20 January 2013 ·
5 Syarat Taubat Nasuha
Bila seseorang bertaubat dari apapun bentuk riddah (keluar dari Islam) yang dilakukannya dan taubatnya itu adalah Taubat Nashuha (taubat yang sebenar- benarnya) serta telah memenuhi 5 (lima) persyaratan, maka Allah akan menerima taubatnya. Lima syarat yang dimaksud adalah:
PERTAMA
Taubatnya tersebut dilakukannya dengan ikhlas semata karena Allah. Jadi, faktor yang mendorongnya untuk bertaubat, bukanlah karena riya’, nama baik (prestise), takut kepada makhluk ataupun mengharap suatu urusan duniawi yang ingin diraihnya. Bila dia telah berbuat ikhlas dalam taubatnya kepada Allah dan faktor yang mendorongnya adalah ketaqwaan kepada-Nya, takut akan siksaanNya serta mengharap pahalaNya, maka berarti dia telah berbuat ikhlas dalam hal tersebut.
KEDUA
Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan. Yakni, seseorang mendapati dirinya sangat menyesal dan bersedih atas perbuatan yang telah lalu tersebut serta memandangnya sebagai perkara besar yang wajib baginya untuk melepaskan diri darinya.
KETIGA
Berhenti total dari dosa tersebut dan keinginan untuk terus melakukannya. Bila dosanya tersebut berupa tindakannya meninggalkan hal yang wajib, maka setelah taubat dia harus melakukannya dan berusaha semaksimal mungkin untuk membayarnya. Dan jika dosanya tersebut berupa tindakannya melakukan sesuatu yang diharamkan, maka dia harus cepat berhenti total dan menjauhinya. Termasuk juga, bila dosa yang dilakukan terkait dengan makhluk, maka dia harus memberikan hak-hak mereka tersebut atau meminta dihalalkan darinya.
KEEMPAT
Bertekad untuk tidak lagi mengulanginya di masa yang akan datang. Yakni, di dalam hatinya harus tertanam tekad yang bulat untuk tidak lagi mengulangi perbuatan maksiat yang dia telah bertaubat darinya.
KELIMA
Taubat tersebut hendaklah terjadi pada waktu yang diperkenankan. Jika terjadi setelah lewat waktu yang diperkenankan tersebut, maka ia tidak diterima. Lewatnya waktu yang diperkenankan tersebut dapat bersifat umum dan dapat pula bersifat khusus. Waktu yang bersifat umum adalah saat matahari terbit dari arah terbenamnya. Maka, bertaubat setelah matahari terbit dari arah terbenamnya tidak dapat diterima.
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : (Atau) kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. ” [Al-An'am:158].
Sedangkan waktu yang bersifat khusus adalah saat ajal menjelang. Maka, bila ajal telah menjelang, maka tidak ada gunanya lagi bertaubat. Hal ini berdasarkan firman Allah. “Artinya : Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang’, Dan tidak (pula diterima taubat) orang- orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. “[An-Nisa':18].
Saya tegaskan kembali, sesungguhnya bila seseorang bertaubat dari dosa apa saja sekalipun berupa caci- maki terhadap agama, maka taubatnya diterima bilamana memenuhi persyaratan yang telah kami singgung tadi. Akan tetapi perlu dia ketahui bahwa suatu ucapan bisa jadi dinilai sebagai kekufuran dan riddah, akan tetapi orang yang mengucapkannya bisa jadi tidak divonis kafir karenanya dengan adanya salah satu penghalang yang menghalangi dari memberikan vonis kafir tersebut terhadapnya. Dan terhadap orang yang menyebutkan bahwa dirinya telah mencaci-maki agamanya tersebut dalam kondisi emosi, kami katakan, “Jika emosi anda demikian meledak sehingga anda tidak sadar lagi apa yang telah diucapkan, anda tidak sadar lagi di mana diri anda saat itu; di langit atau masih di bumi dan anda telah mengucapkan suatu ucapan yang tidak anda ingat dan tidak anda ketahui, maka ucapan seperti ini tidak dapat dijatuhkan hukum atasnya. Dengan begitu, tidak dapat dijatuhkan vonis riddah terhadap diri anda karena apa yang anda ucapkan adalah ucapan yang terjadi di bawah sadar (tidak diinginkan dan dimaksudkan demikian). Dan, setiap ucapan yang terjadi di bawah sadar seperti itu, maka Allah tidak akan menghukum anda atasnya. Dalam hal ini, Dia berfirman mengenai sumpah- sumpah tersebut. “Artinya : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja. ” [al-Ma'idah:89]
Bila orang yang mengucapkan ucapan kekufuran ini dalam kondisi emosionil yang teramat sangat (meledak-ledak) sehingga dia tidak sadar apa yang diucapkan dan tidak tahu apa yang telah keluar dari mulutnya, maka tidak dapat dijatuhkan hukum atas ucapannya tersebut. Dengan begitu, dia juga tidak dapat dijatuhi vonis riddah. Manakala tidak dapat dijatuhkan vonis riddah terhadapnya, maka pernikahannya dengan isterinya tidak (secara otomatis) menjadi batal (fasakh). Artinya, dia tetap menjadi isterinya yang sah akan tetapi semestinya bila seseorang merasakan dirinya tersulut emosi, maka cepat-cepatlah memadamkan emosinya ini. Yaitu dengan cara yang telah diwasiatkan Nabi Saw saat ada seorang laki-laki bertanya kepadanya sembari berkata, “Wahai Rasulullah, berilah wasiat (nasehat) kepadaku!.” Lalu beliau menjawab, “Janganlah kamu marah. ” Lantas orang itu berkali- kali mengulangi lagi pertanyaan itu dan beliaupun tetap menjawab, ”Janganlah kamu emosi. “ Hendaknya dia dapat menstabilkan kondisi dirinya dan meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."Bila dia ketika itu sedang berdiri, maka hendaklah duduk; bila dia sedang duduk, maka hendaklah berbaring; dan bila emosinya benar-benar meledak, maka hendaklah dia berwudhu.
Melakukan hal-hal seperti ini dapat menghilangkan emosi dari dirinya. Alangkah banyak orang yang menyesal dengan suatu penyesalan yang besar karena telah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang ada di dalam emosinya tersebut akan tetapi (sangat disayangkan) hal itu setelah waktunya sudah terlewati (alias nasi telah menjadi bubur).
Bila seseorang bertaubat dari apapun bentuk riddah (keluar dari Islam) yang dilakukannya dan taubatnya itu adalah Taubat Nashuha (taubat yang sebenar- benarnya) serta telah memenuhi 5 (lima) persyaratan, maka Allah akan menerima taubatnya. Lima syarat yang dimaksud adalah:
PERTAMA
Taubatnya tersebut dilakukannya dengan ikhlas semata karena Allah. Jadi, faktor yang mendorongnya untuk bertaubat, bukanlah karena riya’, nama baik (prestise), takut kepada makhluk ataupun mengharap suatu urusan duniawi yang ingin diraihnya. Bila dia telah berbuat ikhlas dalam taubatnya kepada Allah dan faktor yang mendorongnya adalah ketaqwaan kepada-Nya, takut akan siksaanNya serta mengharap pahalaNya, maka berarti dia telah berbuat ikhlas dalam hal tersebut.
KEDUA
Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan. Yakni, seseorang mendapati dirinya sangat menyesal dan bersedih atas perbuatan yang telah lalu tersebut serta memandangnya sebagai perkara besar yang wajib baginya untuk melepaskan diri darinya.
KETIGA
Berhenti total dari dosa tersebut dan keinginan untuk terus melakukannya. Bila dosanya tersebut berupa tindakannya meninggalkan hal yang wajib, maka setelah taubat dia harus melakukannya dan berusaha semaksimal mungkin untuk membayarnya. Dan jika dosanya tersebut berupa tindakannya melakukan sesuatu yang diharamkan, maka dia harus cepat berhenti total dan menjauhinya. Termasuk juga, bila dosa yang dilakukan terkait dengan makhluk, maka dia harus memberikan hak-hak mereka tersebut atau meminta dihalalkan darinya.
KEEMPAT
Bertekad untuk tidak lagi mengulanginya di masa yang akan datang. Yakni, di dalam hatinya harus tertanam tekad yang bulat untuk tidak lagi mengulangi perbuatan maksiat yang dia telah bertaubat darinya.
KELIMA
Taubat tersebut hendaklah terjadi pada waktu yang diperkenankan. Jika terjadi setelah lewat waktu yang diperkenankan tersebut, maka ia tidak diterima. Lewatnya waktu yang diperkenankan tersebut dapat bersifat umum dan dapat pula bersifat khusus. Waktu yang bersifat umum adalah saat matahari terbit dari arah terbenamnya. Maka, bertaubat setelah matahari terbit dari arah terbenamnya tidak dapat diterima.
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Artinya : (Atau) kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. ” [Al-An'am:158].
Sedangkan waktu yang bersifat khusus adalah saat ajal menjelang. Maka, bila ajal telah menjelang, maka tidak ada gunanya lagi bertaubat. Hal ini berdasarkan firman Allah. “Artinya : Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang’, Dan tidak (pula diterima taubat) orang- orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. “[An-Nisa':18].
Saya tegaskan kembali, sesungguhnya bila seseorang bertaubat dari dosa apa saja sekalipun berupa caci- maki terhadap agama, maka taubatnya diterima bilamana memenuhi persyaratan yang telah kami singgung tadi. Akan tetapi perlu dia ketahui bahwa suatu ucapan bisa jadi dinilai sebagai kekufuran dan riddah, akan tetapi orang yang mengucapkannya bisa jadi tidak divonis kafir karenanya dengan adanya salah satu penghalang yang menghalangi dari memberikan vonis kafir tersebut terhadapnya. Dan terhadap orang yang menyebutkan bahwa dirinya telah mencaci-maki agamanya tersebut dalam kondisi emosi, kami katakan, “Jika emosi anda demikian meledak sehingga anda tidak sadar lagi apa yang telah diucapkan, anda tidak sadar lagi di mana diri anda saat itu; di langit atau masih di bumi dan anda telah mengucapkan suatu ucapan yang tidak anda ingat dan tidak anda ketahui, maka ucapan seperti ini tidak dapat dijatuhkan hukum atasnya. Dengan begitu, tidak dapat dijatuhkan vonis riddah terhadap diri anda karena apa yang anda ucapkan adalah ucapan yang terjadi di bawah sadar (tidak diinginkan dan dimaksudkan demikian). Dan, setiap ucapan yang terjadi di bawah sadar seperti itu, maka Allah tidak akan menghukum anda atasnya. Dalam hal ini, Dia berfirman mengenai sumpah- sumpah tersebut. “Artinya : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja. ” [al-Ma'idah:89]
Bila orang yang mengucapkan ucapan kekufuran ini dalam kondisi emosionil yang teramat sangat (meledak-ledak) sehingga dia tidak sadar apa yang diucapkan dan tidak tahu apa yang telah keluar dari mulutnya, maka tidak dapat dijatuhkan hukum atas ucapannya tersebut. Dengan begitu, dia juga tidak dapat dijatuhi vonis riddah. Manakala tidak dapat dijatuhkan vonis riddah terhadapnya, maka pernikahannya dengan isterinya tidak (secara otomatis) menjadi batal (fasakh). Artinya, dia tetap menjadi isterinya yang sah akan tetapi semestinya bila seseorang merasakan dirinya tersulut emosi, maka cepat-cepatlah memadamkan emosinya ini. Yaitu dengan cara yang telah diwasiatkan Nabi Saw saat ada seorang laki-laki bertanya kepadanya sembari berkata, “Wahai Rasulullah, berilah wasiat (nasehat) kepadaku!.” Lalu beliau menjawab, “Janganlah kamu marah. ” Lantas orang itu berkali- kali mengulangi lagi pertanyaan itu dan beliaupun tetap menjawab, ”Janganlah kamu emosi. “ Hendaknya dia dapat menstabilkan kondisi dirinya dan meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."Bila dia ketika itu sedang berdiri, maka hendaklah duduk; bila dia sedang duduk, maka hendaklah berbaring; dan bila emosinya benar-benar meledak, maka hendaklah dia berwudhu.
Melakukan hal-hal seperti ini dapat menghilangkan emosi dari dirinya. Alangkah banyak orang yang menyesal dengan suatu penyesalan yang besar karena telah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang ada di dalam emosinya tersebut akan tetapi (sangat disayangkan) hal itu setelah waktunya sudah terlewati (alias nasi telah menjadi bubur).
6 Dosa yang tidak diampun Allah SWT walaupun dengan Taubat
1- Makan harta anak yatim secara haram.
( untuk menghapuskan dosa tersebut pemakan harta anak yatim mesti membayar kembali harta yang telah digunakan serta memohon maaf kepada anak yatim tersebut . Jika anat yatim tersebut memaafkan perbuatannya, barulah boleh bertaubat kepada Allah SWT. Seandainya anak yatim tersebut tidak memaafkan perbuatannya maka dosanya tidak terhapus).
2- Menuduh wanita solehah berzina.
( Orang yang menuduh wanita solehah hendaklah memohon maaf kepada wanita tersebut, jika wanita solehah tersebut memaafkan, maka terhapuslah dosa tersebut dan bolehlah penuduh bertaubat kepada Allah SWT. sekiranya wanita solehah tidak memaafkannya maka dosa tidak terhapus dan tidak boleh bertaubat kepada Allah SWT ).
3- Lari dari medan Jihad yang memperjuangkan kalimah Allah SWT.
( Mereka yang lari dari medan jihad adalah mereka yang dayus dan tidak layak memasuki Syurga, cuba kaji dalam sejarah Islam hukuman mereka yang lari dari medan Jihad sehingga Rasulullah SAW terpaksa menunggu Arahan Allah SWT untuk memaafkan kesalahan tersebut ).
4- Melakukan sihir.
( Mereka belayar sihir dan pengamal sihir adalah mereka yang Syirik kepada Allah SWT, memang tidak layak bertaubat kepada Allah SWT melainkan mengucap kembali kalimah Syahadah dan mesti menyerah kepada kerajaan Islam untuk melaksanakan hukuman yang sewajarnya ).
5- Bersyirik kepada Allah SWT atau menyamakan kedudukan Allah SWT dengan makhluk.
( Dosa syirik atau menyamakan Allah SWT dengan makhluk samada melalui niat,percakapan dan perbuatan yang disedari atau tidak disedari maka dosa ini tidak boleh bertaubat kecuali dengan mengucap kembali kedua Kalimah Syahadah dan pemerintah Islam mesti melaksanakan hukuman hudud barulah Allah SWT rela menerima kembali amal ibadat seseorang hamba yang telah menduakan Allah SWT atau menyamakan Allah SWT atau menyengutukan Allah SWT).
6- Membunuh Para Nabi yang diutuskan oleh Allah SWT.
( Mereka yang membunuh Para Nabi hendaklah dihukum bunuh dan terserah kepada Allah SWT untuk mengazab mereka. Rasulullah SAW pernah mengutuskan utusan untuk membuuh mereka yang menghina atau mengejek Allah SWT dan Rasulullah SAW semasa penubuhan Negara Islam Madinah).
Kitab Tanbihul Ghafilin , Jilid 1 & 2. M/S : 532.
Kesempurnaan Taubat dan Kontinuitasnya.
Imam al Ghazali berkata:Telah kami katakan sebelumnya bahwa taubat adalah suatu penyesalan yang membawa kepada tekad dan keinginan kuat untuk tidak melakukan dosa lagi. Dan penyesalan itu dihasilkan oleh ilmu atau pengetahuan bahwa kemaksiatan yang ia lakukan itu menjadi penghalang antara dia dengan yang dicintainya. Dan seluruh pengetahuan, penyesalan dan tekad itu harus terus dipertahankan dan dengan sempurna pula. Tentang kesempurnaan dan kontinuitasnya itu ada tanda-tandanya. Oleh karena itu harus dijelaskan.Sedangkan ilmu pengatahuan itu, didapatkan dengan memperhatikan sebab taubat yang akan kami jelaskan nanti.
Penyesalan adalah sesuatu yang menyakitkan hati ketika menyadari kehilangan yang ia senangi. Tanda-tandanya adalah terus merasa menyesal dan sedih, air mata berlinang dan terus menangis dan merenung. Jika suatu ketika ia mendengar vonis yang dijatuhkan oleh pengadilan kepada anaknya atau salah seorang yang ia cintai, niscaya ia akan merasakan kepedihan dan tangis yang mendalam. Kemudian, siapa lagi yang lebih ia cintai selain dirinya sendiri? Dan hukuman apa lagi yang lebih berat dari neraka? Tanda apa lagi yang lebih menunjukkan akan turunnya hukuman itu selain kemaksiatan yang ia lakukan? Serta siapa lagi yang lebih benar dari Allah SWT dan Rasul-Nya dalam memberikan berita? Jika seorang dokter memberitahukannya: bahwa penyakit anaknya adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan ia akan mati karena sakitnya itu, tentunya ia akan segera merasakan kesedihan yang sangat. Walaupun anaknya itu tidak ia cintai lebih dari dirinya sendiri. Dan tidak ada dokter yang lebih tahu dan ahli dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Serta kematianpun tidak lebih pedih dari neraka. Juga sakit itu tidak lebih valid menunjukkan akan kematian daripada kemaksiatan yang menunjukkan akan kemurkaan Allah SWT, dan yang akan menyeretnya ke neraka. Penyesalan itu, selama dirasakan lebih keras, maka dosanya itu lebih mempunyai harapan untuk diampuni. Tanda kesungguhan penyesalan itu adalah: hati yang menjadi peka, serta air mata yang deras mengalir. Dalam atsar disebutkan:
"Bertemanlah dengan orang-orang yang suka bertaubat, karena mereka mempunyai hati yang paling halus".Dan di antara tanda-tandanya adalah: kepedihan dosa itu menempati perasaan kenikmatan melaksanakan dosa dalam hati. Sehingga kecenderungan untuk bermaksiat itu akan menjadi kebencian terhadapnya, serta keinginan itu menjadi penghindaran. Dalam Israiliat dikatakan: bahwa Allah SWT berfirman kepada sebagian nabi-Nya. Ia meminta kepada Allah SWT untuk mengabulkan taubat seorang hamba, setelah ia selama beberapa tahun beribadah dengan khusyu', namun taubatnya tak kunjung diterima. Dan Allah SWT berfirman: "demi kemuliaan dan keagungan-Ku, meskipun seluruh penghuni langit dan bumi meminta agar Aku terima taubatnya, niscaya tidak akan Aku penuhi, selama perasaan kenikmatan melakukan dosa dalam hatinya masih bersemayam." Sedangkan keinginan yang timbul darinya itu, adalah keinginan untuk menebus apa yang telah ia langgar. Dan ia mempunyai hubungan dengan keadaan saat ini, yaitu ia harus meninggalkan seluruhnya apa yang dilarang yang masih ia lakukan, serta melakukan seluruh kewajiban yang menjadi kewajibannya, secepatnya. Ia juga mempunyai kaitan dengan masa lalu, yaitu menebus apa yang telah ia langgar. Sedangkan bagi masa depannya, ia harus dalam ketaatan, serta selalu meninggalkan kemaksiatan hingga akhir hayatnya.
Menyelesaikan Hak-hak Allah SWT.
Syarat keabsahan taubat yang berkaitan dengan masa lalu adalah: agar ia melayangkan padangannya kembali ke masa lalunya, pada hari pertama ia mencapai usia baligh, kemudian ia meneliti masa-masa lalu dari usianya itu tahun pertahun, bulan perbulan, hari perhari dan setiap tarikan nafas yang telah ia lakukan. Kemudain ia melihat ketaatan yang menjadi kewajibannya: apa yang tidak ia kerjakan? Kemudian kepada kemaksiatan: apa yang telah ia lakukan dari kemaksiatan itu?Jika ia pernah meninggalkan shalat atau tidak melengkapi suatu syarat keabsahan shalat itu, hendaklah ia mengqadha shalatnya itu. Dan jika ia ragu bilangan shalat yang telah ia tinggalkan, maka ia dapat menghitung dari masa balighnya, kemudian menghitung yang yang telah ia tunaikan, dan mengqadha sisa shalat yang pernah ia tinggalkan. Dalam hal ini hendaknya ia mengambil prasangka kuatnya. Dan itu dapat dicapai dengan betul-betul meneliti dengan serius.
Sedangkan puasa, jika ia telah meninggalkan puasa itu dalam perjalanan atau saat ia sakit. Atau jika perempuan, ia membatalkan puasanya karena mengalami haidh (atau nifas) dan belum ia tunaikan, maka hendaknya ia menghitung jumlah yang telah ia tinggalkan itu dengan betul-betul, kemudian mengqadhanya. Tentang zakat, hendaknya ia menghitung seluruh hartanya dan bilangan tahun dia mulai memiliki harta itu -- tidak dari masa balighnya, karena zakat itu telah wajib semenjak dimilikinya harta itu, meskipun orang itu adalah seorang bayi [Ini adalah pendapat jumhur imam-imam dan ini pula yang aku rajihkan dalam kitabku: Fiqhu Zakat.] -- kemudian ia menunaikan apa yang ia yakini sebagai kewajibannya.
Sedangkan masalah hajji, jika ia pernah memiliki kemampuan untuk menunaikan hajji itu dalam beberapa tahun yang lalu, namun saat itu ia tidak mengerjakannya, sedangkan saat ini ia tidak memiliki harta yang cukup, maka ia tetap harus mengerjakannya. Jika ia tidak mampu karena hartanya memang sudah habis, maka harus mengusahakannya dengan usaha yang halal sekadar biaya hajji itu. Jika ia tidak memiliki pekerjaan, juga harta, maka ia hendaknya meminta kepada manusia agar memberikan jatah dari zakat atau shadaqah sehingga ia dapat menunaikan hajji. Dan jika ia mati sebelum melaksanakan hajji maka ia mati dalam keadaan maksiat. Karena ketidak mampuan yang datang setelah adanya kemampuan untuk hajji itu, tidak menghapus kewajiban hajji baginya. Inilah cara ia meneliti kewajiban yang menjadi tugasnya serta bagaimana menebusnya.
Tentang kemaksiatan, ia harus meneliti dari awal balighnya: kemaksiatan apa yang dilakukan oleh pendengarannya, matanya, lidahnya, perutnya, tangannya, kakinya, kemaluannya, dan seluruh anggota badannya. Kemudian ia teliti seluruh jam dan waktu-waktu yang telah ia lewati, kemudian ia menguraikan secara terperinci kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Baik yang kecil maupun yang besar.
Kemudian di antara kemaksiatan yang dia lakukan itu, ia menelitinya kembali; jika kemaksiatan yang ia lakukan itu adalah antara dia dan Allah SWT saja serta tidak berkaitan dengan kezaliman kepada manusia, seperti melihat wanita bukan mahram, duduk di masjid dalam keadaan junub, menyentuh mushaf tidak dengan wudhu, beri'tiqad dengan i'tiqad bid'ah, meminum khamar, mendengarkan perkataan yang buruk dan lainnya yang tidak berkaitan dengan kezhaliman kepada manusia;
Taubat untuk kemaksiatan ini adalah dengan menyesal dan merasa rugi atas perbuatannya itu, dan dengan mengukur kadar kebesaran dan masa yang telah ia lakukan, kemudian ia melakukan bagi setiap kemaksiatan itu suatu kebaikan yang setarap dengannya. Dan ia melakukan kebaikan itu sesuai dengan jumlah kemaksiatan yang telah ia lakukan. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw :
"Bertaqwalah kepada Allah SWT di manapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk (dosa) dengan perbuatan yang baik niscaya ia akan menghapusnya" [Hadits diriwaytkan oleh Tirmizi dari Abi Dzar dan ia mensahihkannya dan sebelumnya hadits ini telah disebut.]Juga firman Allah SWT :
"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)perbuatan-perbuatan yang buruk"[QS. Huud: 114.].Dosa mendengar sesuatu yang haram, dapat dihapuskan dengan mendengarkan al Qur'an dan majlis dzikir. Dosa duduk di mesjid dalam keadaan junub dihapuskan dengan beri'tikaf di dalamnya sambil beribadah. Dosa menyentuh mushaf dengn tanpa wudhu ditebus dengan memuliakan mushaf dan banyak membacanya. Juga dengan menulis mushaf dan memberikan wakaf mushaf. Dosa meminum khamar ditebus dengan bersadaqah dengan minuman yang halal yang lebih baik dan lebih ia sukai.
Menyebutkan seluruh kemaksiatan adalah tidak mungkin di sini. Namun yang dimaksud adalah mengerjakan kebaikan yang sebaliknya dengan dosa itu. Karena suatu sakit diobati dengan lawannya. Dan suatu kegelapan yang bercokol dalam hati karena kemaksiatan yang ia kerjakan tidak dapat dihapus kecuali oleh cahaya yang naik ke hati itu dengan kebaikan yang sebaliknya. Dan yang sebaliknya itu adalah lawan yang sejajar keburukan itu. Oleh karena itu, setiap keburukan harus dihapuskan dengan kebaikan yang sejenisnya, namun yang sebaliknya.
Karena sesuatu yang putih dihilangkan dengan warna hitam, bukan dengan dingin atau panas. Cara seperti ini, jika dilaksanakan dengan tekun untuk menghapus dosa, maka akan mempunyai kesempatan besar untuk berhasil. Dibandingkan hanya menekuni satu macam bentuk ibadah tertentu, meskipun itu juga dapat turut menghapus dosamya. Ini adalah hukum antara dia dengan Allah SWT. Sebagai dalil bahwa sesuatu dihapuskan dengan lawannya adalah: cinta dunia adalah pangkal seluruh kesalahan. Dan pengaruh cinta dunia dalam hati adalah: menyenangi dunia itu serta merindukannya. Maka tidak aneh jika suatu kesulitan yang membebani seorang muslim sehingga hatinya membenci dunia, menjadi kaffarat (penghapus) cinta dunia itu. Karena dengan kesulitan dan kesusahan itu hatinya akan menjauh dari dunia.
Pengarang: Dr. Yusuf al Qardhawi
Penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani
Penerbit: Maktabah Wahbah, Kairo
Cetakan: I/1998
Agar Taubat Kita Diterima
Siapapun
kita pasti pernah melakukan kesalahan, atau minimal tak sengaja
melakukan kesalahan. Dan harapan terpesar setelahnya adalah adanya
pengampunan atau maaf atas kesalahan yang telah kita lakukan. Sadar atau
pun tidak tentu kita banyak sekali melakukan kesalahan sepanjang hidup
kita. Karena itu, taubat menjadi sebuah keharusan dalam hidup kita. Cara
menghapus dan membersihkan dosa itu dengan taubat.
Taubat adalah perintah Sang Pencipta kita, Allah Swt. Sebagaimana firmanNya,
Pertama, orang yang bertaubat harus mencampakkan dosa tersebut saat itu juga. Sungguh aneh jika ada orang yang mau bertaubat dari sebuah dosa tapi ia masih menyimpan dosa dan kebiasaan buruknya itu. Seketika ia bertaubah, seketika itu juga ia harus mencampakkan diri dari dosa dan kebiasaan buruk itu. Bersegera meninggalkan dosa itu saat itu juga, tidak menunggu nanti apalagi besok hari.
Kedua, orang yang bertaubat harus merasakan penyesalan yang mendalam dalam dirinya atas doa dan kesalahan yang sudah dilakukannya. Karena bagaimana taubat kita diterima sementara kita tidak menyesal atau malah berbangga dengan dosa yang sudah kita lakukan.
Ketiga, orang yang bertaubat harus bertekad untuk menjauhi dosa tersebut dan tidak mengulanginya lagi. Bertekad berarti sekuat tenaga berusaha menjauhinya agar tidak terulang. Bahkan, ketika ada peluang yang bisa menjerumuskan kepada dosa yang sama, maka kita harus berusaha menjauhinya. Semata-mata agar dosa yang sama tidak terulang di kemudian hari.
Keempat, jika dosa tersebut berkaitan dengan sesama, orang yang bertaubat harus mengembalikan hak yang sudah diambil darinya atau meminta kerelaan atau maaf darinya. Hal ini memang tidak mudah, tapi bisa kita lakukan asal ada kemauan. Jika misalnya dosa yang kita lakukan itu adalah mencuri barang milik orang lain, maka kita harus mengembalikan barang tersebut kepada si pemilik dan meminta keikhlasannya. Jika dosa yang kita lakukan adalah pernah memfitnah sesama, maka kita harus mendatangi yang bersangkutan. Lalu meminta maaf kepadanya bahwa di waktu sebelumnya pernah memfitnah yang bersangkutan dengan fitnah ini dan itu. Diceritakan apa adanya. Dan ini menjadi syarat agar taubat kita ditema oleh Allah Swt.
Bagaimana jika ternyata orang yang pernah kita dzalimi itu tidak mau meaafkan kita? Itu bukan lagi persoalan kita. Kita hanya diwajibkan untuk mengembalikan hak dia dan meminta keikhlasan darinya. Jika dia tak mengikhlaskan biarkanlah Allah yang beberi ampunan atas kita. In syaa Allah, itu sudah cukup.
Apabila keempat syarat tersebut dan kita bertaubat dengannya, semoga Allah hadiahkan ampunanNya untuk kita dan membersihkan kita dari segala noda-noda yang mengotori hidup kita.
Taubat adalah perintah Sang Pencipta kita, Allah Swt. Sebagaimana firmanNya,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At-Tahrim: 8)Setiap kita melakukan kesalahan, segeralah bertaubat agar Allah bersihkan diri kita dari noda-noda itu. Allah berfirman,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)Tapi, tidak semua taubat akan diterima. Ada beberapa syarat agar taubat kita diterima oleh Allah Swt dan diampuni dosa-dosa kita karenanya.
Pertama, orang yang bertaubat harus mencampakkan dosa tersebut saat itu juga. Sungguh aneh jika ada orang yang mau bertaubat dari sebuah dosa tapi ia masih menyimpan dosa dan kebiasaan buruknya itu. Seketika ia bertaubah, seketika itu juga ia harus mencampakkan diri dari dosa dan kebiasaan buruk itu. Bersegera meninggalkan dosa itu saat itu juga, tidak menunggu nanti apalagi besok hari.
Kedua, orang yang bertaubat harus merasakan penyesalan yang mendalam dalam dirinya atas doa dan kesalahan yang sudah dilakukannya. Karena bagaimana taubat kita diterima sementara kita tidak menyesal atau malah berbangga dengan dosa yang sudah kita lakukan.
Ketiga, orang yang bertaubat harus bertekad untuk menjauhi dosa tersebut dan tidak mengulanginya lagi. Bertekad berarti sekuat tenaga berusaha menjauhinya agar tidak terulang. Bahkan, ketika ada peluang yang bisa menjerumuskan kepada dosa yang sama, maka kita harus berusaha menjauhinya. Semata-mata agar dosa yang sama tidak terulang di kemudian hari.
Keempat, jika dosa tersebut berkaitan dengan sesama, orang yang bertaubat harus mengembalikan hak yang sudah diambil darinya atau meminta kerelaan atau maaf darinya. Hal ini memang tidak mudah, tapi bisa kita lakukan asal ada kemauan. Jika misalnya dosa yang kita lakukan itu adalah mencuri barang milik orang lain, maka kita harus mengembalikan barang tersebut kepada si pemilik dan meminta keikhlasannya. Jika dosa yang kita lakukan adalah pernah memfitnah sesama, maka kita harus mendatangi yang bersangkutan. Lalu meminta maaf kepadanya bahwa di waktu sebelumnya pernah memfitnah yang bersangkutan dengan fitnah ini dan itu. Diceritakan apa adanya. Dan ini menjadi syarat agar taubat kita ditema oleh Allah Swt.
Bagaimana jika ternyata orang yang pernah kita dzalimi itu tidak mau meaafkan kita? Itu bukan lagi persoalan kita. Kita hanya diwajibkan untuk mengembalikan hak dia dan meminta keikhlasan darinya. Jika dia tak mengikhlaskan biarkanlah Allah yang beberi ampunan atas kita. In syaa Allah, itu sudah cukup.
Apabila keempat syarat tersebut dan kita bertaubat dengannya, semoga Allah hadiahkan ampunanNya untuk kita dan membersihkan kita dari segala noda-noda yang mengotori hidup kita.
“Tidaklah seorang laki-laki melakukan suatu dosa lalu ia berwudhu dan memperbagus wudhunya. Kemudian shalat dua raka’at, lalu memohon ampunan kepada Allah, keculia Allah ampuni dia.” (HR. Ahmad)
“Orang yang bertaubat dari dosa, seperti orang yang tidak punya dosa.” (HR. Ibnu Majah)
Saturday, 21 December 2013
Cara nak tinggalkan maksiat?
Siapa tak
sedih, bila berulang-ulang kali melakukan dosa yang sama walaupun dah bertekad
untuk berubah. Siapa tak tertekan, bila berputar-putar pada kesilapan yang sama
walaupun telah berazam untuk tidak ulanginya. Siapa yang tak menangis bila
maksiat yang kita telah berjaya tinggalkan dalam tempoh yang agak lama,
akhirnya kita kecundang serta mengulangi maksiat tersebut.
Siapa
tidak sedih dan menangis teresak-esak tentang perkara ini? Andai kita mempunyai
hati yang hidup, andai kita mempunyai iman walau secebis, pasti perasaan sedih,
tertekan, resah-gelisah, gundah gulana serta sesal menghantui fikiran kita.
Namun
sampai bila? Sampai bilakah kita nak ulangi dosa yang kita benci, sampai bila
kita mahu terus terpenjara dalam tekanan dosa dan maksiat? Sampai bila wahai
kawan?!
Penulisan
kali ini, saya tulis dengan penuh rasa serba salah, dengan penuh pengharapan
agar saya sendiri BEBAS dari penjara dosa yang menyeksakan ini, dengan penuh
harapan penulisan kali ini dapat memberi panduan, semangat, kekuatan,
inspirasi, kefahaman dan kekeliruan serta halangan yang berlaku kepada
mereka-mereka yang BERTEKAD untuk
BERUBAH.
Penulisan
kali ini, saya tulis dengan tangisan. Saya amat mengharapkan kita sama-sama
berpimpinan tangan menuju redha Allah. Saya sudah lihat depan mata bagaimana
orang saya sayang dan percaya, berubah menjadi “pelik” dan bangga dengan dosa.
Oh, Allah, aku sedih dan aku menangis! Saya kalau boleh, ingin usaha sedaya
upaya untuk berubah dan menjadi asbab orang lain juga dapat berubah. Benar, itulah
kebahgiaan saya.
Saya
akan usaha menerangkan perkara ini satu persatu, sedikit demi sedikit. Saya
minta maaf andai entri kali ini menjadi panjang lebar berbanding entri-entri
yang lain. Saya harap, entri saya yang panjang ini memberi manfaat walaupun
pada seorang insan.
3 point penting yang kita akan selami bersama insyallah:
1)Sejauh mana taubatmu?
2)Hukum Diri kita
3)Jangan buat dosa terang-terangan
SEJAUH
MANA TAUBATMU?
Ramai
yang bertanya, ramai yang luahkan, ramai yang terganggu, ramai yang sedih,
ramai yang lemah semangat bila terfikir tentang:
“Adakah taubatku di terima andai aku masih
mengulangi dosa-dosa ku?”
Perasaan
bersalah ini menyelubungi diri ramai orang. Pelbagai bentuk soalan yang di
ajukan bagi menenangkan hati yang gelisah. Antara soalan yang di ajukan kepada
saya yang membuatkan saya terkedu:
“Ustaz,
saya memang nak berubah, dan saya ada niat nak berubah. Saya selalu menyesal
dengan dosa yang saya lakukan, tapi masalahnya, saya masih tak dapat berubah!
Seolah-olah ada benda yang menghalang saya…..”
“Ustaz,
saya pernah berjanji untuk tak nak ulangi dosa saya, tapi saya tewas...”
“Ustaz,
macamana cara nak hilangkan benda-benda kotor dalam fikiran kita..?”
“Ustaz,
macaman nak jauhi maksiat? Beritahulah pada saya. Saya akan usaha untuk berubah
dengan nasihat ustaz..”
“Ustaz,
andai kita tak menitiskan air mata ketika bertaubat, adakah taubat kita itu
benar-benar ikhlas?”
“Ustaz,
saya selalu buat dosa, kemudian taubat, kemudian saya ulang semula dosa,
kemudian taubat. Tapi saya tak tahan dan ulangi dosa itu semula, kemudian
taubat semula. Adakah Allah akan terima taubat saya?”
Dan
macam-macam lagi.
Wahai
kawan, sejauh mana taubatmu itu betul-betul ikhlas?Apakah erti taubat? Saya
mahu menerangkan tentang taubat dari beberapa sudut. Saya minta agar kita
betul-betul fahami dan hayati, serta merasakan bahawa betapa pengampunnya
Allah!
1)Taubat
maskudnya kita rasa bersalah dengan dosa, insaf dan memohon keampunan dari
dosa-dosa serta berazam untuk tidak ulangi lagi kesilapan tersebut. Itulah 3 rukun taubat. RASA BERSALAH, MINTA
AMPUN, dan BERAZAM TAK NAK ULANG DOSA KITA.
2)Tetapi
sejauh mana kita ikhlas dalam taubat? Boleh je kita doa:
”Ya
Allah, aku menyesal dengan dosa, ampunkan aku ya Allah, aku berazam untuk tak
ulangi dosa aku ya Allah!”
Namun
hakikatnya, di sudut hati kita, doa tersebut hanyalah sekadar UCAPAN yang tidak
menimbulkan walau sedikit rasa kesal dan insaf. KEIKHLASAN dalam bertaubat
hanya di ketahui oleh Allah dan diri kita sendiri! Kalau betul kita ikhlas, perasaan insaf akan
hadir! Menangis adalah antara bukti kita jujur dengan penyesalan kita…
Bukan
sekadar tu, perasaan menyesal tu akhirnya menyebabkan kita usaha sedaya mungkin
untuk tinggalkan dosa-dosa yang telah kita kesali. Kalau itu berlaku, maka
itulah dia TAUBAT NASUHA.
3)Setelah
kita taubat nasuha dengan sesungguh-sungguhnya, namun ATAS KELEMAHAN dan
KECUAIAN kita, tak mustahil untuk kita gelincir dan jatuh sekali lagi ke dalam
dosa yang sama. Namun, andai kita IKHLAS pada taubat kita yang pertama, maka
Allah akan ampunkan dosa kita yang awal, dan untuk dosa yang baru kita buat,
kita perlu taubat sekali lagi. Kalau kita tewas lagi, maka taubat lagi.
Begitulah pengampunnya Allah. Namun ikhlas ni bukan benda yang boleh di buat-buat dan BERLAKON!!
4)Perlu
di fahami, kita ni LEMAH dan HINA! Sometimes, kita terjatuh lagi dalam dosa
yang sama setelah taubat gila-gila. Jatuhnya kita pada dosa yang sama bukanlah
bererti kita tidak ikhlas pada taubat kita yang sebelum ni.Tapi sebab lemahnya
kita, kita terjatuh juga pada dosa yang sama walaupun sebelum ni kita telah
insaf.
Jika
benda macam ni terjadi (dah taubat, di sebabkan kelemahan, kita ulang balik,
lepas tu taubat balik, lepas tu ulang balik bla bla bla….), maka, kita kena
TAUBAT LAGI DAN LAGI setiap kali kita buat dosa. Jangan PUTUS ASA! Once kita
putus asa, maknanya setan dah berjaya pengaruhi kita. Dan Allah takkan JEMU mengampunkan dosa kita walau betapa teruknya kita!
*****
Begitulah
pengampunnya Allah. Tapi, jangan amik kesempatan! Namun, bak kata ibn qayyim:
“Orang
yang paling bodoh ialah orang yang tahu Allah itu maha pengampun, maka dia
jadikan perkara itu alasan untuk terus dia melakukan dosa…”
Kita tak
tahu bila kita mati syeikh, sekali kita mati time buat maksiat, pergh… Sekali
kita mati dalam keadaan kita tak taubat lagi sebab tangguh, silap besar! Sebab
tu lah, jangan tangguh taubat, kalau boleh, lepas baca entri ni, terus taubat!
Ingat,
taubat ni tak boleh berlakon. Ia isu HATI. Kerana sekarang, ramai yang rasa
diri dia dah taubat, tapi dalam diri dia, tiada sekelumit pun rasa bersalah ketika
buat dosa. Apakah?
HUKUM
DIRI KITA
Saya nak
sangat berkongsi pada semua orang tentang perkara ni. Cara ni adalah antara
kaedah yang terbaik untuk kita baiki diri kita dan cara yang terbaik untuk
membuatkan kita tak lagi teringin membuat maksiat. Cara ini saya namakan:”Cara
nak memanipulasi syaitan”.
Dengan
cara ini, seakan-akan syaitan sendiri akan “hasut” kita untuk tinggalkan
maksiat(konon-kononnya). Caranya ialah dengan KITA MENGHUKUM DIRI KITA setelah
buat maksiat dan dosa!
Kita pun
tahu, syaitan akan suruh kita buat benda yang merugikan diri kita, dan
menguntungkan dia. So, bila kita buat maksiat, ia merugikan diri kita dan
menggembirakan syaitan! Tetapi, bila kita mengHUKUM diri kita, ia sangat
efektif! Mari saya terangkan satu-satu cara nak memanipulasikan syiatn ni
supaya boleh faham:
1)Kita
berazam, setiap kali kita buat sesuatu dosa, kita akan hukum diri kita dengan
sesuatu AMAL SOLEH. Contohnya, kita target:
”Setiap
kali aku hisap rokok, aku akan hukum diri aku dengan baca quran 1 juzuk!”
“Kalau
aku tengok video tak elok, aku akan sedekahkan RM50 kat surau, and then aku
akan puasa 3 hari!!”
“Kalau
aku tak pergi solat Jemaah subuh kat surau, aku akan denda diri aku dengan baca
buku agama sebanyak 100 muka!”
2)Bila
kita hukum diri kita, maka syaitan akan mula ragu-ragu, samada nak suruh kita
buat maksiat atau tak. Sebab kalau dia goda kita untuk hisap rokok, dia tahu
yang kita akan hukum diri kita dengan abca quran 1 juzuk, yang mana baca quran
1 juzuk tu amat merugikan syaitan dan meningkatkan iman kita berganda-ganda!!
3)Kalau
dalam bahasa arab, cara ini di namakan “Iqob” yang bermaksud “denda”. Itulah
yang para sahabat buat! Saya akan cerita beberapa contoh IQOB yang sahabat
buat:
“Ada
sorang sahabat, time dia tengah solat sunat kat kebun, tiba-tiba time tengah
solat tu, dia ternampak burung dan burung tu menyebabkan dia tak khusyuk. Lepas
habis solat, sahabat tu perasan yang dia tak khusyuk dan dia menyesal. Lantas,
dia hukum diri dia dengan MENYEDEQAHKAN kebun itu kepada orang islam!!!!”
Dan
banyak lagi. Takut panjang, orang malas baca:)
4)Saya
mahu kemukan bukti, betapa efektifnya cara ini , sehingga syaitan sendiri akan
hasut kita untuk tinggalkan maksiat! Hayati dan fahami kisah ini, akan betapa
berharganya bila kita hukum diri kita setiap kali kita buat maksiat!
****
KISAH
UMMU MAKTUM NAK KE MASJID
Ada
sorang sahabat nama dia Ummu maktum, seorang yang BUTA. Dia nak pergi masjid
untuk solat, dalam perjalanan, dia terjatuh lantas bajunya kotor. Dia pun patah
balik ke rumah, bersihkan baju dan pergi semula ke masjid buat kali kedua.
Tapi, sekali lagi dia terjatuh, dan dia patah balik ke rumah untuk bersihkan
pakaiannya. Kemudian, dia pergi semula ke masjid buat kali ketiga. Dan, kali
ketiga ni, dia hampir terjatuh, tetapi ada seorang lelaki selamatkan dia dan
usung dia sampai ke masjid!
Setelah
sampai kat masjid, ummu maktum pun berterima kasih pada lelaki tu sebab bantu
dia jalan hingga ke masjid. Dan bila ummu maktum Tanya tentang siapakah lelaki
itu, lantas lelaki tu jawab:
“Aku
IBLIS!”
Ummu
maktum pun terkejut dan bertanya:
“Kenapa
kau bantu aku pergi masjid sedangkan kau IBLIS??!”
Iblis
jawab:
“Kerana
time kau jatuh kali pertama, Allah dah ampunkan semua dosa-dosa kau. Time kau
jatuh kali kedua pulak, Allah ampunkan dosa semua ahli keluarga kau. Aku takut
kalau kau jatuh kali ketiga, Allah akan ampunkan semua dosa penduduk madinah!!
Habis sia-sia aku goda mereka buat dosa selama ni! Sebab tu time kau nak jatuh
kali ketiga tu, aku tolong kau!!!
:)
KISAH
ABDUL QADIR ALJAILANI(ULAMA’ DAHULU KALA)
Ada
sekali tu, time subuh, ada orang kejut abdul qadir jailani untuk solat subuh.
Bila abdul qadir jailani Tanya, siapakah orang yang kejut dia, lantas orang tu
jawab:
“Aku
IBLIS!”
Pastu
Abdul qadir jailani Tanya balik:
“Kenapa
kau kejut aku subuh sedangkan kau iblis??!”
Iblis
jawab:
“Sebab
aku tahu, kalau kau tak dapat solat subuh Jemaah, kau akan hukum diri kau
dengan kau pergi mengajar agama kat ribuan orang! Aku takut kalau kau mengajar
ribuan orang, mereka semua dapat hidayah dan susahlah kerja aku nanti!”
:)
*****
JANGAN
BUAT DOSA TERANG-TERANGAN
Serius
benda ni kena take note. Sebab once kalau kita dah buat dosa terang-terangan,
ia bermakna kita rasa bangga dengan dosa, dan ketika itulah bermulanya
KEBINASAAN diri! Saya rasa semua sedia maklum apakah itu dosa. Saya just nak
bagi contoh beberapa dosa yang sangat biasa orang buat terang-terangan tanpa
rasa bersalah.
Pertama,
IKHTILAT. Semua sedia maklum, apa hukum ikhtilat dan batas-batas. Kalau tak tahu, boleh baca di sini:http://adninroslan.blogspot.com/2013/08/kekeliruan-dalam-ikhtilat.html
Tapi
masalahnya, hari ni, ramai orang yang tahu tapi dengan bangganya ikhtilat di
alam maya secara terang-terangan seperti komen mengomen “hohahoha”, sembang
kosong di twitter siap mention-mention nama, komen-komen kat instagram dan
lain-lain. Apakah? Apakah ini wahai kawan yang smart, macho lagi sweet?
Kalaulah
rasa tak mampu nak kawal diri dari ikhtilat, janganlah sampai kita buat
terang-terangan. Rasalah malu nak orang lain tahu maksiat yang kita buat. Kalau
nak sangat, mesej je private, direct mesej dan yang sama waktu
dengannya(walaupu itu pun salah). The point is, malulah dengan dosa yang kita
buat wahai kawan! Isk , isk…
Kedua,
TENGOK MOVIE DAN DENGAR LAGU LAGHO. Perlu ke kita bagi tahu orang lain tentang
lagu lagho apa yang kita dengar sedangkan kita pun tahu apa hukum dengar lagu-lagu kpop, Justin bieber, lady
gaga, dan berates lagu-lagu yang berunsur haram. Kita pun tahu!
Tapi
kenapa kita dengan bangganya bagitahu orang ramai yang kita sedang dengar lag
utu? Contohnya kat twitter:
“#np
Baby // Justin Bieber”
“#np
Gangnam Style // Psy”
“#nw Now you see Me”
Dan
lain-lain. Kalau rasa tak mampu sangat nak tinggalkan lagu lagho dan
movie-movie, janganlah bagitahu orang lain dan rasalah malu dengannya! Buat
sorang-sorang.
Dan
banyak lagi. Saya merayu sangat, rasalah bersalah, rasalah malu. Jagalah AIB
kita dan jangan bagitahu orang lain. Allah dah simpan aib kita baik-baik, buat
apa kita nak bagitahu orang lain tentang dosa yang kita buat? Malu syeikh,
malu. Isk isk…
*****
Sebagai
pengakhiran, cara terbaik untuk tinggalkan maksiat ialah dengan buat amal soleh
sebanyak-banyaknya dengan istiqomah. SOLAT tolonglah, tolonglah, tolonglah
jangan tinggalkan wahai kawanku! Saya sangat-sangat merayu!
Mulalah
dari sekarang, lazimi diri dengan solat, mulalah berjinak-jinak dengan quran,
basahi lidah kita dengan zikir-zikir, carilah KAWAN yang support kita untuk
berubah dan dampingi mereka.Ikutlah TARBIAH dan USRAH, ia adalah cara yang tunjang agar iman kita selamat!
Kerana
bila kita telah “tenggelam” dalam lautan amal, maka allah akan campakkan dalam
hati kita perasaan benci dan geli pada maksiat! Percayalah wahai kawan,
percayalah!
Saya
yakin, ramai orang yang nak berubah. Kuatkan azam, kekalkan semangat, terus
maju, move on, jangan hirau apa orang kata, doa pada Allah! Saya yakin kita
mampu. Once kita dapat berubah, kita akan MENANGIS kegembiraan, menangis
kesyukuran, menangis kebahgiaan kerana NIKMATNYA IA, dan kita akan menangis
keinsafan dan ketawa sendirian, kerana pelik dengan diri kita yang suka
melakukan dosa dalam keadaan ianya sesuatu yang amat menyeksakan.
Saya
doakan korang. Dan saya minta, doakanlah saya! Moga Allah bagi syurga pada
kita! Moga Allah bagi syurga! Saya akhiri penulisan kali ini dengan satu
kata-kata:
“Pintu
taubat tak akan terbuka hanya dengan sekali ketuk. Tetapi, ianya akan tebuka
setelah kita ketuk berkali-kali. Dan ketika itu, kita akan menangis kenikmatan
kerana akhirnya kita telah bebas dari
penjara dosa dan berlari menuju cinta Allah!”
Moga
Allah bagi syurga!
-Adnin Roslan-
‘Tolong wei....tolong wei...’
Kuala Kangsar: “Tolong wei...tolong wei...aku dengan Joe
kemalangan ni...Joe dah meninggal...dah meninggal...Ya Allah..,” itulah
mesej suara yang dikirim Muhammad Nasrullah Abd Ghaffar, 29, yang
dikirim melalui WhatsApp kepada rakan serumahnya, Syawal Ibrahim, 25,
yang berada di Ipoh, dekat sini.
Muhammad Nasrullah yang cedera akibat melecur apabila kereta Honda Civic dipandu rakannya, Joeri Ramli, 34, terbakar akibat diseret treler di Kilometer 254.8 Lebuhraya Utara Selatan arah utara, di sini, semalam menghantar pesanan itu sebaik berjaya keluar menyelamatkan diri dari kereta yang sedang terbakar.
Joeri rentung di tempat duduk pemandu selepas gagal keluar kerana tersepit apabila kereta itu terbakar dan menerusi mesej 11 saat yang dikongsi Syawal kepada media itu, boleh kedengaran tangisan Muhammad Nasrullah.
Syawal yang ditemui di Unit Forensik Hospital Kuala Kangsar, di sini, semalam, berkata, dia amat terkejut mendengar mesej suara dikirimkan Nasrullah.
“Sebelum mereka keluar rumah, Joeri dan Nasrullah mengejutkan saya dari tidur memberitahu akan ke Gerik atas urusan kerja.
“Bagaimanapun kira-kira jam 9 pagi, saya menerima mesej suara dari Nasrullah itu memberitahu mereka terbabit kemalangan, malah memberitahu Joeri meninggal dunia,” katanya.
Muhammad Nasrullah menerima rawatan di Hospital Raja Permaisuri Bainun (HRPB), dekat sini.
Sementara itu, ibu mangsa, Sharifah Saad, 66, yang menghidap penyakit darah tinggi hampir pitam sejurus melihat mayat anaknya ketika pengecaman, namun berjaya ditenangkan ahli keluarga.
“Dia anak paling manja dengan saya berbanding enam adik-beradiknya yang lain. Saya reda dengan pemergiannya dan jenazahnya akan dikebumikan di sebelah kubur ayahnya di Kampung Depan Balai, Bagan Serai yang meninggal dunia juga pada bulan Januari 2011 akibat kanser usus,” katanya.
Ketika kejadian, Joeri yang bekerja di Sabah dengan syarikat penapis air sedang bercuti dan tinggal bersama rakan serumahnya itu sebelum berpindah kerja ke Perak bulan depan.
Menurut Sharifah, kali terakhir dia berjumpa dengan anak ketiganya itu pada Hari Raya Adil Adha, kira-kira dua bulan lalu.
Muhammad Nasrullah yang cedera akibat melecur apabila kereta Honda Civic dipandu rakannya, Joeri Ramli, 34, terbakar akibat diseret treler di Kilometer 254.8 Lebuhraya Utara Selatan arah utara, di sini, semalam menghantar pesanan itu sebaik berjaya keluar menyelamatkan diri dari kereta yang sedang terbakar.
Joeri rentung di tempat duduk pemandu selepas gagal keluar kerana tersepit apabila kereta itu terbakar dan menerusi mesej 11 saat yang dikongsi Syawal kepada media itu, boleh kedengaran tangisan Muhammad Nasrullah.
Syawal yang ditemui di Unit Forensik Hospital Kuala Kangsar, di sini, semalam, berkata, dia amat terkejut mendengar mesej suara dikirimkan Nasrullah.
“Sebelum mereka keluar rumah, Joeri dan Nasrullah mengejutkan saya dari tidur memberitahu akan ke Gerik atas urusan kerja.
“Bagaimanapun kira-kira jam 9 pagi, saya menerima mesej suara dari Nasrullah itu memberitahu mereka terbabit kemalangan, malah memberitahu Joeri meninggal dunia,” katanya.
Muhammad Nasrullah menerima rawatan di Hospital Raja Permaisuri Bainun (HRPB), dekat sini.
Sementara itu, ibu mangsa, Sharifah Saad, 66, yang menghidap penyakit darah tinggi hampir pitam sejurus melihat mayat anaknya ketika pengecaman, namun berjaya ditenangkan ahli keluarga.
“Dia anak paling manja dengan saya berbanding enam adik-beradiknya yang lain. Saya reda dengan pemergiannya dan jenazahnya akan dikebumikan di sebelah kubur ayahnya di Kampung Depan Balai, Bagan Serai yang meninggal dunia juga pada bulan Januari 2011 akibat kanser usus,” katanya.
Ketika kejadian, Joeri yang bekerja di Sabah dengan syarikat penapis air sedang bercuti dan tinggal bersama rakan serumahnya itu sebelum berpindah kerja ke Perak bulan depan.
Menurut Sharifah, kali terakhir dia berjumpa dengan anak ketiganya itu pada Hari Raya Adil Adha, kira-kira dua bulan lalu.
Artikel ini disiarkan pada : Jumaat, 23 January 2015 @ 10:26 AM
Tiada ulasan:
Catat Ulasan