Ahad, 2 Mac 2014

ADAKAH MASJID DIRAR.....MENGUBAH CIPTAAN ALLAH....ADAKAH KITA BERSYUKUR

Jangan Sampai Masjid Kita Seperti Masjid Dirar

Kita pastilah masih ingat kisah Masjid Dirar dan Masjid Quba. Saya sendiri sangat suka dengan kisah yang terjadi pada seputaran masa Perang Tabuk ini. Mungkin agar kita mudah mengingatnya kembali, akan saya ceritakan kembali bagaimana kisah kedua Masjid ini.
Ketika pertamakali Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA hijrah ke Madinah, masjid Quba adalah masjid sederhana yang pertamakali dikunjungi Beliau. Bahkan Rasulullah SAW beserta para sahabat sempat tinggal beberapa hari di sana, bahkan ikut serta membangunnya. Walapun sederhana, Masjid Quba yang didirikan oleh Bani Amr bin Auf ini begitu sangat dimuliakan oleh Allah sehingga termaktub dengan indah pada Surat At-Taubah 108. Bahkan menurut riwayat Hadits Tirmidzi, “Melakukan shalat di dalam Masjid Quba sama dengan melakukan Umrah“. Luar biasa mulia khan? Setelah menetap di Madinah, Rasulullah dan para sahabat baru membangun Masjid Nabawi yang kita kenal selama ini.
Terus bagaimana dengan Masjid Dirar? masjid ini didirikan oleh kaum munafik untuk menarik jamaah Masjid Quba, dan membuatnya sepi dari para jamaah. Masjid Dirar didirikan oleh Abu Amir Ar-Rahib dan teman-temannya para pendeta non-muslim lainnya dengan mendapatkan dukungan dana yang sangat kuat dari Romawi. Masjid ini didirikan bukan demi pertimbangan ketakwaan kepada Allah, namun guna kepentingan politis untuk mereduksi pengaruh Rasulullah SAW, dan memecah belah kaum muslim. Padahal saat itu sedang terjadi perang Tabuk dimana kekuatan kaum muslim yang tidak seberapa harus menghadapi kekuatan angkatan perang yang didukung oleh Romawi yang hampir mustahil dikalahkan oleh bangsa manapun di dunia saat itu.
Masjid Dirar dibangun sangat megah, penuh dengan fasilitas yang memberikan bantuan yang sangat menggurkan masyarakat sekitar, seperti fasilitas kesehatan, serta bantuan gratis lainnya. Sempat jamaah Masjid Quba tersedot ke Masjid Laknat yang didirikan oleh kaum munafik ini.
Namun, apapun namanya, jika semuanya didasarkan pada niatan yang tidak baik pastilah akan sampai pada waktu kehancurannya. Sepulang dari perang Tabuk, Rasullah mendapatkan wahyu dari Allah SWT sebagai berikut:
Janganlah kamu bersembahyang dalam Masjid itu selama-lamanya.  Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah 108-110).
Nah, terus apa hubungannya kisah tersebut dengan Masjid kita? Dari kisah luar biasa tersebut diatas, kita dapat mengambil pelajaran berharga yang bisa kita gunakan untuk merenung lebih dalam bahwa:
  1. Masjid dibangun atas dasar ketakwaan kepada Allah semata. Bukan untuk menunjukkan bahwa kita mampu membangun lebih megah daripada tetangga lingkungan kita.
  2. Masjid dibangun bukan untuk bermegah-megahan dan berlebih-lebihan. Msjid dibangun seharusnya untuk lebih memberikan kemanfaatan yang lebih besar kepada masyarakat sekitar, bukan justru menunjukkan bahwa bangunan masjid terlihat timpang dimana Masjidnya luar biasa megah, namun kehidupan masyarakat sekitar memprihatinkan.
  3. Masjid dibangun untuk menyatukan umat, bukan justru memecah-belah umat. Ingat, tidak ada yang lebih baik dimata Allah kecuali tingkat ketakwaan masing-masing. Jadi, jangan  coba-coba merasa lebih hebat daripada yang lain.
    Masjid Ad-Dirar and Masjid At-Taqwa

    The reason behind revealing these honorable Ayat is that before the Messenger of Allah migrated to Al-Madinah, there was a man from Al-Khazraj called "Abu `Amir Ar-Rahib (the Monk).'' This man embraced Christianity before Islam and read the Scriptures. During the time of Jahiliyyah, Abu `Amir was known for being a worshipper and being a notable person among Al-Khazraj. When the Messenger of Allah arrived at Al-Madinah after the Hijrah, the Muslims gathered around him and the word of Islam was triumphant on the day of Badr, causing Abu `Amir, the cursed one, to choke on his own saliva and announce his enmity to Islam. He fled from Al-Madinah to the idolators of Quraysh in Makkah to support them in the war against the Messenger of Allah . The Quraysh united their forces and the bedouins who joined them for the battle of Uhud, during which Allah tested the Muslims, but the good end is always for the pious and righteous people. The rebellious Abu `Amir dug many holes in the ground between the two camps, into one of which the Messenger fell, injuring his face and breaking one of his right lower teeth. He also sustained a head injury. Before the fighting started, Abu `Amir approached his people among the Ansar and tried to convince them to support and agree with him. When they recognized him, they said, "May Allah never burden an eye by seeing you, O Fasiq one, O enemy of Allah!'' They cursed him and he went back declaring, "By Allah! Evil has touched my people after I left.'' The Messenger of Allah called Abu `Amir to Allah and recited the Qur'an to him before his flight to Makkah, but he refused to embrace Islam and rebelled. The Messenger invoked Allah that Abu `Amir die as an outcast in an alien land, and his invocation came true. After the battle of Uhud was finished, Abu `Amir realized that the Messenger's call was still rising and gaining momentum, so he went to Heraclius, the emperor of Rome, asking for his aid against the Prophet . Heraclius gave him promises and Abu `Amir remained with him. He also wrote to several of his people in Al-Madinah, who embraced hypocrisy, promising and insinuating to them that he will lead an army to fight the Messenger of Allah to defeat him and his call. He ordered them to establish a stronghold where he could send his emissaries and to serve as an outpost when he joins them later on. These hypocrites built a Masjid next to the Masjid in Quba', and they finished building it before the Messenger went to Tabuk. They went to the Messenger inviting him to pray in their Masjid so that it would be a proof that the Messenger approved of their Masjid. They told him that they built the Masjid for the weak and ill persons on rainy nights. However, Allah prevented His Messenger from praying in that Masjid. He said to them,
    «إِنَّا عَلَى سَفَرٍ وَلَكِنْ إِذَا رَجَعْنَا إِنْ شَاءَ الله»
    (If we come back from our travel, Allah willing.)'' When the Messenger of Allah came back from Tabuk and was approximately one or two days away from Al-Madinah, Jibril came down to him with the news about Masjid Ad-Dirar and the disbelief and division between the believers, who were in Masjid Quba' (which was built on piety from the first day), that Masjid Ad-Dirar was meant to achieve. Therefore, the Messenger of Allah sent some people to Masjid Ad-Dirar to bring it down before he reached Al-Madinah. `Ali bin Abi Talhah reported that Ibn `Abbas said about this Ayah (9:107), "They are some people of the Ansar to whom Abu `Amir said, `Build a Masjid and prepare whatever you can of power and weapons, for I am headed towards Caesar, emperor of Rome, to bring Roman soldiers with whom I will expel Muhammad and his companions.' When they built their Masjid, they went to the Prophet and said to him, "We finished building our Masjid and we would like you pray in it and invoke Allah for us for His blessings.''Allah revealed this verse,
    ﴿لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا﴾
    (Never stand you therein), until,
    ﴿الْظَّـلِمِينَ﴾
    (...wrongdoers) '' Allah said next,
    ﴿وَلَيَحْلِفَنَّ﴾
    (they will indeed swear), those who built it,
    ﴿إِنْ أَرَدْنَا إِلاَّ الْحُسْنَى﴾
    (that their intention is nothing but good.) by building this Masjid we sought the good and the comfort of the people. Allah replied,
    ﴿وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَـذِبُونَ﴾
    (Allah bears witness that they are certainly liars) for they only built it to harm Masjid Quba', and out of disbelief in Allah, and to divide the believers. They made it an outpost for those who warred against Allah and His Messenger , such as Abu `Amir the Fasiq who used to be called Ar-Rahib, may Allah curse him! Allah said,
    ﴿لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا﴾
    (Never stand you therein), prohibiting His Prophet and his Ummah from ever standing in it in prayer.
Masjid Kristal cetus kontroversi
  • Masjid Kristal cetus kontroversi
1 / 1
PEMBINAAN Masjid Kristal yang terletak di kawasan pelancongan, Taman Tamadun Islam, Pulau Wan Man, Kuala Terengganu, suatu ketika dahulu pernah mencetuskan kontroversi apabila ia dibina lebih memfokuskan kepada aspek pelancongan daripada fungsi sebenarnya.

Malah, masjid yang dibina ketika pentadbiran bekas Menteri Besar, Datuk Seri Idris Jusoh itu turut dijadikan modal politik pihak tertentu, tambahan waktu itu BN berjaya merampas kembali Terengganu daripada Pas.

Kisah mengenai ‘masjid kaca’ itu bukan sahaja menjadi topik bualan hangat masyarakat negeri ini, sebaliknya turut tersebar dan menarik perhatian rakyat di seluruh negara.

Pelbagai isu ditimbulkan termasuklah dakwaan arkitek bukan orang Islam, arah kiblat salah, selain tersebarnya rakaman video wajah aneh seolah-olah menyerupai syaitan pada masjid berkenaan apabila lampu warna-warni dipasang pada waktu malam.

Masjid yang dikatakan menelan belanja kira-kira RM360 juta itu digunakan secara rasmi pada Februari 2008 dan turut dilabelkan sebagai masjid pintar pertama di negara ini, namun ramai yang menyifatkan pembinaannya sebagai membazir.

Tidak terhenti di situ sahaja, ada yang mendakwa pembinaan masjid yang dibuat daripada kaca dan keluli itu langsung tiada faedah kerana hanya untuk ‘tengok-tengok’, ditambah pula ia tidak dapat digunakan untuk solat Jumaat kerana kariah tidak mencukupi di kawasan tersebut.

Di sebalik pelbagai tohmahan negatif mengenai fungsi sebenar masjid yang mampu menampung kira-kira 700 jemaah pada satu-satu masa itu, Masjid Kristal kini terus menjadi tumpuan orang ramai yang berkunjung ke negeri ini.

Membazir atau sebaliknya, ia bukan lagi perkara yang perlu dipersoalkan semua pihak, namun apa yang sewajarnya, pendekatan secara berhemah perlu dilakukan untuk menarik masyarakat terutamanya golongan muda mengimarahkan masjid.

Ini kerana, kita tidak mahu sesebuah masjid itu bukan sahaja gah dari segi kehebatan rekaannya, peralatan yang digunakan, keluasannya, tetapi fokus utama adalah untuk melihat masyarakat menjadikan masjid sebagai tempat penyatuan dengan cara melakukan solat berjemaah bersama-sama.
Denggi: 38 kes kematian Jan-Feb 2014
  • Datuk Dr S Subramaniam Datuk Dr S Subramaniam
1 / 1
KAJANG - Menteri Kesihatan Datuk Seri Dr S. Subramaniam berkata 38 kematian akibat denggi dilaporkan di seluruh negara bagi tempoh dua bulan pertama tahun ini berbanding lapan kematian dalam tempoh sama tahun lepas.

Beliau berkata bagi tempoh itu sebanyak 18,047 kes demam denggi dilaporkan di seluruh negara berbanding 4,250 kes bagi tempoh sama tahun lepas dan peningkatan itu antara lain berpunca kurang kerjasama dalam memastikan kawasan bersih dan tidak menjadi tempat pembiakan nyamuk Aedes.

Katanya, sikap menyerahkan tanggungjawab membersihkan sesuatu kawasan kepada pihak tertentu atau menyalahkan antara satu sama lain disebabkan peningkatan kes denggi, tidak akan menyelesaikan masalah itu.

"Kita perlukan kerjasama dalam isu ini, buat semburan sahaja tak boleh selesaikan masalah ini. Semua pihak kena faham tanggungjawab masing-masing," katanya dalam sidang media selepas menghadiri program gotong royong "Jom Hapus-Tempat Pembiakan Aedes" di Taman Desa Jenaris Kajang, di sini hari ini.

Beliau berkata denggi yang menjadi kebimbangan utama ketika ini, hanya dapat dikurangkan melalui kerjasama semua pihak dengan menjalankan tanggungjawab masing-masing.

Dr Subramaniam juga meminta pihak berkuasa tempatan memastikan pemungutan  sisa pepejal dilakukan mengikut jadual selain memastikan infrastruktur seperti longkang bersih dan tiada tempat takungan air yang membolehkan pembiakan nyamuk aedes berleluasa.  

Menurutnya, peningkatan wabak denggi dengan angka kematian tinggi turut mempunyai kaitan dengan perubahan serotaip dominan iaitu daripada serotaip virus den 4 kepada den 2.

Jelasnya, ia merupakan salah satu faktor yang menyumbang kepada peningkatan kes denggi yang dilaporkan kerana serotaip DEN-2 dikaitkan dengan manifestasi klinikal yang lebih teruk.

Katanya sehingga bulan lalu, sebanyak 2,670 program Komunikasi Untuk Perubahan Tingkahlaku atau lebih dikenali COMBI telah diadakan di seluruh negara yang dianggotai 53,806 sukarelawan untuk mengurangkan wabak denggi.

Konsep diperkenalkan Pertubuhan Kesihatan Sedunia (WHO) dengan pendekatan komunikasi untuk mengubah tingkah laku manusia turut digunakan bagi mencegah dan mengawal denggi, katanya.

Dalam pada itu, Dr Subramaniam berkata selain di Kajang, gotong royong membersihkan kawasan turut dilakukan serentak hari ini di sembilan lagi kawasan  daripada 110 kawasan panas denggi di seluruh negara.

Sembilan lokasi panas itu ialah Taman Meru Indah Klang; Taman Batu Gajah Perdana, Perak; Taman Seri Impian, Seberang Perai; Taman Desa Cempaka Fasa 2, Nilai; PPR Desa Rejang, Titiwangsa Kuala Lumpur; Taman Johor Jaya, Johor; Taman Desa Baru, Melaka; Taman Sempelang Sembulan, Kota Kinabalu dan Taman Tasik Indah (Jln Tasik Indah 1/7) Kuala Lumpur. - Bernama
Artikel Berkaitan

Akhirnya Yana Samsudin mengaku...

Sebelum ini tersebar berita pelakon Yana Samsudin dikatakan melakukan sesuatu pada wajahnya, dia dilihat makin cantik malah hidung Yana dikatakan berbeza dengan sebelum. 
Sebelum ini juga Yana menafikan semua itu dan mengatakan perubahan wajahnya itu disebabkan oleh teknik solekan yang digunakan.
Terkini, dipetik daripada myartis“Bila ditanya secara jujur apakah benar dia ada melakukan pembedahan plastik pada bahagian hidungnya, Yana akhirnya mengangguk. Namun pinta Yana, dia berharap agar isu tersebut tidak dibangkitkan lagi selepas ini. Mungkin malu agaknya!”
Selain hidung, menurut Yana lagi, dia juga meratakan serta memutihkan gigi. Bila buat gigi, Yana harus jaga pemakanan dan sekaligus menyebabkan penurunan berat badan mendadak. Beratnya daripada 59 kilogram ke 53 kilogram selepas rawatan tersebut.

Sistem MEPS ATM digodam? Pelanggan berang, duit lesap 'ditelan' bank

Kuala Lumpur 1 Mac 2014 - Pelanggan di sebuah bank berang apabila gagal mendapatkan wang mereka setelah membuat transaksi pengeluaran di mesin pengeluaran tunai (ATM).

Kejadian yang berlaku kira-kira jam 9.45 malam semalam di Jalan Genting Klang mendapati tiga orang pelanggan yang menjadi mangsa sedang menghalang orang ramai daripada menggunakan mesin tersebut.

Salah seorang mangsa Mohd Azli Alizan, 24, ketika dihubungi Rakyat News memberitahu, kejadian yang berlaku telah mengakibatkan beliau 'berlapar' untuk beberapa hari berikutan cuti umum pada Sabtu dan Ahad.

"Saya semak baki akaun saya ada RM107 dan mengeluarkan RM100. Kad bank keluar daripada slot tetapi duit tak keluar, begitu juga dengan resit. Ingatkan ada orang 'panjang tangan'. Saya semak semula akaun dan mendapati baki tinggal RM7. Saya terus menghubungi talian Khidmat Pelanggan untuk membuat aduan. Operator kemudiannya memberikan saya nombor laporan dan meminta saya untuk datang semula ke kaunter bank pada Isnin ini," katanya yang menggunakan kad bank itu sendiri dan bukannya melalui sistem pembayaran elektronik (MEPS).

Tambah Azli, seorang wanita warga emas berbangsa Cina turut menjadi mangsa apabila 'ditelan' sejumlah RM500 dilokasi sama. Katanya lagi, rakan beliau yang bekerja di sebuah bank mengatakan bahawa kejadian sama turut berlaku kepada pelanggan di bank-bank yang lain.

"Sudahlah simpanan saya itu untuk kegunaan perbelanjaan mingguan sementara tunggu gaji. Hendak makan, isi minyak petrol untuk motor. Sakit hati, ikutkan hendak saja pecahkan mesin ATM bank tersebut," katanya dengan nada kesal.

Sementara itu seorang lagi mangsa Vella, 36, berkata, operator di Khidmat Pelanggan tidak membenarkan beliau dan Azli daripada membuat laporan kepada pihak polis.

"Saya tanya orang itu (operator) kami perlu buat laporan polis atau tidak, dia kata tak perlu. Ini hal buat orang susah. Lagi hari minggu, kita mahu pakai wang," ujar beliau.

Vella ketika itu ingin mengeluarkan wang gaji milik abangnya berjumlah RM430 gagal apabila hanya kad sahaja yang keluar daripada slot mesin ATM itu. Selain itu Vella juga beranggapan bahawa kejadian yang menimpa mereka ada kaitan dengan pengagihan Bantuan Rakyat 1Malaysia (BR1M) yang buat pertama kali diagihkan menerusi akaun bank penerima sekaligus mengakibatkan 'kerosakan' pada mesin ATM.

"Ramai kawan saya cakap banyak bank jadi seperti ini. Orang kata ini disebabkan oleh Bantuan Rakyat 1Malaysia (BR1M)," katanya.

Sebelum ini pengguna aplikasi Whatsapp dan WeChat heboh apabila menerima satu penyebaran pesanan ringkas yang mengingatkan supaya orang ramai tidak membuat transaksi pengeluaran di mesin ATM. Namun ia hanya melibatkan sistem MEPS sahaja. - rakyatnews.my

Fakta-fakta unik tentang Jambatan kedua Pulau Pinang

Jambatan Kedua Pulau Pinang atau JK2PP dirasmikan PM, Najib Razak 12.01 tengah malam tadi. Ia dinamakan sempena nama Agung, dinamakan sebagai Jambatan Sultan Abdul Halim Mu'adzam Shah.

Turut mengiringi Najib ialah Menteri Kerja Raya Datuk Fadillah Yusof dan KM Pulau Pinang Lim Guan Eng.

Acara bersejarah penuh warna-warni itu turut disaksikan bekas PM Tun Abdullah Ahmad Badawi dan isteri Tun Jeane Abdullah, bekas KM Pulau Pinang Tan Sri Dr Koh Tsu Koon, Duta Khas Malaysia ke India dan Asia Selatan Datuk Seri S. Samy Vellu serta Menteri Besar Kedah Datuk Mukhriz Tun Dr Mahathir.

Jambatan tersebut sepanjang 24 kilometer dengan 17 kilometer daripadanya merentasi laut dan tujuh kilometer di daratan.

Di atas adalah beberapa fakta-fakta unik tentang jambatan tersebut.

Bayi maut didera pengasuh

Seorang bayi lelaki berusia setahun 8 bulan maut dipercayai didera pengasuhnya di Datuk Keramat, di sini pada awal pagi Jumaat.

Ibu bayi berkenaan telah menghantar anaknya ke rumah pengasuh terbabit seperti kebiasaan yang dilakukannya pada jam 7.45 pagi semalam, sebelum ke tempat kerja, lapor Astro Awani.

Dalam dua jam kemudian, dia menerima panggilan kecemasan daripada pengasuh terbabit menyatakan bahawa anaknya berada dalam keadaan tenat dengan wajah kebiruan.

ACP Khairi Ahrasa, Pemangku Timbalan Ketua Jabatan Siasatan Jenayah Kuala Lumpur berkata ibu bayi berkenaan bergegas semula ke rumah pengasuh.

"Sebaik tiba, wanita itu mendapati bayinya dalam keadaan tidak sedarkan diri dan terus menghantar anaknya ke Hospital Kuala Lumpur,"

"Doktor kemudiannya mengesahkan bayi berkenaan telah meninggal dunia pada jam 10.30 pagi," katanya.

Khairi berkata ibu mangsa menghantar anaknya ke rumah pengasuh itu sejak tiga bulan lalu.

"Pada waktu kejadian, pengasuh tersebut hanya menjaga seorang bayi iaitu anak kepada mangsa,"

"Laporan bedah siasat mendapati wujud unsur jenayah dalam punca kematian bayi berkenaan," katanya lagi.

Kes akan disiasat mengikut Seksyen 302 Kanun Keseksaan atas kesalahan membunuh. Bagaimanapun tiada sebarang tangkapan sehingga malam Jumaat.

Mayat bayi berkenaan sudah dibawa pulang ke Kuala Terengganu untuk urusan pengebumian.

Abu Ubaidah bin Jarrah RA

Amir bin Abdullah bin Jarrah atau lebih dikenal dengan nama Abu Ubaidah bin Jarrah, termasuk dalam golongan sahabat yang mula-mula memeluk Islam (as sabiqunal awwalun). Dan seperti kebanyakan sahabat yang memeluk Islam pada hari-hari pertama didakwahkan, Abu Bakar mempunyai peran penting dalam mempengaruhi keputusannya itu. Abu Ubaidah mengikuti hijrah ke Habasyah yang ke dua, tetapi tak lama kembali lagi ke Makkah karena ia merasa lebih nyaman berada dekat dengan Nabi SAW, walaupun mungkin jiwanya terancam. Ketika hijrah ke Madinah, Nabi SAW mempersaudarakannya dengan Sa'ad bin Mu'adz.  Abu Ubaidah termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga ketika masih hidupnya.
Ketika ia berba'iat memeluk Islam, tiga kata yang tertanam dalam benaknya, "Jihad fi Sabilillah". Semua pertempuran bersama Nabi SAW diikutinya. Diterjuninya perang Badar, yang pada dasarnya merupakan pertempuran melawan sanak kerabatnya sendiri, dan juga sahabat-sahabatnya di masa jahiliah. Semuanya itu menjadi ringan karena jiwanya telah terangkum dalam tiga kata tersebut. Bahkan ada salah satu riwayat, ia membunuh ayahnya sendiri dalam peperangan tersebut. Sebenarnya ia telah berusaha menghindari bentrok dengan ayahnya yang ada di fihak kaum kafir, kalaupun ayahnya harus terbunuh, bukanlah tangannya yang melakukannya. Tetapi ayahnya selalu mengikuti dan mengejarnya sehingga tidak ada pilihan lain selain melakukan perlawanan, sehingga akhirnya ia menewaskannya.
Ia sempat gelisah dengan apa yang dilakukannya, kemudian turunlah surah al Mujadalah ayat 22, yang membenarkan sikapnya, bahkan memuji keimanannya.
Dalam perang Uhud, Nabi SAW sempat mengalami kondisi kritis, diama beliau hanya dilindungi oleh Thalhah dan Sa'd bin Abi Waqqash, sementara pasukan Quraisy mengepung dengan maksud untuk membunuh beliau. Utbah bin Abi Waqqas melempar beliau dengan batu, hingga mengenai lambung dan bibir beliau. Abdullah bin Syihab memukul kening beliau dan akhirnya Abdullah bin Qamiah memukul bahu dan pipi beliau dengan pedang. Beliau memang memakai baju besi, tetapi akibat serangan tersebut, gigi seri beliau pecah, bibir dan kening terluka, bahkan ada dua potong besi dari topi  baja yang menancap pada pipi beliau.
Beberapa sahabat berusaha membuka "jalan darah" mendekati posisi Nabi SAW untuk bisa memberikan perlindungan kepada beliau. Abu Bakar dan Abu Ubadiah yang paling cepat tiba, dan saat itu Thalhah telah tersungkur karena luka-lukanya. Tidak berapa lama, beberapa sahabat mulai berkumpul di sekitar Nabi SAW dan mengamankan keadaan beliau, termasuk seorang pahlawan wanita, Ummu Amarah (Nushaibah binti Ka'b al Maziniyah).
Melihat ada besi yang menancap di pipi Nabi SAW, Abu Bakar berniat untuk mencabut besi itu, tetapi Abu Ubaidah berkata kepada Abu Bakar, "Aku bersumpah dengan hakku atas dirimu, biarkanlah aku yang melakukannya…"
Abu Bakarpun membiarkan Abu Ubaidah melakukannya. Tetapi ia tidak mencabut besi itu dengan tangannya karena khawatir akan menyakiti Nabi SAW, ia menggigit besi itu dengan gigi serinya, dan menariknya perlahan. Besi itu terlepas, tetapi tanggal pula gigi Abu Ubaidah dan darahpun mengucur. Masih ada satu potongan besi lagi, karena dilihatnya Abu Ubaidah terluka, Abu Bakar berniat mencabutnya, tetapi sekali Abu Ubaidah berkata, "Aku bersumpah dengan hakku atas dirimu, biarkanlah aku yang melakukannya…"
Kemudian ia melakukannya sekali lagi dengan gigi serinya yang lain, kali inipun giginya tanggal bersama besi yang terlepas dari pipi Rasulullah SAW. Jadilah ia pahlawan besar yang giginya terlihat ompong jika sedang membuka mulutnya. Tetapi Abu Ubaidah justru membanggakan "cacatnya" tersebut, karena itu menjadi peristiwa bersejarah dalam hidupnya bersama Rasulullah SAW. Bahkan ia sangat ingin membawa "ompongnya" tersebut ke hadapan Allah SWT di hari kiamat sebagai hujjah kecintaan kepada Nabi SAW.
Sebelum peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, Nabi SAW pernah mengirim Abu Ubaidah dengan sekitar tigaratus orang anggota pasukan untuk mengintai kafilah dagang Quraisy. Bekal yang diberikan beliau tidak lebih dari sebakul kurma, sehingga setiap orang hanya mendapat jatah segenggam kurma. Ketika perbekalan mereka habis, Abu Ubaidah memerintahkan pasukannya menumbuk daun kayu khabath dengan senjatanya sehingga menjadi tepung dan diolah menjadi roti, dan sebagian lagi makan daun-daunnya. Makanan yang sangat tidak layak sebenarnya, tetapi tidak ada pilihan lain, dan tugas harus tetap dilaksanakan.
Setelah beberapa hari dalam keadaan seperti itu, mereka tiba di pesisir pantai, dan tampak sebuah gundukan besar di sana. Setelah didekati ternyata sebuah ikan besar, sejenis ikan paus yang terdampar. Mereka menggunakan ikan tersebut sebagai bahan makanan selama hampir limabelas hari di sana, sehingga kembali sehat bahkan cenderung lebih gemuk dari sebelumnya. Saat pulang kembali, mereka membawa sisa-sisa daging ikan itu untuk perbekalan di perjalanan.
Ketika sampai di Madinah, Abu Ubaidah menceritakan pengalaman mereka kepada Nabi SAW, dan beliau berkata, “Itu adalah rezeki yang diberikan Allah kepada kalian. Apakah masih ada sisa dagingnya untuk kami di sini?”
Mereka membagi-bagikan daging ikan yang masih ada tersebut, dan Nabi SAW ikut memakannya. Dan dalam sejarah peristiwa ini dikenal dengan nama "Ekspedisi Daun Khabath".
Pada tahun 9 hijriah, datang utusan dari Najran yang berjumlah enampuluh orang. Najran merupakan suatu wilayah yang luas di Yaman, memiliki seratus ribu prajurit yang bernaung di bawah bendera Nashrani. Sebagian dari utusan ini adalah para bangsawannya sebanyak 24 orang, dan para pemimpin kaum Najran sendiri sebanyak tiga orang. Mereka belum memeluk Islam, tetapi sempat melakukan diskusi dan perdebatan tentang Isa.
Allah menurunkan Surah Ali Imran 59-61, sehingga Nabi SAW menantang mereka untuk "mubahalah" sesuai dengan petunjuk wahyu yang turun tersebut. Tetapi utusan Najran tersebut tidak berani menerima tantangan Nabi SAW tersebut. Sedikit atau banyak ada juga keyakinan mereka bahwa Nabi SAW memang seorang Nabi, hanya saja mereka masih yakin juga akan ketuhanan Isa.
Mubahalah atau disebut juga mula’anah adalah proses di mana dua kelompok saling berdoa kepada Allah (atau Tuhannya masing-masing), yang doa itu diakhiri dengan permintaan kepada Allah (atau Tuhannya masing-masing), jika memang dirinya atau kelompoknya tidak benar, laknat Allah akan turun kepada mereka karena kedustaannya itu. Mungkin proses ini yang di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, diadopsi menjadi prosesi ‘sumpah pocong’, di mana dua orang saling menuduh dan menolak tuduhan, yang masing-masing tidak mempunyai bukti cukup kuat. Dan kedua belah pihak juga tidak bersedia mencabut atau membatalkan tuduhannya tersebut, masing-masing merasa benar sendiri.
Akhirnya, kaum Nashrani dari Najran itu melunak, walaupun belum memeluk Islam, mereka meminta Nabi SAW mengirim seseorang bersama mereka ke Najran untuk lebih memperkenalkan Islam kepada masyarakat mereka. Maka Nabi SAW berkata, "Baiklah, akan saya kirimkan bersama tuan-tuan seseorang yang terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya…..!!"
Para sahabat sangat takjub mendengar ucapan Nabi SAW, yakni pujian beliau sebagai orang terpercaya, dan beliau mengulangnya hingga tiga kali untuk menegaskan, siapakah orang tersebut sebenarnya? Setiap sahabat berharap, dia-lah yang ditunjuk oleh Nabi SAW. Bahkan Umar bin Khaththab yang tidak memiliki ambisi untuk memegang suatu jabatan apapun, sangat menginginkan agar dialah yang dimaksud Rasulullah SAW.
Ketika itu waktunya shalat dhuhur, Umar berusaha menampilkan dirinya di dekat Nabi SAW. Namun walau Nabi SAW telah melihat dirinya, beliau masih mencari-cari seseorang. Ketika pandangan beliau jatuh pada Abu Ubaidah, beliau bersabda, "Wahai Abu Ubaidah, pergilah berangkat bersama mereka, dan selesaikan apabila terjadi perselisihan di antara mereka….!"
            Inilah dia orang terpercaya itu, dan para sahabat lainnya tidak heran kalau ternyata Abu Ubaidah yang dimaksudkan Nabi SAW. Beberapa kali, dalam beberapa kesempatan berbeda, beliau menyebut Abu Ubaidah sebagai ‘Amiinul Ummah’, orang kepercayaan ummat Islam ini.
Abu Ubaidah-pun menyertai rombongan tersebut kembali ke Najran, sebagaimana diperintahkan Nabi SAW. Sebagian riwayat menyebutkan, dua dari tiga pemimpinnya masuk Islam setelah mereka tiba di Najran, Yakni Al Aqib atau Abdul Masih, pemimpin yang mengendalikan roda pemerintahan, dan As Sayyid atau Al Aiham atau Syurahbil, pemimpin yang mengendalikan masalah peradaban dan politik. Lambat laun Islam menyebar di Najran berkat bimbingan ‘Amiinul Ummah’ ini. Bahkan akhirnya Nabi SAW mengirimkan Ali bin Thalib untuk membantu Abu Ubaidah dalam urusan Shadaqah dan Jizyah dari masyarakat Najran yang makin banyak yang memeluk Islam.
Pada masa khalifah Abu Bakar, ia mengikuti pasukan besar yang dipimpin oleh Khalid bin Walid untuk menghadang pasukan Romawi, yang dikenal dengan nama Perang Yarmuk. Walau ia seorang sahabat besar, senior dan seorang kepercayaan Nabi SAW dan kepercayaan ummat, ia hanyalah seorang prajurit biasa sebagaimana banyak sahabat besar lainnya. Dan tidak ada masalah baginya kalau komandannya adalah Khalid bin Walid, yang baru memeluk Islam setelah perjanjian Hudaibiyah, sebelum terjadinya Fathul Makkah. Padahal sebelumnya ia sangat gencar memerangi kaum muslimin sewaktu masih kafirnya. Bahkan Khalid bin Walid juga yang berperan besar menggagalkan kemenangan pasukan muslim di perang Uhud dan memporak-porandakan kaum muslimin, bahkan hampir mengancam jiwa Nabi SAW. Tetapi itulah gambaran umum  karakter sahabat Nabi SAW yang sebenarnya, termasuk Abu Ubadiah bin Jarrah. Ikhlas berjuang di jalan Allah, tidak karena jabatan, kekuasaan, harta, nama besar, atau bahkan tidak untuk kemenangan itu sendiri. Tetapi semua ikhlas karena Allah dan RasulNya.
Kembali ke perang Yarmuk, ketika pertempuran berlangsung sengit dan kemenangan sudah tampak di depan mata, datanglah utusan dari Madinah menemui Abu Ubaidah membawa dua surat dari khalifah. Pertama mengabarkan tentang kewafatan khalifah Abu Bakar, dan Umar diangkat sebagai khalifah atau penggantinya. Kedua, tentang keputusan khalifah Umar mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai komandan seluruh pasukan, menggantikan Khalid bin Walid.
Setelah membaca dua surat tersebut, Abu Ubaidah menyuruh utusan tersebut menyembunyikan diri di tenda sampai pertempuran selesai, ia meneruskan menyerang musuh. Setelah perang usai dan pasukan Romawi dipukul mundur, Abu Ubaidah menghadap Khalid  layaknya seorang prajurit kepada komandannya, dengan hormat dan penuh ta'dhimnya, dan menyerahkan dua surat dari khalifah Umar tersebut. Usai membaca dua surat itu, Khalid ber-istirja' (mengucap Inna lillaahi wa inna ilaihi rooji’un), dan memberitahukan kepada seluruh pasukan tentang isi dua surat tersebut, kemudian ia menghadap Abu Ubaidah, tak kalah hormat dan ta'dhimnya, dan berkata, "Semoga Allah memberi rahmat anda, wahai Abu Ubaidah, mengapa anda tidak menyampaikan surat ini padaku ketika datangnya..??"
Abu Ubaidah yang cukup mengenal ketulusan dan keikhlasan Khalid dalam berjuang, menjawab dengan santun, "Saya tidak ingin mematahkan ujung tombak anda! Kekuasaan dunia bukanlah tujuan kita, dan bukan pula untuk dunia kita beramal dan berjuang! Tidak masalah dimana posisi kita, kita semua bersaudara karena Allah!!"
Sebagian riwayat menyatakan utusan tersebut menemui Khalid bin Walid, setelah membacanya  ia menyuruh utusan bersembunyi sampai perang usai. Setelah kemenangan tercapai, Khalid bin Walid menghadap Abu Ubaidah layaknya seorang prajurit kepada komandannya, dan peristiwa berlangsung penuh ketulusan dan keikhlasan seperti riwayat sebelumnya.
Abu Ubaidah wafat ketika menjabat sebagai gubernur Syam, pada masa khalifah Umar bin Khaththab. Saat itu berjangkit penyakit tha'un (semacam wabah penyakit) yang menyerang dan membunuh beberapa orang sekaligus Ketika wafatnya ini, sahabat Mu'adz bin Jabal berkata khalayak ramai yang turut menghantar jenazahnya, "Sesungguhnya kita sekalian telah kehilangan seseorang yang, Demi Allah, aku menyangka tidak ada orang  lain yang lebih sedikit dendamnya, lebih bersih hatinya, dan paling jauh dari perbuatan merusak, lebih cintanya pada kehidupan akhirat, dan lebih banyak memberikan nasehat kecuali Abu Ubaidah ini. Keluarlah kalian untuk menyalatkan jenazahnya, dan mohonkan rahmat Allah untuknya."
Mu'adz memimpin shalat jenazahnya dan turun ke liang lahat bersama Amru bin 'Ash dan Dhahak bin Qais.

Tiada ulasan: