah Abu Abdullah.
Putri-putri Rasulullah SAW empat orang tanpa ada perbezaan pendapat ulama mengenai hal ini sedangkan putra-putranya tiga orang berdasarkan pendapat yang benar.
Urutan putra-putri Rasulullah SAW adalah sebagai berikut: Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kultsum, Abdullah, dan Ibrahim yang lahir di Madinah. Semuanya adalah putra-putri dari Khadijah kecuali Ibrahim yang lahir dari Maria Al-Qibtiyah dan semuanya meninggal sebelum Muhammad menjadi rasul kecuali Fatimah yang meninggal enam bulan setelah kematian Rasulullah SAW.
Haji dan Umrah Rasulullah SAW
Hammam bin Yahya meriwayatkan dari Qatadah ia berkata: Saya bertanya kepada Anas: “Berapa kali Nabi SAW melaksanakan haji?” Anas menjawab: “Satu kali dan umrah empat kali. Pertama ketika dihalangi kaum musyrikin, kedua tahun berikutnya ketika mengadakan perjanjian (Hudaibiah), ketiga umrahnya dari Ji’ranah setelah membagikan harta rampasan perang Hunain dan yang keempat umrahnya bersama haji.” (Hadits Muttafaq alaih)
Kesemuanya ini setelah hijrah ke Madinah. Adapun haji dan umrah yang dilakukan Nabi SAW ketika di Makkah tidak diketahui. Dan haji yang dilakukannya adalah haji wada (perpisahan), yaitu ketika Nabi SAW menyatakan salam perpisahan kepada umatnya dan berkata: “Mungkin kalian tidak akan melihatku lagi setelah tahun ini.”
Peperangan Rasulullah SAW
Menurut pendapat masyhur yang dikatakan Muhammad bin Ishak, Abu Ma’syar, Musa bin Uqbah dan yang lainnya Rasulullah SAW mengikuti langsung dua puluh lima peperangan. Dan ada yang mengatakan dua puluh tujuh peperangan. Sedangkan jumlah pengiriman pasukan dan peperangan yang tidak diikuti Nabi SAW sekitar lima puluhan.
Di antara dua puluh lima peperangan tersebut yang terjadi pertempuran sebanyak sembilan kali yaitu di Badar, Uhud, Khandak, Bani Quraizhah, Mushthaliq, Khaibar, Fathu Makkah, Hunain dan Thaif. Ada yang mengatkan terjadi pertempuran juga di Wadil Qura, al-Ghaba dan Bani Nadhir.
Sumber: http://suryadhie.wordpress.com/
Indahnya Rupa Fizikal Rasulullah S.A.W
Bismillah walhamdulillah. Allahumma solli `ala Muhammad wa `ala ali Muhammad, kama sollaiTA `ala Ibrahim wa `ala ali Ibrahim. InnaKA Hamidun Majid.
Berikut ini saya petik beberapa hadith yang menerangkan ciri-ciri fizikal insan yang kita telah banyak terhutang budi dengannya, insan yang kita cinta, insan yang kita kasih, insan yang kita ikut, iaitu Rasulullah SAW.
Hadith 1:
Jabir bin Samurah radhiAllahu `anhu berkata:
“Aku melihat Rasulullah pada suatu malam yang diterangi bulan purnama. Pada waktu itu, Baginda memakai pakaian berwarna merah. Aku memandang Baginda dan bulan silih berganti. Bagiku, Baginda lebih indah daripada bulan purnama” (HR at-Tirmidzi)Hadith 2:
Anas bin Malik radhiAllahu `anhu berkata:
“Rasulullah bukanlah orang yang terlalu tinggi, namun bukan juga terlalu pendek, (kulitnya) tidak putih pucat juga tidak sawo matang, (rambutnya ikal) tidak terlalu kerinting dan tidak juga lurus. Baginda diutus oleh ALLAH menjadi Rasul pada usia empat puluh tahun. Baginda diwafatkan oleh ALLAH dalam usia enam puluh tahun, dalam keadaan tidak sampai 20 helai uban yang terdapat di kepala dan janggutnya.” (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi)Hadith 3:
Anas bin Malik radhiAllahu `anhu berkata:
“Rasulullah adalah seorang yang mempunyai tubuh yang sedang, tidak tinggi dan tidak rendah, bentuk tubuhnya bagus. Rambutnya tidak kerinting dan tidak lurus. Warna kulit Baginda putih kemerahan. Jika berjalan, pergerakannya condong ke hadapan.” (HR al-Bukhari dan at-Tirmidzi)Hadith 4:
Al-Bara’ bin `Azib radhiAllahu `anhu berkata:
“Rasulullah merupakan seorang lelaki yang bertubuh sederhana (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah), jarak antara kedua-dua bahunya lebar (bahunya bidang). Rambut yang lebat terurai ke bahu sampai ke telinganya. Apabila Baginda memakai pakaian berwarna merah, aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih tampan daripadanya.” (HR at-Tirmidzi, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud)Hadith 5:
Al-Bara’ bin `Azib radhiAllahu `anhu berkata:
“Aku tidak pernah melihat orang yang memiliki rambut yang menyentuh sehingga bawah telinga (antara cuping telinga dan bahu), dengan memakai pakaian yang berwarna merah, yang lebih tampan daripada Rasulullah. Baginda memiliki rambut yang mencecah kedua-dua bahunya. Kedua-dua belah bahu Baginda bidang. Baginda bukanlah seorang yang rendah dan bukan juga tinggi.” (HR Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi)Hadith 6:
Ali bin Abi Talib radhiAllahu `anhu berkata:
“Rasulullah tidak tinggi dan tidak rendah. Telapak tangan dan kakinya terasa tebal (dagingnya) namun lembut. Kepalanya besar, tulang sendi besar. Terdapat bulu yang jelas dari dada sehingga pusatnya. Apabila Baginda berjalan, pergerakannya condong ke hadapan seolah-olah sedang turun dari tempat yang tinggi. Tidak pernah aku lihat orang yang setanding dengan Baginda, samada sebelum (Baginda lahir) mahupun selepas (Baginda meninggal dunia)” (HR at-Tirmidzi)Hadith 7:
Ali bin Abi Talib radhiAllahu `anhu bercerita tentang sifat Rasulullah sallAllahu `alaihi wasallam:
Rasulullah tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu pendek. Baginda bertubuh sederhana dalam kalangan kaumnya. Rambutnya tidak kerinting bergulung dan tidak juga lurus kaku, melainkan ikal beralun. Badannya tidak gemuk, bentuk wajahnya tidak bulat, tetapi bujur telur.Hadith 8:
Kulitnya putih kemerah-merahan. Matanya hitam pekat dan bulu matanya lentik. Tulang sendinya gagah, bahunya bidang. Badannya bersih daripada bulu dan rambut, tetapi mempunyai bulu yang memanjang dari dada sampai pusat. Telapak tangan dan kakinya terasa tebal.
Apabila Rasulullah berjalan, pergerakannya kelihatan tegap (kakinya diangkat dengan kekuatan), seolah-olah Baginda sedang turun dari tempat yang tinggi. Apabila Baginda berpaling, kedua-dua bahunya berpaling serentak (seluruh badannya turut berpaling). Di antara kedua-dua bahunya, terdapat khatamun-nubuwwah, iaitu tanda kenabian nabi. Rasulullah merupakan seorang manusia yang hatinya paling pemurah. Baginda adalah orang yang kata-katanya paling jujur.
Manusia yang perangainya paling lembut dan paling ramah dalam pergaulan. Sesiapa yang melihatnya buat kali pertama, pasti akan menaruh rasa hormat dan segan kepadanya. Sesiapa yang berkenalan dengan Baginda tentu nanti akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifat Rasulullah, tentunya akan berkata “Belum pernah aku melihat seseorang yang setanding dengannya, samada sebelum kelahirannya ataupun sesudah Baginda meninggal dunia.” (HR at-Tirmidzi)
Hasan bin Ali berkata, “Aku pernah bertanya mengenai sifat Rasulullah kepada pakcikku yang bernama Hind bin Abu Halah (yang memiliki nama samaran Abu `Abdullah). Hind bin Abu Halah adalah orang yang banyak mengetahui sifat Rasulullah. Aku sangat berharap Hind dapat menceritakan beberapa sifat Rasulullah kerana aku mahu mencontohi Baginda. Inilah yang dikisahkan oleh Hind:
“Rasulullah adalah seorang lelaki yang berwibawa. Wajahnya cerah berseri bagaikan rembulan yang bersinar pada malam hari. Baginda lebih tinggi daripada orang yang sederhana dan lebih rendah daripada orang yang tinggi. Kepalanya besar (padan dengan dadanya yang bidang dan tubuhnya gagah).Itulah antara beberapa hadith yang dimuatkan di dalam Syama’il Muhammadiah yang sempat saya salin berkenaan rupa bentuk fizikal Rasulullah sallAllahu `alaihi wasallam. Nombor-nombor hadith yang saya sebut di atas tidak mengikut susunan seperti dalam kitab tersebut.
Rambutnya beralun. Apabila rambut bahagian depannya terurai, Baginda membuat belahan dua. Jika tidak membelah dua, hujung rambutnya dibiarkan sampai cuping telinga, namun tidak melepasi had itu. Rasulullah menjadikan rambutnya sebagai wafroh (rambut tidak lebih telinga). Warna kulitnya putih kemerah-merahan.
Dahinya luas. Keningnya panjang melengkung bagaikan dua busur panah yang terpisah. Di antara kedua-dua keningnya, ada urat yang kelihatan memerah ketika sedang marah. Hidung Rasulullah mancung, di hujung hidungnya ada cahaya yang memancar, sehinggakan orang yang melihatnya betul-betul, akan menyangka hidung Baginda lebih mancung (daripada yang sebenarnya).
Janggutnya tebal, kedua-dua pipinya mulus, mulutnya lebar. Giginya agak jarang, namun teratur rapi. Bulu dadanya halus. Lehernya indah, tegak dan kuat.
Bentuk tubuhnya sederhana, badannya berisi seimbang, perut dan dadanya sama rata. Dadanya lebar, kedua-dua bahunya bidang dan tulang sendinya besar. bahagian badannya yang tidak ditumbuhi rambut kelihatan bersih bercahaya.
Dari pangkal leher sampai pusat, bulu yang tebal tumbuh seperti garisan. Kedua-dua puting susu dan perutnya bersih. Kedua-dua bahu dan dada bahagian atas berbulu halus.
Kedua-dua ruas tulang tangannya panjang, telapak kakinya lebar. Kedua-dua telapak tangan dan kakinya terasa tebal, jari-jarinya panjang, lekukan telapak kakinya (bahagian tengah) tidak menyentuh tanah. Kedua-dua kakinya halus sehingga air tidak melekat di kulit kakinya.
Apabila Rasulullah berjalan, kakinya diangkat dengan kesungguhan. Baginda melangkah dengan mantap dan berjalan dengan tenang dan tawadhu`. Jika Baginda berjalan, pergerakannya cepat seolah-olah Baginda sedang turun dari tempat yang tinggi. Apabila dipanggil, Baginda akan memalingkan kedua-dua bahunya serentak.
Pandangan matanya terarah ke bawah. Baginda menundukkan kepala menatap ke arah bumi lebih lama daripada memandang ke langit.
Apabila ada sahabat berjalan, Rasulullah akan berjalan di belakangnya. Apabila bertemu dengan orang lain, Baginda yang akan terlebih dahulu memberi salam.” (HR at-Tirmidzi)
Sumber: http://muzir.wordpress.com/
10 Ciri Suami Mithali
1. Berpakaian kemas, bersih dan wangi untuk isteri anda.
Bilakah kali terakhir anda beli baju tidur yang mahal ? Seperti juga kita mahukan isteri kita berpakaian cantik untuk kita, mereka juga mahukan suami mereka lakukan perkara yang sama juga. Ingat bahawa Rasullullah S.A.W. akan sentiasa menggunakan miswak (kayu sugi) apabila balik rumah dan sentiasa gemarkan bau – bauan yang wangi.
Gunalah nama yang terbaik untuk panggil isteri anda dan elakkan guna nama yang boleh buatkan hati dia terguris. Panggilan yang manja akan membuat hubungan anda sentiasa mesra.
3. Jangan layan dia seperti ‘lalat’.
Kita tidak pernah fikirkan pasal lalat setiap hari kita kecuali bila dia datang mengganggu kita. Sama juga seperti isteri, dia telah lakukan tanggungjawab sebagai seorang isteri setiap hari tetapi kita tidak pernah menghargainya sehingga dia terbuat silap dan menyusahkan kita. Janganlah kita layan isteri seperti ini, selalulah kita ingat apa kebaikan yang isteri kita lakukan dan fokuskan tentang itu.
4. Elakkan terlampau banyak komplain.
Jika anda terlihat kesalahan yang isteri anda lakukan, cubalah berdiam sahaja dan tidak memberi komen. Iniadalah salah satu cara Rasulullah S.A.W. gunakan apabila baginda melihat sesuatu yang tidak elok dari isterinya. Ini merupakan salah satu ciri yang amat jarang si suami amalkan.
5. Sentiasa senyum dan peluk isteri anda.
Senyum merupakan satu sedekah dan sentiasalah senyum dengan isteri anda. Bayangkan hidup dengan isteri anda sentiasa melihat anda tersenyum. Ingat bahawa terdapat hadith dimana Rasulullah S.A.W. akan mencium isterinya sebelum pergi sembahyang, juga semasa baginda sedang berpuasa.
6. Berterima kasih dengan apa yang telah isteri lakukan kepada anda.
Dan sentiasalah mengucapkan terima kasih. Ambil contoh dimana isteri anda masakkan makanan yang sedap, mengemas rumah dan pelbagai lagi. Kadang – kadang apa yang dia dapat adalah komen dari si suami bahawa sup yang dia masak itu kekurangan garam. Janganlah bersikap begini, berterima kasihlah dengan apa yang dia telah usahakan itu.
7. Mintalah dia tuliskan 10 perkara yang anda telah lakukan membuat dia gembira.
Kemudian lakukan lah perkara itu lagi. Mungkin sukar untuk tahu apa yang dapat membuat isteri anda gembira dan anda tidak perlu untuk teka, tanyalah dia dan ulangkan perkara tersebut sepanjang hidup anda dengan dia.
8. Jangan merendahkan keinginan dia.
Pujuklah dia. Kadang – kala si suami akan mengambil ringan perkara yang diinginkan oleh si isteri. Rasulullah S.A.W. telah memberi contoh apabila insiden dimana Safiyyah binti Hujaj R.A. menangis kerana baginda telah meletakkan dia diatas unta yang perlahan. Baginda membersihkan air mata dan menenangkan dia, kemudian baginda menukarkan dengan unta yang lain.
9. Yang sentiasa berjenaka dan bergurau.
Jadilah seorang suami yang berjenaka dan sentiasa bergurau senda dengan isteri anda.
Lihatlah bagaimana Rasulullah S.A.W. berlumba dengan isteri baginda Aisyah R.A. di padang pasir. Bilakah kali terakhir kita lakukan perkara demikian ?
10. Pesanan Rasulullah S.A.W.
Sentiasa ingat apa yang Rasulullah S.A.W. pesan, “orang yang terbaik dikalangan kamu adalah mereka yang melayan keluarga dia dengan terbaik. Dan akulah orang yang terbaik dikalangan kamu bagi keluarga aku”. Maka dengan hadith ini, anda lakukan lah yang terbaik, insyaAllah akan bahagia dunia dan akhirat.
kesimpulannya, jangan anda lupa untuk sentiasa berdoa dengan Allah memina supaya perkahwinan anda bahagia dunia dan akhirat, sesungguhnya Allah maha mengetahui.
Sumber: http://mindatahwil.blogspot.com/
Bersediakah Anda Menjadi Suami
Kebiasaan masyarakat kita apabila disebut persediaan menjadi suami, mereka menyangka ia adalah memiliki sijil pengajian tinggi, paling kurang diploma. Sudah memiliki kerjaya dengan gaji bulanan minima RM2500, diikuti dengan sebuah rumah dan kereta. Tidak ketinggalan, wang tunai berjumlah RM30,000 untuk urusan perkahwinan seperti duit hantaran, dulang-dulang hantaran, cincin dan belanja kenduri kahwin. Jika seorang lelaki belum memiliki semua ini, dia belum layak untuk bergelar suami.
Namun dalam Islam, ukuran persediaan untuk menjadi suami bukanlah seperti di atas. Persediaan untuk menjadi suami lebih tertumpu kepada kualiti lelaki tersebut dan inilah yang akan diperincikan dalam kolum bulan ini.
Kepimpinan.
Persediaan terpenting ialah bakal suami perlu mengetahui bahawa dia memiliki tanggungjawab sebagai pemimpin ke atas keluarganya. Allah berfirman:
Kaum lelaki itu adalah pemimpin dan pengawal yang bertanggungjawab terhadap kaum perempuan, oleh kerana Allah telah melebihkan orang-orang lelaki (dengan beberapa keistimewaan) atas orang-orang perempuan. - [al-Nisa’ 4:34]Sebagai pemimpin, bakal suami hendaklah memiliki ilmu rumahtangga, akhlak yang menterjemah teori kepada praktikal, disiplin yang tinggi serta wawasan yang luas. Jika sebelum ini pernah menjadi pemimpin, seperti pemimpin kelab, persatuan, rombongan atau jabatan, maka ia adalah pengalaman yang boleh dikembangkan dalam kepimpinan rumahtangga.
Bagi yang belum pernah, maka alam rumahtangga adalah suasana yang baik untuk mula melatih diri menjadi pemimpin. Terasa sukar? Jangan bimbang. Lantiklah isteri anda menjadi timbalan pemimpin untuk bersama-sama saling membantu mengemudi bahtera rumahtangga.
Di sini perlu diingatkan bahawa kepimpinan anda sentiasa dicatit markahnya oleh malaikat di bahu kanan dan kiri. Oleh itu berwaspadalah, jangan menjadi pemimpin yang ego dan zalim. Setiap langkah dan ciri kepimpinan anda akan dipersoalkan semula oleh Allah pada Hari Akhirat kelak.
Ketegasan.
Lanjutan dari ciri seorang pemimpin, bakal suami hendaklah tegas dalam membimbing isteri. Kelak apabila dianugerahkan cahaya mata, suami juga hendaklah tegas dalam membimbing anak-anak. Allah mengingatkan:
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya ada di antara isteri-isteri kamu dan anak-anak kamu yang menjadi musuh bagi kamu; oleh itu awaslah serta berjaga-jagalah kamu terhadap mereka.Oleh itu dalam institusi perkahwinan, suami adalah pemimpin dan bukan yang dipimpin, penjaga dan bukannya dijaga serta pengawal dan bukannya dikawal. Namun ketegasan bukanlah bererti bengis dan menakutkan, sebaliknya hendaklah bersikap …memaafkan dan tidak marahkan (mereka) serta mengampunkan kesalahan mereka.
Dan kalau kamu memaafkan dan tidak marahkan (mereka) serta mengampunkan kesalahan mereka (maka Allah akan berbuat demikian kepada kamu), kerana sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. - [al-Taghabun 64:14]
Pemelihara Dari Api Neraka.
Suami merupakan pemelihara agar ahli keluarga tidak masuk ke dalam api neraka. Firman Allah:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan-bahan bakarannya: Manusia dan batu (berhala); Neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya); mereka tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan. - [al-Tahrim 66:06]Justeru anda perlu melengkapkan diri dengan ilmu-ilmu agama dan seterusnya mendidik ahli keluarga serta memastikan mereka mempraktikannya. Lebih penting, anda hendaklah paling kehadapan dalam mempraktikkan ilmu-ilmu agama tersebut. Jangan sekadar menyuruh ahli keluarga mendirikan solat tetapi anda tidak solat, jangan sekadar menyuruh ahli keluarga menutup aurat tetapi anda mendedahkan aurat. Allah memberi amaran:
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu memperkatakan apa yang kamu tidak melakukannya! Amat besar kebenciannya di sisi Allah kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya. - [al-Saff 61:2-3]
Memberi Nafkah.
Termasuk persediaan menjadi suami ialah kesedaran bahawa anda merupakan sumber kewangan rumahtangga. Justeru anda bertanggungjawab menyediakan nafkah tempat tinggal, keperluan asas dalam tempat tinggal, pakaian, makanan dan minuman kepada ahli keluarganya. Anda juga bertanggungjawab ke atas kesihatan dan perubatan ahli keluarga seandainya mereka jatuh sakit.
Meskipun nafkah rumahtangga berada di atas bahu suami, ini tidaklah bererti suami mesti memiliki pendapat minima yang tertentu jumlahnya. Setiap suami memiliki kemampuan kewangan yang berbeza dan setiap suami berbelanja untuk ahli keluarganya pada kadar kemampuannya. Tidak ada nilai minimum atau maksimum untuk kadar nafkah ini.
Allah berfirman:
Hendaklah orang (suami) yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya dan sesiapa yang di sempitkan rezekinya, maka hendaklah dia memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah kepadanya (sekadar yang mampu). - [al-Thalaq 65:07]Demikianlah beberapa kualiti yang perlu ada pada seorang lelaki untuk dia menjadi seorang suami. Perhatikan bahawa kualiti-kualiti ini tidak ada ukuran minimum dan maksimum atau batasan tertentu bagi menentukan layak atau tidak. Ia adalah kualiti yang nilainya relatif, ia akan bertambah apabila anda berusaha untuk memperbaikinya dan akan berkurang apabila anda mengabaikannya.
Justeru lelaki yang sudah bersedia menjadi suami ialah lelaki yang mengetahui kualiti-kualiti ini, memilikinya dan berazam untuk terus memperbaikinya.
Sumber: http://www.hafizfirdaus.com/
Romantik itu Sunnah Rasulullah S.A.W :)
Rasulullah SAW adalah gedung segala sifat-sifat kesempurnaan yang sukar dicari tandingannya. Allah membimbing baginda dengan didikan-Nya yang terbaik. Sehingga Allah berfirman kepada baginda seraya memuji baginda di dalam surah al-Qalam ayat 4 bermaksud : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Kemuliaan ini bukan sekadar lakonan di hadapan manusia. Namun dibuktikan oleh insan pendamping baginda. Meneliti satu persatu perbuatan, pertuturan dan lenggok gayanya. Mereka ialah serikandi rumahtangga baginda Nabi SAW. Sehinggakan kemuliaan akhlak seorang suami bernama Muhammad bin Abdullah tidak dapat digambarkan oleh Aisyah RA, lalu menisbahkan akhlaknya dengan akhlak kitab suci al-Quran.
Walaupun Rasulullah seorang panglima perang, pemimpin tertinggi umat Islam, namun di sisinya terdapat nilai kasih sayang dan jalan kisah yang cukup romantis antara baginda dan isteri-isterinya. Namun berapa banyak sunnah ini dilupakan lalu suami masakini menggambarkan dirinya bagaikan pemegang kuasa keluarga yang perlu sentiasa kelihatan bengis dan penuh egois.
Siapalah kita berbanding Rasulullah SAW yang jauh kedudukannya lebih mulia dari segala manusia. Namun atas tawaduk dan romantisnya baginda membuatkan umat yang membaca kisah cinta baginda bersama isterinya seolah sedang menghayati novel cinta romantik.
Diberitakan bahawa Rasulullah pernah bermandi air cinta bersama isterinya. Dalam Sahih Bukhari diriwayatkan bahawa Aisyah berkata bahawa : “Aku sering mandi bersama Nabi Muhammad dari satu bekas air yang disebut al-faraq.” Perbuatan Nabi mandi bersama Aisyah tanpa sebarang tabir penghalang menunjukkan ianya satu sunnah. Terutamanya setelah melakukan hubungan intim sesama pasangan.
Romantik gaya Rasulullah SAW boleh diteladani. Walaupun hidup suami isteri masa kini sentiasa disibukkan dengan pekerjaan. Kita juga boleh mengambil sunnah-sunnah romantik Rasulullah SAW bermula dari sebelum keluar bekerja.
Sebagai contoh menghantar isteri ketika hendak keluar rumah seperti yang dilakukan oleh Nabi SAW kepada isterinya Shafiyyah binti Huyay sehinggakan Nabi SAW berkata “Jangan terburu-buru hingga aku mengiringimu (menemani sampai ke pintu)”. Hadis Bukhari dan Muslim. Bahkan Nabi SAW turut membantu isterinya menaiki kenderaan. Di dalam Sahih Bukhari dan Muslim menceritakan bahawa “Nabi Muhammad SAW duduk di sisi unta baginda. Kemudian baginda menekukkan lututnya. Lalu isteri baginda Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut Nabi Muhammad SAW hingga naik atas unta”. Bukankah ini sesuai dipraktikkan dengan membuka pintu kepada isteri seperti zaman memikat isteri dahulu. Ataupun sekali sekala membonceng isteri di belakang seperti dalam riwayat Bukhari yang menyatakan Anas bin Malik menceritakan bahawa ketika pulang dari perang Khaibar salah seorang isteri Rasulullah membonceng di belakangnya.
Apabila waktu cuti hujung minggu atau di malam hari, bawalah isteri bersiar-siar. Ini bukanlah sekadar tips dari seorang pakar motivasi. Namun ianya merupakan suatu sunnah romantis Nabi SAW bersama isterinya. Diberitakan dalam Sahih Bukhari dan Muslim bahawa “Rasulullah apabila datang waktu malam, baginda berjalan bersama Aisyah dan berbincang-bincang dengannya”. Malah apabila baginda ingin keluar baginda akan mengundi siapa yang akan menemaninya untuk keluar bersama. Malah Rasulullah juga membawa Aisyah untuk makan bersama di luar. Sehinggakan suatu ketika Nabi pernah menolak pelawaan jirannya yang berbangsa Parsi untuk makan di rumah mereka sekiranya isterinya Aisyah RA tidak turut diundang bersama. (Hadis riwayat Muslim) Untuk menambahkan romantis terhadap isteri, disarankan suami menyuap sendiri makanan ke mulut isterinya. Sepertimana dalam sahih Bukhari dan Muslim sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya apapun yang kamu nafkahkan, maka hal itu adalah sedekah hingga suapan yang kamu suapkan ke mulut isterimu.” Walaupun hadis ini berkisar tentang pemberian nafkah, namun bukankah menjalin ikatan romantik antara suami isteri itu satu tuntutan.
Romantik sesama suami isteri ini semakin malu untuk diamalkan. Mungkin bagi yang sudah lama berkahwin akan bertambah rasa jelik bermadu kasih dengan isterinya. Namun jika diteliti, sebenarnya sikap romantis ini adalah datang dari Nabi SAW. Sayang apabila kita lebih malu mengamalkan sunnah romantis sesudah berkahwin sedangkan kita tanpa segan silu melakukannya sebelum ianya dihalalkan.
Sebenarnya, gambaran seorang suami yang garang dan bengis bukanlah suatu yang datangnya dari agama. Nabi SAW tidak mendidik para isteri untuk takut kepadanya. Namun didikan sebagai pemimpin rumahtangga yang hebat membuatkan rasa takut itu bertukar menjadi lebih menghormati. Nikmat suasana percintaan itu lebih dihargai apabila suami turut meluang masa bergurau senda dan bermesra seakan-akan baru sehari diijabkabulkan.
Belaian terhadap isteri dapat memupuk kasih antara sesama pasangan. Nabi SAW dalam satu riwayat Ahmad berkata bahawa “ Rasulullah tidaklah setiap hari melainkan baginda selalu mengunjungi isteri-isterinya seorang demi seorang. Rasulullah menghampiri dan membelai mereka secara bergantian”. Adakalanya romantisnya Nabi SAW sehinggakan beliau sengaja bermanja dengan menyandarkan kepalanya kepangkuan isterinya sepertimana yang dipertuturkan Aisyah RA dalam Sahih Bukhari bahawa “Nabi SAW membaca al-Quran (mengulang hafalan) dan kepalanya berada di pangkuanku sedangkan aku dalam keadaan haid”. Bahkan amalan ini berlarutan sehingga detik-detik akhir hayat Rasulullah SAW. Aisyah berkata “ Ketika maut menghampiri Rasulullah SAW, kepala baginda berada diatas pahaku.”Ada suatu hari ketika Aisyah sedang asyik menyaksikan kanak-kanak bermain bersama ibu mereka, datang baginda Nabi SAW mengangkat Aisyah. Lalu baginda mendukung Aisyah di belakang beliau. Aisyah menuturkan bahawa : “Baginda mendirikanku di belakang dan pipiku di atas pipi baginda. Ku letakkan bahuku di atas bahu Rasulullah SAW”. (Bukhari dan Muslim). Begitu juga isteri Nabi SAW sentiasa mendapat kucupan mesra daripada Nabi SAW ketika ingin pergi ke masjid.
Rasulullah bukan seorang yang kaku dan keras. Ia juga seorang manusia yang mempunyai emosi tersendiri. Pemergian baginda telah membuatkan kehangatan rasa rindu di kalangan isterinya. Dikala isteri kesunyian, hadirnya mengungkap keriangan. Sewaktu isteri dalam kedukaan, baginda bukanlah sekadar pemerhati. Namun baginda juga sebagai ubat kedukaan dan kesakitan. Diriwayatkan dari Aisyah bahawa : Nabi Muhammad SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Baginda akan menjadi orang yang sangat lembut dan paling banyak menemani ketika isterinya sakit.” (Bukhari dan Muslim) Hadirnya Nabi SAW mengubat hati para isteri.
Baginda paling banyak bergurau senda bersama isterinya. Suatu hari datang Saodah (salah seorang isteri Nabi SAW) kerumah Aisyah. Lalu Nabi SAW duduk diantara Aisyah dan Saodah dan meletakkan kaki beliau diatas pangkuan mereka. Ketika Aisyah menjemput Saodah makan, ia menolaknya kerana tidak berselera. Lalu Aisyah berkata : “(Demi Allah), makanlah atau aku akan mengotori wajahmu”. Saodah menolak dengan berkata : Aku tidak akan memakannya”.Lalu Aisyah mengambil makanan dan disapukan ke wajah Saodah. Rasulullah SAW tertawa. Kemudian Rasulullah menyuruh Saodah membalas semula dengan mengotori wajah Aisyah. Setelah Saodah mengotori wajah Aisyah, Rasulullah terus tertawa. (an-Nasai’e, Ibn Abi Dunya) Kisah ini merupakan senda gurau Nabi SAW bersama isteri-isterinya. Pernah juga Rasulullah memujuk Aisyah untuk menghilangkan marahnya dengan sengaja memegang hidung Aisyah seperti dalam riwayat Ibnu Sunni.
Begitu romantisnya rumahtangga Rasulullah SAW. Mungkin inilah rahsia cinta sejati yang kekal ke akhir hayat Nabi SAW. Beramah mesra, bergurau senda, belaian dan sentuhan. Sehinggalah ayat-ayat cinta terukir dari bibir seorang Nabi dengan memanggil panggilan manja terhadap isterinya. Suara indah memanggil “Ya Humaira” kepada Aisyah yang bermaksud “Wahai si putih kemerah-merahan atau Mawar merah”. Membuatkan ikatan itu lebih intim. Adakalanya Nabi SAW memanggil Aisyah dengan singkatan manja “Ya Aisy” yang bermaksud kehidupan ketika mana beliau menyampaikan salam daripada Malaikat Jibril untuk Aisyah RA. Dengan membuang huruf terakhir itu menunjukkan besarnya rasa cinta, kemanjaan dan kesayangan yang ditonjolkan dari Nabi SAW.
Sesungguhnya bersikap romantis sesama isteri itu adalah sunnah Nabi SAW. Kita berharap dengan sunnah ini dapat memupuk ikatan yang lebih erat antara sesama pasangan. Bukanlah sunnah ini suatu yang perlu dimalukan untuk diamalkan. Kepada suami, ayuh mengikut petunjuk Nabi dalam berkasih sayang sesama isteri. Andai isteri berasa pelik dari mana datangnya sikap romantis seorang suami. Adakah suami baru sahaja selesai menamatkan buku novel cinta Romeo dan Juliet. Jawablah dengan manja. Romantis ini bukan dari novel biasa, namun romantis ini datangnya daripada hadis Nabi SAW.
Sumber: http://www.imamudasyraf.com/
Mendidik Isteri Cara Rasulullah S.A.W
Suami sebagai pemimpin rumahtangga semestinya sentiasa kreatif dalam mendidik isteri. Allah SWT bekalkan kepada kaum lelaki kekuatan akal yang rasional, tidak terlalu emosional atau mudah didorong oleh perasaan. Lelaki tidak mudah tersinggung berbanding dengan wanita. Jika kekuatan akal ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, ditambah pula dengan kesabaran serta kekuatan jasmani untuk mencari nafkah keluarga, seorang suami akan menjadi pelindung dan pendidik yang berwibawa.
Firman Allah SWT:
“Lelaki adalah pemimpin (pembela dan pelindung) bagi wanita, kerana Tuhan telah melebihkan yang satu dari yang lainnya, dan kerana suami telah menafkahkan sebahagian daripada hartanya.”Kebahagiaan rumahtangga dapai diraih apabila suami dapat menggunakan kekuatan akalnya serta kesabaran dalam menghadapi kerenah dan ragam isteri. Secara mudah, bolehlah dikatakan lelaki adalah makhluk akal manakala wanita adalah makhluk rasa. Perasaan wanita terlalu mudah terusik dengan suasana dan keadaan sekeliling. Oleh itu dalam menghadapi wanita, lelaki hendaklah banyak menggunakan daya fikir. Kalau umpamanya isteri sedang berduka, suami perlu merancang untuk mewujudkan perasaan gembira di dada isteri. Di sinilah perlunya strategi dalam mendidik isteri.
Kaum wanita memang dibekalkan dengan sembilan nafsu dan akal berbanding dengan lelaki hanya satu nafsu dan sembilan akal. Nafsu yang dimaksudkan bukanlah nafsu seks semata-mata tetapi nafsu yang menyebabkan seseorang itu mudah hilang sabar, mudah berprasangka, pemarah, pemboros dalam berbelanja, cepat tersinggung dan sebagainya. Pendek kata, hasil dorongan nafsu itulah lahirnya pelbagai perasaan di dada wanita. Sebab itu dikatakan juga bahawa sembilan persepuluh daripada diri wanita itu ialah perasaan dan satu persepuluh saja pertimbangan akal. Atas dasar inilah isteri mesti dipandu atau dibimbing oleh suami agar segala tindak tanduknya tidak melulu ikut perasaan semata-mata.
Sembilan nafsu pada diri wanita boleh menyebabkan kerosakan pada masyarakat dan keruntuhan rumahtangga jika tidak dipagari dengan ilmu syariat. Mahu tidak mahu suami terpaksa mempelajari sedikit sebanyak ilmu untuk menundukkan wanita atau psikologi wanita serta memenuhkan dada dengan ilmu syariat. Barulah nanti dapat menggunakan kebijaksanaan dalam mendidik isteri sekalipun adakalanya menghadapi ragam isteri yang mencabar kesabaran suami.
Kebijaksanaan mesti disertai pula dengan kesabaran. Kedua-duanya mesti ada pada seorang suami. Kesabaran tanpa kebijaksanaan menyebabkan suami menurut saja kemahuan isteri sehingga isteri lupa daratan. Manakala kebijaksanaan tanpa kesabaran akan menyebabkan suami tewas dengan nafsunya sendiri sehingga bertindak ganas dan boleh mencederakan isteri.
Maknanya, tanpa kesabaran seseorang itu hilang pertimbangan akal dan tidak dapat lagi melihat sesuatu persoalan dengan tenang. Jika kesabaran tidak ada pada diri, ia perlu diusahakan melalui latihan berpandukan ilmu tasauf. Contoh bagaimana kesabaran boleh menundukkan nafsu wanita dapat dilihat pada satu kisah seorang perempuan tua yang suka mengganggu Rasulullah SAW.
Tatkala Rasulullah SAW lalu di sebelah rumahnya, perempuan tua itu akan membaling sampah kepada Rasulullah SAW. Adakalanya dia menaburkan sampah dan serpihan kaca di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh Rasulullah SAW. Bahkan pernah juga dia membaling najis semasa Baginda lalu di sebelah rumahnya. Namun sedikit pun tidak dipedulikan oleh baginda. Suatu hari Rasulullah SAW rasa pelik kerana perempuan tua itu tidak menghalangi lagi perjalanannya baik dengan serpihan kaca mahupun dengan sampah yang dibalingkan. Apabila pulang dari masjid, baginda bertanya kepada jiran perempuan tersebut. Rupa-rupanya perempuan itu sakit. Lalu Baginda naik ke rumahnya dengan tujuan untuk berziarah. Rasulullah SAW bertanyakan khabar dan tolong memasakkan air untuk perempuan tua itu. Alangkah terkejutnya perempuan tersebut melihat akhlak Baginda yang sanggup menziarahi dan membantunya tatkala dia sedang sakit. Akhirnya dengan sifat sabar, Rasulullah menghadapi kerenah perempuan tua itu, menyebabkan terbuka hatinya untuk mengucap dua kalimah syahadah.
Dalam peristiwa yang lain, pernah Rasulullah SAW melintasi sekumpulan kaum perempuan, lalu Baginda memberi salam. Namun tiada seorang pun yang menjawab salam baginda. Rasulullah SAW memberi salam sekali lagi. Mereka masih diam juga. Akhirnya setelah tiga kali Rasulullah beri salam, barulah mereka menjawab salam baginda. Apabila ditanya mengapa mereka tidak menyahut salam yang pertama dan kedua, mereka menjawab: “Kami sengaja mahu Rasulullah SAW mendoakan untuk kami.”
Begitu Rasulullah SAW mendidik kaum wanita. Walaupun sesekali kesabaran baginda rasanya tercabar, tetapi Baginda masih dapat menunjukkan akhlak yang paling baik. Kadangkala apabila berhadapan dengan kaum perempuan yang pendek akalnya, kaum lelaki mudah naik angin. Memang tidak dinafikan ada masanya perempuan mengambil masa untuk memahami sesuatu perkara. Tetapi kaum lelaki mestilah menyedari hakikat bahawa kaum perempuan memang sediakala lemah pemikirannya. Oleh itu, suami mestilah bersedia untuk mendidik isteri dengan penuh kasih sayang tanpa rasa jemu walaupun mengambil masa yang panjang.
Suatu ketika datang seorang perempuan berjumpa Rasulullah SAW dan bertanya tentang mandi hadas. Rasulullah SAW menjawab:
“Ambillah sepotong kain perca yang sudah dikasturikan lalu berwuduk dengannya.” Perempuan itu terpinga-pinga kerana tidak memahami keterangan Rasulullah. Lantas dia mengulangi lagi pertanyaannya: “Bagaimana saya hendak berwuduk dengan itu?” Sekali lagi Rasulullah mengulangi jawapan baginda. Tetapi perempuan yang bertanya masih belum memahaminya. Lalu Rasulullah SAW meminta kepada Siti Aishah r.a. supaya menerangkan kepada perempuan itu. Maka Siti Aishah pun berkata: “Ambil sepotong kapas yang bersih, lalu letakkan di tempat darah. Jika kapas itu tetap putih tanda haid sudah berhenti.”Yang dimaksudkan dengan unsur kasih sayang dalam mendidik isteri bukanlah sekadar kata-kata asmara dana atau pujuk rayu. Tetapi ia lebih daripada itu. Sifat dan perwatakan suami itu sendiri hendaklah mempunyai ciri pengasih, sekalipun jika dia seorang pemimpin. Ada waktu-waktu yang tertentu apabila suami bersama isteri, suami hendaklah merendahkan sifat egonya, seperti mana yang dibuat oleh Rasulullah SAW tatkala bersama Siti Aishah.
Sewaktu Rasulullah SAW dinikahkan dengan Siti Aishah, umur baginda 55 tahun manakala Siti Aishah baru enam tahun dan mereka bersama tatkala Siti Aishah berusia sembilan tahun. Semasa melayan Siti Aishah, ada masanya Rasulullah berlagak seperti kawan sepermainan. Siti Aishah diajak berlumba lari. Kadang-kadang Siti Aishah menang dan adakalanya Rasulullah menang. Bermakna sewaktu bersama isteri, adakalanya Rasulullah melayan kehendak isterinya tanpa menjatuhkan martabatnya sebagai seorang suami yang wajib dihormati oleh isteri. Ini menunjukkan bahawa pada masa-masa tertentu suami mesti pandai memikat hati isteri asalkan tidak sampai terlalai hingga menurut saja segala kemahuan isteri.
Di sinilah perlunya ketegasan seorang suami. Tegas dalam syariat dan tegas dalam perjuangan. Tegas tidak pula bermakna kasar atau garang cuma jangan sampai kerana hendak melayan kehendak isteri, syariat dan perjuangan terpaksa diketepikan. Sebagai pemimpin dalam sesebuah rumahtangga, suami berhak untuk mendidik dan menyelesaikan segala kekusutan fikiran isterinya. Oleh kerana wanita seringkali bertindak mengikut perasaannya, maka adakalanya apabila fikiran terganggu, emosinya juga terikut sama. Tatkala itu kalau ada kesalahan suami walaupun kecil akan diungkit-ungkit lebih-lebih lagilah jika kesalahan itu dianggap besar, mulalah meluap-luap perasaan marahnya pada suami.
Memang satu sifat yang agar sukar untuk dikawal ialah tatkala isteri sedang marah. Kadang-kadang dia mengamuk macam ribut taufan lakunya (sebab itu kebanyakan nama ribut diambil dari nama perempuan umpamanya Taufan Lydia, Ariel, Angela dan lain-lain). Bagaimana sepatutnya tindakan suami untuk mententeramkan isteri yang sedang dilanda ribut taufan ini? Seeloknya didiamkan saja dahulu sampai kemarahannya reda kemudian baru diterangkan dengan sejelas-jelasnya setiap perkara yang perlu diterangkan terutama yang menimbulkan prasangka isteri. Mengapa perlu diamkan saja orang yang sedang mengamuk? Kerana tatkala sedang marah syaitan sengaja meluap-luapkan perasaan marahnya. Kalau dijawab, bererti kita sengaja mencari pasal kerana berlawan dengan syaitan. Maka lebih baik didiamkan sahaja sehingga perasaan marahnya kendur.
Ada kalanya demi keharmonian rumahtangga, ada perkara-perkara tertentu yang tidak sepatutnya diketahui oleh isteri. Kalau perlu disembunyikan dari pengetahuan isteri, sembunyikan sungguh-sungguh. Bukanlah untuk menggalakkan suami mengambil kesempatan melakukan perkara yang sumbang dan berbuat dosa di belakang isteri. Tetapi jika perkara yang disembunyikan itu tidak bertentangan dengan syariat, memang ada baiknya disembunyikan. Mungkin ia berhubung dengan suatu perkara yang isteri masih sukar untuk menerimanya. Hal ini pernah berlaku dalam rumahtangga Rasulullah SAW.
Suatu hari isteri-isteri datang menemui Baginda, dan Siti Aishah, yang mewakili mereka semua, bertanya: “Wahai Rasulullah, di antara isteri-isteri Rasulullah,yang manakah yang paling Rasulullah sayangi?” Rasulullah SAW tersenyum mendengar pertanyaan itu. Rasulullah tidak terus menjawabnya. Bahkan Baginda menyuruh kesemua isterinya pulang dahulu dan berjanji akan memberikan jawapannya kemudian. Bagaimana harus dijawab kalau anda ditanya begitu oleh isteri-isteri anda? Memang tidak dinafikan perasaan kasih sayang itu tidak boleh diberi sama adil. Ini diakui oleh Allah SWT. Tetapi suami mestilah pandai memainkan peranannya supaya jangan ada di kalangan isteri-isteri yang tersinggung perasaanya kerana mengetahui suami lebih sayang kepada isteri yang tertentu. Berbalik kepada kisah tadi, maka seperti biasa Rasulullah SAW mendatangi isteri-isterinya mengikut giliran masing-masing. Rasulullah sedikit pun tidak menyebut mengenai persoalan yang dikemukakan itu. Sebaliknya sebelum baginda meninggalkan isterinya, setiap seorang baginda hadiahkan sebentuk cincin dan baginda berpesan agar mereka tidak memberitahu pada isteri-isteri yang lain.
Pada hari yang telah ditetapkan Rasulullah SAW menyuruh isteri-isterinya berkumpul kerana baginda hendak memberi jawapan kepada persoalan yang dikemukakan. Maka berdebar-debarlah hati masing-masing untuk mengetahui siapakah di antara mereka yang paling disayangi oleh Rasulullah. Ada yang terasa pasti jawapannya Siti Aishah kerana beliaulah yang termuda di antara mereka. Tetapi dengan kebijaksanaan Rasulullah SAW, Baginda pun berkata, “Isteri yang paling disayangi ialah mereka yang diberi cincin kepadanya.” Maka tersenyumlah isteri-isteri Rasulullah kerana setiap seorang menyangka dia sahaja yang menerima cincin tersebut. Begitulah sepatutnya tindakan suami, pandai menyelesaikan kekusutan fikiran isteri.
Satu perkara lagi biasanya kaum perempuan suka berleter atau setengah orang kata macam mulut murai. Suami yang bijak akan berdiam dan tidak menjawab leteran isteri. Ini bukan bermakna suami mengalah, tetapi sebagai satu strategi. Ibarat orang sedang sakit gigi. Gigi yang sakit jangan terus dicabut kerana akan bertambah sakitnya. Hendaklah tunggu sehingga sakitnya berkurangan barulah dicabut. Maknanya isteri yang sedang berleter, jangan dinasihati. Hendaklah tunggu keadaannya menjadi kendur, barulah boleh dinasihati. Dan nasihat itu mestilah kena pada tempatnya. Maka barulah diterima dan dirasakan seperti kepala yang disirami embun pagi pada kala panas terik. Rasulullah SAW juga pernah berhadapan dengan kerenah perempuan yang suka berleter. Rasulullah tidak menjawab sepatah pun. Baginda memberi peluang kepada perempuan tersebut meluahkan ketidakpuasan hatinya. Apabila kesemuanya telah diluahkan, barulah baginda memberi penjelasan atau pun memaafkan saja dan melupakan perkara tersebut.
Tidak semua suami memiliki isteri yang banyak kerenah. Beruntunglah suami yang memiliki isteri yang sikapnya terlalu pengasih terhadap suami dan anak-anak. Perempuan begini rela mengorbankan seluruh jiwa dan raganya untuk kebahagiaan suami dan anak-anak. Dia akan bersikap sebagai penghibur, penyayang, pendorong dan pembantu kepada perjuangan suami sekiranya suaminya seorang pejuang atau pendakwah. Isteri begini bukan sahaja tidak membebankan suami dengan masalah-masalahnya, bahkan dia akan berusaha untuk menyelesaikan masalah suaminya. Sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa memiliki isteri yang solehah, maka sesungguhnya ia telah memiliki separuh dari agamanya.”Rasulullah SAW juga bersabda yang bermaksud:
“Dunia adalah hiasan dan hiasan yang terbaik ialah memiliki isteri yang solehah.”Apabila wanita dapat dididik dengan betul, maka ia dapat memberi kebaikan yang besar kerana di tangan wanitalah penentu corak generasi akan datang. Kelembutan dan kehalusan belaian tangan wanita yang solehah boleh membahagiakan seisi alam.
Sumber: http://www.one-ummah.net/
6 Sikap Isteri
Si isteri mempunyai serampang mata dua yang sakti, ia boleh membuat suaminya hidup bersemangat, bercita-cita tinggi, gigih dan ia boleh membuat suaminya menjadi seorang yang lemah, patah hati, tidak percaya diri sendiri, pengecut, ragu-ragu dalam membuat keputusan-keputusan dan bertindak.
Dalam kehidupan rumah tangga ada enam isteri yang membawa kesiksaan-kesiksaan jiwa kepada suaminya sehingga membuat suami itu tidak bersemangat untuk melaksanakan kejayaan-kejayaan baru dalam kehidupan.
( 1 ) Isteri yang tidak tahu membuat keputusan
Dia seorang isteri yang kaku tanpa inisiatif. Dia hanya tahu menyelesaikan perkara-perkara mengenai kepentingan-kepentingan diri setiap hari dan tugas-tugas kecil mengenai hal-hal rumah tangga saja. Selain dari itu seluruh persoalan hidup yang lain dibebankan ke pundak suaminya. Dia tidak mahu mengambil keputusan bagaimana hendak menyusun perabut-perabut rumahnya dengan yang lebih menarik, tidak tahu mengambil keputusan terhadap kelakuan dan tindak tanduk anak-anaknya, tidak tahu membuat anggaran rumah tangga yang wajar dan teratur, tidak tahu membuat sesuatu yang membina terhadap dengan jiran tetangga, sanak saudara dan kawan temannya, malah ia tidak tahu menentukan barang-barang yang perlu dibeli untuk kepentingan rumah tangganya, malah kadang-kadang ia tidak tahu menentukan jenis-jenis masakan yang patut di sediakan hari ini. Segala-galanya dirujukkan kepada suaminya. Pendeknya dia tidak akan bertindak melainkan dengan arahan yang jelas dari suaminya.
Suami yang mendapat isteri yang sedemikian terpaksa memikul beban-beban tambahan yang berat di samping pekerjaan hariannya. Ia terpaksa memikul beban-beban rumah tangga serentak dengan beban-beban pejabatnya. Dia selalu saja diganggu oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak putus-putus dari isterinya bagaimana hendak membuat itu dan ini. Akibatnya bukan saja membuang waktu suaminya yang berharga malah menghalangi dari memikirkan sesuatu yang lebih serius dan berguna kepada kemajuan dan kemajuan hidup.
( 2 ) Isteri yang selalu mengomel / berleter
Dia selalu tidak puas hati biar apa pun yang dibuat oleh suaminya. Dia mengomel, mengeritik, dan mempersenda semua tindak tanduk suaminya. Segala galanya tidak kena dan ada saja cacat celanya. Suaranya seperti suara nyamuk yang terus menyerang dan menganggu. Dia tidak segan-segan memperkatakan kelemahan-kelemahan suaminya kepada orang lain.
Dia seorang yang selalu mementingkan dirinya dan tidak sabar. Dia mahu segala-galanya cepat, sempurna dan memuaskan. Lebih jauh dari itu dia begitu lancang membuat pertandingan-pertandingan yang tidak adil dengan suami-suami orang lain.
Untuk mencari hiburan dan ketenteraman, suaminya lebih suka berlabuh di kedai-kedai kopi hingga jauh petang dan jauh malam, dan suka melupakan diri dengan permainan-permainan catur dan daun terup,atau mencari kedamaian pada perempuan-perempuan yang lain atau pada minuman-minuman keras.
Seorang suami yang bernasib baik sedemikian tidak lagi mempunyai kegairahan atau inisiatif untuk bekerja keras bagi memajukan hidupnya dan hidup anak-anaknya. Ia seorang suami yang begitu bosan dengan hidupnya.
( 3 ) Isteri diktator
Dia seorang isteri yang gila kuasa. Dia melayani suaminya sebagai tawanan atau sebagai kanak-kanak yang kecil. Dia mahu semua keputusannya dipatuhi oleh suaminya dan dia mahu menguasai semua perbelanjaan rumah tangga. Setiap hari terima gaji dia akan menunggu suaminya di muka pintu untuk mengambil semua gaji itu dan mengawal semua perbelanjaan-perbelanjaan suaminya.
Setiap kali suaminya pulang dari luar dia akan memeriksa saku suaminya dan meminta laporan kemanakah suaminya akan membelanjakan wang yang diambilnya petang tadi.
Dia bukan saja mengawal perbelanjaan suaminya, malah dia menyoal setiap gerak-geri suaminya dan tidak silu-silu mengkritik tindak tanduk suaminya di depan kawannya. Akibatnya si suami itu menjadiseorang yang tidak berperibadi, lemah dan lumpuh di dalam segala-galanya. Dia menjadi bahan ketawa kawan-kawannya dan tentulah suami yang seperti itu tidak mempunyai kesempatan-kesempatan dan dorongan-dorongan yang wajar untuk hidup dengan lebih maju dari kedudukannya yang ada sekarang.
( 4 ) Isteri yang suka campur tangan
Dia seorang isteri yang bercita-cita tinggi, tetapi menyalahgunakan kedudukan suaminya untuk melaksanakan cita-cita itu. Dia mahu suaminya naik pangkat dan merasa kewajipan nutuk campur tangan agar suaminya cepat naik pangkat. Kerana itu dia membuat hubungan-hubungan dengan isteri ketua pejabat atau isteri majikan suaminya atau membuat hubungan lansung dengan ketua pejabat atau majikan itu sendiri dengan tujuan untuk mempengaruhi mereka agar suaminya mendapat kenaikan pangkat. Ia tidak sedar bahawa campurtangannya itu merosakkan imej suaminya di mata ketua pajabat atau majikannya dan manimbulkan kebencian pada mereka. Kadang-kadang hubungan lansungnya dengan ketua pejabat dan majikan itu menimbulkan tomahan-tomahan yang menjatuhkan maruah suaminya pada pandangan orang lain.
( 5 ) Isteri yang boros
Dia hidup dengan satu anggapan yang salah iaitu tugasnya bukan mencari duit, tetapi membelanjakan duit. Tugas seorang suami ialah mencari duit dan sebagai suami yang tahu harga diri dia harus pandai mencari duit sebanyak yang diperlukan oleh isterinya. Atas anggapan inilah ia memboroskan pendapatan suaminya dengan membelikan barang-barang yang mewah dan mahal seperti alat-alat kosmetik, permaidani, pinggan mangkuk yang tinggi mutunya, dan pelbagai lagi barang mewah yang tidak diperlukanya.
Suami terpaksa mencari pendapatan dengan mencari kerja-kerja lebih masa atau melakukan rasuah di pejabatnya untuk membayar bermacam-macam hutang yang meyerabut kepalanya. Biasanya dia tidak berunding dengan suaminya semasa hendak membeli sesuatu barang melainkan barang itu sudah sampai di rumah dan di sana dia akan meletakkan suaminya yang sabar dan lemah itu di depan kenyataan yang pahit.
Akibatnya suami menjadi begitu lemah dan lumpuh. Jiwanya ditekan berbagai-bagai kerunsingan yang menjejaskan kecekapan dalam menjalani tugas-tugas hariannya dan tidak lagi mempunyai kesempatan-kesempatanuntuk memajukan dirinya.
( 6 ) Isteri sosial
Dia seorang isteri yang sentiasa berpakaian cantik. Dianggap kewajipan utamanya bukan terletak di rumah tangga, malah menghadiri pertemuan-pertemuan, majlis-majlis keramaian, melawat rumah-rumah teman dan bergiat dalam berbagai-bagai kegiatan sosial tanpa menghiraukan rumah tangganya. Dia tidak sempat menghiraukan sarapan pagi untuk suaminya, kerana ia masih nyenyak tidur akibat balik jauh malam. Suaminya tidak mempunyai pilihan melainkan terpaksa ikut sama ke mana-mana majlis yang dihadirinya untuk memperlihatkan keperibadiannya sebagai seorang suami yang bermaruah.
Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hidupnya yang begitu sosial itu dia terpaksa berbelanja lebih yang memberatkan suaminya. Kemudian dia meyiksakan suaminya dengan membandingkannya dengan suami-suami sahabatnya yang bergaji besar dan mewah dengan tujuan agar suaminya juga berusaha mencapai taraf hudup seperti itu. Oleh kerana suaminya tidak mempunyai asas pelajaran yang sama dengan mereka, maka sudah tentu pemberangsangan itu sia-sia saja, malah membuat suaminya semakin lemah dan oatah semangat dan berakhir dengan kejatuhan-kejatuhan yang menyedihkan.
Sumber: http://www.hanan.com.my
Tiada ulasan:
Catat Ulasan