Wajah Miss Universe 1965 Selepas 50 Tahun, Anda Pasti Terkejut..
Melihat wajah
Ratu Cantik ini selepas 50 tahun memenagi Miss Universe pada tahun 1965,
anda pasti terkejut kerana kejelitaannya masih kekal sama.. Ini kerana
wajahnya masih sama malah kulitnya tampak muda dan anjal pada usianya
kini, 67 tahun.
Apasra Hongsakula
lahir pada tahun 1947 di Bangkok Thailand, namanya mula menjadi
perhatian umum selepas memenangi Ratu Cantik Miss Universe pada tahun
1965 ketika dia berusia 18 tahun, dan merupakan jelitawan pertama dari
Thailand yang memenangi Gelaran Miss Universe itu.
Apasra dilahirkan
dan dibesarkan di Bangkok, Thailand. Di pernah mendapat pendidikan di
Penang, Malaysia. Dia pernah berkahwin dengan sepupu kepada Permaisuri
Sirkit namun telah bercerai dan mempunyai seorang anak lelaki. Walaupun
telah bercerai, dia sering mendapat perhatian di negaranya seperti dia
masih mempunyai pertalian dengan keluarga di Raja.
Setelah 50 tahun
berlalu sejak dia memenangi gelaran Miss Universe pada tahun 1965, kini,
gambarnya menjadi viral dalam media sosial kerana ramai tidak menyangka
pada usia sekarang dia kelihatan masih muda dan tidak jauh beza
semenjak anugerah yang dimenangi 50 tahun lalu.
Namun dengarnya,
bagi mengekalkan kemudaan wajah dia melakukan pelbagai rawatan
anti-penuaan berjumlah 2.5 juta Baht (RM 253,289)
Bagaimanapun,
pengurus kepada Apasra menafikan khabar angin tersebut dan memberitahu
wajahnya adalah asli dan hanya rambutnya sahaja diluruskan dan mungkin
itu jadi penyebab ratu cantik itu kelihatan muda.
Sumber: mynewshub.cc
Penulis Say :
Sedih rasanya melihat foto-foto ini, Sampe tak kuasa rasanya menahan apa yang Sedang terjadi..
Friday, 28 June 2013
KEDAHSYATAN AKIBAT DERHAKA PADA ORANG TUA
Kedahsyatan Akibat Durhaka pada
Orang Tua
Begitu dahsyatnya azab akibat durhaka kepada orang
tua, Allah swt tidak menundanya di akhirat. Tetapi azab itu disegerakan di
dunia berupa kesengsaraan hidup, selain azab itu ditimpakan saat sakratul maut
juga di akhirat.
Durhaka tidak hanya terjadi di saat orang tua masih
hidup tetapi juga bisa terjadi ketika orang tua telah wafat. Bagaimana seorang
anak bisa durhaka kepada orang tua setelah mereka wafat? Mari kita simak sabda
Nabi saw.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya ada orang
yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka masih hidup, tetapi ia dicatat
sebagai anak yang durhaka kepada mereka, karena ia tidak memohonkan ampunan
untuk mereka setelah wafat. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang
tuanya ketika mereka masih hidup, tapi ia dicatat sebagai anak yang berbakti
kepada mereka setelah mereka wafat, karena memperbanyak istighfar (memohonkan
ampunan) untuk mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 2: 112)
Tolok Ukur durhaka kepada orang tua
Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di antara
mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka,
ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).
Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada
Rasulullah saw: Apa ukuran durhaka kepada orang tua?
Rasulullah saw menjawab: “Ketika mereka menyuruh ia
tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika
memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah
diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 195)
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi
Thalib (sa): “Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya,
maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Wasail 21: 389; Al-Faqîh 4: 371)
Tingkatan Dosa durhaka kepada orang tua
Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling
besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua...”
(Al-Mustadrak 17: 416)
Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang
akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang
tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360)
Rasulullah saw bersabda: “...Di atas setiap durhaka
ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua. Jika seorang anak
membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi kedurhakaan yang
lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)
Akibat-akibat durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat
yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh,
dan di akhirat. Akibat-akibat durhaka kepara orang tua antara lain:
Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah
kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai
oleh kedua orang tuanya, maka Aku meridhainya; dan barangsiapa yang dimurkai
oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun
kebahagiaan, 2: 263).
Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa
yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi
doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.”
(Al-Kafi 2: 447)
Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka
kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla
menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai orang yang
sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang
yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)
Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib
(sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang
durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang
tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada
anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)
Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan
durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari
pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.”
(Al-Faqih 3: 565)
Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi
Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang
durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya
Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa
yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya
berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349).
Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan
melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya,
peminum khamer, dan orang yang disebutkan namaku lalu ia tidak bershalawat
kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat
kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.”
(Jâmi’us Sa’adât 2: 262).
Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat
durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam
jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang
berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)
Penderitaan saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya
saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw.
Berikut ini kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw
Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang
pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat
tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang
berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah
pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka
padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara
dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu
padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat
tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha
illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu
lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki
yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk,
ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan
doa:
Yâ May yaqbilul yasîr wa ya’fû ‘anil katsîr, iqbal
minnil yasîr wa’fu ‘annil katsîr, innaka Antal Ghafûrur Rahîm.
“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan
Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku
yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.
Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang
kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang
laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia
mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling
dariku.
Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun
memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang
yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya
meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Updated over a year ago
BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bentuk-Bentuk Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Adalah :
Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu'min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.
Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu 'ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis" [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : "Berbaktilah kepada kedua orang tuamu" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan 'ah' apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya 'udzubillah.
Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.
Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.
Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala surat Al-Baqarah ayat 215.
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
"Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, "Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui"
Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut.
أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أَبَاكّ، ثُمَّ الأَقْرَبِ فَاْلأَقْرَبِ
"Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]
Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
Kelima.
Mendo'akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat,
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro" (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). [Al-Isra : 24]
Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid'ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo'a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum'at dan di tempat-tempat dikabulkannya do'a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :
Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta'ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.
Yang kedua : Adalah mendo'akan kedua orang tua kita.
Dalam sebuah hadits dla'if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya ?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya" [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin (Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343)]
Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :
1. Mendo'akannya
2. Menshalatkan ketika orang tua meninggal
3. Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
4. Membayarkan hutang-hutangnya
5. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari'at.
6. Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya. [Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]
Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ اَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ
"Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal" [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]
Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, "Semoga Allah membereskan urusanmu". Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhumua berkata, "Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ اَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ
"Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya" [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]
Berkaitan dengan masalah shalat dan puasa yang ditinggalkan oleh orang tua, maka menurut syari'at tidak dibenarkan mengqadha shalat atau puasa kecuali puasa nadzar [Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul Rayah 1409H, lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal 213-216, cet. Darul Ma'arif 1424H]
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Darul Qolam. Komplek Depkes Jl. Raya Rawa Bambu Blok A2, Pasar Minggu - Jakarta. Cetakan I Th 1422H/2002M]
Read more at http://khairulryezal.blogspot.com/2014/06/cerita-sadis-mantan-timbalan-menteri.html#AZ6O4UrSKQWQZW3s.99Cerita Lawak Lucu
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bentuk-Bentuk Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Adalah :
Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu'min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.
Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu 'ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis" [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : "Berbaktilah kepada kedua orang tuamu" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan 'ah' apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya 'udzubillah.
Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.
Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.
Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala surat Al-Baqarah ayat 215.
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
"Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, "Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui"
Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut.
أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أُمُّكَ، ثُمَّ أَبَاكّ، ثُمَّ الأَقْرَبِ فَاْلأَقْرَبِ
"Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]
Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
Kelima.
Mendo'akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat,
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro" (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). [Al-Isra : 24]
Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid'ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo'a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum'at dan di tempat-tempat dikabulkannya do'a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :
Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta'ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.
Yang kedua : Adalah mendo'akan kedua orang tua kita.
Dalam sebuah hadits dla'if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya ?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya" [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin (Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343)]
Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :
1. Mendo'akannya
2. Menshalatkan ketika orang tua meninggal
3. Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
4. Membayarkan hutang-hutangnya
5. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari'at.
6. Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya. [Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]
Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ اَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ
"Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal" [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]
Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, "Semoga Allah membereskan urusanmu". Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhumua berkata, "Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ اَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ
"Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya" [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]
Berkaitan dengan masalah shalat dan puasa yang ditinggalkan oleh orang tua, maka menurut syari'at tidak dibenarkan mengqadha shalat atau puasa kecuali puasa nadzar [Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul Rayah 1409H, lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal 213-216, cet. Darul Ma'arif 1424H]
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Darul Qolam. Komplek Depkes Jl. Raya Rawa Bambu Blok A2, Pasar Minggu - Jakarta. Cetakan I Th 1422H/2002M]
June 17, 2014
6 Cerita Sadis Mantan Timbalan Menteri UMNO Menghuni Di Rumah Orang Tua
Siapa kata Menteri/Timbalan Menteri serta mantan-mantan hidup mewah
seumur hidup mereka? Ada yang tidak bernasib baik kehidupan mereka
berakhir menghuni di rumah kebajikan atau rumah orang-orang tua. Rasa
terkejut apabila hal ini berlaku ke atas bekas anggota kabinet Malaysia,
mantan Timbalan Menteri Pengangkutan Malaysia serta bekas Naib Ketua
Wanita UMNO Malaysia, Datin Paduka Hajjah Rahmah Othman. Beliau yang
dilaporkan kini telah ditempatkan di rumah orang-orang tua.
Lebih menyayat hati pusat jagaan milik bukan orang Melayu/Islam.
Betullah pendapat yang mengatakan bahawa seorang Ibu boleh melahirkan
dan membesarkan 10 orang anak dengan sempurna, sebaliknya 10 orang anak
belum tentu memelihara seorang Ibu. CTS hanya dapat bersimpati dengan
nasib Datin Paduka. Kepada orang-orang UMNO, lapangkanlah masa anda
untuk melawat tokoh parti ini. Tanpa beliau dan rakan-rakan
seangkatannya, belum tentu parti sekukuh yang ada sekarang.
Read more at http://khairulryezal.blogspot.com/2014/06/cerita-sadis-mantan-timbalan-menteri.html#AZ6O4UrSKQWQZW3s.99Cerita Lawak Lucu
Dimasukkan ke Rumah Orang-orang Tua
Akhirnya
Pak Ali yang sudah tua dimasukkan anak-anaknya ke rumah orang-orang
tua. Baru saja dia masuk ke sana, seorang jururawat yang ayu sudah
datang menemaninya duduk-duduk di anjung.
Begitulah, mereka berdua duduk bersebelahan sambil menatap matahari yang hendak terbenam. Tiba-tiba Pak Ali mencondongkan badannya ke kanan.
Si Jururawat dengan cekap menangkapnya agar tidak terjatuh dan menegakkan badannya kembali.
Beberapa saat kemudian kembali Pak Ali mencondongkan badannya, kali ini ke kiri. Kembali dengan tangkas si jururawat menegakkannya kembali. Begitulah terjadi selama beberapa menit.
Akhirnya si jururawat membawa Pak Ali kembali ke biliknya.
Keesokan harinya anaknya datang melawat.
"Bagaimana keadaan ayah di sini?" tanya anaknya.
"Menyenangkan. Tilamnya empuk, makanannya enak, jururawatnya manis-manis. Tapi ada satu masalah..."
"Masalah apa ayah?"
"Mereka tidak mengizinkan ayah kentut di sini."
Begitulah, mereka berdua duduk bersebelahan sambil menatap matahari yang hendak terbenam. Tiba-tiba Pak Ali mencondongkan badannya ke kanan.
Si Jururawat dengan cekap menangkapnya agar tidak terjatuh dan menegakkan badannya kembali.
Beberapa saat kemudian kembali Pak Ali mencondongkan badannya, kali ini ke kiri. Kembali dengan tangkas si jururawat menegakkannya kembali. Begitulah terjadi selama beberapa menit.
Akhirnya si jururawat membawa Pak Ali kembali ke biliknya.
Keesokan harinya anaknya datang melawat.
"Bagaimana keadaan ayah di sini?" tanya anaknya.
"Menyenangkan. Tilamnya empuk, makanannya enak, jururawatnya manis-manis. Tapi ada satu masalah..."
"Masalah apa ayah?"
"Mereka tidak mengizinkan ayah kentut di sini."
Sedih rasanya melihat foto-foto ini, Sampe tak kuasa rasanya menahan apa yang Sedang terjadi..
Orang tua
renta ini sedang menahan rasa sulitnya derita yang dilaluinya dengan
sebatang rokok, dan berfikir mengapa sulit derita yang sedang
dialaminya..
Seorang anak
ber usia 9 bulan sudah merasakan dingin udara dunia, karena orang tuanya
tak memiliki apa apa hanya memiliki se utas pakaian yang lekat di
badan..
Raut muka se
orang peminta peminta di Lampu Merah Di Kota Yogyakarta, Ia sedang
menulis syair indah bagi derita apa yang sedang dirinya hadapi..
Nenek – nenek sedang membersihkan trotoar untuk menggelar daganganya, Pantaskah jika melihatnya? haruskah kita membiarkanya?.. Adilkah semua itu?..
Tiada ulasan:
Catat Ulasan