Rabu, 1 September 2010

CIUM TANGAN

Anjuran Agama: Mencium Tangan Guru Semasa Bersalaman

Mencium tangan adalah adat yang banyak dilakukan oleh berbagai bangsa. Bukan hanya kebiasaan bangsa Indonesia saja. Bangsa Arab, India, dan lainnya, juga sering kita dapati melakukan cium tangan.

Bahkan di masa lalu, orang-orang di belahan Barat biasa mencium tangan wanita yang dalam adat istiadat mereka, tindakan itu merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan buat para wanita. Selain juga harus membuka topi. Bertemu wanita tanpa mencium tangan dan membuka topi, dianggap sebagai sikap kurang ajar.

Amalan mencium tangan ini merupakan lambang penghormatan, kepatuhan dan kadang-kadang pengabdian seseorang kepada orang yang disegani atau dihormati atau ditakuti. Kadang-kadang ada juga diselitkan dengan niat yang tertentu.

Hadis-hadis Tentang Cium Tangan

Sebenarnya kalau kita telusuri lebih dalam, kita akan menemukan banyak hadis yang darjatnya boleh diterima, di mana hadis-hadis itu menceritakan amalan mencium tangan para sahabat kepada Rasulullah SAW, bahkan bukan hanya cium tangan tapi juga termasuk cium kaki.

Selain itu, saya juga menemukan riwayat yang menyebutkan adanya amalan cium tangan bukan hanya kepada Rasulullah SAW, tetapi juga kepada para sahabat dan juga para salafushshalih.

Di antara hadis-hadis itu antara lain :

عن الزارع العبدي وكان من وفد عبد قيس قال: لما قدمنا المدينة، فجعلنا نتبادر من رواحلنا فنقبل يد النبي صلى الله عليه وسلم ورجله

Dari Az-Zair’ Al-Abdi yang termasuk utusan dari Abdi Qais berkata,”Ketika kami tiba di Madinah, kami cepat memburu Nabi SAW dan kami cium tangan dan kaki beliau SAW (HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi)

Status kekuatan hadis ini oleh Al-Albani disebutkan sebagai hadis hasan. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani meriwayatkan dengan sanad yang jayiid. Sedangkan Abu Daud memasukkannya sebagai hadis shahih. Lihat Sunan Abu Daud jilid 4 halaman 375, As-Sunan Al-Kubra lil Baihaqi jilid 7 halaman 102 dan Fathul Bari lilbni Hajar jilid 11 halaman 57.

عن أسامة بن شريك قال: قمنا إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقبلنا يده

Dari Usamah bin Syuraik berkata,”Kami berdiri untuk Nabi SAW dan kami mencium tangan beliau.

Alhafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid 11 halaman 57 menyebutkan bahawa sanadnya kuat.

عن جابر أن عمر قام إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقبل يده

Dari Jabir bahwa Umar bin Al-Khattab radhiyallahu anhu berdiri dan mencium tangan Nabi SAW. (HR. Ahmad)

Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini di dalam Al-Wara’ jilid 1 halaman 144. Dan Alhafidz Ibnu Hajar menyebutkan bahwa sanad hadits ini jayyid.

عن صفوان بن عسال أن يهوديا قال لصاحبه: اذهب بنا إلى هذا النبي صلى الله عليه وسلم .قال: فقبلا يده وقاى الله عليه لا: نشهد أنك نبي الله صلوسلم

Dari Shafwan bin ‘Assal radhiyallahu ‘anhu bahwa seorang yahudi berkata kepada temannya,”Ayo kita datangi nabi ini (Muhammad SAW)”. Kedua yahudi itu lalu mencium tangan beliau dan berkata,”Kami bersaksi bahwa engkau adalah Nabiyullah SAW”. (HR. At-Tirmizy)

Alhafidz Ibnu Hajar dalam Talkhishul Habir jilid 4 halaman 93 menyebutkan bahwa sanadnya kuat.

عن هود بن عبد الله بن سعد قال:سمعت مزيدة العبدي يقول: وفدنا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فنزلت إليه فقبلت يده.

Dari Hud bin Abdillah bin Saad berkata,”Aku mendengar Mazid Al-Abdi berkata,”Kami menjadi tamu Rasulullah SAW, dan Aku menemuinya dan aku cium tangannya. (HR Bukhari dalam Al-Adab)

Disebutkan bahwa Kaab bin Malik dan dua orang temannya mencium tangan Nabi SAW tatkala taubat mereka diterima lantaran melakukan ‘desersi’ saat perang.

Mencium tangan para ulama dan pendidik (guru) merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan agama. Karena perbuatan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada mereka. Dalam sebuah hadits dijelaskan:

عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد


Dari Zari ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW. (HR Abu Dawud)

Atas dasar hadits ini, para ulama mensunnahkan mencium tangan guru, ulama, orang shalih serta orang-orang yang kita hormati (termasuk orang yang lebih tua daripada kita).

Tiada ulasan: