Friday, 3 October 2014
SURAT PEJABAT SETIAUSAHA KERAJAAN PERAK KEPADA SEMUA KETUA JABATAN KERAJAAN NEGERI DAN PERSEKUTUAN YANG MENYENTUH KALBU.
TITAH DULI YANG MAHA MULIA PADUKA SERI SULTAN PERAK DALAM MESYUARAT DEWAN NEGARA KALI KE 161
" Beta menitahkan supaya semua acara yang dianjurkan atas nama Kerajaan, jabatan dan Agensi Kerajaan untuk tidak lagi perlu mempersembahkan apa-apa cenderamata kepada Beta dan Raja Permaisuri ketika Beta dan Raja Permaisuri berangkat menghadiri acara. Pendirian ini hendaklah disampaikan kepada Yang Berhormat Setiausaha Kerajaan Negeri dan surat memaklumkan pendirian ini diedarkan kepada semua Ketua jabatan di peringkat Negeri dan Daerah"
DAULAT TUANKU!!! .. ALLAH LANJUTKAN USIA TUANKU DAN RAJA PERMAISURI.
Friday, 3 October 2014
HEBOH SATU SELANGOR BERITA MENTERI BESAR BAHARU TURUN PADANG TINJAU TEMPAT PELUPUSAN SAMPAH.
Omak Kau mendapat kiriman beberapa gambar yang memperlihatkan Dato' Menteri Besar Selangor YAB Azmin Ali telah membuat lawatan mengejut disatu kawasan pelupusan sampah haram katanya di sebuah kawasan dalam Daerah Selayang.
Turut mengiringi Menteri Besar dalam lawatan mengejut turun padang tinjau dengan mata kepala sendiri itu ADUN Bukit Lanjan merangkap Exco Selangor Eli Wong, Yang DiPertua Majlis Perbandaran Selayang, Mohd Azizi Mohd Zin, ADUN Sri Andalas Dr Xavier dll pegawai MPS.
Punyalah YAB Azmin Ali membuat terjahan sampai panjat lori dan serbu pondok kawalan pos.
Kalau dilihat pada rakaman gambar-gambar tersebut ternyata amat jelas, tempat pelupusan sampah haram ini sudah wujud agak lama.
Peliknya apa yang para wakil rakyat buat selama ini?
Eloklah buat terjahan mengejut bila ada aduan .. tetapi janganlah bersikap seperti penyapu baru .. new broom sweeps clean sebab semasa Pak Lah baru-baru jadi PM tahun 2003 dulu, begini juga cara dia lakukan untuk memukau dan memikat hati rakyat ... dia buat lawatan mengejut di pejabat Pendaftaran Negara dan Imigresen .. masa itu habis semua media arus perdana menyiarkan kisah itu .. memberi gambaran seolah-olah Pak Lah berjiwa rakyat .. merasai denyutan hati rakyat .. faham akan kesusahan rakyat ..
Realitinya??? .. Itulah sahaja dua pejabat yang beliau kunjungi sampailah dia melepaskan jawatan pada tahun 2009.
Rakyat sedang memerhati dan memantau .. penilaiannya akan diberi dalam bentuk undi pada PRU 14 nanti sama ada kita ini benar-benar ikhlas atau sekadar berlakun sandiwara.
Turun padang harus konsisten bukan bermusim.
Tidak sanggup berdepan rakyat, Azmin potong gaji MB, exco, speaker dan timbalan
Katanya, langkah itu bagi mengurangkan perbelanjaan pengurusan kerana mahu menumpukan kepada perbelanjaan sektor pembangunan.
"Saya ambil pendirian awal gaji menteri besar, exco, speaker dan timbalan speaker akan dipotong kepada tahap munasabah kerana kenaikan kadar pada 2013 terlalu tinggi.
"Saya tidak boleh berdepan dengan rakyat kerana masalah kos kehidupan yang tinggi," katanya kepada pemberita selepas menghadiri perhimpunan pagi bersama jabatan kerajaan negeri di Pejabat Daerah Gombak, hari ini.
Beliau berkata, pengurangan itu juga termasuk perbelanjaan keraian dan elaun kakitangan negeri.
Katanya, formula bajet peringkat persekutuan di Parlimen, yang memperuntukan 80% perbelanjaan mengurus dan 20% bagi pembangunan sebelum ini, memberi kesan kepada rakyat bawahan.
"Bajet 2015 ditukar, di mana belanja pembangunan ditingkatkan ke satu kadar yang agak munasabah dan belanja mengurus dikurangkan kepada kos yang akan ditetapkan, ini mesti dalam bentuk pembangunan," katanya.
Katanya, pembangunan mesti digunakan untuk menunjukkan kekayaan Selangor terutamanya bagi sektor perumahan, pendidikan dan kebajikan.
"Ini masih dalam perbincangan. Biar exco bincang dahulu dalam mesyuarat sebelum mengemukakan keputusan akhir," katanya.
Azmin selepas mempengerusikan mesyuarat exco Rabu lalu memutuskan kenaikan elaun empat jawatan terbabit dikaji semula.
Sidang DUN Selangor pada 27 November, 2013 meluluskan kenaikan gaji MB sebanyak RM29,250, exco RM20,250, speaker RM22,500, timbalan speaker RM15,750 dan ahli DUN (Adun) RM11,250.
Kenaikan sehingga 300% itu bermula pada Januari 2014.
Sidang DUN pada April 2014 kemudian meluluskan pemotongan elaun MB menjadi RM14,175.15, exco RM15,000, speaker RM15,000 dan timbalan speaker RM12,000.
Kadar pemotongan itu disalurkan ke dalam Tabung Agenda Merakyatkan Ekonomi Selangor (MES).
Namun, elaun bagi Adun masih dikekalkan.
Azmin dalam ucapannya dihadapan kira-kira 100 kakitangan negeri juga berkata, peruntukan Pemberian Penyenggaran Jalan Raya Negeri (MARRIS) daripada Putrajaya yang berjumlah RM523 juta akan digunakan sepenuhnya untuk menyelesaikan masalah infrastruktur tempatan.
"Pada tahun baru (2015), saya tidak mahu lagi ada aduan tentang jalan berlubang, sampah tidak dipungut, longkang tersumbat atau tidak bercantas," katanya.
Ketua Umum PKR Datuk Seri Anwar Ibrahim semasa awal pelantikan Azmin sebagai menteri besar minggu lalu mengarahkan Timbalan Presiden PKR itu mengkaji semula kenaikan elaun dan projek kontroversi termasuk air dan Lebuhraya Kinrara-Damansara (Kidex). – 3 Oktober, 2014.
Pilot Irak lakukan kesalahan, menjatuhkan bantuan makanan, air dan senjata ke wilayah yang dikuasai ISIS
Kamis, 8 Zulhijjah 1435 H / 2 Oktober 2014 06:45
ANBAR (Arrahmah.com)
– Angkatan udara rezim Syi’ah Irak telah melakukan kesalahan fatal, di
mana mereka menjatuhkan makanan, air dan senjata ke wilayah yang
dikuasai kelompok ISIS pada bulan lalu, menurut pernyataan seorang
pejabat
keamanan pada Rabu (1/10/2014).
“Beberapa pilot mengangkut bantuan-senjata dan makanan-dan tidak menjatuhkannya ke posisi tentara di daerah yang terkepung terutama Brigade 1 dan 30,” ujar Hakim Al-Zamili, anggota parlemen komite pertahanan dan keamanan kepada Al Arabiya.
Al Hadath, yang masih memiliki hubungan dengan saluran Al Arabiya melaporkan bahwa rezim Syi’ah Irak telah meluncurkan penyelidikan atas insiden memalukan tersebut yang disebut-sebut terjadai pada 19 September lalu di Saglawyah di provinsi
Anbar.
Media Irak melaporkan bahwa angkatan udara telah berusaha menjatuhkan makanan dan amunisi untuk tentara Irak yang terkepung oleh ISIS di Saglawyah ketika bantuan tersebut keliru dikirim.
“Para pilot tidak memiliki cukup pengalaman, intelijen atau itu adalah kesalahan teknis,” ujar Ghassan Attiyah, Presiden Badan Amal Irak untuk Pembangunan dan Demokrasi.
“Dalam upaya untuk melakukan serangan dengan tepat, perlu ada penambahan peralatan yang disandingkan dengan informasi intelijen di darat untuk membantu mereka menemukan lokasi target,” lanjut Attiyah.
Sementara pesawat dilaporkan tidak memiliki informasi intelijen yang tepat di lapangan, mereka juga membutuhkan fitur tambahan. “Apakah mereka memiliki cukup fitur untuk mencari target dengan presisi?” tanyanya.
Seorang pengamat, Ali Abdulamir menyalahkan pilot yang memiliki pengalaman lemah atas insiden tersebut.
“Sebagian besar pilot tersebut telah ditarik kembali setelah meninggalkan pekerjaan lama mereka,” ujarnya kepada Al Hadath.
Perdana Menteri baru Irak, Haidar al-Abadi baru-baru ini memberhentikan dua jenderal dalam upaya untuk mereformasi tubuh militer.
Abdulamir mengatakan pemerintah juga perlu memberhentikan dan menyelidiki jenderal lain yang dianggap bertanggung jawab atas buruknya kinerja tentara.
“Laporan AS mengatakan bahwa seperempat tentara Irak memiliki kemampuan, dan ini adalah untuk mempercantik wajah memalukan yang disebut militer Irak,” ujar Abdulamir.
“Ini tidak benar, tidak ada pasukan Irak, tentara Irak telah runtuh dan apa yang kami miliki adalah milisi yang mengajukan diri,” tambahnya. (haninmazaya/arrahmah.com)
keamanan pada Rabu (1/10/2014).
“Beberapa pilot mengangkut bantuan-senjata dan makanan-dan tidak menjatuhkannya ke posisi tentara di daerah yang terkepung terutama Brigade 1 dan 30,” ujar Hakim Al-Zamili, anggota parlemen komite pertahanan dan keamanan kepada Al Arabiya.
Al Hadath, yang masih memiliki hubungan dengan saluran Al Arabiya melaporkan bahwa rezim Syi’ah Irak telah meluncurkan penyelidikan atas insiden memalukan tersebut yang disebut-sebut terjadai pada 19 September lalu di Saglawyah di provinsi
Anbar.
Media Irak melaporkan bahwa angkatan udara telah berusaha menjatuhkan makanan dan amunisi untuk tentara Irak yang terkepung oleh ISIS di Saglawyah ketika bantuan tersebut keliru dikirim.
“Para pilot tidak memiliki cukup pengalaman, intelijen atau itu adalah kesalahan teknis,” ujar Ghassan Attiyah, Presiden Badan Amal Irak untuk Pembangunan dan Demokrasi.
“Dalam upaya untuk melakukan serangan dengan tepat, perlu ada penambahan peralatan yang disandingkan dengan informasi intelijen di darat untuk membantu mereka menemukan lokasi target,” lanjut Attiyah.
Sementara pesawat dilaporkan tidak memiliki informasi intelijen yang tepat di lapangan, mereka juga membutuhkan fitur tambahan. “Apakah mereka memiliki cukup fitur untuk mencari target dengan presisi?” tanyanya.
Seorang pengamat, Ali Abdulamir menyalahkan pilot yang memiliki pengalaman lemah atas insiden tersebut.
“Sebagian besar pilot tersebut telah ditarik kembali setelah meninggalkan pekerjaan lama mereka,” ujarnya kepada Al Hadath.
Perdana Menteri baru Irak, Haidar al-Abadi baru-baru ini memberhentikan dua jenderal dalam upaya untuk mereformasi tubuh militer.
Abdulamir mengatakan pemerintah juga perlu memberhentikan dan menyelidiki jenderal lain yang dianggap bertanggung jawab atas buruknya kinerja tentara.
“Laporan AS mengatakan bahwa seperempat tentara Irak memiliki kemampuan, dan ini adalah untuk mempercantik wajah memalukan yang disebut militer Irak,” ujar Abdulamir.
“Ini tidak benar, tidak ada pasukan Irak, tentara Irak telah runtuh dan apa yang kami miliki adalah milisi yang mengajukan diri,” tambahnya. (haninmazaya/arrahmah.com)
Topik:
Imam dakwa dipijak pengurus Felda
- Shafii dibantu dua rakannya menunjukkan bagaimana dia dipeluk pengurus Felda dalam kejadian itu.
LANCHANG - Seorang Imam yang juga peneroka mendakwa dikasari dan
dipijak sekumpulan lelaki termasuk Pengurus Felda ketika melakukan kerja
di ladang sawit Felda Bukit Damar, di sini Khamis minggu lalu.
Shafii Lebai Hanafiah, 64, berkata, kejadian itu berlaku selepas dia dan pengurus berkenaan bertengkar mengenai hak milik ladang sawit berkenaan yang telah dibeli anaknya.
“Semasa pertengkaran tersebut tiba-tiba dua orang lelaki memegang badan saya sehingga saya terjatuh dan sejurus itu pengurus berkenaan telah memijak paha saya menyebabkan saya kesakitan.
“Akibat kejadian itu saya berasa sakit di bahagian badan dan trauma sebelum membuat laporan polis di Balai Polis Lanchang bagi memastikan perkara ini tidak berlaku lagi,” katanya.
Menurutnya, tindakan pihak berkenaan menggunakan kekasaran dalam perkara itu amat tidak wajar kerana jelas melanggar undang-undang negara dan menimbulkan suasana tidak harmoni dengan peneroka.
Menurutnya, sekiranya tidak berpuas hati, pihak berkenaan boleh membawa perkara tersebut di peringkat atasan bagi tujuan pengadilan.
Dakwa tanah sudah dibeli
Dalam pada itu beliau memberitahu bahawa ladang berkenaan telah dibeli anaknya daripada pemilik asal yang telah meninggal dunia pada 2003.
Jelasnya, pada masa ini dia telah mendapat kebenaran daripada semua waris pemilik berkenaan dan sedang dalam proses melakukan pertukaran nama pemilik.
Sementara itu, Pengerusi Jawatankuasa Bertindak Peneroka Felda, Mohamad Razali Ithnain berkata, pihaknya telah mendapatkan maklumat lengkap mengenai kejadian itu untuk tindakan lanjut.
Ujarnya, pihaknya akan melantik peguam bagi menyelesaikan perkara itu termasuk mendapatkan ganti rugi akibat kejadian tersebut.
Beliau juga menggesa supaya status ladang itu diselesaikan dengan segera sebelum sesuatu yang lebih buruk berlaku.
Pengurus nafi dakwaan Imam
Sementara itu, Pengurus Felda Bukit Damar menafikan dia bertindak ganas memijak kaki Imam tanah rancangan itu sebaliknya terpaksa bertindak mempertahankan diri selepas dilibas parang panjang oleh warga emas itu ketika cuba berbincang.
Menceritakan kejadian yang berlaku pada 25 September lalu, Md Isa Karim berkata, dia menerima panggilan telefon daripada penyelia ladang memaklumkan Shafii sedang mengambil buah di lot ladang milik Felda.
“Sebaik sahaja saya sampai di dalam ladang, saya bertanya kepadanya kenapa dia mengambil buah sawit kerana hasil di ladang itu bukan miliknya sebaliknya milik Felda.
“Ketika sedang bersoal jawab tiba-tiba Shafii mengeluarkan parang panjang dan cuba melibas ke arah saya, pemandu saya dan penyelia ladang.
“Saya bertindak pantas mempertahankan diri dengan memaut leher Shafii dan salah seorang dari kami merampas parang panjang itu dan dibuang jauh dari Shafii,” katanya sewaktu ditemui semalam.
Dakwa dihalang keluar dari ladang
Bagaimanapun katanya, dalam perjalanan keluar dari ladang, dia ditahan tiga pemuda tanah rancangan itu dan salah seorang darinya sangat agresif bertanya kenapa beliau memukul Shafii.
Ketika sedang berbincang, tiba-tiba Md Isa nampak, Shafii menunggang laju motosikal dari arah belakang dan cuba melanggarnya.
“Saya cuba elak tetapi terkena juga pada betis kanan, ketika itu Shafii jatuh tertiarap. Shafii bangun dan memberi isyarat dengan kepala kepada tiga pemuda kampung untuk memukul saya tetapi mereka tidak pukul selepas saya terangkan undang-undang melindungi saya,” katanya.
Md Isa berkata, dia kemudian pulang ke pejabat dan hanya berkesempatan membuat laporan polis di Balai Polis Temerloh kira-kira jam 12.30 tengah malam hari kejadian kerana terpaksa menghadiri mesyuarat.
Pemilik asal tidak beri notis ambil alih
Md Isa berkata, kejadian berpunca daripada kegagalan Shafii dan anaknya memahami status tanah yang dibeli dari peneroka asal berjumlah RM75,000 pada 2003.
Menurutnya, Shafii adalah peneroka asal yang memiliki ladang kelapa sawit berkeluasan 4 hektar di Felda Bukit Damar dan pada 19 Ogos 2003 anak lelakinya Hasfani Azilan membuat perjanjian membeli satu ladang lain dari seorang lagi peneroka asal Yusuf Mamat.
Beliau berkata, sebelum itu Yusuf Mamat menyertai skim tanam semula pada 2002 dan menerima bayaran bulanan sara hidup dari Felda dan kemudian meninggal dunia pada 8 April 2008.
“Ketika membuat perjanjian jual beli itu, pengurus Felda ketika itu tidak pernah menyokong urusan itu kerana tertakluk kepada Seksyen 15 akta penempatan berkelompok (GSA) 1960.
“Pada September 2003, Yusuf Mamat tidak memberi notis untuk ambil alih pengurusan ladang daripada Felda dan beliau juga tidak membayar balik hutang kepada Felda malah terus mengambil wang sara hidup setiap bulan sehingga beliau meninggal dunia.
“Yusuf tidak ada anak dan isteri telah meninggal dunia, segala hartanya jatuh kepada anak saudaranya Zainal Abu Bakar, pada masa sama Shafii telah meminta Zainal menandatangani surat tukar hak milik tetapi Zainal enggan dan cuba mendapatkan nasihat Felda.
“Atas nasihat Felda, Zainal enggan menandatangani surat itu kerana tanah Felda tidak boleh dijual beli dan sehingga kini ia masih milik Felda,” katanya.
Md Isa berkata, beliau mempunyai bukti kukuh segala urusan jual beli antara Hasfani Azilan dan Yusuf Mamat itu tidak berhasil dan geran asal tidak bertukar milik dan masih pada pewaris Yusuf Mamat iaitu Zainal Abu Bakar.
“Ini bermakna ladang itu masih hak milik Felda, banyak lagi faktanya tetapi cukup sekadar makluman urusan jual beli itu tidak berhasil dan tindakan saya mempertahankan hasil ladang itu adalah kerana tanggungjawab saya sebagai pengurus yang dilantik,” katanya.
Shafii Lebai Hanafiah, 64, berkata, kejadian itu berlaku selepas dia dan pengurus berkenaan bertengkar mengenai hak milik ladang sawit berkenaan yang telah dibeli anaknya.
“Semasa pertengkaran tersebut tiba-tiba dua orang lelaki memegang badan saya sehingga saya terjatuh dan sejurus itu pengurus berkenaan telah memijak paha saya menyebabkan saya kesakitan.
“Akibat kejadian itu saya berasa sakit di bahagian badan dan trauma sebelum membuat laporan polis di Balai Polis Lanchang bagi memastikan perkara ini tidak berlaku lagi,” katanya.
Menurutnya, tindakan pihak berkenaan menggunakan kekasaran dalam perkara itu amat tidak wajar kerana jelas melanggar undang-undang negara dan menimbulkan suasana tidak harmoni dengan peneroka.
Menurutnya, sekiranya tidak berpuas hati, pihak berkenaan boleh membawa perkara tersebut di peringkat atasan bagi tujuan pengadilan.
Dakwa tanah sudah dibeli
Dalam pada itu beliau memberitahu bahawa ladang berkenaan telah dibeli anaknya daripada pemilik asal yang telah meninggal dunia pada 2003.
Jelasnya, pada masa ini dia telah mendapat kebenaran daripada semua waris pemilik berkenaan dan sedang dalam proses melakukan pertukaran nama pemilik.
Sementara itu, Pengerusi Jawatankuasa Bertindak Peneroka Felda, Mohamad Razali Ithnain berkata, pihaknya telah mendapatkan maklumat lengkap mengenai kejadian itu untuk tindakan lanjut.
Ujarnya, pihaknya akan melantik peguam bagi menyelesaikan perkara itu termasuk mendapatkan ganti rugi akibat kejadian tersebut.
Beliau juga menggesa supaya status ladang itu diselesaikan dengan segera sebelum sesuatu yang lebih buruk berlaku.
Pengurus nafi dakwaan Imam
Sementara itu, Pengurus Felda Bukit Damar menafikan dia bertindak ganas memijak kaki Imam tanah rancangan itu sebaliknya terpaksa bertindak mempertahankan diri selepas dilibas parang panjang oleh warga emas itu ketika cuba berbincang.
Menceritakan kejadian yang berlaku pada 25 September lalu, Md Isa Karim berkata, dia menerima panggilan telefon daripada penyelia ladang memaklumkan Shafii sedang mengambil buah di lot ladang milik Felda.
“Sebaik sahaja saya sampai di dalam ladang, saya bertanya kepadanya kenapa dia mengambil buah sawit kerana hasil di ladang itu bukan miliknya sebaliknya milik Felda.
“Ketika sedang bersoal jawab tiba-tiba Shafii mengeluarkan parang panjang dan cuba melibas ke arah saya, pemandu saya dan penyelia ladang.
“Saya bertindak pantas mempertahankan diri dengan memaut leher Shafii dan salah seorang dari kami merampas parang panjang itu dan dibuang jauh dari Shafii,” katanya sewaktu ditemui semalam.
Dakwa dihalang keluar dari ladang
Bagaimanapun katanya, dalam perjalanan keluar dari ladang, dia ditahan tiga pemuda tanah rancangan itu dan salah seorang darinya sangat agresif bertanya kenapa beliau memukul Shafii.
Ketika sedang berbincang, tiba-tiba Md Isa nampak, Shafii menunggang laju motosikal dari arah belakang dan cuba melanggarnya.
“Saya cuba elak tetapi terkena juga pada betis kanan, ketika itu Shafii jatuh tertiarap. Shafii bangun dan memberi isyarat dengan kepala kepada tiga pemuda kampung untuk memukul saya tetapi mereka tidak pukul selepas saya terangkan undang-undang melindungi saya,” katanya.
Md Isa berkata, dia kemudian pulang ke pejabat dan hanya berkesempatan membuat laporan polis di Balai Polis Temerloh kira-kira jam 12.30 tengah malam hari kejadian kerana terpaksa menghadiri mesyuarat.
Pemilik asal tidak beri notis ambil alih
Md Isa berkata, kejadian berpunca daripada kegagalan Shafii dan anaknya memahami status tanah yang dibeli dari peneroka asal berjumlah RM75,000 pada 2003.
Menurutnya, Shafii adalah peneroka asal yang memiliki ladang kelapa sawit berkeluasan 4 hektar di Felda Bukit Damar dan pada 19 Ogos 2003 anak lelakinya Hasfani Azilan membuat perjanjian membeli satu ladang lain dari seorang lagi peneroka asal Yusuf Mamat.
Beliau berkata, sebelum itu Yusuf Mamat menyertai skim tanam semula pada 2002 dan menerima bayaran bulanan sara hidup dari Felda dan kemudian meninggal dunia pada 8 April 2008.
“Ketika membuat perjanjian jual beli itu, pengurus Felda ketika itu tidak pernah menyokong urusan itu kerana tertakluk kepada Seksyen 15 akta penempatan berkelompok (GSA) 1960.
“Pada September 2003, Yusuf Mamat tidak memberi notis untuk ambil alih pengurusan ladang daripada Felda dan beliau juga tidak membayar balik hutang kepada Felda malah terus mengambil wang sara hidup setiap bulan sehingga beliau meninggal dunia.
“Yusuf tidak ada anak dan isteri telah meninggal dunia, segala hartanya jatuh kepada anak saudaranya Zainal Abu Bakar, pada masa sama Shafii telah meminta Zainal menandatangani surat tukar hak milik tetapi Zainal enggan dan cuba mendapatkan nasihat Felda.
“Atas nasihat Felda, Zainal enggan menandatangani surat itu kerana tanah Felda tidak boleh dijual beli dan sehingga kini ia masih milik Felda,” katanya.
Md Isa berkata, beliau mempunyai bukti kukuh segala urusan jual beli antara Hasfani Azilan dan Yusuf Mamat itu tidak berhasil dan geran asal tidak bertukar milik dan masih pada pewaris Yusuf Mamat iaitu Zainal Abu Bakar.
“Ini bermakna ladang itu masih hak milik Felda, banyak lagi faktanya tetapi cukup sekadar makluman urusan jual beli itu tidak berhasil dan tindakan saya mempertahankan hasil ladang itu adalah kerana tanggungjawab saya sebagai pengurus yang dilantik,” katanya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan