Rabu, 16 April 2014

AIR DARI ALLAH KECUALI ORANG TAK BERIMAN MAKA AIR ITU SEMULA JADI ATAU TERJADI DENGAN SENDIRI...BANYAK MAKSIAT...BANYAK DOSA...BANYAK MENENTANG ALLAH SWT... ALLAH BOLEH TAHAN AIR DARI TURUN ATAU TIDAK TURUNKAN HUJAN....JANGAN KITA HANYA PANDAI SAMPAI PHD TAPI TAK KENAL ALLAH....IAITU TAK BERIMAN PADA ALLAH...MAKA HIDUP DIDUNIA JADI SIA2

KUALA LUMPUR: Malaysia boleh menguatkuasakan undang-undang darurat jika bekalan air terawat masih di tahap bahaya menjelang musim kering pada pertengahan Mei.
  
Presiden Persatuan Penyelidikan Air dan Tenaga Malaysia S. Piarapakaran berkata Malaysia berkemungkinan akan dilanda musim panas untuk kali kedua namun paras empangan sehingga kini masih tidak mencapai tahap minimum 55 peratus.
  
Katanya, tahap kapasiti simpanan air mentah di negeri Selangor perlu melebihi kadar 55 peratus bagi mengelakkan Lembah Klang sekali lagi menghadapi krisis bekalan air.
  
"Lembaga Urus Air Selangor telah menetapkan tahap minimum 55 peratus kapasiti simpanan air mentah perlu dicapai.(Bagaimanapun) kapasiti bagi empangan Sungai Selangor masih dalam lingkungan 37 peratus sahaja (setakat ini).
  
"Jumlah kapasiti air terawat yang boleh diagihkan daripada loji perawatan air kira-kira 2,500 juta liter sehari (JLH), dan ini menyebabkan lebih daripada 50 peratus bekalan air di Lembah Klang bergantung kepada empangan Sungai Selangor," katanya ketika dihubungi Bernama di sini.
  
Piarapakaran berkata jika perkara ini tidak ditangani dengan segera, kerajaan berkemungkinanan harus mengumumkan darurat dan menguatkuasakan Seksyen 56 Akta Industri Perkhidmatan Air (WSIA) 2006.
  
Beliau berkata WSIA adalah kuasa khas semasa kecemasan berkaitan penggunaan sumber air yang diberikan kepada Menteri Tenaga, Teknologi Hijau dan Air.
  
Antara yang terkandung di dalam WSIA adalah menghalang pengunaan air secara umum atau untuk kegunaan tertentu, mengehadkan pengunaan dan pengeluaran air pada waktu tertentu, dan mengenakan caj tambahan ke atas penggunaan yang melebihi had yang telah ditetapkan, katanya.
  
Sementara itu, Jabatan Meteorologi mengesahkan negara dijangka mengalami musim kering berikutan peralihan ke Monsun Barat Daya pada pertengahan Mei sehingga September.
  
Pengarah Pusat Cuaca Nasional Jabatan Meteorologi Muhammad Helmi Abdullah berkata semasa Monsun Barat Daya taburan hujan dijangka berkurangan antara 100 hingga 200 milimeter sebulan.
  
"Taburan hujan (100 hingga 200 milimeter sebulan) adalah normal ketika peralihan Monsun Barat Daya," katanya.
  
Muhammad Helmi berkata pada April hingga awal Mei, negara berada pada musim peralihan monsun dari Monsun Timur Laut ke Monsun Barat Daya dan taburan hujan mampu mencapai 250 hingga 350 milimeter sebulan.
  
Beliau berkata Jabatan Meteorologi akan memfokuskan proses pembenihan awan di sekitar Selangor dalam musim peralihan ini bagi meningkatkan paras air di empangan. - Bernama

Kemarau Panjang Akibat Dosa Manusia, Apa Solusinya?

Oleh: Badrul Tamam
Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah, penguasa alam semesta. Pencipta dan pengatur alam raya dengan qudrah-Nya yang agung. Menundukkan apa saja yang ada di dalamnya untuk manusia supaya mereka menjadi khalifah-Nya di bumi dengan menegakkan ajaran dien-Nya yang lurus dan suci yang telah disampaikan oleh hamba dan utusan-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan aturan dan hukum bagi alam raya ini. Ia tunduk dan patuh pada hukum tersebut. Di antaranya hujan, ia berjalan sesuai dengan aturan Allah Ta'ala dan kehendak-Nya. Jika Dia menghendaki turun untuk membasahi bumi, maka turunlah ia. Sebaliknya, jika menahan maka tak satu tetespun yang akan turun.
Sebagai muslim, kita meyakini dengan benar bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi kecuali dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di antaranya hujan, ia tidak akan turun kecuali dengan perintah Allah Ta'ala. Jadi, turun dan tidaknya hujan itu dengan kehendak dan perintah Allah 'Azza wa Jalla. Dia berfirman,
أَمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ
"Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?" (QS. Al-Naml: 60)
Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa hanya Dia-lah yang menciptakan langit berikut apa yang ada di dalamnya berupa matahari, bulan, bintang, dan malaikat; Dia semata juga yang telah menciptakan bumi dan apa saja yang ada di dalamnya seperti gunung, langit, sungai, pepohonan, binatang,dan sebagainya. Dia juga menjelaskan, Dia yang menurunkan hujan dari langit untuk manusia, yang dengan hujan itu Allah menumbuhkan kebun-kebun yang indah karena banyaknya pepohonan dan buah-buahan yang beraneka ragam. Padahal kalau bukan karena pemberian hujan dari Allah tersebut, pepohonan tak akan pernah ada. Tidak ada yang melakukan semua itu kecuali Dia. Oleh karenanya, Dia semata yang berhak disembah, karena Dialah Tuhan sebenarnya. Sedangkan sesembahan kepada selain-Nya, adalah sesembahan yang batil.
Allah Ta'ala berfirman tentang proses perjalanan hujan, bahwa Dia semata yang melakukannya:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ
"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Nuur: 43)
Hujan Adalah Nikmat
Hujan merupakan nikmat yang besar dari Allah Ta'ala. Semua makhluk membutuhkannya, tidak terkecuali manusia. Nikmat ini, -sebagaimana yang diterangkan Allah- menjadi sumber kehidupan semua makhluk.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al-Anbiya': 30)
Dan sesungguhnya nikmat itu akan langgeng bersama syukur. Bahkan Allah akan menambah nikmat-nikmat-Nya untuk orang yang bersyukur. Allah Ta'ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Al-Ibrahim: 7) Perhatikan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya, dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
"Sesungguhnya Allah sangat Ridha kepada seorang hamba yang menikmati satu makanan lalu ia memuji Allah (bersyukur) atas makanan itu, dan meneguk minuman lalu ia memuji Allah (bersyukur) atasnya." (HR. Muslim dan al-Tirmidzi)
Dan syukur itu dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk taat dan patuh kepada-Nya. Belum cukup hanya dengan mumuji-Nya, lalu menelantarkan perintah dan syariat-Nya, menerjang larangan dan tidak menghindarinya. Maka jika yang terjadi demikian, nikmat itu akan diangkat dan berganti dengan siksa.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." (QS. Al-Ibrahim: 7)
Menurut imam Ibnu Katsir rahimahullah, "Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku kepadamu, pasti Aku akan tambah dari nikmat itu untukmu." {dan jika kalian kufur}, maksudnya: kalian mengufuri nikmat-nikmat, menyembunyikan dan mengingkarinya { maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih } dan itu dengan diangkatnya nikmat itu dari mereka dan menyiksa mereka atas kekufuran terhadap nikmat-nikmat tadi."
Sesungguhnya hujan itu nikmat dari Allah dan termasuk rizki bagi hamba-hamba-Nya. Nikmat Allah tidak akan diangkat kecuali disebabkan dosa. Nikmat itu tidak akan kembali kecuali dengan taubat dan taat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
"Sesungguhnya seorang hamba dihalangi rizkinya disebabkan dosa yang menimpanya." (HR. Ahmad dari hadits Tsauban Radhiyallahu 'Anhu; dihassankan al-Iraqi sebagaimana yang terdapat dalam Al-Zawaid milik al-Bushiri (1/161) dan dishahihkan oleh al-Arnauth)
Jadi sangat jelas, kemarau yang panjang di negeri kita ini disebabkan dosa-dosa penduduknya. Sehingga ditahannya hujan menyebabkan banyak masyarakat menderita, kesulitan dapat air bersih, bahkan sebagiannya dengan terpaksa menggunakan air kotor untuk mencuci, mandi, masak, dan minum. Gagal panen juga menghantui di beberapa daerah, sehingga kemiskinan dan kelaparan mengancam. Bahkan di beberapa tempat dikabarkan sudah banyak yang terpaksa mengonsumsi nasi aking (bekas), dan itupun dengan susah payah didapatkan.
. . . Pemimpin negeri ini yang tidak menerapkan syariat Islam sudah kita ketahui bersama. Bahkan, terlihat anti dengannya. Buktinya, syariat diperangi dan dimusuhi. . .
Dosa Penyebab Kemarau
Dari penjelasan di atas, dosa menyebabkan diangkatnya nikmat, di antaranya hujan. Karena itu, kita harus sadar bahwa kemarau, kekeringan, gagal panen, kesulitan air bersih – semua ini- akibat dari dosa-dosa kita, penduduk Indonesia. Di antara dosa-dosa tersebut, ditunjukkan oleh hadits yang dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berdiri di hadapan kami lalu bersabda:
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ   
"Wahai sekalian Muhajirin, lima perkara apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah dari kalian menjumpainya:
  1. Tidaklah merebak perbuatan keji (seperti zina, homo seksual, pembunuhan, perampokan, judi, mabok, konsumsi obat-obatan terlarang dan lainnya) di suatu kaum sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan merebak di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un (semacam kolera) dan kelaparan yang tidak pernah ada ada pada generasi sebelumnya.
  2. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan disiksa dengan paceklik panjang, susahnya penghidupan, dan kezaliman penguasa atas mereka.
  3. Tidaklah mereka menahan membayar zakat kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka. Dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan.
  4. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan janji Rasul-Nya, kecuali akan Allah jadikan musuh mereka (dari kalangan kuffar) menguasai mereka, lalu ia merampas sebagian kekayaan yang mereka miliki.
  5. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) berhukum dengan selain Kitabullah dan menyeleksi apa-apa yang Allah turunkan (syariat Islam), kecuali Allah timpakan permusuhan di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih)." (HR Ibnu Majah dan  Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106)
Negeri kita memang kaya alamnya, tapi juga kaya kemaksiatannya. Kalau kita jujur, kemaksiatan-kemaksiatan dalam hadits di atas, semuanya ada di sini. Misalnya zina dan homoseksual sudah dilakukan secara terang-terangan. Tidak jarang kita lihat pelaku homo seksual atau lesbian tidak malu-malu lagi menunjukkan aksi bejatnya, Bahkan, tidak sedikit yang mengkampanyekannya.
Mengurangi timbangan dan takaran yang menjadi sebab peceklik panjang juga begitu. Hampir di setiap pasar ditemukan. Alasan yang sering dilontarkan, "kalau tidak begini kita tak dapat untung." Seolah ini menjadi pembenar perbuatan yang Allah haramkan.
Penyakit bakhil dengan menahan zakat dan tidak mengeluarkannya menjadi satu problem yang belum terselesaikan. Bahkan menurut Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), potensi zakat secara nasional yang diperkirakan mencapai Rp100 triliun per tahun. Namun zakat yang terkumpul oleh Baznas masih sangat kecil, kurang dari 2 persennya, (antaranews.com, 11 Agustus 2010). Padahal zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam yang lima, sesudah syahdatain dan shalat. Merupakan kewajiban yang jelas perintahnya dalam Al-Qur'an, Sunnah, dan ijma'. Sedangkan siapa yang mengingkari hukum wajibnya ia menjadi kafir, keluar dari Islam.
Melanggar janji Allah berupa menegakkan tauhid juga diingkari. Padahal bagi setiap insan, itu sudah diikrarkan saat dia berada di alam ruh, ketika berada dalam rahim ibu yang mengandungnya. Pelanggaran janji juga terdapat dalam pembukaan UUD 45, di dalamnya disebutkan pengakuan bahwa kemerdekaan negeri ini atas anugerah dan rahmat dari Allah Ta'ala. Yang seharusnya pengakuan menumbuhkan ketundukkan kepada syariat-Nya. Tapi yg terjadi syariat Allah ditolak dan ditelantarkan.
Pemimpin negeri ini yang tidak menerapkan syariat Islam sudah kita ketahui bersama. Bahkan, terlihat anti dengannya. Buktinya, syariat diperangi dan dimusuhi. Penyeru tegaknya syariat Allah di bumi-Nya ini dianggap sebagai ancaman sehingga harus dihabisi, sehingga sebagiannya diintimidasi, dipenjara, dibunuh, dan dirusak nama baiknya. Akibatnya, keberkahan diangkat dari negeri yang subur ini, perpecahan dan permusuhan yang melahirkan konflik berdarah terus lahir.  
Maksiat lainnya yang menjadi sumber bencana adalah tersebarnya riba. Hampir sulit orang terlepas dari riba, kalaulah tidak memakannya maka ia terkena debunya sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Padahal Allah sudah mengancam, jika tersebar riba di suatu masyarakat Allah akan memerangi mereka. Bentuknya, dengan bencana gempa, tsunami, gunung meletus, kemarau panjang, ditahannya hujan, dililit hutang, dijajah musuh dalam berbagai bidang seperti ekonomi, budaya, dan kebijakan politik. Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu." (QS. Al-Baqarah: 278-279)
. . . Hampir sulit orang terlepas dari riba, kalaulah tidak memakannya maka ia terkena debunya sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. . .
Dan siapakah di antara kita yang kuat menghadapi perang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala?. Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla  pernah menghancurkan suatu umat dengan suara menggelegar dari Malaikat, pernah juga Allah mengirimkan angin topan sehingga memporak-porandakan satu negeri, kadang juga memerintahkan kepada air untuk membanjir sehingga menenggelamkan suatu daerah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah ada suatu kaum yang tersebar riba di dalamnya kecuali akan ditimpakan kepada mereka paceklik yang panjang." (HR. Ahmad)
Apa Solusinya?
Solusi dari musibah dan bencana di atas adalah kembali kepada Allah dengan tunduk dan patuh pada hukum-hukum-Nya, melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang dilarang oleh-Nya. Menghalalkan yang telah Allah halalkan dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Menegakkan syariat-Nya di bumi yang telah diciptakan oleh-Nya dan diamanahkan kepada kita untuk mengelolanya. Lalu bertaubat dari berbagai dosa dan kesalahan, dan memperbanyak istighfar.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا  وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا  مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا
"Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?" (QS. Nuuh: 10-13)
Dengan memperbanyak istighfar Allah akan menurunkan hujan, menganugerahkan keturunan yang baik, anak shalih, rizki halal dan banyak. Sesungguhnya taubat dan istighfar itu menjadi cara terbaik untuk mendapatkan curahan nikmat dan hujan, serta menghindarkan dari bencana dan musibah.
Selanjutnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kepada kita saat terjadi kemarau dan paceklik panjang yang hujan tak kunjung datang dengan Shalat Istisqa'. Yakni shalat yang dikerjakan untuk meminta hujan. Yang dalam pelaksanaannya menampakkan kehinaan diri, kesengsaraan, dan sangat butuh kepada Allah Ta'ala. Dan Alhamdulillah, shalat itu sudah dikerjakan oleh sebagian kaum muslimin. Dan bagi daerah yang belum juga kunjung turun hujan, sebaiknya segera ditegakkan shalat istisqa' ini. Dan semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, memaafkan kesalahan kita, serta mengangkat musibah paceklik dari negeri kita.  [PurWD/voa-islam.com]


Pemimpin yang Tidak Terapkan Hukum Islam Menjadi Sumber Musibah

Oleh: Badrul Tamam
Alhamduillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Indonesia kaya akan kekayaan alamnya, tapi juga kaya akan berbagai musibah dan konflik. Hitung saja sejak naiknya presiden Indonesia sekarang, sudah berapa musibah besar terjadi di negeri ini. Bukan hanya yang menimpa fisik, musibah akidah dan akhlak juga semakin merajalela. Paham sesat pluralisme dan sekulerisme yang mematikan hati semakin dapat tempat. Aliran-aliran sempalan Islam semakin terlindungi. Sebaliknya gerakan dakwah untuk ditegakkannya hukum Allah di bumi Indonesia dimusuhi dan dicitrakan sebagai paham teroris. Bahkan, para tokohnya dibunuh, dipenjara, dan dirusak nama baiknya.
Paceklik dan kemarau panjang salah satu musibah yang sekarang sedang mengancam. Banyak masyarakat sudah kesulitan mendapatkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi, dipakai mandi dan cuci. Kekeringan yang menyebabkan gagal panen sudah menimpa ribuan hektar sawah di beberapa daerah. Padahal dalam tulisan lalu, " Kemarau Panjang Akibat Dosa Manusia, Apa Solusinya? "ditahannya hujan sehingga terjadi peceklik dan kekeringan merupakan akibat dosa manusia. Sedangkan manusia adalah makhluk sosial yang hidup di bawah suatu kepemimpinan/pemerintahan yang menetapkan aturan atas mereka. Baik dan buruknya aturan akan mempengaruhi kesalehan mereka. Jika aturan yang diterapkan tidak didasarkan pada iman dan untuk mewujudkan ketakwaan, maka masyarakatpun akan tidak shalih. Apalagi kalau aturan melegalkan kemungkaran dan melindunginya, maka masyarakat akan menjadi pendosa. Sehingga musibah dan bencana akan turun karenanya.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berdiri di hadapan kami lalu bersabda:
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ   
"Wahai sekalian Muhajirin, lima perkara apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah dari kalian menjumpainya:
  1. Tidaklah merebak perbuatan keji (seperti zina, homo seksual, pembunuhan, perampokan, judi, mabok, konsumsi obat-obatan terlarang dan lainnya) di suatu kaum sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan merebak di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un (semacam kolera) dan kelaparan yang tidak pernah ada ada pada generasi sebelumnya.
  2. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan disiksa dengan paceklik panjang, susahnya penghidupan, dan kezaliman penguasa atas mereka.
  3. Tidaklah mereka menahan membayar zakat kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka. Dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan.
  4. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan janji Rasul-Nya, kecuali akan Allah jadikan musuh mereka (dari kalangan kuffar) menguasai mereka, lalu ia merampas sebagian kekayaan yang mereka miliki.
  5. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) berhukum dengan selain Kitabullah dan menyeleksi apa-apa yang Allah turunkan (syariat Islam), kecuali Allah timpakan permusuhan di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih)." (HR Ibnu Majah dan  Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106)
Dalam hadits di atas, pemimpin zalim disebutkan sebagai akibat atas kedurhakaan msyarakat. Namun, di ujung disebutkan, pemimpin yang tidak menerapkan syariat akan menyebabkan terjadinya perpecahan dan permusuhan di tengah-tengah masyarakat. Disamping mereka sebagai akibat mereka juga menjadi sebab. Karena, tidaklah perbuatan-perbuatan keji akan tersebar dan dilakukan terang-terangan di tengah-tengah manusia, jika pemimpinnya tegas dalam menerapkan hukum Islam. Tidak ada pezina dan pelacur yang beriklan jika pemimpin menerapkan hukum Islam berupa cambuk dan rajam. Jangankan zinanya, segala sarana yang mengarah ke sana saja dilarangnya. Tidak seperti di negeri ini, pelacuran dilindungi, dilegalkan dan dilokalisir di tempat yang dilindungi undang-undang. Siapa yang menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar di sana, dianggap melakukan kriminal karena melanggar undang-undang. Bahkan penamaannya diganti dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) yang seolah menjadi jalan resmi untuk mencari nasi, sekelas dengan kuli bangunan, Pedagang, sampai PNS.
Menahan dan tidak mengeluarkan zakat tidak akan terjadi dengan luas jika pemerintah menerapkan hukum Islam. Karena kepentingan utamanya, menegakkan hukum Allah, membimbing masyarakat untuk bertakwa, dan mengatur kemaslahatan dunia mereka. Namun, jika bukan pemerintahan Islam yang mengaturnya dan bukan hukum Islam yang ditegakkannya, mengelola zakat tidak menjadi bagian kepentingannya. Jika ada yang menahan dan tidak mengeluarkannya bukan sebagai pelanggaran, namun sebaliknya jika tidak mebayar pajak maka dianggap melangar. Padahal pajak tidak dikenal dan tidak wajib bagi kaum muslimin, kecuali jika mereka hidup dibawah penguasa selain mereka.
. . . tidaklah pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) berhukum dengan selain Kitabullah dan menyeleksi apa-apa yang Allah turunkan (syariat Islam), kecuali Allah timpakan permusuhan di antara mereka. . . .
Sebab Datangnya Keberkahan
Sesungguhnya Allah akan menurunkan keberkahan bagi suatu penduduk negeri jika mereka menegakkan iman dan takwa. Di antaranya membenarkan isi agama Allah dan menerapkannya di tengah-tengah umat manusia. Tujuannya, supaya mereka benar dalam memberikan peribadahan kepada pencipta mereka yang sesungguhnya, yakni Allah Subhanahu wa Ta'ala.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96)
Ayat di atas menjelaskan, kalau penduduk negeri beriman dengan keimanan yang sesungguhnya dalam hati mereka yang dibuktikan dengan amal perbuatan, niscaya Allah akan membuka keberkahan dari langit dan bumi. Yaitu dengan memerintahkan langit untuk menurunkan hujan yang deras dan menumbuhkan tanaman dari bumi untuk kebutuhan hidup mereka dan binatang-binatang.  
Keimanan ini bentuknya, meyakini dengan benar ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tunduk dan patuh padanya. Lalu mereka bertakwa kepada Allah Ta'ala dalam zahir dan batinnya, dengan menjalankan ketaatan dan menjauhi apa yang Allah haramkan.
Sebaliknya, jika penduduk negeri ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya, mendustakan agaman-Nya, tidak mau tunduk, patuh dan bertakwa kepada-Nya, niscaya Allah akan menghukum mereka dengan diangkatnya barakah, diturunkannya musibah, bencana, dan berbagai fitnah sebagai balasan atas sebagian dosa mereka.
Allah menceritakan negeri Saba' yang subur dan kaya akan kekuasaan alamnya, "Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.  (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".  Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir." (QS. Saba': 15-17)
Urgensi Kepemimpinan Islam
Sesungguhnya kepemimpinan sangatlah penting. Islam juga sangat besar memberi perhatian kepadanya. Bahkan dimasukkan sebagai bagian terbesar dari tujuan dan kewajiban yang ingin diwujudkan oleh agama. Di mana fungsinya, sebagai pengganti peran kenabian dalam menjaga dien ini dan mengatur dunia. Sehingga kaum muslimin wajib mengangkat seorang imam yang mengatur mereka dengan Kitabullah (Syariat Islam), seperti dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya." (QS. Al-Nisa': 58) Konteks ayat ini, bahwa khitab dalam ayat tersebut bersifat umum yang mengharuskan untuk melaksanakan beragam amanat, di antaranya amanat hukum. Umat Islam berkewajiban melaksanakan amanat ini kepada ahlinya dan menyerahkanya kepada siapa yang akan menegakkannya dengan benar.
Sesungguhnya banyaknya kewajiban-kewajiban syariat yang tidak bisa direalisasikan tanpa adanya pemerintahan Islam, seperti menegakkan hudud dan mengimplementasikan hukum-hukum Islam, menjaga perbatasan, menyiapkan dan mengirim pasukan, menjaga keamanan, mengangkat hakim dan lainnya. Mana saja kewajiban tidak bisa sempurna kecuali dengan keberadaannya, maka iapun menjadi wajib. Terlebih, dari sisi urgensinya untuk mencegah bahaya besar yang terjadi di tengah-tengah kesemrawutan dan tidak tegaknya pemerintah Islam, maka perintah mewujudkan kepemimpinan Islam menjadi sangat wajib. Mewujudkannya menjadi tuntutan syariat yang sangat urgen. Karenanya, tidak ada alasan untuk meninggalkannya dan meremehkan kewajiban ini.
Imam Ali radliyallahu 'anhu berkata, "Manusia harus memiliki pemimpin, yang baik maupun jahat." Mereka berkata, "Wahai Amirul Mukminin, yang baik kami telah tahu, tapi bagaimana dengan yang jahat?" Beliau menjawab, "(Dengannya) hudud bisa ditegakkan, jalan-jalan menjadi aman, musuh bisa diperangi, dan fa'i bisa dibagi." [PurWD/voa-islam.com]

Ingat, Kematian Mendadak Semakin Marak di Zaman Sekarang!

Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala limpahan nikmat-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya serta siapa saja yang meniti sunnah-sunnahnya.

Dai kondang, KH Zainuddin MZ telah tutup usia pada Selasa (5 Juli 2011) kemarin. Dai sejuta umat wafat dalam usia 60 tahun. Kepergiannya sempat membuat kaget beberapa kalangan. Bahkan satu media online menyebutnya sebagai "berita yang sangat mengejutkan hari ini," karena wafatnya tak diawali sakit yang terlihat serius. Kompasiana menuliskan, "Belum diketahui penyebab pasti meninggalnya kiai berjulukan dai sejuta umat ini." Memang sebelum meninggal beliau sempat dibawa ke rumah sakit karena sempat tidak sadarkan diri dan itupun sesudah beliau pulang dakwah dari luar kota.

Kematian yang datang tiba-tiba juga terjadi di daerah tempat saya tinggal kemarin, Rabu (06/07/2011). Pak Sa'id bin Samsuri, penjual pecel ayam langganan penulis yang berjualan di Pasar Seroja, Harapan Jaya, Bekasi Utara meninggal secara tiba-tiba. Saat beliau bersiap-siap membuka warungnya dan menarik rantai yang menjadi gembok pintu warung, tiba-tiba beliau terjatuh. Segeralah beliau dibawa ke rumah sakit. Dan selang tak lama beliau meninggal dunia sekitar pukul 09.30 pagi.

Belum terlupa dalam ingatan kita, pada awal Februari tahun ini, Raden Pandji Chandra Pratomo Samiadji Massaid atau yang lebih dikenal dengan Adjie Massaid juga meninggal dunia yang terhitung mendadak. Artis yang juga politikus senayan dari partai Demokrat ini menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Selatan sekitar pukul 00.00 WIB (Sabtu, 5 Februari 2011) karena serangan jantung setelah sebelumnya sempat bermain futsal. Karenanya kematian pria yang terhitung memiliki bertubuh atletis dan dikenal memiliki gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga mengagetkan banyak pihak.

Masih ada sederet lagi nama-nama figure Publik yang meninggal secara mendadak seperti Benyamin Sueb yang meninggal usai bermain bola akibat serangan jantung, Basuki yang meninggal di Rumah Sakit Melia, Cibubur, Depok setelah sebelumnya pingsan pingsan seusai bermain futsal.

Kematian Datang Tanpa Diundang

Sesungguhnya kematian merupakan misteri bagi manusia. Tak seorangpun yang tahu kapan datangnya. Namun satu kepastian bahwa ajal (waktu kematian) seseorang sudah tercatat jauh hari di Lauhul Mahfudz sebelum manusia diciptakan. Dan ketika seseorang sudah tiba ajalnya, maka tidak bisa diajukan barang sesaat ataupun diundurkan. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al A'raf: 34)

Setelah kematian maka kesempatan beramal telah habis. Manusia akan mendapatkan balasan dari amal-amal perbuatannya di alam kubur, berupa nikmat atau adzab kubur. Dan ketika sudah terjadi kiamat, dia akan dibangkitkan dan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas segala amal perbuatan yang telah dikerjakannya di dunia.

Maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS.Al-A’raf:35)

Sedangkan orang yang kafir dan ingkar terhadap kebenaran Islam, “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(QS.Al-A’raf:36)

Kematian Mendadak Semakin Marak di Akhir Zaman

Kasus Meninggal mendadak seperti yang terjadi pada KH. Zainudin MZ, Pak Sa'id, Adjie Massaid, dan lainnya sudah atau sering kita dengar dalam keseharian kita. Dan di akhir zaman, jumlahnya semakin banyak.

Yusuf al-Wabil dalam kitabnya Asyratus Sa'ah menyebutkan bahwa banyaknya kematian yang datang tiba-tiba atau mendadak merupakan salah satu dari tanda dekatnya kiamat. Hal ini didasarkan pada beberapa kabar hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Salah satunya hadits marfu' dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu,

إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ . . . أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجْأَةِ

"Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah  . . . akan banyak kematian mendadak." (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 5899)

Fenomena kematian mendadak ini sudah sering kita saksikan pada masa sekarang. Orang yang sebelumnya sehat bugar, -beraktifitas seperti biasa, atau bahkan berolah raga sepak bola, futsal, badminton dan semisalnya- tiba-tiba ia terjatuh lalu meninggal dunia. Hal ini dibenarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan sebuah penelitian, setiap tahunnya banyak orang meninggal karena stroke dan serangan jantung. Bahkan disebutkan kalau penyakit jantung menempati urutan pertama yang banyak menyebabkan kematian pada saat ini.

Dalam hadits di atas terdapat mukjizat ilmiah yang kita benarkan melalui kajian kedokteran yang harus diakui. Mukjizat ini membuktikan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah utusan Allah yang tidak berbicara berdasar hawa nafsunya, tapi yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada beliau.

Rasanya orang yang hidup pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tak pernah membayangkan akan datangnya zaman yang merebaknya kematian mendadak, kecuali berdasarkan wahyu ilahi yang menyingkap fenomena ini.

Maksud Kematian Mendadak

Banyak sebab kematian, tapi kematian itu tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa kematian memiliki sebab, seperti sakit, kecelakaan, atau bunuh diri dan semisalnya. Sedangkan kematian yang tanpa didahului sebab itulah maksud kematian yang mendadak yang belum bisa diprediksi sebelumnya.

Seiring majunya ilmu kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab kematian seperti kanker, endemik, atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan dekatnya kematian, tetapi sebab yang utama adalah mandeknya jantung secara tiba-tiba yang datang tanpa memberi peringatan.

Para ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung.

Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab, بَاب مَوْتِ الْفَجْأَةِ الْبَغْتَةِ "Bab kematian yang datang tiba-tiba". Kemudian beliau menyebutkan hadits Sa'ad bin 'Ubadah radliyallah 'anhu ketika berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu, apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?" Beliaupun menjawab, "Ya". (Muttafaq 'alaih)

 . .  . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung.

Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama

Sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak, karena dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini dinukil Imam Ahmad dan sebagian ulama madzhab Syafi'i. Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang shalih meninggal secara mendadak. An-Nawawi mengatakan, "Kematian mendadak itu disukai oleh para muqarrabin (orang yang senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi oleh Allah)." (Lihat (Fathul Baari: III/245)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat disatukan." (Fathul Baari: III/255)

Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhu, dia berkata, "Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ini adalah lafadz Abdul Razaq dan al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu Abi Syaibah, "Kematian mendadak merupakan istirahat (ketenangan) bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang kafir." (HR. Abdul Razaq dalam al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir no. no. 8865)

Dari Aisyah radliyallah 'anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab,

رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ

"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat." (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami' no. 5896)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dan Aisyah radliyallah 'anhuma, keduanya berkata, "Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim." (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf).

Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-fitnahnya.

Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi dalam al Sunan al-Kubra pada kitab "Al-Janaiz" Bab, "Fi Mautil Faj'ah", dari hadits Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah dilalui iring-iringan jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya?" Beliau menjawab,

الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

"Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya, kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Muslim no. 950, Ahmad no. 21531)

Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-fitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir merupakan kabar gembira bagi hamba  Allah. Mereka akan terbebas dari gangguannya. Di antara gangguannya adalah kedzalimannya terhadap mereka, kesenangannya melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi selalu menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya, tidak memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri dan pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak turun, dia mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.

"Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ibnu Mas'ud

Menyikapi Kematian Mendadak

Bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari fenomena yang ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan oleh orang yang terpercaya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka sepantasnya ia segera kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.

Imam al-Bukhari pernah berkata,

Peliharalah waktu ruku'mu ketika senggang.
Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tiba
Betapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar
Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba

Dan setelah memahami adanya kematian yang mendadak, dan semakin sering terjadi pada akhir zaman (termasuk zaman kita ini), hendaknya kita mempersiapkan diri dengan bersegera menyambut seruan Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan perintah Allah yang paling utama adalah memurnikan tauhid kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, baik dalam masalah ibadah dan pengabdian, juga dalam masalah ketaatan dan ketundukan kepada syariat-Nya.

Sesungguhnya kematian akan tetap datang ke manapun kita lari dan di manapun kita sembunyi. Tidak ada kekuatan di alam raya yang bisa melawan ketetapan ilahi ini. Dan setelah kematian, setiap orang akan mendapat balasan dari amal yang telah dikerjakannya di dunia. Maka bertakwalah kepada Allah, Wahai hamba-hamba Allah! Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal ketika kematian datang dan minta diberi kesempatan untuk beramal. Sesungguhnya ajal tidak bisa ditangguhkan dan tidak bisa ditunda barang sesaat.

Ketahuilah! sesungguhnya dunia ini terus berjalan ke belakang meninggalkanmu, dan akhirat berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian dan perpindahan ke alam Barzah. Dan (ingatlah) yang akan tergambarkan di hadapanmu, berupa banyaknya keburukan dan sedikitnya kebaikan. Maka, apa yang ingin engkau amalkan pada saat itu, segeralah amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan saat itu, maka tinggalkanlah sejak sekarang.

Maka seandainya setelah mati, kamu dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Namun, jika kamu telah mati, kamu pasti dibangkitkan dan akan ditanya tentang segala sesuatu, lalau diberi balasan dari setiap perbuatan. Kalau seperti itu, maka kematian merupakan sesuatu yang menakutkan dan menghawatirkan. Wallahu Ta’ala a’lam!

Tiada ulasan: