Ahad, 7 Jun 2015

ADAKAH KITA SUKA MEMILIH DOSA DAN NERAKA DARI KEREDAAN ALLAH SERTA KERAHMATAN ALLAH SWT












HAKIKAT DOSA

hakikat dosa itu? Apa pengaruhnya terhadap ruh dan jiwa manusia?
Pertanyaan
Saya ingin bertanya bahwa bagaimana gambaran kita tentang dosa? Bukankah dosa itu tidak lain adalah suatu amalan yang menyebabkan kerusakan atau kerugian dan hilangnya suatu hak dari dirinya atau dari orang lain? Bagaimana gambaran Anda tentang dosa dan solusi apa yang mungkin bisa menyelamatkan diri ini darinya?
Jawaban Global
Jawaban atas pertanyaan di atas terdiri dari 4 bagian:
1.     Hakikat dosa: Dosa dalam bahasa Arab disebut dengan itsm dan ‘ishyaan.  Dosa dengan pengertian ini memiliki makna berpaling dari perintah tuan, melakukan kesalahan dan kelalaian. Seorang pendosa itu tidak mengikuti akalnya tapi justru mengekor kepada syahwat dan amarahnya dan ketika itu mungkin saja ia terjerambab ke dalam suatu perbuatan dosa dan ketika itu juga ia telah berkhianat kepada dirinya sendiri. Dosa merupakan perangkap setan dimana bagian dalamnya adalah api dan bagian luarnya itu disertai dengan rasa nikmat dan keinginan syahwat yang sifatnya spontanitas membuat orang  lalai terlena dan tenggelam bahwa balasan siksa Ilahi tengah menantinya.
2.     Efek dan pengaruh dosa: Dosa memiliki efek-efek negatif, baik yang sifatnya pribadi maupun sosial. Efek dan pengaruh negatif dosa yang sifatnya personal di antaranya adalah: Kebebalan dan kekerasan hati dan hilangnya peluang untuk menerima dan memperoleh ajaran dan rahasia-rahasia Tuhan, menjadikan hati sebagai sarang dan pusat bertengger para setan, menjadi hijab dan penghalang dari mengenal diri dan Allah Swt, menghilangkan rasa nikmat ketika bermunajat atau berdoa,  tidak dikabulnya ibadah-ibadah,  membuat manusia mengingkari akan adanya hari kiamat dan balasan atau imbalan berupa kenikmatan di akhirat.
Efek dan pengaruh negatif dosa yang sifat sosial di antaranya adalah: Menyebabkan kemunduran dan keterbelakangan masyarakat, meskipun secara lahiriah nampak mengalami kemajuan, namun dibelenggu oleh berbagai macam persoalan-persoalan seperti kerusakan akhlak dan etika, mengantarkan nilai-nilai kemanusiaan itu menuju sebuah kehancuran dan kepunahan.
3.     Sumber dosa: Para tokoh-tokoh agama (ulama) menganggap bahwa kejahilan dan kelalaian merupakan dua sumber fundamental yang menyebabkan terjerumusnya seseorang ke dalam perbuatan dosa dan senjata ampuh dan cara paling pertama untuk menembus manusia adalah dengan membuat mereka (manusia) lalai. Kejahilan juga merupakan sumber kefasadan dan kerusakan, jahil terhadap nilai-nilai keberadaan manusia, jahil terhadap pengaruh positif kesucian dan kemuliaan, jahil terhadapat akibat dan dampak dosa dan lain sebagainya.
4.     Solusi: Ada beberapa solusi yang dapat disodorkan di sini, di antaranya adalah:
a.     Taubat dan istigfar: Taubat bermakna kembali keharibaan Allah Swt disertai dengan niat dan tekad untuk meninggalkan perbuatan dosa. Taubat ini sendiri beberapa tingkatan.
b.    Mengingat-ingat dosa yang dilakukan.
c.     Mengingat Allah Swt.
Keinginan dan kehendak manusia.
Jawaban Detil
Dosa dalam bahasa Arab disebut dengan itsm dan ‘ishyaan. Dosa dengan pengeritan ini bermakna berpaling atau membelok, salah dan lalai, menentang atau membangkang perintah atau pun larangan sang Maula (Allah Swt); yakni melakukan suatu perbuatan yang dalam kacamata Sang Maula dan dan Sang Pencipta tidaklah baik dan layak. Karena ia memiliki unsur merusak dan mafsadah maka ia dilarang.  Atau tidak melakukan dan meninggalkan suatu pekerjaan yang sifatnya wajib (ditinggalkan) karena di balik pelarangan itu terkandung kemaslahatan. Dengan demikian, dosa itu bertentangan dan kontra dengan konsep ‘ubudiyah (ketaatan dan kebaktian).
Seorang manusia pendosa memposisikan syahwat dan amarah itu,  yang menjadi bagian dari diri manusia itu dan seharusnya mentaati akalnya, sebagai pemimpin dari semuanya; yakni menundukkan akal dan ketika syahwat dan amarah telah menguasai dirinya maka hal itu akan menjadi kesayangan dan kekasihnya dan pada masa itu, setiap ia melakukan suatu pekerjaan maka pekerjaan tersebut harus disenangi oleh syahwat atau disenangi oleh rasa amarah. Dengan alasan ini, ia pun terjerumus untuk melakukan dosa. Sebagaimana halnya seorang manusia punya kewajiban untuk tidak mengkhianati orang lain, maka ia juga berkewajiban untuk tidak mengkhianati dirinya.
Sekiranya ada seseorang yang memposisikan syahwat dan amarah (gadhab) tersebut di tempat akal praktis, dan menempatkan khayalan dan wahm (delusi) itu pada posisi akal teoritis, maka sesungguhnya ia adalah seorang perampas dan telah berkhianat kepada dirinya sendiri.  Ketika seseorang  berkhianat pada makrifat dan pengetahuannya maka otomatis dalam beramal pun ia pasti melakukan perbuatan khianat dan tidak akan mengindahkan hak-hak asasinya sendiri.[1]

Dosa merupakan perangkap setan
Dalam banyak riwayat dari Ahlulbait As disebutkan bahwa ketergantungan pada materi itu merupakan perangkap dan media untuk berburu dan dosa-dosa itu menjadi tali-tali dan tempat berburu setan; yakni dosa-dosa itu merupakan perangkap-perangkap yang dengannya setan memburu manusia-manusia dan tali-tali yang ada padanya itu digunakan setan untuk mengikat setiap manusia dan tentunya tali-tali tersebut itu bermacam-macam bentuknya, ada yang tebal dan ada juga yang kurang tebal (kecil) dan setan memperdaya setiap orang itu sesuai dengan kondisi orang yang akan dirayu dan diperdayakannya itu, sebagian orang diperdaya dengan kekayaan, sebagiannya lagi dengan kedudukan dan pangkat serta sebagiannya lagi dengan nafsu birahi dan semisalnya.
Api jahannam itu diaduk dengan kelezatan dan kenikmatan dan keduanya menyatu atau tercampur. Dalam artian bahwa bagian dalam perangkap tersebut adalah api dan bagian luarnya adalah berupa gelas syahwat dan manusia dengan ketamakan dan kerakusannya pada gelas syahwat, terjerumus ke dalam perangkap api yang berkobar.[2]

Efek dan pengaruh dosa
Efek ataupun dampak negatif dosa itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu dampak negatif pada pribadi dan pada sosial masyarakat.

Dampak dan efek negatif dosa yang sifatnya pribadi
1.     Sejatinya dosa itu merupakan kotoran dan bercak yang menodai ruh dan jiwa. Akibat dosa, manusia tidak lagi merasakan nikmatnya tidur yang diselingi dengan mimpi-mimpi indah berupa makrifat dan pengetahuan dan juga tidak memiliki kondisi baik ketika terjaga sehingga ia bisa menemukan dan menyerap ilmu-ilmu hakikat dan mengajarkannya secara benar kepada orang lain. Oleh karena itu, kalau ruh dan jiwa telah dijejali noda dan menjadi gelap maka betapa banyak rahasia-rahasia yang tidak bisa diraih dan dicapainya. Allah Swt menjadikan ruh dan jiwa sebagai sumber ilham dan bersumpah dengan menyebutnya. Seorang yang dikatakan pesuluk adalah sedikit berbicara dan menjaga makanannya, dengan inilah ia dapat mendengar suara ilham-ilham Ilahi, karena kalau seseorang hendak mendengar suara dari dalam dirinya maka ia harus diam dan tidak berbicara.[3]
2.     Ketika seseorang berada di bawah wilayah atau pengawasan setan dan menerima bisikan-bisikannya lalu beramal sesuai dengan bisikan-bisikan tersebut, maka secara bertahap hatinya akan menjadi pusat berdiam dan hunian setan, sedemikian sehingga setan menjadi pelayannya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an.[4] Hati manusia pendusta dan pembohong menjadi sarang kediaman para setan. Namun seseorang yang dalam masalah-masalah ilmiah sangat amanah dan menepati janji dan juga dalam masalah-masalah harta dan ilmiah, amanah dan terpercaya, maka hatinya terjaga dan terpelilhara dari sasaran tembak setan.[5]
3.     Dosa, merupakan hijab dan penghalang untuk mengenal diri dan jiwa. Akibat dosa, manusia dapat melupakan Allah Swt dan kelalaian ini adalah hijab yang dapat menjadi penghalang dari mengenal diri dan jiwa dan tidak membiarkan orang tersebut mengenal dirinya.[6]
Kalau ada seseorang yang menjerumuskan dirinya dalam kerusakan dan maksiat, maka ia telah menjatuhkan wujud dirinya itu untuk selamanya.  Ia mengikat dirinya sendiri dan tidak ada satu pun yang bisa melepaskan ikatan tersebut, meski harus dibakar dengan api neraka, karena meskipun api itu punya kekuatan untuk melelehkan besi, namun kalau besi itu adalah api itu sendiri, yaitu api yang berbentuk besi, maka tak ada satupun yang bisa melelehkannya (api melelehkan api yang berbentuk besi adalah sesuatu yang mustahil).[7]
4.     Dampak dan efek lain dosa adalah bahwa seorang pendosa itu akan kehilangan kenikmatan dan lezatnya bermunajat dan berdoa. Ia senantiasa mengungkapkan bahwa seandainya ia bisa merasakan dan mencicipi kelezatan dan nikmatnya ibadah, namun karena dosa dan kekerasan hati, rasa itu pun hilang atau lari dari dirinya. Syaikh Shaduq dalam kitabnya al-Tauhid, menukil dari Imam Ridha As bahwa; “Ada seseorang bertanya: Mengapa Allah Swt itu tidak bisa disaksikan (mahjûb)? Beliau bersabda: Allah Swt itu bisa disaksikan (tidak mahjûb), bahwa kamu tidak dapat menyaksikannya, itu akibat bertumpuknya dosa-dosa yang dilakukan manusia dan dosa-dosa itu menjadi sebuah tirai yang menghalangi penyaksian fitrawi dan tidak membiarkan manusia menyaksikan Allah Swt dengan penyaksian fitrawi”.[8]
Dalam riwayat-riwayat lain juga yang menjadi perhatian besar bahwa dosa itu merupakan sebuah tirai penghalang. Misalnya sabda Rasulullah Saw yang mengatakan bahwa:Ketika seorang manusia melakukan dosa maka akan nampak dalam hatinya itu sebuah titik hitam dan kalau ia menghindarinya serta bertaubat, maka hatinya akan mengkilap. Namun kalau ia mengulang dosa tersebut maka titik hitam itu akan bertambah banyak hingga memenuhi hatinya”.[9] Dan juga Rasulullah Saw bersabda:Dosa yang telah menumpuk dapat merusak dan menghancurkan hati manusia”. Atau dinukil dari Imam Shadiq As, beliau bersabda:”Tiada yang lebih jelek yang dapat merusak hati melebihi dosa. Hati akan berada di bawah kendalinya dan secara bertahap dosa berpengaruh dalam dirinya hingga ia menguasai diri manusia.” Demikian juga Imam Shadiq As bersabda: ”Saya wasiatkan (kepadamu) untuk bertakwa dan wara’ dari segala yang diharamkan.  Berusaha dan seriuslah dalam beribadah, ketahuilah bahwa beribadah tanpa menjauhi hal-hal yang diharamkan sama saja dengan perbuatan sia-sia dan tidak punya manfaat”.
Dalam hadis Nabi Saw yang ditujukan kepada Abu Dzar disebutkan bahwa: ”Wahai Abu Dzar, dasar agama adalah meninggalkan dosa dan rahasia agama adalah taat kepada Allah Swt.  Ketahuilah bahwa kalau pada dampak shalat, karena badan pun menunduk (ruku’) dan karena puasa badan pun menjadi kurus, semua tak ada guna dan manfaatnya kecuali dengan wara’ dan meninggalkan dosa-dosa. Wahai Abu Dzar, mereka yang meninggalkan hal yang diharamkan di dunia ini dan memilih jalan kezuhudan, berhak menjadi wali-wali dan sahabat-sahabat Allah Swt”.[10]
5.     Mengingkari hari kiamat: Dosa dapat menjadi penghalang untuk mengenal hari kiamat; yakni mungkin saja seseorang itu tahu tentang hari kiamat, namun ilmunya tertanam di bawah bayangan hawa nafsu. Tentu bahwa ilmu semacam ini tidaklah memberikan manfaat.[11] Dalam surat al-Muthaffifiin ayat 11-14, Al-Qur’an menyinggung orang-orang yang secara keseluruhan mengingkari hari kiamat, lalu mengatakan: Dalil-dalil akan adanya kiamat sangatlah jelas dan orang-orang yang mengingkarinya itu hanyalah para pendosa dan orang yang melampaui batas, mereka tidak akan pernah tunduk terhadap ayat-ayat Ilahi, oleh karena itu ketika ayat-ayat Ilahi dibacakan kepada, mereka menolaknya dan berkata: "Itu semua adalah mitos dan cerita khayalan para pendahulu.” Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa: "Tidak demikian seperti apa yang disangka mereka, ucapan-ucapan ini (terlontar dari mulut mereka) adalah akibat dari perbuatan-perbuatan buruk dan dosa-dosa mereka yang mana tirai hijab telah menongkrongi hati dan jiwanya."  Dari ayat-ayat ini dapat ditarik konklusi bahwa dosa itu dapat menghilangkan kelembutan hati, sedemikian sehingga hakikat-hakikat yang ada pada cermin Ilahi ini (baca: hati) tidak lagi memantulkan cahaya.  Dan kalau tidak, ayat-ayat hak ini khusus berkenaan dengan masalah mabda dan ma’ad yang sudah cukup jelas dan terang (bagi mereka).[12]

Efek dan dampak negatif dosa yang sifatnya sosial kemasyarakatan
Dosa menyebabkan kejumudan dan keterbelakangan masyarakat. Tingkat kriminalitas dan kejahatan semakin bertambah dan juga dengan melihat reaksi yang dimilikinya, dosa dapat mengacaukan seluruh aktifitas orang-orang aktif di masyarakat dan menjadi tembok penghalang kemajuan. Bahkan di kalangan masyarakat Barat, orang-orang pendosa dan kriminalis umumnya berasal dari kalangan menengah ke bawah masyarakat dan mereka kehilangan posisi sebagai makhluk sosial.

Sumber dosa adalah kelalaian dan kejahilan (kebodohan)
Senjata terampuh dan cara paling pertama untuk menembus manusia adalah dengan membuat mereka (manusia) lalai. Kalau setan mampu membuat seseorang itu lalai, maka ia tidak akan lagi merasa kesulitan dalam mewujudkan kejahilan yang sifatnya berlipat ganda. Kalau dengan bisikan setan, gambaran kebajikan hilang dari benak manusia maka setan pun merasa lebih santai dan nyaman. Kejahilan merupakan sumber kejahatan dan kerusakan.
Ayat-ayat yang berkenaan dengan kisah Nabi Yusuf As menunjukkan bahwa rasa cinta yang dibarengi dengan dosa dan penyelewengan instink itu semua bersumber dari kebodohan dan kejahilan, jahil terhadap nilai-nilai eksistensial manusia,  jahil terhadap efek dan dampak positif dari kesucian dan kebersihan diri dan jiwa,  jahil terhadap akibat naas dari dosa dan terakhir jahil terhadap seluruh perintah dan larangan Allah Swt.[13]

Solusi dan jalan selamat:
Ada beberapa solusi dan jalan selamat yang bisa disebutkan di sini:
1.      Taubat dari dosa[14] dan beristigfar[15]:  Taubat dalam bahasa Arab diartikan sebagai rujuu’ (kembali), ketika hamba kembali kepada tuannya, maka itu dikatakan ia telah bertaubat. Allah Swt dalam Al-Qur’an menyeru kepada seluruh kaum mukminin untuk bertaubat.
2.      Mengingat (akibat buruk) dosa.[16]
3.      Mengingat Allah Swt.[17]
4.      Adanya keinginan dan tekad manusia (untuk tidak melakukan dosa).[18][]



[1] .Abdullah Jawadi Amuli, Marâhil-e Akhlâq dar Qur’ân, hal 332-334.
[2] .Nahjul Balâghah, khutbah ke 176; Abdullah Jawadi Amuli, Mabâdi Akhlâq dar Qur’ân, hal 318; Mulla Mahdi Naraqi, Jâmi’u al-Sa’âdah, hal 194; Abdullah Jawadi Amuli, Tasnîm, hal. 400.
[3] . Abdullah Jawadi Amuli, Marâhil-e Akhlâq dar Qur’ân, hal 155-159.
[4] . "Apakah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa." (Qs. Syu’ara [26]: 221-222).
[5] . Abdullah Jawadi Amuli, Mabâdi Akhlâq dar Qur’ân, hal 112.
[6] . "Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah. Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi." (Qs. Al-Mujadalah [58]:19)
[7] . Abdullah Jawadi Amuli, Mabâdi Akhlâq dar Qur’ân, hal 235-236.
[8] .Syekh Shaduq, al-Tauhid, hal 252; Abdullah Jawadi Amuli, Fitrat dar Qur’ân, hal 103.
[9] . Tafsir Qurthubi, jil. 10, hal 705; Rûh al-Ma’âni, jil. 30, hal 73.
[10] .Kulaini, Ushûl al-Kâfi, jil. 2, bab dosa-dosa, riwayat 1 dan 13; Makarim Syirazi, Payâm-e Qur’ân, jil. 1, hal 360-367; Durr al-Mantsûr, jil. 6, hal 326; Allamah Majlisi, Hilyat al-Muttaqîn, hal. 98.
[11] . "Pernahkah kamu pernah melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (bahwa ia tidak layak lagi memperoleh petunjuk), serta Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan di atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mau ingat?" (Qs. Al-Jatsiyah [45]:23); Abdullah Jawadi Amuli, Tafsir Tasnîm, jil. 2, hal 203.
[12] .Makarim Syirazi, Payâm Qur’ân, jil. 1, hal 361; Tafsir Fakhrurrazi, jil. 31, hal 94.
[13] .Abdullah Jawadi Amuli, Tafsir Tasnîm, jil. 3, hal 397; Nasir Makarim Syirazi, Payâm Qur’ân, jil. 1, hal 88.
[14] . "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (Qs. Al-Nur [24]:31).
[15] .Nahjul Balaghah, hikmah 409; Mulla Ahmad Naraqi, Mi’raj al-Sa'âdah, hal 669; Syahid Muthahari, Falsafe-ye Akhlâq, hal 164.
[16] .Abdullah Jawadi Amuli, Mabâdi Akhlâq dar Qur’ân, hal 55-56.
[17] .ibid.
[18] . "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah sebanyak-banyaknya." (Qs. al Ahzab [33]:41).


Apa itu Dosa Besar?


Apa beda antara dosa besar (al kabair) dan dosa kecil (ash shogoir)? Apa itu “Dosa Besar”?
Dosa besar adalah di antara bentuk maksiat dan sesuatu yang Allah larang.
Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yang dimaksud dosa besar adalah setiap dosa yang diancam neraka, terkena laknat, dimurkai atau dikenai siksa.
Jadi dosa besar termasuk maksiat dan suatu keharaman. Jika dosa tersebut diberi ancaman akhirat dan dikenai hukuman had di dunia, itulah yang disebut dosa besar (al kabair). Sedangkan jika tidak diberi siksa dan ancaman, maka termasuk dalam dosa kecil (ash shogoir).
Yang dimaksud definisi dari Ibnu ‘Abbas, dosa besar itu diberi azab atau siksa termasuk siksa di dunia berupa hukum qishosh, misalnya. Juga termasuk hukum potong tangan bagi pencuri, hukum cambuk bagi pelaku zina, hukum rajam bagi yang menuduh wanita baik-baik berzina, semua ini termasuk dosa besar karena terkena hukuman had di dunia, atau dikenai murka atau laknat Allah.
Adapun jika suatu dosa tidak mendapatkan ancaman atau hukuman seperti di atas, tidak termasuk al kabair, namun masuk dalam dosa kecil.
Dari definisi atau pengertian dosa besar menurut Ibnu ‘Abbas, berarti dosa besar tidak dibatasi dengan jumlah tertentu. Namun dosa besar ini juga bertingkat-tingkat, ada yang lebih parah dari yang lainnya.
Semoga sajian ini bermanfaat, hanyalah Allah yang memberi taufik dan hidayah untuk menjauhi setiap dosa besar.

Referensi:
Kitab Al Kabair, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Penjelasan: -Guru kami- Syaikh Dr. Sholeh Al Fauzan, terbitan Ar Risalah Al ‘Alamiyah, cetakan pertama, tahun 1432 H.
Ber-Islam tapi KEKAL di NERAKA
Allah Berfirman Dalam Q.S Al Qaari'ah :
(8). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya.(9). Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. Al Qaari’ah [101]: 8-9)
Allah menegaskan kembali dalam Q.S. Al-A’raf:
“Dan barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.” (Q.S.Al-A’raf [7]: 9)
Yang paling mengerikan adalah ayat berikut ini,
“Dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Q.S. Al-Mukminuun [23] : 103)
Ayat tersebut ditujukan kepada kita. Sehingga, yang dimaksud dengan “mereka” pada ayat di atas adalah orang yang banyak berbuat keburukan atau dikuasai oleh kejahatan. Orang yang telah dikuasai oleh kejahatan akan kekal di neraka. Artinya, dia akan tinggal selamanya (abadi) dan tidak bisa keluar dari neraka. Seperti yang telah Allah tegaskan dalam Alquran:
(14). Dan sesungguhnya orang-orang yang banyak berbuat jahat (al-fujjar atau durhaka) benar-benar berada dalam neraka. (15). Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. (16). Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu. (Q.S. Al Infithaar [82]: 14-16)
Al-fujjar merupakan julukan kepada orang yang banyak berbuat kemaksiatan (kejahatan). Lawan katanya adalah al-abror, yaitu orang yang banyak berbuat kebaikan.
Jadi jelas, bagi kita yang banyak melakukan perbuatan dosa melebihi kebaikan yang dilakukan, tempat kembalinya adalah neraka. Ironisnya, kita tidak akan bisa keluar dari sana alias kekal selama-lamanya. Lantas, apa gunanya kita hidup di dunia ini jika pada akhirnya kita harus menanggung siksa neraka selama-lamanya? Karena itu perbanyaklah perbuatan baik agar kita memeperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat.
Mengapa orang yang ringan timbangan kebaikannya kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari sana selama-lamanya? Bukankah dia masih memiliki timbangan kebaikan? Bukankah Allah akan memperhitungkan setiap amal kebaikan kita walaupun sekecil biji zarah? Jawabannya ada pada Alquran :
“... Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Q.S. Huud [11]: 114)
Menurut ayat di atas, amal kebaikan kita bisa dipakai untuk menghapus keburukan yang kita perbuat. Jika kebaikan kita sangat sedikit, maka kebaikan kita tidak cukup untuk menghapus seluruh keburukan. Akibatnya, kebaikan kita habis untuk menghapus keburukan. Yang tersisa ialah keburukan. Itulah yang disebut dengan orang yang merugi.
Hitungan sederhananya adalah sebagai berikut. Misalnya pahala kebaikan kita berjumlah 30 dan dosa kita berjumlah 90. Itu artinya timbangan kebaikan kita lebih ringan dari keburukan. Lalu apa yang akan terjadi? Seperti yang telah disebutkan dalam Q.S. 11 :114, amal kebaikan akan menghapus dosa. Jika keburukan 90 dikurangi pahala 30, akan tersisa keburukan 60. Sedangkan pahala atau kebaikan kita telah habis untuk menutupi dosa-dosa kita. Dengan demikian, Allah masih memperhitungkan amal kebaikan kita.
Siksaan bagi seseorang yang memiliki sisa keburukan 60, tentu akan berbeda dengan seseorang yang memiliki sisa keburukan 6 juta. tentu saja hitungan tersebut hanya adalah perumpamaan.
Dalam perdagangan, orang yang rugi ialah mereka yang pemasukannya lebih sedikit dari pengeluaran. Dalam bahasan kita kali ini, orang yang rugi ialah mereka yang kebaikannya lebih sedikit daripada keburukannya. Jika tidak ada yang tersisa kecuali keburukan, wajar jika ia tidak bisa masuk surga. Dia kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari dalamnya.
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam.” (Q.S. Az-Zukhruf [43]: 74)
Kita semua pasti mempunyai dosa, lalu apakah dengan begitu kita akan kekal di neraka? Lalu siapakah yang dimaksud sebagai orang yang berdosa sehingga kekal di neraka tersebut? Ayat ini dijelaskan oleh ayat lainnya,
“Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.” (Q.S. Thahaa [20]: 74)
Jadi yang dimaksud orang yang berdosa dan kekal di neraka adalah orang yang setelah ditimbang lalu datang kepada Allah dengan membawa sisa dosa seperti yang telah disebutkan dalam Surat Almukminuun ayat 103 dan Ali Imran ayat 162-163.
Pemahaman ini sangat penting diketahui oleh umat Islam agar mereka tidak mudah berbuat dosa karena merasa telah mendapat jaminan surga. Saya pernah bertanya kepada salah seorang teman mengapa ia begitu mudahnya berbuat maksiat. Apakah ia tidak takut neraka? Ia menjawab, “Yang penting kita tetap beragama Islam. Orang Islam kan dijamin masuk surga walau harus mampir ke neraka dahulu untuk membersihkan dosa-dosa. Kita bukan nabi jadi tidak lepas dari dosa. Akan tetapi kita tidak selamanya di neraka. Sebesar apa pun dosa, pada akhirnya kita pasti akan diangkat ke surga.”
Rupanya dia merasa mau tidak mau pasti mampir dahulu ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya dan kemudian diangkat ke surga yang kekal. Akibatnya neraka menjadi sesuatu hal yang biasa. Banyak di antara umat Islam yang mempunyai keyakinan pasti masuk neraka karena sebagai manusia biasa tidak akan bisa luput dari dosa. Namun, sebesar apa pun dosanya, mereka juga yakin pada akhirnya akan masuk surga juga asalkan tetap beragama Islam. Pemahaman inilah yang menyebabkan mereka tidak takut lagi pada neraka dan karena itu tidak takut berbuat maksiat. Pokoknya yang penting tetap beragama Islam.
Jika hanya mengucapkan tiada Tuhan selain Allah lantas masuk surga, tentu Fir’aun juga masuk surga karena sebelum matinya ia sempat mengucapkan syahadat. Seperti yang tertera dalam Alquran,
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka). Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: ‘Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang Islam.” (Q.S. Yunus [10]: 90)
Jadi, menurut Alquran, seseorang masuk surga bukan karena mengucapkan tiada Tuhan selain Allah semata, melainkan mesti dibuktikan dengan keteguhan (istikamah) dalam menghadapi berbagai cobaan atau ujian dari Allah swt.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Kapankah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Q.S.Al-Baqarah [2]: 214)
Ucapan Fir’aun yang mengakui tiada Tuhan selain Allah tidak diterima karena ia tidak mempunyai waktu lagi untuk membuktikan keimanannya.
Jadi, jelas, mengucap syahadat saja tidak cukup untuk meraih surga. Selama ini saya pun terkadang ringan melakukan dosa karena merasa telah menggenggam jaminan surga walau harus membersihkan dosa terlebih dahulu di neraka. Kini saya sadari bahwa itu keliru. Ternyata pemahaman seperti itu pernah muncul pada jaman Nabi Muhammad saw., tapi dibantah oleh Allah melalui firman-Nya dalam Alquran.
(80). Dan mereka berkata,’”Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja”.’Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (81). (Bukan demikian), yang benar: Barang siapa berbuat dosa & ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 80-81)
Bagi kita yang sudah terlalu banyak berbuat dosa, jangan putus harapan. Selagi nafas masih dikandung badan, Allah menyediakan dua fasilitas berupa maghfirah (ampunan) yang besar dan kaffarah (tutupan) yg akan menghapus seluruh dosa-dosa kita, tidak peduli sebesar apa dosa itu. Syaratnya hanya dua: memohon ampun dan bertaubat. Kita tidak cukup hanya memohon ampun, tetapi mesti bertaubat. Ada perbedaan antara mohon ampun dengan taubat. Untuk lebih jelasnya, silakan baca buku saya yang berjudul Allah pun Taubat.
Mari kita pergunakan kesempatan yang masih tersisa ini. Jangan menunda taubat karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Jika malaikat maut datang menjemput sementara kita belum sempat bertaubat, yg tersisa ialah penyesalan. Sebuah penyesalan yg sangat besar karena kita akan memasuki api neraka untuk selama-lamanya.
Semoga Bermanfaat Ya Saudara Saudaraku,
Mohon Maaf Apabila Ada Kekurangan Dan Kesalahan.

6 Dosa yang tidak diampun Allah SWT walaupun dengan Taubat

https://i2.wp.com/www.inshad.com/forum/upload/userimages/13157/87456273.jpg
1- Makan harta anak yatim secara haram.
( untuk menghapuskan dosa tersebut pemakan harta anak yatim mesti membayar kembali harta yang telah digunakan serta memohon maaf kepada anak yatim tersebut . Jika anat yatim tersebut memaafkan perbuatannya, barulah boleh bertaubat kepada Allah SWT. Seandainya anak yatim tersebut tidak memaafkan perbuatannya maka  dosanya tidak terhapus).
2- Menuduh wanita solehah berzina.
( Orang yang menuduh wanita solehah hendaklah memohon maaf kepada wanita tersebut, jika wanita solehah tersebut memaafkan, maka terhapuslah dosa tersebut dan bolehlah penuduh bertaubat kepada Allah SWT. sekiranya wanita solehah tidak memaafkannya maka dosa tidak terhapus dan tidak boleh bertaubat kepada Allah SWT ).
3- Lari dari medan Jihad yang memperjuangkan kalimah Allah SWT.
( Mereka yang lari dari medan jihad adalah mereka yang dayus dan tidak layak memasuki Syurga, cuba kaji dalam sejarah Islam hukuman mereka yang lari dari medan Jihad sehingga Rasulullah SAW terpaksa menunggu Arahan Allah SWT untuk memaafkan kesalahan tersebut ).
4- Melakukan sihir.
( Mereka belayar sihir dan pengamal sihir adalah mereka yang Syirik kepada Allah SWT, memang tidak layak bertaubat kepada Allah SWT melainkan mengucap kembali kalimah Syahadah dan mesti menyerah kepada kerajaan Islam untuk melaksanakan hukuman yang sewajarnya ).
5- Bersyirik kepada Allah SWT atau menyamakan kedudukan Allah SWT dengan makhluk.
( Dosa syirik atau menyamakan Allah SWT dengan makhluk samada melalui niat,percakapan dan perbuatan yang disedari atau tidak disedari  maka dosa ini tidak boleh bertaubat kecuali dengan mengucap kembali kedua Kalimah Syahadah dan pemerintah Islam mesti melaksanakan hukuman hudud barulah Allah SWT rela menerima kembali amal ibadat seseorang hamba yang telah menduakan Allah SWT atau menyamakan Allah SWT atau menyengutukan Allah SWT).
6- Membunuh Para Nabi yang diutuskan oleh Allah SWT.
( Mereka yang membunuh Para Nabi hendaklah dihukum bunuh dan terserah kepada Allah SWT untuk mengazab mereka. Rasulullah SAW pernah mengutuskan utusan untuk membuuh mereka yang menghina atau mengejek Allah SWT dan Rasulullah SAW semasa penubuhan Negara Islam Madinah).
Kitab Tanbihul  Ghafilin , Jilid 1 & 2.  M/S : 532.

Apakah Masturbasi Termasuk Dosa Besar? dan Bagaimana Solusinya


Assalamu’alaikum, wr. wb.


Mohon jawaban ustad tentang beberapa pertanyaan saya ini karena saya sangat sulit mencari literatur yang membahas hal ini dari sudut pandang syariat Islam. Jarang sekali kitab fiqih yang membahasnya dan kalopun ada itu sangat singkat sekali dan tidak mendalam
  1. Aapakah onani termasuk dosa besar dan sama dengan zina?
  2. Adakah hukuman had untuk pelakunya?
  3. Apakah seseorang yang mengeluarkan mani karena sesuatu yang bukan sentuhan misalnya melihat film atau sejenisnya secara syar’i dimasukkan kedalam kategori onani?
  4. Adakah solusi secara syar’i untuk menolong orang-orang yang sudah addict akan hal ini?
  5. Bagaimanakah kedudukan dan maksud dari zina tangan, zina mata, bahkan ada seorang ustad yang menghukumi orang yang berfikiran atau membayangkan mesum juga sebagai zina. Samakah kedudukan zina ini dengan zina seperti yang digambarkan rosul dalam hadist?
Terima kasih.
Wa’alaikumussalam Wr Wb
Apakah Onani Sama Dengan Zina
Sayyid Sabiq menyebutkan bahwa telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama dalam permasalahan onani :
1. Para ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan Zaidiyah berpendapat bahwa onani adalah haram. Argumentasi mereka akan pengharaman onani ini adalah bahwa Allah swt telah memerintahkan untuk menjaga kemaluan dalam segala kondisi kecuali terhadap istri dan budak perempuannya. Apabila seseorang tidak melakukannya terhadap kedua orang itu kemudian melakukan onani maka ia termasuk kedalam golongan orang-orang yang melampaui batas-batas dari apa yang telah dihalalkan Allah bagi mereka dan beralih kepada apa-apa yang diharamkan-Nya atas mereka. Firman Allah swt
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ﴿٥﴾
إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ﴿٦﴾
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاء ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ ﴿٧﴾
Artinya : “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al Mukminun : 5 – 7)
2. Para ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa onani hanya diharamkan dalam keadaan-keadaan tertentu dan wajib pada keadaan yang lainnya. Mereka mengatakan bahwa onani menjadi wajib apabila ia takut jatuh kepada perzinahan jika tidak melakukannya. Hal ini juga didasarkan pada kaidah mengambil kemudharatan yang lebih ringan. Namun mereka mengharamkan apabila hanya sebatas untuk bersenang-senang dan membangkitkan syahwatnya. Mereka juga mengatakan bahwa onani tidak masalah jika orang itu sudah dikuasai oleh syahwatnya sementara ia tidak memiliki istri atau budak perempuan demi menenangkan syahwatnya.
3. Para ulama madzhab Hambali berpendapat bahwa onani itu diharamkan kecuali apabila dilakukan karena takut dirinya jatuh kedalam perzinahan atau mengancam kesehatannya sementara ia tidak memiliki istri atau budak serta tidak memiliki kemampuan untuk menikah, jadi onani tidaklah masalah.
4. Ibnu Hazm berpendapat bahwa onani itu makruh dan tidak ada dosa didalamnya karena seseorang yang menyentuh kemaluannya dengan tangan kirinya adalah boleh menurut ijma seluruh ulama… sehingga onani itu bukanlah suatu perbuatan yang diharamkan. Firman Allah swt
وَقَدْ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ
Artinya : “Padahal Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu.” (QS. Al An’am : 119)
Dan onani tidaklah diterangkan kepada kita tentang keharamannya maka ia adalah halal sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS. Al Baqoroh : 29)
5. Diantara ulama yang berpendapat bahwa onani itu makruh adalah Ibnu Umar dan Atho’. Hal itu dikarenakan bahwa onani bukanlah termasuk dari perbuatan yang terpuji dan bukanlah prilaku yang mulia. Ada cerita bahwa manusia pada saat itu pernah berbincang-bincang tentang onani maka ada sebagian mereka yang memakruhkannya dan sebagian lainnya membolehkannya.
6. Diantara yang membolehkannya adalah Ibnu Abbas, al Hasan dan sebagian ulama tabi’in yang masyhur. Al Hasan mengatakan bahwa dahulu mereka melakukannya saat dalam peperangan. Mujahid mengatakan bahwa orang-orang terdahulu memerintahkan para pemudanya untuk melakukan onani untuk menjaga kesuciannya. Begitu pula hukum onani seorang wanita sama dengan hukum onani seorang laki-laki. (Fiqhus Sunnah juz III hal 424 – 426)
Dari pendapat-pendapat para ulama diatas tidak ada dari mereka yang secara tegas menyatakan bahwa onani sama dengan zina yang sesungguhnya. Namun para ulama mengatakan bahwa perbuatan tersebut termasuk kedalam muqoddimah zina (pendahuluan zina), firman Allah swt
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa : 32)
Adapun apakah perbuatan tersebut termasuk kedalam dosa besar ?
Imam Nawawi menyebutkan beberapa pendapat ulama tentang batasan dosa besar jika dibedakan dengan dosa kecil :
Dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa dosa besar adalah segala dosa yang Allah akhiri dengan neraka, kemurkaan, laknat atau adzab, demikian pula pendapat Imam al Hasan Bashri.
Para ulama yang lainnya mengatakan bahwa dosa besar adalah dosa yang diancam Allah swt dengan neraka atau hadd di dunia.
Abu Hamid al Ghozali didalam “al Basiith” mengatakan bahwa batasan menyeluruh dalam hal dosa besar adalah segala kemaksiatan yang dilakukan seseorang tanpa ada perasaan takut dan penyesalan, seperti orang yang menyepelekan suatu dosa sehingga menjadi kebiasaan. Setiap penyepelean dan peremehan suatu dosa maka ia termasuk kedalam dosa besar.
Asy Syeikhul Imam Abu ‘Amr bin Sholah didalam “al Fatawa al Kabiroh” menyebutkan bahwa setiap dosa yang besar atau berat maka bisa dikatakan bahwa itu adalah dosa besar.
Adapun diantara tanda-tanda dosa besar adalah wajib atasnya hadd, diancam dengan siksa neraka dan sejensnya sebagaimana disebutkan didalam Al Qur’an maupun Sunnah. Para pelakunya pun disifatkan dengan fasiq berdasarkan nash, dilaknat sebagaimana Allah swt melaknat orang yang merubah batas-batas tanah. (Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi juz II hal 113)
Dari beberapa definisi dan tanda-tanda dosa besar maka perbuatan onani tidaklah termasuk kedalam dosa besar selama tidak dilakukan secara terus menerus atau menjadi suatu kebiasaan.
Hendaknya seorang muslim tidak berfikir kecilnya dosa suatu kemasiatan yang dilakukannya akan tetapi terhadap siapa dia bermaksiat, tentunya terhadap Allah swt yang Maha Besar lagi Maha Mulia.
Apakah Onani Mesti Dengan Menggunakan Tangan
Pada asalnya istimna’ (masturbasi) adalah mengeluarkan mani bukan melalui persetubuhan, baik dengan telapak tangan atau dengan cara yang lainnya. (Mu’jam Lughotil Fuqoha juz I hal 65)
Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat.
Sedangkan onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku pada perempuan maupun laki-laki. (sumber : situs.kesrepro.info)
Namun didalam buku-buku fiqih kata istimna’ (onani) ini adalah mengeluarkan mani dengan menggunakan tangan baik tangannya, tangan istri atau tangan budak perempuannya.
Adapun mengeluarkan air mani dengan alat (sarana) tertentu selain tangan pada asalnya tidaklah berbeda dengan istmina’ dikarenakan subsatansi perbuatan itu adalah sama, yaitu sama-sama mengeluarkan mani untuk mendapatkan satu kenikmatan apakah dikarenakan kondisi terpaksa atau tidak, sehingga hukumnya bisa disamakan dengan hukum onani yang menggunakan tangan.
Ibnu ‘Abidin menyebutkan bahwa “Perkataan onani itu makruh” adalah secara zhahir ia adalah makruh yang tidak sampai haram. Hal itu dikarenakan bahwa kedudukan onani seperti orang yang mengeluarkan mani baik dengan merapatkan kedua paha atau menekan perutnya. (Roddul Mukhtar juz XV hal 75)
Adapun mengeluarkan mani dengan menonton film-film porno maka ini lebih berat dari sekedar onani dikarenakan ia telah menyaksikan aurat orang lain yang tidak halal baginya. Pada hakekatnya melihat aurat orang lain melalui menonton film porno sama dengan melihat auratnya secara langsung dan ini adalah haram.
Solusi Bagi Orang Yang Sudah Terbiasa Onani
DR. Muhammad Shaleh al Munjid, seorang ulama di Saudi Arabia, menyebutkan beberapa solusi bagi orang-orang yang terbiasa melakukan perbuatan ini, yaitu :
  1. Hendaklah faktor yang mendorongnya untuk melepaskan diri dari kebiasaan onani adalah untuk menjalankan perintah Allah swt dan menghindari murka-Nya.
  2. Mendorong dirinya untuk mengambil solusi mendasar dengan menikah sebagai pelaksanaan dari wasiat Rasulullah saw kepada para pemuda dalam permasalahan ini.
  3. Mengarahkan fikiran, bisikan dan menyibukan dirinya dengan perkara-perkara yang didalamnya terdapat kemaslahatan bagi dunia maupun akheratnya. Karena terus menerus menghayal akan mendorongnya untuk melakukan perbuatan itu dan pada akhirnya menjadikannya kebiasaan sehingga sulit untuk dilepaskan.
  4. Menjaga pandangan dari melihat orang-orang atau foto-foto yang membawa fitnah apakah itu foto dari orang yang hidup atau sekedar gambar dengan matanya secara langsung. Karena hal itu akan mendorongnya kepada perbuatan yang diharamkan, sebagaimana firman Allah swt
    قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
    Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya…” (QS. An Nuur : 30)
    Juga sabda Rasulullah saw,”Janganlah engkau ikuti pandanganmu dengan pandangan yang selanjutnya.” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan didalam shahihul jami’)
    Pandangan pertama adalah pandangan spontanitas yang tidak ada dosa didalamnya sedangkan pandangan kedua adalah haram. Untuk itu sudah seharusnya dia menjauhkan diri dari tempat-tempat yang didalamnya terdapat perkara-perkara yang bisa menggelorakan dan menggerakkan syahwat.
  5. Menyibukkan dirinya dengan berbagai ibadah dan menghindari untuk mengisi waktu-waktu kosongnya dengan maksiat.
  6. Mengambil palajaran dari beberapa penyakit pada tubuh yang disebabkan kebiasaan melakukan onani seperti : melemahkan penglihatan dan syahwat, melemahkan alat reproduksi, sakit punggung dan penyakit-penyakit lainnya yang telah disebutkan oleh para dokter. Demikian pula dengan penyakit kejiwaan seperti : stress, kegalauan hati dan yang lebih besar dari itu semua adalah meremehkan waktu-waktu sholat dikarenakan berulang kalinya mandi… dan juga merusak puasanya (apabila dalam keadaan puasa).
  7. Menghilangkan berbagai cara untuk mencari kepuasan yang salah, dikarenakan sebagian pemuda menganggap bahwa perbuatan ini dibolehkan dengan alasan menjaga diri dari zina atau homoseksual padahal kondisinya tidaklah sama sekali mendekati perbuatan yang keji (zina/homoseksual) tersebut.
  8. Mempersenjatai diri dengan kekuatan kehendak dan tekad serta tidak mudah meyerah terhadap setan. Hindari berada dalam kesendirian seperti bermalam sendirian. Didalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi saw melarang seseorang bermalam sendirian.” (HR. Ahmad didalam shahihul jami’ 6919)
  9. Mengambil cara-cara penyembuhan Nabi saw berupa puasa, karena ia dapat menekan gejolak syahwat dan seksualnya. Dia juga perlu menghindari beberapa solusi yang aneh, seperti bersumpah untuk tidak melakukannya lagi atau bernazar dikarenakan jika ia kembali melakukan hal itu maka ia termasuk kedalam golongan orang-orang yang memutuskan sumpah yang telah dikokohkan. Jangan pula menggunakan obat-obat penekan syahwat karena didalamnya terkandung berbagai bahaya bagi tubuh. Didalam sunnah disebutkan bahwa segala sesuatu yang dipakai untuk menghentikan syahwat secara keseluruhan adalah haram.
  10. Berkomitmen dengan adab-adab syari’ah saat tidur, seperti; berdzikir, tidur diatas sisi kanan tubuhnya, menghindarkan tidur telungkup yang dilarang Nabi saw.
  11. Berhias dengan kesabaran dan iffah. Hal yang demikian dikarenakan diantara kewajiban kita adalah bersabar terhadap hal-hal yang diharamkan walaupun hal itu disukai oleh jiwa. Telah diketahui bahwa sifat iffah dalam diri pada akhirnya akan menghentikannya dari kebiasaan tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang menjaga diri (iffah) maka Allah akan menjaganya, barangsiapa yang meminta pertolongan kepada Allah maka Allah akan menolongnya, barangsiapa yang bersabar maka Allah akan memberikan kesabaran kepadanya dan tidaklah seseorang diberikan suatu pemberian yang lebih baik atau lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhori, didalam Fath no 1469)
  12. Apabila seseorang telah jatuh kedalam perbuatan maksiat ini maka segeralah bertaubat dan beristighfar serta melakukan perbuatan-perbuatan taat dengan tidak berputus asa karena putus asa adalah termasuk kedalam dosa besar.
  13. Akhirnya, diantara kewajiban yang tidak diragukan adalah kembali kepada Allah dan merendahkan dirinya dengan berdoa, meminta pertolongan dari-Nya untuk melepaskan diri dari kebiasaan ini. Ini adalah solusi terbesar karena Allah swt senantiasa mengabulkan doa orang yang berdoa apabila dia berdoa. (sumber: islam-qa.com)
Hukum Zina Tangan atau Mata
Abu Hurairoh berkata dari Nabi saw,”Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi ia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah pandangan, zina lisan adalah perkataan dimana diri ini menginginkan dan menyukai serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (HR. Bukhori)
Imam Bukhori memasukan hadits ini kedalam Bab Zina Anggota Tubuh Selain Kemaluan, artinya bahwa zina tidak hanya terbatas pada apa yang dilakukan oleh kemaluan seseorang saja. Namun zina bisa dilakukan dengan mata melalui pandangan dan penglihatannya kepada sesuatu yang tidak dihalalkan, zina bisa dilakukan dengan lisannya dengan membicarakan hal-hal yang tidak benar dan zina juga bisa dilakukan dengan tangannya berupa menyentuh, memegang sesuatu yang diharamkan.
Ibnu Hajar menyebutkan pendapat Ibnu Bathol yaitu,”Pandangan dan pembicaraan dinamakan dengan zina dikarenakan kedua hal tersebut menuntun seseorang untuk melakukan perzinahan yang sebenarnya. Karena itu kata selanjutnya adalah “serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (Fathul Bari juz XI hal 28)
Meskipun demikian hukum zina tangan, lisan dan mata tidaklah sama dengan zina sebenarnya yang wajib atasnya hadd. Si pelakunya hanya dikenakan ta’zir dan peringatan keras.
DR Wahbah menyebutkan bahwa pelaku onani haruslah diberi ta’zir dan tidak dikenakan atasnya hadd. (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz VII hal 5348)
Begitu pula penjelasan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan bersandar pada pendapat yang paling benar dari Imam Ahmad bahwa pelaku onani haruslah diberikan ta’zir. (Majmu’ al Fatawa juz XXIV hal 145)
Ibnul Qoyyim mengatakan,”Adapun ta’zir adalah pada setiap kemaksiatan yang tidak ada hadd (hukuman) dan juga tidak ada kafaratnya. Sesungguhnya kemaksiatan itu mencakup tiga macam :
  1. Kemaksiatan yang didalamnya ada hadd dan kafarat.
  2. Kemaksiatan yang didalamnya hanya ada kafarat tidak ada hadd.
  3. Kemaksiatan yang didalamnya tidak ada hadd dan tidak ada kafarat.
Adapun contoh dari macam yang pertama adalah mencuri, minum khomr, zina dan menuduh orang berzina.
Adapun contoh dari macam kedua adalah berjima’ pada siang hari di bulan Ramadhan, bersetubuh saat ihram.
Adapun contoh dari macam yang ketiga adalah menyetubuhi seorang budak yang dimiliki bersama antara dia dan orang lain, mencium orang asing dan berdua-duaan dengannya, masuk ke kamar mandi tanpa mengenakan sarung, memakan daging bangkai, darah, babi dan yang sejenisnya. (I’lamul Muwaqqi’in juz II hal 183)
Adapun terkait dengan permasalahan orang-orang yang melampiaskan kepuasannya dengan menghayalkan orang lain maka ini termasuk zina maknawi. Untuk lebih jelasnya anda bisa baca dalam jawaban sebelumnya di rubrik ini tentang “Berfantasi Saat Berhubungan Badan”.
Wallahu A’lam
Ustadz Sigit Pranowo
Bila ingin memiliki  karya beliau dari  kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :

Amalkan 40 Perkara Dalam Islam Untuk Mencari Keredhaan Allah

Sahabat yang dirahmati Allah,
Terdapat satu hadis yang  ringkas tetapi merangkumi perkara-perkara penting dalam ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi s.a.w dalam satu majlis. Alangkah baiknya jika hadis ini dapat kita hafal, fahami dan amalkan dalam kehidupan kita sebagai seorang Muslim Mukmin kerana ia mengandungi banyak manfaatnya dalam rangka kita mencari keredhaan Allah s.w.t.

Dari Salman r.a. berkata, "Saya telah bertanya kepada Nabi s.a.w. tentang 40 hadis yang baginda sendiri telah bersabda bahawa sesiapa di kalangan umat baginda s.a.w. yang menghafal hadis itu akan masuk Syurga. "

Nabi s.a.w bersabda maksudnya :

"1. Kamu beriman kepada Allah s.w.t.

2. Hari akhirat.

3. Para malaikat.

4. Kitab-kitab Allah.

5. Para Nabi.

6. Kebangkita selepas mati.

7. Takdir baik dan buruk adalah daripada Allah s.w.t.

8. Bersaksi bahawa tiada tuhan selain daripada Allah s.w.t dan sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w. adalah Rasul-Nya.

9. Mendirikan solah (fardu) pada waktunya dengan wudhu' yang sempurna.

10. Menunaikan zakat.

11. Berpuasa pada bulan Ramadhan.

12. Mengerjakan haji jika kamu mempunyai harta.

13. Hendaklah bersolah (sunat) sebanyak 12 rekaat dalam sehari semalam. (maksudnya solat sunat mengiringi solat fardu ; dua rekaat sebelum  subuh, empat rekaat sebelum  zuhur. dua rekaat selepas zuhur, dua rekaat selepas magrib dan dua rekaat selepas isyak)

14. Jangan kamu meninggalkan solat witir pada setiap malam.

15. Jangan kamu menyengutukan Allah s.w.t dengan sesuatu pun.

16. Jangan kamu menderhakai kedua ibu bapamu.

17. Jangan kamu makan harta anak yatim secara zalim.

18. Jangan kamu meminum arak.

19. Jangan kamu berzina.

20. Jangan kamu bersumpah dusta dengan nama Allah s.w.t.

21. Jangan kamu memberi persaksian palsu.

22. Jangan kamu mengikut hawa nafsu.

23. Jangan kamu mengumpat saudaramu yang Islam.

24. Jangan kamu menuduh wanita yang suci dengan zina (demikian juga lelaki yang suci).

25. Jangan kamu berdengki terhadap saudara Islammu.

26. Jangan kamu bermain (dengan permainan yang sia-sia).

27. Jangan kamu leka bersama orang yang lalai.

28. Jangan kamu mengatakan kepada orang yang pendek :"Wahai sipendek" dengan niat yang mengaibkannya.

29. Jangan kamu mempersenda-sendakan seseorang pun dikalangan manusia.

30. Jangan kamu membawa mulut (mengadu domba) antara dua orang yang bersaudara.

31. Bersyukurlah kepada Allah s.w.t. di atas nikmat-Nya.

32. Bersabarlah di atas bala dan musibah.

33. Jangan kamu berasa terselamat daripada azab Allah s.w.t.

34. Jangan kamu memutuskan tali persaudaraan.

35. Eratkan tali persaudaraan dengan ahli keluargamu.

36. Jangan kamu melaknat sesuatu pun daripada makhluk ciptaan Allah s.w.t.

37. Perbanyakkan sebutan Subhanallah, Alhamdulillah  dan Lailahaillallah.

38. Jangan kamu meninggalkan solah Jumaat dan solah dua hari raya.

39. Ketahuilah bahawa apa-apa (susah atau senang) yang telah ditakdirkan untuk kamu pasti tidak akan terlepas daripada kamu dan apa-apa sahaja yang tidak ditakdirkan untuk kamu, pasti tidak akan datang kepada kamu.

40. Jangan meninggalkan membaca al-Qur'an walau dalam apa-apa keadaan sekalipun."

Salman r.a berkata bahawa beliau telah bertanya Nabi s.a.w. tentang ganjaran yang akan diberi untuk sesiapa yang menghafal hadis tersebut. Baginda menjawab : "Allah s.w.t akan membangkitkan mereka bersama dengan para Nabi dan ulama'. "

Sahabat yang dimuliakan,
Marilah sama-sama kita hafal. fahami dan laksanakan 40 perkara yang dinyatakan di dalam hadis di atas. Semoga Allah s.w.t mengampuni kesalahan-kesalahan kita  dan dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya. Dia akan masukkan kita ke dalam golongan hamba-Nya yang soleh. Kurniaan ini adalah tidak mustahil memandangkan kedudukan Allah s.w.t. Yang Maha Pemurah.

Firman Allah s.w.t maksudnya : "Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku kembali."
(Surah Hud ayat 88).


by:Abu Basyer...

Yakinlah, Rahmat Allah S.W.T. Itu sangat Luas

Selasa, 25 Disember 2012
Rahmat Allah s.w.t. kepada hamba-Nya sangatlah luas. Tiada had. Tidak terbatas. Rahmat-Nya mengatasi kemurkaan-Nya. Inilah kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya. Firman Allah s.w.t.:
قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ (١٢)
Maksudnya: Katakanlah: Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi. Katakanlah: Kepunyaan Allah. Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang. (Al-An’aam: 12)
Oleh hal yang demikian, tidak perlulah kita berasa hendak berputus asa, tidak yakin, lemah semangat, bersedih dan sebagainya. Kadang-kadang kita memang akan mengalami hal seperti yang demikian. Namum begitu, orang yang beriman itu mesti menerima segala yang berlaku. Mesti ada sifat redha, sabar, tabah, tawakkal dan ikhlas kepada Allah s.w.t..
Sekiranya ditimpa musibah seperti kemalangan, kebakaran, kecurian, kematian, hilang barang, banjir, gempa bumi, sakit dan sebagainya maka beginilah keadaan orang mukmin menerimanya seperti dalam firman Allah s.w.t.:
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوۤاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦) أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
Maksudnya: 156. (iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). 157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah: 156-157)
Inilah sikap orang beriman. Bersabar dan mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi raahi’uun. Begitu juga seperti yang terdapat dalam Hadis Rasulullah s.a.w. ini:
عن أبي يحيى صهيبِ بنِ سنانٍ رضِي الله عنه قال: قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمنِ إِنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذلكَ لأَحَدٍ إلاَّ للْمُؤْمِن، إنْ أصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإنْ أصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)
Maksudnya: Dari Abu Yahya, iaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: Amat menghairankan sekali keadaan orang mukmin itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorang pun melainkan hanya untuk orang mukmin itu belaka, iaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukurlah, maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran, yakni yang merupakan bencana iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya. (Riwayat Muslim)

Sesungguhnya setiap yang berlaku itu ada hikmahnya yang Allah s.w.t. sahaja Yang Maha Mengetahui. Mungkin dia akan memproleh kebaikan daripada Allah s.w.t. yang ia sendiri tidak sangkakan sebagaimana yang terdapat dalam Hadis Rasulullah s.a.w. ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ يُرِدِ اللهُ بِه خَيْراً يُصِبْ مِنْهُ. (رواه البخاري)
Maksudnya: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk memperoleh kebaikan, maka Allah akan memberikan mushibah padanya (baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa yang menjadi kekasihnya). (Riwayat Bukhari)
Dalam al-Quran dan hadis banyak menyebut tentang rahmat Allah. Oleh itu, marilah kita menghayati, menjiwai dan mengambil iktibar dan pengajaran daripada ayat-ayat al-Quranul Karim dan Hadis Rasulullah s.a.w. Mudah-mudahan kita mempunyai jiwa yang kental dan tabah.
Disebut rahmat Allah s.w.t. itu sangat luas dan mendahului kemurkaan-Nya adalah benar dan tidak boleh didustakan sebagaimana yang dinyatakan al-Quran dan Hadis:
فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ رَبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلاَ يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنْ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ (١٤٧)
Maksudnya: Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah: Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas; dan seksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa. (Al-An’aam: 147)
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لَمَّا خَلَقَ الله الْخَلْقَ كَتَبَ في كِتَابٍ، فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي. وفي رواية: غَلَبَتْ غَضَبِي. وفي رواية: سَبَقَتْ غَضَبِي. (متفق عليه)
Maksudnya: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: Ketika Allah menciptakan semua makhluk, maka ditulislah oleh-Nya dalam suatu kitab, maka kitab itu ada di sisi-Nya di atas 'arasy, yang isinya: Bahawasanya kerahmatan-Ku itu dapat mengalahkan kemurkaan-Ku. Dalam riwayat lain disebutkan: Telah mengalahkan kemurkaanKu. Dan dalam riwayat lainnya lagi disebutkan: Telah mendahului kemurkaan-Ku (maksudnya bahawa kerahmatan itu jauh lebih besar daripada kemurkaan-Nya). (Muttafaq 'alaih)
Rahmat Allah s.w.t. juga meliputi segala sesuatu. Firman Allah s.w.t.:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ (١٥٦)
Maksudnya: Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (Al-A’raaf: 156)
Oleh hal yang demikian, buanglah jauh-jauh perasaan sedih, kecewa dan berputus asa. Orang yang yakin dengan rahmat Allah s.w.t. dan tidak berputus asa dengan rahmat-Nya adalah orang yang kuat, sabar, tabah, cekal dan tidak melakukan sesuatu yang boleh memudharat dan membinasakan dirinya. Firman Allah Ta’ala:
قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُواْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُواْ مِنْ رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (٥٣)
Maksudnya: Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53)
وَلاَ تَايْئَسُواْ مِنْ رَّوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لاَ يَايْئَسُ مِنْ رَّوْحِ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الكَافِرُونَ (٨٧)
Maksudnya: Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf: 87)
Demikianlah sifat orang beriman yang percaya dan yakin dengan rahmat Allah serta mereka sentiasa bersangka baik kepada-Nya. Oleh itu, bersangka baiklah kepada Allah s.w.t. kerana Dia menurut sangkaan hamba-Nya sebagaimana yang terdapat dalam Hadis Qudsi ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، أنَّهُ قال: قال الله عَزَّ وَجَلَّ: أنَا عِنْدَ ظَّنِّ عَبْدِي بِي وَأنا معه حَيْثُ يَذْكُرُنِي. وَاللهِ للهُ أفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بالفَلاَةِ. وَمَنْ تَقَرَّبَ إلَيَّ شِبْراً، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعاً، وَمَنْ تَقَرَّبَ إلَيَّ ذِرَاعاً، تَقَرَّبْتُ إلَيْهِ بَاعاً، وَإذَا أقْبَلَ إلَيَّ يَمْشِي أقْبَلْتُ إلَيْهِ أُهَرْوِلُ. (متفق عليه).
Maksudnya: Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: Allah Azzawajalla berfirman dalam Hadis Qudsi: Aku adalah menurut sangkaan hamba-Ku dan Aku akan selalu besertanya selama ia mengingat pada-Ku. Demi Allah, nescayalah Allah itu lebih gembira kepada taubatnya seseorang hamba-Nya daripada seseorang di antara engkau semua yang menemukan sesuatu bendanya yang telah hilang di padang yang luas. Barangsiapa yang mendekat pada-Ku dalam jarak sejengkal, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sehasta dan barangsiapa yang mendekat pada-Ku dalam jarak sehasta, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sedepa. Jikalau hamba-Ku itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas. (Muttafaq 'alaih)
Sehubungan dengan itu, janganlah kita menjadi orang yang berputus asa dengan rahmat Allah s.w.t.. dan janganlah juga berputus asa kerana dicabut rahmat dan ditimpa musibah seperti dalam firman Allah Ta’ala:
وَإِذَاۤ أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُواْ بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ (٣٦)
Maksudnya: Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, nescaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. (Ar-Ruum: 36)
وَلَئِنْ أَذَقْنَا الإِنسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ (٩)
Maksudnya: Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. (Huud: 9)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَاۤئِهِ أُوْلَئِكَ يَئِسُواْ مِنْ رَّحْمَتِي وَأُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢٣)
Maksudnya: Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih. (Al-Ankabut: 23)
إِنَّهُ لاَ يَايْئَسُ مِنْ رَّوْحِ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الكَافِرُونَ (٨٧)
Maksudnya: Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf: 87)
قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلاَّ الضَّاۤلُّونَ (٥٦)
Maksudnya: Ibrahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat. (Al-Hijr: 56)
Seterusnya marilah kita merenung dan memerhatikan ayat-ayat al-Quran berikut tentang golongan orang-orang yang mendapat rahmat Allah s.w.t.. Firman Allah Ta’ala:
فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُواْ بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (١٧٥)
Maksudnya: Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya nescaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (syurga) dan limpahan kurnia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (An-Nisa’: 175)
فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (٣٠)
Maksudnya: Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (syurga). Itulah keberuntungan yang nyata. (Al-Jaatsiyah: 30)
وَنُنَزِّلُ مِنْ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلاَّ خَسَارًا (٨٢)
Maksudnya: Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra’: 82)
وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (٧٧)
Maksudnya: Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (An-Naml: 77)
وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (٥٦)
Maksudnya: Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. (An-Nur: 56)
فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ (١٥٦)
Maksudnya: Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Al-A’raaf: 156)
وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَاۤ إِنَّهُمْ مِّنْ الصَّالِحِينَ (٨٦)
Maksudnya: Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang soleh. (Al-Anbiyaa’:86)
وَلاَ تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْمُحْسِنِينَ (٥٦)
Maksudnya: Dan janganlah kamu membuat kerosakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-A’raaf: 56)
Sehubungan dengan itu, orang yang berpegang teguh dengan agama Allah, taat kepada-Nya, taat kepada rasul-Nya, melakukan segala suruhan-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, mendirikan solat, mengeluarkan zakat, beriman dan beramal soleh, beriman kepada kitab, bertaqwa, menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk hidup, mengamalkan isi kandungan al-Quran, tidak melakukan kerosakan di muka bumi, berdoa kepada-Nya, melakukan kebaikan, menyeru kepada kebaikan dan mencegah daripada kemungkaran, dan seumpamanya akan mendapat rahmat Allah s.w.t..
Jadi, yakinlah dengan rahmat Allah s.w.t. kerana Dia berfirman bahawa:
مَا يَفْتَحْ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَّحْمَةٍ فَلاَ مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلاَ مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٢)
Maksudnya: Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Faathir: 2)
Semoga ayat-ayat al-Quran dan Hadis Rasulullas s.a.w. mengenai rahmat Allah s.w.t. yang kita baca ini dapat memotivasikan kita supaya sentiasa mempunyai semangat yang kuat, berkeyakinan tinggi, berfikiran optimis, bersabar, tabah, cekal dan terus mara kehadapan sehingga berjaya di dunia dan di akhirat. Walaupun berasa menderita hidup di dunia tetapi itu adalah sementara. Jadi, ingatlah bahawa syurga adalah tempat kesenangan dan kebahagiaan yang abadi dan berharaplah agar dapat masuk ke syurga dengan rahmat Allah s.w.t..
Dalam kesempatan ini marilah kita berdoa seperti doa yang tercatat dalam al-Quran. Mudah-mudahan dengan doa tersebut kita mendapat petunjuk Allah s.w.t. dan rahmat-Nya.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَاۤ إِنْ نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَاۤ أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (٢٨٦)
Maksudnya: Ya Tuhan, janganlah Engka siksa kami karena lupa atau bersalah. Ya Tuhan, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana telah Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kamj, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami dalam mengalahkan orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 286).
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (٨)
Maksdunya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (kurnia). (Ali-Imran: 8)
رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ أَنفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ (٢٣)
Maksudnya: Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Al-A’raaf: 23)
رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (١٠)
Maksudnya: Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini. (Al-Kahfi: 10).
رَبَّنَاۤ ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ (١٠٩)
Maksudnya: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. (Al-Mukminun: 109)
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ (١١٨)
Maksudnya: Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik. (Al-Mukminun: 118)
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُواْ وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ (٧) رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَّهُم وَمَنْ صَلَحَ مِنْ ءَابَاۤئِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٨) وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (٩)
Maksudnya: 7. Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari seksaan neraka yang menyala-nyala. 8. Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam syurga yang telah Engkau janjikan kepada mereka dari orang-orang shalih di antara bapa-bapa mereka, isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sungguh Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 9. Dan peliharalah mereka dari balasan kejahatan. Sebab orang-orang yang Engkau pelihara dari pembalasan kejahatan pada hari itu, sungguh telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya, dan itulah kemenangan yang besar. (Al-Mukmin: 7-9)
Dan boleh juga kita berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Rasululllah sa.w. seperti berikut:
عن أبي أمامةَ رضي الله عنه قال: دعا رسُولُ الله صلى الله عليه وسلم، بدُعاءٍ كَثيرٍ، لَمْ نَحْفَظْ مِنْهُ شَيْئاً، قُلْنَا يا رَسولَ الله دَعَوْتَ بِدُعاءٍ كَثِيرٍ لَمْ نَحْفَظْ مِنْهُ شَيْئاً، فقال: ألا أدُلُّكُم عَلَى ما يَجْمَعُ ذَلِكَ كُلَّهُ؟ تقول: "اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ مِنْ خَيْر ما سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ محمَّدٌ صلى الله عليه وسلم، وَأَعوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم، وأنْتَ الْمُسْتَعانُ، وَعَلَيْكَ البَلاَغُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ بِاللهِ." (رواه الترمذي وقال: حديث حسن)
Maksudnya: Dari Abu Umamah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. berdoa dengan doa yang banyak sekali, kita tidak dapat hafal sedikitpun dari doanya itu. Kita lalu berkata: Ya Rasulullah, Tuan telah berdoa dengan sesuatu doa yang banyak sekali, sehingga kita tidak dapat hafal sedikitpun daripadanya. Beliau s.a.w. lalu bersabda: Tidakkah engkau semua suka kalau saya tunjukkan kepadamu semua sesuatu doa yang menghimpun keseluruhannya itu? iaitu supaya engkau mengucapkan yang maksudnya:
“Ya Allah, sesungguhnya saya mohon kepada-Mu dari kebaikan sesuatu yang dimohonkan oleh Nabi-Mu iaitu Muhammad s.a.w. Saya juga mohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatannya sesuatu yang dimohoni perlindungannya oleh Nabi-Mu iaitu Muhammad s.a.w. Engkau adalah yang dimohoni pertolongan dan atas pertolongan-Mulah adanya kecukupan, sampai memperoleh apa yang diinginkan dari kebaikan dunia dan akhirat”. Dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.”
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.)
عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: كان من دعاءِ رسُولِ الله صلى الله عليه وسلم: "اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، والسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، والغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، والفَوْزَ بالْجَنَّةِ، والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ." (رواه الحاكم أبو عبد الله وقال: حديث صحيح على شرط مسلمٍ)  
Maksudnya: Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: Setengah dari doa Rasulullah s.a.w. ialah yang maksudnya:
“Ya Allah, sesungguhnya kita mohon kepad-aMu apa-apa yang menyebabkan datangnya kerahmatan-Mu dan apa-apa yang menyebabkan pengampunan-Mu, juga selamat dari dosa dan memperoleh dari semua kebaikan, demikian pula berbahagia dengan syurga dan selamat dari siksa api neraka.”
(Diriwayatkan oleh Imam Hakim yaitu Abu Abdillah dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih menurut syarat Imam Muslim.)
Amin.
Akhir kata, semoga doa tadi diamalkan. Yakinlah, rahmat Allah s.w.t. itu sangat luas. Wallahu’alam.
Sunday, 4 November 2012 IMAM MAHDI AL-MUNTAZAR (7) Mencari Keredhaan Allah, Bukan Keredhaan Manusia Imam Ahmad, Tirmizi dan Nu’aim bin Hammad menukilkan dari Abu Hurairah, katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Akan keluar daripada Khurasan panji-panji hitam. Tidak ada satu apa pun akan dapat menahannya sampailah panji-panji itu dipacak diatas Ilya’.” (Al Hawi Li Al Fatawi j.2 ms.60) Saya akan cuba mengelak sebarang perbahasan mengenai Khurasan. Terpulanglah kepada takrifan anda mengenai Khurasan. Kalau anda kata, ia Afghanistan atau Pakistan atau Malaysia atau Indonesia, terpulanglah. Saya lebih cenderung mengatakan ia adalah Harrah di kawasan bergunung-ganang di Utara atau Barat-Daya Arab Saudi. Sila rujuk IMAM MAHDI AL-MUNTAZAR (6) untuk mendapat kefahaman lebih jelas. Imam Mahdi Al-Muntazar adalah hamba Allah yang ikhlas. Hidupnya mencari keredhaan Allah dan sama-sekali tidak mempedulikan keredhaan manusia terhadapnya. Dia hanya memburu kasih sayang Allah dan tidak peduli samada manusia benci atau tidak kepadanya. Dalam hadis di atas, terdapat ungkapan “ TIDAK ADA SATU APA PUN AKAN DAPAT MENAHANNYA”. Maksudnya jelas. Dia akan terus berjuang, berjuang & berjuang sehingga mencapai kemenangan. Dia hanya mencari keredhaan Allah, tak kira samada dia hidup atau mati, menang atau kalah. Dalam hidup yang penuh pancaroba ini, pelbagai kekangan membelit kehidupan setiap individu. Ada belitan politik, ekonomi, ketenteraan, budaya, social, jawatan, gelaran, pangkat dan sebagainya. Imam Mahdi tidak peduli semua belitan itu. Dia hanya mengharap keredhaan Allah S.W.T semata-mata. ILYA merupakan sebuah bukit dekat Baitul Maqdis. Sasaran Imam Mahdi ialah memacakkan bendera Islam berwarna hitam di atas puncaknya dan membebaskan Kota Baitul Maqdis daripada Yahudi. Banyak halangannya untuk mendapatkan kemenangan, tetapi Imam Mahdi tetap yakin kepada kemenangannya. Dia yakin Allah akan membantunya. Kini, orang-orang Israel berbicara tentang perang yang tidak mustahil akan berlaku. Mereka sedang membuat perancangan masa terjadinya & cara-cara kerja yang patut dilakukan. Salah seorang panglima mereka, Abraham Rawtun mengakui, peperangan di masa Al-Mahdi akan melibatkan banyak front & melawan banyak tentera. Imam Al-Qayyim mengutip nas Taurat dalam bahagian pertama dari Kitab Taurat yang tersebar luas di zamannya yang berbunyi (l.k) seperti berikut….”Nabi Muhamad S.A.W, kemudian Al-Mahdi dan keturunannya, kerana Al-Mahdi itu adalah seorang yang liar (?), yang akan mengertak setiap musuh Allah di akhir zaman” Berlepas diri dari maksud liar yang buruk & tidak tepat, tentu maksud liar itu adalah sesuatu yang positif menurut pandangan Islam. Adalah janggal menyamakan Imam Mahdi Al-Muntazar Akhir Zaman sebagai King Of The Monggols (seperti menurut Ramalan Nostradamus). Mereka berbeza dari segi keimaman kepada Tuhan & kesolehan dalam beribadat. Akan tetapi mereka mungkin sama dalam hal berikut. TIDAK TAKUT KEPADA MUSUH MEREKA. Barangkali itulah maksud “liar” sebagaimana yang tercatat dalam nas Taurat yang dibicarakan. Imam Mahdi cuma takut kepada Allah S.W.T semata-mata & tidak takut sama sekali kepada musuh-musuhnya. Dia cuma mencari redha Allah & tidak peduli kepada redha manusia terhadapnya. Seharusnya kita semua bersikap sepertinya. Saya, anda atau sesiapa sahaja akan terperangkap dalam lubang bahaya ini jika tidak berhati-hati. Maksud berhati-hati itu ialah membetulkan niat dalam melakukan sesuatu. Maksud lebih jelas ialah jangan memperdulikan keredhaan manusia jika di sebalik itu ada kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla. Noktah. Jangan pedulikan keredhaan manusia, kerana setiap orang saling berbeza dalam sikap, rasa, pemikiran, kecenderungan, tujuan dan jalan yang ditempuh. Berusaha membuat mereka redha adalah suatu yang tidak bertepi, tujuan yang sulit diketahui dan tuntutan yang tidak terkabul. Orang yang mukhlis tidak peduli dengan keredhaan manusia kerana solat dan ibadatnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah. Mereka hanya mengharapkan Allah sahaja dalam hidup mereka. Dan Imam Mahdi Al-Muntazar itu adalah seorang yang selalu berkeadaan begitu dalam hidupnya. Jika anda pernah menonton episod terakhir siri X-Files, anda akan mendapati Agen Mulder telah mengetahui bahawa pada tahun 2014, ‘alien’ akan menyerang dunia. Walau pun ia hanya sebuah filem, tetapi plot-plot penting pada tarikh & tempat adalah buah catur dari kedengkian Yahudi. Jika ini benar, maka pelaksana kepada semua kedengkian ini adalah agen-agen Dajjal di sekeliling kita. Ia barangkali selari dengan desas-desus yang terdengar, kononnya Mekah akan diserang pada tahun 2014. Saya terkejut & tergaman. Kalau benar berita itu, nyata Yahudi sudah sangat yakin bahawa kita (umat Islam) sudah sangat lemah & tak dapat berbuat apa-apa lagi. Saddam Hussein &, Muammar Ghadafi sudah ranap. Siapakah lagi yang berani mengangkat kepala kepada musuh-musuh Islam? At Tabrani menukilkan di dalam Mu’jam Al Ausath daripada Ibnu Umar bahawa Nabi s.a.w. pernah memegang tangan Ali r.a. seraya berkata, “Akan keluar dari sulbi dia ini (dari keturunannya) seorang pemuda yang memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kesaksamaan. Bila kamu lihat keadaan itu hendaklah kamu ikuti pemuda At Tamimi. Dia akan datang dari Timur dan dialah yang memegang bendera Al Mahdi.” (Ibid j.2 ms.62) Menurut statistik yang ada sekarang, kekuatan Israel terhadap Arab (sekiranya mereka semua bersatu) ialah kereta kebal (1 : 4), bilangan pasukan (1 : 3) dan pesawat pejuang (1 : 3) juga. Oleh kerana pemimpin-pemimpin Arab tidak bersatu, maka Israel dengan mudah sahaja dapat menganyang mereka. Bila Pemuda Bani Tamin muncul diikuti Imam Mahdi Al-Muntazar, pejuang-pejuang Islam di seluruh dunia akan berada di sisinya. Mereka pun akan mula berkerja, iaitu menakluk benteng atau tembok-tembok milik Yahudi di hadapan mata mereka. Tanpa ada pilihan, Yahudi terpaksa bersembunyi di bawah tekanan ketakutan & kegentaran yang tidak pernah berlaku sebelum ini. Israel dan Yahudi sedang menempah maut di atas kebodohan dan kejahatannya sendiri. Gambaran “alien” itu adalah sebuah kepalsuan. Yahudi cuba menjadi hero dengan membantas kepala “alien” (maksud mereka, Imam Mahdi) yang akan muncul. Pada mereka, Imam Mahdi Al-Muntazar akan menjadi mayat pada saat penyerangan itu. Yahudi akan menjadi hero menyelamatkan dunia.. Satu lagi, jika anda pernah bermain permainan komputer ‘Ghost Recon’, 'Ghost Recon: (Desert Siege)' dan 'Ghost Recon: (Island Thunder)', anda tentu akan dapat membaca secara langsung niat jahat Amerika untuk menakluk seluruh dunia, siap dengan tarikh-tarikh perancangannya sekali (dari tahun 2006 hingga tahun 2013) dan juga semua lokasi simulasi peperangan bermula dari Tbilisi di Georgia, Red Square (Moscow), Ethiopia hinggalah ke Cuba di mana Fidel Castro mati pada tahun 2009 sewaktu anda memegang watak sebagai askar Amerika dalam permainan itu. Ada satu lagi game komputer iaitu America's Army (Operation Recon). Kesemuanya mempunyai pertalian langsung antara mereka. Sayangnya, cuma umat Islam tidak sedar tentang pertalian tersebut. Atau memang mereka cuai untuk mengambil perhatian berat terhadap masalah ini. Terdapat sebuah manuskrip usang di perpustakaan Pope di Vatikan City, bernombor 96 Turath Islami. Mujahid menceritakan daripada Janadah bin Umayyah dari Ali r.a berkata : “ Pada hari kemunculan Al-Mahdi, api dan pembenaman bum (1)i. Api tersebut adalah perang Tuhan Baitullah. Kejahatan (2) mereka membuat tipu helah, lebih makar (daripada) orang yang mereka hukum (3). Dan burung melaknat orang yang berbuat zalim. Maka mereka dibakar dan ditelan bumi (4) oleh Tuhan pasukan tentera Baida” Penuilis sebenar manuskrip itu ialah Al-Karassyi bin Abdur Rahman, seorang ulamak di Madinatul Muanawarah pada kurun ketujuh hijrah. Mari kita cuba fahami maksud perkataan bernombor 1, 2, 3 dan 4 di atas. [1] Api mungkin bermaksud api pembenrontakan rakyat. Wallahu ahlam. Kalau ini benar, maka kita dapat melihat bahawa rakyat tak berhenti-henti memprotes & menolak kejahatan Sufyani yang rakus dan kejam. Pembenaman bumi (bermaksud tengelamnya sepasukan tentera di padang pasir). Kedua-duanya tanda kemunculan Imam Mahdi Al-Muntazar. [2] Kejahatan mereka ialah membuat pelbagai janji palsu, tipu daya, program-prgram tak berfaedah & segala yang merugikan rakyat. Bahkan mereka menekan rakyat dengan peraturan-peraturan yang ketat & mnyeksakan. [3] Bila rakyat bangun memberontak & menyalakan api pemberontakan secara meluas, maka mereka segera menghukum rakyat. Yang lelaki dibunuh, perempuan pula dibelah perutnya manakala kanak-kanak pula ditembak. Mereka kejam & sadis. [4] Berlaku kisah mengejutkan. Satu pasukan tentera tebenam di padang pasir kerana mengejar Imam Mahdi. Semuanya mati kecuali seorang sahaja yang selamat. Dialah yang akan menjadi pembawa khabar kepada peristiwa mengejutkan itu. Mari kita ikuti bagaimana ia akan berlaku. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah yang dimarfukan kepada Ali menyebutkan : “ Sesungguhnya Al-Mahdi ialah dari keturunan kami Ahlul Bait. Allah bukakan baginya Mesir dengan seluruhnya dan Dia bukakan untuknya Syam dengan peperangan yang tidak ada cercaan” Maka itu menunjukkan bahawa tentera Mesir akan melipatgandakan kekuatan tentera Mahdi sehingga menjadi ketumbukan tentera yang besar. Tidak ada satu pun negara yang mampu menandinginya. Kemudian Imam Mahdi akan menakluki Syam secara berperingkat, wilayah demi wilayah. Akan tetapi Sufyani cuba melakukan perlawanan. Di sinilah dia cuba menghimpun bala tenteranya & berhasrat meranapkan Imam Mahdi Al-Muntazar di hadapannya. Kemudian berlakulah apa yang berlaku. PEMBENAMAN AL-BAIDA. Bilakah semua ini akan berlaku? Percayalah, tidak berapa lama lagi. Bila? Sangat dekat, dekat & dekat. Buktinya? Anda akan melihat semuanya sebelum……INSYAALLAH. SELAMAT DATANG WAHAI MAHDI AL-MUNTAZAR Disiapkan 4.11.2012 8.22 pm

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Sunday, 4 November 2012 IMAM MAHDI AL-MUNTAZAR (7) Mencari Keredhaan Allah, Bukan Keredhaan Manusia Imam Ahmad, Tirmizi dan Nu’aim bin Hammad menukilkan dari Abu Hurairah, katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Akan keluar daripada Khurasan panji-panji hitam. Tidak ada satu apa pun akan dapat menahannya sampailah panji-panji itu dipacak diatas Ilya’.” (Al Hawi Li Al Fatawi j.2 ms.60) Saya akan cuba mengelak sebarang perbahasan mengenai Khurasan. Terpulanglah kepada takrifan anda mengenai Khurasan. Kalau anda kata, ia Afghanistan atau Pakistan atau Malaysia atau Indonesia, terpulanglah. Saya lebih cenderung mengatakan ia adalah Harrah di kawasan bergunung-ganang di Utara atau Barat-Daya Arab Saudi. Sila rujuk IMAM MAHDI AL-MUNTAZAR (6) untuk mendapat kefahaman lebih jelas. Imam Mahdi Al-Muntazar adalah hamba Allah yang ikhlas. Hidupnya mencari keredhaan Allah dan sama-sekali tidak mempedulikan keredhaan manusia terhadapnya. Dia hanya memburu kasih sayang Allah dan tidak peduli samada manusia benci atau tidak kepadanya. Dalam hadis di atas, terdapat ungkapan “ TIDAK ADA SATU APA PUN AKAN DAPAT MENAHANNYA”. Maksudnya jelas. Dia akan terus berjuang, berjuang & berjuang sehingga mencapai kemenangan. Dia hanya mencari keredhaan Allah, tak kira samada dia hidup atau mati, menang atau kalah. Dalam hidup yang penuh pancaroba ini, pelbagai kekangan membelit kehidupan setiap individu. Ada belitan politik, ekonomi, ketenteraan, budaya, social, jawatan, gelaran, pangkat dan sebagainya. Imam Mahdi tidak peduli semua belitan itu. Dia hanya mengharap keredhaan Allah S.W.T semata-mata. ILYA merupakan sebuah bukit dekat Baitul Maqdis. Sasaran Imam Mahdi ialah memacakkan bendera Islam berwarna hitam di atas puncaknya dan membebaskan Kota Baitul Maqdis daripada Yahudi. Banyak halangannya untuk mendapatkan kemenangan, tetapi Imam Mahdi tetap yakin kepada kemenangannya. Dia yakin Allah akan membantunya. Kini, orang-orang Israel berbicara tentang perang yang tidak mustahil akan berlaku. Mereka sedang membuat perancangan masa terjadinya & cara-cara kerja yang patut dilakukan. Salah seorang panglima mereka, Abraham Rawtun mengakui, peperangan di masa Al-Mahdi akan melibatkan banyak front & melawan banyak tentera. Imam Al-Qayyim mengutip nas Taurat dalam bahagian pertama dari Kitab Taurat yang tersebar luas di zamannya yang berbunyi (l.k) seperti berikut….”Nabi Muhamad S.A.W, kemudian Al-Mahdi dan keturunannya, kerana Al-Mahdi itu adalah seorang yang liar (?), yang akan mengertak setiap musuh Allah di akhir zaman” Berlepas diri dari maksud liar yang buruk & tidak tepat, tentu maksud liar itu adalah sesuatu yang positif menurut pandangan Islam. Adalah janggal menyamakan Imam Mahdi Al-Muntazar Akhir Zaman sebagai King Of The Monggols (seperti menurut Ramalan Nostradamus). Mereka berbeza dari segi keimaman kepada Tuhan & kesolehan dalam beribadat. Akan tetapi mereka mungkin sama dalam hal berikut. TIDAK TAKUT KEPADA MUSUH MEREKA. Barangkali itulah maksud “liar” sebagaimana yang tercatat dalam nas Taurat yang dibicarakan. Imam Mahdi cuma takut kepada Allah S.W.T semata-mata & tidak takut sama sekali kepada musuh-musuhnya. Dia cuma mencari redha Allah & tidak peduli kepada redha manusia terhadapnya. Seharusnya kita semua bersikap sepertinya. Saya, anda atau sesiapa sahaja akan terperangkap dalam lubang bahaya ini jika tidak berhati-hati. Maksud berhati-hati itu ialah membetulkan niat dalam melakukan sesuatu. Maksud lebih jelas ialah jangan memperdulikan keredhaan manusia jika di sebalik itu ada kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla. Noktah. Jangan pedulikan keredhaan manusia, kerana setiap orang saling berbeza dalam sikap, rasa, pemikiran, kecenderungan, tujuan dan jalan yang ditempuh. Berusaha membuat mereka redha adalah suatu yang tidak bertepi, tujuan yang sulit diketahui dan tuntutan yang tidak terkabul. Orang yang mukhlis tidak peduli dengan keredhaan manusia kerana solat dan ibadatnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah. Mereka hanya mengharapkan Allah sahaja dalam hidup mereka. Dan Imam Mahdi Al-Muntazar itu adalah seorang yang selalu berkeadaan begitu dalam hidupnya. Jika anda pernah menonton episod terakhir siri X-Files, anda akan mendapati Agen Mulder telah mengetahui bahawa pada tahun 2014, ‘alien’ akan menyerang dunia. Walau pun ia hanya sebuah filem, tetapi plot-plot penting pada tarikh & tempat adalah buah catur dari kedengkian Yahudi. Jika ini benar, maka pelaksana kepada semua kedengkian ini adalah agen-agen Dajjal di sekeliling kita. Ia barangkali selari dengan desas-desus yang terdengar, kononnya Mekah akan diserang pada tahun 2014. Saya terkejut & tergaman. Kalau benar berita itu, nyata Yahudi sudah sangat yakin bahawa kita (umat Islam) sudah sangat lemah & tak dapat berbuat apa-apa lagi. Saddam Hussein &, Muammar Ghadafi sudah ranap. Siapakah lagi yang berani mengangkat kepala kepada musuh-musuh Islam? At Tabrani menukilkan di dalam Mu’jam Al Ausath daripada Ibnu Umar bahawa Nabi s.a.w. pernah memegang tangan Ali r.a. seraya berkata, “Akan keluar dari sulbi dia ini (dari keturunannya) seorang pemuda yang memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kesaksamaan. Bila kamu lihat keadaan itu hendaklah kamu ikuti pemuda At Tamimi. Dia akan datang dari Timur dan dialah yang memegang bendera Al Mahdi.” (Ibid j.2 ms.62) Menurut statistik yang ada sekarang, kekuatan Israel terhadap Arab (sekiranya mereka semua bersatu) ialah kereta kebal (1 : 4), bilangan pasukan (1 : 3) dan pesawat pejuang (1 : 3) juga. Oleh kerana pemimpin-pemimpin Arab tidak bersatu, maka Israel dengan mudah sahaja dapat menganyang mereka. Bila Pemuda Bani Tamin muncul diikuti Imam Mahdi Al-Muntazar, pejuang-pejuang Islam di seluruh dunia akan berada di sisinya. Mereka pun akan mula berkerja, iaitu menakluk benteng atau tembok-tembok milik Yahudi di hadapan mata mereka. Tanpa ada pilihan, Yahudi terpaksa bersembunyi di bawah tekanan ketakutan & kegentaran yang tidak pernah berlaku sebelum ini. Israel dan Yahudi sedang menempah maut di atas kebodohan dan kejahatannya sendiri. Gambaran “alien” itu adalah sebuah kepalsuan. Yahudi cuba menjadi hero dengan membantas kepala “alien” (maksud mereka, Imam Mahdi) yang akan muncul. Pada mereka, Imam Mahdi Al-Muntazar akan menjadi mayat pada saat penyerangan itu. Yahudi akan menjadi hero menyelamatkan dunia.. Satu lagi, jika anda pernah bermain permainan komputer ‘Ghost Recon’, 'Ghost Recon: (Desert Siege)' dan 'Ghost Recon: (Island Thunder)', anda tentu akan dapat membaca secara langsung niat jahat Amerika untuk menakluk seluruh dunia, siap dengan tarikh-tarikh perancangannya sekali (dari tahun 2006 hingga tahun 2013) dan juga semua lokasi simulasi peperangan bermula dari Tbilisi di Georgia, Red Square (Moscow), Ethiopia hinggalah ke Cuba di mana Fidel Castro mati pada tahun 2009 sewaktu anda memegang watak sebagai askar Amerika dalam permainan itu. Ada satu lagi game komputer iaitu America's Army (Operation Recon). Kesemuanya mempunyai pertalian langsung antara mereka. Sayangnya, cuma umat Islam tidak sedar tentang pertalian tersebut. Atau memang mereka cuai untuk mengambil perhatian berat terhadap masalah ini. Terdapat sebuah manuskrip usang di perpustakaan Pope di Vatikan City, bernombor 96 Turath Islami. Mujahid menceritakan daripada Janadah bin Umayyah dari Ali r.a berkata : “ Pada hari kemunculan Al-Mahdi, api dan pembenaman bum (1)i. Api tersebut adalah perang Tuhan Baitullah. Kejahatan (2) mereka membuat tipu helah, lebih makar (daripada) orang yang mereka hukum (3). Dan burung melaknat orang yang berbuat zalim. Maka mereka dibakar dan ditelan bumi (4) oleh Tuhan pasukan tentera Baida” Penuilis sebenar manuskrip itu ialah Al-Karassyi bin Abdur Rahman, seorang ulamak di Madinatul Muanawarah pada kurun ketujuh hijrah. Mari kita cuba fahami maksud perkataan bernombor 1, 2, 3 dan 4 di atas. [1] Api mungkin bermaksud api pembenrontakan rakyat. Wallahu ahlam. Kalau ini benar, maka kita dapat melihat bahawa rakyat tak berhenti-henti memprotes & menolak kejahatan Sufyani yang rakus dan kejam. Pembenaman bumi (bermaksud tengelamnya sepasukan tentera di padang pasir). Kedua-duanya tanda kemunculan Imam Mahdi Al-Muntazar. [2] Kejahatan mereka ialah membuat pelbagai janji palsu, tipu daya, program-prgram tak berfaedah & segala yang merugikan rakyat. Bahkan mereka menekan rakyat dengan peraturan-peraturan yang ketat & mnyeksakan. [3] Bila rakyat bangun memberontak & menyalakan api pemberontakan secara meluas, maka mereka segera menghukum rakyat. Yang lelaki dibunuh, perempuan pula dibelah perutnya manakala kanak-kanak pula ditembak. Mereka kejam & sadis. [4] Berlaku kisah mengejutkan. Satu pasukan tentera tebenam di padang pasir kerana mengejar Imam Mahdi. Semuanya mati kecuali seorang sahaja yang selamat. Dialah yang akan menjadi pembawa khabar kepada peristiwa mengejutkan itu. Mari kita ikuti bagaimana ia akan berlaku. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah yang dimarfukan kepada Ali menyebutkan : “ Sesungguhnya Al-Mahdi ialah dari keturunan kami Ahlul Bait. Allah bukakan baginya Mesir dengan seluruhnya dan Dia bukakan untuknya Syam dengan peperangan yang tidak ada cercaan” Maka itu menunjukkan bahawa tentera Mesir akan melipatgandakan kekuatan tentera Mahdi sehingga menjadi ketumbukan tentera yang besar. Tidak ada satu pun negara yang mampu menandinginya. Kemudian Imam Mahdi akan menakluki Syam secara berperingkat, wilayah demi wilayah. Akan tetapi Sufyani cuba melakukan perlawanan. Di sinilah dia cuba menghimpun bala tenteranya & berhasrat meranapkan Imam Mahdi Al-Muntazar di hadapannya. Kemudian berlakulah apa yang berlaku. PEMBENAMAN AL-BAIDA. Bilakah semua ini akan berlaku? Percayalah, tidak berapa lama lagi. Bila? Sangat dekat, dekat & dekat. Buktinya? Anda akan melihat semuanya sebelum……INSYAALLAH. SELAMAT DATANG WAHAI MAHDI AL-MUNTAZAR Disiapkan 4.11.2012 8.22 pm

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

JAUHI 20 perkara untuk mencari keREDHAan Allah

September 10, 2011
أًلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Di dalam kehidupan kita seharian ada perkara yang perlu kita segerakan untuk dilaksanakan dan ada pula perkara yang perlu dijauhi dan ditinggalkan. Setiap perkara yang ditegah atau dilarang sebenarnya terdapat beberapa hikmah dan kebaikan samaada berbentuk luaran (fizikal)  atau dalaman (hati dan jiwa)
Mengharap redha- MU
Terdapat 20 perkara yang patut dijauhi. Perkara tersebut adalah seperti berikut :

Pertama : Jangan sengaja lewatkan solat. Perbuatan ini tidak disukai Allah SWT. Kalau tertidur akan dimaafkan.

Rasulullah SAW bersabda maksudnya:
“Yang membezakan (seorang itu mukmin) dan kufur serta syirik adalah meninggalkan solat”. (Hadis Riwayat Muslim)
Firman Allah SWT
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
Maksudnya: “Kecelakaanlah bagi orang yang solat, iaitu orang yang lalai daripada solatnya.” (Surah Al-Ma’un ayat 4-5).

Kedua : Jangan masuk ke tandas atau bilik air tanpa memakai alas kaki (selipar). Takut kalau-kalau terbawa keluar najis, mengotori seluruh rumah kita.

Perlu biasakan memakai selipar atau terompak bila masuk ketandas atau bilik air untuk menjaga kebersihan kaki kita setelah mandi dan mengambil wuduk,  supaya najis tidak dibawa keluar bilik air.

Ketiga : Jangan makan dan minum dalam bekas yang pecah atau sumbing. Makruh kerana ia membahayakan. Dan jangan bernafas dalam minuman atau meniup kedalam minuman.

Di dalam kitab Sunan Abi Daud diriwayatkan hadis dari Abu Said Al-Khudri bahawa ia mengkhabarkan :
“Rasulullah Sallalahu ‘Alaihi Wasalam melarang minum dari bahagian cawan yang pecah dan melarang untuk bernafas dalam air minum.”
Jika cawan atau pingan kita retak , pecah atau sumbing hendaklah dibuangkan sahaja jangan digunakan lagi.
Ini termasuk etika yang diajarkan untuk kemaslahatan orang yang minum, sebab minum melalui bahagian cawan yang sumbing boleh menyebabkan beberapa bahaya:
Kotoran yang biasanya ada dipermukaan air, akan berkumpul di bahagian cawan yang sumbinng, lain halnya bahagian tepi cawan yang masih utuh.
1.  Ia boleh mengganggu ketika minum. Minum melalui bahagian cawan yang sumbing atau pecah tidak boleh dilakukan dengan baik.
2. Kotoran dan seumpamanya biasa terhimpun di bahagian cawan yang pecah, kerana tidak ikut dibersihkan ketika dicuci, tidak sebagaimana cawan yang  masih baik.
3. Bahagian yang sumbing adalah bahagian yang buruk pada cawan, iaitu bahagian yang paling tidak bagus hingga mesti dielakkan, lebih baik dicari bahagian yang masih baik, sebab bahagian yang buruk dari segala sesuatu pasti tidak ada baiknya.
4. Boleh jadi bahagian yang pecah itu mempunyai belahan atau bahagian yang runcing yang boleh melukai mulut orang yang minum melalui bahagian tersebut.
Adapun bernafas dalam air minum, risikonya adalah menimbulkan bau busuk pada air minum yang tidak disukai orang lain, terutama sekali orang yang bau mulutnya mengalami perubahan buruk. Pada dasarnya, secara umum nafas orang yang minum akan bercampur ke dalam air tersebut.
Justeru, Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wasalam menggabungkan antara larangan meniup air dan larangan bernafas dalam air dalam hadis At-Tirmizi dan dinyatakan sahih oleh beliau, dari Ibnu Abbas bahawa ia mengkhabarkan :
“Rasulullah melarang meniup air dan bernafas dalam air minum.”

Keempat : Jangan biarkan pinggan mangkuk yang telah digunakan tidak berbasuh. Makruh dan mewarisi kepapaan. Pastikan semua pingan mangkuk, periuk belanga, cawan dan bekas makanan dicuci sebaik sahaja selesai digunakan. Sisi-sisi makanan yang dibiarkan didalam bekas makanan bermalaman tanpa dibersihkan  adalah menjadi habuan syaitan , kerana syaitan suka kepada makanan yang kotor dan busuk.

Islam menggalakkan kebersihan dan benci pada sifat pengotor dan menjauhkan diri daripada perkara yang boleh mendatangkan penyakit.
Dari ‘Amr bin Syu’aib : ‘Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu mencintai kalau melihat bekas kenikmatan-Nya atas hamba-Nya itu, dengan jalan menunjukkan keindahan dan kesempurnaannya dalam berpakaian, makan, berumahtangga dan lain-lain.” (Hadis Riwayat Imam Tirdmizi dan ia mengatakan bahawa ini adalah hadis Hassan.)

Kelima : Jangan tidur selepas solat Subuh, nanti rezeki mahal (kerana berpagi-pagi itu membuka pintu rezeki dan keberkatan).

Abdullah Ibnu Abbas (Ibnu Abbas) telah melihat anaknya tidur pada waktu Subuh. Maka dikatakan kepada anaknya, “Bangun! Apakah kamu tidur pada waktu rezeki dibahagi-bahagikan?”
Rasulullah SAW tidak tidur selepas menunaikan solat Subuh kerana Allah memberkati umat ini yang berpagi-pagi, seperti satu hadis yang berbunyi:
‘اللهم بارك لأمتي في بكورها’
(Ya Allah, berkatilah umatku yang berpagi-pagi).
Untuk itu, para fuqaha’ memakruhkan tidur selepas solat Subuh.
Telah thabit dari Nabi SAW bahawasanya baginda berdoa kepada Allah supaya memberkati umatnya yang berpagi-pagi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ashab as-Sunan yg empat dan Ibn Hibban dalam Sahihnya, Nabi melewati anaknya Fatimah r.ha yang sedang berbaring pada waktu Subuh, maka baginda bersabda:
يا بنية قومي اشهدي رزق ربك، ولا تكوني من الغافلين، فإن الله يقسم أرزاق الناس ما بين طلوع الفجر إلى طلوع الشمس ‘
“Wahai anakku, bangunlah dan hadaplah rezeki Tuhanmu, dan janganlah engkau jadi dari kalangan orang yang lalai, sesungguhnya Allah membahagikan rezeki manusia di antara terbit fajar hingga terbit matahari.” (Hadis Diriwayatkan al-Baihaqi)
Berkata Nabi di dalam hadis yang diriwayatkan oleh at-Tabarani di dalam al-Awsath:
باكروا الغدو -أي الصباح- في طلب الرزق، فإن الغدو بركة ونجاح’
“Berpagi-pagilah (subuh) dalam mencari rezeki, sesungguhnya berpagi-pagi itu adalah berkat dan kejayaan.”
Oleh itu para fuqaha’ menetapkan kemakruhan tidur selepas solat Subuh, dan dinukilkan oleh Imam as-Safarini mengenai kemakruhan tidur selepas solat Subuh dan Asar.

Keenam : Jangan makan tanpa membaca BISMILLAH dan doa makan. Nanti rezeki kita di kongsi syaitan.

Dari ‘Amr bin Abu Salamah radhiallahu ‘anhuma, katanya:
“Rasulullah SAW  bersabda kepadaku:  “Ucapkanlah Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang ada di dekatmu.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Umayyah bin Makhsyi as-Shahabi r.a., katanya:
“Rasulullah SAW (pada suatu ketika) duduk di situ ada seorang lelaki yang makan lalu tidak mengucapkan Bismillah, sehingga makanannya tidak tertinggal melainkan sesuap saja. Setelah orang itu mengangkatkan sesuatu yang tertinggal tadi di mulutnya, tiba-tiba dia mengucapkan: ‘Bismillahi awwalahu wa akhirahu.’ Kemudian Nabi SAW. ketawa lalu bersabda: “Tidak henti-hentinya syaitan tadi makan bersama orang itu. Tetapi setelah dia ingat untuk mengucapkan nama Allah (yakni setelah membaca Bismillah), maka syaitan tadi memuntahkan seluruh makanan yang telah ada dalam perutnya. (Hadis Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i)

Ketujuh : Jangan keluar rumah tanpa niat untuk membuat kebaikan. Takut-takut kita mati dalam perjalanan dengan niat yang tidak baik.

Membaca doa bila hendak keluar daripada rumah.
“Bismillahi tawakaltu ‘alallahi laa haula walaa quwwata illa billah”
maksudnya: “Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah.” (Hadis Riwayat Abu Daud, Tirmidzy dan Nasai)
Sunnah berikutnya adalah mendahulukan kaki kiri ketika keluar rumah, serta memberi salam kepada keluarga. Sebelum keluar rumah hendaknya menentukan niat dan tujuan, serta memastikan barang bawaan tidak ada yang tertinggal.

Kelapan : Jangan pakai sepatu atau selipar yang berlainan pasangan atau pun memakai sebelah sahaja.

Nabi SAW bersabda maksudnya :
“Jika engkau memakai kasutmu, mulailah dengan kaki kanan.  Jika engkau menanggalkan kasutmu, mulailah dengan kaki kiri. Hendaknya sebelah kanan mula memakai kasut dan sebelah kiri mula menanggalkan kasut. Dan jangan berjalan dengan sebelah kasut. Tanggalkan kedua-duanya atau pakai kedua-duanya” (Silsilah as-Shahihah Albani)

Kesembilan : Jangan biarkan mata liar di perjalanan. Nanti hati kita gelap diselaputi dosa.

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman maksudnya :
” Katakanlah kepada orang-orang beriman lelaki agar mereka menundukkan pandangan mata ( terhadap wanita ), dan memelihara akan kemaluan mereka ( menutupya ). Yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah amat mengetahui akan apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya.”( Surah An-Nur ayat 30-31 )

Kesepuluh : Jangan bergaul bebas ditempat kerja. Banyak buruk dari baiknya.

Rasulul­lah SAW  bersabda yang bermaksud:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka janganlah ia melakukan pertemuan dengan seorang perempuan tanpa disertai mahramnya kerana sesung­guhnya yang ketiga itu tentulah syaitan.” (Riwayat Bukhari, Muslim dan lain-lain)

Kesebelas : Jangan menangguh taubat bila berbuat dosa kerana mati boleh datang bila-bila masa.

Rasulullah SAW  pernah menasihati umatnya agar sentiasa bertaubat kepada Allah :
“Wahai sekelian manusia, bertaubatlah kamu kepada Tuhan sebelum kamu mati. Gunakanlah kesempatan yang ada untuk beramal dan berbakti sebelum masa kamu dipenuhi oleh urusan dan kerja. Wujudkanlah satu pertalian antara kamu dengan-Nya, memperbanyakan mengingati-Nya (zikrullah).”
Justeru itu bertaubat dan memohon keampunan daripada Allah SWT perlulah dibuat secara berterusan tanpa henti.Taubat haruslah di perbaharui dari masa ke masa. Ini kerana, setiap insan tidak mungkin terlepas dari dosa, samaada besar atau kecil, dosa batin atau lahir, dosa yang diketahui atau tidak atau lalai dalam menunaikan hak Allah dan manusia lainnya. Bahkan dosa kerana tidak menambah ilmu pengetahuan dalam agama dan sebagainya juga tidak terkecuali.

Kedua belas : Jangan ego (sombong)  untuk meminta maaf pada ibu bapa dan sesama manusia kalau memang kita bersalah.

Sifat orang mukmin akan sentiasa meminta maaf dan merendahkan diri terhadap kedua ibu bapanya. Sentiasa memberi khidmat terbaik terutama apabila mereka menjangkau usia tua yang uzur. Begitu juga sifat orang mukmin yang suka meminta maaf kepada siapa sahaja orang lain yang dirasakan bersalah .
Di dalam surah al-Israk, firman Allah yang bermaksud:
“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya, atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan “Ha”, dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).” (Surah al-Israk ayat 23)
Dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah S.A.W. bersabda maksudnya :
“Sesiapa yang menanggung sesuatu kezaliman yang dilakukan terhadap orang lain, sama ada yang mengenai maruah dan kehormatan atau sebarang perkara yang lain, maka dari sekarang juga hendaklah ia meminta orang itu melepaskannya dengan jalan memaafkan atau menghalalkannya sebelum datangnya masa yang tidak ada padanya wang ringgit atau emas perak untuk membayarnya; bahkan pada masa itu kalau ia mempunyai amal soleh, akan diambil daripada amalnya itu sekadar perbuatan aniaya yang dilakukannya untuk diberi kepada orang itu; kalau ia pula tidak mempunyai amal soleh, maka akan diambil dari kesalahan orang itu serta dibebankan kesalahan itu ke atasnya.”(Hadis Riwayat Bukhari)

Ketiga belas : Jangan mengumpat sesama rakan taulan. Nanti rosak persahabatan kita hilang bahagia.

Dari Abu Hurairah r.a menceritakan bahawa Rasulullah  bersabda yang bermaksud,
” Tahukah kamu apakah ghaibah? Jawab sahabat, “Allah dan Rasul yang lebih mengetahui. ” Maka Rasulullah SAW. bersabda maksudnya , “Ghaibah itu jika kamu menyebut (membicarakan) hal keadaan saudaramu yang tidak suka hal itu disebut atau dibicarakan kepada orang lain, maka itu bererti ghaibah.” Lalu Rasulullah SAW ditanya,” Bagaimana kalau saudaraku itu memang begitu? “Jawab Rasulullah SAW ” Jika kamu sebut itu benar ada padanya maka itu ghaibah. Tetapi jika ia tidak benar, itu buhtan (membuat kepalsuan untuk memburukkan nama orang lain).

mengumpat

Keempat belas : Jangan lupa bergantung kepada ALLAH dalam setiap kerja kita. Nanti kita sombong apabila berjaya. Kalau gagal kecewa pula.

Allah SWT berfirman yang bermaksud :
“Dan (ingatlah), sesiapa yang berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukupkan baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya).” (Surah al-Thalaq ayat 3).

Kelima belas : Jangan bakhil untuk bersedekah. Sedekah boleh memadamkan kemurkaan Allah SWT dan kematian yang buruk.

Rasulullah SAW bersabda:
“Si pemurah yang jahil lebih dicintai Allah daripada ahli ibadah yang bakhil.” (Hadis Riwayat Al Khatib)
Sabda Rasulullah SAW. yang bermaksud :
“Sungguh sedekah itu akan memadamkan kemarahan Tuhan dan menghindarkan dari kematian yang buruk (su’ul khatimah).” (Hadis Riwayat al-Turmuzi)
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW, telah bersabda :
“Apabila mati anak adam maka terputuslah amalannya kecuali tiga, sedekah jariah, ilmu yang dimanafaatkan dan anak yang soleh yang mendoakannya untuknya.”(Hadis Riwayat Bukhari).
Nabi SAW bersabda maksudnya :
“ Sesiapa yang sanggup diantara kamu menjaga dirinya daripada api neraka hendaklah ia bersedekah walau hanya dengan sebiji kurma, dan sesiapa yang tidak mempunyai apa-apa hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik.” (Hadis Riwayat Ahmad dan Muslim)

Keenam belas : Jangan banyak ketawa. Nanti mati jiwa.

Suatu ketika, Rasulullah SAW berjalan di depan sekumpulan orang yang sedang ketawa, lalu baginda bersabda yang bermaksud:
“Demi Tuhan yang jiwaku ini berada dalam genggaman-Nya. Jika kamu semua tahu apa yang aku tahu, nescaya kamu banyak menangis dan sedikit ketawa.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Abu Hurairah).
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW mengingatkan kita banyak ketawa dengan sabda baginda yang bermaksud:
“Terlalu banyak ketawa itu boleh menghilangkan cahaya daripada wajah kita.”

Ketujuh belas : Jangan biasakan berbohong, kerana ia adalah ciri-ciri munafik dan menghilangkan kasih orang kepada kita.

Rasulullah S.A.W.  bersabda kepada Sayyidina Ali k.w. yang bermaksud :
“Wahai Ali ! Berbuatlah jujur sekalipun hal itu akan membahayakan dirimu didunia. Sesungguhnya kejujuran itu bermanfaat di kemudian hari. Dan janganlah berdusta sekalipun bermanfaat bagimu ketika itu kerana kedustaan itu akan menyulitkan kamu di kemudian hari.”
Nabi S.A.W. bersabda maksudnya :
“Empat perkara, siapa yang terdapat padanya empat perkara ini, maka ia adalah munafik tulin, dan siapa yang terdapat padanya salah satu darinya, maka padanya ada satu ciri kemunafikan; apabila diberi amanah ia berkhianat, apabila bercerita ia berdusta, apabila membuat janji ia mungkiri dan apabila berdebat ia curang.”  (Hadis Riwayat Bukhari no. 34, 2459, 3178 dan Muslim no. 2635. dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a.)

Kelapan belas : Jangan suka menganiaya manusia atau haiwan. Doa makhluk yang teraniaya cepat dimakbulkan Allah SWT.

Ingatlah bahawa doa orang yang dizalimi di fitnah sungguh mustajab di sisi Allah S.W.T.
Nabi S.A.W. bersabda maksudnya :
“Hendaklah kamu waspada terhadap doa orang yang dizalimi sekalipun dia adalah orang kafir. Maka sesungguhnya tidak ada penghalang diantaranya untuk diterima oleh Allah.”(Hadis riwayat Ahmad – sanad hasan)
Dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah S.A.W. bersabda maksudnya :
“Hendaklah kamu waspada terhadap doa orang dizalimi. Sesungguhnya doa itu akan naik ke langit amat pantas seumpama api marak ke udara.”(Hadis riwayat Hakim – sanad sahih)

Kesembilan belas : Jangan terlalu susah hati dengan urusan dunia. Akhirat itu lebih utama dan hidup di sana lebih lama dan kekal selamanya.

Ingatlah! Dunia tempat menanam, akhirat tempat menuai. Waktu menuai memanglah susah, tidak semudah waktu menuai. Tetapi tanpa melalui kesusahan, kita tidak akan dapat menikmati kesenangan. Jangan sekali-kali mengikut ajakan syaitan dan godaan nafsu menyuruh berbuat jahat dan kemungkaran., anggaplah kesukaran di dunia adalah bersifat sementara dan jangan sekali-kali berputus asa dengan rahmat Allah.
Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud :
“… dan janganlah kamu berputus asa daripada rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa daripada rahmat dan pertolongan Allah itu melainkan kaum yang kafir.” (Surah Yusof ayat 87).
Sabda Nabi SAW maksudnya;
“Jadilah engkau di dunia seolah-olah orang berjalan, diwaktu petang engkau tidak menunggu pagi dan apabila diwaktu pagi tidak menunggu petang, Perumpamaan aku dan dunia seperti orang musafir duduk berteduh dibawah pokok kemudian bangun dan meninggalkannya. “

dunia - akhirat

Kedua puluh : Jangan mempertikaikan kenapa ISLAM itu berkata JANGAN. Sebab semuanya untuk keselamatan kita. ALLAH lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba ciptaanNya.

Sesungguhnya setiap perkara yang dilarang itu ada hikmahnya begitu juga dengan perkara yang baik itu pasti ada kemuliaannya. Oleh itu kita hendaklah sentiasa berhati-hati agak tidak melakukan kesilapan hingga terjerumus ke lambah kebinasaan.
Rasulullah SAW bersabda, maksudnya:
“Tiga perkara yang menyelamatkan , iaitu takut pada Allah ketika bersendirian dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, berjimat cermat ketika susah dan senang, dan tiga perkara yang membinasakan iaitu mengikut hawa nafsu, terlampau bakhil dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.”(Hadis Riwayat Abu Syeikh)
Sahabat yang dimuliakan,
Marilah sama-sama kita tinggalkan dan jauhi 20 perkara keburukan semata-maat untuk mencari keredaan Allah SWT. Hidup di dunia adalah sementara dan akhiratlah kehidupan yang kekal abadi. Pertingkatkanlah amal-amal soleh kita dan jauhi kemugkaran, maksiat, perkara subhat dan makruh supaya kita menjadi mukmin yang bertakwa dan dikasihi oleh Allah SWT.
=====================================================
-Pesanan dari Abu Basher-

Tiada ulasan: