Ahad, 7 Jun 2015

BERDOALAH KEPADA ALLAH SWT...JIKA MAHU SESUATU...SUPAYA HUBUNGAN KITA DENGAN ALLAH KUKUH












Berdoa Hanya Kepada Allah Semata
Apa hukum berdoa kepada selain Allah?


Al-Hamdulillah. Allah Subhanahu wa Ta'ala dekat dengan para hamba-Nya. Allah mengetahui kedudukan mereka, mengabulkan permohonan mereka dan tidak ada sedikitpun urusan mereka yang tidak Dia ketahui. "Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit." (QS. Ali Imran : 5)
Hanya Allah semata yang menciptakan kita dan memberi rezeki kepada kita. Di tangan-Nya jua-lah kekuasaan, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Firman Allah:
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Maa-idah : 120)
Di tangan Allah-lah segala kebaikan. Apabila Allah memberikan perintah dalam Kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya, harus ditaati dan dituruti. Firman Allah:
"Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." (QS. Al-Anfaal : 24)
Allah yang Maha Kuasa dapat mendengar doa para hamba-Nya di setiap tempat dan waktu dengan pelbagai kebutuhan dan bercorak ragam bahasa mereka. Sebagaimana firman Allah:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah : 186)
Allah telah memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya dengan suara perlahan, dengan tunduk dan pasrah. Firman Allah:
"Berdo'alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.." (QS. Al-A'raaf : 55)
Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki segala kekuasaan dan segala pujian. Dan Allah juga menguasai segala sesuatu. Langit dan bumi serta segala yang terdapat di dalamnya bertasbih kepada Allah, sebagaimana firman Allah:
"Berdo'alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.." (QS. Al-Israa : 44)
Allah telah mengancam orang-orang yang takkabur dan enggan beribadah serta berdoa kepada-Nya dengan Neraka Jahannam. Firman Allah:
"Dan Rabbmu berfirman:"Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk naar Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mukmin : 60)
Berdoa kepada Allah harus dengan cara yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya berdoa kepada Allah dengan menjadikan Asma Allah Al-Husna sebagai perantara.
"Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raaf ; 180)
Misalnya kita ucapkan: "Wahai Ar-Rahman (yang Maha Pengasih) kasihanilah kami; wahai Al-Ghafur (Yang Maha Pengampun) ampunilah kami; wahai Ar-Razzaq (Yang Maha Memberi rezeki, berikan rezeki kepada kami," dan sejenisnya.
Apabila seorang hamba berdoa kepada Allah, terkadang Allah memberikan apa yang dia mohon, dan terkadang Allah menghindarikan dirinya dari bahaya yang lebih besar daripada permohonan yang dia minta; atau bisa jadi Allah menyimpan pahala doanya itu hingga Hari Akhir nanti. Karena Allah memerintahkan berdoa dan berjanji akan mengabulkannya. Allah berfirman:
"Dan Rabbmu berfirman:"Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu." (QS. Al-Mukmin : 60)
Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya semata, dan memperingatkan kita agar tidak beribadah kepada syetan. Allah berfirman:
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu.. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus." (QS. Yaasin : 60-61)
Berdoa kepada selain Allah untuk memenuhi kebutuhan atau menolak bala atau untuk mencari kesembuhan dari penyakit kesemuanya dapat mengotori akal dan membutakan mata hati. Allah berfirman:
"Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita.." (QS. Al-An'aam : 71)
Sesungguhnya berdoa kepada dzat yang tidak dapat memberikan manfaat dan mudharrat, yang tidak mampu memerintah dan melarang, tidak mampu mendengar dan tidak mampu memperkenankan doa, baik itu dari kalangan para nabi dan rasul, jin atau malaikat, bintang-bintang atau benda langit lainnya, pepohonan dan bebatuan serta orang-orang yang sudah mati, kesemuanya adalah kezhaliman yang besar, merupakan kesesatan dari jalan yang lurus dan perbuatan syirik terhadap Allah yang Maha Agung. Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim". (QS. Yunus : 106)
Juga firman Allah:
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sesembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do'anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do'a mereka." (QS. Al-Ahqaaf : 5)
Berdoa kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan merupakan dosa besar, bahkan dosa terbesar. Segala bentuk dosa bisa diampuni oleh Allah bagi siapa yang Allah kehendaki, kecuali dosa syirik. Sebagaimana firman Allah:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. An-Nisaa : 48)
Pada Hari Kiamat nanti Allah akan mengumpulkan orang-orang musyrik dan setiap orang yang beribadah kepada-Nya, namun para sesembahan tersebut akan berlepas diri dari mereka, bahkan mengingkari penyembahan mereka. Allah berfirman:
"Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. ( Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." (QS. Al-Faathir : 13-15)
Dari kitab Ushul Ad-Dienil Islami oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri
 
Berdoalah, Pasti Terkabul
1. Allah mewajibkan kita banyak-banyak berdoa kepada-Nya, dan menjanjikan serta menjamin untuk mengabulkan doa para pendoa. Dan tentu saja kita wajib meyakini dan mengimani janji serta jaminan itu sebagai sebuah kepastian, karena itu janji dan jaminan dari Allah Yang Maha Menepati janji.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka sesungguhkan Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia (benar-benar) berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 186).

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan (doa) bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong diri dari beribadah (berdoa) kepada-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Al-Mukmin/Ghaafir: 60).

“Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau sebuah keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” (QS. Ali-Imraan: 38).
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (Memperkenankan) doa” (QS. Ibrahim: 39).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:َ “مَنْ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ” (رواه الترمذي).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang tidak memohon (berdoa) kepada Allahmaka Allah justru akan murka kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi).
2. Doa adalah ibadah yang wajib kita tunaikan. Tapi ia sekaligus juga merupakan kebutuhan asasi kita. Disatu sisi karena ia sebagai bukti pengakuan akan kekurangan, kelemahan dan keterbatasan diri kita sebagai hamba yang fakir dan selalu butuh kepada Dzat Yang Maha Kaya, Allah Ta’ala (sehingga hanya orang sombong saja yang tidak mau meminta, memohon dan berdoa).
Dan disisi lain doa juga sebagai salah satu solusi jitu, jalan keluar terbaik dan sarana perlepasan termanjur dari berbagai himpitan kebutuhan, persoalan dan problematika hidup. Karena berdoa juga berarti mengadu dan curhat. Maka jika seseorang acapkali merasa ringan bebannya dan menjadi plong hanya karena menemukan orang yang bersedia mendengarkan keluhan, pengaduan dan curhat-nya, maka bagi kita orang beriman, tentulah hanya Allah Tempat mengeluh, mengadu dan curhat terbaik.
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ } قَالَ: “الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ” وَقَرَأ:َ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} إِلَى قَوْلِهِ { دَاخِرِينَ } (رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجة وأحمد، وقَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ).
Dari Nu’man bin Basyir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang firman Allah: “Dan Tuhan-mu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan (doa) bagimu.” [QS Ghafir: 60], Beliau bersabda: “Doa adalah ibadah”, beliau lalu membaca: “WA QAALA RABBUKUM UD’UUNII ASTAJIB LAKUM” (Dan Tuhan-mu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Akuu kabulkan (doa) bagimu) sampai akhir ayat: “DAAKHIRIIN.(dalam kedaan hina dina)” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Abu Isa [At-Tirmidzi] berkata: Hadits ini hasan shahih).

“Hai manusia, kamulah yang fakir (selalu butuh) kepada Allah, sedangkan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak butuk apapun dan kepada siapapun) lagi Maha Terpuji” (QS. Faathir: 15).
”Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kalianlah orang-orang yang fakir (selalu butuh kepada-Nya). Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini” (QS. Muhammad: 38).

”Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 86).
3. Namun wajib dipahami bahwa, janji dan jaminan pengabulan doa itu berlaku, ketika doa dipanjatkan secara benar dengan sesuai syarat-syaratnya. Maka ketika sebuah doa benar-benar tertolak dan benar-benar tidak terkabul, maka pasti penyebabnya adalah karena adanya syarat yang tidak terpenuhi, atau adanya faktor yang menghalangi.
Dan diantara syarat-syarat dan faktor-faktor terkabulnya doa adalah:
1-Ikhlas
2-Sungguh-sungguh
3-Yakin dikabulkan
4-Husnudz-dzan kepada Allah
5-Sabar tidak terburu-buru alias tidak cepat mutung
6-Tawakkal menyerahkan penuh kepada Allah tentang bentuk dan waktu pengkabulan doanya
7-Serta tidak mendikte Allah harus mengabulkan doa persis sesuai keinginan sang pendoa (karena Allah-lah Yang Maha Tahu tentang yang paling maslahat bagi kita, sedang kita tidak tahu!)
8-Menyertai doa dengan usaha riil secara optimal dan maksimal sebagai bukti kesungguhan doanya, dan lain-lain.
Sedangkan faktor-faktor penghalang terkabulnya doa, antara lain:
1-Kebalikan semua syarat diatas
2-Berdoa dengan doa maksiat
3-Berdoa dengan doa pemutus tali silaturrahim
4-Mengonsumsi yang haram
5-Berbuat syirik
6-Meninggalkan kewajiban amar bil-ma’ruf dan nahi ‘anil-munkar, dan lain-lain.

”Katakanlah: “Tuhanku menyuruh berlaku adil”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu[533] di setiap shalat dan beribadahlah (berdoalah) kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan, demikian pulalah kamu akan kembali (kepadaNya)” (QS. Al-A’raaf: 29).

”Maka Kami mengabulkan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut, dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami” (QS. Al-Anbiyaa’: 90).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ”. (رواه الترمذي).
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. At-Tirmidzi).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “الْقُلُوبُ أَوْعِيَةٌ وَبَعْضُهَا أَوْعَى مِنْ بَعْضٍ فَإِذَا سَأَلْتُمْ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَيُّهَا النَّاسُ فَاسْأَلُوهُ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ لِعَبْدٍ دَعَاهُ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ” (رواه أحمد).
Dari Abdullah bin ‘Amru bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Hati adalah ibarat bejana, dan sebagiannya lebih banyak menampung daripada sebagian yang lain. Wahai manusia, jika kalian memohon kepada Allah ‘azza wajalla, maka mohonlah kepada-Nya dengan keyakinan bahwa permohonan itu bakal dikabulkan. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan mengabulkan do’a seorang hamba yang memanjatkannya dari hati yang lalai.” (HR. Ahmad).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً” (متفق عليه).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat/menyebut-Ku. Jika ia mengingat/menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingat/menyebutnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat/menyebut-Ku dalam suatu perkumpulan, maka Aku mengingat/menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka (perkumpulan malaikat). Jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي” (متفق عليه).
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “(Do’a) salah seorang diantara kalian pasti akan dikabulkan selagi ia tidak terburu-buru, dengan mengatakan; ‘Aku telah berdoa, namun tidak kunjung dikabulkan.’ (HR.Muttafaq ‘alaih).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: “لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ” قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ: “يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ” (رواه مسلم).
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Doa seorang hamba senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa.” Seorang sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan; ‘Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi tidak kunjung dikabulkan juga’. Setelah itu, iapun merasa putus asa (mutung) dan tidak mau berdoa lagi.’ (HR. Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:َ “أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ” (رواه مسلم).
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah Kami rezekikan kepadamu.’” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari sumber yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah mungkin akan dikabulkan doa orang seperti itu?.” (HR. Muslim).
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ” (رواه الترمذي وابن ماجة وأحمد، وقَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ).
Dari Hudzaifah bin Al Yaman dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya kalian beramar ma’ruf dan nahi munkar atau jika tidak, niscaya Allah akan mengirimkan siksa dari sisi-Nya kepada kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya namun doa kalian tidak lagi dikabulkan.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Abu Isa (At-Tirmidzi) berkata: Hadits ini hasan).
4. Yang sangat penting dipahami adalah bahwa, terdapat 1001 macam, bentuk dan cara pengabulan doa! Sementara kebanyakan orang hanya memahami satu saja bentuk dan cara pengabulan doa. Yakni bahwa doa seseorang dikabulkan persis sesuai permintaan, tepat diwaktu (timing) dan tempat yang “didiktekan” dalam doanya! Sehingga ketika doanya tidak terkabul persis seperti itu, biasanya ia langsung menganggap dan mengklaim serta bersuudzan bahwa, doanya tidak didengar oleh Allah dan tidak dikabulkan. Padahal sebenarnya dikabulkan, hanya saja ia tidak memahami, tidak mengetahui dan tidak menyadarinya! Karena dikabulkan dengan cara lain, yang menurut Allah Yang Maha Mengetahui, cara lain itu lebih maslahat baginya!
Jadi ketika doa serasa tidak terkabul, ada dua kemungkinannya: Pertama, memang benar-benar tidak dikabulkan yang berarti tertolak, dan jelas karena ada syarat yang tidak terpenuhi atau ada faktor yang menghalangi, seperti telah disebutkan dimuka. Kedua, sebenarnya dikabulkan, namun dalam bentuk atau dengan cara lain, yang tidak dipahami atau tidak disadari oleh yang bersangkutan.
Dan secara garis besar, ada tiga bentuk pengkabulan dan penerimaan doa seorang pendoa: Pertama, dikabulkan secara umum sesuai dengan permintaan, meski waktu, tempat dan detail-detail lainnya bisa saja berbeda-beda. Kedua, dikabulkan tapi tidak sesuai dengan permohonan, melainkan diganti dengan yang lebih baik, yakni berupa dihindarkan dari keburukan atau marabahaya yang nilainya setara dengan yang diminta. Ketiga, diterima tapi tidak diberikan di dunia, melainkan disimpan dan dicatat berupa pahala yang setara dengan nilai doa dan permohonan.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Tapi boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Karena Allah Yang Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).
أَنَّ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا عَلَى الْأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ” فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ” (رواه الترمذي، وقَالَ: وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ).
Bahwa ‘Ubadah bin Ash Shamit telah menceritakan kepada mereka bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada seorang muslimpun di muka bumi yang berdoa kepada Allah dengan sebuah doa, melainkan Allah akan memberikan kepadanya (sesuai doanya), atau memalingkan darinya keburukan yang setara dengan nilai doanya, selama ia tidak berdoa dengan doa dosa atau pemutusan tali silaturrahim” Kemudian ada seorang laki-laki dari orang-orang yang ada (di tempat) berkata: jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja. Beliaupun bersabda: “Allah lebih banyak pemberiannya.” (HR. At-Tirmidzi, dan beliau berkata; Ini adalah hadits hasan shahih).
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا”، قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ” (رواه أحمد والحاكم).
Dari Abu Sa’id berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada seorang muslimpun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan tali silaturrahim, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan; disegerakan pengabulan doanya (di dunia ini), atau disimpan pahalanya untuknya untuk (diberikan) di akhirat, atau ia dijauhkan dari keburukan yang setara nilainya”. Para sahabat berkata: “Jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja”, beliau bersabda: “Allah memiliki yang lebih banyak (sebagai balasan dan pengkabulan” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
5. Karena ketidaktahuan itu, sering sekali kita meminta apa-apa yang kita sangka baik atau lebih baik, maslahat atau lebih maslahat, baik dalam hal jenis dan macamnya, atau caranya, atau timing-nya, atau tempatnya, dan lain-lain. Padahal sebenarnya, dalam ilmu Allah Yang Maha Tahu tidaklah demikian. Maka Allah-pun, saat berkehendak mengabulkan doa kita, mengabulkannya sambil atau setelah “meralat” doa kita menjadi yang benar-benar lebih baik dan lebih maslahat bagi kita. Misalnya seseorang berdoa minta jodoh A, tapi “diralat” dengan diberi jodoh B atau C yang hakekatnya dalam ilmu Allah lebih baik dan lebih maslahat baginya. Atau suami-istri berdoa minta anak perempuan, tapi “diralat” dengan diberi anak laki-laki, karena Allah Maha Tahu, mereka lebih mampu mendidik anak laki-laki, atau sebaliknya. Atau seorang pedagang berdoa meminta untung sekian hari ini, tapi “diralat” dengan diberi kurang dari permintaannya itu, karena jika diberi persis sesuai permintaannya justru lebih madharat baginya. Dan begitu seterusnya.
Lalu yang juga paling sering terjadi, “ralat” itu tertuju pada waktu dan “timing” pengkabulan doa. Dimana seseorang berdoa meminta sesuatu hari ini misalnya, tapi “diralat” dan diberi besok, atau minta pekan ini, tapi “diralat” dan dikabulkan pekan depan atau pekan depannya lagi, atau meminta pada bulan atau tahun ini, namun “diralat” dan baru dikabulkan pada beberapa bulan atau beberapa tahun berikutnya. Dan bahkan ada yang doanya “diralat” “begitu ekstrem” sehingga baru dikabulkan justru setelah yang bersangkutan tiada, sehingga yang menerima dan merasakan pengkabulan doa tersebut adalah anak cucu yang bersangkutan. Mungkin disini penting kita mengambil ibrah dari pengkabulan doa Nabi Ibrahim ‘alahissalam yang baru terjadi setelah berabad-abad berlalu dari saat doa dipanjatkan. Yakni doa beliau seperti dalam QS. Al-Baqarah: 129, yang baru dikabulkan oleh Allah dengan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul terakhir, seperti disebutkan para ulama tafsir.
Nah adanya “ralat-ralat” inilah yang biasanya menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksabaran, suudzan dan sikap mutung (ngambek) dari banyak pendoa, serta sekaligus menjadi salah satu penghalang utama terkabulnya doa-doa berikutnya!
6. Karena kondisi dan situasi saat ini, sangat boleh jadi kebanyakan doa kita justru “diralat” dan “dialihkan” ke bentuk dan jenis kedua dari pengkabulan doa yang disebutkan dalam hadits ‘Ubadah bin Ash-Shamit dan Abu Sa’id Al-Khudri diatas. Yakni banyak dan beragamnya potensi keburukan dan marabahaya yang mengancam setiap kita setiap saat di zaman sekarang, sangat boleh jadi telah menjadi faktor penyebab utama “peralatan” dan “pengalihan” itu. Dimana doa-doa kita dengan beragam tujuan dan kepentingan, meskipun memenuhi syarat, “terpaksa” tidak dikabulkan sesuai tujuan dan kepentingannya, melainkan “dipakai” untuk menghindarkan dan menyelamatkan kita dari berbagai potensi keburukan dan marabahaya yang bisa terjadi sewaktu-waktu setiap detik! Khususnya bagi kita yang jarang berdoa dengan doa-doa perlindungan diri. Namun kebanyakan kita tidak memahami dan tidak menyadari hal itu.
7. Dan tentu saja ujian penerimaan dan pengkabulan doa terberat adalah bentuk ketiga seperti dalam hadits diatas. Yakni, karena hikmah dan ke-Maha Tahu-an Allah, doa-doa kita tidak dikabulkan dengan bentuk pengkabulan apapun di dunia, melainkan disimpan dan dicatat sebagai pahala amal yang setara dengan nilai doa-doa itu, yang baru akan diberikan di akhirat, untuk memperberat timbangan amal kita nanti. Memang ini berat sekali di dunia, tapi nanti mungkin setiap kita membayangkan dan menginginkan andai seluruh doa yang dipanjatkannya di dunia tidak ada yang dikabulkan di dunia, melainkan ditambahkan sebagai pemberat timbangan amal shalih yang paling ia butuhkan saat itu!
Di tulis oleh Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
  **Artikel lepas tulisan Dr Mohd Asri yang dicadangkan untuk bacaan bersempena dengan Ramadhan ini**
ANTARA tanda kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia tidak mewujudkan sebarang halangan untuk seorang hamba memohon kepada-Nya. Insan diperintahkan berhubung langsung dengan Allah tanpa sebarang ‘broker’ dalam hubungan yang suci itu. Tiada sebarang perantaraan antara Allah dan hamba-hamba-Nya.
Islam menolak segala unsur keberhalaan yang menjadikan makhluk sebagai tuhan jelmaan menggantikan tuhan yang hakiki. Islam menganggap perbuatan memohon kemakbulan doa dari makhluk adalah syirik. Tidak kira siapa pun makhluk itu. Sama ada dia nabi ataupun wali.

Seorang muslim tidak diizinkan pergi ke kubur mereka dan menyeru: wahai fulan tolonglah saya! Atau: Wahai nabi tolonglah tenteramkan jiwa saya! Atau: Wahai wali sembuhkanlah penyakit saya!
Perbuatan itu adalah syirik. Mukmin hanya meminta doa daripada Allah. Firman Allah: (maksudnya)
Dan tiada yang lebih sesat dari orang yang menyeru selain Allah, yang tidak dapat menyahut seruannya sehinggalah ke hari kiamat, sedang mereka (makhluk-makhluk yang mereka sembah itu) tidak dapat menyedari permohonan tersebut. Dan apabila manusia dihimpunkan (untuk dihitung amalan pada hari akhirat), segala yang disembah itu menjadi musuh (kepada orang-orang yang menyembahnya) dan membantah mereka (surah al- Ahqaf: 5-6).
Firman Allah: (maksudnya)
Allah jua yang memasukkan malam kepada siang dan memasukkan siang kepada malam (silih berganti), dan Dia yang memudahkan peredaran matahari dan bulan; tiap-tiap satu dari keduanya beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Yang melakukan semuanya itu ialah Allah Tuhan kamu, bagi-Nyalah kuasa pemerintahan; sedangkan mereka yang kamu sembah selain Allah itu tidak mendengar permohonan kamu, dan kalaulah mereka mendengar pun, mereka tidak dapat memperkenankan pemohonan kamu; dan pada hari kiamat pula mereka mengingkari perbuatan syirik kamu. Dan (ingatlah) tiada yang dapat memberi tahu kepadamu (Wahai Muhammad, akan hakikat yang sebenarnya) seperti yang diberikan Allah Yang Maha mendalam pengetahuan-Nya (surah Fatir: 13-14).
Maka perbuatan memohon selain Allah, sama ada menyeru berhala secara terang atau memanggil nama para wali seperti Abdul Qadir al-Jailani atau wali ‘songo’ atau apa sahaja termasuk dalam kerja-kerja syirik yang diharamkan oleh nas- nas al-Quran dan al-sunah.
Nabi s.a.w. begitu menjaga persoalan akidah ini. Daripada Ibn ‘Abbas:
“Bahawa seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w: “Apa yang Allah dan engkau kehendaki.” Maka baginda bersabda kepadanya: Apakah engkau menjadikanku sekutu Allah, bahkan (katakan): apa yang hanya Allah kehendaki. (Riwayat al-Imam Ahmad dinilai sahih oleh Al-Albani, Silsilah al-Ahadith al-Sahihah, 1/266).
Bandingkanlah ketegasan Nabi ini dengan ajaran sesetengah guru tarekat atau sufi yang mencetuskan segala unsur keajaiban pada diri mereka agar dikagumi oleh pengikutnya. Akhirnya, mereka seakan Tuhan yang disembah, atau wakil Tuhan yang menentukan penerimaan atau penolakan amalan pengikutnya. Bahkan untung rugi nasib masa depan pengikut pun seakan berada di tangan mereka.
Demikian juga, pengikut yang melampau, berlebih-lebihan memuja tokoh agama, akhirnya boleh terjerumus kepada kesyirikan. Terlampau memuja tokoh seperti itulah yang menyebabkan banyak individu dianggap keramat dan suci sehingga dipanggil ‘tok keramat’ lalu mereka seakan dimaksumkan. Kemudian, datang pula orang-orang jahil ke kubur mereka membayar nazar atau meminta hajat mereka ditunaikan. Sehingga apabila saya ke Urumuqi di China, ada satu gua yang kononnya dianggap tempat Ashabul Kahfi yang disebut dalam al-Quran itu.
Ramai yang pergi melakukan kesyirikan dengan meminta hajat di situ. Saya beritahu bahawa dalam dunia ini entah berapa banyak gua yang didakwa kononnya tempat Ashabul Kahfi. Ada di Turki, Jordan dan lain-lain. Semuanya dakwaan tanpa bukti. Sama juga kononnya tempat-tempat sejarah nabi yang didakwa oleh sesetengah pihak. Tiada petunjuk yang dapat memastikan ketulenannya.
Jika pun benar, mereka bukan tuhan untuk seseorang meminta hajat. Inilah yang terjadi kepada Nabi Isa. Dari seorang nabi yang diutuskan, akhirnya manusia menabalkannya menjadi anak Tuhan. Meminta hajat daripada orang-orang agama atau soleh setelah mereka mati adalah syirik. Islam tidak kenal perkara seperti itu. Islam tulen bebas dari segala unsur kebodohan tidak bertebing itu.

Ada yang cuba membela dengan menyatakan: bukan apa, mereka ini ialah orang yang dekat dengan Allah, kita ini jauh. Maka kita gunakan perantaraan mereka. Macam kita hendak dekat dengan menteri atau raja. Saya kata kepada mereka: Adakah awak menganggap Allah itu sama dengan tabiat raja atau menteri awak? Dakwaan inilah yang disanggah oleh al-Quran sekeras-kerasnya.
Firman Allah: (maksudnya)
Ingatlah! Hanya untuk Allah agama yang bersih (dari segala rupa syirik). Dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung itu berkata: “Kami tidak menyembah mereka (tuhan-tuhan palsu) melainkan untuk mendekatkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya”. Sesungguhnya Allah akan menghukum antara mereka tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan- bukan), lagi sentiasa kufur (dengan melakukan syirik) (al-Zumar:3).
Setelah Allah menceritakan tentang bulan Ramadan dan kewajiban puasa, Allah terus menyebut kemustajaban doa. Ia menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara puasa Ramadan dan janji Allah untuk memustajabkan doa hamba-hamba-Nya. Allah berfirman (maksudnya):
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyahut seruan-Ku (dengan mematuhi perintah-Ku), dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk (surah al-Baqarah: 186).
Demikian, Allah itu sentiasa hampir dengan kita, mendengar dan memperkenankan doa kita. Sesiapapun boleh sampai kepada-Nya. Tiada pengawal atau orang tengah yang menghalang seorang hamba untuk merintih dan merayu kepada Tuhannya. Siapapun hamba itu. Apa pun bangsanya dan apa pun bahasa doanya. Apa pun sejarah buruk dan baiknya. Tuhan sentiasa sudi mendengar lalu memustajabkan pemohonan mereka dengan cara yang dikehendaki-Nya. Bertambah banyak hajat dan permohonan seorang hamba, bertambah kasih dan dekat Allah kepadanya.
Amat berbeza dengan tabiat makhluk yang lemah ini. Walau bagaimana baik pun seseorang dengan kita, namun jika kita terlalu meminta, perasaan jemu dan bosan akan timbul dalam jiwanya. Allah Maha Suci dari demikian. Dia menyuruh kita berdoa dan membanyakkan doa. Ini kerana doa adalah lambang kehambaan diri kepada zat yang Maha Agung. Firman Allah (maksudnya):
Dan Tuhan kamu berfirman: Berdoalah kamu kepada-Ku nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takbur daripada beribadat (berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina (surah Ghafir: 60).
Seseorang kadangkala tidak perasan bahawa apabila dia berdoa kepada Allah sebenarnya dia sedang melakukan ibadah yang besar. Walaupun pada zahirnya kelihatan dia sedang memohon untuk kepentingan diri sendiri, namun hakikatnya dia sedang membuktikan keikhlasan tauhidnya kepada Allah dan ketundukan kepada Tuhan Yang Sebenar. Maka dengan itu Nabi menyatakan: Doa itu adalah ibadah. (Riwayat Abu Daud dan al- Tirmizi, sahih). Jika sepanjang malam seorang hamba berdoa kepada Allah, bererti sepanjang malam dia melakukan ibadah yang besar.
Doa sentiasa diterima oleh Allah. Jika ada yang kelihatan tidak diterima, mungkin ada beberapa faktor yang mengganggu. Mungkin pemohonan itu tidak membawa kebaikan jika dimustajabkan. Allah Maha Mengetahui. Seperti hasrat kita ingin mengahwini seseorang yang kita suka, lalu kita berdoa agar Allah menjadikan dia pasangan kita. Allah lebih mengetahui jika itu tidak baik untuk kita lalu Allah memilih untuk kita pasangan yang lain. Atau Allah memustajabkan doa orang lain yang lebih dikehendaki-Nya. Atau Allah memustajabkan doa calon berkenaan yang inginkan orang lain. Segalanya mungkin.
Namun doa tidak sia-sia. Pahala tetap diberikan, kebaikan yang lain pula akan diganti di dunia dan di akhirat. Sabda Nabi:
Tiada seorang muslim yang berdoa dengan suatu doa yang tiada dalamnya dosa, atau memutuskan silaturahim melainkan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: sama ada disegerakan kemakbulan atau disimpan untuk diberikan pada hari akhirat, ataupun dijauhkan keburukan yang sepandan dengannya. (Riwayat Ahmad, al-Bazzar dan Abu Ya‘la dengan sanad yang sahih).
Maka, ada doa kita kepada Allah diterima olehnya di dunia. Ada yang tidak diberi disebabkan hikmat yang Allah lebih mengetahuinya, lalu disimpan doa itu di sisi-Nya untuk diberikan pada hari akhirat dengan yang lebih baik dan lebih utama untuk kita. Atau doa itu ditukar dengan kebaikan-kebaikan yang lain seperti diselamatkan kita dari pelbagai bahaya yang sebahagian besarnya tidak pernah diduga.
Betapa banyak keberbahayaan yang menimpa orang lain, tetapi kita diselamatkan oleh Allah. Tidak juga kerana permohonan kita dalam perkara tersebut atau kebijaksanaan kita, namun barangkali doa kita dalam perkara yang lain, lalu diberikan gantian keselamatan untuk kita dalam perkara yang tidak diduga.
Kadangkala Dia tidak memberikan kepada kita sesuatu permohonan disebabkan rahmat-Nya kepada kita. Barangkali ingin menyelamatkan kita. Dia Maha Mengetahui, jika diberikan, mungkin kita hanyut atau menempuh sesuatu yang merugikan kehidupan di dunia atau akhirat. Kita pun demikian.
Bukan bererti apabila seorang bapa tidak tunaikan kehendak anaknya tanda kebencian terhadapnya. Bahkan sebahagian besarnya kerana kasih sayang dek bimbang jika diberikan akan mendatangkan kemudaratan. Maha Suci Allah untuk dibandingkan dengan kita semua, namun yang pasti rahmat-Nya sentiasa melimpah. Jika Dia menangguhkan doa kita, tentu ada hikmah-Nya.
Di samping itu hendaklah kita faham, doa itu bermaksud permohonan. Seorang yang berdoa mestilah bersungguh-sungguh dalam doanya. Maka tidaklah dinamakan berdoa jika tidak faham apa yang kita doa. Sebab itu saya amat hairan dengan sesetengah orang yang berdoa tanpa memahami maksud. Sesetengah mereka menghafal teks Arab kerana hendak menjadi ‘tekong’ doa dalam pelbagai majlis.
Malangnya, ada yang tidak faham apa yang dibaca dan yang mengaminkan pun sama. Ada orang merungut, kata mereka, umat Arab di Masjidilharam dan Masjid Nabawi tidak baca doa selepas solat beramai-ramai. Itu menunjukkan mereka tidak kuat pegangan Islam mereka. Saya katakan: Islam tidak diturun di kampung halaman kita, ia diturunkan di Mekah dan Madinah. Mereka melakukan apa yang menjadi amalan Rasulullah. Lagipun seseorang yang bersolat disuruh berdoa ketika dalam solat dan berwirid selepasnya.
Dalam hadis, kita diajar agar berdoa ketika sujud dan selepas membaca tasyahud sebelum salam. Di situlah antara waktu mustajabnya doa. Sabda Nabi:
Paling dekat hamba dengan tuhannya adalah ketika sujud, maka banyakkan doa ketika sujud. (Riwayat Muslim).
Nabi memberitahu tentang doa selepas tasyahud sebelum memberi salam dalam solat:
Berdoalah pasti mustajab, mintalah pasti akan diberikan. (Riwayat al-Nasai, sanadnya sahih).
Bukan bererti orang yang kita tengok tidak mengangkat tangan berdoa kuat beramai-ramai selepas solat itu tidak berdoa. Kita yang barangkali kurang faham sedangkan mungkin mereka berdoa dalam solat melebihi kita. Jika seseorang berdoa selepas memberi salam, tentulah dalam banyak hal, hajat makmum dan imam tidak sama. Maka jangan marah jika kita lihat orang berdoa bersendirian.
Nasihatilah mereka yang membaca doa tanpa faham maksudnya, atau mengaminkan tanpa mengetahui isinya. Lebih menyedihkan, kadangkala doa dibaca dengan nada dan irama yang tidak menggambarkan seorang hamba yang sedang merintih memohon kepada Allah. Sebahagian nada itu, jika seseorang bercakap kepada kita dengan menggunakannya pun kita akan pertikaikan. Layakkah nada seperti itu sebagai doa kepada Allah yang Maha Agung?
Benarlah sabda Rasulullah:
Berdoalah kamu kepada Allah Taala dalam keadaan kamu yakin akan dimustajabkan. Ketahuilah sesungguhnya Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai dan alpa. (Riwayat al-Tirmizi, disahihkan oleh al-Albani).
Pelajari kita nas-nas agama tentang doa kerana ianya amat penting bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.

Allah Begitu Dekat pada Orang yang Berdoa


Sudah begitu lama, ingin agar harapan segera terwujud. Beberapa waktu terus menanti dan menanti, namun tak juga impian itu datang. Kadang jadi putus asa karena sudah seringkali memohon pada Allah. Sikap seorang muslim adalah tetap terus berdo’a karena Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a. Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan Allah adalah yang terbaik.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
Sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ رَبُّنَا قَرِيبٌ فَنُنَاجِيهِ ؟ أَوْ بَعِيدٌ فَنُنَادِيهِ ؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ
“Wahai Rasulullah, apakah Rabb kami itu dekat sehingga kami cukup bersuara lirih ketika berdo’a ataukah Rabb kami itu jauh sehingga kami menyerunya dengan suara keras?” Lantas Allah Ta’ala menurunkan ayat di atas. (Majmu’ Al Fatawa, 35/370)
Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Kedekatan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kedekatan Allah pada orang yang berdo’a (kedekatan yang sifatnya khusus).” (Majmu’ Al Fatawa, 5/247)
Perlu diketahui bahwa kedekatan Allah itu ada dua macam:
  1. Kedekatan Allah yang umum dengan ilmu-Nya, ini berlaku pada setiap makhluk.
  2. Kedekatan Allah yang khusus pada hamba-Nya dan seorang muslim yang berdo’a pada-Nya, yaitu Allah akan mengijabahi (mengabulkan) do’anya, menolongnya dan memberi taufik padanya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 87)
Kedekatan Allah pada orang yang berdo’a adalah kedekatan yang khusus –pada macam yang kedua- (bukan kedekatan yang sifatnya umum pada setiap orang). Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a dan yang beribadah pada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits pula bahwa tempat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia sujud. (Majmu’ Al Fatawa, 15/17)
Siapa saja yang berdo’a pada Allah dengan menghadirkan hati ketika berdo’a, menggunakan do’a yang ma’tsur (dituntunkan), menjauhi hal-hal yang dapat menghalangi terkabulnya do’a (seperti memakan makanan yang haram), maka niscaya Allah akan mengijabahi do’anya. Terkhusus lagi jika ia melakukan sebab-sebab terkabulnya do’a dengan tunduk pada perintah dan larangan Allah dengan perkataan dan perbuatan, juga disertai dengan mengimaninya. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 87)
Dengan mengetahui hal ini seharusnya seseorang tidak meninggalkan berdo’a pada Rabbnya yang tidak mungkin menyia-nyiakan do’a hamba-Nya. Pahamilah bahwa Allah benar-benar begitu dekat dengan orang yang berdo’a, artinya akan mudah mengabulkan do’a setiap hamba. Sehingga tidak pantas seorang hamba putus asa dari janji Allah yang Maha Mengabulkan setiap do’a.
Ingatlah pula bahwa do’a adalah sebab utama agar seseorang bisa meraih impian dan harapannya. Sehingga janganlah merasa putus asa dalam berdo’a. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Do’a adalah sebab terkuat bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak ia sukai dan sebab utama meraih hal yang diinginkan. Akan tetapi pengaruh do’a pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang do’anya berpengaruh begitu lemah karena sebab dirinya sendiri. Boleh jadi do’a itu adalah do’a yang tidak Allah sukai karena melampaui batas. Boleh jadi do’a tersebut berpengaruh lemah karena hati hamba tersebut yang lemah dan tidak menghadirkan hatinya kala berdo’a. … Boleh jadi pula karena adanya penghalang terkabulnya do’a dalam dirinya seperti makan makanan haram, noda dosa dalam hatinya, hati yang selalu lalai, nafsu syahwat yang menggejolak dan hati yang penuh kesia-siaan.” (Al Jawaabul Kaafi, hal. 21). Ingatlah hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jika memahami hal ini, maka gunakanlah do’a pada Allah sebagai senjata untuk meraih harapan.
Penuh yakinlah bahwa Allah akan kabulkan setiap do’a. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Lalu pahamilah bahwa ada beberapa jalan Allah kabulkan do’a. Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad 3/18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid). Boleh jadi Allah menunda mengabulkan do’a. Boleh jadi pula Allah mengganti keinginan kita dalam do’a dengan sesuatu yang Allah anggap lebih baik. Atau boleh jadi pula Allah akan mengganti dengan pahala di akhirat. Jadi do’a tidaklah sia-sia.
Ingatlah wejangan yang amat menyejukkan hati dari cucu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al Hasan bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata,
من اتكل على حسن اختيار الله له، لم يتمن شيئا. وهذا حد الوقوف على الرضى بما تصرف به القضاء
Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang Allah) berlakukan (bagi hamba-Nya)” (Lihat Siyaru A’laamin Nubalaa’ 3/262 dan Al Bidaayah wan Nihaayah 8/39). Pilihan Allah itulah yang terbaik.
Wallahu waliyyut taufiq.

Panggang-Gunung Kidul, 7 Jumadats Tsaniyah 1432 H (10/05/2011)
www.rumaysho.com

Adab Cara Berdoa Agar Terkabul

Manfaat tujuan berdoa berdzikir kepada Allah adalah sangat besar faedah dan keuntungan yang akan didapat seorang muslim. Hal ini karena dalam agama Islam dikatakan dalam sebuah hadist yang artinya :"Doa itu adalah otak ibadah". (HR. Bukhari).

Otak adalah sarinya, intinya, dan yang paling berarti dari sesuatu itu sendiri (ibadah). Doa (dalam bahasa Arab) berarti membaca, meminta hajat dan memohon pertolongan. Terkadang juga diartikan secara mutlak yaitu membaca.

Doa berdasarkan definisi artinya menurut istilah adalah memohon hajat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, kata doa dan kata-kata jadiannya (musytaq) itu digunakan sebanyak 13 makna yang berbeda-beda.

Di antaranya arti doa adalah membaca, berdoa, meminta kepada Allah Ta'ala, memanggil, mengajak kepada sesuatu atau kepada seseorang, memohon pertolongan dan bantuan, beribadah dan lain sebagainya.

Dzikir menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah ialah segala macam bentuk mengingat kepada Allah SWT baik dengan membaca tahlil, tasbih, tahmid, taqdis, takbir, tasmiyah, hasbalah, qira'atul Qur'an maupun membaca seputar Doa-Doa yang ma'tsur dari Rasulullah SAW.

Adab Cara Berdoa Agar Terkabul

Adab Berdoa Dalam Islam


Berdoa merupakan salah satu bentuk ibadah, karena dalam doa terkandung sebuah pengakuan dari seorang hamba yang lemah, makhluk yang tak berdaya dihadapan Yang Maha Kuasa Allah SWR.

Setiap doa akan dikabulkan oleh Allah, namun agar cepat dikabulkan sebaiknya yang berdoa juga harus memperhatikan adab atau tata krama tata cara dalam berdoa agar segera diijabah dikabulkan Allah Ta'ala.

Berikut beberapa cara adab dalam berdoa agar segera dikabulkan oleh Allah seperti yang dikutip dari media dakwatuna.com antara lain adalah sebagai berikut :

1. Makan Dari Makanan Yang Halal Dan Memakai Pakaian Yang Halal

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menyebutkan, "Seorang lelaki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat tangan ke langit tinggi-tinggi dan berdoa, 'Ya Rabbi, ya Rabbi' sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimanakah doanya bisa terkabulkan?" (HR. Muslim).

Untuk itulah kita yang selalu berharap doa-doa kita selalu didengar dan diijabah serta dikabulkan oleh Allah maka syarat agar doa dikabulkan antara lain adalh dengan menjaga diri dari makanan, minuman, pakaian haram serta menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah.

2. Berdoa Pada Waktu-Waktu Mustajabah

Ada beberapa waktu yang sangat dianjurkan untuk berdoa agar doa kita dikabulkan oleh Allah antara lain adalah :
  1. Setiap sepertiga malam terakhir.
  2. Saat sujud. Rasulullah saw. bersabda: "Dan adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, niscaya akan diijabahi doa kalian."
  3. ketika adzan. Rasulullah saw. bersabda: "Ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan, maka pintu-pintu langit dibuka, dan doa diistijabah."
  4. Antara adzan dan iqamat. Rasulullah saw. bersabda: "Doa antara adzan dan iqamat mustajab, maka berdoalah."
  5. Ketika musafir Bepergian. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga doa mustajabah yang tidak diragukan lagi padanya, (yakni) doa orang yang dizhalimi, doa orang yang musafir dan doa orang tua untuk kebaikan anaknya.(HR Abu Daud, At-Tirmidzy dan lbnu Majah) .
  6. Suatu saat pada hari Jum’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at lalu beliau bersabda, "Padanya ada suatu saat yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri menegakkan shalat dia berdoa kepada Allah Ta’ala meminta sesuatu kecuali Allah akan memberikannya padanya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan (waktu tersebut) dengan tangannya yang menunjukkan waktunya sedikit.”
3. Berdoa Menghadap Kiblat Dan Mengangkat Tangan Ketika Berdoa.

Hendaklah menghadap kiblat tatkala berdoa dan mengangkat tangan hingga terlihat warna putih kedua ketiaknya. Hal ini berdasarkan pada hadist yang diriwayatkan dari Anas bahwa Nabi saw mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat warna putih kedua ketiaknya saat berdoa dan tidak memberikan isyarat dengan jari jemarinya.”

Hal ini sama artinya dengan berdoa dengan mengangkat dan menadahkan kedua tangan ke langit.

Adab Berdoa Dalam Islam

4. Yakin Doanya Akan Dikabulkan Dan Benar Pengharapan Doanya

Berkeyakinan kuat akan dikabulkan doanya serta benar didalam pengharapannya. Sabda Rasulullah saw,”Berdoalah kepada Allah dan anda meyakini akan pengabulannya. Ketahuilah bahwa Allah azza wa jalla tidaklah mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Ahmad, Thabrani)

5 Mengulangi Doa Tiga Kali

Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa Nabi saw apabila berdoa maka dia berdoa hingga tiga kali dan apabila dia meminta maka dia meminta hingga tiga kali.” (HR. Muslim)

5. Hendaklah Mengawali Doanya Dengan Dzikrullah (menyebut nama Allah)

Dan juga tidak langsung dengan meminta. Sabda Rasulullah saw,"Apabila kalian meminta kepada Allah azza wa jalla suatu keperluan maka mulailah dengan shalawat atasku… (HR. Abu Thalib al Makkiy).

Penyebab Doa Tidak Dikabulkan Oleh Allah


Ada beberapa penyebab alasan doa-doa kita tidak segera dikabulkan oleh Allah Ta'ala.

Berikut ini beberapa alasan serta juga yang menyebabkan doa kita tidak terkabul seperti yang dikutip dari laman facebook Ustadz Muhammad Arifin Ilham ketika menjawab pertanyaan jamaahnya antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Tugas kita sebagai hamba-Nya berdoa, hak prerogratif Allah untuk mengijabahnya.
  2. Allah ingin kita selalu berdoa pada-Nya, boleh jadi kalau dikabulkan kita tidak berdoa lagi.
  3. Tidak dikabulkan karena kalau dikabulkan membawa fitnah untuk kita, tidak jadi kaya, boleh jadi setelah kaya jadi sombong.
  4. InsyaAllah dikabulkan hanya waktu kemudian.
  5. Allah hanya kabulkan di akhirat saja, jadi doa sebagai tabungan akhirat.
  6. Allah kabulkan dalam bentuk lain, Allah tahu baik buruknya untuk kita, 7. Kalau tidak juga tetaplah baik sangka, dan saatnya untuk muhasabah diri, mungkin hidup kita dari rizki tidak halal, mungkin ibadah kita masih diiringi maksiat, atau masih sering menyakiti orang lain atau aurat kita masih belum terjaga.
Penyebab Doa Tidak Dikabulkan Oleh Allah

Untuk itulah marilah kita bersama-sama memperbaiki diri, sungguh sungguhlah taat dan jangan pernah putus asa dalam berdoa!

Baca dengan iman, "Berdoalah kalian kepada-Ku, pasti KU ijabah doa kalian!!"(QS al Mu'min : 60). SubhanAllah, terus terus terus berdoa karena kita tidak tahu kapan, dimana dan bagaimana doa kita diijabah Allah...insya Allah, aamiin.
Waktu-waktu dan Cara Menggapai Doa yang Mustajab
assalamu'alaikum ,
ustadz sigit, saya mau tanya :
kapankah waktu yang mustajab untuk ber'doa?
kapan seharusnya kita berdoa menurut ajaran Rasul SAW? dalam shalat atau setelah selesai shalat ustadz?
kalau yang dianjurkan setelah selesai shalat, apakah kita habis shalat langsung saja berdoa atau kita berdzikir dulu baru berdoa? seperti yang dilakukan di masjid2 kebanyakan ustadz?
bagaimana dengan shalat tahajud ustadz, apakah kita perlu berdzikir dulu setelah selesai shalat atau langsung saja berdoa? atau apakah setelah selesai shalat witir (yang di kerjakan setelah shalat tahajud) kita baru berdoa? manakah yang di syariatkan ustadz?
trimakasih. wassalamu'alaikum wr.wb
Tri S
Jawaban:
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Tri S yang dimuliakan Allah swt
Dianjurkan bagi seorang muslim untuk berdoa kepada Allah swt sebagai bentuk pernyataan ketergantungannya kepada Allah swt. Abu Daud meriwayatkan dari An Nu'man bin Basyir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Doa adalah ibadah, Tuhan kalian telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
Waktu-waktu Mustajab untuk Berdoa
Diantara waktu-waktu mustajab untuk berdoa, adalah :
1. Pada hari Arafah.
2. Bulan Ramadhan.
3. Hari Jum’at.
4. Saat sahur.
5. Antara adzan dan iqamat.
6. Setelah shalat.
7. Tatkala turun hujan.
8. Ketika perang di jalan Allah.
9. Ketika khatam al Qur’an.
10. Saat sujud.
11. Saat berbuka puasa.
12. Ketika merasakan kehadiran hati dan rasa takut kepada Allah. (Mukhtashar Minhaj al Qasidhin hal 49)
Berdoa di Saat Shalat dan Setelah Shalat
Tentang bedoa disaat shalat ini maka para ulama Hanafi dan Hambali berpendapat bahwa disunnahkan berdoa disaat tasyahud akhir setelah shalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan apa-apa yang meneyerupai lafazh-lafazh al Qur’an atau lafazh-lafazh Sunnah dan tidak diperbolehkan berdoa dengan apa-apa yang menyerupai perkataan manusia, seperti mengatakan : Allahumma Zawwijniy Fulanah (Wahai Allah nikahkanlah aku dengan si fulanah) atau A’thiniy kadza min adz dzahabi wa al fiddhah wa al manashib (Berikanlah aku sekian dari emas, perak dan kedudukan)
Adapun para ulama Maliki dan Syafi’I berpendapat disunnahkan berdoa setelah tasyahud dan sebelum salam untuk kebaikan din (agama) dan dunia. Tidak diperbolehkan berdoa untuk sesuatu yang diharamkan atau yang mustahil. Jika dia berdoa dengan sesuatu dari itu semua maka batal shalatnya dan yang lebih afdhal adalah berdoa dengan doa-doa yang matsur. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 7168)
Tempat lainnya didalam shalat yang baik pula untuk berdoa adalah disaat sujud berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa."
Dibolehkan pula baginya berdoa pada saat ruku’ berdasarkan apa yang diriwayatkan Imam Bukhari dari 'Aisyah ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: "SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) '."
Juga apa yang diriwayatkan Imam Muslim dari Ali bin Abi Thalib bahwa jika beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ruku' maka beliau membaca: "ALLAHUMMA LAKA RAKA'TU WA BIKA AAMANTU WA LAKA ASLAMTU KHASYA'A LAKA SAM'II WA BASHARII WA MUKHKHII WA 'AZHMII WA 'ASHABII (Ya Allah, kepadaMu aku ruku', denganMu aku beriman, kepadaMu aku berserah diri, patuh dan tunduk kepadau pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulang-tulangku dan otot-ototku semuanya)."
Adapun tentang berdoa setelah shalat maka tidaklah ada larangannya jika dilakukan setelah berdzikir dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan.
Markaz al Fatwa didalam fatwanya No. 583 tentang permasalahan ini menyebutkan bahwa berdoa setelah shalat adalah sesuatu yang disyariatkan, demikian pendapat jumhur ulama, dan janganlah mengatakan bahwa hal ini termasuk perbuatan bid’ah sebagaimana anggapan sebagian orang.
Sebagaimana Imam Bukhari menerjemahkan didalam kitab Shahihnya : Bab : Berdoa Setelah Shalat. Terdapat didalam hadits bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berdoa pada setiap selesai shalat apabila mengucapkan salam : 'LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHUU LAA SYARIIKALAH LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR, ALLAHUMMA LAA MAANI'A LIMAA A'THAITA WALLA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia yang mempunyai kekuasaan dan segala pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan dan tiada yang bisa memberi apa yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat kekayaan dan harta benda dari-Mu bagi pemiliknya)."
Al Hafizh Ibnu Hajar didalam penjelasan tentang hadits ini mengatakan bahwa telah dinukil dari sebagian ahli ilmu bahwa barangsiapa yang menafikan bedoa setelah berdoa secara mutlak adalah perkara yang ditolak. Kemudian beliau mencantumkan hadits-hadits yang didalamnya menyebutkan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat kepada sebagian sahabat dengan doa setelah shalat, seperti : hadits Muadz :
"ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI 'IBAADATIK" (Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.)
Juga hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (dan Abu Daud) bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai shalat, beliau berdoa,“ ALLOOHUMMA ASHLIH LII DIINII ALLADZII HUWA 'ISHMATU AMRII, WA ASHLIH LII DUN-YAAYA ALLATII FIIHAA MA'AASYII, WA ASH-LIH LII AAKHIROTII ALLATII FIIHAA Meriwayatkan'AADZII, WAJ'ALIL HAYAATA ZIYAADATAN LII FII KULLI KHOIRIN, WAJ'ALIL MAUTA ROOHATAN LII MIN KULLI SYARRIN "Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!"
Orang-orang yang melarang berdoa—setelah shalat—membatasi apabila setelah salam langsung (berdoa) tanpa mengucapkan dzikir-dzikir yang disyariatkan. Adapun jika dia mengucapkan dzikir-dzikir yang disyariatkan maka mereka tidaklah melarang berdoa setelah itu.
Jadi apabila ada yang berdoa maka janganlah diinkari, dan apabila dari mereka ada yang tidak berdoa jangan pula diinkari karena didalam permasalahan ini terdapat kelapangan, dan hal ini terdapat dibawah pokok yang umum yaitu : DOA.
Akan tetapi menjadikan doa ini dalam suatu sifat khusus (tertentu), seperti seorang imam yang mengeraskan (doa) lalu orang-orang dibelakangnya mengaminkannya kemudian mereka memegang teguh perbuatan ini dan menjadikannya sesuatu yang terus menerus dilakukan adalah perkara yang baru (bid’ah) tanpa ada diragukan.
Doa Setelah Saat Shalat Tahajjud
Imam Muslim meriwayatkan dari dari Jabir ia berkata; Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu ia memohon kebaikan kepada Allah 'azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam."
Hadits tersebut berisi anjuran untuk meghidupkan malam dengan berbagai ibadah, seperti : membaca Al Qur’an, shalat tahajjud, istighfar dan berdoa terlebih lagi bahwa Allah swt turun ke langit dunia pada seperti malam terakhir.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb Tabaraka wa Ta'la turun ke langit dunia pada setiap malam, yakni saat sepertiga malam terakhir seraya berfirman, 'Siapa yang berdo'a kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu niscaya akan Aku berikan dan siapa yang memohon ampun kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni.'"
Seorang yang melakukan shalat tahajjud berarti termasuk orang yang menghidupkan malamnya dan dia berada pada suasana terbaik untuk berdoa berdasarkan hadits-hadits diatas. Dibolehkan baginya berdoa di sepanjang malam itu, baik disaat shalat tahajjudnya atau setelah tahajjud sebelum menunaikan shalat witir atau setelah shalat witir.
Dan hendaklah doa setelah shalat witir dilakukan setelah mengucapkan "SUBHAANAL MALIKIL QUDDUUS" sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ubay bin Ka’ab. Dan dianjurkan pula untuk mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan didalam riwayat an Nasai.
Markaz al Fatwa didalam fatwanya No. 130969 menyebutkan bahwa membiasakan berdoa setelah witir sebelum fajar merupakan amal yang paling utama dan perbuatan mendekatkan diri kepada Allah yang paling agung sebagaimana anjuran Rasulullah shallallahu wa 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk berdoa pada waktu ini.
Imam at Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Umamah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya; wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: "Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib."
Wallahu A’lam

5 Cara Berdoa Yang Anda Boleh Amalkan

Insyirah A
October 23, 2014  
Selain daripada berdoa dengan mengangkat tangan ketika solat atau luar solat, ada pelbagai bentuk cara berdoa yang boleh dipraktikkan.
Ia tidak tertakluk dan terhad kepada doa ketika solat sahaja, malah aktviti berdoa boleh jadi dalam pelbagai bentuk.
Berdoa
Konsep berdoa itu luas, terdapat pelbagai cara berdoa yang boleh dipraktikkan.
Jangan jadikan syarat berdoa terlalu ketat seperti mengangkat tangan, perlu ada selawat sehinggakan kadang-kadang membuatkan kita malas untuk berdoa. Konsep berdoa itu sepatutnya lebih luas kerana sesungguhnya Allah itu maha mengetahui setiap hajat hamba-Nya.

#1 – Berbual Dengan Allah s.w.t

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” An-Nisa’ 4:148-149
Apa yang kita cakap boleh menjadi doa, terutamanya apabila diniatkan dari hati yang terdalam. Antaranya apa yang ibu cakap berpotensi menjadi doa yang paling cepat dimakbulkan.
Dalam seharian, praktikkan berdoa dengan berbual dengan Allah s.w.t sebagaimana kita bercakap dengan rakan kita. Sentiasalah bercakap dengan Allah s.w.t, apa yang kita mahu dan hajati.

#2 – Apa Yang Kita Rasa

Dengan perasaan, ia akan membuat kita melakukan tindakan. Dengan berasa gembira, ia akan buat kita tersenyum. Dengan berasa marah, ia akan buat kita bermasam muka pada hari itu.
Dengan merasakan perasaan yang mendalam untuk impian kita, ia ibarat salah satu bentuk doa untuk mempercepat pemakbulan impian kita. Justeru, penting menjaga apa yang kita rasa.

#3 – Apa Yang Kita Fikir

“A man is what he thinks about all day long.” Ralph Waldo Emerson
Apa yang kita difikirkan tentang kita pada seharian itu, itulah diri kita. Andai kita memikirkan perkara-perkara yang positif, InsyaAllah kita akan menjadi positif. Apabila kita memikirkan perkara-perkara negatif, InsyaAllah kita turut akan menjadi negatif.
Pasakkan minda kita supaya sentiasa memikirkan perkara positif supaya hasil yang kita dapat adalah positif.

#4 – Visualisasi

Kuasa visualisasi telah disahkan berkesan untuk menarik impian dalam hidup. Ia adalah teknik yang mempercepatkan potensi pencapaian impian. Kesannya boleh terjadi dalam masa 1 hari dan sehinggalah mengambil masa beberapa tahun.
Allah s.w.t lebih mengetahui untuk memakbulkan permintaan kita. Dia akan memberikan apa yang kita perlu berbanding apa yang kita mahu. Seandainya apa yang kita visualkan tidak dapat, InsyaAllah Allah percayalah ada ganti yang lebih baik.

#5 – Tulis

Ada sebuah buku berbahasa Indonesia bertajuk The Magic of Dream Book karya Rangga Umara. Ia mengisahkan tentang seorang lelaki yang rajin menulis impian dalam sebuah buku. Antara review daripada pembaca tentang buku ini di laman web Good Reads .
Buku ini menceritakan kisah perjuangan Rangga Umara bersama Dream Booknya untuk menjadi seorang pengusaha.
Berbekal keyakinan dan berbagai macam impian yang dituliskannya, Dream Book, Mas Rangga Umara saat ini sudah cukup sukses menjadi seorang pengusaha. Usaha Pecel Lele miliknya yang dulu sering dipandang sebelah mata oleh banyak orang, kini mempunyai omset lebih dari 1 Milyar tiap bulannya.
Satu hal lagi, buku ini tidak (hanya) dipersembahkan buat anda yang ingin memulai berwirausaha tetapi juga buat anda yang percaya akan kekuatan sebuah mimpi dan cita-cita.

Cara Untuk Allah Makbulkan Doa Kita

Tips bonus yang akan membuat doa kita dipandang Allah, adalah apabila kita banyakkan mendoakan orang lain.
Daripada Abu Darda’ r.a bahawa dia mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda yang maksudnya :
“ Tidaklah berdoa seorang muslim terhadap saudaranya secara ghaib (tanpa diketahui oleh saudaranya itu) melainkan akan berkatalah para malaikat, engkau juga beroleh yang seumpama dengannya.”
Riwayat Muslim
Kesan mendapat doa daripada malaikat boleh dilihat dalam surah Al Anfal ayat 9. Bagaimana Allah mendatangkan malaikat yang beribu kepada 313 orang Islam untuk membantu mereka untuk menang perang Badar ketika berhadapan 1,000 orang tentera musyrik.
Ada pelbagai bentuk untuk kita berdoa kepada Allah. Ia tidak terikat dengan hanya berdoa secara angkat tangan selepas solat.
Sebaiknya aktiviti berdoa dilakukan bila-bila masa walaupun di luar solat. Malah, ianya haruslah selalu. Sentiasalah mengrefleksikan pengharapan dan sandaran kita kepada Allah dalam tiap perkara yang dibuat.
Semoga perkongsian artikel ini bermanfaat.

Tips Berdoa

Nov 192010
bismillahirrahmanirrahim
Setiap manusia pasti membutuhkan pertolongan. Bagi seorang muslim, pertolongan yang terbaik hanyalah datang dari sang Pencipta, Allah SWT. Pertolongan itu akan datang jika kita meminta kepada-Nya. Inilah yang disebut berdoa. Namun, seringkali cara kita salah ketika melakukannya sehingga doa kita tidak diijabah oleh-Nya. Berikut beberapa tips yang insya Allah berguna bagi kita dalam berdoa yang diangkat dari Al-Qur’an dan Hadits.
Sebelum berdoa, siapkan diri kita dalam hal-hal berikut:
  1. Hadapkan hati kita langsung kepada Allah SWT. Jangan lewat siapapun atau sesuatupun. Waspadai sikap syirik, dosa yang paling besar.
  2. Siapkan hati untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa. Camkan bahwa kita sangat membutuhkan pertolongan-Nya.
  3. Hadirkan hati kita kepada Allah SWT dengan penuh kekhusyukan.
  4. Yakinkan selalu harta, makanan, minuman dan pakaian kita didapatkan dengan cara yang halal.
  5. Luruskan niat berdoa. Jangan berdoa untuk melakukan dosa, khianat atau memutuskan silaturahim.
  6. Berpikirkan positif. Yakinlah bahwa Allah SWT akan mendengar doa kita dan akan mengabulkannya.
  7. Jika memungkinkan, usahakan mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Cara berdoa yang -insya Allah- baik adalah sebagai berikut. Ini adalah urutan langkah paling minimal dalam berdoa:
  1. Mulailah dengan basmalah.
  2. Memujilah kepada Allah SWT. Minimal sekali ucapkan “Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin”.
  3. Bersholawatlah untuk Rasulullah SAW.
  4. Sebutlah salah satu atau beberapa nama Allah SWT (asmaul husna) dengan santun dan penuh kerendahan hati.
  5. Lanjutkan asmaul husna tadi dengan isi permintaan kita. Akan lebih baik jika arti asmaul husna-Nya sesuai dengan isi permintaan kita. Pada langkah ini, sebaiknya juga menggunakan doa yang ada dalam Al-Qur’an atau dicontohkan Rasulullah SAW, namun jika kita tidak hafal, bisa dengan bahasa sendiri.
  6. Tutup doa dengan sholawat kembali untuk Rasulullah SAW, memuji Allah SWT sekali lagi, lalu ucapkan Amin.
Berdasarkan urutan di atas, berikut adalah contoh urutan doa paling minimal:
  1. Bismillahirrahmaanirrohiim” (dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Penyayang)
  2. Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin” (segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam)
  3. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad” (ya Allah, berilah keselamatan pada Rasulullah Muhammad SAW)
  4. Ya Allah ya Rozak” (ya Allah ya Maha Pemberi Rezeki)
  5. Hari ini hamba akan berdagang, mohon berilah hamba rizki yang halal dan melimpah
  6. Washollallahi ala sayyidina Muhammad, walhamdulillahi robbil ‘aalamiin, Amiin.”  (dan limpahkan keselamatan dari sisiMu pada Rasulullah Muhammad SAW, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, perkenankanlah doa hamba)
Ada yang berpendapat bahwa ketika doa kita benar dan insya Allah makbul, kita akan merasakan minimal salah satu hal ini. Wallahu’alam bisshawab:
  1. Ingin menangis atau bahkan menangis ketika berdoa.
  2. Dada terasa bergetar dengan rasa hangat.
  3. Terasa ada sesuatu yang menakutkan dalam hati kita.
Ada beberapa jenis doa yang sangat makbul, yaitu:
  1. Doa orang yang sedang dalam kondisi terdesak.
  2. Doa orang yang teraniaya atau terzalimi.
  3. Doa anak yang sholeh dan berbuat baik pada ibu bapaknya.
  4. Doa seorang muslim yang tidak (jarang sekali) berbuat zalim dan tidak pernah memutuskan silaturahim.
Semoga kita semua bisa berdoa dengan baik dan selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Amin ya Rabb.
Wallahu’alam bisshawab.
alhamdulillahirabbilalaminReferensi:
  1. “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya” (An Nashr:3)
  2. “Dan Allah memiliki asmaul husna, maka berdoalah dengan menyebut asmaa-ul husna itu “(QS Al Araf : 180)
  3. Rasulullah s.a.w pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah amat menyukai orang yang bersungguh-sungguh ketika ia berdoa”.
  4. Dari Annas bin Malik: “Tidaklah seseorang berdoa, kecuali antara dia dan langit ada hijab, sampai dia bershalawat kepada nabi”.
  5. Contoh doa yang ada dalam Al-Quran: Rabbij’alnii muqiima shalaati wamin dzurriyaatii (QS Ibrahim). Ya Allah jadikanlah saya dan keturunan saya sebagai orang yang dapat menegakkan shalat.
  6. Contoh doa yang dicontohkan Rasulullah SAW: Allahummakfinii bihalaallika an haraamika wa aghninii bi fadhlika ‘amman siwaak (HR Tirmidzi). Ya Allah berilah saya rizki yang halal, bukan yang haram. Dan kekayaan (rizki yang melimpah) yang Engkau ridhai, bukan yang engkau murkai.
  7. http://petanidakwahmenulis.blogspot.com/2010/01/cara-berdoa-dan-doa-yang.html
  8. http://www.akhmadtefur.com/doa-sholat-2/mau-doa-maqbul-perbaiki-cara-berdoa/

Tiada ulasan: