WAKTU DAN USIA UNTUK ALLAH
KETIKA USIA BERTAMBAH
Hari berganti hari. Tahun pun
berganti tahun. Usia kita semakin bertambah. Sebagian orang merasa
senang dengan bertambahnya usia. Mereka menganggapnya sebagai momen
penting yang harus dirayakan. Rela mengeluarkan biaya besar demi
mengadakan pesta mewah atau mengadakan pesta kecil-kecilan. Acara tiup
lilin dan potong kue pun tak terpisahkan. Usia 17 tahun sering dianggap
sebagai usia dewasanya anak. Si anak mendapatkan kebebasan dari orang
tua termasuk mendapat restu untuk berpacaran. Tapi banyak juga anak yang
tak peduli dengan orang tua. Mereka tetap berpacaran meskipun sudah
dilarang.
Bukan usia yang menentukan dewasa
atau tidaknya seseorang. Banyak orang yang usianya sudah puluhan tahun
tapi berprilaku seperti anak remaja. Sebaliknya, tak sedikit yang
usianya masih muda namun sikap dan taraf berpikirnya luas layaknya orang
dewasa. Abdullah bin ‘Umar memiliki semangat juang yang bergelora untuk
ikut berperang sejak berumur 13 tahun. Pada usia 18 tahun, Usamah bin
Zaid diangkat oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam sebagai
komandan kaum muslimin menyerbu wilayah Syam yang saat itu berada dalam
kekuasaan Romawi. Subhanallah!
Sobat gaulislam, setiap orang tahu bahwa
dirinya akan mati. Namun, banyak juga yang berdalih dan menyia-nyiakan
hidupnya dengan melakukan hal yang tidak berguna dan diharamkan.
Meninggalkan sholat, melawan orang tua, sibuk mencari kekayaan, pacaran,
berjudi, mabuk-mabukkan, menipu dan lainnya. Mereka menganggap hidup
sebagai kesempatan untuk berbuat apapun sesukanya sebelum ajal
benar-benar menjemput. Tak pandai memenej waktu hingga terlena dengan
kenikmatan dunia. Tidak peduli bahwa ajal akan menjemput kapan saja dan
di mana saja. Mereka termakan opini sesat: muda foya-foya, tua kaya
raya, mati masuk surga. Seakan-akan dunia milik sendiri. Bebas
berperilaku, berbicara dan berekspresi. Tak peduli dengan orang lain.
“Nanti saja kalau sudah tua,”
kira-kira itulah jawaban jika ditanya tentang kapan akan bertaubat.
Ketika sudah tua pun belum tentu bertaubat. Tak ada jaminan. Manusia
memang pandai berkata-kata. Janji yang pernah diucapkan belum tentu
ditepati. Hati-hati lho!
WAKTU IBARAT PEDANG
Sobat gaulislam, waktu di dunia amat
singkat dan akan terus berkurang. Waktu begitu cepat berlalu. Badan
yang kuat dan muda akan memudar seiring bertambahnya usia. Rasanya baru
kemarin libur semester, sekarang sudah masuk lagi. Rasanya baru saja
bertemu dengan yang dicinta (baca: orang tua, keluarga, sahabat)
sekarang sudah berpisah.
Waktu ibarat sebuah pedang. Ketika
digunakan dengan benar akan bermanfaat, misalnya saat berperang. Dengan
semangat juang tinggi dan atas izin Allah para musuh akan tumbang.
Sebaliknya, pedang akan melukai dan menusuk diri sendiri jika kita tak
pandai menggunakannya. Begitu pun waktu. Jika dimanfaatkan untuk
kebaikan dan amal shalih, akan mengantarkan kita menuju jannah-Nya.
Waktu yang dilewatkan dengan hal sia-sia akan menjerumuskan kita pada
neraka-Nya. Ketahuilah bahwa kita akan ditanya tentang setiap hal yang
kita kerjakan selama hidup di dunia. Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada
hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang
umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia
amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut
didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang
tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR at-Tirmidzi)
Hidup di dunia merupakan karunia
dari Allah Ta’ala. Meskipun bersifat sementara namun inilah kesempatan
kita untuk menyiapkan bekal akhirat. Surga Allah tidaklah gratis. Kita
harus menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Manfaatkanlah sisa waktu dan usia
dengan berbuat kebaikan dan memperbanyak amal shalih. Hentikan semua
aktivitas yang tidak berguna. Ingat, waktu yang telah berlalu tidak akan
kembali. Jangan sampai membuat kita menyesal pada akhirnya.
Bro en Sis rahimakumullah, kita
harus menyadari bahwa kehidupan di akhirat yang kekal. Orang muslim
bukanlah orang egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Selalu peduli
dengan kondisi di sekitarnya. Merasa haus dengan ilmu dan akan
bersemangat mendapatkannya. Pelajari dan pahamilah ajaran Islam.
Kemudian amalkan dan transfer kepada muslim lainnya. Tumbuhkan ghirah
untuk berdakwah demi tegaknya syariat Islam di muka bumi. Hidup akan
terasa nikmat dan bermanfaat jika terikat dengan syariat.
Sobat gaulislam, jadilah muslim yang
pintar mengatur waktu. Membagi antara kehidupan dunia dan akhirat. Tak
mudah tergerus melakukan hal yang tak berguna dan terlarang. Hiasilah
hari-hari dengan ibadah kepada-Nya. Di antara bekal itu adalah ilmu.
Carilah ilmu seluas-luasnya. Kenapa? Karena ilmu akan menerangi
kehidupan kita. Jangan sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dan
melalaikan dari ibadah kepada-Nya. Selalu berusaha menjadi orang yang
bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Semoga usia kita barokah
dan amal ibadah diterima Allah Ta’ala. Aamiin.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada
kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia
adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Thabrani dan Daruquthni)
Ayo, manfaatkan waktu dan usia kita
untuk ibadah kepada Allah Ta’ala dan mengerjakan amal shalih lainnya
dengan tetap berharap meraih keridhoan-Nya. Semangat!.
[Muhaira | @az_muhaira/gaulislam/dakwahmedia.com]
Yang Ada Hanyalah Berkurangnya Umur
Tidak ada awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang. Kenapa sebagian orang lebih girang menyambut awal tahun? Padahal ulama dahulu begitu sedih jika makin hari terus dilewati, di mana ajal semakin dekat. Bahkan mereka -para salaf- sampai bersedih jika waktunya berlalu tanpa amal sholih. Yang mereka terus pikirkan adalah ajal yang semakin dekat, namun amal sholih yang masih kurang.
Tanda Kebaikan Islam: Meninggalkan Hal yang Tidak Bermanfaat
Menunggu satu waktu saja tanpa amalan, itu sudah membuang-buang waktu. Karena ingatlah saudaraku bahwa waktu itu amat berharga bagi seorang muslim. Jika ia benar-benar menjaganya dalam ketaatan pada Allah atau dalam hal yang bermanfaat, itu menunjukkan kebaikan dirinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).Jika Islam seseorang itu baik, maka sudah barang tentu ia meninggalkan pula perkara yang haram, yang syubhat dan perkata yang makruh, begitu pula berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuh. Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat semisal itu menunjukkan baiknya seorang muslim. Demikian perkataan Ibnu Rajab Al Hambali yang kami olah secara bebas (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 289).
Jika kita menyia-nyiakan waktu, itu tanda Allah melupakan kita. ‘Arif Al Yamani berkata,
إن من إعراض الله عن العبد أن يشغله بما لا ينفعه
“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia.” (Hilyatul Awliya’, 10: 134).Waktu itu Begitu Berharga, Wahai Saudaraku
Waktu amat berharga, wahai saudaraku. Ia tidak mungkin kan kembali setelah berlalu pergi.
الوقت أنفاس لا تعود
“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”
Syaikh ‘Abdul Malik Al Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah
harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang
terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit
itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia
sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan,
maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak
mungkin kembali selamanya.” (Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3)Tanda waktu itu begitu berharga bagi seorang muslim karena kelak ia akan ditanya, di mana waktu tersebut dihabiskan,
لاَ
تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ
عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ
مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا
أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat
hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2)
ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4)
di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)Menyia-nyiakan waktu hanya untuk menunggu-nunggu pergantian waktu, itu sebenarnya lebih parah dari kematian. Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al Fawa-id berkata,
اِضَاعَةُ
الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ
عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا
وَاَهْلِهَا
“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena
menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri
akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan
penghuninya.”Imam Syafi’i pernah mendapat nasehat dari seorang sufi,
الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل
“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang
malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan,
pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” Lihat Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 3: 129.Mereka Selalu Menyesal Jika Waktu Berlalu Sia-Sia, Sedangkan Kita?
Basyr bin Al Harits berkata,
مررت برجل من العُبَّاد بالبصرة وهو يبكي فقلت ما يُبكيك فقال أبكي على ما فرطت من عمري وعلى يومٍ مضى من أجلي لم يتبين فيه عملي
“Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashroh dan ia sedang
menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab,
“Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah
berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku.” (Mujalasah wa Jawahir Al ‘Ilm, 1: 46, Asy Syamilah).Jangan Jadi Orang yang Menyesal Kelak
Sebagian orang kegirangan jikalau ia diberi waktu yang panjang di dunia. Bahkan inilah harapan ketika nyawanya telah dicabut, ia ingin kembali di dunia untuk dipanjangkan umurnya supaya bisa beramal sholih. Orang-orang seperti inilah yang menyesal di akhirat kelak, semoga kita tidak termasuk orang-orang semacam itu. Allah Ta’ala berfirman,
حَتَّى
إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي
أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا
وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia
berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat
amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun: 99-100).Ketika orang kafir masuk ke neraka, mereka berharap keluar dan kembali ke dunia dan dipanjangkan umur supaya mereka bisa beramal. Allah Ta’ala berfirman,
وَهُمْ
يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ
الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ
مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ نَصِيرٍ
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh
berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak
memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang
mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?
maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolongpun.” (QS. Fathir: 37).Dalam ayat lainnya disebutkan pula,
وَلَوْ
تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا
مُوقِنُونَ
“Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata):
“Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah
kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang yakin.”” (QS. As Sajdah: 12).
وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ
“Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka
melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?”” (QS. Asy Syura: 44).
قَالُوا
رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ
فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ ذَلِكُمْ
بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ
تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ
“Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua
kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui
dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari
neraka)?” Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja
disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan
(sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Ghafir: 11-12).Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553, pada tafsir surat Fathir ayat 37)
Renungkan: Umurmu yang Berkurang
Tidak ada awal dan akhir tahun, yang ada hanyalah umur yang semakin berkurang. Mengapa kita selalu berpikir bahwa umur kita bertambah, namun tidak memikirkan ajar semakin dekat? Benar kata Al Hasan Al Bashri, seorang tabi’in terkemuka yang menasehati kita agar bisa merenungkan bahwa semakin bertambah tahun, semakin bertambah hari, itu berarti berkurangnya umur kita setiap saat.
Hasan Al Bashri mengatakan,
ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya’, 2: 148)Al Hasan Al Bashri juga pernah berkata,
لم يزل الليلُ والنهار سريعين في نقص الأعمار ، وتقريبِ الآجال
“Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 383).Semisal perkataan Al Hasan Al Bashri juga dikatakan oleh Al Fudhail bin ‘Iyadh. Beliau rahimahullah berkata pada seseorang, “Berapa umurmu sampai saat ini?” “Enam puluh tahun”, jawabnya. Fudhail berkata, “Itu berarti setelah 60 tahun, engkau akan menghadap Rabbmu.” Pria itu berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi rooji’un.” “Apa engkau tidak memahami maksud kalimat itu?”, tanya Fudhail. Lantas Fudhail berkata, “Maksud perkataanmu tadi adalah sesungguhnya kita adalah hamba yang akan kembali pada Allah. Siapa yang yakin dia adalah hamba Allah, maka ia pasti akan kembali pada-Nya. Jadi pada Allah-lah tempat terakhir kita kembali. Jika tahu kita akan kembali pada Allah, maka pasti kita akan ditanya. Kalau tahu kita akan ditanya, maka siapkanlah jawaban untuk pertanyaan tersebut.” Lihat percakapan Fudhail ini dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 383.
Jadi sungguh keliru, jika sebagian kita malah merayakan ulang tahun karena kita merasa telah bertambahnya umur. Seharusnya yang kita rasakan adalah umur kita semakin berkurang, lalu kita renungkan bagaimanakah amal kita selama hidup ini?
Bukankah yang Islam ajarkan, kita jangan hanya menunggu waktu, namun beramallah demi persiapan bekal untuk akhirat. Ibnu ‘Umar pernah berkata,
إِذَا
أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ
تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ
حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu waktu
pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu sore. Isilah
waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, dan isilah masa hidupmu sebelum
datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini mengajarkan untuk tidak panjang angan-angan, bahwa hidup kita tidak lama.‘Aun bin ‘Abdullah berkata, “Sikapilah bahwa besok adalah ajalmu. Karena begitu banyak orang yang menemui hari besok, ia malah tidak bisa menyempurnakannya. Begitu banyak orang yang berangan-angan panjang umur, ia malah tidak bisa menemui hari esok. Seharusnya ketika engkau mengingat kematian, engkau akan benci terhadap sikap panjang angan-angan.” ‘Aun juga berkata,
إنَّ من أنفع أيام المؤمن له في الدنيا ما ظن أنَّه لا يدرك آخره
“Sesungguhnya hari yang bermanfaat bagi seorang mukmin di dunia adalah ia merasa bahwa hari besok sulit ia temui.” Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 385.Di Balik Menunggu Pergantian Tahun
Setelah kita merenungkan berbagai nasehat di atas, moga yang berhati lembut bisa sadar bahwa waktu itu begitu berharga walau 1 detik saja. Namun coba lihatlah perayaan tahun baru yang dirayakan kaum muslimin saat ini, sungguh menyia-nyiakan waktu dan umurnya sendiri. Kadang yang wajib seperti shalat ditinggalkan hanya karena bela-belain menunggu pergantian tahun. Kadang pula di awal tahun malah diisi dengan maksiat dan penghamburan harta. Seharusnya yang dipikirkan adalah bukannya datangnya pergantian tahun atau bertambahnya umur. Yang mesti dipikirkan adalah umur kita senyatanya semakin berkurang, sehingga seharusnya amal sholih yang harus kita tingkatkan. Inilah yang lebih urgent.
Kalau kita yakin umur kita berkurang, waktu ajal kita semakin dekat, lantas apa gunanya merayakan [?]
Intinya, perayaan tahun baru punya berbagai sisi kerusakan di antaranya:1- Merayakan perayaan non-muslim karena perayaan ini tidak pernah ada dalam Islam.
2- Mengikuti budaya orang kafir.
3- Berbagai maksiat dan bid’ah yang muncul saat perayaan tahun baru.
4- Meremehkan shalat lima waktu karena sibuk begadang.
5- Begadang untuk menunggu pergantian tahun pun sia-sia.
6- Seringnya mengganggu kaum muslim dengan petasan dan semacamnya.
7- Meniru perbuatan setan dengan bersikap boros.
Mengenai kerusakan dalam perayaan tahun baru di atas telah diuraikan di artikel Rumaysho.com: 10 Kerusakan dalam Perayaan Tahun Baru.
Semoga menjadi nasehat berharga bagi kita semua. Wallahu waliyyut taufiq. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
@ Maktabah Al Amir Salman, KSU, Riyadh-KSA, 17 Shafar 1434 H
www.rumaysho.com
MANFAATKAN WAKTU SEBAIK-BAIKNYA
Sebagian dari kita masih sering mensia-siakan waktu yang kita
miliki selama hidup di dunia ini, dengan melakukan hal-hal yang tidak
bermanfaat. Mungkin sebagian dari kita ada yang berpikir, nanti saja,
kalau sudah menjelang tua baru memperbaiki ibadah kepada Allah. Biasanya
orang menunda amal kebaikan karena lebih mengutamakan dunia dan tidak
mementingkan akhirat. Contohnya, karena kesibukan segala aktifitas
urusan dunia, seseorang jadi sering menunda-nunda kewajiban amal ibadah
atau amal kebaikan.
Padahal hal ini sangat salah, karena kita tidak pernah tahu, sampai kapan kita akan hidup di dunia ini. Kita tidak bisa memastikan bahwa kita akan dapat hidup sampai tua nanti. Bisa saja kematian mendatangi kita disaat kita masih muda belia. Lalu mengapa kita harus menunda-nunda amal ibadah dan kebaikan?
Ketahuilah setiap tarikan dan desahan nafas kita, saat kita menjalani waktu demi waktu, adalah merupakan langkah menuju kubur. Dan waktu yang kita jalani hidup di dunia ini, sebenarnya sangat singkat, karena itu sangat ruginya kita apabila kita menjalaninya dengan sesuatu yang tidak berharga. Kita sia-sia kan waktu dan kesempatan hidup di dunia ini, dengan melakukan hal-hal yang tidak membawa kemaslahatan dunia akhirat kita.
“Tiada suatu nafas yang terlepas dari kita, melainkan disitu pula ada takdir Allah yang berlaku atas diri kita.” Karena itu, hendaklah kita selalu menjaga, agar dalam setiap nafas kita, selalu kita upayakan dengan sekuat tenaga, agar kita tetap berada dalam keimanan dan ketaatan pada-Nya, serta jauh dari maksiat dan perbuatan dosa.
Banyak sekali orang yang membuang-buang waktunya hanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Dan kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa mereka telah mensia-siakan waktu yang tidak akan mungkin kembali lagi. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr [59] : 18)
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ashr (103) ayat 1-3, Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut::
Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhori). Hadits ini menjelaskan pentingnya memanfaatkan kesempatan (waktu), karena tanpa disadari banyak orang terlena dengan waktunya.
Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan. Karena itu, Islam menjadikan kepiawaian dalam memanfaatkan waktu termasuk di antara indikasi keimanan dan tanda-tanda ketakwaan. Orang yang mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan.
Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu merupakan salah satu tanda tidak memahami pentingnya waktu, padahal ia tidak pernah datang untuk kedua kalinya atau tidak pernah terulang. Dalam pepatah Arab disebutkan ”Tidak akan kembali hari-hari yang telah lampau.”
Karena itu jangan sia-siakan waktu, manfaatkanlah segera :
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (HR. Tirmidzi)
Dengan memperhatikan hadits diatas, dimana kelak kita akan ditanya tentang 4 perkara, tentang umur kita selama kita hidup didunia ini, kita habiskan masa muda kita untuk apa? Alangkah sangat menyesalnya kita, jika ternyata kita menghabiskan masa muda kita untuk hal-hal yang tidak berguna dan berdosa. Kita pun akan sangat menyesal apabila ternyata harta yang kita miliki, kita peroleh dengan cara yang tidak halal dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak halal juga. Kita pun akan sangat menyesal kelak, apabila ilmu yang dianugerahkannya, justru malah kita gunakan untuk bermaksiat pada-Nya. Misalnya dengan menggunakan ilmu dan kepandaian kita miliki untuk menipu, memanipulasi dan berbuat kecurangan selama hidup kita.
Karena itu, sebelum terlambat, sebelum kematian mendatangi kita, marilah kita memanfaatkan waktu yang tersisa dari umur kita ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita. Marilah kita perbanyak berbuat kebaikan, jangan menunda-nunda amal kebaikan, karena belum tentu besok kita masih punya waktu untuk melaksanakannya. Kita tidak pernah tahu kapan ajal datang menjemput kita. Dan alangkah sangat menyesalnya kita, apabila dalam hidup kita yang singkat ini, lebih banyak kita lewati dengan melakukan hal-hal yang akan kita sesali di akhirat kelak. Karena waktu yang sudah lewat, tidak akan pernah bisa kembali lagi.
Dewi Yana
Padahal hal ini sangat salah, karena kita tidak pernah tahu, sampai kapan kita akan hidup di dunia ini. Kita tidak bisa memastikan bahwa kita akan dapat hidup sampai tua nanti. Bisa saja kematian mendatangi kita disaat kita masih muda belia. Lalu mengapa kita harus menunda-nunda amal ibadah dan kebaikan?
Ketahuilah setiap tarikan dan desahan nafas kita, saat kita menjalani waktu demi waktu, adalah merupakan langkah menuju kubur. Dan waktu yang kita jalani hidup di dunia ini, sebenarnya sangat singkat, karena itu sangat ruginya kita apabila kita menjalaninya dengan sesuatu yang tidak berharga. Kita sia-sia kan waktu dan kesempatan hidup di dunia ini, dengan melakukan hal-hal yang tidak membawa kemaslahatan dunia akhirat kita.
“Tiada suatu nafas yang terlepas dari kita, melainkan disitu pula ada takdir Allah yang berlaku atas diri kita.” Karena itu, hendaklah kita selalu menjaga, agar dalam setiap nafas kita, selalu kita upayakan dengan sekuat tenaga, agar kita tetap berada dalam keimanan dan ketaatan pada-Nya, serta jauh dari maksiat dan perbuatan dosa.
Banyak sekali orang yang membuang-buang waktunya hanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Dan kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa mereka telah mensia-siakan waktu yang tidak akan mungkin kembali lagi. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr [59] : 18)
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ashr (103) ayat 1-3, Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut::
- Demi masa.
- Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
- Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Rasulullah SAW bersabda, ”Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhori). Hadits ini menjelaskan pentingnya memanfaatkan kesempatan (waktu), karena tanpa disadari banyak orang terlena dengan waktunya.
Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan. Karena itu, Islam menjadikan kepiawaian dalam memanfaatkan waktu termasuk di antara indikasi keimanan dan tanda-tanda ketakwaan. Orang yang mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan.
Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu merupakan salah satu tanda tidak memahami pentingnya waktu, padahal ia tidak pernah datang untuk kedua kalinya atau tidak pernah terulang. Dalam pepatah Arab disebutkan ”Tidak akan kembali hari-hari yang telah lampau.”
Karena itu jangan sia-siakan waktu, manfaatkanlah segera :
- Waktu muda sebelum datangnya tua
- Waktu sehat sebelum datang sakit
- Waktu kaya sebelum datangnya miskin
- Waktu luang sebelum datangnya sempit
- Waktu hidup sebelum datangnya mati
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (HR. Tirmidzi)
Dengan memperhatikan hadits diatas, dimana kelak kita akan ditanya tentang 4 perkara, tentang umur kita selama kita hidup didunia ini, kita habiskan masa muda kita untuk apa? Alangkah sangat menyesalnya kita, jika ternyata kita menghabiskan masa muda kita untuk hal-hal yang tidak berguna dan berdosa. Kita pun akan sangat menyesal apabila ternyata harta yang kita miliki, kita peroleh dengan cara yang tidak halal dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak halal juga. Kita pun akan sangat menyesal kelak, apabila ilmu yang dianugerahkannya, justru malah kita gunakan untuk bermaksiat pada-Nya. Misalnya dengan menggunakan ilmu dan kepandaian kita miliki untuk menipu, memanipulasi dan berbuat kecurangan selama hidup kita.
Karena itu, sebelum terlambat, sebelum kematian mendatangi kita, marilah kita memanfaatkan waktu yang tersisa dari umur kita ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita. Marilah kita perbanyak berbuat kebaikan, jangan menunda-nunda amal kebaikan, karena belum tentu besok kita masih punya waktu untuk melaksanakannya. Kita tidak pernah tahu kapan ajal datang menjemput kita. Dan alangkah sangat menyesalnya kita, apabila dalam hidup kita yang singkat ini, lebih banyak kita lewati dengan melakukan hal-hal yang akan kita sesali di akhirat kelak. Karena waktu yang sudah lewat, tidak akan pernah bisa kembali lagi.
Dewi Yana
5 Pertanyaan Di Hari Kiamat Jadi Kisi-kisi Kita Di Dunia
Jum’at kali ini (04/01/13) saya shalat
di masjid yang letaknya dekat tempat saya tinggal. Beruntunglah karena
masih libur sehingga saya bisa jum’atan serta silaturahim dengan
tetangga yang lain. Maklum kalau sudah aktif masuk kerja sudah
dipastikan saya tidak bisa jum’atan bareng warga karena tidak
memungkinkan dengan keberadaan saya di kantor, kecuali jika saya pas
kebagian jadwal khatib (menyampaikan khutbah). Khatib kali ini seorang
ustadz muda yang Ramadhan kemarin saya sempat berjama’ah juga dengan
beliau saat shalat tarawih di musholla kavling.Menariknya tidak seperti
khatib-khatib pada umumnya yang menyampaikan materi khutbah tentang
tahun baru karena Jum’at ini termasuk Jum’at pertama di bulan pertama
(Januari) di awal tahun baru 2013. Sang khatib justeru menyampaikan tema
tentang “Maut” (kematian).
Dari awal mukaddimah khatib saya sudah
bisa menerka tema itu karena ayat yang dibacakan tentang tujuan adanya
kehidupan dan kematian adalah untuk melihat siapa yang amalnya paling
baik (Q.S. Al-Mulk ayat 2). Hal ini seakan korelatif dengan
situasi dan kondisi dimana beberapa hari di awal tahun baru ini banyak
tetangga yang mengalami kematian anggota keluarganya. Lebih kontekstual
lagi karena pada level isu nasional baru saja ada kejadian seorang anak
pejabat menteri di negeri kita ini mengalami kecelakaan yang berakibat
hilangnya nyawa 2 orang. Mungkin karena itulah khatib menyampaikan tema
yang sangat kontemplatif (perenungan) tersebut. Selain itu juga
sebetulnya kematian memang hal yang harus selalu kita renungkan di akhir
atau awal tahun, meski setiap tahun baru kita bergembira karena umur
kita juga baru padahal sejatinya umur kita kuotanya terus berkurang.
Lalu kematian seperti apa yang dibahas
khatib?. Bukan proses atau timingnya yang dibahas melainkan prepare
untuk menghadapi kematian yang indikasinya sudah di”bocorin” sama Nabi
Muhammad SAW dalam haditsnya yang cukup populer. Mengapa demikian?,
karena ketika kita mati maka akan dihadapkan pada pertanyaan seputar
pertanggung jawaban saat hidup di dunia yang kulminasinya pada satu
pertanyaan tentang shalat kita di dunia. Amal yang pertama kali dihisab
adalah shalat, begitulah para khatib sering mengingatkan. Namun dalam
hadits yang disampaikan khatib ini memuat lima pertanyaan. Menurut guru
saya waktu belajar dulu sebetulnya memang pertanyaan yang diajukan
kepada kita banyak, ada beberapa hadits shahih yang memberikan indikasi
pertanyaan sebagai kisi-kisi buat kita di dunia agar mempersiapkan
tanggung jawab di dunia sejak dini. Lima pertanyaan tersebut tertuang
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang validitasnya
dinilai shahih oleh Imam Tirmidzi.
عن عبد الله بن مسعود رضي
الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( لا تزول قدما ابن آدم يوم
القيامة من عند ربه حتى يسأل عن خمس عن عمره فيما أفناه وعن شبابه فيما
أبلاه وعـن ماله من أين أكتسبه وفيـم أنفقه وما عمـل فيما علم)
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud
(semoga Allah meridhoinya), dari nabi Muhammad SAW beliau bersabda:
Seorang anak Adam sebelum menggerakkan kakinya pada hari kiamat akan
ditanya tentang lima perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya;
tentang masa mudanya, apa yang dilakukannya; tentang hartanya, dari
sumber mana dia peroleh dan untuk apa harta tersebut; dan tentang
ilmunya, yaitu apa yang telah ia lakukan dengan ilmu tersebut” (HR. Ahmad).
Kelima pertanyaan tersebut adalah: 1. Umur, 2. Masa muda, 3. Harta (dari mana), 4. Harta (dan kemana), 5. Ilmu.
Sudah sepatutnya kita bersyukur dengan
kabar (hadits) tersebut di atas karena kita bisa mempersiapkan diri dan
bekal kita untuk di akhirat. Saya sangat menggaris bawahi kepada
pertanyaan tentang harta, karena diantara kelima pertanyaan yang 3
(umur, masa muda, dan ilmu) hanya mengandung satu pertanyaan tapi harta
ada dua pertanyaan yakni dari mana harta diperoleh dan kemana
dihabiskan. Masya Allah… harta yang haram akan berpengaruh kepada mental
(psikis) keturunan kita. Bahkan sang khatib mengatakan, “bukan hanya
anak yang bisa durhaka melainkan juga orang tua, ketika orang tua
memberikan harta haram atau memasukkan sesuatu yang haram kepada
anaknya, maka orang tua tersebut sudah berbuat durhaka terhadap
anaknya”. Na’udzu bilaah min dzalik..
Semoga kita semua senantiasa terhindar
dari sifat, perilaku dan harta yang haram serta dimudahkan dalam mencari
dan mengeksplorasi yang halal. Mari senantiasa persiapkan diri kita
agar mudah menjawab kelima pertanyaan di hari kiamat. Berdasarkan hikmah hadits
di atas maka mari habiskan Umur kita untuk hal-hal yang positif dan
bernilai ibadah, lewati masa muda kita yang kata bang Rhoma Irama masa
yang berapi-api dengan senantiasa beribadah kepada Allah, raih harta
yang halal dan baik serta kita infakkan ke jalan yang benar, dan gunakan
ilmu yang sudah kita peroleh untuk hal-hal yang berguna, bermanfaat dan
menginspirasi banyak orang.
Wallahu a’lam bis showaab…KEMATIAN MENURUT AL-QUR’AN
Oleh Fadhil ZA
10-
Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari
kiamat): “Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada
kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu
kamu kafir”
11- Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”
Ketika
manusia dikumpulkan dipadang Mahsyar pada hari berbangkit kelak dan
orang kafir telah melihat dengan jelas akibat perbuatan mereka menentang
ayat ayat Allah selama ini, mereka mengeluh : ” Ya Allah Engkau telah
mematikan kami dua kali, dan menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami
mengakui dosa kami, adakah jalan keluar bagi kami dari kesulitan yang
dahsyat pada hari ini (neraka jahanam) “. Dialog antara orang kafir
dengan Allah ini diabadikan dalam surat Al Mukmin ayat 10 -11,
sebagaimana kami kutipkan diawal artikel ini.
Selama
hidup didunia ini kita hanya mengerti bahwa mati dan hidup itu hanya
sekali saja, namun setelah diakhirat kelak kita baru, mengerti bahwa
kita hidup dan mati sebanyak dua kali. Memperhatikan dialog diatas kita
jadi bertanya, apakah yang dimaksud dengan kematian itu? Dalam Al Qur’an
dikatakan bahwa kita mati dan hidup sebanyak dua kali, padahal yang
kita ketahui selama ini kita hidup dan mati hanya satu kali.
Definisi mati menurut Al-Qur’an
Mati
menurut pengertian secara umum adalah keluarnya Ruh dari jasad, kalau
menurut ilmu kedokteran orang baru dikatakan mati jika jantungnya sudah
berhenti berdenyut. Mati menurut Al-Qur’an adalah terpisahnya Ruh dari
jasad dan hidup adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat
terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami pertemuan Ruh
dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya Ruh dari jasad untuk
pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam Ruh, ini adalah saat mati yang pertama.
Seluruh Ruh manusia ketika itu belum memiliki jasad. Allah mengumpulkan
mereka dialam Ruh dan berfirman sebagai disebutkan dalam surat Al
A’raaf 172:
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (Al A’raaf
172)
Selanjutnya
Allah menciptakan tubuh manusia berupa janin didalam rahim seorang ibu,
ketika usia janin mencapai 120 hari Allah meniupkan Ruh yang tersimpan
dialam Ruh itu kedalam Rahim ibu, tiba-tiba janin itu hidup, ditandai
dengan mulai berdetaknya jantung janin tersebut. Itulah saat kehidupan manusia yang pertama kali,
selanjutnya ia akan lahir kedunia berupa seorang bayi, kemudian tumbuh
menjadi anak anak, menjadi remaja, dewasa, dan tua sampai akhirnya
datang saat berpisah kembali dengan tubuh tersebut.
Ketika sampai waktu yang ditetapkan, Allah akan mengeluarkan Ruh dari jasad. Itulah saat kematian yang kedua kalinya.
Allah menyimpan Ruh dialam barzakh, dan jasad akan hancur dikuburkan
didalam tanah. Pada hari berbangkit kelak, Allah akan menciptakan jasad
yang baru, kemudia Allah meniupkan Ruh yang ada di alam barzakh, masuk
dan menyatu dengan tubuh yang baru sebagaimana disebutkan dalam surat
Yasin ayat 51:
51-
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera
dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. 52- Mereka berkata: “Aduh
celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami
(kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah
Rasul-rasul (Nya). (Yasin 51-52)
Itulah saat kehidupan yang kedua kali,
kehidupan yang abadi dan tidak akan adalagi kematian sesudah itu. Pada
saat hidup yang kedua kali inilah banyak manusia yang menyesal, karena
telah mengabaikan peringatan Allah. Sekarang mereka melihat akibat dari
perbuatan mereka selama hidup yang pertama didunia dahulu. Mereka
berseru mohon pada Allah agar dizinkan kembali kedunia untuk berbuat
amal soleh, berbeda dengan yang telah mereka kerjakan selama ini
sebagaimana disebutkan dalam surat As Sajdah ayat 12:
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang
yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka
berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”. (As Sajudah 12)
Itulah
proses mati kemudian hidup, selanjutnya mati dan kemudian hidup kembali
yang akan dialami oleh semua manusia dalam perjalanan hidupnya yang
panjang dan tak terbatas. Proses ini juga disebutkan Allah dalam surat
Al Baqaqrah ayat 28:
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Al Baqarah 28)
Demikianlah
definisi mati menurut Al-Qur’an, mati adalah saat terpisahnya Ruh dari
Jasad. Kita akan mengalami dua kali kematian dan dua kali hidup. Jasad
hanya hidup jika ada Ruh, tanpa Ruh jasad akan mati dan musnah. Berarti
yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad sedangkan Ruh tidak
akan pernah mengalami kematian.
Pada saat mati yang pertama, jasad belum ada namun Ruh sudah ada dan hidup dialam Ruh. Pada saat hidup yang pertama Ruh dimasukan kedalam jasad , sehingga jasad tersebut bisa hidup. Pada saat mati yang kedua,
Ruh dikeluarkan dari jasad , sehingga jasad tersebut mati, namun Ruh
tetap hidup dan disimpan dialam barzakh. Jasad yang telah ditinggalkan
oleh Ruh akan mati dan musnah ditelan bumi. Pada saat hidup yang kedua,
Allah menciptakan jasad yang baru dihari berbangkit, jasad yang baru
itu akan hidup setelah Allah memasukan Ruh yang selama ini disimpan
dialam barzak kedalam tubuh tersebut. Kehidupan yang kedua ini adalah
kehidupan yang abadi, tidak ada lagi kematian atau perpisahan antara Ruh
dengan jasad sesudah itu.
Kalau
kita amati proses hidup dan mati diatas ternyata yang mengalami
kematian dan musnah hanyalah jasad, sedangkan Ruh tidak pernah mengalami
kematian dan musnah. Ruh tetap hidup selamanya, ia hanya berpindah
pindah tempat, mulai dari alam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan
terakhir dialam Akhirat. Pada saat datang kematian pada seseorang yang
sedang menjalani kehidupan didunia ini, maka yang mengalami kematian
hanyalah jasadnya saja, sedangkan Ruhnya tetap hidup dialam barzakh.
Allah mengingatkan hal tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 154 :
Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan
Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu h idup,
tetapi kamu tidak menyadarinya. (Al Baqarah 154)
Perjalanan panjang tanpa akhir
Kalau
kita amati proses perjalan hidup dan mati seperti yang disebutkan
diatas , maka yang mengalami kematian hanyalah jasad kita saja,
sedangkan Ruh tidak pernah mengalami kematian. Sejak diciptakan pertama
kali dan diambil kesaksiannya tentang ke Esaan Allah ketika dikumpulkan
dialam Ruh sebagaimana disebutkan dalam surat Al A’raaf 172, mulailah
Ruh menempuh perjalanan panjang yang tidak akan pernah berkahir.
Sifat
Ruh sama seperti energy, dalam ilmu fisika kita mengenal teori
kekekalan Energy. Teori kekalan Energy mengatakan bahwa Energy bersifat
kekal, tidak bisa dimusnahkan, dihancurkan ataupun dilenyapkan. Ia hanya
mengalami perubahan bentuk. Ruh memiliki sifat seperti Energy ini, ia
tidak bisa dimusnahkan, dilenyapkan ataupun dihancurkan, ia kekal
selamanya, ia hanya berubah bentuk mulai dialam Ruh, alam Dunia, alam
Barzakh dan alam Akhirat kelak.
Kita
bisa merasakan selama hidup didunia ini bahwa Ruh kita tidak pernah
tidur atau beristirat. Kalau kita tidur pada malam hari, yang tidur
adalah jasad atau jasmani kita sedang Ruh kita sendiri, pergi berjalan
entah kemana. Ruh tidak bisa hancur, musnah dan lenyap namun ia bisa
merasa lemah, sakit dan menderita. Ruh yang kurang mendapat perawatan
akan menjadi lemah menderita dan sakit. Penyakit Ruh umumnya akan
merembet pada penyakit fisik atau jasmani, penyakit ruh yang umum kita
kenal antara lain, gelisah, kecewa, dengki, cemas, takut, sedih,
tertekan dan stress berkepanjangan.
Ruh
mengalami proses pendewasaan selama hidup didunia. Semua bekal yang
dibawa untuk perjalanan hidup dialam barzakh dan akhirat didapat dari
alam dunia. Namun sayang selama hidup didunia banyak orang yang tidak
memperdulikan kebutuhan Ruhnya untuk menghadapi perjalan panjang yang
tak akan pernah berakhir ini. Kebanyakan manusia hanya fokus pada
masalah kehidupan dunia, dan tidak perduli dengan masalah kehidupan
akhirat yang lebih dahsyat dibandingkan dengan kehidupan dunia.
Mereka
baru menyadari kekeliruan mereka tatkala ruh telah sampai
ditenggorokan, hingga tatkala mereka telah pindah kelam barzakh mereka
mengeluh sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mukminun ayat 99-100 :
99- (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
100- agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan
(Al Mukminun 99-100)
Penyesalan
itu memang selalu terlambat datangnya, namun penyesalan yang muncul
setelah datangnya kematian hanyalah sesuatu yang sia-sia. Masa lampau
tidak akan pernah kembali, kita hanya terus maju menghadang masa yang
akan datang, apapun keadaan kita. Orang yang bijaksana akan mengumpulkan
bekal sebanyak banyaknya untuk menempuh perjalanan panjang dialam
barzakh dan akhirat. Orang yang lalai hanya fokus pada kehidupan dunia,
tidak pernah mempersiapkan diri untuk menempuh perjalanan panjang itu.
Bahkan terkesan tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Sebagian besar
manusia didunia termasuk kedalam golongan orang yang lalai ini,
sebagaimana disebutkan dalam surat Yunus ayat 92:” …sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” Lebih tegas lagi disebutkan dalam surat al Insan ayat 27 :
Sesungguhnya
mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak
memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). (Al
Insan 27)
Mudah2an kita
tidak termasuk orang yang lalai, seperti disebutkan dalam ayat Qur’an
diatas. Mari kita persiapkan perbekalan kita untuk menempuh perjalanan
panjang yang tidak akan pernah berakhir didunia dan akhirat. Penyesalan
diakhirat kelak tidak ada gunanya, masa lalu tidak akan pernah kembali,
masa yang akan datang pasti terjadi. Bersiaplah menghadap berbagai
perubahan yang akan kita alami sepanjang perjalan hidup yang amat
panjang dan melelahkan ini. Berbekallah sebaik baik bekal adalah Taqwa. Umur Manusia
28/1/2013
KH. Jalaluddin Rakhmat
“Alangkah cepatnya jam demi jam dalam satu hari; alangkah cepatnya hari demi hari dalam satu bulan; alangkah cepatnya bulan demi bulan dalam satu tahun; alangkah cepatnya tahun demi tahun dalam umur manusia,” ujar Ali bin Abi Thalib kw. Umur adalah jumlah pergantian tahun yang kita alami. Kita menghitung umur dari jumlah pergantian tahun yang kita lewati. Karena itu, pergantian tahun sepatutnya menjadi tonggak-tonggak utama buat merenungkan umur.
“Alangkah cepatnya jam demi jam dalam satu hari; alangkah cepatnya hari demi hari dalam satu bulan; alangkah cepatnya bulan demi bulan dalam satu tahun; alangkah cepatnya tahun demi tahun dalam umur manusia,” ujar Ali bin Abi Thalib kw. Umur adalah jumlah pergantian tahun yang kita alami. Kita menghitung umur dari jumlah pergantian tahun yang kita lewati. Karena itu, pergantian tahun sepatutnya menjadi tonggak-tonggak utama buat merenungkan umur.
Kualitas Umur.
Nabi Muhammad SAW mengambarkan kualitas umur dengan sangat indah: “Pada
hari kiamat dibukakan kepada manusia pada setiap hari dari umurnya dua
puluh empat lemari (khazanah) –sebanyak bilangan jam sehari semalam. Ada
khazanah yang dipenuhi dengan cahaya dan kebahagiaan sehingga ketika
menyaksikannya orang merasa senang dan bahagia. Sekiranya khazanah itu
diperlihatkan kepada ahli neraka, mereka tidak akan merasakan pedihnya
siksa neraka. Itulah saat-saat ketika ia menaati perintah Tuhannya.
Kemudian dibukakan baginya khazanah yang lain. Ia melihat khazanah itu
gelap gulita, baunya menyengat dan mengerikan. Orang yang menyaksikannya
merasa ngeri dan takut. Sekiranya khazanah itu dibagikan kepada ahli
surga, hilanglah segala kenikmatan surga itu. Itulah saat-saat ketika
orang membangkang kepada perintah Tuhannya. Kemudian dibukakan kepadanya
khazanah yang lain. Ia melihatnya kosong. Tidak ada yang membuatnya
gembira dan tidak ada yang mebuatnya berduka cita. Itulah saat-saat
ketika ia tidur dan sibuk dengan urusan dunia yang mubah.
Ketika ia melihatnya, hatinya dipenuhi kekesalan dan kekecewaan. Ia
telah kehilangan waktunya yang dapat diisi dengan kebajikan yang tidak
terperikan. Inilah yang disebut dalam Al-Qur’an: Itulah hari penyesalan. (Mizan al-Hikmah, 6:540).
Jadi, jam demi jam yang kita lewati adalah lemari-lemari yang lewat di depan kita. Terserah kepada kita untuk mengisi lemari itu dengan amal saleh atau kemaksiatan, atau kita membiarkannya lewat begitu saja. Dengan begitu, umur adalah “assets” sekaligus “liabilities”.
Anda bisa beruntung dan celaka dengan umur panjang Anda; bergantung kepada kualitasnya. Umur –seperti artikel dalam majalah- ditentukan oleh mutunya, bukan panjangnya. Nabi SAW
menyimpulkannya dalam dua kalimat yang indah, “Manusia yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Manusia yang paling buruk ialah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.”
Umur akan dihisab. Tuhan bukan saja akan memperlihakan kualitas umur. Dia juga akan memeriksa dengan teliti penggunaan umur itu. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan
bergeser telapak kaki manusia pada hari kiamat sebelum ia ditanya tentang empat hal: dari umur, pada apa ia menghabiskannya; dari kemudaannya, untuk apa ia mempergunakannya; dari hartanya, dari mana ia memperolehnya dan kemana ia membelanjakannya; dari ilmunya, untuk apa ia memanfaatkannya.”
Pada riwayat yang lain, Nabi Muhammad SAW memanggil manusia sebagai anak-anak umurnya. Putera empat puluh abna al-arbai’in, menunjukkan manusia yang berumur empat puluh tahun. Rasulullah SAW bersabda: “Putera-puteri empat puluh tahun adalah tanaman yang sudah siap dituai; putera-puteri lima puluh, apa yang sudah kalian hasilkan dahulu atau belakangan; putera-puteri enam puluh, marilah menghadapi hisab, tidak ada lagi helah bagi kamu; putera-puteri tujuh puluh, persiapkan dirimu menghadapi kematian.” (Mizan al-Hikmah, 6:545).
Walhasil, sebelum hari kiamat, Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk memeriksa umurnya setiap kali menyadari umurnya bertambah, setiap pergantian tahun. Ada tonggak-tonggak umur yang sangat penting. Tonggak pertama adalah umur empat puluh tahun. Al-Qur’an menggambarkan perilaku orang mulia ketika sampai pada usia empat puluh tahun: “…sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (QS. Al-Ahqaaf, 46:15). Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaaf, 46:16).
Berkenaan dengan orang-orang yang berumur empat puluh tahun, Nabi SAW bersabda: “Bila
seseorang telah mencapai umur empat puluh tahun, lalu kebaikannya tidak mengatasi kejelekannya, setan mencium di antara kedua matanya dan berkata: ‘Inilah manusia yang tidak beruntung.’” Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang umurnya sudah melebihi empat puluh tahun, sedangkan kebaikannya tidak lebih banyak dari kejelekannya, hendaklah ia mempersiapkan keberangkatannya ke neraka.” (Mizan al-Hikmah, 6:544).
Umur bisa Ditambah. Menurut beberapa hadis, umur bisa ditambah dan juga bisa dikurangi. Ada beberapa kebajikan yang dapat memperpanjang umur, seperti juga ada beberapa kemaksiatan yang memperpendek umur. Di antara perbuatan yang memperpanjang umur adalah silaturrahmi, menyambungkan kekeluargaan: “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaknya ia menyambungkan kekeluargaan” (Hadis Muttafaqun ‘Alaih). Yang termasuk menyambungkan kekeluargaan ialah menjaga persaudaraan, berbuat baik kepada sahabat dan karib kerabat, memaafkan orang yang menyakiti hati kita, menjenguk dan saling mengunjungi untuk mempererat kasih sayang, bahkan bergaul dengan baik untuk memelihara kasih sayang di antara anggota-anggota keluarga. Berikut ini adalah hadis-hadis yang berkenaan dengan hal itu: “Jika engkau ingin Allah menambahkan umurmu, berbuat baiklah pada kedua orangtuamu. Orang yang berbuat baik pada istri dan anak-anaknya akan dipanjangkan usianya.” (Mizan al-Hikmah, 6:546).
Berdasarkan kaidah mafhum mukhalafah, implikasi sebaliknya, kita dapat menyimpulkan bahwa memutuskan silaturrahmi memperpendek usia. Termasuk memutuskan silaturrahmi adalah menelantarkan keluarga, bertengkar dengan orang lain, lebih-lebih dengan sesama Muslim, menyimpan kebencian dan dendam, dan berlaku kasar kepada sesama manusia. Tanpa tunjangan hadis sekalipun, kita mengetahui bahwa penyebab stress yang paling besar pada masyarakat modern ialah hilangnya keakraban di antara sesama manusia, atau kegagalan menciptakan hubungan personal yang hangat. Dari stress bersumber berbagai penyakit. Stress berlarut-larut mengantarkan orang lebih cepat kepada kematian.
Sebaliknya, terbukti juga bahwa orang yang akrab dengan keluarganya, keluarga yang bahagia,
mereka lebih sehat dan lebih tahan terhadap penyakit. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara “marifal success” (keberhasilan perkawinan) dengan kesehatan fisik dan psikologis. Hadis mendahului penelitian ini dengan menyebutkan: Man hasuna birruhu bi ahli baitih, zida fi umrihi (Siapa yang baik kebajikannya pada keluarganya, akan ditambah umurnya).
Bila kehangatan kekeluarga ini diperluas pada lingkup yang lebih besar, terjadilah lingkungan masyarakat yang sehat. Maka akan berkuranglah biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk kesehatan, dan akan menurun tingkat perceraian, kenakalan remaja, konflik SARA dan kejahatan-kejahatan lainnya. Silaturrahmi bukan saja memperpanjang umur individu, ia juga melestarikan “umur” masyarakat.
Betulkah umur bisa ditambah? Allah berfirman: “…Dia menambah dalam penciptaan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah berkuasa untuk melakukan sesuatu” (QS. Faathir, 35:1). Adakah ketentuan yang mengatur pertambahan umur? Al-Qur’an menyatakan: Tidaklah seorang perempuan hamil dan tidaklah dia melahirkan kecuali dengan pengetahuan Dia. Tidaklah dipanjangkan umur dan tidaklah umur dikurangi, kecuali semuanya ada dalam kitab. Sesungguhnya yang demikian itu mudah sekali bagi Allah. (QS. Faathir, 35:11). [JR]
Tulisan ini dimuat di Majalah UMMAT dalam Rubrik SUNNAH oleh Musthafa Syauqi dengan judul “Umur”
Jadi, jam demi jam yang kita lewati adalah lemari-lemari yang lewat di depan kita. Terserah kepada kita untuk mengisi lemari itu dengan amal saleh atau kemaksiatan, atau kita membiarkannya lewat begitu saja. Dengan begitu, umur adalah “assets” sekaligus “liabilities”.
Anda bisa beruntung dan celaka dengan umur panjang Anda; bergantung kepada kualitasnya. Umur –seperti artikel dalam majalah- ditentukan oleh mutunya, bukan panjangnya. Nabi SAW
menyimpulkannya dalam dua kalimat yang indah, “Manusia yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Manusia yang paling buruk ialah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.”
Umur akan dihisab. Tuhan bukan saja akan memperlihakan kualitas umur. Dia juga akan memeriksa dengan teliti penggunaan umur itu. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak akan
bergeser telapak kaki manusia pada hari kiamat sebelum ia ditanya tentang empat hal: dari umur, pada apa ia menghabiskannya; dari kemudaannya, untuk apa ia mempergunakannya; dari hartanya, dari mana ia memperolehnya dan kemana ia membelanjakannya; dari ilmunya, untuk apa ia memanfaatkannya.”
Pada riwayat yang lain, Nabi Muhammad SAW memanggil manusia sebagai anak-anak umurnya. Putera empat puluh abna al-arbai’in, menunjukkan manusia yang berumur empat puluh tahun. Rasulullah SAW bersabda: “Putera-puteri empat puluh tahun adalah tanaman yang sudah siap dituai; putera-puteri lima puluh, apa yang sudah kalian hasilkan dahulu atau belakangan; putera-puteri enam puluh, marilah menghadapi hisab, tidak ada lagi helah bagi kamu; putera-puteri tujuh puluh, persiapkan dirimu menghadapi kematian.” (Mizan al-Hikmah, 6:545).
Walhasil, sebelum hari kiamat, Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk memeriksa umurnya setiap kali menyadari umurnya bertambah, setiap pergantian tahun. Ada tonggak-tonggak umur yang sangat penting. Tonggak pertama adalah umur empat puluh tahun. Al-Qur’an menggambarkan perilaku orang mulia ketika sampai pada usia empat puluh tahun: “…sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (QS. Al-Ahqaaf, 46:15). Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaaf, 46:16).
Berkenaan dengan orang-orang yang berumur empat puluh tahun, Nabi SAW bersabda: “Bila
seseorang telah mencapai umur empat puluh tahun, lalu kebaikannya tidak mengatasi kejelekannya, setan mencium di antara kedua matanya dan berkata: ‘Inilah manusia yang tidak beruntung.’” Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang umurnya sudah melebihi empat puluh tahun, sedangkan kebaikannya tidak lebih banyak dari kejelekannya, hendaklah ia mempersiapkan keberangkatannya ke neraka.” (Mizan al-Hikmah, 6:544).
Umur bisa Ditambah. Menurut beberapa hadis, umur bisa ditambah dan juga bisa dikurangi. Ada beberapa kebajikan yang dapat memperpanjang umur, seperti juga ada beberapa kemaksiatan yang memperpendek umur. Di antara perbuatan yang memperpanjang umur adalah silaturrahmi, menyambungkan kekeluargaan: “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaknya ia menyambungkan kekeluargaan” (Hadis Muttafaqun ‘Alaih). Yang termasuk menyambungkan kekeluargaan ialah menjaga persaudaraan, berbuat baik kepada sahabat dan karib kerabat, memaafkan orang yang menyakiti hati kita, menjenguk dan saling mengunjungi untuk mempererat kasih sayang, bahkan bergaul dengan baik untuk memelihara kasih sayang di antara anggota-anggota keluarga. Berikut ini adalah hadis-hadis yang berkenaan dengan hal itu: “Jika engkau ingin Allah menambahkan umurmu, berbuat baiklah pada kedua orangtuamu. Orang yang berbuat baik pada istri dan anak-anaknya akan dipanjangkan usianya.” (Mizan al-Hikmah, 6:546).
Berdasarkan kaidah mafhum mukhalafah, implikasi sebaliknya, kita dapat menyimpulkan bahwa memutuskan silaturrahmi memperpendek usia. Termasuk memutuskan silaturrahmi adalah menelantarkan keluarga, bertengkar dengan orang lain, lebih-lebih dengan sesama Muslim, menyimpan kebencian dan dendam, dan berlaku kasar kepada sesama manusia. Tanpa tunjangan hadis sekalipun, kita mengetahui bahwa penyebab stress yang paling besar pada masyarakat modern ialah hilangnya keakraban di antara sesama manusia, atau kegagalan menciptakan hubungan personal yang hangat. Dari stress bersumber berbagai penyakit. Stress berlarut-larut mengantarkan orang lebih cepat kepada kematian.
Sebaliknya, terbukti juga bahwa orang yang akrab dengan keluarganya, keluarga yang bahagia,
mereka lebih sehat dan lebih tahan terhadap penyakit. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara “marifal success” (keberhasilan perkawinan) dengan kesehatan fisik dan psikologis. Hadis mendahului penelitian ini dengan menyebutkan: Man hasuna birruhu bi ahli baitih, zida fi umrihi (Siapa yang baik kebajikannya pada keluarganya, akan ditambah umurnya).
Bila kehangatan kekeluarga ini diperluas pada lingkup yang lebih besar, terjadilah lingkungan masyarakat yang sehat. Maka akan berkuranglah biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk kesehatan, dan akan menurun tingkat perceraian, kenakalan remaja, konflik SARA dan kejahatan-kejahatan lainnya. Silaturrahmi bukan saja memperpanjang umur individu, ia juga melestarikan “umur” masyarakat.
Betulkah umur bisa ditambah? Allah berfirman: “…Dia menambah dalam penciptaan apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah berkuasa untuk melakukan sesuatu” (QS. Faathir, 35:1). Adakah ketentuan yang mengatur pertambahan umur? Al-Qur’an menyatakan: Tidaklah seorang perempuan hamil dan tidaklah dia melahirkan kecuali dengan pengetahuan Dia. Tidaklah dipanjangkan umur dan tidaklah umur dikurangi, kecuali semuanya ada dalam kitab. Sesungguhnya yang demikian itu mudah sekali bagi Allah. (QS. Faathir, 35:11). [JR]
Tulisan ini dimuat di Majalah UMMAT dalam Rubrik SUNNAH oleh Musthafa Syauqi dengan judul “Umur”
Sepetak Waktu di Sepenggal Usia
dakwatuna.com – “Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan ilmunya tersebut”. (HR. Al-Bazzar dan Al-Thabrani).
Bismillahirrahmanirrahim.
Senja itu, masih selalu saja terkenang dalam ingatan, sebuah senja yang tenang dengan bau segar rerumputan. Di hadapan sebuah kolam dengan hamparan teratai bermekaran, beberapa pemuda dengan gagah berlarian; tergopoh-gopoh membawa tas penuh makanan; kemudian duduk dan membentuk sebuah lingkaran.
Pada sebuah tanah lapang yang melandai, di kaki perbukitan yang ramai oleh kabut, hawa sejuk, dan sesekali, rintik gerimis pembawa harapan, serta gumpal awan yang menahankan sebuah kerinduan, tawa sesekali terdengar berderai dari lidah mereka yang sesekali berceloteh, berbagi makanan. Tenda-tenda nampak rapih didirikan. Kemudian sebuah antrian tercipta menghadirkan sebuah pemandangan yang menenangkan luar biasa, tentang insan-insan yang mematutkan pada wajah mereka cahaya-cahaya, yang terpancar dari basuhan air wudhu, dan keinginan untuk bersujud di hadapan Rabb yang selalu memberi mereka Rezeki dan Kebaikan tiada habisnya. Rabb Yang menciptakan barisan gunung-gunung yang bertasbih, langit yang meluas, dan semesta kasih. Rabb Yang, tanda-tandanya selalu terasa oleh mereka yang hatinya tulus dan bersih.
Tibalah waktunya muda-mudi itu berbaris rapih, duduk membentuk shaf-shaf yang membuat malaikat manapun cemburu lirih; betapa tidak? Di saat belia seusia mereka menghabiskan waktu berbelanja di mal-mal dan tempat hiburan, atau menghabiskan waktu mendengarkan nyanyian, tertawa karena permainan-permainan, sekelompok muda-mudi ini bertaqarub, mendekatkan diri mereka pada Allah dengan mentafakuri ayat-ayat ciptaanNya. Kemudian bersabar mengejar ilmuNya.
Pantaslah jika pada saat itu, saya terkenang pada sebuah hadits tentang hari akhir, yang ditakhrij oleh Imam Al-Bazzar dan At-Thabrani, dari Mu’adz Ibn Jabal R.A, bahwa Rasulullah SAW yang lidahnya selalu jujur dan tak pernah sekalipun berdusta, berkata bahwa pada hari akhir nanti, anak-anak Adam ini tidak akan beranjak dari hadapan Rabbnya, kecuali setelah ditanya kepadanya tentang 4 perkara; tentang usianya, masa mudanya, hartanya, dan ilmunya.
Di Gunung Salak, pada senja itu, pada kesempatan LDKR Runners SMKN 26 Jakarta, kami berdiskusi dan berbagi, diselingi dengan permainan-permainan menyenangkan yang bisa diambilkan ibrahnya, dibahas tentang bagaimana hadits di atas bisa menjadi sebuah motivasi untuk menghargai usia dan rezeki, dengan senantiasa mengejar ridha dan menyebar kebaikan dari Rabb Yang Maha Memberi.
“Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan ilmunya tersebut” (HR. Al-Bazzar dan Al-Thabrani).
Pada hari itu, diingatkan bahwa, hidup ini adalah sebuah ujian, ujian untuk sebuah keabadian [1], dimana hanya akan ada dua pilihan; kebahagiaan berkekalan, atau kesengsaraan tiada terperi.
Di akhir ujian itu, setelah bumi diguncangkan, dan manusia-manusia yang telah mati dibangkitkan, Rabb akan hadir dan malaikat berbaris-barisan, neraka akan ditampakkan; dan manusia-manusia ketakutan dan akan menyesal karena tidak pernah bersungguh-sungguh saat mengejar kebaikan. [2]
Pada detik-detik yang menegangkan tersebut, di hadapan semesta dan penduduk langit maupun bumi, semua hadir sejak awal generasi, akan ditanyakan pada kita tentang empat perkara itu, empat perkara itu! Empat perkara yang kita akan malu karena tidak pernah kita manfaatkan dengan lebih baik. Empat perkara yang karenanya tidak akan berhenti tangis kita, karena menahan sesal dan rasa malu yang luar biasa. Empat perkara yang adalah Usia, Masa Muda, Harta, dan Ilmu kita.
1. Usia
Apa yang telah kita lakukan sejak kelahiran kita? Apa yang telah kita berikan kepada mereka yang menjadi tanggung jawab kita?
Anak-anak kelaparan yang meminta-minta di sepanjang perempatan yang bisa kita temukan di sekitar Jakarta. Pengamen-pengamen di Galur, atau keluarga gerobak yang tidak se-beruntung kita yang selalu memiliki sahabat-sahabat yang baik, pendidikan yang layak, dan juga tempat bernaung? Tidakkah kita mensyukuri usia kita yang telah Allah penuhi dengan serba kecukupan? Tidakkah kita ingat bahwa kita di atas bumi ini adalah khalifah, manajer yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan seluruh penghuninya? [3]
Apa yang akan kita jawab di hadapan Rabb kita dan para malaikatNya nanti? Serta barisan manusia yang menanti di belakang kita?
Sanggupkah jika kita harus berkata, “Usia hamba, sejak hamba lahir hingga Engkau cabut nyawa hamba pada saat mati, hanya hamba pergunakan memikirkan kepentingan diri sendiri.
Hamba mematut-matut diri di hadapan cermin selama berjam-jam tanpa memikirkan tetangga-tetangga hamba yang belum memiliki pakaian. Hamba mengejar karir dan capaian tanpa memikirkan tetangga-tetangga hamba yang masih kelaparan. Hamba menolak menyisihkan usia hamba untuk mentafakuri dosa-dosa dan pengkhianatan yang setiap hari hamba lakukan di hadapMu yaa Rabb. Bahkan hamba abai terhadap misteri-misteri kehidupan yang sebenarnya tercatat dengan rapih pada ayat-ayatMu. Hamba menghabiskan usia hamba untuk menghinakan diri hamba dengan mengkhianatiMu.”
Ah, terbayangkan tangis yang berderai sebab betapa malunya kita jika kelak harus mengatakan yang seperti itu, na’udzubillah min dzalika.
2. Masa Muda
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Pemimpin yang adil. Pemuda yang menyibukkan diri dengan ibadah kepada Rabbnya. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. Dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)
Masa muda menjadi sorotan tersendiri dalam Islam dan ajarannya, terbukti ketika, meskipun Allah swt telah bertanya kepada anak-anak Adam tentang usianya, Allah masih juga secara khusus menanyakan tentang masa muda. Hal ini dapat kita pahami dengan mudah melihat adanya potensi yang luar biasa dari masa muda. Pada masa inilah seorang muslim dan manusia manapun yang ada di dunia, membentuk karakter dan jati dirinya. Akan sulit bagi seseorang yang terbiasa bermalas-malasan pada usia mudanya, untuk menjadi pekerja keras ketika mereka tua. Juga tidak mudah bagi mereka yang terbiasa bekerja keras dan belajar pada masa muda, jika harus menjadi seorang pemalas yang kehilangan gairah pada masa tua.
Masa muda, bisa dibilang, adalah sepenggal usia dalam sebuah perjalanan kehidupan setiap manusia yang, nyaris menentukan segalanya. Bersahabatlah kita pada masa muda dengan orang-orang yang tidak dapat memberikan manfaat dunia akhirat bagi kita, mungkin setidaknya kita dapat bertahan untuk tidak terjerumus pada keburukan, tapi kelak kita akan menyesal karena seharusnya dapat mengumpulkan modal kebaikan lebih banyak untuk kita bagi-bagikan.
Berleha-lehalah kita pada masa muda dengan kesenangan-kesenangan, mungkin kelak kita masih akan mampu menghadirkan kesenangan yang sama pada masa tua, tapi bisa jadi kita akan terjebak pada pertanyaan-pertanyaan tentang tujuan hidup dan kebingungan akan makna kebahagiaan yang sejati. Ya, kesenangan tidak akan pernah dapat memuaskan jiwa manusia, yang manusia cari adalah ketenangan, dan bekerja keras mencari makna kebahagiaan pada masa muda, dapat membantu menghadirkan ketenangan tersebut.
Sebuah perbedaan kecil yang dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, selalu menghadirkan perbedaan-perbedaan besar. Bijak adalah berhati-hati dan selalu mengevaluasi apa yang kita lakukan pada masa muda kita. Tidak perlu dijalani dengan terlalu kaku, sesekali refreshment dan istirahat juga diperlukan. Tapi ingatlah untuk selalu memaksimalkan manfaat, sebab selain itu berpengaruh pada masa depan kita serta masa depan ummat, ternyata masa muda kita juga kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.
3. Harta
Dari mana kita dapatkan harta kita? Dari sumber-sumber pendapatan yang halal kah? Atau kita mendapatkan harta kita tanpa memperhatikan apakah Allah akan ridha atau tidak?
Pada proses pencarian pendapatan, adakah tercampur di dalamnya maksiat? Adakah pernah kita menyakiti perasaan saudara kita atas amanah yang tidak kita tuntaskan dengan baik dalam pekerjaan, atau sikut kiri sikut kanan hanya untuk mencari muka, posisi dan jabatan? Adakah tanpa sengaja kita mengundang kecemburuan Allah dengan interaksi yang berlebihan dengan rekan kerja non mahram? Atau lalai mengingatNya karena sibuk meraup rezeki? Na’udzubillah min dzalika.
Lebih jauh lagi, untuk apa kita pergunakan harta kita? Adakah untuk kesenangan sesaat, atau kita pergunakan untuk menolong agama Allah dan mensucikan diri kita? Berusaha menjadikan diri kita orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Al-Qur’an agar termasuk ke dalam golongan mereka yang selalu bertaqwa? [4]
Adakah terpikirkan dalam cita-cita kita untuk menjadi seperti Abdurrahman Ibn Auf, yang bergelimang harta yang berkah dan disedekahkan demi pembangunan dan kesejahteraan Madinah?
Adakah terbesit dalam hati kita bahwa usia ini akan diinfakkan untuk Jihad di JalanNya dengan cara memanfaatkan masa muda mengumpulkan keahlian yang kelak dapat digunakan untuk mengumpulkan harta yang dapat kita pergunakan mendirikan pesantren-pesantren modern? Dimana anak-anak yang kurang beruntung dapat mempelajari Arsitektur, Tata Kota, Ilmu pemerintahan, Sastra, Teknologi; agar kelak mereka menjadi sumber daya manusia yang turut membangun kembali Jakarta yang mulai nampak tua dan lelah oleh amarah yang hadir dari kemacetan juga kemiskinan?
Apa yang akan kita jawab di hadapan Rabb kita nanti ketika Dia bertanya tentang harta kita? Semoga kita akan mampu memberi jawaban yang baik. Jangan sampai kita menanggung malu nanti, na’udzubillah min dzalika.
4. Ilmu
Ilmu yang kita dapati, dipergunakan untuk apakah ia? Adakah ia kita jadikan koleksi dan kita hamburkan untuk caci maki kepada mereka yang kita anggap tidak lebih berilmu daripada kita? Ataukah kita jadikan senjata yang menguatkan kasih sayang dan perhatian yang kita miliki kepada mereka yang terlantar dan kelaparan? Hadir dan menjelma api yang menghangatkan mereka yang sehari-hari menggigil dan kedinginan? Dijadikan tetes-tetes air jernih oleh kerongkongan mereka yang sehari-hari kehausan?
Bukankah kita ini hamba-hamba Ar-Rahman? Yang kasihnya menyemestakan ampunan? Bukankah kita mengasihi saudara-saudara kita sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri? Bukankah kita mencintai Rasulullah yang bahkan di penghujung hayatnya sekalipun, masih saja memikirkan ummat yang dikasihinya?
Tidakkah kita ingin menyunggingkan senyum di bibir Rasulullah yang kita rindukan, berbincang-bincang dengannya di selasar-selasar puncak tertinggi Jannah, membicarakan betapa ilmu yang beliau wariskan telah berhasil kita jadikan tonggak yang menegakkan peradaban? Dengan izin Allah, kita telah membangun perusahaan-perusahaan yang membuka banyak sekali lapangan pekerjaan, membebaskan lahan-lahan pertanian untuk digunakan memenuhi kebutuhan pangan, menstabilkan harga makanan? Mendidik anak-anak dari mereka yang tadinya kelaparan sehingga mampu memikirkan cara-cara memenuhi kebutuhan?
Tidakkah kita ingin di hadapan Mizan, kelak, ketika Allah menanyakan tentang ilmu kita, kita mampu bersitatap manja, dengan perasaan bangga, di hadapan Rabb kita, dengan mengatakan bahwa ilmu titipanNya telah kita pergunakan untuk membuktikan kepadaNya, bahwa kita adalah hambaNya, hamba dari yang Maha Cinta kepada hambaNya?
“Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan ilmunya tersebut” (HR. Al-Bazzar dan Al-Thabrani).
Bersamaan dengan berakhirnya diskusi, senja hari itu pun turun, tergantikan malam yang terhadir anggun. Luruh bersama kerak-kerak kesombongan, tergantikan telaga-telaga penyesalan.
Kami, muda-mudi Runners saat itu, diam-diam menanamkan tekad dalam dada, berazzam dihadap Rabbana, berdoa, semoga ketika hadir pertanyaan serupa, kami telah melewati segalanya dengan hanya mengejar ridhaanNya, sehingga mampu hati kami bersaksi, “Radhitu billahi Rabba, wa bil islami diena, wa bimuhammadiwwarasula.” Semoga kelak, Rabb kemudian akan berkata, “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu.” [5]
Betapa senja itu, adalah sepetak waktu di sepenggal usia, yang semoga tak pernah terlupa.
—
Catatan Kaki:
[1]. Q.S Al-Mulk (67:2) [2]. Q.S Al-Fajr (89:21-24) [3]. Q.S Al-Baqarah (2:31) [4]. Q.S Al-Baqarah (2:1-3) [5]. Q.S Al-Fajr (89:26-30)Redaktur: Ardne
Ujian Dunia dan Ujian Akhirat
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَمُبَلِّغُ النَّاسِ شَرْعَهُ؛
فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى فَإِنَّ تَقْوَى اللهَ جَلَّ وَعَلَا عِزٌّ وَفَلَاحٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Ibadallah,أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى فَإِنَّ تَقْوَى اللهَ جَلَّ وَعَلَا عِزٌّ وَفَلَاحٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Bertakwalah kepada Allah, karena takwa adalah sebaik-baik bekal yang akan mengantarkan seseorang kepada keridhaan-Nya. Takwa juga merupakan wasiat Allah Jalla wa ‘Ala kepada golongan manusia yang pertama hingga kelak yang terakhir nanti. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ
“Dan telah kami wasiatkan kepada orang-orang yang mendapatkan kitab
sebelum kalian dan juga kepada kalian agar bertakwa kepada Allah.” (QS.
An-Nisa: 131)Takwa adalah wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya. Dan ia juga merupakan wasiat para salafush shalih di antara sesama mereka. Karena itu, bertakwalah wahai hamba Allah, dekatkanlah diri kepada-Nya dalam keadaan sepi maupun di tengah keramaian, dalam keadaan menyendiri atau terlihat orang. Ingatlah hari dimana kita nanti akan dihadapkan kepada Allah Jalla wa ‘Ala, lalu Dia mempertanyakan tentang apa yang telah kita lakukan di dalam kehidupan ini.
Ibadallah,
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dan selainnya dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ
حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ ، وَعَنْ
شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ
أَنْفَقَهُ ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Tidak akan bergerak kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi
Rabbnya sampai dia ditanya dengan lima pertanyaan: Tentang umurnya
kemana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang
hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia belanjakan, dan apa
yang sudah dia amalkan dari ilmunya?”Lima pertanyaan yang diajukan kepada seorang hamba adalah tentang umur, tentang masa mudanya yang juga merupakan bagian dari umur, pertanyaan tentang harta; darimana didapat dan kemana dibelanjakan, dan pertanyaan tentang ilmu sampai mana ia amalkan; dari manapun kita memperoleh ilmu, baik dari khotbah Jumat, dari pengajian-pengajian umum, dari bacaan, dari mendengarkan orang lain, semua itu akan ditanyakan “mana amalannya?” karena tujuan dari ilmu adalah amal.
Ibadallah,
Inilah lima pertanyaan yang akan dihadapkan kepada jin dan manusia di hari kiamat kelak. Dan orang yang cerdas dia akan mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan itu nanti dengan jawaban yang tepat
Ibadallah,
Kita mengetahui, bahwa di hari kiamat kelak kita akan ditanya dan diuji, kita juga mengetahui bentuk-bentuk pertanyaan yang akan diujikan kepada manusia di hari tersebut, lalu semestinya seorang hamba menjadikan pertanyaan ini selalu terbayang di hadapannya selama ia mengarungi negeri beramal ini. Seorang hamba mengingat bahwa nanti Allah akan bertanya tentang umurnya, tentang masa mudanya, tentang hartanya, dan tentang amalnya. Kita benar-benar akan ditanya, benar-benar akan dikumpulkan di mahsyar, dan benar-benar akan berdiri di hadapan Allah, Rabb Yang Maha Agung.
Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang kurang beribadah namun sibuk dengan urusan dunianya, Hasan al-Bashri bertanya, “Berapa umurmu sekarang?” Laki-laki itu menjawab, “60 tahun”
Hasan kembali bertanya, “Tahukah engkau, bahwa saat ini engkau sedang berada dalam perjalanan dan perjalanan itu sudah hampir menemui ujungnya?”
Laki-laki itu menjawab, “Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun (sesungguhnya kita miliki Allah dan kepada-Nya juga kita akan dikembalikan).”
Hasan menyambungnya, “Tahukah engkau tafsir kalimat yang engkau ucapkan itu?” Ia menjawab, “Apa tafisrnya.”
Kata Hasan, “Inna lillahi (sesungguhnya kita milik Allah) artinya saya adalah hamba milik Allah. Dan kalimat “wa inna ilaihi rajiun” artinya dan saya akan kembali. Ketika engkau tahu bahwa engkau adalah hamba miliki Allah dan kepada-Nya engkau akan dikembalikan, maka ketahuilah engkau pasti akan ditanya. Ketika engkau tahu akan ditanya, maka siapkanlah jawabannya.”
Laki-laki itu pun terperanjat mendengar perkataan Hasan tersebut, lalu dia mengatakan, “Lalu bagaimana jalan keluarnya?”
Hasan menjawab, “Jalan keluarnya adalah, perbaikilah amalan di sisa umurmu, maka Allah akan mengampuni kesalahanmu yang telah lalu.”
Ibadallah,
Adakah dari kita yang mengingat akan ujian ini dan merenungkan bahwa kita akan menghadapi pertanyaan di hadapan Rabb kita al-Jabbar Jalla wa ‘Ala, sudahkah kita mempersiapkan jawaban?
Sesungguhnya anak-anak kita yang sedang menempuh pendidikan, nanti mereka akan menjumpai ujian akhir di semester-semester mereka. Diuji atau ditanya dengan apa yang telah mereka dapatkan dan lewati dari ilmu yang mereka pelajari. Mereka ditanya dengan soal-soal ujian yang mereka tidak tahu seperti apa bentuk soalnya dan mereka bisa jadi terkejut saat waktu ujian tersebut. Setelah ujian, dan hasilnya baik, mereka pun senang dan bangga dengan hasil yang mereka dapatkan, bahkan orang tua pun ikut meresakan senang dan bangga.
Ibadallah,
Betapa indahnya sikap orang tua terhadap anak-anaknya, mereka menasihati, memberikan pengarahan, mengulangi pelajaran, dan memantau ujian. Betapa indahnya saat orang tua benar-benar menginginkan anaknya sukses dan berharap akan keberhasilan mereka. Betapa indahnya jikalau orang tua dan anaknya dengan perasaan demikian, namun berharap akan sesuatu yang lebih besar, orang tua bersama anakanya bersemangat akan ujian yang lebih agung pada hari kiamat saat berdiri di hadapan Allah, kemudian mereka berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan Allah tentang kehidupan mereka.
Apakah kita bersemangat dalam mengarahkan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian di hadapan Allah kelak? Apakah kita cuma menganggap ujian itu ada di dunia? Tidak ada celaan bagi ibu dan ayah yang anaknya tidak lulus saat menghadapi ujian dunia, akan tetapi celaan dan celaan bagi orang tua yang hanya perhatian dan senantiasa menasihati anaknya hanya sebatas ujian dunia dan lupa akan ujian di akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa dengan sebuah doa,
اللهم لَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“Ya Allah, jangan jadikan dunia tujuan terbesar kami dan puncak ilmu kami.”Renungkanlah sabda beliau, “jangan jadikan dunia tujuan terbesar kami”, artinya menaruh kepentingan terhadap dunia itu tidak mengapa, akan tetapi yang jadi permasalahan adalah ketika dunia menjadi fokus dan tujuan utama sehingga lalai dari mengejar akhirat.
Ibadallah,
Saat ini adalah kesempatan yang besar bagi kita untuk menyambut perintah-perintah Allah Jalla wa ‘Ala dengan penuh kejujuran dari hati kita, kita realisasikan perintah-Nya untuk menggapai ridha-Nya, dan merengkuh cinta dari-Nya.
Hari ini, Allah telah memberikan kita sebuah amanah yang akan Dia pintai tanggung jawab kepada kita kelak di hari kiamat. Amanah tersebut Dia berikan kepada kita dalam permasalahan akidah dan tauhid, ibadah dan amal, amanah dalam binis dan muamalah, amanah dalam segala bidang kehidupan. Mirip-mirip dengan amanah yang didapatkan oleh para pelajar, mereka harus menjauhkan diri dari berbagai bentuk kecurangan saat akan ujian, mencontek, menipu, dan lain sebagainya. Sebagaimana dalam hadits,
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang menipu kami, maka bukan termasuk golongan kami.”Tipuan ini umum, masuk dalam urusan ujian ataupun bukan.
Ibadallah,
Hal lain yang perlu kita perhatikan juga di saat kita hidup di dunia ini adalah tulusnya doa dan keseriusan dalam kembali kepada Allah Jalla wa ‘Ala, karena keselamatan kita di dunia dan di akhirat berada di tangan Allah dan atas taufik dari-Nya.
Ibadallah,
Perlu khatib ingatkan, saat ini banyak beredar doa-doa khusus terkait dengan ujian: ada doa ketika masuk ruang ujian, ada doa ketika mulai menulis di lembar jawaban, ada pula doa ketika selesai dari ujian, dll. doa-doa tersebut tidak memiliki dalil dan sumber yang kuat dan terpercaya. Jika demikian, kita tidak perlu membuat-buat suatu kekhususan, cukup kita doa secara umum sesuai kebutuhan kita tanpa membuat rincian-rincian tertentu yang hakikatnya tidak bersumber dari Alquran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
أَسْأَلُ اللهَ جَلَّ وَعَلَا بِأَسْمَائِهِ الْحُسْنَى وَصِفَاتِهِ
العُلَا أَنْ يَكْتُبَ لَنَا أَجْمَعِيْنَ اَلنَّجَاحُ فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ وَالْفَوْزَ بِرِضَاهُ وَأَنْ يَجْنِبْنَا سُخْطَهُ إِنَّهُ
سَمِيْعُ الدُّعَاءِ وَهُوَ أَهْلُ الرَّجَاءِ وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ
الوَكِيْلِ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَلِيُ التَّوْفِيْقِ وَالسَّدَادِ، وَأَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ
Ibadallah,أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ
Ingatlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya Jalla wa ‘Ala. Bertakwa dengan berdasar dari cahaya petunjuk dari Allah berharap akan pahala dari-Nya dan meninggalkan wasiat dengan berdasar cahaya petunjuk dari-Nya dengan perasaan takut akan adzba-Nya.
Bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah, karena takwa adalah sebaik-baik bekal yang mengantarkan seseorang untuk menjemput ridha-Nya. Ingatlah! Orang yang cerdas adalah mereka yang menundukkan hawa nafsunya agar beramal untuk kehidupan setelah kematian dan orang yang lemah adalah mereka yang memperturutkan hawa nafsunya lalu terjebak dalam angan-angan yang menipu.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]
، وقال صلى الله عليه وسلم : (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا
وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ
وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ
وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى
البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا
الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ
المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى
الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ
اَللَّهُمَّ نَجِّحْ أَبْنَاءَنَا الطُلَّابَ وَأَلْهَمْهُمُ الْهِدَايَةَ
وَالصَّوَابَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ إِنَّا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ . اَللَّهُمَّ اغْفَرْ لَنَا مَا
قَدَّمْنَا وَمَا أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا
أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
العَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ وَأَنْعِمْ عَلَى
عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ اَلْأَمِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
Diterjemahkan dari khotbah Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-AbbadOleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
Sufi Road: Renungan tentang Umur Manusia
Mutiara Hikmah dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad
Di mana aku sebelum dilahirkan? Apa tugasku dalam kehidupan dunia ini? Kemana kita pergi setelah mati? Apa yang terjadi dengan umur kita yang semakin hari semakin berkurang ini?
seringkali pertanyaan-pertanyaan demikian mengusik kita.
Penjelasan yang cukup menarik untuk kita renungkan mengenai umur manusia ini
dijabarkan dalam karya besar ulama dan sufi terkenal Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad. Dalam karyanya, beliau menjabarkan secara rinci tentang perjalanan hidup
manusia, di mana pada intinya kehidupan manusia terbagi pada lima tahapan
umurnya:
1.. Masa perpindahannya sejak pertama dalam tulang sulbi para ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan.
2.. Masa kehidupan di dunia sejak ia dilahirkan dan diwafatkan oleh Allah SWT.
3.. Masa tinggal di alam Barzah sejak wafat hingga dibangkitkan kembali.
4.. Masa tinggal di padang Mahsyar sejak dibangkitkan hingga diputuskan amalnya oleh Allah SWT.
5.. Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan surga atau dalam kepedihan neraka.
Apa yang saya postingkan ini adalah 100% berasal dari buku karya beliau,
tentunya dengan segala keterbatasan dan kekurangan saya yang masih awam ini.
Semoga Allah SWT memberi petunjuk demikian juga para salik sekalian. Amin.
1. Masa perpindahan manusia sejak dalam tulang sulbi para ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan
Saat Allah SWT menciptakan Adam a.s. Dia menyimpankan zurriyat di tulang punggungnya yaitu kaum ahli kanan (ahlul-yamin) dan kaum ahli kiri (ahlul-simal). Allah SWT pernah mengeluarkan semua zurriyat ini dari tulang punggung Adam a.s. pada hari Mitsaaq (hari pengambilan janji manusia untuk mengakui keeasaan dan ketuhanan Allah SWT di Na'man, lembah dekat padang Arafah) sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. 7;172 : '' Dan ketika Tuhan kamu mengeluarkan keturunan Adam dari punggungnya dan Ia mengambil kesaksian dari mereka dengan berfirman: 'Bukankah Aku ini Tuhan kamu ?' mereka menjawab: 'Ya, kami menjadi saksi.' Demikianlah supaya kamu di hari kiamat nanti tidak mengatakan: 'Kami ini
lalai dari perkara itu'".
Ayat ini membuktikan bahwa zurriyat Adam telah memiliki wujud dan pendengaran namun mereka berada dalam tingkatan wujud yang lain. Bukan pada tingkatan wujud seperti yang tampak pada dunia ini. Dalam riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah disebutkan, ketika Allah SWT mengeluarkan zurriyat dari Adam a.s. lalu dilihat oleh Adam seorang dari mereka gagah perawakannya maka bertanyalah Adam tentang dia, Adam diberitahu bahwa itu adalah anaknya, Daud a.s. lalu Adam bertanya kepada Allah SWT "berapa usia Daud yang telah Engkau tetapkan?" Jawab Allah SWT: ' "Enam puluh tahun". Adam kemudian memohon agar Daud dipanjangkan usianya. Maka Allah SWT berfirman : " Itulah usianya yang telah Aku tetapkan ". Berkata Adam a.s. : " Aku ingin menambahkannya empat puluh tahun dari usiaku". Dan sebelum itu Allah SWT telah menetapkan umur Adam seribu tahun.
Ketika nabi Musa a.s. melihat di dalam Taurat, tersebut suatu umat yang sifat-sifatnya amat menarik dan perilakunya sangat baik dan mulia, beliau bertanya kepada Allah SWT, Siapakah gerangan umat itu ? Siapa nabi yang diutus kepadanya ? nabi Musa memohon supaya umat tersebut menjadi umatnya, maka Allah SWT berfirman: " Umat itu ialah umat Ahmad (Muhammad) ". Nabi Musa memohon kepada Allah agar menampakkan umat itu kepadanya, kemudian Allah menampakkan umat itu kepada nabi Musa sebagaimana firman Allah SWT : " Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada di dekat gunung Thur (Sina) ketika kami memanggil ... " (QS 28;46).
Hal ini merupakan bukti bahwa zurriyat manusia itu sudah ber"wujud" sebelum lahir di dunia ini. Demikian pula Rasulullah saw., sudah ber"wujud" dengan wujud yang lebih lengkap dan sempurna di dalam tingkatan umur pertama tersebut.
Sedangkan keutamaan umat Muhammad saw (al ummah al-Muhammadiyah) telah banyak
disinggung dalam hadist-hadist beberapa di antaranya:
Berkata Wahab bin Munabbih (rahimahullah): " Ketika Musa a.s. membaca lauh-lauh
(papan bertulis), terlihat olehnya sifat-sifat kelebihan umat Muhammad saw., lalu beliau berkata: ' Ya Tuhanku siapakah gerangan umat yang dirahmati seperti yang kudapati dalam lauh-lauh ini ?' maka berfirman Allah SWT: ôItulah umat Muhammad. Mereka rela dengan rezeki sedikit yang aku berikan kepadanya, maka Aku pun rela dengan amalan yang sedikit dari mereka. Akan Aku masukkan mereka ke dalam surga dengan kesaksian Laa ilaaha illallah !
Berkata Musa a.s.: 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan wajah-wajah yang bercahaya laksana bulan purnama. Jadikan lah mereka itu umatku ya Allah!' berfirman Allah: ' Mereka itu adalah umat Muhammad. Aku bangkitkan mereka pada hari kiamat dengan wajah bersinar dan bercahaya disebabkan bekas-bekas wudhu dan sujud mereka'.
Berkata Musa a.s.: 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang berkain Selendang di pundak dan bersenjatakan pedang di bahu masing-masing. Mereka itu orang-orang yang senantiasa bertawakkal dan dadanya penuh keyakinan. Mereka menyerukan nama Allah di hadapan tiap-tiap rumah Allah untuk berjihad diatas kebenaran, sehingga akhirnya merekapun membunuh Dajjal. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: ' Tidak! mereka itu umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang bershalat lima kali sehari semalam, sehingga terbukalah pintu-pintu langit dan turunlah rahmat bagi mereka. Jadikanlah mereka itu umatku, ya Allah!' Berfirman Allah :
'Mereka itu adalah umat Muhammad'
Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang mengunjungi Baitul Haram (Ka'bah) karena-Mu, tiada keperluan lain kecuali itu. Mereka hanya meratap dan menangisi diri sendiri serta mengumandangkan suara takbir membesarkan nama-Mu. Jadikanlah mereka umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.' Musa berkata lagi: 'Apakah ganjaran mereka atas perbuatan itu?'
jawab Allah: 'Aku akan menambahkan bagi mereka maghfirah (ampunan) dan akan aku izinkan mereka memberi syafaat (do'a pertolongan) kepada siapa saja yang datang sesudah mereka.'
Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang memohon ampun atas dosa-dosanya. Mereka menyuapkan suatu makanan ke dalam mulutnya. Belum sampai makanan itu ke dalam perutnya, dosa-dosa itu telah diampunkan oleh Allah. Mereka menyuapkan makanan itu dengan menyebut nama-Mu dan mengakhirinya dengan mengucapkan syukur dan memuji-Mu. Jadikanlah mereka itu umatku!'
berfirman Allah: 'Mereka itu adalah umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang apabila bercita-cita untuk melaksanakan suatu kebajikan, kemudian tidak dilaksanakannya, akan dicatatkan satu kebajikan. Tetapi bila dilaksanakan kebajikannya itu dicatatkan baginya sepuluh kali lipat dari kebaikan itu, atau sehingga menjadi tujuh ratus kali lipat pahalanya. Jadikanlah mereka umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu adalah umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang apabila mereka berniat melakukan suatu kejahatan, kemudian tidak dilakukannya, tidaklah dicatatkan baginya suatu dosa. Akan tetapi jika diteruskan cita-citanya itu dengan mengerjakan satu kejahatan barulah dicatatkan baginya satu dosa. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat, mereka itu sebaik-baik manusia. Mereka menyuruh berbuat baik dan melarang perbuatan jahat, jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang dibangkitkan pada hari kiamat dalam tiga golongan. Satu golongan akan masuk ke dalam surga tanpa dihisab. Satu golongan lagi akan dihisab dengan hisab yang ringan saja. Dan golongan terakhir disucikan dari segala dosanya, lalu merekapun masuk ke dalam surga. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan segala kebaikan kepada Muhammad beserta umatnya, maka jadikanlah aku sebagai umatnya!'. Berfirman Allah SWT: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilihmu di antara manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku, maka terimalah apa yang akan Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau menjadi orang-orang yang bersyukur."
(Q.S.7:144)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari bertanya kepada sahabat-sahabatnya: "Apa yang kalian katakan mengenai firman Allah berikut ini :
" Dan tidaklah engkau berada dekat bukit Thur (Shina) ketika Kami menyeru ..."
(Q.S. 28:46)
'Allah dan Rasul-Nya sajalah yang lebih mengetahui.' Maka bersabda beliau:
"Ketika Allah berbicara dengan Musa a.s., maka Musa berkata:"Ya Tuhanku adakah Engkau telah menciptakan seorang mahluk yang lebih mulia di sisi-Mu daripda aku ? Engkau telah memilihku di antara banyak manusia dan Engkau berkata kepadaku di gunung Thur Shina.' Allah berfirman: 'Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasannya Muhammad itu lebih mulia di sisi-Ku daripada semua mahluk-Ku? Sudah Kuteliti semua kalbu hamba-Ku, maka tidak Aku dapati satu kalbupun yang lebih merendah daripada kalbumu. Oleh karena itu Aku memilihmu di antara sekalian manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku. Maka hendaklah engkau mati dalam keadaan mengesakan Aku (bertauhid) dan juga dalam mencintai Muhammad saw.'
Berkata Musa a.s.: 'Ya Tuhanku! adakah di muka bumi ini suatu kaum yang lebih mulia di sisi-Mu daripada kaumku? Engkau telah melindungi mereka dengan awan kemawan. Engkau turunkan Manna dan Salwa dari langit untuk makanan mereka.'Allah berfirman: 'Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasannya kelebihan umat Muhammad atas semua umat yang lain laksana kelebihan-Ku atas sekalian mahluk-Ku?'
Berkata Musa a.s.: 'ya Tuhanku, izinkanlah aku untuk melihat mereka (umat Muhammad)!' Allah berfirman:'Engkau tidak akan dapat melihat mereka. Tetapi jika engkau ingin mendengar suara mereka, dapatlah Aku memperdengarkan padamu.' Berkata Musa: 'Baiklah, aku mau.' Befriman Allah SWT: ''Wahai umat Muhammad!'
maka sekalian umat Muhammad menyahut bersama-sama dengan suara yang keras: 'Labbaikallahumma Labbaik!' (kami datang kepada-Mu ya Allah, kami datang),
sedangkan ketika itu mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah-ayah mereka."
2. Tahapan umur kedua yaitu semenjak dilahirkan sampai dengan diwafatkan oleh Allah SWT
Tahapan umur ini memiliki masa permulaan yang agak menyerupai tahapan umur alam
Barzakh, yaitu semacam campuran antara beberapa sifat ke-akhiratan yang berkaitan dengan masa setelah kebangkitan dan beberapa sifat ke-duniaan yang dialami oleh manusia sebelum kematiannya. Masa permulaan di sini adalah masa dalam kandungan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan masa tersebut.
Disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: " Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari) tanah. Kemudian Kami jadikan (sari tanah) itu air mani yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Lalu Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu gumpalan darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan Kami jadikan gumpalan daging itu tulang belulang, lalu Kami lapisi tulang belulang itu dengan daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi mahluk yang lain. Maha
Suci Allah, sebaik-baik Pencipta." (QS: 23;12-14)
Demikian juga Rasullullah telah bersabda: "Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam kandungan ibu berupa setetes air mani selama empatpuluh
hari, kemudian menjadi darah yang beku selama empatpuluh hari pula, kemuidan
menjadi segumpal daging selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat
kepadanya, meniupkan ruh baginya dan memerintahkan menulis empat perkara:
rezekinya, ajalnya, amalannya dan kesudahannya, sebagai orang sengsara atau
bahagia. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang dari
kamu beramal dengan amalan ahli surga hingga jarak dengan surga hanya sehasta,
tapi ia didahului oleh suratan takdirnya dan iapun beramal dengan amalan ahli
neraka, sehingga masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya seseorang dari
kamu beramal dengan amalan ahli neraka hingga jarak diantaranya dengan neraka
itu hanya sehasta, namun ia didahului oleh takdirnya dan iapaun beramal dengan
amalan ahli surga, sehingga masuklah ia ke dalam surga." (HR Abdullah bin Mas'ud
r.a. dalam shahih Bukhari dan Muslim)
Ibnul Jauzi telah membagi umur pada tahapan ini menjadi lima masa:
1.. Masa kanak-kanak; dari sejak dilahirkan hingga mencapai umur lima belas tahun
2.. Masa muda; dari umur limabelas tahun hingga umur tigapuluh lima tahun
3.. Masa dewasa; dari umur tigapuluh lima tahun hingga umur limapuluh tahun
4.. Masa tua; dari umur limapuluh tahun hingga umur tujuhpuluh tahun5.. Masa usia lanjut; dari umur tujuhpuluh tahun hingga akhir umur yang ditentukan oleh Allah SWT.
Pada tahapan masa kanak-kanak berlaku masa keringanan dari Allah SWT yaitu belum
adanya taklif (beban kewajiban) atas anak-anak untuk mengerjakan sholat dan
puasa ataupun kewajiban syara' (agama) lainnya. Hanya saja para orang tua diwajibkan menyuruh mereka mengerjakannya karena kebaikan dan amal saleh dari anak yang belum baligh selain menjadi amal kebaikannya juga akan menjadi catatan pahala bagi ibu-bapaknya selama kedua orang-tuanya memperhatikan pendidikan dan pemeliharaannya. Jika anak telah mencapai masa baligh dan telah sempurna akalnya yaitu kira-kira umur limabelas tahun maka ia telah menjadi mukallaf. Saat itulah segala kewajiban agama telah berlaku atas dirinya. Kedua malaikat pengawas diperintahkan oleh Allah untuk mencatat segala aktifitas baik lahir maupun
bathin-nya.
Sebagaimana firman Allah: "Dan sesungguhnya bagi kamu ada beberapa penjaga. Penulis-penulis yang mulia. Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan." (QS: 82;10-12)
"Ketika dua malaikat pencatat membuat catatan, satu duduk di sebelah kanan dan
satu di sebelah kiri. Tiada yang diucapkan, satu perkataanpun, melainkan ada di
dekatnya (malaikat) pengawas yang selalu hadir." (QS. 50; 17-18)
Malaikat ini akan mendampingi dan hadir pada hari kiamat di hadapan pengadilan
Allah SWT dan keduanya menjadi saksi baginya. "Dan datanglah setiap orang
bersama (malaikat) pengiring dan (malaikat) penyaksi." (QS. 50; 21)
Pada tahapan masa muda terjadi banyak perubahan baik secara fisik maupunnon-fisik (pubertas). Pada masa ini akan dipenuhi dengan semangat dan kekuatan serta memuncaknya vitalitas. Masa muda ini merupakan kesempatan untuk memperbanyak amalan-amalan serta kebaikan-kebaikan. Namun kecenderungan yang terjadi adalah sebagian besar memanfaatkannya untuk pemuasan nafsu kedunia-an.
Dalam hal ini Rasullullah saw telah mengingatkan: "Rebutlah lima perkara sebelum terjadi lima perkara: Masa mudamu sebelum tiba masa tuamu, masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, masa lapangmu sebelum tiba masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum tiba masa ajalmu." (HR. Al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Abi'ddunia, Ibnul-Mubarrak) "Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara:
1.. Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan
2.. Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan
3.. Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan
4.. Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. " (HR. Tirmidzi)
Sedangkan apabila seseorang telah mencapai masa dewasa, Allah SWT memberikan karunia hikmah dan kebijaksanaan sehingga kelihatan padanya berbagai ketaatan dan menujukan hatinya kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT: " Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan. " (QS. 28;14)
" ... sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empatpuluh tahun,
berkatalah ia: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku jalan untuk mensyukuri nikmat yang
telah Engkau karuniakan kepadaku dan kedua ibu-bapakku, dan doronglah aku untuk
berbuat amal saleh yang Engkau ridhai ..." (QS. 46;15)
as-Syaikh al-Arif Abdul Wahhab bin Ahmad as-Sya'rani dalam kitabnya al-Bahrul-Maurud menyebutkan: "Telah diambil janji-janji dari kita, bahwa apabila kita telah mencapai umur empatpuluh tahun, hendaklah bersiap-siap dengan melipat kasur-kasur dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap nafas yang kita tarik sehingga tidak akan lagi merasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun, sebanding dengan seratus tahun sebelumnya."
Imam Syafi'i (rahimahullah), setelah mecapai umur empat puluh tahun, berjalan dengan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata: "Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat."
Berkata Wahab bin Munabbih: " Aku baca dalam beberapa kitab, bahwasanya ada
suatu suara menyeru dari langit ke-empat pada setiap pagi: ' Wahai orang-orang
yang telah berusia empatpuluh tahun! kamu adalah tanaman yang telah dekat dengan
masa penuaiannya. Wahai orang-orang yang telah berusia limapuluh tahun! Sudahkah
kamu ingat tentang apa yang telah kamu perbuat dan apa yang belum? Wahai
orang-orang yang telah berusia enampuluh tahun! Tidak ada lagi dalih bagimu. Oh,
alangkah baiknya seandainya semua mahluk tidak diciptakan! Atau jika mereka
telah diciptakan, seharusnya mereka mengetahui, mengapa mereka diciptakan. Awas,
saatmu telah tiba! Waspadalah! "
Setelah mencapai tahapan umur dewasa maka manusia akan beralih kepada umur tua.
Dalam tahapan ini akan nampak tanda-tanda kelemahan seseorang. Tahapan umur ini
oleh Rasullullah saw. dinamakan 'pergulatan dengan maut', yaitu masa-masa umur
enampuluhan hingga tujuhpuluhan. Dalam hal ini beliau bersabda: "Masa penuaian
umur umatku dari enampuluh hingga tujuhpuluh tahun". (HR. Muslim & Nasa-i)
Rasullullah saw., sahabat Abubakar, Umar dan Ali ra. juga diwafatkan oleh Allah
SWT pada kisaran usia ini. Umat sekarang ini tergolong umat yang berumur pendek
dibandingkan dengan umat-umat terdahulu. Diriwayatkan bahwa ketika sebagian dari
bani Adam meninggal dunia pada umur kurang lebih duaratus tahun, maka banyaklah
mahluk yang merasa simpati terhadapnya, karena telah meninggal dalam usia yang
muda. Diriwayatkan lagi bahwa Rasullullah saw. ketika merasakan umur umatnya
terlalu pendek bila dibandingkan dengan umat sebelumnya, beliaupun memohon dan
bertadharru' kepada Allah SWT, mengadukan bahwa tidak cukup waktu bagi umatnya
untuk memperbanyak ketaatan kepada Allah SWT dan menambah amalan untuk
akhiratnya. Maka Allah SWT menganugerahkan kepadanya kepada umat Muhammad malam
Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan, untuk memanjangkan nilai umur
mereka dan menambah pula pahala dan kebajikan mereka sedemikian rupa. Maka bila
beribadah dan munajat kepada Allah SWT pada malam Lailatul Qadar itu, ia seperti
beribadah selama seribu bulan yang setara dengan 83 tahun 4 bulan. Demikianlah
perhatian Rasullullah saw. yang sangat besar dalam memperjuangkan nasib umatnya.
Telah diriwayatkan bahwa orang pertama yang beruban ialah Nabi Ibrahim a.s. Ketika beliau melihat rambut putih itu beliau bertanya: "Wahai Tuhanku, apa ini?". Allah menjawab: " Ini (tanda) kewibawaan." Berkata Ibrahim: "Tuhanku, tambahkanlah itu bagiku!" Berkata Al-Khatib Ibnu Nutabah: "Sesungguhnya uban itu laksana perbatasan hidup yang tak dapat disekat, kerusakannya tidak dapat diperbaiki oleh zaman. Ia adalah cahaya yang muncul bersama dengan surutnya nafas seseorang, yang akan memimpin seseorang ke tempat onggokan
tulang-belulang. Oleh karena itu semoga Allah merahmatimu, jangan membakar cahaya ubanmu dengan api-api dosamu!"
Bersabda nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadist Qudsi: "Telah berfirman Allah SWT:'Demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, dan kebutuhan sekalian mahluk-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik lelaki maupun wanita yang telah beruban karena mencapai umur tua di dalam Islam'. Kemudian Rasullullah saw. menangis . Lalu ditanyakan kepadanya:"Apa sebab engkau menangis, ya Rasullullah ?" Jawab beliau: "Aku menangisi orang tua yang Allah malu kepadanya, sedang dia tidak malu kepada Allah SWT."
Sekali peristiwa, Ma'an bin Zaidah datang menghadap Khalifah al-Ma'mun, lalu Khalifah bertanya: "Bagaimana keadaanmu setelah menjadi tua seperti ini?" Jawabnya: "Aku mudah tersungkur hanya karena tersandung sebuah kerikil, dan dapat diikat hanya dengan sehelai rambut." Tanya Khalifah :"Bagaimana halnya dengan makan minum dan tidurmu?" Jawabnya:"Bila aku lapar, aku menjadi marah, bila aku makan aku bosan, bila dalam majlis aku mengantuk, bila di atas tempat tidur mataku terbuka!". Tanya Khalifah selanjutnya:"Bagaimana halmu dengan wanita ?" Jawabnya: 'Yang tua dan buruk aku tidak ingin kepadanya, yang cantik
molek tidak suka kepadaku!" Kata Khalifah selanjutnya:" Orang sebijak engkau ini
tidak patut menjadi tua" (dari kitab Rabi'ul-Abraar)
Berkata Imam Ghazali dalam uraiannya untuk mengingatkan pada orang-orang yang sudah tua: "Jika anda katakan bahwa mati itu tidak akan terjadi kecuali disebabkan karena sakit dan jarang sekali ia datang dengan tiba-tiba, ketahuilah benar-benar bahwasannya mati itu adakalanya terjadi dengan tiba-tiba. Dan apabila anda sakit, maka anda tidak akan mampu lagi mengerjakan amal-amal saleh sedangkan itu bekal untuk akhirat kelak".
Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dilalaikan oleh harta dan anak-anakmu dari mengingat Allah. maka barang siapa melakukan yang demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah rezeki yang kami berikan kepadamu sebelum maut datang menjumpai seseorang dari kamu;
Lalu berkata:'Tuhanku Kalau dapat Engkau tangguhkan matiku sebentar saja, niscaya aku akan memberi sedekah dan aku akan menjadi orang-orang yang mengerjakan kebaikan.' Allah tidak akan memberi tangguh kepada seseorang apabila telah sampai ajalnya, dan Allah Maha Mengetahui segala yang kamu kerjakan." (QS 63:9-11)
Rasullullah saw. pernah ditanya: "Adakah orang lain yang akan dibangkitkan
bersama para syuhada?" Jawab beliau: "Ya, mereka itulah yang mengingat mati
sebanyak duapuluh kali dalam sehari semalam." Di lain peristiwa beliau menjawab:
"Merekalah yang banyak mengingat mati dan selalu bersiap-siap menyambutnya.
Merekalah orang-orang bijak, yang meninggalkan dunia dengan penuh kehormatan dan
tiba di akhirat dengan penuh kemuliaaan."" (HR Ibnu Majah dan Ibnu Abi'ddunia)
Dalam sebuah hadist dijelaskan: "Anggaplah dirimu di dunia ini sebagai seorang
asing atau musafir lalu, dan anggaplah dirimu sebagai seorang diantara penghuni
kubur". (HR Bukhari)
Rasullullah saw bersabda: "Apalah arti dunia bagiku. Hubunganku dengan dunia ini
laksana seorang pengendara yang sedang berjalan di panas terik, tiba-tiba
kelihatan olehnya sebatang pohon, lalu iapun berteduh sejenak dibawahnya, sesaat
kemudian ia pergi lagi dan meninggalkannya." (HR Tirmidzi)
Sehubungan dengan uraian Al-Ghazali mengenai kematian seseorang yang disebabkan
oleh sakit, Rasullullah saw mengajurkan supaya orang yang sedang sakit banyak
beristighfar mengingat Allah sebab ia tidak tahu barangkali ia akan mati karena
sakit tersebut. Sekali waktu Rasullullah saw menjenguk seorang yang sedang sakit
dan beliau bertanya kepadanya: "Bagaimana perasaanmu?" Jawabnya:"Aku meletakkan
sepenuh harapan kepada Tuhanku dan aku selalu cemas tentang dosa-dosaku". Maka
berkatalah beliau:"Selama kedua sifat ini terkumpul dalam hati seorang muslim,
sedang ia dalam keadaan kritis, maka Allah akan mengabulkan semua yang
diharapkan dan meyelamatkan dari semua yang ditakutinya." (HR Tirmidzi)
Dalam hadist lain disebutkan: "Seseorang hamba muslim, ketika menghadapi maut
akan digembirakan dengan rahmat Allah dan karunia-Nya, sehingga ia ingin sekali
bertemu dengan Allah SWT dan Allah SWT pun ingin bertemu dengannya. Sebaliknya
seorang munafik ketika menghadapi maut akan dipertakuti dengan azab Allah SWT.,
maka ia tak ingin bertemu dengan Allah SWT dan Allah SWT pun tak ingin bertemu
dengannya. Maka kaum mukminin yang penuh dengan takwa akan digembirakan oleh
rahmat Allah SWT ketika hendak keluar dari dunia ini sehingga ruh-ruh mereka
hampir-hampir akan terbang dari jasad mereka karena sangat rindu akan Tuhannya
dan ingin sekali untuk segera menemui-Nya disaat para malaikat memberi salam
kepada mereka menggembirakan mereka dengan surga dan jaminan bahwa mereka tidak
akan ketakutan dan tidak akan pula bersedih hati sebagaimana dalam firman Allah:
"Orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik (kepada mereka
dikatakan): 'Selamatlah kamu! Masuklah ke dalam surga disebabkan amal baik yang
telah kamu kerjakan'" (QS 16:32) (HR Bukhari & Muslim)
Beberapa do'a yang dianjurkan oleh Rasullullah saw dibaca pada saat sakit
diantaranya adalah: "Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dholimiin"
'Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sungguh aku ini tergolong orang-orang yang aniaya'. Dalam satu riwayat disebutkan bila membaca do'a ini sebanyak 40 kali lalu ia meninggal karena penyakitnya itu maka ia sama dengan mati syahid.
Dari Anas ra. berkata bahwa Rasullullah saw. bersabda mengenai perjalanan manusia dari bayi hingga mencapai umur baligh: "Segala kebajikan yang dikerjakannya akan dicatat pahalanya untuk kedua orang tuanya. Jika ia melakukan kesalahan tidaklah dicatat baginya suatu dosa dan tidak pula bagi kedua orang tuanya. Apabila ia telah baligh dan qalam mulai mencatat perbuatannya, maka Allah SWT akan memerintahkan kedua malaikat yang bersamanya untuk memelihara serta membenarkan langkahnya. Apabila ia mencapai umur 40 tahun sebagai seorang muslim, maka Allah akan memeliharanya dari tiga penyakit yaitu gila, lepra, dan
sopak (belang). Apabila ia mencapai umur 50 tahun, Allah akan meringankan
hisabnya. Apabila ia mencapai usia 60 tahun, Allah memudahkan baginya untuk
kembali kepada-Nya dalam hal-hal yang disukai-Nya. Apabila ia mencapai umur 70
tahun, niscaya ia akan dicintai seluruh penghuni langit. Apabila ia mencapai
usia 80 tahun Allah akan mencatatkan segala kebajikan baginya dan mengampuni
segala kejahatannya. Apabila ia mencapai umur 90 tahun Allah akan mengampuni
segala dosa-dosanya yang terdahulu dan dosanya yang akan datang dan
mengizinkannya memberi syafaat pada semua ahli rumahnya dan ia selalu dibawah
pengawasan Allah SWT. Apabila ia mencapai usia yang tua renta (pikun), sehingga
tidak mengetahui lagi apa yang dahulu pernah ia ketahui, maka Allah SWT akan
mencatatkan segala kebajikan yang pernah dilakukan pada masa sehatnya dulu dan
bila ia berbuat suatu dosa maka tidaklah akan dicatatkan lagi baginya
sesuatupun."
Sekali peristiwa seorang jenazah lewat di hadapan Rasullullah beliau berkata:
"Bebas atau membebaskan!" beliau ditanya:"Wahai Rasulullah Apa maksud bebas atau
membebaskan?" Beliau menjawab:"Seorang mukmin yang meninggal dunia akan bebas
dari gangguan dunia dan penderitaannya, menuju kepada rahmat Allah. Sedangkan
kematian seorang fajir (durhaka) akan membebaskan seluruh hamba Allah, negara,
pepohonan dan binatang dari gangguannya." (HR Bukhari dan Muslim)
Berkata Rasulullah saw. kepada Abu Dzar: "Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya dunia ini
adalah penjara bagi orang mukmin sedang kubur adalah tempat aman baginya dan
surga adalah tempat tujuannya." Wahai Abu Dzar sesungguhnya dunia ini adalah
surga bagi orang kafir, sedang kubur adalah tempat siksaannya dan neraka adalah
tempat tujuannya."
Berkata Ibnu Abbas ra.: "Sekiranya anda lihat seseorang sedang menghadapi maut
maka gembirakanlah agar ia menemui Tuhannya dengan mnyimpan sangkaan baik
terhadap-Nya. Tetapi selama hidup pertakutilah ia dengan hukuman Allah."
Imam Ali ra. berkata: "Apabila seorang mukmin meninggal dunia, tempat shalatnya
di bumi akan menangisinya dan tempat naik amalannya ke langit pun akan
menangisinya pula"
Bersabda Rasulullah saw: "Siapa saja yang matinya di penghujung Ramadhan maka ia
masuk surga. Siapa saja yang matinya di penghujung hari Arafah, maka ia masuk
surga. Dan siapa yang matinya tepat saat ia selesai bersedekah, maka ia masuk
surga." "Barang siapa meninggal dunia pada malam Jum'at atau hari Jum'at, maka
ia akan terlindung dari siksa kubur, dan di hari kiamat ia akan datang dengan
tanda-tanda para syuhada padanya."
Tahapan umur ketiga dimulai yaitu saat manusia meninggalkan dunia ini, hingga ia
dibangkitkan dari kubur dengan tiupan sangkakala. Ini dinamakan alam Barzakh.
Berfirman Allah SWT: "... Dan di belakang mereka ada Barzakh sampai hari mereka
dibangkitkan." (QS 23:100)
Jasad atau tubuh akan ikut merasakan kenikmatan dan kesengsaraan ketika masih
hidup, dan hancur luluh saat mati namun ruh akan tetap kekal, sedangkan yang
menjadi saksi keberadaan kita hanyalah ajbudz-dzanab (tulang-ekor) dan dari
inilah tubuh manusia akan dihimpun kembali dan menuju tempat kebangkitan.
Lain halnya dengan jasad para Nabi, mereka dikecualikan dari semua ini dan
mereka tetap hidup dalam kubur. Demikian pula para syuhada yang gugur dalam
jihad.
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati
bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki." (QS 3:169)
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa bahwa ruh para syuhada tersebut
bersemayam dalam perut burung-burung yang berwarna hijau, berterbangan di dalam
surga dan tinggal di dalam lampu-lampu yang tergantung di 'Arsy. (HR Tirmidzi)
Sedangkan bagi keluarga dan sahabat yang ditinggal mati saudaranya maka mereka
berkewajiban: Mengantarkan jenazah sampai ke kuburnya. "Orang yang mengantar
jenazah seorang Muslim hingga dishalatkan, maka baginya satu qiraat pahala. Jika
ia menunggu sampai jenazah itu dikuburkan, ia mendapat dua qiraat. Dan setiap
satu qiraat nilainya sebesar gunung Uhud." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi) "Barangsiapa mengantarkan jenazah saudaranya yang Muslim, maka Allah
akan memerintahkan para malaikat untuk mengantarkan jenazahnya dan menyembahyangkannya kelak apabila ia mati." HR Bukhari dan Nasa-i) Mempercepat
pengurusan jenazah "Apabila pengurusan jenazah telah selesai dan bila ia sedang
dipikul orang banyak (ke kubur), maka bilamana ia adalah jenazah orang yang
saleh, ia akan berkata: 'Segerakanlah aku, segerakanlah aku ke kubur. Tetapi
bilamana ia bukan seorang yang saleh, ia akan berkata:'Celaka aku! ke mana
kalian akan membawaku pergi ?' (HR Bukhari dan Nasa-i)
Bersabda Rasulullah saw: "Percepatlah (mengurus) jenazah. Jika ia termasuk manusia saleh maka sebaiknya kamu menyegerakannya ke kubur agar ia segera menjumpai kebaikan yang tersedia baginya. Jika ia bukan manusia saleh maka ia adalah suatu bencana yang sebaiknya kamu hindarkan dari atas pundakmu." (HR.Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi)
Seorang jenazah mengenali dan merasakan siapa yang memandikan, mengafani dan menurunkannya ke liang lahat. Diriwayatkan bahwa ruh orang mati itu berada dalam
genggaman malaikat yang mengiringi jenazah itu dan mendengar segala yang dikatakan orang tentang si jenazah tersebut. (HR. Ahmad)
Apabila lubang kubur telah rata dengan tanah hendaklah jenazah tersebut didoakan
karena ia sedang berhadapan dengan malaikat Munkar dan Nakir yang akan
menanyakan kepadanya tentang Siapa Tuhannya? Apa agamanya? dan Siapa Nabinya?
Orang yang diberi keteguhan dan rahmat oleh Allah akan mudah menjawab pertanyaan
tersebut namun orang yang sering lalai dalam mengingat Allah akan menerima siksa
kubur dengan berbagai adab. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)
Bersabda Rasulullah saw.: "Tiada pemandangan yang pernah kulihat lebih
menyeramkan daripada kubur." Usman bin Affan ra., setiap kali berada di kuburan
selalu mengucurkan airmata hingga membasahi janggutnya. Ketika beliau ditanya
orang:"Bila mengingat surga dan neraka, anda tidak pernah menangis seperti ini,
apa sebabnya?" maka beliau berkata:"Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda:
"Kubur itu adalah tempat pemberhentian pertama dari tempat-tempat di akhirat.
Siapa selamat di situ maka setelah itu semuanya akan menjadi lebih mudah dan
ringan baginya. Tetapi siapa gagal, maka tempat-tempat setelah itu akan dirasa
lebih berat."
"Sesungguhnya di dalam kubur itu akan dijumpai himpitan. Jika ada orang yang bisa selamat daripadanya,maka selamatlah Sa'ad bin Mu'adz daripadanya." (Sa'ad bin Mu'adz adalah seorang sahabat besar yang menurut sebuah riwayat yang menyebabkan terguncangnya 'Arsy ketika beliau meninggal) Siksa Kubur
Diberitahukan bahwa siksa kubur itu disebabkan tiga hal yaitu: Ghibah
(pergunjingan), Namimah (Fitnah) dan tidak cukup membersihkan diri dari kencing.
Hal ini tersebut pada sabda Nabi: "Kebanyakan siksa kubur disebabkan tidak cukup
membersihkan diri dari kencing."
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah mendengar dua orang laki-laki sedang
disiksa di dalam kubur mereka, lalu beliau meminta setangkai ranting pohon kurma
dan ditancapkannya di atas kubur tersebut seraya berkata:"Semoga mereka berdua
diringankan dari siksa selama ranting-ranting ini masih segar. Sesungguhnya kedua orang itu disiksa bukan karena berbuat dosa besar. Seorang di antara keduanya suka melontarkan fitnahan dan yang satu lagi tidak memelihara kebersihan diri dari kencing."
Diriwayatkan bahwasannya Sa'ad bin Ubadah r.a. berkata kepada Rasulullah saw.:
"Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara tiba-tiba. Sekiranya ia masih sempat
berbicara niscaya ia akan bersedekah. Dapatkah aku bersedekah untuknya..?"
Beliau menjawab: "Ya!" Maka Sa'ad pun menggali sebuah sumur dan menyedekahkannya
atas nama ibunya. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa-i, Abu Daud dan Ahmad)
Berkata seorang laki-laki kepada Rasulullah saw.: "Ya Rasulullah! Ibu-Bapakku
telah meninggal dunia, adakah suatu bakti yang dapat kulakukan untuk mereka?"
Jawab Rasulullah: "Empat hal yang dapat kau lakukan: berdo'a dan beristighfar
bagi keduanya, melaksanakan pesan-pesan mereka, berbuat baik kepada kawan-kawan
mereka dan menghubungkan tali silaturrahmi yang tidak bersambung kecuali karena
dengan perantaraan keduanya." Rasulullah saw. juga pernah bersabda: "Kalau tidak
karena adanya orang yang hidup, maka binasalah orang yang telah mati."
Pernyataan beliau mempunyai maksud bahwa selamatlah orang yang telah mati karena
adanya do'a dan istighfar dari orang yang masih hidup.
Bersabda Rasulullah saw.: "Umatku adalah umat yang dirahmati. Mereka masuk ke
dalam kubur dengan dosa-dosa setinggi gunung dan keluar dari sana dalam keadaan
terampuni segala dosanya, yaitu dengan adanya istighfar, sedekah, do'a dan
bacaan Al-Qur'an yang dilakukan orang-orang yang hidup untuk mereka. Para
malaikat membawa semua itu dalam pinggan-pinggan besar terbuat dari cahaya yang
ditutup dengan kain sutra sambil berkata kepada mereka yang menrimanya:'Inilah
hadiah yang dikirim si Fulan untukmu.' Maka si penerima akan merasa senang dan
gembira." Ziarah Kubur
Ziarah kubur merupakan sunnah Rasul, telah bersabda beliau: "Ziarahilah kubur-kubur karena yang demikian itu mengingatkan kamu akan mati." "Dahulu aku melarang kamu ziarah ke kubur maka sekarang ziarahlah, karena hal itu akan menjadikan kamu zuhud di dunia dan mengingatkan kamu akan akhirat." (HR. Muslim,Tirmidzi, Abu Daud dan Nasa-i)
"Tiada seorangpun yang menziarahi kubur saudaranya dan duduk di sisinya, melainkan ia (si penghuni kubur) akan merasa tentram dan senang kepadanya dan ruh-nya dikembalikan ke tempat itu sampai yang berziarah itu bangun dari duduknya." (HR. Ibnu Abi'ddunia)
"Mayit di dalam kubur akan merasa tentram dan senang sekali apabila orang yang
sangat dicintainya di dunia dahulu datang menziarahinya."
Apabila sedang berziarah atau melewati kuburan dianjurkan untuk membaca do'a:
"Assalamualaikum daaroqawmin mu'miniina wa atakum maa tuu'aduna ghadan mu'ajjaluuna wa inna insya'allaahu bikum laa hiquuna antum lanaa salafun wanahnu lakum taba'un nas'alullaaha lanaa walakumul'afiyah allaahummaghfirli lana
walahum.ö
"Salam sejahtera atas kamu, wahai penghuni tempat kaum mukminin. Esok akan datang kepadamu apa yang telah dijanjikan. Kamu telah pergi dan kami insya Allah akan menyusulmu. Kamu adalah orang-orang yang terdahulu dan kami adalah orang yang mengikuti kemudian. Kami memohon keselamatan bagi kami dan kamu. Ya Allah, ya Tuhan kami! Berilah ampunan bagi kami dan bagi mereka." (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Bersabda Rasulullah saw.: "Sesungguhnya semua amalan kamu ditunjukkan kepada
keluarga dan kerabat kamu yang sudah mati. Jika amalan itu baik, mereka bergembira. Tapi jika amalan itu buruk, maka mereka berseru kepada Allah SWT:"Ya Allah, ya Tuhanku! janganlah Engkau wafatkan mereka sehingga Engkau memberi mereka petunjuk, sebagaimana engkau memberi kami."
"Amalan-amalan manusia dihadapkan kepada Allah SWT. pada tiap-tiap hari Senin
dan Kamis. Juga kepada para nabi dan ibu-bapak pada tiap-tiap hari Jum'at.
Mereka akan bergembira melihat kebaikan-kebaikannya, wajah-wajah mereka akan
bertambah dengan nur dan cahaya. Maka hendaklah kamu sekalian bertakwa kepada
Allah dan jangan sekali-kali menimbulkan gangguan bagi orang-orang yang telah
mati diantara kamu."
Ketahuilah bahwasannya seluruh mahluk akan berkumpul di Barzakh pada masa antara
dua tiupan sangkakala sebab di waktu itu sudah tidak ada lagi mahluk yang hidup,
semuanya telah mati. Allah SWT berfirman: "Dan ditiupkanlah sangkakala, maka
matilah semua yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah."
(QS. 39:68) "Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan
segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka." (QS. 36:51) Inilah yang
disebut dengan kiamat (kebangkitan) pertama yang sesudah itu akan akan
berlangsung kiamat (kebangkitan) kedua yaitu semua yang mati akan dihidupka
kembali atas izin Allah SWT. "... Kemudian ditiuplah sangkakala itu sekali lagi
maka merekapun bangkit dan menunggu." (QS. 39:68) Dan jarak diantara kedua
tiupan sangkakala tersebut masanya kurang lebih empatpuluh tahun.
Bersabda Rasulullah saw.: "Akan muncul Dajjal di antara umatku, maka ia akan
tinggal selama empatpuluh." (Perawi hadist ini bimbang dengan maksud dari
empatpuluh tersebut mungkin empatpuluh hari, empatpuluh bulan atau empatpuluh
tahun) "Kemudian Allah SWT akan membangkitkan kembali Isa bin Maryam as. dan ia
menyerupai Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi ra. maka dialah yang akan mencari Dajjal
dan membinasakannya. Sesudah itu semua mahluk akan hidup selama tujuh tahun,
tidak ada permusuhan antara satu dengan yang lain. Kemudian Allah SWT akan
mendatangkan angin sejuk dari arah negeri Syam, yang mewafatkan setiap orang
yang di dalam hatinya bersemayam iman dan kebaikan walaupun sebesar dzarrah.
Sehingga andaikata seseorang dari kamu mencoba melarikan diri ke perut gunung,
angin sejuk itu akan mewafatkanmu juga. Maka yang tinggal pada masa itu hanyalah
orang-orang jahat selincah burung, seganas binatang buas, tidak pernah mengenal
kebajikan, dan tidak pula mencegah kemunkaran. Setan pun akan menjelma dalam
tubuh mereka seraya berkata kepada mereka: "Tidaklah kalian mau menerima
seruanku?" Mereka lalu menjawab: "Kami masih belum tahu apa yang diperintahkan
kepada kami." Maka setan akan menyuruh mereka agar menyembah berhala-berhala
terbenam dalam kekayaan harta dan kemewahan hidup dunia.
Kemudian ditiuplah sangkakala dan setiap orang yang mendengar akan berpaling dan
mengangkat lehernya (mencari suara itu). Kemudian semua manusia tersentak pingsan, setelah itu Allah SWT menurunkan hujan rintik-rintik seperti embun dan hiduplah kembali manusia. Ketika itu sangkakala ditiup untuk kedua kalinya lalu semua mahluk akan bangkit dan menunggu. "Kami biarkan mereka di hari itu bercampur-aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya." (QS. 18:99)
Kemudian dikatakan kepada semua yang ada di situ: "Wahai manusia sekalian!
Kemarilah kepada Tuhan kamu."
"Dan tahanlah mereka sekalian, sesungguhnya mereka akan ditanya." (QS. 37:24)
Kemudian terdengar suara:"Sisihkanlah dari kelompok yang akan dilemparkan ke
dalam api neraka itu!" Suara lain bertanya: "Berapa ... berapa ...?" Maka
dijawab:"Dari tiap seribu orang sisihkan sembilan ratus sembilanpuluh sembilan
orang." Merekapun lalu dipanggil satu persatu dan itulah hari yang tersebut
dalam firman Allah SWT:"Pada hari betis disingkapkan..." (QS. 68:42) " ... hari
dimana anak-anak kecil beruban." (QS. 73:17)
Bersabda Rasulullah saw.: "Tak seorangpun yang mengucapkan:'Laa ilaaha illallah' masih hidup ketika hari kiamat tiba." "Maka yang tinggal hanyalah orang-orang jahat belaka. Mereka berselisih sendiri laksana keledai-keledai yang sedang berkelahi. Atas mereka inilah akan terjadi kiamat."
Bersabda Rasulullah saw.: "Pada hari kiamat Allah SWT akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya lalu berkata:'Aku adalah Raja DiRaja' Di manakah raja-raja di bumi?" (HR. Bukhari, Muslim)
"Allah akan melipat lapisan langit di hari kiamat, lalu menggenggamnya dengan 'tangan kanan'-Nya seraya berkata: 'Aku adalah Raja DiRaja! dimanakah para raja yang mengagungkan diri? Dimanakah orang-orang yang menyombongkan diri?' Kemudian Dia melipat bumi dengan 'tangan kiri'-Nya seraya berkata: 'Akulah Raja DiRaja! dimanakah para raja yang mengagungkan diri? Dimanakah orang-orang yang menyombongkan diri?" (HR. Muslim)
"Di suatu masa Islam akan luntur sebagaimana pakaian menjadi luntur, sehingga tiada lagi orang yang mengetahui apa itu puasa, apa itu sembahyang, apa itu haji dan apa itu sedekah. Maka diangkatlah Al-Qur'an pada suatu malam, dan tidak ada satu ayatpun yang masih ada di muka bumi. Dan akan tinggal beberapa kelompok manusia, diantaranya orang-orang tua renta yang
tidak berdaya lagi dan mereka itu berkata:'Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan 'laa ilaaha illallah', maka kamipun mengucapkannya." Tanda-tandakiamat
Berkata Rasulullah saw.: "Kamu takkan melihat hari kiamat hingga kamu melihat sepuluh tandanya terlebih dahulu; 'terbitnya matahari dari arah tenggelamnya, datangnya dukhan (asap), lalu Dajjal, lalu dabbah (binatang yang berkata-kata), lalu tiga gerhana (gerhana di timur, di barat dan di semenanjung Jazirah arab), munculnya Isa a.s., Ya'juj dan Ma'juj, dan terakhir adalah api yang keluar dari bumi Aden di Yaman." (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Daud dan Nasa-i)
Kedatangan hari kiamat hanya Allah SWT sajalah yang tahu; "...Katakanlah:
'Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanyalah pada Tuhanku; tidakada seorangpun yang dapat mengungkapkan waktu kedatangannya selain Dia ..." (QS.7:187)
"...Dan pada-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat." (QS. 43:85)
Tahapan umur ke empat dimulai sejak kebangkitan manusia dari kuburnya untuk
menghadap pengadilan Tuhan, hingga saat masuknya ahli surga ke dalam surga dan
ahli neraka ke dalam neraka.
Ini akan terjadi saat Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Israfil a.s. untuk meniup sangkakala yang kedua kalinya. "Dan ditiuplah sangkakala, maka merekapun bangkit dari kubur masing-masing lalu datang bergegas menuju Tuhan mereka." (QS.36:51)
"...Kemudian ditiupkan (sangkakala) sekali lagi maka merekapun tegak berdiri
sambil menunggu." (QS. 39:68)
"Orang-orang yang kafir itu mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: 'Ya! Demi Tuhanku, kamu tetap akan dibangkitkan kemudian diberitahu segala yang telah kamu kerjakan, dan yang demikian itu adalah mudah sekali bagi Allah." (QS. 64:7)
"Penciptaan dan pembangkitan kamu oleh Allah hanyalah seperti (menciptakan) satu
jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (QS. 31:28)
"Tidakkah mereka perhatikan, bagaimana Allah memulai ciptaan kemudian
mengulanginya? Sesungguhnya yang demikian itu mudah saja bagi Allah.
Katakanlah:'Berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah, bagaimana Allah memulai
ciptaan, kemudian Ia mengulangi penciptaan itu sekali lagi. Sesungguhnya Tuhan
Berkuasa atas segala sesuatu." (QS. 29:19-20)
"Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti tiba, tidak ada keraguan padanya, dan
sesungguhnya Allah akan membangkitkan orang yang di dalam kubur." (QS. 22:7)
"Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya (ialah) bahwa engkau lihat bumi itu tandus
dan kering, tetapi setelah Kami turunkan hujan di atasnya, iapun bergetar dan
mengembang. Sesungguhnya Dia yang menghidupkan (bumi yang mati) itu, Dialah pula
yang pasti dapat menghidupkan orang-orang yang mati. Sungguh Dia Berkuasa atas
segala sesuatu." (QS. 41:39)
"Dibuatnya (oleh manusia kafir) perumpamaan bagi Kami, sementara ia lupa asal
kejadiannya sendiri. Ia berkata:'Siapa dapat menghidupkan tulang-belulang yang
sudah hancur luluh?' Katakanlah:'Yang akan menghidupkannya ialah yang
menciptakannya pertama kali, dan Dia Maha Mengetahui tentang segala ciptaan'."
(QS. 36:78-79)
Diriwayatkan dari Abu Razin al-Uqaili ra. katanya: "Aku bertanya kepada
Rasulullah saw., bagaimana Allah menciptakan mahluk-Nya? Apakah tanda-tanda
ciptaan-Nya? Jawab beliau: 'Apakah engkau tidak pernah melewati suatu lembah
yang kering kerontang, kemudian pada kali lain engkau lewat di situ lagi dan
engkau melihatnya hijau dan subur?' Jawabku:"Benar!" Kata beliau lagi:"Itulah
tandanya dalam ciptaan-Nya."
Imam al-Qurthubi rahimahullah pernah menyebut, di dalam kitab at-Tadzkirah,
sebuah hadis panjang yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a katanya: "Telah
bersabda Rasulullah saw. ketika kami bersama-sama sekelompok sahabatnya...",
hadis ini disampaikan panjang lebar samapai kepda firman Allah SWT yaitu: ""Pada
hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain, demikian pula langit..." (QS.
14:48) "... maka Allah SWT telah menghamparkan bumi dan membentangkannya papar
dan rata, sehingga tidak kelihatan ada yang tinggi ataupun rendah. Kemudian
terdengarlah teriakan amat keras, maka semua mahlukpun berada di bumi yang
digantikan, dalam keadaan yang sama seperti keadaan mereka sebelumnya, yang
berada dalam perut bumi tetap berada di situ dan yang berada di atas muka bumi
tetap juga berada di situ. Kemudian Allah menurunkan air dari bawah 'arsy yang
hawayaan (air kehidupan), yang menghujani kamu selama empatpuluh hari, sehingga
air diatasmu mencapai sedalam dua belas hasta. Lalu Allah memerintahakan semua
jasad-jasad itu tumbuh laksana sayur-sayuran, hingga apabila telah sempurna
seperti bentuk sebelumnya, maka Allah pun berfirman: "Hiduplah sekalian pemikul
'arsy! Hiduplah Jibril, Mikail dan Israfil." Israfil lalu diperintahkan oleh
Allah untuk membawa Shur (sangkakala), dan setelah itu Ia menyeru agar semua ruh
didatangkan. Adapun ruh-ruh kaum muslimin bersinar berkilauan sedangkan ruh-ruh
yang lainnya keruh gelap gulita. Semua ruh itu dikumpulkan dan ditempatkan dalam
Shur. Kemudian Allah berfirman kepada Israfil: "Tiuplah tiupan kebangkitan!"
maka Israfilpun meniup sangkakala itu, lalu keluarlah daripadanya ruh semua
mahluk laksana lebah yang keluar dari sarangnya, memenuhi ruangan luas antara
langit dan bumi. Ketika itulah Allah berfirman: "Demi kemuliaan-Ku dan
kebesaranku. Hendaklah setiap ruh kembali kepada jasadnya." maka setiap ruh di
bumi akan memasuki jasad masing-masing.
Setelah itu bumi akan terbelah. Lalu muncullah kamu sekalian dari perut bumi itu
dan aku, (kata Rasulullah saw.) adalah yang pertama kali muncul. Ketika itu kamu
sekalian keluar dalam keadaan muda belia seperti berumur tigapuluh tahun dan
pembicaraan kamu pada hari itu dalam bahasa Suryani. Kamu bergegas menuju kepada
Tuhanmu dengan berbondong-bondong mengikuti suara yang menyeru, dan orang-orang
kafir akan berkata: "Inilah hari yang penuh kesulitan (yaitu hari kebangkitan).
Dan Kami (Allah) mengumpulkan mereka, tiada seorangpun yang Kami tinggalkan."
Shur (sangkakala) adalah seperti sebuah tanduk besar yang terbuat dari nur
(cahaya), tiada seorangpun yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah SWT.
(HR. Bukhari dan Muslim) Bukhari dan Muslim menyebutkan bahwa seluruh anggota
tubuh manusia akan hancur luluh kecuali satu tulang saja yaitu Ajbuz-Dzanab
(tulang ekor) dan dari tulang itulah Allah SWT akan membangkitkan kembali
manusia, saat malaikat Israfil meniupkan sangkakala kebangkitan. Semua jasad dan
ruh dikumpulkan di tempat perhentian kiamat: "Dan pada hari Kami perjalankan
gunung-gunung dan engkau lihat bumi seperti padang terbentang. Kami himpun
mereka semua dan tiada seorangpun diantara mereka yang tertinggal. Mereka akan
dihadapkan kepada Tuhanmu dengan berbaris. (Lalu Allah berfirman): 'Sesungguhnya
kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami jadikan kamu pada kali yang pertama
meski kamu mengira bahwa Kami tidak akan menetapkan waktu untuk perjumpaan
denganmu." (QS. 18:47-48)
"Dan hari itu bumi terbelah, keluarlah mereka dari situ dengan bergegas.
Mengumpulkan itu bagi Kami adalah mudah." (QS. 50:44)
Sabda Rasulullah saw.: "Setiap orang akan mati seperti dalam keadaan hidupnya
dan akan dibangkitkan seperti dalam keadaan matinya." (HR. Muslim)
"Manusia akan dikumpulkan dalam keadaan bertelanjang kaki dan tubuhnya, tidak berkhitan, kaum wanita bercampur dengan kaum lelaki." Berkata Aisyah ra.: "Aduhai malunya! Apakah orang-orang akan saling melihat satu sama lain?" Jawab Rasulullah saw.: "Keadaan mereka terlalu gawat, sehingga tak sempat memperhatikan seperti itu." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Rasulullah saw. bersabda: "manusia dikumpulkan di padang Mahsyar dalam keadaan
lapar yang sangat, dahaga yang sangat, telanjang bulat dan terlalu penat. Maka barangsiapa pernah memberi makan (orang lain) karena Allah, maka Allah akan memberinya makan. Barangsiapa pernah memberi minum karena Allah, maka Allah akan memberinya minum. Dan barang siapa pernah memberi pakaian karena Allah, maka Allah akan memberikan pakaian. dan barangsiapa beramal karena Allah, maka Allah akan mencukupinya."
Setelah semua manusia dibangkitkan, mereka diperintahkan menuju Mahsyar. Konon
tempat itu ialah 'al-ardhul-mubarakah' (tanah yang diberkati) dan 'al-ardhul-muqaddasah' (tanah yang disucikan) di negeri Palestina. Para malaikat akan membawa mereka ke sana.
Semua amalan manusia akan dibeberkan pada hari Mahsyar ini. Amalan saleh akan
menentramkan pemiliknya, sedangkan jahat akan mebuat gelisah pemiliknya.
Berfirman Allah SWT: "... Mereka memikul kesalahan-kesalahan (dosa-dosa) di atas
punggung mereka. Alangkah buruk apa yang mereka pikul itu." (QS. 6:31)
"Dan sesungguhnya mereka kan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (yang
lain) di samping beban mereka sendiri. Dan sesungguhnya pada hri kiamat mereka
akan ditanya tentang apa yang mereka ada-adakan." (QS. 29:13)
Setiapa orang akan datang dengan bersama para malaikat pengiringnya masing-masing, yang mencatat amalan selama hidupnya. "Dan setiap jiwa datang; masing-masing bersama para malaikat pengiring dan malaikat penyaksi." (QS. 50:21)
Setiap orang yang berdosa akan nampak baginya amalan-amalan buruk yang telah
dilakukannya, sedang mereka tiada pernah bertobat. Pemakan riba, perutnya akan
membuncit sehingga dia susah sekali untuk berjalan. Para pezina akan membesar
kemaluannya sehingga menyapu tanah. Para peminum arak, ketika dibangkitkan,
tangan-tangannya masih memegang gelas araknya. Para pendusta, pengumpat, dan
pengadu domba (tukang fitnah), lidah mereka akan menjadi panjang sehingga
mencapai dada. Kaum yang menolak menunaikan zakat akan dibawa keliling bersama
ular-ular yang besar sebagai perwujudan dari harta-harta mereka yang tidak
dizakatkan. Orang yang takabur akan dibangkitkan dalam bentuk seperti semut,
sehingga mereka akan diinjak-injak orang-orang yang lain. Firman Allah SWT:
"Semua orang yang berdosa dapat dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang
kuat ubun-ubun dan kaki mereka." (QS. 55:41)
Bahwasannya manusia akan dibangkitkan menjadi tiga golongan: satu golongan berkendaraan, satu golongan berjalan kaki, dan golongan terakhir berjalan diatas kepalanya sendiri. Rasulullah saw. bersabda: "Dia yang menjadikan manusia berjalan dengan kaki, berkuasa pula menjadikan mereka berjalan dia atas kepalanya sendiri." (HR. Tirmidzi)
Diriwayatkan oleh Mu'adz bin jabal ra. katanya: "Ya Rasulullah apa gerangan maksud firman Allah SWT: 'Pada hari ditiup sangkakala, lalu kamu datang berbondong-bondong?' (QS. 78:18) Jawab Rasulullah saw.: "Wahai Mu'adz! Sesungguhnya engkau telah bertanya tentang persoalan yang amat besar!. Lalu berlinang airmata beliau karena menangis. Kemudian beliau berkata: 'Ada sepuluh golongan (sesat) dari umatku yang dibangkitkan secara terpisah. Mereka ini telah
dipisahkan Allah dari kumpulan kaum muslimin yang lain dan diubah wajah-wajah mereka. Ada yang dirupakan seperti monyet, ada yang seperti babi, ada yang tubuhnya terbalik (kakinya di atas), dan diseret muka mereka, ada yang terpotong tangan dan kakinya atau mukanya, ada yang buta tersungkur, ada yang bisu tuli dan tidak berakal, ada yang mengunyah lidahnya sendiri yang terjulur keluar sampai ke dada, dari mulut mereka mengalir nanah yang laksana air liur yang berbau busuk dan membuat semua orang merasa jijik padanya, ada yang disalib
diatas palang-palang api, da yang baunya lebih busuk dari bangkai, dan ada pula yang berpakain jubah-jubah panjang yang terbuat dari timah yang meleleh...
Adapun orang-orang yang berwajah monyet, mereka adalah orang yang suka menyebarkan fitnah di antara manusia. Yang serupa babi adalah orang yang suka makan harta haram dan merampas hak orang lain. Yang tertelungkup kepalanya di bawah dan kakinya di atas, adalah kaum pemakan riba. Yang dalam keadaan buta adalah mereka yang bertindak zalim dalam pemerintahan. yang buta-tuli ialah orang yang suka ujub (bangga dan sombong) dengan amalannya. Yang mengunyah-nguyah lidahnya sendiri adalah para ulama dan hakim yang kata-katanya berlawanan dengan perbuatannya. yang terpotong-potong tangan dan kakinya adalah orang yang selalu mengganggu tetangganya. Yang tersalib di atas palang-palang api adalah orang yang suka memfitnah orang lain kepada penguasa. Yang baunya lebih busuk dari bangkai adalah orang yang selalu memuaskan hawa nafsu, bergelimang dalam dosa syahwat dan menolak menunaikan hak Allah dalam dalam harta kekayaannya. Adapun yang memakai baju-baju panjang yang terbuat dari timah yang meleleh adalah orang yang selalu takabur, suka bermegah dan memuji diri. (HR. al-Qurthubi ra)
"Manusia akan dibangkitkan di bumi yang kering-kerontang laksana sepotong roti
yang bersih, tiada satupun tanda yang tampak." (HR. Bukhari, Muslim)
Rasulullah saw bersabda: "Manusia akan dibangkitkan (pada hari kiamat) dalam
suatu tanah lapang yang terbuka sehingga terdengar oleh mereka seruan malaikat
penyeru dan merekapun tak mampu menyembunyikan diri."
Apabila semua mahluk telah terkumpul di tempat itu baik jin, manusia, setan
serta mahluk ciptaan Allah yang lain ketika itu turunlah malaikat dengan
perintah Allah SWT. lalu mengepung semua mahluk disitu secara bersaf-saf
sehingga tiada seorangpun kaum yang jahat dan zalim dapat menghindar dan
meloloskan diri, karena tiada jalan keluar ke manapun.
"Wahai kumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan
bumi, lintasilah! Kamu tidak dapat melintasinya melainkan dengan kekuatan. Maka
karunia Tuhanmu yang manakah yang hendak kamu dustakan?Aakan dikirim kepadamu
nyala api dan tembaga, dan kamu tidak dapat melarikan diri." (QS. 55:35)
Di situlah semua mahluk akan berjejal bak gelombang yang saling menimpa, sedang
matahari direndahkan hingga satu 'mil' dari kepala mereka. (HR. Muslim)
Ketika itu manusia akan merasakan kesusahan yang amat sangat panas terik serta
haus. Manusia akan menanggung penderitaan yang amat berat dan mereka akan
berkeringat deras sehingga mengalir di tanah sepanjang empat puluh hasta.
Berkata Nabi saw.: "Pada hari kiamat, matahhari akan turun merendah ke bumi,
maka manusia akan berkeringat sehingga pada sebagian mereka ada yang keringatnya
sampai ke mata kakinya, ada yang sampai pada lututnya, ada yang sampai pada
pahanya, ada yang sampai ke pinggangnya ada yang sampai ke mulutnya dan ada pula
yang samapi tenggelam sama sekali begini." (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi; dengan
beberapa perbedaan)
Rasulullah saw bersabda: "Setiap orang akan dilindungi oleh sedekahnya pada hari
Kiamat. Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya Yaitu: Imam
(penguasa) yang adil, pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah,
orang yang hatinya selalu terikat pada masjid, dua orang yang saling mencintai
karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula, seorang
lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan
tetapi ia menolaknya seraya berkata:'Aku takut kepada Allah', orang yang
bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh
tangan kanannya dan seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu
menitikkan airmatanya." (HR. Bukhari Muslim)
"Siapa yang memberi tangguh (utang) kepada orang yang sedang dalam kesulitan atau menghapuskan utangnya itu maka Allah akan melindunginya di dalam lindungan-Nya." "Siapa yang ingin melihat keadaan hari kiamat, hendaklah ia membaca ayat-ayat Al-Qur'an surat at-Takwir, surat al-Infithar dan surat al-Insyiqaq."
Apabila manusia telah merasa lama sekali menunggu di tempat perhentian Mahsyar
dan sudah tidak tahan lagi menggung penderitaan di situ maka merekapun bermusyawarah bersama siapa yang patut didatangi agar ia bersyafaat kepada Allah SWT, supaya segera diadili dan segera dibebaskan dari penderitaan yang tidak tertahankan ini.
Mereka lalu pergi menemui nabi Adam as. tetapi beliau menolak dan menganjurkan
mereka agar pergi kepada nabi Nuh as., tetapi nabi Nuh juga menolak dan menganjurkan mereka pergi menemui nabi Ibrahim as. Tapi nabi Ibrahim juga menolak dan menganjurlan mereka pergi menghadap nabi Musa as. namun nabi Musa menyuruh mereka pergi ke Nabi Isa as. dan akhirnya nabi Isa as. menganjurkan mereka menemui nabi Muhammad saw. Maka beliaupun berkata: "Baiklah aku yang akan memintakan pertolongan bagi kamu. Akulah!"
Beliaupun menghadap Allah SWTdan berdoa agar Allah SWt berkenan memberikan izin
untuk memberi syafaat dan Allah SWT memberi pertolongan-Nya. Diriwayatkan bahwa
anak-anak kaum muslimin yang meninggal dunia sebelum mencapai baligh diizinkan
oleh Allah SWt untuk memberi minum kepada ibu-bapaknya saat di padang Mahsyar
nanti. Penderitaan di Mahsyar ini semakin memuncak sehingga ada diantara orang
kafir berkata: " a Tuhanku! Bebaskanlah aku dari keadaan ini meski aku dilempar
ke dalam api neraka sekalipun."
Setelah Rasulullah saw. bersyafaat maka Allah SWT memerintahkan untuk membawa
Surga yang akan ditempatkan disebelah kanan 'Arsy dan Neraka akan ditempatkan di
sebelah kiri. Sesudah itu dibawa semua mahluk untuk menghadap Allah SWT, diantara mereka ada yang tidak dihisab sama sekali, ada yang dihisab dengan ringan dan ada yang dihisab dengan teliti. Setiap orang akan menerima catatan amalan masing-masing, ada yang dari sebelah kanan dan ada yang dari sebelah kiri. Para rasul akan ditanyakan pada umatnya benarkah dia telah menyampaikan risalah-risalahnya masing-masing. Sesuai dengan firman :
"Sungguh Kami akan menanyai umat-umat yang kepada mereka telah diutus para Rasul
dan Kami akan menanyai juga rasul-rasul itu. Dan kami akan menceritakan juga
kepada mereka dengan pengetahuan (Kami), dan Kami sekali-kali tidak pernah jauh
dari mereka." (QS. 7:6-7)
"Pada hari itu ada wajah-wajah yang menjadi putih dan ada yang menjadi hitam
suram. Adapun yang hitam suram mukanya, kepada mereka akan ditanyakan:'Mengapa
kamu kafir sesudah beriman? Maka rasakanlah siksa disebabkan kekafiranmu itu.'
Adapun orang yang menjadi putih wajahnya, maka mereka berada dalam rahmat Allah
dan mereka kekal di dalamnya." (QS. 3:106-107)
"Tiada seorangpun diantara kamu, melainkan ia akan diajak bicara oleh Allah
berhadapan muka, tiada penerjemah antara ia dengan-Nya, lalu ia akan melihat ke
sebelah kanannya dan tiada yang dilihatnya selain amal-amalnya sendiri; melihat
pula ke sebelah kirinya dan tiada yang dilihatnya selain amal-amalnya sendiri;
kemudian ia melihat di hadapannya maka tiada yang dilihatnya kecuali neraka yang
menyongsong wajahnya. Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari neraka
walaupun dengan menyedekahkan setengah butir kurma."(HR. Bukhari, Muslim dan
Tirmidzi)
Pada saat itu lidah, tangan kaki dan kulit akan berbicara sebagaimana firman Allah SWT: "Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas segala yang telah mereka lakukan." (QS. 24:24) selanjutnya: "Pada hari ini kami tutup mulut mereka; sementara tangan mereka berkata-kata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi atas segala yang telah mereka perbuat." (QS. 36:65)
"Pada hari itu bumi akan menerangkan berita-beritanya." (QS. 99:4) Bersabda Rasulullah: "Tahukah kamu apa berita-beritanya? Yaitu bumi akan menjadi saksi atas setiap pria dan wanita tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan berkata:'Orang itu telah melakukan begitu pada hari itu."
Telah berkata Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw pernah berkata: "Allah SWT akan
mendekatkan seorang hamba mukmin ke sisi-Nya, lalu Dia menunjukkan dosa-dosanya
satu-persatu, hingga apabila hamba itu menjadi amat takut dan merasa dirinya pasti akan binasa, Allah SWT berfirman kepadanya: 'Telah Kututupi hal itu di dunia untukmu dan kini Kuhapus dosamu itu untukmu!'" (HR Muslim)
Di antara penderitaan yang sangat berat di padang mahsyar adalah saat Allah SWT memerintahkan untuk membawa neraka kepada-Nya dan menunjukkannya kepada mahluknya. Neraka itu dibawa oleh tujuhpuluh ribu pemimpin malaikat dan setiap pemimpin membawahi tujuhpuluh ribu malaikat. Dan apabila telah dekat dengan mereka maka terdengar suara yang mengerikan, erangan kesakitan, menjerit dan melolong. Saat itu semua mahluk akan bersimpuh gemetaran. Para nabi pun cemas akan diri mereka, apalagi manusia biasa. Sehingga para rasul yang mulia itu berkata: "Ya Tuhan! Nafsi ... nafsi .... (diriku...diriku) aku tiada memohon sesuatu dari-Mu melainkan keselamatan bagi diriku!" kecuali Nabi Muhammad saw beliau memohon: "Umatku.....umatku!" (HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Diriwayatkan lagi bahwa beliau akan maju ke arah neraka seraya menghindarkannya
dari orang banyak. Dan neraka itu memang diperintahkan untuk menuruti kehendak
beliau. Sesudah itu barulah kendali neraka kembali kepada pimpinan malaikat yang
kemudian menempatkannya di sis kiri 'Arsy dengan izin Allah SWT.
Kemudian dimulailah hisab (perhitungan). Semuanay dihisab dengan adil bahkan
antara binatang dan binatang. Tersebut dalam suatu riwayat bahwa kambing yang
tidak bertanduk akan diberi kesempatan untuk membalas binatang yang bertanduk
Diriwayatkan pula juga bahwasanya Allah SWT sesudah mengadili antara binatang
yang satu dengan yang lainnya berfirman kepadanya: "Jadilah kamu tanah!" ketika
itulah orang-orang kafir akan berkata: "Aduhai! sekiranya akupun menjadi tanah
seperti itu" sebagaimana tersebut dalam sebuah ayat Al-Qur'an.
Sesudah itu ditegakkan Mizan (neraca) amal untuk menimbang semua amalan manusia.
"Kami akan mengakkan neraca yang adil pada hari kiamat, maka tiada satu jiwa
yang dirugikan sedikitpun. Dan jika ada amalan sebesar biji sawipun pasti akan
Kami berikan juga pahalanya, dan cukuplah Kami membuat perhitungan" (QS. 21:47)
"Dan neraca pada hari itu ialah kebenaran maka barangsiapa berat timbangan
kebaikannya niscaya mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa
ringan timbangannya niscaya mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri karena mereka selalu tidak mempercayai keterangan-keterangan Kami." (QS.
7:8-9)
Diriwayatkan bahwa malaikat akan berdiri di sisi Mizan itu dan memperhatikan
penimbangan amalan manusia. Apabila berat timbangan amalannya maka malaikat
berkata: "Lihatlah si Fulan anak si Fulan telah berat amalan timbangannya dan
dia telah mencapai derajat bahagia karenanya dia tidak akan celaka sama sekali."
Tetapi jika ringan timbangan amalannya maka malaikat berseru: "Lihatlah si Fulan
anak si Fulan itu telah ringan timbangan amalannya dan dia telah celaka dengan
tiada kebahagiaan selama-lamanya."
Setelah itu Shirath (titian) dibentangkan di atas Jahannam lalu semua manusia diperintahkan untuk melintasinya. Diriwayatkan bahwa Shirath itu lebih tajam daripada pedang dan lebih kecil dari rambut. Manusia akan melaluinya bersama dengan amalannya masing-masing. Manusia yang sempurna imannya akan dengan mudah melalui Shirath ini. Masing-masing melintasinya dengan dibawa oleh amalan-amalannya. Orang yang pertama yang melintasinya ialah para rasul dan setiap dari mereka berkata: "Ya Allah! selamatkanlah aku! selamatkanlah aku!" dan yang terlebih dahulu melintasinya adalah Nabi Muhammad saw. (HR Bukhari dan Muslim)
Sifat amanat dan silaturrahim dibawa untuk berdiri di kedua sisi Shirath di situ terdapat duri-duri licin dan tajam serta besi pengait yang akan menagkap orang-orang yang mengabaikan kedua sifat mulia itu.
Kaum mukminin kemudian akan menghampiri telaga Haudh Rasulullah saw. untuk meminum airnya. Air Haudh itu lebih putih dari susu, lebih wangi dari kesturi, dan lebih manis dari madu. Mengalir melalui dua saluran yang berasal dari telaga Kautsar. Panjang dan lebarnya sejauh perjalanan satu bulan, di sekitarnya terdapat cerek-cerek sejumlah bintang-bintang di langit, siapa yang minum sekali teguk saja, maka ia tidak akan dahaga sama sekali sesudah itu. (HR Muslim)
Umat Nabi Muhammad saw. dikenal perbedaannya dari kelompok manusia yang lain disebabkan oleh karena cahaya wajah, tangan dan kakinya yang disebabkan oleh bekas-bekas wudlu'. (HR. Bukhari, Muslim)
Setelah itu oleh Allah SWT para Nabi, shiddiqin, ulama, salihin, dan mukminin diijinkan untuk bersyafaat menurut pangkat dan kedudukannya masing-masing di mata Allah, ada yang diijinkan memberi syafaat bagi banyak orang tapi ada juga yang memberi syafaat hanya untuk seorang saja (HR. Tirmidzi).
Orang pertama yang diijinkan untuk memberi syafaat adalah nabi Muhammad saw:
"Aku adalah orang pertama yang bersyafaat dan yang pertama diberi izin untuk bersyafaat." "Aku akan terus bersyafaat, hingga aku diberi jaminan keselamatan bagi sejumlah orang yang sebelumnya akan dibawa ke neraka." (HR. Thabrani dalam Al-Autsah) "Aku akan terus-menerus bersyafaat sehingga malaikat Malik berkata kepadaku: 'Amboi! Tidak engkau sisakan sedikitpun kemurkaan Tuhanmu atas umatmu'" (HR. Thabrani dalam Al-Autsah)
Di antara syafaatnya, bahwa beliau bersyafaat untuk umatnya yang telah masuk neraka, sehingga mereka semua dikeluarkan dari sana. Suatu kaum lagi disyafaatkan agar diberi derajat yang lebih tinggi dalam surga. Dan banyak lagi syafaat-syafaat yang lain sampai memohon kepada Allah SWT: "Bolehkah aku mensyafaatkan bagi siapa saja yang mengucap laa Ilaaha Illallaah!" maka Allah SWT menjawab: "Perkara itu bukan urusanmu, tetapi demi kemuliaan-Ku dan demi keagungan-Ku, Aku tidak akan menjadikan orang yang beriman, meskipun hanya
sehari sama seperti orang yang tidak beriman kepada-Ku" (HR. Bukhari, Muslim)
Dari Abu Hurairah ra katanya: "Aku bertanya kepada Rasulullah saw, siapakah orang yang paling berbahagia mendapat syafaatmu di hari kiamat?" maka menjawab beliau: "Sebahagia-bahagia manusia yang mendapat syafaatku ialah yang mengucapkan 'laa ilaaha illallaah' dari hatinya yang ikhlas." (HR. Bukhari)
Diriwayatkan dari Zahar bin Arqam ra bahwa Rasulullah saw telah berkata:
"Barangsiapa mengucapkan 'laa ilaaha illallaah' dengan penuh ikhlas dari hatinya maka ia akan masuk surga." Ditanya: "Ya Rasulullah bagaimana cara ikhlasnya...?" Jawabnya: "Sedemikian rupa sehingga mencegah ia melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah."
Dari Anas ra katanya: "Aku meminta kepada Rasulullah saw supaya beliau memberi
syafaat bagiku nanti di hari kiamat. Beliau menjawab: 'Insya Allah akan aku lakukan hal itu.' Aku bertanya lagi: 'Dimana aku akan mencarimu?' Jawab Rasulullah: 'Pertama kali, carilah aku di Shirath!' Aku berkata:'Jika aku tidak menemui engkau di Shirath?' Jawab beliau: 'Carilah aku di tempat Mizan!' Kataku lagi: 'Jika aku tidak menemui engkau di tempat Mizan?' Jawab beliau: 'Carilah aku di Haudh dan aku pasti ada di salah satu dari ketiga tempat itu.'"
Hal-hal yang sangat ketat dan berat hisabnya di hari kiamat ialah perbuatan aniaya (zalim) thd sesama, di dalam hadist dikatakan bahwa perbuatan ini ada tiga macam: Syirik (menyekutukan Allah), penganiayaan sesorang terhadap orang lain, penganiayaan manusia thd dirinya sendiri sehubungan perkara natara dirinya dan Tuhannya.
Bersabda Rasulullah saw: "Tahukah kamu siapa sebenarnya orang yang muflis (bangkrut) diantara seluruh umatku?" Dijawab: "Orang muflis itu ialah orang yang tiada memiliki uang atau benda berharga." Maka berkata Nabi:"Orang yang bangkrutnitu ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan shalat, zakat, puasa tetapi dia memaki orang ini dan menuduh orang itu, dia memakan harta si fulan, dan memukul si fulan, maka akan diambilkan pahala kebajikannya dan
diberikan pada orang yang dianiyaanya. Setelah habis semua kebajikannya dan masih ada yang belum terbayar, maka diambillah dosa-dosanya lalau dipikulkan kepadanya. Setelah selesai semua itu, dia pun dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
"Barang siapa mengambil barang saudaranya secara aniaya, maka hendaklah ia minta
kerelaan yang empunya sebelum menghadapi suatu hari yang tiada berguna dinar ataupun dirham. Tetapi yang dipandang pada hari itu ialah kebajikan dan kejahatan. Jika ia mempunyai banyak kebajikan, maka ambillah kebajikan itu, atau diambil kejahatan orang lain lalu dibebankan kepadanya, kemudian iapun dilemparkan kedalam api neraka." (Hadist)
Bersabda Rasulullah saw:
"Ketika Allah SWT menciptakan surga, dikirmkan-Nya malaikat Jibril seraya berkata: 'Pandanglah surga itu serta apa yang telah Kusediakan di dalamnya untuk para penghuninya?! Maka Jibril pun pergi ke surga seraya memperhatikan keadaan di sana dan semua perhiasan yang disediakan untuk penghuninya. Kemudian Jibril bergegas menemui Allah SWT seraya berkata: 'Demi kemuliaan-Mu tiada seorang pun yang mendengar tentang surga, melainkan ia ingin memasukinya.' Lalu Ia memerintahkan agar surga dikelilingi dengan berbagai kesulitan, dan berfirman kepada Jibril: 'Kini pergilah kesurga dan perhatikanlah apa yang telah kusediakan untuk para penghuninya!' maka Jibril pergi sekali lagi dan didapatinya surga telah dikeleilingi dengan berbagai kesulitan, lalu ia kembali lagi kepada Allah dan berkata: 'Demi kemuliaan-Mu kini aku khawatir tiada seorangpun yang dapat memasukinya.' kemudian Allah berkata kepada Jibril: 'Sekarang pergilah ke neraka dan perhatikanlah apa yang Aku sediakan bagi para
penghuninya!' maka didapatinya berbagai azabnya bercampur aduk yang satu menimpa
yang lain, lalu Jibril bergegas menemui Allah seraya berkata: 'Demi kemuliaan-Mu
tiada seorangpun yang mendengarnya mau memasukinya.' Maka diperintahkan agar dia
dikelilingi dengan berbagi kenikmatan hawa nafsu. Kemudian Allah berkata kepada
Jibril: 'Kini pergilah ke neraka itu.' Maka kembalilah Jibril seraya berkata:'Demi kemuliaan-Mu kini aku khawatir bahwasannya tiada seorangpun yang dapat selamat dari neraka itu.' (HR. Tirmidzi)
'Akan didatangkan seorang yang paling mewah hidupnya di dunia pada hari kiamat,
sedang ia termasuk penghuni neraka lalu dimasukkan jarinya di dalam api neraka
dan dikatakan kepadanya: 'Wahai anak Adam, pernahkah engkau melihat sesuatu yang
baik sebelum ini? Pernahkah merasakan suatu kenikmatan sebelum ini?' Maka
jawabnya dengan pedih: 'Tidak demi Allah wahai Tuhanku!' Kemudian didatangkan
seorang yang paling menderita di dunia sedang ia termasuk penghuni surga, lalu
dimasukkan jarinya di dalam surga dan dikatakan kepadanya: 'Wahai anak Adam
pernahkah engkau melihat penderitaan sebelum ini? Pernahkah engkau merasakan
kesusahan?' Maka jawabnya dengan gembira: "Demi Allah tidak pernah aku menderita
kesusahan atau penderitaan sebelum ini." (Hadist)
Diriwayatkan dari Aisyah ra ketika ia menangis saat teringat akan neraka, maka berkata Rasulullah saw: 'Apa yang menyebabkan engkau menangis?' jawab Aisyah:
'Aku teringat akan api neraka, lalu aku menangis. Adakah engkau ingat keluargamu pada hari kiamat?' Jawab beliau: 'Tiada seorangpun akan mengingat orang lain pada tiga tempat:
1.. Ketika dihadapkan pada Mizan sampai ia mengetahui timbangan amalannya
2.. Pada saat menerima kitab catatan amalnya
3.. Pada saat melintasi Shirath, ketika berada di atas Jahannam
(HR. Abu Daud dari Hasan Basri)
'Ahli surga adalah seratus duapuluh kelompok, delapanpuluh dari umat ini dan empat puluh dari umat-umat lain.' (HR. Tirmidzi) 'Aku tidak pernah melihat sesuatu seperti surga, orang yang menginginkannya selalu lalai, dan tidak pula seperti neraka yang seharusnya takut kepadanya sering tidur (melupakannya).' (HR. Tirmidzi)
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami nanti akan Kami
masukkan ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka hangus akan Kami ganti dengan
kulit yang lain, supaya mereka merasakan siksaan. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. 4:56)
"Dan orang-orang kafir, untuk mereka disediakan neraka Jahannam, tiada
diputuskan perkara mereka hingga mereka mati, dan tidak pula diringankan dari
mereka siksaannya. Begitulah Kami memberi balasan pada setiap orang yang sangat
kafir. Didalamnya mereka berteriak (memohon pertolongan): 'Wahai Tuhan Kami!
Keluarkanlah kami, niscaya kami mengerjakan perbuatan saleh berlainan dari apa
yang telah kami kerjakan dulu.' (Tidak!)Kami telah memberi umur yang cukup untuk
berpikir sehingga jika ada orang yang mau berpikir niscaya ia dapat mengambil
peringatan, dan telah datang juga orang yang membawa peringatan kepada kamu..."
(QS. 35:36-37)
"Sesungguhnya orang-orang yang berdosa itu akan kekal di dalam neraka Jahannam.
Tidak akan diringankan azab (hukuman) dari mereka dan mereka di dalamnya
berputus asa. Kami tidak menganiaya mereka, tapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri. Mereka menyeru:'Hai Malik! Biarlah Tuhanmu mengakhiri hidup kami
saja!' Malik menjawab: 'Kamu akan tetap tinggal di sini!'" (QS. 43:74-77)
Rasulullah saw bersabda:
"Api kamu ini hanyalah satu bagian dari tujuhpuluh bagian api di neraka Jahannam." Para sahabat mengatakan: "Yang inipun sudah cukup (beratnya)" Berkata Nabi: "Bahkan api neraka itu melebihi sebanyak enampuluh sembilan kali lipat panasnya dari api dunia."
"Api neraka Jahannam telah dinyalakan seribu tahun sehingga menjadi merah.
Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi putih. Kemudian dibakar
lagi selama seribu tahun hingga menjadi hitam legam, seperti malam yang gelap
gulita" (HR. Tirmidzi)
"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaannya ialah orang yang
diberi sepasang sandal yang talinya terbuat dari api neraka, lalu mendidihlah
otaknya karena panasnya yang laksana air panas mendidih di dalam periuk. Dia
mengira tiada seorangpun yang menerima siksaan lebih dahsyat dari itu, padahal
dialah orang yang mendapat siksaan paling ringan." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Ada di antara mereka yang dimakan api sampai ke mata kakinya, ada yang dimakan
sampai pinggangnya dan ada pula yang dimakan sampai ke tenggorokannya." "Wahai
manusia sekalian, menangislah! Jika tidak dapat menangis, maka paksakan dirimu
untuk menangis! karena sesungguhnya ahli neraka itu akan terus menangis hingga
air matanya mengalir di pipi masing-masing, seperti air yang mengalir di sungai.
Sampai air mata itu habis dan matanyapun pecah-pecah. Seandainya ada perahu yang
diletakkan di situ niscaya berlayarlah dia." (HR. Ibnu Majah)
"Ditimpakan atas penghuni nerak kelaparan, seberat azab yang sedang mereka
alami. Lalu mereka minta agar diberi makanan, maka merekapun diberi makanan
duri-duri layu yang tiada berguna dan tidak sedikitpun melepaskan mereka dari
kelaparan itu. Mereka meminta lagi, maka mereka diberi pula makanan yang
mencekikkan. Lalu mereka teringat bahwa mereka dahulu meneguk minuman untuk
melancarkan kerongkongan di dunia, dan merekapun meminta minuman itu. Maka
mereka diberi minuman neraka yang mendidih dengan pengait-pengait besi. Apabila
didekatkan kemuka-muka mereka, maka hanguslah muka itu, dan apabila masuk
kedalam perut-perut mereka, maka terkoyak-koyaklah perut mereka. Kemudian mereka
memanggil-manggil para penjaga neraka Jahannam, dan merekapun ditanya oleh
penjaga-penjaga itu:'Apakah tidak pernah datang rasul-rasul yang membawa
keterangan kepada kamu?' Mereka menjawab: 'Bahkan ada!' Penjaga-penjaga neraka
berkata pula:'Kini berdo'alah! Dan tiadalah do'a orang-orang yang kafir itu
melainkan sia-sia belaka!" (HR. Tirmidzi)
Diriwayatkan bahwa di dalam neraka itu terdapat ular-ular yang bertengkuk tinggi
seperti unta Khurasan dan kalajengking-kalajengking sebesar keledai. Dengan
sekali sengat saja, bisanya yang menyakitkan tidak akan hilang selama empatpuluh
tahun. Apabila dicurahkan satu ember air busuk dari neraka ke atas dunia,
niscaya ia akan membusukkan seluruh penghuni dunia. Kalau satu tetes air buah
Zaqqum jatuh ke dunia, niscaya ia akan merusakkan makanan manusia di dunia
secara keseluruhan. Jika seorang penghuni neraka turun ke dunia, niscaya seluruh
penghuni dunia akan mati karena tidak tahan mencium bau busuknya dan menyaksikan
buruk rupanya. (HR. Tirmidzi) Neraka
Pintu-pintu neraka itu terdiri dari tujuh pintu sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur'an: "Neraka itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu daripadanya adalah
bagian yang sudah ditentukan" (QS. 15:44) Neraka terdiri dari tujuh lapisan yang
satu dibawah yang lain:
1.. Jahannam
2.. Saqar
3.. Ladza
4.. Huthamah
5.. Sa'iir
6.. Hawiyah, neraka yang tidak berdasar dan berujung
semakin ke bawah neraka tersebut diatas semakin berat siksaan dan lebih dahsyat
azab yang ada di dalamnya.
Sedangkan penghuni neraka terdiri dari dua bagian:
1.. Mereka yang termasuk ahli tauhid yang berdosa. Orang-orang ini tidak kekal didalamnya tetapi mereka akan dikeluarkan dari neraka dengan syafaat Nabi saw , diriwayatkan bahwa orang yang paling akhir keluar daripadanya ialah mereka yang tinggal selama tujuhribu tahun.
2.. Orang-orang yang kafir kepada Allah, dan orang-orang musyrikin serta kaum munafiqin yang berpura-pura beriman dengan lidahnya, tetapi menyembunyikan kekafiran di dalam hati.
Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang kafir dan meninggal dunia dalam keadaan kafir, maka mereka akan mendapat kutukan dari Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam neraka; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak pula diperhatikan" (QS. 2:161-162) "...Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan Allah, niscaya Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya ialah dalam neraka. dan orang-orang yang zalim tidak akan mempunyai penolong" (QS. 5:72) Diriwayatkan bahwa gigi orang kafir di dalam neraka itu sebesar gunung Uhud, tebal kulitnya empatpuluh dua hasta dan ia akan menyeret lidahnya sampai satu atau dua farsakh, semua orang yang lalu di situ akan menginjak lidah
itu. Allah SWT membesarkan tubuh orang-orang kafir itu didalam neraka supaya
bertambah siksaan, penderitaan dan hukuman bagi mereka (HR. Muslim) Surga
"Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman serta mengerjakan
perbuatan baik, bahwasannya bagi mereka (disediakan) surga yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya. Setiap mereka diberi bermacam-macam buah-buahan di
dalam surga itu sebagai rezeki, mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah kita
terima dahulu!' Mereka diberi buah-buahan serupa dan untuk mereka di dalam surga
itu pasangan-pasangan yang suci bersih dan mereka kekal di dalamnya." (QS. 2:25)
Banyak sekali surat yang menjelaskan tentang kehidupan di surga beberapa
diantaranya adalah: Surat 39:73-75 ; Waqi'ah:10-40 ; Ad-Dahr:5-22 ; Az-Zukhruf:70-73 ; Ad-Dukhan:51-57 ; Muhammad:15; Fathir:33-35; Qaf:31-35 ; Al-Qamar:54-55
Rasulullah saw bersabda: "Allah SWT berfirman: 'Aku sediakan untuk hamba-hambaku
yang saleh sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata atau didengar oleh telinga dan tidak pula pernah terlintas di hati siapapun'. Kalau kalian ingin, bacalah (QS. 32:17) 'Seorangpun tiada mengetahui kenikmatan penyedap mata yang disembunyikan untuk mereka, sebagai balasanatas apa yang telah mereka kerjakan."(Hadist Qudsi)
"Dua surga, bejana-bejana di dalamnya terbuat dari perak dan dua surga lagi, bejana-bejana di dalamnya terbuat dari emas. Ketika itu tiada tabir apapun antara penghuni-penghuni surga 'Adn dengan Tuhan mereka selain 'pakaian' kebesaran Allah di wajah-Nya" (HR. Bukhari, Muslim)
"Di surga ada seratus tingkatan antara satu tingkatan dengan yang lain sama seperti antara langit dan bumi. Surga Firdauslah yang paling tinggi, dan daripadanyalah terpancar keempat sungai dalam surga, dan diatasnya pula terletak 'Arsy Tuhan yang mulia. karena itu jika kamu memohon kepada Allah, mintalah surga Firdaus." (HR. Bukhari dan Tirmidzi)
Dalam suatu peristiwa, pernah Rasulullah saw. ditanya: "Apakah Kautsar itu ..?"
Beliau menjawab: "Itulah sungai di surga yang dikaruniakan Allah kepadaku, airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dikelilingi oleh burung-burung yang bertengkuk seperti onta." Berkata Umar: "Sungguh ini suatu kemewahan" Jawab Rasulullah saw:"Orang yang meneguknya merasakan kemewahan lebih dari itu." (HR. Tirmidzi)
Berkata Rasulullah saw:"Aku telah bertemu dengan Ibrahim as. pada malam Isra'
maka beliau berkata: 'Wahai Muhammad, sampaikanlah salamku kepada umatmu dan
beritahukan kepada mereka, bahwa surga itu tanahnya subur, airnya tawar dan
buminya rata, sedang tanamannya ialah 'Subhanallah Walhamdu-Lillah Walaa Ilaaha
Illallah Wallahu Akbar' Lanjut beliau: "Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat
beberapa kamar, dapat dilihat luarnya dari dalam dan dapat dilihat dalamnya dari
luar" maka seorang badwi bangkit bertanya: "Untuk siapakah itu ya Rasulullah?"
Jawab beliau : "Untuk orang yang berbicara dengan baik, memberi makan kepada
yang membutuhkan, sering berpuasa dan bangun malan untuk bersembahyang di waktu
manusia sedang tidur nyenyak." (HR. Abu Nu'aim)
Bersabda Rasulullah saw: "Apabila penghuni-penghuni surga telah memasuki surga
berkatalah Allah Tabaraka Wa Ta'ala: 'Inginkah aku tambahkan lagi sesuatu yang
lain bagimu?' Mereka menjawab: 'Bukankah telah Engkau masukkan kami kedalam
surga dan telah Engkau selamatkan kami dari api neraka?' Pada saat itu hijab
(tabir penutup) pun terangkat, maka tiada suatu yang lebih utama daripada nikmat
melihat wajah Tuhan mereka Azza Wa Jalla" (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Abu Hurairah ra. berkata: "Wahai Rasulullah! Apakah kami akan melihat Tuhan
kami? jawab beliau:"Ya. Apakah kamu masih ragu tentang penglihatan terhadap
matahari dan bulan?" Kami sekalian menjawab: "Tidak!" kata beliau seterusnya:
"Demikianlah kamu tidak akan ragu lagi tentang penglihatan terhadap Tuhan kamu.
Di Majlis itu kelak tiada seorangpun berada di sana, melainkan Allah akan
berkata kepada mereka : 'Wahai Fulan bin Fulan!' Ingatkah kau di hari itu, kau
berkata begini dan begini, lalu Dia mengingatkan orang itu sebagian kesalahannya
di dunia dahulu. Maka orang itu akan berkata: 'Tidakkah Engkau mengampuniku?'
berkata Allah: 'Tentu! kalau tidak karena keluasan ampunan-Ku, niscaya kau tidak
akan mencapai kedudukan ini.' Sedang mereka dalam keadaan begitu, beraraklah
awan di atas kepala mereka sekalian, tiada pernah mereka hirup bau-bauan seperti
itusebelumnya. maka Allah berkata: 'Bangkitlah dan pergilah melihat anugerah
besar apa yang telah Aku sediakan untuk kamu, ambillah apa saja yang kamu
ingini!' Mereka bangkit mendapatkan suatu pasar yang telah dikelilingi oleh para
malaikat, tidak pernah mata mereka melihat, tidak pernah telinga mereka
mendengar dan tidak pernah terlintas sesuatu seperti itu di dalam hati mereka.
Mereka lalu berebut mengambil apa saja yang mereka ingini, tanpa dijual atau
dibeli. Disitulah ahli-ahli surga akan bertemu satu sama lain. Orang yang
mendapat kedudukan tinggi di surga akan menemui orang-ornag yang dibawahnya.
Orang yang ditemui itu ada kalanya akan terharu melihat pakaian teman yang
datang menemuinya. Belum sempat habis berbicara dengannya, tiba-tiba pakaian
yang diatas tubuhnya itu ditukar dengan pakaian lain yang lebih cantik dan lebih
menarik lagi. hal ini terjadi supaya tiada seorangpun yang berduka cita di dalam
surga." (HR. Tirmidzi)
"Katakanlah: Wahai hambaku-hamba-Ku yang telah melampaui batas dalam perbuatan
dosa dan menganiaya dirinya sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa, dan sesungguhnya Dia adalah maha Pengampun lagi maha Penyayang." (QS. 39:53)
"Telah diturunkan oleh Allah SWT, satu bagian dari seratus bagian rahmat-Nyadan
disebarkan-Nya di antara manusia, jin, burung, binatang-binatang, ulat-ulat
sekalian mahluk-Nya yang dengannya mereka saling meminta dan berkasih sayang.
Dan sembilanpuluh sembilan rahmat yang lain disimpan-Nya untuk dirahmatkan bagi
semua hambanya di hari kiamat." (HR. Muslim)
Diriwayatkan bila datang hari kiamat, Allah akan mengeluarkan sebuah kitab dari
bawah 'Arsy tertera di dalamnya: "Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku
dan Aku adalah Yang paling Pengasih dari sekalian pengasih," lalu dikeluarkan
dari neraka sebanyak bilangan ahli surga. (HR. Bukhari, Muslim)
"Sebenarnya Allah SWT lebih menyayangi hamban-Nya yang mukmin daripada sayangnya
seorang ibu kepada anaknya." (HR. Bukhari, Muslim)
"Siapa yang bersaksi bahwa 'tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasannya Muhammad
adalah pesuruh Allah', maka jasadnya akan diharamkan oleh Allah dari api neraka." (HR. Muslim)
"Suatu suara akan menyeru dari bawah 'Arsy di hari kiamat: "Wahai umat Muhammad,
semua kesalahanmu terhadap-Ku telah Aku ampuni, yang tinggal kini hanyalah
kesalahan-kesalahan diantara kamu, maka bermaaf-maafkanlah kamu, dan masuklah
kamu semua ke dalam surga dengan rahmatKu." (HR. Abu Nu'aim)
" ...Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu ..." (QS. 7:156)
Di mana aku sebelum dilahirkan? Apa tugasku dalam kehidupan dunia ini? Kemana kita pergi setelah mati? Apa yang terjadi dengan umur kita yang semakin hari semakin berkurang ini?
seringkali pertanyaan-pertanyaan demikian mengusik kita.
Penjelasan yang cukup menarik untuk kita renungkan mengenai umur manusia ini
dijabarkan dalam karya besar ulama dan sufi terkenal Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad. Dalam karyanya, beliau menjabarkan secara rinci tentang perjalanan hidup
manusia, di mana pada intinya kehidupan manusia terbagi pada lima tahapan
umurnya:
1.. Masa perpindahannya sejak pertama dalam tulang sulbi para ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan.
2.. Masa kehidupan di dunia sejak ia dilahirkan dan diwafatkan oleh Allah SWT.
3.. Masa tinggal di alam Barzah sejak wafat hingga dibangkitkan kembali.
4.. Masa tinggal di padang Mahsyar sejak dibangkitkan hingga diputuskan amalnya oleh Allah SWT.
5.. Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan surga atau dalam kepedihan neraka.
Apa yang saya postingkan ini adalah 100% berasal dari buku karya beliau,
tentunya dengan segala keterbatasan dan kekurangan saya yang masih awam ini.
Semoga Allah SWT memberi petunjuk demikian juga para salik sekalian. Amin.
1. Masa perpindahan manusia sejak dalam tulang sulbi para ayah dan rahim para ibu sebelum dilahirkan
Saat Allah SWT menciptakan Adam a.s. Dia menyimpankan zurriyat di tulang punggungnya yaitu kaum ahli kanan (ahlul-yamin) dan kaum ahli kiri (ahlul-simal). Allah SWT pernah mengeluarkan semua zurriyat ini dari tulang punggung Adam a.s. pada hari Mitsaaq (hari pengambilan janji manusia untuk mengakui keeasaan dan ketuhanan Allah SWT di Na'man, lembah dekat padang Arafah) sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. 7;172 : '' Dan ketika Tuhan kamu mengeluarkan keturunan Adam dari punggungnya dan Ia mengambil kesaksian dari mereka dengan berfirman: 'Bukankah Aku ini Tuhan kamu ?' mereka menjawab: 'Ya, kami menjadi saksi.' Demikianlah supaya kamu di hari kiamat nanti tidak mengatakan: 'Kami ini
lalai dari perkara itu'".
Ayat ini membuktikan bahwa zurriyat Adam telah memiliki wujud dan pendengaran namun mereka berada dalam tingkatan wujud yang lain. Bukan pada tingkatan wujud seperti yang tampak pada dunia ini. Dalam riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah disebutkan, ketika Allah SWT mengeluarkan zurriyat dari Adam a.s. lalu dilihat oleh Adam seorang dari mereka gagah perawakannya maka bertanyalah Adam tentang dia, Adam diberitahu bahwa itu adalah anaknya, Daud a.s. lalu Adam bertanya kepada Allah SWT "berapa usia Daud yang telah Engkau tetapkan?" Jawab Allah SWT: ' "Enam puluh tahun". Adam kemudian memohon agar Daud dipanjangkan usianya. Maka Allah SWT berfirman : " Itulah usianya yang telah Aku tetapkan ". Berkata Adam a.s. : " Aku ingin menambahkannya empat puluh tahun dari usiaku". Dan sebelum itu Allah SWT telah menetapkan umur Adam seribu tahun.
Ketika nabi Musa a.s. melihat di dalam Taurat, tersebut suatu umat yang sifat-sifatnya amat menarik dan perilakunya sangat baik dan mulia, beliau bertanya kepada Allah SWT, Siapakah gerangan umat itu ? Siapa nabi yang diutus kepadanya ? nabi Musa memohon supaya umat tersebut menjadi umatnya, maka Allah SWT berfirman: " Umat itu ialah umat Ahmad (Muhammad) ". Nabi Musa memohon kepada Allah agar menampakkan umat itu kepadanya, kemudian Allah menampakkan umat itu kepada nabi Musa sebagaimana firman Allah SWT : " Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada di dekat gunung Thur (Sina) ketika kami memanggil ... " (QS 28;46).
Hal ini merupakan bukti bahwa zurriyat manusia itu sudah ber"wujud" sebelum lahir di dunia ini. Demikian pula Rasulullah saw., sudah ber"wujud" dengan wujud yang lebih lengkap dan sempurna di dalam tingkatan umur pertama tersebut.
Sedangkan keutamaan umat Muhammad saw (al ummah al-Muhammadiyah) telah banyak
disinggung dalam hadist-hadist beberapa di antaranya:
Berkata Wahab bin Munabbih (rahimahullah): " Ketika Musa a.s. membaca lauh-lauh
(papan bertulis), terlihat olehnya sifat-sifat kelebihan umat Muhammad saw., lalu beliau berkata: ' Ya Tuhanku siapakah gerangan umat yang dirahmati seperti yang kudapati dalam lauh-lauh ini ?' maka berfirman Allah SWT: ôItulah umat Muhammad. Mereka rela dengan rezeki sedikit yang aku berikan kepadanya, maka Aku pun rela dengan amalan yang sedikit dari mereka. Akan Aku masukkan mereka ke dalam surga dengan kesaksian Laa ilaaha illallah !
Berkata Musa a.s.: 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan wajah-wajah yang bercahaya laksana bulan purnama. Jadikan lah mereka itu umatku ya Allah!' berfirman Allah: ' Mereka itu adalah umat Muhammad. Aku bangkitkan mereka pada hari kiamat dengan wajah bersinar dan bercahaya disebabkan bekas-bekas wudhu dan sujud mereka'.
Berkata Musa a.s.: 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang berkain Selendang di pundak dan bersenjatakan pedang di bahu masing-masing. Mereka itu orang-orang yang senantiasa bertawakkal dan dadanya penuh keyakinan. Mereka menyerukan nama Allah di hadapan tiap-tiap rumah Allah untuk berjihad diatas kebenaran, sehingga akhirnya merekapun membunuh Dajjal. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: ' Tidak! mereka itu umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang bershalat lima kali sehari semalam, sehingga terbukalah pintu-pintu langit dan turunlah rahmat bagi mereka. Jadikanlah mereka itu umatku, ya Allah!' Berfirman Allah :
'Mereka itu adalah umat Muhammad'
Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang berpuasa di bulan ramadhan untuk-Mu, lalu Engkau mengampuni segala kesalahan mereka sebelum mereka itu. Jadikanlah mereka itu umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad'
Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang mengunjungi Baitul Haram (Ka'bah) karena-Mu, tiada keperluan lain kecuali itu. Mereka hanya meratap dan menangisi diri sendiri serta mengumandangkan suara takbir membesarkan nama-Mu. Jadikanlah mereka umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.' Musa berkata lagi: 'Apakah ganjaran mereka atas perbuatan itu?'
jawab Allah: 'Aku akan menambahkan bagi mereka maghfirah (ampunan) dan akan aku izinkan mereka memberi syafaat (do'a pertolongan) kepada siapa saja yang datang sesudah mereka.'
Berkata Musa a.s. : 'Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang memohon ampun atas dosa-dosanya. Mereka menyuapkan suatu makanan ke dalam mulutnya. Belum sampai makanan itu ke dalam perutnya, dosa-dosa itu telah diampunkan oleh Allah. Mereka menyuapkan makanan itu dengan menyebut nama-Mu dan mengakhirinya dengan mengucapkan syukur dan memuji-Mu. Jadikanlah mereka itu umatku!'
berfirman Allah: 'Mereka itu adalah umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang apabila bercita-cita untuk melaksanakan suatu kebajikan, kemudian tidak dilaksanakannya, akan dicatatkan satu kebajikan. Tetapi bila dilaksanakan kebajikannya itu dicatatkan baginya sepuluh kali lipat dari kebaikan itu, atau sehingga menjadi tujuh ratus kali lipat pahalanya. Jadikanlah mereka umatku!' berfirman Allah: 'Mereka itu adalah umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat yang apabila mereka berniat melakukan suatu kejahatan, kemudian tidak dilakukannya, tidaklah dicatatkan baginya suatu dosa. Akan tetapi jika diteruskan cita-citanya itu dengan mengerjakan satu kejahatan barulah dicatatkan baginya satu dosa. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati di dalam lauh-lauh ini suatu umat, mereka itu sebaik-baik manusia. Mereka menyuruh berbuat baik dan melarang perbuatan jahat, jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Aku dapati dalam lauh-lauh ini suatu umat yang dibangkitkan pada hari kiamat dalam tiga golongan. Satu golongan akan masuk ke dalam surga tanpa dihisab. Satu golongan lagi akan dihisab dengan hisab yang ringan saja. Dan golongan terakhir disucikan dari segala dosanya, lalu merekapun masuk ke dalam surga. Jadikanlah mereka itu umatku!'. Berfirman Allah: 'Mereka itu umat Muhammad.'
Berkata Musa a.s. : 'Ya Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan segala kebaikan kepada Muhammad beserta umatnya, maka jadikanlah aku sebagai umatnya!'. Berfirman Allah SWT: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilihmu di antara manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku, maka terimalah apa yang akan Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau menjadi orang-orang yang bersyukur."
(Q.S.7:144)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari bertanya kepada sahabat-sahabatnya: "Apa yang kalian katakan mengenai firman Allah berikut ini :
" Dan tidaklah engkau berada dekat bukit Thur (Shina) ketika Kami menyeru ..."
(Q.S. 28:46)
'Allah dan Rasul-Nya sajalah yang lebih mengetahui.' Maka bersabda beliau:
"Ketika Allah berbicara dengan Musa a.s., maka Musa berkata:"Ya Tuhanku adakah Engkau telah menciptakan seorang mahluk yang lebih mulia di sisi-Mu daripda aku ? Engkau telah memilihku di antara banyak manusia dan Engkau berkata kepadaku di gunung Thur Shina.' Allah berfirman: 'Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasannya Muhammad itu lebih mulia di sisi-Ku daripada semua mahluk-Ku? Sudah Kuteliti semua kalbu hamba-Ku, maka tidak Aku dapati satu kalbupun yang lebih merendah daripada kalbumu. Oleh karena itu Aku memilihmu di antara sekalian manusia untuk menyampaikan risalah dan kalam-Ku. Maka hendaklah engkau mati dalam keadaan mengesakan Aku (bertauhid) dan juga dalam mencintai Muhammad saw.'
Berkata Musa a.s.: 'Ya Tuhanku! adakah di muka bumi ini suatu kaum yang lebih mulia di sisi-Mu daripada kaumku? Engkau telah melindungi mereka dengan awan kemawan. Engkau turunkan Manna dan Salwa dari langit untuk makanan mereka.'Allah berfirman: 'Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwasannya kelebihan umat Muhammad atas semua umat yang lain laksana kelebihan-Ku atas sekalian mahluk-Ku?'
Berkata Musa a.s.: 'ya Tuhanku, izinkanlah aku untuk melihat mereka (umat Muhammad)!' Allah berfirman:'Engkau tidak akan dapat melihat mereka. Tetapi jika engkau ingin mendengar suara mereka, dapatlah Aku memperdengarkan padamu.' Berkata Musa: 'Baiklah, aku mau.' Befriman Allah SWT: ''Wahai umat Muhammad!'
maka sekalian umat Muhammad menyahut bersama-sama dengan suara yang keras: 'Labbaikallahumma Labbaik!' (kami datang kepada-Mu ya Allah, kami datang),
sedangkan ketika itu mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah-ayah mereka."
2. Tahapan umur kedua yaitu semenjak dilahirkan sampai dengan diwafatkan oleh Allah SWT
Tahapan umur ini memiliki masa permulaan yang agak menyerupai tahapan umur alam
Barzakh, yaitu semacam campuran antara beberapa sifat ke-akhiratan yang berkaitan dengan masa setelah kebangkitan dan beberapa sifat ke-duniaan yang dialami oleh manusia sebelum kematiannya. Masa permulaan di sini adalah masa dalam kandungan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan masa tersebut.
Disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: " Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari) tanah. Kemudian Kami jadikan (sari tanah) itu air mani yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Lalu Kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu gumpalan darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan Kami jadikan gumpalan daging itu tulang belulang, lalu Kami lapisi tulang belulang itu dengan daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi mahluk yang lain. Maha
Suci Allah, sebaik-baik Pencipta." (QS: 23;12-14)
Demikian juga Rasullullah telah bersabda: "Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam kandungan ibu berupa setetes air mani selama empatpuluh
hari, kemudian menjadi darah yang beku selama empatpuluh hari pula, kemuidan
menjadi segumpal daging selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat
kepadanya, meniupkan ruh baginya dan memerintahkan menulis empat perkara:
rezekinya, ajalnya, amalannya dan kesudahannya, sebagai orang sengsara atau
bahagia. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang dari
kamu beramal dengan amalan ahli surga hingga jarak dengan surga hanya sehasta,
tapi ia didahului oleh suratan takdirnya dan iapun beramal dengan amalan ahli
neraka, sehingga masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya seseorang dari
kamu beramal dengan amalan ahli neraka hingga jarak diantaranya dengan neraka
itu hanya sehasta, namun ia didahului oleh takdirnya dan iapaun beramal dengan
amalan ahli surga, sehingga masuklah ia ke dalam surga." (HR Abdullah bin Mas'ud
r.a. dalam shahih Bukhari dan Muslim)
Ibnul Jauzi telah membagi umur pada tahapan ini menjadi lima masa:
1.. Masa kanak-kanak; dari sejak dilahirkan hingga mencapai umur lima belas tahun
2.. Masa muda; dari umur limabelas tahun hingga umur tigapuluh lima tahun
3.. Masa dewasa; dari umur tigapuluh lima tahun hingga umur limapuluh tahun
4.. Masa tua; dari umur limapuluh tahun hingga umur tujuhpuluh tahun5.. Masa usia lanjut; dari umur tujuhpuluh tahun hingga akhir umur yang ditentukan oleh Allah SWT.
Pada tahapan masa kanak-kanak berlaku masa keringanan dari Allah SWT yaitu belum
adanya taklif (beban kewajiban) atas anak-anak untuk mengerjakan sholat dan
puasa ataupun kewajiban syara' (agama) lainnya. Hanya saja para orang tua diwajibkan menyuruh mereka mengerjakannya karena kebaikan dan amal saleh dari anak yang belum baligh selain menjadi amal kebaikannya juga akan menjadi catatan pahala bagi ibu-bapaknya selama kedua orang-tuanya memperhatikan pendidikan dan pemeliharaannya. Jika anak telah mencapai masa baligh dan telah sempurna akalnya yaitu kira-kira umur limabelas tahun maka ia telah menjadi mukallaf. Saat itulah segala kewajiban agama telah berlaku atas dirinya. Kedua malaikat pengawas diperintahkan oleh Allah untuk mencatat segala aktifitas baik lahir maupun
bathin-nya.
Sebagaimana firman Allah: "Dan sesungguhnya bagi kamu ada beberapa penjaga. Penulis-penulis yang mulia. Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan." (QS: 82;10-12)
"Ketika dua malaikat pencatat membuat catatan, satu duduk di sebelah kanan dan
satu di sebelah kiri. Tiada yang diucapkan, satu perkataanpun, melainkan ada di
dekatnya (malaikat) pengawas yang selalu hadir." (QS. 50; 17-18)
Malaikat ini akan mendampingi dan hadir pada hari kiamat di hadapan pengadilan
Allah SWT dan keduanya menjadi saksi baginya. "Dan datanglah setiap orang
bersama (malaikat) pengiring dan (malaikat) penyaksi." (QS. 50; 21)
Pada tahapan masa muda terjadi banyak perubahan baik secara fisik maupunnon-fisik (pubertas). Pada masa ini akan dipenuhi dengan semangat dan kekuatan serta memuncaknya vitalitas. Masa muda ini merupakan kesempatan untuk memperbanyak amalan-amalan serta kebaikan-kebaikan. Namun kecenderungan yang terjadi adalah sebagian besar memanfaatkannya untuk pemuasan nafsu kedunia-an.
Dalam hal ini Rasullullah saw telah mengingatkan: "Rebutlah lima perkara sebelum terjadi lima perkara: Masa mudamu sebelum tiba masa tuamu, masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, masa lapangmu sebelum tiba masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum tiba masa ajalmu." (HR. Al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Abi'ddunia, Ibnul-Mubarrak) "Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara:
1.. Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan
2.. Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan
3.. Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan
4.. Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. " (HR. Tirmidzi)
Sedangkan apabila seseorang telah mencapai masa dewasa, Allah SWT memberikan karunia hikmah dan kebijaksanaan sehingga kelihatan padanya berbagai ketaatan dan menujukan hatinya kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT: " Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan. " (QS. 28;14)
" ... sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empatpuluh tahun,
berkatalah ia: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku jalan untuk mensyukuri nikmat yang
telah Engkau karuniakan kepadaku dan kedua ibu-bapakku, dan doronglah aku untuk
berbuat amal saleh yang Engkau ridhai ..." (QS. 46;15)
as-Syaikh al-Arif Abdul Wahhab bin Ahmad as-Sya'rani dalam kitabnya al-Bahrul-Maurud menyebutkan: "Telah diambil janji-janji dari kita, bahwa apabila kita telah mencapai umur empatpuluh tahun, hendaklah bersiap-siap dengan melipat kasur-kasur dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap nafas yang kita tarik sehingga tidak akan lagi merasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun, sebanding dengan seratus tahun sebelumnya."
Imam Syafi'i (rahimahullah), setelah mecapai umur empat puluh tahun, berjalan dengan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata: "Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat."
Berkata Wahab bin Munabbih: " Aku baca dalam beberapa kitab, bahwasanya ada
suatu suara menyeru dari langit ke-empat pada setiap pagi: ' Wahai orang-orang
yang telah berusia empatpuluh tahun! kamu adalah tanaman yang telah dekat dengan
masa penuaiannya. Wahai orang-orang yang telah berusia limapuluh tahun! Sudahkah
kamu ingat tentang apa yang telah kamu perbuat dan apa yang belum? Wahai
orang-orang yang telah berusia enampuluh tahun! Tidak ada lagi dalih bagimu. Oh,
alangkah baiknya seandainya semua mahluk tidak diciptakan! Atau jika mereka
telah diciptakan, seharusnya mereka mengetahui, mengapa mereka diciptakan. Awas,
saatmu telah tiba! Waspadalah! "
Setelah mencapai tahapan umur dewasa maka manusia akan beralih kepada umur tua.
Dalam tahapan ini akan nampak tanda-tanda kelemahan seseorang. Tahapan umur ini
oleh Rasullullah saw. dinamakan 'pergulatan dengan maut', yaitu masa-masa umur
enampuluhan hingga tujuhpuluhan. Dalam hal ini beliau bersabda: "Masa penuaian
umur umatku dari enampuluh hingga tujuhpuluh tahun". (HR. Muslim & Nasa-i)
Rasullullah saw., sahabat Abubakar, Umar dan Ali ra. juga diwafatkan oleh Allah
SWT pada kisaran usia ini. Umat sekarang ini tergolong umat yang berumur pendek
dibandingkan dengan umat-umat terdahulu. Diriwayatkan bahwa ketika sebagian dari
bani Adam meninggal dunia pada umur kurang lebih duaratus tahun, maka banyaklah
mahluk yang merasa simpati terhadapnya, karena telah meninggal dalam usia yang
muda. Diriwayatkan lagi bahwa Rasullullah saw. ketika merasakan umur umatnya
terlalu pendek bila dibandingkan dengan umat sebelumnya, beliaupun memohon dan
bertadharru' kepada Allah SWT, mengadukan bahwa tidak cukup waktu bagi umatnya
untuk memperbanyak ketaatan kepada Allah SWT dan menambah amalan untuk
akhiratnya. Maka Allah SWT menganugerahkan kepadanya kepada umat Muhammad malam
Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan, untuk memanjangkan nilai umur
mereka dan menambah pula pahala dan kebajikan mereka sedemikian rupa. Maka bila
beribadah dan munajat kepada Allah SWT pada malam Lailatul Qadar itu, ia seperti
beribadah selama seribu bulan yang setara dengan 83 tahun 4 bulan. Demikianlah
perhatian Rasullullah saw. yang sangat besar dalam memperjuangkan nasib umatnya.
Telah diriwayatkan bahwa orang pertama yang beruban ialah Nabi Ibrahim a.s. Ketika beliau melihat rambut putih itu beliau bertanya: "Wahai Tuhanku, apa ini?". Allah menjawab: " Ini (tanda) kewibawaan." Berkata Ibrahim: "Tuhanku, tambahkanlah itu bagiku!" Berkata Al-Khatib Ibnu Nutabah: "Sesungguhnya uban itu laksana perbatasan hidup yang tak dapat disekat, kerusakannya tidak dapat diperbaiki oleh zaman. Ia adalah cahaya yang muncul bersama dengan surutnya nafas seseorang, yang akan memimpin seseorang ke tempat onggokan
tulang-belulang. Oleh karena itu semoga Allah merahmatimu, jangan membakar cahaya ubanmu dengan api-api dosamu!"
Bersabda nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadist Qudsi: "Telah berfirman Allah SWT:'Demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, dan kebutuhan sekalian mahluk-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik lelaki maupun wanita yang telah beruban karena mencapai umur tua di dalam Islam'. Kemudian Rasullullah saw. menangis . Lalu ditanyakan kepadanya:"Apa sebab engkau menangis, ya Rasullullah ?" Jawab beliau: "Aku menangisi orang tua yang Allah malu kepadanya, sedang dia tidak malu kepada Allah SWT."
Sekali peristiwa, Ma'an bin Zaidah datang menghadap Khalifah al-Ma'mun, lalu Khalifah bertanya: "Bagaimana keadaanmu setelah menjadi tua seperti ini?" Jawabnya: "Aku mudah tersungkur hanya karena tersandung sebuah kerikil, dan dapat diikat hanya dengan sehelai rambut." Tanya Khalifah :"Bagaimana halnya dengan makan minum dan tidurmu?" Jawabnya:"Bila aku lapar, aku menjadi marah, bila aku makan aku bosan, bila dalam majlis aku mengantuk, bila di atas tempat tidur mataku terbuka!". Tanya Khalifah selanjutnya:"Bagaimana halmu dengan wanita ?" Jawabnya: 'Yang tua dan buruk aku tidak ingin kepadanya, yang cantik
molek tidak suka kepadaku!" Kata Khalifah selanjutnya:" Orang sebijak engkau ini
tidak patut menjadi tua" (dari kitab Rabi'ul-Abraar)
Berkata Imam Ghazali dalam uraiannya untuk mengingatkan pada orang-orang yang sudah tua: "Jika anda katakan bahwa mati itu tidak akan terjadi kecuali disebabkan karena sakit dan jarang sekali ia datang dengan tiba-tiba, ketahuilah benar-benar bahwasannya mati itu adakalanya terjadi dengan tiba-tiba. Dan apabila anda sakit, maka anda tidak akan mampu lagi mengerjakan amal-amal saleh sedangkan itu bekal untuk akhirat kelak".
Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dilalaikan oleh harta dan anak-anakmu dari mengingat Allah. maka barang siapa melakukan yang demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah rezeki yang kami berikan kepadamu sebelum maut datang menjumpai seseorang dari kamu;
Lalu berkata:'Tuhanku Kalau dapat Engkau tangguhkan matiku sebentar saja, niscaya aku akan memberi sedekah dan aku akan menjadi orang-orang yang mengerjakan kebaikan.' Allah tidak akan memberi tangguh kepada seseorang apabila telah sampai ajalnya, dan Allah Maha Mengetahui segala yang kamu kerjakan." (QS 63:9-11)
Rasullullah saw. pernah ditanya: "Adakah orang lain yang akan dibangkitkan
bersama para syuhada?" Jawab beliau: "Ya, mereka itulah yang mengingat mati
sebanyak duapuluh kali dalam sehari semalam." Di lain peristiwa beliau menjawab:
"Merekalah yang banyak mengingat mati dan selalu bersiap-siap menyambutnya.
Merekalah orang-orang bijak, yang meninggalkan dunia dengan penuh kehormatan dan
tiba di akhirat dengan penuh kemuliaaan."" (HR Ibnu Majah dan Ibnu Abi'ddunia)
Dalam sebuah hadist dijelaskan: "Anggaplah dirimu di dunia ini sebagai seorang
asing atau musafir lalu, dan anggaplah dirimu sebagai seorang diantara penghuni
kubur". (HR Bukhari)
Rasullullah saw bersabda: "Apalah arti dunia bagiku. Hubunganku dengan dunia ini
laksana seorang pengendara yang sedang berjalan di panas terik, tiba-tiba
kelihatan olehnya sebatang pohon, lalu iapun berteduh sejenak dibawahnya, sesaat
kemudian ia pergi lagi dan meninggalkannya." (HR Tirmidzi)
Sehubungan dengan uraian Al-Ghazali mengenai kematian seseorang yang disebabkan
oleh sakit, Rasullullah saw mengajurkan supaya orang yang sedang sakit banyak
beristighfar mengingat Allah sebab ia tidak tahu barangkali ia akan mati karena
sakit tersebut. Sekali waktu Rasullullah saw menjenguk seorang yang sedang sakit
dan beliau bertanya kepadanya: "Bagaimana perasaanmu?" Jawabnya:"Aku meletakkan
sepenuh harapan kepada Tuhanku dan aku selalu cemas tentang dosa-dosaku". Maka
berkatalah beliau:"Selama kedua sifat ini terkumpul dalam hati seorang muslim,
sedang ia dalam keadaan kritis, maka Allah akan mengabulkan semua yang
diharapkan dan meyelamatkan dari semua yang ditakutinya." (HR Tirmidzi)
Dalam hadist lain disebutkan: "Seseorang hamba muslim, ketika menghadapi maut
akan digembirakan dengan rahmat Allah dan karunia-Nya, sehingga ia ingin sekali
bertemu dengan Allah SWT dan Allah SWT pun ingin bertemu dengannya. Sebaliknya
seorang munafik ketika menghadapi maut akan dipertakuti dengan azab Allah SWT.,
maka ia tak ingin bertemu dengan Allah SWT dan Allah SWT pun tak ingin bertemu
dengannya. Maka kaum mukminin yang penuh dengan takwa akan digembirakan oleh
rahmat Allah SWT ketika hendak keluar dari dunia ini sehingga ruh-ruh mereka
hampir-hampir akan terbang dari jasad mereka karena sangat rindu akan Tuhannya
dan ingin sekali untuk segera menemui-Nya disaat para malaikat memberi salam
kepada mereka menggembirakan mereka dengan surga dan jaminan bahwa mereka tidak
akan ketakutan dan tidak akan pula bersedih hati sebagaimana dalam firman Allah:
"Orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik (kepada mereka
dikatakan): 'Selamatlah kamu! Masuklah ke dalam surga disebabkan amal baik yang
telah kamu kerjakan'" (QS 16:32) (HR Bukhari & Muslim)
Beberapa do'a yang dianjurkan oleh Rasullullah saw dibaca pada saat sakit
diantaranya adalah: "Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dholimiin"
'Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sungguh aku ini tergolong orang-orang yang aniaya'. Dalam satu riwayat disebutkan bila membaca do'a ini sebanyak 40 kali lalu ia meninggal karena penyakitnya itu maka ia sama dengan mati syahid.
Dari Anas ra. berkata bahwa Rasullullah saw. bersabda mengenai perjalanan manusia dari bayi hingga mencapai umur baligh: "Segala kebajikan yang dikerjakannya akan dicatat pahalanya untuk kedua orang tuanya. Jika ia melakukan kesalahan tidaklah dicatat baginya suatu dosa dan tidak pula bagi kedua orang tuanya. Apabila ia telah baligh dan qalam mulai mencatat perbuatannya, maka Allah SWT akan memerintahkan kedua malaikat yang bersamanya untuk memelihara serta membenarkan langkahnya. Apabila ia mencapai umur 40 tahun sebagai seorang muslim, maka Allah akan memeliharanya dari tiga penyakit yaitu gila, lepra, dan
sopak (belang). Apabila ia mencapai umur 50 tahun, Allah akan meringankan
hisabnya. Apabila ia mencapai usia 60 tahun, Allah memudahkan baginya untuk
kembali kepada-Nya dalam hal-hal yang disukai-Nya. Apabila ia mencapai umur 70
tahun, niscaya ia akan dicintai seluruh penghuni langit. Apabila ia mencapai
usia 80 tahun Allah akan mencatatkan segala kebajikan baginya dan mengampuni
segala kejahatannya. Apabila ia mencapai umur 90 tahun Allah akan mengampuni
segala dosa-dosanya yang terdahulu dan dosanya yang akan datang dan
mengizinkannya memberi syafaat pada semua ahli rumahnya dan ia selalu dibawah
pengawasan Allah SWT. Apabila ia mencapai usia yang tua renta (pikun), sehingga
tidak mengetahui lagi apa yang dahulu pernah ia ketahui, maka Allah SWT akan
mencatatkan segala kebajikan yang pernah dilakukan pada masa sehatnya dulu dan
bila ia berbuat suatu dosa maka tidaklah akan dicatatkan lagi baginya
sesuatupun."
Sekali peristiwa seorang jenazah lewat di hadapan Rasullullah beliau berkata:
"Bebas atau membebaskan!" beliau ditanya:"Wahai Rasulullah Apa maksud bebas atau
membebaskan?" Beliau menjawab:"Seorang mukmin yang meninggal dunia akan bebas
dari gangguan dunia dan penderitaannya, menuju kepada rahmat Allah. Sedangkan
kematian seorang fajir (durhaka) akan membebaskan seluruh hamba Allah, negara,
pepohonan dan binatang dari gangguannya." (HR Bukhari dan Muslim)
Berkata Rasulullah saw. kepada Abu Dzar: "Wahai Abu Dzar! Sesungguhnya dunia ini
adalah penjara bagi orang mukmin sedang kubur adalah tempat aman baginya dan
surga adalah tempat tujuannya." Wahai Abu Dzar sesungguhnya dunia ini adalah
surga bagi orang kafir, sedang kubur adalah tempat siksaannya dan neraka adalah
tempat tujuannya."
Berkata Ibnu Abbas ra.: "Sekiranya anda lihat seseorang sedang menghadapi maut
maka gembirakanlah agar ia menemui Tuhannya dengan mnyimpan sangkaan baik
terhadap-Nya. Tetapi selama hidup pertakutilah ia dengan hukuman Allah."
Imam Ali ra. berkata: "Apabila seorang mukmin meninggal dunia, tempat shalatnya
di bumi akan menangisinya dan tempat naik amalannya ke langit pun akan
menangisinya pula"
Bersabda Rasulullah saw: "Siapa saja yang matinya di penghujung Ramadhan maka ia
masuk surga. Siapa saja yang matinya di penghujung hari Arafah, maka ia masuk
surga. Dan siapa yang matinya tepat saat ia selesai bersedekah, maka ia masuk
surga." "Barang siapa meninggal dunia pada malam Jum'at atau hari Jum'at, maka
ia akan terlindung dari siksa kubur, dan di hari kiamat ia akan datang dengan
tanda-tanda para syuhada padanya."
Tahapan umur ketiga dimulai yaitu saat manusia meninggalkan dunia ini, hingga ia
dibangkitkan dari kubur dengan tiupan sangkakala. Ini dinamakan alam Barzakh.
Berfirman Allah SWT: "... Dan di belakang mereka ada Barzakh sampai hari mereka
dibangkitkan." (QS 23:100)
Jasad atau tubuh akan ikut merasakan kenikmatan dan kesengsaraan ketika masih
hidup, dan hancur luluh saat mati namun ruh akan tetap kekal, sedangkan yang
menjadi saksi keberadaan kita hanyalah ajbudz-dzanab (tulang-ekor) dan dari
inilah tubuh manusia akan dihimpun kembali dan menuju tempat kebangkitan.
Lain halnya dengan jasad para Nabi, mereka dikecualikan dari semua ini dan
mereka tetap hidup dalam kubur. Demikian pula para syuhada yang gugur dalam
jihad.
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati
bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki." (QS 3:169)
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa bahwa ruh para syuhada tersebut
bersemayam dalam perut burung-burung yang berwarna hijau, berterbangan di dalam
surga dan tinggal di dalam lampu-lampu yang tergantung di 'Arsy. (HR Tirmidzi)
Sedangkan bagi keluarga dan sahabat yang ditinggal mati saudaranya maka mereka
berkewajiban: Mengantarkan jenazah sampai ke kuburnya. "Orang yang mengantar
jenazah seorang Muslim hingga dishalatkan, maka baginya satu qiraat pahala. Jika
ia menunggu sampai jenazah itu dikuburkan, ia mendapat dua qiraat. Dan setiap
satu qiraat nilainya sebesar gunung Uhud." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi) "Barangsiapa mengantarkan jenazah saudaranya yang Muslim, maka Allah
akan memerintahkan para malaikat untuk mengantarkan jenazahnya dan menyembahyangkannya kelak apabila ia mati." HR Bukhari dan Nasa-i) Mempercepat
pengurusan jenazah "Apabila pengurusan jenazah telah selesai dan bila ia sedang
dipikul orang banyak (ke kubur), maka bilamana ia adalah jenazah orang yang
saleh, ia akan berkata: 'Segerakanlah aku, segerakanlah aku ke kubur. Tetapi
bilamana ia bukan seorang yang saleh, ia akan berkata:'Celaka aku! ke mana
kalian akan membawaku pergi ?' (HR Bukhari dan Nasa-i)
Bersabda Rasulullah saw: "Percepatlah (mengurus) jenazah. Jika ia termasuk manusia saleh maka sebaiknya kamu menyegerakannya ke kubur agar ia segera menjumpai kebaikan yang tersedia baginya. Jika ia bukan manusia saleh maka ia adalah suatu bencana yang sebaiknya kamu hindarkan dari atas pundakmu." (HR.Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi)
Seorang jenazah mengenali dan merasakan siapa yang memandikan, mengafani dan menurunkannya ke liang lahat. Diriwayatkan bahwa ruh orang mati itu berada dalam
genggaman malaikat yang mengiringi jenazah itu dan mendengar segala yang dikatakan orang tentang si jenazah tersebut. (HR. Ahmad)
Apabila lubang kubur telah rata dengan tanah hendaklah jenazah tersebut didoakan
karena ia sedang berhadapan dengan malaikat Munkar dan Nakir yang akan
menanyakan kepadanya tentang Siapa Tuhannya? Apa agamanya? dan Siapa Nabinya?
Orang yang diberi keteguhan dan rahmat oleh Allah akan mudah menjawab pertanyaan
tersebut namun orang yang sering lalai dalam mengingat Allah akan menerima siksa
kubur dengan berbagai adab. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)
Bersabda Rasulullah saw.: "Tiada pemandangan yang pernah kulihat lebih
menyeramkan daripada kubur." Usman bin Affan ra., setiap kali berada di kuburan
selalu mengucurkan airmata hingga membasahi janggutnya. Ketika beliau ditanya
orang:"Bila mengingat surga dan neraka, anda tidak pernah menangis seperti ini,
apa sebabnya?" maka beliau berkata:"Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda:
"Kubur itu adalah tempat pemberhentian pertama dari tempat-tempat di akhirat.
Siapa selamat di situ maka setelah itu semuanya akan menjadi lebih mudah dan
ringan baginya. Tetapi siapa gagal, maka tempat-tempat setelah itu akan dirasa
lebih berat."
"Sesungguhnya di dalam kubur itu akan dijumpai himpitan. Jika ada orang yang bisa selamat daripadanya,maka selamatlah Sa'ad bin Mu'adz daripadanya." (Sa'ad bin Mu'adz adalah seorang sahabat besar yang menurut sebuah riwayat yang menyebabkan terguncangnya 'Arsy ketika beliau meninggal) Siksa Kubur
Diberitahukan bahwa siksa kubur itu disebabkan tiga hal yaitu: Ghibah
(pergunjingan), Namimah (Fitnah) dan tidak cukup membersihkan diri dari kencing.
Hal ini tersebut pada sabda Nabi: "Kebanyakan siksa kubur disebabkan tidak cukup
membersihkan diri dari kencing."
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah mendengar dua orang laki-laki sedang
disiksa di dalam kubur mereka, lalu beliau meminta setangkai ranting pohon kurma
dan ditancapkannya di atas kubur tersebut seraya berkata:"Semoga mereka berdua
diringankan dari siksa selama ranting-ranting ini masih segar. Sesungguhnya kedua orang itu disiksa bukan karena berbuat dosa besar. Seorang di antara keduanya suka melontarkan fitnahan dan yang satu lagi tidak memelihara kebersihan diri dari kencing."
Diriwayatkan bahwasannya Sa'ad bin Ubadah r.a. berkata kepada Rasulullah saw.:
"Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara tiba-tiba. Sekiranya ia masih sempat
berbicara niscaya ia akan bersedekah. Dapatkah aku bersedekah untuknya..?"
Beliau menjawab: "Ya!" Maka Sa'ad pun menggali sebuah sumur dan menyedekahkannya
atas nama ibunya. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa-i, Abu Daud dan Ahmad)
Berkata seorang laki-laki kepada Rasulullah saw.: "Ya Rasulullah! Ibu-Bapakku
telah meninggal dunia, adakah suatu bakti yang dapat kulakukan untuk mereka?"
Jawab Rasulullah: "Empat hal yang dapat kau lakukan: berdo'a dan beristighfar
bagi keduanya, melaksanakan pesan-pesan mereka, berbuat baik kepada kawan-kawan
mereka dan menghubungkan tali silaturrahmi yang tidak bersambung kecuali karena
dengan perantaraan keduanya." Rasulullah saw. juga pernah bersabda: "Kalau tidak
karena adanya orang yang hidup, maka binasalah orang yang telah mati."
Pernyataan beliau mempunyai maksud bahwa selamatlah orang yang telah mati karena
adanya do'a dan istighfar dari orang yang masih hidup.
Bersabda Rasulullah saw.: "Umatku adalah umat yang dirahmati. Mereka masuk ke
dalam kubur dengan dosa-dosa setinggi gunung dan keluar dari sana dalam keadaan
terampuni segala dosanya, yaitu dengan adanya istighfar, sedekah, do'a dan
bacaan Al-Qur'an yang dilakukan orang-orang yang hidup untuk mereka. Para
malaikat membawa semua itu dalam pinggan-pinggan besar terbuat dari cahaya yang
ditutup dengan kain sutra sambil berkata kepada mereka yang menrimanya:'Inilah
hadiah yang dikirim si Fulan untukmu.' Maka si penerima akan merasa senang dan
gembira." Ziarah Kubur
Ziarah kubur merupakan sunnah Rasul, telah bersabda beliau: "Ziarahilah kubur-kubur karena yang demikian itu mengingatkan kamu akan mati." "Dahulu aku melarang kamu ziarah ke kubur maka sekarang ziarahlah, karena hal itu akan menjadikan kamu zuhud di dunia dan mengingatkan kamu akan akhirat." (HR. Muslim,Tirmidzi, Abu Daud dan Nasa-i)
"Tiada seorangpun yang menziarahi kubur saudaranya dan duduk di sisinya, melainkan ia (si penghuni kubur) akan merasa tentram dan senang kepadanya dan ruh-nya dikembalikan ke tempat itu sampai yang berziarah itu bangun dari duduknya." (HR. Ibnu Abi'ddunia)
"Mayit di dalam kubur akan merasa tentram dan senang sekali apabila orang yang
sangat dicintainya di dunia dahulu datang menziarahinya."
Apabila sedang berziarah atau melewati kuburan dianjurkan untuk membaca do'a:
"Assalamualaikum daaroqawmin mu'miniina wa atakum maa tuu'aduna ghadan mu'ajjaluuna wa inna insya'allaahu bikum laa hiquuna antum lanaa salafun wanahnu lakum taba'un nas'alullaaha lanaa walakumul'afiyah allaahummaghfirli lana
walahum.ö
"Salam sejahtera atas kamu, wahai penghuni tempat kaum mukminin. Esok akan datang kepadamu apa yang telah dijanjikan. Kamu telah pergi dan kami insya Allah akan menyusulmu. Kamu adalah orang-orang yang terdahulu dan kami adalah orang yang mengikuti kemudian. Kami memohon keselamatan bagi kami dan kamu. Ya Allah, ya Tuhan kami! Berilah ampunan bagi kami dan bagi mereka." (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Bersabda Rasulullah saw.: "Sesungguhnya semua amalan kamu ditunjukkan kepada
keluarga dan kerabat kamu yang sudah mati. Jika amalan itu baik, mereka bergembira. Tapi jika amalan itu buruk, maka mereka berseru kepada Allah SWT:"Ya Allah, ya Tuhanku! janganlah Engkau wafatkan mereka sehingga Engkau memberi mereka petunjuk, sebagaimana engkau memberi kami."
"Amalan-amalan manusia dihadapkan kepada Allah SWT. pada tiap-tiap hari Senin
dan Kamis. Juga kepada para nabi dan ibu-bapak pada tiap-tiap hari Jum'at.
Mereka akan bergembira melihat kebaikan-kebaikannya, wajah-wajah mereka akan
bertambah dengan nur dan cahaya. Maka hendaklah kamu sekalian bertakwa kepada
Allah dan jangan sekali-kali menimbulkan gangguan bagi orang-orang yang telah
mati diantara kamu."
Ketahuilah bahwasannya seluruh mahluk akan berkumpul di Barzakh pada masa antara
dua tiupan sangkakala sebab di waktu itu sudah tidak ada lagi mahluk yang hidup,
semuanya telah mati. Allah SWT berfirman: "Dan ditiupkanlah sangkakala, maka
matilah semua yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah."
(QS. 39:68) "Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan
segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka." (QS. 36:51) Inilah yang
disebut dengan kiamat (kebangkitan) pertama yang sesudah itu akan akan
berlangsung kiamat (kebangkitan) kedua yaitu semua yang mati akan dihidupka
kembali atas izin Allah SWT. "... Kemudian ditiuplah sangkakala itu sekali lagi
maka merekapun bangkit dan menunggu." (QS. 39:68) Dan jarak diantara kedua
tiupan sangkakala tersebut masanya kurang lebih empatpuluh tahun.
Bersabda Rasulullah saw.: "Akan muncul Dajjal di antara umatku, maka ia akan
tinggal selama empatpuluh." (Perawi hadist ini bimbang dengan maksud dari
empatpuluh tersebut mungkin empatpuluh hari, empatpuluh bulan atau empatpuluh
tahun) "Kemudian Allah SWT akan membangkitkan kembali Isa bin Maryam as. dan ia
menyerupai Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi ra. maka dialah yang akan mencari Dajjal
dan membinasakannya. Sesudah itu semua mahluk akan hidup selama tujuh tahun,
tidak ada permusuhan antara satu dengan yang lain. Kemudian Allah SWT akan
mendatangkan angin sejuk dari arah negeri Syam, yang mewafatkan setiap orang
yang di dalam hatinya bersemayam iman dan kebaikan walaupun sebesar dzarrah.
Sehingga andaikata seseorang dari kamu mencoba melarikan diri ke perut gunung,
angin sejuk itu akan mewafatkanmu juga. Maka yang tinggal pada masa itu hanyalah
orang-orang jahat selincah burung, seganas binatang buas, tidak pernah mengenal
kebajikan, dan tidak pula mencegah kemunkaran. Setan pun akan menjelma dalam
tubuh mereka seraya berkata kepada mereka: "Tidaklah kalian mau menerima
seruanku?" Mereka lalu menjawab: "Kami masih belum tahu apa yang diperintahkan
kepada kami." Maka setan akan menyuruh mereka agar menyembah berhala-berhala
terbenam dalam kekayaan harta dan kemewahan hidup dunia.
Kemudian ditiuplah sangkakala dan setiap orang yang mendengar akan berpaling dan
mengangkat lehernya (mencari suara itu). Kemudian semua manusia tersentak pingsan, setelah itu Allah SWT menurunkan hujan rintik-rintik seperti embun dan hiduplah kembali manusia. Ketika itu sangkakala ditiup untuk kedua kalinya lalu semua mahluk akan bangkit dan menunggu. "Kami biarkan mereka di hari itu bercampur-aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya." (QS. 18:99)
Kemudian dikatakan kepada semua yang ada di situ: "Wahai manusia sekalian!
Kemarilah kepada Tuhan kamu."
"Dan tahanlah mereka sekalian, sesungguhnya mereka akan ditanya." (QS. 37:24)
Kemudian terdengar suara:"Sisihkanlah dari kelompok yang akan dilemparkan ke
dalam api neraka itu!" Suara lain bertanya: "Berapa ... berapa ...?" Maka
dijawab:"Dari tiap seribu orang sisihkan sembilan ratus sembilanpuluh sembilan
orang." Merekapun lalu dipanggil satu persatu dan itulah hari yang tersebut
dalam firman Allah SWT:"Pada hari betis disingkapkan..." (QS. 68:42) " ... hari
dimana anak-anak kecil beruban." (QS. 73:17)
Bersabda Rasulullah saw.: "Tak seorangpun yang mengucapkan:'Laa ilaaha illallah' masih hidup ketika hari kiamat tiba." "Maka yang tinggal hanyalah orang-orang jahat belaka. Mereka berselisih sendiri laksana keledai-keledai yang sedang berkelahi. Atas mereka inilah akan terjadi kiamat."
Bersabda Rasulullah saw.: "Pada hari kiamat Allah SWT akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya lalu berkata:'Aku adalah Raja DiRaja' Di manakah raja-raja di bumi?" (HR. Bukhari, Muslim)
"Allah akan melipat lapisan langit di hari kiamat, lalu menggenggamnya dengan 'tangan kanan'-Nya seraya berkata: 'Aku adalah Raja DiRaja! dimanakah para raja yang mengagungkan diri? Dimanakah orang-orang yang menyombongkan diri?' Kemudian Dia melipat bumi dengan 'tangan kiri'-Nya seraya berkata: 'Akulah Raja DiRaja! dimanakah para raja yang mengagungkan diri? Dimanakah orang-orang yang menyombongkan diri?" (HR. Muslim)
"Di suatu masa Islam akan luntur sebagaimana pakaian menjadi luntur, sehingga tiada lagi orang yang mengetahui apa itu puasa, apa itu sembahyang, apa itu haji dan apa itu sedekah. Maka diangkatlah Al-Qur'an pada suatu malam, dan tidak ada satu ayatpun yang masih ada di muka bumi. Dan akan tinggal beberapa kelompok manusia, diantaranya orang-orang tua renta yang
tidak berdaya lagi dan mereka itu berkata:'Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan 'laa ilaaha illallah', maka kamipun mengucapkannya." Tanda-tandakiamat
Berkata Rasulullah saw.: "Kamu takkan melihat hari kiamat hingga kamu melihat sepuluh tandanya terlebih dahulu; 'terbitnya matahari dari arah tenggelamnya, datangnya dukhan (asap), lalu Dajjal, lalu dabbah (binatang yang berkata-kata), lalu tiga gerhana (gerhana di timur, di barat dan di semenanjung Jazirah arab), munculnya Isa a.s., Ya'juj dan Ma'juj, dan terakhir adalah api yang keluar dari bumi Aden di Yaman." (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Daud dan Nasa-i)
Kedatangan hari kiamat hanya Allah SWT sajalah yang tahu; "...Katakanlah:
'Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanyalah pada Tuhanku; tidakada seorangpun yang dapat mengungkapkan waktu kedatangannya selain Dia ..." (QS.7:187)
"...Dan pada-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat." (QS. 43:85)
Tahapan umur ke empat dimulai sejak kebangkitan manusia dari kuburnya untuk
menghadap pengadilan Tuhan, hingga saat masuknya ahli surga ke dalam surga dan
ahli neraka ke dalam neraka.
Ini akan terjadi saat Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Israfil a.s. untuk meniup sangkakala yang kedua kalinya. "Dan ditiuplah sangkakala, maka merekapun bangkit dari kubur masing-masing lalu datang bergegas menuju Tuhan mereka." (QS.36:51)
"...Kemudian ditiupkan (sangkakala) sekali lagi maka merekapun tegak berdiri
sambil menunggu." (QS. 39:68)
"Orang-orang yang kafir itu mengira bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: 'Ya! Demi Tuhanku, kamu tetap akan dibangkitkan kemudian diberitahu segala yang telah kamu kerjakan, dan yang demikian itu adalah mudah sekali bagi Allah." (QS. 64:7)
"Penciptaan dan pembangkitan kamu oleh Allah hanyalah seperti (menciptakan) satu
jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (QS. 31:28)
"Tidakkah mereka perhatikan, bagaimana Allah memulai ciptaan kemudian
mengulanginya? Sesungguhnya yang demikian itu mudah saja bagi Allah.
Katakanlah:'Berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah, bagaimana Allah memulai
ciptaan, kemudian Ia mengulangi penciptaan itu sekali lagi. Sesungguhnya Tuhan
Berkuasa atas segala sesuatu." (QS. 29:19-20)
"Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti tiba, tidak ada keraguan padanya, dan
sesungguhnya Allah akan membangkitkan orang yang di dalam kubur." (QS. 22:7)
"Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya (ialah) bahwa engkau lihat bumi itu tandus
dan kering, tetapi setelah Kami turunkan hujan di atasnya, iapun bergetar dan
mengembang. Sesungguhnya Dia yang menghidupkan (bumi yang mati) itu, Dialah pula
yang pasti dapat menghidupkan orang-orang yang mati. Sungguh Dia Berkuasa atas
segala sesuatu." (QS. 41:39)
"Dibuatnya (oleh manusia kafir) perumpamaan bagi Kami, sementara ia lupa asal
kejadiannya sendiri. Ia berkata:'Siapa dapat menghidupkan tulang-belulang yang
sudah hancur luluh?' Katakanlah:'Yang akan menghidupkannya ialah yang
menciptakannya pertama kali, dan Dia Maha Mengetahui tentang segala ciptaan'."
(QS. 36:78-79)
Diriwayatkan dari Abu Razin al-Uqaili ra. katanya: "Aku bertanya kepada
Rasulullah saw., bagaimana Allah menciptakan mahluk-Nya? Apakah tanda-tanda
ciptaan-Nya? Jawab beliau: 'Apakah engkau tidak pernah melewati suatu lembah
yang kering kerontang, kemudian pada kali lain engkau lewat di situ lagi dan
engkau melihatnya hijau dan subur?' Jawabku:"Benar!" Kata beliau lagi:"Itulah
tandanya dalam ciptaan-Nya."
Imam al-Qurthubi rahimahullah pernah menyebut, di dalam kitab at-Tadzkirah,
sebuah hadis panjang yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a katanya: "Telah
bersabda Rasulullah saw. ketika kami bersama-sama sekelompok sahabatnya...",
hadis ini disampaikan panjang lebar samapai kepda firman Allah SWT yaitu: ""Pada
hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain, demikian pula langit..." (QS.
14:48) "... maka Allah SWT telah menghamparkan bumi dan membentangkannya papar
dan rata, sehingga tidak kelihatan ada yang tinggi ataupun rendah. Kemudian
terdengarlah teriakan amat keras, maka semua mahlukpun berada di bumi yang
digantikan, dalam keadaan yang sama seperti keadaan mereka sebelumnya, yang
berada dalam perut bumi tetap berada di situ dan yang berada di atas muka bumi
tetap juga berada di situ. Kemudian Allah menurunkan air dari bawah 'arsy yang
hawayaan (air kehidupan), yang menghujani kamu selama empatpuluh hari, sehingga
air diatasmu mencapai sedalam dua belas hasta. Lalu Allah memerintahakan semua
jasad-jasad itu tumbuh laksana sayur-sayuran, hingga apabila telah sempurna
seperti bentuk sebelumnya, maka Allah pun berfirman: "Hiduplah sekalian pemikul
'arsy! Hiduplah Jibril, Mikail dan Israfil." Israfil lalu diperintahkan oleh
Allah untuk membawa Shur (sangkakala), dan setelah itu Ia menyeru agar semua ruh
didatangkan. Adapun ruh-ruh kaum muslimin bersinar berkilauan sedangkan ruh-ruh
yang lainnya keruh gelap gulita. Semua ruh itu dikumpulkan dan ditempatkan dalam
Shur. Kemudian Allah berfirman kepada Israfil: "Tiuplah tiupan kebangkitan!"
maka Israfilpun meniup sangkakala itu, lalu keluarlah daripadanya ruh semua
mahluk laksana lebah yang keluar dari sarangnya, memenuhi ruangan luas antara
langit dan bumi. Ketika itulah Allah berfirman: "Demi kemuliaan-Ku dan
kebesaranku. Hendaklah setiap ruh kembali kepada jasadnya." maka setiap ruh di
bumi akan memasuki jasad masing-masing.
Setelah itu bumi akan terbelah. Lalu muncullah kamu sekalian dari perut bumi itu
dan aku, (kata Rasulullah saw.) adalah yang pertama kali muncul. Ketika itu kamu
sekalian keluar dalam keadaan muda belia seperti berumur tigapuluh tahun dan
pembicaraan kamu pada hari itu dalam bahasa Suryani. Kamu bergegas menuju kepada
Tuhanmu dengan berbondong-bondong mengikuti suara yang menyeru, dan orang-orang
kafir akan berkata: "Inilah hari yang penuh kesulitan (yaitu hari kebangkitan).
Dan Kami (Allah) mengumpulkan mereka, tiada seorangpun yang Kami tinggalkan."
Shur (sangkakala) adalah seperti sebuah tanduk besar yang terbuat dari nur
(cahaya), tiada seorangpun yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah SWT.
(HR. Bukhari dan Muslim) Bukhari dan Muslim menyebutkan bahwa seluruh anggota
tubuh manusia akan hancur luluh kecuali satu tulang saja yaitu Ajbuz-Dzanab
(tulang ekor) dan dari tulang itulah Allah SWT akan membangkitkan kembali
manusia, saat malaikat Israfil meniupkan sangkakala kebangkitan. Semua jasad dan
ruh dikumpulkan di tempat perhentian kiamat: "Dan pada hari Kami perjalankan
gunung-gunung dan engkau lihat bumi seperti padang terbentang. Kami himpun
mereka semua dan tiada seorangpun diantara mereka yang tertinggal. Mereka akan
dihadapkan kepada Tuhanmu dengan berbaris. (Lalu Allah berfirman): 'Sesungguhnya
kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami jadikan kamu pada kali yang pertama
meski kamu mengira bahwa Kami tidak akan menetapkan waktu untuk perjumpaan
denganmu." (QS. 18:47-48)
"Dan hari itu bumi terbelah, keluarlah mereka dari situ dengan bergegas.
Mengumpulkan itu bagi Kami adalah mudah." (QS. 50:44)
Sabda Rasulullah saw.: "Setiap orang akan mati seperti dalam keadaan hidupnya
dan akan dibangkitkan seperti dalam keadaan matinya." (HR. Muslim)
"Manusia akan dikumpulkan dalam keadaan bertelanjang kaki dan tubuhnya, tidak berkhitan, kaum wanita bercampur dengan kaum lelaki." Berkata Aisyah ra.: "Aduhai malunya! Apakah orang-orang akan saling melihat satu sama lain?" Jawab Rasulullah saw.: "Keadaan mereka terlalu gawat, sehingga tak sempat memperhatikan seperti itu." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Rasulullah saw. bersabda: "manusia dikumpulkan di padang Mahsyar dalam keadaan
lapar yang sangat, dahaga yang sangat, telanjang bulat dan terlalu penat. Maka barangsiapa pernah memberi makan (orang lain) karena Allah, maka Allah akan memberinya makan. Barangsiapa pernah memberi minum karena Allah, maka Allah akan memberinya minum. Dan barang siapa pernah memberi pakaian karena Allah, maka Allah akan memberikan pakaian. dan barangsiapa beramal karena Allah, maka Allah akan mencukupinya."
Setelah semua manusia dibangkitkan, mereka diperintahkan menuju Mahsyar. Konon
tempat itu ialah 'al-ardhul-mubarakah' (tanah yang diberkati) dan 'al-ardhul-muqaddasah' (tanah yang disucikan) di negeri Palestina. Para malaikat akan membawa mereka ke sana.
Semua amalan manusia akan dibeberkan pada hari Mahsyar ini. Amalan saleh akan
menentramkan pemiliknya, sedangkan jahat akan mebuat gelisah pemiliknya.
Berfirman Allah SWT: "... Mereka memikul kesalahan-kesalahan (dosa-dosa) di atas
punggung mereka. Alangkah buruk apa yang mereka pikul itu." (QS. 6:31)
"Dan sesungguhnya mereka kan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (yang
lain) di samping beban mereka sendiri. Dan sesungguhnya pada hri kiamat mereka
akan ditanya tentang apa yang mereka ada-adakan." (QS. 29:13)
Setiapa orang akan datang dengan bersama para malaikat pengiringnya masing-masing, yang mencatat amalan selama hidupnya. "Dan setiap jiwa datang; masing-masing bersama para malaikat pengiring dan malaikat penyaksi." (QS. 50:21)
Setiap orang yang berdosa akan nampak baginya amalan-amalan buruk yang telah
dilakukannya, sedang mereka tiada pernah bertobat. Pemakan riba, perutnya akan
membuncit sehingga dia susah sekali untuk berjalan. Para pezina akan membesar
kemaluannya sehingga menyapu tanah. Para peminum arak, ketika dibangkitkan,
tangan-tangannya masih memegang gelas araknya. Para pendusta, pengumpat, dan
pengadu domba (tukang fitnah), lidah mereka akan menjadi panjang sehingga
mencapai dada. Kaum yang menolak menunaikan zakat akan dibawa keliling bersama
ular-ular yang besar sebagai perwujudan dari harta-harta mereka yang tidak
dizakatkan. Orang yang takabur akan dibangkitkan dalam bentuk seperti semut,
sehingga mereka akan diinjak-injak orang-orang yang lain. Firman Allah SWT:
"Semua orang yang berdosa dapat dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang
kuat ubun-ubun dan kaki mereka." (QS. 55:41)
Bahwasannya manusia akan dibangkitkan menjadi tiga golongan: satu golongan berkendaraan, satu golongan berjalan kaki, dan golongan terakhir berjalan diatas kepalanya sendiri. Rasulullah saw. bersabda: "Dia yang menjadikan manusia berjalan dengan kaki, berkuasa pula menjadikan mereka berjalan dia atas kepalanya sendiri." (HR. Tirmidzi)
Diriwayatkan oleh Mu'adz bin jabal ra. katanya: "Ya Rasulullah apa gerangan maksud firman Allah SWT: 'Pada hari ditiup sangkakala, lalu kamu datang berbondong-bondong?' (QS. 78:18) Jawab Rasulullah saw.: "Wahai Mu'adz! Sesungguhnya engkau telah bertanya tentang persoalan yang amat besar!. Lalu berlinang airmata beliau karena menangis. Kemudian beliau berkata: 'Ada sepuluh golongan (sesat) dari umatku yang dibangkitkan secara terpisah. Mereka ini telah
dipisahkan Allah dari kumpulan kaum muslimin yang lain dan diubah wajah-wajah mereka. Ada yang dirupakan seperti monyet, ada yang seperti babi, ada yang tubuhnya terbalik (kakinya di atas), dan diseret muka mereka, ada yang terpotong tangan dan kakinya atau mukanya, ada yang buta tersungkur, ada yang bisu tuli dan tidak berakal, ada yang mengunyah lidahnya sendiri yang terjulur keluar sampai ke dada, dari mulut mereka mengalir nanah yang laksana air liur yang berbau busuk dan membuat semua orang merasa jijik padanya, ada yang disalib
diatas palang-palang api, da yang baunya lebih busuk dari bangkai, dan ada pula yang berpakain jubah-jubah panjang yang terbuat dari timah yang meleleh...
Adapun orang-orang yang berwajah monyet, mereka adalah orang yang suka menyebarkan fitnah di antara manusia. Yang serupa babi adalah orang yang suka makan harta haram dan merampas hak orang lain. Yang tertelungkup kepalanya di bawah dan kakinya di atas, adalah kaum pemakan riba. Yang dalam keadaan buta adalah mereka yang bertindak zalim dalam pemerintahan. yang buta-tuli ialah orang yang suka ujub (bangga dan sombong) dengan amalannya. Yang mengunyah-nguyah lidahnya sendiri adalah para ulama dan hakim yang kata-katanya berlawanan dengan perbuatannya. yang terpotong-potong tangan dan kakinya adalah orang yang selalu mengganggu tetangganya. Yang tersalib di atas palang-palang api adalah orang yang suka memfitnah orang lain kepada penguasa. Yang baunya lebih busuk dari bangkai adalah orang yang selalu memuaskan hawa nafsu, bergelimang dalam dosa syahwat dan menolak menunaikan hak Allah dalam dalam harta kekayaannya. Adapun yang memakai baju-baju panjang yang terbuat dari timah yang meleleh adalah orang yang selalu takabur, suka bermegah dan memuji diri. (HR. al-Qurthubi ra)
"Manusia akan dibangkitkan di bumi yang kering-kerontang laksana sepotong roti
yang bersih, tiada satupun tanda yang tampak." (HR. Bukhari, Muslim)
Rasulullah saw bersabda: "Manusia akan dibangkitkan (pada hari kiamat) dalam
suatu tanah lapang yang terbuka sehingga terdengar oleh mereka seruan malaikat
penyeru dan merekapun tak mampu menyembunyikan diri."
Apabila semua mahluk telah terkumpul di tempat itu baik jin, manusia, setan
serta mahluk ciptaan Allah yang lain ketika itu turunlah malaikat dengan
perintah Allah SWT. lalu mengepung semua mahluk disitu secara bersaf-saf
sehingga tiada seorangpun kaum yang jahat dan zalim dapat menghindar dan
meloloskan diri, karena tiada jalan keluar ke manapun.
"Wahai kumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan
bumi, lintasilah! Kamu tidak dapat melintasinya melainkan dengan kekuatan. Maka
karunia Tuhanmu yang manakah yang hendak kamu dustakan?Aakan dikirim kepadamu
nyala api dan tembaga, dan kamu tidak dapat melarikan diri." (QS. 55:35)
Di situlah semua mahluk akan berjejal bak gelombang yang saling menimpa, sedang
matahari direndahkan hingga satu 'mil' dari kepala mereka. (HR. Muslim)
Ketika itu manusia akan merasakan kesusahan yang amat sangat panas terik serta
haus. Manusia akan menanggung penderitaan yang amat berat dan mereka akan
berkeringat deras sehingga mengalir di tanah sepanjang empat puluh hasta.
Berkata Nabi saw.: "Pada hari kiamat, matahhari akan turun merendah ke bumi,
maka manusia akan berkeringat sehingga pada sebagian mereka ada yang keringatnya
sampai ke mata kakinya, ada yang sampai pada lututnya, ada yang sampai pada
pahanya, ada yang sampai ke pinggangnya ada yang sampai ke mulutnya dan ada pula
yang samapi tenggelam sama sekali begini." (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi; dengan
beberapa perbedaan)
Rasulullah saw bersabda: "Setiap orang akan dilindungi oleh sedekahnya pada hari
Kiamat. Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya Yaitu: Imam
(penguasa) yang adil, pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah,
orang yang hatinya selalu terikat pada masjid, dua orang yang saling mencintai
karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula, seorang
lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan
tetapi ia menolaknya seraya berkata:'Aku takut kepada Allah', orang yang
bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh
tangan kanannya dan seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu
menitikkan airmatanya." (HR. Bukhari Muslim)
"Siapa yang memberi tangguh (utang) kepada orang yang sedang dalam kesulitan atau menghapuskan utangnya itu maka Allah akan melindunginya di dalam lindungan-Nya." "Siapa yang ingin melihat keadaan hari kiamat, hendaklah ia membaca ayat-ayat Al-Qur'an surat at-Takwir, surat al-Infithar dan surat al-Insyiqaq."
Apabila manusia telah merasa lama sekali menunggu di tempat perhentian Mahsyar
dan sudah tidak tahan lagi menggung penderitaan di situ maka merekapun bermusyawarah bersama siapa yang patut didatangi agar ia bersyafaat kepada Allah SWT, supaya segera diadili dan segera dibebaskan dari penderitaan yang tidak tertahankan ini.
Mereka lalu pergi menemui nabi Adam as. tetapi beliau menolak dan menganjurkan
mereka agar pergi kepada nabi Nuh as., tetapi nabi Nuh juga menolak dan menganjurkan mereka pergi menemui nabi Ibrahim as. Tapi nabi Ibrahim juga menolak dan menganjurlan mereka pergi menghadap nabi Musa as. namun nabi Musa menyuruh mereka pergi ke Nabi Isa as. dan akhirnya nabi Isa as. menganjurkan mereka menemui nabi Muhammad saw. Maka beliaupun berkata: "Baiklah aku yang akan memintakan pertolongan bagi kamu. Akulah!"
Beliaupun menghadap Allah SWTdan berdoa agar Allah SWt berkenan memberikan izin
untuk memberi syafaat dan Allah SWT memberi pertolongan-Nya. Diriwayatkan bahwa
anak-anak kaum muslimin yang meninggal dunia sebelum mencapai baligh diizinkan
oleh Allah SWt untuk memberi minum kepada ibu-bapaknya saat di padang Mahsyar
nanti. Penderitaan di Mahsyar ini semakin memuncak sehingga ada diantara orang
kafir berkata: " a Tuhanku! Bebaskanlah aku dari keadaan ini meski aku dilempar
ke dalam api neraka sekalipun."
Setelah Rasulullah saw. bersyafaat maka Allah SWT memerintahkan untuk membawa
Surga yang akan ditempatkan disebelah kanan 'Arsy dan Neraka akan ditempatkan di
sebelah kiri. Sesudah itu dibawa semua mahluk untuk menghadap Allah SWT, diantara mereka ada yang tidak dihisab sama sekali, ada yang dihisab dengan ringan dan ada yang dihisab dengan teliti. Setiap orang akan menerima catatan amalan masing-masing, ada yang dari sebelah kanan dan ada yang dari sebelah kiri. Para rasul akan ditanyakan pada umatnya benarkah dia telah menyampaikan risalah-risalahnya masing-masing. Sesuai dengan firman :
"Sungguh Kami akan menanyai umat-umat yang kepada mereka telah diutus para Rasul
dan Kami akan menanyai juga rasul-rasul itu. Dan kami akan menceritakan juga
kepada mereka dengan pengetahuan (Kami), dan Kami sekali-kali tidak pernah jauh
dari mereka." (QS. 7:6-7)
"Pada hari itu ada wajah-wajah yang menjadi putih dan ada yang menjadi hitam
suram. Adapun yang hitam suram mukanya, kepada mereka akan ditanyakan:'Mengapa
kamu kafir sesudah beriman? Maka rasakanlah siksa disebabkan kekafiranmu itu.'
Adapun orang yang menjadi putih wajahnya, maka mereka berada dalam rahmat Allah
dan mereka kekal di dalamnya." (QS. 3:106-107)
"Tiada seorangpun diantara kamu, melainkan ia akan diajak bicara oleh Allah
berhadapan muka, tiada penerjemah antara ia dengan-Nya, lalu ia akan melihat ke
sebelah kanannya dan tiada yang dilihatnya selain amal-amalnya sendiri; melihat
pula ke sebelah kirinya dan tiada yang dilihatnya selain amal-amalnya sendiri;
kemudian ia melihat di hadapannya maka tiada yang dilihatnya kecuali neraka yang
menyongsong wajahnya. Oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari neraka
walaupun dengan menyedekahkan setengah butir kurma."(HR. Bukhari, Muslim dan
Tirmidzi)
Pada saat itu lidah, tangan kaki dan kulit akan berbicara sebagaimana firman Allah SWT: "Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas segala yang telah mereka lakukan." (QS. 24:24) selanjutnya: "Pada hari ini kami tutup mulut mereka; sementara tangan mereka berkata-kata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi atas segala yang telah mereka perbuat." (QS. 36:65)
"Pada hari itu bumi akan menerangkan berita-beritanya." (QS. 99:4) Bersabda Rasulullah: "Tahukah kamu apa berita-beritanya? Yaitu bumi akan menjadi saksi atas setiap pria dan wanita tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan berkata:'Orang itu telah melakukan begitu pada hari itu."
Telah berkata Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw pernah berkata: "Allah SWT akan
mendekatkan seorang hamba mukmin ke sisi-Nya, lalu Dia menunjukkan dosa-dosanya
satu-persatu, hingga apabila hamba itu menjadi amat takut dan merasa dirinya pasti akan binasa, Allah SWT berfirman kepadanya: 'Telah Kututupi hal itu di dunia untukmu dan kini Kuhapus dosamu itu untukmu!'" (HR Muslim)
Di antara penderitaan yang sangat berat di padang mahsyar adalah saat Allah SWT memerintahkan untuk membawa neraka kepada-Nya dan menunjukkannya kepada mahluknya. Neraka itu dibawa oleh tujuhpuluh ribu pemimpin malaikat dan setiap pemimpin membawahi tujuhpuluh ribu malaikat. Dan apabila telah dekat dengan mereka maka terdengar suara yang mengerikan, erangan kesakitan, menjerit dan melolong. Saat itu semua mahluk akan bersimpuh gemetaran. Para nabi pun cemas akan diri mereka, apalagi manusia biasa. Sehingga para rasul yang mulia itu berkata: "Ya Tuhan! Nafsi ... nafsi .... (diriku...diriku) aku tiada memohon sesuatu dari-Mu melainkan keselamatan bagi diriku!" kecuali Nabi Muhammad saw beliau memohon: "Umatku.....umatku!" (HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Diriwayatkan lagi bahwa beliau akan maju ke arah neraka seraya menghindarkannya
dari orang banyak. Dan neraka itu memang diperintahkan untuk menuruti kehendak
beliau. Sesudah itu barulah kendali neraka kembali kepada pimpinan malaikat yang
kemudian menempatkannya di sis kiri 'Arsy dengan izin Allah SWT.
Kemudian dimulailah hisab (perhitungan). Semuanay dihisab dengan adil bahkan
antara binatang dan binatang. Tersebut dalam suatu riwayat bahwa kambing yang
tidak bertanduk akan diberi kesempatan untuk membalas binatang yang bertanduk
Diriwayatkan pula juga bahwasanya Allah SWT sesudah mengadili antara binatang
yang satu dengan yang lainnya berfirman kepadanya: "Jadilah kamu tanah!" ketika
itulah orang-orang kafir akan berkata: "Aduhai! sekiranya akupun menjadi tanah
seperti itu" sebagaimana tersebut dalam sebuah ayat Al-Qur'an.
Sesudah itu ditegakkan Mizan (neraca) amal untuk menimbang semua amalan manusia.
"Kami akan mengakkan neraca yang adil pada hari kiamat, maka tiada satu jiwa
yang dirugikan sedikitpun. Dan jika ada amalan sebesar biji sawipun pasti akan
Kami berikan juga pahalanya, dan cukuplah Kami membuat perhitungan" (QS. 21:47)
"Dan neraca pada hari itu ialah kebenaran maka barangsiapa berat timbangan
kebaikannya niscaya mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa
ringan timbangannya niscaya mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri karena mereka selalu tidak mempercayai keterangan-keterangan Kami." (QS.
7:8-9)
Diriwayatkan bahwa malaikat akan berdiri di sisi Mizan itu dan memperhatikan
penimbangan amalan manusia. Apabila berat timbangan amalannya maka malaikat
berkata: "Lihatlah si Fulan anak si Fulan telah berat amalan timbangannya dan
dia telah mencapai derajat bahagia karenanya dia tidak akan celaka sama sekali."
Tetapi jika ringan timbangan amalannya maka malaikat berseru: "Lihatlah si Fulan
anak si Fulan itu telah ringan timbangan amalannya dan dia telah celaka dengan
tiada kebahagiaan selama-lamanya."
Setelah itu Shirath (titian) dibentangkan di atas Jahannam lalu semua manusia diperintahkan untuk melintasinya. Diriwayatkan bahwa Shirath itu lebih tajam daripada pedang dan lebih kecil dari rambut. Manusia akan melaluinya bersama dengan amalannya masing-masing. Manusia yang sempurna imannya akan dengan mudah melalui Shirath ini. Masing-masing melintasinya dengan dibawa oleh amalan-amalannya. Orang yang pertama yang melintasinya ialah para rasul dan setiap dari mereka berkata: "Ya Allah! selamatkanlah aku! selamatkanlah aku!" dan yang terlebih dahulu melintasinya adalah Nabi Muhammad saw. (HR Bukhari dan Muslim)
Sifat amanat dan silaturrahim dibawa untuk berdiri di kedua sisi Shirath di situ terdapat duri-duri licin dan tajam serta besi pengait yang akan menagkap orang-orang yang mengabaikan kedua sifat mulia itu.
Kaum mukminin kemudian akan menghampiri telaga Haudh Rasulullah saw. untuk meminum airnya. Air Haudh itu lebih putih dari susu, lebih wangi dari kesturi, dan lebih manis dari madu. Mengalir melalui dua saluran yang berasal dari telaga Kautsar. Panjang dan lebarnya sejauh perjalanan satu bulan, di sekitarnya terdapat cerek-cerek sejumlah bintang-bintang di langit, siapa yang minum sekali teguk saja, maka ia tidak akan dahaga sama sekali sesudah itu. (HR Muslim)
Umat Nabi Muhammad saw. dikenal perbedaannya dari kelompok manusia yang lain disebabkan oleh karena cahaya wajah, tangan dan kakinya yang disebabkan oleh bekas-bekas wudlu'. (HR. Bukhari, Muslim)
Setelah itu oleh Allah SWT para Nabi, shiddiqin, ulama, salihin, dan mukminin diijinkan untuk bersyafaat menurut pangkat dan kedudukannya masing-masing di mata Allah, ada yang diijinkan memberi syafaat bagi banyak orang tapi ada juga yang memberi syafaat hanya untuk seorang saja (HR. Tirmidzi).
Orang pertama yang diijinkan untuk memberi syafaat adalah nabi Muhammad saw:
"Aku adalah orang pertama yang bersyafaat dan yang pertama diberi izin untuk bersyafaat." "Aku akan terus bersyafaat, hingga aku diberi jaminan keselamatan bagi sejumlah orang yang sebelumnya akan dibawa ke neraka." (HR. Thabrani dalam Al-Autsah) "Aku akan terus-menerus bersyafaat sehingga malaikat Malik berkata kepadaku: 'Amboi! Tidak engkau sisakan sedikitpun kemurkaan Tuhanmu atas umatmu'" (HR. Thabrani dalam Al-Autsah)
Di antara syafaatnya, bahwa beliau bersyafaat untuk umatnya yang telah masuk neraka, sehingga mereka semua dikeluarkan dari sana. Suatu kaum lagi disyafaatkan agar diberi derajat yang lebih tinggi dalam surga. Dan banyak lagi syafaat-syafaat yang lain sampai memohon kepada Allah SWT: "Bolehkah aku mensyafaatkan bagi siapa saja yang mengucap laa Ilaaha Illallaah!" maka Allah SWT menjawab: "Perkara itu bukan urusanmu, tetapi demi kemuliaan-Ku dan demi keagungan-Ku, Aku tidak akan menjadikan orang yang beriman, meskipun hanya
sehari sama seperti orang yang tidak beriman kepada-Ku" (HR. Bukhari, Muslim)
Dari Abu Hurairah ra katanya: "Aku bertanya kepada Rasulullah saw, siapakah orang yang paling berbahagia mendapat syafaatmu di hari kiamat?" maka menjawab beliau: "Sebahagia-bahagia manusia yang mendapat syafaatku ialah yang mengucapkan 'laa ilaaha illallaah' dari hatinya yang ikhlas." (HR. Bukhari)
Diriwayatkan dari Zahar bin Arqam ra bahwa Rasulullah saw telah berkata:
"Barangsiapa mengucapkan 'laa ilaaha illallaah' dengan penuh ikhlas dari hatinya maka ia akan masuk surga." Ditanya: "Ya Rasulullah bagaimana cara ikhlasnya...?" Jawabnya: "Sedemikian rupa sehingga mencegah ia melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah."
Dari Anas ra katanya: "Aku meminta kepada Rasulullah saw supaya beliau memberi
syafaat bagiku nanti di hari kiamat. Beliau menjawab: 'Insya Allah akan aku lakukan hal itu.' Aku bertanya lagi: 'Dimana aku akan mencarimu?' Jawab Rasulullah: 'Pertama kali, carilah aku di Shirath!' Aku berkata:'Jika aku tidak menemui engkau di Shirath?' Jawab beliau: 'Carilah aku di tempat Mizan!' Kataku lagi: 'Jika aku tidak menemui engkau di tempat Mizan?' Jawab beliau: 'Carilah aku di Haudh dan aku pasti ada di salah satu dari ketiga tempat itu.'"
Hal-hal yang sangat ketat dan berat hisabnya di hari kiamat ialah perbuatan aniaya (zalim) thd sesama, di dalam hadist dikatakan bahwa perbuatan ini ada tiga macam: Syirik (menyekutukan Allah), penganiayaan sesorang terhadap orang lain, penganiayaan manusia thd dirinya sendiri sehubungan perkara natara dirinya dan Tuhannya.
Bersabda Rasulullah saw: "Tahukah kamu siapa sebenarnya orang yang muflis (bangkrut) diantara seluruh umatku?" Dijawab: "Orang muflis itu ialah orang yang tiada memiliki uang atau benda berharga." Maka berkata Nabi:"Orang yang bangkrutnitu ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan shalat, zakat, puasa tetapi dia memaki orang ini dan menuduh orang itu, dia memakan harta si fulan, dan memukul si fulan, maka akan diambilkan pahala kebajikannya dan
diberikan pada orang yang dianiyaanya. Setelah habis semua kebajikannya dan masih ada yang belum terbayar, maka diambillah dosa-dosanya lalau dipikulkan kepadanya. Setelah selesai semua itu, dia pun dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
"Barang siapa mengambil barang saudaranya secara aniaya, maka hendaklah ia minta
kerelaan yang empunya sebelum menghadapi suatu hari yang tiada berguna dinar ataupun dirham. Tetapi yang dipandang pada hari itu ialah kebajikan dan kejahatan. Jika ia mempunyai banyak kebajikan, maka ambillah kebajikan itu, atau diambil kejahatan orang lain lalu dibebankan kepadanya, kemudian iapun dilemparkan kedalam api neraka." (Hadist)
Bersabda Rasulullah saw:
"Ketika Allah SWT menciptakan surga, dikirmkan-Nya malaikat Jibril seraya berkata: 'Pandanglah surga itu serta apa yang telah Kusediakan di dalamnya untuk para penghuninya?! Maka Jibril pun pergi ke surga seraya memperhatikan keadaan di sana dan semua perhiasan yang disediakan untuk penghuninya. Kemudian Jibril bergegas menemui Allah SWT seraya berkata: 'Demi kemuliaan-Mu tiada seorang pun yang mendengar tentang surga, melainkan ia ingin memasukinya.' Lalu Ia memerintahkan agar surga dikelilingi dengan berbagai kesulitan, dan berfirman kepada Jibril: 'Kini pergilah kesurga dan perhatikanlah apa yang telah kusediakan untuk para penghuninya!' maka Jibril pergi sekali lagi dan didapatinya surga telah dikeleilingi dengan berbagai kesulitan, lalu ia kembali lagi kepada Allah dan berkata: 'Demi kemuliaan-Mu kini aku khawatir tiada seorangpun yang dapat memasukinya.' kemudian Allah berkata kepada Jibril: 'Sekarang pergilah ke neraka dan perhatikanlah apa yang Aku sediakan bagi para
penghuninya!' maka didapatinya berbagai azabnya bercampur aduk yang satu menimpa
yang lain, lalu Jibril bergegas menemui Allah seraya berkata: 'Demi kemuliaan-Mu
tiada seorangpun yang mendengarnya mau memasukinya.' Maka diperintahkan agar dia
dikelilingi dengan berbagi kenikmatan hawa nafsu. Kemudian Allah berkata kepada
Jibril: 'Kini pergilah ke neraka itu.' Maka kembalilah Jibril seraya berkata:'Demi kemuliaan-Mu kini aku khawatir bahwasannya tiada seorangpun yang dapat selamat dari neraka itu.' (HR. Tirmidzi)
'Akan didatangkan seorang yang paling mewah hidupnya di dunia pada hari kiamat,
sedang ia termasuk penghuni neraka lalu dimasukkan jarinya di dalam api neraka
dan dikatakan kepadanya: 'Wahai anak Adam, pernahkah engkau melihat sesuatu yang
baik sebelum ini? Pernahkah merasakan suatu kenikmatan sebelum ini?' Maka
jawabnya dengan pedih: 'Tidak demi Allah wahai Tuhanku!' Kemudian didatangkan
seorang yang paling menderita di dunia sedang ia termasuk penghuni surga, lalu
dimasukkan jarinya di dalam surga dan dikatakan kepadanya: 'Wahai anak Adam
pernahkah engkau melihat penderitaan sebelum ini? Pernahkah engkau merasakan
kesusahan?' Maka jawabnya dengan gembira: "Demi Allah tidak pernah aku menderita
kesusahan atau penderitaan sebelum ini." (Hadist)
Diriwayatkan dari Aisyah ra ketika ia menangis saat teringat akan neraka, maka berkata Rasulullah saw: 'Apa yang menyebabkan engkau menangis?' jawab Aisyah:
'Aku teringat akan api neraka, lalu aku menangis. Adakah engkau ingat keluargamu pada hari kiamat?' Jawab beliau: 'Tiada seorangpun akan mengingat orang lain pada tiga tempat:
1.. Ketika dihadapkan pada Mizan sampai ia mengetahui timbangan amalannya
2.. Pada saat menerima kitab catatan amalnya
3.. Pada saat melintasi Shirath, ketika berada di atas Jahannam
(HR. Abu Daud dari Hasan Basri)
'Ahli surga adalah seratus duapuluh kelompok, delapanpuluh dari umat ini dan empat puluh dari umat-umat lain.' (HR. Tirmidzi) 'Aku tidak pernah melihat sesuatu seperti surga, orang yang menginginkannya selalu lalai, dan tidak pula seperti neraka yang seharusnya takut kepadanya sering tidur (melupakannya).' (HR. Tirmidzi)
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami nanti akan Kami
masukkan ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka hangus akan Kami ganti dengan
kulit yang lain, supaya mereka merasakan siksaan. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. 4:56)
"Dan orang-orang kafir, untuk mereka disediakan neraka Jahannam, tiada
diputuskan perkara mereka hingga mereka mati, dan tidak pula diringankan dari
mereka siksaannya. Begitulah Kami memberi balasan pada setiap orang yang sangat
kafir. Didalamnya mereka berteriak (memohon pertolongan): 'Wahai Tuhan Kami!
Keluarkanlah kami, niscaya kami mengerjakan perbuatan saleh berlainan dari apa
yang telah kami kerjakan dulu.' (Tidak!)Kami telah memberi umur yang cukup untuk
berpikir sehingga jika ada orang yang mau berpikir niscaya ia dapat mengambil
peringatan, dan telah datang juga orang yang membawa peringatan kepada kamu..."
(QS. 35:36-37)
"Sesungguhnya orang-orang yang berdosa itu akan kekal di dalam neraka Jahannam.
Tidak akan diringankan azab (hukuman) dari mereka dan mereka di dalamnya
berputus asa. Kami tidak menganiaya mereka, tapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri. Mereka menyeru:'Hai Malik! Biarlah Tuhanmu mengakhiri hidup kami
saja!' Malik menjawab: 'Kamu akan tetap tinggal di sini!'" (QS. 43:74-77)
Rasulullah saw bersabda:
"Api kamu ini hanyalah satu bagian dari tujuhpuluh bagian api di neraka Jahannam." Para sahabat mengatakan: "Yang inipun sudah cukup (beratnya)" Berkata Nabi: "Bahkan api neraka itu melebihi sebanyak enampuluh sembilan kali lipat panasnya dari api dunia."
"Api neraka Jahannam telah dinyalakan seribu tahun sehingga menjadi merah.
Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi putih. Kemudian dibakar
lagi selama seribu tahun hingga menjadi hitam legam, seperti malam yang gelap
gulita" (HR. Tirmidzi)
"Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaannya ialah orang yang
diberi sepasang sandal yang talinya terbuat dari api neraka, lalu mendidihlah
otaknya karena panasnya yang laksana air panas mendidih di dalam periuk. Dia
mengira tiada seorangpun yang menerima siksaan lebih dahsyat dari itu, padahal
dialah orang yang mendapat siksaan paling ringan." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Ada di antara mereka yang dimakan api sampai ke mata kakinya, ada yang dimakan
sampai pinggangnya dan ada pula yang dimakan sampai ke tenggorokannya." "Wahai
manusia sekalian, menangislah! Jika tidak dapat menangis, maka paksakan dirimu
untuk menangis! karena sesungguhnya ahli neraka itu akan terus menangis hingga
air matanya mengalir di pipi masing-masing, seperti air yang mengalir di sungai.
Sampai air mata itu habis dan matanyapun pecah-pecah. Seandainya ada perahu yang
diletakkan di situ niscaya berlayarlah dia." (HR. Ibnu Majah)
"Ditimpakan atas penghuni nerak kelaparan, seberat azab yang sedang mereka
alami. Lalu mereka minta agar diberi makanan, maka merekapun diberi makanan
duri-duri layu yang tiada berguna dan tidak sedikitpun melepaskan mereka dari
kelaparan itu. Mereka meminta lagi, maka mereka diberi pula makanan yang
mencekikkan. Lalu mereka teringat bahwa mereka dahulu meneguk minuman untuk
melancarkan kerongkongan di dunia, dan merekapun meminta minuman itu. Maka
mereka diberi minuman neraka yang mendidih dengan pengait-pengait besi. Apabila
didekatkan kemuka-muka mereka, maka hanguslah muka itu, dan apabila masuk
kedalam perut-perut mereka, maka terkoyak-koyaklah perut mereka. Kemudian mereka
memanggil-manggil para penjaga neraka Jahannam, dan merekapun ditanya oleh
penjaga-penjaga itu:'Apakah tidak pernah datang rasul-rasul yang membawa
keterangan kepada kamu?' Mereka menjawab: 'Bahkan ada!' Penjaga-penjaga neraka
berkata pula:'Kini berdo'alah! Dan tiadalah do'a orang-orang yang kafir itu
melainkan sia-sia belaka!" (HR. Tirmidzi)
Diriwayatkan bahwa di dalam neraka itu terdapat ular-ular yang bertengkuk tinggi
seperti unta Khurasan dan kalajengking-kalajengking sebesar keledai. Dengan
sekali sengat saja, bisanya yang menyakitkan tidak akan hilang selama empatpuluh
tahun. Apabila dicurahkan satu ember air busuk dari neraka ke atas dunia,
niscaya ia akan membusukkan seluruh penghuni dunia. Kalau satu tetes air buah
Zaqqum jatuh ke dunia, niscaya ia akan merusakkan makanan manusia di dunia
secara keseluruhan. Jika seorang penghuni neraka turun ke dunia, niscaya seluruh
penghuni dunia akan mati karena tidak tahan mencium bau busuknya dan menyaksikan
buruk rupanya. (HR. Tirmidzi) Neraka
Pintu-pintu neraka itu terdiri dari tujuh pintu sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur'an: "Neraka itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu daripadanya adalah
bagian yang sudah ditentukan" (QS. 15:44) Neraka terdiri dari tujuh lapisan yang
satu dibawah yang lain:
1.. Jahannam
2.. Saqar
3.. Ladza
4.. Huthamah
5.. Sa'iir
6.. Hawiyah, neraka yang tidak berdasar dan berujung
semakin ke bawah neraka tersebut diatas semakin berat siksaan dan lebih dahsyat
azab yang ada di dalamnya.
Sedangkan penghuni neraka terdiri dari dua bagian:
1.. Mereka yang termasuk ahli tauhid yang berdosa. Orang-orang ini tidak kekal didalamnya tetapi mereka akan dikeluarkan dari neraka dengan syafaat Nabi saw , diriwayatkan bahwa orang yang paling akhir keluar daripadanya ialah mereka yang tinggal selama tujuhribu tahun.
2.. Orang-orang yang kafir kepada Allah, dan orang-orang musyrikin serta kaum munafiqin yang berpura-pura beriman dengan lidahnya, tetapi menyembunyikan kekafiran di dalam hati.
Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang kafir dan meninggal dunia dalam keadaan kafir, maka mereka akan mendapat kutukan dari Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam neraka; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak pula diperhatikan" (QS. 2:161-162) "...Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan Allah, niscaya Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya ialah dalam neraka. dan orang-orang yang zalim tidak akan mempunyai penolong" (QS. 5:72) Diriwayatkan bahwa gigi orang kafir di dalam neraka itu sebesar gunung Uhud, tebal kulitnya empatpuluh dua hasta dan ia akan menyeret lidahnya sampai satu atau dua farsakh, semua orang yang lalu di situ akan menginjak lidah
itu. Allah SWT membesarkan tubuh orang-orang kafir itu didalam neraka supaya
bertambah siksaan, penderitaan dan hukuman bagi mereka (HR. Muslim) Surga
"Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman serta mengerjakan
perbuatan baik, bahwasannya bagi mereka (disediakan) surga yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya. Setiap mereka diberi bermacam-macam buah-buahan di
dalam surga itu sebagai rezeki, mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah kita
terima dahulu!' Mereka diberi buah-buahan serupa dan untuk mereka di dalam surga
itu pasangan-pasangan yang suci bersih dan mereka kekal di dalamnya." (QS. 2:25)
Banyak sekali surat yang menjelaskan tentang kehidupan di surga beberapa
diantaranya adalah: Surat 39:73-75 ; Waqi'ah:10-40 ; Ad-Dahr:5-22 ; Az-Zukhruf:70-73 ; Ad-Dukhan:51-57 ; Muhammad:15; Fathir:33-35; Qaf:31-35 ; Al-Qamar:54-55
Rasulullah saw bersabda: "Allah SWT berfirman: 'Aku sediakan untuk hamba-hambaku
yang saleh sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata atau didengar oleh telinga dan tidak pula pernah terlintas di hati siapapun'. Kalau kalian ingin, bacalah (QS. 32:17) 'Seorangpun tiada mengetahui kenikmatan penyedap mata yang disembunyikan untuk mereka, sebagai balasanatas apa yang telah mereka kerjakan."(Hadist Qudsi)
"Dua surga, bejana-bejana di dalamnya terbuat dari perak dan dua surga lagi, bejana-bejana di dalamnya terbuat dari emas. Ketika itu tiada tabir apapun antara penghuni-penghuni surga 'Adn dengan Tuhan mereka selain 'pakaian' kebesaran Allah di wajah-Nya" (HR. Bukhari, Muslim)
"Di surga ada seratus tingkatan antara satu tingkatan dengan yang lain sama seperti antara langit dan bumi. Surga Firdauslah yang paling tinggi, dan daripadanyalah terpancar keempat sungai dalam surga, dan diatasnya pula terletak 'Arsy Tuhan yang mulia. karena itu jika kamu memohon kepada Allah, mintalah surga Firdaus." (HR. Bukhari dan Tirmidzi)
Dalam suatu peristiwa, pernah Rasulullah saw. ditanya: "Apakah Kautsar itu ..?"
Beliau menjawab: "Itulah sungai di surga yang dikaruniakan Allah kepadaku, airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dikelilingi oleh burung-burung yang bertengkuk seperti onta." Berkata Umar: "Sungguh ini suatu kemewahan" Jawab Rasulullah saw:"Orang yang meneguknya merasakan kemewahan lebih dari itu." (HR. Tirmidzi)
Berkata Rasulullah saw:"Aku telah bertemu dengan Ibrahim as. pada malam Isra'
maka beliau berkata: 'Wahai Muhammad, sampaikanlah salamku kepada umatmu dan
beritahukan kepada mereka, bahwa surga itu tanahnya subur, airnya tawar dan
buminya rata, sedang tanamannya ialah 'Subhanallah Walhamdu-Lillah Walaa Ilaaha
Illallah Wallahu Akbar' Lanjut beliau: "Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat
beberapa kamar, dapat dilihat luarnya dari dalam dan dapat dilihat dalamnya dari
luar" maka seorang badwi bangkit bertanya: "Untuk siapakah itu ya Rasulullah?"
Jawab beliau : "Untuk orang yang berbicara dengan baik, memberi makan kepada
yang membutuhkan, sering berpuasa dan bangun malan untuk bersembahyang di waktu
manusia sedang tidur nyenyak." (HR. Abu Nu'aim)
Bersabda Rasulullah saw: "Apabila penghuni-penghuni surga telah memasuki surga
berkatalah Allah Tabaraka Wa Ta'ala: 'Inginkah aku tambahkan lagi sesuatu yang
lain bagimu?' Mereka menjawab: 'Bukankah telah Engkau masukkan kami kedalam
surga dan telah Engkau selamatkan kami dari api neraka?' Pada saat itu hijab
(tabir penutup) pun terangkat, maka tiada suatu yang lebih utama daripada nikmat
melihat wajah Tuhan mereka Azza Wa Jalla" (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Abu Hurairah ra. berkata: "Wahai Rasulullah! Apakah kami akan melihat Tuhan
kami? jawab beliau:"Ya. Apakah kamu masih ragu tentang penglihatan terhadap
matahari dan bulan?" Kami sekalian menjawab: "Tidak!" kata beliau seterusnya:
"Demikianlah kamu tidak akan ragu lagi tentang penglihatan terhadap Tuhan kamu.
Di Majlis itu kelak tiada seorangpun berada di sana, melainkan Allah akan
berkata kepada mereka : 'Wahai Fulan bin Fulan!' Ingatkah kau di hari itu, kau
berkata begini dan begini, lalu Dia mengingatkan orang itu sebagian kesalahannya
di dunia dahulu. Maka orang itu akan berkata: 'Tidakkah Engkau mengampuniku?'
berkata Allah: 'Tentu! kalau tidak karena keluasan ampunan-Ku, niscaya kau tidak
akan mencapai kedudukan ini.' Sedang mereka dalam keadaan begitu, beraraklah
awan di atas kepala mereka sekalian, tiada pernah mereka hirup bau-bauan seperti
itusebelumnya. maka Allah berkata: 'Bangkitlah dan pergilah melihat anugerah
besar apa yang telah Aku sediakan untuk kamu, ambillah apa saja yang kamu
ingini!' Mereka bangkit mendapatkan suatu pasar yang telah dikelilingi oleh para
malaikat, tidak pernah mata mereka melihat, tidak pernah telinga mereka
mendengar dan tidak pernah terlintas sesuatu seperti itu di dalam hati mereka.
Mereka lalu berebut mengambil apa saja yang mereka ingini, tanpa dijual atau
dibeli. Disitulah ahli-ahli surga akan bertemu satu sama lain. Orang yang
mendapat kedudukan tinggi di surga akan menemui orang-ornag yang dibawahnya.
Orang yang ditemui itu ada kalanya akan terharu melihat pakaian teman yang
datang menemuinya. Belum sempat habis berbicara dengannya, tiba-tiba pakaian
yang diatas tubuhnya itu ditukar dengan pakaian lain yang lebih cantik dan lebih
menarik lagi. hal ini terjadi supaya tiada seorangpun yang berduka cita di dalam
surga." (HR. Tirmidzi)
"Katakanlah: Wahai hambaku-hamba-Ku yang telah melampaui batas dalam perbuatan
dosa dan menganiaya dirinya sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa, dan sesungguhnya Dia adalah maha Pengampun lagi maha Penyayang." (QS. 39:53)
"Telah diturunkan oleh Allah SWT, satu bagian dari seratus bagian rahmat-Nyadan
disebarkan-Nya di antara manusia, jin, burung, binatang-binatang, ulat-ulat
sekalian mahluk-Nya yang dengannya mereka saling meminta dan berkasih sayang.
Dan sembilanpuluh sembilan rahmat yang lain disimpan-Nya untuk dirahmatkan bagi
semua hambanya di hari kiamat." (HR. Muslim)
Diriwayatkan bila datang hari kiamat, Allah akan mengeluarkan sebuah kitab dari
bawah 'Arsy tertera di dalamnya: "Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku
dan Aku adalah Yang paling Pengasih dari sekalian pengasih," lalu dikeluarkan
dari neraka sebanyak bilangan ahli surga. (HR. Bukhari, Muslim)
"Sebenarnya Allah SWT lebih menyayangi hamban-Nya yang mukmin daripada sayangnya
seorang ibu kepada anaknya." (HR. Bukhari, Muslim)
"Siapa yang bersaksi bahwa 'tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasannya Muhammad
adalah pesuruh Allah', maka jasadnya akan diharamkan oleh Allah dari api neraka." (HR. Muslim)
"Suatu suara akan menyeru dari bawah 'Arsy di hari kiamat: "Wahai umat Muhammad,
semua kesalahanmu terhadap-Ku telah Aku ampuni, yang tinggal kini hanyalah
kesalahan-kesalahan diantara kamu, maka bermaaf-maafkanlah kamu, dan masuklah
kamu semua ke dalam surga dengan rahmatKu." (HR. Abu Nu'aim)
" ...Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu ..." (QS. 7:156)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan