Wednesday, 12 February 2014
KEPUTUSAN YANG MENYAKITKAN HATI UMNO ... PSM TIDAK BERTANDING DI PRK KAJANG.
Sebab itu sebelum ini Omak Kau cakap, perlunya datang dari mulut Pengerusi PSM sendiri Dr Mohd Nasir Hashim tentang keputusan PSM bertanding atau tidak di PRK Kajang dan bukannya beberapa kerat individu kaki hasut dan adu domba.
Sekurang-kurangnya PSM bertindak bijak kerana bermain politik secara realiti bukan emosi.
Parti Sosialis Malaysia (PSM) memutuskan untuk tidak bertanding dalam Pilihan Raya Kecil (PRK) Dewan Undangan Negeri (DUN) Kajang kerana menyifatkannya sebagai langkah tidak masuk akal.
Pengerusinya, Dr Mohd Nasir Hashim, berkata keputusan itu diambil selepas ia dimuktamadkan dalam satu mesyuarat pada 6 Februari lalu.
"PSM merasakan ini adalah keputusan yang paling baik boleh diambil pada masa ini," katanya pada sidang media di Ibu Pejabat PSM di Brickfields, Kuala Lumpur, hari ini.
Sebelum ini, Setiausaha Agung PSM, S Arutchelvan diura-urakan akan bertanding dalam PRK Kajang.
Thursday, 13 February 2014
TUDUH KEADILAN BERTELAGAH SEDANGKAN DALAM UMNO KINI MEREKA SEDANG BERGUMPAL SESAMA MEREKA SEHINGGA MAU HERET KE MAHKAMAH.
Kata dulang paku serpih .. kata parti lawan tetapi parti sendiri lebih teruk dia punya lebih ..
Itulah UMNO kalau nak tahu .. canang sana sini beritahu rakyat betapa KEADILAN kini sedang menghadapi masalah sedangkan realitinya partinya sendiri jauh lebih teruk dia punya masalah sampai nak heret sampai masuk mahkamah.
ADUN yang dikatakan bekas Ketua Bahagian UMNO suatu bahagian bakal nak saman Timbalan Ketua Bahagian UMNO bahagian yang sama atas alasan memfitnah.
Aik!!! .. baru tahu ke ketua-ketua UMNO kaki fitnah???? .. Masalahnya nanti ADUN ini pula akan disaman balas sebab dia pun cukup terkenal seantaro dunia kaki fitnah>
PRU 12 lalu tidak terpilih sebagai calon sanggup lakukan gerak kerja memsabotaj partinya sendiri .. Ini macam punya gred pemimpin cukup bangsat dan haprak.
Pada pemilihan UMNO baru-baru ini ADUN ini yang cukup sinonim dengan bahagian yang diterjauinya sekian lama telah tumpas kepada muka baru yang memegang jawatan sebagai Exco Kerajaan Negeri.
Jelasnya UMNO tiada "Locus Standi" nak bercerita pasal parti lawan bertelagah sedangkan parti sendiri bergumpul dan bergelut sesama sendiri sehingga sanggup saman menyaman masuk mahkamah.
Kembar tiga, namun seorang lahir 5 tahun kemudian
Posted on Thursday, February 13 @ 09:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Kembar tiga, namun seorang lahir 5 tahun kemudian. Semuanya boleh terjadi dengan teknologi baru
WISBECH - Ketika seorang ibu, Nicola Brightey memberitahu kepada orang yang dia mempunyai anak kembar tiga, tidak ada yang mempercayainya. Mereka hanya tahu jika Brightey mempunyai anak kembar dua.
Ya, adik triplet ketiga, Elizabeth, tiba ke dunia lima tahun kemudian setelah kedua saudara laki-lakinya telah lahir lebih dulu. Padahal, ketiganya dikandung dalam waktu yang bersamaan.
Mengikut laporan Daily Mail, Isnin (10/2/2014), ketiga anak kembar ini telah melengkapi pasangan Brightey dan suaminya Kevin, yang telah mencuba untuk mempunyai anak selama 15 tahun terakhir.
Usaha mereka sudah pasti membuahkan hasil. Tak sia-sia wang yang dikeluarkan sebanyak 20 ribu poundsterling untuk mendapatkan bayi kembar tiga dengan menggunakan teknologi in vitro fertilisation (IVF), di mana telur difertilisasi oleh sperma di luar tubuh, sehingga cara ini tidak mudah bagi kedua pasangan itu.
"Sungguh menakjubkan ketika mengetahui bayi kembar tiga saya lahir dengan salah satunya terpisah lima tahun. Orang tidak boleh percaya ketika saya memberitahu mereka bahawa mereka semua dikandung pada waktu yang bersamaan," tutur Brightey.
"James dan Daniel tidak sabar bertemu dengan saudara perempuan triplet mereka dan sekarang mereka begitu protektif terhadap dirinya. Kami telah menunggu begitu lama untuk memiliki anak, sekarang keluarga kami sudah lengkap setelah sekian lama," tambah dia. (ade)okezone 12 feb 2014-idahsalam
Posted on Thursday, February 13 @ 09:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Kembar tiga, namun seorang lahir 5 tahun kemudian. Semuanya boleh terjadi dengan teknologi baru
WISBECH - Ketika seorang ibu, Nicola Brightey memberitahu kepada orang yang dia mempunyai anak kembar tiga, tidak ada yang mempercayainya. Mereka hanya tahu jika Brightey mempunyai anak kembar dua.
Ya, adik triplet ketiga, Elizabeth, tiba ke dunia lima tahun kemudian setelah kedua saudara laki-lakinya telah lahir lebih dulu. Padahal, ketiganya dikandung dalam waktu yang bersamaan.
Mengikut laporan Daily Mail, Isnin (10/2/2014), ketiga anak kembar ini telah melengkapi pasangan Brightey dan suaminya Kevin, yang telah mencuba untuk mempunyai anak selama 15 tahun terakhir.
Usaha mereka sudah pasti membuahkan hasil. Tak sia-sia wang yang dikeluarkan sebanyak 20 ribu poundsterling untuk mendapatkan bayi kembar tiga dengan menggunakan teknologi in vitro fertilisation (IVF), di mana telur difertilisasi oleh sperma di luar tubuh, sehingga cara ini tidak mudah bagi kedua pasangan itu.
"Sungguh menakjubkan ketika mengetahui bayi kembar tiga saya lahir dengan salah satunya terpisah lima tahun. Orang tidak boleh percaya ketika saya memberitahu mereka bahawa mereka semua dikandung pada waktu yang bersamaan," tutur Brightey.
"James dan Daniel tidak sabar bertemu dengan saudara perempuan triplet mereka dan sekarang mereka begitu protektif terhadap dirinya. Kami telah menunggu begitu lama untuk memiliki anak, sekarang keluarga kami sudah lengkap setelah sekian lama," tambah dia. (ade)okezone 12 feb 2014-idahsalam
Dia Dirogol Kerana Mempertahankan Islamnya
Posted on Thursday, February 13 @ 06:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Seorang gadis Rohingya yang baru berusia 16 tahun mengungkap kepada Pejabat Berita Turki, Anadolu Agency (AA), bahwa dia diperkosa oleh sekelompok polis dan penduduk Rakhine tempatan. AA menulis pemerkosaan terjadi selesai pembantaian etnik yang dilakukan di Desa Du Chee Yar Tan, negara bahagian Rakhine, Myanmar.
Sumber AA menyebutkan, sekurang-kurangnya 50 orang terbunuh bulan lalu ketika sekelompok oknum dari ekstremis Buddha setempat yang didukung oleh polis, mengamuk di desa itu. Mereka membunuh orang tua, perempuan dan anak-anak. Setelah kekerasan, sisi barat saluran desa dibakar. Sumber menyatakan bahwa polis turut terlibat dalam insiden ini.
Mangsa meminta AA untuk tidak menyebutkan namanya. Alasannya, remaja Muslimah itu takut kepada pihak berkuasa Myanmar tempatan. Dia menyatakan, polis dan Warga Desa Rakhine mulai menyulut api di barat desa. Setelah beberapa warga Desa Rohingya mencoba memadamkan api, polis pun menembak mereka.
Warga memaksa mereka untuk mengungsi ke ladang. Dia melarikan diri dengan ibu dan makciknya ketika polis menangkapnya dan menempatkannya dalam tahanan. Namun, gadis itu tidak dibawa ke pejabat polis.
“Polis membawa saya ke tempat pasar antara Du Chee Yar Tan dan desa Rakhine Khayae Myuing,” katanya . “Mereka menempatkan saya di sebuah kedai runcit. Semuanya terkunci, ” tambahnya.
Pada awalnya, dia menyatakan bahawa polis berbicara dengannya dan memintanya meninggalkan Islam. Gadis itu diminta untuk pindah ke agama Buddha.
“Saya katakan tidak, saya menolak untuk murtad,” katanya kepada AA. ” Mereka kemudian memukul saya. Saya ditampar, dipukul dengan tongkat,” kenangnya. Pada titik ini, suaranya mulai serak. Dia kemudian mulai menangis .
“Saya mengingatnya dengan jelas. Tepat sebelum fajar, orang Rakhine pertama masuk. Dia memperkosa saya. Kemudian yang lain datang, satu per satu. Itu empat orang Rakhine, dan tiga petugas polis,” ujar korban sambil terisak. “Satu demi satu,” ulangnya.
Posted on Thursday, February 13 @ 06:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Seorang gadis Rohingya yang baru berusia 16 tahun mengungkap kepada Pejabat Berita Turki, Anadolu Agency (AA), bahwa dia diperkosa oleh sekelompok polis dan penduduk Rakhine tempatan. AA menulis pemerkosaan terjadi selesai pembantaian etnik yang dilakukan di Desa Du Chee Yar Tan, negara bahagian Rakhine, Myanmar.
Sumber AA menyebutkan, sekurang-kurangnya 50 orang terbunuh bulan lalu ketika sekelompok oknum dari ekstremis Buddha setempat yang didukung oleh polis, mengamuk di desa itu. Mereka membunuh orang tua, perempuan dan anak-anak. Setelah kekerasan, sisi barat saluran desa dibakar. Sumber menyatakan bahwa polis turut terlibat dalam insiden ini.
Mangsa meminta AA untuk tidak menyebutkan namanya. Alasannya, remaja Muslimah itu takut kepada pihak berkuasa Myanmar tempatan. Dia menyatakan, polis dan Warga Desa Rakhine mulai menyulut api di barat desa. Setelah beberapa warga Desa Rohingya mencoba memadamkan api, polis pun menembak mereka.
Warga memaksa mereka untuk mengungsi ke ladang. Dia melarikan diri dengan ibu dan makciknya ketika polis menangkapnya dan menempatkannya dalam tahanan. Namun, gadis itu tidak dibawa ke pejabat polis.
“Polis membawa saya ke tempat pasar antara Du Chee Yar Tan dan desa Rakhine Khayae Myuing,” katanya . “Mereka menempatkan saya di sebuah kedai runcit. Semuanya terkunci, ” tambahnya.
Pada awalnya, dia menyatakan bahawa polis berbicara dengannya dan memintanya meninggalkan Islam. Gadis itu diminta untuk pindah ke agama Buddha.
“Saya katakan tidak, saya menolak untuk murtad,” katanya kepada AA. ” Mereka kemudian memukul saya. Saya ditampar, dipukul dengan tongkat,” kenangnya. Pada titik ini, suaranya mulai serak. Dia kemudian mulai menangis .
“Saya mengingatnya dengan jelas. Tepat sebelum fajar, orang Rakhine pertama masuk. Dia memperkosa saya. Kemudian yang lain datang, satu per satu. Itu empat orang Rakhine, dan tiga petugas polis,” ujar korban sambil terisak. “Satu demi satu,” ulangnya.
Kisah tentang penculikan itu disahkan oleh anggota keluarga gadis tersebut. Keluarga saat ini sedang dalam persembunyian. Keluarganya mengatakan kepada AA, gadis itu belum pernah melihat dokter atau pergi ke rumah sakit karena takut apa yang mungkin terjadi pada mereka.
Makcik gadis itu mengatakan bahwa mereka telah memberinya ubat untuk memastikan bahawa dia tidak akan hamil. Makciknya tak mengetahui apa nama pil itu. Kepada AA, dia hanya saja menyatakan, mereka membelinya dari farmasi tempatan.-greenboc
Kaji semula PBS: “Satu lagi projek BN...”
Posted on Thursday, February 13 @ 07:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Keputusan kerajaan mengkaji semula Penilaian Berasakan Sekolah (PBS) menunjukkan kecelaruan sistem pendidikan negara.
Saya berpandangan, keadaan ini berlaku akibat tiada perancangan yang jelas daripada parti pemerintah dalam hala tuju pendidikan negara. Belumpun cerita PPSMI selesai sepenuhnya, kini anak-anak kita berhadapan dengan kecelaruan PBS pula.
Sepatutnya sebelum sesuatu dasar itu ditukar atau digubal, perlu suatu kajian yang menyeluruh dan mengambil kira pelbagai aspek sebelum dilaksanakan. Kajian tersebut mestilah juga mengambil kira kemampuan tenaga pendidik yang terbabit secara langsung dalam menjayakan sesuatu dasar tersebut.
Jika kajian mendapati dasar tersebut masih belum mampu ditanggung oleh para guru, kerajaan mestilah mempersiapkan dulu mereka, kemudian baru langkah percubaan dilakukan dalam skala kecil. Semasa tempoh tersebut kajian akan dijalankan untuk mengetahui kelemahan untuk diperbaiki.
Sepatutnya kita mengambil iktibar daripada kegagalan PPSMI dahulu. Dasar tersebut dilaksanakan tanpa kajian yang secukupnya dan akibatnya menyusahkan para pelajar dan guru serta ibu bapa. Dasar setengah masak itu akhirnya gagal di tengah jalan kerana tidak memahami masalah sebenar situasi pendidikan di Malaysia.
Terkini, PBS dilaksanakan tanpa mengambilkira kemampuan guru dan keperluan teknologi semasa. Terlalu banyak perkara yang berbangkit yang tidak dapat diselesaikan akibat kegopohan kerajaan melaksanakan sistem yang belum tentu sesuai dengan keperluan semasa pendidikan Malaysia.
Ditambah pula, kegagalan sistem ini turut diakibatkan oleh sikap pemerintah yang lebih melihat populariti memperkenalkan sistem berbanding memperbaiki kelemahan sistem yang ada.
Nampak, suatu lagi “projek Barisan Nasional” akan menjadi projek “sakit” seperti PPSMI dahulu.-hd
Dalam posting terbarunya dalam blognya The Scribe, Kadir menulis apa yang dilaporkan mengenai kenyataan Abdul Taib Mahmud berkenaan Umno, maka ia adalah satu tamparan dan penghinaan yang sangat dahsyat dan tidak patut.
Katanya, media atas talian memetik Abdul Taib sebagai memberi amaran kepada pengganti beliau agar “memastikan politik rasis Umno tidak masuk ke Sarawak”.
Katanya lagi, ada dua perkara pokok di sini. Pertama tidak membenarkan Umno masuk ke Sarawak dan kedua tidak membenarkan “politik rasis” Umno berkembang di Sarawak.
Tambahnya, Umno mungkin tidak berhasrat mengembangkan sayapnya ke Sarawak. Setidak-tidaknya buat masa ini. Jadi kepemimpinan Barisan Nasional (BN) Sarawak tidak perlu khuatir.
“Yang nyata menghina Umno adalah tuduhan Abdul Taib bahawa parti induk BN itu mengamalkan politik perkauman (racist politics),” katanya lagi.
Beliau menambah apakah ini benar dan adakah kepemimpinan Umno di bawah Datuk Seri Mohd Najib Abdul Razak akan berdiam diri menghadapi tuduhan yang sangat berat itu?
Kenyataan Abdul Taib yang dikatakan dibuat pada mesyuarat Majlis Tertinggi Barisan Nasional Sarawak pada 9 Feb. memberi gambaran jelas bahawa penggantinya “harus tegas dan tidak berpaling” apabila berurusan dengan Putrajaya mengenai perkara yang melibatkan kepentingan Sarawak.
Setiausaha Agung BN Sarawak, Datuk Dr Stephen Rundi, berkata Taib mengatakan penggantinya perlu bersungguh-sungguh melindungi hak negeri seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Malaysia 1963.
“Kita mesti berpegang kepada Perjanjian Malaysia dalam melindungi hak negeri ini,” kata Rundi mengenai mesej Taib ketika ditanya apa yang berlaku dalam mesyuarat MT BN negeri selain memberi ketua menteri itu mandat untuk memilih penggantinya.
Rundi berkata, bertegas dengan Putrajaya termasuk menghalang Umno masuk ke Sarawak yang dilihat tidak begitu mengendahkan perjanjian 20 perkara yang menjamin kepentingan dan hak Sarawak dan penduduknya apabila mereka bersetuju membentuk Malaysia bersama Malaya, Sabah dan Singapura.
Kadir yang juga bekas Ketua Pengarang The New Straits Times berkata, dengan pelbagai masalah dan tekanan yang dihadapinya sekarang, membawa Umno ke Sarawak pastinya bukan keutamaan Mohd Najib.
“Secara peribadi saya tidak melihat wujud kewajaran atau kebijaksanaan bagi Umno bertapak di Sarawak,” katanya.
Beliau menyoal jadi apa perlunya Abdul Taib mengeluarkan amaran itu dan melemparkan tuduhan yang sangat berat dan menghina terhadap Umno?
“Apakah ini cara beliau menghantar mesej kepada Putrajaya supaya tidak mengambil kesempatan daripada pengunduran beliau sebagai Ketua Menteri Sarawak? Kalau ia pun, mengapa sampai menuduh Umno rasis?” soalnya lagi.
Katanya, kalau Umno masih berpegang kepada perjuangan kebangsaan Melayu, ia wajib dengan tegas dan terbuka membantah dan menyangkal tuduhan bahawa ia mengamalkan politik rasis.
“Atau apakah Abdul Taib, seperti banyak orang bukan Melayu, turut tidak senang hati dasar Umno memperjuangkan hak dan keistimewaan orang Melayu seperti termaktub dalam Perlembagaan?” soalnya.
Beliau berkata kalau benar Umno rasis kerana memperjuangkan hak orang Melayu, mengapa pula ramai ahli Umno khususnya dan orang Melayu amnya melihat Umno di bawah kepemimpinan Mohd Najib sebagai tidak cukup gigih dan lantang mempertahankan Melayu? Sebaliknya mereka melihat Mohd Najib sebagai terlalu berlembut dengan orang bukan Melayu.
“Jadi apakah masalah Abdul Taib sebenarnya? Adakah cemuhannya terhadap Umno itu satu lagi manifestasi ketidakpuasan dan ketidakmesraan beliau dengan Mohd Najib yang dilihatnya sebagai tidak cukup lantang mempertahankan beliau daripada tuduhan salah guna kuasa dan rasuah sebaliknya mahu beliau berundur cepat?” soal beliau.
Beliau menambah apa pun, Umno tidak ada pilihan melainkan menjawab tuduhan Abdul Taib bahawa ia mengamalkan politik perkauman.
Posted on Thursday, February 13 @ 07:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Keputusan kerajaan mengkaji semula Penilaian Berasakan Sekolah (PBS) menunjukkan kecelaruan sistem pendidikan negara.
Saya berpandangan, keadaan ini berlaku akibat tiada perancangan yang jelas daripada parti pemerintah dalam hala tuju pendidikan negara. Belumpun cerita PPSMI selesai sepenuhnya, kini anak-anak kita berhadapan dengan kecelaruan PBS pula.
Sepatutnya sebelum sesuatu dasar itu ditukar atau digubal, perlu suatu kajian yang menyeluruh dan mengambil kira pelbagai aspek sebelum dilaksanakan. Kajian tersebut mestilah juga mengambil kira kemampuan tenaga pendidik yang terbabit secara langsung dalam menjayakan sesuatu dasar tersebut.
Jika kajian mendapati dasar tersebut masih belum mampu ditanggung oleh para guru, kerajaan mestilah mempersiapkan dulu mereka, kemudian baru langkah percubaan dilakukan dalam skala kecil. Semasa tempoh tersebut kajian akan dijalankan untuk mengetahui kelemahan untuk diperbaiki.
Sepatutnya kita mengambil iktibar daripada kegagalan PPSMI dahulu. Dasar tersebut dilaksanakan tanpa kajian yang secukupnya dan akibatnya menyusahkan para pelajar dan guru serta ibu bapa. Dasar setengah masak itu akhirnya gagal di tengah jalan kerana tidak memahami masalah sebenar situasi pendidikan di Malaysia.
Terkini, PBS dilaksanakan tanpa mengambilkira kemampuan guru dan keperluan teknologi semasa. Terlalu banyak perkara yang berbangkit yang tidak dapat diselesaikan akibat kegopohan kerajaan melaksanakan sistem yang belum tentu sesuai dengan keperluan semasa pendidikan Malaysia.
Ditambah pula, kegagalan sistem ini turut diakibatkan oleh sikap pemerintah yang lebih melihat populariti memperkenalkan sistem berbanding memperbaiki kelemahan sistem yang ada.
Nampak, suatu lagi “projek Barisan Nasional” akan menjadi projek “sakit” seperti PPSMI dahulu.-hd
Taib hina Umno, pemimpin Umno berdiam diri
Apa yang dilaporkan mengenai kenyataan Abdul
Taib Mahmud berkenaan Umno, maka ia adalah satu tamparan dan penghinaan
yang sangat dahsyat dan tidak patut.
PETALING
JAYA: Wartawan veteran, Datuk Kadir Jasin (gambar) hairan kenapa
tuduhan Ketua Menteri Sarawak, Tan Sri Taib Mahmud bahawa Umno adalah
parti rasis tidak dijawab oleh para pemimpin Umno.Dalam posting terbarunya dalam blognya The Scribe, Kadir menulis apa yang dilaporkan mengenai kenyataan Abdul Taib Mahmud berkenaan Umno, maka ia adalah satu tamparan dan penghinaan yang sangat dahsyat dan tidak patut.
Katanya, media atas talian memetik Abdul Taib sebagai memberi amaran kepada pengganti beliau agar “memastikan politik rasis Umno tidak masuk ke Sarawak”.
Katanya lagi, ada dua perkara pokok di sini. Pertama tidak membenarkan Umno masuk ke Sarawak dan kedua tidak membenarkan “politik rasis” Umno berkembang di Sarawak.
Tambahnya, Umno mungkin tidak berhasrat mengembangkan sayapnya ke Sarawak. Setidak-tidaknya buat masa ini. Jadi kepemimpinan Barisan Nasional (BN) Sarawak tidak perlu khuatir.
“Yang nyata menghina Umno adalah tuduhan Abdul Taib bahawa parti induk BN itu mengamalkan politik perkauman (racist politics),” katanya lagi.
Beliau menambah apakah ini benar dan adakah kepemimpinan Umno di bawah Datuk Seri Mohd Najib Abdul Razak akan berdiam diri menghadapi tuduhan yang sangat berat itu?
Kenyataan Abdul Taib yang dikatakan dibuat pada mesyuarat Majlis Tertinggi Barisan Nasional Sarawak pada 9 Feb. memberi gambaran jelas bahawa penggantinya “harus tegas dan tidak berpaling” apabila berurusan dengan Putrajaya mengenai perkara yang melibatkan kepentingan Sarawak.
Setiausaha Agung BN Sarawak, Datuk Dr Stephen Rundi, berkata Taib mengatakan penggantinya perlu bersungguh-sungguh melindungi hak negeri seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Malaysia 1963.
“Kita mesti berpegang kepada Perjanjian Malaysia dalam melindungi hak negeri ini,” kata Rundi mengenai mesej Taib ketika ditanya apa yang berlaku dalam mesyuarat MT BN negeri selain memberi ketua menteri itu mandat untuk memilih penggantinya.
Rundi berkata, bertegas dengan Putrajaya termasuk menghalang Umno masuk ke Sarawak yang dilihat tidak begitu mengendahkan perjanjian 20 perkara yang menjamin kepentingan dan hak Sarawak dan penduduknya apabila mereka bersetuju membentuk Malaysia bersama Malaya, Sabah dan Singapura.
Kadir yang juga bekas Ketua Pengarang The New Straits Times berkata, dengan pelbagai masalah dan tekanan yang dihadapinya sekarang, membawa Umno ke Sarawak pastinya bukan keutamaan Mohd Najib.
“Secara peribadi saya tidak melihat wujud kewajaran atau kebijaksanaan bagi Umno bertapak di Sarawak,” katanya.
Beliau menyoal jadi apa perlunya Abdul Taib mengeluarkan amaran itu dan melemparkan tuduhan yang sangat berat dan menghina terhadap Umno?
“Apakah ini cara beliau menghantar mesej kepada Putrajaya supaya tidak mengambil kesempatan daripada pengunduran beliau sebagai Ketua Menteri Sarawak? Kalau ia pun, mengapa sampai menuduh Umno rasis?” soalnya lagi.
Katanya, kalau Umno masih berpegang kepada perjuangan kebangsaan Melayu, ia wajib dengan tegas dan terbuka membantah dan menyangkal tuduhan bahawa ia mengamalkan politik rasis.
“Atau apakah Abdul Taib, seperti banyak orang bukan Melayu, turut tidak senang hati dasar Umno memperjuangkan hak dan keistimewaan orang Melayu seperti termaktub dalam Perlembagaan?” soalnya.
Beliau berkata kalau benar Umno rasis kerana memperjuangkan hak orang Melayu, mengapa pula ramai ahli Umno khususnya dan orang Melayu amnya melihat Umno di bawah kepemimpinan Mohd Najib sebagai tidak cukup gigih dan lantang mempertahankan Melayu? Sebaliknya mereka melihat Mohd Najib sebagai terlalu berlembut dengan orang bukan Melayu.
“Jadi apakah masalah Abdul Taib sebenarnya? Adakah cemuhannya terhadap Umno itu satu lagi manifestasi ketidakpuasan dan ketidakmesraan beliau dengan Mohd Najib yang dilihatnya sebagai tidak cukup lantang mempertahankan beliau daripada tuduhan salah guna kuasa dan rasuah sebaliknya mahu beliau berundur cepat?” soal beliau.
Beliau menambah apa pun, Umno tidak ada pilihan melainkan menjawab tuduhan Abdul Taib bahawa ia mengamalkan politik perkauman.
Kasino terapung di pelabuhan Kota Kinabalu?
Posted on Thursday, February 13 @ 11:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Sudah tentu menarik bukan? Maka wujudlah konsep "voyage to no-where" iaitu pelayaran tanpa tujuan tertentu,
KOTA KINABALU : Apakah yang dibuat oleh feri besar yang selalu berlabuh di pelabuhan lama Kota Kinabalu, kadang-kadang hingga berminggu?
Benarkah bandaraya Kota Kinabalu kini ada “kasino terapung” dan sudah ada pelanggan tetap pelbagai mesin judi?
Feri penumpang atau kapal persiaran memang biasa memiliki pelbagai tempat hiburan termasuk mesin jekpot malah kasino yang lengkap. Kapal besar umpama sebuah bandar terapung, semua kemudahan dan kesronokan mesti disediakan di dalamnya, barulah pelanggan tertarik bertandang.
Bayangkan sebuah kapal yang penumpangnya hendak ke pelabuhan lain berminggu-minggu lamanya sudah tentulah bosan jika tiada “hiburan” duniawi.
Cuba pula bayangkan sebuah kapal yang penumpangnya tidak mahu ke mana-mana tetapi sekadar ingin melihat dan menikmati pelbagai kemudahan dan tarikan di bawah satu bumbung, kadang-kadang dalam suasana antarabangsa pula tu.
Sudah tentu menarik bukan? Maka wujudlah konsep “voyage to no-where” iaitu pelayaran tanpa tujuan tertentu, bukan dari pelabuhan ke pelabuhan atau dari negara ke negara seperti tradisionalnya untuk mengangkut penumpang.
Berapa ramai sangatkah yang ingin ke sesuatu destinasi menaiki kapal laut yang jauh lebih mahal kosnya dan memakan masa berhari-hari malah berminggu berbanding menaiki kapal terbang yang lebih murah dan boleh sampai dalam masa tiga jam?
Kembali kepada Sabah, sudah ada laporan di sini mengatakan ramai orang berada dan yang separuh berada berduyun masuk kapal tertentu untuk “pelayaran tanpa tujuan” hanya untuk menikmati kemudahan termasuklah permainan judi ala-kasino.
Jika ada 500 pengunjung bermain pelbagai judi dengan purata wang pelaburan RM50,000 dalam satu malam… RM2.5 juta masuk ke kasino, lumayan kan untuk satu malam ? Kalau 10 hari sudah berapa? RM25 juta ! Tolaklah 10 peratus dikembalikan kepada dua tiga kerat yang “bernasib baik” menang judi, masih lagi sangat lumayan.
Undang-undang apakah yang terpakai di sini? Kenapa begitu banyaknya duit judi? Dari mana? Kalau RM25 juta lesap dari Sabah dalam 10 hari masuk ke kasino, itu bermakna Sabah sudah kehilangan kecairan atau wang RM25 juta dalam pasarannya!
Umpama sebuah kampung, jika kita kutip dari semua orang yang berduit di kampung itu semuanya RM500,000 maka apa lagi duit yang tinggal dalam kampung itu?
Tapi itu kalau kita kutip, mereka mungkin boleh kejar kita minta balik wang dikembalikan, namun kalau RM25 juta sudah lesap ditelan dek mesin dan permainan kasino, mana ada jalan nak minta balik? Kecuali orang itu akan terus mengorek saki-baki wangnya untuk cuba “menebus semula” kekalahannya. Ia akan menjadi putaran ganas perjudian. Dan, kasino akan terus hidup!
Persoalannya sekarang jika orang kampung hilang duit, mereka akan bekerja lebih kuat seperti menoreh getah atau menjual produk untuk mengembalikan semula keadaan mereka kepada berduit.
Bagaimana pula dengan orang kenamaan? Mana mereka akan korek lebih banyak duit? Bagaimana pula dengan saudagar-saudagar, di mana mereka akan mengutip semula keuntungan untuk menebus kekalahan judi mereka?
Siapa yang akan jadi mangsa di akhirnya? Siapa sebenarnya di sebalik “kasino terapung” — itu persoalan yang menarik. Mungkinkah wujud “perkongsian pintar” ? Komisen dan sebagainya?
Sabah memang terkenal dengan perjudian berikutan banyaknya kelab-kelab judi berlesen di setiap bandar besar negeri ini. Kota Kinabalu sahaja mempunyai puluhan kelab demikian, begitu juga dengan Penampang berselerak kelab mesin jekpot ini. Kebanyakan kelab ini yang dulunya dalam bangunan kecil kini mempunyai bangunan besar sendiri yang turut memuat bar, kelab, restoran mewah, karaoke, jim dan gelanggang badminton.
Bermain judi di kelab yang terhad mesin judinya (biasanya 10 mesin tiap kelab) sudah tentu berbeza daripada kasino yang terdapat ratusan malahan ribuan alat permainan termasuk permainan popular kad.
Aktivis sosial Sabah, Datuk Patrick Sindu, apabila ditanya ketika ditemui baru-baru ini berkata beliau ada mendengar khabar orang-orang besar Sabah mengunjungi kasino terapung tetapi menambah itu perkara biasa bagi mereka dan tidak menghairankan.
“Oh kita bukan sesuka hati boleh masuk, kalau banyak duit bolehlah. Ini untuk orang kaya, yang berduit. Itu hiburan mereka,” katanya sambil menjelaskan setakat ini beliau sendiri tidak tahu sama ada khabar orang kenamaan Sabah turut naik kapal itu sahih atau tidak.
Beberapa pihak di sini mendakwa modus operandi “kasino terapung” sama saja di seluruh dunia — berlabuh di tempat selamat, bila bosan belayarlah sekejap ke lautan (jangan terlalu jauh — ingat “voyage to no-where?) dan baliklah ke pelabuhan, jimatkan minyak.-fmtborneoplus
Posted on Thursday, February 13 @ 11:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Sudah tentu menarik bukan? Maka wujudlah konsep "voyage to no-where" iaitu pelayaran tanpa tujuan tertentu,
KOTA KINABALU : Apakah yang dibuat oleh feri besar yang selalu berlabuh di pelabuhan lama Kota Kinabalu, kadang-kadang hingga berminggu?
Benarkah bandaraya Kota Kinabalu kini ada “kasino terapung” dan sudah ada pelanggan tetap pelbagai mesin judi?
Feri penumpang atau kapal persiaran memang biasa memiliki pelbagai tempat hiburan termasuk mesin jekpot malah kasino yang lengkap. Kapal besar umpama sebuah bandar terapung, semua kemudahan dan kesronokan mesti disediakan di dalamnya, barulah pelanggan tertarik bertandang.
Bayangkan sebuah kapal yang penumpangnya hendak ke pelabuhan lain berminggu-minggu lamanya sudah tentulah bosan jika tiada “hiburan” duniawi.
Cuba pula bayangkan sebuah kapal yang penumpangnya tidak mahu ke mana-mana tetapi sekadar ingin melihat dan menikmati pelbagai kemudahan dan tarikan di bawah satu bumbung, kadang-kadang dalam suasana antarabangsa pula tu.
Sudah tentu menarik bukan? Maka wujudlah konsep “voyage to no-where” iaitu pelayaran tanpa tujuan tertentu, bukan dari pelabuhan ke pelabuhan atau dari negara ke negara seperti tradisionalnya untuk mengangkut penumpang.
Berapa ramai sangatkah yang ingin ke sesuatu destinasi menaiki kapal laut yang jauh lebih mahal kosnya dan memakan masa berhari-hari malah berminggu berbanding menaiki kapal terbang yang lebih murah dan boleh sampai dalam masa tiga jam?
Kembali kepada Sabah, sudah ada laporan di sini mengatakan ramai orang berada dan yang separuh berada berduyun masuk kapal tertentu untuk “pelayaran tanpa tujuan” hanya untuk menikmati kemudahan termasuklah permainan judi ala-kasino.
Jika ada 500 pengunjung bermain pelbagai judi dengan purata wang pelaburan RM50,000 dalam satu malam… RM2.5 juta masuk ke kasino, lumayan kan untuk satu malam ? Kalau 10 hari sudah berapa? RM25 juta ! Tolaklah 10 peratus dikembalikan kepada dua tiga kerat yang “bernasib baik” menang judi, masih lagi sangat lumayan.
Undang-undang apakah yang terpakai di sini? Kenapa begitu banyaknya duit judi? Dari mana? Kalau RM25 juta lesap dari Sabah dalam 10 hari masuk ke kasino, itu bermakna Sabah sudah kehilangan kecairan atau wang RM25 juta dalam pasarannya!
Umpama sebuah kampung, jika kita kutip dari semua orang yang berduit di kampung itu semuanya RM500,000 maka apa lagi duit yang tinggal dalam kampung itu?
Tapi itu kalau kita kutip, mereka mungkin boleh kejar kita minta balik wang dikembalikan, namun kalau RM25 juta sudah lesap ditelan dek mesin dan permainan kasino, mana ada jalan nak minta balik? Kecuali orang itu akan terus mengorek saki-baki wangnya untuk cuba “menebus semula” kekalahannya. Ia akan menjadi putaran ganas perjudian. Dan, kasino akan terus hidup!
Persoalannya sekarang jika orang kampung hilang duit, mereka akan bekerja lebih kuat seperti menoreh getah atau menjual produk untuk mengembalikan semula keadaan mereka kepada berduit.
Bagaimana pula dengan orang kenamaan? Mana mereka akan korek lebih banyak duit? Bagaimana pula dengan saudagar-saudagar, di mana mereka akan mengutip semula keuntungan untuk menebus kekalahan judi mereka?
Siapa yang akan jadi mangsa di akhirnya? Siapa sebenarnya di sebalik “kasino terapung” — itu persoalan yang menarik. Mungkinkah wujud “perkongsian pintar” ? Komisen dan sebagainya?
Sabah memang terkenal dengan perjudian berikutan banyaknya kelab-kelab judi berlesen di setiap bandar besar negeri ini. Kota Kinabalu sahaja mempunyai puluhan kelab demikian, begitu juga dengan Penampang berselerak kelab mesin jekpot ini. Kebanyakan kelab ini yang dulunya dalam bangunan kecil kini mempunyai bangunan besar sendiri yang turut memuat bar, kelab, restoran mewah, karaoke, jim dan gelanggang badminton.
Bermain judi di kelab yang terhad mesin judinya (biasanya 10 mesin tiap kelab) sudah tentu berbeza daripada kasino yang terdapat ratusan malahan ribuan alat permainan termasuk permainan popular kad.
Aktivis sosial Sabah, Datuk Patrick Sindu, apabila ditanya ketika ditemui baru-baru ini berkata beliau ada mendengar khabar orang-orang besar Sabah mengunjungi kasino terapung tetapi menambah itu perkara biasa bagi mereka dan tidak menghairankan.
“Oh kita bukan sesuka hati boleh masuk, kalau banyak duit bolehlah. Ini untuk orang kaya, yang berduit. Itu hiburan mereka,” katanya sambil menjelaskan setakat ini beliau sendiri tidak tahu sama ada khabar orang kenamaan Sabah turut naik kapal itu sahih atau tidak.
Beberapa pihak di sini mendakwa modus operandi “kasino terapung” sama saja di seluruh dunia — berlabuh di tempat selamat, bila bosan belayarlah sekejap ke lautan (jangan terlalu jauh — ingat “voyage to no-where?) dan baliklah ke pelabuhan, jimatkan minyak.-fmtborneoplus
Thursday, February 13, 2014
Guru Berdoa Agar Muhyiddin Yassin Tak Jadi PM
Adakah Muhyiddin (gambar) tahu bahawa beliau kini semakin dibenci oleh warga pendidik lantaran ketidakpeduliannya dalam menjaga kebajikan warga guru? Nampak bayangan Muhyiddin di kaca televisyen pun sudah cukup untuk membuatkan tekak berasa loya dan mual.
Mana tidaknya, di bawah pentadbirannya, guru-guru pernah dicadangkan untuk bekerja 9 jam pada tahun 2012. Pada tahun lepas juga, yang menjadi tikus makmalnya adalah 5000 orang guru dari 104 buah sekolah di Pahang, Melaka, Johor dan Sarawak.
Sedarkah beliau para guru bekerja lebih dari 9 jam sehari termasuk waktu yang diperuntukkan di rumah? Itu belum mengambil kira kedatangan pada hari Sabtu dan Ahad untuk program-program sekolah, kelas tambahan, melatih para pelajar dalam aktiviti ko-akademik (contohnya perbahasan dan pidato), sukan (contohnya bola baling dan bola sepak) serta aktiviti unit beruniform (contohnya kawad kaki).
Bukan itu sahaja, segala penat lelah, masa, kesungguhan dan wang ringgit ini dicurahkan dengan ikhlas demi kasih sayang kepada sekolah dan para pelajar tanpa mendapat satu sen pun elaun ‘over time’ atau tuntutan ‘mileage’ sebagaimana kakitangan awam yang lain.
Ingatlah, kami tidak pernah meminta supaya pengorbanan dan jasa kami dikenang. Apa yang kami minta adalah supaya orang atasan prihatin dengan masalah yang kami hadapi. Bila kami suarakan keluhan, Muhyiddin menjawab, “Multi tasking bukan hanya berlaku di sekolah, tetapi di tempat lain pun berlaku ‘multi tasking’”.
Betapa kecewa dan tergurisnya hati ini. Usahkan nak berterima kasih, jawapan yang diberikan seolah-olah golongan guru ini adalah golongan yang berkira untuk melakukan sesuatu di luar bidang tugasan mereka. - sumber FB guruyaya ok
Sunday, November 10, 2013
Kesatuan guru mahu sistem PBS dan E-prestasi dimansuh
Presiden NUTP Hashim Adnan berkata sistem itu diperkenalkan pada tahun 2011 telah menambah beban kerja guru yang sudah dibebankan dengan .
" Guru-guru juga dinilai dalam prestasi mereka melalui SBA dan sistem akses data.
"Ramai daripada mereka telah kehilangan tidur untuk terus memasukkan data ke dalam PBS dari mana mereka berhenti atau telah diganggu, hanya supaya mereka akan menerima markah yang baik , " katanya pada sidang media di sini hari ini.
Beliau berkata PBS adalah seperti kenderaan baru yang menarik tetapi dengan pemandu yang tidak dapat bergerak kerana ia tidak mempunyai tayar.
Hashim mendakwa bahawa kelemahan dalam PBS telah dibawa ke Kementerian Pelajaran tetapi ia masih tidak dapat diselesaikan .
Sementara itu, beliau juga berkata bahawa kesatuan itu tidak memihak kepada sistem E- prestasi ialah keputusan untuk menilai prestasi guru seperti ramai yang masih tidak jelas tentang perkara ini.
" E- prestasi ialah keputusan telah dicadangkan untuk dilaksanakan pada tahun 2015 tetapi ia telah dibawa ke hadapan untuk tahun ini.
Walaupun kepala sekolah tidak bersetuju dengan sistem ini kerana mereka akan disalahkan jika mereka gagal mengemukakan laporan mereka kepada kementerian, " katanya . - Bernama , November 9 , 2013.
PBS ni siapa punya idea? bangang sungguh... wakaka
Guru tetap berdemonstrasi, janji Muhyiddin hanya penyedap hati
Posted on Thursday, February 13 @ 10:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Kumpulan guru anggap janji Menteri Pendidikan, Tan Sri Muhyiddin Yassin untuk kaji Pentaksiran Berasaskan Sekolah sebagai janji kosong. Gambar fail.
Keputusan untuk mengkaji semula Pentaksiran Berasaskan Sekolah (PBS) secara menyeluruh oleh Putrajaya sekadar penyedap hati, kata Suara Guru Masyarakat Malaysia (SGMM).
Jurucakap kumpulan guru tersebut, Mohd Nor Izzat Mohd Johari, berkata rancangan untuk berdemonstrasi tetap akan diteruskan mengikut jadual, tanpa menghiraukan janji Timbalan Perdana Menteri,Tan Sri Muhyiddin Yassin.
"Bagi SGMM, kita akan tetap meneruskan rancangan untuk mengadakan perhimpunan pada 22 Februari, seperti yang sudah dirancang.
"Kita juga mempergiat kempen mendesak kerajaan memansuhkannya, bukan dikaji lagi," katanya kepada The Malaysian Insider.
Kumpulan pendesak guru tersebut merancang untuk mengadakan bantahan di Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM) pada 22 Februari untuk mendesak Putrajaya menghentikan program penilaian tiga tahun pelajar.
SGMM mendakwa sistem PBS menambah beban kepada guru dan tidak memberikan manfaat kepada mereka.
"Kita juga tidak mahu menteri mengeluarkan kenyataan demikian hanya untuk membatalkan hasrat kami berhimpun, bukannya memandang isu yang sebenar iaitu tentang sistem PBS.
"Pesan kami jangan jadikan ia langkah penyedap hati demi menghentikan perhimpunan," katanya.
Bantahan daripada bidang perguruan amat jarang diadakan dan perhimpunan kali ini menunjukkan warga pendidik semakin tidak berpuas hati terhadap sistem PBS.
Perhimpunan guru itu dikatakan akan tetap diadakan walaupun Putrajaya sudah berulang kali memberikan kaminan bahawa PBS adalah keperluan kepada pembaharuan sistem pendidikan kebangsaan dan penambahbaikan kepada sistem akan diselesaikan April ini.
Mohd Nor Izzat berkata, pihaknya tidak menjangkakan ramai guru akan turut serta dalam perhimpunan itu kerana wujudnya sikap birokrasi kerajaan sehingga menyebabkan kebanyakan guru tidak berani menyatakan pandangan mereka.
"Seperti yang diketahui, guru seperti kami terikat dengan satu sistem birokrasi yang dilahirkan oleh kerajaan Malaysia daripada kementerian.
"Maknanya kebanyakan guru takut dan kami tidak letak harapan yang tinggi untuk ramai guru datang pada perhimpunan bantahan itu. Saya letak sasaran lebih daripada 10 guru sahaja, itu pun sudah cukup baik sebagai simbolik,” katanya.
PBS dilaksanakan pada 2011 bermula dengan murid tingkatan satu, dan menjadi sebahagian daripada usaha kerajaan melahirkan murid cemerlang dalam pelbagai segi, berbanding berorientasikan peperiksaan.
Menerusi sistem ini, tiada peperiksaan akhir tahun dan setiap hari guru dikehendaki menilai pelajar berdasarkan enam tahap, bermula daripada aras pemahaman sehingga tahap tauladan.
Data kemudiannya direkodkan ke dalam sistem komputer berpusat.
Selepas ia dilaksanakan, pelbagai kritikan dibuat oleh tokoh pendidik, termasuk bekas Naib Canselor Universiti Malaya, Profesor Diraja Ungku Aziz.
Ungku Aziz berpendapat, jika tiada tangan gatal yang mengusik dan merombak sistem pendidikan Malaysia sesuka hati, beliau yakin pendidikan negara tidak akan menjadi carca-marba seperti yang berlaku sekarang.
Putrajaya selepas ditekan mengumumkan untuk mengkaji semula sistem PBS secara menyeluruh. – 12 Februari, 2014-tmi
Posted on Thursday, February 13 @ 10:00:00 MYT
Dilulus untuk paparan oleh memo
Kumpulan guru anggap janji Menteri Pendidikan, Tan Sri Muhyiddin Yassin untuk kaji Pentaksiran Berasaskan Sekolah sebagai janji kosong. Gambar fail.
Keputusan untuk mengkaji semula Pentaksiran Berasaskan Sekolah (PBS) secara menyeluruh oleh Putrajaya sekadar penyedap hati, kata Suara Guru Masyarakat Malaysia (SGMM).
Jurucakap kumpulan guru tersebut, Mohd Nor Izzat Mohd Johari, berkata rancangan untuk berdemonstrasi tetap akan diteruskan mengikut jadual, tanpa menghiraukan janji Timbalan Perdana Menteri,Tan Sri Muhyiddin Yassin.
"Bagi SGMM, kita akan tetap meneruskan rancangan untuk mengadakan perhimpunan pada 22 Februari, seperti yang sudah dirancang.
"Kita juga mempergiat kempen mendesak kerajaan memansuhkannya, bukan dikaji lagi," katanya kepada The Malaysian Insider.
Kumpulan pendesak guru tersebut merancang untuk mengadakan bantahan di Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM) pada 22 Februari untuk mendesak Putrajaya menghentikan program penilaian tiga tahun pelajar.
SGMM mendakwa sistem PBS menambah beban kepada guru dan tidak memberikan manfaat kepada mereka.
"Kita juga tidak mahu menteri mengeluarkan kenyataan demikian hanya untuk membatalkan hasrat kami berhimpun, bukannya memandang isu yang sebenar iaitu tentang sistem PBS.
"Pesan kami jangan jadikan ia langkah penyedap hati demi menghentikan perhimpunan," katanya.
Bantahan daripada bidang perguruan amat jarang diadakan dan perhimpunan kali ini menunjukkan warga pendidik semakin tidak berpuas hati terhadap sistem PBS.
Perhimpunan guru itu dikatakan akan tetap diadakan walaupun Putrajaya sudah berulang kali memberikan kaminan bahawa PBS adalah keperluan kepada pembaharuan sistem pendidikan kebangsaan dan penambahbaikan kepada sistem akan diselesaikan April ini.
Mohd Nor Izzat berkata, pihaknya tidak menjangkakan ramai guru akan turut serta dalam perhimpunan itu kerana wujudnya sikap birokrasi kerajaan sehingga menyebabkan kebanyakan guru tidak berani menyatakan pandangan mereka.
"Seperti yang diketahui, guru seperti kami terikat dengan satu sistem birokrasi yang dilahirkan oleh kerajaan Malaysia daripada kementerian.
"Maknanya kebanyakan guru takut dan kami tidak letak harapan yang tinggi untuk ramai guru datang pada perhimpunan bantahan itu. Saya letak sasaran lebih daripada 10 guru sahaja, itu pun sudah cukup baik sebagai simbolik,” katanya.
PBS dilaksanakan pada 2011 bermula dengan murid tingkatan satu, dan menjadi sebahagian daripada usaha kerajaan melahirkan murid cemerlang dalam pelbagai segi, berbanding berorientasikan peperiksaan.
Menerusi sistem ini, tiada peperiksaan akhir tahun dan setiap hari guru dikehendaki menilai pelajar berdasarkan enam tahap, bermula daripada aras pemahaman sehingga tahap tauladan.
Data kemudiannya direkodkan ke dalam sistem komputer berpusat.
Selepas ia dilaksanakan, pelbagai kritikan dibuat oleh tokoh pendidik, termasuk bekas Naib Canselor Universiti Malaya, Profesor Diraja Ungku Aziz.
Ungku Aziz berpendapat, jika tiada tangan gatal yang mengusik dan merombak sistem pendidikan Malaysia sesuka hati, beliau yakin pendidikan negara tidak akan menjadi carca-marba seperti yang berlaku sekarang.
Putrajaya selepas ditekan mengumumkan untuk mengkaji semula sistem PBS secara menyeluruh. – 12 Februari, 2014-tmi
Keluarga guru berantakan gara-gara sistem PBS
SEBENARNYA
kes guru terbeban gara-gara Pentaksiran Berasaskan Sekolah (PBS) bukan
cerita baharu. Sejak beberapa tahun lepas, ramai guru merungut termasuk
kepada media namun dek kerana tidak dibenarkan tampil dengan identiti,
mereka mengambil langkah berdiam diri atau memendam perasaan sahaja.
Kalau bising pun sesama mereka dan sekadar bahan pemanas ketika minum
bersama rakan-rakan dan keluarga. Namun sejak Suara Guru Masyarakat
Malaysia (SGMM) memperjuangkan isu berkenaan, suara dan rungutan
guru-guru mengenai PBS kembali hangat. MalaysiaGazette melalui tinjauan
laman sosial mendapati, sistem PBS sudah lama membuatkan guru-guru
terseksa malah ada hubungan suami isteri berantakan gara-gara sibuk
dengan kerja PBS yang dibawa ke rumah. Seorang guru lelaki yang mahu
dikenali sebagai Li berkata, system PBS memerlukan beratus-ratus
instrumen yang perlu diuji kepada murid daripada tahun satu hingga enam
cukup memeningkan. Menurut guru yang dikenali sebagai Zura pula, PBS
memerlukan seseorang murid itu perlu mengulang sampai menguasai setiap
eviden dan ia tidak adil kepada murid yang bagus. “Murid yang bagus
sekali buat dan lepas tetapi bagi murid yang lambat akan menguasai juga
selepas diulang banyak kali, akhirnya kira sama la tahap penguasaannya,”
ujarnya. Bagi guru yang dikenali sebagai Ida pula, dalam PBS kesemuanya
ada enam band tetapi untuk menguasai satu band murid perlu menguasai
semua eviden. Contoh, katanya, satu band perlu dibuat sebanyak 16 hingga
18 band untuk seorang murid dan kalau kena mengajar dua kelas yang
jumlah murid antara 35 hingga 40 orang sekelas, ia membebankan guru.
“Ada pentadbir yang mementingkan supaya murid mencapai tahap band 6
tetapi tak pernah mengkaji lain-lain perkara sedangkan tahap penguasaan
murid pula sangat lambat,” jelasnya sambil menambah system internet yang
lembab juga menjadi faktor menyusahkan mereka sebagai guru. Ida
memberitahu, ramai juga ibu bapa murid mengadu anak mereka tidak mahu
buat kerja sekolah sebab menerusi PBS anak mereka tidak ada peperiksaan.
“Fail setiap murid juga perlu disediakan. Bayangkan jika satu aliran ada lima buah kelas, satu kelas ada 35-40 murid jadi darab dengan lima dan darab lagi hingga tahun empat..berapa banyak fail yang perlu disediakan oleh guru dan setiap mata pelajaran perlu dimasukkan ke dalam fail. “Masuk tahun baharu, semua eviden dikeluarkan atau dibuang terus yang tinggal sehelai kertas yang menunjukkan penguasaan tahap tertinggi murid untuk tahun lepas. Bukan ke ia pembaziran?,” katanya. “Bagi mereka yang tak duduk dengan guru sukar memahami beban tersebut dan mendakwa guru tidak banyak kerja sedangkan bagi mereka kerja hanya di pejabat tidak membawanya ke rumah..guru bawa keje ke rumah kadangkala sampai terbawa ke dalam mimpi dan mengigau,” katanya. Bagi Ani yang mewakili keluarga murid pula memberitahu, sistem PBS menjadikan guru dan murid sebagai bahan uji kaji walaupun ia sebenarnya memperjudikan nasib dan masa depan murid terbabit. Malah bagi guru yang dikenali sebagai Nisa, ada juga kes menyebabkan hubungan suami isteri retak kerana ada isteri yang bekerja sebagai guru sibuk mengisi PBS tengah malam dan kerja sampai 24 jam. Malah mereka juga mahu PBS dimansuhkan dan menggantikan semula dengan system penilaian melalui peperiksaan yang dilihat sesuai bagi satu kelas yang ramai bilangan murid. Menurut mereka, kajian Kementerian Pendidikan ke luar negara yang sudah mengamalkan PBS tidak sama dengan Malaysia kerana di luar negara jumlah muridnya tidak ramai malah kajian itu dibuat pada kelas yang muridnya ada 18 orang sahaja. Terdahulu, MalaysiaGazette melaporkan Pengerusi Penaja SGMM, Mohd. Nor Izzat Mohd. Johari tidak setuju dengan langkah untuk mengkaji semula PBS kerana sistem itu perlu dimansuhkan terus. Katanya, apa guna mengkaji semula kerana selepas itu perlu melaksanakan semula PBS yang akhirnya membebankan serta membuang masa para guru. "Sebelum ini pun PBS dikaji oleh bijak pandai tetapi tetap ada kelemahan, apa beza dikaji semula pada masa ini? Kerana benda atau sistem yang dikaji tetap sama. Apa yang perlu adalah mansuh serta-merta. "Untuk membuat kajian semula bermakna, Timbalan Perdana Menteri, Tan Sri Muhyiddin Yasin sendiri mengakui terdapatnya kelemahan terhadap PBS dan sejauh mana kajian semula dapat membaikinya?,'' katanya. Sebelum ini, Muhyiddin yang juga Menteri Pendidikan berkata, kementerian akan mengkaji semula pelaksanaan PBS secara menyeluruh ekoran terdapat pelbagai masalah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan sistem tersebut. Menurut beliau, antara masalah itu ialah berhubung sambungan sistem capaian dan penggunaan alat merekodkan prestasi pencapaian yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam pada itu, Mohd. Izzat berkata, sekiranya keputusan membuat kajian semula itu dibuat bagi menghalang perhimpunan aman yang pertama kali akan dibuat oleh guru-guru di Malaysia, perkara itu tidak akan berlaku selagi pengumuman pemansuhan PBS tidak dibuat. ``Kita hanya akan menghentikan perancangan Himpunan 222: Mansuh PBS secara serta-merta sekiranya TPM umumkan PBS akan dimansuhkan. ``Selagi tiada sebarang pengumuman mengenai sebarang pemansuhan, maka perhimpunan aman akan terus dibuat seperti perancangan awal pada 22 Februari hadapan,'' jelasnya.--MalaysiaGazette
Increased
truancy and apathy among school students when it comes to their lessons
are among the reasons why the nation’s teachers’ union wants the new
student assessment system to be abolished.
The National Union of Teaching Professions (NUTP) has claimed that none of its 180,000 members throughout the country have found anything positive in the School-based Assessment System (SBA), which was started three years ago.
NUTP president Hashim Adnan said the SBA was alien to the education culture of Malaysian students who liked having their progress measured in As, Bs and Cs.
The union’s stand is expected to add pressure to Putrajaya after it
decided to review the system, which has been implemented on Form One and
Form Two students, and Primary One pupils.
Putrajaya’s decision to review the system came after a teacher’s pressure group, Suara Guru Masyarakat Malaysia, or Teacher-Community Voices Malaysia (SGMM), said it will hold a protest on February 22 to demand that the SBA be abolished.
Though the NUTP disagreed with SGMM’s plan, Hashim said their demands were similar.
“With the SBA, there is no meaning in going to school,” said Hashim of the SBA, which has done away with annual examinations in favour of daily assessments.
The daily assessments, he said, essentially graded students based on whether they pass or fail a subject based on six band spectrum. It starts from band one “understand” (the lowest) to band six “exemplary” (the highest).
Hashim said a student who gets a band one grade is considered to have passed, but is not distinguished from a student who gets band six.
This is different from the old hierarchical grading system of A to F which separates students based on who excelled at a certain subject.
“Our students still want to strive to get that 90 or 95% mark. When they’ve not given that opportunity they feel what’s the point of studying? What’s the difference between me and the other kids?
“Teachers are then having a problem motivating students to pay attention in class because students are easily bored.
“Students also don’t bother showing up for class because they feel they need not be graded on it later on,” Hashim told The Malaysian Insider.
On Tuesday, Education Minister Tan Sri Muhyiddin Yassin announced that the ministry was reviewing the SBA following widespread complaints from teachers.
The SBA was implemented in 2011 starting with Form 1 students. It is part of the government’s efforts to produce more well-rounded students instead of those who purely excelled at academics.
Teachers have complained of the vagueness in the six-band grading system and its requirement that data from student assessments have to be entered every day into a centralised computer system.
Congestion in the network has seen teachers wake up in the wee hours of the morning to enter the data due to low online traffic.
“If a teacher has 160 students, then that is 160 individual assessments she has to do each day,” said Hashim.
Previously, SGMM also claimed that weaknesses in Malaysia’s SBA led many schools to fall back on the old annual exam system to track pupils’ performance.
SGMM wants the system abolished before it is implemented this year on Form Three students who will be sitting for the important Lower Secondary Assessment exam, or PMR.
They fear that weaknesses in its implementation and the overall confusion by a majority of teachers and school administrators on how to implement SBA would affect the Form Three students’ PMR performance.
Hashim said the emphasis on individual schools to assess their own students, as opposed to an external examiner as in the case of the old system, will open the door to manipulation of PMR results.
“So far there are no guidelines from the ministry for standardised answers (in PMR).
“No teacher or school wants their schools to be seen as a laggard. So when it comes time for the exam, what’s to stop them from passing all their students?
“Since the teachers control the assessment they can tell their students what questions there will be in the exam.” – February 13, 2014.
“Fail setiap murid juga perlu disediakan. Bayangkan jika satu aliran ada lima buah kelas, satu kelas ada 35-40 murid jadi darab dengan lima dan darab lagi hingga tahun empat..berapa banyak fail yang perlu disediakan oleh guru dan setiap mata pelajaran perlu dimasukkan ke dalam fail. “Masuk tahun baharu, semua eviden dikeluarkan atau dibuang terus yang tinggal sehelai kertas yang menunjukkan penguasaan tahap tertinggi murid untuk tahun lepas. Bukan ke ia pembaziran?,” katanya. “Bagi mereka yang tak duduk dengan guru sukar memahami beban tersebut dan mendakwa guru tidak banyak kerja sedangkan bagi mereka kerja hanya di pejabat tidak membawanya ke rumah..guru bawa keje ke rumah kadangkala sampai terbawa ke dalam mimpi dan mengigau,” katanya. Bagi Ani yang mewakili keluarga murid pula memberitahu, sistem PBS menjadikan guru dan murid sebagai bahan uji kaji walaupun ia sebenarnya memperjudikan nasib dan masa depan murid terbabit. Malah bagi guru yang dikenali sebagai Nisa, ada juga kes menyebabkan hubungan suami isteri retak kerana ada isteri yang bekerja sebagai guru sibuk mengisi PBS tengah malam dan kerja sampai 24 jam. Malah mereka juga mahu PBS dimansuhkan dan menggantikan semula dengan system penilaian melalui peperiksaan yang dilihat sesuai bagi satu kelas yang ramai bilangan murid. Menurut mereka, kajian Kementerian Pendidikan ke luar negara yang sudah mengamalkan PBS tidak sama dengan Malaysia kerana di luar negara jumlah muridnya tidak ramai malah kajian itu dibuat pada kelas yang muridnya ada 18 orang sahaja. Terdahulu, MalaysiaGazette melaporkan Pengerusi Penaja SGMM, Mohd. Nor Izzat Mohd. Johari tidak setuju dengan langkah untuk mengkaji semula PBS kerana sistem itu perlu dimansuhkan terus. Katanya, apa guna mengkaji semula kerana selepas itu perlu melaksanakan semula PBS yang akhirnya membebankan serta membuang masa para guru. "Sebelum ini pun PBS dikaji oleh bijak pandai tetapi tetap ada kelemahan, apa beza dikaji semula pada masa ini? Kerana benda atau sistem yang dikaji tetap sama. Apa yang perlu adalah mansuh serta-merta. "Untuk membuat kajian semula bermakna, Timbalan Perdana Menteri, Tan Sri Muhyiddin Yasin sendiri mengakui terdapatnya kelemahan terhadap PBS dan sejauh mana kajian semula dapat membaikinya?,'' katanya. Sebelum ini, Muhyiddin yang juga Menteri Pendidikan berkata, kementerian akan mengkaji semula pelaksanaan PBS secara menyeluruh ekoran terdapat pelbagai masalah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan sistem tersebut. Menurut beliau, antara masalah itu ialah berhubung sambungan sistem capaian dan penggunaan alat merekodkan prestasi pencapaian yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam pada itu, Mohd. Izzat berkata, sekiranya keputusan membuat kajian semula itu dibuat bagi menghalang perhimpunan aman yang pertama kali akan dibuat oleh guru-guru di Malaysia, perkara itu tidak akan berlaku selagi pengumuman pemansuhan PBS tidak dibuat. ``Kita hanya akan menghentikan perancangan Himpunan 222: Mansuh PBS secara serta-merta sekiranya TPM umumkan PBS akan dimansuhkan. ``Selagi tiada sebarang pengumuman mengenai sebarang pemansuhan, maka perhimpunan aman akan terus dibuat seperti perancangan awal pada 22 Februari hadapan,'' jelasnya.--MalaysiaGazette
Malaysia
There’s no ‘school’ in school-based assessment system, says teachers’ union
The National Union of Teaching Professions (NUTP) has claimed that none of its 180,000 members throughout the country have found anything positive in the School-based Assessment System (SBA), which was started three years ago.
NUTP president Hashim Adnan said the SBA was alien to the education culture of Malaysian students who liked having their progress measured in As, Bs and Cs.
Putrajaya’s decision to review the system came after a teacher’s pressure group, Suara Guru Masyarakat Malaysia, or Teacher-Community Voices Malaysia (SGMM), said it will hold a protest on February 22 to demand that the SBA be abolished.
Though the NUTP disagreed with SGMM’s plan, Hashim said their demands were similar.
“With the SBA, there is no meaning in going to school,” said Hashim of the SBA, which has done away with annual examinations in favour of daily assessments.
The daily assessments, he said, essentially graded students based on whether they pass or fail a subject based on six band spectrum. It starts from band one “understand” (the lowest) to band six “exemplary” (the highest).
Hashim said a student who gets a band one grade is considered to have passed, but is not distinguished from a student who gets band six.
This is different from the old hierarchical grading system of A to F which separates students based on who excelled at a certain subject.
“Our students still want to strive to get that 90 or 95% mark. When they’ve not given that opportunity they feel what’s the point of studying? What’s the difference between me and the other kids?
“Teachers are then having a problem motivating students to pay attention in class because students are easily bored.
“Students also don’t bother showing up for class because they feel they need not be graded on it later on,” Hashim told The Malaysian Insider.
On Tuesday, Education Minister Tan Sri Muhyiddin Yassin announced that the ministry was reviewing the SBA following widespread complaints from teachers.
The SBA was implemented in 2011 starting with Form 1 students. It is part of the government’s efforts to produce more well-rounded students instead of those who purely excelled at academics.
Teachers have complained of the vagueness in the six-band grading system and its requirement that data from student assessments have to be entered every day into a centralised computer system.
Congestion in the network has seen teachers wake up in the wee hours of the morning to enter the data due to low online traffic.
“If a teacher has 160 students, then that is 160 individual assessments she has to do each day,” said Hashim.
Previously, SGMM also claimed that weaknesses in Malaysia’s SBA led many schools to fall back on the old annual exam system to track pupils’ performance.
SGMM wants the system abolished before it is implemented this year on Form Three students who will be sitting for the important Lower Secondary Assessment exam, or PMR.
They fear that weaknesses in its implementation and the overall confusion by a majority of teachers and school administrators on how to implement SBA would affect the Form Three students’ PMR performance.
Hashim said the emphasis on individual schools to assess their own students, as opposed to an external examiner as in the case of the old system, will open the door to manipulation of PMR results.
“So far there are no guidelines from the ministry for standardised answers (in PMR).
“No teacher or school wants their schools to be seen as a laggard. So when it comes time for the exam, what’s to stop them from passing all their students?
“Since the teachers control the assessment they can tell their students what questions there will be in the exam.” – February 13, 2014.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan