Musyrik Dan Ciri-ciri Orang Musyrik
Assalamualaikum,
tolong jelaskan definisi musyrik dan ciri-ciri orang musyrik.
Saya sering mendengarkan kata2 tersebut dalam ceramah agama, tapi
sampai sekarang yang saya dengar, saya belum mengetahui definisinya.
terimakasih akan jawabannya
Ustadz, saya baca dalam surah al-Hajj ayat 17 yang berbunyi Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu , artinya di dalam al-Quran ada golongan orang-orang musyrik lalu bagaimana dengan orang non muslim yang saat ini kita ketahui. Apakah musyrik menurut al-Quran sama dengan orang non muslim saat ini?
Juga dalam surah al-Baqarah ayat 221 jelas-jelas kita dilarang menikahi wanita musyrik. Artinya sangat berbahaya sekali dengan wanita musyrik bila dibandingkan dengan wanita ahli kitab. Bagaimana menurut pandangan al-Quran tentang kedudukan wanita musyrik dengan wanita ahli kitab bahayanya tersebut?
Serta dalam surah al-Maidah Allah berfirman, Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Siapakah orang-orang musyrik itu?
Syukron jazaakumullah
Abdurrahman Adib
Jawaban
Assalamu a’aikum warahmatullahi wabarakatuh,
Para ulama membagi orang non muslimi ini menjadi dua macam. Pertama, kafir pemeluk agama samawi. Mereka sering kali disebut juga dengan ahli kitab. Mereka adalah Yahudi dan Nasrani. Kedua, kafir musyrikin, yaitu mereka yang kafir tetapi bukan pemeluk agama samawi, juga bukan ahli kitab. Misalnya, orang-orang Arab Quraisy semasa masih belum masuk Islam, termasuk juga para penyembah api dan pemeluk agama bumi buatan manusia . Pemeluk agama Hindu, Budha, Konghuchu, Shinto dan Zoroaster termasuk di dalamnya.
Di dalam Al-Quran kalau Allah SWT menyebutkan kaum musyrikin, maka yang dimaksud bukanlah para shahabat nabi yang muslim tetapi melakukan beberapa pekerjaan yang bernilai syirik. Namun sebutan musyrikin ini diidentikkan dengan orang-orang non muslim Arab yang tidak atau belum mau memeluk Islam.
Sering kali kita dapati istilah musyrikin Arab, juga istilah kaum musyrikin Quraisy. Mereka ini 100% kafir, bukan muslim dan kalau mati masuk neraka. Sebab yang terjadi pada mereka bukan sekedar mengerjakan perbuatan yang berbau syirik, melainkan mereka anti dengan syahadatain. Bahkan lebih jahat dari umat Yahudi dan Nasrani di masa itu.
Musyrikin itu Kafir
Paling tidak ada beberapa hal pokok yang menguatkan bahwa kaum musyrikin itu kafir dan kedudukannya lebih rendah dari ahli ktiab, yahudi dan nasrani.
1. Mereka tidak pernah mau menerima bahwa tuhan hanya satu saja, yaitu Allah. Meski mereka mengenal dan mengakui bahwa Allah SWT itu, namun konsep ketuhanan mereka adalah mengakui adanya tuhan-tuhan selain Allah. Baik berberntuk berhala batu, atau pun menyerahkan diri mereka kepada kekuatan ghaib.
Bentuk aqidah seperti ini dalam konsep Islam tidak ada artinya. Sebab yang namanya iman kepada Allah itu adalah menafikan semua bentuk penyembahan kecuali hanya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang beragama dengan agama nenek moyang danmenyembah berhala, baik yang terbuat dari batu, kayu, atau pun potongan kurma.
2. Mereka tidak mengakui kenabian Muhammad SAW dan semua nabi serta rasul yang diutus Allah ke muka bumi, sebab mereka itu memang menolak konsep kenabian. Dan realitanya sehari-hari, kerja mereka memang selalu memusuhi Rasulullah SAW, mengejeknya, mengatainya gila, atau menuduhnya sebagai penyihir, atau didudukkan sebagai penyair. Bahkan lebih jauh dari itu, mereka pun setiap harinya tidak berhenti dari memerangi bahkan bercita-cita untuk membunuhnya.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani, meski mereka tidak mengakui kenabian Muhammad SAW, namun mereka masih menerima konsep kenabian. Mereka mengakui kenabian para nabi dan rasul terdahulu, meski mereka seringkali memeranginya juga.
3. Mereka juga tidak mengakui adanya ayat Al-Quran sebagai wayhu yang turun dari langit, karena mereka memang mengingkari adanya kitab suci yang turun dari langit. Mereka mengatakan bahwa Al-Quran itu hanyalah syair yang diciptakan oleh Muhammad SAW.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani meski tidak menerima Al-Quran, namun mereka menerima Zabur, Taurat dan Injil serta kitab-kitab yang turun kepada para nabi sebelumnya. Meski pun tidak sedikit dari mereka yang menginjak-injak atau memutar balik isinya.
4. Mereka juga tidak mengakui keberadaan para malaikat yang suci sebagai hamba-hamba Allah SWT yang mulia.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani sangat mengenal konsep tentang adanya para maiaikat, meski banyak di antara merreka menyelengkannya menjadi puteri-puteri Allah SWT. Nauzu billahi min zalik.
5. Mereka juga mengingkari adanya kehidupan setelah kematian, serta tidak menerima bahwa orang yang telah meninggal itu akan dibangkitkan kembali.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani masih mengakui adanya kehidupan setelah kematian, juga menerima konsep bahwa orang yang sudah mati itu nantinya akan dibangkitkan untuk dihisab untuk dimasukkan ke surga atau ke neraka.
6. Bahkan yang paling parah, mereka juga meningkari adanya azab kubur serta tidak pernah percaya akan datangnya hari kiamat. Surga dengan segala kenikmatannya dan neraka dengan semua bentuk siksanya tidak pernah mereka akui keberadaannya.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani sangat mengakui adanya surga dan neraka, bahkan istilah yang mereka pakai punya banyak kemiripan dengan istilah di dalam Al-Quran. Di dalam Al-Quran seringkali disebutkan nama surga yaitu Jannatu ‘Adnin, sebagaimana Yahudi dan Nasrani juga menyebut taman Eden.
Jadi kalau pada beberapa poin utama di atas, musyrikin Arab tidak menerimanya, padahal semua itu tidak lain adalah rukun Iman, maka Yahudi dan Nasrani masih mengenalnya atau mengakuinya, meski dengan cara pandang yang seringkali keliru. Semua itu akibat penyelewengan besar-besaran yang dilakukan para pemuka agama mereka, yang pada hakikatnya telah mengangkat diri menjadi tuhan.
Kegembiraan para shahabat dengan berita menangnya Romawi atas Persia
Bahwa Yahudi dan Nasrani lebih dekat kepada Islam ketimbang kaum musyrikin sangat bisa dibaca dari sikap spontan para shahabat nabi SAW, ketika mendengar pasukan Romawi berhasil mengalahkan pasukan Persia.
Pasukan Romawi adalah pemeluk agama samawi, agama yang diturunkan dari langit, sebagaimana agama yang dipeluk oleh umat Islam. Sedangkan pasukan Persia adalah kaum paganis musyrikin penyembah api. Agama mereka hanyalah hasil produk filsafat manusia biasa. Secara psikologis, para shahabat merasakan kedekatan hubungan dengan sesama pemeluk agama samawi. Sehingga wajar bila mereka turut bergemira dengan kemenangan pasukan Romawi.
Alif laam Miim.Telah dikalahkan bangsa Romawi,di negeri yang terdekat. Dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang,dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah . dan di hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman.
Wallahu a’lam bish-shawab wassalamu a’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber Apakah Sama Orang Musyrik dengan Orang Kafir? : http://www.salaf.web.id
Contoh dari Namimah ini: ketika si A berkata kepada si B tentang si C; bahwa si C itu orangnya tamak, rakus, lalu si B tanpa tabayyun (klarifikasi) menyampaikan kepada si C perkataan si A dengan tujuan agar si C marah dan benci kepada si A, sehingga dengan demikian si B dapat dikatakan sebagai orang yang berbuat Fitnah (Namimah) yaitu sebagai penyebar fitnah.
tolong jelaskan definisi musyrik dan ciri-ciri orang musyrik.
Saya sering mendengarkan kata2 tersebut dalam ceramah agama, tapi
sampai sekarang yang saya dengar, saya belum mengetahui definisinya.
terimakasih akan jawabannya
Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Bung Roy yang semoga senantiasa mendapat rahmat
hidayah dan lindungan dari-Nya, kita tentu sedikit banyak sudah tahu
sebenarnya apa itu musyrik dan bagaimana itu kelakuan orang-orang
musyrik. Sejak kecil kita tentu pernah mengaji dan atau tiap Muhamaram
di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, kita tentu pernah mendengar
kisah perjuangan Rasulullah Saw dalam menegakkan kalimat tauhid dan
menghadapi ancaman serta perlawanan keras dari kaum kafir Quraiys. Kaum
Quraiys ini juga sering disebut sebagai Musyrikin Quraiys.
Definisi “Musyrik” sangatlah simpel, yakni
menyekutukan Allah Swt dengan apa pun. Musyrik secara literer merupakan
antitesa dari “Tauhid” yang memiliki arti: Mengesakan Allah Swt. Dan
“Orang-Orang Musyrik” adalah mereka yang menyekutukan Allah Swt. Banyak
sekali ayat Al-Qur’an Nur Kaiem yang menyatakan hal itu. Saya yakin,
Anda pun sesungguhnya telah mengetahuinya.
Namun, berhubung Anda bertanya di dalam rubrik ini, maka saya berhuznudhon
jika yang Anda maksud adalah “Definisi Musyrik di Dalam Dunia
Kontemporer”, di mana seringkali orang menyatakan jika di dunia kita
sekarang ini, antara kebenaran dengan kejahatan, antara al-haq dengan
al-bathil, bahkan antara ketauhidan dengan kemusyrikan, banyak wilayah
abu-abu. Saya tidak sepandapat dengan pandangan seperti itu. Islam
adalah agama yang sederhana, jelas, dan tegas. Sebagai agama yang
dijamin Allah Swt sebagai agama yang paripurna, yang paling sempurna,
dan terjaga hingga akhir zaman maka Islam sangat terang benderang.
Tidak ada wilayah abu-abu sedikit pun dalam Islam. Dan seharusnyalah,
sebagai orang yang bersyahadat, kita juga tidak pernah ragu-ragu dalam
menjalankan agama Allah Swt ini.
Kehidupan dunia adalah medan peperangan antara
Pasukan Allah Swt melawan pasukan Iblis dan Dajjal. Sebuah peperangan
antara para penyeru ketauhidan melawan penyeru kemusyrikan. Dan kian
berkembangnya usia dunia, maka berkembang pula siasat, taktik, dan
strategi kaum pengikut Iblis dan Dajjal untuk menyesatkan umat manusia
dari jalan lurus ketauhidan. Taktik dan srategi mereka, manipulasi
mereka, seakan kian maju dan kian canggih. Padahal sebenarnya, bagi
seorang Muslim yang selalu awas, hal itu bukan halangan yang berarti.
Sejak dahulu hingga sekarang, kitab suci al-Qur’an
pun telah berkali-kali memperingatkan, jika Yahudi merupakan musuh
terbesar umat manusia. Allah Swt telah memberi mereka berbagai label
yang mencirikan sifat-sifat dasar mereka, dari panggilan sebagai Kaum
Kera dan Babi, hingga kaum yang fasik, suka berdusta, gemar
memutar-mutar lidah mempermainkan ayat-ayat Allah, sering memberi
kesaksian palsu, dan sebagainya.
Adalah kenyataan sejarah, jika kemudian orang-orang
Yahudi ini tumbuh menjadi satu bangsa yang sangat kuat dan berpengaruh
di dunia sekarang. Mereka menguasai jaringan media massa dunia,
perbankan, militer, dan sebagainya. Mereka juga menciptakan berbagai
ideologi yang memecah-belah umat manusia dari ketauhidan, antara lain
Nasionalisme, Kapitalisme, Komunisme, dan lain-lain. Demokrasi pun
dibuat oleh mereka.
Ada kesadaran yang salah selama ini tentang
demokrasi. Banyak kalangan menyebut bahwa sistem pemerintahan buatan
manusia ini berasal dari ajaran Plato, seorang filsuf Yunani, yang
tertuang dalam bukunya “La Republica”. Mereka juga menganggap jika
sistem pemerintahan Amerika Serikat sekarang, yang disebut sebagai
Panglima Demokrasi Dunia, mengadopsi demokrasi-nya Plato. Ini salah
besar! Sistem demokrasi sesungguhnya berasal dari Bani Israel, tatkala
mereka, 12 suku, mendiami wilayah Palestina setelah keluar dari Mesir.
Bani Israel telah menjalankan praktek ini berabad-abad sebelum Plato
lahir. Sejarahnya sangat panjang, antara lain bisa kita baca dalam
penelitian Max I. Dimont yang berjudul “Sejarah Yahudi”. Sistem
demokrasi di Indonesia sekaran pun, yang mengadopsi sistem demokrasi
Amerika, juga berasal dari “Sunnah Yahudi”.
Islam tidak mengenal demokrasi. Islam mengenal
Syuro. Ini sangat berbeda secara prinsipil. Dalam Demokrasi, “Suara
seorang pelacur dianggap sama dengan suara seorang Ustadz, masing-masing
hanya dihitung satu suara”. Sedangkan dalam Syuro, hal ini tentu tidak
akan ditemui. Inilah yang dikerjakan bangsa Indonesia sekarang, sehingga
negara ini sampai 64 tahun setelah proklamasi kemerdekaan, bukan malah
membaik malah kian hancur tak keruan.
Demokrasi merupakan salah satu tools kaum
musyrik untuk memalingkan umat manusia dari petunjuk Allah Swt.
Demokrasi inilah yang kemudian berhasil menjadikan orang-orang yang
tadinya shaleh, orang-orang yang tadinya sepenuh hati memperjuangkan
agama Allah Swt, orang-orang yang tadinya begitu berani menyuarakan
al-haq dan menentang al-bathil dihadapan penguasa sekali pun, berubah
menjadi orang-orang yang kelu lidahnya menyuarakan al-haq, menjadi
orang-orang yang malu dengan perjuangan Islam, menjadi orang-orang yang
membela kebathilan dan menyimpan al-haq rapat-rapat di dalam hatinya.
Demokrasi inilah yang telah mengubah orang yang
tadinya kita kenal dengan sangat baik, menjadi orang yang asing dan
‘aneh’. Demokrasi inilah yang bisa mengubah seorang yang sebenarnya
faqih dalam ilmu ilmu agama, namun bisa-bisanya menyepelekan perintah
wajib menutup aurat para perempuan dengan menyebut hal itu hanya sebagai
“persoalan selembar kain” saja. Banyak yang seperti ini sekarang.
Bahkan ada yang tanpa malu menyatakan orang yang memilih tidak ikut
proses sunnah-Yahudi ini sebagai orang-orang yang mubazir dan saudaranya
setan.
Ini mengingatkan saya pada firman-firman Alah Swt, yang antara lain:
“Dan janganlah kamu campuradukan kebenaran dengan
kebathilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu
mengetahuinya” Al Baqoroh : 42.
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang
beriman mereka berkata ‘kami telah beriman’ tetapi apabila mereka
kembali kepada setan – setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata
“sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok – olok” Al Baqoroh :
14
“Dan apabila dikatakan kepada mereka jangan berbuat
kerusakan di muka bumi, mereka menjawab ‘sesungguhnya kami justru orang
– orang yang berbuat kebaikan’. Ingatlah sesungguhnya merekalah yang
berbuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadari” Al Baqoroh : 11 -12
“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan
petunjuk, maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak
mendapat petunjuk” Al Baqoroh : 16
Padahal, ancaman Allah Swt terhadap orang-orang fasik sungguh tidak main-main:
“Katakanlah (Muhammad) “Apakah akan aku beritakan
kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari orang fasik
di sisi Allah? Yaitu orang- orang yang di laknat dan dimurkai Allah, di
antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang)
menyembah thagut. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat
dari jalan yang lurus” Al Maidah : 60
“Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita
orang yang telah Kami berikan ayat – ayat Kami kepadanya, kemudian dia
melepaskan diri dari ayat – ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan, maka
jadilah dia termasuk orang – orang yang tersesat. Dan sekiranya Kami
menghendaki niscaya kami tinggikan derajatnya dengan (ayat – ayat) itu,
tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya yang
rendah, maka perumpamaan mereka seperti anjing. Jika kamu menghalaunya
dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia tetap menjulurkan
lidahnya juga. Demikianlah perumpamaan orang – orang yang mendustakan
ayat – ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah – kisah itu agar mereka
berpikir” Al A’raf : 175 – 176.
Seorang Muslim seharusnya hanya tunduk pada Allah
Swt dan Rasul-Nya. Sedangkan terhadap manusia lainnya, apakah dia
menyandang gelar doktor, atau apa pun, selama dia menyeru pada
ketauhidan maka ikutilah, namun jika dia sudah mulai “aneh-aneh”, maka
ingatkanlah. Jika sudah diingatkan ternyata masih “Aneh”, maka
tinggalkanlah. Inilah sebenar-benarnya tauhid.
Dalam zaman seperti sekarang, bertahan pada jalan
ketauhidan memang jauh dari hingar-bingar duniawi. Tauhid adalah jalan
para Nabi Allah yang sunyi dan banyak cobaan. Sebab itu, tidak banyak
yang bisa bertahan meniti jalan ini dan akhirnya tergoda pada kelezatan
duniawi, salah satunya yang bernama “Kekuasaan”. Semoga kita bukan
termasuk orang-orang seperti ini. Amien Ya Rabb al amien. Wallahu’alam bishawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Siapakah Orang Musyrik Itu ?
Selasa, 7 Sya'ban 1428 H / 21 Agustus 2007 00:42
Oleh: Al Ustadz Al Asiir Abu Sulaiman hafidzahullah
Pernah ada seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah saw tentang ayahnya yang meninggal pada zaman fatrah (zaman ketika tidak ada dakwah) di atas ajaran syirik, maka Rasulullah menjawab: “Ayahmu di neraka”, mendengar jawaban itu si laki-laki mukanya merah, dan ketika dia berpaling, Rasulullah saw memanggilnya dan mengatakan kepadanya: “Ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim)
Ikhwani fillah, materi yang akan kita kaji sekarang adalah tentang penamaan musyrik. Siapakah yang disebut orang musyrik itu? Kapan seseorang dikatakan musyrik? Apakah ada kaitan antara penamaan musyrik dengan tegaknya hujjah? Apakah pelaku syirik akbar yang jahil bisa dikatakan musyrik? Mari kita mengkajinya dengan berlandaskan Al-Qur’an, As-Sunnah serta ijma dan pernyataan para ulama dakwah Tauhid.
Syirik adalah lawan Tauhid, maka tidak ada Tauhid bila syirik terdapat pada diri seseorang. Orang yang berbuat syirik akbar dengan sengaja tanpa ada unsur paksaan maka dia itu musyrik, baik laki-laki atau perempuan, baik mengaku Islam atau tidak, berdasarkan dalil-dalil berikut ini:
*Dalil dari Kitabullah (Al-Qur’an):
وإن أحد من المشركين استجارك فأجره حتى يسمع كلام الله
“Dan bila ada satu orang dari kalangan orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka berilah dia perlindungan sampai dia mendengar firman Allah.” (At Taubah: 6).
Dalam ayat ini Allah namakan pelaku syirik sebagai orang musyrik, meskipun dia belum mendengar firman Allah SWT, apa gerangan dengan pelaku syirik yang telah mendengar firman Allah SWT, Al Qur’an dia baca dan terjemahannya dia miliki pula.
Bila ada yang mengatakan: “Ayat itu berkenaan dengan para penyembah berhala, tapi kenapa kamu terapkan kepada orang yang mengaku Islam, dia shalat, zakat, dll hanya karena melakukan syirik akbar?”
Jawabnya: Silakan rujuk kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah supaya lebih jelas.
ما كان للنبي والذين ءامنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولي قربى
“Tidak selayaknya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampunan bagi kaum musyrikin, meskipun mereka itu kerabat dekat.” (At Taubah: 113).
Ayat ini berkenaan dengan Rasulullah saw saat minta izin kepada Allah SWT untuk memintakan ampunan buat ibunya yang meninggal sebelum Rasulullah saw diutus, dan meninggal di atas ajaran kaumnya yang syirik. Allah SWT golongkan ibunya dalam jajaran kaum musyrikin padahal belum ada dakwah dan hujjah risaliyyah lagi mereka bodoh. Apa gerangan dengan pelaku syirik akbar yang mengaku Islam, padahal hujjah ada di sekeliling mereka dan Al Qur’an mereka baca lagi mereka hafal.
Kalau ada yang berkata: “ Kenapa orang yang mengaku Islam dan rajin beribadah kepada Allah SWT, tapi dia berbuat syirik akbar karena kebodohannya dikatakan musyrik?”
Jawab: Di dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang diperintahkan bukan ibadah kepada Allah, tapi beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik, yaitu memurnikan ketundukan hanya kepada-Nya. Allah swt berfirman:
واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا
“Dan beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukan sesuatupun dengan-Nya.” (An Nisaa: 36).
Saya bertanya: “Apakah orang yang meminta kepada yang sudah mati itu disebut menyekutukan Allah SWT atau tidak? Apakah yang ikut dalam sistem demokrasi itu menyekutukan Allah SWT atau tidak?”
وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء
“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah seraya memurnikan seluruh dien (ketundukan) hanya kepada-Nya lagi mereka itu hanif.” (Al Bayyinah: 5).
Saya bertanya: “Apakah orang yang menyandarkan hak hukum kepada rakyat atau wakil-wakilnya itu telah memurnikan dien (ketundukan) seluruhnya kepada Allah atau sebaliknya?, padahal hukum itu adalah dien”:
إن الحكم إلا لله أمر ألا تعبدوا إلا إياه ذلك الدين القيم
“Hak hukum (putusan) hanyalah milik Allah. Dia memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Itulah dien yang lurus.” (Yusuf: 40).
ما كان ليأخذ أخاه في دين الملك
“Dia (Yusuf) tidak mungkin membawa saudaranya pada dien (UU/Hukum) raja itu.” (Yusuf: 76).
Orang yang di samping beribadah kepada Allah juga beribadah kepada yang lainnya, sesungguhnya dia itu tidak dianggap beribadah kepada Allah SWT,
قل ياأيها الكافرون , لا أعبد ما تعبدون
“Katakanlah: “Wahai orang-orang kafir, aku tidak beribadah kepada tuhan-tuhan yang kalian ibadati.” (Al Kaafiruun: 1-2).
Dalam surat ini Rasulullah saw diperintahkan untuk menyatakan: « Saya tidak akan beribadah kepada tuhan-tuhan yang kalian ibadati wahai orang-orang kafir Quraisy ! », padahal di antara tuhan yang mereka ibadati itu adalah Allah. Berarti Rasulullah tidak akan beribadah kepada Allah juga? Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa peribadatan mereka kepada Allah itu tidak dianggap karena mereka ibadah kepada yang lain-Nya.
Rasulullah saw bersabda di dalam hadits shahih: “Hak atas hamba-hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya.”
Jadi penafian syirik adalah syarat dalam beribadah kepada Allah SWT. Maka dari itu Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa: “Islam adalah mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya saja tidak ada sekutu bagi-Nya…”. (Thariq Al Hijratain, Thabaqah yang ke-17).
اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله والمسيح ابن مريم وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما يشركون
“Mereka (orang-orang Nashrani) telah menjadikan para ulama dan para rahib (ahli ibadah) mereka sebagai arbaab (tuhan-tuhan) selain Allah dan juga Al Masih Ibnu Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk ibadah kepada Ilah yang satu, tidak ada Ilah (yang berhak diibadati) kecuali Dia, Maha Suci Dia dari apa yang mereka sekutukan.” (At Taubah: 31).
Dalam ayat ini Allah memvonis orang-orang Nashrani sebagai orang-orang musyrik, padahal mereka tidak mengetahui bahwa sikap mereka mengikuti ulama dan rahib dalam aturan yang bertentangan dengan aturan Allah itu adalah bentuk ibadah kepada ulama dan rahib itu, sebagaimana yang Rasulullah jelaskan dalam hadits hasan dari Addiy Ibnu Hatim ra. Maka begitu juga para pejabat dan aparat keamanan di negeri demokrasi, yang mana mereka itu dengan sigap berkomitmen dengan UU yang digulirkan oleh thaghut-thaghut mereka.
Kandungan yang tadi saya sebutkan tentang ayat ini telah dikabarkan oleh Al ‘Allamah Abdullah Ibnu Abdirrahman Aba Buthain dalam Risalah Al Intishar Li Hizbillah Al Muwahhidun.
لم يكن الذين كفروا من أهل الكتاب والمشركين منفكين حتى تأتيهم البينة , رسول من الله يتلو صحفا مطهرة
“Orang-orang yang kafir dari kalangan Ahlul Kitab dan kaum musyrikin tidak pecah sehingga datang kepada mereka bayyinah, yaitu utusan dari Allah yang membaca lembaran-lembaran yang disucikan.” (Al Bayyinah: 1-2).
Dikarenakan mereka berbuat syirik, maka mereka dinamakan kaum musyrikin meskipun rasul belum datang kepada mereka. Apa gerangan dengan pelaku syirik masa sekarang, Rasul telah datang, Al Qur’an ada di rumah mereka, bahkan sebagian mengaku sebagai ulama dan ahli Islam ? Tidak ragu lagi mereka itu adalah kaum musyrikin, baik dia ustadz, kyai, ulama atau cendekiawan atau orang umum, karena syirik dan status musyrik tidak mengenal status.
Al Imam Su’ud Ibnu Abdil Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud rahimahullah berkata: “Siapa yang memalingkan satu macam dari (ibadah) itu kepada selain Allah, maka dia itu musyrik, baik dia itu ahli ibadah atau orang fasiq, dan sama saja tujuannya baik atau buruk.” (Ad Durar As Saniyyah 9/270).
Syaikh Muhammad rahimahullah berkata kepada hakim agung Riyadh yang bernama Sulaiman Ibnu Suhaim: “Tapi kamu adalah laki-laki yang bodoh lagi musyrik.” Lihat Risalah kepadanya dalam Tarikh Nejd.
Sebenarnya masih banyak ayat-ayat yang memvonis pelaku syirik akbar sebagai musyrik, padahal hujjah risaliyyah belum tegak.
Namun banyak orang saat membaca ayat-ayat tentang kaum musyrikin, mereka hanya menafsirkannya dengan orang-orang musyrik Arab, dan jarang yang mau menafsirkannya seraya menghubungkannya dengan realita masyarakat di sekelilingnya, maka dari itu banyak yang jatuh kepada kemusyrikan tanpa disadari.
Umar Ibnul Khaththab ra berkata: “Orang-orang itu telah lalu, dan tidak dimaksud oleh dalil itu kecuali kalian.”
Beliau berkata lagi: “Ikatan-ikatan Islam ini lepas satu demi satu bila tumbuh di dalam Islam ini orang yang tidak mengenal jahiliyyah.”
* Dalil-dalil dari As Sunnah:
Pernah ada seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah saw tentang ayahnya yang meninggal pada zaman fatrah (zaman ketika tidak ada dakwah) di atas ajaran syirik, maka Rasulullah menjawab: “Ayahmu di neraka”, mendengar jawaban itu si laki-laki mukanya merah, dan ketika dia berpaling, Rasulullah saw memanggilnya dan mengatakan kepadanya: “Ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim).
Ayah Rasulullah ~’Abdullah~ meninggal pada zaman jahiliyyah, saat tidak ada dakwah dan tidak ada hujjah risaliyyah, meninggal di atas ajaran syirik kaumnya. Rasulullah bukan hanya menetapkan status nama di dunia tapi juga langsung hukum pasti bagi ayahnya di akhirat kelak, berupa api neraka. Dari hadits ini Imam Nawawiy rahimahullah menyatakan bahwa orang yang berbuat syirik akbar, baik zaman fatrah atau bukan, baik ada dakwah atau tidak, dia itu adalah calon penghuni neraka.
Sebagian ulama yang lain sepakat dengan penamaan status musyrik di dunia, namun masalah akhirat adalah lain. Apa gerangan dengan pelaku syirik akbar masa sekarang, karena Rasulullah sudah diutus, dakwah ada, hujjah beraneka ragam bentuknya, dan Al Qur’an dilantunkan di masjid-masjid, sungguh mereka itu adalah orang-orang musyrik bukan kaum muslimin. Di antara mereka ada yang meminta ke kuburan keramat, ada yang membuat tumbal, sesajen, dan ada pula yang menyandarkan wewenang hukum kepada selain Allah SWT. Mereka adalah kaum musyrikin tanpa diragukan lagi.
Ada rombongan dari Banu Al Muntafiq, mereka bertanya tentang ayah mereka Al Muntafiq yang meninggal pada zaman fatrah. Rasulullah menjelaskan bahwa dia itu di neraka, kemudian beliau menyatakan: “Demi Allah, kamu tidak melewati satu kuburan pun dari orang ‘Amiriy atau Quraisy dari kalangan orang musyrik, maka katakan: “Saya diutus kepada kalian oleh Muhammad untuk memberi kabar bahwa kalian digusur di dalam api neraka.” (Shahih, riwayat Al Imam Ahmad).
Dalam hadits ini orang yang meninggal di atas syirik dari kalangan Ahlul Fatrah disebut musyrik. Apa halnya dengan zaman bukan fatrah?
Apa faidah kalian membela-bela para pelaku syirik akbar wahai maz’uum? Kalian tidak tegakkan hujjah atas dia, kalian bela dia, kalian akrab bercengkerama dengannya. Sementara kaum muwahhidin yang bara’ dari syirik dan para pelakunya serta telah menegakkan hujjah atas mereka, kalian justeru memusuhinya dan membencinya. Inikah ciri Ahlus Sunnah Wal Jama’ah atau justeru ini ciri Ahlul Bid’ah Wadldlalalah?. Inikah manhaj As Salaf Ash Shalih yang kalian klaim atau justeru ciri Khawarij Azariqah yang kalian tuduhkan kepada kami wahai maz’uum? *Ijma para ulama
Para ulama ijma bahwa orang yang berbuat syirik akbar itu dinamakan musyrik. Hal yang menjadi perdebatan mereka itu hanyalah tentang masalah ‘adzab di akhirat bagi yang belum tegak hujjah risaliyyah atasnya. Adapun masalah nama di dunia mereka sepakat bahwa ia adalah musyrik. Sehingga mereka sepakat bahwa status anak orang musyrik di dunia adalah musyrik, namun perbedaan di antara mereka hanya dalam masalah status akhirat, dia ke surga atau ke neraka. Di dunia tentang nama sepakat, sehingga anak-anak orang musyrik dijadikan budak, sedangkan orang muslim itu tidak bisa dijadikan budak di awalnya.
Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah berkata: “Para ulama ijma bahwa orang yang memalingkan satu macam dari 2 do’a (do’a ibadah dan do’a permintaan) kepada selain Allah maka dia itu telah musyrik, meskipun mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah, shalat, dan mengaku muslim.” (Ibthal At Tandid).
Orang yang berbuat syirik akbar namun dia masih rajin shalat, dsb, padahal sebenarnya dia tahu bahwa orang musyrik itu amalannya tak berarti, kekal di neraka bila mati di atasnya, serta tidak diampuni. Itu terjadi tak lain karena dia tidak tahu bahwa yang dia lakukan itu perbuatan syirik atau tidak tahu bahwa dirinya musyrik, namun demikian para ulama sepakat bahwa orang jahil itu adalah musyrik.
Para ulama juga ijma bahwa hal paling pertama yang diserukan semua Rasul adalah ajakan beribadah kepada Allah SWT dan penanggalan syirik yang mereka lakukan. Para rasul itu mengkhithabi kaumnya atas dasar mereka itu adalah orang-orang musyrik. Umat para Rasul itu adalah musyrikin saat sebelum menerima dakwahnya. Azar ayah Ibrahim adalah musyrik sebelum Ibrahim diutus, Abdul Muththalib juga berstatus musyrik.
Bahkan para ulama menjelaskan bahwa nama musyrik itu ada sebelum adanya Risalah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Nama musyrik itu sudah ada sebelum risalah, karena dia (pelakunya) menyekutukan Tuhannya, menjadikan tandingan bagi-Nya dan mengangkat tuhan-tuhan lain bersama-Nya.” (Majmu Al Fatawa: 20/38).
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata saat menjelaskan para pelaku syirik yang mengaku muslim: “Maka macam orang-orang musyrik itu dan yang semisal dengan mereka dari kalangan yang beribadah kepada para wali dan orang-orang shalih, kami vonis mereka itu sebagai orang-orang musyrik, dan kami memandang kekafiran mereka bila hujjah risaliyyah telah tegak atas mereka.” (Ad Durar 1/322 cet. lama).
Pelaku syirik akbar bila belum tegak hujjah dinamakan musyrik, sedangkan bila sudah tegak hujjah atasnya maka dinamakan musyrik kafir.
Bila antum tidak mengenal (istilah) ini, maka bisa jatuh ke dalam kekeliruan yang luar biasa fatalnya, seperti yang dialami kalangan (salafi) maz’uum dewasa ini.
Syaikh Hamd Ibnu Nashir Alu Mu’ammar dan putra-putra Syaikh Muhamamd Ibnu Abdil Wahhab berkata tentang para pelaku syirik yang mengaku Islam yang belum tersentuh dakwah tauhid: “Bila dia melakukan kemusyrikan dan kekafiran karena kebodohan dan tidak adanya orang yang mengingatkannya maka kami tidak memvonis dia kafir hingga hujjah risaliyyah ditegakkan atasnya, namun kami tidak menghukumi dia sebagai orang muslim.” (Ad Durar).
Dia bukan orang kafir karena belum tegak hujjah risaliyyah, dan dia bukan muslim karena melakukan syirik akbar, tapi dia musyrik. Semoga antum faham istilah ini.
Orang yang tidak memahami istilah ini dari kalangan maz’uumin di negeri ini, mereka ngawur dalam memahami maksud perkataan para ulama dakwah tauhid. Mereka kira bahwa jika bukan kafir artinya dia itu muslim. Ini salah besar yang bersumber dari ketidakfahaman akan hakikat Al Islam.
Saat mereka mendapatkan pernyataan Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah bahwa, “Bagaimana kami mengkafirkan orang jahil yang menyembah Qubbah Kawwaz…” mereka langsung loncat girang seraya mengatakan bahwa pelaku syirik akbar yang jahil itu tidak kafir tapi muslim sebagaimana perkataan Syaikh tadi.
Alangkah dungunya mereka itu, mereka tak ubahnya bagaikan lalat yang tidak mau hinggap kecuali pada benda kotor, sedang yang bersih dijauhinya. Begitu juga mereka hanya mencari ucapan-ucapan yang samar dan meninggalkan ucapan-ucapannya yang jelas yang berlandaskan Al Kitab dan As Sunnah serta Ijma.
Jarimah mereka itu tidak cukup disitu, tapi mereka menambahnya. Mereka mengambil perkataan Syaikh Muhammad tentang Ahlu Fatrah atau yang belum tersentuh dakwah yang mereka fahami secara keliru itu, terus mereka menerapkannya kepada orang-orang musyrik sekarang di saat hujjah bertebaran dimana-mana bahkan orang musyrik itu sendiri memiliki andil dalam penyebaran hujjah itu.
Bahkan bukan sekedar orang musyrik yang mereka bela, tapi tak kepalang tanggung para thaghut pun ikut mendapatkan pembelaan mereka yang penuh ikhlash tanpa diminta.
Tidaklah aneh bila mereka seperti itu, terbukti saat penulis bertanya kepada salah seorang Syaikh Maz’uum ~yang pernah mereka datangkan untuk menjegal dakwah ini~: “Apakah para penyembah kuburan yang bodoh itu musyrikun atau muwahhidun?” Dia diam sejenak terus menjawab: “Ya ada yang mengatakan mereka itu muwahhidun.”
Kalau antum ingin mengetahui siapa orangnya yang mengatakan mereka itu muwahhidun (maksudnya muslimun), ketahuilah dia adalah Dawud Ibnu Jirjis Al Iraqi, salah seorang musuh dakwah tauhid. Silakan rujuk Minhaj At Ta’sis Fi Kasyfi Syubuhat Dawud Ibni Jirjis karya Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Alu Asy Syaikh.
Syaikh Abdullah Aba Buthain rahimahullah berkata: “Orang yang berbuat syirik itu musyrik, baik mau atau tidak (dengan nama itu).” (Al Intishar).
Ini adalah sekilas tentang penamaan musyrik bagi pelaku syirik akbar.
Semoga antum sekalian memahaminya dan Allah SWT membukakan dengan kunci ini ilmu-ilmu Tauhid lainnya. Jangan lupa doakan kami dan keluarga agar diberikan kebaikan di dunia dan akhirat. Serta kami tidak akan lupa berdoa semoga kita dikuatkan di atas tauhid ini sampai ruh meninggalkan jasad kita ini.
Amin ya Rabbal ‘Aalamiin.
PMJ, Sabtu,11 Rabi Al Awwal 1425 H
1 Mei 2004
Akhukum Al Asiir Abu Sulaiman
sumber: http://anshar-tauhid-wa-sunnah.blogspot.com
Pernah ada seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah saw tentang ayahnya yang meninggal pada zaman fatrah (zaman ketika tidak ada dakwah) di atas ajaran syirik, maka Rasulullah menjawab: “Ayahmu di neraka”, mendengar jawaban itu si laki-laki mukanya merah, dan ketika dia berpaling, Rasulullah saw memanggilnya dan mengatakan kepadanya: “Ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim)
Ikhwani fillah, materi yang akan kita kaji sekarang adalah tentang penamaan musyrik. Siapakah yang disebut orang musyrik itu? Kapan seseorang dikatakan musyrik? Apakah ada kaitan antara penamaan musyrik dengan tegaknya hujjah? Apakah pelaku syirik akbar yang jahil bisa dikatakan musyrik? Mari kita mengkajinya dengan berlandaskan Al-Qur’an, As-Sunnah serta ijma dan pernyataan para ulama dakwah Tauhid.
Syirik adalah lawan Tauhid, maka tidak ada Tauhid bila syirik terdapat pada diri seseorang. Orang yang berbuat syirik akbar dengan sengaja tanpa ada unsur paksaan maka dia itu musyrik, baik laki-laki atau perempuan, baik mengaku Islam atau tidak, berdasarkan dalil-dalil berikut ini:
*Dalil dari Kitabullah (Al-Qur’an):
وإن أحد من المشركين استجارك فأجره حتى يسمع كلام الله
“Dan bila ada satu orang dari kalangan orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka berilah dia perlindungan sampai dia mendengar firman Allah.” (At Taubah: 6).
Dalam ayat ini Allah namakan pelaku syirik sebagai orang musyrik, meskipun dia belum mendengar firman Allah SWT, apa gerangan dengan pelaku syirik yang telah mendengar firman Allah SWT, Al Qur’an dia baca dan terjemahannya dia miliki pula.
Bila ada yang mengatakan: “Ayat itu berkenaan dengan para penyembah berhala, tapi kenapa kamu terapkan kepada orang yang mengaku Islam, dia shalat, zakat, dll hanya karena melakukan syirik akbar?”
Jawabnya: Silakan rujuk kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah supaya lebih jelas.
ما كان للنبي والذين ءامنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولي قربى
“Tidak selayaknya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampunan bagi kaum musyrikin, meskipun mereka itu kerabat dekat.” (At Taubah: 113).
Ayat ini berkenaan dengan Rasulullah saw saat minta izin kepada Allah SWT untuk memintakan ampunan buat ibunya yang meninggal sebelum Rasulullah saw diutus, dan meninggal di atas ajaran kaumnya yang syirik. Allah SWT golongkan ibunya dalam jajaran kaum musyrikin padahal belum ada dakwah dan hujjah risaliyyah lagi mereka bodoh. Apa gerangan dengan pelaku syirik akbar yang mengaku Islam, padahal hujjah ada di sekeliling mereka dan Al Qur’an mereka baca lagi mereka hafal.
Kalau ada yang berkata: “ Kenapa orang yang mengaku Islam dan rajin beribadah kepada Allah SWT, tapi dia berbuat syirik akbar karena kebodohannya dikatakan musyrik?”
Jawab: Di dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang diperintahkan bukan ibadah kepada Allah, tapi beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik, yaitu memurnikan ketundukan hanya kepada-Nya. Allah swt berfirman:
واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا
“Dan beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukan sesuatupun dengan-Nya.” (An Nisaa: 36).
Saya bertanya: “Apakah orang yang meminta kepada yang sudah mati itu disebut menyekutukan Allah SWT atau tidak? Apakah yang ikut dalam sistem demokrasi itu menyekutukan Allah SWT atau tidak?”
وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء
“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah seraya memurnikan seluruh dien (ketundukan) hanya kepada-Nya lagi mereka itu hanif.” (Al Bayyinah: 5).
Saya bertanya: “Apakah orang yang menyandarkan hak hukum kepada rakyat atau wakil-wakilnya itu telah memurnikan dien (ketundukan) seluruhnya kepada Allah atau sebaliknya?, padahal hukum itu adalah dien”:
إن الحكم إلا لله أمر ألا تعبدوا إلا إياه ذلك الدين القيم
“Hak hukum (putusan) hanyalah milik Allah. Dia memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Itulah dien yang lurus.” (Yusuf: 40).
ما كان ليأخذ أخاه في دين الملك
“Dia (Yusuf) tidak mungkin membawa saudaranya pada dien (UU/Hukum) raja itu.” (Yusuf: 76).
Orang yang di samping beribadah kepada Allah juga beribadah kepada yang lainnya, sesungguhnya dia itu tidak dianggap beribadah kepada Allah SWT,
قل ياأيها الكافرون , لا أعبد ما تعبدون
“Katakanlah: “Wahai orang-orang kafir, aku tidak beribadah kepada tuhan-tuhan yang kalian ibadati.” (Al Kaafiruun: 1-2).
Dalam surat ini Rasulullah saw diperintahkan untuk menyatakan: « Saya tidak akan beribadah kepada tuhan-tuhan yang kalian ibadati wahai orang-orang kafir Quraisy ! », padahal di antara tuhan yang mereka ibadati itu adalah Allah. Berarti Rasulullah tidak akan beribadah kepada Allah juga? Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa peribadatan mereka kepada Allah itu tidak dianggap karena mereka ibadah kepada yang lain-Nya.
Rasulullah saw bersabda di dalam hadits shahih: “Hak atas hamba-hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya.”
Jadi penafian syirik adalah syarat dalam beribadah kepada Allah SWT. Maka dari itu Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa: “Islam adalah mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya saja tidak ada sekutu bagi-Nya…”. (Thariq Al Hijratain, Thabaqah yang ke-17).
اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله والمسيح ابن مريم وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما يشركون
“Mereka (orang-orang Nashrani) telah menjadikan para ulama dan para rahib (ahli ibadah) mereka sebagai arbaab (tuhan-tuhan) selain Allah dan juga Al Masih Ibnu Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk ibadah kepada Ilah yang satu, tidak ada Ilah (yang berhak diibadati) kecuali Dia, Maha Suci Dia dari apa yang mereka sekutukan.” (At Taubah: 31).
Dalam ayat ini Allah memvonis orang-orang Nashrani sebagai orang-orang musyrik, padahal mereka tidak mengetahui bahwa sikap mereka mengikuti ulama dan rahib dalam aturan yang bertentangan dengan aturan Allah itu adalah bentuk ibadah kepada ulama dan rahib itu, sebagaimana yang Rasulullah jelaskan dalam hadits hasan dari Addiy Ibnu Hatim ra. Maka begitu juga para pejabat dan aparat keamanan di negeri demokrasi, yang mana mereka itu dengan sigap berkomitmen dengan UU yang digulirkan oleh thaghut-thaghut mereka.
Kandungan yang tadi saya sebutkan tentang ayat ini telah dikabarkan oleh Al ‘Allamah Abdullah Ibnu Abdirrahman Aba Buthain dalam Risalah Al Intishar Li Hizbillah Al Muwahhidun.
لم يكن الذين كفروا من أهل الكتاب والمشركين منفكين حتى تأتيهم البينة , رسول من الله يتلو صحفا مطهرة
“Orang-orang yang kafir dari kalangan Ahlul Kitab dan kaum musyrikin tidak pecah sehingga datang kepada mereka bayyinah, yaitu utusan dari Allah yang membaca lembaran-lembaran yang disucikan.” (Al Bayyinah: 1-2).
Dikarenakan mereka berbuat syirik, maka mereka dinamakan kaum musyrikin meskipun rasul belum datang kepada mereka. Apa gerangan dengan pelaku syirik masa sekarang, Rasul telah datang, Al Qur’an ada di rumah mereka, bahkan sebagian mengaku sebagai ulama dan ahli Islam ? Tidak ragu lagi mereka itu adalah kaum musyrikin, baik dia ustadz, kyai, ulama atau cendekiawan atau orang umum, karena syirik dan status musyrik tidak mengenal status.
Al Imam Su’ud Ibnu Abdil Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud rahimahullah berkata: “Siapa yang memalingkan satu macam dari (ibadah) itu kepada selain Allah, maka dia itu musyrik, baik dia itu ahli ibadah atau orang fasiq, dan sama saja tujuannya baik atau buruk.” (Ad Durar As Saniyyah 9/270).
Syaikh Muhammad rahimahullah berkata kepada hakim agung Riyadh yang bernama Sulaiman Ibnu Suhaim: “Tapi kamu adalah laki-laki yang bodoh lagi musyrik.” Lihat Risalah kepadanya dalam Tarikh Nejd.
Sebenarnya masih banyak ayat-ayat yang memvonis pelaku syirik akbar sebagai musyrik, padahal hujjah risaliyyah belum tegak.
Namun banyak orang saat membaca ayat-ayat tentang kaum musyrikin, mereka hanya menafsirkannya dengan orang-orang musyrik Arab, dan jarang yang mau menafsirkannya seraya menghubungkannya dengan realita masyarakat di sekelilingnya, maka dari itu banyak yang jatuh kepada kemusyrikan tanpa disadari.
Umar Ibnul Khaththab ra berkata: “Orang-orang itu telah lalu, dan tidak dimaksud oleh dalil itu kecuali kalian.”
Beliau berkata lagi: “Ikatan-ikatan Islam ini lepas satu demi satu bila tumbuh di dalam Islam ini orang yang tidak mengenal jahiliyyah.”
* Dalil-dalil dari As Sunnah:
Pernah ada seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah saw tentang ayahnya yang meninggal pada zaman fatrah (zaman ketika tidak ada dakwah) di atas ajaran syirik, maka Rasulullah menjawab: “Ayahmu di neraka”, mendengar jawaban itu si laki-laki mukanya merah, dan ketika dia berpaling, Rasulullah saw memanggilnya dan mengatakan kepadanya: “Ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim).
Ayah Rasulullah ~’Abdullah~ meninggal pada zaman jahiliyyah, saat tidak ada dakwah dan tidak ada hujjah risaliyyah, meninggal di atas ajaran syirik kaumnya. Rasulullah bukan hanya menetapkan status nama di dunia tapi juga langsung hukum pasti bagi ayahnya di akhirat kelak, berupa api neraka. Dari hadits ini Imam Nawawiy rahimahullah menyatakan bahwa orang yang berbuat syirik akbar, baik zaman fatrah atau bukan, baik ada dakwah atau tidak, dia itu adalah calon penghuni neraka.
Sebagian ulama yang lain sepakat dengan penamaan status musyrik di dunia, namun masalah akhirat adalah lain. Apa gerangan dengan pelaku syirik akbar masa sekarang, karena Rasulullah sudah diutus, dakwah ada, hujjah beraneka ragam bentuknya, dan Al Qur’an dilantunkan di masjid-masjid, sungguh mereka itu adalah orang-orang musyrik bukan kaum muslimin. Di antara mereka ada yang meminta ke kuburan keramat, ada yang membuat tumbal, sesajen, dan ada pula yang menyandarkan wewenang hukum kepada selain Allah SWT. Mereka adalah kaum musyrikin tanpa diragukan lagi.
Ada rombongan dari Banu Al Muntafiq, mereka bertanya tentang ayah mereka Al Muntafiq yang meninggal pada zaman fatrah. Rasulullah menjelaskan bahwa dia itu di neraka, kemudian beliau menyatakan: “Demi Allah, kamu tidak melewati satu kuburan pun dari orang ‘Amiriy atau Quraisy dari kalangan orang musyrik, maka katakan: “Saya diutus kepada kalian oleh Muhammad untuk memberi kabar bahwa kalian digusur di dalam api neraka.” (Shahih, riwayat Al Imam Ahmad).
Dalam hadits ini orang yang meninggal di atas syirik dari kalangan Ahlul Fatrah disebut musyrik. Apa halnya dengan zaman bukan fatrah?
Apa faidah kalian membela-bela para pelaku syirik akbar wahai maz’uum? Kalian tidak tegakkan hujjah atas dia, kalian bela dia, kalian akrab bercengkerama dengannya. Sementara kaum muwahhidin yang bara’ dari syirik dan para pelakunya serta telah menegakkan hujjah atas mereka, kalian justeru memusuhinya dan membencinya. Inikah ciri Ahlus Sunnah Wal Jama’ah atau justeru ini ciri Ahlul Bid’ah Wadldlalalah?. Inikah manhaj As Salaf Ash Shalih yang kalian klaim atau justeru ciri Khawarij Azariqah yang kalian tuduhkan kepada kami wahai maz’uum? *Ijma para ulama
Para ulama ijma bahwa orang yang berbuat syirik akbar itu dinamakan musyrik. Hal yang menjadi perdebatan mereka itu hanyalah tentang masalah ‘adzab di akhirat bagi yang belum tegak hujjah risaliyyah atasnya. Adapun masalah nama di dunia mereka sepakat bahwa ia adalah musyrik. Sehingga mereka sepakat bahwa status anak orang musyrik di dunia adalah musyrik, namun perbedaan di antara mereka hanya dalam masalah status akhirat, dia ke surga atau ke neraka. Di dunia tentang nama sepakat, sehingga anak-anak orang musyrik dijadikan budak, sedangkan orang muslim itu tidak bisa dijadikan budak di awalnya.
Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah berkata: “Para ulama ijma bahwa orang yang memalingkan satu macam dari 2 do’a (do’a ibadah dan do’a permintaan) kepada selain Allah maka dia itu telah musyrik, meskipun mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah, shalat, dan mengaku muslim.” (Ibthal At Tandid).
Orang yang berbuat syirik akbar namun dia masih rajin shalat, dsb, padahal sebenarnya dia tahu bahwa orang musyrik itu amalannya tak berarti, kekal di neraka bila mati di atasnya, serta tidak diampuni. Itu terjadi tak lain karena dia tidak tahu bahwa yang dia lakukan itu perbuatan syirik atau tidak tahu bahwa dirinya musyrik, namun demikian para ulama sepakat bahwa orang jahil itu adalah musyrik.
Para ulama juga ijma bahwa hal paling pertama yang diserukan semua Rasul adalah ajakan beribadah kepada Allah SWT dan penanggalan syirik yang mereka lakukan. Para rasul itu mengkhithabi kaumnya atas dasar mereka itu adalah orang-orang musyrik. Umat para Rasul itu adalah musyrikin saat sebelum menerima dakwahnya. Azar ayah Ibrahim adalah musyrik sebelum Ibrahim diutus, Abdul Muththalib juga berstatus musyrik.
Bahkan para ulama menjelaskan bahwa nama musyrik itu ada sebelum adanya Risalah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Nama musyrik itu sudah ada sebelum risalah, karena dia (pelakunya) menyekutukan Tuhannya, menjadikan tandingan bagi-Nya dan mengangkat tuhan-tuhan lain bersama-Nya.” (Majmu Al Fatawa: 20/38).
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata saat menjelaskan para pelaku syirik yang mengaku muslim: “Maka macam orang-orang musyrik itu dan yang semisal dengan mereka dari kalangan yang beribadah kepada para wali dan orang-orang shalih, kami vonis mereka itu sebagai orang-orang musyrik, dan kami memandang kekafiran mereka bila hujjah risaliyyah telah tegak atas mereka.” (Ad Durar 1/322 cet. lama).
Pelaku syirik akbar bila belum tegak hujjah dinamakan musyrik, sedangkan bila sudah tegak hujjah atasnya maka dinamakan musyrik kafir.
Bila antum tidak mengenal (istilah) ini, maka bisa jatuh ke dalam kekeliruan yang luar biasa fatalnya, seperti yang dialami kalangan (salafi) maz’uum dewasa ini.
Syaikh Hamd Ibnu Nashir Alu Mu’ammar dan putra-putra Syaikh Muhamamd Ibnu Abdil Wahhab berkata tentang para pelaku syirik yang mengaku Islam yang belum tersentuh dakwah tauhid: “Bila dia melakukan kemusyrikan dan kekafiran karena kebodohan dan tidak adanya orang yang mengingatkannya maka kami tidak memvonis dia kafir hingga hujjah risaliyyah ditegakkan atasnya, namun kami tidak menghukumi dia sebagai orang muslim.” (Ad Durar).
Dia bukan orang kafir karena belum tegak hujjah risaliyyah, dan dia bukan muslim karena melakukan syirik akbar, tapi dia musyrik. Semoga antum faham istilah ini.
Orang yang tidak memahami istilah ini dari kalangan maz’uumin di negeri ini, mereka ngawur dalam memahami maksud perkataan para ulama dakwah tauhid. Mereka kira bahwa jika bukan kafir artinya dia itu muslim. Ini salah besar yang bersumber dari ketidakfahaman akan hakikat Al Islam.
Saat mereka mendapatkan pernyataan Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah bahwa, “Bagaimana kami mengkafirkan orang jahil yang menyembah Qubbah Kawwaz…” mereka langsung loncat girang seraya mengatakan bahwa pelaku syirik akbar yang jahil itu tidak kafir tapi muslim sebagaimana perkataan Syaikh tadi.
Alangkah dungunya mereka itu, mereka tak ubahnya bagaikan lalat yang tidak mau hinggap kecuali pada benda kotor, sedang yang bersih dijauhinya. Begitu juga mereka hanya mencari ucapan-ucapan yang samar dan meninggalkan ucapan-ucapannya yang jelas yang berlandaskan Al Kitab dan As Sunnah serta Ijma.
Jarimah mereka itu tidak cukup disitu, tapi mereka menambahnya. Mereka mengambil perkataan Syaikh Muhammad tentang Ahlu Fatrah atau yang belum tersentuh dakwah yang mereka fahami secara keliru itu, terus mereka menerapkannya kepada orang-orang musyrik sekarang di saat hujjah bertebaran dimana-mana bahkan orang musyrik itu sendiri memiliki andil dalam penyebaran hujjah itu.
Bahkan bukan sekedar orang musyrik yang mereka bela, tapi tak kepalang tanggung para thaghut pun ikut mendapatkan pembelaan mereka yang penuh ikhlash tanpa diminta.
Tidaklah aneh bila mereka seperti itu, terbukti saat penulis bertanya kepada salah seorang Syaikh Maz’uum ~yang pernah mereka datangkan untuk menjegal dakwah ini~: “Apakah para penyembah kuburan yang bodoh itu musyrikun atau muwahhidun?” Dia diam sejenak terus menjawab: “Ya ada yang mengatakan mereka itu muwahhidun.”
Kalau antum ingin mengetahui siapa orangnya yang mengatakan mereka itu muwahhidun (maksudnya muslimun), ketahuilah dia adalah Dawud Ibnu Jirjis Al Iraqi, salah seorang musuh dakwah tauhid. Silakan rujuk Minhaj At Ta’sis Fi Kasyfi Syubuhat Dawud Ibni Jirjis karya Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Alu Asy Syaikh.
Syaikh Abdullah Aba Buthain rahimahullah berkata: “Orang yang berbuat syirik itu musyrik, baik mau atau tidak (dengan nama itu).” (Al Intishar).
Ini adalah sekilas tentang penamaan musyrik bagi pelaku syirik akbar.
Semoga antum sekalian memahaminya dan Allah SWT membukakan dengan kunci ini ilmu-ilmu Tauhid lainnya. Jangan lupa doakan kami dan keluarga agar diberikan kebaikan di dunia dan akhirat. Serta kami tidak akan lupa berdoa semoga kita dikuatkan di atas tauhid ini sampai ruh meninggalkan jasad kita ini.
Amin ya Rabbal ‘Aalamiin.
PMJ, Sabtu,11 Rabi Al Awwal 1425 H
1 Mei 2004
Akhukum Al Asiir Abu Sulaiman
sumber: http://anshar-tauhid-wa-sunnah.blogspot.com
Topik:
Apakah Sama Orang Musyrik dengan Orang Kafir?
Muslim category
“Apakah Sama Orang Musyrik dengan Orang Kafir?” ketegori Muslim. Assalamualaikum Warahmatullah WabarakatuhUstadz, saya baca dalam surah al-Hajj ayat 17 yang berbunyi Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu , artinya di dalam al-Quran ada golongan orang-orang musyrik lalu bagaimana dengan orang non muslim yang saat ini kita ketahui. Apakah musyrik menurut al-Quran sama dengan orang non muslim saat ini?
Juga dalam surah al-Baqarah ayat 221 jelas-jelas kita dilarang menikahi wanita musyrik. Artinya sangat berbahaya sekali dengan wanita musyrik bila dibandingkan dengan wanita ahli kitab. Bagaimana menurut pandangan al-Quran tentang kedudukan wanita musyrik dengan wanita ahli kitab bahayanya tersebut?
Serta dalam surah al-Maidah Allah berfirman, Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.
Siapakah orang-orang musyrik itu?
Syukron jazaakumullah
Abdurrahman Adib
Jawaban
Assalamu a’aikum warahmatullahi wabarakatuh,
Para ulama membagi orang non muslimi ini menjadi dua macam. Pertama, kafir pemeluk agama samawi. Mereka sering kali disebut juga dengan ahli kitab. Mereka adalah Yahudi dan Nasrani. Kedua, kafir musyrikin, yaitu mereka yang kafir tetapi bukan pemeluk agama samawi, juga bukan ahli kitab. Misalnya, orang-orang Arab Quraisy semasa masih belum masuk Islam, termasuk juga para penyembah api dan pemeluk agama bumi buatan manusia . Pemeluk agama Hindu, Budha, Konghuchu, Shinto dan Zoroaster termasuk di dalamnya.
Di dalam Al-Quran kalau Allah SWT menyebutkan kaum musyrikin, maka yang dimaksud bukanlah para shahabat nabi yang muslim tetapi melakukan beberapa pekerjaan yang bernilai syirik. Namun sebutan musyrikin ini diidentikkan dengan orang-orang non muslim Arab yang tidak atau belum mau memeluk Islam.
Sering kali kita dapati istilah musyrikin Arab, juga istilah kaum musyrikin Quraisy. Mereka ini 100% kafir, bukan muslim dan kalau mati masuk neraka. Sebab yang terjadi pada mereka bukan sekedar mengerjakan perbuatan yang berbau syirik, melainkan mereka anti dengan syahadatain. Bahkan lebih jahat dari umat Yahudi dan Nasrani di masa itu.
Musyrikin itu Kafir
Paling tidak ada beberapa hal pokok yang menguatkan bahwa kaum musyrikin itu kafir dan kedudukannya lebih rendah dari ahli ktiab, yahudi dan nasrani.
1. Mereka tidak pernah mau menerima bahwa tuhan hanya satu saja, yaitu Allah. Meski mereka mengenal dan mengakui bahwa Allah SWT itu, namun konsep ketuhanan mereka adalah mengakui adanya tuhan-tuhan selain Allah. Baik berberntuk berhala batu, atau pun menyerahkan diri mereka kepada kekuatan ghaib.
Bentuk aqidah seperti ini dalam konsep Islam tidak ada artinya. Sebab yang namanya iman kepada Allah itu adalah menafikan semua bentuk penyembahan kecuali hanya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang beragama dengan agama nenek moyang danmenyembah berhala, baik yang terbuat dari batu, kayu, atau pun potongan kurma.
2. Mereka tidak mengakui kenabian Muhammad SAW dan semua nabi serta rasul yang diutus Allah ke muka bumi, sebab mereka itu memang menolak konsep kenabian. Dan realitanya sehari-hari, kerja mereka memang selalu memusuhi Rasulullah SAW, mengejeknya, mengatainya gila, atau menuduhnya sebagai penyihir, atau didudukkan sebagai penyair. Bahkan lebih jauh dari itu, mereka pun setiap harinya tidak berhenti dari memerangi bahkan bercita-cita untuk membunuhnya.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani, meski mereka tidak mengakui kenabian Muhammad SAW, namun mereka masih menerima konsep kenabian. Mereka mengakui kenabian para nabi dan rasul terdahulu, meski mereka seringkali memeranginya juga.
3. Mereka juga tidak mengakui adanya ayat Al-Quran sebagai wayhu yang turun dari langit, karena mereka memang mengingkari adanya kitab suci yang turun dari langit. Mereka mengatakan bahwa Al-Quran itu hanyalah syair yang diciptakan oleh Muhammad SAW.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani meski tidak menerima Al-Quran, namun mereka menerima Zabur, Taurat dan Injil serta kitab-kitab yang turun kepada para nabi sebelumnya. Meski pun tidak sedikit dari mereka yang menginjak-injak atau memutar balik isinya.
4. Mereka juga tidak mengakui keberadaan para malaikat yang suci sebagai hamba-hamba Allah SWT yang mulia.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani sangat mengenal konsep tentang adanya para maiaikat, meski banyak di antara merreka menyelengkannya menjadi puteri-puteri Allah SWT. Nauzu billahi min zalik.
5. Mereka juga mengingkari adanya kehidupan setelah kematian, serta tidak menerima bahwa orang yang telah meninggal itu akan dibangkitkan kembali.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani masih mengakui adanya kehidupan setelah kematian, juga menerima konsep bahwa orang yang sudah mati itu nantinya akan dibangkitkan untuk dihisab untuk dimasukkan ke surga atau ke neraka.
6. Bahkan yang paling parah, mereka juga meningkari adanya azab kubur serta tidak pernah percaya akan datangnya hari kiamat. Surga dengan segala kenikmatannya dan neraka dengan semua bentuk siksanya tidak pernah mereka akui keberadaannya.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani sangat mengakui adanya surga dan neraka, bahkan istilah yang mereka pakai punya banyak kemiripan dengan istilah di dalam Al-Quran. Di dalam Al-Quran seringkali disebutkan nama surga yaitu Jannatu ‘Adnin, sebagaimana Yahudi dan Nasrani juga menyebut taman Eden.
Jadi kalau pada beberapa poin utama di atas, musyrikin Arab tidak menerimanya, padahal semua itu tidak lain adalah rukun Iman, maka Yahudi dan Nasrani masih mengenalnya atau mengakuinya, meski dengan cara pandang yang seringkali keliru. Semua itu akibat penyelewengan besar-besaran yang dilakukan para pemuka agama mereka, yang pada hakikatnya telah mengangkat diri menjadi tuhan.
Kegembiraan para shahabat dengan berita menangnya Romawi atas Persia
Bahwa Yahudi dan Nasrani lebih dekat kepada Islam ketimbang kaum musyrikin sangat bisa dibaca dari sikap spontan para shahabat nabi SAW, ketika mendengar pasukan Romawi berhasil mengalahkan pasukan Persia.
Pasukan Romawi adalah pemeluk agama samawi, agama yang diturunkan dari langit, sebagaimana agama yang dipeluk oleh umat Islam. Sedangkan pasukan Persia adalah kaum paganis musyrikin penyembah api. Agama mereka hanyalah hasil produk filsafat manusia biasa. Secara psikologis, para shahabat merasakan kedekatan hubungan dengan sesama pemeluk agama samawi. Sehingga wajar bila mereka turut bergemira dengan kemenangan pasukan Romawi.
Alif laam Miim.Telah dikalahkan bangsa Romawi,di negeri yang terdekat. Dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang,dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah . dan di hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman.
Wallahu a’lam bish-shawab wassalamu a’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber Apakah Sama Orang Musyrik dengan Orang Kafir? : http://www.salaf.web.id
Pengertian Musyrik, Syirik, Munafik, Kafir, Murtad, Namima
MUSYRIK
Pengertian Musyrik
Musyrik adalah orang yang mempersekutukan Allah, mengaku akan adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah. Perbuatan itu disebut musyrik.
Firman Allah ; “Ingatlah Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya:’Hai anakku!janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar’ “ [Qs Luqman:13]
Dengan demikian org musyrik disamping menyembah Allah mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan dirinya kepada yang selain Allah.JAdi org musyrik itu ialah mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk I’tikad (kepercayaan), ucapan mahupun dalam bentuk amal perbuatan. Mereka (org musyrik) menjadikan mahkluk yang diciptakan Allah ini baik yang berupa benda mahupun manusia sebagai Tuhan dan menjadikan sebagai An dad, Alihah, Thoughut dan Arbab…..
i. Alihah ialah suatu kepercayaan terhadap benda dan binatang yang menurut keyakinannya dapat memberikan manfaat serta dapat menolak bahaya. Misalnya kita memakai cincin merah delima, dan kita yakin bahawa dengan memakainya dapat menghindarkan bahaya. Adapun kepercayaan memelihara burung Terkukur dapat memberikan kemajuan dalam bidang perniagaannya. Dan itulah dinamakan Alihah, yakni menyekutukan Allah dengan binatang dan benda (Kepada Makhluk).
ii. Andad, sesuatu perkara yang dicintai dan dihormati melebihi daripada cintanya kepada Allah, sehingga dapat memalingkan seseorang dari melaksanakan ketaatan terhadap Allah dan RasulNya. Misalnya saja seorang yang senang mencintai kepada benda, keluarga, rumah dan sebagainya, dimana cintanya melebihi cintai terhadap Allah dan RasulNya, sehingga mereka melalaikan dalam melaksanakan kewajiban agama, kerana terlalu cintanya terhadap benda tersebut (makhluk tersebut).
iii. Thoghut ialah orang yang ditakuti dan ditaati seperti takut kepada Allah, bahkan melebihi rasa takut dan taatnya kepada Allah, walaupun keinginan dan perintahnya itu harus berbuat derhaka kepadaNya.
iv. Arbab, ialah para pemuka agama (ulama,ustad) yang suka memberikan fatwa, nasihat yang menyalahi ketentuan (perintah dan Larangan) Allah dan RasulNya, kemudian ditaati oleh para pengikutnya tanpa diteliti dulu seperti mentaati terhadap Allah dan RasulNya. Para pemuka agama itu telah menjadikan dirinya dan dijadikan para pengikutnya Arbab (Tuhan selain Allah).
Bentuk musyrik ini menyesatkan terhadap perilaku manusia. Dan dengan memiliki aqidah seperti itu dapat menghilangkan Keimanan.
Pengertian Musyrik
Musyrik adalah orang yang mempersekutukan Allah, mengaku akan adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah. Perbuatan itu disebut musyrik.
Firman Allah ; “Ingatlah Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya:’Hai anakku!janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar’ “ [Qs Luqman:13]
Dengan demikian org musyrik disamping menyembah Allah mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan dirinya kepada yang selain Allah.JAdi org musyrik itu ialah mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk I’tikad (kepercayaan), ucapan mahupun dalam bentuk amal perbuatan. Mereka (org musyrik) menjadikan mahkluk yang diciptakan Allah ini baik yang berupa benda mahupun manusia sebagai Tuhan dan menjadikan sebagai An dad, Alihah, Thoughut dan Arbab…..
i. Alihah ialah suatu kepercayaan terhadap benda dan binatang yang menurut keyakinannya dapat memberikan manfaat serta dapat menolak bahaya. Misalnya kita memakai cincin merah delima, dan kita yakin bahawa dengan memakainya dapat menghindarkan bahaya. Adapun kepercayaan memelihara burung Terkukur dapat memberikan kemajuan dalam bidang perniagaannya. Dan itulah dinamakan Alihah, yakni menyekutukan Allah dengan binatang dan benda (Kepada Makhluk).
ii. Andad, sesuatu perkara yang dicintai dan dihormati melebihi daripada cintanya kepada Allah, sehingga dapat memalingkan seseorang dari melaksanakan ketaatan terhadap Allah dan RasulNya. Misalnya saja seorang yang senang mencintai kepada benda, keluarga, rumah dan sebagainya, dimana cintanya melebihi cintai terhadap Allah dan RasulNya, sehingga mereka melalaikan dalam melaksanakan kewajiban agama, kerana terlalu cintanya terhadap benda tersebut (makhluk tersebut).
iii. Thoghut ialah orang yang ditakuti dan ditaati seperti takut kepada Allah, bahkan melebihi rasa takut dan taatnya kepada Allah, walaupun keinginan dan perintahnya itu harus berbuat derhaka kepadaNya.
iv. Arbab, ialah para pemuka agama (ulama,ustad) yang suka memberikan fatwa, nasihat yang menyalahi ketentuan (perintah dan Larangan) Allah dan RasulNya, kemudian ditaati oleh para pengikutnya tanpa diteliti dulu seperti mentaati terhadap Allah dan RasulNya. Para pemuka agama itu telah menjadikan dirinya dan dijadikan para pengikutnya Arbab (Tuhan selain Allah).
Bentuk musyrik ini menyesatkan terhadap perilaku manusia. Dan dengan memiliki aqidah seperti itu dapat menghilangkan Keimanan.
Syirik
Pengertian Syirik
Syirik
adalah perbuatan menyembah atau menyekutukan sesuatu selai Allah dan
ini adalah dosa besar. Dan berikut ini contoh - contoh Syirik:
a.Menyembah sesuatu selain Allah
Menyembah sesuatu selain Allah adalah termasuk syrik yang paling berat dan tinggi. Mereka ini menyembah benda-benda, patung, batu, kayu, kubur bahkan manusia dan lain-lainnya. Mereka percaya bahawa benda-benda (makhluk) tersebut adalah tuhan-tuhan yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan. Termasuk dalam tahap syrik seperti ini adalah mengadakan pemujaan seseorang tokoh pepimpin.
b.Mempersekutukan Allah.
Artinya mempercayai bahawa makhluk selain Allah itu mempunyai sifat-sifat seperti yang ada pada Allah.
Dalam kategori mempersekutukan Allah ini adalah faham Trinti menurut kepercayaan Kristian, begitu faham Trimurti menurut kepercayaan agama Hindu, yang mempercayai bahawa Tuhan itu ada tiga, iaitu Brahman (tuhan menciptakan alam seisinya),Wisnu(Tuhan yang memelihara Alam) dan Syiwa (Tuhan yang menghancurkan alam).
c.Mempertuhankan Manusia.
Mempertuhankan manusia atau menjadikan manusia sebagai tuhannya adalah termasuk syrik atau mempersekutukan Allah. Termasuk didalam mengtuhankan manusia itu adalah pemuka-pemuka agama,ulama, pendita, para auliya’,para solehin dan sebagainya.
Dalam ajaran ilmu Tauhid terlalu mengagungkan, mendewakan seseorang itu dinamakan Ghuluwwun. Ertinya keterlaluan dalam mengagungkan dan meninggikan darjat makhluk sehingga ditempatkan pada kedudukan yang bukan sepatutnya menempati kedudukan itu kecuali Allah.
Bahaya Syrik
Firman Allah:
“Maka apakah orang kafir (musyrik) menyangka bahawa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir(musyrik)” [Qs Al Kahfi:102]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syrik, dan Dia mengampuni dosa-dosa selain dari syrik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. BArangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” [Qs At Taubah:113]
Sabda Rasulullah:
“Sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kamu sekalian ialah syrik yang paling kecil. Ketika Nabi SAW ditanya:’Apa syrik kecil itu?’,Nabi SAW bersabda:”Ri’yak”
Imam Muslim meriwayatkan, yang datangnya dari Nabi SAW baginda bersabda:”Barangsiapa yang menjumpai Allah (meninggal dunia) dalam keadaan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun, dimasuk syurga dan barangsiapa menjumpai Allah keadaan mempersekutukanNya dengan sesuatu, dia masuk neraka”
MUNAFIK Pengertian Munafik
Munafik adalah orang yang termasuk golongan orang yang tidak mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah, sehingga jalan hidupnya yang ditempuhi tidaklah mengandungi nilai-nilai ibadah dan segala amal yang dikerjakan tidak mencari keredhaan Allah.
Orang munafik adalah orang yang bermuka dua, mengaku beriman padahal hatinya ingkar. Perbuatan orang munafik disebut Nifaq. Mereka ini hanya pada mulutnya saja, kemudian dalam perbuatannya sehari-hari tampak baik, tapi hanya tipu belaka saja.
Artinya segala amal perbuatan yang dikerjakan itu bukan ditegakkan di atas dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah, akan tetapi hanya didasarkan pada perasaan dan hawa nafsunya semata-mata untuk mencari muka, penampilan, mengambil hati dalam masyarakat dan pandangan orang belaka. Segala perbuatan baiknya itu hanya dijadikan tempat berlindung untuk menutupi segala keburukan I’tikad dan niatnya.
Tanda-tanda munafik.
a. Ingin menipu daya Allah.
Firman Allah: “Dan diantara manusia ada yang mengatakan,’aku beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian,’padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang yang beriman.Mereka itu hendak menipu Allah berserta orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri,sedang mereka tidak sedar” [Qs Al Baqarah: 8-9]
b. Lebih suka memilih orang kafir sebagai pepimpinnya.
Firman Allah maksudnya:
“…..(iaitu) orang yang mengambil orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah” [Qs An Nisa’ :139]
c. Tidak ingin diajak berhukum dengan hukum Allah dan RasulNya.
Firman Allah:
“Apabila dikatakan kepada mereka (org munafik):”Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,” niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia ) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu” [Qs An Nisa:61]
d. Malas menegakkan solat, tapi kalau solat suka menunjuk-nunjuk (riyak)
Firman Allah: “Dan bila mereka berdiri untuk melaksanakan solat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riyak dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka itu menyebut asma Allah, kecuali sedikit sekali [Qs An Nisa:142]
e. Berdusta apanbila berkata, menyalahi janji dan khinat (pecah amanah)
“Tanda-tanda orang munafik itu ada 3 macam, apabila berkata suka berdusta,apabila berjanji selalu menyalahi dan apabila diberi kepercayaan (amanah) suka khinat”
[Hr muslim dan bukhari]
Pengaruh munafik bagi kehidupan bermasyarakat.
Dalam sejarah telah banyak membuktikan bahawa umat Islam zaman dulu sering diperdaya oleh orang munafik dan hal itu akan berterus sampai zaman sekarang bahkan zaman yang akan datang dari generasi ke generasi. Oleh kerana itu kita umat Islam dimana saja berada hendaknya berhati-hati terhadap orang munafik yang berhasrat mematahkan semangat juang kita umat Islam, memporak-perandakan kekuatan Islam, memadamkan cahaya Allah ditengah-tengah orang Islam dan selalu kerosakan dan kekacauan dimana-mana.
“Mereka (orang munafik) hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka. Dan Allah telah menyempurkan cahayaNya, meskipun orang kafir membenci.” [Qs Asy-Shaf;8]
KAFIR Pengertian Kafir
Kafir bermakna orang yang ingkar,yang tidak beriman (tidak percaya) atau tidak beragama Islam. Dengan kata lain orang kafir adalah orang yang tidak mahu memperhatikan serta menolak terhadap segala hukum Allah atau hukum Islam disampaikan melalui para Rasul (Muhammad SAW) atau para penyampai dakwah/risalah. Perbuatan yang semacam ini disebut dengan kufur.
Kufur pula bermaksud menutupi dan menyamarkan sesuatu perkara. Sedangkan menurut istilah ialah menolak terhadap sesuatu perkara yang telah diperjelaskan adanya perkara yang tersebut dalam Al Quran. Penolakan tersebut baik langsung terhadap kitabnya ataupun menolak terhadap rasul sebagai pembawanya.
‘Sesungguhnya orang kafir kepada Allah dan RasulNya, dan bermaksud memperbezakan antara Allah dan RasulNya seraya (sambil) mengatakan:’Kami beriman kepada yang sebahagian (dari Rasul itu / ayat Al Quran) dan kami kafir (ingkar) terhadap sebahagian yang lain. Serta bermaksud (dengan perkataanya itu) mengambil jalan lain diantara yang demikian itu (iman dan kafir). Merekalah orang kafir yang sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk mereka itu seksaan yang menghinakan” [Qs An Nisa, 150-151]
Pembahagian Kafir.
i. Kafir yang sama sekali tidak percaya akan adanya Allah, baik dari segi zahir dan batin seperti Raja Namrud dan Firaun.
ii. Kafir jumud (ertinya membantah). Orang kafir jumud ini pada hatinya (pemikirannya) mengakui akan adanya Allah TAPI tidak mengakui dengan lisannya, seperti Iblis dan sebagainya.
iii. Kafir ‘Inad .Orang kafir ‘Inad ini, adalah mereka pada hati (pemikiran) dan lisannya (sebutannya) mengakui terhadap kebenaran Allah, TAPI tidak mahu mengamalkannya , mengikuti atau mengerjakannya seperti Abu Talib.
iv. Kafir Nifaq yaitu orang yang munafik. Yang mengakui diluarnya,pada lisannya saja terhadap adanya Allah dan Hukum Allah, bahkan suka mengerjakannya Perintah Allah, TAPI hatinya (pemikirannya) atau batinnya TIDAK mempercayainya.
Tanda Orang Kafir.
a.Suka pecah belahkan antara perintah dan larangan Allah dengan RasulNya.
b.Kafir (ingkar) perintah dan larangan Allah dan RasulNya.
c.Iman kepada sebahagian perintah dan larangan Allah (dari Ayat Al Quran),tapi menolak sebahagian daripadanya.
d.Suka berperang dijalan Syaitan (Thoghut).
e.Mengatakan Nabi Isa AL Masihi adalah anak Tuhan.
f.Agama menjadi bahan senda gurau atau permainan .
g.Lebih suka kehidupan duniawi sehingga aktiviti yang dikerjakan hanya mengikut hawa nafsu mereka, tanpa menghiraukan hukum Allah yang telah diturunkan.
h.Mengingkari adanya hari Akhirat, hari pembalasan dan syurga dan neraka.
i.Menghalangi manusia ke jalan Allah.
Hubungan Orang Kafir.
Berhubungan Muslim dengan Orang kafir adalah tidak dilarang, dicegah bahkan dibolehkan oleh Islam, KECUALI adanya perhubungan (bertujuan) yang memusuhi Allah dan RasulNya (Hukum Allah), termasuk merosakkan aqidah Islam.
MURTAD
Perertian Murtad,
Ialah orang Islam yang keluar dari Islam yakni mengingkari semua ajaran Islam, baik dari segi Keyakinan, ucapan dan/atau perbuatannya Semua amalan orang murtad akan dimusnahkan dan tidak nilai pada hari akhirat nanti. Apabila ia tidak segera kembali kepada Islam serta bertaubat bersungguh-sungguh.
a.Menyembah sesuatu selain Allah
Menyembah sesuatu selain Allah adalah termasuk syrik yang paling berat dan tinggi. Mereka ini menyembah benda-benda, patung, batu, kayu, kubur bahkan manusia dan lain-lainnya. Mereka percaya bahawa benda-benda (makhluk) tersebut adalah tuhan-tuhan yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan. Termasuk dalam tahap syrik seperti ini adalah mengadakan pemujaan seseorang tokoh pepimpin.
b.Mempersekutukan Allah.
Artinya mempercayai bahawa makhluk selain Allah itu mempunyai sifat-sifat seperti yang ada pada Allah.
Dalam kategori mempersekutukan Allah ini adalah faham Trinti menurut kepercayaan Kristian, begitu faham Trimurti menurut kepercayaan agama Hindu, yang mempercayai bahawa Tuhan itu ada tiga, iaitu Brahman (tuhan menciptakan alam seisinya),Wisnu(Tuhan yang memelihara Alam) dan Syiwa (Tuhan yang menghancurkan alam).
c.Mempertuhankan Manusia.
Mempertuhankan manusia atau menjadikan manusia sebagai tuhannya adalah termasuk syrik atau mempersekutukan Allah. Termasuk didalam mengtuhankan manusia itu adalah pemuka-pemuka agama,ulama, pendita, para auliya’,para solehin dan sebagainya.
Dalam ajaran ilmu Tauhid terlalu mengagungkan, mendewakan seseorang itu dinamakan Ghuluwwun. Ertinya keterlaluan dalam mengagungkan dan meninggikan darjat makhluk sehingga ditempatkan pada kedudukan yang bukan sepatutnya menempati kedudukan itu kecuali Allah.
Bahaya Syrik
Firman Allah:
“Maka apakah orang kafir (musyrik) menyangka bahawa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir(musyrik)” [Qs Al Kahfi:102]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syrik, dan Dia mengampuni dosa-dosa selain dari syrik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. BArangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” [Qs At Taubah:113]
Sabda Rasulullah:
“Sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kamu sekalian ialah syrik yang paling kecil. Ketika Nabi SAW ditanya:’Apa syrik kecil itu?’,Nabi SAW bersabda:”Ri’yak”
Imam Muslim meriwayatkan, yang datangnya dari Nabi SAW baginda bersabda:”Barangsiapa yang menjumpai Allah (meninggal dunia) dalam keadaan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun, dimasuk syurga dan barangsiapa menjumpai Allah keadaan mempersekutukanNya dengan sesuatu, dia masuk neraka”
MUNAFIK Pengertian Munafik
Munafik adalah orang yang termasuk golongan orang yang tidak mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah, sehingga jalan hidupnya yang ditempuhi tidaklah mengandungi nilai-nilai ibadah dan segala amal yang dikerjakan tidak mencari keredhaan Allah.
Orang munafik adalah orang yang bermuka dua, mengaku beriman padahal hatinya ingkar. Perbuatan orang munafik disebut Nifaq. Mereka ini hanya pada mulutnya saja, kemudian dalam perbuatannya sehari-hari tampak baik, tapi hanya tipu belaka saja.
Artinya segala amal perbuatan yang dikerjakan itu bukan ditegakkan di atas dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah, akan tetapi hanya didasarkan pada perasaan dan hawa nafsunya semata-mata untuk mencari muka, penampilan, mengambil hati dalam masyarakat dan pandangan orang belaka. Segala perbuatan baiknya itu hanya dijadikan tempat berlindung untuk menutupi segala keburukan I’tikad dan niatnya.
Tanda-tanda munafik.
a. Ingin menipu daya Allah.
Firman Allah: “Dan diantara manusia ada yang mengatakan,’aku beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian,’padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang yang beriman.Mereka itu hendak menipu Allah berserta orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri,sedang mereka tidak sedar” [Qs Al Baqarah: 8-9]
b. Lebih suka memilih orang kafir sebagai pepimpinnya.
Firman Allah maksudnya:
“…..(iaitu) orang yang mengambil orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah” [Qs An Nisa’ :139]
c. Tidak ingin diajak berhukum dengan hukum Allah dan RasulNya.
Firman Allah:
“Apabila dikatakan kepada mereka (org munafik):”Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,” niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia ) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu” [Qs An Nisa:61]
d. Malas menegakkan solat, tapi kalau solat suka menunjuk-nunjuk (riyak)
Firman Allah: “Dan bila mereka berdiri untuk melaksanakan solat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riyak dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka itu menyebut asma Allah, kecuali sedikit sekali [Qs An Nisa:142]
e. Berdusta apanbila berkata, menyalahi janji dan khinat (pecah amanah)
“Tanda-tanda orang munafik itu ada 3 macam, apabila berkata suka berdusta,apabila berjanji selalu menyalahi dan apabila diberi kepercayaan (amanah) suka khinat”
[Hr muslim dan bukhari]
Pengaruh munafik bagi kehidupan bermasyarakat.
Dalam sejarah telah banyak membuktikan bahawa umat Islam zaman dulu sering diperdaya oleh orang munafik dan hal itu akan berterus sampai zaman sekarang bahkan zaman yang akan datang dari generasi ke generasi. Oleh kerana itu kita umat Islam dimana saja berada hendaknya berhati-hati terhadap orang munafik yang berhasrat mematahkan semangat juang kita umat Islam, memporak-perandakan kekuatan Islam, memadamkan cahaya Allah ditengah-tengah orang Islam dan selalu kerosakan dan kekacauan dimana-mana.
“Mereka (orang munafik) hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka. Dan Allah telah menyempurkan cahayaNya, meskipun orang kafir membenci.” [Qs Asy-Shaf;8]
KAFIR Pengertian Kafir
Kafir bermakna orang yang ingkar,yang tidak beriman (tidak percaya) atau tidak beragama Islam. Dengan kata lain orang kafir adalah orang yang tidak mahu memperhatikan serta menolak terhadap segala hukum Allah atau hukum Islam disampaikan melalui para Rasul (Muhammad SAW) atau para penyampai dakwah/risalah. Perbuatan yang semacam ini disebut dengan kufur.
Kufur pula bermaksud menutupi dan menyamarkan sesuatu perkara. Sedangkan menurut istilah ialah menolak terhadap sesuatu perkara yang telah diperjelaskan adanya perkara yang tersebut dalam Al Quran. Penolakan tersebut baik langsung terhadap kitabnya ataupun menolak terhadap rasul sebagai pembawanya.
‘Sesungguhnya orang kafir kepada Allah dan RasulNya, dan bermaksud memperbezakan antara Allah dan RasulNya seraya (sambil) mengatakan:’Kami beriman kepada yang sebahagian (dari Rasul itu / ayat Al Quran) dan kami kafir (ingkar) terhadap sebahagian yang lain. Serta bermaksud (dengan perkataanya itu) mengambil jalan lain diantara yang demikian itu (iman dan kafir). Merekalah orang kafir yang sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk mereka itu seksaan yang menghinakan” [Qs An Nisa, 150-151]
Pembahagian Kafir.
i. Kafir yang sama sekali tidak percaya akan adanya Allah, baik dari segi zahir dan batin seperti Raja Namrud dan Firaun.
ii. Kafir jumud (ertinya membantah). Orang kafir jumud ini pada hatinya (pemikirannya) mengakui akan adanya Allah TAPI tidak mengakui dengan lisannya, seperti Iblis dan sebagainya.
iii. Kafir ‘Inad .Orang kafir ‘Inad ini, adalah mereka pada hati (pemikiran) dan lisannya (sebutannya) mengakui terhadap kebenaran Allah, TAPI tidak mahu mengamalkannya , mengikuti atau mengerjakannya seperti Abu Talib.
iv. Kafir Nifaq yaitu orang yang munafik. Yang mengakui diluarnya,pada lisannya saja terhadap adanya Allah dan Hukum Allah, bahkan suka mengerjakannya Perintah Allah, TAPI hatinya (pemikirannya) atau batinnya TIDAK mempercayainya.
Tanda Orang Kafir.
a.Suka pecah belahkan antara perintah dan larangan Allah dengan RasulNya.
b.Kafir (ingkar) perintah dan larangan Allah dan RasulNya.
c.Iman kepada sebahagian perintah dan larangan Allah (dari Ayat Al Quran),tapi menolak sebahagian daripadanya.
d.Suka berperang dijalan Syaitan (Thoghut).
e.Mengatakan Nabi Isa AL Masihi adalah anak Tuhan.
f.Agama menjadi bahan senda gurau atau permainan .
g.Lebih suka kehidupan duniawi sehingga aktiviti yang dikerjakan hanya mengikut hawa nafsu mereka, tanpa menghiraukan hukum Allah yang telah diturunkan.
h.Mengingkari adanya hari Akhirat, hari pembalasan dan syurga dan neraka.
i.Menghalangi manusia ke jalan Allah.
Hubungan Orang Kafir.
Berhubungan Muslim dengan Orang kafir adalah tidak dilarang, dicegah bahkan dibolehkan oleh Islam, KECUALI adanya perhubungan (bertujuan) yang memusuhi Allah dan RasulNya (Hukum Allah), termasuk merosakkan aqidah Islam.
MURTAD
Perertian Murtad,
Ialah orang Islam yang keluar dari Islam yakni mengingkari semua ajaran Islam, baik dari segi Keyakinan, ucapan dan/atau perbuatannya Semua amalan orang murtad akan dimusnahkan dan tidak nilai pada hari akhirat nanti. Apabila ia tidak segera kembali kepada Islam serta bertaubat bersungguh-sungguh.
NAMIMAH
Pengertian An-Namimah (menebar fitnah)
Namimah
adalah menukilkan perkataan dua orang yang bertujuan untuk berbuat
kerusakan, menimbulkan permusuhan dan kebencian kepada sesama mereka,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dan janganlah kamu mentaati setiap penyumpah yang hina, yang banyak mencela dan kian kemari menebar fitnah". (QS. al-Qalam: 10-11)
Contoh dari Namimah ini: ketika si A berkata kepada si B tentang si C; bahwa si C itu orangnya tamak, rakus, lalu si B tanpa tabayyun (klarifikasi) menyampaikan kepada si C perkataan si A dengan tujuan agar si C marah dan benci kepada si A, sehingga dengan demikian si B dapat dikatakan sebagai orang yang berbuat Fitnah (Namimah) yaitu sebagai penyebar fitnah.
Ciri-Ciri Orang Musyrik
MUSYRIK ialah orang yang mempercayai sesuatu itu lebih berkuasa daripada ALLAH
Pada golongan ini mereka percaya bahawa ada kuasa lain contohnya kuasa bomoh
jin atau apa sahaja itu lebih berkuasa selain dari ALLAH SWT.
Mereka sanggup menghabiskan wang ringgit dan masa semata mata untuk berjumpa dengan
bomoh atau dukun untuk memohon pertolongan bagi mencapai apa yang diimpikan.Mereka
tidak memohon dan berserah kepada kekuasaan ALLAH SWT.Perbuatan mereka ini dipanggil syirik.
Syirik akhbar ialah menyembah benda seperti kubur,pokok,batu dan sebagainya dan menganggap
diri mereka lebih rendah dari benda benda itu.
Syirik asghar ialah terjadi apabila seseorang itu melakukan sesuatu itu dengan tujuan untuk menunjuk
nunjuk bukan iklas kerana ALLAH SWT.
Syirik amali pula percaya ada kuasa lain yang berkuasa selain dari ALLAH.Syirik ini boleh menyebabkan
seseorang terkeluar dari islam.
Satu perkongsian iklas dari saya,kebenarannya hanya ALLAH yang mengetahui nya.Semoga kita hidup
dalam redha ALLAH dan sentiasa berpeluang membaiki diri dari semasa ke semasa. Amin
Pada golongan ini mereka percaya bahawa ada kuasa lain contohnya kuasa bomoh
jin atau apa sahaja itu lebih berkuasa selain dari ALLAH SWT.
Mereka sanggup menghabiskan wang ringgit dan masa semata mata untuk berjumpa dengan
bomoh atau dukun untuk memohon pertolongan bagi mencapai apa yang diimpikan.Mereka
tidak memohon dan berserah kepada kekuasaan ALLAH SWT.Perbuatan mereka ini dipanggil syirik.
Syirik akhbar ialah menyembah benda seperti kubur,pokok,batu dan sebagainya dan menganggap
diri mereka lebih rendah dari benda benda itu.
Syirik asghar ialah terjadi apabila seseorang itu melakukan sesuatu itu dengan tujuan untuk menunjuk
nunjuk bukan iklas kerana ALLAH SWT.
Syirik amali pula percaya ada kuasa lain yang berkuasa selain dari ALLAH.Syirik ini boleh menyebabkan
seseorang terkeluar dari islam.
Satu perkongsian iklas dari saya,kebenarannya hanya ALLAH yang mengetahui nya.Semoga kita hidup
dalam redha ALLAH dan sentiasa berpeluang membaiki diri dari semasa ke semasa. Amin
Siapakah Orang MUSYRIK…?
(Seri-7)
Siapakah Orang Musyrik Itu ?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ikhwani fillah… materi yang akan kita
kaji sekarang adalah tentang penamaan musyrik. Siapakah yang disebut
orang musyrik itu? Kapan seseorang dikatakan musyrik? Apakah ada kaitan
antara penamaan musyrik dengan tegaknya hujjah? Apakah pelaku syirik
akbar yang jahil bisa dikatakan musyrik? Mari kita mengkajinya dengan
berlandaskan Al-Qur’an, As-Sunnah serta ijma’ dan pernyataan para ulama
dakwah tauhid.
Syirik adalah lawan tauhid, maka tidak
ada tauhid bila syirik terdapat pada diri seseorang. Orang yang berbuat
syirik akbar dengan sengaja tanpa ada unsur paksaan maka dia itu
musyrik, baik laki-laki atau perempuan, baik mengaku Islam atau tidak,
berdasarkan dalil-dalil berikut ini:
A. Dalil-dalil dari Kitabullah (Al-Qur’an):
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ
“Dan bila ada satu orang dari
kalangan orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka berilah
dia perlindungan sampai dia mendengar firman Allah.” (QS. At Taubah [9]: 6).
Dalam ayat ini Allah menamakan pelaku syirik sebagai orang musyrik, meskipun dia belum mendengar firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka apa gerangan dengan pelaku syirik yang telah mendengar firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dia membaca Al Qur’an dan terjemahannya. Bahkan mungkin juga menghafalnya…
Bila ada yang mengatakan: “Ayat itu
berkenaan dengan para penyembah berhala, tapi kenapa kamu terapkan
kepada orang yang mengaku Islam hanya karena dia melakukan syirik akbar,
sedangkan dia shalat, zakat, shaum dan melakukan ibadah lainnya?”
Jawaban: Silakan rujuk kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullah supaya lebih jelas.
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى
“Tidak selayaknya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampunan bagi kaum musyrikin,
meskipun mereka itu kerabat dekat.” (QS. At Taubah [9]: 113).
Ayat ini berkenaan dengan Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam saat meminta izin kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
untuk memintakan ampunan bagi ibunya yang meninggal sebelum Rasulullah
diutus, dan meninggal di atas ajaran kaumnya yang syirik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menggolongkan ibunda beliau dalam jajaran kaum musyrikin, padahal saat itu dalam kebodohan, belum ada dakwah dan hujjah risaliyyah (saat itu terjadi kekosongan dakwah, ed.). Maka apa gerangan dengan pelaku syirik akbar yang mengaku Islam, padahal hujjah ada di sekeliling mereka dan Al Qur’an mereka baca bahkan mereka hafal…?
Kalau ada yang berkata: “Kenapa orang yang mengaku Islam dan rajin beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tapi dia berbuat syirik akbar karena kebodohannya tetap dikatakan musyrik?”
Jawab: Di dalam Al Qur’an dan As Sunnah
yang diperintahkan bukan ibadah kepada Allah, tapi beribadah kepada
Allah dan meninggalkan syirik, yaitu memurnikan ketundukan hanya
kepada-Nya. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Dan beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukan sesuatupun dengan-Nya.” (QS. An Nisaa’ [4]: 36).
Saya bertanya: “Apakah orang yang meminta kepada yang sudah mati itu disebut menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala atau tidak? Apakah yang ikut dalam sistem demokrasi itu menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala atau tidak?”
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Dan mereka tidak diperintahkan
kecuali untuk beribadah kepada Allah seraya memurnikan seluruh dien
(ketundukan) hanya kepada-Nya, lagi mereka itu hanif” (QS. Al Bayyinah [98]: 5).
Saya bertanya: “Apakah orang yang
menyandarkan hak hukum kepada rakyat atau wakil-wakilnya itu telah
memurnikan dien (ketundukan) seluruhnya kepada Allah atau sebaliknya?
Padahal hukum adalah dien”:
إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
“Hak hukum (putusan) hanyalah milik Allah. Dia memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Itulah dien yang lurus….” (QS. Yusuf [12]: 40).
مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ
“Dia (Yusuf) tidak mungkin membawa saudaranya pada dien (UU/Hukum) raja itu” (QS. Yusuf [12]: 76).
Orang yang di samping beribadah kepada
Allah juga beribadah kepada yang lainnya, sesungguhnya dia itu tidak
dianggap beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١) لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
“Katakanlah : “Wahai orang-orang kafir, aku tidak beribadah kepada tuhan-tuhan yang kalian ibadati.” (QS. Al Kaafiruun [109]: 1-2).
Dalam surat ini Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam
diperintahkan untuk menyatakan: (Saya tidak akan beribadah kepada
tuhan-tuhan yang kalian ibadati, wahai orang-orang kafir Quraisy !),
padahal di antara tuhan yang mereka ibadati itu adalah Allah ! Apakah
ini berarti Rasulullah tidak akan beribadah kepada Allah juga? Ibnul
Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa peribadatan mereka kepada Allah itu tidak dianggap, karena mereka juga beribadah kepada yang lain-Nya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda di dalam hadits shahih : “Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya” (HR. Bukhari-Muslim)
Jadi penafian syirik adalah syarat dalam beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Maka dari itu Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa: “Islam adalah mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya saja tidak ada sekutu bagi-Nya…”. (Thariq Al Hijratain, Thabaqah yang ke-17).
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka (orang-orang Nashrani) telah
menjadikan para ulama dan para rahib (ahli ibadah) mereka sebagai arbaab
(tuhan-tuhan) selain Allah dan juga Al Masih Ibnu Maryam, padahal
mereka tidak diperintahkan, kecuali untuk ibadah kepada ilaah yang satu, tidak ada ilah (yang berhak diibadati) kecuali Dia, Maha Suci Dia dari apa yang mereka sekutukan.” (QS. At Taubah [9]: 31).
Dalam ayat ini Allah memvonis orang-orang
Nashrani sebagai orang-orang musyrik, padahal mereka tidak mengetahui
bahwa sikap mereka mengikuti ‘ulama dan rahib dalam aturan yang
bertentangan dengan aturan Allah itu adalah bentuk ibadah kepada ‘ulama
dan rahib itu, sebagaimana yang Rasulullah jelaskan dalam hadits hasan
dari ‘Adiy Ibnu Hatim radliyallahu ‘anhu. Maka begitu juga para
pejabat dan aparat keamanan di negeri demokrasi, yang mana mereka itu
dengan sigap berkomitmen dengan UU yang digulirkan oleh thaghut-thaghut
mereka.
Kandungan yang tadi saya sebutkan tentang ayat ini telah dikabarkan oleh Al ‘Allamah ‘Abdullah Ibnu ‘Abdirrahman Aba Buthain dalam Risalah Al Intishar Li Hizbillah Al Muwahhidun.
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ (١) رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً
“Orang-orang yang kafir dari kalangan
Ahlul Kitab dan kaum musyrikin (mengatakan bahwa mereka) tidak akan
meninggalkan (agamanya) sehingga datang kepada mereka bayyinah, yaitu
utusan dari Allah yang membaca lembaran-lembaran yang disucikan.” (QS. Al Bayyinah [98]: 1-2).
Perhatikanlah, dikarenakan mereka berbuat
syirik akbar, maka mereka dinamakan kaum musyrikin, meskipun rasul
belum datang kepada mereka. Maka apa gerangan dengan pelaku syirik masa
sekarang, rasul telah datang, Al Qur’an ada di setiap rumah mereka,
bahkan sebagian mengaku sebagai ‘ulama dan ahli Islam ? Tidak ragu lagi
–jika mereka berbuat syirik akbar– mereka itu adalah kaum musyrikin,
baik dia ustadz, kyai, ‘ulama atau cendekiawan atau orang umum, karena
syirik dan status musyrik tidak mengenal status atau jabatan.
Al Imam Su’ud Ibnu ‘Abdil ‘Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud rahimahullah berkata :
“Siapa yang memalingkan satu macam dari (ibadah) itu kepada selain
Allah, maka dia itu musyrik, baik dia itu ahli ibadah atau orang fasiq,
dan sama saja (apakah) tujuannya baik atau buruk.” (Ad Durar As Saniyyah: 9/270).
Syaikh Muhammad rahimahullah
berkata kepada hakim agung Riyadh yang bernama Sulaiman Ibnu Suhaim:
“Tapi kamu adalah laki-laki yang bodoh lagi musyrik.” Lihat Risalah
kepadanya dalam Tarikh Nejd.
Sebenarnya masih banyak ayat-ayat yang memvonis pelaku syirik akbar sebagai orang musyrik, padahal hujjah risaliyyah belum tegak.
Saat membaca ayat-ayat tentang kaum
musyrikin kebanyakan orang hanya menafsirkannya dengan orang-orang
musyrik Arab dan jarang ada orang yang mau menafsirkan seraya
menghubungkannya dengan realita masyarakat di sekelilingnya, maka dari
itu banyak yang jatuh kepada kemusyrikan tanpa disadari.
Umar Ibnul Khaththab radliyallaahu ‘anhu
berkata: “Orang-orang itu telah lalu, dan tidak dimaksud oleh dalil itu
kecuali kalian.” Beliau berkata lagi: “Ikatan-ikatan Islam ini lepas
satu demi satu bila tumbuh di dalam Islam ini orang yang tidak mengenal jahiliyyah.”
B. Dalil-dalil dari As Sunnah :
Dahulu ada seorang laki-laki datang bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tentang ayahnya yang meninggal pada zaman fatrah (zaman ketika tidak ada dakwah) di atas ajaran syirik, maka Rasulullah menjawab: “Ayahmu di neraka”, mendengar jawaban itu si laki-laki mukanya merah, dan ketika dia berpaling, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memanggilnya dan mengatakan kepadanya : “Ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim).
Ayah Rasulullah ~’Abdullah~ meninggal pada zaman jahiliyyah, saat tidak ada dakwah dan tidak ada hujjah risaliyyah,
meninggal di atas ajaran syirik kaumnya. Rasulullah bukan hanya
menetapkan status nama di dunia, tapi juga langsung hukum pasti bagi
ayahnya di akhirat kelak, berupa api neraka. Dari hadits ini Imam
Nawawiy rahimahullah menyatakan bahwa orang yang berbuat
syirik akbar, baik zaman fatrah atau bukan, baik ada dakwah atau tidak,
dia itu adalah calon penghuni neraka.
Sebagian ‘ulama yang lain sepakat dengan
penamaan status musyrik itu di dunia, walaupun mereka berselisih tentang
statusnya di akhirat. Ini adalah kaitan dengan pelaku syirik di zaman
fatrah. Apa gerangan dengan pelaku syirik akbar masa sekarang, karena
Rasulullah sudah diutus, dakwah ada, hujjah beraneka ragam bentuknya,
dan Al Qur’an dilantunkan di masjid-masjid…?! Sungguh mereka itu adalah
orang-orang musyrik bukan kaum muslimin. Di antara mereka ada yang
meminta ke kuburan keramat, ada yang membuat tumbal, sesajen, dan ada
pula yang menyandarkan wewenang hukum kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Mereka adalah kaum musyrikin tanpa diragukan lagi.
Ada rombongan dari Banu Al Muntafiq,
mereka bertanya tentang ayah mereka Al Muntafiq yang meninggal pada
zaman fatrah. Rasulullah menjelaskan bahwa dia itu di neraka, kemudian
beliau menyatakan : “Demi Allah, kamu tidak melewati satu kuburan
pun dari orang ‘Amiriy atau Quraisy dari kalangan orang musyrik, maka
katakan: “Saya diutus kepada kalian oleh Muhammad untuk memberi kabar
bahwa kalian digusur di dalam api neraka.” (shahih, riwayat Al Imam Ahmad).
Dalam hadits ini orang yang meninggal di atas syirik dari kalangan Ahlul Fatrah disebut musyrik. Maka apa halnya dengan zaman yang zaman bukan fatrah?
Apa faidah kalian membela-bela para pelaku syirik akbar wahai maz’uum?
Kalian tidak tegakkan hujjah atas mereka, kalian bela mereka dan kalian
akrab bercengkerama dengannya. Sementara kaum muwahhidin yang bara’
dari syirik dan para pelakunya serta telah menegakkan hujjah atas
mereka, kalian justeru memusuhinya dan membencinya. Inikah ciri Ahlus
Sunnah Wal Jama’ah atau justeru ini ciri Ahlul Bid’ah Wadldlalalah?
Inikah manhaj As Salaf Ash Shalih yang kalian klaim atau justeru ciri
Khawarij Azariqah yang kalian tuduhkan kepada kami wahai maz’uum?
C. Ijma Para ‘Ulama
Para ulama ijma bahwa orang yang berbuat
syirik akbar itu dinamakan musyrik. Hal yang menjadi perbedaan di antara
mereka hanyalah masalah ‘adzab di akhirat bagi yang belum tegak hujjah
risaliyyah atasnya.
Adapun masalah nama di dunia mereka
sepakat bahwa ia adalah musyrik. Sehingga mereka sepakat bahwa status
anak orang musyrik di dunia adalah musyrik, namun perbedaan di antara
mereka hanya dalam masalah status akhirat, dia ke surga atau ke neraka.
Di dunia tentang nama sepakat, sehingga anak-anak orang musyrik
dijadikan budak, sedangkan orang muslim itu tidak bisa dijadikan budak
di awalnya.
Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah berkata :
“Para ulama ijma’ bahwa orang yang memalingkan satu macam dari 2 do’a
(do’a ibadah dan do’a permintaan) kepada selain Allah maka dia itu telah
musyrik, meskipun mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah, shalat, dan mengaku
muslim.” (Ibthal At Tandid).
Bila banyak orang yang berbuat syirik
akbar namun dia masih rajin shalat, dsb, padahal sebenarnya dia tahu
bahwa orang musyrik itu amalannya tak berarti, kekal di neraka bila mati
di atasnya, serta tidak diampuni. Itu terjadi tak lain karena dia tidak
tahu bahwa yang dia lakukan itu perbuatan syirik atau tidak tahu bahwa
dirinya musyrik, namun demikian para ulama sepakat bahwa orang jahil itu
adalah musyrik.
Para ‘ulama juga ijma’ bahwa hal paling pertama yang diserukan semua Rasul adalah ajakan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
dan penanggalan syirik yang mereka lakukan. Para rasul itu mengkhithabi
kaumnya atas dasar mereka itu adalah orang-orang musyrik. Umat para
Rasul itu adalah musyrikin saat sebelum menerima dakwahnya. Azar ayahnya
Ibrahim adalah musyrik sebelum Ibrahim diutus, Abdul Muththalib juga
berstatus musyrik.
Bahkan para ‘ulama menjelaskan bahwa nama musyrik itu ada sebelum adanya Risalah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata
: “Nama musyrik itu sudah ada sebelum risalah, karena dia (pelakunya)
menyekutukan Tuhannya, menjadikan tandingan bagi-Nya dan mengangkat
tuhan-tuhan lain bersama-Nya.” (Majmu Al Fatawa: 20/38).
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullahberkata
saat menjelaskan para pelaku syirik yang mengaku muslim: “Maka macam
orang-orang musyrik itu dan yang semisal dengan mereka dari kalangan
yang beribadah kepada para wali dan orang-orang shalih, kami vonis
mereka itu sebagai orang-orang musyrik, dan kami memandang kekafiran
mereka bila hujjah risaliyyah telah tegak atas mereka.” (Ad Durar: 1/322 cet. lama).
Pelaku syirik akbar bila belum tegak
hujjah dinamakan musyrik, sedangkan bila sudah tegak hujjah atasnya maka
dinamakan musyrik kafir.
Bila antum tidak mengenal (istilah) ini,
maka bisa jatuh ke dalam kekeliruan yang luar biasa fatalnya, seperti
yang dialami kalangan salafiy maz’um dewasa ini.
Syaikh Hamd Ibnu Nashir Alu Mu’ammar dan putra-putra Syaikh Muhamamd Ibnu Abdil Wahhab
berkata tentang para pelaku syirik yang mengaku Islam yang belum
tersentuh dakwah tauhid: “Bila dia melakukan kemusyrikan dan kekafiran
karena kebodohan dan tidak adanya orang yang mengingatkannya, maka kami
tidak memvonis dia kafir hingga hujjah risaliyyah ditegakkan atasnya, namun kami tidak menghukumi dia sebagai orang muslim.” (Ad Durar).
Dia bukan orang kafir karena belum tegak hujjah risaliyyah, dan dia bukan muslim karena melakukan syirik akbar, tapi dia musyrik. Semoga antum faham istilah ini.
Orang yang tidak memahami istilah ini
dari kalangan maz’uumin di negeri ini, maka mereka ngawur dalam memahami
maksud perkataan para ‘ulama dakwah Tauhid. Mereka kira bahwa jika
bukan kafir artinya dia itu muslim. Ini salah besar yang bersumber dari
ketidakfahaman akan hakikat Al Islam.
Saat mereka mendapatkan pernyataan Syaikh Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullah
bahwa: “Bagaimana kami mengkafirkan orang jahil yang menyembah Qubbah
Kawwaz…” mereka langsung meloncat girang seraya mengatakan bahwa pelaku
syirik akbar yang jahil itu tidak kafir, tapi muslim sebagaimana
perkataan Syaikh tadi.
Alangkah dungunya mereka itu, mereka tak
ubahnya bagaikan lalat yang tidak mau hinggap kecuali pada benda kotor,
sedang yang bersih dijauhinya. Begitu juga mereka hanya mencari
ucapan-ucapan yang samar dan meninggalkan ucapan-ucapannya yang jelas
yang berlandaskan Al Kitab dan As Sunnah serta ijma’.
Jarimah mereka itu tidak cukup disitu, tapi mereka menambahnya. Mereka mengambil perkataan Syaikh Muhammad tentang Ahlu Fatrah
atau yang belum tersentuh dakwah yang mereka fahami secara keliru itu,
terus mereka menerapkannya kepada orang-orang musyrik sekarang di saat
hujjah bertebaran dimana-mana bahkan orang musyrik itu sendiri memiliki
andil dalam penyebaran hujjah itu.
Bahkan bukan sekedar orang musyrik yang
mereka bela, tapi tak kepalang tanggung para thaghut pun ikut
mendapatkan pembelaan mereka yang penuh ikhlash tanpa diminta.
Tidaklah aneh bila mereka seperti itu,
terbukti saat penulis bertanya kepada salah seorang Syaikh ‘Salafiy’
Maz’uum ~yang pernah mereka datangkan untuk menjegal dakwah ini~:
“Apakah para penyembah kuburan yang bodoh (jahil) itu musyrikun atau muwahhidun?” Dia diam sejenak terus menjawab : “Ya ada yang mengatakan mereka itu muwahhidun.”
Kalau antum ingin mengetahui siapa orangnya yang mengatakan mereka itu muwahhidun (maksudnya muslimun), ketahuilah dia adalah Dawud Ibnu Jirjis Al Iraqi, salah seorang musuh dakwah Tauhid. Silakan rujuk Minhaj At Ta’sis Fi Kasyfi Syubuhat Dawud Ibni Jirjiskarya Syaikh ‘Abdullathif Ibnu ‘Abdirrahman Ibnu Hasan Alu Asy Syaikh. (Ternyata pada zaman ini diikuti oleh Syaikh ‘Salafiy’ yang disebutkan tadi, ed.)
Syaikh ‘Abdullah Aba Buthain rahimahullahberkata: “Orang yang berbuat syirik itu musyrik, baik mau atau tidak (dengan nama itu).” (Al Intishar).
Demikianlah sekilas pembahasan tentang penamaan musyrik bagi pelaku syirik akbar.
Semoga antum sekalian memahaminya dan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala
membukakan dengan kunci ini ilmu-ilmu Tauhid lainnya. Jangan lupa
doakan kami dan keluarga agar diberikan kebaikan di dunia dan akhirat.
Serta kami tidak akan lupa berdoa semoga kita dikuatkan di atas Tauhid
ini sampai ruh meninggalkan jasad kita ini insya Allah…
Aamin yaa Rabbal ‘Aalamiin…
Polda Metro Jaya,
Sabtu,11 Rabi Al Awwal 1425 H / 01 Mei 2004
Tiada ulasan:
Catat Ulasan