Rabu, 20 Mei 2015

ORANG ZALIM











































ZALIM
Zalim adalah perbuatan menyakiti seseorang ataupun diri sendiri, yang dilakukan dengan cara apapun yang tidak mengenal belas kasih dan tidak berkeprimanusiaan. Perbuatan ini, merupakan perbuatan yang mendapatkan dosa cukup besar dan ada salah satunya yang tidak dapat dimaafkan oleh Allah.
Selain itu zalim adalah adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.
Saking bahayanya perbuatan Zalim, Allah SWT berfirman,
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Al-Anfal, 8 : 25

Mengenal Sifat Tsubutiyyah Dan Sifat Salbiyyah




Di dalam Al Qur’an dan As Sunnah, ada sifat-sifat kesempurnaan yang ditetapkan bagi Allah dan ada pula sifat-sifat kekurangan yang dinafikan/ditiadakan bagi Allah. Sifat yang ditetapkan disebut sifat tsubutiyyah, adapun sifat yang dinafikan disebut sifat salbiyyah.

Makna Sifat Tsubutiyyah dan Sifat Salbiyyah

Pertama, Sifat Tsubutiyyah
Yang dimaksud sifat tsubutiyyah adalah sifat kesempurnaan yang ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya sifat al hayah (hidup), al qudrah (berkuasa), istiwa’ ‘alal ‘Arsy (tinggi dan menetap di atas ‘Arsy), nuzul (turun ke langit dunia), al wajh (mempunyai wajah), al yadain (mempunyai dua tangan), dan lain sebagainya. Sifat-sifat ini wajib ditetapkan bagi Allah sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala.
Kedua, Sifat salbiyyah
Yang dimaksud sifat salbiyyah adalah sifat-sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya baik dalam Al Qur’an maupun di dalam hadits. Sifat salbiyyah merupakan sifat kekurangan dan tercela yang tidak layak bagi Allah Ta’ala. Contohnya sifat al maut (mati), an naum (tidur), al jahlu (bodoh), an nisyan (lupa), dan at ta’ab (lemah).
Sifat salbiyyah wajib dinafikan/ditiadakan dari Allah karena mengandung sifat kekurangan dan tercela. Dalam menafikan sifat salbiyyah, harus disertai dengan penetapan sifat kesempurnaan yang merupakan kebalikan dari sifat tersebut. Hal ini karena yang dimaksud sifat salbiyyah, bukan hanya semata-mata penafian, namun untuk menjelaskan adanya sifat kesempurnaan yang merupakan lawan dari sifat tersebut. Penafian semata pada sesuatu tidak menghasilkan pujian yang sempurna jika tidak disertai adanya penetapan sifat kesempurnaan. Contoh :
  • Penafian sifat al maut (kematian). Allah Ta’ala berfirman:
    وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
    Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati “ (Al Furqan :58). Penafian sifat kematian pada ayat di atas tidak hanya meniadakan sifat mati bagi Allah, namun juga mengandung penetapan sifat hidup yang sempurna bagi Allah.
  • Penafian sifat zalim. Allah Ta’ala berfirman:
    وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَداً
    Dan Tuhanmu tidak berbuat zalim kepada seorang pun “ (Al Kahfi:49). Peniadaan sifat zalim di atas mengandung penetapan sifat adil yang sempurna bagi Allah.
  • Penafian sifat al ‘ajz (lemah, tidak mampu). Allah Ta’ala berfirman:
    وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيماً قَدِيراً
    Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa“ ( Fathir:44). Peniadaan sifat lemah bagi Allah pada ayat di atas mengandung penetapan kesempurnaan sifat ilmu dan qudrah (mampu).
Dengan demikian dalam setiap sifat salbiyyah, tekandung di dalamnya penetapan sifat kesempurnaan bagi Allah Ta’ala.

Penetapan Sifat Tsubutiyyah Disebutkan Secara Rinci, Sedangkan Penafian Sifat Salbiyyah Disebutkan Secara Global

Sifat tsubutiyyah yang Allah tetapkan semuanya merupakan sifat kesempurnaan. Umumnya penetapan sifat-sifat tersbut dalam bentuk penyebutan secara rinci, karena semakin banyak pemberitaan tentang sifat tsubutiyyah semakin jelas menunjukkan kesempurnaan zat yang disifati. Oleh karena itu sifat-sifat tsubutiyyah yang Allah beritakan lebih banyak daripada  penyebutan  sifat salbiyyah yang ditiadakan oleh Allah.
Adapun sifat salbiyyah yang Allah tiadakan dari diri-Nya merupakan sifat kekurangan yang tidak layak bagi Allah. Umumnya peniadaan sifat-sifat tersebut dalam bentuk penyebutan secara global karena hal tersebut lebih menunjukkan pengagungan dan lebih sempurna dalam menyucikan dari sifat kekurangan. Penyebutan secara rinci sifat kekurangan terkadang justru merupakan penghinaan dan celaan terhadap yang disifati.
Contohnya sebagai berikut. Jika ada seseorang yang sedang memuji seorang raja, maka dia akan menyebutkan banyak sifat-sifat yang terpuji. Misalnya dia mengatakan, “Wahai Raja, engkau adalah orang yang mulia, pemberani, adil, bijaksana, dermawan, …”, dan seterusnya dengan menyebutkan sifat-sifat yang baik dan pujian lainnya. Penyebutan sifat-sifat terpuji secara rinci menunjukkan pujian yang sangat tinggi. Apabila dia mengatakan, “Wahai raja, tidak ada satu raja pun yang sebanding dengan engkau di zaman ini”, kalimat seperti ini juga merupakan pujian karena menafikan secara global. Namun apabila dia mengatakan, “Wahai raja, engkau adalah orang yang tidak bakhil, tidak miskin, tidak bodoh, tidak malas”, atau dengan penafian aib dan keburukan yang tidak layak bagi raja, maka ini tidak menunjukkan pujian bahkan mengesankan penghinaan dan pelecehan terhadap raja.
Pujian akan semakin nampak dengan menyebutkan secara rinci sifat-sifat terpuji dan menafikan sifat kekurangan secara global. Adapun menyebutkan penafian sifat aib dan tercela secara rinci justru tidak menunjukkan pujian dan mengesankan penghinaan terhadap sesuatu yang dipuji.
Contoh perincian dalam penetapan sifat terpuji yaitu  firman Allah :
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang“ (Al Hasyr:22).
لَيُدْخِلَنَّهُم مُّدْخَلاً يَرْضَوْنَهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَعَلِيمٌ حَلِيمٌ
Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun“ (Al Hajj:59).
Contoh penafian sifat kekurangan secara global yaitu firman Allah:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat“ (Asy Syuura:11).
هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً
Tidak ada sesuatupun yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?“ (Maryam:65).
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (Al Ikhlas:4).
Catatan:
Umumnya penyebutan sifat tsubutiyyah adalah secara rinci. Namun, terkadang disebutkan juga secara global. Misalnya dalam firman Allah :
وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى
Hanya milik Allah nama-nama yang mulia“ (Al A’raf:18).
وَلِلّهِ الْمَثَلُ الأَعْلَىَ
Dan Allah mempunyai sifat-sifat yang Maha Tinggi “ (An Nahl:60).
Umumnya penyebutan sifat salbiyyah secara global. Namun, terkadang disebutkan juga secara rinci karena sebab tertentu, misalnya :
  • Untuk membantah orang-orang yang mendustakan sifat-sifat Allah. Misalnya dalam firman Allah :
    مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ
    Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya” (Al Mu’minun:91).
    Dalam ayat ini disebutkan secara khusus penafian sifat anak bagi Allah untuk membantah secara khusus keyakinan orang-orang Nasrani yang menetapkan adanya anak bagi Allah.
  • Untuk menepis anggapan adanya sifat kekurangan pada kesempurnaan sifat Allah. Misalnya dalam firman Allah:
    وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِن لُّغُوبٍ
    Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam hari, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan“ (Qaaf:38).
Dalam ayat di atas, mungkin ada anggapan bahwa Allah akan capek/letih setelah menciptakan langit dan bumi dalam waktu hanya enam hari. Namun anggapan tersebut tidak benar, karena di akhir ayat Allah menjelaskan bahwa Allah tidak memiliki sifat at ta’ab (letih/capek).
Demikian pembahasan tentang sifat tsubutiyyah dan sifat salbiyyah, mudah-mudahan menambah pemahamana kita dan bisa meningkatkan keimanan dan kecintaan kita kepada Allah Ta’ala. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
Semoga bermanfaat.
***
Sumber bacaan: Taqriib At Tadmuriyyah karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
Penyusun: dr. Adika Mianoki
Artikel Muslim.Or.Id


HINDARI SIFAT ZALIM DAN KEDEKUT

وعن جابر رضي الله عنه: أن رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوا الظُّلْمَ؛ فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ. وَاتَّقُوا الشُّحَّ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ أهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ. حَمَلَهُمْ عَلَى أنْ سَفَكُوا دِمَاءهُمْ، وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)). رواه مسلم.
TERJEMAHAN
Dari Jabir رضي الله عنه bahawasanya RasululLah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Hindarkanlah sifat zalim kerana sesungguhnya kezaliman itu adalah kegelapan di hari Kiamat dan jauhkanlah sifat bakhil kerana bakhil itu membinasakan umat terdahulu dengan mendorong mereka melakukan pertumpahan darah sesama mereka dan menghalalkan perkara2 yang diharamkan." (Mafhum HR Muslim)

Perilaku Tercela : Aniaya atau Zhalim

Written By Gilang al Qarana on Rabu, 01 Mei 2013 | 08.34



Zalim (Arab: ظلم, Dholim) adalah meletakkan sesuatu atau perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan kata zalim adalah adil. Zalim merupakan suatu sikap menganiaya, menyakiti, menghardik, atau menyiksa orang lain dengan sangat sadis dengan alas an yang belum jelas keberadaanya.

    

      Zalim dalam Al-Qur'an dan Hadits

Didalam Al-Qur'an zalim memiliki beberapa makna, di antaranya dalam beberapa surah sebagai berikut:

      a.            Al Baqarah 165 dan Huud 101, orang-orang yang menyembah selain Allah.
      b.      Al Maa-idah 47, karena menuruti hawa nafsu dan merugikan orang lain.
      c.       Al Kahfi 35, zalim pada ayat ini sebuah sifat keangkuhan dan perbuatan kekafirannya.
      d.      Al-Anbiyaa' 13, Orang yang zalim itu di waktu merasakan azab Allah melarikan diri, lalu orang-orang yang beriman mengatakan kepada mereka dengan secara cemooh agar mereka tetap ditempat semula dengan menikmati kelezatan-kelezatan hidup sebagaimana biasa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapkan kepada mereka.

      e.      Al 'Ankabuut 46, yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim pada ayat ini adalah orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Sirin, Muhammad pernah mengatakan bahwa, "Di antara bentuk kezaliman seseorang terhadap saudaranya adalah apabila ia menyebutkan keburukan yang ia ketahui dari saudaranya dan menyembunyikan kebaikan-kebaikannya."

Dari kisah Abu Dzar Al-Ghifari dari Rasulullah sebagaimana ia mendapat wahyu dari Allah bahwa Allah berfirman: "Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) di antara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim."

Dalam hadits lain Muhammad bersabda, "Takutlah kalian akan kezhaliman karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat."

Kategori

Kezaliman dibagi menjadi 2 kategori, menzalimi diri sendiri (dosa dan maksiat) dan orang lain (menyia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan). Kezaliman itu ada tiga macamnya di antaranya adalah:

    a. Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, yaitu syirik.
    b. Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, perbuatan seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di
      dalam hubungan dia terhadap Allah.
    c. Kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah, perbuatan hamba-hamba-Nya di antara sesama
      mereka, karena pasti ditun­tut pada Hari Akhir oleh mereka yang dizalimi.

   Ciri-ciri dzalim:
    a.      Fasik                                                          f.  Melanggar hukum Allah
    b.      Munkar                                                      g.  Tamak
    c.       Berdusta                                                    h.   Suka berpaling dari perintah Allah
    d.      Ingkar dari kebenaran                                 i.   Sering mengabaikan amanat
    e.      Suka menghina


Allah berfirman: “Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas qolbu mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS 18 : 57)

Dalam ayat tersebut, Allah menyebut ciri-ciri orang yang zalim, yaitu : (1) orang
yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhan, lalu dia berpaling, (2) orang yang melupakan apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, (3) orang yang telah ditutup qolbunya oleh Allah dan (4) orang yang telah disumbat pendengarannya.

    Contoh-contoh Dzalim

Zalim dalam hubungannya terhadap Allah SWT (perbuatan ini termasuk dalam dosaSyirik, merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah SWT) Masuk dalam kategori ini adalah segala sesuatu yang bersifat tidak mengEsakan Allah, misalnya:
    a.      Mengambil Tuhan lain selain Allah, misalnya Menyembah Patung, Menyembah Dewa,
    Menyembah Manusia yang dianggap sebagai Tuhan, yang ringkasnya menyembah kepada selain Allah.
    b.      Menganggap Allah mempunyai Ibu dan Bapak seperti Mahluk lainnya.
    c.      Menyerupakan Allah seperti manusia.
    d.      Mempercayai perkataan peramal.
    e.      Memuja benda-benda gaib.

Zalim terhadap diri sendiri, masuk dalam kategori ini adalah segala sesuatu yang
keluar dari tuntunan Al Qur'an dan Hadit's, misalnya:
    a.      Bunuh diri, ini kategori Zalim terhadap diri sendiri dan orang lain yang InsyaAllah tidak dapat
      diampuni, dikarenakan tidak mempunyai kesempatan untuk bertobat lagi.

    b.      Homoseksual, perilaku ini jelas jelas sangat dibenci oleh Allah, karena melawan kodrat yang
       telah ditetapkan, hal ini tercermin dalam kisah Sodom pada jaman Nabi Luth As.

    c.      Berlebihan dalam segala sesuatu, misalnya makan berlebihan, belanja berlebihan dan menyia
       nyiakan harta. yang intinya adalah menuruti Hawa Nafsu untuk kesenangan diri sendiri.

    d.      Minum minuman keras, Narkoba, merokok (bila dilakukan sendiri maka hanya termasuk Zalim
       terhadap diri sendiri, bila merokok dilakukan dikeramaian maka selain men Zalimi diri sendiri,
       ia juga men Zalimi orang lain yang terkena asap rokoknya itu).

Zalim terhadap orang lain, masuk dalam kategori ini adalah segala sesuatu yang merugikan orang lain atau membuat orang lain tidak nyaman, atau membuat orang lain menerima akibat yang buruk, atau mengambil Hak orang lain, misalnya:
      a.       Mengobarkan Peperangan, Membunuh, merampok, mencuri, mencopet, memfitnah, berbohong, sumpah 
            palsu, menipu, mengejek,  gibah (membicarakan kejelekan orang lain).
      b.      Merusak Lingkungan.
      c.       Merokok dikeramaian.

      Bahaya Zalim
    a. Dapat merugikan diri sendiri maupun orang yang kita zalimi.
    b. Dapat menimbulkan kasus yang dapat dibawa ke meja hukum.
    c. Mendapatkan siksa di dunia maupun di akhirat.
    d. Mendapatkan kucilan dari masyarakat.

       Ancaman bagi orang yang zalim
Menurut syariat Islam, orang yang tidak berbuat zalim bisa saja terkena siksaan, keyakinan ini berdasarkan dalam salah satu ayat. Allah berfirman:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
(Al-Anfaal 8:25)

Ayat tersebut berisi peringatan untuk berhati-hati (hadzr) akan azab yang tidak hanya menimpa yang zalim saja, tetapi menimpa secara umum baik yang zalim maupun yang tidak zalim. Karena itu secara syar’i, wajib hukumnya bagi orang yang melihat kezaliman/kemunkaran dan mempunyai kesanggupan, untuk menghilangkan kemunkaran itu.

    Cara Menghindari Zalim
     a.      Selalu bersifat sabar.
     b.      Memperkuat ilmu moral agam dan rajin beribadah.
     c.      Membiasakan diri untuk saling menghormati satu sama lain.
     d.      Sadar bahwa zalim akan menghasilkan dosa yang sangat berat.

    Cara menghadapi orang dzalim

      Al Quran telah memberi petunjuk kepada kita dalam menghadapi orang-orang yang telah mendzalimi kita:
     a.   Tolaklah kejahatan itu dengan kebaikan.
          Jika ada orang yang berbuat jahat, balaslah dengan kebaikan.

     b.   Jika ada orang yang jahat kepada kita dengan perbuatannya dengan perkataannya atau dengan 
           sesuatu yang lain maka balaslah hal itu dengan kebaikan.
  
     c.   Jika ia memutus hubungan persaudaraan atau pertemanan denganmu, cobalah jalin hubungan 
         baik dengannya. Jika ia mendzalimimu maka maafkanlah ia.

     d.   Jika berbicara tentang kamu janganlah engkau hiraukan.

Pemimpin Zalim yang Menyengsarakan Rakyat

Pemimpin Zalim yang Menyengsarakan Rakyat
PANJIMAS.COM – Kata zalim berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah gelap. Secara umum perbuatan zalim adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zhalimin. Sedangkan lawan kata zalim adalah adil. Adapun yang dimaksud meletakkan sesuatu pada tempatnya adalah meletakkan hukum Allah sebagai dasar pijakan atas semua kebijakan. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5] : 45)
Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia.
Demikian pula apabila kezaliman itu dilakukan oleh seorang pemimpin. Contoh; Presiden yang menetap kebijakan yang membuat rakyat menderita, seperti menaikkan harga BBM mengakibatkan berbagai kebutuhan hidup melonjak, sehingga menyengsarakan rakyat.
Ancaman Pemimpin Zalim
Telah banyak contoh kisah pemimpin yang zalim kepada kepada masyarakat yang dipimpinnya dan Allah tidak mengingkari janjiNya untuk membinasakan para pemimpin zalim.
Pemimpin yang durhaka kepada Rabbnya dan bertindak zalim kepada rakyatnya menjadi sebab dihancurannya suatu negeri. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra’: 16)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang makna ayat di atas, “Kami beri kuasa orang-orang buruknya, lalu mereka bertindak durhaka di dalamnya. Maka apabila mereka telah bertindak seperti itu, aku hancurkan mereka dengan adzab.” (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat tersebut)
Dan itulah makna firman-Nya,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا
“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu.” (QS. Al-An’am: 123).
Allah telah menyiapkan adzab yang pedih bagi pemimpin zalim yang menyengsarakan rakyatnya. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat ‘adzab yang pedih” [QS. Asy-Syuuraa : 42].
Dalam hadits ditegaskan bahwa para pemimpin zalim yang menipu rakyat dengan janji-janji palsunya, diharamkan baginya surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنِ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَا بِنُصْحٍ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ. متفق عليه. وفي لفظ : يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim]. Dalam lafadh yang lain disebutkan : ”Ia mati dimana ketika matinya itu ia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkan baginya surga”
Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan turunnya kesusahan bagi para pemimpin zalim penindas rakyat.
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ. رواه مسلم.
“Ya Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah ia” [Diriwayatkan oleh Muslim].
Mentaati Pemimpin Zalim?
Pemimpin zalim yang masih menegakkan syariat Islam dalam mengelola negara; Daulah atau Khilafah maka wajib bagi kaum Muslimin untuk mentaatinya.
يَكُوْنُ بَعْدِيْ أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُوْنَ بِهُدَايَ وَلاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُوْمُ فِيْهِمْ رِجَالٌ قُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الشَّيَاطِيْنِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ. (قَالَ حُذَيْفَةُ): كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلْأَمِيْرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ
“Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku, tidak menjalani sunnahku, dan akan berada pada mereka orang-orang yang hati mereka adalah hati-hati setan yang berada dalam jasad manusia.” (Hudzaifah berkata), “Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku menemui mereka?” Beliau menjawab, “Engkau dengar dan engkau taati walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu diambil.” (HR. Muslim).
Namun sebaliknya, harus bersikap kritis melakukan amar ma’ruf nahi munkar terhadap pemimpin zalim melalui nasehat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سيد الشهداء عند الله يوم القيامة حمزة بن عبد المطلب ورجل قام إلى إمام جائر فأمره ونهاه فقتله
“Pemimpin para syuhada di sisi Allah, kelak di hari Kiamat adalah Hamzah bin ‘Abdul Muthalib, dan seorang laki-laki yang berdiri di depan penguasa dzalim atau fasiq, kemudian ia memerintah dan melarangnya, lalu penguasa itu membunuhnya”. [HR. Imam Al Hakim dan Thabaraniy]
Di sisi lain, apabila sang pemimpin zalim itu tidak mau menerapkan hukum Allah atau menegakkan syariat Islam yang mengatur negaranya, maka itu adalah pemimpin thaghut yang wajib diingkari.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:
نوح إلى محمد يأمرهم بعبادة الله وحده وينهاهم عن عبادة الطاقوت ، والدليل قوله تعالى (ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطغوت ) النحل آية 36 ، وافترض الله علىجميع العباد الكفر بالطاغوت والإيمان بالله . قال ابن القيم رحمه الله تعالى : معنى الطاغوت ما تجاوز به العبد حده من معبود أو متبوع أو مطاع
Allah telah mengutus semua Rasul kepada setiap umat mulai Nabi Nuh sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka memerintahkan agar manusia menyembah Allah saja dan melarang menyembah thaghut berdasarkan firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut itu’.” (An-Nahl:36).
Allah mewajibkan kepada tiap-tiap hambaNya untuk mengingkari thaghut dan hanya beriman kepada Allah. Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata, “Thaghut ialah segala yang diperlakukan seorang hamba secara melampaui batas, baik berupa sesuatu yang disembah, diikuti atau yang ditaati.”
والطواغيت كثيرون . ورؤسهم خمسة ، إبليس لعنه الله ، ومن عبد وهو راض ، ومن دعا الناس إلى عبادة نفسه ومن ادعى شيئا من علم الغيب ، ومن حكم بغير ماأنزل الله
Dan Thaghut-Thaghut sangat banyak macamnya dan pembesarnya ada lima; (1) Iblis yang terlaknat, (2) orang yang rela disembah, (3) orang yang mengajak manusia untuk menyembah kepada dirinya, (4) orang yang mengaku mengetahui sesuatu hal yang ghaib, dan (5) orang yang berhukum kepada selain hukum Allah.
Dengan demikian para pemimpin zalim termasuk pemimpin thaghut harus dijauhi, bukan malah dibela (ansharut thaghut) dengan berbagai alasan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهَا سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ يَكْذِبُونَ وَيَظْلِمُونَ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكِذْبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَيُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ
“Sesungguhnya akan ada setelahku para pemimpin yang berbuat kedustaan dan kezhaliman. Barangsiapa mendatangi mereka kemudian membenarkan kebohongan mereka, atau membantu mereka dalam kezhalimannya, maka ia bukan golonganku dan aku bukan golongannya. Serta ia tidak akan minum dari telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam berbuat shalim, maka ia adalah golonganku dan aku adalah golongannya. Dan kelak ia akan minum dari telagaku.” [HR. Ahmad].
Bahkan, bersikap tegas terhadap para pemimpin thaghut telah dicontohkan oleh ulama salaf. Ibnu Taimiyyah dan ulama-ulama lainnya pernah menfatwakan untuk memerangi kaum Tartar, padahal mereka shalat dan puasa, hanya karena masih berhukum kepada kitab Yasiq buatan raja mereka, Jenghis Khan, sampai mereka berhukum kepada syari’at Islam dalam segala perkara.
Yasiq, sebagaimana kata Ibnu Katsir, merupakan kitab yang berisi campuran undang-undang yang bersumber dari berbagai macam agama: kristen, Yahudi, Islam, dan lain sebagainya, dan ada juga yang berasal dari pikiran pembuatnya sendiri, Jengish Khan. Kalau kita perhatikan, undang-undang yang berlaku di hampir seluruh negara di dunia ini sangat serupa dengan Yasiq!
Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah mengatakan:
فمن ترك الشرع المحكم المنزل على محمد بن عبد الله خاتم الأنبياء و تحاكم إلى غيره من الشرائع المنسوخة كفر فكيف بمن تحاكم إلى الياسا و قدمها عليه؟ من فعل ذلك كفر بإجماع المسلمين
Maka barangsiapa yang meninggalkan sya’riat yang muhkam (syari’at Islam) yang diturunkan atas Muhammad bin Abdillah, penutup sekalian nabi, dan ia berhukum kepada selainnya, yaitu syari’at-syari’at yang dimansukh (syari’at-syari’at terdahulu), ia kafir. Maka, bagaimanakah dengan orang yang berhukum kepada Yasa (Yasiq) dan mendahulukannya atasnya (syari’at Islam)? Barangsiapa yang berbuat demikian ia kafir menurut kesepakatan kaum muslimin
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir berbicara tentang berhukum kepada Yasiq, lantas mengatakan:
فمن فعل ذلك منهم فهو كافر يجب قتاله حتى يرجع إلى حكم الله ورسوله فلا يحكم سواه في قليل ولا كثير
Maka barangsiapa yang berbuat demikian (berhukum kepada Yasiq) dari kalangan mereka, maka dia kafir wajib diperangi sampai ia kembali kepada hukum Allah dan Rasul-Nya, lalu tidak berhukum kepada selainnya, sedikit atau banyak.
Doa Berlindung dari Pemimpin Zalim
Menghadapi fitnah (ujian) yang menimpa kaum Muslimin di negeri-negeri mereka karena dikuasi pemimpin yang zalim, menindas dan menyengsarakan rakyat, bukan hal yang mudah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi)
Umat Islam tak boleh diam, bagi mereka yang memiliki kemampuan maka selayaknya ia menggunakan kemampuannya dalam merubah kemunkaran, baik itu dengan tangan ataupun lisan.
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . رواه مسلم
“ Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lidahnya, jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah (dengan hati) selemah-lemah iman “ (HR.Muslim).
Apabila dalam kondisi lemah, tentu hanya kepada Allah kaum Muslim berharap, yakni dengan memanjatkan doa. Semoga dengan doa rakyat yang terzalimi menjadi senjata agar Allah melindungi hambanya dari penguasa zalim.
اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ، وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، كُنْ لِي جَاراً مِنْ فُلاَنِ بْنِ فُلاَنٍ، وَأَحْزَابِهِ مِنْ خَلاَئِقِكَ، أَنْ يَفْرُطَ عَلَيَّ أَحَدٌ مِنْهُمْ أَوْ يَطْغَى، عَزَّ جَارُكَ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ.
“Ya Allah, Tuhan langit dan bumi, Tuhan ‘Arasy yang agung, jadilah pendampingku dari fulan bin fulan dan kelompoknya dari makhluk-Mu, (agar) tidak ada seorangpun dari mereka berlaku sewenang-wenang terhadapku atau melampaui batas, pembelaan-Mu amatlah besar, pujian terhadap-Mu amatlah agung, dan tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau“. (HR Bukhari dalam Adab Al Mufrad, no. 707)
Dalam riwayat yang lain:
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَعَزُّ مِنْ خَلْقِهِ جَمِيْعاً، ألله أَعَزَّ مِمَّا أَخَافُ وَأَحْذَرُ، أَعُوْذُ بِاللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، الْمُمْسِكِ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ أَنْ يَقَعْنَ عَلَى اْلأَرْضِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، مِنْ شَرِّ عَبْدِكَ فُلاَنٍ، وَجُنُوْدِهِ وَأَتْبَاعِهِ وَأَشْيَاعِهِ، مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ، اللَّهُمَّ كُنْ لِيْ جَاراً مِـنْ شَرِّهِمْ، جَلَّ ثَنَاؤُكَ وَعَزَّ جَارُكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ (ثلاث مرات).
“Allah Maha besar, Allah lebih mulia dari seluruh makhluk-Nya, Allah lebih mulia dari apa yang aku takuti, aku berindung kepada Allah yang tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang mengendalikan tujuh langit hingga tidak runtuh ke bumi kecuali denga izin-Nya dari kejahatan hamba-Mu fulan dan bala tentaranya serta pendukung-pendukungnya dari golongan jin dan manusia. Ya Allah, jadilah pendampingku terjauhkan dari keburukan mereka, pujian terhadap-Mu amatlah agung, perlindungan-Mu amatlah besar, Maha suci nama-Mu dan tiada Tuhan yang berhak disembah selain diri-Mu“.(HR Bukhori dan Al Adabul Mufrod, no. 708). Wallahu a’lam.

Orang-orang Yang Dilaknat Di Dalam Al-Quran Dan Hadis

Syamsuri Rifai

Dilaknat artinya disingkirkan dan dijauhkan oleh Allah dari rahmat-Nya, dan dimurkai oleh-Nya.
Orang-Orang yang dilaknat dan dikutuk di dalam Al-Qur’an:
1. Orang-orang kafir dan yang ingkar
“Mereka berkata: hati kami tertutup. Tetapi sebenarnya Allah telah melaknat mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (Al-Baqarah: 88)
“Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang yang kafir, dan menyiapkan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka).” (Al-Ahzab: 64).
2. Orang-orang yang menentang kebenaran
“Hai orang-orang yang telah diberi Al-kitab, berimanlah kamu pada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merubah wajahmu, lalu Kami laknat mereka sebagaimana Kami telah melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu, dan ketetapan Allah pasti berlaku.” (Al-Nisa’: 47)
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al-Kitab? Mereka mempercayai Jibt dan Thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah. Barangsiapa yang dilaknat oleh Allah, niscaya kamu kamu tidak akan mendapat penolong baginya.” (An-Nisa’: 51-52).
3. Para pemimpin dan pembesar yang menyesatkan
“Pada hari ketika wajah mereka dibolak-balikkan di dalam neraka, mereka berkata: sekiranya kami mentaati Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan yang benar. Ya Tuhan kami, timpakan kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” (Al-Ahzab: 66-68)
4. Orang-orang yang memutuskan silaturrahim, dan orang-orang yang murtad
“Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan memutuskan silaturrahim? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan ditulikan telingan mereka serta dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Muhammad: 22-23)
5. Orang-orang yang menentang undang-undang Ilahiyah dan menyimpan kebenaran.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyimpan apa yang Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami menerangkannyakepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh semua makhluk yang dapat melaknat. Kecuali mereka yangtelah bertaubat dan melakukan perbaikan dan menerangkan kebenaran,
mereka itu Akulah Yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 159-160)
6. Para pemimpin kekufuran dan pelaku kerusakan di muka bumi
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang mendapat laknat dan lagi mereka yang memperoleh kediaman yang buruk (Jahannam).” (Ar’d: 25).
7. Orang-orang munafik yang menyakiti Rasulullah saw
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allahakan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (Al-Ahzab: 57)
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari penyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu untuk memerangi mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Dimana
saja mereka jumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-sehebatnya.” (Al-Ahzab: 60-61)
“Allah mengancam orang-orang munafik laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknat mereka. Bagi mereka azab yang abadi.” (At-Taubah: 68).
8. Orang-orang yang zalim
“Penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka: Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang dijanjikan kami oleh Tuhan kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan yang sebenarnya apa yang dijanjikan kepadamu oleh Tuhanmu? Mereka penghuni neraka menjawab: Betul. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.” (Al-A’raf: 44)
“Mereka itu (orang-orang yang zalim) balasannya: Sesungghnya atas mereka laknat Allah ditimpakan, demikian juga laknat malaikat dan semua manusia.” (li-Imran: 87).
9. Orang-orang yang membunuh orang mukmin
“Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah Jahannam, kekal di dalamnya, Allah murka dan melaknatnya, dan menyiapkan baginya azab yang besar.” (An-Nisa’: 93).
10. Iblis. (Al-Hijr/15: 35; Shaad: 78)
“Sesungguhnya atasmu (Iblis) laknat sampai hari kiamat.” (Al-Hijr/15: 35)
11. Orang-orang yang menuduh berzina terhadap perempuan yang baik-baik dan suci
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik dan beriman (berbuat zina), mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (An-Nur: 23)
12. Orang-orang yang menyalahi pemimpin yang saleh
“Mereka selalu diikuti laknat di dunia dan hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum ‘Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum ‘Ad yaitu kaum Hud.” (Hud: 60).
“Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Mhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada pula yang telah musnah.” (Hud: 100).

Orang-orang yang dilaknat di dalam hadis Rasulullah saw:

Rasulullah saw bersabda: “Ada lima orang yang dimohonkan laknat atas mereka dan semua nabi mengaminkannya: (1) Orang yang menambah kitab Allah dan meninggalkan sunnahku, (2) orang yang mendustakan takdir Allah, (3) orang yang mengatakan halal atas nama keluargaku apa yang diharamkan oleh Allah, (4) orang yang mementingkan dirinya dalam harta rampasan perang yang dihalalkan baginya, (5) orang yang mengajak berbuat baik sementara dirinya meninggalkannya atau melarang orang lain berbuat dosa sementara dirinya melakukannya.” (Al-Wasail11: 271).

Zalim dalam Al-Qur'an

Selasa, 04 Desember 2012
assalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuhu.

Didalam Al-Qur'an zalim memiliki beberapa makna, di antaranya dalam beberapa surah sebagai berikut:
a.Al Baqarah 165 dan Huud 101, orang-orang yang menyembah selain Allah.
b.Al Maa-idah 47, karena menuruti hawa nafsu dan merugikan orang lain.
c.Al Kahfi 35, zalim pada ayat ini sebuah sifat keangkuhan dan perbuatan kekafirannya.
d.Al-Anbiyaa' 13, Orang yang zalim itu di waktu merasakan azab Allah melarikan diri, lalu orang-orang yang beriman mengatakan kepada mereka dengan secara cemooh agar mereka tetap ditempat semula dengan menikmati kelezatan-kelez
atan hidup sebagaimana biasa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapkan kepada mereka.

Contoh-contoh Dzalim
Zalim dalam hubungannya terhadap Allah Subhanahu Wata'ala (perbuatan ini termasuk dalam dosa Syirik, merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah Subhanahu Wata'ala) Masuk dalam kategori ini adalah segala sesuatu yang bersifat tidak mengEsakan Allah, misalnya:
a.Mengambil Tuhan lain selain Allah, misalnya Menyembah Patung, Menyembah Dewa, Menyembah Manusia yang dianggap sebagai Tuhan, yang ringkasnya menyembah kepada selain Allah.
b.Menganggap Allah mempunyai Ibu dan Bapak seperti Mahluk lainnya.
c.Menyerupakan Allah seperti manusia.
d.Mempercayai perkataan peramal.
e.Memuja benda-benda gaib.

Zalim terhadap diri sendiri, masuk dalam kategori ini adalah segala sesuatu yang keluar dari tuntunan Al Qur'an dan Hadit's, misalnya:

a.Bunuh diri, ini kategori Zalim terhadap diri sendiri dan orang lain yang InsyaAllah tidak dapat diampuni, dikarenakan tidak mempunyai kesempatan untuk bertobat lagi.
b.Homoseksual, perilaku ini jelas jelas sangat dibenci oleh Allah, karena melawan kodrat yang telah ditetapkan, hal ini tercermin dalam kisah Sodom pada jaman Nabi Luth As.
c.Berlebihan dalam segala sesuatu, misalnya makan berlebihan, belanja berlebihan dan menyia nyiakan harta. yang intinya adalah menuruti Hawa Nafsu untuk kesenangan diri sendiri.
d.Minum minuman keras, Narkoba, merokok (bila dilakukan sendiri maka hanya termasuk Zalim terhadap diri sendiri, bila merokok dilakukan dikeramaian maka selain men Zalimi diri sendiri, ia juga men Zalimi orang lain yang terkena asap rokoknya itu).

Zalim terhadap orang lain, masuk dalam kategori ini adalah segala sesuatu yang merugikan orang lain atau membuat orang lain tidak nyaman, atau membuat orang lain menerima akibat yang buruk, atau mengambil Hak orang lain, misalnya:

a.Mengobarkan Peperangan, Membunuh, merampok, mencuri, mencopet, memfitnah, berbohong, sumpah palsu, menipu, mengejek, gibah (membicarakan kejelekan orang lain).
b.Merusak Lingkungan.
c.Merokok dikeramaian.
d.Mengambil hak jalan.
e.Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Zalim terhadap lingkungan diantaranya:

a.Perburuan liar hewan langka demi kepuasan diri sendiri
b.Membuat pencemaran sungai dengan membuang sampah di sungai.
wAllahu'alaam Bishshowabb

Subhanakallohumma wabihamdika asyhadualla ilahaa illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.

Janganlah Kamu Cenderung kepada Orang-Orang yang Zalim

وَلَا تَرۡكَنُوٓاْ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ١١٣

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan (Hud: 113)
(Cenderung kepada orang yang zalim maksudnya menggauli mereka serta meridhai perbuatannya. Akan tetapi bila bergaul dengan mereka tanpa meridhai perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau memelihara diri, maka dibolehkan – Lihat foot note Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ al-Malik Fahd).
Imam Assa’di dalam tafsirnya menegaskan: Ayat ini berisi peringatan terhadap sikap rukun kepada orang zalim. Yang dimaksud rukun adalah kecenderungan, bergabung kepadanya dalam kezalimannya, menyetujuinya dan rela terhadap kezalimannya.

Jika ini adalah ancaman terhadap yang cenderung kepada orang-orang zalim, maka bagaimana (ancaman kerasnya terhadap) keadaan orang-orang zalim itu sendiri? Semoga Allah menyelamatkan kita dari kezaliman. (Tafsir As-Sa’di).

Peringatan bahkan ancaman keras itu terhadap orang yang belum berbuat zalim dan belum cenderung kepada orang-orang zalim. Jadi agar selamat. Bagaimana pula ancaman terhadap orang yang mengusung orang-orang zalim (padahal sebelumnya sudah diperingatkan)? Ketika para pengusung itu mendapatkan sesuatu bagian di dunia ini dari orang zalim yang diusungnya, sejatinya hanya seberapa nilainya dibanding ancaman siksa yang dahsyat di akherat?
Yang tingkatnya lebih rugi lagi bahkan rugi dunia dan akherat pun ada, bila mereka tidak mau bertaubat. Yaitu mereka yang mengusung sosok-sosok zalim (padahal sudah diperingatkan sebelumnya, tapi nekad karena ada harapan barangkali saja akan kecipratan bagian dunia, namun ternyata tidak, hingga hanya gigit jari) kemudian mereka pula yang terkena kezaliman orang-orang yang diusungnya itu. Betapa ruginya. Coba mari kita renungkan. Maka marilah kita bertaubat, dan kembali ke jalan Allah yang diridhaiNya. Bukan mengikuti jalannya orang-orang yang zalim, yang di dunia telah dibenci banyak orang, sedang Allah pun murka serta mengancam azab kepada para pelaku zalim, bahkan mengancam azab kepada pendukungnya pula. Di dunia sudah dibenci, di akherat telah diancam azab. Apa enaknya mendukung kezaliman?
(nahimunkar.com)

ADIL DAN ZALIM

Fenomena dalam masyarakat

Manusia mempunyai dua sifat semulajadi iaitu zalim dan adil. Kedua-dua sifat ini menyebabkan mereka sesat dan tidak melaksanakan amanah Allah Taala. Akibatnya mereka hidup dalam keadaan kufur dan tidak aman. Untuk menyelamatkan mereka daripada keadaan tersebut Allah yang Maha Adil dan Maha Mengetahui memberi hidayah dengan menurunkan Al-Quran dan mengutuskan Rasul supaya mereka dapat berlaku adil dan mempunyai ilmu untuk menghapuskan kezaliman dan menegakkan keadilan.

Ayat Al-Quran berikut merakamkan kenyataan di atas:
(Surah Al-Ahzab ayat 72) Ertinya:
Sesungguhnya kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesunguhnya tabiat kebaikan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan

(Surah Al-Baqarah ayat 213) Ertinya:
Pada mulanya manusia itu ialah umat yang satu (menurut agama Allah yang satu, tetapi setelah mereka berselisih), maka Allah mengutuskan Nabi-nabi sebagai pemberi khabar gembira (kepada orang-orang yang beriman dengan balasan Syurga), dan pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar dengan balasan azab Neraka); dan Allah menurunkan bersama Nabi-nabi itu kitab-kitab suci yang (mengandungi keterangan-keterangan yang) benar, untuk menjalankan hukum di antara manusia mengenai apa yang mereka perselisihkan. Dan (sebenarnya) tidak ada yang melakukan perselisihan melainkan orang-orang yang telah diberi kepada mereka kitab-kitab suci yang tersebut itu, iaitu sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas nyata, ( Mereka berselisih ) semata-mata kerana hasad dengki sesama sendiri. Maka Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman kearah kebenaran yang diperselisihkan oleh mereka (yang derhaka itu), dengan izinnya. Dan Allah sentiasa memberi petunjuk hidayahnya kepada sesiapa yang dikehendakinya ke jalan yang betul dan lurus (mengikut undang-undang peraturannya).

PENGERTIAN ADIL

Terdapat beberapa pengertian yang di buat oleh Ulamak tentang adil:
1. Adil bererti meletakkan sesuatu pada tempatnya.
2. Adil bererti menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang.
3. Adil bererti memberi hak setiap orang yang berhak tanpa lebih dan tanpa kurang sesama orang yang berhak dan menghukum orang yang jahat atau melanggar hukum setara dengan kesalahannya.

Daripada ketiga-tiga pengertian yang tersebut dapatlah dirumuskan bahawa keadilan itu:
1. Menjamin hak individu (diri sendiri dan orang lain).
2. Menghapuskan kezaliman.
3. Melaksanakan hukum dengan saksama.
4. Memastikan orang berkuasa tidak menyalahgunakan kuasa dan orang yang lemah tidak teraniaya.

ADIL KEPADA DIRI SENDIRI

Menurut Islam keadilan dan kezaliman boleh berlaku pada diri sendiri dan pada orang lain. Asas keadilan pada diri sendiri ialah iman, amal Soleh dan akhlak mulia dan asas kezaliman pada diri sendiri ialah kufur, maksiat dan akhlak yang hina. Selain itu setiap orang hendaklah menjaga hak, keperluan dan kehormatan diri sendiri iaitu hak keperluan dan kehormatan rohani dan jasmani. Sebab itu orang Islam di larang daripada membiarkan diri teraniaya.
Firman Allah Taala: (Surah Al Baqarah Ayat 195) Ertinya:
Dan belanjakan ( apa yang ada pada kamu ) kerana ( menegakkan ) Agama Allah. Dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri ke dalam bahaya kebinasaan (dengan sikap bakhil) dan perbaikilah ( dengan sebaik-baiknya segala usaha dan ) perbuatan kamu, kerana sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berusaha supaya baik amalannya.

Lebih utama lagi, bagi menegakkan keadilan pada diri sendiri seseorang itu hendaklah berani mengakui kesalahan dirinya sendiri dan bersedia menerima akibat daripada kesalahan tersebut. Keadilan pada diri sendiri itu dapat dipelihara apabila seseorang itu mempunyai ilmu tentang yang benar (hak) dan yang salah (batil), tentang yang baik dan yang buruk, tentang yang berguna dan sia-sia. Orang yang beriman dan menyedari akan hakikat diri dan amalannya akan sentiasa berdoa kepada Allah Taala seperi doa Nabi Adam Alahissalam.

( Surah Al Araf Ayat 23 ) Ertinya:
Mereka berdua merayu : øWahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan kalau engkau tidak mengampunkan kami dan memberi rahmat kepada kami, nescaya menjadilah kami orang-orang yang rugi.Ó

Sabda Rasullallah Sallallahu Alaihi Wasallam; Ertinya:
Berlaku adillah walaupun ke atas diri kamu.

Orang yang tidak beriman dan orang yang melakukan maksiat sebenarnya orang yang zalim kepada diri sendiri kerana mereka tidak akan terlepas daripada hukuman Allah Taala di dunia dan di akhirat disebabkan mereka tidak mahu menyahut seruan Islam dan tidak patuh kepada hukum yang ditentukan oleh Allah Taala.

ADIL KEPADA ORANG LAIN

Keadilan kepada orang lain berasaskan penyempurnaan hak mereka dan melaksanakan hukum secara saksama antara mereka, membela orang yang teraniaya dan menghukum orang yang bersalah. Ini berdasarkan ayat Al-Quran:

(Surah An Nahl Ayat 90) Ertinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan, serta memberikan bantuan kepada kaum kerabat; dan melarang daripada melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar serta kezaliman. Ia mengajar kamu ( dengan suruhan dan larangannya ini ), supaya kamu mengambil peringatan mematuhinya.
(Surah Al Maidah Ayat 42) Ertinya:
Dan jika engkau nenghukum, maka hukumlah di antara mereka dengan adil; kerana sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil.

Asas bagi melaksanakan keadilan kepada orang lain ialah:
1. Iman dan takwa kepada Allah.
2. Amanah, bertanggungjawab dan Ihsan.
3. Ilmu dan kebenaran bersumberkan Al-Quran, hadis, Ijmak dan qias.
4. berpandukan kaedah atau prosedur melaksanakan hukum atau undang-undang.

Tanpa berpegang pada asas (prinsip) yang tersebut manusia boleh dipengaruhi oleh kepentingan peribadi atau kebendaan sehigga mereka sanggup melakukan kezaliman dlam pelaksanaan keadilan iaitu:
1. Orang yang lemah tidak mendapat haknya dan orang yang kuat merampas hak orang yang lemah.
2. Orang yang bersalah bebas daripada hukuman dan orang yang tidak bersalah teraniaya.
3. hukum tidak berlandaskan kebenaran dan keadilan, tetapi berlandaskan kekuasaan dan kepentingan tertentu.

SIFAT ORANG YANG ADIL.

Antara sifat-sifat orang (hakim) yang dapat berlaku adil.
1. Mempunyai iman yang kukuh dan bertakwa kepada Allah Taala.
2. Menguasai ilmu syariat dan ilmu Aqliah.
3. Melaksanakan amanah dengan penuh tanggungjawab.
4. Ikhlas dan bertawakal kepada Allah Taala.
5. Berperibadi mulia iaitu:
i- tidak mementingkan diri sendiri
ii- berperikemanusiaan dan belas Ihsan.
iii- Bijak dan tegas
iv- Berani menghadapi risiko.

Sabda Rasullalahi Sallallahu Alaihi Wassalam Yang bermaksud :
(hakim) itu tiga jenis ; dua daripadanya masuk ke Neraka dan satu daripadanya masuk ke Syurga. Lelaki (hakim) yang tahu perkara yang benar, lalu ia menghukum berlandaskan kebenaran tersebut, maka ia masuk ke Syurga. Dan lelaki (hakim) yang tidak tahu perkara yang benar, lalu ia menjalankan hukuman atas kejahilannya,maka ia masuk ke Neraka.

Ditulis semula oleh:
1. Hj. Kalamhamidi Bin Hj. Abu Bakar
2. Lila Hanizah Bt. Abdul Jalil

Inilah Kabar Rasulullah Tentang Zaman Kini : Kekuasaan Orang-orang Bodoh dan Zalim

Redaksi – Kamis, 25 Rabiul Awwal 1436 H / 15 Januari 2015 08:15 WIB
zalim            Pada akhir zaman nanti, akan dijumpai kekuasaan orang-orang bodoh dan zalim. Mereka mempunyai banyak penolong dalam kezaliman mereka, bahkan mencambuk manusia dan menghinakan mereka. Rasulullah SAW telah mnegumpamakan cambuk-cambuk tersebut dengan ekor sapi serta memperingatkan mereka dengan neraka dan azab Allah SWT.
Dari Abu Umamah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada akhir zaman, akan ada orang yang membawa cambuk seperti ekor sapi. Mereka pergi pada pagi hari dalam kemurkaan Allah dan kembali pada sore hari dalam kemarahan Allah.” (HR. Al- Albaniy)
Dari Abu Hurairah r.a bahwa ia mendengar Raulullah SAW bersabda, “Jika engkau diberi kesempatan yang panjang, engkau akan melihat suatu kaum yang pergi pada pagi hari dalam kemurkaan Allah dan kembali pada sore hari dalam kemarahan Allah. Di tangan mereka ada semisal (cambuk) ekor sapi.” (HR. Ahmad)
Dari Abu Hurairah r.a bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah kulihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang bersamanya cambuk seperti ekor sapi, yang dipukul untuk memukul manusia, dan para wanita yang berpakaian, tetapi telanjang, berjalan lenggak-lenggok, dan kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium baunya. Padahal,baunya dapat tercium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.” (HR Muslim)
            Sebagai dari tanda itu telah terjadi dalam sejarah Islam dan akan muncul lebih hebat lagi sebelum terjadinya kiamat, yaitu ketika ilmu dicabut dan muncul kebodohan sehingga Islam tidak tersisa lagi, kecuali nama dan tulisannya saja.
Turunnya bencana alam dan siksaan berat dari pemimpin yang Zalim
Rasulullah SAW memberitahukan bahwa di akhir zaman nanti sebelum munculnya Al-Mahdi, umat akan ditimpa musibah besar, seperti cobaan dan siksaan berat yang dilakukan oleh para pemimpin dan hakim yang zalim. Mereka mempersempit ruang gerak orang beriman sehingga seseorang akan berharap dapat menempati seperti tempat saudaranya yang sudah meninggal agar terbebas dari cobaan, siksaan, kejahatan, dan kezaliman para pemimpin tersebut. Kondisi itu akan terus berlangsung hingga munculnya Al-Mahdi untuk menghukum mereka. Ia memenuhi bumi ini dengan kabaikan dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi ini telah dipenuhi dengan kezaliman dan pembunuhan.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Akan turun kepada umatku di akhir zaman nanti cobaan yang dahsyat  dari pemimpin mereka. Belum pernah terdengar cobaan yang lebih dahsyat darinya sehingga bumi yang luas itu terasa sempit bagi mereka karena bumi dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Seorang mukmin tidak mendapatkan tempat berpindah dari kezaliman itu. Kemudian, Allah Azza wa Jalla mengutus seseorang dari keturunanku. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman. Penduduk bumi dan langit ridha dengannya, dan bumi tidak menyimpan sesuatu pun dari bijinya, kecuali mengeluarkannya.  Begitu juga dengan langit, kecuali Allah menuangkannya ke bumi. Ia hidup di tengah-tengah mereka selama tujuh, delapan, atau sembilan tahun agar semua yang hidup dan mati menikmati apa yang tellah diperbuat Allah Azza wa Jalla terhada penduduk bumi dari kebaikan-Nya.”(HR Hakim)
Kondisi ini merupakan rangkaian dari bencana sebelumnya. Kezaliman mengakibatkan kondisi seperti ini. Begitu juga dengan berbagai fitnah, kejahatan, kezaliman pemimpin terhadap rakyatnya, dan sedikit rezeki serta kebajikan. Semua itu mengakibatkan kebimbangan manusia antara beriman dengan kufur.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi hingga seseorang yang melewati kuburan dan mengatakan, seandainya aku dapat menempati tempatnya.”(HR Asy-Syaikhoni)
Mahir Ash Shufiy

“Hati-hatilah terhadap doa orang yg terzalimi, krna tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.”(HR Bukhari).

Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Asy-Syura : 42

"Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di  muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih".

Macam-macam perbuatan zalim secara umum adalah segala perbuatan yang mengotori hati, yaitu sombong, dengki (tidak suka terhadap kebahagian orang lain), ghibah (membicarakan keburukan orang lain), fitnah
(menuduh tanpa bukti yang kuat), adu domba (bermuka dua), dusta (bohong), ujub (bangga diri dengan merendahkan orang lain), dan lain sebagainya.

Allah SWT telah mengingatka dalam Al Qur'an bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al Zaljalah : 7-8

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula".

Juz 6 Surah An-Nisa' ayat 148 yang berbunyi:
Ertinya: "Allah tidak menyukai perbuatan buruk yang diucapkan secara terus terang, kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui."

Ayat ini “meleraikan” perkataan buruk atau sumpah serapah yang dilakukan oleh orang-orang yang teraniaya atau terzalimi, dan itu semua dikategorikan ke dalam “doa”. Doa orang orang yang terzalimi adalah mujarab langsung didengar dan dikabulkan olehNya, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits, yang berbunyi:

“Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, kerana tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.” (HR Bukhari).

Di tangan mereka, doa lebih tajam dari pedang dan lebih hebat dari pasukan bersenjata. Maka, hati-hatilah terhadap doa orang terzalimi! Kerana jika sudah keluar dari mulut, ia akan berjalan menuju langit. Segera melampaui cakrawala, menembus angkasa, dan diijabahi Yang Maha kuasa.

Larangan berbuat zalim sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Ibrahim : 42-45

"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai pada hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami beri tangguhlah kepada kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan memenuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rasul-rasul. (Kepada mereka di katakan): 'Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia), bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat kepada mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan" .

HATI-HATI TERHADAP PERBUATAN ZALIM

Kezaliman terbagi dua, yaitu menzalimi diri sendiri, dan menzalimi orang lain. Menzalimi diri sendiri ada dua bentuk yaitu syirik dan perbuatan dosa atau maksiat. Menzalimi orang lain adalah menyakiti perasaan orang lain/ aniaya, mensia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan.  Zalim  secara istilah mengandung pengertian “berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang keluar dari jalur syariat Agama Islam”.
Diantara perbuatan-perbuatan zalim yang  mengotori hati yaitu, sombong, dengki (tidak suka terhadap kebahagian orang lain), ghibah (membicarakan keburukan orang lain), fitnah (menuduh tanpa bukti yang kuat), adu domba (bermuka dua), dusta (bohong), ujub (bangga diri dengan merendahkan orang lain), dan lain sebagainya.  Dalam pergaulan dan interaksi kita dengan orang lain, sebaiknya benar-benar menjaga perkataan dan sikap kita agar tidak menyinggung dan menyakiti persaan orang lain, apalagi sampai berbuat zalim. Kalau kita tidak sengaja melakukan kesalahan kepada orang lain saja, kita harus segera minta maaf, terlebih lagi bila kita dengan sengaja melakukannya.
Allah SWT telah mengingatkan dalam Al Qur’an bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Zaljalah : 7-8  “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar  dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya juga“.

Yang lebih berbahaya lagi, apabila kita menyakiti seseorang dan orang tersebut tidak ikhlas, serta berdoa memohon kepada Allah, mengadukan kezaliman yang menimpanya dan memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah. Serta dalam doanya, ia menyatakan bahwa ia tidak ikhlas atas perbuatan zalim yang dilakukan seseorang, maka tunggu saja, keadilan dari Allah, pasti akan mendatangi orang yang telah menzaliminya, entah itu didunia ini atau diakhirat kelak. (lihat hadits No. 4 di bawah, tentang perbuatan zalim yang tidak dibiarkan oleh Allah SWT, yaitu kezaliman yang dilakukan seorang terhadap orang lain).
Allah SWT tidak suka terhadap perbuatan zalim, perhatikan firman-Nya berikut ini : “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS Ali Imran [3] : 57).
Dan perhatikan juga firman-Nya yang lain: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Asy Syuura [42] ; 40)
Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran tentang larangan dan akibat dari perbuatan zalim
  1.  “Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al A’raaf  [7]: 41)
  2.  “Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul.” Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim” (QS : Al A’raaf [7 ] : 44)
  3. Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS Al Qashash  [28]:59)
  4. Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman…….” (QS. Yunus [10]:13)
  5. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu pelajaran bagi kaum yang mengetahui.” (QS. An Naml [27]:52)
  6. 6.      Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura : 42   “Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“.
  7. Allah SWT melarang perbuatan zalim, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya di Surah Ibrahim ayat 42-45 :  “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan.”.
Berikut beberapa hadits Rasulullah SAW tentang larangan berbuat zalim :
  1. Dari Abu Dzar Al-Ghifari ra dari Nabi SAW bersabda meriwayatkan firman Allah ‘azza wa jalla, berfirman, Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian, kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barang siapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barang siapa mendapatkan selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya.” (HR. Muslim)
  2. Dari Anas r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Hendaklah kamu menolong saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya“, sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, (benar) aku akan  menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya apabila  ia menganiaya?” . Beliau menjawab: “Engkau cegah dia dari (perbuatan)  penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti menolongnya” (HR. Bukhari)
  3. Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Tahukah kamu siapa yang  bangkrut itu?“, mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang  bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang“  (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari  umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala  sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa  dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta  benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang  menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang  terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis,  sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan  kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkankedalam neraka (HR. Muslim)
  4. Rasulullah SAW bersabda, “Kezaliman itu ada 3 macam: Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, dan kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah. Adapun kezaliman yang tidak diampunkan Allah adalah syirik, firman Allah SWT: “Sesunggahnya syirik itu kezaliman yang amat besar!”, adapun kezaliman yang dapat diampunkan Allah adalah kezaliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah, TuhannyaDAN KEZALIMAN YANG TIDAK DIBIARKAN ALLAH ADALAH KEZALIMAN HAMBA-HAMBA-NYA DI ANTARA SESAMA MEREKA, KARENA PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIZALIMI.”  (HR. al-Bazaar & ath-Thayaalisy)
  5. Apabila kita berbuat salah terhadap orang lain, kita harus segera minta maaf,  selagi kita masih hidup dan untuk memperingan siksa di akhirat nanti. Abu Hurairah r.a. berkata: “Nabi SAW bersabda: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhori, Muslim)
Setelah kita mengetahui bahayanya perbuatan zalim yang dapat membuat kita menjadi seorang hamba yang bangkrut di akhirat kelak, marilah kita selalu menjaga diri kita,  agar tidak berbuat zalim terhadap sesama.

JANGAN MENZALIMI SESAMA


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
(18)
JANGAN MENZALIMI SESAMA


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sudah kami katakan sebelumnya, bahwa kekuatan MUHAMMAD dalam memegang teguh keadilan itu, bukanlah semata-mata karena berbangga-banggaan dengan kerendahan hati atau hanya bersenang-senang dengan kelezatan berbuat adil. Tidak! MUHAMMAD memegang teguh keadilan, karena penghargaannya terhadap keadilan itu sendiri.

Karena kesadarannya akan hakekat dan kedudukannya di tengah masyarakat sebagai bagian dari masyarakat, sebagai seorang yang sama dengan mereka. Maka sudah menjadi kewajiban beliau dan juga menjadi kewajiban semua orang untuk berlaku adil. Setiap penyimpangan dari neraca itu akan merusak dan mendatangkan bencana terhadap seluruh kehidupan. Beliau memegang teguh pada keadilan lebih dari siapapun. Karena beliau memang diciptakan untuk keadilan dan untuk itu pulalah beliau diutus.
MUHAMMAD punya pandangan yang unik tentang keadilan. Beliau tidak hanya menjadikan keadilan sebagai keutamaan manusia belaka. Malah keadilan itu diletakkannya di tempat yang tertinggi. Bahkan keadilan telah menjadi watak dan Akhlak Allah SWT. Dan merupakan metode yang telah diwajibkan bagi diri-NYA sendiri.
Dalam sebuah HADITS QUDSI Allah SWT berfirman:
  • “Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya telah AKU haramkan atas diri-KU perbuatan zhalim dan Aku jadikan ia diharamkan di antara kamu; maka janganlah kalian saling berbuat zhalim.” [1]
Maka jika MUHAMMAD mengetengahkan Tuhan-nya Yang Maha Kuasa melaksanakan kehendak-Nya, bahkan telah mengharamkan kezaliman pada diri-Nya, tentulah Dia memandang kezaliman itu suatu dosa yang tiada taranya di antara dosa-dosa umat manusia.

Sehubungan dengan itu, beliau saw banyak mengeluarkan ancaman dan peringatan keras terhadap kezaliman.

Beliau Saw bersabda:
  • “Jauhilah kezaliman, sesungguhnya kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.
  • “Waspadalah terhadap do'a orang yang dizalimi. Sesungguhnya antara dia dengan Allah tidak ada tabir penyekat." (HR. Mashabih Assunnah)
  • “Do'anya seorang yang dizalimi terkabul meskipun dia orang jahat dan kejahatannya menimpa dirinya sendiri." (HR. Ahmad)
  • “Do’a orang yang teraniaya diangkat Allah menembus awan dan dibukakan pintu langit baginya, seraya Allah berfirman padanya; “Demi Keagungan-KU, Aku akan membelamu sampai kapan pun.”
  • “Waspadalah terhadap do'a orang yang teraniaya, karena do’anya naik ke langit seperti bunga api."

Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi):
  • "Dengan keperkasaan dan keagungan-KU, AKU akan membalas orang zalim dengan segera atau dalam waktu yang akan datang. AKU akan membalas terhadap orang yang melihat seorang yang dizalimi sedang dia mampu menolongnya tetapi tidak menolongnya." (HR. Ahmad)
Oleh sebab itu, maka WASPADALAH..! Janganlah sekali-kali berbuat zalim.

Menurut junjungan kita MUHAMMAD saw;
  • "kezaliman akan memakan keutamaan (kebaikan) si zalim seperti halnya api memakan sekam."
MUHAMMAD Saw senantiasa melarang ummat manusia agar tidak berbuat zhalim antar sesama mereka sebab perbuatan zhalim diharamkan dan akibatnya amat fatal baik di dunia mau pun di akhirat. Dan karena Hari Kiamat itu merupakan suatu hari pengadilan semesta untuk menetapkan pahala dan dosa umat manusia seluruhnya, maka Rasulullah saw senantiasa menampilkan potret si zalim dengan segala keburukannya.
Pada hakekatnya, setiap orang akan mengalami kiamatnya sendiri-sendiri. Dan hukum qishash itu senantiasa terlaksana. Hari qishash itu tergantung dari Anda, dan itulah yang akan menampilkan kiamat Anda. Janganlah ada yang mencoba-coba berkata: “Mana mungkin ada Hari Kiamat?” Padahal orang itu sangat dekat dengan hari kiamatnya sendiri.
MUHAMMAD Saw bersabda, memperingatkan si zalim akan hari pembalasan:
  • “Waspadalah sungguh-sungguh terhadap kezaliman itu. Karena orang yang datang dengan kebaikan-kebaikannya di Hari Kiamat, dan ia mengira bahwa kebaikan-kebaikannya itu akan menyelamatkannya. Tiba-tiba tidak putus-putus datang pengaduan dari orang lain, yang mengadukan: “Ya Allah! Hamba-Mu itu telah melakukan kezaliman padaku.” Maka firman Allah: “Hapuskan (kurangkan) bagian pahala dari kebaikannya itu”. Dan begitulah seterusnya sampai tidak tersisa kebaikannya itu walau sedikit pun. Dan apabila sdh tidak tersisa lagi amal kebaikannya, maka dosa-dosa orang yang pernah dizaliminya, akan dibebankan pada dirinya.”
Tindakan qishash bagi kezaliman itu pasti terjadi dan secara tiba-tiba datangnya. Tentang hal ini Beliau saw bersabda:
  • “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menangguhkan (mengulur-ulur) azabnya terhadap orang zalim dan bila Dia mengazab-nya tidak akan luput (tidak akan di lepaskan lagi)." (HR. Muslim)
Kemudian Rasulullah membacakan doa dalam surat Hud ayat 102: Allah Ta’ala berfirman,
  • “Dan begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS Huud:102)
MUHAMMAD saw mengingatkan kepada kita semua tentang betapa buruknya perbuatan zalim itu, namun Beliau saw juga selalu mengingatkan kita tentang betapa luasnya kekuasaan dan ampunan Allah terhadap para hamba-Nya. Karena itu, bila sedang lupa hingga tergelincir kedalam perbuatan maksiat (menzalimi diri sendiri), maka hendaklah seorang Mukmin bersegera dalam melaksanakan taubat kepada Allah serta meminta maaf kepada saudara kita yang terzalimi, dan tidak menunda-nunda taubat, sebab kita tidak pernah mengetahui kapan ajal menjemput sehingga kita mati sebelum sempat bertaubat hingga menyebabkan kita memperoleh murka-Nya.

Beliau selalu memberikan harapan kepada kita agar senantiasa bersangka'an baik terhadap Allah, dan hendaknya tidak berputus asa dari mengharap rahmat-Nya serta meyakini sepenuhnya bahwa Dia pasti mengampuni sebesar apa pun dosa-dosa hamba-Nya. selama ia tidak berbuat syirik terhadap-Nya.

Dan firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri.” (QS Yuunus:44)

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt berfirman:
  • “ Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya ia hanyalah perbuatan-perbuatan kalian yang aku perhitungkan bagi kalian, kemudian AKU cukupkan buat kalian; barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, maka janganlah ia mencela selain dirinya sendiri.” (HR.Muslim)
[Makna kata “Perbuatan zhalim”: Kezhaliman artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, yaitu melampaui batas; dan Makna “Aku cukupkan buat kalian”: adalah AKU membalas kalian berdasarkan perbuatan kalian baik kecil mau pun besar, yaitu di akhirat kelak.]

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an:
  • “Dan Aku sekali-kali tidak menzhalimi hamba-hamba-Ku.” (QS Qaaf:29).
Sikap zalim dan bakhil (kikir) adalah akar dari kegelapan hati dan yang dapat menyebabkan pelakunya mendapatkan siksa yang pedih.

Maka dengan kasih sayangnya, MUHAMMAD berupaya untuk menghilangkan kezaliman dari hati manusia dengan peringatan yang tegas, agar kita tidak terjerumus dan mengalami kesengsaraan di hari kiamat kelak.

Rasulullah SAW bersabda,
  • “Takutlah kamu akan berbuat zalim! Karena perbuatan zalim itu menyebabkan kegelapan di hari Kiamat." (HR.al-Bukhary dan Muslim)
  • "Jauhilah kekikiran, sesungguhnya kekikiran telah membinasakan (umat-umat) sebelum kamu, mereka saling membunuh dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan.” (HR. Bukhari)

Dalam sabdanya yang lain:
  • “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan mengulur-ulur bagi pelaku kezhaliman hingga bila Dia menyiksanya, Dia tidak akan membuatnya lolos (dapat menghindar lagi).” (HR.al-Bukhary)
  • “Barangsiapa menzalimi orang lain terhadap sejengkal lahan maka kelak dia akan dililit dengan tujuh petala bumi." (HR. Bukhari dan Muslim)

MUHAMMAD SAW sangat menentang segala bentuk kezaliman, dan karenanya, beliau senantiasa memperingatkan umatnya tentang balasan Allah terhadap orang-orang yang berbuat zalim dengan sabdanya dalam hadits-hadits berikut ini:

  • “Barangsiapa berjalan bersama seorang yang zalim untuk membantunya dan dia mengetahui bahwa orang itu zalim maka dia telah ke luar dari agama Islam”. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
  • “Kebaikan yang paling cepat mendapat ganjaran ialah kebajikan dan menyambung hubungan kekeluargaan, dan kejahatan yang paling cepat mendapat hukuman ialah kezaliman dan pemutusan hubungan kekeluargaan." (HR. Ibnu Majah)
  • "Bila orang-orang melihat seorang yang zalim tapi mereka tidak mencegahnya dikhawatirkan Allah akan menimpakan hukuman terhadap mereka semua." (HR. Abu Dawud)

Betapa indahnya hadis diatas.., yang merupakan sebagian kecil dari ribuan untaian kata-kata penuh hikmah, yang keluar dari lisan seorang insan suci nan mulia. seorang hamba dan utusan Allah, yang nota bene adalah seorang yang ummi (seorang yang tidak bisa membaca dan menulis), akan tetapi untaian mutiara hikmah yang telah disabdakannya. yang seluruhnya terhimpun dalam kitab-kitab hadits shahih yang menjadi rujukan ke-dua bagi ummat Islam (setelah al-Qur’an), sungguh telah melampaui kata-kata mutiara dari semua ahli hikmah yang pernah ada di muka bumi ini. Subhanallah..

CATATAN KAKI

[1] Naskah hadits (Qudsi) selengkapnya:

  • “Wahai para hamba-KU, sesungguhnya telah AKU haramkan atas diri-KU perbuatan zhalim dan AKU jadikan ia diharamkan di antara kamu; maka janganlah kalian saling berbuat zhalim.
  • “Wahai para hamba-Ku, setiap kalian adalah sesat kecuali orang yang telah AKU beri petunjuk; maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya AKU beri kalian petunjuk."
  • ”Wahai para hamba-Ku, setiap kalian itu adalah lapar kecuali orang yang telah AKU beri makan; maka mintalah makan kepada-KU, niscaya AKU beri kalian makan."
  • ”Wahai para hamba-Ku, setiap kalian adalah telanjang kecuali orang yang telah AKU beri pakaian; maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya AKU beri kalian pakaian."
  • ”Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat kesalahan di malam dan siang hari sedangkan AKU mengampuni semua dosa; maka minta ampunlah kepada-Ku, niscaya AKU ampuni kalian."
  • ”Wahai para hamba-Ku sesungguhnya kalian tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada-KU sehingga kalian bisa membahayakan-KU dan tidak akan mampu menyampaikan manfa’at kepada-KU sehingga kalian bisa memberi manfa’at pada-KU."
  • “Wahai para hamba-Ku, andaikata hati generasi terdahulu dan akhir dari kalian, golongan manusia dan jin kalian sama seperti hati orang paling taqwa di antara kamu (mereka semua adalah ahli kebajikan dan takwa), maka ketaatanmu itu tidaklah menambah sesuatu pun dari Kekuasaan-KU."
  • ”Wahai para hamba-Ku, andaikata hati generasi terdahulu dan akhir dari kalian, golongan manusia dan jin kalian sama seperti hati orang paling fajir (bejad) di antara kalian (mereka semua ahli maksiat dan bejad), maka semua itu, tidaklah mengurangi sesuatu pun dari kekuasaan-Ku."
  • ”Wahai para hamba-Ku, andaikata generasi terdahulu dan akhir dari kalian, golongan manusia dan jin kalian berada di bumi yang satu (satu lokasi), lalu meminta kepada-Ku, lantas AKU kabulkan permintaan masing-masing mereka, maka hal itu tidaklah mengurangi apa yang ada di sisi-KU kecuali sebagaimana jarum bila dimasukkan ke dalam lautan."
  • "Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya ia hanyalah perbuatan-perbuatan kalian yang aku perhitungkan bagi kalian kemudian AKU cukupkan buat kalian; barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, maka hendaklah ia memuji ALLAH dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, maka janganlah ia mencela selain dirinya sendiri.”
  • (HR.Muslim)

Pesan-Pesan Hadits
Hadits ini merupakan hadits Qudsi, yaitu Hadits yang diriwayatkan Rasulullah SAW dari Rabb-nya.

Perbedaan antara Hadits Qudsi dan Al-Qur’an di antaranya adalah:

  1. Bahwa al-Qur`an al-Kariim adalah mukjizat mulai dari lafazhnya hingga maknanya sedangkan Hadits Qudsi tidak memiliki kemukjizatan apa pun - Bahwa shalat tidak sah kecuali dengan al-Qur`an al-Kariim sedangkan Hadits Qudsi tidak sah untuk shalat - Bahwa al-Qur`an al-Kariim tidak boleh diriwayatkan dengan makna sementara Hadits Qudsi boleh.
  2. Hadits tersebut menjelaskan bahwa Allah Ta’ala Maha Suci dari semua sifat kekurangan dan cela, di antaranya berbuat zhalim, di mana Dia berfirman, “Sesungguhnya telah Aku haramkan atas diri-Ku perbuatan zhalim.”

Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.
Amin.

**Dipetik dari buku berjudul NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA (dengan penambahan seperlunya) karya: Khalid Muhammad Khalid.

Larangan Berbuat Zalim

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa,   Allah   berfirman: Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya. (Hadits Riwayat Muslim)

Takhrij Hadits

Hadits di atas derajadnya shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Dzar Al-Ghifari Radhiallahu anhu. Hadits di atas tergolong hadits Qudsi, yaitu hadits yang Nabi Muhammad Saw menyandarkannya kepada Allah Swt.   Perbedaannya dengan Al-Qur’an, kalau Al-Qur’an itu kalamullah, seluruh teks kalimat dan maknanya berasal dari Allah Swt, sedangkan Hadits Qudsi teks dan susunan redaksi kalimatnya dari Nabi Saw sedangkan makna pengertian pokoknya dari Allah Swt. Sedangkan antara Hadits Qudsi dan Hadits Nabi tidak ada perbedaan pokok, kecuali Hadits Qudsi jelas-jelas Nabi menyebutkan sandaran sanadnya dari Allah Swt.

Penjelasan

Hadits di atas secara tegas menyebutkan larangan perbuatan zalim. Bahkan Allah Swt sendiri  telah mengharamkan perbuatan zalim untuk diri-Nya sendiri dan tentu mengharamkan perbuatan kezaliman dilakukan oleh semua manusia pada umumnya.

Firman Allah dalam Al-Qur’an :

"KeputusanKu itu tidak dapat diubah atau ditukar ganti, dan Aku tidak sekali-kali berlaku zalim kepada hambaKu" ( QS : Al-Qaf-29).

Keterangan di atas menunjukkan bahwa mustahil Allah Swt menzalimi hamba-hamba-Nya. Kalaulah ada seseorang hamba terkena kezaliman, itu adalah karena ulah manusia sendiri, seperti firman-Nya di dalam Al-Qur’an : Sesungguhnya Allah tidak menganiaya manusia sedikitpun, akan tetapi manusia jualah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS : Yunus-44)

Bahkan dalam ayat lain Allah justru menjanjikan akan memberi pahala yang besar kepada hamba-Nya yang melakukan amal kebajikan, walau hanya sebesar biji zarrah : Sesungguhnya Allah tidak sekali-kali menganiaya (seseorang) sekalipun seberat zarah (debu). Dan kalaulah (amal yang seberat zarrah) itu amal kebajikan, nescaya akan menggandakannya dan akan memberi, dari sisiNya, pahala yang amat besar. ( QS : an-Nisa-40)

Makna Zalim
   
Perbuatan zalim  secara istilah mengandung pengertian “berbuat aniaya/mencelakakan terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang melanggar syariat Agama Islam”.

Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura-42 :   “Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“. 

Rasulullah menegaskan (seperti ditulis dalam kitab Bukhari dan Muslim)  dari Abdullah bin Umar r.a,  Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan di hari akhirat”.

Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadits bahwa seseorang pelaku kezaliman akan mendapat siksa dan adzab dari Allah Swt.  Dari Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah  Saw  bersabda: “Sesungguhnya Allah menangguhkan(azab) bagi orang yang zalim, tetapi apabila Dia menyiksanya, maka Dia tidak akan melepaskannya. Kemudian baginda Rasulullah membaca firman Allah yang bermaksud;”Dan demikianlah azab Tuhanmu,apabila ia menimpa (penduduk) negeri-negeri yang berlaku zalim.Sesungguhnya azab-Nya itu tidak terperi sakitnya, lagi amat keras serangannya.”( QS : Hud-102)
   
Manusia menzalimi diri sendiri dan orang lain

Perbuatan zalim pada dasarnya terbagi dua, yaitu perbuatan zalim pada diri sendiri, dan perbuatan zalim kepada orang lain. Perbuatan zalim pada diri sendiri / menzalimi diri sendiri ada beberapa bentuk, yaitu syirik ( menyekutukan Allah) dan perbuatan maksiat, serta perbuatan mengandung dosa-dosa yang pada  intinya merusakkan dirinya sendiri.
Perhatikanlah peringatan Allah dalam Al-Qur’an Surah Lukman

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya:" Wahai anak kesayanganku, janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar." (QS : Luqman-13)

Sedangkan perbuatan menzalimi orang lain, yaitu perbuatan manusia yang menyakiti perasaan atau fisik orang lain, melakukan aniaya, merugikan dan  tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan.

Allah Swt memberikan banyak penjelasan dan mengancam perbuatan zalim dengan siksa dan azab : Allah SWT tidak suka terhadap perbuatan zalim, perhatikan firman-Nya berikut ini : “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS Ali Imran - 57).

Kezaliman terhadap orang lain ini bisa terjadi atas seseorang kepada orang lain, bapak terhadap anaknya ( atau sebaliknya), pemimpin kepada anak buahnya ( atau sebaliknya), majikan kepada buruhnya (atau sebaliknya) dan penguasa-pemerintah kepada rakyatnya (atau sebaliknya).

Dalam konteks kekuasaan pemerintahan,  Abu Utsman berkata: “Nasihatilah penguasa, perbanyakkan mendo’akan dengan kebaikan dan kebenaran bagi mereka dengan ucapan, perbuatan dan hukum. Kerana apabila mereka baik, rakyat akan baik. Janganlah kamu mendo’akan keburukkan dan laknat bagi penguasa, kerana keburukkan mereka akan bertambah dan bertambah pula musibah bagi umat Islam. Do’akanlah mereka supaya bertaubat dan meninggalkan keburukkan sehingga musibah hilang dari orang-orang beriman.” ( al-Baihaqi, Su’abul Iman, 6/26, penjelasan hadis no. 7401)

Kezaliman penguasa-pemerintah inilah yang pada masa kini mesti harus menjadi perhatian kaum Muslimin pada umumnya. Karena Kezaliman yang dilakukan penguasa-pemerintah ini akan bersifat sistemik dan berdampak kepada kerusakan yang meluas dan terstruktur.
Menghentikan kezaliman penguasa inilah yang mesti diupayakan oleh kaum muslimin pada umumnya untuk menghilangkan segala bentuk kemungkaran, dengan berbagai cara, sebagaimana hadits Rasulullah : ”Daripada Abu Sa’iid Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, katanya: ‘Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa di kalangan kamu melihat kemungkaran hendaklah mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lidahnya dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR Muslim: dalam kitab Al-Iman, hadith no.49).

Karena itu, setiap kegiatan yang dimaksudkan untuk  menghilangkan kezaliman penguasa merupakan salah satu wujud aktivitas  yang sangat penting. Agar kaum muslimin terbebas dari belenggu kezaliman kesengsaraan dan  ketertindasan penguasa-pemerintah.

(msa dari berbagai sumber)

Tiada ulasan: