Allah Membersamai Orang yang Sabar
Hai temans, hanya ingin share hasil diskusi dan kajian kecil-kecilan, sederhana, dan apa adanya di Grup WhatsApp Muhajirin-Anshar 2 ya, semoga bermanfaat. :)
Ini adalah materi yang disampaikan oleh Ustadz Arsal, akan kami bagi menjadi beberapa bagian ya. Materi yang diberikan adalah tentang “Sabar dan Tidak Mengeluh”
————————————————–
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa kebersamaan Allah pada orang-orang yang sabar bukanlah kebersamaan yang umum, tapi kebersamaan yang khusus. Maksudnya, Allah membersamai orang-orang yang sabar dengan tiga cara:
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
…dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.“ (Q.S. Al Anfal: 46).
1. Allah Menjaganya
Jika ada rencana jahat yang dibuat untuk menjatuhkan/menyelakakan seseorang, maka Allah akan hancurkan/gagalkan sebelum rencana itu dijalankan. Hal ini mirip dengan berantakannya rencana yang dibuat antara orang Kafir Quraisy dengan Bani Quraidhah di Madinah. Sebelum rencana itu terwujud, saat perang Khandak. Begitulah cara Allah menjaga hamba-Nya.
2. Allah MelindunginyaJika rencana jahat sudah dibuat dan kemudian rencana itu dapat dijalankan maka pada saat itu Allah tidak sedang menjaga tapi Dia akan melindungi dengan cara rencana jahat itu takkan bisa menyentuh/mengenai apalagi mencelakai orang tersebut. Mirip sekali dengan peristiwa pengepungan rumah Rasulullah oleh pemuda-pemuda Kafir Mekkah di malam hijrah. Sehingga Allah katakan:
وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
"Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (Q.S. Yasin: 9)
Sehingga walaupun Rasul dan Abu Bakar lewat di hadapan, tapi mereka tak melihatnya hingga Rasulullah dan Abu Bakar selamat. Begitulah cara Allah melindungi hamba-Nya.
3. Allah MenolongnyaKetika rencana jahat sudah dibuat kemudian dijalankan dan mengenai orang yang ingin dijahati tersebut, itu berarti Allah tidak sedang ingin menjaga dan melindunginya, tapi ingin menolongnya dengan cara menurunkan “tentara-Nya” untuk membantu menghadapi, menghancurkan dan mengalahkan kejahatan itu. Mirip sekali dengan peristiwa perang Uhud fase kedua, di saat kaum muslimin saling terpisah, berlari dari musuh, saat itu Rasulullah dalam keadaan terkepung bersama Thalhah dan 10 orang Anshor. Hingga 10 orang Anshor terbunuh dan Thalhah pingsan karena terlalu banyak darah yang keluar dari luka-lukanya. Tinggallah Rasul sendiri dalam keadaan terluka dan kaki terperosok, sementara orang kafir yang mengepungnya begitu bernafsu membunuhnya. Tapi detik itu juga Allah perintahkan Jibril as dan Mikail as untuk turun ke bumi menjelma jadi 2 orang pasukan yang menghadapi dan membunuh semua orang yang mengepung dan siap membunuh Rasul SAW, dalam sekejap. Begitulah cara Allah menolong hambaNya. Begitulah cara Allah membersamai orang-orang yang sabar.
Sekian sharingnya, semoga bermanfaat :)
Makna Sabar
Sabar secara bahasa berarti menahan/ mencegah diri. Sedangkan secara istilah syar’i sabar berarti menahan diri untuk tetap dalam ketaatan kepada Allah, menahan diri dari maksiat, menahan diri dari marah kepada takdir Allah, baik itu dengan lisan, hati maupun anggota badan. (Syarah Aqidah washitiyah hal 262, Muhammad bin Shalih ‘Utsaimin).
Secara berurutan, sabar yang paling utama adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah ta’ala, kemudian kesabaran dalam menjauhi maksiat, dan tingkatan ketiga adalah sabar dalam menghadapi musibah. Dalam melakukan maksiat dan ketaatan, seseorang bisa memilih, apakah dia mau melanjutkan untuk taat dan meninggalkan maksiat, ataukah menyimpang dari jalur ketaatan. Berbeda dengan sabar terhadap takdir Allah, seseorang tidak dapat memilih, sehingga baik dia sabar maupun tidak sabar, dia tetap mendapatkan musibah itu, karena sudah merupakan ketetapan Allah.
Imam Ahmad berkata “Laki-laki ini dizhalimi oleh penguasa kemudian dia memberi seruan kepadanya (demonstrasi).” Imam Ahmad berkata, bahwa yang demikian itu menyelisihi makna kesabaran yang diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap penguasa. Jika dia bersabar dia tidak berdemonstrasi.
Dan tidak termasuk di dalam sikap sabar jika seseorang tidak membalas gangguan orang lain karena dia tidak mampu/ lemah. Seseorang baru disebut bersabar ketika dia mampu membalas gangguan orang lain tetapi memilih untuk tidak membalas karena bersabar.
Keutamaan Sabar
Penulis: Ummu Shalihah Nadiyah El Karim
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Maraji’:
– Syarhu al arba’in an nawawiyah, Daarul Mustaqbal.
– Syarhu Al ‘aqiidatu Al washitiyyah, Daarul ‘aqiidah.
– Shoftware : Salafi db 4.0
– Taisiru Al kariimu Ar rahmaanu, Syaikh Abdurrahman As sa’diy, Daaru Ibnu Hazm
– Rekaman kajian bedah buletin At-tauhid
Para ulama mengatakan bahwa :الصبر لا يحد “Sabar itu tidak ada batasnya”, karenanya pahalanya pun tanpa batas. Dalilnya adalah firman Allah berikut ini :
Pahala sabar adalah pahala yang tanpa batas, menurut As Sa’di: yang dimaksud tanpa batas disini adalah tanpa ada batas akhir / tepi, tidak dihitung dan tidak diukur. Maka tentu saja kesabaran juga tanpa batas.
Kesalahan sebagian orang menganggap bahwa sabar itu ada batasannya, maka bantahannya adalah surat Az Zumar tersebut. Namun jika kita menghadapi seseorang yang mengganggu terus menerus, bisa dianggap itu adalah orang yang fasik. Maka kita diperintahkan untuk menjauhi mereka atau berlepas diri dari mereka.
Sifat sabar itu diusahakan, tidak datang dengan sendirinya
Dari Abu Said yaitu Sa’ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta – sedekah – kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda:
“Apa saja kebaikan – yakni harta – yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, karena sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri – dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah – kaya hati dan jiwa – dan barangsiapa yang berusaha berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas kegunaannya – daripada karunia kesabaran itu.” (Muttafaq ‘alaih).
Di dalam hadits ini dikisahkan ada beberapa peminta – minta, dan sering sekali mereka meminta sedekah kepada Rasulullah. Sampai akhirnya Rasulullah tidak punya apa – apa. Maka Rasulullah menasehati mereka untuk meminta kepada Allah kesabaran. Dan beliau mengatakan bahwa kesabaran adalah pemberian yang paling berguna. Dalam hadits ini pula diajarkan bagaimana akhlaq terhadap peminta – minta.
Sebagai seorang hamba tentunya kita sangat butuh terhadap sifat sabar ini, karena dengan sifat tersebut ibadah kita akan semakin sempurna. Tidaklah kita dapat istiqomah dalam ketaatan kecuali dengan sabar, tidaklah kita selalu dalam kebenaran kecuali dengan sabar menjauhi kemaksiatan, tidaklah kita tetap dalam keimanan kecuali dengan sabar menghadapi takdir.
***
muslimah.or.id
Penulis: Ummu Shalihah Nadiyah El Karim
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Maraji’:
– Syarhu al arba’in an nawawiyah, Daarul Mustaqbal.
– Syarhu Al ‘aqiidatu Al washitiyyah, Daarul ‘aqiidah.
– Shoftware : Salafi db 4.0
– Taisiru Al kariimu Ar rahmaanu, Syaikh Abdurrahman As sa’diy, Daaru Ibnu Hazm
– Rekaman kajian bedah buletin At-tauhid
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Sekiranya kita diuji dengan fitnah daripada orang yang iri hati diatas kejayaan kita , diuji dengan kemiskinan, diuji dengan keretakan rumah tangga hingga berlaku perceraian sebagai suami-isteri, diuji dengan penyakit dan mendapat kemalangan, diuji dengan kematian insan yang dikasihi atau diuji dengan kerugiaan dalam perniagaan maka bersabarlah ini semuanya ada hikmah yang baik untuk diri kita sendiri sedangkan kita tidak mengetahui hikmah Allah berikan ujian tersebut . Ianya mungkin kafarah atau penghapusan dosa-dosa kita yang pernah kita lakukan kepada Allah SWT atau ianya sebagai satu cara Allah SWT ingin meningkatkan iman dan takwa kita kepada-Nya dan Dia mengasihi kita supaya dapat memasuki syurga-Nya nanti kerana salah satu jalan seseorang dimasukkan kedalam syurga kerana adanya kerana sifat sabar semasa di dunia.
Terdapat sepuluh kebaikan-kebaikan yang akan Allah SWT kurniakan pada hamba-hamba-Nya yang sabar. Perkara-perkara tersebut adalah seperti berikut :
Pertama : Di ampunkan dosa untuknya.
Dalam hadis qudsi berkata Syaddad bin Aus r.a. bahwasanya Nabi SAW. bersabda maksudnya : “Allah telah berfirman: 'Sekiranya Aku uji salah seorang hamba-Ku yang mukmin, lalu ia memuji-Ku seraya bersabar atas (penderitaan) apa yang Aku mengujinya. Maka ia akan bangun dari tempat pembaringannya, bagaikan anak yang baru dilahirkan oleh ibunya, bersih dari dosa. Lantas Tuhan akan memerintahkan malaikat Pencatat Amal: Sesungguhnya Aku telah menahan hamba-Ku ini dan Aku telah mengujinya, maka kini catatkanlah baginya apa yang kamu selalu catatkan sebelum itu dari pahala-pahala amalannya.” (Hadis Riwayat Ahmad)
Sayyidatina Aishah ada berkata, bahawa baginda Rasulullah SAW ada bersabda yang bermaksud: "Tidak menimpa ke atas seorang mukmin satu kecelakaan, biarpun duri,ataupun lebih daripada itu, melainkan Allah akan menggugurkan dengannya satu dosa." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslirn)
Kedua : Allah SWT merasa malu kepadanya semasa di neraca timbangan dan membuka buku catatannya diakhirat.
Berkata Anas ra. bahawasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman:
'Jika Aku menimpakan suatu mushibah ke atas salah seorang hamba-Ku pada badannya, atau hartanya, atau anaknya, lalu dia menerima mushibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu akan menegakkan baginya neraca timbangan atau membuka buku catatan amalnya.” (Hadis riwayat Qudha’i, Dailami, Hakim dan Tirmidzi) - hadis qudsi.
Ketiga : Allah SWT ingin mendengar sendiri ucapan hamba yang diuji-Nya .
(mukmin tersebut sentiasa memuji-muji kebesaran Allah SWT dengan dia bersabar dan tidak mengeluh)
Berkata Abu Umamah ra. bahwasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman: 'Wahai malaikat-ku. Pergilah kepada hamba-Ku, dan timpakan ke atasnya bala'. Maka para malaikat pun menimpakan bala ke atasnya dan orang itu memuji Allah. Para malaikat lalu kembali mengatakan, 'Wahai Tuhan kami ! Kami telah menimpakan atasnya sebagaimana yang Engkau perintahkan'. Berfirman Tuhan: 'Kembali semula kepadanya, Aku ingin mendengar apa katanya'.” (Hadis riwayat Thabarani) - hadis qudsi.
Keempat : Di bebaskan daripada seksaan api neraka.
Dari Abu Hurairah ra. bahawasanya ia bersama dengan Rasulullah SAW menjenguk orang yang sakit kerana demam, lalu Rasulullah SAW. bersabda maksuanya : “Bergembiralah, kerana Allah telah berfirman: 'Itu adalah api-Ku, yang Aku kuasakan terhadap hamba-Ku yang mukmin di dunia agar menduduki (sebagai pengganti) bagian apinya di akhirat'.”
(Hadis riwayat Ibnu Majah) - hadis qudsi.
Kelima : Di berikan kesihatan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Dari Abu Hurayrah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda maksudnya : “Berfirman Allah Ta’ala: 'Apabila Aku menimpakan bala ke atas hamba-Ku yang mukmin, lalu ia bersabar (atas penderitaan itu), tiada ia mengadu atau mengeluh kepada pengunjung-pengunjungnya, nescaya akan Aku lepaskan dia dari tahanan-Ku (penderitaan itu), kemudian Aku tukarkan dagingnya dengan daging yang lebih baik, dan darahnya dengan darah yang lebih baik, sehingga ia dapat bekerja semula (yakni: setelah semua dosa dan kesalahan yang lalu Allah ampunkan semuanya)'.”
(Hadis riwayat Hakim)
Keenam : Di berikan ganjaran pahala tanpa batas.
Firman Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya orang yang bersabar akan diberikan pahala mereka tanpa hisab (tanpa batas) " (Surah az-Zumar ayat 10).
Dalam sebuah hadis lain Rasulullah SAW. juga pernah bersabda yang bermaksud: "Rintihan orang sakit tercatat sebagai tasbih, kegelisahan dan jeritannya sebagai tahlil, nafasnya seumpama sedekah, tidurnya sebagai ibadah dan kegelisahannya,daripada satu,bahagian ke satu bahagian lain adalah bagaikan jihad kerana Allah SWT dan ditulis baginya sebaik-baik amalan yang pernah dilakukan semasa sihat."
Ketujuh : Mendapat selawat dan rahmat daripada Allah SWT.
Allah SWT berfirman maksudnya : "Dan berilah khabar gembira kepadaorang-orang yang sabar; (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: 'Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.' Mereka itu ialah orang-orang yang menerima selawat dari Tuhan mereka serta rahmat-Nya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya."
(Surah al-Baqarah, ayat 155-157).
Kelapan : Mendapat balasan syurga.
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda didalam Hadis Qudsi: Allah SWT berfirman yang maksudnya :"Tidak ada balasan kecuali syurga bagi hambaku yang beriman yang telah Aku ambil kembali kekasihnya (Aku mematikan seseorang yang disayanginya seperti anak, adik-beradik dan sesiapa sahaja yang di sayangi oleh seseorang) dari kalangan penghuni dunia dan dia hanya mengharapkan pahala daripadaKu (dengan bersabar). "
(Hadis riwayat Bukhari).
Kesembilan : Jaminan mendapat pertolongan Allah SWT.
Firman Allah S.W.T. maksudnya : "Ya (cukup), jika kamu semua bersabar dan bertakwa. Dan (seandainya) mereka menyerang kamu semua seketika itu juga, nescaya Allah akan menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." (Surah Ali-Imran ayat 125).
Kesepuluh : Di berikan oleh Allah SWT sifat penyabar.
Sabda Nabi SAW yang bermaksud : “Dan sesiapa yang bersabar, maka Allah akan menjadikan dirinya penyabar, dan tiada pemberian yang (Allah) berikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas (manfaatnya) daripada kesabaran.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Sahabat yang dimuliakan,
Alangkah beruntungnya seseorang mukmin yang memiliki sifat sabar dan dia praktikan kesabarannya tanpa mengeluh dan bersikap negatif . Sentiasa reda dengan ketentuan Allah SWT dan berbaik sangka dengan Allah SWT. Sifat orang fasik dan munafik akan cepat marah dan putus asa dengan rahmat Allah, tidak reda dengan musibah yang menimpa dirinya dan mudah menyalahkan orang lain. Jika kalian berhajat untuk menjadi hamba-hamba Allah SWT yang mendapat reda dan rahmat-Nya maka kalian perlulah sentiasa bersabar, tenang dan berfikiran positif dan meyakini setiap sesuatu perkara itu mengandungi 1000 hikmah kebaikan di sisi Allah SWT.
trackback
Allah SwT berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS Ali Imran [3] ayat 146)
Seseorang hanya dapat menjadi betul-betul sabar, jika ia memahami makna dan sifat kesabaran. Kesabaran melenyapkan esensi waktu. Jadi, akar kesabaran berada di alam keabadian.
Jika seseorang ingin mengambil buah dari sebatang pohon, namun ia menyadari bahwa buahnya itu belum matang, maka ia akan mengekang nafsunya hingga buah itu masak.
Istilah Arab untuk kesabaran adalah shabr, yang berasal dari akar kata yang berarti mengekang atau menahan. Kesabaran menghubungkan waktu pengalaman dengan titik mutlak di luar jangkauan waktu. Kesabaran membuat makna dan relativitas waktu menjadi jelas.
Abu Basir mengatakan, “Aku mendengar dari Imam Shadiq as mengatakan, ‘Seorang yang merdeka adalah orang yang merdeka dalam segala keadaan. Bila dia dalam kesulitan dia sabar, segala bencana tidak membuatnya berubah meskipun dia di penjarakan, dikalahkan, dan dibuat susah. Sebab, penjara dan perbudakan tidak mengurangi kehormatan Yusuf as. Kegelapan dan ketakutan dalam sumur tidak dapat melenyapkannya sampai Allah menjadikannya rasul-Nya dan mengasihani bangsa itu lantaran dia. Kesabaran dan ketabahan adalah seperti ini. Ia senantiasa menghasilkan kebaikan. Karena itu, bersabar dan tabahlah agar mendapat pahalanya”
Kunci kesabaran adalah pengetahuan yang lebih tinggi; jika pengetahuan dicapai, maka seseorang itu akan menjadi teguh. Ketika menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Musa, Alquran mengungkapkan, “Bagaimana engkau bisa bersabar terhadap sesuatu yang engkau tidak memiliki pengetahuan tentangnya” (Q.S. 18: 68).
Kata pengetahuan dalam ayat ini mempunyai maksud sebagai kondisi penciptaan sesungguhnya. Pengetahuan seringkali dirangsang oleh kondisi dan peristiwa eksternal.
Kesabaran tidak semata-mata pasrah total terhadap segala keadaan yang menimpanya; hanya orang bodoh saja yang berbuat seperti ini. Kesabaran harus datang dengan pengetahuan tentang penyebab dari suatu situasi itu, dan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi akibat negatif dari situasi tersebut. Ini akan menghasilkan keadilan dan keseimbangan (mizan).
Hidup dengan kesabaran, dijaga oleh kesabaran, serta mampu merasakan kebahagiaan yang datang dari kesabaran seperti yang diungkapkan di atas, hanya dapat dicapai oleh orang mukmin.
Sabar dan salat menghubungkan seseorang dengan kasih sayang tak berbatas yang membuat kaum mukmin menjadi lebih menyadari bahwa Allah memang bersama orang-orang yang sabar.
Ini artinya, kaum mukmin mengikuti firman Allah, waspada benar-benar, serta di saat yang sama, mampu melakukan tindakan yang tepat ketika diperlukan.
Pada kondisi semacam itu, syahadat dan tindakan menyatu tanpa adanya gesekan. Pada kondisi itu, sang hamba telah memuliakan Tuhannya. Sang hamba mampu menembus waktu hingga ia dapat dekat dengan Dia yang Mendahului Waktu, Dia yang menjaga waktu, Dia yang akan tetap ada setelah waktu dan di luar waktu: Allah Sang Realitas Abadi. (Syekh Fadlullah Haeri, Tafsir Surat al-Baqarah ayat 153)
Imam Shadiq berkata, “Setiap Mukmin yang bersabar menanggung penderitaan, mendapatkan pahala seribu syuhada.”
Amirul Mukminin diriwayatkan telah mengatakan, “Seorang Muslim menjadi sempurna melalui tiga kebaikan : berjuang demi iman dan agama, sederhana dalam gaya hidup, dan sabar dalam kesulitan.”
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin, “Hai manusia, bersabarlah menanggung derita. Sesungguhnya orang yang tidak mempunyai kesabaran, maka dia juga tidak mempunyai agama.”
Kesabaran para Nabi dan Rasul menghadapi para pembangkangnya adalah bukti dari cinta yang terinspirasi dari Tuhan.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah…
Alhamdulillahirabbil ‘alamin wa shalatu wa salamu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Amma ba’du
Pada kesempatan kali ini saya hendak menyampaikan beberapa hal:
Pertama, kewajiban kita untuk memanjatkan puji syukur atas nikmat-nikmat Allah yang melimpah dan terus-menerus kepada para hamba. Allah berfirman “Dan sedikit sekali hamba-hambaku yang bersyukur.” (QS. Saba': 13). Hendaknya di antara kita menjadi golongan yang sedikit ini.
Kedua, kewajiban berpegang teguh kepada petunjuk agama dalam permasalahan syukur atau sabar dan masalah-masalah yang lain. Seorang hamba diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan dilarang berinovasi dalam masalah agama. Di antara hal yang termasuk petunjuk agama adalah sabar di saat lapang dan sempit karena yang perbuatan ini merupakan perwujudan dari penghambaan dan peribdatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla . Imam Ibnu Al-Qayim menerangakan dalam karyanya Al-Wabilu Ash-Shayyib Hal. 11-12, “Perjalanan hidup seorang hamba itu tidak lepas dari tiga keadaan; Saat ia berdosa maka ia hendaknya meminta ampunan, saat ia ditimpa musibah maka hendaknya ia bersabar, dan saat it diberi nikmat maka hendaklah ia bersyukur. Kemudian beliau mengulangi, “Seorang hamba tiu tidak akan pernah lepas dari tiga permasalahan ini.”
Nikmat dari Allah senantiasa tercurah kepada seorang hamba, maka hendaknya disyukuri. Syukur tersebut dibangun dengan dua pondasi; pengakuan dengan hati dan melafalkannya dengan ucapan.
Ditimpa ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa cobaan maka ia wajib bersabar. Sabar adalah menahan hati untuk tidak berkeluh kesah, menahan lisan dari meratapi, dan menahan anggota tubuh dari sesuatu yang dilarang; seperti menampar pipi, merobek-robek baju dan menjambak-jambak rambut, dan cara-cara lainnya.
Parameter kesabaran itu terdapat pada tiga permasalahan ini.
Apabila seorang hamba mengaplikasikannya dengan semestinya, cobaan pun berubah menjadi anugerah, bala pun menjadi dihadapi dengan tenang, dan yang dibenci pun berubah menjadi dicintai.
Sesungguhnya Allah memberi musibah bukan untuk membinasakan, akan tetapi bala tersebut menjadi ujian dan pengabdian seorang hamba. Allah mewajibkan penghambaan seorang hamba pada masa sulit sebagaimana Dia memerintahkan hal itu pada saat seseorang bahagia. Allah memiliki hak peribadatan pada saat masa-masa nestapa sebagaiman juga punya hak pada masa suka cita. Namun demikian, kebanyakan hamba-Nya mewujudkan nilai-nilai ubudiyah tersebut di kala suka cita saja.
Adapun cara mengaplikasikan peribadatan pada masa-masa duka lara ini bervariasi tergantung tingkatan keimanan seorang hamba dan tergantung kedudukannya di sisi Allah Ta’ala. Kemudian Ibnu Al-Qayyim menyampaikan, “Orang-orang yang sempurna keimanan dan memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah maka ia mewujudkan nilai-nilai ubudiyah dengan cara sempurna. Sebaliknya orang-orang yang kurang imannya dan rendah derajatnya di sisi Allah, pula beribadah dengan cara yang tidak sempurna. Oleh karena itu, barangsiapa mendapatkan suatu kebaikan maka hendaklah ia memuji Allah. Adapun orang yang mendapati selain dari kebaikan, janganlah ia cela selain dirinya sendiri.”
Inilah apa yang hendak saya sampaikan. Aku memohon kepada Allah dengan nama dan sifat-Nya Yang Maha Indah lagi Maha Sempurna agar membimbing kita semua menuju apa yang Ia ridhai dan menjauhkan kita dari tipu daya setan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mengabulkan. Akhirnya shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
Syaikh Abdullah bin Abdurrahim Al-Bukhari
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A’raaf 126]
Ini adalah materi yang disampaikan oleh Ustadz Arsal, akan kami bagi menjadi beberapa bagian ya. Materi yang diberikan adalah tentang “Sabar dan Tidak Mengeluh”
————————————————–
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa kebersamaan Allah pada orang-orang yang sabar bukanlah kebersamaan yang umum, tapi kebersamaan yang khusus. Maksudnya, Allah membersamai orang-orang yang sabar dengan tiga cara:
- Allah Menjaganya
- Allah Melindunginya
- Allah Menolongnya
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
…dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.“ (Q.S. Al Anfal: 46).
1. Allah Menjaganya
Jika ada rencana jahat yang dibuat untuk menjatuhkan/menyelakakan seseorang, maka Allah akan hancurkan/gagalkan sebelum rencana itu dijalankan. Hal ini mirip dengan berantakannya rencana yang dibuat antara orang Kafir Quraisy dengan Bani Quraidhah di Madinah. Sebelum rencana itu terwujud, saat perang Khandak. Begitulah cara Allah menjaga hamba-Nya.
2. Allah MelindunginyaJika rencana jahat sudah dibuat dan kemudian rencana itu dapat dijalankan maka pada saat itu Allah tidak sedang menjaga tapi Dia akan melindungi dengan cara rencana jahat itu takkan bisa menyentuh/mengenai apalagi mencelakai orang tersebut. Mirip sekali dengan peristiwa pengepungan rumah Rasulullah oleh pemuda-pemuda Kafir Mekkah di malam hijrah. Sehingga Allah katakan:
وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
"Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (Q.S. Yasin: 9)
Sehingga walaupun Rasul dan Abu Bakar lewat di hadapan, tapi mereka tak melihatnya hingga Rasulullah dan Abu Bakar selamat. Begitulah cara Allah melindungi hamba-Nya.
3. Allah MenolongnyaKetika rencana jahat sudah dibuat kemudian dijalankan dan mengenai orang yang ingin dijahati tersebut, itu berarti Allah tidak sedang ingin menjaga dan melindunginya, tapi ingin menolongnya dengan cara menurunkan “tentara-Nya” untuk membantu menghadapi, menghancurkan dan mengalahkan kejahatan itu. Mirip sekali dengan peristiwa perang Uhud fase kedua, di saat kaum muslimin saling terpisah, berlari dari musuh, saat itu Rasulullah dalam keadaan terkepung bersama Thalhah dan 10 orang Anshor. Hingga 10 orang Anshor terbunuh dan Thalhah pingsan karena terlalu banyak darah yang keluar dari luka-lukanya. Tinggallah Rasul sendiri dalam keadaan terluka dan kaki terperosok, sementara orang kafir yang mengepungnya begitu bernafsu membunuhnya. Tapi detik itu juga Allah perintahkan Jibril as dan Mikail as untuk turun ke bumi menjelma jadi 2 orang pasukan yang menghadapi dan membunuh semua orang yang mengepung dan siap membunuh Rasul SAW, dalam sekejap. Begitulah cara Allah menolong hambaNya. Begitulah cara Allah membersamai orang-orang yang sabar.
Sekian sharingnya, semoga bermanfaat :)
Milikilah Sifat Sabar (Bagian 1)
Sabar secara bahasa berarti menahan/ mencegah diri. Sedangkan secara istilah syar’i sabar berarti menahan diri untuk tetap dalam ketaatan kepada Allah, menahan diri dari maksiat, menahan diri dari marah kepada takdir Allah, baik itu dengan lisan, hati maupun anggota badan. (Syarah Aqidah washitiyah hal 262, Muhammad bin Shalih ‘Utsaimin).
Secara berurutan, sabar yang paling utama adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah ta’ala, kemudian kesabaran dalam menjauhi maksiat, dan tingkatan ketiga adalah sabar dalam menghadapi musibah. Dalam melakukan maksiat dan ketaatan, seseorang bisa memilih, apakah dia mau melanjutkan untuk taat dan meninggalkan maksiat, ataukah menyimpang dari jalur ketaatan. Berbeda dengan sabar terhadap takdir Allah, seseorang tidak dapat memilih, sehingga baik dia sabar maupun tidak sabar, dia tetap mendapatkan musibah itu, karena sudah merupakan ketetapan Allah.
Imam Ahmad berkata “Laki-laki ini dizhalimi oleh penguasa kemudian dia memberi seruan kepadanya (demonstrasi).” Imam Ahmad berkata, bahwa yang demikian itu menyelisihi makna kesabaran yang diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap penguasa. Jika dia bersabar dia tidak berdemonstrasi.
Dan tidak termasuk di dalam sikap sabar jika seseorang tidak membalas gangguan orang lain karena dia tidak mampu/ lemah. Seseorang baru disebut bersabar ketika dia mampu membalas gangguan orang lain tetapi memilih untuk tidak membalas karena bersabar.
Keutamaan Sabar
- Sabar merupakan teman setia kemenanganSebagaimana disebutkan dalam hadits ke 19 pada hadits Arba’in An Nawawiyah :
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، …. [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراًDari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas, mengatakan: Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau berpesan, ”Wahai anakku, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu…” (HR. Tirmidzi, ia telah berkata, Hadits ini hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain Tirmidzi: “Hendaklah kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu. Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang semestinya tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa yang semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya petolongan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan kesulitan”.
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alu Syaikh menjelaskan hadits ini,
Pertolongan merupakan sesuatu yang dicari, maka sabar menjadi kunci untuk mendapatkannya. Karena sabar merupakan tahapan yang wajib dilalui. Ketika seseorang tertimpa musibah maka dia wajib bersabar karena itu merupakan perintah Allah kepada setiap orang. Maksud dari perkataan “dia wajib bersabar”, yaitu ia menahan lisannya dari mengeluh, menahan hatinya dari marah dan menahan anggota badannya untuk melakukan kemaksiatan yang dilarang, seperti memukul-mukul pipi, merobek baju saat tertimpa musibah kematian dan selainnya. Maka dari itu Allah memerintahkan kita untuk memohon pertolongan dalam setiap perkara dengan sabar dan shalat sebagaimana firman Allah berikut ini:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ (٤٥)“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (Qs Al Baqarah : 45) - Sabar adalah cahaya
عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا [رواه مسلم]
Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy’ari berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ”Suci itu sebagian dari iman, (bacaan) alhamdulillaah memenuhi timbangan, (bacaan) subhaanallaah dan alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu adalah nur (cahaya), sedekah adalah pembela, sabar adalah sinar, dan Al-Qur’an menjadi pembelamu atau akan menuntutmu. Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”. (HR. Muslim)
Imam Nawawi dalam menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa:
Sabar merupakan sifat yang terpuji. Yaitu kesabaran untuk ta’at kepada Allah dan terhadap ujian serta cobaan dunia. Makna dari sabar adalah sinar, pelakunya senantiasa berada dalam kebenaran.
Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan tentang makna “dhiyaa-un” sebagaimana yang terdapat dalam ayat berikut:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٥)“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Qs Yunus : 5)
Yaitu sabar itu seperti halnya cahaya matahari, yang memberikan penerangan dan energi panas, tidak sebagaimana bulan yang hanya memberikan penerangan saja.
Penulis: Ummu Shalihah Nadiyah El Karim
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Maraji’:
– Syarhu al arba’in an nawawiyah, Daarul Mustaqbal.
– Syarhu Al ‘aqiidatu Al washitiyyah, Daarul ‘aqiidah.
– Shoftware : Salafi db 4.0
– Taisiru Al kariimu Ar rahmaanu, Syaikh Abdurrahman As sa’diy, Daaru Ibnu Hazm
– Rekaman kajian bedah buletin At-tauhid
Milikilah Sifat Sabar (Bagian 2)
- Allah bersama orang – orang yang sabar
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (١٥٣)“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs Al Baqarah : 153)
Kebersamaan Allah ada dua macam, yaitu: kebersamaan umum dan khusus. Kebersamaan umum, maksudnya bahwa Allah bersama para makhluknya baik yang mukmin, kafir, fasik, maupun musyrik, baik manusia maupun hewan, tumbuhan dan sebagainya. Kebersamaan umum ini dalam hal ilmu, kehendak, Allah melihat, Allah mendengar, Allah mengatur mereka dan lain sebagainya, yang berkaitan dengan sifat rububiyah Allah.
Sedangkan yang dimaksud kebersamaan Allah yang bersifat khusus adalah pertolongan Allah dan kekuatan yang Allah berikan kepadanya.
Dalam ayat di atas, kebersamaan yang dimaksud adalah kebersamaan khusus. Bahwa orang–orang yang sabar itu Allah bersamanya, mengawasinya dan menolong serta menambah kekuatannya.
Dengan memahami hal ini, maka bertambahlah iman kita kepada Allah, bahwa pengawasan Allah meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang dapat luput dari–Nya selamanya. Keimanan yang demikian mewajibkan bagi kita untuk lebih menyempurnakan kedekatkan diri kepada Allah, dengan tetap pada ketaatan, menjauhi maksiat, tidak berpaling ketika Allah memerintahkan kita terhadap sesuatu dan tidak melanggar kepada apa yang Allah larang. Inilah buah dari keimanan terhadap sifat kebersamaan Allah. - Sabar adalah akhlaq para nabi dan rasul
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِينَ (٨٥)“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (Qs Al Anbiya’ : 85)
Maka sudah selayaknya kita meniru akhlaq mereka, mereka adalah orang – orang yang dekat dengan Allah dan ayat ini merupakan dalil penguat bagi para da’iyah ilallah (penyeru agama Allah) untuk menjadikan sabar sebagai senjatanya dalam menghadapi masyarakat yang didakwahinya. Sebagaimana nabi Nuh yang berdakwah selama 950 tahun dan hanya mendapat beberapa pengikut. - Sabar merupakan tahapan terakhir bagi seseorang dalam berislam.
وَالْعَصْرِ (١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)“Demi masa (1), sesungguhnya manusia itu benar – benar dalam kerugian (2) kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran “ (Qs Al ‘Asr: 1-3)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan dalam kitab tsalaatsatul ushulnya : ketahuilah bahwasanya wajib bagi kita untuk berilmu kemudian beramal dengan ilmu agama yang telah kita ketahui dan kemudian mendakwahkannya kepada manusia dan yang terakhir bersabar terhadap cobaan yang menimpa ketika manusia tidak mau menerima dakwah kita atau bahkan menentangnya. Karena setiap muslim yang berada pada dakwah kepada agama Allah maka pastinya akan mendapat cobaan dari apa yang ia jalani tersebut. - Sabar merupakan kebaikan bagi seorang mukminDari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, katanya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:“Amat
mengherankan sekali keadaan orang mu’min itu, sesungguhnya semua
keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang
sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk
orang mu’min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup,
iapun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia
ditimpa oleh kesukaran – yakni yang merupakan bencana – iapun bersabar
dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya.”(HR.
Muslim)Mengapa dikatakan bersabar merupakan kebaikan bagi seorang
muslim? Karena Allah memberi ganjaran kepada orang – orang yang bersabar
dan mengampuni dosa – dosa mereka. Sebagaimana yang firman Allah ta’ala
إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (١١)“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (Qs. Hud: 11)
Para ulama mengatakan bahwa :الصبر لا يحد “Sabar itu tidak ada batasnya”, karenanya pahalanya pun tanpa batas. Dalilnya adalah firman Allah berikut ini :
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ
وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(١٠)
”Katakanlah: ’Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada
Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.
Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’” (QS. Az-Zumar: 10)Pahala sabar adalah pahala yang tanpa batas, menurut As Sa’di: yang dimaksud tanpa batas disini adalah tanpa ada batas akhir / tepi, tidak dihitung dan tidak diukur. Maka tentu saja kesabaran juga tanpa batas.
Kesalahan sebagian orang menganggap bahwa sabar itu ada batasannya, maka bantahannya adalah surat Az Zumar tersebut. Namun jika kita menghadapi seseorang yang mengganggu terus menerus, bisa dianggap itu adalah orang yang fasik. Maka kita diperintahkan untuk menjauhi mereka atau berlepas diri dari mereka.
Sifat sabar itu diusahakan, tidak datang dengan sendirinya
Dari Abu Said yaitu Sa’ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta – sedekah – kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda:
“Apa saja kebaikan – yakni harta – yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, karena sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri – dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah – kaya hati dan jiwa – dan barangsiapa yang berusaha berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas kegunaannya – daripada karunia kesabaran itu.” (Muttafaq ‘alaih).
Di dalam hadits ini dikisahkan ada beberapa peminta – minta, dan sering sekali mereka meminta sedekah kepada Rasulullah. Sampai akhirnya Rasulullah tidak punya apa – apa. Maka Rasulullah menasehati mereka untuk meminta kepada Allah kesabaran. Dan beliau mengatakan bahwa kesabaran adalah pemberian yang paling berguna. Dalam hadits ini pula diajarkan bagaimana akhlaq terhadap peminta – minta.
Sebagai seorang hamba tentunya kita sangat butuh terhadap sifat sabar ini, karena dengan sifat tersebut ibadah kita akan semakin sempurna. Tidaklah kita dapat istiqomah dalam ketaatan kecuali dengan sabar, tidaklah kita selalu dalam kebenaran kecuali dengan sabar menjauhi kemaksiatan, tidaklah kita tetap dalam keimanan kecuali dengan sabar menghadapi takdir.
***
muslimah.or.id
Penulis: Ummu Shalihah Nadiyah El Karim
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Maraji’:
– Syarhu al arba’in an nawawiyah, Daarul Mustaqbal.
– Syarhu Al ‘aqiidatu Al washitiyyah, Daarul ‘aqiidah.
– Shoftware : Salafi db 4.0
– Taisiru Al kariimu Ar rahmaanu, Syaikh Abdurrahman As sa’diy, Daaru Ibnu Hazm
– Rekaman kajian bedah buletin At-tauhid
Sepuluh Kebaikan Menanti Orang Mukmin Yang Bersifat Sabar
أًلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Sekiranya kita diuji dengan fitnah daripada orang yang iri hati diatas kejayaan kita , diuji dengan kemiskinan, diuji dengan keretakan rumah tangga hingga berlaku perceraian sebagai suami-isteri, diuji dengan penyakit dan mendapat kemalangan, diuji dengan kematian insan yang dikasihi atau diuji dengan kerugiaan dalam perniagaan maka bersabarlah ini semuanya ada hikmah yang baik untuk diri kita sendiri sedangkan kita tidak mengetahui hikmah Allah berikan ujian tersebut . Ianya mungkin kafarah atau penghapusan dosa-dosa kita yang pernah kita lakukan kepada Allah SWT atau ianya sebagai satu cara Allah SWT ingin meningkatkan iman dan takwa kita kepada-Nya dan Dia mengasihi kita supaya dapat memasuki syurga-Nya nanti kerana salah satu jalan seseorang dimasukkan kedalam syurga kerana adanya kerana sifat sabar semasa di dunia.
Terdapat sepuluh kebaikan-kebaikan yang akan Allah SWT kurniakan pada hamba-hamba-Nya yang sabar. Perkara-perkara tersebut adalah seperti berikut :
Pertama : Di ampunkan dosa untuknya.
Dalam hadis qudsi berkata Syaddad bin Aus r.a. bahwasanya Nabi SAW. bersabda maksudnya : “Allah telah berfirman: 'Sekiranya Aku uji salah seorang hamba-Ku yang mukmin, lalu ia memuji-Ku seraya bersabar atas (penderitaan) apa yang Aku mengujinya. Maka ia akan bangun dari tempat pembaringannya, bagaikan anak yang baru dilahirkan oleh ibunya, bersih dari dosa. Lantas Tuhan akan memerintahkan malaikat Pencatat Amal: Sesungguhnya Aku telah menahan hamba-Ku ini dan Aku telah mengujinya, maka kini catatkanlah baginya apa yang kamu selalu catatkan sebelum itu dari pahala-pahala amalannya.” (Hadis Riwayat Ahmad)
Sayyidatina Aishah ada berkata, bahawa baginda Rasulullah SAW ada bersabda yang bermaksud: "Tidak menimpa ke atas seorang mukmin satu kecelakaan, biarpun duri,ataupun lebih daripada itu, melainkan Allah akan menggugurkan dengannya satu dosa." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslirn)
Kedua : Allah SWT merasa malu kepadanya semasa di neraca timbangan dan membuka buku catatannya diakhirat.
Berkata Anas ra. bahawasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman:
'Jika Aku menimpakan suatu mushibah ke atas salah seorang hamba-Ku pada badannya, atau hartanya, atau anaknya, lalu dia menerima mushibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu akan menegakkan baginya neraca timbangan atau membuka buku catatan amalnya.” (Hadis riwayat Qudha’i, Dailami, Hakim dan Tirmidzi) - hadis qudsi.
Ketiga : Allah SWT ingin mendengar sendiri ucapan hamba yang diuji-Nya .
(mukmin tersebut sentiasa memuji-muji kebesaran Allah SWT dengan dia bersabar dan tidak mengeluh)
Berkata Abu Umamah ra. bahwasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman: 'Wahai malaikat-ku. Pergilah kepada hamba-Ku, dan timpakan ke atasnya bala'. Maka para malaikat pun menimpakan bala ke atasnya dan orang itu memuji Allah. Para malaikat lalu kembali mengatakan, 'Wahai Tuhan kami ! Kami telah menimpakan atasnya sebagaimana yang Engkau perintahkan'. Berfirman Tuhan: 'Kembali semula kepadanya, Aku ingin mendengar apa katanya'.” (Hadis riwayat Thabarani) - hadis qudsi.
Keempat : Di bebaskan daripada seksaan api neraka.
Dari Abu Hurairah ra. bahawasanya ia bersama dengan Rasulullah SAW menjenguk orang yang sakit kerana demam, lalu Rasulullah SAW. bersabda maksuanya : “Bergembiralah, kerana Allah telah berfirman: 'Itu adalah api-Ku, yang Aku kuasakan terhadap hamba-Ku yang mukmin di dunia agar menduduki (sebagai pengganti) bagian apinya di akhirat'.”
(Hadis riwayat Ibnu Majah) - hadis qudsi.
Kelima : Di berikan kesihatan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Dari Abu Hurayrah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda maksudnya : “Berfirman Allah Ta’ala: 'Apabila Aku menimpakan bala ke atas hamba-Ku yang mukmin, lalu ia bersabar (atas penderitaan itu), tiada ia mengadu atau mengeluh kepada pengunjung-pengunjungnya, nescaya akan Aku lepaskan dia dari tahanan-Ku (penderitaan itu), kemudian Aku tukarkan dagingnya dengan daging yang lebih baik, dan darahnya dengan darah yang lebih baik, sehingga ia dapat bekerja semula (yakni: setelah semua dosa dan kesalahan yang lalu Allah ampunkan semuanya)'.”
(Hadis riwayat Hakim)
Keenam : Di berikan ganjaran pahala tanpa batas.
Firman Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya orang yang bersabar akan diberikan pahala mereka tanpa hisab (tanpa batas) " (Surah az-Zumar ayat 10).
Dalam sebuah hadis lain Rasulullah SAW. juga pernah bersabda yang bermaksud: "Rintihan orang sakit tercatat sebagai tasbih, kegelisahan dan jeritannya sebagai tahlil, nafasnya seumpama sedekah, tidurnya sebagai ibadah dan kegelisahannya,daripada satu,bahagian ke satu bahagian lain adalah bagaikan jihad kerana Allah SWT dan ditulis baginya sebaik-baik amalan yang pernah dilakukan semasa sihat."
Ketujuh : Mendapat selawat dan rahmat daripada Allah SWT.
Allah SWT berfirman maksudnya : "Dan berilah khabar gembira kepadaorang-orang yang sabar; (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: 'Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.' Mereka itu ialah orang-orang yang menerima selawat dari Tuhan mereka serta rahmat-Nya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya."
(Surah al-Baqarah, ayat 155-157).
Kelapan : Mendapat balasan syurga.
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda didalam Hadis Qudsi: Allah SWT berfirman yang maksudnya :"Tidak ada balasan kecuali syurga bagi hambaku yang beriman yang telah Aku ambil kembali kekasihnya (Aku mematikan seseorang yang disayanginya seperti anak, adik-beradik dan sesiapa sahaja yang di sayangi oleh seseorang) dari kalangan penghuni dunia dan dia hanya mengharapkan pahala daripadaKu (dengan bersabar). "
(Hadis riwayat Bukhari).
Kesembilan : Jaminan mendapat pertolongan Allah SWT.
Firman Allah S.W.T. maksudnya : "Ya (cukup), jika kamu semua bersabar dan bertakwa. Dan (seandainya) mereka menyerang kamu semua seketika itu juga, nescaya Allah akan menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." (Surah Ali-Imran ayat 125).
Kesepuluh : Di berikan oleh Allah SWT sifat penyabar.
Sabda Nabi SAW yang bermaksud : “Dan sesiapa yang bersabar, maka Allah akan menjadikan dirinya penyabar, dan tiada pemberian yang (Allah) berikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas (manfaatnya) daripada kesabaran.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Sahabat yang dimuliakan,
Alangkah beruntungnya seseorang mukmin yang memiliki sifat sabar dan dia praktikan kesabarannya tanpa mengeluh dan bersikap negatif . Sentiasa reda dengan ketentuan Allah SWT dan berbaik sangka dengan Allah SWT. Sifat orang fasik dan munafik akan cepat marah dan putus asa dengan rahmat Allah, tidak reda dengan musibah yang menimpa dirinya dan mudah menyalahkan orang lain. Jika kalian berhajat untuk menjadi hamba-hamba Allah SWT yang mendapat reda dan rahmat-Nya maka kalian perlulah sentiasa bersabar, tenang dan berfikiran positif dan meyakini setiap sesuatu perkara itu mengandungi 1000 hikmah kebaikan di sisi Allah SWT.
Mengapa Allah Swt Mencintai Orang-orang Yang Sabar Kamis, 22 April, 2010
Posted by Quito Riantori in Artikel.trackback
Allah SwT berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS Ali Imran [3] ayat 146)
Seseorang hanya dapat menjadi betul-betul sabar, jika ia memahami makna dan sifat kesabaran. Kesabaran melenyapkan esensi waktu. Jadi, akar kesabaran berada di alam keabadian.
Jika seseorang ingin mengambil buah dari sebatang pohon, namun ia menyadari bahwa buahnya itu belum matang, maka ia akan mengekang nafsunya hingga buah itu masak.
Istilah Arab untuk kesabaran adalah shabr, yang berasal dari akar kata yang berarti mengekang atau menahan. Kesabaran menghubungkan waktu pengalaman dengan titik mutlak di luar jangkauan waktu. Kesabaran membuat makna dan relativitas waktu menjadi jelas.
Abu Basir mengatakan, “Aku mendengar dari Imam Shadiq as mengatakan, ‘Seorang yang merdeka adalah orang yang merdeka dalam segala keadaan. Bila dia dalam kesulitan dia sabar, segala bencana tidak membuatnya berubah meskipun dia di penjarakan, dikalahkan, dan dibuat susah. Sebab, penjara dan perbudakan tidak mengurangi kehormatan Yusuf as. Kegelapan dan ketakutan dalam sumur tidak dapat melenyapkannya sampai Allah menjadikannya rasul-Nya dan mengasihani bangsa itu lantaran dia. Kesabaran dan ketabahan adalah seperti ini. Ia senantiasa menghasilkan kebaikan. Karena itu, bersabar dan tabahlah agar mendapat pahalanya”
Kunci kesabaran adalah pengetahuan yang lebih tinggi; jika pengetahuan dicapai, maka seseorang itu akan menjadi teguh. Ketika menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Musa, Alquran mengungkapkan, “Bagaimana engkau bisa bersabar terhadap sesuatu yang engkau tidak memiliki pengetahuan tentangnya” (Q.S. 18: 68).
Kata pengetahuan dalam ayat ini mempunyai maksud sebagai kondisi penciptaan sesungguhnya. Pengetahuan seringkali dirangsang oleh kondisi dan peristiwa eksternal.
Kesabaran tidak semata-mata pasrah total terhadap segala keadaan yang menimpanya; hanya orang bodoh saja yang berbuat seperti ini. Kesabaran harus datang dengan pengetahuan tentang penyebab dari suatu situasi itu, dan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi akibat negatif dari situasi tersebut. Ini akan menghasilkan keadilan dan keseimbangan (mizan).
Hidup dengan kesabaran, dijaga oleh kesabaran, serta mampu merasakan kebahagiaan yang datang dari kesabaran seperti yang diungkapkan di atas, hanya dapat dicapai oleh orang mukmin.
Sabar dan salat menghubungkan seseorang dengan kasih sayang tak berbatas yang membuat kaum mukmin menjadi lebih menyadari bahwa Allah memang bersama orang-orang yang sabar.
Ini artinya, kaum mukmin mengikuti firman Allah, waspada benar-benar, serta di saat yang sama, mampu melakukan tindakan yang tepat ketika diperlukan.
Pada kondisi semacam itu, syahadat dan tindakan menyatu tanpa adanya gesekan. Pada kondisi itu, sang hamba telah memuliakan Tuhannya. Sang hamba mampu menembus waktu hingga ia dapat dekat dengan Dia yang Mendahului Waktu, Dia yang menjaga waktu, Dia yang akan tetap ada setelah waktu dan di luar waktu: Allah Sang Realitas Abadi. (Syekh Fadlullah Haeri, Tafsir Surat al-Baqarah ayat 153)
Imam Shadiq berkata, “Setiap Mukmin yang bersabar menanggung penderitaan, mendapatkan pahala seribu syuhada.”
Amirul Mukminin diriwayatkan telah mengatakan, “Seorang Muslim menjadi sempurna melalui tiga kebaikan : berjuang demi iman dan agama, sederhana dalam gaya hidup, dan sabar dalam kesulitan.”
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin, “Hai manusia, bersabarlah menanggung derita. Sesungguhnya orang yang tidak mempunyai kesabaran, maka dia juga tidak mempunyai agama.”
Kesabaran para Nabi dan Rasul menghadapi para pembangkangnya adalah bukti dari cinta yang terinspirasi dari Tuhan.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah…
Allah Bersama Orang yang Sabar
Alhamdulillahirabbil ‘alamin wa shalatu wa salamu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Amma ba’du
Pada kesempatan kali ini saya hendak menyampaikan beberapa hal:
Pertama, kewajiban kita untuk memanjatkan puji syukur atas nikmat-nikmat Allah yang melimpah dan terus-menerus kepada para hamba. Allah berfirman “Dan sedikit sekali hamba-hambaku yang bersyukur.” (QS. Saba': 13). Hendaknya di antara kita menjadi golongan yang sedikit ini.
Kedua, kewajiban berpegang teguh kepada petunjuk agama dalam permasalahan syukur atau sabar dan masalah-masalah yang lain. Seorang hamba diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan dilarang berinovasi dalam masalah agama. Di antara hal yang termasuk petunjuk agama adalah sabar di saat lapang dan sempit karena yang perbuatan ini merupakan perwujudan dari penghambaan dan peribdatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla . Imam Ibnu Al-Qayim menerangakan dalam karyanya Al-Wabilu Ash-Shayyib Hal. 11-12, “Perjalanan hidup seorang hamba itu tidak lepas dari tiga keadaan; Saat ia berdosa maka ia hendaknya meminta ampunan, saat ia ditimpa musibah maka hendaknya ia bersabar, dan saat it diberi nikmat maka hendaklah ia bersyukur. Kemudian beliau mengulangi, “Seorang hamba tiu tidak akan pernah lepas dari tiga permasalahan ini.”
Nikmat dari Allah senantiasa tercurah kepada seorang hamba, maka hendaknya disyukuri. Syukur tersebut dibangun dengan dua pondasi; pengakuan dengan hati dan melafalkannya dengan ucapan.
Ditimpa ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa cobaan maka ia wajib bersabar. Sabar adalah menahan hati untuk tidak berkeluh kesah, menahan lisan dari meratapi, dan menahan anggota tubuh dari sesuatu yang dilarang; seperti menampar pipi, merobek-robek baju dan menjambak-jambak rambut, dan cara-cara lainnya.
Parameter kesabaran itu terdapat pada tiga permasalahan ini.
Apabila seorang hamba mengaplikasikannya dengan semestinya, cobaan pun berubah menjadi anugerah, bala pun menjadi dihadapi dengan tenang, dan yang dibenci pun berubah menjadi dicintai.
Sesungguhnya Allah memberi musibah bukan untuk membinasakan, akan tetapi bala tersebut menjadi ujian dan pengabdian seorang hamba. Allah mewajibkan penghambaan seorang hamba pada masa sulit sebagaimana Dia memerintahkan hal itu pada saat seseorang bahagia. Allah memiliki hak peribadatan pada saat masa-masa nestapa sebagaiman juga punya hak pada masa suka cita. Namun demikian, kebanyakan hamba-Nya mewujudkan nilai-nilai ubudiyah tersebut di kala suka cita saja.
Adapun cara mengaplikasikan peribadatan pada masa-masa duka lara ini bervariasi tergantung tingkatan keimanan seorang hamba dan tergantung kedudukannya di sisi Allah Ta’ala. Kemudian Ibnu Al-Qayyim menyampaikan, “Orang-orang yang sempurna keimanan dan memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah maka ia mewujudkan nilai-nilai ubudiyah dengan cara sempurna. Sebaliknya orang-orang yang kurang imannya dan rendah derajatnya di sisi Allah, pula beribadah dengan cara yang tidak sempurna. Oleh karena itu, barangsiapa mendapatkan suatu kebaikan maka hendaklah ia memuji Allah. Adapun orang yang mendapati selain dari kebaikan, janganlah ia cela selain dirinya sendiri.”
Inilah apa yang hendak saya sampaikan. Aku memohon kepada Allah dengan nama dan sifat-Nya Yang Maha Indah lagi Maha Sempurna agar membimbing kita semua menuju apa yang Ia ridhai dan menjauhkan kita dari tipu daya setan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mengabulkan. Akhirnya shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
Syaikh Abdullah bin Abdurrahim Al-Bukhari
Allah Bersama Orang yang Sabar!
Sabar adalah satu sifat yang mulia.
Dengan sifat sabar, kita bisa merubah lawan menjadi teman. Orang-orang
yang sabar mempunyai keuntungan yang besar:
„Dan tidaklah sama kebaikan
dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar.“ [Fushilat:34-35]
Allah menjanjikan surga kepada orang-orang yang sabar:
„Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.“ [Ali Imran:133-134]
Ketika Abu Bakar tersinggung pada
kerabatnya yang turut menyiarkan fitnah terhadap anaknya ‚Aisyah dan
ingin menghentikan bantuan, turun ayat Allah yang melarang itu:
„Dan janganlah orang-orang
yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa
mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya),
orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah,
dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak
ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang“ [An Nuur:122]
Memaafkan orang bisa mendapat pahala dan lebih utama:
„Dan balasan suatu kejahatan
adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat
baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim.“ [Asy Syuura:40]
„Tetapi orang yang bersabar dan
mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diutamakan.“ [Asy Syuura:43]
„Jika kamu melahirkan sesuatu
kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang
lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa.“ [An
Nisaa’:149]
Kadang dalam rangka taushiyah/dakwah
orang sering berkata-kata buruk terhadap orang yang tidak sepaham.
Padahal dalam surat Al Ashr kita diperintahkan untuk melakukannya dengan
cara yang baik dan dengan kesabaran:
„kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.“
[Al Ashr:3]
Allah tidak suka dengan orang yang suka mencaci orang lain:
„Allah tidak menyukai ucapan
buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ [An
Nisaa’:148]
Allah cinta dan bersama dengan orang-orang yang sabar:
„Dan taatlah kepada Allah
dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan
kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.“ [Al Anfaal:46]
Allah menyuruh kita sabar dan
melarang kita marah meski kita dalam keadaan benar. Lihat bagaimana
Allah mengecam Nabi Yunus yang marah kepada ummatnya yang jelas-jelas
kafir:
„Maka bersabarlah kamu (hai
Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang
yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan
marah (kepada kaumnya).“ [Al Qalam:48]
Menjadi orang yang sabar memang
sulit. Sangat sulit. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kekuatan bagi kita
hingga bisa jadi orang yang sabar dan dekat denganNya.
Di bawah adalah doa agar diberi Allah kesabaran dan wafat dengan
akhir yang baik (Husnul Khatimah) di mana kita bukan hanya dicintai
Allah, tapi juga manusia:“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A’raaf 126]
Wassalamu’alaikum wr wb
Tiada ulasan:
Catat Ulasan