Rabu, 6 Mei 2015

AWAS...HASUTAN IBLIS@SYAITAN....TIPU DAYA SYAITAN....DAN KERJA2 SYAITAN.....JANGAN JADI TALIBARUT SYAITAN...JANGAN JADI TENTERA SYAITAN DAN JANGAN BERADA DIBELAKANG PANJI2 YANG DIPEGANG OLEH SYAITAN bhg 1








Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal r.a., dari Ibnu Abbas r.a. yang berkisah:
Kami bersama Rasulullah SAW di rumah salah seorang sahabat Anshar, dimana saat itu kami di tengah-tengah jamaah. Lalu ada suara orang memanggil dari luar, “Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, sementara kalian butuh kepadaku?”. Rasulullah SAW bertanya kepada para jamaah, “Apakah kalian tahu, siapa yang memanggil dari luar itu?”.
Mereka menjawab, “Tentu Allah SWT dan Rasul-Nya lebih tahu”. Lalu Rasulullah SAW menjelaskan, “Ini adalah iblis yang terkutuk -semoga Allah senantiasa melaknatnya”. Kemudian Umar r.a. meminta izin kepada Rasulullah sembari berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengizinkanku untuk membunuhnya?”.
Nabi SAW menjawab, “Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa ia termasuk mahluk yang tertunda kematiannya sampai batas waktu yang telah diketahui (hari Kiamat)?
Akan tetapi sekarang silakan kalian membukakan pintu untuknya sebab ia diperintahkan untuk datang kesini, maka pahamilah apa yang diucapkan dan dengarkan apa yang bakal ia ceritakan kepada kalian.”
Ibnu Abbas berkata: Kemudian dibukakan pintu, lalu ia masuk di tengah-tengah kami. Ternyata ia berupa orang yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Ia berjenggot sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda. Kedua kelopak matanya terbelah ke atas tidak ke samping, sedangkan kepalanya seperti gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang keluar seperti babi, sementara kedua bibirnya seperti bibir kerbau.
Ia datang sambil memberi salam, “Assalamu’alaika ya Muhammad, Assalamu’alaikum ya jamaa’atal-muslimin.” kata Iblis.
Nabi SAW menjawab, “Assalamu lillah ya la’iin (keselamatan hanya milik Allah wahai makhluk yang terkutuk). Saya mendengar engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluan tersebut wahai iblis?”.
“Wahai Muhammad, saya datang ke sini bukan karena kemauanku sendiri, tapi saya datang ke sini karena terpaksa”, tutur iblis.
“Apa yang membuatmu terpaksa harus datang ke sini wahai mahluk terkutuk?” tanya Rasulullah SAW.
Iblis menjawab, “Telah datang kepadaku seorang malaikat yang diutus oleh Tuhan Yang Maha Agung, dimana utusan itu berkata kepadaku, ‘Sesungguhnya Allah SWT memerintahmu untuk datang kepada Muhammad SAW sementara engkau adalah mahluk yang rendah dan hina. Engkau harus memberi tahu kepadanya, bagaimana engkau menggoda dan merekayasa anak-cucu Adam AS, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Lalu engkau harus menjawab segala apa yang ditanyakan Muhammad SAW dengan jujur. Maka demi Kebesaran dan Keagungan Allah SWT, jika engkau menjawab dengan bohong, sekalipun hanya sekali, sungguh engkau akan Allah SWT jadikan debu yang bakal dihempaskan oleh angin kencang, dan musuh-musuhmu akan merasa senang”.
Wahai Muhammad, maka sekarang saya datang kepadamu sebagaimana yang diperintahkan kepadaku. Maka tanyakan apa saja yang engkau inginkan. Kalau sampai saya tidak menjawab dengan jujur, maka musuh-musuhku akan merasa senang atas musibah yang bakal saya terima. Sementara tidak ada beban yang lebih berat bagiku daripada bersenangnya musuh-musuhku atas musibah yang menimpa diriku”.
Rasulullah SAW mulai melemparkan pertanyaan kepada iblis, “Jika engkau bisa menjawab dengan jujur, maka coba ceritakan kepadaku, siapa orang yang paling engkau benci?”.
 Iblis menjawab dengan jujur, “Engkau, wahai Muhammad, adalah orang yang paling aku benci dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu”.
“Lalu siapa lagi yang paling engkau benci?” tanya Rasulullah SAW.
“Seorang pemuda yang bertakwa dimana ia mencurahkan dirinya hanya kepada Allah SWT,” jawab iblis.
“Siapa lagi?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang alim yang wara’ (menjaga diri dari syubhat) lagi sabar,” jawab iblis.
“Siapa lagi?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang senantiasa melanggengkan kesucian dari tiga kotoran (hadats besar, kecil, dan najis),” tutur iblis.
“Siapa lagi?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang fakir yang senantiasa bersabar, yang tidak pernah menuturkan kefakirannya kepada siapapun dan juga tidak pernah mengeluhkan penderitaan yang dialaminya,” jawab iblis.
“Lalu dari mana engkau tahu kalau ia bersabar?,” tanya Rasulullah SAW.
“Wahai Muhammad, bila ia masih dan pernah mengeluhkan penderitaannya kepada mahluk yang sama dengannya selama tiga hari, maka Allah SWT tidak akan mencatat perbuatannya dalam kelompok orang-orang yang bersabar” jelas iblis.
“Lalu siapa lagi wahai iblis?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang kaya yang bersyukur,” tutur iblis.
“Lalu apa yang bisa memberi tahu kepadamu, bahwa ia bersyukur?” tanya Rasulullah SAW.
“Bila saya melihatnya ia mengambil kekayaannya dari apa saja yang dihalalkan dan kemudian disalurkan pada tempatnya,” tutur iblis.
“Bagaimana kondisimu apabila ummatku menjalankan shalat?” tanya Rasulullah SAW.
“Wahai Muhammad, saya langsung merasa gelisah dan gemetar,” jawab iblis.
“Mengapa wahai mahluk yang terkutuk?” tanya Rasulullah SAW.
“Sesunguhnya apabila seorang hamba bersujud kepada Allah SWT sekali sujud, maka Allah SWT akan mengangkat satu derajat (tingkat). Apabila mereka berpuasa, maka saya terikat sampai mereka berbuka kembali. Apabila mereka menunaikan manasik haji, maka saya jadi gila.
Apabila mereka membaca Al-Qur’an, maka saya akan meleleh (mencair) seperti timah yang dipanaskan dengan api. Apabila mereka bersedekah maka seakan-akan orang yang bersedekah tersebut mengambil kapak lalu memotong saya menjadi dua,” jawab iblis.
“Mengapa demikian wahai Abu Murrah (julukan iblis)?” tanya Rasulullah SAW.
“Sebab dalam sedekah ada empat perkara yang perlu diperhatikan; Dengan sedekah itu, Allah SWT akan menurunkan keberkahan dalam hartanya, menjadikan ia disenangi di kalangan mahluk-Nya, dengan sedekah itu pula Allah SWT akan menjadikan suatu penghalang antara neraka dengannya dan akan menghindarkan segala bencana dan penyakit,” tutur iblis menjelaskan.
“Lalu bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakar?” tanya Rasulullah SAW.
“Ia sewaktu Jahiliyyah saja tidak pernah taat kepadaku, apalagi sewaktu dalam Islam,” tutur iblis.
“Bagaimana dengan Umar bin Khaththab?” tanya Rasulullah SAW.
“Demi Allah SWT, setiap kali saya bertemu dengannya, mesti akan lari darinya,” jawab iblis.
“Bagaimana dengan Utsman?,” tanya Rasulullah SAW.
“Saya merasa malu terhadap orang yang para malaikat saja malu kepadanya,” jawab iblis.
“Lalu bagaimana dengan Ali bin Abi Thalib?” tanya Rasulullah SAW.
“Andaikan saya bisa selamat darinya dan tidak pernah bertemu dengannya, ia meninggalkanku dan saya pun meninggalkannya. Akan tetapi ia tidak pernah melakukan hal itu sama sekali,” tutur iblis.
“Segala puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan ummatku bahagia dan mencelakakanmu sampai pada waktu yang ditentukan,” tutur Rasulullah SAW.
“Tidak dan tidak mungkin, dimana ummatmu bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak mati sampai pada waktu yang telah ditentukan. Lalu bagaimana engkau bisa bahagia terhadap ummtmu, sementara saya bisa masuk kepada mereka melalui aliran darah dan daging, sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan yang telah menciptakanku dan telah menunda kematianku sampai pada hari mereka dibangkitkan kembali (Kiamat), sungguh saya akan menyesatkan mereka seluruhnya, baik yang bodoh maupun yang alim, yang awam maupun yang bisa membaca Al-Qur’an, yang nakal maupun yang rajin beribadah, kecuali hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis murni,” tutur iblis.
“Siapa menurut engkau hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis itu?” tanya Rasulullah SAW.
Iblis menjawab dengan panjang lebar, “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa orang yang masih suka dirham dan dinar (harta) adalah belum bisa murni karena Allah SWT. Apabila saya melihat seseorang sudah tidak menyukai dirham dan dinar, serta tidak suka dipuji, maka saya tahu bahwa ia adalah orang yang mukhlis karena Allah, lalu saya tinggalkan.  Sesungguhnya seorang hamba selagi masih suka harta dan pujian, sedangkan hatinya selalu bergantung pada kesenangan-kesenangan duniawi, maka ia akan lebih taat kepadaku daripada orang-orang yang telah saya jelaskan kepadamu.
Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta harta itu termasuk dosa yang paling besar? Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta kedudukan adalah termasuk dosa yang paling besar?
Apakah engkau tidak tahu saya memiliki tujuh puluh ribu anak, sedangkan setiap anak dari jumlah tersebut memiliki tujuhpuluh ribu setan. Diantara mereka ada yang sudah saya tugaskan untuk menggoda ulama, ada yang saya tugaskan untuk menggoda para pemuda, ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang yang sudah tua. Anak-anak muda bagi kami tidak masalah, sedangkan anak-anak kecil lebih mudah kami permainkan sekehendak saya. Di antara mereka juga ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang yang tekun beribadah, dan ada juga yang saya tugaskan untuk menggoda orang-orang zuhud. Mereka keluar-masuk dari kondisi ke kondisi lain, dari satu pintu ke pintu lain, sehingga mereka berhasil dengan menggunakan cara apapun. Saya ambil dari mereka nilai keikhlasan dalam hatinya, sehingga mereka beribadah kepada Allah dengan tidak ikhlas, sementara mereka tidak merasakan hal itu.
Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa Barshish seorang rahib (pendeta) yang berbuat ikhlas karena Allah selama tujuh puluh tahun, sehingga dengan doanya ia sanggup menyelamatkan orang-orang yang sakit. Akan tetapi saya tidak berhenti menggodanya sehingga ia sempat berbuat zina dengan seorang perempuan, membunuh orang dan mati dalam kondisi kafir? Inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya dengan firman-Nya:  “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia:  ‘Kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata, ‘sesungguhnya aku cuci tangan darimu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan Semesta Alam'”. (QS. Al-Hasyr: 16).
 Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu dari saya, saya adalah yang berbohong
pertama kali. Orang yang berbohong adalah temanku.  Barangsiapa bersumpah atas nama Allah dengan berbohong maka ia adalah kekasihku. Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa saya pernah bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan atas nama Allah, “Bahwa saya akan memberi nasihat kepada kalian berdua”. Maka sumpah bohong itu menyenangkan hatiku. Sedangkan menggunjing dan mengadu domba adalah buah santapan dan kesukaanku.  Kesaksian dusta adalah penyejuk mataku dan kesenanganku. Barangsiapa bersumpah dengan menceraikan istrinya (talak) maka hampir tidak akan bisa selamat, sekalipun hanya sekali. Andaikan itu benar, yang karenanya orang membiasakan lidahnya mengucapkan kata-kata tersebut, istrinya akan menjadi haram.
Kemudian dari pasangan tersebut menghasilkan keturunan sampai hari Kiamat nanti yang semuanya hasil dari anak-anak zina. Sehingga seluruhnya masuk neraka hanya gara-gara satu ucapan. Wahai Muhammad, sesungguhnya di antara ummatmu ada orang yang menunda-nunda shalatnya dari waktu ke waktu. Ketika ia hendak menjalankan shalat maka saya selalu berada padanya dan mengganggu sembari berkata kepadanya, “Masih ada waktu, teruskan engkau sibuk dengan urusan dan pekerjaan yang engkau lakukan” sehingga ia menunda shalatnya, dan kemudian shalat diluar waktunya. Akibatnya dengan shalat yang dikerjakan di luar waktunya itu akan dipukul di kepalanya. Kalau saya merasa kalah, maka saya mengirim kepadanya salah seorang dari setan-setan manusia yang akan menyibukkan waktunya. Kalau dengan usaha itu saya masih kalah, maka saya tinggalkan sampai ia menjalankan shalat. Ketika dalam shalatnya saya berkata kepadnya, “Lihatlah ke kanan dan ke kiri”.  Akhirnya ia melihat. Maka pada saat itu wajahnya saya usap dengan tangan saya, kemudian saya menghadap di depan matanya sembari berkata, “engkau telah melakukan apa yang tidak akan menjadi baik selamanya”. Wahai Muhammad, engkau tahu, bahwa orang yang banyak menoleh dalam shalatnya, Allah akan memukul kepalanya dengan shalat tersebut. Kalau dalam shalat ia sanggup mengalahkan saya, sementara ia shalat sendirian, maka saya perintahkan untuk tergesa-gesa. Maka ia mengerjakan shalat seperti ayam yang mencocok benih-benih untuk dimakan dan segera meninggalkannya.
Kalau ia sanggup mengalahkan saya, dan shalat berjamaah, maka saya kalungkan rantai dilehernya.
Ketika ia sedang ruku’ saya tarik kepalanya ke atas sebelum imam bangun dari ruku’ dan saya turunkan sebelum imam turun. Wahai Muhammad, engkau tahu, bahwa orang yang melakukan shalat seperti itu, maka batal shalatnya, dan di hari Kiamat nanti Allah akan menyalin kepalanya dengan kepala keledai. Kalau dengan cara tersebut saya masih kalah, maka saya perintahkan meremas-remas jari-jemarinya sehingga bersuara, sedangkan ia sedang shalat, karenanya ia termasuk orang-orang yang bertasbih kepadaku padahal ia sedang shalat. Kalau dengan cara tersebut masih juga tidak mempan, maka saya tiup hidungnya sehingga ia menguap, sementara ia sedang shalat. Kalau ia tidak menutupi mulutnya dengan tangannya maka setan masuk kedalam perutnya, sehingga ia semakin rakus dengan dunia dan berbagai perangkapnya. Ia akan selalu mendengar dan taat kepadaku. Bagaimana ummatmu bisa bahagia wahai Muhammad, sementara saya memerintah orang-orang miskin untuk meninggalkan shalat, dan saya berkata kepadanya, “Shalat bukanlah kewajiban kalian, shalat hanya kewajiban orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah”.
Saya pun berkata kepada orang yang sakit, “Tinggalkan shalat, karena shalat bukanlah kewajibanmu. Shalat hanyalah kewajiban orang-orang yang diberi nikmat kesehatan. Sebab Allah sudah berfirman, ‘…dan tidak apa-apa bagi seorang yang sedang sakit…’ (QS. An-Nur: 61). Kalau engkau sudah sembuh baru melakukan shalat. Akhirnya ia mati dalam kondisi kafir. Apabila ia mati dengan meninggalkan shalat ketika sedang sakit, maka ia akan bertemu Allah dengan dimurkai.
Wahai Muhammad, jika saya menyimpang dan berdusta kepadamu, maka hendaknya engkau memohon kepada Allah agar saya dijadikan debu yang lembut. Wahai Muhammad, apakah engkau masih juga merasa gembira terhadap ummatmu, sementara saya bisa memurtadkan seperenam dari ummatmu untuk keluar dari Islam?”
Kemudian Rasulullah SAW meneruskan pertanyaannya, “Wahai mahluk yang terkutuk, siapa teman dudukmu?”
“Orang-orang yang suka makan riba”, jawab Iblis.
“Lalu siapa teman dekatmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang berzina”, jawab Iblis.
“Siapa teman tidurmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang mabuk”, jawab Iblis.
“Siapa tamumu?” tanya Rasulullah SAW.
“Pencuri”, jawab Iblis.
“Siapa utusanmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Tukang sihir”, jawab Iblis.
“Apa yang menyenangkan pandangan matamu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang bersumpah dengan talak”, jawab Iblis.
“Siapa kekasihmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang meninggalkan shalat Jum’at”, jawab Iblis.
“Wahai mahluk yang terkutuk, apa yang mengakibatkan punggungmu patah?” tanya Rasulullah SAW.
“Suara ringkik kuda untuk berperang membela agama Allah SWT”, jawab Iblis.
“Apa yang membuat hatimu panas?” tanya Rasulullah SAW.
“Banyak beristighfar kepada Allah, baik di malam hari maupun di siang hari”, jawab Iblis.
“Apa yang membuatmu merasa malu dan hina?” tanya Rasulullah SAW.
“Sedekah secara rahasia”, jawab Iblis.
“Apa yang menjadikan matamu buta?” tanya Rasulullah SAW.
“Shalat diwaktu sahur”, jawab Iblis.
“Apa yang dapat mengendalikan kepalamu?” tanya Rasulullah SAW.
“Memperbanyak shalat berjamaah”, tutur Iblis.
“Siapa orang yang paling membahagiakanmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang yang sengaja meninggalkan shalat”, tutur Iblis.
“Siapa yang paling celaka menurut engkau?” tanya Rasulullah SAW.
“Orang-orang yang kikir”, jawab Iblis.
“Apa yang paling menyita pekerjaanmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Majelis orang-orang alim”, jawab Iblis.
“Bagaimana cara engkau makan?” tanya Rasulullah SAW.
“Dengan tangan kiriku dan jari-jemariku”, jawab Iblis.
“Dimana engkau mencari tempat berteduh untuk anak-anakmu diwaktu panas?” tanya Rasulullah SAW.
“Di bawah kuku manusia”, jawab Iblis.
“Berapa kebutuhan yang pernah engkau minta kepada Tuhanmu?” tanya Rasulullah SAW.
“Sepuluh macam”, jawab Iblis.
“Apa saja itu wahai mahluk terkutuk?” tanya Rasulullah SAW.
Iblis pun menjawab:
(1) “Saya meminta-Nya agar saya bisa berserikat dengan anak-cucu Adam dalam harta kekayaan dan anak-anak mereka. Akhirnya Allah mengizinkanku berserikat dalam kelompok mereka. Itulah maksud firman Allah SWT: ‘Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka’. QS. Al-Isra': 64). Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, maka saya ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
(2) Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allah dari setan ketika bersetubuh dengan istrinya, maka setan akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar dan taat kepadaku.  Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya. Itulah maksud firman Allah SWT: ‘Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki’. (QS.Al-Isra':64).
(3) Saya memohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka rumahku adalah kamar mandi.
(4) Saya memohon agar saya punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku.
(5) Saya memohon agar saya punya Al-Qur’an, maka syair adalah Al-Qur’anku.
(6) Saya memohon agar saya punya adzan, maka terompet adalah penggilan adzanku.
(7) Saya memohon kepada-Nya agar saya punya tempat tidur, maka orang-orang mabuk adalah tempat tidurku.
(8) Saya memohon agar saya memiliki teman-teman yang menolongku, maka kelompok Al-Qadariyyah menjadi teman-teman yang membantuku.
(9) Dan saya memohon agar saya memiliki teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfakkan harta
kekayaannya untuk kemaksiatan adalah teman dekatku.  Itulah maksud firman Allah SWT: ‘Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya’. (QS. Al-Isra': 27)”.
Rasulullah SAW berkata kepada Iblis, “Andaikan tidak setiap apa yang engkau ucapkan itu didukung oleh ayat-ayat dari Kitab Allah tentu aku tidak akan membenarkanmu”.
Lalu Iblis berkata lagi,
10) “Wahai Muhammad, saya memohon kepada Allah agar saya bisa melihat anak-cucu Adam, sementara mereka tidak bisa melihatku. Kemudian Allah menjadikan aku bisa mengalir melalui peredaran darah mereka. Diriku bisa berjalan ke mana pun sesuai kemauan diriku dan dengan cara bagaimana pun. Kalau saya mau dalam sesaat pun bisa. Kemudian Allah berfirman kepadaku. ‘Engkau bisa melakukan apa saja yang kau minta’. Akhirnya saya merasa senang dan bangga sampai hari Kiamat.  Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak daripada orang yang mengikutimu. Sebagian besar anak-cucu Adam akan mengikutiku sampai hari Kiamat”.
Iblis melanjutkan lagi, “Saya memiliki anak yang saya beri nama Atamah. Ia akan kencing di telinga seorang hamba ketika ia tidur meninggalkan shalat ‘Isya.  Andaikan tidak karenanya tentu manusia tidak akan tidur terlebih dahulu sebelum menjalankan shalat. Saya juga punya anak yang saya beri nama Mutaqadhi. Apabila ada seorang hamba melakukan ketaatan (ibadah) dengan rahasia dan ingin menutupinya, maka anak saya tersebut senantiasa membatalkannya dan dipamerkan di tengah-tengah manusia, sehingga semua manusia tahu.
Akhirnya Allah membatalkan sembilan puluh sembilan dari seratus pahala. Sehingga yang tersisa hanya satu pahala. Sebab setiap ketaatan yang dilakukan secara rahasia akan diberi seratus pahala. Saya punya anak lagi yang bernama Kuhyal, dimana ia bertugas mengusapi celak mata semua orang yang sedang berada di majelis pengajian dan ketika khatib sedang berkuthbah.  Sehingga mereka terkantuk dan akhirnya tidur, tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan para ulama.  Mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikitpun untuk selamanya”.
Iblis melanjutkan lagi, “Setiap kali ada perempuan keluar mesti ada setan yang duduk di pinggulnya, ada pula yang duduk di daging yang mengelilingi kukunya.  Dimana mereka akan menghiasi kepada orang-orang yang melihatnya. Kedua setan itu kemudian berkata kepadanya, ‘Keluarkan tanganmu’. Akhirnya ia mengeluarkan tangannya, kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya”.
Iblis melanjutkan lagi, “Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak bisa menyesatkan sedikit pun. Akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi. Andaikan saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak membiarkan segelintir manusia pun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan dua kalimat Syahadat, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya’. Tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak untuk memberikan hidayah sedikit pun kepada siapa saja. Akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanat dari Allah.
Andaikan engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan
segelintir orang kafir pun di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai argumentasi (Hujjah) Allah SWT terhadap mahluk-Nya. Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah sebagai orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya”.
Rasulullah SAW kemudian membacakan firman Allah SWT:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia ummat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi Rahmat oleh Tuhanmu”. (QS. Hud: 118-119). Kemudian beliau Nabi SAW melanjutkan dengan firman Allah SWT:  “Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku”. (QS. Al-Ahzab: 38).
Lantas Rasulullah SAW berkata lagi kepada iblis, “Wahai Abu Murrah (iblis), apakah engkau masih mungkin bertobat dan kembali kepada Allah, sementara saya akan menjaminmu masuk surga”. Iblis menjawab, “Wahai Rasulullah, ketentuan telah memutuskan dan Qalam pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari Kiamat nanti. Maka Maha Suci Allah Yang telah menjadikanmu sebagai tuan para Nabi dan Khathib para penduduk Surga, Dia telah memilih dan mengkhususkan dirimu. Sementara Dia telah menjadikan saya sebagai tuan orang-orang celaka dan Khatib para penduduk Neraka. Saya adalah mahluk yang celaka lagi terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepadamu, dan saya mengatakan sejujurnya”.
Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, Awal dan Akhir, Dhahir dan Bathin. Dan semoga Shalawat dan Salam sejahtera tetap diberikan kepada seorang Nabi yang ummi dan kepada para keluarga dan sahabatnya serta para Utusan dan para Nabi.

catatan :
Apakah kita sudah luput dari “dendam” sang iblis ? …
Kalau belum … jangan mengklaim diri bahwa “aku sudah benar” apalagi berkhayal pada posisi berma’rifatullah.


Yang Disebut Iblis Itu Sebenarnya Siapa Sih?

Ternyata tidak semua orang tahu Yang Disebut Iblis Itu Sebenarnya Siapa Sih?Apalagi kalau merujuk pada perbendaharan kata dalam kamus Inggris, kata rujukannya adalah satan dan devil. Padahal Iblis dan Setan itu beda, silakan baca Bedanya Setan Dengan Iblis. Iblis adalah nama salah seorang Jin yang pada saat Adam diciptakan dia termasuk salah seorang yang hadir bersama sama para malaikat. Iblis adalah sebagaimana Adam…..
Adam adalah nama salah seorang manusia, sedangkan Iblis adalah nama salah seorang Jin. Iblis bersama generasi Jin pada saat itu sudah ada ketika Adam belum diciptakan Tuhan. Dan hari ini, Adam sudah meninggal, jin jin yang satu generasi dengan Adam juga sudah pada mati, tetapi Iblis masih hidup sampai sekarang sampai hari kiamat.

Umur rata rata jin memang lebih panjang jika dibandingkan dengan rata rata umur manusia (Pemuda dikalangan jin rata rata berumur 300-400 tahun). Tetapi Iblis pernah meminta dipanjangkan hidupnya sampai kiamat, dan permintaan itu dikabulkan oleh Tuhan. Umur panjang sejak sebelum Adam sampai saat ini membuat Iblis termasuk satu makhluk yang memiliki perbendaharaan pengetahuan yang lengkap mengenai apa saja yang pernah terjadi pada manusia di dunia ini.

Iblis membenci Adam karena iri (dongkol) ketika Adam diciptakan dan dinobatkan sebagai Khalifatullah fil Ardli. Iblis merasa dirinya lebih pantas dipilih sebagai khalifatullah fil Ardli karena dia lebih tua dibanding Adam. Iblis telah beribadah kepada Tuhan selama hidupnya sedangkan Adam baru juga diciptakan sudah dipilih sebagai khalifah.
Sebenarnya rasa iri dalam diri Iblis ini dirasakan juga oleh Malaikat ketika mereka mengemukakan pendapat kepada Tuhan,”(wahai Tuhan) apakah akan Engkau Jadikan dibumi ini orang orang yang yang berbuat kerusakan dan suka menumpahkan darah (saling berperang)? Padahal kami telah bertasbih dangan memuji Mu, dan mengkuduskan Mu?” (QS Baqarah 30)

Tersirat dalam peryataan para Malaikat seakan berkata,”Kenapa bukan kami saja yang Engkau jadikan Khalifah Pemakmur Bumi?”

Tetapi Ketika Tuhan memerintahkan semuanya (Malaikat dan Jin) untuk tunduk menerima dan bersaksi bahwa Adam sudah ditetapkan Tuhan sebagai Khalifah, semuanya menurut mematuhi perintah Tuhan itu. Semuanya tunduk sujud kecuali Iblis

Peristiwa inilah asal mula permusuhan Iblis terhadap Adam. Pada kejadian itu pulalah pertama kali dikenal sebutan kafir yang berarti menolak, mengingkari, menentang, atau tidak mau tunduk, tidak mau patuh, tidak mau mengikuti perintah Tuhan

Tuhan berfirman dalam Quran,”…semuanya bersujud kecuali Iblis. Dia (iblis itu) enggan mengikuti perintah(karena kesal), dan dia (Iblis itu) menjadi takabur, dan oleh karenanya dia (Iblis) tergolong kelompok kafirin (penentang)”  (QS Baqarah 34)
(by adil muhammadisa)
Apakah Iblis dari jenis Jin atau Malaikat ??
Apakah Iblis termasuk dari jenis Malaikat atau Jin? Kalau dari jenis Malaikat, mengapa dia berbuat maksiat? Padahal para Malaikat tidak pernah berbuat maksiat. Kalau dari jenis Jin, maka dia juga berhak memilih antara taat atau bermaksiat!! mohon jawabannya.


Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah semata,
Iblis – semoga Allah melaknatnya – adalah dari jenis jin. Tidak pernah sehari pun dia pernah menjadi malaikat, bahkan walau sekejap matapun. Karena Malaikat adalah makluk mulia, tidak pernah berbuat maksiat dan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah. Banyak sekali ayat-ayat suci Al-Qur'an yang menerangkan secara jelas bahwa Iblis adalah dari jenis Jin bukan dari jenis Malaikat.
Di antaranya adalah;
1- firman Allah Ta'ala: 
 ( وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآِدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً )  الكهف / 50 .
Dan (ingatlah) ketika Kami (Allah) berfirman kepada para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam!!  Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain Aku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (QS. Al-Kahfi: 50)
2. Allah telah menjelaskan bahwa jin diciptakan dari api.
Dia berfirman:
"Dan  Kami (Allah) ciptakan Jin sebelum (Adam) dari Api yang sangat panas " (QS. Al-Hijr: 27).
Allah juga berfirman:
"Dan Dia menciptakan Jin dari nyala api " (QS, Ar-Rahman: 15)
Dalam hadits shahih dari Aisyah rodhiallahu 'anha, dia berkata: Rasulullah sallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api dan Adam diciptakan sebagaimana telah dijelaskan kepada kalian (dari tanah)"
(HR. Muslim dalam shahihnya, no. 2996, Ahmad no. 24668, Baihaqi di Sunan Kubro, no. 18207, dan Ibnu Hibban, no. 6155)
Maka di antara sifat Malaikat adalah diciptakan dari cahaya, sementara jin diciptakan dari api. Ayat-ayat Alqur'an telah menjelaskan bahwa Iblis –semoga Allah melaknatnya– diciptakan dari api. Di antaranya terungkap dari jawaban Iblis sendiri ketika Allah  bertanya kepadanya sebab pembangkangannya untuk bersujud kepada Adam ketika diperintahkan untuk bersujud kepadanya. Dia (Iblis) berkata:
"Saya lebih baik dari dari dia (Adam), saya diciptakan dari api sementara dia diciptakan dari tanah" (QS. Al-A'raf: 12)
Dari ayat ini menunjukkan bahwa Iblis adalah dari jenis Jin
3. Allah telah mensifati Malaikat dalam Al-Qur’an Karim dalam firman-Nya: “Wahai Orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu. Di dalamnya ada para malaikat yang sangat keras, tidak pernah berbuat kemaksiatan terhadap perintah Allah dan senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkannya" (QS. At-Tahrim: 6)
Di ayat lain Allah juga berfirman: “Sebenarnya (Malaikat) adalah hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya" (QS. Al-Anbiya: 26–27)
Firman yang lainnya: “Dan hanya kepada Allah apa-apa yang ada di langit, di bumi dari jenis binatang dan Malaikat, mereka bersujud dalam kondisi tidak sombong. Mereka takut kepada Tuhan-Nya yang di atas dan mengerjakan apa yang diperintahkan“ (QS. An-Nahl: 49 – 50)
Oleh karena itu tidak mungkin para Malaikat itu berbuat maksiat kepada Tuhannya sementara mereka maksum (terjaga) dari kesalahan dan mempunyai karakter berbuat ketaatan.
4. sementara Iblis bukan dari jenis Malaikat, sesungguhnya dia juga tidak dipaksa untuk taat, akan tetapi dia mempunyai pilihan sebagaimana kita kalangan manusia juga diberi pilihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami (Allah) telah memberikan jalan, apakah dia bersyukur atau dia kufur".
Maka dari kalangan jin pun ada yang kafir dan ada yang muslim, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Jin:
“Katakanlah, diwahyukan kepadaku, bahwa ada segolongan jin mendengarkan (Al-Qur’an) kemudian mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendengarkan Al-Qur’an yang sangat menakjubkan. Yang memberikan petunjuk kepada kebagusan sehingga kami beriman kepadanya dan tidak menyekutukan terhadap Tuhan kami sedikitpun juga“ (QS. Al-Jin: 1 -2)
Dan dalam surat yang sama jin juga berkata: “Dan sesungguhnya ketika kami mendengarkan petunjuk (Al-Qur’an) maka kami beriman. Dan barangsiapa yang beriman maka dia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut juga) akan penambahan dosa dan kesalahan. Dan di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada juga orang-orang yang menyimpang dari kebenaran…"
Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata: “Hasan Al-Bashri berkata, 'Iblis tidak pernah menjadi malaikat sekejap pun jua. Sesungguhnya dia dari jenis Jin, sebagaimana Adam adalah asal manusia“ (Diriwayatkan oleh At-Thobari dengan sanad yang shahih. Lihat Juz: 3 / 89)
Sebagian ulama’ ada yang berpendapat bahwa Iblis merupakan golongan malaikat. Dia disebut-sebut sebagai burung meraknya malaikat, disebut pula sebagai malaikat yang paling rajin beribadah, dan ungkapan-ungkapan lain yang kebanyakan bersumber dari riwayat israiliyat. Di antaranya bertentangan dengan nash-nash yang jelas di Al-Qur’anul Karim.
Ibnu katsir memaparkan lebih jelas lagi tentang hal tersebut, berliau berkata: “Banyak atsar yang diriwayatkan berkaitan dengan masalah ini dari ulama’ salaf. Akan tetapi kebanyakan bersumber dari riwayat Israiliyat –yang hanya dinukil untuk dilihat saja–. Hanya Allah saja yang mengetahui kondisi kebanyakan riwayat tersebut. Di antaranya juga ada riwayat yang jelas kebohongannya karena menyalahi kebenaran yang telah kita ketahui. Sementara berita yang terdapat dalam Al-Qur’an sudah sangat cukup dibanding berita-berita masa lalu yang sering tidak lepas dari adanya  penggantian, penambahan atau pengurangan, bahkan banyak cerita yang dibuat-buat. Padahal  mereka (umat terdahulu) tidak memiliki ulama’ pakar dan spesialis yang dapat membersihkan cerita-cerita tersebut dari penyelewengan orang-orang berlebihan dan dari tambahan orang-orang yang berbuat kebatilan. Sebagaimana dalam umat ini (umat Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam) terdapat para ulama terbaik, para pakar yang sangat kredibel dan bertakwa serta ahli dalam melakukan kritik riwayat  yang telah membukukan hadits dan memilah-milahnya dan menyeleksi mana hadits yang shahih, hasan, lemah, matruk (ditinggalkan) atau maudhu' (palsu). Mereka  pun menerangkan siapa para pemalsu hadits, orang-orang yang dituduh pendusta serta yang tidak dikenal jatidirinya, dan ciri-ciri lainnya dari para perawi, sebagai upaya untuk menjaga kedudukan Nabi Muhammad sallallahu’alaih wasallam yang sangat mulia, pemimpin umat manusia, dari riwayat-riwayat dusta yang disematkan kepada beliau atau dikatakan dari beliau. Semoga Allah meridhai mereka dan menjadikan surga Firdaus menjadi tempat mereka." (Tafsir Al-Qur'anul Adzim, juz 3/90)
Wallahu ta'ala a'lam.


Iblis Menurut Pandangan Islam

Iblis Menurut Pandangan Islam - Iblīs (Arabic إبليس), adalah nama nenek moyang dari bangsa jin. Sebagaimana Adam adalah seorang nenek moyang dari manusia. Allah menciptakan Iblis dari nyala api.
Iblis (dari bahasa Arab yang artinya "dia yang dipukul memar"). Alkitab tak punya literatur tentang Setan, selain dari perjanjian lama: ha-Satana, yang berarti musuh. Definisi setan ini lalu diadopsi oleh bahasa Yunani: diabolos yang dalam bahasa Inggris disebut devil.
ESTIMOLOGI 
Dalam bahasa Arab nama Iblis berasal dari kata balasa بَلَسَ, meaning yang artinya menyesal. Maka nama Iblis diartikan "Yang akan terus menyesal di dunia dan di akhirat"
ASAL MULA
Sejak penciptaan manusia Adam, iblis diperintahkan Allah untuk bersujud kepadanya, namun iblis tidak mau sujud kepadanya. Oleh karena itu, Iblis di keluarkan oleh Tuhan dari Surga dan menjadi mahluk yang terkutuk.
Ia meminta kepada Tuhan untuk menangguhkan kematiannya hingga hari kiamat. Iblis dendam kepada manusia, keturunan Adam karena lantaran kehadiran Adam, obsesinya jadi makhluk nomor satu jadi buyar. Iblis juga disebut Setan dan seluruh jin dan manusia yang menjadi pengikutnya juga disebut Setan.
Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali disebutkan bahwa Iblis sebelum dilaknat oleh Allah, bernama asli Azazil dan sesungguhnya ia memiliki banyak nama/julukan, yaitu:
* Langit pertama al-Abid (ahli ibadah, selalu mengabdi luar biasa kepada Allah)
* Langit kedua ar-Raki (ahli ruku)
* Langit ketiga as-Saajid (ahli sujud)
* Langit keempat al-Khaasyi (selalu merendah dan takluk kepada Allah)
* Langit kelima al-Qaanit (selalu ta'at)
* Langit keenam al-Mujtahid (bersungguh-sungguh dalam beribadah)
* Langit ketujuh az-Zahid (sederhana dalam menggunakan sarana hidup)
TEMPAT TINGGAL IBLIS
Iblis dan anak cucunya tinggal di kamar mandi, WC, tempat yang bernajis dan kotor serta tempat maksiat. Berdasarkan Anas bin Malik r.a.,
Iblis telah bertanya pada Allah, katanya : "Wahai Tuhanku! Engkau telah memberikan anak Adam tempat kediaman untuk mereka berteduh dan berzikir kepada-Mu, oleh itu tunjukkanlah padaku tempat kediaman untukku."
Firman Allah: "Tempat kediamanmu adalah di dalam tandas."
IBLIS DI NERAKA
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa ketika para penghuni Neraka sudah sampai di neraka, di situ disediakan sebuah mimbar, pakaian, mahkota dan tali untuk mengikat Iblis, yang kesemuanya itu terbuat dari api.
Kemudian ada suara yang memerintahkan Iblis untuk naik kemimbar: "Wahai Iblis, naiklah kamu ke atas mimbar dan berbicaralah kamu kepada penghuni neraka."
Maka dia pun naik ke mimbar dan berkata: "Wahai para penghuni neraka."
Semua orang yang berada dalam neraka mendengar ucapannya dan memandang ke arah pemimpin mereka itu.
"Wahai orang-orang yang kafir dan orang-orang munafiq, sesungguhnya Allah SWT telah menjanjikan kepadamu dengan janji yang benar bahwa kamu semua mati lalu akan dihimpun dan dihisab menjadi dua kumpulan. Satu kumpulan ke Surga dan satu kumpulan ke Neraka Sa'ir."
Iblis berkata lagi: "Kalian semua menyangka bahwa kalian semua tidak akan meninggalkan dunia bahkan kamu semua menyangka akan tetap berada di dunia. Tidaklah ada bagiku kekuasaan di atasmu melainkan aku hanya mengganggu kalian semua."
"Akhirnya kalian semua mengikuti aku, maka dosa itu untuk kamu. Oleh itu janganlah kamu mengumpat aku, mencaci aku, sebaliknya umpatlah dari kamu sendiri, karena sesungguhnya kamu sendirilah yang lebih berhak mengumpat daripada aku yang mengumpat..."
"Mengapakah kamu tidak mau menyembah Allah SWT? Sedangkan Dia yang menciptakan segala sesuatunya..."
"Hari ini aku tidak dapat menyelamatkan kamu semua dari siksa Allah, dan kamu juga tidak akan dapat menyelamatkan aku. Sesungguhnya pada hari aku telah terlepas dari apa yang telah aku katakan kepada kamu, sesungguhnya aku diusir dan ditolak dari keharibaan Tuhan."
Setelah ahli neraka mendengar kata-kata Iblis itu, lalu mereka melaknati Iblis. Setelah itu Iblis dipukul oleh Malaikat Zabaniah dengan tombak yang terbuat dari api dan jatuhlah dia ke dasar Neraka yang paling bawah, dia kekal selama-lamanya bersama-sama dengan orang-orang yang menjadi pengikutnya.
Malaikat Zabaniah lalu berkata kepada Iblis dan pengikutnya: "Tidak ada kematian bagi kamu semua dan tidak ada pula bagimu kesenangan, kamu kekal di Neraka untuk selama-lamanya."



Perbedaan Jin, Setan, dan Iblis

perbedaan jin setan dan iblis

Jin, Setan, dan Iblis

Pertanyaan:
Apa perbedaan jin dan iblis atau setan?
Dari: Riski
Jawaban:

Jin
Jin adalah salah satu jenis makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki sifat fisik tertentu, berbeda dengan jenis manusia atau malaikat.
Jin diciptakan dari bahan dasar api, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan,
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ (14) وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ(15)
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar-Rahman: 14 – 15)
Jin memiliki kesamaan dengan manusia dalam dua hal:
a. Jin memiliki akal dan nafsu, sebagaimana manusia juga memiliki akal dan nafsu.
b. Jin mendapatkan beban perintah dan larangan syariat, sebagaimana mausia juga mendapatkan beban perintah dan larangan syariat.
Oleh karena itu, ada jin yang muslim dan ada jin yang kafir. Ada jin yang baik dan ada jin yang jahat. Ada jin yang pintar masalah agama dan ada jin yang bodoh. Bahkan ada jin Ahlussunnah dan ada jin pengikut kelompok sesat, dst.
Sedangkan perbedaan jin dengan mansuia yang paling mendasar adalah dari asal penciptaan dan kemampuan bisa kelihatan dan tidak.
Makhluk ini dinamakan jin, karena memiliki sifat ijtinan (Arab: اجتنان), yang artinya tersembunyi dan tidak kelihatan. Manusia tidak bisa melihat jin dan jin bisa melihat manusia. Allah berfirman,
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
Sesungguhnya ia (iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu di suatu keadaan yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27)

Setan
Untuk memahami setan, satu prinsip yang harus Anda pegang: Jin itu makhluk dan setan itu sifat. Karena setan itu sifat, maka dia melekat pada makhluk dan bukan berdiri sendiri.
Setan adalah sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, membangkang, tidak taat, suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya.
Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan,
الشيطان في لغة العرب يطلق على كل عاد متمرد
“Setan dalam bahasa Arab digunakan untuk menyebut setiap makhluk yang menentang dan membangkang.” (Alamul Jinni was Syayathin, Hal. 16).
Dinamakan setan, dari kata; syutun (Arab: شطون) yang artinya jauh. Karena setan dijauhkan dari rahmat Allah. (Al-Mu’jam Al-Wasith, kata: الشيطان)
Kembali pada keterangan sebelumnya, karena setan itu sifat maka kata ini bisa melekat pada diri manusia dan jin. Sebagaimana penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ada setan dari golongan jin dan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, setelah menjelaskan sifat-sifat setan,
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
(setan yang membisikkan itu) dari golongan jin dan mausia.” (QS. An-Nas: 6).

Iblis
Siapakah iblis? Iblis adalah nama salah satu jin yang menjadi gembongnya para pembangkang. Dalil bahwa iblis dari golongan jin adalah firman Allah,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
Ingatlah ketika Kami berkata kepada para maialakt, ‘Sujudlah kallian kepada Adam!’ maka mereka semua-pun sujud kecuali Iblis. Dia dari golongan jin dan membangkang dari perintah Allah.” (QS. Al-Kahfi: 46)
Iblis juga memiliki keturunan, sebagaimana umumnya jin lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ
Iblis itu dari golongan jin, dan dia membangkang terhadap perintah Rab-nya. Akankah kalian menjadikan dia dan keturunannya sebagai kekasih selain Aku, padahal mereka adalah musuh bagi kalian…” (QS. Al-Kahfi: 46)
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)


Syaitan musuh utama manusia - Apa itu syaitan dan jenis-jenisnya

Syaitan adalah musuh utama manusia.

Bila kita sebut saja syaitan pasti dalam kepala kita mengatakan dari golongan makhluk ghaib. Kenapa ini terjadi? Benarkah syaitan itu hanya dari golongan makhluk ghaib seperti jin? Yang pastinya kita semua tahu yang syaitan ini adalah musuh manusia yang nyata sepertimana firman Allah :

"Bukankah Aku telah perintahkan kamu Wahai anak-anak Adam, supaya kamu jangan menyembah Syaitan? Sesungguhnya ia musuh Yang nyata terhadap kamu!" (Yasin : 60)

“Wahai sekalian manusia! makanlah dari apa Yang ada di bumi Yang halal lagi baik, dan janganlah kamu ikut jejak langkah Syaitan; kerana Sesungguhnya Syaitan itu ialah musuh Yang terang nyata bagi kamu” (Al-Baqarah : 168)

“Wahai orang-orang Yang beriman! masuklah kamu ke Dalam ugama Islam (dengan mematuhi) Segala hukum-hukumnya; dan janganlah kamu menurut jejak langkah Syaitan; Sesungguhnya Syaitan itu musuh bagi kamu Yang terang nyata” (Al-Baqarah : 208)




Didalam Quran juga Allah telah menerangkan dengan jelas siapa yang dikatakan golongan syaitan itu sepertimana didalam firman-NYA :

“Katakanlah: "Aku berlindung kepada (Allah) Pemulihara sekalian manusia. Yang Menguasai sekalian manusia, Tuhan Yang berhak disembah oleh sekalian manusia, Dari kejahatan pembisik penghasut Yang timbul tenggelam, Yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke Dalam hati manusia, (Iaitu pembisik dan penghasut) dari kalangan jin dan manusia" (An-Naas : 1-6)



Firman Allah lagi :


“dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh dari syaitan-syaitan manusia dan jin, setengahnya membisikkan kepada setengahnya Yang lain kata-kata dusta Yang indah-indah susunannya untuk memperdaya pendengarnya. dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah mereka tidak melakukannya. oleh itu, biarkanlah mereka dan apa Yang mereka ada-adakan (dari perbuatan Yang kufur dan dusta) itu” (Al-An’am : 112)



Sebenarnya banyak lagi firman-firman Allah didalam Quran yang menerangkan tentang golongan syaitan ini. Maka rasanya tidak adil bagi kita sebagai manusia ini menjatuhkan hukum dengan mengatakan hanya golongan jin saja adalah syaitan.



Penjelasan Allah didalam firman-NYA tentangan golongan jin islam yang beriman :


“dan (ingatkanlah peristiwa) semasa Kami menghalakan satu rombongan jin datang kepadamu (Wahai Muhammad) untuk mendengar Al-Quran; setelah mereka menghadiri bacaannya, berkatalah (setengahnya kepada Yang lain): "Diamlah kamu Dengan sebulat-bulat ingatan untuk mendengarnya!" kemudian setelah selesai bacaan itu, kembalilah mereka kepada kaumnya (menyiarkan ajaran Al-Quran itu dengan) memberi peringatan dan amaran” (Al-Ahqaf : 29)

“Katakanlah (Wahai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku, Bahawa sesungguhnya: satu rombongan jin telah mendengar (Al-Quran Yang Aku bacakan), lalu mereka (menyampaikan hal itu kepada kaumnya dengan) berkata: `Sesungguhnya Kami telah mendengar Al-Quran (sebuah Kitab Suci) Yang susunannya dan kandungannya sungguh menakjubkan! Kitab Yang memberi panduan ke jalan Yang betul, lalu Kami beriman kepadaNya, dan Kami tidak sekali-kali akan mempersekutukan sesuatu makhluk Dengan Tuhan kami. Dan (ketahuilah Wahai kaum kami!) Bahawa sesungguhnya: tertinggilah kebesaran dan keagungan Tuhan kita daripada beristeri atau beranak” (Al-Jin : 1 – 3)

“Dan Bahawa Sesungguhnya ada di antara kita golongan Yang baik keadaannya, dan ada di antara kita Yang lain dari itu; kita masing-masing adalah menurut jalan dan cara Yang berlainan” (Al-Jin : 11)

“Dan Bahawa Sesungguhnya kami, ketika mendengar petunjuk (Al-Quran), Kami beriman kepadanya (dengan tidak bertangguh lagi); kerana sesiapa Yang beriman kepada Tuhannya, maka tidaklah ia akan merasa bimbang menanggung kerugian (mengenai amalnya Yang baik), dan juga tidak akan ditimpakan sebarang kesusahan. Dan Bahawa Sesungguhnya (dengan datangnya Al-Quran, nyatalah) ada di antara kita golongan Yang berugama Islam, dan ada pula golongan Yang (kufur derhaka dengan) menyeleweng dari jalan Yang benar; maka sesiapa Yang menurut Islam (dengan beriman dan taat), maka merekalah golongan Yang bersungguh-sungguh mencari dan menurut jalan Yang benar, (Al-Jin : 13 - 14)



Jenis-Jenis Syaitan


Tsabr

Peranannya:

Tugasnya adalah menggoda manusia berbuat maksiat ketika manusia sedang dalam kesusahan dan berada dalam kesedihan..

Ketika manusia dalam kesusahan dan mendapat musibah..

Maka datanglah Tsabr dan konco-konconya membisik manusia agar melakukan segala kejahatan..

Seperti berzina, bunuh diri, menghisap dadah, minum arak, berjudi..

Supaya manusia itu terus leka dan jangan kembali pada Allah..

A'war

Peranannya:

Tugasnya adalah menghasut manusia supaya mendekati zina..

Dan terus melakukannya dengan apa cara sekalipun..

A'war dan tenteranya akan menggambarkan keenakan dan keseronokkan berzina dalam akal fikiran manusia dan mengobarkan nafsu..

Miswath

Peranannya:

Tugasnya adalah menyampaikan berita dusta atau penipuan..

Yang mampu menimbulkan kemarahan dan fitnah besar..

Agar manusia itu akan kucar-kacir..

Hilang pertimbangan dan saling tuduh menuduh..

Sehinggakan menyebabkan pertempuran yang hebat dan dahsyat..
Dasim

Peranannya:

Tugasnya adalah menyebarkan sifat emosi yang keterlaluan, mudah marah dan permusuhan..

Selalunya dalam kes rumahtangga..

Dasim akan cuba meruntuhkan institusi kekeluargaan..

Zaknabur

Peranannya:

Tugasnya adalah memastikan dunia ekonomi dan perniagaan akan tergugat..

Menghasut para pedagang agar sentiasa tamak dalam mengaut keuntungan..

Kecurangan dan penipuan dalam muamalah (perhubungan)..

Memastikan pengurangan dalam timbangan dan bekalan..

Kelumpuhan ekonomi melalui sistem inflasi..

Serta merupakan pengajak utama manusia dalam melakukan riba (bunga atau faedah dalam perniagaan)..

Khanzab

Peranannya:

Menghalangi umat Islam dalam melakukan solat..

Mengganggu umat Islam dalam melakukan solat..

Serta mencari jalan agar dapat menyebabkan manusia tidak akan dapat menyembah Allah..

Dan mengelakkan agar solat menjadi sempurna..

Walhan

Peranannya:

Menganggu umat Islam agar sentiasa was-was dalam berwuduk (bersuci sebelum melakukan solat)..

Ini akan menyebabkan umat Islam tidak sah dalam solatnya..

Wuduk merupakan kepentingan yang amat perlu dititik beratkan sewaktu beribadah kepada Allah..

Walhan juga menyebabkan manusia agar sentiasa membazir dalam menggunakan sesuatu benda..
Rumusan:

Kuatkan hati untuk mengerjakan perintah Allah agar kita menang untuk tidak cair mendengar bisikan dan hasutan syaitan-syaitan ini..Semoga kita mengambil kesempatan selama hidup didunia ini untuk mengabdi diri kepada Allah dalam segala urusan dan sentiasa memperbaiki diri dan amalan serta berusaha tidak meninggalkan solat yang wajib dan memperbanyak solat sunat terutama solat taubat dan sentiasa berzikir mengingati Allah agar kita terhindar dari menjadi golongan syaitan yang sesat dan rugi.






 
Apakah syaitan (Iblis) berasal dari golongan malaikat atau jin?
soalan
Apakah syaitan (Iblis) berasal dari golongan malaikat atau jin?
Jawaban Global

Berkenaan syaitan samada ia berasal dari golongan malaikat atau jin, terdapat berbagai pendapat.

Sumber perbezaan pendapat ini, berhubung peristiwa penciptaan Nabi Adam As dimana para malaikat sujud kepada Adam As atas perintah Tuhan namun syaitan tidak melakukan hal yang sama.

Sebahagian berkata bahawa syaitan (Iblis) berasal dari golongan malaikat. Hujah mereka: oleh kerana dalam ayat al-Qur’an, Iblis telah dikecualikan dari golongan malaikat (seluruh malaikat sujud kecuali Iblis), maka itu Iblis tentu berasal dari golongan malaikat.
Jawab: Terkecualikannya Iblis dari para malaikat tidak menunjukkan Iblis spesis dengan para malaikat. Bahkan sejauh-jauh makna yang boleh difahami di sini bahawa Iblis (melalui ibadahnya ribuan tahun) berada bersama para malaikat dan sebaris dengan mereka. Namun kemudian dikeranakan sifat takaburnya, keingkarannya dan penentangannya di hadapan Allah Swt, maka ia dilempar keluar dari syurga.
Terdapat beberapa noktah yang dapat mengukuhkan masalah ini:
1.     Allah Swt berfirman dalam surah al-Kahf, “Syaitan (Iblis) berasal dari spesis jin.”
2.     Allah Swt menafikan segala bentuk kemungkinan terjadinya perbuatan maksiat dari para malaikat. Dengan demikian malaikat adalah makhluk yang suci -maksum- dan sekali-kali tidak akan terjerumus ke dalam perbuatan dosa, penentangan, kemegahan, kesombongan dan …..
3.     Dalam sebahagian ayat al-Qur’an, terdapat pembahasan berkenaan ayah-ayah dan datuk-datuk syaitan. Dan perkara ini menunjukkan bahawa terdapat proses kelahiran dan keturunan di kalangan syaitan dan secara umum ia berlaku di kalangan jin-jin, sementara malaikat merupakan kewujudan ruhani dan tidak mungkin terjadi masalah-masalah ini di kalangan mereka, sehinggakan mereka juga tidak makan dan tidak minum.
4.     Dalam sebahagian ayat al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahawa malaikat ditempatkan sebagai para utusan -rasul-. Rasul ertinya utusan Allah dan barang siapa yang digelar sebagai utusan atau rasul, akan menepis kemungkinan terjadi sebarang kekufuran, kesalahan dan maksiat. Lalu bagaimana mungkin syaitan yang terjerumus ke dalam maksiat besar ini termasuk dari golongan malaikat?

Di samping itu, kesepakatan para ulama dan hadis-hadis mutawatir yang diriwayatkan dari para Imam Ahlulbait As menegaskan bahawa syaitan tidak berasal dari golongan malaikat. Dan sebagaimana yang kita ketahui bersama bahawa riwayat mutawatir merupakan salah satu wasilah yang paling penting dalam menyingkap kebenaran hadis.
Jawaban Detil
Fokus dan sebab utama pertanyaan soalan ini adalah –bermula dari- peristiwa penciptaan Nabi Adam As. Tatkala Allah Swt hendak mencipta manusia, malaikat dalam etika dan santun yang tinggi bertanya kepada Tuhan: “Apakah kami tidak mencukupi untuk bertasbih dan mensucikan-Mu? Secara dasarnya apakah tujuan penciptaan manusia? Ketika Allah Ta'ala menjelaskan rahasia penciptaan manusia kepada malaikat dan memberikan khabar gembira kepada mereka bahawa manusia adalah khalifah Tuhan di muka bumi. -Mendengar hal ini-, para malaikat dengan tawaduknya menerima seruan Tuhan (untuk bersujud kepada Nabi Adam As) dan dengan rendah hati, tulus, dan penuh penghormatan, mereka sujud kepada Nabi Adam a.s..
Di antara para malaikat, atau sebaiknya kami katakan dalam barisan para malaikat ada Iblis. Ia juga dalam tempoh yang lama telah beribadah kepada Tuhan. Namun di dalam batinnya tersembunyi sesuatu yang tiada mengetahuinya kecuali Tuhan. Rahasia yang tersembunyi selama ini terungkap pada peristiwa penciptaan Adam As. Terbukti Iblis membelakangi (kufur) perintah Tuhan. Sebenarnya Iblis telah kafir semenjak dulu, namun dengan sifat takabbur dan penentangannya dari sujud kepada Nabi Adam As, tirai kekufuran ini tersingkap.
Ketika Allah Swt berfirman kepada seluruh malaikat dan Iblis (yang ada di kalangan mereka dan beribadah): Sujudlah kepada Adam a.s. Seluruh malaikat mematuhi perintah ini kecuali Iblis yang menentang perintah ini dan tidak sujud kepada Adam As. Alasan Iblis adalah bahawa aku diciptakan dari api sedangkan dia dari tanah liat. Bagaimana mungkin kewujudan yang lebih tinggi boleh sujud kepada makhluk yang lebih rendah?
Seakan-akan Iblis lalai dari hakikat Adam As yang sebenarnya! Seakan-akan ia tidak melihat bahawa ruh Ilahi telah dihembuskan ke dalam diri Adam As. Hakikat kemanusiaan manusia, nilai, dan harganya terletak pada mutiara malakuti yang berasal dari Allah Swt yang telah dianugerahkan kepada Adam As. Benar, menurut sangkaan Syaitan, api lebih halus dari tanah liat, walaupun dalam bandingan -qiasan- ini ia juga telah melakukan kesilapan– yang mana ia sekarang bukan menjadi fokus pembahasan kami–. Ia hanya melihat Adam hanya dari unsur material, duniawi (nasut) dan jasad manusia sahaja, namun lalai dari sudut kedudukan menjulang kemanusiaan yang terpendam pada diri Adam As! Dan dari dua perbuatan Iblis ini, ia mendapat dua reaksi, iaitu terusir dari syurga dan dari sisi Tuhan. Reaksi pertama perbuatan Iblis adalah sifat bangganya terhadap aksi penciptaan manusia (dari tanah liat) dan reaksi kedua perbuatannya adalah kesombongannya dan puncak penentangannya terhadap perintah Allah Swt.
Kini persoalan yang yang timbul apakah Syaitan (Iblis) termasuk dari golongan para malaikat atau tidak? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kami menjelaskan terlebih dahulu kosa kata dari pertanyaan ini secara ringkas supaya dengan izin Allah Swt, kami dapat menyediakan jawapan yang mantap, kokoh dan ilmiah. Atas alasan ini, kami akan mengkaji beberapa redaksi berikut ini:
A.     Syaitan;
B.     Iblis;
C.     Malaikat;
D.     Jin.


a)     Syaitan: Perkataan syaitan bersumber dari dari kata sya-tha-na شَطَنَ- -. Syâtin bermakna kewujudan yang rendah dan tercela, ingkar, keras kepala dan menentang. Ia lebih umum dari manusia, jin, atau haiwan dan bahkan juga bermakna ruh jahat dan jauh dari kebenaran. Pada hakikatnya, terdapat titik persamaan dari makna-makna ini.
Oleh kerana itu, Syaitan adalah merupakan nama Am (nama spesies) yang dilebelkan kepada kewujudan yang menyesatkan dan yang menyelewengkan (baik manusia atau bukan manusia).
Dalam al-Qur’an dan juga dari lisan para Imam Ahlulbait As bahawa Syaitan tidak hanya disandarkan kepada satu kewujudan yang tertentu, bahkan kepada manusia-manusia jahat atau akhlak yang tercela seperti hasad, juga disebut sebagai syaitan.[1]
b)   Iblis: adalah nama khusus (‘alam) yang hanya memiliki satu individu luar (mishdaq) sahaja. Ia adalah makhluk pertama yang melakukan maksiat di alam semesta dan mendakwa dirinya bebas -independent- di hadapan Allah Swt. Bersikap sombong dan bongkak. Ia menentang perintah Tuhannya dan pada akhirnya diusir dari syurga. Nama rendah lainnya Iblis adalah “Azâzil[2] dan Iblis berasal dari kata “Ablas” yang sebenarnya ia merupakan gelaran baginya. Iblis ertinya berputus asa dan boleh jadi penyebutan ini kerana Iblis telah berputus asa dari rahmat Tuhan sehingga ia disebut sebagai Iblis.
c)   Malaikat: Baik kiranya jika dijelaskan sebahagian dari sifat malaikat supaya dengan itu kami dapat membuat kesimpulan bahawa malaikat tidak memiliki kecenderungan ke arah maksiat. Oleh kerana itu, Syaitan tidak boleh berasal dari jenis para malaikat.[3]
Malaikat-malaikat adalah satu kewujudan yang disebutkan Tuhan dengan sebaik-baik sifat dalam al-Qur’an. Allah Swt berfirman, Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Qs. Al-Anbiya [21]:26-27) .
Dalam diri malaikat, tidak ada kecendrungan untuk menentang kebenaran dan di setiap keadaan, mereka sentiasa beribadah dan taat kepada Allah Swt. Para malaikat merupakan kewujudan yang maksum (terjaga dari perbuatan dosa). Diri dan zat suci mereka sekali-kali tidak pernah ternoda oleh dosa. Dan yang lebih penting dari semua itu, ketaatan dan kepatuhannya di hadapan Tuhan mereka. Sikap menzahirkan kelemahan mereka di hadapan segala sesuatu yang tidak ketahui dan tidak berbangga dan sombong atas apa yang mereka ketahui. Kerana mereka yakin bahawa segala apa yang mereka miliki adalah bersumber dari Allah Swt. Dan sekiranya sedetik saja iradah-Nya berkaitan ke atas sesuatu yang tidak diketahui, maka apa yang  mereka -malaikat- ketahui juga akan bertukar menjadi ketidaktahuan.
Benar, sepenting-penting perbezaan antara para malaikat dan syaitan adalah pada peristiwa penciptaan dan sujud kepada Adam a.s. Kerana malaikat dengan jiwa dan hatinya mendapati bahawa diri mereka tidak mengetahui tentang ilmu nama-nama Ilahi. Ertinya mereka memahami bahawa banyak hal yang tidak mereka tidak fahami. Namun syaitan dengan sifat pengingkaran dan sombong menyangka bahawa ia mengetahui segala-galanya, sedangkan ia sama-sekali tidak memahami bahawa sujud pada Adam pada hakikatnya kerana ilmu-ilmu yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Dan fikiran gelapnya sama-sekali tidak mampu untuk mengetahui ilmu-ilmu tersebut! Iaitu sifat takabur dan sombongnya menjadi penghalang baginya untuk memahami dan pada akhirnya, ia menjadi penghalang untuk ia sujud kepada Adam a.s.! Kerana penolakkannya untuk sujud adalah penolakan berdasarkan pada sikap takaburnya dan bukan kerana ia tidak mampu untuk sujud!
Dengan penjelasan ini, menjadi terang bahawa malaikat adalah maksum yang tulin dan terpelihara dari segala bentuk kesalahan. Tatkala tiada jalan untuk berbuat dosa, maka seluruh perbuatannya adalah ketaatan yang murni kepada Tuhan. Apabila ketaatan menjadi wajib dan harus kepada sesuatu kewujudan, maka kekufuran, kesombongan, dan kemaksiatan menjadi terhalang baginya. (Dalil ini merupakan dalil rasional pertama berkait perbezaan antara syaitan dan malaikat, dan sebagai kesimpulannya bahawa syaitan bukan dari golongan malaikat)
Sebelum mengutarakan dalil-dalil rasional (aqli) dan naqli (dalil-dalil ayat al-Qu'ran dan hadis), perlu kiranya di sini kami jelaskan secara ringkas tentang masalah jin.
d)   Jin: Jin pada asalnya adalah suatu kewujudan yang tersembunyi dari panca indra manusia. Al-Qur’an membenarkan kewujudan seperti ini dan menjelaskan beberapa perkara tentang jin serta memandang jenisnya berasal dari api; sebagaimana spesis manusia diciptakan dari tanah. Namun tentu saja penciptaan makhluk-makhluk ini terjadi sebelum manusia.[4]
Sebahagian ilmuan menyebut jin merupakan sejenis ruh yang berakal yang tidak memiliki unsur material. Namun jelas bahawa jin bukanlah makhluk nonmaterial secara mutlak. Kerana sesuatu yang diciptakan dari api adalah material dan memiki satu kondisi setengah abstrak -nonmaterial-. Atau dengan ungkapan lain disebut sebagai jenis tubuh yang halus (jism latif).[5]
Berdasarkan banyak ayat-ayat al-Qur’an menunjukkan bahawa jin juga seperti jenis manusia, iaitu memiliki kehendak dan perasaan dan dapat melaksanakan perkerjaan-pekerjaan berat.Ada yang mukmin dan ada yang kafir. Sebahagian mereka saleh, dan sebahagian yang lain melakukan kerosakkan. Sebagaimana manusia, mereka juga memiliki kehidupan, kematian dan kiamat…. Jenis kelaminnya ada pria dan ada wanita. Mereka juga berkahwin dan berketurunan.
Namun perbahasan utama adalah apakah iblis termasuk dari golongan malaikat atau tidak? Terdapat berbagai pendapat dikalangan ulama, dan sumber perbezaannya boleh jadi bersandar pada sebahagian ayat suci al-Qur’an.
Sebahagian berkata: syaitan (Iblis) berasal dari golongan malaikat. Dalil utama mereka adalah bersandar pada ayat yang menegaskan, Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka bersujudlah mereka kecuali Iblis.” (Qs. Al-Baqarah [2]:34)
Kerana pada ayat ini, iblis menjadi terkecuali (mutstastna) dan yang dikecualikan darinya (mutstastna minhu) adalah para malaikat. Dan kesimpulannya iblis sebahagian dari malaikat.
Tetapi penafsiran yang benar (dari ayat di atas) adalah bahawa iblis bukan dari golongan malaikat. Riwayat mutawatir yang datang dari Imam-imam Ahlulbait a.s. dan bersepakat tentang hal ini. Semuanya menegaskan bahawa iblis adalah dari golongan jin bukan dari malaikat! Dan untuk menetapkan masalah ini terdapat beberapa argumentasi dimana kami akan menyentuh sebahagian darinya:
1.     Allah Swt berfirman, “Iblis berasal dari golongan jin.” (Qs. Al-Kahf [18]:50)
2.     Allah Swt berfirman, -Malaikat- tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. Al-Tahrim [66]:6). Ayat ini menafikan secara umum kemaksiatan dari para malaikat. Dan hal ini menegaskan bahawa pertama, iblis bukan dari golongan malaikat. Kedua: malaikat sekali-kali tidak akan pernah berbuat maksiat.
3.     Allah Swt berfirman, Patutkah kamu mengambil dia (syaitan)  dan keturunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Kahf [18]:50). Ayat ini menegaskan bahawa di antara golongan jin terdapat generasi atau dengan kata lain mereka melahirkan dan mempunyai keturunan. Sementara penciptaan para malaikat dari cahaya dan masalah-masalah begini tidak ada pada mereka.
4.     Allah Swt berfirman, Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai para utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan).(Qs. Fatir [35]:1). Dan firman-Nya: Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia.” (Qs. Al-Hajj [22]:75).
Kita mengetahui bahawa kekufuran dan kemaksiatan tidak harus terjadi pada Rasul dan utusan Tuhan.


Dalam menjawab argumentasi bagi orang-orang yang menggunakan hujah terkecualikannya Iblis dari para malaikat, harus dikatakan bahawa terkecualikannya iblis dari para malaikat sama-sekali tidak menunjukkan sama spesis antara iblis dan malaikat. Setinggi-tinggi perkara yang dapat difahami dari perkara ini adalah bahawa iblis bersama dalam barisan para malaikat dan ia seperti para malaikat yang diperintahkan supaya  sujud. Sehingga sebahagian yang lain berkata: pengecualian dalam ayat ini termasuk pengecualian yang terputus –istisna' munfasil- (yang terkecuali bukan dari spesis yang dikecualikan darinya); iaitu suatu bentuk pengecualian dari yang bukan sejenisnya.[6]
Dalam menceritakan tentang sifat Iblis dikatakan bahawa ia telah beribadah kepada Tuhan selama enam ribu tahun. Oleh itu, menempatkan kewujudan seperti ini (yang telah beribadah dalam tempoh yang lama kepada Allah Ta'ala) dalam satu barisan dengan para malaikat bukanlah perkara yang asing.
Pernah ditanya kepada Imam Shadiq As bahawa apakah iblis dari golongan malaikat atau termasuk salah satu kewujudan samawi –di langit-? Beliau bersabda, “Ia bukan dari golongan malaikat juga bukan salah satu kewujudan samawi, bahkan ia adalah jin. Namun ia pernah bersama para malaikat. Malaikat juga beranggapan bahawa Iblis sejenis dengan mereka. Namun Allah Swt mengetahui bahawa ia tidak demikian. Peristiwa ini terus berlanjut hingga peristiwa perintah sujud kepada Nabi Adam As, dan dengan adanya peristiwa ini, rahasia terpendam Iblis menjadi terungkap.[7]

Sumber-sumber Rujukkan Untuk Kajian Lebih Lanjut:
1.     Marhum Thabarsi, Majma’ al-Bayan, jil. 1, hal. 163, ayat 34
2.     Allamah Thaba-thabai, Tafsir al-Mizân, jil. 1, hal. 122 dan seterusnya. Jil. 8, hal. 20 dan seterusnya.
3.     Abdullah Jawadi Amuli, Tafsir Maudhu’i Qur’ân Karim, jil. 6, pembahasan yang berkenaan dengan penciptaan Adam
4.     Misbah Yazdi, Ma’ârif al-Qur’ân, 1-3, hal. 297 dan seterusnya.
5.     Tafsir Nemune, jil. 1, ayat 34, dan jil. 11, hal 8





[1]. Raghib Isfahani, Mufrâdât al-Qur’ân, klausul syaitan.
[2]. Thabarsi, Majma’ al-Bayan, jil. 1, hal. 165.
[3]. Dari ayat yang terkait, redaksi para malaikat disebutkan dengan kata plural (jamak) disertai dengan alif-lam: ertinya seluruh malaikat diperintahkan untuk sujud kepada Adam.  
[4]. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Qs. Al-Hijr [15]:27)
[5]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 11, hal. 79-80.  
[6]. Namun tentu saja terdapat dalil lain yang dijelaskan berkait masalah ini, tetapi oleh karena kesempitan ruang dan waktu, maka kami tidak akan membahasnya di sini. Bagi Anda yang tertarik sila rujuk Tafsir Majma’ al-Bayan, surah Baqarah, ayat 34.
[7]. Thabarsi, Majma’ al-Bayan, jil. 1, hal. 163, cetakan Beirut.

Tiada ulasan: