Rabu, 20 Mei 2015

MANUSIA YANG DILAKNATI ALLAH SWT
















Orang-orang Yang Dilaknat Di Dalam Al-Quran Dan Hadis

Syamsuri Rifai

Dilaknat artinya disingkirkan dan dijauhkan oleh Allah dari rahmat-Nya, dan dimurkai oleh-Nya.
Orang-Orang yang dilaknat dan dikutuk di dalam Al-Qur’an:
1. Orang-orang kafir dan yang ingkar
“Mereka berkata: hati kami tertutup. Tetapi sebenarnya Allah telah melaknat mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (Al-Baqarah: 88)
“Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang yang kafir, dan menyiapkan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka).” (Al-Ahzab: 64).
2. Orang-orang yang menentang kebenaran
“Hai orang-orang yang telah diberi Al-kitab, berimanlah kamu pada apa yang telah Kami turunkan (Al-Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merubah wajahmu, lalu Kami laknat mereka sebagaimana Kami telah melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu, dan ketetapan Allah pasti berlaku.” (Al-Nisa’: 47)
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al-Kitab? Mereka mempercayai Jibt dan Thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah. Barangsiapa yang dilaknat oleh Allah, niscaya kamu kamu tidak akan mendapat penolong baginya.” (An-Nisa’: 51-52).
3. Para pemimpin dan pembesar yang menyesatkan
“Pada hari ketika wajah mereka dibolak-balikkan di dalam neraka, mereka berkata: sekiranya kami mentaati Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan yang benar. Ya Tuhan kami, timpakan kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” (Al-Ahzab: 66-68)
4. Orang-orang yang memutuskan silaturrahim, dan orang-orang yang murtad
“Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan memutuskan silaturrahim? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan ditulikan telingan mereka serta dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Muhammad: 22-23)
5. Orang-orang yang menentang undang-undang Ilahiyah dan menyimpan kebenaran.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyimpan apa yang Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami menerangkannyakepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh semua makhluk yang dapat melaknat. Kecuali mereka yangtelah bertaubat dan melakukan perbaikan dan menerangkan kebenaran,
mereka itu Akulah Yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 159-160)
6. Para pemimpin kekufuran dan pelaku kerusakan di muka bumi
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang mendapat laknat dan lagi mereka yang memperoleh kediaman yang buruk (Jahannam).” (Ar’d: 25).
7. Orang-orang munafik yang menyakiti Rasulullah saw
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allahakan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (Al-Ahzab: 57)
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari penyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu untuk memerangi mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Dimana
saja mereka jumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-sehebatnya.” (Al-Ahzab: 60-61)
“Allah mengancam orang-orang munafik laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknat mereka. Bagi mereka azab yang abadi.” (At-Taubah: 68).
8. Orang-orang yang zalim
“Penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka: Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang dijanjikan kami oleh Tuhan kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan yang sebenarnya apa yang dijanjikan kepadamu oleh Tuhanmu? Mereka penghuni neraka menjawab: Betul. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.” (Al-A’raf: 44)
“Mereka itu (orang-orang yang zalim) balasannya: Sesungghnya atas mereka laknat Allah ditimpakan, demikian juga laknat malaikat dan semua manusia.” (li-Imran: 87).
9. Orang-orang yang membunuh orang mukmin
“Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah Jahannam, kekal di dalamnya, Allah murka dan melaknatnya, dan menyiapkan baginya azab yang besar.” (An-Nisa’: 93).
10. Iblis. (Al-Hijr/15: 35; Shaad: 78)
“Sesungguhnya atasmu (Iblis) laknat sampai hari kiamat.” (Al-Hijr/15: 35)
11. Orang-orang yang menuduh berzina terhadap perempuan yang baik-baik dan suci
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik dan beriman (berbuat zina), mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (An-Nur: 23)
12. Orang-orang yang menyalahi pemimpin yang saleh
“Mereka selalu diikuti laknat di dunia dan hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum ‘Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum ‘Ad yaitu kaum Hud.” (Hud: 60).
“Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Mhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada pula yang telah musnah.” (Hud: 100).

Orang-orang yang dilaknat di dalam hadis Rasulullah saw:

Rasulullah saw bersabda: “Ada lima orang yang dimohonkan laknat atas mereka dan semua nabi mengaminkannya: (1) Orang yang menambah kitab Allah dan meninggalkan sunnahku, (2) orang yang mendustakan takdir Allah, (3) orang yang mengatakan halal atas nama keluargaku apa yang diharamkan oleh Allah, (4) orang yang mementingkan dirinya dalam harta rampasan perang yang dihalalkan baginya, (5) orang yang mengajak berbuat baik sementara dirinya meninggalkannya atau melarang orang lain berbuat dosa sementara dirinya melakukannya.” (Al-Wasail11: 271). Sumber: www.syamsuri149.wordpress.com



Jauhi Tiga Jenis Manusia Yang Akan Mendapat Laknat Allah SWT

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Ada tiga macam orang yang terkena laknat Allah SWT iaitu seorang yang membenci kedua ibu bapanya, seseorang yang berusaha menceraikan sepasang suami isteri, kemudian setelah isteri tersebut dicerai ia menggantikannya sebagai suaminya dan seseorang yang berusaha agar orang-orang mukmin saling membenci dan saling mendengki antara sesamanya dengan hasutan-hasutannya". (Hadis Riwayat Ad Dailami daripada Umar r.a)

Berdasarkan hadis di atas terdapat tiga macam manusia yang akan mendapat laknat Allah SWT iaitu :

Pertama : Seorang yang membenci kedua ibu bapanya.

Kedua : Seseorang yang berusaha menceraikan sepasang suami isteri, kemudian setelah isteri tersebut dicerai ia menggantikannya sebagai suaminya.

Ketiga : Seseorang yang berusaha agar orang-orang mukmin saling membenci dan saling mendengki antara sesamanya dengan hasutan-hasutannya.

Huraiannya :

Pertama : Seorang yang membenci kedua ibu bapanya.

Menurut Al Qurthubi, derhaka kepada kedua ibu bapa ialah menyalahi perintah keduanya, sebagaimana bakti keduanya bererti mematuhi perintah mereka berdua. Berdasarkan ini jika keduanya atau salah seorang dari mereka menyuruh anaknya, maka anaknya wajib mentaatinya, jika perintah itu bukan maksiat. Meskipun pada asalnya perintah itu termasuk jenis mubah (harus), begitu pula bila termasuk jenis mandub (sunat). Jika melanggar perintah kedua ibu bapa sudah dianggap derhaka apatah lagi membenci keduanya terutama ketika mereka berdua telah tua dan memerlukan bantuan dan pembelaan.

Dalam sebuah hadis dijelaskan, Rasulullah SAW bersabda: Dari Abdullah bin Amr, ia berkata: seorang lelaki datang kepada Rasulullah, lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku datang untuk berjihad bersama baginda kerana aku ingin mencari redha Allah dan hari akhirat. Tetapi aku datang kesini dengan meninggalkan ibu bapaku dalam keadaan menangis". Lalu sabda baginda: "Pulanglah kepada mereka. Jadikanlah mereka tertawa seperti tadi engkau jadikan mereka menangis". (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

Jadi perintah ibu atau bapa yang bukan bersifat maksiat atau mempersekutukan Allah, maka kita wajib mentaatinya. Namun jika perintah nya bersifat melawan kehendak dan hukum agama, maka tolaklah dengan cara yang baik.

Di dalam Islam orang yang derhaka dan membenci kepada kedua ibu bapanya termasuk ke dalam kategori dosa besar setelah mensyirikkan Allah, dan akan di masukkan ke dalam neraka. Firman Allah SWT maksudnya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah (uff) dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". (Al Isra' 23)

Orang yang tidak menghormati ibu bapa akan dilaknat oleh Allah SWT.dan hidupnya di dunia ini tidak akan ada keberkatan kerana reda Allah SWT bergantung kepada reda kedua ibu bapa kepada anaknya.

Dalam hadis yang lain Nabi SAW bersabda yang bermaksud : “ Barangsiapa membuat ibu bapanya gembira (memberi keredan), maka sesungguhnya ia membuat reda Allah. Barangsiapa menyakitkan hati ibu bapanya, maka sesungguhnya ia membuat kebencian Allah”  (Hadis riyawat Bukhari )

Anak derhaka tidak akan mencium bau syurga dan haram baginya untuk memasuki syurga Allah SWT.

Nabi SAW memberi wasiat kepada Sayyidina Ali k.wj : "Wahai Ali ! Saya melihat tulisan pada pintu syurga yang berbunyi "Syurga itu diharamkan bagi setiap orang yang bakhil (kedekut), orang yang derhaka kepada kedua orang tuanya, dan bagi orang yang suka mengadu domba (mengasut)."

Nabi SAW bersabda, “Aku beritahukan kepadamu tiga macam dosa yang paling besar, yakni: Mengada-adakan sekutu bagi Allah SWT, tidak patuh kepada kedua orangtuamu, dan memberikan kesaksian palsu.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kedua : Seseorang yang berusaha menceraikan sepasang suami isteri, kemudian setelah isteri tersebut dicerai ia menggantikannya sebagai suaminya.

Salah satu sifat orang fasik adalah suka kepada isteri orang dan dia berusaha untuk menceraikan pasangan suami isteri tersebut. Mungkin bermula apabila wanita tersebut mengadu kepadanya bahawa dia mempunyai masaalah dengan suaminya. Sepatutnya sebagai seorang mukmin dia menasihatkan wanita tersebut supaya kembali mentaati suaminya dan melupakan perbalahan kecil urusan rumah tangga bukannya menggalakkan wanita tersebut meminta cerai kepada suaminya dengan itu dia akan berpeluang mengawininya. Akhlak lelaki seperti ini cukup buruk dan akan mendapat laknat Allah SWT di dunia ini dan di akhirat akan mendapat azab yang besar.

Perlu diingatkan kepada para wanita yang sudah berkahwin kalian perlu berhati-hati apabila meluahkan masaalah rumah tangga kepada lelaki yang kalian tidak kenal sepenuhnya hanya kenal di alam maya ini kerana ramai lelaki mempunyai "penyakit hati" dan akan mengambil kesempatan untuk "meneguk di air keruh" dan dikira berdosa kerana membuka aib suami kepada orang yang tidak berkenaan. Tetapi jika kalian berhajat mendapatkan khidmat nasihat maka dapatkanlah daripada ustazah atau ustaz atau pakar kaunseling maka hubungilah mereka yang berpengalaman dalam menyelesaikan masaalah rumah tangga.

Bukan sahaja lelaki yang merosakkan rumah tangga orang lain akan mendapat laknat daripada Allah SWT tetapi wanita tersebut yang tertarik dengan lelaki yang menghasutnya juga tidak akan masuk syurga kerana meminta cerai tanpa alasan yang dibenarkan oleh syarak.

Rasulullah SAW bersabda maksudnya : “Mana-mana wanita yang meminta suaminya menceraikannya dengan tiada sebab yang dibenarkan oleh syarak maka haramlah baginya bau syurga”.  (Hadis Riwayat Abu Daud dan Tarmizi)

Ketiga : Seseorang yang berusaha agar orang-orang mukmin saling membenci dan saling mendengki antara sesamanya dengan hasutan-hasutannya.

Menghasut, mengadu domba, atau memprovokasi, dalam Islam disebut namimah.

Nabi SAW bersabda maksudnya : ''Sesungguhnya, orang-orang yang suka menghasut tidak akan masuk syurga.'' (Hadis Riwayat Bukhari-Muslim).

Hakikat namimah ialah menyebarkan rahsia, mengadu domba dan mengumpat. Tidak seharusnya setiap keadaan yang tak disukai disampaikan ke orang lain, kecuali jika ditujukan untuk kemaslahatan kaum muslimin atau menolak kemaksiatan, seperti kesaksian di pengadilan.

Selain ancaman tidak masuk syurga, penghasut dikecam sebagai manusia paling buruk perilakunya. Nabi SAW bersabda maksudnya : ''Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang paling buruk perilakunya di antara kalian? Yaitu, orang yang berjalan di atas muka bumi seraya menghasut, yang merosak di antara orang-orang yang tadinya saling mencintai, dan hanya ingin memceritakan aib orang-orang yang tidak bersalah.''
(Hadis Riwayat Ahmad).

Menghasut sangat berbahaya jika dibiarkan berlaku di dalam kehidupan sosial.

Pertama, munculnya benih saling mencurigai di antara sesama muslim.

Kedua, jatuhnya nama baik dan martabat seseorang.

Ketiga, terciptanya kekacauan, ketakstabilan, dan ketidakharmonian dalam hubungan sosial.

Rasulullah SAW mengecam orang-orang munafik di Madinah kerana perilaku kotornya yang suka menghasut ketika baginda berhijrah. Kebiasaan menghasut sepertinya sudah menjalar dan meluas di negeri kita pada masa ini. Melahirkan banyak bloger-bloger politik yang tidak bermoral dan sanggup menabur fitnah, maki hamun dan memecahbelahkan perpaduan umat Islam.

Dari Al-Zuhri bahawa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda : "Tidak akan masuk syurga bagi yang memutuskan silaturahim".
(Hadis Riwayat Muslim)

Nabi SAW bersabda maksudnya : “Tidak ada dosa yang lebih layak dipercepat hukumannya di dunia, dan apa yang dipersiapkan Allah baginya di akhirat daripada tindakan kezaliman dan memutuskan hubungan silaturrahim”. (Hadis Riwayat Ibnu Majah dan Tarmizi)

Nabi SAW bersabda maksudnya : "Sesungguhnya lelaki yang paling dibenci Allah ialah yang paling gigih dalam permusuhan." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Abi Hurairah r.a, dari Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam baginda bersabda : "Seorang muslim adalah seorang yang apabila orang lain terselamat daripada lidahnya dan tangannya dan seorang mukmin adalah seorang yang apabila orang lain berasa aman daripadanya terhadap jiwa dan harta benda mereka". (Hadis Riwayat an-Nasaie)

Oleh itu jauhilah daripada segala bentuk perbuatan, percakapan, tulisan dan amalan yang  suka memecahbelahkan perpaduan umat Islam dengan memutuskan silaturahim, mengadu domba, menghasut, memfitnah, mengumpat dan menimbulkan permusuhan bukan sahaja mendapat dosa besar tetapi akan mendapat laknat Allah SWT  dan tidak akan mencium bau syurga.

Sahabat yang dikasihi,
Marilah sama-sama kita menjauhi diri kita daripada tiga jenis manusia yang akan mendapat laknat Allah SWT di dunia dan akhirat seperti hadis di atas. Untuk menjauhi daripada laknat Allah SWT perlulah kalian melakukan; pertama, mengasihi kedua ibu bapa kalian jangan menderhakainya dan berbaktilah kepada mereka jika mereka masih hidup dan jika mereka sudah meninggal dunia doakan mereka dan buatlah amal soleh untuk mereka. Kedua, jauhilah dan jangan cuba untuk mendekati wanita yang sudah berkahwin dengan tujuan-tujuan yang tidak bermoral,  jika terdapat ruang-ruang fitnah cubalah menutupnya. Jika berhajat untuk mencari pasangan hidup carilah janda atau gadis yang masih belum berpunya dan gunakanlah cara-cara yang diizinkan oleh syarak. Ketiga, janganlah sekali-sekali memecah belahkan perpaduan umat Islam. Jadikanlah diri kita sebagai penyelamat umat, pendakwah yang jujur dan ikhlas dan berjuang semata-mata mencari keredaan Allah SWT bukannya untuk mendapatkan nama, pujian dan kedudukan dalam masyarakat.

Mereka yang Terlaknat dalam Islam


1. Iblis
Allah ta’ala berfirman :
قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ * قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ * وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
“Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya laknat itu tetap menimpamu sampai hari kiamat" [QS. Al-Hijr : 33-35].
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ * قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ * َخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ * قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ * وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
“Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya laknat-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan" [QS. Shaad : 75-78].

2. Orang Kafir
Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ * خَالِدِينَ فِيهَا لا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh” [QS. Al-Baqarah : 161-162].
إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا * خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka), mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong” [QS. Al-Ahzaab : 64-65].
3. Orang-Orang Kafir dari Bani Israail (Yahudi)
Allah ta’ala berfirman :
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ * كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [QS. Al-Maaidah : 78-79].
4. Orang Dhaalim yang Berdusta Atas Nama Allah
Allah ta’ala berfirman :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
“Dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka dan para saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang dhalim” [QS. Huud : 18].
Dan kedhaliman yang paling besar adalah menyekutukan Allah ta’ala :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedhaliman yang sangat besar" [QS. Luqman : 13].
5. Orang yang Menyakiti Allah dan Rasul-Nya
Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan” [QS. Al-Ahzaab : 57].
Orang yang menyakiti Allah itu seperti mereka yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, Termasuk juga tuduhan Yahudi bahwa Allah ta’ala itu kikir; sebagaimana firman-Nya :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki” [QS. Al-Maaidah : 64].
Maksud tangan Allah terbelenggu adalah kikir.
Adapun menyakiti Rasul-Nya itu seperti tuduhan kaum munafiqin bahwa ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa telah berzina. Juga tuduhan kaum kuffar bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tukang sihir, orang gila, dan hinaan-hinaan lainnya sebagaimana dilakukan juga dilakukan oleh kaum kuffar kontemporer[1]
6. Orang yang Berbuat Kerusakan di Muka Bumi dan Memutuskan Silaturahim/Hubungan Kekeluargaan
Allah ta’ala berfirman :
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ * أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” [QS. Muhammad : 22-23].
Tentang orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, Allah ta’ala berfirman tentang hukuman yang diterapkan kepada mereka di dunia :
إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar” [Al-Maaidah : 33].
عن جبير بن مطعم، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لا يدخل الجنة قاطع رحم.
Dari Jubair bin Muth’im, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahim” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5984, Muslim no. 2556, Ahmad 4/80 & 83 & 84, Abu Dawud no. 1696, At-Tirmidziy no. 1909, ‘Abdurrazzaq no. 20238, Al-Humaidiy no. 557, Ibnu Hibbaan no. 454, dan yang lainnya].
7. Orang-Orang yang Merusak Janji Allah
Allah ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)” [QS. Ar-Ra’d : 25].
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji-(nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih” [QS. Aali ‘Imraan : 77].
8. Orang yang Menyembunyikan Ilmu
Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].
عن أبي هريرة قال : قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: "من سئل عن علمٍ فكتمه ألجمه اللّه بلجام من نارٍ يوم القيامة".
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang ditanya tentang satu ilmu lalu menyembunyikannya, niscaya Allah akan mengikatnya dengan tali kekang dari api neraka di hari kiamat kelak” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3658, At-Tirmidziy no. 2649, Ath-Thayalisiy no. 2534, Ibnu Abi Syaibah 9/55, Ahmad 2/263 & 305 & 344 & 353 & 499 & 508, Ibnu Maajah no. 261, Ibnu Hibbaan no. 95, Al-Haakim 1/101, Al-Baghawiy no. 140, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/411].
9. Para Pemimpin dan Pembesar yang Menyesatkan Umat
Allah ta’ala berfirman :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا * وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا * رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar" [QS. Al-Ahzaab : 66-68].
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لا يُنْصَرُونَ * وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ
“Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah)” [QS. Al-Qashshash : 41-42].
عن حذيفة بن اليمان يقول : كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الخير. وكنت أسأله عن الشر. مخافة أن يدركني. فقلت: يا رسول الله! إنا كنا في جاهلية وشر. فجاءنا الله بهذا الخير. فهل بعد هذا الخير شر؟ قال (نعم) فقلت: هل بعد ذلك الشر من خير؟ قال (نعم. وفيه دخن). قلت: وما دخنه؟ قال (قوم يستنون بغير سنتي. ويهدون بغير هديي. عرف منهم وتنكر). فقلت: هل بعد ذلك الخير من شر؟ قال (نعم. دعاة على أبواب جهنم. من أجابهم إليها قذفوه فيها)......
Dari Hudzaifah bin Al-Yamaan, ia berkata : Orang-orang bertanya kepada Rasululah shallallaahu ’alaihi wa sallam tentang kebaikan. Adapun aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena khawatir akan menimpaku. Aku bertanya : ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dulu berada di masa Jahiliyyah dan kejelekan. Lalu Allah mendatang kebaikan ini kepada kami. Apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan ?”. Beliau berkata : ”Ya”. Aku bertanya : ”Apakah setelah kejelekan itu ada kebaikan ?”. Beliau menjawab : ”Ya, namun padanya ada asap”. Aku bertanya : ”Apa asapnya ?”. Beliau menjawab : ”Satu kaum yang mengambil sunnah bukan dengan sunnahku dan mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. Engkau mengetahui mereka dan engkau ingkari”. Aku bertanya : ”Apakah setelah kebaikan itu ada kejelekan ?”. Beliau menjawab : ”Ya. Para da’i yang mengajak ke pintu-pintu neraka. Barangsiapa yang menyambut seruan mereka, akan dilemparkan ke dalamnya (neraka).....” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1847].
10. Suami atau Istri yang Berdusta Saat Li’an
Allah ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلا أَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ * وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنَ الْكَاذِبِينَ * وَيَدْرَأُ عَنْهَا الْعَذَابَ أَنْ تَشْهَدَ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ * وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta, dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar” [QS. An-Nuur : 6-9].
11. Orang yang Menuduh Wanita Baik-Baik Telah Berzina Tanpa Bukti
Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar” [QS. An-Nuur : 23].
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik” [QS. An-Nuur : 4].
12. Orang yang Membunuh Seorang Muslim dengan Sengaja Tanpa Alasan yang Dibenarkan oleh Syari’at
Allah ta’ala berfirman :
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya” [QS. An-Nisaa’ : 93].
عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يحل دم امرئ مسلم يشهد أن لا إله إلا الله وأني رسول الله إلا بإحدى ثلاث النفس بالنفس والثيب الزاني والمفارق لدينه التارك للجماعة
Dari ‘Abdullah (Ibnu Mas’ud) radliyallaahu ’anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ”Tidak halal darah seorang Muslim yang bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bersaksi bahwasannya aku adalah utusan Allah kecuali karena salah satu dari tiga sebab, yaitu jiwa dengan jiwa (qishash), orang yang telah menikah yang berzina, dan orang yang keluar dari agamanya sekaligus meninggalkan Al-Jama’ah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 6878; Muslim no. 1676; Ahmad no. 3621, 4065, 4245; Abu Dawud no. 4352; An-Nasa’i no. 4016, dan Ibnu Majah 2534].
13. Orang yang Mendirikan Masjid di Atas Kuburan
عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم في مرضه الذي لم يقم منه : "لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد " . قالت : فلو لا ذاك أبرز قبره غير أنه خُشي أن يتخذ مسجداً
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sakit dan dalam keadaan berbaring : “Allah telah melaknat Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid”. Aku (‘Aisyah) berkata : “Kalau bukan karena takut (laknat) itu, niscaya kuburan beliau ditempatkan di tempat terbuka. Hanya saja beliau takut kuburannya itu akan dijadikan sebagai masjid” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 1330, Muslim no. 529, Ahmad 6/80 & 121 & 255, Ibnu Abi Syaibah 2/376, Abu ‘Awaanah 1/399, Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah no. 508, Al-Khathiib dalam Taariikh Baghdaad 13/52 & 183, Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath no. 7730, dan yang lainnya].
عن الحارث النجراني قال : سمعت النبي صلى الله عليه وسلم قبل أن يموت بخمس وهو يقول : "ألا وإن من كان قبلكم كانوا يتخذون قبور أنبيائهم وصالحيهم مساجد ، ألا فلا تتخذوا القبور مساجد إني أنهاكم عن ذلك "
Dari Al-Harits An-Najrani dia bercerita : Aku pernah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wasiat lima hari sebelum wafat : “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kubur para Nabi mereka dan orang-orang shalih di antara mereka sebagai masjid. Maka, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Sesunguhnya aku melarang kalian melakukan hal tersebut” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/374-375; shahih sesuai persyaratan Muslim].
14. Wanita yang Terlalu Sering Berziarah ke Kubur
عن أبي هريرة ؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن زوارات القبور.
Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang sering berziarah ke kubur [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1056, Ath-Thayaalisiy no. 2358, Ahmad 2/337 & 356, Ibnu Maajah no. 1076, Abu Ya’laa no. 5908, Ibnu Hibbaan no. 3178, dan Al-Baihaqiy 4/78; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/537-538].
15. Orang yang Memberi dan Menerima Suap
عن عبد الله بن عمرو قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم الراشي والمرتشي
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melaknat orang yang memberi dan menerima suap” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1337, Ath-Thayaalisiy no. 2276, Al-Baghawiy dalam Ju’diyaat no. 2864, Ahmad 2/164 & 190 & 194 & 212, Abu Dawud no. 3580, Ibnu Maajah no. 2313, Ibnul-Jaaruud no. 586, Ibnu Hibbaan no. 5077, Al-Haakim 4/102-103, dan Al-Baihaqiy 10/138-139; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 2/69].
16. Orang yang Melakukan Nikah Tahliil
عن عبد الله بن مسعود قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم المحل والمحلل له
Dari ‘Abdullah bin Mas’uud ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melaknat al-muhillu (laki-laki yang menikahi seorang wanita dengan tujuan agar wanita tersebut dibolehkan menikah kembali dengan mantan suaminya yang telah menjatuhkan talak tiga padanya) dan al-muhallal lahu (laki-laki yang menyuruh laki-laki lain/al-muhillu untuk menikahi mantan istrinya agar mantan istrinya tersebut dibolehkan untuk ia nikahi kembali)” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1120, Ibnu Abi Syaibah 4/290 & 8/300 & 14/190, Ahmad 1/448 & 462, Ad-Daarimiy no. 2263 & 2538, An-Nasaa’iy 6/149, Abu Ya’laa no. 5350, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir no. 9878, dan Al-Baihaqiy 7/208; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/569].
عن نافع أنه قال جاء رجل إلى عمر رضى الله تعالى عنهما فسأله عن رجل طلق امرأته ثلاثا فتزوجها أخ له من غير مؤامرة منه ليحلها لأخيه هو تحل للأول قال لا الا نكاح رغبة كنا نعد هذا سفاحا على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم وآله وسلم
Dari Naafi’ bahwasannya ia berkata : “Pernah ada seorang laki-laki mendatangi Ibnu ‘Umar seraya bertanya tentang hukum seorang laki-laki yang telah menthalaq tiga istrinya, lalu mantan istrinya dinikahi oleh saudara laki-lakinya tanpa kesepakatan apapun dengannya, akan tetapi dengan maksud untuk menghalalkan wanita tersebut untuk dinikahi oleh mantan suaminya. Apakah wanita tersebut benar-benar halal dinikahi oleh mantan suaminya ? Ibnu ‘Umar menjawab : ‘Tidak, kecuali jika ia (saudara laki-laki mantan suami) benar-benar menikahinya karena suka. Di masa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam kami menganggap perbuatan tersebut (yaitu nikah tahliil) sebagai perzinaan” [Diriwayatkan oleh Al-Haakim 2/199 dan Al-Baihaqiy 7/208; Al-Haakim berkata : ‘Shahih sesuai persyaratan Al-Bukhariy dan Muslim, namun keduanya tidak mengeluarkannya].
17. Istri yang Menolak Ajakan Suaminya Tanpa Alasan yang Dibenarkan oleh Syari’at
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِذَا دَعَا اَلرَّجُلُ اِمْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِيءَ , لَعَنَتْهَا اَلْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, namun ia menolak untuk datang; maka para malaikat melaknatnya (si istri) hingga waktu shubuh”.
Dalam riwayat lain :
انَ اَلَّذِي فِي اَلسَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا
“Yang ada di langit murka kepadanya hingga suaminya ridla memaafkannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 5193 dan Muslim no. 1436].
18. Pencuri
عن أبي هريرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (لعن الله السارق، يسرق البيضة فتقطع يده، ويسرق الحبل فتقطع يده).
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Allah melaknat seorang pencuri yang mencuri telur, kemudian dipotong tangannya, lalu mencuri tali dan dipotong tangannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6783 dan Muslim no. 1687].
Allah ta’ala berfirman tentang hukuman bagi seorang pencuri :
وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالا مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ * فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Maaidah : 38-39].
عن عائشة : قال النبي صلى الله عليه وسلم: تقطع اليد في ربع دينار فصاعداً.
Dari ‘Aaisyah : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Dipotong tangan (seorang pencuri) karena (mencuri) seperempat dinar atau lebih [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6789 dan Muslim no. 1684].
19. Pelaku Riba
Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” [QS. Ali ‘Imran : 130].
عن جابر، قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم آكل الربا، وموكله، وكاتبه، وشاهديه، وقال: هم سواء.
Dari Jaabir, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, penulisnya (bagian administrasi), dan dua orang saksinya. Mereka itu semua sama” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1598].
عن أبي هريرة؛ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الربا سبعون حوبا. أيسرها أن ينكح الرجل أمه.
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallllaahu ‘alaihi wa sallam : “Riba itu terdiri dari tujuhpuluh cabang dosa. Yang paling ringan dosanya adalah seperti seseorang yang menikahi ibunya sendiri” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 2274; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Ibni Maajah 2/240].
20. Wanita yang Menampakkan Auratnya yang Semestinya Ditutup
عن عبد الله بن عمر يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول سيكون آخر أمتي نساء كاسيات عاريات على رؤوسهن كأسنمة البخت إلعنوهن فإنهن ملعونات
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada akhir umatku kelak akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka terdapat bongkol (punuk) onta. Laknatlah mereka, karena sesungguhnya mereka adalah terlaknat” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Ash-Shaghiir no. 1125; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Jilbaab Mar’atil-Musliimah hal. 125. Lihat juga Ash-Shahiihah no. 1326].
Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
أراد -صلى الله عليه وسلم- النساء اللواتي يلبسن من الثياب الشيء الخفيف الذي يصف ولا يستر فهن كاسيات بالاسم عاريات في الحقيقة
“Yang dimaksudkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian tipis yang dapat mensifati (apa yang terletak di balik kain – yaitu kulit dan lekukan tubuh) lagi tidak menutupi. Mereka itu memang diistilahkan berpakaian, namun hakekatnya telanjang” [Dinukil oleh As-Suyuuthiy dalam Tanwiirul-Hawaalik 3/103 – melalui perantara Jilbaab Mar’atil-Muslimah, hal. 125-126].
21. Laki-Laki yang Menyerupai Wanita dan/atau Wanita yang Menyerupai Laki-Laki
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم المشتبهين من الرجال بالنساء والمشتبهات من النساء بالرجال.
Dari Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5885].
عن عبد الله بن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة العاق لوالديه والمرأة المترجلة والديوث
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ada tiga orang yang tidak akan dilihat Allah ‘azza wa jalla pada hari kiamat : Orang yang durhaka pada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lak-laki, dan dayuts” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy 5/80, Ahmad 3/134, Abu Ya’laa no. 5556, Al-Haakim 1/72 & 4/146-147, Al-Baihaqiy 10/226, dan Al-Bazzaar no. 1876 (Kasyful-Astaar); dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan An-Nasaa’iy 2/216].
22. Orang yang Menampar-Nampar Pipi, Mengoyak Baju, dan Berteriak-Teriak Ketika Tertimpa Musibah
عن أبي أمامة ؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن الخامشة وجهها، والشاقة جيبها، والداعية بالويل والثبور.
Dari Abu Umaamah : “Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang merusak wajahnya, mengoyak-ngoyak bajunya, dan meraung-raung sambil mengutuk dan mencela diri” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 1585, Ibnu Hibbaan no. 3156, Ibnu Abi Syaibah 3/290, dan Ath-Thabaraniy dalam Al-Kabiir no. 759 & 775; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Ibni Maajah 2/40].
عن عبدالله، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "ليس منا من ضرب الخدود. أو شق الجيوب. أودعا بدعوى الجاهلية
Dari ‘Abdullah bin Mas’uud, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar-nampar pipi, mengoyak-ngoyak baju, dan berteriak-teriak/meratap dengan ratapan Jaahiliyyah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 1294 dan Muslim no. 103].
23. Peminum Khamr, Penuangnya, Penjualnya, Pembelinya, dan Semua yang Terlibat Padanya
عن ابن عمر يقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لعنت الخمر على عشرة أوجه: بعينها، وعاصرها، ومعتصرها، وبائعها، ومبتاعها، وحاملها، والمحمولة إليه، وآكل ثمنها، وشاربها، وساقيها
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Telah dilaknat khamr dalam sepuluh sisi : khamr itu sendiri, pemerasnya (pembuatnya), yang meminta diperaskan, penjualnya, pembelinya, pembawanya, yang meminta dibawakan kepadanya, yang memakan hasil penjualannya, peminumnya, dan penuangnya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 3380 dan Abu Dawud no. 3674; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Ibnu Maajah 3/144-145].
24. Laki-Laki yang Menggauli Istrinya pada Duburnya (Liwath/Sodomi)
عن عقبة بن عامر : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لعن الله الذين يأتون النساء في محاشهن.
Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah melaknat orang-orang yang mendatangi istrinya pada dubur mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kaamil 4/1466 dan Al-‘Uqailiy dalam Adl-Dlu’afaa’ 3/84; dihasankan Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Aadaabuz-Zifaaf, hal. 105].
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من أتى حائضا أو امرأة في دبرها أو كاهنا: فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Barangsiapa yang mendatangi (menggauli) wanita yang sedang haidl atau mendatangi pada duburnya, dan mendatangi dukun; sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3904, At-Tirmidziy no. 135, An-Nasa’iy dalam Al-Kubraa 10/124, Ibnu Majah no. 639, Ahmad 2/408 & 476, Ibnul-Jarud no. 107, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/94].
25. Homoseks dan Lesbian
Allah ta’ala berfirman :
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ * مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim” [QS. Huud : 82-83].
عن ابن عباس : أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال : .... ولعن الله من عَمِل عمل قوم لوط، ولعن الله من عَمِلَ عمل قوم لوط، ولعن الله من عَمِلَ عمل قوم لوط
Dari Ibnu ‘Abbas : Bahwasannya Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “….Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luuth (homoseks/lesbian), Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luuth, dan Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luuth” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/309 & 317, Abu Ya’laa no. 2539, dan Ibnu Hibbaan no. 4417; Asy-Syaikh Al-Arna’uth mengatakan dalam Takhriij Musnad Ahmad 5/26 bahwa sanad hadits ini jayyid].
26. Orang yang Sengaja Menyesatkan Orang Buta di Jalan
عن ابن عباس : أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال : ...ولعن الله من كمه الأعمى عن السبيل....
Dari Ibnu ‘Abbas : Bahwasannya Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “…Dan Allah melaknat orang yang sengaja menyesatkan orang buta dari jalan…” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/309 & 317, Abu Ya’laa no. 2539, dan Ibnu Hibbaan no. 4417; Asy-Syaikh Al-Arna’uth mengatakan dalam Takhriij Musnad Ahmad 5/26 bahwa sanad hadits ini jayyid].
27. Budak yang Menisbatkan Diri pada Selain Tuannya
عن ابن عباس : أن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال : ...ولعن الله من تولى غير مواله.....
Dari Ibnu ‘Abbas : Bahwasannya Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “…Dan Allah melaknat budak yang menisbatkan diri selain pada tuannya…” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/309 & 317, Abu Ya’laa no. 2539, dan Ibnu Hibbaan no. 4417; Asy-Syaikh Al-Arna’uth mengatakan dalam Takhriij Musnad Ahmad 5/26 bahwa sanad hadits ini jayyid].
عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من تولى قوما بغير إذن مواليه، فعليه لعنة الله والملائكة. لا يقبل منه عدل ولا صرف.
Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Budak manapun yang menisbatkan diri pada satu kaum tanpa seijin tuannya. Baginya laknat dari Allah dan para malaikat, tidak diterima darinya tebusan dan ganti rugi apapun” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1508].
28. Orang yang Menggauli Binatang (Beastiality)
عن ابن عباس : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ....ملعون من وقع على بهيمة.....
Dari Ibnu ‘Abbas : Bahwasannya Nabiyullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “….Terlaknat orang yang menggauli binatang….” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/317 dan Al-Baihaqiy 8/233-234; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhrij Musnad Ahmad 5/83 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih At-Targhiib no. 2421].
عن ابن عباس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من أتى بهيمة فاقتلواه واقتلواها معه
Dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa menggauli binatang, maka bunuhlah ia dan binatang yang bersamanya (yang digaulinya)” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4464, At-Tirmidziy no. 1455, Abu Ya’laa no. 2462, Al-Baghawiy no. 2593, Ibnu Hazm dalam Al-Muhallaa 11/387, Al-Baihaqiy 8/233, Ad-Daaruquthniy 3/126-127, Al-Haakim 4/356, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 3/73-74].
29. Orang yang Melaknat Kedua Orang Tuanya
عن علي بن أبي طالب قال النبي صلى الله عليه وسلم : لعن الله من لعن والده......
Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya…..” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1978, An-Nasaa’iy 7/232, Ahmad 1/118 & 180, dan Abu Ya’laa no. 602].
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إن من أكبر الكبائر أن يلعن الرجل والديه). قيل: يا رسول الله، وكيف يلعن الرجل والديه؟ قال: (يسب الرجل أبا الرجل، فيسب أباه، ويسب أمه فيسب أمه).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash radliyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Sesungguhnya termasuk dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya’. Dikatakan : ‘Wahai Rasulullah, bagaimana bisa seseorang melaknat kedua orang tuanya ?’. Beliau menjawab : ‘Ia mencela ayah orang lain, kemudian orang itu membalas mencela kedua orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain, lalu orang itu membalas mencela ibunya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5973 dan Muslim no. 90].
30. Orang yang Menyembelih untuk Selain Allah
Allah ta’ala berfirman :
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" [QS. Al-An’aam : 162-163].
عن علي بن أبي طالب قال النبي صلى الله عليه وسلم : ....ولعن الله من ذبح لغير الله.......
Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “….. Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah….” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1978, An-Nasaa’iy 7/232, Ahmad 1/118 & 180, dan Abu Ya’laa no. 602].
31. Orang yang Melindungi Pelaku Kejahatan
عن علي بن أبي طالب قال النبي صلى الله عليه وسلم : .... ولعن الله من آوى محدثا.....
Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “… Allah melaknat orang yang melindungi pelaku kejahatan….” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1978, An-Nasaa’iy 7/232, Ahmad 1/118 & 180, dan Abu Ya’laa no. 602].
32. Orang yang Melakukan Kejahatan dan Melindungi Pelaku Kejahatan di Tanah Haram
عن علي رضي الله عنه : ما عندنا كتاب نقرؤه إلا كتاب الله غير هذه الصحيفة، قال: فأخرجها، فإذا فيها أشياء من الجراحات وأسنان الإبل، قال: وفيها: (المدينة حرم ما بين عير إلى ثور، فمن أحدث فيها حدثاً، أو آوى محدثاً، فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين، لا يقبل منه يوم القيامة صرف ولا عدل. .......
Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib (ia berkata) : “Kami tidak memiliki kitab bacaan selain Kitabullah yang termaktub dalam lembaran ini” Kemudian ia (‘Aliy) mengeluarkan lembaran tersebut, dan ternyata di dalamnya disebutkan tentang panduan qishash atas luka-luka dan batasan onta-onta yang boleh digunakan sebagai pembayaran diyat. Di dalamnya juga termaktub : “Kota Madinah adalah tanah Haram mulai dari bukit ‘Air sampai Tsaur. Barangsiapa melakukan kejahatan di dalamnya atau melindungi kejahatan atau, maka atasnya laknat Allah, para malaikat, dam seluruh manusia. Tidak diterima darinya ganti rugi dan tebusan apapun di hari kiamat…” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 6755 dan Muslim no. 1370].
33. Orang yang Melanggar/Mengkhianati Perjanjian dengan Seorang Muslim
عن علي رضي الله عنه : ما عندنا كتاب نقرؤه إلا كتاب الله غير هذه الصحيفة، قال: فأخرجها، فإذا فيها أشياء من الجراحات وأسنان الإبل، قال: وفيها : ...... فمن أخفر مسلماً فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين. لا يقبل منه يوم القيامة صرف ولا عدل
Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib (ia berkata) : “Kami tidak memiliki kitab bacaan selain Kitabullah yang termaktub dalam lembaran ini” Kemudian ia (‘Aliy) mengeluarkan lembaran tersebut, dan ternyata di dalamnya disebutkan tentang panduan qishash atas luka-luka dan batasan onta-onta yang boleh digunakan sebagai pembayaran diyat. Di dalamnya juga termaktub : “……Barangsiapa melanggar/mengkhianati perjanjian dengan seorang muslim, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya ganti rugi dan tebusan apapun di hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 6755 dan Muslim no. 1370].
عن عبد الله بن عمر يقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (إن الغادر ينصب الله له لواء يوم القيامة. فيقال: ألا هذه غدرة فلان).
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya seorang pengkhianat akan Allah pancangkan baginya bendera/panji di hari kiamat kelak. Maka akan dikatakan : Ini adalah pengkhianatan si Fulan” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6178 dan Muslim no. 1735].
34. Orang yang Merubah Tanda Batas Tanah
عن علي بن أبي طالب قال النبي صلى الله عليه وسلم : ..... ولعن الله من غير منار الأرض.
Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “….Dan Allah melaknat orang yang merubah tanda batas tanah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1978, An-Nasaa’iy 7/232, Ahmad 1/118 & 180, dan Abu Ya’laa no. 602].
عن يعلى بن مرة الثقفي يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من أخذ أرضا بغير حقها كلف ان يحمل ترابها إلى المحشر
Dari Ya’laa bin Murrah Ats-Tsaqafiy, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang mengambil satu jengkal tanah tanpa haknya, maka ia akan dibebani untuk memikul tanah yang ia rampas itu di padang mahsyar” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/173, Ath-Thahawiy dalam Al-Musykiil no. 6150, serta Ath-Thabaraniy dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 285 dan Al-Kabiir 22/690; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhriij Musnad 29/110].
35. Orang yang Mencaci-Maki Shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Allah ta’ala berfirman :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” [Al-Fath : 29].
عن ابن عباس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من سب أصحابي فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين.
Dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang mencaci-maki shahabatku, maka baginya laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh malaikat” [lihat Silsilah Ash-Shahiihah, 5/446 no. 2340].
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم: لا تسبوا أصحابي، فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا، ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah kalian mencela para shahabatku. Sekiranya seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, tidaklah akan menyamai satu mudd yang diinfakkan oleh mereka, bahkan tidak pula setengahnya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3674, Muslim no. 2541, Ahmad 3/11, Abu Dawud no. 4658, At-Tirmidziy no. 3860, dan Abu Ya’laa no. 1171 & 1198].
36. Wanita yang Menyambung Rambutnya, Bertato, Mencukur Alisnya, dan Merenggangkan Giginya untuk Kecantikan
عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم لَعَنَ اَلْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ , وَالْوَاشِمَةَ َالْمُسْتَوْشِمَةَ
Dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa : “Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang minta disambungkan rambutnya, serta wanita yang membuat tato dan meminta ditato” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5940 dan Muslim no. 2124].
عن عبد الله : (لعن الله الواشمات والمستوشمات، والمتنمصات، والمتفلجات للحسن، المغيرات خلق الله تعالى). ما لي لا ألعن من لعن النبي صلى الله عليه وسلم، وهو في كتاب الله: {وما آتاكم الرسول فخذوه}. إلى: {فانتهوا}.
Dari ‘Abdullah (bin Mas’uud), ia berkata : “Allah melaknat wanita yang membuat tato dan meminta ditato, yang mencabut bulu alisnya, dan yang merenggangkan giginya untuk kecantikan dengan cara merubah ciptaan Allah. Mengapa aku tidak melaknat orang yang telah dilaknat oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan hal itu tercantum dalam Kitabullah : ‘Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5931 dan Muslim no. 2125].
37. Orang yang Buang Hajat di Tengah Jalan atau Tempat Berteduh Manusia
عن أبي هريرة؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : "اتقوا اللعانين" قالوا: وما اللعانان يا رسول الله؟ قال "الذي يتخلى في طريق الناس أو في ظلهم".
Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasululah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Berhati-hatilah kalian dua hal yang terlaknat”. Para shahabat bertanya : “Apa dua hal terlaknat itu wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : “Orang yang buang hajat di tengah jalan atau di tempat berteduh manusia” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 269].
عن مُعاذ بن جبل قال : قال رسول اللّه صلى الله عليه وسلم: "اتّقُوا الملاعن الثّلاثة: البراز في الموارد، وقارعة الطّريق، والظّلّ".
Dari Mu’aadz bin Jabal, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Berhati-hatilah kalian terhadap tiga hal yang dapat mendatangkan laknat : buang hajat di mawaarid (jalan/saluran air), di tengah jalan, dan di tempat berteduh manusia” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 26, Ibnu Maajah no. 328, Al-Haakim 1/167, dan Al-Baihaqiy 1/97; dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/19].
38. Pelukis atau Perupa
عن عون بن أبي جحيفة قال: رأيت أبي اشترى عبدا حجاما فأمر بمحاجمه فكسرت، فسألته، فقال: نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن ثمن الكلب، وثمن الدم، ونهى عن الواشمة والموشومة، وآكل الربا وموكله، ولعن المصور.
Dari ‘Aun bin Abi Juhaifah, ia berkata : “Aku melihat ayahku membeli seorang budak tukang bekam. Lalu ia menyuruhnya mengambil alat-alat bekamnya lalu mematahkannya. Aku bertanya kepadanya perihal perbuatan itu. Ia berkata : “Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil jual beli anjing, dan hasil jual beli darah. Beliau juga melarang wanita yang membuat tato dan meminta ditato, pemakan riba dan pemberi makan riba. Dan beliau pun melaknat tukang lukis (gambar)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 2086, Ahmad 4/308 & 309, Ibnu Hibbaan no. 5852, dan Abu Ya’laa no. 890].
عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن أشد الناس عذابا يوم القيامة المصورون
Dari ‘Abdullah (bin Mas’uud), ia berkata : telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya manusia yang paling keras siksanya di hari kiamat adalah para penggambar” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 5950, Muslim no. 2109, Ahmad 1/375, Al-Humaidiy no. 117, dan yang lainnya].
39. Orang yang Menahan Zakat
Allah ta’ala berfirman :
...وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ * الَّذِينَ لا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ
“….Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan (Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat” [QS. Fushshilat : 6-7].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الأحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ * يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لأنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu" [QS. At-Taubah : 34-35].
عن ابن مسعود قال : آكل الربا وموكله وكاتبه وشاهداه إذا علموا به والواشمة والمستوشمة للحسن ولاوي الصدقة والمرتد أعرابيا بعد هجرته ملعونون على لسان محمد صلى الله عليه وسلم يوم القيامة
Dari Ibnu Mas’uud, ia berkata : “Pemakan riba, yang memberi makan riba, penulisnya, dua orang saksinya jika ia mengetahuinya, tukang tato, yang minta ditato untuk kecantikan, orang yang menahan shadaqah, dan orang ‘Arab baduwi yang murtad setelah hijrah; mereka semua terlaknat melalui lisan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 3252, Ahmad 1/409 & 430 & 464-465, An-Nasaa’iy 8/147, Ibnu Khuzaimah no. 2250, dan Al-Baihaqiy 9/19; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhrij Shahih Ibni Hibbaan 8/44-45].
40. Orang Murtad
عن ابن مسعود قال : ..... والمرتد أعرابيا بعد هجرته ملعونون على لسان محمد صلى الله عليه وسلم يوم القيامة
Dari Ibnu Mas’uud, ia berkata : “….dan orang ‘Arab baduwi yang murtad setelah hijrah; mereka semua terlaknat melalui lisan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 3252, Ahmad 1/409 & 430 & 464-465, An-Nasaa’iy 8/147, Ibnu Khuzaimah no. 2250, dan Al-Baihaqiy 9/19; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhrij Shahih Ibni Hibbaan 8/44-45].
عن ابن عباس قال: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (لا تعذبوا بعذاب الله). ولقتلتهم، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم: (من بدل دينة فاقتلوه).
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Janganlah menyiksa dengan siksaan Allah’. Dan niscaya aku juga akan bunuh mereka sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Barangsiapa yang menukar agamanya, maka bunuhlah ia” [HR. Al-Bukhaariy no. 3017, Abu Dawud no. 4351, At-Tirmidzi no. 1458, ‘Abdurrazzaaq no. 9413 & 18706, Al-Humaidiy no. 533, Ibnu Abi Syaibah 10/139 & 143, Ahmad 1/217 & 219 & 282, Abu Ya’laa no. 2532, dan yang lainnya].
41. Orang yang Menisbatkan Diri Selain pada Nasab Ayah Kandungnya
عن ابن عباس؛ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((من انتسب إلى غير أبيه، أو تولى غير مواليه، فعليه لعنة الله و الملائكة، و الناس أجمعين)).
Dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang menisbatkan diri selain dari ayahnya atau budak yang memberikan wala’ selain pada tuannya, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 2609, Ahmad 1/328, Abu Ya’laa no. 2540, Ibnu Hibbaan no. 417, dan Ath-Thabaraniy no. 12475; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam Takhrij Musnad Ahmad 5/163].
عن أبي ذر؛ أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ليس من رجل ادعي لغير أبيه وهو يعلمه، إلا كفر. ومن ادعى ما ليس له فليس منا. وليتبوأ مقعده من النار.
Dari Abu Dzarr : Bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang laki-laki yang mendakwakan diri selain pada ayah (kandung)-nya sedangkan ia dalam keadaan mengetahui, melainkan ia telah kafir…” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 3508 dan Muslim no. 61].
42. Orang yang Mengacung-Acungkan Senjata Tajam pada Saudaranya yang Muslim
عن أبي هريرة يقول : قال أبو القاسم صلى الله عليه وسلم "من أشار إلى أخيه بحديدة، فإن الملائكة تلعنه. حتى يدعه وإن كان أخاه لأبيه وأمه".
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Abul-Qaasim shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang mengacung-acungkan senjata tajam kepada saudaranya, maka sesungguhnya para malaikat akan melaknatnya hingga ia meletakkannya. Meskipun (orang yang diacung-acungi itu adalah) saudara kandungnya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2616].
عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "لا يشير أحدكم إلى أخيه بالسلاح. فإنه لا يدري أحدكم لعل الشيطان ينزع في يده. فيقع في حفرة من النار".
Dari Abu Hurairah : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Janganlah salah seorang di antara kalian mengacung-acungkan senjatanya kepada saudaranya. Karena salah seorang di antara kalian tidak tahu barangkali syaithan merebut senjata itu dari tangannya, yang kemudian (dengan itu) ia dijebloskan ke dalam satu lembah di neraka” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 7072 dan Muslim no. 2617].
43. Orang yang Mencap Wajah dengan Besi Panas
عن جابر. قال : نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الضرب في الوجه، وعن الوسم في الوجه.
Dari Jaabir, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang memukul di bagian wajah dan mengecap dengan besi panas di bagian wajah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2116].
عن جابر ؛ أن النبي صلى الله عليه وسلم مر عليه حمار قد وسم في وجهه. فقال (لعن الله الذي وسمه).
Dari Jaabir : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berpapasan dengan seekor keledai yang dicap dengan besi panas di wajahnya. Maka beliau bersabda : “Allah melaknat orang yang melakukannya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2117].
44. Orang yang Menghalang-Halangi Hukum Qishash
عن ابن عباس قال : قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: "من قتل في عمِّيَّا أو رمِّيَّا يكون بينهم بحجرٍ أو بسوطٍ فعقله عقل خطأ، ومن قتل عمداً فقود يديه، فمن حال بينه وبينه فعليه لعنة اللّه والملائكة والناس أجمعين".
Dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa terbunuh dan tidak diketahui siapa pembunuhnya, atau tewas karena lemparan batu atau cambuk; maka tebusannya seperti tebusan pembunuhan yang dilakukan dengan tidak sengaja. Barangsiapa dibunuh dengan sengaja, maka pelakunya harus diqishash. Barangsiapa yang menghalang-halangi hukman qishash itu, maka ia akan dilaknat oleh Allah, para malaikat, dan seluruh manusia” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4591, An-Nasaa’iy 8/40, dan Ibnu Maajah no. 2635; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 3/113].
45. Pencuri Kain Kafan di Kuburan
عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن المختفي والمختفية
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa : “Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki dan wanita yang mencuri kain kafan (di kuburan)” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy 8/270; dishahihkan olh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 2148].
46. Orang yang Mengikat Hewan Lalu Dijadikan Sasaran Anak Panah
عن سعيد بن جبير قال : خرجت مع ابن عمر من منزله فمررنا بفتيان من قريش نصبوا طيرا يرمونه وقد جعلوا لصاحب الطير كل خاطئة من نبلهم قال فلما رأوا ابن عمر تفرقوا فقال ابن عمر من فعل هذا لعن الله من فعل هذا أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن من اتخذ شيئا فيه الروح غرضا.
Dari Sa’iid bin Jubair, ia berkata : Aku keluar bersama Ibnu ‘Umar dari tempat kediamannya. Lalu kami melewati beberapa orang pemuda Quraisy yang sedang mengikat seekor burung untuk melemparinya dengan panah. Mereka membayar setiap bidikan yang meleset kepada pemilik burung. Saat melihat Ibnu ‘Umar, mereka pun bubar. Ibnu ‘Umar berkata : “Siapa yang melakukan ini ? Allah melaknat orang yang melakukan ini. Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran anak panah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 5515, Muslim no. 1958, Abu ‘Awaanah 5/195, Ahmad 2/56, An-Nasaa’iy 7/238, Abu Ya’laa no. 5652, Al-Baihaqiy 9/334, dan yang lainnya].
47. Orang yang Menyiksa Binatang
عن بن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال لعن الله من مثل بالحيوان
Dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Allah melaknat orang yang menyiksa binatang” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/238 & 2/43 & 2/103, An-Nasaa’iy 7/238, Ibnu Hibbaan no. 5617, Al-Haakim 4/234, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Arna’uth dalam takhrij Shahih Ibni Hibbaan 12/434].
Alhamdulillah selesai…… Semoga ada manfatnya…

WANITA-WANITA YANG DILAKNAT OLEH ALLAH


Setiap wanita muslimah pasti mengharapkan rahmat dari Allah,karena Dia adalah Dzat yang memiliki sifat rahmat buat seluruh makhluk-Nya.Ia senantiasa berdoa agar dijauhkan dari adzab-Nya dan siksaan-Nya.Ia mengetahui bahwa rahmat Allah adalah sebab masuknya seseorang ke dalam surga-Nya dan dijauhkan dari neraka-Nya.
 Wanita muslimah yang baik pasti akan menjauhkan dirinya dari larangan-larangan Allah. Ia mengetahui bahwa larangan Allah akan mendatangkan murka-Nya dan akan menurunkan adzab-Nya. Ia senantiasa menjaga dirinya dari sesuatu yang akan menjadikannya dilaknat atau dijauhkan dari rahmat Allah.
Wanita muslimah harus mengetahui hal-hal yang akan mendatangkan laknat Allah. Laknat Allah berarti dijauhkan dari rahmat-Nya. Berikut adalah sifat-sifat wanita yang akan dilaknat oleh Allah. Dan mudah-mudahan ini menjadi peringatan buat saudari-saudari, istri-istri, dan anak-anak perempuan kita.
Di dalam shohih Muslim disebutkan riwayat dari sahabat Abdullah bin Mas’ud,Ia berkata :Allah mengutuk wanita-wanita pembuat tato dan wanita-wanita yang minta dibuatkan tato, wanita-wanita yang mencukur rambut wajah (bulu alis, dsb) dan wanita-wanita yang minta dihilangkan rambut wajahnya serta wanita-wanita yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang merubah ciptaan Allah. Perkataan Abdullah bin Masud itu sampai kepada seorang wanita dari Bani Asad bernama Ummu Ya’qub yang sedang membaca Alquran. Lalu ia datang kepada Abdullah bin Masud dan berkata: Apakah benar berita yang sampai kepadaku, bahwa engkau mengutuk wanita-wanita pembuat tato, wanita-wanita yang minta dibuatkan tato, wanita-wanita yang minta dihilangkan rambut wajahnya dan wanita-wanita yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang mengubah ciptaan Allah.
Abdullah berkata: Bagaimana aku tidak mengutuk wanita-wanita yang telah dikutuk oleh Rasulullah saw? Sedangkan itu disebutkan dalam Kitab Allah. Wanita itu membantah: Aku sudah membaca semua isi Alquran, tetapi aku tidak mendapatkannya. Maka Abdullah bin Masud berkata: Jika engkau benar-benar membacanya, pasti engkau telah menemukannya. Allah Taala berfirman: “Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka ambilah dan apa yang ia larang atas kalian, maka tinggalkanlah”.(QS:Al-Hasyr : 7)
Wanita itu berkata: Aku melihat sesuatu (kejanggalan) pada istrimu dari yang engkau bicarakan ini. Abdullah bin Masud berkata: Pergilah dan lihat! Wanita itupun menemui istri Abdullah bin Masud. Ia tidak melihat suatu kejanggalan. Kemudian ia kembali kepadanya dan berkata: Aku tidak melihat suatu kejanggalan. Abdullah bin Masud berkata: Jika seandainya demikian (pada istriku terdapat sesuatu dari yang kubicarakan), tentu aku tidak akan menyetubuhinya. (Shahih Muslim No.2125)
1.   Alwâsyimât dan Almustawsyimât (Wanita-wanita pembuat tato dan wanita-wanita yang meminta dibuatkan tato)

Defini Alwasymu (tato) : Dalam Syarh An-Nawâwi untuk Kitab Shohîh milik Imam Muslim, Imam Nawawi menjelaskan arti dari Wasymu (bertato) yaitu menusukkan jarum atau alat tusuk yang lain di telapak atau pergelangan tangan, bibir, dan anggota badan yang lain dari tubuh wanita sampai nantinya keluar darah. Tempat yang ditusuk jarum itu lalu dibubuhi celak atau serbuk yang lain, sampai kemudian kulit tersebut menghijau. Bisa juga digambar dengan lingkaran-lingkaran atau yang lainnya sesuai kemauan si empunya badan, bisa diperbanyak atau dikurangi (banyak atau sedikit). Pelakunya disebut sebagai Alwâsyimah. Objek orang yang dibubuhkan tato disebut Almausyûmah, dan orang yang meminta dengan sengaja untuk dibubuhkan tato pada tubuhnya disebut dengan Almustausyimah. (syarah An-Nawawi ‘ala muslim 14/106)
 Haram hukumnya bagi seorang wanita untuk membat tato pada tubuh seorang lainnya, dan juga bagi wanita yang meminta untuk dibubuhkan tato. Keduanya mendapatkan dosa dari apa yang diperbuatnya. Jika masih mungkin untuk dihilangkan maka wajib hukumnya untuk dihapus. Namun jika tidak memungkinkan dan bisa menyebabkan terluka, maka hukumnya tidak wajib. Jika tato itu tetap ada pada tubuhnya maka ia tidak berdosa.
Kalau sekiranya tato tersebut bisa dihilangkan akan tetapi malah merasa bangga dengan tato tersebut maka ia termasuk orang yang mujahir ( orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan ) dan tidak akan mendapatkan ampunan Allah.Tidak boleh menunda-nunda untuk menghilangkannya sekiranya bisa dihapus.Hukum ini berlaku bagi laki-laki dan perempuan.
2.    An-Nâmishoh dan Almutanammishôt (Wanita-wanita yang mencukur rambut di wajahnya dan wanita-wanita yang meminta untuk dicukurkan rambut di wajahnya)
Defini An-Namshu : yaitu mencabut atau menghilangkan bulu rambut dari wajah. Sedangkan An-Nâmishah adalah yang mencabut, dan AI-Mutanammishah adalah yang minta kepadanya untuk dicabut bulunya.
Haram hukumnya bagi kedua pelaku tersebut. Kecuali jika terdapat janggut atau kumis di wajah wanita, maka tidak diwajibkan untuk mencukurnya. Imam Nawawi mengatakan : “Dan perbuatan ini (mencukur bulu/rambut yang tumbuh di wajah) kecuali apabila tumbuh diwajah wanita kumis dan jenggot maka tidak haram untuk menghilangkannya bahkan mustahabb” kemudian beliau menambahkan :”bahwasanya larangan itu tertuju pada bulu alis dan apa yang dipinggir wajah ( dekat telinga ) “( syarah An-Nawawi ‘ala muslim 14/106 )
3. Almutafallijât (Wanita-wanita yang merenggangkan gigi)
Definisi Alfalj (pangur gigi) : yaitu menjauhkan jarak antara gigi atas dengan gigi bawah. Biasanya dilakukan oleh orang tua yang usianya sudah lanjut, dilakukan untuk bisa tetap awet muda serta’ memperindah gigi, sebab tonjolan yang lembut pada gigi itu hanya milik anak kecil saja. Jika wanita sudah berusia senja maka tonjolan-tonjolan gigi itu akan mengeras, lalu dilembutkan (dipangur) dengan alat pelembut agar kelihatan indah dan muda. Ini dinamakan juga dengan Al-Wasyr.
Perbuatan ini dilarang keras oleh Islam dan haram hukumnya jika dimaksudkan hanya untuk memperindah dan mempercantik diri. dan bagi pelakunya akan dilaknat oleh Allah SWT  karena didalamnya terdapat unsur merubah ciptaan Allah dan penipuan. Namun jika untuk perobatan dan sejenisnya, maka dibolehkan.
4. Al-washilah dan Al-mustawshilah ( wanita yang menyambung rambut dan wanita yang minta disambung rambutnya )

Termasuk perhiasan perempuan yang terlarang ialah menyambung rambut dengan rambut lain, baik rambut itu asli atau imitasi seperti yang terkenal sekarang ini dengan nama wig. Bagi laki-laki lebih diharamkan lagi, baik dia itu bekerja sebagai tukang menyambung seperti yang dikenal sekarang tukang rias ataupun dia minta disambungkan rambutnya, jenis laki-laki banci seperti sekarang ini. Persoalan ini oleh Rasulullah , diperkeras sekali dan digiatkan untuk memberantasnya. Sampai pun terhadap perempuan yang rambutnya gugur karena sakit misalnya, atau perempuan yang hendak menjadi pengantin untuk bermalam pertama dengan suaminya, tetap tidak boleh rambutnya itu disambung.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah : “Seorang perempuan Anshar telah kawin, dan sesungguhnya dia sakit sehingga gugurlah rambutnya, kemudian keluarganya bermaksud untuk menyambung rambutnya, tetapi sebelumnya mereka bertanya dulu kepada Nabi, maka jawab Nabi: Allah melaknat perempuan yang menyambung rambut dan yang minta disambung rambutnya.” (HR. Bukhari 5934)
Al-Khaththabi berkata: Adanya ancaman yang begitu keras dalam persoalan-persoalan ini, karena di dalamnya terkandung suatu penipuan. Oleh karena itu seandainya berhias seperti itu dibolehkan, niscaya cukup sebagai jembatan untuk bolehnya berbuat bermacam-macam penipuan. Di samping itu memang ada unsur perombakan terhadap ciptaan Allah. Ini sesuai dengan isyarat hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang mengatakan “… perempuan-perempuan yang merombak ciptaan Allah .
Yang dimaksud oleh hadis-hadis tersebut di atas, yaitu menyambung rambut dengan rambut, baik rambut yang dimaksud itu rambut asli ataupun imitasi. Dan ini pulalah yang dimaksud dengan memalsu dan mengelabui. Adapun kalau dia sambung dengan kain atau benang dan sabagainya, tidak masuk dalam larangan ini. Dan dalam hal ini Said bin Jabir pernah mengatakan: “Tidak mengapa kamu memakai benang.” (lihat Fathul Bari bab Libas )
5. Wanita yang menolak diajak bersetubuh oleh suaminya
Sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah wanita yang taat kepada suaminya karena Allah.Ia mengetahui kewajiban-kewajibannya selaku istri dan menjaga benar-benar hak-hak suami atas dirinya.Salah satu hak-hak suami atas diri istri adalah jima’ ( bersetubuh ).Dan itu adalah sesuatu yang bisa merekatkan hubungan suami istri dan merenggangkannya.
Ketika istri menolak ajakan suaminya untuk bersetubuh maka ini akan menjadi suatu masalah dalam hubungan suami istri bahkan akan menjadi suatu dosa.Padahal seorang istri harus selalu siap melayani ajakan tersebut .Diriwayatkan Dari Thalqu bin Ali, Rasulullah  bersabda: Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk berkumpul hendaknya wanita itu mendatanginya sekalipun dia berada di dapur.” (HR. Tirmidzi: 4/387; dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 2/199)
Dan seorang wanita tidak boleh berpuasa sunnah ketka suaminya ada di rumah kecuali dengan izinnya.Ini mengisyaratkan bahwa hal tersebut merupakan kewajiban seorang istri yang harus dipenuhi. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : “Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya berada di rumah, kecuali dengan izinnya.” (HR. Bukhari: 16/199)
Apabila seorang istri dalam keadaan haid atau nifas atau sakit yang sekiranya membahayakan apabila bersetubuh maka hal ini diperbolehkan atau berhak untuk menolaknya.Namun apabila tidak dalam keadaan haid,nifas atau sakit maka tidak diperbolehkan dan inilah yang mendatangkan laknat dari malaikat dan Allah. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : “Apabila suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu istri enggan sehingga suami marah pada malam harinya, malaikat melaknat sang istri sampai waktu subuh.” (HR. Bukhari: 11/14)
6. zuwwarotul Qubur ( wanita yang sering berziarah kubur )

Para ulama berselisih dalam hal ini. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan ada 5 pendapat ulama dalam masalah ini : Disunnahkan seperti laki-laki,makruh,mubah,haram dan dosa besar.( Lihat Asy Syarhul Mumti (5/380)
Ringkasnya, pendapat yang paling kuat –wallahu a’lam- adalah wanita juga diperbolehkan untuk berziarah kubur asal tidak sering-sering. Hal ini berdasarkan beberapa alasan:
Pertama: Keumuman sabda Nabi  dalam hadits  “Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah”( HR. Muslim no. 977 ) Dalam hadits ini Nabi tidak membedakan antara laki-laki dan wanita.
Kedua: Lafazh زوّارات  dalam hadits di atas menunjukkan makna wanita yang sering berziarah. Al Hafizh Ibnu Hajar menukil perkataan Imam Al Qurthubi : “Laknat dalam hadits ini ditujukan untuk para wanita yang sering berziarah karena itulah sifat yang ditunjukkan lafazh hiperbolik tersebut (yakni زوّارات )”( Lihat Fathul Baari (3/149) ),  Oleh karena itu, wanita yang sesekali berziarah tidaklah masuk dalam ancaman hadits ini.
Wallahu a’lam bishowab
Ust. Lukman Fauzi,Lc

Artikel Buletin Jum’at

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Kita telah memahami bahwa doa malaikat adalah dosa mustajab. Disamping karena mereka makhluk yang dekat dengan Allah, doa yang dipanjatkan para malaikat semuanya atas perintah dari Allah. Karena malaikat tidak pernah mendahului apa yang Allah perintahkan, sehingga mereka tidak akan melakukan sesuatu, kecuali setelah mendapat perintah dari Allah. Allah ceritakan sifat mereka dalam Al-Quran,
“Mereka (orang kafir) berkata: “Ar-Rahman telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha suci Allah. sebenarnya malaikat-malaikat itu, adalah hamba-hamba yang dimuliakan, ( ) mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya..” (QS. Al-Anbiyaa': 26 – 27)
Disamping doa baik, para malaikat juga mendoakan keburukan sebagai hukuman untuk para hamba Allah yang melanggar aturan-Nya.

Laknat Malaikat, Ciri Dosa Besar

Salah satu kaidah yang ditetapkan para ulama, bahwa diantara ciri perbuatan maksiat statusnya dosa besar adalah adanya ancaman laknat, termasuk laknat dari Malaikat.
Dalam Umdatul Qori dinyatakan,
“Ada ulama yang mengatakan bahwa dosa besar adalah semua tindakan maksiat. Ada juga yang mengatakan, dosa besar adalah semua dosa yang diancam dengan neraka, laknat, murka, atau siksa.” (Umdatul Qori, 4/485)
Hal yang sama juga disampaikan Dr. Sholeh Al-fauzan, beliau menegaskan,
Laknat hanya diberikan untuk perbuatan yang haram dan berat tingkat keharamannya. Bahkan termasuk dosa besar. Karena diantara batasan dosa besar adalah adanya ancaman laknat, murka, neraka, ancaman, atau hukuman di dunia. (Al-Muntaqa min Fatawa Al-Fauzan, 16/44)

10 Manusia yang Dilaknat Malaikat

Berikut 10 jenis manusia yang dilaknat Malaikat, semoga kita tidak termasuk salah satu diantaranya,
Pertama, orang yang mati kafir
Semua orang yang mati kafir, baik kafir asli maupun kafir pindahan, alias murtad, keluar dari agama islam. Termasuk orang yang melakukan perbuatan pembatal islam, seperti tidak pernah shalat, sekalipun dia mengaku muslim.
Allah berfirman, yang artinya,
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam Keadaan kafir, mereka itu mendapat la’nat Allah, Para Malaikat dan manusia seluruhnya. ( ) mereka kekal di dalam la’nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (QS. Al-Baqarah: 161 – 162).
Disebutkan pula dalam hadis yang menceritakan tentang perjalanan ruh setelah kematian. Ketika malaikat pencabut nyawa berada di dekat orang kafir yang akan meninggal dunia, dia memanggil ruhnya, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju laknat Allah dan murka-Nya.” Ruh itupun berlarian di jasadnya, kemudian Malaikat mencabutnya dengan paksa sebagaimana orang menarik gancu yang memiliki banyak cabang runcing di kain wol yang basah. Sehingga terputus urat darah dan ruas tulangnya. Kemudian seluruh Malaikat yang ada di antara langit dan bumi melaknatnya, demikian pula seluruh malaikat yang berada di atas langit, dan semua pintu langit ditutup untuknya… (HR. Ahmad 18614 dan dishahihkan Al-Albani dalam Ahkam Al-Janaiz).
Perbanyaklah memohon kepada Allah agar diberi kekuatan istiqamah, sehingga kita bisa meninggal di atas islam dan sunah.
Kedua, orang yang murtad
Allah tegaskan bahwa orang yang murtad, dia mendapat laknat Allah dan para malaikat-Nya. Allah berfirman, yang artinya,
Bagaimana Allah akan memberi petunjuk orang yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. Mereka itu, balasannya adalah laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat Para Malaikat dan manusia seluruhnya. (QS. Ali Imran: 86 – 87)
Diriwayatkan oleh Ikrimah dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ayat ini turun berkenaan dengan orang anshar yang murtad kemudian dia bergabung dengan kaum musyrikin. Kemudian dia kembali dan bertaubat, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerimanya dan tidak membunuhnya. Mujahid dan As-Sudi mengatakan, nama orang anshar itu adalah Al-Harits bin Suwaid. (Zadul Masir, 1/301)
Ketiga, menghina dan mencela sahabat
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mencela sahabatku, maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat, dan semua manusia.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 12541, dan dinilai hasan dalam As-Shahihah no. 2340).
Mencela sahabat statusnya berbeda dengan mencela kaum muslimin lainnya. Mencela sahabat nilainya dosa sangat besar. Merekalah murid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan generasi paling berjasa bagi umat islam. Melalui perjuangan mereka, kita bisa mengenal dan merasakan indahnya islam.
Mencela sahabat, sejatinya merupakan sikap pengingkaran terhadap firman Allah yang memuji mereka. Allah tegaskan dalam Al-Quran bahwa Dia telah meridhai kaum Muhajirin dan Anshar. Allah berfirman, yang artinya,
As-Sabiqun Awwalun (orang-orang yang terdahulu masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai …. (QS. At-Taubah: 100)
Mereka yang mencela Utsman atau Muawiyah, sejatinya telah mengingkari ayat ini. Mereka mencela, padahal Allah telah meridhai mereka.
Ibnul Mubarok (gurunya Imam Bukhari) pernah ditanya: ‘Siapakah yang lebih baik, Muawiyah ataukah Umar bin Abdul Aziz?’ Jawab Ibnul Mubarok:
‘Demi Allah, debu yang masuk di hidung Muawiyah ketika bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lebih baik dari pada 1000 Umar bin Abdul Aziz. Muawiyah shalat di belakang Nabi, ketika beliau membaca: Sami’allahu liman hamidah, Muawiyah mengucapkan: Rabbana wa lakal hamdu. Kira-kira, apa yang terjadi selanjutnya?’ (Wafayat Al-A’yan, Ibn Khalaqan, 3/33).
Muawiyah radhiyallahu ‘anhu seorang sahabat, sementara Umar bin Abdul Aziz seorang tabiin, dan tidak bisa dibandingkan.
Jika mencela sahabat dilaknat oleh Allah dan para malaikatnya, bagaimana dengan kelompok yang mengkafirkan sahabat? Laknat Allah bagi orang syiah yang mengkafirkan sahabat.
Keempat, menghalangi terlaksananya hukuman bagi pelaku kejahatan
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang membunuh dengan sengaja maka dia berhak diqishah (balas bunuh). Dan siapa yang menghalangi antara keluarga korban dengan pelaku untuk melakukan qishas maka dia mendapat laknat Allah, para malaikat, dan semua manusia. Tidak akan diterima darinya amalan wajib maupun amal sunahnya.” (Shahih, riwayat Nasai 4790 dan Ibn Majah 2635).
Beberapa praktek di pengadilan, sebagian orang menghalangi terwujudkan hukuman bagi pelaku tindak kriminal, baik dengan sogok atau karena kedudukan. Contoh konkrit yang banyak kita jumpai, beberapa aparat hukum yang melakukan tindak kriminal, lebih sulit dijerat hukum dari pada rakyat jelata. Mereka dilaknat karena mereka penghianat umat. Allahu a’lam.
Kelima, tidak menghargai jaminan keamanan yang diberikan oleh seorang muslim
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jaminan kaum muslimin itu satu. Siapa yang mengganggu jaminan keamanan kaum mukminin maka untuknya laknat Allah, para malaikat dan seluruh umat manusia.” (HR. Bukhari 1870).
Orang kafir yang masuk ke negeri muslim, mereka telah mendapatkan izin dari pemerintah muslim. Izin ini tidak lain adalah jaminan keamanan. Karena itu, siapapun tidak boleh mengganggu mereka yang telah mendapatkan izin, tanpa sebab yang dibenarkan.
Keenam, mengacung senjata kepada sesama muslim
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mengacungkan senjata kepada saudaranya sesama muslim maka para malaikat akan melaknatnya sampai dia lepaskan. Meskipun yang menjadi sasaran adalah saudaranya sebapak atau seibu.” (HR. Muslim 2616).
Islam melarang kita menakut-nakuti kaum muslimin yang lain, meskipun hanya dengan mengacungkan senjata untuk main-main. Termasuk mereka yang ngebut ketika naik kendaraan ke arah orang lain – seolah hendak menabraknya – kemudian direm mendadak di depannya.
Ketujuh, menasabkan diri kepada selain orang tuanya
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mengaku keturunan seseorang yang bukan bapaknya, maka dia mendapat laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima amal wajib dan sunahnya pada hari kiamat.” (HR. Muslim 1370).
Karena itu, anak angkat tetap wajib dinasabkan kepada ayah kandungnya. Kasus yang sulit adalah anak hasil zina. Dia terlahir tanpa ayah. Karena itu, dia harus dinasabkan ke ibunya. Jika dia dibinkan ke ayahnya, berarti mengaku keturunan orang yang bukan bapaknya.
Kedelapan, istri yang tidak mau melayani suami tanpa udzur
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila suami mengajak istrinya ke ranjang (hubungan badan) dan dia menolak, kemudian suami marah kepadanya, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR. Bukhari 3237 & Muslim 1436).
Istri boleh menolak ajakan suami jika memiliki udzur, seperti haid atau sakit.
Kesembilan, melindungi pelaku kriminal atau perbuatan bid’ah.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang melindungi muhdits maka untuknya laknat Allah, para malaikat dan seluruh umat manusia.” (HR. Muslim 1371)
Ibnul Atsir menjelaskan, kata muhdits [arab: الـمحدث] memiliki dua cara baca: muhdits dan muhdats. Jika dibaca muhdits artinya pelaku tindak kriminal. Sehingga makna hadis, “Siapa yang melindungi pelaku tindak kriminal maka untuknya laknat Allah…dst.”
Jika dibaca muhdats artinya perbuatan bid’ah, sehingga makna hadis, “Siapa yang melindungi perbuatan bid’ah maka untuknya laknat Allah…dst.” (An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits, 1/907).
Kesepuluh, bertindak dzalim di kota Madinah
Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah, siapapun yang mendzalimi penduduk Madinah atau menakuti mereka, maka jadikan dia takut. Untuknya laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 6498 dan dinilai shahih dalam shahih Targhib no. 1214).
Semoga Allah melindungi kita dari setiap penyimpangan dan dosa besar. Amiin
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits


Al-Mahruumuun, Orang-Orang yang Tidak Akan Dilihat oleh Allah Pada Hari Kiamat

Juni 26, 2014
Segala puji bagi Allah subhaanahu wata’ala semata. Shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak ada nabi setelah beliau. Amma ba’du:
Tidak ada satu kebaikan pun kecuali Islam telah menunjukkannya dan mendorong kita untuk melakukannya. Dan tidak ada sebuah kejelekan pun kecuali Islam telah memperingatkan kita dan melarang kita darinya, menjelaskan kepada kita hukuman dan akibatnya bagi pelakunya. Maka wajib bagi seorang hamba yang khawatir atas dirinya akan mendapatkan akibat yang buruk, untuk mengetahui sesuatu yang akibatnya adalah kebinasaan. Dengan demikian dia bisa meninggalkannya dan menjauhkan diri darinya, serta mengingatkan keluarga dan saudara-saudaranya agar tidak terjerumus ke dalamnya.
Nash-nash (dalil-dalil agama) telah banyak menyebutkan tentang segolongan kaum muslimin yang diancam oleh Allah subhaanahu wata’ala dengan berbagai jenis hukuman kepadanya karena melakukan sebagian maksiat. Hal itu menunjukkan kemarahan Allah subhaanahu wata’ala kepadanya, kebencian Allah subhaanahu wata’ala atas perbuatannya dan jeleknya kemaksiatan yang dia lakukan. Di antara hukuman tersebut adalah apa yang disebutkan oleh sejumlah dalil tentang segolongan orang yang tidak akan dilihat oleh Allah subhaanahu wata’ala pada hari Kiamat, dan terkadang Allah subhaanahu wata’ala menggabungkannya dengan tidak akan berbicara kepada mereka, tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.
Oleh karena itu wahai orang-orang berakal yang mendapatkan taufiq! Telah datang kepada kalian peringatan, maka wajib bagi kalian untuk mendengar dan mempelajarinya. Kemudian berhati-hatilah supaya tidak terjerumus ke dalamnya, agar tidak mendapatkan hukuman seperti tersebut di atas. Semua perbuatan itu termasuk dosa besar yang wajib bertaubat darinya. Selanjutnya berusaha dengan sekuat tenaga untuk melindungi keluarga dan saudara kalian darinya, sebagaimana firman Allah subhaanahu wata’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Tulisan ringkas berikut ini memuat penjelasan tentang mereka yang mendapatkan ancaman seperti yang tersebut di atas dan saya memberinya judul dengan “Al-Mahrumun Alladzina la Yanzhurullahu Ilaihim Yaumal Qiyamah” (Edisi Bahasa Indonesia, “Menghindari Hidup Sengsara Di Akhirat”). Saya memohon kepada Allah subhaanahu wata’ala dengan nikmat dan kemuliaanNya agar menjadikannya ikhlas untuk mencari wajahNya (ridhaNya) dan bermanfaat untuk hamba-hambaNya.
Berikut ini -wahai saudaraku muslim- penjelasan tentang dosa-dosa yang pelakunya diancam oleh Allah dengan tidak akan dilihat olehNya pada hari Kiamat, Allah subhaanahu wata’ala tidak akan berbicara kepada mereka, tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih:
1. Orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan Allah subhaanahu wata’aladari Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang murah.
Allah subhaanahu wata’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang murah, mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.” (Al-Baqarah: 174)
Mereka itu semua seperti ulama Yahudi yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah subhaanahu wata’ala dalam Taurat tentang sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Imam al-Qurthubi berkata, “Ayat ini sekalipun diturunkan untuk ulama-ulama Yahudi, tetapi mencakup juga orang-orang Islam yang menyembunyikan kebenaran dengan senang hati untuk mendapatkan harta dunia.
Allah subhaanahu wata’ala juga memberitahukan bahwasanya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan oleh Allah subhaanahu wata’ala berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, maka akan mendapatkan laknat, sebagaimana firmanNya,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (Al-Baqarah: 159)
Imam al-Qurthubi ketika menafsirkan firman Allah subhaanahu wata’ala,
وَلَا تَشْتَرُوا بِآَيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ
“Dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayatKu dengan harga yang rendah dan hanya kepadaKu-lah kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 41)
Beliau berkata, “Ayat ini sekalipun khusus untuk Bani Israil, namun mencakup juga orang-orang yang melakukan perbuatan mereka. Barangsiapa menerima risywah (suap) agar mengubah kebenaran atau membatalkannya, atau enggan mengajarkan apa yang wajib dia ajarkan, atau dia tidak menyampaikan ilmu yang wajib ia sampaikan kecuali jika dia mendapatkan upah, maka dia telah termasuk ke dalam ayat ini.
Imam Abu Daud telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللّٰهِ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya untuk mendapatkan ridha Allah, dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan harta dunia, maka dia tidak akan mendapatkan aroma surga.” (HR. Abu Daud).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seandainya bukan karena satu ayat di dalam al-Qur’an, niscaya saya tidak akan menyampaikan sebuah hadits kepada seorang pun, ayat tersebut ialah,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى …
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk… “ (Al-Baqarah: 159). (Muttafaq ‘alaih).
2. Orang-orang yang menukar janji (nya kepada) Allah subhaanahu wata’ala dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah.
Firman Allah subhaanahu wata’ala,
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya kepada) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih.” (Ali ‘Imran: 77)
Imam Ibnu Katsir berkata, “Allah subhaanahu wata’ala berfirman bahwasanya orang-orang yang menukar janjinya kepada Allah subhaanahu wata’ala (janji untuk mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menyebutkan sifat beliau kepada orang lain dan menjelaskan ajarannya-) dan sumpah-sumpah mereka yang dusta dan dosa dengan harga yang murah dan hina yaitu harta dunia yang fana dan segera hilang ini, maka mereka itu tidak mendapat kebahagian (pahala) di akhirat, dan Allah subhaanahu wata’ala tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat. Yaitu dengan rahmat dari Allah subhaanahu wata’ala kepada mereka, tidak berbicara kepada mereka dengan pembicaraan yang lemah lembut, dan juga tidak melihat mereka dengan pandangan rahmat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka yaitu membersihkan mereka dari dosa dan kesalahan bahkan Allah subhaanahu wata’ala akan memerintahkan untuk melemparkan mereka ke dalam neraka.
Ayat ini menjelaskan haramnya seseorang bersumpah dusta dengan nama Allah subhaanahu wata’ala untuk mendapatkan harta dunia yang hina ini, yaitu apa yang dinamakan oleh ulama dengan al-yamin al-ghamus (sumpah palsu yang menenggelamkan pelakunya ke dalam dosa dan ke dalam api neraka, -pent). Hal itu dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِيْنٍ وَهُوَ فِيهَا فَاجِرٌ لِيَقْتَطِعَ بِهَا مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَقِيَ اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ.
“Barangsiapa bersumpah dengan sumpah yang di dalamnya ada kedustaan untuk mengambil harta seorang muslim, maka dia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya. “
Al-Asy’ats bin Qais berkata, “Demi Allah subhaanahu wata’ala, ayat itu turun pada diriku. Antara Aku dan seorang Yahudi terjadi sengketa tentang sebidang tanah yang dia ambil dariku. Aku mengadukannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bersabda kepadaku, “Apakah kamu memiliki bukti (kepemilikan)? Saya menjawab, “Tidak.” Beliau kemudian bersabda kepada orang Yahudi tersebut, “Bersumpahlah!” Saya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apabila dia bersumpah, maka hilanglah hartaku. Maka Allah subhaanahu wata’ala menurunkan firman-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya kepada) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih.” (Ali ‘Imran: 77). (HR. Muttafaq ‘alaih).
Sumpah dusta seperti ini dinamakan al-yamin al-ghamus karena akan menenggelamkan pelakunya ke dalam dosa dan kelak akan menenggelamkannya ke neraka, na’uzubillah.
3. Musbil (orang yang memanjangkan kainnya melewati mata kaki).
4. Orang yang menjual hartanya dengan sumpah palsu (dusta).
5. Orang yang menyebut-nyebut pemberiannya.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ مَنْ هُمْ؟ خَابُوا وَخَسِرُوا قَالَ: فَأَعَادَهُ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. قَالَ: الْمُسْبِلُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ أَوْ الْفَاجِرِ وَالْمَنَّانُ.
“Tiga golongan yang Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka, tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih. Saya (Abu Dzar) bertanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah? Alangkah pailit dan ruginya mereka! Rasulullah mengulang-ulangi perkataan tersebut tiga kali. Beliau bersabda, “Musbil (orang yang memanjangkan kainnya melewati mata kaki), orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu (dusta) dan orang yang menyebut-nyebut pemberiannya. “ (HR. Muslim)
Musbil adalah orang yang memanjangkan kain dan bajunya sehingga melewati kedua mata kaki. Jika dia memanjangkannya karena sombong dan angkuh, maka dia berhak mendapatkan ancaman tersebut. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
لاَ يَنْظُرُ اللّٰهُ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا.
“Allah tidak akan memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya (melebihi kedua mata kaki) dengan sombong.” (Muttafaq ‘alaih).
Adapun jika memanjangkan kainnya bukan untuk tujuan menyombongkan diri, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ مِنَ اْلإِزَارِ فَفِي النَّارِ.
“Kain yang berada di bawah kedua mata kaki tempatnya di neraka.” (HR. al-Bukhari).
Dengan demikian telah disinkronkan antara semua hadits tentang isbal, wallahu a’lam.
Sebaliknya wanita dianjurkan secara ijma’ untuk memanjangkan kainnya agar bisa menutupi (auratnya). Itulah sebabnya ketika Ummu Salamah mendengar larangan di atas (memanjangkan kain melebihi mata kaki) beliau bertanya, “Bagaimana yang diperbuat oleh wanita dengan ujung kainnya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Dia memanjangkannya sejengkal.” Ummu Salamah bertanya, “Apabila masih terlihat tumit-tumitnya? Beliau bersabda, “Hendaknya memanjangkannya sehasta dan jangan lebih dari itu.” (HR. an-Nasa’i dan at-Tirmidzi).
Adapun orang yang menjual hartanya dengan sumpah palsu (dusta), maka dia adalah seorang yang meremehkan Allah subhaanahu wata’ala sehingga berani menawarkan hartanya kepada orang lain dengan berdusta kepada mereka, dia menguatkan kedustaannya dengan sumpah, dia berani dan tidak takut kepada keagungan Allah subhaanahu wata’ala. Dari Abdullah bin Abu Aufa bahwasanya seorang lelaki menawarkan dagangannya di pasar, dia bersumpah dengan nama Allah subhaanahu wata’ala bahwasanya dia telah menawarkan dagangannya itu dengan penawaran yang tidak pernah diberikan kepadanya, agar seorang muslim tertarik kepada dagangannya, maka turunlah ayat ini,
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah.” (Ali ‘Imran: 77). (HR. al-Bukhari).
Disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu’,
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ ولا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ …ثُمَّ قَالَ : وَرَجُلٌ بَايَعَ رَجُلاً بِسِلْعَتِهِ بَعْدَ الْعَصْرِ فَحَلَفَ بِاللّٰهِ لأَخَذَهَا بِكَذَا وَكَذَا فَصَدَّقَهُ فَأَخَذَهَا وَهُوَ عَلىَ غَيْرِ ذٰلِكَ.
“Tiga golongan yang Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih. Kemudian beliau bersabda, “Dan seorang yang menjual barangnya kepada orang lain setelah shalat Ashar dan dia bersumpah kepada Allah bahwa dia membelinya dengan ini dan ini. Orang itu membenarkannya padahal dia tidak seperti yang dikatakannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Dikhususkannya waktu setelah shalat Ashar karena mulianya (waktu tersebut) dan saat diangkatnya perbuatan (kepada Allah subhaanahu wata’ala), dan merupakan waktu berkumpulnya malaikat malam dan siang dan lainnya. Dikatakan juga karena waktu tersebut merupakan kebiasaan mereka untuk mengajukan pengaduan mereka (kepada hakim) dan mereka bersumpah di sisinya, wallahu a’lam.
Mannan, yaitu orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya. Al-Mannu disebutkan oleh Imam al-Qurthubi adalah menyebut-nyebut nikmat untuk maksud menghitung-hitungnya dan menyakiti si penerima, misalnya dia berkata, “Saya telah berbuat baik kepadamu, saya telah mengangkat hidupmu dan yang serupa dengannya.”
Sebagian ulama berkata, “al-Mannu adalah menceritakan apa yang telah diberikan sehingga cerita tersebut sampai kepada yang menerimanya sehingga menyakiti hatinya.” Menyebut-nyebut pemberian termasuk dosa besar. Dari Abu Umamah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يَقْبَلُ اللّٰهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفاً، وَلا عَدْلاً: عَاقٌّ، وَمَنَّانٌ، وَمُكَذِّبٌ بِالقَدَرٍ.
“Tiga golongan yang tidak diterima oleh Allah pada hari Kiamat tebusan dan bayarannya; Orang yang durhaka (kepada kedua orang tua), orang yang menyebut-nyebut pemberiannya dan orang yang mendustakan takdir.” (HR. ath-Thabrani dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani).
Menyebut-nyebut pemberian termasuk sifat yang tercela pada seorang hamba, karena biasanya sifat tersebut tidak terjadi kecuali karena bakhil, sombong, ujub dan lupa akan nikmat Allah subhaanahu wata’ala. Allah subhaanahu wata’ala menjelaskan bahwasanya menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti hati penerimanya akan membatalkan pahala sedekah sebagaimana orang yang bersedekah karena riya’, Allah subhaanahu wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia.” (Al-Baqarah: 264)
6. Orang yang menghalangi seorang musafir dari kelebihan airnya.
7. Orang yang membai’at pemimpin karena dunia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ولاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ رَجُلٌ عَلَى فَضْلِ مَاءٍ بِفَلاَةٍ يَمْنَعُهُ ابْنَ السَّبِيلِ يَقُولُ اللّٰه لَهُ: اليَوْمَ أَمْنَعُكَ فَضْلِي كَمَا مَنَعْتَ فَضْلَ مَا لَمْ تَعْمَلْ يَدُكَ، وَرَجُلٌ بَايَعَ رَجُلا بِسِلْعَتِهِ بَعْدَ الْعَصْرِ فَحَلَفَ بِاللّٰهِ لأَخَذَهَا بِكَذَا وَكَذَا فَصَدَّقَهُ فَأَخَذَهَا وَهُوَ عَلىَ غَيْرِ ذٰلِكَ وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًا لاَ يُبَايِعُهُ إِلاَّ لِلدُنْيَا فَإِنْ أَعْطَاهُ مِنْهَا مَا يُرِيدُ وَفَّى لَهُ وَإِلاَّ لَمْ يُعْطِهِ لَمْ يَفِ.
“Tiga golongan yang Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka, tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih; (1) Seorang lelaki yang memiliki kelebihan air di tengah padang tandus yang tak berpenghuni namun menghalangi musafir untuk memanfaatkannya, Allah berfirman kepadanya, “Sekarang Aku akan menghalangi kamu dari karunia-Ku, sebagaimana kamu telah melarang kelebihan yang bukan dihasilkan oleh tanganmu (air).(2) Seorang lelaki yang menjual barangnya kepada orang yang lain setelah shalat Ashar dan dia bersumpah dengan nama Allah bahwa dia membelinya dengan ini dan ini. Orang itu membenarkannya, padahal dia tidak seperti yang dikatakannya. (3) Dan seorang yang membai’at pemimpin. Dia tidak membai’atnya kecuali karena dunia. Jika dia diberi (harta dunia), maka dia memenuhinya. Dan apabila tidak diberi, maka dia tidak memenuhinya.” (Muttafaq ‘alaih)
Orang yang memiliki kelebihan air di tengah padang sahara yang tandus dan tak berpenghuni namun melarang musafir (untuk memanfaatkannya) adalah seorang yang dzalim dan ingkar dengan nikmat Allah subhaanahu wata’ala, hatinya keras dan tidak memiliki kasih sayang. Allah subhaanahu wata’ala mengganjarnya dengan ganjaran yang setimpal dengan perbuatannya. Allah subhaanahu wata’ala menghalanginya dari karuniaNya pada saat ia sangat butuh kepada karunia dan kasih sayangNya.
Adapun orang yang membai’at pemimpin supaya dia mendapat harta dunia, maka dia menggantungkan bai’atnya kepada pemberian dan kemurahan pemimpin, tanpa memperhatikan landasan bai’at yang agung seperti kewajiban mendengar dan taat, memberi nasihat dan pertolongan, amar ma’ruf dan nahi mungkar. Dia menipu pemimpin kaum muslimin dan rakyatnya. Maka dia telah mendapatkan kerugian yang sangat besar. Dia akan masuk ke dalam ancaman yang telah disebutkan, apabila Allah subhaanahu wata’ala tidak mengampuninya. Hadits ini juga menunjukkan bahwa setiap perbuatan yang bukan karena Allah subhaanahu wata’ala, tetapi karena harta dunia, maka amal tersebut rusak dan pelakunya berdosa.
8. Orang Tua yang Berzina
9. Raja Yang Pendusta
10. Orang Miskin Yang Sombong
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ.
“Tiga golongan yang Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka, tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih; Orang tua yang yang berzina, raja yang pendusta dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim).
Adapun sebab dikhususkannya mereka dengan hukuman tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh al-Qadhi ‘Iyadh, “Karena mereka yang melakukan maksiat tersebut sangat tidak layak dengannya, tidak ada alasan mendasar untuk melakukannya dan sangat lemah motivasi mereka, walaupun tidak seorangpun memiliki udzur (alasan) untuk melakukan dosa, namun ketika tidak ada alasan yang mendesak untuk melakukan maksiat ini dan tidak ada dorongan kuat seperti biasanya, maka melakukannya lebih dekat kepada tindakan penentangan dan penyepelean terhadap hak Allah subhaanahu wata’ala. Dia bermaksud untuk bermaksiat kepadaNya bukan untuk yang lainnya.
11. Orang yang banyak bersumpah ketika jual beli; baik dia benar atau dusta.
Dari Salman al-Farisi bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يَنْظُرُ اللّٰهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ : أُشَيْمِطٌ زَانٍ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ وَرَجُلٌ جَعَلَ اللّٰهَ بِضَاعَتَهُ لاَ يَشْتَرِي إِلاَّ بِيَمِيْنِهِ وَ لاَ يَبِيْعُ إِلاَّ بِيَمِيْنِهِ.
“Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih; Orang tua yang berzina, orang miskin yang sombong, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, dia tidak menjual kecuali dengan bersumpah dengan nama Allah dan tidak membeli kecuali dengan bersumpah dengan nama Allah.” (HR. ath-Thabrani dan al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَرْبَعَةٌ يُبْغِضُهُمُ اللهُ تَعَالَى: الْبَيَّاعُ الْحَلاَّفُ، وَالْفَقِيْرُ الْمُخْتَالُ وَالشَّيْخُ الزَّانِي وَاْلإِمَامُ الْجَائِرُ.
“Empat golongan yang dibenci oleh Allah; penjual yang banyak bersumpah, orang fakir yang sombong, orang tua yang berzina dan pemimpin yang dzalim.” (HR. an-Nasa’i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Tidak diragukan lagi bahwasanya banyak mengucapkan sumpah dengan lisan dalam semua urusan kecil atau besar, sesuai atau tidak, akan membiasakan seseorang meremehkan nama Allah subhaanahu wata’ala yang agung dan berani untuk melanggar kehormatan Dzat yang dia bersumpah denganNya. Para ulama Salaf melarang anak-anak mereka untuk banyak bersumpah. Ibrahim an-Nakha’i berkata, “Mereka (para orang tua) memukul kami (anak-anaknya) apabila memberikan persaksian dan perjanjian.”
Allah subhaanahu wata’ala mencela seseorang (yang banyak bersumpah) sebagaimana firmanNya,
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina.” (Al-Qalam: 10)
Allah subhaanahu wata’ala mensifati mereka yang banyak bersumpah dalam konteks celaan, penghinaan dan agar orang lain menjauhkan diri dari perbuatan mereka.
12. Orang yang durhaka kepada kedua orang tua.
13. Wanita yang menyerupai pria.
14. Dayyuts.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاثَةٌ لا يَنْظُرُ اللّٰهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: العَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ الْمُتَشَبِّهَةُ بِالرِّجَالِ وَالدَّيُوْثُ، وَثَلاَثَةٌ لاَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ: العَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَمُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْمَنَّانُ بِمَا أَعْطَى.
“Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tua, wanita yang berprilaku seperti laki-laki dan menyerupainya dan dayyuts. Tiga golongan yang tidak akan masuk Surga: Orang yang durhaka kepada kedua orang tua, orang yang kecanduan dengan khamar dan orang yang menyebut-nyebut apa yang telah diberikannya.” (HR. Ahmad dan an-Nasa’i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Orang yang durhaka kepada kedua orang tua, maka sudah jelas dosanya. Sesungguhnya Allah subhaanahu wata’ala telah mengagungkan hak kedua orang tua dan menyejajarkan hak keduanya dengan hakNya. Allah subhaanahu wata’ala memerintahkan untuk berbuat baik kepada keduanya sekali pun keduanya kafir. Telah banyak hadits yang menguatkan hak keduanya dan menjelaskan bahwa durhaka kepada keduanya termasuk dosa besar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ: اْلإِشْرَاكُ بِاللّٰهِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ .
Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah, membunuh jiwa, durhaka kepada kedua orang tua dan persaksian yang dusta.” (HR. al-Bukhari).
Wanita yang berprilaku seperti laki-laki maksudnya adalah wanita yang menyerupai laki-laki dengan sengaja, baik dengan menyerupai pakaiannya, sifatnya, perilakunya ataupun suaranya.
لَعَنَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ.
Rasulullah telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki“. (HR. al-Bukhari).
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ.
Rasulullah telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki“. (HR. al-Bukhari).
Tidak diragukan lagi bahwasanya wanita yang berperilaku laki-laki dan menyerupainya telah membalik fithrahnya, menentang takdir Tuhannya, menyelisihi agamanya, merusak tatanan masyarakatnya dan menyebabkan terjadinya ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita) serta tersebarnya kriminalitas. (Hanya kepada Allah subhaanahu wata’ala kita memohon pertolongan).
Adapun dayyuts maksudnya adalah orang yang membiarkan kemaksiatan terjadi pada keluarganya. Dia tidak cemburu dengan kehormatan keluarganya, tidak memiliki kepribadian yang baik, tidak jantan, lemah akal dan kurang agamanya. Dia rela untuk menyamai dirinya dengan babi yang tidak memperdulikan kehormatannya, orang seperti ini maka ditolak persaksiannya dan berhak mendapatkan ta’zir (hukuman) untuk menghentikannya dari perbuatannya yang keji. Hendaklah berhati-hati orang yang telah menyiapkan untuk keluarganya dan orang-orang yang berada dalam pengasuhannya sebab-sebab kemaksiatan seperti mengajak mereka pergi ke negara kafir atau menonton tayangan parabola yang bisa membangkitkan nafsu dan mengobarkan syahwat, hendaklah mereka mawas diri agar tidak menjadi orang-orang yang mendapatkan ancaman besar yang telah disebutkan sebelumnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يَدْخُلُوْنَ الجَنَّةَ أبَدًا: الدَيُّوْثُ وَالرَجُلَةُ مِنَ النِّسَاءِ وَمُدْمِنُ الْخَمْرِ، قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ أمَّا مُدْمِنُ الْخَمْرِ فَقَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا الدَّيُّوْثُ؟ قَالَ: الَّذِي لاَ يُبَالِي مَنْ دَخَلَ عَلَى اَهْلِهِ، قِيْلَ فَمَا الرَّجُلَةُ مِنَ النِّسَاءِ؟ قَالَ : الَّتِي تَشَبَّهُ بِالرِّجَالِ.
“Tiga golongan yang tidak akan masuk Surga selamanya; Dayyuts, kaum laki-laki dari kalangan wanita dan orang yang kecanduan khamar. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, adapun orang yang kecanduan khamar sudah kami ketahui, namun siapakah dayyuts itu? Rasulullah menjawab, “Orang yang tidak memperdulikan siapa yang masuk menemui istrinya.” Mereka bertanya, “Siapakah kaum laki-laki dari kalangan wanita? Beliau bersabda, “Yaitu wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
15. Orang yang menyetubuhi istrinya di duburnya.
Dari Abdullah bin Abbas bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يَنْظُرُ اللّٰهُ إِلَى رَجُلٍ أَتَى رَجُلاً أَوِ امْرَأَةً فِي الدُّبُرِ.
“Allah tidak akan melihat kepada laki-laki yang menggauli laki-laki atau perempuan pada duburnya.” (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَلْعُوْنٌ مَنْ أَتَى امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا.
“Terlaknat orang yang menggauli wanita pada duburnya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).
Ibnul Qayyim berkata, “Adapun menggauli wanita [isteri] pada dubur, maka tidak ada seorang nabi pun yang pernah membolehkannya. Orang yang menisbahkan pendapat yang membolehkan menggauli istri pada duburnya kepada sebagian ulama Salaf, maka dia telah keliru. Apabila Allah subhaanahu wata’ala telah mengharamkan menggauli wanita di kemaluannya karena haid (gangguan yang tidak permanen), maka bagaimana kiranya menggauli di dubur yang merupakan tempat kotoran yang bersifat selamanya. Ditambah lagi kerusakan lain, yaitu terputusnya keturunan dan dekatnya dubur seorang perempuan dengan dubur seorang bayi” (Lihat, Zadul Ma’ad, 4/262).
Beliau kemudian menyebutkan kemudharatannya yang besar dan banyak baik dari segi agama, kejiwaan dan sosial kemasyarakatan. Bagi yang ingin menambah pengetahuannya tentang hal tersebut, hendaklah merujuk ke kitab beliau.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tiga golongan yang Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka …dst (al-Hadits) bukan menghendaki penyempitan makna. Sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama`. Begitu juga halnya dengan semua bilangan seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tujuh golongan orang yang akan dinaungi oleh Allah dengan naunganNya.” Karena telah disebutkan dalam hadits yang lain tambahan dari bilangan ini.
Semoga Allah subhaanahu wata’ala memberikan shalawat dan salamNya kepada Nabi kita Muhammad beserta seluruh keluarga dan sahabat beliau.

Tiada ulasan: