LAH NI BERMACAM2 JENIS TILIK...KADANG2 DATANG ORANG YG HEBAT2...CAKAP AGAMA PUN PANDAI...TAPI MENILIK...MENILIK PERKARA DILARANG...SYIRIK..DOSA SYIRIK TIADA AMPUNAN ALLAH...TERMASUK DOSA BESAR...SEKARANG DE MENILIK...SEMPENA...TARIKH LAHIR...KEGEMARAN WARNA...NAMA2 DIRI LAH...TAHI LALAT...DAN MACAM2 LAGI...NI HARAM YANG JELAS....KALAU NAMA 'WATI' JELAS DALAM MELAYUNYA 'JIMAK' ...MAKNANYA BERSETUBUH...'MAIMON' ITU MAKNANYA 'BERUK'...
Copperfield bida patung tukang tilik bercakap
|
BANDAR VIRGINIA, Amerika Syarikat – Ahli silap mata terkenal, David Copperfield membina sebanyak AS$2 juta (RM5.96 juta) untuk membeli mesin patung tukang tilik gispsi yang boleh bercakap dan berusia 200 tahun.
Copperfield percaya ia merupakan satu-satunya mesin patung tukang tilik gipsi di dunia yang boleh bercakap.
Mesin itu kini dipamerkan di sebuah restoran di bandar ini.
Patung itu sebenarnya bercakap selepas seseorang memasukkan duit siling lima sen untuk mengetahui ramalan masa depannya.
Mata patung itu akan bercahaya dan giginya bergerak semasa ia mengeluarkan suara selepas duit tersebut dimasukkan.
Bagaimanapun, ia mengeluarkan suara menerusi alat rakaman yang telah dirakamkan terlebih dahulu.
– Agensi
Tujuh Dosa Besar
Rasulullah Saw. bersabda :
اِجْتَنِبُواالسَّبْعَ الْمُوْ بِقَاتِ اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِىْ حَرَّمَ اللهُ اِلاَّ بِالْحَقِّ وَاٰكِلُ الرِّبَا وَاٰكِلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَ لِّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْ فَ الْمُحْصَنَا تِ الْغَا فِلاَ تِ الْمُؤْ مِنَا تِ. رواه البخار ى و مسلم.
Artinya :
Jauhilah tujuh macam dosa yang bertingkat – tingkat (besar), diantaranya ialah :
- Mempersekutukan Allah
- Sihir
- Membunuh diri yang diharamkan Allah kecuali dengan hak.
- Makan harta riba
- Makan harta anak yatim
- Lari dari peperangan
- Menuduh wanita yang berimana yang tidah tahu menahu dengna perbuatan buruk dengan apa yang difitnakan kepadanya.
Dosa-Dosa Besar, dan Dosa Kecil yang Menjadi Besar
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. An Nisaa: 31Hidup sebagai pilihan
Ayat di atas adalah adalah salah satu dari delapan ayat, yang dikatakan oleh Ibnu Abbaas r.a. sebagai berikut: “di dalam surah ini [surah an Nisaa] terdapat delapan ayat yang menjadi pangkal kebaikan bagi umat ini, sepanjang siang dan sepanjang malam”. Ayat-ayat itu dimulai dengan firman Allah SWT:
“Allah hendak menerangkan (hukum syari’at-Nya) kepadamu”. (An Nisaa: 26)
“Dan Allah hendak menerima taubatmu”. (An Nisaa: 27)
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu “. (An Nisaa: 28).
Selanjutnya:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya”.
Ayat-ayat yang mulia di atas menjadi pangkal kebaikan bagi masing-masing individu umat Islam sepanjang hari-hari yang ia lewati. Karena ayat-ayat tersebut memberikan batasan-batasan dan ranjau-ranjau yang harus diperhatikan
oleh individu Muslim saat ia melakukan pilihan bagi ayunan langkahnya, sehingga ia tidak terjerumus ke dalam pilihan yang bodoh yang tidak berpedoman pada manhaj Allah. Manusia, tidak seperti makhluk Allah lainnya diberikan kebebasan untuk memilih jalan hidupnya. Manusia memiliki kemampuan lebih dari sekalian makhluk Allah yang lain. Kelebihan manusia itu adalah potensi akalnya, yang memberikannya kemampuan untuk menentukan pilihan terhadap alternatif-alternatif yang tersedia di hadapannya. Sementara makhluk-makhluk lain yang diciptakan Allah, terbentuk sebagai makhluk yang telah terprogram secara total oleh Allah, tanpa diberikan kemampuan untuk melakukan pilihan.
Dan puas menjadi makhluk yang mengalir di horison koridor yang telah dibentangkan oleh Allah SWT baginya. Kita mengetahui bahwa Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. Al Ahzaab: 72.
Dikatakan manusia telah menzhalimi dirinya ketika ia memilih untuk memegang kendali pilihan bebas dirinya saat menghadapi godaan syahwat atau saat menghadapi kehendak manhaj Allah SWT. Sementara makhluk-makhluk yang menundukkan dirinya kepada pilihan Allah, tidak menghadapi masalah seperti ini.
Seluruh makhluk selain manusia, hidup mengalir secara mekanis berdasarkan kehendak Allah, dan terbebas dari kesalahan melakukan pilihan bagi dirinya. Namun, Allah SWT dalam ayat-ayat tersebut memberikan informasi yang menenangkan manusia; yakni sekalipun manusia suatu kali pernah melakukan pilihan yang bodoh, sehingga melanggar kehendak dan ketentuan Allah, namun Allah berkehendak untuk memberikan cahaya penerang baginya yang menuntutnya dalam
mengarungi kehidupanya, memberikan kesempatan baginya untuk bertaubat kepada Allah, dan memberikan keringanan baginya atas kesalahan dan kekeliruan yang telah ia lakukan.
Dosa-dosa besar
Agar kita tidak terjerumus dalam dosa-dosa besar, hendaknya kita mengenal apa saja yang dikategorikan dalam dosa-dosa besar. Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Shadiq pernah ditanya oleh Amru bin Ubaid, seorang ulama Bashrah, dan seorang zahid tentang dosa-dosa besar. Kemudian beliau menjawab sambil menyebutkan dalilnya dari Al Qur’an. Di antara dosa-dosa besar adalah:
1. Syirik kepada Allah (An Nisaa: 48, Al Maaidah: 72)
2. Berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah (Yusuf: 87)
3. Merasa aman dari ancaman Allah (Al A’raf: 99)
4. Durhaka pada orang tua (Maryam: 32)
5. Membunuh (An Nisaa: 93)
6. Menuduh wanita baik-baik berbuat zina (An Nuur: 23)
7. Memakan riba (Al Baqarah: 275)
8. Lari dari medan pertempuran (Al Anfaal: 16)
9. Memakan harta anak yatim (An Nisaa: 10)
10. Berbuat zina (Al Furqaan: 68-69)
11. Menyembunyikan persaksian (Al Baqarah: 283)
12. Sumpah palsu (Ali Imran: 77)
13. Berkhianat atas ghanimah (Ali Imran: 161)
14. Minum khamr (Al Maaidah: 90)
15. Meninggalkan shalat (Al Muddatsir: 42-43)
16. Melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi (Al Baqarah: 27)
Berubahnya dosa kecil menjadi dosa besar
Imam Ibnul Qayyim pernah berkata: “Dosa-dosa besar biasanya disertai dengan rasa malu dan takut serta anggapan besar atas dosa tersebut, sedang dosa kecil biasanya tidak demikian. Bahkan yang biasa adalah bahwa dosa kecil sering disertai dengan kurangnya rasa malu, tidak adanya perhatian dan rasa takut, serta anggapan remeh atas dosa yang dilakukan, padahal bisa jadi ini adalah tingkatan dosa yang tinggi (tahdzib madarij as salikin hal 185-186).
Dengan demikian maka dosa kecil dapat berubah menjadi besar dengan adanya faktor-faktor yang memperbesarnya, yaitu:
1. Terus menerus dalam melakukannya
“Tak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus dan tak ada dosa besar jika diiringi istighfar.” Ucapan ini dinisbatkan kepada Ibnu Abbas Radhiallaahu ‘anhu berdasarkan atsar yang saling menguatkan satu dengan yang lain (ithaf as-sa’adah al-muttaqin 10/687).
2. Anggapan remeh atas dosa tersebut
Rasulullah saw telah bersabda: “Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya.” (HR ahmad dan Thabrani dalam Al Awsath)
3. Merasa senang dan bangga dengan dosa
4. Meremehkan “tutup dosa” dan kesantunan Allah
Yaitu ketika pelaku dosa kecil terbuai dengan kemurahan Allah dalam menutupi dosa. Ia tidak sadar bahwa itu adalah penangguhan dari Allah untuk-nya. Bahkan ia menyangka bahwa Allah sangat mengasihinya dan memberi perlakuan lain kepadanya.
5. Membongkar dan menceritakan dosa yang telah ditutupi oleh Allah
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: ” Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam dosa (al mujahirun), termasuk terang-terangan dalam dosa ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu Allah menutupinya ketika pagi, namun ia berkata: “Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan perbuatan begini dan begini!” (HR Muslim, kitabuz zuhd)
6. Jika pelakunya adalah orang alim yang jadi panutan atau dikenal keshalihannya
Yang demikian apabila ia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan atau dengan mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi besar. Tetapi lain halnya jika melakukannya karena kesalahan dalam ijtihad, marah atau yang semisalnya maka tentunya itu dimaafkan. (Dari Al-’Ibadat Al-Qalbiyah,Dr. Muhammad bin Hasan bin Uqail Musa Asy-Syarif)
Bahaya mengganggap enteng dosa
Sebagai seorang mu’min, hendaknya kita tidak menganggap remeh dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu, ia berkata : “Sesungguhnya seorang mu’min, ia melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk
dibawah gunung, ia takut kalau gunung itu jatuh menimpanya. Dan sesungguhnya seorang fajir (yang banyak berbuat dosa) melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya maka ia berbuat demikian menggerakkan tangannya
maka ia mengusirnya.”
Ketika akan berbuat dosa hendaknya kita mengingat perkataan bijak ini:
“Janganlah engkau melihat kepada kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa engkau berbuat maksiat.”
Semoga Allah mengaruniakan pada kita Al Furqaan dan menerima taubat kita.
MENGENALI DOSA BESAR DAN DOSA KECIL
Soalan; Apa yang dimaksudkan dengan dosa? Bagaimana untuk kita mengenali suatu dosa itu sama ada ia tergolong dalam dosa besar atau dosa kecil?
Jawapan;
Dosa bermaksud; “Setiap perkara yang menyalahi perintah Allah sama ada kerana meninggalkan apa yang disuruhNya atau melakukan apa yang ditegahNya”.[1] Dosa kerana meninggalkan yang disuruh seperti dosa orang yang mengabaikan solat, tidak berpuasa, tidak mengeluarkan zakat, tidak menutup aurat dan sebagainya. Dosa kerana melakukan tegahan Allah seperti dosa berzina, minum arak, mencuri, mengumpat, menipu dan sebagainya.
Dosa mengikut takrifan di atas merangkumi semua jenis dosa sama dosa-dosa besar atau dosa-dosa kecil. Sebahagian ulamak tidak bersetuju dengan pembahagian dosa kepada besar dan kecil. Antara mereka ialah Abi Ishaq al-Isfaraini, Qadhi Abu Bakar al-Baqilani, Imam al-Haramaian dan Abi Nashr al-Qusyairi. Bagi mereka semua dosa dan larangan Allah adalah besar belaka sebagaimana Ibnu Abbas r.a. pernah berkata;
كُلُّ مَاْ نَهَى اللهُ عَنْهُ فَهُوَ كَبِيْرَةٌ
“Setiap yang dilarang/ditegah Allah adalah besar”. (Riwayat Imam at-Thabrani)
Namun mengikut pandangan majoriti ulamak, dosa terbahagi kepada dua iaitu dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Pandangan majoriti ulamak inilah yang menepati al-Quran dan hadis kerana Allah berfirman;
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapuskan kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (An-Nisa’:31)
Rasulullah s.a.w. juga bersabda;
اَلصَّلَوَاْتُ الْخَمْسُ وَ الْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَ رَمَضَاْنَ إِلَى رَمَضَاْنَ مُكَفِّرَاْتُ مَاْ بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَاْئِرُ
“Solat lima waktu, solat jumaat hingga jumaat berikutnya dan ramadhan hingga ramadhan berikutnya menjadi penebus dosa-dosa (kecil yang berlaku) di sela-sela waktu tersebut selama dijauhi dosa-dosa besar”. (Riwayat Imam Ahmad, Muslim dan Tarmizi dari Abi Hurairah r.a.)
Ayat al-Quran dan hadis di atas jelas menunjukkan kepada kita bahawa di sana ada dosa-dosa besar dan ada dosa-dosa kecil.
Apa maksud dosa besar? Menurut Ibnu ‘Abbas r.a., dosa-dosa besar ialah; “Dosa-dosa yang ditetapkan hukuman had ke atasnya di dunia dan diancam dengan azab di akhirat atau diancam dengan laknat Allah dan kemurkaanNya”. Menurut Imam al-Haramain pula, “Dosa besar ialah dosa yang menampakkan bahawa pelakunya seorang yang kurang menjaga agamanya dan amat longgar pegangannya dengan agama di mana dosa ini menghilangkan al-‘adalah (sifat adil) pada diri seseorang (yakni orang yang melakukannya akan dianggap sebagai fasiq)”.
Apa yang lebih mudah ialah kita menilai dosa-dosa besar berdasarkan tanda-tandanya. Menurut Imam Ibnu Solah; “Tanda-tanda dosa besar antaranya ialah;[2]
1.Diwajibkan hukuman hudud ke atasnya seperti dosa berzina, minum arak, qazaf, mencuri dan sebagainya.
2.Di ancam ke atasnya dengan azab neraka atau sebagainya di dalam al-Quran atau as-Sunnah seperti dosa menyelewengkan harta anak yatim (rujuk surah an-Nisa’, ayat 10), dosa lari dari medan peperangan (rujuk; surah al-Anfal, ayat 16), tidak mengeluarkan zakat, tidak menunaikan solat, mengumpat, mengadu domba dan sebagainya.
3.Disifatkan orang-orang yang melakukannya sebagai fasiq.
4.Dilaknat orang-orang yang melakukannya seperti dosa makan riba, dosa rasuah, dosa lelaki yang meniru gaya perempuan atau sebaliknya dan sebagainya.
Adapun dosa-dosa kecil, ia adalah dosa-dosa di bawah tahap atau batasan dosa-dosa besar tadi. Contoh dosa kecil ialah; melihat kepada bukan mahram, suka berbalah atau bertengkar, kencing atau berak dengan mengadap ke arah kiblat atau membelakanginya, bercakap di dalam masjid dengan perkara-perkara dunia semata-mata dan sebagainya.
Namun harus diingat bahawa walaupun dinamakan dosa kecil, tetapi ia bukanlah perkara yang boleh dipandang mudah atau remeh kerana Rasulullah s.a.w. bersabda;
إِيَّاْكُمْ وَ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
“Awasilah kamu sekelian dari dosa-dosa yang kecil/remeh. Sesungguhnya ia akan berkumpul pada diri seseorang sehingga akan memusnahkannya (dengan menjatuhkannya ke dalam dosa besar)”. (Riwayat Imam Ahmad, at-Thabrani dan al-Baihaqi dari Abdullah bin Mas’ud r.a.)[3]
Malah dosa kecil dalam keadaan-keadaan tertentu akan berpindah menjadi dosa besar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin telah menjelaskan enam sebab suatu dosa kecil akan berubah menjadi dosa besar, iaitu;[4]
1.Berterus-terusan melakukannnya
2.Memandang remeh terhadap dosa yang dilakukan
3.Gembira, bangga dan seronok apabila dapat melakukan dosa sehingga ia merasakan bahawa ia dapat melakukan dosa itu merupakan suatu nikmat. Ia lupa bahawa dosa adalah penyebab kepada kecelakaan.
4.Memandang remeh apabila Allah menutup dosanya dan menangguhkan pembalasan terhadapnya.
5.Melakukan dosa dan kemudian menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain, atau melakukan dosa berterang-terangan di hadapan orang lain tanpa rasa malu sedikitpun.
6.Orang yang melakukan dosa kecil itu adalah orang alim.
Wallahu A’lam.
Rujukan;
1. Ihya’ ‘Ulumiddin, Imam al-Ghazali, jil. 4.
2. Minhajul Qasidin, Imam al-Maqdisi
3. Az-Zawajir ‘an Iqtirafil Kabaair, Imam Ibnu Hajar al-Haitami.
4. Al-Muntaqa min Kitab at-Targhib Wa at-Tarhib Lil Munziri, Dr. Yusof al-Qaradhawi, juz. 2.
5. Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, karangan sekumpulan ulama’, diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Kuwait.
6. Syarh al-‘Aqidah ath-Thahawitah, karangan al-‘Allamah ibn Abil ‘Izzi al-Hanafi.
7. Majmu’ al-Fatawa, oleh Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah, jil. 11.
8. Tahzib Madarij as-Salikin (kitab Madarij dikarang oleh Ibnul Qayyim al-Jauziah. Adapun tahzibnya dikarang oleh ‘Abdul Mun’im Sholeh al-‘Aliyyi al-‘Izzi.
9. Bahjatu Qulubil Abrar Wa Qurratu ‘Uyunil Akhyar fi Syarhi Jawami’ul Akhbar, Syeikh Abdur Rahman ibn Naashir as-Sa’adiyy.
10. Tafsir al-Quran al-‘Adziem, Imam Ibnu Kathir (Surah an-Nisa’, ayat 31).
[1] Lihat Ihya’ ‘Ulumiddin, Imam al-Ghazali, jil. 4, hlm. 16 dan Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, karangan sekumpulan ulama’ dari negara Kuwait, diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Kuwait. (Lihat perkataan “al-Kabair”).
[2] Az-Zawajir ‘an Iqtirafil Kabaair, Imam Ibnu Hajar al-Haitami, hlm. 18.
[3] Al-Muntaqa min Kitab at-Targhib Wa at-Tarhib Lil Munziri, Dr. Yusof al-Qaradhawi, juz. 2, hlm. 671. (Hadis no. 1464)
[4] Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali, jil. 4, hlm. 32-34 dan Minhajul Qasidin, Imam al-Maqdisi, hlm. 264-266.
Jawapan;
Dosa bermaksud; “Setiap perkara yang menyalahi perintah Allah sama ada kerana meninggalkan apa yang disuruhNya atau melakukan apa yang ditegahNya”.[1] Dosa kerana meninggalkan yang disuruh seperti dosa orang yang mengabaikan solat, tidak berpuasa, tidak mengeluarkan zakat, tidak menutup aurat dan sebagainya. Dosa kerana melakukan tegahan Allah seperti dosa berzina, minum arak, mencuri, mengumpat, menipu dan sebagainya.
Dosa mengikut takrifan di atas merangkumi semua jenis dosa sama dosa-dosa besar atau dosa-dosa kecil. Sebahagian ulamak tidak bersetuju dengan pembahagian dosa kepada besar dan kecil. Antara mereka ialah Abi Ishaq al-Isfaraini, Qadhi Abu Bakar al-Baqilani, Imam al-Haramaian dan Abi Nashr al-Qusyairi. Bagi mereka semua dosa dan larangan Allah adalah besar belaka sebagaimana Ibnu Abbas r.a. pernah berkata;
كُلُّ مَاْ نَهَى اللهُ عَنْهُ فَهُوَ كَبِيْرَةٌ
“Setiap yang dilarang/ditegah Allah adalah besar”. (Riwayat Imam at-Thabrani)
Namun mengikut pandangan majoriti ulamak, dosa terbahagi kepada dua iaitu dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Pandangan majoriti ulamak inilah yang menepati al-Quran dan hadis kerana Allah berfirman;
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapuskan kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (An-Nisa’:31)
Rasulullah s.a.w. juga bersabda;
اَلصَّلَوَاْتُ الْخَمْسُ وَ الْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَ رَمَضَاْنَ إِلَى رَمَضَاْنَ مُكَفِّرَاْتُ مَاْ بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَاْئِرُ
“Solat lima waktu, solat jumaat hingga jumaat berikutnya dan ramadhan hingga ramadhan berikutnya menjadi penebus dosa-dosa (kecil yang berlaku) di sela-sela waktu tersebut selama dijauhi dosa-dosa besar”. (Riwayat Imam Ahmad, Muslim dan Tarmizi dari Abi Hurairah r.a.)
Ayat al-Quran dan hadis di atas jelas menunjukkan kepada kita bahawa di sana ada dosa-dosa besar dan ada dosa-dosa kecil.
Apa maksud dosa besar? Menurut Ibnu ‘Abbas r.a., dosa-dosa besar ialah; “Dosa-dosa yang ditetapkan hukuman had ke atasnya di dunia dan diancam dengan azab di akhirat atau diancam dengan laknat Allah dan kemurkaanNya”. Menurut Imam al-Haramain pula, “Dosa besar ialah dosa yang menampakkan bahawa pelakunya seorang yang kurang menjaga agamanya dan amat longgar pegangannya dengan agama di mana dosa ini menghilangkan al-‘adalah (sifat adil) pada diri seseorang (yakni orang yang melakukannya akan dianggap sebagai fasiq)”.
Apa yang lebih mudah ialah kita menilai dosa-dosa besar berdasarkan tanda-tandanya. Menurut Imam Ibnu Solah; “Tanda-tanda dosa besar antaranya ialah;[2]
1.Diwajibkan hukuman hudud ke atasnya seperti dosa berzina, minum arak, qazaf, mencuri dan sebagainya.
2.Di ancam ke atasnya dengan azab neraka atau sebagainya di dalam al-Quran atau as-Sunnah seperti dosa menyelewengkan harta anak yatim (rujuk surah an-Nisa’, ayat 10), dosa lari dari medan peperangan (rujuk; surah al-Anfal, ayat 16), tidak mengeluarkan zakat, tidak menunaikan solat, mengumpat, mengadu domba dan sebagainya.
3.Disifatkan orang-orang yang melakukannya sebagai fasiq.
4.Dilaknat orang-orang yang melakukannya seperti dosa makan riba, dosa rasuah, dosa lelaki yang meniru gaya perempuan atau sebaliknya dan sebagainya.
Adapun dosa-dosa kecil, ia adalah dosa-dosa di bawah tahap atau batasan dosa-dosa besar tadi. Contoh dosa kecil ialah; melihat kepada bukan mahram, suka berbalah atau bertengkar, kencing atau berak dengan mengadap ke arah kiblat atau membelakanginya, bercakap di dalam masjid dengan perkara-perkara dunia semata-mata dan sebagainya.
Namun harus diingat bahawa walaupun dinamakan dosa kecil, tetapi ia bukanlah perkara yang boleh dipandang mudah atau remeh kerana Rasulullah s.a.w. bersabda;
إِيَّاْكُمْ وَ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
“Awasilah kamu sekelian dari dosa-dosa yang kecil/remeh. Sesungguhnya ia akan berkumpul pada diri seseorang sehingga akan memusnahkannya (dengan menjatuhkannya ke dalam dosa besar)”. (Riwayat Imam Ahmad, at-Thabrani dan al-Baihaqi dari Abdullah bin Mas’ud r.a.)[3]
Malah dosa kecil dalam keadaan-keadaan tertentu akan berpindah menjadi dosa besar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin telah menjelaskan enam sebab suatu dosa kecil akan berubah menjadi dosa besar, iaitu;[4]
1.Berterus-terusan melakukannnya
2.Memandang remeh terhadap dosa yang dilakukan
3.Gembira, bangga dan seronok apabila dapat melakukan dosa sehingga ia merasakan bahawa ia dapat melakukan dosa itu merupakan suatu nikmat. Ia lupa bahawa dosa adalah penyebab kepada kecelakaan.
4.Memandang remeh apabila Allah menutup dosanya dan menangguhkan pembalasan terhadapnya.
5.Melakukan dosa dan kemudian menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain, atau melakukan dosa berterang-terangan di hadapan orang lain tanpa rasa malu sedikitpun.
6.Orang yang melakukan dosa kecil itu adalah orang alim.
Wallahu A’lam.
Rujukan;
1. Ihya’ ‘Ulumiddin, Imam al-Ghazali, jil. 4.
2. Minhajul Qasidin, Imam al-Maqdisi
3. Az-Zawajir ‘an Iqtirafil Kabaair, Imam Ibnu Hajar al-Haitami.
4. Al-Muntaqa min Kitab at-Targhib Wa at-Tarhib Lil Munziri, Dr. Yusof al-Qaradhawi, juz. 2.
5. Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, karangan sekumpulan ulama’, diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Kuwait.
6. Syarh al-‘Aqidah ath-Thahawitah, karangan al-‘Allamah ibn Abil ‘Izzi al-Hanafi.
7. Majmu’ al-Fatawa, oleh Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah, jil. 11.
8. Tahzib Madarij as-Salikin (kitab Madarij dikarang oleh Ibnul Qayyim al-Jauziah. Adapun tahzibnya dikarang oleh ‘Abdul Mun’im Sholeh al-‘Aliyyi al-‘Izzi.
9. Bahjatu Qulubil Abrar Wa Qurratu ‘Uyunil Akhyar fi Syarhi Jawami’ul Akhbar, Syeikh Abdur Rahman ibn Naashir as-Sa’adiyy.
10. Tafsir al-Quran al-‘Adziem, Imam Ibnu Kathir (Surah an-Nisa’, ayat 31).
[1] Lihat Ihya’ ‘Ulumiddin, Imam al-Ghazali, jil. 4, hlm. 16 dan Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, karangan sekumpulan ulama’ dari negara Kuwait, diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Kuwait. (Lihat perkataan “al-Kabair”).
[2] Az-Zawajir ‘an Iqtirafil Kabaair, Imam Ibnu Hajar al-Haitami, hlm. 18.
[3] Al-Muntaqa min Kitab at-Targhib Wa at-Tarhib Lil Munziri, Dr. Yusof al-Qaradhawi, juz. 2, hlm. 671. (Hadis no. 1464)
[4] Ihya’ Ulumiddin, Imam al-Ghazali, jil. 4, hlm. 32-34 dan Minhajul Qasidin, Imam al-Maqdisi, hlm. 264-266.
Dosa kecil dan Dosa besar..
Assalamualaikum wbt dan Salam SejahteraBertemu lagi kita dengan kesempatan yg ada ini , Syukur Alhamdulilah ustazah mencari juga ruang dan masa untuk menuliskan sesuatu buat bacaan rakan2 pelawat adan pengunjung yang dirahmati Allah.
Suka kali ini ustazah berkongsi tajuk “DosaKecil dan Dosa Besar”
Pengertian Dosa Kecil:
Amalan yang dilakukan yang dilarang oleh Allah tetapi tidak disertai ugutan dan ancaman dari Allah.
Pengertian Dosa Besar pula ialah:
Amalan yang dilakukan yang dilarang oleh Allah disertai dengan ugutan dan ancaman dari Allah
Contoh2 Dosa Kecil:
1. Membazir
2. Membuang Masa
3. Membuang sampah merata-rata
4. Melihat perkara2 yg maksiat
5. Mendengar perkara/lagu2 yang melalaikan
Contoh Dosa2 Besar:
1. Syirik
2. Sihir
3. Membunuh
4. Minum Arak
5. Berzina dan liwat
6. Menuduh orang berzina(fitnah)
7. Derhaka kpd ke2 ibu bapa
8. Lari dari medan perang
9. Putus Asa dari rahmat Allah
Oleh itu marilah kita sama2 menjauhi perkara2 yg menyebabkan kita mendapat dosa samada dosa kecil atau dosa besar.
Firman Allah yg bermaksud:
“sesengguhnya orang yg mendapat balasan kebaikan adalah orang yg menjauhi dosa-dosa besar serta perbuatan-perbuatan yang keji, kecuali salah silap yg kecil-kecil (yg mereka terlanjur melakukannya, maka ianya dimaafkan) sesungguh Allah itu Maha Luas PengampunanNya” Ayat 32:Surah An Najm
Wassalam
-ustazah azimah-
DOSA KECIL MENJADI DOSA BESAR
Kita tidak boleh memandang endah tak endah terhadap dosa-dosa kecil yang kita lakukan kerana ia dapat juga berkembang dan berubah menjadi dosa besar dengan adanya berbagai sebab iaitu:
1. Kerana dosa kecil itu dikerjakan terus-menerus atau dikekalkan sahaja mengerjakannya tanpa ada hentinya.
Seperti halnya titisan air yang berulang kali jatuh di atas batu, lama kelamaan tentulah berbekas pula.Tetapi tidak akan berbekas jika batu itu dituangi air berapa pun banyaknya dengan sekali tuang!
Dalam soal amal baik, Rasulullah S.A.W pernah bersabda yang bermaksud: "Sebaik-baik amal itu ialah yang terkenal atau yang paling rutin mengerjakannya, sekalipun hanya sedikit. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
2. Kerana adanya anggapan kecil pada dosa yang dilakukannya.
Jika seseorang menganggap dosa yang dilakukannya besar, maka disisi Allah dianggap kecil, dan jika seseorang itu menganggap dosa yang dilakukannya kecil, maka disisi Allah dipandang besar. Sebabnya ialah kerana anggapan besar itu timbul dari hati yang sebenarnya tidak suka melakukannya atau ingin menjauhinya. Kalau akhirnya dosa itu dikerjakan juga, hal ini berlaku sebab hebatnya godaan dan lain sebagainya. Ketidaksukaan melakukan inilah yang menyebabkan dosa yang dikerjakan sangat sedikit meninggalkan bekas dalam hatinya.Sebaliknya jika dosa itu dianggap kecil oleh yang melakukannya, tidak lain sebabnya ialah kerana hatinya amat condong melakukannya. Kecondongan inilah yang menyebabkan dosa yang dikerjakanya sangat berbekas dalam hatinya. Selain itu, sikap memandang kecil akan dosa mempunyai kesan negatif. Orang menjadi tidak takut lagi untuk berbuat dosa dan kurang peduli terhadap dosa.
3. Kerana dosa kecil itu dilakukan dengan senang hati dan merasa nikmat.
Sebabnya ialah kerana dosa yang dikerjakan dengan gembira dan nikmat, ia akan terbuku di dalam batin, bahkan juga akan menimbulkan kehitaman yang amat sangat dalam kalbu. Tidak ada rasa penyesalan dan selalu ingin mengulanginya kembali. Perasaan berbahgia di dalam dosa satu hal yang sangat buruk.
4. Kerana dosa kecil itu dilakukan dengan perasaan aman/bebas dari balasan Allah.
Sebetulnya perbuatan apa pun samada besar atau kecil tidak mungkin terlepas dari pengawasan Allah. Allah teramat teliti mengawasi segala sesuatu. Hanya orang yang bodoh/sesat sahaja yang merasa dirinya aman/bebas dari pengawasan Allah. Walaupun (nampaknya) aman dari balasan Allah, barangkali kerana Allah memang menangguhkan balasan itu sebagai kemurkaanNya, agar dengan demikian makin banyak lagi dosa yang dikerjakannya dan akan dibalas di akhirat kelak. Perasaan aman dari pengawasan/balasan Allah, meyebabkan seseorang itu berterusan berkecimpung dalam dosa dan noda dan semakin berani melakukanya.
5.Kerana dosa kecil itu diberitahukan atau diperlihatkan kepada orang lain.
Adakalanya dosa itu dilakukan dengan tidak diketahui orang lain, tetapi kemudian diberitahukan kepada orang lain. Dan ada kalanya pula waktu melakukannya memang di hadapan orang lain. Orang yang demikian telah melakukan dua macam pelanggaran. Dosanya kerana melakukan kesalahan dan dosa memperlihatkan kesalahan kepada orang. Sebenarnya dosa yang dikerjakan menjadi rahsia dirinya sendiri sebab hanya dia sendiri dan Allah yang mengetahui. Begitu juga dosa yang sebenarnya dapat dilakukan dengan diam-diam dengan tidak diketahui orang lain, mengapa dilakukan di muka orang lain?
Jadi pelanggaranya yang pertama, kerana ia melakukan kemaksiatan itu dan pelanggarannya yang kedua kerana cara ia melakukan dosanya itu dapat menggerakkan keinginan buruk orang lain untuk menirunya. Dengan begitu, satu perbuatan kemaksiatan menyebabkan dua bentuk dosa. Itulah sebabnya dosa kecil berkembang menjadi dosa yang besar.
6. Kerana dosa kecil itu dilakukan oleh orang alim yang mempunyai banyak pengikut.
Orang yang alim mempunyai pengaruh besar kepada para pengikutnya.Kerana itu dosa yang dikerjakannya kemungkinan besar akan diikuti pula oleh para pengikutnya .Inilah yang menyebabkan dosa kecil tadi berubah menjadi dosa besar.
Dalam sebuah hadis disebutkan: "Siapa menciptakan sunnah yang buruk, dia menanggung dosa atas perbuatannya itu dan juga dosa orang lain yang meniru melakukannya tanpa dikurangi dosa orang lain itu sedikit pun" Tetapi sebagaimana berlipat gandanya dosa yang dilakukan oleh orang alim itu, maka berlipat ganda pulalah kebaikan yang dibuat olehnya,apabila banyak orang yang mengikut dan melanjutkan amal baiknya itu.
Tanya, “Bolehkah kita memberi penilaian pada sebuah maksiat yang dulu belum pernah ada sebagai dosa besar?”
Jawab:
Tidaklah diragukan bahwa dosa itu ada dua macam, dosa besar dan dosa kecil.
Namun para ulama berbeda pendapat tentang jumlah dosa besar. Ada yang berpendapat tujuh, tujuh puluh dan tujuh ratus. Ada pula yang mengatakan bahwa dosa besar adalah semua perbuatan yang dilarang dalam syariat semua para nabi dan rasul.
Pendapat yang paling kuat tentang pengertian dosa besar adalah segala perbuatan yang pelakunya diancam dengan api neraka, laknat atau murka Allah di akherat atau mendapatkan hukuman had di dunia. Sebagian ulama menambahkan perbuatan yang nabi meniadakan iman dari pelakunya, atau nabi mengataan ‘bukan golongan kami’ atau nabi berlepas diri dari pelakunya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menghunuskan pedang kepada kami, kaum muslimin, maka dia bukan golongan kami” (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menipu kami maka dia bukan golongan kami” (HR Muslim).
Mencuri adalah perbuatan yang memiliki hukuman had yaitu potong tangan maka muncuri adalah dosa besar. Zina juga memiliki hukuman had sehingga termasuk dosa besar. Membunuh juga dosa besar. Namimah atau adu domba juga dosa besar karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Orang yang melakukan namimah itu tidak akan masuk surga” (HR Bukhari dan Muslim).
[Disarikan dari Ajwibah Mufidah an Masa-il Adidah karya Syaikh Abdul Aziz ar Rajihi hal 1-4].
Dosa bermaksud; “Setiap perkara yang menyalahi perintah Allah sama ada kerana meninggalkan apa yang disuruhNya atau melakukan apa yang ditegahNya”.[1] Dosa kerana meninggalkan yang disuruh seperti dosa orang yang mengabaikan solat, tidak berpuasa, tidak mengeluarkan zakat, tidak menutup aurat dan sebagainya.
Dosa kerana melakukan tegahan Allah seperti dosa berzina, minum arak, mencuri, mengumpat, menipu dan sebagainya.
Dosa mengikut takrifan di atas merangkumi semua jenis dosa sama dosa-dosa besar atau dosa-dosa kecil. Sebahagian ulamak tidak bersetuju dengan pembahagian dosa kepada besar dan kecil. Antara mereka ialah Abi Ishaq al-Isfaraini, Qadhi Abu Bakar al-Baqilani, Imam al-Haramaian dan Abi Nashr al-Qusyairi. Bagi mereka semua dosa dan larangan Allah adalah besar belaka sebagaimana Ibnu Abbas r.a. pernah berkata;
كُلُّ مَاْ نَهَى اللهُ عَنْهُ فَهُوَ كَبِيْرَةٌ
“Setiap yang dilarang/ditegah Allah adalah besar”. (Riwayat Imam at-Thabrani)
Namun mengikut pandangan majoriti ulamak, dosa terbahagi kepada dua iaitu dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Pandangan majoriti ulamak inilah yang menepati al-Quran dan hadis kerana Allah berfirman;
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapuskan kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (An-Nisa’:31)
Rasulullah s.a.w. juga bersabda;
اَلصَّلَوَاْتُ الْخَمْسُ وَ الْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَ رَمَضَاْنَ إِلَى رَمَضَاْنَ مُكَفِّرَاْتُ مَاْ بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَاْئِرُ
“Solat lima waktu, solat jumaat hingga jumaat berikutnya dan ramadhan hingga ramadhan berikutnya menjadi penebus dosa-dosa (kecil yang berlaku) di sela-sela waktu tersebut selama dijauhi dosa-dosa besar”. (Riwayat Imam Ahmad, Muslim dan Tarmizi dari Abi Hurairah r.a.)
Ayat al-Quran dan hadis di atas jelas menunjukkan kepada kita bahawa di sana ada dosa-dosa besar dan ada dosa-dosa kecil.
Apa maksud dosa besar? Menurut Ibnu ‘Abbas r.a., dosa-dosa besar ialah; “Dosa-dosa yang ditetapkan hukuman had ke atasnya di dunia dan diancam dengan azab di akhirat atau diancam dengan laknat Allah dan kemurkaanNya”.
Menurut Imam al-Haramain pula, “Dosa besar ialah dosa yang menampakkan bahawa pelakunya seorang yang kurang menjaga agamanya dan amat longgar pegangannya dengan agama di mana dosa ini menghilangkan al-‘adalah (sifat adil) pada diri seseorang (yakni orang yang melakukannya akan dianggap sebagai fasiq)”.
Apa yang lebih mudah ialah kita menilai dosa-dosa besar berdasarkan tanda-tandanya. Menurut Imam Ibnu Solah; “Tanda-tanda dosa besar antaranya ialah;[2]
1.Diwajibkan hukuman hudud ke atasnya seperti dosa berzina, minum arak, qazaf, mencuri dan sebagainya.
2.Di ancam ke atasnya dengan azab neraka atau sebagainya di dalam al-Quran atau as-Sunnah seperti dosa menyelewengkan harta anak yatim (rujuk surah an-Nisa’, ayat 10), dosa lari dari medan peperangan (rujuk; surah al-Anfal, ayat 16), tidak mengeluarkan zakat, tidak menunaikan solat, mengumpat, mengadu domba dan sebagainya.
3.Disifatkan orang-orang yang melakukannya sebagai fasiq.
4.Dilaknat orang-orang yang melakukannya seperti dosa makan riba, dosa rasuah, dosa lelaki yang meniru gaya perempuan atau sebaliknya dan sebagainya.
Adapun dosa-dosa kecil, ia adalah dosa-dosa di bawah tahap atau batasan dosa-dosa besar tadi. Contoh dosa kecil ialah; melihat kepada bukan mahram, suka berbalah atau bertengkar, kencing atau berak dengan mengadap ke arah kiblat atau membelakanginya, bercakap di dalam masjid dengan perkara-perkara dunia semata-mata dan sebagainya.
Namun harus diingat bahawa walaupun dinamakan dosa kecil, tetapi ia bukanlah perkara yang boleh dipandang mudah atau remeh kerana Rasulullah s.a.w. bersabda;
إِيَّاْكُمْ وَ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
“Awasilah kamu sekelian dari dosa-dosa yang kecil/remeh. Sesungguhnya ia akan berkumpul pada diri seseorang sehingga akan memusnahkannya (dengan menjatuhkannya ke dalam dosa besar)”. (Riwayat Imam Ahmad, at-Thabrani dan al-Baihaqi dari Abdullah bin Mas’ud r.a.)[3]
Malah dosa kecil dalam keadaan-keadaan tertentu akan berpindah menjadi dosa besar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin telah menjelaskan enam sebab suatu dosa kecil akan berubah menjadi dosa besar, iaitu;[4]
1.Berterus-terusan melakukannnya
2.Memandang remeh terhadap dosa yang dilakukan
3.Gembira, bangga dan seronok apabila dapat melakukan dosa sehingga ia merasakan bahawa ia dapat melakukan dosa itu merupakan suatu nikmat. Ia lupa bahawa dosa adalah penyebab kepada kecelakaan.
4.Memandang remeh apabila Allah menutup dosanya dan menangguhkan pembalasan terhadapnya.
5.Melakukan dosa dan kemudian menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain, atau melakukan dosa berterang-terangan di hadapan orang lain tanpa rasa malu sedikitpun.
6.Orang yang melakukan dosa kecil itu adalah orang alim.
"Sampaikanlah PesanKu Biarpun Satu Ayat..."
Kami berpesan pada diri kami dan pada tuan-tuan jangan sekali-sekali melakukan dosa-dosa dibawah ini. Jika terlanjur cepat-cepat bertaubat sesungguhnya Allah itu maha pengampun lagi maha penyayang. Semuga taubat kita diterima oleh Allah. Amin...
Mengikut imam Azzahabiyy dalam kitabnya "Al-Kabaair" beliau menghimpunkan jenis dosa-dosa besar sebanyak 70 perkara.
Dalam sebuah hadis disebutkan: "Siapa menciptakan sunnah yang buruk, dia menanggung dosa atas perbuatannya itu dan juga dosa orang lain yang meniru melakukannya tanpa dikurangi dosa orang lain itu sedikit pun" Tetapi sebagaimana berlipat gandanya dosa yang dilakukan oleh orang alim itu, maka berlipat ganda pulalah kebaikan yang dibuat olehnya,apabila banyak orang yang mengikut dan melanjutkan amal baiknya itu.
Pengertian Dosa Besar
Tanya, “Bolehkah kita memberi penilaian pada sebuah maksiat yang dulu belum pernah ada sebagai dosa besar?”
Jawab:
Tidaklah diragukan bahwa dosa itu ada dua macam, dosa besar dan dosa kecil.
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)” (QS an Nisa’:31).
Namun para ulama berbeda pendapat tentang jumlah dosa besar. Ada yang berpendapat tujuh, tujuh puluh dan tujuh ratus. Ada pula yang mengatakan bahwa dosa besar adalah semua perbuatan yang dilarang dalam syariat semua para nabi dan rasul.
Pendapat yang paling kuat tentang pengertian dosa besar adalah segala perbuatan yang pelakunya diancam dengan api neraka, laknat atau murka Allah di akherat atau mendapatkan hukuman had di dunia. Sebagian ulama menambahkan perbuatan yang nabi meniadakan iman dari pelakunya, atau nabi mengataan ‘bukan golongan kami’ atau nabi berlepas diri dari pelakunya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menghunuskan pedang kepada kami, kaum muslimin, maka dia bukan golongan kami” (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menipu kami maka dia bukan golongan kami” (HR Muslim).
Mencuri adalah perbuatan yang memiliki hukuman had yaitu potong tangan maka muncuri adalah dosa besar. Zina juga memiliki hukuman had sehingga termasuk dosa besar. Membunuh juga dosa besar. Namimah atau adu domba juga dosa besar karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Orang yang melakukan namimah itu tidak akan masuk surga” (HR Bukhari dan Muslim).
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)” (QS an Nisa’:10). Dalam ayat ini ada ancaman neraka bagi orang yang memakan harta anak yatim sehingga perbuatan ini hukumnya dosa besar.
[Disarikan dari Ajwibah Mufidah an Masa-il Adidah karya Syaikh Abdul Aziz ar Rajihi hal 1-4].
Dosa bermaksud; “Setiap perkara yang menyalahi perintah Allah sama ada kerana meninggalkan apa yang disuruhNya atau melakukan apa yang ditegahNya”.[1] Dosa kerana meninggalkan yang disuruh seperti dosa orang yang mengabaikan solat, tidak berpuasa, tidak mengeluarkan zakat, tidak menutup aurat dan sebagainya.
Dosa kerana melakukan tegahan Allah seperti dosa berzina, minum arak, mencuri, mengumpat, menipu dan sebagainya.
Dosa mengikut takrifan di atas merangkumi semua jenis dosa sama dosa-dosa besar atau dosa-dosa kecil. Sebahagian ulamak tidak bersetuju dengan pembahagian dosa kepada besar dan kecil. Antara mereka ialah Abi Ishaq al-Isfaraini, Qadhi Abu Bakar al-Baqilani, Imam al-Haramaian dan Abi Nashr al-Qusyairi. Bagi mereka semua dosa dan larangan Allah adalah besar belaka sebagaimana Ibnu Abbas r.a. pernah berkata;
كُلُّ مَاْ نَهَى اللهُ عَنْهُ فَهُوَ كَبِيْرَةٌ
“Setiap yang dilarang/ditegah Allah adalah besar”. (Riwayat Imam at-Thabrani)
Mengenali Dosa Besar Dan Dosa Kecil
Namun mengikut pandangan majoriti ulamak, dosa terbahagi kepada dua iaitu dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Pandangan majoriti ulamak inilah yang menepati al-Quran dan hadis kerana Allah berfirman;
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapuskan kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (An-Nisa’:31)
Rasulullah s.a.w. juga bersabda;
اَلصَّلَوَاْتُ الْخَمْسُ وَ الْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَ رَمَضَاْنَ إِلَى رَمَضَاْنَ مُكَفِّرَاْتُ مَاْ بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَاْئِرُ
“Solat lima waktu, solat jumaat hingga jumaat berikutnya dan ramadhan hingga ramadhan berikutnya menjadi penebus dosa-dosa (kecil yang berlaku) di sela-sela waktu tersebut selama dijauhi dosa-dosa besar”. (Riwayat Imam Ahmad, Muslim dan Tarmizi dari Abi Hurairah r.a.)
Ayat al-Quran dan hadis di atas jelas menunjukkan kepada kita bahawa di sana ada dosa-dosa besar dan ada dosa-dosa kecil.
Apa maksud dosa besar? Menurut Ibnu ‘Abbas r.a., dosa-dosa besar ialah; “Dosa-dosa yang ditetapkan hukuman had ke atasnya di dunia dan diancam dengan azab di akhirat atau diancam dengan laknat Allah dan kemurkaanNya”.
Menurut Imam al-Haramain pula, “Dosa besar ialah dosa yang menampakkan bahawa pelakunya seorang yang kurang menjaga agamanya dan amat longgar pegangannya dengan agama di mana dosa ini menghilangkan al-‘adalah (sifat adil) pada diri seseorang (yakni orang yang melakukannya akan dianggap sebagai fasiq)”.
Apa yang lebih mudah ialah kita menilai dosa-dosa besar berdasarkan tanda-tandanya. Menurut Imam Ibnu Solah; “Tanda-tanda dosa besar antaranya ialah;[2]
1.Diwajibkan hukuman hudud ke atasnya seperti dosa berzina, minum arak, qazaf, mencuri dan sebagainya.
2.Di ancam ke atasnya dengan azab neraka atau sebagainya di dalam al-Quran atau as-Sunnah seperti dosa menyelewengkan harta anak yatim (rujuk surah an-Nisa’, ayat 10), dosa lari dari medan peperangan (rujuk; surah al-Anfal, ayat 16), tidak mengeluarkan zakat, tidak menunaikan solat, mengumpat, mengadu domba dan sebagainya.
3.Disifatkan orang-orang yang melakukannya sebagai fasiq.
4.Dilaknat orang-orang yang melakukannya seperti dosa makan riba, dosa rasuah, dosa lelaki yang meniru gaya perempuan atau sebaliknya dan sebagainya.
Adapun dosa-dosa kecil, ia adalah dosa-dosa di bawah tahap atau batasan dosa-dosa besar tadi. Contoh dosa kecil ialah; melihat kepada bukan mahram, suka berbalah atau bertengkar, kencing atau berak dengan mengadap ke arah kiblat atau membelakanginya, bercakap di dalam masjid dengan perkara-perkara dunia semata-mata dan sebagainya.
Namun harus diingat bahawa walaupun dinamakan dosa kecil, tetapi ia bukanlah perkara yang boleh dipandang mudah atau remeh kerana Rasulullah s.a.w. bersabda;
إِيَّاْكُمْ وَ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
“Awasilah kamu sekelian dari dosa-dosa yang kecil/remeh. Sesungguhnya ia akan berkumpul pada diri seseorang sehingga akan memusnahkannya (dengan menjatuhkannya ke dalam dosa besar)”. (Riwayat Imam Ahmad, at-Thabrani dan al-Baihaqi dari Abdullah bin Mas’ud r.a.)[3]
Malah dosa kecil dalam keadaan-keadaan tertentu akan berpindah menjadi dosa besar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin telah menjelaskan enam sebab suatu dosa kecil akan berubah menjadi dosa besar, iaitu;[4]
1.Berterus-terusan melakukannnya
2.Memandang remeh terhadap dosa yang dilakukan
3.Gembira, bangga dan seronok apabila dapat melakukan dosa sehingga ia merasakan bahawa ia dapat melakukan dosa itu merupakan suatu nikmat. Ia lupa bahawa dosa adalah penyebab kepada kecelakaan.
4.Memandang remeh apabila Allah menutup dosanya dan menangguhkan pembalasan terhadapnya.
5.Melakukan dosa dan kemudian menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain, atau melakukan dosa berterang-terangan di hadapan orang lain tanpa rasa malu sedikitpun.
6.Orang yang melakukan dosa kecil itu adalah orang alim.
70 Dosa Besar
Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sampaikanlah PesanKu Biarpun Satu Ayat..."
Kami berpesan pada diri kami dan pada tuan-tuan jangan sekali-sekali melakukan dosa-dosa dibawah ini. Jika terlanjur cepat-cepat bertaubat sesungguhnya Allah itu maha pengampun lagi maha penyayang. Semuga taubat kita diterima oleh Allah. Amin...
Mengikut imam Azzahabiyy dalam kitabnya "Al-Kabaair" beliau menghimpunkan jenis dosa-dosa besar sebanyak 70 perkara.
1. Syirik
2. Membunuh Manusia
3. Sihir
4. Tinggal Sembahyang
5. Tidak Mengeluarkan Zakat
6. Tidak Berpuasa
7. Tidak Mengerjakan Haji Walaupun Berkemampuan
8. Derhaka Kepada Ibu Bapa
9. Memutuskan Silatulraham
10.Berzina
11.Homosex
12.Memakan Riba
13.Memakan Harta Anak Yatim
14.Mendustakan Allah S.W.T dan Rasul
15.Lari dari Medan Perang
16.Sombong
17.Saksi Palsu
18.Meminum Arak
19.Pemimpin Yang Penipu dan Kejam
20.Berjudi
21.Menuduh orang baik melakukan Zina
22.Menipu harta rampasan Perang
23.Mencuri
24.Merompak
25.Sumpah Palsu
26.Berlaku Zalim
27.Pemungut cukai yang Zalim
28.Makan dari kekayaan yang Haram
29.Bunuh Diri
30.Berbohong
31.Hakim yang Tidak adil
32.Rasuah
33.Wanita yang menyerupai Lelaki
34.Tidak Cemburu
35.Cina Buta
36.Tidak Suci Hadas kecil
37.RIAK Mempamerkan Diri
38.Ulamak Dunia (jahat)
39.Khianat
40.Mengungkit-Ungkit Pemberian
41.Mangingkari Takdir
42.Mencari Kesalahan Orang lain
43.Menabur Fitnah
44.Mengutuk Umat Islam
45.Mengingkari Janji
46.Percaya Kepada Sihir dan Nujum
47.Derhaka kepada Suami
48.Gambar pada Baju
49.Menamparkan pipi dan meratap jika terkena bala
50.Menggangu Orang lain
51.Berbuat Zalim terhadap yg lemah
52.Menggangu Tetangga
53.Menyakiti dan Memaki Orang Islam
54.Derhaka kepada Hamba Allah S.W.T dan menggangap dirinya baik
55.Melabuhkan Pakaian
56.Lelaki yang memakai Sutera dan Emas
57.Hamba Lari dari Tuan
58.Sembelihan Untuk Selain Dari Allah S.W.T
59.Menjadi Pak Sanggup
60.Berdebat dan Bermusuh
61.Enggan Memberi Kelebihan Air
62.Mengurangkan Timbangan
63.Merasa Aman Dari Kemurkaan Allah S.W.T
64.Putus Asa Dari Rahmat Allah S.W.T
65.Meninggalkan Sembahyang Berjemaah
66.Meninggalkan Sembahyang Jumaat
67.Menguragi Wasiat
68.Menipu
69.Mengintip Rahsia dan Membuka Rahsia Orang Lain
70.Mencela Nabi dan Sahabat
2. Membunuh Manusia
3. Sihir
4. Tinggal Sembahyang
5. Tidak Mengeluarkan Zakat
6. Tidak Berpuasa
7. Tidak Mengerjakan Haji Walaupun Berkemampuan
8. Derhaka Kepada Ibu Bapa
9. Memutuskan Silatulraham
10.Berzina
11.Homosex
12.Memakan Riba
13.Memakan Harta Anak Yatim
14.Mendustakan Allah S.W.T dan Rasul
15.Lari dari Medan Perang
16.Sombong
17.Saksi Palsu
18.Meminum Arak
19.Pemimpin Yang Penipu dan Kejam
20.Berjudi
21.Menuduh orang baik melakukan Zina
22.Menipu harta rampasan Perang
23.Mencuri
24.Merompak
25.Sumpah Palsu
26.Berlaku Zalim
27.Pemungut cukai yang Zalim
28.Makan dari kekayaan yang Haram
29.Bunuh Diri
30.Berbohong
31.Hakim yang Tidak adil
32.Rasuah
33.Wanita yang menyerupai Lelaki
34.Tidak Cemburu
35.Cina Buta
36.Tidak Suci Hadas kecil
37.RIAK Mempamerkan Diri
38.Ulamak Dunia (jahat)
39.Khianat
40.Mengungkit-Ungkit Pemberian
41.Mangingkari Takdir
42.Mencari Kesalahan Orang lain
43.Menabur Fitnah
44.Mengutuk Umat Islam
45.Mengingkari Janji
46.Percaya Kepada Sihir dan Nujum
47.Derhaka kepada Suami
48.Gambar pada Baju
49.Menamparkan pipi dan meratap jika terkena bala
50.Menggangu Orang lain
51.Berbuat Zalim terhadap yg lemah
52.Menggangu Tetangga
53.Menyakiti dan Memaki Orang Islam
54.Derhaka kepada Hamba Allah S.W.T dan menggangap dirinya baik
55.Melabuhkan Pakaian
56.Lelaki yang memakai Sutera dan Emas
57.Hamba Lari dari Tuan
58.Sembelihan Untuk Selain Dari Allah S.W.T
59.Menjadi Pak Sanggup
60.Berdebat dan Bermusuh
61.Enggan Memberi Kelebihan Air
62.Mengurangkan Timbangan
63.Merasa Aman Dari Kemurkaan Allah S.W.T
64.Putus Asa Dari Rahmat Allah S.W.T
65.Meninggalkan Sembahyang Berjemaah
66.Meninggalkan Sembahyang Jumaat
67.Menguragi Wasiat
68.Menipu
69.Mengintip Rahsia dan Membuka Rahsia Orang Lain
70.Mencela Nabi dan Sahabat
Tiada ulasan:
Catat Ulasan