A'raaf tempat ke tiga selepas Syurga dan Neraka??
salam rakan2 ...
dah masuk hari ke3 kita berpuasa ..
harapan aby kpd
semua rakan2 agar dipermudahkan segala perbuatan, ibadat, pekerjaan dan
yg lain lg agar ramadhan kali ni lebih baik dari ramdan sebelumnya ..
utk ramadan kali ni aby akan cuba membuat entri2 keugamaan, tajuk2 yg menarik ketika dikuliah masjid atau semasa diklas utk sama2 berkongsi ilmu ..
utk permulaan, aby bawa tajuk A'raaf yg mana penguhuninya dipanggil Ashabul A'raaf. A'raaf ni adalah tempat ketiga setelah syurga dan neraka .. amat jarang kita dengar tentang kewujudan a'raaf ni .. selalu yg kita dengar adalah syurga atau neraka .. tidak ada tempat in between .. jadi apabila aby dengar disatu kuliah masjid tentang a'raaf ni pasti la satu yg mengejutkan ..
mengikut ustaz tu .. a'raaf ni adalah tempat utk org yg perbuatan jahat nya semasa didunia tidak memadai utk di letak didalam neraka, manakala perbuatan baik nya tidak cukup utk diletakan didalam syurga .. atau, .Kaum yang mana antara kebaikan dan keburukan yang mereka lakukan seimbang, kebaikan mereka tidak dapat menjadikan mereka sampai kesyurga, sementara keburukan mereka tidak dapat menjadikan mereka sampai keneraka. jadinya, a'raaf ni la tempat sementara atau transit sebelum dipindahkan ke syurga .. dari sini, penghuni a'raaf ni boleh nampak penghuni neraka dan syurga .. bila depa nampak penghuni syurga, mereka ingin segera memasukinya .. tp bila melihat penghuni neraka, mereka meminta kpd allah agar tidak ditempatkan bersama sama dengan penghuni syurga
asalnya aby mcm tk percaya sbb tk pernah dicakap dalam kuliah2 yg pernah diikuti, tp bila kewujudan tempat tu ada disebut dalam surah al a'raaf, ayat 46-48 .. maka memang wujud tempat tu ...
aby pun buat google search psl a'raaf ni ... dibawah ni aby paparkan berkenaan dengan A'raaf ni ..
sama2 kita hayati apa isinya .. sbb menjadi penghuni A'raaf ni adalah lebih baik dari jadi penghuni neraka, nauzubillah ..
agak panjang juga huraiannya.. tp sesuatu ilmu yg amat baik utk diketahui ...
Orang-Orang yang Timbangan Kebaikan dan Keburukannya Seimbang (Sama)
utk ramadan kali ni aby akan cuba membuat entri2 keugamaan, tajuk2 yg menarik ketika dikuliah masjid atau semasa diklas utk sama2 berkongsi ilmu ..
utk permulaan, aby bawa tajuk A'raaf yg mana penguhuninya dipanggil Ashabul A'raaf. A'raaf ni adalah tempat ketiga setelah syurga dan neraka .. amat jarang kita dengar tentang kewujudan a'raaf ni .. selalu yg kita dengar adalah syurga atau neraka .. tidak ada tempat in between .. jadi apabila aby dengar disatu kuliah masjid tentang a'raaf ni pasti la satu yg mengejutkan ..
mengikut ustaz tu .. a'raaf ni adalah tempat utk org yg perbuatan jahat nya semasa didunia tidak memadai utk di letak didalam neraka, manakala perbuatan baik nya tidak cukup utk diletakan didalam syurga .. atau, .Kaum yang mana antara kebaikan dan keburukan yang mereka lakukan seimbang, kebaikan mereka tidak dapat menjadikan mereka sampai kesyurga, sementara keburukan mereka tidak dapat menjadikan mereka sampai keneraka. jadinya, a'raaf ni la tempat sementara atau transit sebelum dipindahkan ke syurga .. dari sini, penghuni a'raaf ni boleh nampak penghuni neraka dan syurga .. bila depa nampak penghuni syurga, mereka ingin segera memasukinya .. tp bila melihat penghuni neraka, mereka meminta kpd allah agar tidak ditempatkan bersama sama dengan penghuni syurga
asalnya aby mcm tk percaya sbb tk pernah dicakap dalam kuliah2 yg pernah diikuti, tp bila kewujudan tempat tu ada disebut dalam surah al a'raaf, ayat 46-48 .. maka memang wujud tempat tu ...
aby pun buat google search psl a'raaf ni ... dibawah ni aby paparkan berkenaan dengan A'raaf ni ..
sama2 kita hayati apa isinya .. sbb menjadi penghuni A'raaf ni adalah lebih baik dari jadi penghuni neraka, nauzubillah ..
agak panjang juga huraiannya.. tp sesuatu ilmu yg amat baik utk diketahui ...
Orang-Orang yang Timbangan Kebaikan dan Keburukannya Seimbang (Sama)
وَبَيْنَهُمَا
حِجَابٌ وَعَلَى الأعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلا بِسِيمَاهُمْ
وَنَادَوْا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوهَا
وَهُمْ يَطْمَعُونَ .وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ
النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ .
وَنَادَى أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُمْ بِسِيمَاهُمْ
قَالُوا مَا أَغْنَى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ.
“Dan
di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas
A’raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan
itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surga:
“Salaamun ‘alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas
kalian]“. mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera
(memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni
neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami
bersama-sama orang-orang yang zalim itu. Dan orang-orang yang di atas
A’raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka
mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: “Harta yang kamu
kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi
manfaat kepadamu.”(QS. Al A’raf 46-48)
Pada hari kiamat
nanti manusia semuanya akan dihitung amalnya. Setelah penghitungan amal
selesai, diberikan kepada setiap orang catatan dari amal perbuatan
mereka itu. Bagi orang yang amal kebaikannya lebih banyak dari
keburukannya maka tempat kembalinya adalah surga. Sebaliknya, orang yang
amal keburukannya lebih banyak dari amal kebaikannya maka tempat
kembalinya adalah neraka. Lalu bagaimana dengan orang yang antara amal
kebaikan dan keburukan yang ia lakukan seimbang? Apakah mereka yang
disebut dengan ashabul a’raf? Siapakah ashabul a’raf sebenarnya? Apakah ada tempat ketiga setelah surga dan neraka?
Pengertian Al A’raf
A’raf adalah jama’ dari urf yang artinya pagar yang tinggi yang diletakkan antara penduduk surga dan penduduk neraka. Adapun secara bahasa makna urf yaitu tempat yang tinggi. (Fathul Qadir, Juz III hal 39)
Ibnu Jarir berkata bahwa yang dimaksud disini adalah dinding sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam firman Allah,
فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ
“Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa”. (Qs. Al Hadid 13)
Mujahid berkata : “Yang dimaksud a’raf adalah pembatas antara surga dan neraka.”
Ibnu Abbas berkata : “Ia adalah sebuah pagar “.
As-Sudi berkata : “Dinamakan a’raf karena penghuninya mengetahui keadaan manusia (yang ada di surga dan di neraka).” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/119)
Siapakah Ashabul A’raf?
Jumhur Ulama mengatakan bahwa ashabul a’raf adalah dari Bani Adam semuanya. Namun Muqatil berkata bahwa ini khusus ummat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam. Wallahu A’lam.
Adapun jika melihat berdasarkan amalan yang mereka perbuat maka dalam hal ini ada beberapa pendapat diantaranya:
1.Kaum yang mati
berperang di jalan Allah dalam keadaan bermaksiat kepada orang tuanya.
Maksiatnya kepada orang tua menjadikan ia terhalang dari surga, jihadnya
di jalan Allah menjadikan ia terhalang untuk memasuki neraka. Pendapat
ini dikuatkan dengan sebuah riwayat dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.
(HR. Tabrani, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyatakan bahwa
hadits ini adalah hadits munkar (lihat As-Silsilah Ad-Da’ifah-
Mukhtasharah 6/ 292, no 2791)
2.Kaum yang mana
antara kebaikan dan keburukan yang mereka lakukan seimbang, kebaikan
mereka tidak bisa menjadikan mereka sampai kesurga, sementara keburukan
mereka tidak bisa menjadikan mereka sampai keneraka. Ini adalah pendapat
yang dikemukakan oleh Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Huzaifah
Asy-Sya’bi dan Qatadah.
3.Anak zina. Ini adalah diriwayatkan dari Shalih maula At-Tuamah dari Ibnu Abbas.
4.Kaum yang
shalih, yang ahli ilmu fiqih dan ulama, keberadaan mereka di sana adalah
dalam rangka menghibur diri mereka saja. Ini adalah diriwayatkan dari
Al-Hasan dan Mujahid.
5.Kaum yang mana
ayah mereka meridhai sementara ibunya tidak, begitu juga sebaliknya. Ini
adalah diriwayatkan oleh Abdul Wahab bin Mujahid dari Ibrahim.
6.Orang yang mati pada zaman fatroh (zaman kekosongan Nabi). Dan mereka tetap dalam agama mereka, ini diriwayatkan dari Abdul Aziz bin Yahya
7.Para Nabi, pendapat ini diriwayat dari Ibnu Al-Anbari.
8.Anak orang-orang musyrik, ini disebutkan oleh Al-Manjufi dalam tafsirnya.
9.Kaum yang beramal karena Allah tetapi mereka riya dalam amalnya. (Zadul Masiir, juz 2/484)
10.Suatu kaum
yang melakukan dosa kecil, akan tetapi dosa itu tidak terhapus dengan
sakit dan musibah ketika mereka di dunia. Dan mereka juga tidak
melakukan dosa-dosa besar. Maka dosa-dosa kecil itu menghalangi mereka
untuk masuk surga.
11.Para malaikat
yang bertugas memilah-milah siapa yang mu`min dan yang kafir sebelum
mereka dimasukkan kedalam surga atau neraka. Namun pendapat ini perlu
diteliti karena yang disebutkan dalam ayat Al-Quran adalah seorang
laki-laki Ar Rijal). (Tafsir Al-Qurtubi, 7/212)
Ibnu Katsir
berkata: “Semua pendapat ini adalah saling berdekatan, yang kembali
kepada satu makna yaitu mereka adalah kaum yang kebaikan dan
keburukannya sama”. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/121)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berkata: “Pendapat yang shahih yaitu mereka (ashabul a’raf) adalah orang yang kebaikan dan keburukannya seimbang (sama)”. (Taisiriul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Manaan, 1/290)
Beberapa atsar sahabat yang berkenaan dengan hal ini diantaranya yaitu :
1.Huzaifah berkata: “Ashabul A’raf adalah
kaum yang mana antara kebaikan dan keburukan mereka seimbang, kemudian
Allah berfirman kepada mereka: “Masuklah surga dengan anugerah dan
ampunanKu, pada hari ini janganlah kalian takut dan janganlah kalian
bersedih hati”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsirnya, 12/453,
no 14688. Atsar yang serupa dengan ini juga diriwayatkan oleh
Al-Jama’ah.)
2.Ibnu Mas’ud
berkata: “Pada hari kiamat manusia dihisab, barang siapa yang
kebaikannya sedikit lebih banyak dari keburukannya maka ia masuk surga,
barang siapa yang keburukannya sedikit lebih banyak dari kebaikannya
maka ia masuk neraka”. Kemudian beliau membaca firman Allah pada surat
Al-A’raf 8-9. Kemudian ia berkata: “Sesungguhnya timbangan akan menjadi
ringan dengan amal meskipun sekecil zarrah, begitu
juga sebaliknya, ia bisa menjadi berat dengannya.” Kemudian beliau
berkata lagi : “Barang siapa yang kebaikan dan keburukannya seimbang
(sama) maka ia adalah ashabul A’raf,…”. (Tafsir Ath-Thabari, 12/454)
Keadaan Ashabul A’raf dan Perbuatan yang Bisa Mereka Lakukan
Orang yang berada pada tempat ini bisa melihat keadaan orang-orang yang ada di surga dan orang-orang yang ada di neraka.
Asy-Syaukani mengatakan dalam tafsirnya: “Ashabul A’raf mengenali
setiap penduduk surga dan penduduk neraka dengan beberapa tanda-tanda
yang ada pada mereka, seperti penduduk surga wajahnya memutih sementara
penduduk neraka wajahnya menghitam (Ali Imran 106), atau tanda-tanda
bekas wudhu yang tampak pada anggota wudhu orang-orang mukmin, atau
tanda-tanda lain yang Allah jadikan bagi setiap golongan yang mana
dengan tanda-tanda itu ashabul A’raf mengetahui mana orang yang sedang berbahagia dan mana yang sengsara. (Fathul Qadir, 3/40)
Ibnu Mas’ud berkata : “Ketika mereka (ashabul a’raf ) berada di atas Shirath, mereka
bisa mengetahui keadaan penduduk surga dan penduduk neraka. Maka
apabila mereka melihat keadaan penduduk surga mereka berkata:
“Keselamatan bagi kalian”, dan ketika mereka mengalihkan pandangan
mereka kesebelah kiri mereka bisa melihat penduduk neraka, mereka
berkata : “Ya Allah jangan jadikan kami bersama orang-orng dhalim”.
Mereka berlindung kepada Allah dari neraka yang mereka lihat itu. Adapun
orang yang banyak berbuat kebaikan, maka mereka diberi cahaya, yang
mana cahaya itu berada didepan mereka dan samping kanan mereka dan
mereka berjalan dengannya. Pada hari itu setiap hamba dan ummat diberi
cahaya. Maka ketika mereka semua sampai di atas Sirath¸ Allah mencabut cahaya orang-orang munafik, ketika ahli surga melihat apa yang terjadi pada orang munafik maka mereka berkata : “Ya Tuhan kami sempurnakanlah cahaya kami”. Adapun ashabul a’rafcahaya mereka hanya ada di arah depan saja. Itulah yang difirmankan oleh Allah : “mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memsukinya).” Kemudian
Ibnu Mas’ud berkata lagi : “Bagi seorang hamba apabila ia mengerjakan
amal kebaikan maka ditulis baginya sepuluh, dan jika ia melakukan
keburukan maka tidaklah ditulis baginya kecuali satu keburukan saja.
Maka celakalah orang yang satu amalnya mengalahkan sepuluh amalnya”.
(Tafsir Ath-Thabari 12/454, juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam
Tafsirnya, 3/419)
Adh-Dhahak mengatakan dari Ibnu Abbas: “Penghuni A’raf itu jika mereka memandang kearah penghuni neraka yang mereka kenal, mereka mengatakan : ‘Ya Rabb kami, janganlah engkau tempatkan kami bersama orang-orang dhalim’“. (Tafsir Ibnu Katsir 3/422)
Akhir Perjalanan Ashabul A’raf
Ibnu Abbas berkata : “Sesungguhnya Allah memasukkan Ashabul A’raf kedalam surga, yaitu Allah berfirman yang artinya: “Masuklah kalian kedalam surga, tidak ada ketakutan bagi kalian, dan janganlah kalian bersedih hati”.”
Adh-Dhahak
berkata : “Sesungguhnya Allah memasukkan ashabul a’raf kedalam surga
setelah ahli surga memasukinya, yaitu firmanNya yang artinya : “Masuklah kalian kedalam surga, tidak ada ketakutan bagi kalian dan janganlah kalian bersedih hati”.” Seperti hal ini juga dikatakan oleh As-Sudi.
Ashabul A’raf merupakan salah satu golongan yang akan mendapat syafa’at dari Nabishalallahu alaihi wa sallam.
Imam Ath-Thabarani meriwayatkan, bahwa Ibnu Abbas berkata:
السَّابِقُ
بِالْخَيْرَاتِ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَالْمُقْتَصِدُ
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ، وَالظالِمُ لِنَفْسِهِ،
وَأَصْحَابُ الأَعْرَافِ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ.
“Orang-orang
yang berlomba-lomba dalam kebajikan memasuki surga dengan tanpa hisab,
orang yang pertengahan memasuki surga dengan rahmat Allah, dan orang
yang menzalimi diri mereka sendiri dan ashabul a’raf mereka masuk surga
dengan syafa’at dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam.” (Al-Mu’jam Al-Kabir Lith-Thabrani, 9/391, no 11292)
WerdahJuly 11, 2013 at 7:41 PM
Assalamu'alaikum aby
Kak pernah menulis tentang suasana alam akhirat seperti dalam surah al-A'raaf ni.
http://harmoniinn.blogspot.com/2009/09/suasana-alam-akhirat-19-surah-al-araaf.html
Surah Al-A'raf ini dinamakan Al-A'raf krn di dlmnya trdpt kisah "Ashabul A'raf" iaitu menceritakan ttg org2 yg mendiami tempat2 tinggi sebgaimana yg disebut dlm ayat 46 hingga 49.. Mengikut para pentafsir Al-A'raf ini adalah sebuah bukit yg terletak antara syurga dan neraka. Bukit ini didiami oleh org2 yg SAMA BERAT DOSA DAN PAHALANYA (menurut sestengah para mufassirin).. Mereka tinggal di sana untuk sementara waktu sebelum dibenarkan masuk ke syurga. Suasana Alam Akhirat yang digambarkan dalam surah ini adalah yang terpanjang, menggambarkan perbualan2 Ashabul A'raf dan pemandangan yang dapat didengar dan dilihat.
kedudukan kedua2 tempat bagi kedua2 penduduk ini (syurga dan neraka)berjauhan dan dipisahkan dengan "Al-A'raaf" (Tembok/benteng Tinggi/Tempat Yang Tinggi).. namun masing2 dapat berhubung kata antara satu sama lain.. Penduduk syurga yg berada di tempat yg paling tinggi boleh berkata2 kpd penduduk neraka yg berada di lembah yg paling rendah begitu juga sebaliknya.. "Dan di antara keduanya (Syurga dan Neraka) ada tembok "Al-A`raaf "(yang menjadi) pendinding/tabir/sekatan/tembok dan di atas tembok Al-A`raaf itu ada sebilangan orang-orang lelaki yang mengenal tiap-tiap seorang (dari ahli-ahli Syurga dan Neraka) itu, dengan tanda masing-masing dan mereka pun menyeru ahli Syurga (dengan memberi salam, katanya): "Salaamun Alaikum" (salam sejahtera kepada kamu). Sedang mereka, sendiri belum lagi masuk Syurga, padahal mereka ingin sangat memasukinya. (46)..
Tentang tabir ini Allah ada juga menyebut dalam surah Al-Hadid ayat 13
فَضُرِبَ بَيۡنَہُم بِسُورٍ۬ لَّهُ ۥ بَابُۢ بَاطِنُهُ ۥ فِيهِ ٱلرَّحۡمَةُ وَظَـٰهِرُهُ ۥ مِن قِبَلِهِ ٱلۡعَذَابُ
Maksudnya : "Baliklah kamu ke belakang, kemudian carilah cahaya (di sana), serta diadakanlah di antara mereka (yang beriman dan yang munafik itu) sebuah tembok yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya mengandungi rahmat (Syurga dan nikmat) dan di sebelah luarnya, dari situ terdapat (Neraka) dan azab seksa". (13)
Dalam ayat (46) Allah menyebut bahawa ada sebuah tembok yg didiami Ashabul A'raf, mereka tinggal di sana dan dapat menyaksikan org2 yg menjadi penduduk syurga dan org2 yg menjadi penduduk neraka. Mereka dpt melihat tanda2 pd muka setiap orang.. Ini juga disebutkan dalam surah Abasa ayat 38 - 42
Ini antara yang tertulis di N3 kak dan ada persamaan dengan apa yang aby tulis di sini.
Soalan:
Assalamu'alaikum wbt..
Ustazah, semoga sihat sentiasa..saya ada soalan ustazah.. kali ini tentang tafsir surah al-A'raf ayat 44-49..
ketika sharing dgn kawan ttg pengakhiran kita hanya dua, iaitu syurga atau neraka.. dan tiba2 kawan itu kata, dia pernah dgr seorg ustaz kata, yang nanti di akhirat kelak akan ada satu tempat antara syurga dan neraka yang dinamakan a'raf..
lalu dia menyebut ayat 44-49 surah al-a'raf.. mohon ustazah tolong beri pencerahan.. jazakillahu khairan katheera ustazah.. maaf jika email saya kurang baik bahasanya..
Jawapan:
Wa’alaikmuus-salam wr.wb.
Terjemahan surah al-A’raf ayat 44 – 49:
Dan (apabila ahli-ahli Syurga itu berada di tempat masing-masing), berserulah mereka kepada ahli Neraka dengan berkata: Sesungguhnya kami telah dapati apa yang telah dijanjikan kepada kami oleh Tuhan kami, semuanya betul. Maka adakah kamu juga telah dapati apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kamu itu semuanya betul?. Mereka menjawab: Benar ada. Kemudian berserulah penyeru (malaikat) di antara mereka (kedua-dua puak itu) menyatakan: Bahawa laknat Allah tertimpa ke atas orang-orang yang zalim. (44)
Iaitu mereka yang menghalang (dirinya sendiri dan juga orang lain) dari menurut jalan Allah dan mencari helah menjadikan jalan itu bengkok terpesong, sedang mereka pula tidak percayakan hari akhirat. (45)
Dan di antara keduanya (Syurga dan Neraka) ada tembok "Al-A`raaf "(yang menjadi) pendinding dan di atas tembok Al-A`raaf itu ada sebilangan orang-orang lelaki yang mengenal tiap-tiap seorang (dari ahli-ahli Syurga dan Neraka) itu, dengan tanda masing-masing dan mereka pun menyeru ahli Syurga (dengan memberi salam, katanya): "Salaamun Alaikum" (salam sejahtera kepada kamu). Sedang mereka, sendiri belum lagi masuk Syurga, padahal mereka ingin sangat memasukinya. (46)
Dan apabila dialihkan pandangan mereka ke arah ahli Neraka, mereka (berdoa dengan) berkata: Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang zalim. (47)
Dan orang-orang yang berada di atas tembok Al-A`raaf menyeru beberapa orang (Ketua kaum kafir) yang mereka kenal dengan tandanya, dengan berkata: Nampaknya kumpulan kamu yang ramai (atau kekayaan kamu yang besar) dan juga segala apa yang kamu sombongkan dahulu tidak dapat menolong kamu. (48)
(Mereka bertanya pula kepada ketua-ketua kaum kafir itu dengan berkata): Itukah orang-orang yang kamu ejek-ejek dahulu dan kamu bersumpah bahawa mereka tidak akan beroleh rahmat dari Allah? (Sekarang dikatakan kepada mereka): Masuklah kamu ke dalam Syurga, tidak ada kebimbangan (dari berlakunya sesuatu yang tidak baik) terhadap kamu dan kamu pula tidak akan berdukacita. (49)
Kita dapati perkataan (al-A’raf) telah disebut sebanyak 2 kali, iaitu pada ayat ke 46 dan 48. Menurut Ibn Kathir dan para mufassir lain, (al-A’raf) ialah tembok atau dinding yang menghalang ahli neraka sampai ke syurga.
Kata Ibn Jarir, (al-A’raf) adalah kata jamak (plural) bagi ‘urf. ‘Urf bermaksud tempat yang tinggi atau tanah tinggi. Apa-apa yang lebih tinggi daripada yang lain dipanggil ‘urf.
Dinyatakan di dalam ayat-ayat di atas bahawa di atas (al-A’raf) terdapat rijal, iaitu beberapa orang lelaki (secara tidak langsung termasuk juga perempuan). Mereka dipanggil ashab al-A’raf. Siapakah pula ashab al-A’raf itu?
Al-Hafidz Ibn Mardawaih meriwayatkan daripada Jabir bin Abdullah r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. telah ditanya mengenai orang-orang yang kebaikan dan kejahatannya sama berat. Baginda s.a.w. menjawab: “Mereka itu adalah ashab al-A’raf. Mereka belum lagi masuk Syurga, padahal mereka ingin sangat memasukinya.”
Ibn Jarir berkata, Huzaifah r.a. juga meriwayatkan bahawa Baginda s.a.w. ditanya tentang ashab al-A’raf. Maha Baginda menjelaskan: “Mereka adalah kaum atau golongan yang kebaikan dan kejahatannya sama berat. Kejahatan mereka menjadi penghalang bagi mereka masuk syurga. Kebaikan mereka pula menjauhkan mereka dari neraka. Maka mereka terhenti di atas tembok itu sehingga Allah memutuskan kesudahan buat mereka.”
Di dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w. ditanya tentang ashab al-A’raf. Baginda bersabda (maksudnya): “Mereka adalah orang terakhir dari kalangan hamba yang dibicarakan. Apabila Tuhan Rabb al-‘alamin selesai memutuskan kesudahan hamba-hambaNya, Dia berfirman kepada mereka (ashab al-A’raf): “Kamu adalah kaum yang dikeluarkan dari neraka oleh hasanahmu, dan kamu belum masuk ke dalam syurga. Maka sekarang kamu adalah orang-orang yang Aku merdekakan (‘utaqa-i). Maka masuklah kamu ke dalam syurga dari (pintu) mana yang kamu mahu.”
Kak pernah menulis tentang suasana alam akhirat seperti dalam surah al-A'raaf ni.
http://harmoniinn.blogspot.com/2009/09/suasana-alam-akhirat-19-surah-al-araaf.html
Surah Al-A'raf ini dinamakan Al-A'raf krn di dlmnya trdpt kisah "Ashabul A'raf" iaitu menceritakan ttg org2 yg mendiami tempat2 tinggi sebgaimana yg disebut dlm ayat 46 hingga 49.. Mengikut para pentafsir Al-A'raf ini adalah sebuah bukit yg terletak antara syurga dan neraka. Bukit ini didiami oleh org2 yg SAMA BERAT DOSA DAN PAHALANYA (menurut sestengah para mufassirin).. Mereka tinggal di sana untuk sementara waktu sebelum dibenarkan masuk ke syurga. Suasana Alam Akhirat yang digambarkan dalam surah ini adalah yang terpanjang, menggambarkan perbualan2 Ashabul A'raf dan pemandangan yang dapat didengar dan dilihat.
kedudukan kedua2 tempat bagi kedua2 penduduk ini (syurga dan neraka)berjauhan dan dipisahkan dengan "Al-A'raaf" (Tembok/benteng Tinggi/Tempat Yang Tinggi).. namun masing2 dapat berhubung kata antara satu sama lain.. Penduduk syurga yg berada di tempat yg paling tinggi boleh berkata2 kpd penduduk neraka yg berada di lembah yg paling rendah begitu juga sebaliknya.. "Dan di antara keduanya (Syurga dan Neraka) ada tembok "Al-A`raaf "(yang menjadi) pendinding/tabir/sekatan/tembok dan di atas tembok Al-A`raaf itu ada sebilangan orang-orang lelaki yang mengenal tiap-tiap seorang (dari ahli-ahli Syurga dan Neraka) itu, dengan tanda masing-masing dan mereka pun menyeru ahli Syurga (dengan memberi salam, katanya): "Salaamun Alaikum" (salam sejahtera kepada kamu). Sedang mereka, sendiri belum lagi masuk Syurga, padahal mereka ingin sangat memasukinya. (46)..
Tentang tabir ini Allah ada juga menyebut dalam surah Al-Hadid ayat 13
فَضُرِبَ بَيۡنَہُم بِسُورٍ۬ لَّهُ ۥ بَابُۢ بَاطِنُهُ ۥ فِيهِ ٱلرَّحۡمَةُ وَظَـٰهِرُهُ ۥ مِن قِبَلِهِ ٱلۡعَذَابُ
Maksudnya : "Baliklah kamu ke belakang, kemudian carilah cahaya (di sana), serta diadakanlah di antara mereka (yang beriman dan yang munafik itu) sebuah tembok yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya mengandungi rahmat (Syurga dan nikmat) dan di sebelah luarnya, dari situ terdapat (Neraka) dan azab seksa". (13)
Dalam ayat (46) Allah menyebut bahawa ada sebuah tembok yg didiami Ashabul A'raf, mereka tinggal di sana dan dapat menyaksikan org2 yg menjadi penduduk syurga dan org2 yg menjadi penduduk neraka. Mereka dpt melihat tanda2 pd muka setiap orang.. Ini juga disebutkan dalam surah Abasa ayat 38 - 42
Ini antara yang tertulis di N3 kak dan ada persamaan dengan apa yang aby tulis di sini.
Ada tempat antara syurga dan
neraka?
Soalan:
Assalamu'alaikum wbt..
Ustazah, semoga sihat sentiasa..saya ada soalan ustazah.. kali ini tentang tafsir surah al-A'raf ayat 44-49..
ketika sharing dgn kawan ttg pengakhiran kita hanya dua, iaitu syurga atau neraka.. dan tiba2 kawan itu kata, dia pernah dgr seorg ustaz kata, yang nanti di akhirat kelak akan ada satu tempat antara syurga dan neraka yang dinamakan a'raf..
lalu dia menyebut ayat 44-49 surah al-a'raf.. mohon ustazah tolong beri pencerahan.. jazakillahu khairan katheera ustazah.. maaf jika email saya kurang baik bahasanya..
Jawapan:
Wa’alaikmuus-salam wr.wb.
Terjemahan surah al-A’raf ayat 44 – 49:
Dan (apabila ahli-ahli Syurga itu berada di tempat masing-masing), berserulah mereka kepada ahli Neraka dengan berkata: Sesungguhnya kami telah dapati apa yang telah dijanjikan kepada kami oleh Tuhan kami, semuanya betul. Maka adakah kamu juga telah dapati apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kamu itu semuanya betul?. Mereka menjawab: Benar ada. Kemudian berserulah penyeru (malaikat) di antara mereka (kedua-dua puak itu) menyatakan: Bahawa laknat Allah tertimpa ke atas orang-orang yang zalim. (44)
Iaitu mereka yang menghalang (dirinya sendiri dan juga orang lain) dari menurut jalan Allah dan mencari helah menjadikan jalan itu bengkok terpesong, sedang mereka pula tidak percayakan hari akhirat. (45)
Dan di antara keduanya (Syurga dan Neraka) ada tembok "Al-A`raaf "(yang menjadi) pendinding dan di atas tembok Al-A`raaf itu ada sebilangan orang-orang lelaki yang mengenal tiap-tiap seorang (dari ahli-ahli Syurga dan Neraka) itu, dengan tanda masing-masing dan mereka pun menyeru ahli Syurga (dengan memberi salam, katanya): "Salaamun Alaikum" (salam sejahtera kepada kamu). Sedang mereka, sendiri belum lagi masuk Syurga, padahal mereka ingin sangat memasukinya. (46)
Dan apabila dialihkan pandangan mereka ke arah ahli Neraka, mereka (berdoa dengan) berkata: Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang zalim. (47)
Dan orang-orang yang berada di atas tembok Al-A`raaf menyeru beberapa orang (Ketua kaum kafir) yang mereka kenal dengan tandanya, dengan berkata: Nampaknya kumpulan kamu yang ramai (atau kekayaan kamu yang besar) dan juga segala apa yang kamu sombongkan dahulu tidak dapat menolong kamu. (48)
(Mereka bertanya pula kepada ketua-ketua kaum kafir itu dengan berkata): Itukah orang-orang yang kamu ejek-ejek dahulu dan kamu bersumpah bahawa mereka tidak akan beroleh rahmat dari Allah? (Sekarang dikatakan kepada mereka): Masuklah kamu ke dalam Syurga, tidak ada kebimbangan (dari berlakunya sesuatu yang tidak baik) terhadap kamu dan kamu pula tidak akan berdukacita. (49)
Kita dapati perkataan (al-A’raf) telah disebut sebanyak 2 kali, iaitu pada ayat ke 46 dan 48. Menurut Ibn Kathir dan para mufassir lain, (al-A’raf) ialah tembok atau dinding yang menghalang ahli neraka sampai ke syurga.
Kata Ibn Jarir, (al-A’raf) adalah kata jamak (plural) bagi ‘urf. ‘Urf bermaksud tempat yang tinggi atau tanah tinggi. Apa-apa yang lebih tinggi daripada yang lain dipanggil ‘urf.
Dinyatakan di dalam ayat-ayat di atas bahawa di atas (al-A’raf) terdapat rijal, iaitu beberapa orang lelaki (secara tidak langsung termasuk juga perempuan). Mereka dipanggil ashab al-A’raf. Siapakah pula ashab al-A’raf itu?
Al-Hafidz Ibn Mardawaih meriwayatkan daripada Jabir bin Abdullah r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. telah ditanya mengenai orang-orang yang kebaikan dan kejahatannya sama berat. Baginda s.a.w. menjawab: “Mereka itu adalah ashab al-A’raf. Mereka belum lagi masuk Syurga, padahal mereka ingin sangat memasukinya.”
Ibn Jarir berkata, Huzaifah r.a. juga meriwayatkan bahawa Baginda s.a.w. ditanya tentang ashab al-A’raf. Maha Baginda menjelaskan: “Mereka adalah kaum atau golongan yang kebaikan dan kejahatannya sama berat. Kejahatan mereka menjadi penghalang bagi mereka masuk syurga. Kebaikan mereka pula menjauhkan mereka dari neraka. Maka mereka terhenti di atas tembok itu sehingga Allah memutuskan kesudahan buat mereka.”
Di dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w. ditanya tentang ashab al-A’raf. Baginda bersabda (maksudnya): “Mereka adalah orang terakhir dari kalangan hamba yang dibicarakan. Apabila Tuhan Rabb al-‘alamin selesai memutuskan kesudahan hamba-hambaNya, Dia berfirman kepada mereka (ashab al-A’raf): “Kamu adalah kaum yang dikeluarkan dari neraka oleh hasanahmu, dan kamu belum masuk ke dalam syurga. Maka sekarang kamu adalah orang-orang yang Aku merdekakan (‘utaqa-i). Maka masuklah kamu ke dalam syurga dari (pintu) mana yang kamu mahu.”
7:31PM - 2 Nov 2014
Kami ada hak cabar fatwa, kata SIS pada Azmin
NGO Sisters in Islam (SIS) hari ini menegaskan adalah menjadi hak mereka
untuk mencabar fatwa Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) terhadap
mereka.
Mengulas kenyataan Menteri Besar Selangor Azmin Ali, Pengurus Program SIS Suri Kempe berkata NGO itu boleh mengambil tindakan undang-undang kerana asas kebebasan mereka telah disekat.
"Sudah tentu kami berhak secara undang-undang untuk mencabar sesuatu yang cuba menyekat kebebasan yang dijamin dalam perlembagaan sebagai dasar kita?" soalnya.
Beliau juga mahu penjelasan daripada Azmin berhubung maksud kenyataannya bahawa fatwa yang mengharamkan NGO itu kerana menyebarkan "liberalisme dan pluralisme" mesti dihormati.
Mengulas kenyataan Menteri Besar Selangor Azmin Ali, Pengurus Program SIS Suri Kempe berkata NGO itu boleh mengambil tindakan undang-undang kerana asas kebebasan mereka telah disekat.
"Sudah tentu kami berhak secara undang-undang untuk mencabar sesuatu yang cuba menyekat kebebasan yang dijamin dalam perlembagaan sebagai dasar kita?" soalnya.
Beliau juga mahu penjelasan daripada Azmin berhubung maksud kenyataannya bahawa fatwa yang mengharamkan NGO itu kerana menyebarkan "liberalisme dan pluralisme" mesti dihormati.
Perkongsian Mesej Yang Boleh Mendatangkan Syirik
Dengan pelbagai teknologi yang canggih pada zaman ini, perkongsian
sesuatu mesej maklumat dan juga ilmu menjadi semakin mudah bahkan hanya
boleh dilaksanakan dengan menekan butang 'share' atau copy & paste. Semakin mudah cara untuk berkongsi, maka lagi cepatlah mesej-mesej berkenaan tersebar.
Tetapi pernahkan anda menerima mesej yang seakan-akan mendorong kita
supaya berkongsi mesej tersebut? Sebagai contoh "Jika tidak forwardkan
mesej ini, nescaya anda akan ditimpa bala" atau mesej seperti "1 share =
1000 pahala" seperti gambar di bawah? Apakah hukumnya sekiranya kita
berkongsi mesej-mesej seperti ini?
Memetik dari khutbah Jumaat yang disampaikan di Surau Saujana Impian,
Kajang pada 31 Oktober, sekiranya kita berkongsi mesej seperti ini, kita
boleh menjadi syirik kepada Allah kerana kita percaya; sebagai contoh;
dengan berkongsi gambar diatas, kita boleh mendapat 1000 pahala. Atau
dengan perkataan lainnya, kita percaya mesej ini boleh mendatangkan
pahala padahal pahala dan dosa itu hanya boleh ditentukan oleh Allah.
Begitu juga dengan mesej yang berkaitan dengan bala.
Yang lebih merepeknya adalah dari mana datangnya nombor seperti 1 like =
10 doa dan 1 share = 1000 pahala? Adakah tertulis dalam mana-mana hadis
atau Al-Quran? Pada pandangan penulis mereka yang mula-mula megeluarkan
mesej ini hanyalah batak likes dan secara tidak langsung menyesatkan
umat Islam.
Satu lagi contoh status update batak likes. Memanipulasikan perasaan simpati manusia untuk meningkatkan likes & share pada status update. |
Berkenaan dengan mesej yang mempunyai berita palsu pula, Allah telah berfirman di dalam Al-Quran yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, kita boleh menyimpulkan bahawa Allah menyuruh kita
memeriksa kesahihan sesuatu berita sebelum kita mempercayai dan
menyebarkannya.
Jadi dinasihatkan kepada semua agar berhati-hati dengan apa mesej yang
dikongsi. Sila pastikan sumber anda sentiasa sahih dan tepat. Sentiasa
lah ingat bahawa setiap perkara ditentukan oleh Allah dan bukannya
benda-benda duniawi seperti butang share/like di Facebook. Always think
before you share .- Siakapkeli
Dedah perut : Hanis Zalikha dikritik!
PENGACARA popular ini sememangnya menjadi perhatian peminat kerana penampilannya sentiasa terkini.
Namun baru-baru ini dia sekali lagi menjadi perhatian gara-gara pakaian yang dikenakan sewaktu penggambaran bagi sebuah majalah tempatan menampakkan sedikit bahagian perutnya.
Perkara itu menyebabkan pemilik nama Hanis Zalikha ini dikritik hebat oleh pengikutnya di laman sosial Instagram.
Tertekan dengan kritikan tersebut, Hanis bagaimanapun bertindak menyekat beberapa pengikutnya kerana tidak mahu melayan komen-komen yang keterlaluan.
Pun begitu, sehingga kini pelakon Gangster Celop ini masih belum memberikan kenyataan berhubung kontroversinya itu.
Namun baru-baru ini dia sekali lagi menjadi perhatian gara-gara pakaian yang dikenakan sewaktu penggambaran bagi sebuah majalah tempatan menampakkan sedikit bahagian perutnya.
Perkara itu menyebabkan pemilik nama Hanis Zalikha ini dikritik hebat oleh pengikutnya di laman sosial Instagram.
Tertekan dengan kritikan tersebut, Hanis bagaimanapun bertindak menyekat beberapa pengikutnya kerana tidak mahu melayan komen-komen yang keterlaluan.
Pun begitu, sehingga kini pelakon Gangster Celop ini masih belum memberikan kenyataan berhubung kontroversinya itu.
Ayob Hussin shared Nik Hua's status update.
Belum nikah dah kena tuduh..
Mcm belum nyamun kena tuduh nyamun..
saya percaya .. kes ini akan menimbulkan kemarahan mujahideen dan Alqaeda....
Jangan cuma nak salahkan puak mujahideen dan Alqaeda... kalau kalau mereka menuntut dendam dan hutang.....
Mcm belum nyamun kena tuduh nyamun..
saya percaya .. kes ini akan menimbulkan kemarahan mujahideen dan Alqaeda....
Jangan cuma nak salahkan puak mujahideen dan Alqaeda... kalau kalau mereka menuntut dendam dan hutang.....
Tak kan salahnya begitu besar.. dia cuma nak membela umat Islam yg
diserang dan dibunuh..... dia lebih mulia dari saya... lebih mulia dari
sang penguasa...
Nik Hua added 2 new photos.
Ummi
Kalsom Bahak (25), bakal di penjara seumur hidup atau 30 tahun di
pengadilan Malaysia kerana memberikan dukungan pada Daulah Khilafah
Islamiyyah dan cubaa untuk menikah
dengan mujahidin Khilafah disana... 30 tahun atau seumur hidup bakal
dikenakan kepada ummi adalah hukuman gila.!! Adakah hukuman ini
merupakan cara malaysia menunjukan kesetiaannya kepada golongan yahudi??
Adoi... Fesyen Ape Ni Bro...
Fesyen Melampau dikatakan kurang ajar, kurang sopan, seorang gadis yang
dikecam orang awam, Pakai seluar pun nampak buntut, baik tak perlu
pakai, nak tunjuk kat orang ramai ke. kalau setakat nak tunjuk kat orag
ramai baik tak paya la.
Tag :
Informasi,
Pelik,
Wajib Tengok!
- Bin Mat Tahak Zainal Ezam kata: Wan Azizah tahu Anwar meliwat.....aku pula kata.....atas dasar apa aku nak percaya cakap Ezam mamat kotak nih.....
Peguam Ram gopal:
Doktor sahkan tiada tembusan di dubur Saiful, mana datang air mani?
PUTRAJAYA 30 OKT: Ram Karpal mempersoal mana datangnya air mani yang dikatakan ditemui dari dubur Mohd Saiful Bukhari Azlan sedangkan doktor Pusrawi, Dr Mohd Osman Abdul Hamid mendapati dubur pengadu dalam keadaan normal dan tiada tembusan berlaku.
Doktor sahkan tiada tembusan di dubur Saiful, mana datang air mani?
PUTRAJAYA 30 OKT: Ram Karpal mempersoal mana datangnya air mani yang dikatakan ditemui dari dubur Mohd Saiful Bukhari Azlan sedangkan doktor Pusrawi, Dr Mohd Osman Abdul Hamid mendapati dubur pengadu dalam keadaan normal dan tiada tembusan berlaku.
“Bagaimana kamu temui air mani dalam rektum apabila tiada terdapat bukti tembusan (penetration),” kata peguambela itu.
Katanya, perkara itu hanya boleh ditemui jika sampel berbeza digunakan.
Ram juga berkata, doktor Hospital Kuala Lumpur (HKL) tidak menemui sebarang tanda koyakan atau luka daripada Saiful akibat mempertahankan diri.
Kata Ram, ini menunjukkan terdapat keraguan terhadap tembusan faktum pada Saiful.
Justeru, katanya, hakim perbicaraan dan hakim mahkamah rayuan terkhilaf dengan menjangkakan sampel yang betul ditemui.
Ram selanjutnya berhujah, laporan pro forma di hospital menunjukkan Saiful melawan tetapi tiada luka akibat mempertahankan diri.
“Empat doktor, termasuk tiga daripada HKL, menyatakan tiada tanda-tanda kecederaan.
“Saiful berkata beliau diperlakukan secara kasar, menyebabkan kesakitan luar biasa tetapi tiada kecederaan,” kata Ram, dipetik Malaysiakini.
Ram sebelum itu berkata, Saiful mendakwa kejadian liwat itu berlaku lima minit (ketika memberi keterangan) tetapi memberitahu Supt Jude Pireira dan doktor HKL bahawa ia berlaku selama 30 minit.
“Jika begitu (tempoh) lebih lama, akan terdapat tanda-tanda kecederaan.
“Ia menimbulkan keraguan jelas pada testimoni Saiful,” katanya.
jubo datang beraksi dijabatan perdana menteri..
Katanya, perkara itu hanya boleh ditemui jika sampel berbeza digunakan.
Ram juga berkata, doktor Hospital Kuala Lumpur (HKL) tidak menemui sebarang tanda koyakan atau luka daripada Saiful akibat mempertahankan diri.
Kata Ram, ini menunjukkan terdapat keraguan terhadap tembusan faktum pada Saiful.
Justeru, katanya, hakim perbicaraan dan hakim mahkamah rayuan terkhilaf dengan menjangkakan sampel yang betul ditemui.
Ram selanjutnya berhujah, laporan pro forma di hospital menunjukkan Saiful melawan tetapi tiada luka akibat mempertahankan diri.
“Empat doktor, termasuk tiga daripada HKL, menyatakan tiada tanda-tanda kecederaan.
“Saiful berkata beliau diperlakukan secara kasar, menyebabkan kesakitan luar biasa tetapi tiada kecederaan,” kata Ram, dipetik Malaysiakini.
Ram sebelum itu berkata, Saiful mendakwa kejadian liwat itu berlaku lima minit (ketika memberi keterangan) tetapi memberitahu Supt Jude Pireira dan doktor HKL bahawa ia berlaku selama 30 minit.
“Jika begitu (tempoh) lebih lama, akan terdapat tanda-tanda kecederaan.
“Ia menimbulkan keraguan jelas pada testimoni Saiful,” katanya.
jubo datang beraksi dijabatan perdana menteri..
LikeLike · · Share
Ku Nan tuduh sesat, PAS rujuk undang-undang
KUALA LUMPUR:
PAS akan mengambil tindakan undang-undang terhadap Setiasaha Agung
Umno, Datuk Seri Tengku Adnan Tengku Mansor yang menuduh PAS sebagai
sebuah parti yang membawa ajaran sesat.
Ketua Penerangan PAS Pusat, Datuk Mahfuz Omar ketika dihubungi memberitahu akan merujuk kepada Lajnah Undang-Undang PAS bagi tindakan susulan
"Kita mengecam kenyataan Tengku Adnan yang menuduh PAS sebagai sebuah parti politik yang membawa jaran sesat dan memesongkan akidah umat Islam.
"Kita akan mendapatkan nasihat daripada Lajnah Undang-Undang bagi mempertimbangkan tindakan undang-undang kepada Setiausaha Agung Umno itu," jelasnya kepada Harakahdaily.
Adnan yang juga Menteri Wilayah Persekutuan berkata demikian ketika menyampaikan ucapan penutup Multaqa Kebangsaan, Biro Agama Umno di ibu negara.
Beliau turut mendakwa Umno merupakan parti Melayu yang dapat memastikan akidah umat Islam di Malaysia tetap terpelihara. - HARAKAHDAILY 2/11/2014
Ketua Penerangan PAS Pusat, Datuk Mahfuz Omar ketika dihubungi memberitahu akan merujuk kepada Lajnah Undang-Undang PAS bagi tindakan susulan
"Kita mengecam kenyataan Tengku Adnan yang menuduh PAS sebagai sebuah parti politik yang membawa jaran sesat dan memesongkan akidah umat Islam.
"Kita akan mendapatkan nasihat daripada Lajnah Undang-Undang bagi mempertimbangkan tindakan undang-undang kepada Setiausaha Agung Umno itu," jelasnya kepada Harakahdaily.
Adnan yang juga Menteri Wilayah Persekutuan berkata demikian ketika menyampaikan ucapan penutup Multaqa Kebangsaan, Biro Agama Umno di ibu negara.
Beliau turut mendakwa Umno merupakan parti Melayu yang dapat memastikan akidah umat Islam di Malaysia tetap terpelihara. - HARAKAHDAILY 2/11/2014
BOLEHKAH BUKAN MUSLIM SELAMAT DARI NERAKA?
Soalan: Ada ramai bukan muslim dalam dunia ini yang mati dalam keadaan tidak mengetahui tentang Islam. Mereka dianggap mati kafir. Mungkin juga mereka tahu tapi tidak faham tentang Islam. Apakah mereka tetap masuk nereka?
Jawapan Dr MAZA:
Ini satu soalan yang penting. Ramai muslim menganggap sesiapa yang bukan muslim dalam dunia ini pasti akan masuk neraka. Ada beberapa perlara yang perlu kita ketahui dalam hal ini.
1. Hujjatul Islam Al-Imam al-Ghazali (w. 505H) dalam Faisal al-Tafriqah bain al-Islam wa al-Zandaqah menyebut tentang mereka yang diselamatkan dengan rahmat Allah dari hukuman azab nereka, antaranya beliau menyebut: “Aku katakan bahawa kebanyakan Kristian Rom dan Turki pada zaman ini termasuk dalam rahmat ini –dengan izin Allah- iaitu mereka yang berada di penghujung Rome dan Turki yang tidak sampai dakwah. Mereka itu tiga golongan; (golongan pertama) mereka yang tidak sampai kepada mereka nama Muhammad sama sekali. Mereka itu dimaafkan. (golongan kedua) mereka yang sampai kepada mereka nama Muhammad, sifat-sifatnya dan segala mukjizat (bukti) yang telah nyata. Mereka ini berjiran dengan Negara Islam dan bergaul dengan kaum muslimin. Mereka ini kuffar yang nyata. (golongan ketiga) mereka ini antara dua keadaan. Sampai kepada mereka nama Muhammad s.a.w tetapi tidak sampai ciri dan sifatnya. Mereka sejak awal mendengar bahawa seorang pendusta yang mengelirukan bernama Muhammad telah mendakwa menjadi nabi…mereka ini pada pendapatku sama seperti golongan yang pertama. Mereka ini sekalipun mendengar nama Muhammad tetapi mereka juga mendengar apa yang bercanggahan dengan sifat-sifatnya. Ini tidak menggerakkan mereka untuk mencari kebenaran..”
Kenyataan al-Imam Ghazali ini sekalipun beliau bercakap pada zaman beliau tetapi juga memberi gambaran bahawa sesiapa sahaja yang tidak sampai hujah yang nyata tentang Islam sekalipun mengetahui nama Islam, tidak termasuk dalam golongan kafir yang layak dihukum neraka. Apatah lagi di zaman kita ini, di mana wajah Islam yang sebenar sering dikelirukan dan orang muslim juga sering bertindak mengelirukan orang lain tentang Islam yang sebenar. Tuhan Maha rahmat kepada sekelian hamba-hambaNYA.
2. Banyak hadangan yang telah dan sedang mendindingi cahaya yang hakiki Islam untuk sampai. Ini termasuk kemunduran negara umat Islam yang sentiasa porak-peranda, kelam-kabut, merusuh dan bergolak. Sikap buruk sesetengah orang muslim yang mendominasi keadaan lalu gagal menjadi contoh dan teladan yang baik kepada masyarakat dunia. Ditambah media massa Barat yang memberikan wajah buruk tentang Islam; disokong pula oleh tindakan umat Islam sendiri. Lihat Iran yang menzalimi rakyatnya, Pakistan yang porak peranda dan menindas wanita dan Dunia Arab yang sentiasa korupsi dan menumpah darah antara satu sama lain. Kelompok-kelompok kononnya jihad yang mengebom di sana-sini. Mereka semua itu telah menggunakan lencana ‘Islam’, jenama ‘Islam’, lambang ‘Islam’ sehingga Islam yang hakiki menjadi begitu suram dan kabur. Kesemua itu adalah gunung dan bukit yang menghalang cahaya keindahan Islam yang hakiki dari menembusi jiwa kebanyakan manusia hari ini. Maka, bukanlah satu keadilan jika Allah menghukum mereka di akhirat dalam keadaan demikian. Allah berfirman:
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
“Tidaklah tuhanmu itu zalim terhadap hambaNya” (Fussilat: 46).
3. Namun tidak dinafikan ada yang telah sampai penerangan yang jelas melalui jalan yang Allah kehendaki. Cuma, bukan semua berpeluang. Mungkin kita kata: mereka boleh cari Islam yang sebenar dalam internet. Malangnya, maklumat dalam internet juga bercampur baur antara yang benar dan yang palsu, antara yang indah dan buruk. Entah berapa banyak puak dan aliran dalam masyarakat muslim. Jika orang yang lahir dalam masyarakat Islam pun keliru, apatahlagi yang baru hendak mencari. Kemudian, bukan semua orang mempunyai kemampuan analisa. Tidak pula semua mempunyai cukup masa. Ada ramai yang tua dan tidak berpendidikan yang cukup. Juga bukan semua yang sedar bahawa mereka tidak berada atas hidayah. Jika pada zaman dahulu, Salman al-Farisi mengembara dari Parsi untuk mencari Nabi dengan penuh dugaan dan derita, tapi berapa orangkah penduduk Parsi yang sanggup sepertinya?!!. Parsi hanya menerima Islam selepas kewafatan Nabi s.a.w dengan sampainya tentera Umar bin al-Khattab ke sana. Jika Allah mewajibkan semua orang lakukan seperti Salman, pasti suatu bebanan yang tidak tertanggung oleh manusia.
4. Para sarjana bersepakat dengan prinsip yang ditegaskan oleh al-Quran bahawa Allah iaitu Allah tidak akan mengazabkan seseorang melainkan setelah diutuskan rasul. Sesiapa yang tidak sampai kepadanya ajaran yang benar dari seorang rasul, tidak ditegakkan hujah yang teguh sehingga tiada alasan untuk ragu dan syak, maka dia tidak akan diazabkan oleh Allah. Ini seperti yang Allah tegaskan:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
(maksudnya) “Tiadalah Kami mengazabkan sesiapapun sehingga Kami mengutuskan seorang rasul” (Surah al-Israk: 15).
Inilah yang menyelamatkan bukan muslim yang tidak sampai hujah hidayah kepada mereka. Bahkan inilah juga yang menyelamatkan muslim yang jahil yang tidak disampaikan hujah dalam amalan atau kepercayaan tentang Islam mengenai sesuatu perkara. Al-Sa’di dalam tafsirnya menyebut: “Allah itu Maha Adil, Dia tidak akan mengazab seseorang melainkan ditegakkan hujah dengan pengutusan rasul tapi dia menolaknya. Adapun sesiapa yang tidak sampai kepadanya hujah Allah, maka sesungguhnya dia tidak diazab”.
5. Ini dikuatkan lagi dengan firman Allah:
رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
(maksudnya) “Rasul-rasul pembawa khabar gembira dan amaran supaya tiada bagi manusia suatu hujah (alasan untuk berdalih pada hari kiamat) terhadap Allah sesudah mengutuskan rasul-rasul itu. dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana” (al-Nisa: 165).
6. Juga dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari yang menceritakan Allah mengampuni kekufuran disebabkan kejahilan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " كَانَ رَجُلٌ يُسْرِفُ عَلَى نَفْسِهِ فَلَمَّا حَضَرَهُ المَوْتُ قَالَ لِبَنِيهِ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، ثُمَّ اطْحَنُونِي، ثُمَّ ذَرُّونِي فِي الرِّيحِ، فَوَاللَّهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبَنِّي عَذَابًا مَا عَذَّبَهُ أَحَدًا، فَلَمَّا مَاتَ فُعِلَ بِهِ ذَلِكَ، فَأَمَرَ اللَّهُ الأَرْضَ فَقَالَ: اجْمَعِي مَا فِيكِ مِنْهُ، فَفَعَلَتْ، فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ، فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ قَالَ: يَا رَبِّ خَشْيَتُكَ، فَغَفَرَ لَهُ
Daripada Abu Hurairah r.a daripada Nabi s.a.w, sabda baginda: “Dahulu ada seorang lelaki yang kecewa terhadap dirinya. Ketika dia hampir mati, dia berkata kepada anak-anaknya: “Jika aku mati kamu semua bakarlah aku, hancur debukan aku kemudian jadikan aku ditiup angin. Demi Allah! Jika tuhanku dapat menangkapku nescaya DIA akan mengazabku dengan azab yang DIA tidak pernah azab sesiapa pun”. Apabila dia mati, hasratnya dilakukan kepadanya. Maka Allah memerintahkan bumi: “Himpunkan dia”. Maka bumi lakukannya lalu dia pun berdiri (dibangkitkan). Allah berkata: “Apakah yang menyebabkan engkau lakukan tindakanmu itu?”. Dia menjawab: “Wahai Tuhanku, kerana takutkan Engkau”. Maka Allah pun mengampunkannya.
Al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani (meninggal 852H) ketika mensyarahkan hadis ini dalam Fath al-Bari memetik ulasan al-Khattabi yang menyebut: “Mungkin hadis ini menimbulkan kemusykilan bagaimana dia diampunkan sedangkan dia mengingkari Hari Kebangkitan dan kudrat Allah menghidupkan orang yang mati. Jawapannya, dia sebenarnya tidak engkar tetapi jahil lalu menyangka bahawa jika dilakukan ke atasnya seperti itu dia tidak dibangkitkan dan diazab. Sesungguhnya telah zahir imannya dengan dia mengiktiraf bahawa dia lakukan hal itu kerana takutkan Allah”.
Syeikh al-Islam Ibn Taimiyyah (meninggal 728H) pula dalam karyanya al-Istiqamah mengulas hadis ini dengan menyebut: “Lelaki ini percaya bahawa Allah tidak mempu menghimpunkannya jika dia berbuat demikian ataupun dia syak bahawa Allah tidak membangkitkannya. Kedua-dua iktikad ini kufur yang dihukum kafir sesiapa yang telah tertegak hujah untuknya (sampai kepadanya penerangan yang mencukupi). Namun lelaki ini jahil mengenai hal itu dan tidak sampai kepadanya ilmu yang mengeluarkannya dari kejahilannya. Pun begitu dia ada iman kepada Allah, suruhan dan laranganNYA, janji nikmat dan azabNYA maka dia takutkan balasannya maka dia pun diampunkan disebabkan ketakutannya itu”.
Ibn Taimiyyah menambah lebih dalam lagi: “Maka sesiapa dalam kalangan ahli iman kepada Allah, rasulNYA, Hari Akhirat serta beramal soleh yang tersilap dalam sebahagian masalah akidah sudah pasti tidak lebih buruk dari lelaki tadi. Allah akan mengampuni kesilapannya (ahli iman tersebut), DIA akan mengazabkannya jika ada kecuaian dalam menuruti kebenaran dengan kadar pegangan agamanya. Adapun mengkafirkan individu yang diketahui imannya hanya semata kerana kesilapan tersebut maka itu satu kesalahan yang besar”. (Ibn Taimiyyah, al-Istiqamah, 1l168, Madinah Munawwarah: Univ al-Imam Sa’ud)
7. Al-Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah (meninggal 751H) dalam karyanya Tariq al-Hijratain menyebut: “Sesungguhnya azab itu layak diterima kerana dua sebab; pertama, tidak mahu mendengar hujah serta enggan menerima dan beramal dengan tuntutannya. Kedua, berkeras setelah ditegakkan hujah dan meninggalkan tanggungjawab berkaitan. Maka jenis yang pertama; kufur berpaling (enggan mendengar) dan yang kedua; kufur keras kepala. Adapun kufur kerana jahil tanpa ditegakkan hujah dan tanpa kemampuan untuk mengenali hujah, jenis inilah yang Allah tidak akan azab sehingga tertegaknya hujah rasul”. Seterus Ibn Qayyim menyebut lagi: “Sesungguhnya penegakan hujah itu berbeza dengan berbezanya zaman, tempat dan individu. Mungkin dikira tertegaknya hujah ke atas orang-orang kafir pada suatu zaman, tidak pula pada zaman yang lain. Juga dikira tertegak pada satu tempat atau kawasan, tidak pada tempat atau kawasan yang lain. Demikian untuk seseorang, namun tidak pada individu lain” (m/s 438. Kaherah: Maktabah al-Mutanabi)
Soalan: Ada ramai bukan muslim dalam dunia ini yang mati dalam keadaan tidak mengetahui tentang Islam. Mereka dianggap mati kafir. Mungkin juga mereka tahu tapi tidak faham tentang Islam. Apakah mereka tetap masuk nereka?
Jawapan Dr MAZA:
Ini satu soalan yang penting. Ramai muslim menganggap sesiapa yang bukan muslim dalam dunia ini pasti akan masuk neraka. Ada beberapa perlara yang perlu kita ketahui dalam hal ini.
1. Hujjatul Islam Al-Imam al-Ghazali (w. 505H) dalam Faisal al-Tafriqah bain al-Islam wa al-Zandaqah menyebut tentang mereka yang diselamatkan dengan rahmat Allah dari hukuman azab nereka, antaranya beliau menyebut: “Aku katakan bahawa kebanyakan Kristian Rom dan Turki pada zaman ini termasuk dalam rahmat ini –dengan izin Allah- iaitu mereka yang berada di penghujung Rome dan Turki yang tidak sampai dakwah. Mereka itu tiga golongan; (golongan pertama) mereka yang tidak sampai kepada mereka nama Muhammad sama sekali. Mereka itu dimaafkan. (golongan kedua) mereka yang sampai kepada mereka nama Muhammad, sifat-sifatnya dan segala mukjizat (bukti) yang telah nyata. Mereka ini berjiran dengan Negara Islam dan bergaul dengan kaum muslimin. Mereka ini kuffar yang nyata. (golongan ketiga) mereka ini antara dua keadaan. Sampai kepada mereka nama Muhammad s.a.w tetapi tidak sampai ciri dan sifatnya. Mereka sejak awal mendengar bahawa seorang pendusta yang mengelirukan bernama Muhammad telah mendakwa menjadi nabi…mereka ini pada pendapatku sama seperti golongan yang pertama. Mereka ini sekalipun mendengar nama Muhammad tetapi mereka juga mendengar apa yang bercanggahan dengan sifat-sifatnya. Ini tidak menggerakkan mereka untuk mencari kebenaran..”
Kenyataan al-Imam Ghazali ini sekalipun beliau bercakap pada zaman beliau tetapi juga memberi gambaran bahawa sesiapa sahaja yang tidak sampai hujah yang nyata tentang Islam sekalipun mengetahui nama Islam, tidak termasuk dalam golongan kafir yang layak dihukum neraka. Apatah lagi di zaman kita ini, di mana wajah Islam yang sebenar sering dikelirukan dan orang muslim juga sering bertindak mengelirukan orang lain tentang Islam yang sebenar. Tuhan Maha rahmat kepada sekelian hamba-hambaNYA.
2. Banyak hadangan yang telah dan sedang mendindingi cahaya yang hakiki Islam untuk sampai. Ini termasuk kemunduran negara umat Islam yang sentiasa porak-peranda, kelam-kabut, merusuh dan bergolak. Sikap buruk sesetengah orang muslim yang mendominasi keadaan lalu gagal menjadi contoh dan teladan yang baik kepada masyarakat dunia. Ditambah media massa Barat yang memberikan wajah buruk tentang Islam; disokong pula oleh tindakan umat Islam sendiri. Lihat Iran yang menzalimi rakyatnya, Pakistan yang porak peranda dan menindas wanita dan Dunia Arab yang sentiasa korupsi dan menumpah darah antara satu sama lain. Kelompok-kelompok kononnya jihad yang mengebom di sana-sini. Mereka semua itu telah menggunakan lencana ‘Islam’, jenama ‘Islam’, lambang ‘Islam’ sehingga Islam yang hakiki menjadi begitu suram dan kabur. Kesemua itu adalah gunung dan bukit yang menghalang cahaya keindahan Islam yang hakiki dari menembusi jiwa kebanyakan manusia hari ini. Maka, bukanlah satu keadilan jika Allah menghukum mereka di akhirat dalam keadaan demikian. Allah berfirman:
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
“Tidaklah tuhanmu itu zalim terhadap hambaNya” (Fussilat: 46).
3. Namun tidak dinafikan ada yang telah sampai penerangan yang jelas melalui jalan yang Allah kehendaki. Cuma, bukan semua berpeluang. Mungkin kita kata: mereka boleh cari Islam yang sebenar dalam internet. Malangnya, maklumat dalam internet juga bercampur baur antara yang benar dan yang palsu, antara yang indah dan buruk. Entah berapa banyak puak dan aliran dalam masyarakat muslim. Jika orang yang lahir dalam masyarakat Islam pun keliru, apatahlagi yang baru hendak mencari. Kemudian, bukan semua orang mempunyai kemampuan analisa. Tidak pula semua mempunyai cukup masa. Ada ramai yang tua dan tidak berpendidikan yang cukup. Juga bukan semua yang sedar bahawa mereka tidak berada atas hidayah. Jika pada zaman dahulu, Salman al-Farisi mengembara dari Parsi untuk mencari Nabi dengan penuh dugaan dan derita, tapi berapa orangkah penduduk Parsi yang sanggup sepertinya?!!. Parsi hanya menerima Islam selepas kewafatan Nabi s.a.w dengan sampainya tentera Umar bin al-Khattab ke sana. Jika Allah mewajibkan semua orang lakukan seperti Salman, pasti suatu bebanan yang tidak tertanggung oleh manusia.
4. Para sarjana bersepakat dengan prinsip yang ditegaskan oleh al-Quran bahawa Allah iaitu Allah tidak akan mengazabkan seseorang melainkan setelah diutuskan rasul. Sesiapa yang tidak sampai kepadanya ajaran yang benar dari seorang rasul, tidak ditegakkan hujah yang teguh sehingga tiada alasan untuk ragu dan syak, maka dia tidak akan diazabkan oleh Allah. Ini seperti yang Allah tegaskan:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
(maksudnya) “Tiadalah Kami mengazabkan sesiapapun sehingga Kami mengutuskan seorang rasul” (Surah al-Israk: 15).
Inilah yang menyelamatkan bukan muslim yang tidak sampai hujah hidayah kepada mereka. Bahkan inilah juga yang menyelamatkan muslim yang jahil yang tidak disampaikan hujah dalam amalan atau kepercayaan tentang Islam mengenai sesuatu perkara. Al-Sa’di dalam tafsirnya menyebut: “Allah itu Maha Adil, Dia tidak akan mengazab seseorang melainkan ditegakkan hujah dengan pengutusan rasul tapi dia menolaknya. Adapun sesiapa yang tidak sampai kepadanya hujah Allah, maka sesungguhnya dia tidak diazab”.
5. Ini dikuatkan lagi dengan firman Allah:
رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
(maksudnya) “Rasul-rasul pembawa khabar gembira dan amaran supaya tiada bagi manusia suatu hujah (alasan untuk berdalih pada hari kiamat) terhadap Allah sesudah mengutuskan rasul-rasul itu. dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana” (al-Nisa: 165).
6. Juga dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari yang menceritakan Allah mengampuni kekufuran disebabkan kejahilan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " كَانَ رَجُلٌ يُسْرِفُ عَلَى نَفْسِهِ فَلَمَّا حَضَرَهُ المَوْتُ قَالَ لِبَنِيهِ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، ثُمَّ اطْحَنُونِي، ثُمَّ ذَرُّونِي فِي الرِّيحِ، فَوَاللَّهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبَنِّي عَذَابًا مَا عَذَّبَهُ أَحَدًا، فَلَمَّا مَاتَ فُعِلَ بِهِ ذَلِكَ، فَأَمَرَ اللَّهُ الأَرْضَ فَقَالَ: اجْمَعِي مَا فِيكِ مِنْهُ، فَفَعَلَتْ، فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ، فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ قَالَ: يَا رَبِّ خَشْيَتُكَ، فَغَفَرَ لَهُ
Daripada Abu Hurairah r.a daripada Nabi s.a.w, sabda baginda: “Dahulu ada seorang lelaki yang kecewa terhadap dirinya. Ketika dia hampir mati, dia berkata kepada anak-anaknya: “Jika aku mati kamu semua bakarlah aku, hancur debukan aku kemudian jadikan aku ditiup angin. Demi Allah! Jika tuhanku dapat menangkapku nescaya DIA akan mengazabku dengan azab yang DIA tidak pernah azab sesiapa pun”. Apabila dia mati, hasratnya dilakukan kepadanya. Maka Allah memerintahkan bumi: “Himpunkan dia”. Maka bumi lakukannya lalu dia pun berdiri (dibangkitkan). Allah berkata: “Apakah yang menyebabkan engkau lakukan tindakanmu itu?”. Dia menjawab: “Wahai Tuhanku, kerana takutkan Engkau”. Maka Allah pun mengampunkannya.
Al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani (meninggal 852H) ketika mensyarahkan hadis ini dalam Fath al-Bari memetik ulasan al-Khattabi yang menyebut: “Mungkin hadis ini menimbulkan kemusykilan bagaimana dia diampunkan sedangkan dia mengingkari Hari Kebangkitan dan kudrat Allah menghidupkan orang yang mati. Jawapannya, dia sebenarnya tidak engkar tetapi jahil lalu menyangka bahawa jika dilakukan ke atasnya seperti itu dia tidak dibangkitkan dan diazab. Sesungguhnya telah zahir imannya dengan dia mengiktiraf bahawa dia lakukan hal itu kerana takutkan Allah”.
Syeikh al-Islam Ibn Taimiyyah (meninggal 728H) pula dalam karyanya al-Istiqamah mengulas hadis ini dengan menyebut: “Lelaki ini percaya bahawa Allah tidak mempu menghimpunkannya jika dia berbuat demikian ataupun dia syak bahawa Allah tidak membangkitkannya. Kedua-dua iktikad ini kufur yang dihukum kafir sesiapa yang telah tertegak hujah untuknya (sampai kepadanya penerangan yang mencukupi). Namun lelaki ini jahil mengenai hal itu dan tidak sampai kepadanya ilmu yang mengeluarkannya dari kejahilannya. Pun begitu dia ada iman kepada Allah, suruhan dan laranganNYA, janji nikmat dan azabNYA maka dia takutkan balasannya maka dia pun diampunkan disebabkan ketakutannya itu”.
Ibn Taimiyyah menambah lebih dalam lagi: “Maka sesiapa dalam kalangan ahli iman kepada Allah, rasulNYA, Hari Akhirat serta beramal soleh yang tersilap dalam sebahagian masalah akidah sudah pasti tidak lebih buruk dari lelaki tadi. Allah akan mengampuni kesilapannya (ahli iman tersebut), DIA akan mengazabkannya jika ada kecuaian dalam menuruti kebenaran dengan kadar pegangan agamanya. Adapun mengkafirkan individu yang diketahui imannya hanya semata kerana kesilapan tersebut maka itu satu kesalahan yang besar”. (Ibn Taimiyyah, al-Istiqamah, 1l168, Madinah Munawwarah: Univ al-Imam Sa’ud)
7. Al-Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah (meninggal 751H) dalam karyanya Tariq al-Hijratain menyebut: “Sesungguhnya azab itu layak diterima kerana dua sebab; pertama, tidak mahu mendengar hujah serta enggan menerima dan beramal dengan tuntutannya. Kedua, berkeras setelah ditegakkan hujah dan meninggalkan tanggungjawab berkaitan. Maka jenis yang pertama; kufur berpaling (enggan mendengar) dan yang kedua; kufur keras kepala. Adapun kufur kerana jahil tanpa ditegakkan hujah dan tanpa kemampuan untuk mengenali hujah, jenis inilah yang Allah tidak akan azab sehingga tertegaknya hujah rasul”. Seterus Ibn Qayyim menyebut lagi: “Sesungguhnya penegakan hujah itu berbeza dengan berbezanya zaman, tempat dan individu. Mungkin dikira tertegaknya hujah ke atas orang-orang kafir pada suatu zaman, tidak pula pada zaman yang lain. Juga dikira tertegak pada satu tempat atau kawasan, tidak pada tempat atau kawasan yang lain. Demikian untuk seseorang, namun tidak pada individu lain” (m/s 438. Kaherah: Maktabah al-Mutanabi)