Ahad, 7 Jun 2015

SOMBONG BONGKAK SERTA MENGADU DOMBA TAK CIUM SYURGA









7 Orang yang Tidak Bisa Mencium Bau Syurga

NERAKA

Surga adalah kenikmatan yang luar biasa. Baunya saja bisa tercium dari jarak 70 tahun perjalanan. Namun, ada orang-orang yang jangankan masuk surga, mencium bau surga saja tidak bisa. Siapakah mereka? Inilah hadits-hadits yang menerangkannya:

1. Orang yang sombong

Orang yang sombong, ia tidak bisa masuk surga. Juga tidak bisa mencium bau surga. Bahkan, sekalipun kesombongannya sangat kecil, sebesar biji dzarrah.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَا مِنْ رَجُلٍ يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَفِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ تَحِلُّ لَهُ الْجَنَّةُ أَنْ يَرِيحَ رِيحَهَا وَلاَ يَرَاهَا. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُقَالُ لَهُ أَبُو رَيْحَانَةَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّ الْجَمَالَ وَأَشْتَهِيهِ حَتَّى إِنِّى لأَحِبُّهُ فِى عَلاَقَةِ سَوْطِى وَفِى شِرَاكِ نَعْلِى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْسَ ذَاكَ الْكِبَرُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ سَفِهَ الْحَقَّ وَغَمَصَ النَّاسَ بِعَينَيْهِ

Dari Uqbah bin Amir, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki meninggal dunia, dan ketika ia meninggal di dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari sifat sombong, akan halal baginya mencium bau surga atau melihatnya.” Lalu seorang laki-laki dari suku Quraisy yang bernama Abu Raihanah berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, saya benar-benar menyukai keelokan dan menggemarinya hingga pada gantungan cemetiku dan juga pada tali sandalku!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu tidaklah termasuk kesombongan, sesungguhnya Allah ‘azza wajalla itu Indah dan menyukai keindahan. Akan tetapi sombong itu adalah siapa yang menolak kebenaran dan meremehkan manusia dengan kedua matanya.” (HR. Ahmad)

2. Orang yang mencari ilmu akhirat untuk tujuan duniawi

Islam memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu, terutama ilmu akhirat. Menuntut ilmu akhirat ini dalam salah satu hadits juga disebut fi sabilillah. Namun, jika ilmu akhirat dicari dengan tujuan duniawi, maka orang tersebut terancam tidak bisa mencium bau surga.
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا

“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari kiamat ia tidak akan mendapatkan bau surga.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan Ahmad; shahih)

3. Menisbatkan nasab bukan kepada ayahnya

Nasab merupakan salah satu hal yang dijaga oleh Islam. Orang yang mengaku sebagai anak orang lain yang bukan ayahnya, ia juga mendapat ancaman tidak bisa mencium bau surga. Karenanya Islam melarang umatnya menisbatkan nama kepada nama orang tua angkat.
مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ قَدْرِ سَبْعِينَ عَامًا أَوْ مَسِيرَةِ سَبْعِينَ عَامًا قَالَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh tahun, atau tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR. Ahmad; shahih)

4. Wanita yang berpakaian tapi telanjang

Jika orang yang sombong dan orang yang menisbatkan nasabnya kepada selain ayah pernah dijumpai di zaman Rasulullah, kelompok wanita yang berpakaian tapi telanjang ini tidak pernah dijumpai beliau. Namun, mereka pasti akan ada sebagai kelompok yang tidak bisa mencium bau surga. Dan kini, sabda beliau terbukti. Banyak wanita yang model demikian di zaman sekarang.
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.” (HR. Muslim)

5. Orang yang menyemir rambutnya, khususnya dengan warna hitam

Kelompok orang yang tidak bisa mencium bau surga ini juga akan ada di masa-masa setelah Rasulullah. Dan ternyata kini benar-benar ada. Menyemir rambut dengan warna hitam dianggap sebagai hal biasa, padahal itu membuat pelakunya tidak bisa mencium bau surga.
يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ

“Pada akhir zaman nanti akan ada orang-orang yang mengecat rambutnya dengan warna hitam seperti warna mayoritas dada merpati, mereka tidak akan mendapat bau surga.” (HR. Abu Daud; shahih)

6. Wanita yang minta cerai tanpa alasan

Dalam Islam, perceraian adalah perkara halal yang paling dibenci Allah. Boleh dilakukan untuk menyelamatkan keluarga -baik suami, istri maupun anak- dari kemudharatan yang lebih besar. Namun jika ada wanita yang minta cerai tanpa suatu alasan, maka ancamannya adalah tidak bisa mencium bau surga.
أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلَاقَ مِنْ غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ

“Siapa pun wanita yang meminta talak pada suaminya tanpa alasan maka bau surga haram baginya.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad; shahih)

7. Orang yang membunuh kafir mu’ahad

Islam sangat menjunjung kesetiaan dan perdamaian. Islam melindungi hak-hak manusia sebagaimana diatur dalam syariat. Maka seorang muslim tidak boleh membunuh orang kafir yang terikat perjanjian dengan pemerintah Islam (kafir mu’ahad). Jika seorang muslim membunuh kafir mu’ahad, ia terancam tidak bisa mencium bau surga.
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ

“Barangsiapa membunuh orang kafir mu’ahad, maka dia tidak akan mencium bau wangi surga” (HR. Bukhari)

Demikian 7 orang yang tidak bisa mencium bau surga, semoga kita dan istri kita dijauhkan dari golongan yang demikian. [Keluargacinta.com
 
 

KERAS KEPALA DAN BERTENGKAR MERUGIKAN KITA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيم

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Rasulullah SAW bersabda maksudnya : “Orang laki-laki yang paling dibenci oleh Allah ialah orang yang keras kepala lagi suka bertengkar.” (Hadis Riwayat Muslim)

Berdasarkan hadis di atas jelaslah kepada kita bahawa ada dua sifat manusia yang paling dibenci oleh Allah SWT iaitu :

Pertama : Keras kepala

Kedua : Suka bertengkar.

Huraiannya :

Pertama : Keras kepala.

Penyakit keras kepala atau degil adalah sifat iblis laknatullah.

Iblis merasa dirinya lebih mulia daripada Nabi Adam a.s. kerana dia diciptakan daripada api sedangkan Adam diciptakan daripada tanah. Iblis keras kepala tidak mahu tunduk kepada perintah Allah SWT dan dia tetap berdegil dengan pendapatnya sendiri dan tidak mematuhi arahan Allah SWT. Sifat keras kepala ini sebenarnya beriringan dengan sifat sombong, bongkak, takbur dan ego.

Kesemua sifat-sifat mazmumah ini amat dibenci oleh Allah SWT dan sifat-sifat ini adalah sifat penghuni neraka.

Allah SWT berfirman yang bermaksudnya : “(Iblis) menjawab, Kerana Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku selalu menghalangi mereka daripada jalanMu yang lurus. Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”
(Surah al-A’raf ayat 16-17)

Ini menunjukkan bahawa kekufuran iblis bukanlah kerana kejahilan bahkan kekufurannya kerana keras kepala dan sombong.

Sabda Nabi SAW maksudnya: "Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan." (Hadis Riwayat Muslim)

Jika kita lihat di dalam masyarakat kita adakah kita bertemu dengan orang yang bersifat keras kepala? Ya, kita akan bertemu dengan ramai manusia yang bersifat keras kepala, degil , ego dan sombong.

Sifat keras kepala ini salah satu sifat mazmumah yang membawa dosa besar selepas kufur. Bahkan dari keras kepala, seseorang itu boleh jadi kufur apabila ego dan kesombongannya itu sudah besar. Dari sifat ini melahirkan lebih banyak mazmumah-mazmumah yang lain. Dari satu mazmumah, beranak-anak mazmumah yang lain. Seolah-olah sifat keras kepala itu bukan buah lagi tetapi ia adalah pokok kejahatan dalam hati manusia, yang akan melahirkan buah-buah kejahatan, yang berduri, kelat dan beracun. Dari sini akan melahirkan sifat pemarah, dendam dan susah terima kebenaran. Dari situ juga melahirkan kezaliman sesama manusia. Sudah berapa banyak sifat yang dilahirkan oleh keras kepala yang bukan sahaja merosakkan dirinya bahkan mengharu-birukan kehidupan, memecahbelahkan rumah tangga, masyarakat, antara etnik dengan etnik, bangsa dengan bangsa dan akhirnya mencetuskan peperangan.

Biasanya orang yang keras kepala adalah terdiri daripada orang-orang kaya, golongan bangsawan, hartawan dan pemimpin masyarakat. Setiap para Rasul yang telah diutuskan kepada kaumnya, majoriti yang menolak dakwah para rasul adalah terdiri daripada mereka yang menjadi penguasa  dan pemimpin masyarakat dan mereka terdiri daripada golongan hartawan dan bangsawan, sedangkan yang menjadi pengikut setia para rasul adalah golongan miskin yang sentiasa ditindas.

Pintu hati orang yang keras kepala telah tertutup untuk menerima kebenaran. Jika diminta untuk beriman kepada Allah SWT mereka enggan beriman, begitu juga jika diminta berhukum dengan hukum-hukum Allah SWT, mereka memberi macam-macam alasan .

Contoh alasannya sekarang zaman moden mereka mengatakan hukum-hukum Allah SWT tidak sesuai dengan masyarakat majmuk, jika hukum rejam dijalankan keatas orang yang berzina maka akan habis batu-batu JKR untuk membuat jalan raya, jika hukum potong tangan dijalankan maka umat Islam akan dipandang hina oleh agama lain disebabkan ramai tangan-tangan umat Islam kodong kerana telah dipotong tangan kerana mencuri. Nauzubillahiminzalik! ini sebenarnya jawapan orang-orang fasik dan munafik dan mereka kufur dengan ayat-ayat Allah SWT, kerana mempermain-mainkan hukum-hukum Allah SWT seolah-olah Dia telah berlaku zalim kepada hamba-hamba-Nya.Hukum-hukum Islam adalah hukum yang paling sesuai di zaman mana sekali pun sehingga kehari kiamat, hanya perlaksanaannya sahaja perlu kepada masa dan peringkat demi peringkat.

Dalam surah Nuh jelas menunjukkan bahawa orang yang keras kepala tetap tidak mahu beriman walaupun Nabi Nuh a.s berdakwah siang dan malam hampir 1000 tahun.

Firman Allah SWT maksudnya : "Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampunkan mereka, mereka memasukkan anak jarinya ketelinganya dan menutupkan bajunya (kewajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri." (Surah Nuh ayat 7)

Nabi Nuh a.s telah habis kesabaran lalu berdoa kepada Allah SWT agar Dia menurunkan azab-Nya di atas kaumnya yang keras kepala seraya berseru:"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mereka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka." (Surah Nuh ayat 26-27)

Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah SWT dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, kerana mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam di dalam banjir besar yang diturunkan oleh Allah SWT.

Kedua : Suka bertengkar.

Sabda Nabi SAW yang bermaksud ; "Mahukah kamu semua aku beritahu( sifat-sifat) ahli syurga? Para sahabat menjawab. "Ya", baginda bersabda," Setiap orang lemah dilemahkan, andainya dia meminta kepada Allah, nescaya Allah mengkabulkannya. Mahukah aku beritahu (sifat-sifat) ahli neraka? Setiap orang yang suka bertengkar dengan kasar ('utul) , berlagak (jawwaz) dan sangat sombong (mustakbir) (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Orang yang suka bertengkar dan suka menegakkan pendapatnya sendiri (menegakkan benang yang basah) adalah orang yang angkuh dan sombong. Baginya dia sahaja yang betul dan orang lain semuanya salah. Dia sukar untuk berbincang dengan cara baik kerana dia menganggap pendapat orang lain rendah dan pendapatnya sahaja yang baik dan perlu diutamakan. Sifat ini berlaku disebabkan hatinya sakit dan keras disebabkan dosa-dosa yang menutup pintu hati. Bila melakukan maksiat sudah tidak terasa bahawa maksiat itu adalah perbuatan yang mengundang kemurkaan Allah SWT.

Nabi SAW bersabda maksudnya : "Jangan terlalu banyak berbicara selain menyebut Allah. Sebab mereka yang banyak berbicara selain menyebut Allah akan mengeraskan hati. Sesungguhnya manusia yang paling jauh daripada Allah ialah pemilik hati yang keras." (Hadis Riwayat Tirmizi daripada Ibnu Umar)

Sahabat yang dimuliakan,
Marilah sama-sama kita menjauhkan diri kita daripada sifat keras kepala dan suka bertengkar kerana kedua-dua sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT. Jika Allah SWT membenci sifat-sifat ini maka Dia tidak akan memberi taufik dan hidayah dan rahmat-Nya kepada sesiapa yang memiliki sifat-sifat ini. Wujudnya kedua-dua sifat ini adalah tanda hati seseorang sedang sakit, keras dan mati.-ADMIN-

Antara Sombong..Bongkak..Angkuh dan Takbur ..

Sombong, bongkak, angkuh atau takbur mempunyai satu pengertian yang sama, iaitu sifat mazmumah (sifat tercela @ keji). Sekelumit sifat itu menjadi kebencian dan kemurkaan Allah serta boleh menghalang kita mendapat balasan syurga.

Firman Allah yang bermaksud:Sesungguhnya mereka yang sombong untuk taat sebagai hamba-Ku, mereka akan masuk neraka jahanam sebagai makhluk yang hina (Al-Mukmin:60)

Sifat sombong atau takbur boleh dikenali melalui dua jenis, iaitu takbur zahir dan takbur batin. Takbur zahir boleh dilihat melalui percakapan dan tindakan. Gayanya angkuh, mulutnya tajam, mudah menghina orang yang dianggap lebih rendah ilmu pengetahuan daripadanya. Kadangkala ia boleh dilihat melalui percakapan iaitu tidak mahu mengaku kalah, menganggap dirinya sentiasa benar dan tidak mahu mendengar atau mengikut nasihat orang lain.

Imam Al-Ghazali berkata : Orang yang takbur marah apabila ditegur sedangkan kalau menegur orang lain, caranya keras dan kasar.

Takbur batin adalah membesarkan diri dalam hati dan ini maksiat hati yang dicela. Contohnya, iblis menganggap dirinya lebih baik dan mulia daripada Nabi Adam.Dengan angkuhnya ia enggan tunduk kepada Nabi Adam sehingga menyebabkan Allah melaknat iblis dan seluruh keturunannya. Takbur juga boleh dibahagi kepada tiga, iaitu takbur terhadap Allah, takbur terhadap rasul-Nya dan takbur sesama manusia. Takbur kepada Allah bermaksud tidak mempedulikan perintah Allah, tidak menghiraukan ancaman-Nya dan memandang rendah segala syariat dan peraturan-Nya.

Takbur terhadap Rasulullah s.a.w ialah enggan mengikut petunjuk dan sunnahnya. Orang Quraisy pada zaman Rasulullah enggan mengikutnya kerana baginda anak yatim piatu. Orang Yahudi pula enggan berbuat demikian kerana baginda bukan daripada keturunan Bani Israel. Orang Yahudi berasa diri mereka lebih tinggi daripada orang lain, iaitu takbur sesama manusia. Mereka sering memandang rendah terhadap orang lain kerana menganggap diri mereka berilmu, kaya dan berpangkat sedangkan manusia dijadikan sama di sisi Allah.

Takbur adalah penyakit hati yang bahaya. Orang yang berpenyakit tidak boleh menjadi pendakwah kerana tindak tanduknya akan menampakkan akhlaknya yang buruk. Lebih bahaya lagi jika dia mewakili jemaah kerana nama jemaah akan turut mendapat tempiasnya. Imam Ghazali memberi beberapa panduan untuk mengelakkan sikap takbur yang ada dalam diri manusia, iaitu :

1. Apabila berjumpa kanak2, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana kanak2 belum dibebani dosa.

2. Apabila berhadapan dengan orang tua pula, anggaplah mereka juga lebih mulia kerana mereka lebih lama beribadah daripada kita.

3. Apabila berjumpa orang alim, anggaplah dia lebih mulia kerana banyaknya ilmu di dadanya.

4. Apabila melihat orang jahil anggaplah mereka lebih mulia kerana berbuat dosa kerana kejahilan sedangkan kita dosa dalam keadaan mengetahuinya.

5. Apabila berjumpa orang jahat, jangan anggap kita mulia. Tetapi, katakan, mungkin orang jahat itu akan bertaubat pada masa tuanya, sedangkan kita belum tahu bagaimana akhirnya kehidupan kita.

6. Apabila bertemu orang kafir katakan, belum tentu dia akan kafir selama-lamanya.

Wassalam

Perkataan kibir mengikut istilah bahasa Melayu, ertinya ialah sombong atau angkuh. Pengertian dalam bahasa moden ialah ego. Mengikut syariat Islam, erti kibir ialah membesarkan diri kerana merasakan diri mempunyai kelebihan dan keistimewaan sehingga lupa kepada Allah dan menderhakainya. Pengertian mengikut istilah syariat inilah yang akan dihuraikan di sini.
Sifat kibir atau sombong atau angkuh atau ego bermakna membesarkan diri kerana hati merasakan diri mempunyai kelebihan, keistimewaan dan kehebatan. Ia merupakan sifat batin (mazmumah) yang paling keji. Bahkan ia adalah sifat batin yang sangat jahat.
Dosa dan kesalahan pertama yang dilakukan oleh makhluk Allah terhadap Allah ialah sifat sombong. Iblis enggan sujud kepada Nabi Adam a.s. sewaktu Allah memerintahkannya. Dia membesarkan diri lantaran merasakan dirinya lebih utama dan lebih mulia daripada Nabi Adam a.s. Kejadiannya daripada api sedangkan Nabi Adam a.s. daripada tanah. Itu saja penyebab yang dia rasa dirinya lebih hebat dan istimewa.
Peristiwa kesombongan iblis ini Allah ceritakan dalam Al Quran, firman-Nya: “Dan (ingatlah) ketika Kami memerintahkan kepada malaikat: ‘Sujudlah kepada Ada.’ Dia (Iblis) enggan dan membesarkan dirinya. Maka sesungguhnya dia adalah dari golongan musyrik.” (Al Baqarah: 34)
Di sini Allah menceritakan bagaimana keengganan iblis untuk tunduk dan taat dengan arahan Allah. Bahkan ia membesarkan diri kerana merasa dirinya lebih hebat dan mulia daripada Nabi Adam a.s. Maka dia menjadi kafir dan menerima kutukan Allah dunia Akhirat. Allah keluarkan dia dari Syurga yang penuh nikmat dan menukar wajahnya menjadi seburuk-buruk rupa. Di sinilah bermula dendamnya kepada Nabi Adam a.s. dan anak cucu cicitnya yang tidak pernah padam sesaat pun. Jelas, daripada penyakit sombong ini akan lahirlah penyakitpenyakit batin yang lain seperti pemarah, pendendam dan hasad dengki.
Dari sini lahirlah buahnya di dalam tindakan lahir seperti kasar, keras, mengangkat-angkat diri, mengumpat dan menghina orang, menganiaya, penindasan, diskriminasi, penzaliman dan pembunuhan. Sebab itu sombong sangat dimurkai Allah SWT. Kesan daripada sifat sombong ini tercetus kerosakan dalam kehidupan masyarakat seperti hilang kasih sayang, pecah per-paduan, saling berdendam, hina-menghina, kata-mengata dan jatuh-menjatuhkan serta berbunuh-bunuhan. Itulah kemuncaknya. Sebab itu sifat sombong ini mesti dikikisbuangkan.
Sifat sombong ini hanya layak bagi Allah. Ia pakaian Tuhan maka makhluk tidak berhak memakainya. Allah SWT berfirman dalam Hadis Qudsi: “Sombong itu selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa merampas salah satu darinya, Aku lemparkan dia ke Neraka Jahannam.” (Riwayat Abu Daud)
Di antara ayat Quran yang sangat melarang kita memakai sifat kibir ini ialah: “Sesungguhnya orang-orang yang meyombongkan diri daripada menyembah-Ku, akan masuk ke Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Al Mukmin: 60) “Janganlah kamu berjalan dengan menyombomgkan diri kerana sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan ketinggianmu tidak akan melepasi gunung.” (Al Israk: 37) “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang sombong.” (An Nahl: 23)
Sedangkan sifat-sifat dan nama-nama-Nya yang lain yang sebanyak 99 (Asmaul Husna) itu tidak salah untuk hamba-hamba-Nya memilikinya. Misalnya sifat Rahman, Rahim, Kaya, Kasih Sayang, Pemurah, Pemaaf, Alim dan lain-lain lagi. Ini dibenarkan bahkan diperintahkan supaya kita memilikinya. Oleh kerana sifat sombong ini menjadi punca tercetusnya penyakit-penyakit batin (mazmumah) yang lain sehingga melahirkan kejahatan-kejahatan lahiriah yang banyak di tengah kehidupan masyarakat, maka sombong ini sangat dikeji dan dimurkai Allah. Rasulullah SAW juga ada mengingatkan dalam Hadis baginda tentang bahayanya sifat sombong. “Tidak akan masuk Syurga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan.” (Riwayat Muslim)
Tidak akan masuk Syurga, ertinya ke Nerakalah jawabnya. Dengan membawa sikap sombong, di dunia lagi orang tidak suka dan tidak ada kedamaian jiwa. Di Akhirat terjun ke Neraka. Sebab itu sombong ini mesti dicabut sampai ke akar umbinya hingga tidak ada walaupun sebesar zarah, barulah kita selamat. Walhal mengikut kata Imam Al Ghazali, sifat sombong ini hampir-hampir mustahil dapat dibuang. Oleh itu kita mesti mengenal pasti lebih dahulu tanda-tanda penyakit ini dan sebab atau punca-punca penyakit supaya mudah mengubati atau mengikisnya.
TANDA-TANDA SIFAT SOMBONG
Langkah-langkah untuk mengenal pasti adanya penyakit ini ialah melalui pergaulan sesama manusia. Melalui pergaulan, akan dapat dikesan sifat sombong sama ada sombong yang keterlaluan, sederhana atau ringan.
Apakah tanda-tanda seseorang itu memiliki sifat sombong? Di antaranya:
1. Payah menerima pandangan orang lain sekalipun hatinya merasakan pandangan orang itu lebih baik daripadanya. Apatah lagi kalau pandangan itu datang daripada orang yang lebih rendah daripadanya sama ada rendah umur, pangkat atau lain-lain lagi.
2. Mudah marah atau emosional. Bila berlaku perbincangan dua hala, cepat tersinggung atau cepat naik darah kalau ada orang tersilap atau tersalah.
3. Memilih-milih kawan. Suka berkawan hanya dengan orang yang satu ‘level’ atau sama taraf dengannya. Manakala dengan orang bawahan atau lebih rendah kedudukannya, dia tidak suka bergaul atau bermesra, takut jatuh status atau darjat dirinya. Bahkan dengan orang yang sama level dengannya pun masih dipilih-pilih lagi. Yakni dia suka dengan orang yang mahu mendengar dan mentaati kata-katanya. Mereka inilah saja yang dia boleh bermesra, duduk sama atau semajlis dengannya.
4. Memandang hina pada golongan bawahan.
5. Dalam perbahasan atau perbincangan, selalunya dia suka meninggikan suara atau menguatkan suara lebih daripada yang diperlukan.
6. Dalam pergaulan dia suka kata-katanya didengari, diambil perhatian dan diikuti. Sebaliknya di pihaknya sendiri, susah untuk mendengar cakap atau nasihat orang lain serta tidak prihatin dengan cakap orang. Apatah lagi untuk mengikut cakap orang lain.
7. Dalam pergaulannya, dia saja yang memborong untuk bercakap dan tidak suka memberi peluang kepada orang lain bercakap. Kalau ada orang lain bercakap, dia suka memotong percakapan orang itu.
8. Kalau dia jadi pemimpin, dia memimpin dengan kasar dan keras terhadap pengikut-pengikutnya atau orang bawahannya. Ia membuat arahan tanpa timbang rasa dan tidak ada perikemanusiaan. Kalau dia menjadi pengikut, susah pula untuk taat dan patuh pada pemimpinnya.
9. Susah hendak memberi kemaafan kepada orang yang tersilap dengannya. Bahkan ditengking-tengking, diherdik, dikata-kata atau dihina-hina. Di belakangnya diumpat-umpat.
10. Kalau dia yang bersalah, susah dan berat hendak minta maaf. Rasa jatuh wibawa bila merendah diri meminta maaf. Bahkan dia tidak mengaku bersalah.
11. Dia suka dihormati. Tersinggung kalau tidak dihormati. Tetapi dia sendiri susah atau berat untuk menghormati orang lain.
12. Mudah berdendam dengan orang lain terutamanya bila orang itu tersilap.
13. Suka menzalimi orang sama ada secara kasar atau secara halus.
14. Kurang bermesra dengan orang kecuali terpaksa kerana perlukan orang itu atau kerana takutkan orang itu.
15. Suka memperkatakan keburukan orang seperti mengumpat, memfitnah serta membenci orang.
16. Kurang menghormati pemberian orang atau tidak menghargai pemberian orang lain.
17. Suka mengangkat-angkat diri atau menceritakan kelebihan diri.
18. Suka menghina dan menjatuhkan air muka orang di hadapan orang lain.
19. Kurang menghormati nikmat-nikmat Allah. Kalau ada makanan, berlaku pembaziran atau membuang makanan yang berlebihan. Kalau ada pakaian walaupun masih elok dipakai tetapi suka berganti dengan yang baru. Pakaian yang lama dibuang. Kalau ada duit lebih, suka beli barang yang tidak diperlukan. Semua itu lebih digemari daripada memberi nikmat yang berlebihan itu kepada orang lain.
20. Kalau berdiri, lebih suka bercekak pinggang (kerana membesarkan diri). Kalau bercakap, menepuk-nepuk meja dan suka mencemik. Kalau berjalan suka bergaya, menghentak-hentak kaki atau berjalan membusung dada.
21. Kurang memberi simpati atau kurang menolong orang lain melainkan ada tujuan-tujuan dunia atau kerana takut dengan orang itu.
22. Kurang minat menerima tetamu atau tidak suka jadi tetamu orang.
23. Tidak suka menyebut kelebihan-kelebihan orang lain kerana takut mencabar dirinya.
24. Kesalahan-kesalahan orang lain dibesar-besarkan sedangkan kesalahan sendiri didiamkan, disorokkan, buat-buat tidak tahu atau cuba mempertahankan diri supaya orang menganggap dia tidak bersalah.
25. Sangat tidak senang dengan kejayaan atau kebolehan orang lain.
26. Dia sangat tersinggung kalau ada orang memuji-muji atau menyebut kelebihan-kelebihan orang lain di hadapannya. Tetapi kalau dia dipuji, terserlah pada air mukanya rasa bangga dan senang hati.
Senarai tanda-tanda, riak-riak atau sikap-sikap di atas sudah cukup jelas untuk kita dapat mengenali sifat sombong ini. Bila sudah dikenal pasti ertinya memudahkan kita mengatasi atau mencabut sifat keji ini.
SEBAB-SEBAB SOMBONG
Sebelum mencabut sifat sombong yang keji ini perlu kita tahu kenapa sifat ini boleh berlaku. Ini juga merupakan faktor pem-bantu untuk memudahkan kita mengikis sifat ini. Macamlah jerawat yang ada di pipi. Kalau kita kenal tanda jerawat, kemudian tahu kenapa boleh timbul jerawat, barulah mudah untuk kita mengubat jerawat itu.
Faktor-faktor penyebab yang menjadikan seseorang itu memiliki sifat-sifat sombong, di antaranya ialah:
1. Memiliki kuasa, sama ada dia memiliki kuasa besar atau kecil. Kuasa besar itu seperti jadi raja, presiden, perdana menteri, gabenor dan lain-lain lagi. Kuasa kecil seperti jadi pegawai, D.O., penghulu, guru besar, guru-guru dan lain-lain lagi. Kuasa yang ada itu mendorongnya menjadi sombong.
2. Mempunyai ilmu pengetahuan sama ada pengetahuan tentang dunia atau pengetahuan tentang Akhirat. Sama ada pengetahuan di banyak bidang atau di satu bidang. Ini jadi pendorong seseorang itu menjadi sombong kerana dia rasa lebih pandai daripada orang lain.
3. Mempunyai harta kekayaan. Harta juga mendorong seseorang itu menjadi sombong.
4. Mempunyai kegagahan iaitu orang yang mempunyai kekuatan fizikal atau mempunyai kepandaian dalam mempertahankan diri seperti tinju, gusti, tae kwan do, silat dan lain-lain lagi. Ini juga mendorongnya menjadi sombong.
5. Keturunan. Ada orang jadi sombong kerana berketurunan bangsawan, berketurunan ulama dan lain-lain lagi, lantas merasa diri mulia serta memandang orang lain hina berbanding dengan dirinya.
6. Sebab-sebab yang lain seperti berwajah tampan dan cantik, disayangi oleh orang besar, disayangi suami, disayangi oleh ibu ayah dan lain-lain lagi. Ini juga pendorong menjadi sombong.
7. Bukan sebab-sebab yang di atas tadi, tapi mungkin dia orang miskin atau orang jahil atau orang hodoh atau orang cacat atau orang lemah sedangkan dia tetap sombong. Ini dikatakan bodoh sombong. Orang ini walaupun tidak ada sebab khusus untuk dia berlaku sombong tetapi oleh kerana benih sifat sombong yang semula jadi ada dalam diri itu tidak terdidik dan tidak cuba untuk dikikisbuangkan atau tidak dicabut, bahkan disuburkan, maka tetaplah dia dengan sikap sombongnya.
Golongan yang sombong di taraf ini bilamana tidak sedar atau tidak kenal dirinya yang sebenar, inilah yang jadi pendorong dia bersifat sombong. Kalau begitu ada golongan manusia yang sombongnya bersebab dan ada pula golongan manusia yang sombongnya tidak bersebab. Tetapi kebanyakan manusia itu sombongnya bersebab, seperti yang disebutkan di atas tadi. Bersebab atau tidak, sifat sombong tetap mesti dicabut dan dibuang. Jika tidak, ia akan memberi kesan yang buruk di tengah kehidupan masyarakat.
KESAN SIFAT SOMBONG
Di antara kesan sifat sombong ialah:
1. Orang benci kepadanya. Fitrah semula jadi manusia tidak suka kepada orang yang bersifat sombong ini. Hati yang benci-membenci tentulah tidak ada kasih sayang, akhirnya tidak wujud perpaduan. Ini bererti umat Islam tidak ada kekuatan. Risikonya, Islam menjadi lemah, lumpuh dan runtuh kerana tidak ada pautan hati antara satu sama lain. Ini sangat merugikan umat Islam dan Islam sendiri. Maknanya, apabila sifat sombong dimiliki bersama, semuanya bersalah dan berdosa sehingga menyebabkan tamadun roh dan tamadun material tidak dapat dibangunkan.
2. Mudah marah, di mana kebiasaannya kemarahan akan berakhir dengan perbalahan dan pergaduhan.
3. Bilamana wujud sifat sombong, lahirlah penyakit yang berikutnya iaitu mudah berdendam, hasad dengki dengan manusia, mudah hendak bertindak balas di atas kesilapan orang lain. Kadang-kadang belum tentu silapnya, dia telah gopoh-gapah bertindak. Mudah pula sakit hati terhadap kejayaan dan kebolehan orang lain sehingga berusaha se-daya upaya untuk merosakkan atau menjatuhkan orang itu. Akhirnya tentulah timbul permusuhan sesama manusia. Lebih besar dari itu, akan berakhir dengan peperangan dan pembunuhan bilamana berlaku tindak balas daripada orang lain atau golongan lain pula.
Kesombongan sangat membahayakan masyarakat manusia dan dunia seluruhnya. Lantaran ini Allah sangat murka dan Allah tempatkan mereka ini di Neraka bersama Firaun, Namrud, Hamman dan lain-lain orang yang zalim dan angkuh itu.
Memandangkan betapa merbahayanya penyakit ini maka usaha-usaha lahir mesti dibuat untuk membendungnya. Beberapa panduan dan kaedah diberi untuk mengikisbuang dan mengubatinya secepat mungkin secara serius supaya kita tidak terus mengidap penyakit yang mengerikan ini.
Di antara cara-caranya ialah:
1. Ada ilmu tentang sifat-sifat mazmumah.
Adanya ilmu ibarat ada cahaya yang mampu menyuluh sifat-sifat mazmumah di dalam diri itu termasuk sifat kibir atau sombong. Perlunya ilmu kerana ia merupakan sifat batiniah yang sesetengah orang payah mengesannya tetapi mudah pula dikesan oleh orang lain.
2. Bawa berfikir selalu tentang kejadian manusia.
Sedarkan hati kita bahawa soal kejadian manusia itu adalah sama. Yakni daripada tanah dan mati kembali ke tanah semula. Walau bagaimana hebat sekalipun seseorang itu, kejadiannya sama dengan orang lain. Kejadian yang pertama asalnya daripada tanah. Walaupun berdarjat, berpangkat, berkuasa, berharta, berilmu, sama ada yang alim atau tidak, yang kaya atau miskin, yang cantik atau buruk, namun mereka semuanya sama. Samasama berasal daripada tanah.
Lihatlah raja-raja besar seperti Firaun. Walau bagaimana hebatnya dia sehingga mengaku dirinya tuhan, di manakah dia sekarang? Bukankah dia tidak dapat mempertahankan kehebatannya, akhirnya mati dan kembali ke tanah! Jadi untuk apa dibangga-banggakan dengan kehebatan dan keistimewaan masing-masing. Sedangkan semuanya setaraf, yakni berasal daripada tanah dan akhirnya kembali ke tanah jua. Tidak mampu untuk memanjangkan umur sendiri.
3. Fikirkan dan sedarkan hati kita bahawa kejadian manusia yang kedua adalah daripada air mani yang hina.
Kalau diperlihatkan kepada manusia, amat jijik dan benci sekali untuk melihatnya. Ertinya, kejadian manusia itu tidak ada beza di antara satu sama lain, sama ada orang kaya, orang berilmu, pembesar atau lain-lain lagi, semuanya berasal daripada air mani yang hina. Kalaulah orang kaya berasal daripada intan, pembesar daripada emas, orang berilmu daripada berlian dan orang biasa berasal daripada air mani, boleh jugalah berbanggabangga. Ini tidak, semuanya berasal daripada benda yang sama iaitu air mani yang hina. Dari segi kejadian, tidak ada perbezaan apa-apa pun. Jadi untuk apa kita berbangga-bangga dengan keistimewaan diri pada orang lain?
4. Melihat respon orang lain terhadap kita.
Dalam pergaulan hidup, dapat dikesan respon orang lain kepada kita. Kalau kita sombong, semua orang akan benci. Anak isteri tidak suka, jiran-jiran meluat, kenalan renggang dan pengikut tidak suka. Apa pendapat kita? Adakah untung kita mempertahankan sikap begitu? Apalah indahnya! Bukankah kita dapat rasakan betapa buruk padahnya akibat mempertahankan penyakit keji dan jahat ini. Lebih-lebih lagi kerja kita tidak semua kita mampu uruskan sendiri. Lagi tinggi pangkat dan darjat, lagi banyak urusan kerja yang perlu dibereskan, dibantu oleh tenaga-tenaga orang lain sama ada secara langsung mahupun tidak langsung.
Oleh itu pertolongan, bantuan dan titik peluh orang lain tidak boleh kita lupakan. Kalau tidak ada mereka ertinya kita tidak jadi hebat dan kaya. Kalau begitu untuk apa kita rasa lebih istimewa?
Bilamana orang sudah benci, di waktu-waktu tertentu seperti waktu sakit atau waktu kematian atau kecemasan, masyarakat akan pulaukan. Atau lambat-lambatkan bantuan atau tidak beri bantuan supaya kita terasa susah lebih dahulu. Ini semua hasil dari mereka sakit hati dengan sifat sombong kita itu.
5. Ambil iktibar dari pengalaman hidup.
Apabila ada kelebihan, keistimewaan dan kehebatan, bolehkah bersifat sombong? Cuba fikirkan kejadian-kejadian yang berlaku dalam pengalaman hidup seharian. Apakah kita berkuasa mengelakkan diri daripada sakit? Apakah kita mampu melawan kuasa tentera Allah yang dihantar melalui bencana alam dan lain-lain lagi? Apakah anda mampu melawan kematian dengan kesombongan dan kekibiran itu? Tentu tidak! Kalau begitu kenapa kita merasakan lebih istimewa daripada orang lain? Walhal tidak ada keistimewaan apa-apa pun yang menjadi milik kita. Semua itu Allah pinjamkan sekejap. Jadi tidak ada apa-apa pun kehebatan kita jika dibandingkan dengan orang lain. Kadang-kadang Allah beri kita kelebihan ilmu, kekayaan, pangkat dan lain-lain, tapi dalam masa yang sama kitalah yang paling banyak mengidap sakit. Misalnya sakit jantung, kencing manis, darah tinggi dan lain-lain sehingga kelebihan dan keistimewaan-keistimewaan itu semuanya tidak ada erti apaapa lagi. Akhirnya, nikmat yang dikumpul-kumpulkan sekian lama, tidak dapat dinikmati sendiri tetapi dinikmati oleh orang lain. Oleh itu untuk apa dibangga-banggakan dengan kehebatan yang ada itu?
6. Ingat azab Allah untuk orang yang sombong.
Cubalah renungkan. Ingatkanlah di hati bahawa sombong ini sangat dimurkai oleh Allah. Kita dianggap sudah merampas pakaian-Nya. Akibatnya, kita akan dicampakkan ke Neraka yang panas apinya 70 kali ganda kekuatan api dunia dan dalamnya 70 ribu tahun perjalanan baru sampai ke dasarnya.
Ingatkan Neraka yang keseluruhannya api. Di atasnya api, di bawahnya api, di kiri api, di kanan api, di depan api, di belakang api yang memakan dan menghanguskan daging-daging dan tulang-belulang. Kemudian diganti lagi dengan tubuh yang baru dan diseksa lagi. Begitulah berulang-ulang berlaku sepanjang masa. Walhal di waktu itu kita dibelenggu kaki dan tangan serta dicemeti berterusan oleh malaikat Zabaniah. Bau Neraka yang busuk itu tidak dapat digambarkan. Kalaulah ditakdirkan bau itu tercium oleh penduduk dunia, akan matilah semua lantaran busuknya.
Perkara-perkara di atas tadi perlu difikir-fikirkan, direnung-renungkan dan diulang-ulang memikirkannya. Diingat selalu dalam hati hingga tidak dapat dilupakan lagi. Kesannya nanti akan timbul rasa malu dan takut untuk kita bersikap ego dengan Tuhan dan dengan manusia. Dengan cara-cara atau kaedah ini moga-moga membantu kita mudah untuk bermujahadah menumpaskan sombong ini. Harapan kita moga-moga Allah sentiasa memimpin kita agar menjadi hamba-hamba-Nya yang merendah diri.


4. Sombong Terhadap Orang Arif dan Lebih Tua
Soalan:
Apakah hukum seseorang yang sombong dan bongkak terhadap orang yang lebih arif dan tua
daripadanya?
Hamba Allah
Jawapan:
Menghormati orang yang lebih arif merupakan tanggungjawab setiap idividu kerana Rasulullah SAW sangat mencintai orang yang menghargai ilmu, sebagaimana baginda menyayangi saidina Ali Karamallahu wajhahu yang merupakan babul ilmi atau gedung ilmu pada zamannya. Bahkan Saidina Ali ra. sendiri pernah berkata : "Orang berilmu lebih utama daripada orang yang selalu berpuasa, bersolat (sunat) dan berjihad. Apabila mati orang yang berilmu, maka terdapatlah suatu kekosongan dalam Islam yang tidak dapat ditutup selain oleh penggantinya atau orang yang berilmu juga".
Begitu juga tentang sifat sombong merupakan sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT jika para hamba-Nya memilikinya. Kerana yang berhak memiliki kesombongan itu hanya Allah, sebab Dialah Yang Maha Kuasa. Sifat sombong juga menyebabkan seseorang terhalang untuk dimasukkan ke dalam syurga di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Barangsiapa kelak pada hari kiamat ia suci dari tiga perkara, maka ia akan masuk syurga, iaitu dari sikap sombong, rasuah dan hutang". (Riwayat Tirmizi) Bertawadhuklah  serta merendahkan diri kepada Allah, agar kita tidak menyombongkan diri dalam segala hal. Dengan demikian kita akan tergolong insan yang diredhai-Nya. Insya Allah.


5. Belagak Pandai tetapi Bodoh
Soalan:
Apakah hukum orang yang suka cakap besar dan tinggi padahal dia tidak tahu apa-apa?
Hamba Allah
Jawapan:
Rasulullah SAW berjalan melalui sekelompok sahabat yang sedang berkumpul. Baginda bertanya; "Mengapa kamu berkumpul di sini ?" Sahabat menjawab: "Ya Rasulullah disini  ada orang  gila yang sedang mengamuk, sebab itu kami berkumpul di sini". Kemudian baginda bersabda: "Orang ini bukan gila, ia sedang mendapat musibah. Tahukah kamu, siapakah orang gila yang sebenar ?". Para sahabat menjawab: "Tidak ya Rasulullah". Baginda menjelaskan; orang gila ialah orang yang berjalan dengan takbur atau sombong, yang memandang orang lain dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap syurga Tuhan sambil berbuat maksiat, kejahatannya membuat orang terganggu. Adapun orang ini dia hanya sedang mendapat musibah".
Begitu hina orang yang sombong tapi bodoh di sisi Rasulullah SAW sehingga baginda menganggapnya sebagai orang gila. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk syurga orang yang ada di dalam hatinya seberat biji sawi dari takbur (sombong). Dan tidak akan masuk neraka orang yang ada dalam hatinya seberat biji sawi dari iman". (Riwayat Muslim)


6. Memutuskan Silaturrahim (Hubungan Persaudaraan sesama SeIslam)
Soalan:
Apakah hukumnya kalau ibu mertua memutuskan hubungan persaudaraan antara ibu mertua dengan menantunya yang suaminya telah kembali ke rahmahtullah?
Iswadi, KL
Jawapan:
Memutuskan hubungan silaturrahim yang sedia terjalin adalah berdosa besar. Dalam ayat Al Quran ada dijelaskan: "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerosakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka". (Muhammad 22 -23) Sebagai seorang manantu berusahalah agar sikap yang kurang baik ditunjukkan mertua itu dihadapi dengan jiwa yang dewasa, semoga dengan cara ini ia sedar bahawa ia telah melanggar syariat yang telah ditetapkan Allah dalam hal menjalin Silaturrahim.
7. Tabiat Menipu
Soalan:
Assalammualaikum. Soalan saya bergini. Apakah hukumnya seseorang itu MENIPU sedangkan dia tahu menipu itu adalah berdosa dan masihkah ada pengampunan untuk beliau?
Abdul Halim, KL
Jawapan:
Menipu merupakan pekerjaan dosa besar, kerana sifat ini merupakan sifat yang paling menonjol yang dimiliki oleh orang munafik. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam, apabila berkata suka berdusta, apabila berjanji selalu menyalahi dan apabila diberi kepercayaan (amanah) suka khianat". (Riwayat Bukhari dan Muslim). Balasan bagi orang suka menipu serta tidak amanah ataupun tergolong dalam orang munafik ini sangat pedih di akhirat nanti. Sekalipun orang munafik atau menipu orang itu sentiasa merahsiakan sifat kemunafikannya, Allah adalah Zat Yang Maha Tahu akan membongkar kesalahannya di hadapan orang-orang Islam apa yang selama ini tersimpan dalam hatinya. Allah berfirman maksudnya: "Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahawa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? dan kalau Kami kehendaki nescaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu" (Muhammad ayat 29-30) Dalam sebuaha riwayat dikisahkan, merupakan perjalanan yang mengerikan bagi mereka yang suka menipu di akhirat nanti dengan melalui jambatan nereka yang lebih lembut dari helaian rambut. Tidak ada manusia yang mampu melaluinya kecuali atas pertolongan Allah. Bagi kaum munafik atau penipu, tatkala mereka menuju jambatan itu dan bersama-sama dengan kaum mukminin, mereka mendapatkan cahaya sebagaimana yang didapati oleh kaum mukminin itu. Nampak seakan-akan mereka turut melakukan solat, zakat, haji dan puasa. Namun di tengah jambatan itu, Allah mencabut cahaya-Nya. Mereka terdiam dan berdiri dalam keadaan bingung, tak mampu melanjutkan perjalanan. Mereka dipanggil oelh orang-orang mukmin supaya mendekatinya supaya mereka memperoleh cahaya, namun mereka tertinggal jauh. Lalu dikatakan kepada orang munafik atau peniupu itu mundurlah ke belakang. Mereka pun mundur mencari cahaya yang hilang. Begitulah nasib bagi orang yang menipu.
Berusahalah untuk bertaubat daripada pekerjaan menipu ini :
1. Kembali kepada Allah SWT dengan mengikuti segala ajaran-Nya dan bertaubat dengan taubat nasuha.
2. Bertawakal kepada Allah SWT dengan sebenarnya sambil mengharapkan keutamaan-Nya.
3. Bersyukur kepada Allah kerana telah membuka hati kita kepada bertaubat kepada-Nya, insya Allah segala kesilapan yang telah kita lakukan pada masa silam akan diampunkan-Nya.


Jumaat, 15 Februari 2013

Antara Sombong, Bongkak, Angkuh dan Takbur

Gambar sekedar hiasan sahaja.
Sombong, bongkak, angkuh atau takbur mempunyai satu pengertian yang sama, iaitu sifat mazmumah (sifat tercela @ keji). Sekelumit sifat itu menjadi kebencian dan kemurkaan Allah s.w.t. serta boleh menghalang kita mendapat balasan syurga.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud: 

"Sesungguhnya mereka yang sombong untuk taat sebagai hamba-Ku, mereka akan masuk neraka jahanam sebagai makhluk yang hina".
 (Al-Mukmin:60)

Sifat sombong atau takbur boleh dikenali melalui dua jenis, iaitu takbut zahir dan takbur batin. Takbur zahir boleh dilihat melalui percakapan dan tindakan. Gayanya angkuh, mulutnya tajam, mudah menghina orang yang dianggap lebih rendah ilmu pengetahuan daripadanya. Kadangkala ia boleh dilihat melalui percakapan iaitu tidak mahu mengaku kalah, menganggap dirinya sentiasa benar dan tidak mahu mendengar atau mengikut nasihat orang lain.

Imam Al-Ghazali berkata:

"Orang yang takbur, marah apabila ditegur sedangkan kalau menegur orang lain, caranya keras dan kasar."

Takbur batin adalah membesarkan diri dalam hati dan ini maksiat hati yang dicela. Contohnya, iblis menganggap dirinya lebih baik dan mulia daripada Nabi Adam a.s. Dengan angkuhnya ia enggan tunduk kepada Nabi Adam a.s. sehingga menyebabkan Allah s.w.t. melaknat iblis dan seluruh keturunannya. Takbur juga boleh dibahagi kepada tiga, iaitu takbur terhadap Allah s.w.t, takbur terhadap rasul-Nya dan takbur sesama manusia. Takbur kepada Allah s.w.t. bermaksud tidak mempedulikan perintah Allah s.w.t, tidak menghiraukan ancaman-Nya dan memandang rendah segala syariat dan peraturan-Nya.

Takbur terhadap Rasulullah s.a.w. ialah enggan mengikut petunjuk dan sunnahnya. Orang Quraisy pada zaman Rasulullah s.a.w. enggan mengikutnya kerana Baginda s.a.w. anak yatim piatu. Orang Yahudi pula enggan berbuat demikian kerana Baginda s.a.w. bukan daripada keturunan Bani Israel. Orang Yahudi berasa diri mereka lebih tinggi daripada orang lain, iaitu takbur sesama manusia. Mereka sering memandang rendah terhadap orang lain kerana menganggap diri mereka berilmu, kaya dan berpangkat sedangkan manusia dijadikan sama di sisi Allah s.w.t.

Takbur adalah penyakit hati yang bahaya. Orang yang berpenyakit tidak boleh menjadi pendakwah kerana tindak tanduknya akan menampakkan akhlaknya yang buruk. Lebih bahaya lagi jika dia mewakili jemaah kerana nama jemaah akan turut mendapat tempiasnya. Imam Ghazali memberi beberapa panduan untuk mengelakkan sikap takbur yang ada dalam diri manusia, iaitu :


1. Apabila berjumpa kekanak, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana kekanak belum dibebani dosa.

2. Apabila berhadapan dengan orang tua pula, anggaplah mereka juga lebih mulia kerana mereka lebih lama beribadah daripada kita.

3. Apabila berjumpa orang alim, anggaplah dia lebih mulia kerana banyaknya ilmu di dadanya.

4. Apabila melihat orang jahil anggaplah mereka lebih mulia kerana berbuat dosa kerana kejahilan sedangkan kita dosa dalam keadaan mengetahuinya.

5. Apabila berjumpa orang jahat, jangan anggap kita mulia. Tetapi, katakan, mungkin orang jahat itu akan bertaubat pada masa tuanya, sedangkan kita belum tahu bagaimana akhirnya kehidupan kita.

6. Apabila bertemu orang kafir katakan, belum tentu dia akan kafir selama-lamanya.



Ya Allah..hiasilah kami dengan sifat mahmudah.. dan jauhkan kami dari sifat mazmumah

Ya Allah tetapkanlah hati kami dan janganlah Engkau pesongkan hati kami setelah Engkau memberi hidayah kepada kami.

Ya Rahman Ya Jabbal Ya Qaiyum Qaiyum ampunilah dosa-dosa kami, ampunilah dosa kedua ibubapa kami, ampunilah dosa sekelian muslimin dan muslimat.

Ya Razak Ya Ahad Ya Wahab, jauhilah kami daripada azab kubur, jauhilah kami dari azab api neraka.

Ya Latif Ya Rashid Ya Aziz, hindarilah kami dari fitnah manusia yang masih hidup dan yang telah mati, hindarilah kami dari fitnah dajjal al masih.

Selawat serta salam keatas junjungan besar penghulu kami Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum keluarga Baginda s.a.w.
Amin......

kredit: rakangroup


Salam Ukhuwah..~

Friday, August 29, 2014

Ini Saja Muslimat, Buat Kamu Tidak Cium Bau Syurga..



LIHAT gambar ini dulu. Renung baik-baik..
Ada 3 gaya penampilan atau mode wanita muslimah yang diancam tidak akan mencium bau syurga. Berikut adalah keterangan dari Imam Nawawi dalam 'Al Minhaj Syarh kitab Shahih Muslim'. Menurutnya..

Satu: Wanita yang berpakaian tetapi telanjang
Ada beberapa tafsiran yang disampaikan oleh Imam Nawawi.
  • Wanita yang mendapat nikmat Allah , namun enggan bersyukur kepada Nya.  
  • Wanita yang menutup sebahagian tubuhnya dan menyingkap sebahagian lain. 
  • Wanita memakai pakaian nipis yang menampakkan bentuk tubuhnya.
Dua: Wanita yang 'maa-ilaat wa mumiilaat'.
Ada beberapa tafsiran mengenai hal ini ..
  • Maa-ilaat dimaksudkan, ialah tidak taat pada Allah dan tidak mahu menjaga yang mesti dijaga. Mumiilaat dimaksudkan ialah mengajar yang lain untuk berbuat sesuatu yang tercela. 
  • Maa-ilaat iuga adalah berjalan sambil memakai wangi-wangian dan mumilaat iaitu berjalan sambil menggoyangkan kedua punggung atau bahunya. 
  • Maa-ilaat dimaksudkan adalah wanita yang biasa menyisir rambutnya sehingga bergaya sambil berlenggok bagai wanita nakal. Mumiilaat juga bermaksud adalah wanita yang menyisir rambut wanita lain supaya bergaya seperti itu.
Tiga: Wanita yang kepalanya seperti bonggol unta.
Macam mana tu? Maksudnya adalah wanita yang sengaja memperbesar kepalanya dengan mengumpulkan rambut di atas kepalanya seakan-akan memakai serban. Keterangan lebih lanjut: Lihat 'Syarh kitab Shahih Muslim', terbitan Dar Ibnul Jauzi, 14: 98-99).

Masya ALLAH. Semoga ALLAH sentiasa membimbing kita agar kita sentiasa berada di jalan yang ALLAH redhai. Wanita, marilah berjalan dengan tuntunan Al-Quran dan yang lelaki hendaklah menasihati apabila ada yang jauh dari norma Al-Quran. Aamiin!

Oleh itu, ya Allah ...
  • Muliakan orang yang membaca status ini 
  • Gerak kakinya untuk melangkah ke masjid 
  • Lapangkanlah hatinya 
  • Bahagiakanlah keluarganya 
  • Luaskan rezekinya seluas lautan 
  • Mudahkan segala urusannya 
  • Kabulkan cita-citanya 
  • Pastikan dari segala musibah 
  • Pastikan dari segala penyakit, fitnah, prasangka keji, berkata Kasar dan mungkar. 
  • Dan dekatkanlah jodohnya untuk orang yang membaca dan berkongsi status ini.
Aamiin ya Rabbal 'alamin.
Kenapakah Nabi SAW mengatakan ramai ahli Neraka adalah wanita? Apakah salah silapnya yang menjadikan penghuni Neraka majoritinya adalah wanita. 

Lihat 4 perkara ini..
  1. Wanita sering tidak bersyukur dengan nikmat rezeki yang dibawa balik oleh suaminya. Suka kepada kemewahan dan perhiasan yang hebat-hebat dan cantik. 
  2. Wanita sering menderhakai suaminya. Suka berbantah-bantah dan sentiasa menegakkan pendapatnya tanpa menghiraukan perasaan suami. Wanita yang meminta cerai kerana suaminya bercadang berpoligami adalah satu dosa, kerana hak berpoligami adalah hak yang diberikan oleh Islam kepada kaum lelaki. 
  3. Wanita sering tidak menjaga kehormatan diri seperti suka membuka aurat (tidak bertudung kepala) dan suka berhias-hias untuk memperlihatkan kecantikannya kepada yang bukan mahram atau suami, dan tidak dapat menjaga batas pergaulan yang ditetapkan syariat. 
  4. Wanita sukar untuk menjaga lidahnya daripada mengumpat dan mengadu domba. Dan sering menggunakan lidahnya untuk menyakiti hati suami dan orang lain. Terdapat juga sebahagian wanita yang fasik tidak dapat mengawal nafsunya hingga sanggup melakukan zina.
Sekian, bersambung, insya Allah! 
  Dosa Besar - Mengadu Domba.
Mengadu domba merupakan perbuatan yang boleh mengakibatkan persengketaan dan perbalahan antara dua belah pihak. Sikap suka menyampaikan cerita atau menyampaikan percakapan satu pihak kepada pihak yang lain dengan tujuan yang tidak baik sehingga menimbulkan perasaan tidak senang di hati pihak yang lain, dan akhirnya membawa kepada perselisihan faham antara kedua belah pihak adalah sama dengan menabur fitnah.
Dalam peristiwa Isra‘ dan Mi‘raj, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyaksikan segolongan lelaki dan wanita yang memotong satu potongan daging daripada salah seorang dari mereka. Kemudian mereka meletakkan potongan daging tersebut pada mulut salah seorang dari mereka dan berkata kepadanya: “Makanlah sepertimana yang aku makan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril ‘alaihisalam menjawab: “Mereka inilah pengumpat, pencela serta pengadu domba”.
Mengadu domba adalah maksud dari perkataan Arab an-namimah. An-namimah berasal dari perkataan an-namma yang bererti mengeluarkan berita dengan tujuan menghasut.
Dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiah al-Muyassarah, an-namimah bermaksud memindahkan atau menyampaikan berita pada orang lain dengan tujuan yang tidak baik.
Menurut Imam al-Ghazzali Rahimahullah, perkataan an-namimah pada kebanyakan pendapat adalah menyampaikan percakapan orang lain kepada orang yang dikatakan. Contoh: Seseorang berkata kepada seseorang yang lain “ Si Fulan mengatakan tentang engkau begini begini”.
Contoh ucapan atau kata-kata lain yang menggambarkan tentang perbuatan mengadu domba, antaranya: “Dia melakukan begini terhadap hakmu”, “dia merancang untuk merosakkan urusan kamu”, “dia merancang untuk membantu musuh kamu” atau “dia memburuk-burukkan tentang hal dirimu”.
Hukum Mengadu Domba
Ulama bersepakat bahawa mengadu domba termasuk antara dosa-dosa besar. Imam al-Ghazzali Rahimahullah menyatakan bahawa mengadu domba adalah dilarang kerana ianya mendedahkan sesuatu perkara yang tidak boleh didedahkan samada perkara itu tidak disukai oleh orang yang mengatakannya atau orang yang mendengarnya atau tidak disukai oleh orang yang ketiga (orang yang dikatakan).
Perbuatan yang dianggap mendedahkan sesuatu perkara itu adalah samada dengan kata-kata atau dengan tulisan atau dengan isyarat atau dengan gerak-geri, samada yang disampaikan itu daripada perbuatan atau percakapan, samada ianya tentang keaiban atau kekurangan pada diri orang yang dikatakan.
Hakikat mengadu domba ialah mendedahkan atau membuka rahsia seseorang yang dia sendiri tidak suka orang lain mengetahuinya. Maka jika seseorang itu melihat sesuatu perkara (hal ehwal orang lain) hendaklah dia mendiamkan diri sahaja tanpa perlu menyebarkannya pada orang lain.
Walau bagaimanapun jika dengan menceritakan sesuatu perkara itu mendatangkan faedah kepada orang Islam atau dapat mencegah daripada berlakunya maksiat, maka tidaklah menjadi kesalahan jika dimaklumkan kepada yang lain. Contohnya: jika dia melihat seseorang mengambil harta orang lain, maka hendaklah dia menjadi saksi bagi melindungi hak orang yang empunya harta tersebut. Namun jika tujuan sebaliknya, perkara menceritakan hal atau percakapan orang lain dianggap sebagai mengadu domba.
Balasan Mengadu Domba
Mengadu domba merupakan salah satu daripada dosa-dosa besar kerana perbuatan ini akan mengakibatkan perkelahian antara dua belah pihak. Maka oleh kerana itu Allah Subhanahu wa Taala telah menjanjikan balasan azab yang pedih kepada golongan pengadu domba.
1. Firman Allah Subhanahu wa Taala yang menggambarkan tentang kecelakaan dan penghinaan bagi pengadu domba:
Tafsirnya: “Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pencaci dan pengeji.”
(Surah Humazah: 1)
Penghinaan, azab serta kebinasaan dari Allah Subhanahu wa Taala bagi golongan pencaci dan pengeji. Pencaci dan pengeji menurut Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu: orang yang suka mengadu domba, merosakkan kasih sayang (sesama manusia) dan penzalim yang membuka keaiban (orang lain).
2. Firman Allah Subhanahu wa Taala lagi:
Tafsirnya: “Yang suka mencaci lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk menjahilkan orang ramai).”
(Surah al-Qalam: 11-13)
Maksud ayat di atas ialah golongan yang suka mencaci dan menyebarkan fitnah untuk merosakkan orang lain dan ini tergolong di dalam perbuatan mengadu domba. Golongan ini tidak akan memasuki syurga sebagaimana yang diriwayatkan oleh Huzaifah Radhiallahu ‘anhu, bahawa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Maksudnya: “Tidak masuk syurga orang yang suka mengadu domba”
(Hadis riwayat Muslim)
3. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat, Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam berjalan pada suatu tempat lalu mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya.
Maksudnya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Dua orang (yang berada dalam kubur ini) disiksa, tapi bukan disiksa kerana melakukan dosa besar.”
Baginda Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Ya, salah seorang daripada keduanya itu tidak bersuci dengan bersih setelah berkencing, sementara yang satu pula berjalan (di kalangan manusia) dengan mengadu domba”.”
(Hadis riwayat al-Bukhari)
Bedasarkan al-Qur’an dan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, mengadu domba itu adalah haram dan neraka adalah tempat mereka sebagai balasan daripada Allah Subhanahu wa Taala. Adalah menjadi kewajipan kita untuk tidak melakukan perbuatan tersebut dan menolak jika di datangi oleh golongan yang suka melakukan sedemikian.
Cara Menolak Jika Didatangi Oleh Pengadu Domba
1) Jangan mempercayainya, kerana orang yang suka mengadu domba adalah orang yang fasik. Orang yang fasik ialah orang yang ditolak kesaksiannya (syahadah). Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Tafsirnya: “Wahai orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu mengenainya sehingga menyebabkan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.”
(Surah al-Hujurat: 6)
2) Melarangnya supaya tidak mengadu domba dan menasihatinya serta mencela perbuatannya itu sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Suruhlah berbuat kebaikan, serta laranglah dari melakukan perbuatan yang mungkar.”
(Surah al-Luqman:17)
3) Hendaklah membenci perbuatan mengadu domba itu kerana Allah Subhanahu wa Taala. Sesungguhnya perbuatannya itu sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Taala. Maka wajib kita membenci perbuatannya sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala membenci perbuatan tersebut.
4) Janganlah bersangka buruk terhadap sesama saudara dalam Islam yang tiada pada ketika itu. Firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang), kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa.”
(Surah al-Hujuraat: 12)
5) Tidak perlu memperbesar-besarkan apa yang disampaikan kepada kamu dengan mengintip atau mencari (keburukan) untuk memastikan (apa yang disampaikan), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan keaiban orang.”
(Surah al Hujuraat: 12)
6) Jangan kamu menerima apa yang kamu sendiri tidak suka dan melarang dari perbuatannya. Dan jangan disampaikan pula cerita tersebut pada yang lain, contohnya kamu berkata: “Si Fulan memberitahu kepadaku begini”. Perkara seumpama ini juga dianggap sebagai mengadu domba dan mengumpat. Maka dalam keadaan ini, kamu sendiri melakukan apa yang kamu sendiri melarang (orang lain melakukannya).
Peliharalah lidah daripada melakukan perkara-perkara yang ditegah oleh syariat, seperti mengadu domba atau menyebar fitnah kerana ia merosakkan perhubungan sesama insan. Takutlah terhadap balasan mengadu domba itu. Balasannya adalah api neraka sebagaimana yang diperlihatkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam pada malam Isra‘ dan Mi‘raj.

Dosa Namimah, Mengadu Domba


Namimah atau mengadu domba satu pihak dan pihak lainnya sering menimbulkan kerusuhan atau cek-cok yang berkepanjangan. Oleh karenanya perbuatan ini jika dilakukan terus menerus termasuk dalam dosa besar (al kabair).
Adu domba seperti inilah yang biasa kita lihat dilakukan oleh pers dan media. Tujuannya, untuk melariskan berita.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah satu sudut kota Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang diazab di kubur. Beliau pun bersabda,
يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, namun sesungguhnya itu perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika kencing. Adapun orang yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).” (HR. Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292).
Namimah menurut Ibnu Daqiq Al ‘Ied berarti menukil perkataan orang lain. Yang dimaksud adalah menukil perkataan orang lain dengan maksud membuat kerusakan atau bahaya. Adapun jika menukil pembicaraan oran lain dengan maksud mendatangkan maslahat atau menolak mafsadat (kejelekan), maka itu dianjurkan. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa itu pengertian namimah dengan makna umum. Ulama lain berkata berbeda dengan itu.
Imam Nawawi berkata, “Namimah adalah menukil perkataan orang lain dengan tujuan untuk membuat kerusakan. Namimah inilah sejelek-jelek perbuatan.”
Al Karmani sendiri mengatakan bahwa menyatakan seperti itu tidaklah tepat karena kalau dikatakan dosa besar yang dikenakan hukuman, maka bukan hanya maksudnya melakukan namimah, namun namimah tersebut dilakukan terus menerus. Karena sesuatu yang dilakukan terus menerus dapat menjadi dosa besar. Dosa kecil yang dilakukan terus menerus dapat menjadi dosa besar. Atau bisa jadi makna al kabiroh dalam hadits bukanlah seperti makna dosa besar dalam hadits.
Penjelasan di atas adalah penjelasan dari Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari, 1: 319.
Akibat jelek dari perbuatan namimah dari kisah istri Abu Lahab bisa dibaca di sini.
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

Disusun di Panggang, Gunungkidul, 7 Syawal 1435 H

Pengadu Domba Tidak Masuk Syurga

June 30th 2010 by Abu Muawiah |
17 Rajab
Pengadu Domba Tidak Masuk Surga
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim no. 105)
Maksudnya: Tidak akan masuk surga pertama kali bersama dengan orang-orang yang masuk, melainkan dia akan disucikan dulu di neraka.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma dia berkata:
مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ قَالَ فَدَعَا بِعَسِيبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ ثُمَّ غَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا ثُمَّ قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena sesuatu yang besar. Adapun salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang lainnya disiksa karena tidak menjaga dirinya dari (percikan) kencingnya.” Kemudian beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama dan yang satu lagi pada kubur yang kedua. Kemudian beliau bersabda, “Semoga siksa keduanya diringankan selama kedua pelepah ini belum kering.” (HR. Al-Bukhari no. 6055 dan Muslim no. 292)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ مَا الْعَضْهُ هِيَ النَّمِيمَةُ الْقَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ
“Inginkan kalian aku beritahukan apa itu al-‘adhu? Dia adalah adalah adu domba, menyebarluaskan isu di tengah masyarakat.” (HR. Muslim no. 2606)
Penjelasan ringkas:
Namimah atau adu domba adalah perbuatan menukil ucapan sebagian orang lalu membawanya kepada sebagian orang lainnya dengan tujuan untuk merusak hubungan baik di antara kedua golongan tersebut. Ini merupakan amalan yang sangat tercela, Allah Ta’ala sendiri yang langsung mencelanya dan melarang kaum muslimin untuk mendengarkan celaannya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari mengadu domba, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas, lagi banyak dosa.” (QS. Al-Qalam: 10-12)
Namimah termasuk dari dosa-dosa besar, karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa di antara amalan yang paling banyak menyebabkan seseorang disiksa dalam kuburnya adalah karena dia melakukan namimah di muka bumi ini. Adapun maksud kalimat ‘disiksa bukan karena sesuatu yang besar’ dalam hadits Ibnu Abbas di atas, maka itu bukan berarti kedua amalan itu bukanlah dosa besar. Akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa kedua amalan itu kecil atau enteng di mata mereka berdua atau di mata banyak manusia, akan tetapi sebenarnya kedua amalan ini sangat besar dosanya di mata Allah Ta’ala. Ini dipertegan oleh hadits Hudzifah di atas yang menyebutkan secara tegas bahwa pelaku namimah tidak akan masuk surga.
Adapun berkenaan dengan hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu di atas, maka Ibnu Abdil Barr telah menyebutkan dari Yahya bin Abi Katsir bahwa beliau berkata, “Dalam sekejap, pelaku adu domba dan kedustaan bisa menimbulkan kerusakan dengan kerusakan yang tidak bisa ditimbulkan oleh penyihir dalam satu tahun.”
Abu Al-Khaththab berkata dalam Uyun As-Sa`il, “Di antara bentuk sihir, mengadakan adu domba dan merusak hubungan di antara manusia.”
Alasan namimah disamakan dengan sihir, karena kedua amalan ini bisa mengadakan kerusakan di tengah-tengah manusia secara cepat, tersembunyi, dan disertai dengan makar atau tipu daya. Dari sisi inilah para ulama menyamakan keduanya, bukan dari sisi hukuman bagi pelakunya. Karena sudah dimaklumi bahwa pelaku sihir adalah kafir sementara pelaku namimah masih seorang muslim walaupun dia berbuat dosa yang sangat besar. Lihat Fath Al-Majid Syarh Kitab At-Tauhid bab: Penjelasan Beberapa Bentuk Sihir.
Tambahan pelajaran dari hadits Ibnu Abbas di atas:
1.    Penetapan adanya azab kubur, sebagai bantahan kepada sekte Mu’tazilah yang mengingkarinya.
2.    Penetapan adanya syafaat Nabi shallallahu alaihi wasallam di dunia, sesuai dengan apa yang Allah Ta’ala kehendaki.
3.    Di antara tanda kenabian beliau shallallahu alaihi wasallam adalah mengabarkan kejadian yang ghaib.
4.    Namimah atau adu domba adalah dosa besar tapi tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, dengan dalil Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan syafaat kepadanya. Sementara sudah dimaklumi bahwa orang kafir tidak diizinkan untuk mendapatkan syafaat.
5.    Karena perbuatan Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan meletakkan pelepah kurma di atas adalah syafaat, maka tidak boleh seorang pun mencontohnya dengan meletakkan/menaburkan karangan bunga di atas kubur dengan alasan yang sama seperti Nabi shallallahu alaihi wasallam. Karena sekali lagi, kejadian ini adalah kekhususan untuk beliau shallallahu alaihi wasallam.

Tiada ulasan: