Bakhil dan Kikir adalah Salah Satu Penyebab Kesulitan Hidup
Siapakah
pada saat ini insan di dunia yang tidak mengalami kesulitan hidup?
Kesulitan hidup , baik itu dari aspek ekonomi maupun sosial bisa
menerpa siapa saja seseorang, keluarga ataupun masyarakat. Kesulitan
hidup itu disebabkan antara lain karena melakukan tindakan maksiat.
Maksiat yang dimaksud disini adalah bukan saja yang sering diartikan
orang sebagai perbuatan asusila saja, tapi bentuk ketidak taatan
manusia kepada apa-apa yang diperintahkan Rabbnya.
Sepahit dan sesulit apapun kehidupan dunia maka itu tidak akan kekal, yang kekal adalah kehidupan akhirat, Jadi , sebaiknya kita ketahui apa saja yang bisa menyebabkan kesulitan hidup kelak di akhirat yang pedih lagi kekal
Salah satu penyebab kesulitan hidup adalah; BAKIL DAN KIKIR.
Allah berfirman :
“ harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat..” (Ali Imran : 180)
Maksudnya, Allah akan menjadikan harta yang ia bakhil menginfakkannya sebagai beban di pundaknya pada hari kiamat. Dalam Shahih Al Bukhari disebutkan satu hadits dari Rasulullah saw :
Dari Abu Hurairah r.a. : bahwa Rasulullah Saw bersabda : “ Barang siapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya , kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, maka ia akan berwujud ular yang sangat besar yang akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, “ saya adalah harta simmpanananmu.” Kemudian Rasulullah membacakan ayat ini , sampai akhir hayat (mutttafaq alaih)
Firman Allah ;
“ Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-nya, mereka kikir dengan karunia itu dan ia berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran) (at Taubah : 76)
Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalam yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Serta mendustakan pahala yang terbaik ..(al Lail : 7-9)
Menafsirkan ayat di atas , Ibnu Abbas berkata, “ Bakhil dengan hartanya dan tidak mau menyembah Allah’SWT , tidak percaya terhadap surga dan nikmatNya, maka akan Kami persiapkan untuknya nasib yang menjadikannya dalam kesusahan yaitu kehidupan yang sulit di dunia dan akhirat. Ia adalah jalan kejahatan.” Para ahli tafsir berkata,” jalan kebaikan disebut sebagai jalan kemudahan, karena akibat yang akan dialaminya adalah sebuah kemudahan yaitu masuk surga . Dan dinamakan jalan kesusahan, karena akibat yang akan ia rasakan adalah kesusahan yaitu masuk neraka jahanam.
Firman Allah ‘
‘Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada Jalan Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap diri nya sendiri. Dan Allahlah yang Maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling , niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (muhammad ; 37-38)
Maksudnya , barang siapa yang bakhil, tidak mau mengeluarkan infak di jalan Allah, maka sesungguhnya mudharat yang diakibatkan karena ia bakhil akan kembali kepada dirinya sendiri. Karena ia sendiri yang menghalangi pahala dan balasan dari Allah. Allah tidak membutuhkan infak yang kita keluarkan. Bahkan kitalah yang butuh terhadap harta tersebut. Jika berpaling dari taat kepada Allah dan tidak mengikuti perintah-perintahNya maka Ia akan menggantikan posisi kalian dengan kaum yang lain yang lebih taat kepada Allah daripada kalian.
Firman Allah,
“ Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya , maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (ath Thagabun : 16)
Maksudnya , orang-orang yang dijaga oleh Allah dari sifat bakhil dan jiwa mereka dan dijauhkan dari pengaruhnya (dengan mengikuti hawa nafsu) , maka mereka berbeda dengan golongan lain yang tidak menyukai untuk infak, mereka itulah orang-orang yang akan Allah selamatkan dari siksaan-Nya.
Dari Jabir Inu Abdillah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda,” Jauhilah perbuatan zalim, karena kezaliman akan membawa kegelapan di hari kiamat. Dan jauhilah dari sifat kikir dan tamak , karena ia telah menghancurkan umat sebelum kalian. Ia telah mendorong mereka menumpahkan darah saudara mereka sendiri dan menghalalkan kehormatan mereka.. (HR Muslim)
Perbedaan sifat bakhil dan dermawan sebagaimana yang diungkapkan oleh sahabat Abu Hurairah r.a. berkata bahwa ia mendengar Rasululah saw bersabda,” Perumpamaan orang yang bakhil dan orang yang mengeluarkan infaknya seperti dua orang yang mempunyai dua kantong yang terbuat dari besi yang panjangnya dari dada mereka hingga di atasnya. Ada pun orang yang suka berinfak, ia tidak mengeluarkan infak kecuali sampai semua yang ada dalam kantong habis, sehingga jari-jari tangannya tertutup ketika ia mengambil hartanya untuk infak atau tidak ada lagi tersisa sesuatu pun dalam kantongnya . Ia akan menjadi penghapus dosa-dosanya hingga tidak ada bekas sedikitpun. Adapun orang yang bakhil , ia tidak mau mengeluarkan infak kecuali semua anggota badannya akan saling lekat, ia berusaha melebarkannya tetapi tidak mampu juga “ (muttafaq ‘alaih)
Makna hadits tersebut,
Bahwa orang yang mengeluarkan infak itu akan terasa lapang hidupnya dan lebar jiwanya, sehingga ia mampu menarik yang ada dibelakangnya dan membawa kedua kakinya serta semua bekas perjalanan dan langkahnya . Imam Al Khattabi berkata,” Ini adalah perumpamaan yang disampaikan oleh Rasulullah saw tentang dua orang yang suka mengeluarkan infak dan orang yang bakhil seperti dua orang yang ingin memakai baju perang( tameng ) untuk melindungi dirinya dari serangan senjata musuh. Kemudian mereka memakainya di atas kepala. Tameng biasanya dipakai mulai dari atas kepala hingga menutupi dada, sampai kedua tangannya tertutupi. Demikanlah orang yang mengeluarkan infak seperti orang yang memakai tameng yang lebar hingga menutupi semua anggota badannya. Dan perumpamaan orang yang bakhil sperti orang yang memangku tangannya hingga sampai kepundaknya. Setiap hendak ia memakainya, ia harus mengumpulkan tangannya ke pundak. Inilah maksudnya bahwa orang yang dermawan ketika hendak berinfak dadanya lapang , tidak terhalang, jiwanya bersih , pun rezekinya menjadi bertambah banyak. Sedangkan orang bakhil, jika dikatakan tentang infak, ia akan merasa tamak dan rakus, seakan dadanya sempit dan tangannya selalu tergenggam.*
-Ustadz Yaasir Syalabi-
BismillahiRahmaniRahiim
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (QS Al Ma'aarij 70 : 19)
Sudah berapa banyakkah udara yang kita hirup buat bernafas? Pernahkah kita menghitung berapa banyakkah air yang telah kita minum buat melepaskan dahaga? Tak terhitung hal-hal yang telah kita manfaatkan dari alam ini yang merupakan karunia Allah subhanahu wata'ala. Lalu apakah yang telah kita lakukan untuk membalas segala Rahmat dari Allah Subhanhu wata'ala yang tak terhingga ini ?
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.(QS Al Jaatsiyah 45 : 13)
Sementara kita sebagai hamba yang lebih banyak meminta dan menerima rahmat Allah subhanahu wata'ala, sering berhitung jika melakukan sesuatu buat orang lain, bahkan kadang kala sangat kikir buat dirinya sendiri. Tak hanya itu, kita yang sekadar manusia ini rajin menghitung jerih payah yang telah kita lakukan buat seseorang, sementara ketika menerima kebaikan orang lain, kita cenderung melupakannya. Naudzu billah min dzaalik ... !
Dua sifat tidak akan bertemu dalam diri seorang mukmin yaitu kikir (bakhil) dan akhlak yang buruk. (HR Ahmad)
“Kikir dan iman sama sekali tidak akan terhimpun di dalam diri seorang hamba.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Al-Baghawi)
Manusia sering merasa berat hati ketika harus mengeluarkan hartanya buat berbagi kepada saudaranya yang membutuhkan. Ia juga cenderung merasa takut kekurangan sehingga menumpuk harta sebanyak banyaknya untuk memenuhi hasrat duniawinya yang tak pernah cukup.
Nafsu dalam mengikuti kemauan duniawinya, sering membuat manusia lupa bahwa ketika dia mau berbagi buat insan lain, sesungguhnya Allah akan memberikan pengganti yang jauh lebih baik dan banyak dari yang dikeluarkannya. Dan ketika dia kikir, sesungguhnya dia menyempitkan jalannya sendiri ketika diakhirat kelak.
Begitu tercelanya sifap bakhil dan kikir ini bagi seorang hamba, sehingga Allah memberi peringatan melalui firman Nya dalam Al Qur'an :
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup[1580], serta mendustakan pahala terbaik,maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.(QS Al Lail 92 : 8 - 11)
[1580]. Yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya.
Sebagai hamba yang telah banyak menerima rahmat Allah, sudah seharusnya kita juga memiliki kemurahan hati terhadap sesama, karena seluruh yang kita miliki didunia ini merupakan amanah Allah untuk kita gunakan semampu kita dijalan Nya. Bukankah tiada hak kita buat menahan pemberian kepada yang memerlukan, sementara kita memilikinya ?
Saat kita menikmati kesenangan dunia dengan harta yang berkecukupan, sementara disekitar kita banyak sanak saudara yang hidup serba kekurangan dan membutuhkan pertolongan, tegakah kita hingga tak mengacuhkannya tanpa sedikitpun upaya buat membantu dengan menyedekahkan sedikit harta kita yang tentu saja dapat meringankan beban orang orang yang sedang kesusahan hidup?
Banyak ketimpangan hidup yang terjadi dilingkungan sekitar kita, sehingga membuat manusia hidup mengikuti kelompoknya masing masing berdasarkan kelas ekonomi yang berbeda. Jarang kita lihat, bahkan mungkin belum ada terlihat hidup yang berbaur antara si kaya dan si miskin dalam harmoni, tanpa membeda bedakan kelas dilingkungan masyarakat kita. Diakui atau tidak, mungkin kita juga termasuk orang yang membeda bedakan sesama berdasarkan ekonominya. Hal ini membuat manusia menjadi tak acuh dan menganggap bahwa semua yang didapatnya merupakan hak pribadinya yang tak perlu dibagi ke orang lain karena dia telah berusaha keras dengan jerih payah yang telah diusahakannya dalam memenuhi kebutuhan duniawinya.
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. (QS Muhammad 47 : 38)
Allah mencela orang-orang yang tidak mau menginfakkan hartanya di jalan yang telah diperintahkan Allah, seperti berbuat baik kepada orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, ibnu sabil dan hamba sahaya. Mereka pun tidak mengeluarkan hak Allah yang terdapat dalam harta mereka, bahkan menyuruh orang lain berbuat bakhil.
(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir[296] siksa yang menghinakan.(QS An Nisaa' 4 : 37)
[
296]. Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.
Menurut bahasa Arab bakhil dan kikir itu merupakan dua hal yang berbeda, dimana bakhil bermakna menahan sesuatu yang wajib, sedangkan kikir atau asy syuh berarti menahan sesuatu yang wajib dan rakus terhadap apa yang menjadi milik orang lain.
(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS Al Hadid 57 : 24)
Sungguh tiada kebaikan bagi kita yang bersifat bakhil dan kikir terhadap harta, karena sesungguhnya dalam harta yang kita punyai itu ada hak Allah yang harus kita keluarkan melalui sedekah dan hak orang orang miskin yang mesti kita infakkan berupa zakat harta.
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS Ali 'Imran 3 : 180)
Semoga Allah mengaruniakan kebaikan dalam diri kita sebagai hambaNya yang senantiasa menunjukkan rasa syukur atas ni'mat yang telah diberikan kepada kita dengan berbagi kepada sesama dengan penuh keikhlasan.
Marilah kita sama sama menyadari, bahwa ketika kita harus menghadap Allah kelak disaat ajal menjemput, tak sedikitpun harta yang bisa kita bawa keliang lahat, kecuali yang telah kita nafkahkan dijalan Allah. Dan harta yang tidak kita manfaatkan sesuai dengan yang Allah perintahkan sesungguhnya dapat menzalimi diri kita sendiri menuju neraka Jahannam.
Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua rahangnya seraya berkata, "Aku hartamu, aku pusaka simpananmu." Kemudian nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180: "Dan janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi." (HR. Bukhari)
Wallahu a’lam bishshawab ...
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Reza Fahlevi
Sudah menjadi fitrah manusia untuk mencari harta selama hidup di dunia. Setiap manusia pasti berusaha mencari harta untuk mencukupi diri dan keluarganya.
Begitu halnya dengan sifat kikir atau pelit. Sifat ini juga sudah menjadi fitrah tersendiri bagi manusia. Namun hanya sedikit sekali dari kita yang mampu mengendalikan fitrah ini ke arah yang lebih dicintai oleh Allah.
Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-Thibbu ar-ruhi mendefinisikan kikir sebagai sifat enggan menunaikan kewajiban. Baik itu bersifat harta benda atau jasa.
Pada praktiknya, sifat kikir banyak ditemui saat seseorang mimiliki kecukupan harta. Di saat inilah manusia diuji untuk saling berbagi.
Jika orang tersebut memiliki keimanan yang kuat, sudah tentu dia dengan mudah mengeluarkan hartanya untuk sesama. Namun jika tidak maka sifat kikir dan hobi menumpuk-numpuk harta telah menguasai jiwanya.
Rasulullah saw pernah bersabda, “Tidak ada penyakit (hati) yang lebih berbahaya dari sifat kikir.” Hadis ini dengan jelas menerangkan bahwa penyakit kikir bukanlah penyakit yang biasa.
Setidaknya ada tiga bahaya besar dari penyakit kronis ini. Pertama, kikir senantiasa menjadikan majikannya menjadi orang yang cinta terhadap dunia secara berlebihan.
Kedua, menghilangkan sifat peduli terhadap mereka yang tidak mampu dan membutuhkan.
Ketiga, sifat kikir menularkan sikap hobi menimbun-nimbun harta.
Untuk itu Imam Ibnu Jauzi memberikan beberapa obat penangkal dari sifat kikir. Pertama, senantiasa merenungi bahwa mereka yang tidak mampu juga masih merupakan saudara kita. Karena manusia berasal dari nenek moyang yang sama yaitu Adam as
Kedua, mensyukuri atas segala kelebihan yang telah Allah beri. Wallahu a’lam
Sepahit dan sesulit apapun kehidupan dunia maka itu tidak akan kekal, yang kekal adalah kehidupan akhirat, Jadi , sebaiknya kita ketahui apa saja yang bisa menyebabkan kesulitan hidup kelak di akhirat yang pedih lagi kekal
Salah satu penyebab kesulitan hidup adalah; BAKIL DAN KIKIR.
Allah berfirman :
“ harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat..” (Ali Imran : 180)
Maksudnya, Allah akan menjadikan harta yang ia bakhil menginfakkannya sebagai beban di pundaknya pada hari kiamat. Dalam Shahih Al Bukhari disebutkan satu hadits dari Rasulullah saw :
Dari Abu Hurairah r.a. : bahwa Rasulullah Saw bersabda : “ Barang siapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya , kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, maka ia akan berwujud ular yang sangat besar yang akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, “ saya adalah harta simmpanananmu.” Kemudian Rasulullah membacakan ayat ini , sampai akhir hayat (mutttafaq alaih)
Firman Allah ;
“ Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-nya, mereka kikir dengan karunia itu dan ia berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran) (at Taubah : 76)
Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalam yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Serta mendustakan pahala yang terbaik ..(al Lail : 7-9)
Menafsirkan ayat di atas , Ibnu Abbas berkata, “ Bakhil dengan hartanya dan tidak mau menyembah Allah’SWT , tidak percaya terhadap surga dan nikmatNya, maka akan Kami persiapkan untuknya nasib yang menjadikannya dalam kesusahan yaitu kehidupan yang sulit di dunia dan akhirat. Ia adalah jalan kejahatan.” Para ahli tafsir berkata,” jalan kebaikan disebut sebagai jalan kemudahan, karena akibat yang akan dialaminya adalah sebuah kemudahan yaitu masuk surga . Dan dinamakan jalan kesusahan, karena akibat yang akan ia rasakan adalah kesusahan yaitu masuk neraka jahanam.
Firman Allah ‘
‘Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada Jalan Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap diri nya sendiri. Dan Allahlah yang Maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling , niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (muhammad ; 37-38)
Maksudnya , barang siapa yang bakhil, tidak mau mengeluarkan infak di jalan Allah, maka sesungguhnya mudharat yang diakibatkan karena ia bakhil akan kembali kepada dirinya sendiri. Karena ia sendiri yang menghalangi pahala dan balasan dari Allah. Allah tidak membutuhkan infak yang kita keluarkan. Bahkan kitalah yang butuh terhadap harta tersebut. Jika berpaling dari taat kepada Allah dan tidak mengikuti perintah-perintahNya maka Ia akan menggantikan posisi kalian dengan kaum yang lain yang lebih taat kepada Allah daripada kalian.
Firman Allah,
“ Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya , maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (ath Thagabun : 16)
Maksudnya , orang-orang yang dijaga oleh Allah dari sifat bakhil dan jiwa mereka dan dijauhkan dari pengaruhnya (dengan mengikuti hawa nafsu) , maka mereka berbeda dengan golongan lain yang tidak menyukai untuk infak, mereka itulah orang-orang yang akan Allah selamatkan dari siksaan-Nya.
Dari Jabir Inu Abdillah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda,” Jauhilah perbuatan zalim, karena kezaliman akan membawa kegelapan di hari kiamat. Dan jauhilah dari sifat kikir dan tamak , karena ia telah menghancurkan umat sebelum kalian. Ia telah mendorong mereka menumpahkan darah saudara mereka sendiri dan menghalalkan kehormatan mereka.. (HR Muslim)
Perbedaan sifat bakhil dan dermawan sebagaimana yang diungkapkan oleh sahabat Abu Hurairah r.a. berkata bahwa ia mendengar Rasululah saw bersabda,” Perumpamaan orang yang bakhil dan orang yang mengeluarkan infaknya seperti dua orang yang mempunyai dua kantong yang terbuat dari besi yang panjangnya dari dada mereka hingga di atasnya. Ada pun orang yang suka berinfak, ia tidak mengeluarkan infak kecuali sampai semua yang ada dalam kantong habis, sehingga jari-jari tangannya tertutup ketika ia mengambil hartanya untuk infak atau tidak ada lagi tersisa sesuatu pun dalam kantongnya . Ia akan menjadi penghapus dosa-dosanya hingga tidak ada bekas sedikitpun. Adapun orang yang bakhil , ia tidak mau mengeluarkan infak kecuali semua anggota badannya akan saling lekat, ia berusaha melebarkannya tetapi tidak mampu juga “ (muttafaq ‘alaih)
Makna hadits tersebut,
Bahwa orang yang mengeluarkan infak itu akan terasa lapang hidupnya dan lebar jiwanya, sehingga ia mampu menarik yang ada dibelakangnya dan membawa kedua kakinya serta semua bekas perjalanan dan langkahnya . Imam Al Khattabi berkata,” Ini adalah perumpamaan yang disampaikan oleh Rasulullah saw tentang dua orang yang suka mengeluarkan infak dan orang yang bakhil seperti dua orang yang ingin memakai baju perang( tameng ) untuk melindungi dirinya dari serangan senjata musuh. Kemudian mereka memakainya di atas kepala. Tameng biasanya dipakai mulai dari atas kepala hingga menutupi dada, sampai kedua tangannya tertutupi. Demikanlah orang yang mengeluarkan infak seperti orang yang memakai tameng yang lebar hingga menutupi semua anggota badannya. Dan perumpamaan orang yang bakhil sperti orang yang memangku tangannya hingga sampai kepundaknya. Setiap hendak ia memakainya, ia harus mengumpulkan tangannya ke pundak. Inilah maksudnya bahwa orang yang dermawan ketika hendak berinfak dadanya lapang , tidak terhalang, jiwanya bersih , pun rezekinya menjadi bertambah banyak. Sedangkan orang bakhil, jika dikatakan tentang infak, ia akan merasa tamak dan rakus, seakan dadanya sempit dan tangannya selalu tergenggam.*
-Ustadz Yaasir Syalabi-
Penyakit Riya, Bakhil dan Kikir
- Sunday, 16 January 2011 11:42
Riya
Riya adalah berbuat kebaikan/ibadah
dengan maksud pamer kepada manusia agar orang mengira dan memujinya
sebagai orang yang baik atau gemar beribadah seperti shalat, puasa,
sedekah, dan sebagainya.
Ciri-ciri riya:
Orang yang riya berciri tiga, yakni
apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan
selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Sedangkan orang
munafik ada tiga tanda yakni apabila berbicara bohong, bila berjanji
tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. (HR. Ibnu Babawih).
Orang yang riya’, maka amal perbuatannya sia-sia belaka.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia” [QS. Al-Baqarah: 264]
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat
karena riya” [Al Maa’uun 4-6]
Riya membuat amal sia-sia sebagaimana syirik. (HR. Ar-Rabii’)
Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
Imam Al Ghazali mengumpamakan orang yang
riya itu sebagai orang yang malas ketika dia hanya berdua saja dengan
rajanya. Namun ketika ada budak sang raja hadir, baru dia bekerja dan
berbuat baik untuk mendapat pujian dari budak-budak tersebut.
Nah orang yang riya juga begitu. Ketika
hanya berdua dengan Allah Sang Raja Segala Raja, dia malas dan enggan
beribadah. Tapi ketika ada manusia yang tak lebih dari hamba/budak
Allah, maka dia jadi rajin shalat, bersedekah, dan sebagainya untuk
mendapat pujian para budak. Adakah hal itu tidak menggelikan?
Agar terhindar dari riya, kita harus meniatkan segala amal kita untuk Allah ta’ala (Lillahi ta’ala).
Bakhil atau Kikir
Bakhil alias Kikir alias Pelit alias
Medit adalah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta sehingga
tidak mau bersedekah.
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang
bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya
menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan
itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah
segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” [Ali ‘Imran 180]
Padahal segala harta kita termasuk diri
kita adalah milik Allah. Saat kita lahir kita tidak punya apa-apa.
Telanjang tanpa busana. Saat mati pun kita tidak membawa apa-apa kecuali
beberapa helai kain yang segera membusuk bersama kita.
Sesungguhnya harta yang kita simpan itu
bukan harta kita yang sejati. Saat kita mati tidak akan ada gunanya bagi
kita. Begitu pula dengan harta yang kita pakai untuk hidup
bermegah-megahan seperti beli mobil dan rumah mewah.
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan
merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami
akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak
bermanfaat baginya apabila ia telah binasa” [Al Lail 8-11]
Yang justru jadi harta yang bermanfaat
bagi kita di akhirat nanti adalah harta yang kita belanjakan di jalan
Allah atau disedekahkan. Harta tersebut akan jadi pahala yang balasannya
adalah istana surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
“Berlomba-lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit
dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah
dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [Al
Hadiid 21]
bersihkan jiwa dari debu bakhil dan kikir
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (QS Al Ma'aarij 70 : 19)
Sudah berapa banyakkah udara yang kita hirup buat bernafas? Pernahkah kita menghitung berapa banyakkah air yang telah kita minum buat melepaskan dahaga? Tak terhitung hal-hal yang telah kita manfaatkan dari alam ini yang merupakan karunia Allah subhanahu wata'ala. Lalu apakah yang telah kita lakukan untuk membalas segala Rahmat dari Allah Subhanhu wata'ala yang tak terhingga ini ?
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.(QS Al Jaatsiyah 45 : 13)
Sementara kita sebagai hamba yang lebih banyak meminta dan menerima rahmat Allah subhanahu wata'ala, sering berhitung jika melakukan sesuatu buat orang lain, bahkan kadang kala sangat kikir buat dirinya sendiri. Tak hanya itu, kita yang sekadar manusia ini rajin menghitung jerih payah yang telah kita lakukan buat seseorang, sementara ketika menerima kebaikan orang lain, kita cenderung melupakannya. Naudzu billah min dzaalik ... !
Dua sifat tidak akan bertemu dalam diri seorang mukmin yaitu kikir (bakhil) dan akhlak yang buruk. (HR Ahmad)
“Kikir dan iman sama sekali tidak akan terhimpun di dalam diri seorang hamba.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Al-Baghawi)
Manusia sering merasa berat hati ketika harus mengeluarkan hartanya buat berbagi kepada saudaranya yang membutuhkan. Ia juga cenderung merasa takut kekurangan sehingga menumpuk harta sebanyak banyaknya untuk memenuhi hasrat duniawinya yang tak pernah cukup.
Nafsu dalam mengikuti kemauan duniawinya, sering membuat manusia lupa bahwa ketika dia mau berbagi buat insan lain, sesungguhnya Allah akan memberikan pengganti yang jauh lebih baik dan banyak dari yang dikeluarkannya. Dan ketika dia kikir, sesungguhnya dia menyempitkan jalannya sendiri ketika diakhirat kelak.
Begitu tercelanya sifap bakhil dan kikir ini bagi seorang hamba, sehingga Allah memberi peringatan melalui firman Nya dalam Al Qur'an :
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup[1580], serta mendustakan pahala terbaik,maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.(QS Al Lail 92 : 8 - 11)
[1580]. Yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya.
Sebagai hamba yang telah banyak menerima rahmat Allah, sudah seharusnya kita juga memiliki kemurahan hati terhadap sesama, karena seluruh yang kita miliki didunia ini merupakan amanah Allah untuk kita gunakan semampu kita dijalan Nya. Bukankah tiada hak kita buat menahan pemberian kepada yang memerlukan, sementara kita memilikinya ?
Saat kita menikmati kesenangan dunia dengan harta yang berkecukupan, sementara disekitar kita banyak sanak saudara yang hidup serba kekurangan dan membutuhkan pertolongan, tegakah kita hingga tak mengacuhkannya tanpa sedikitpun upaya buat membantu dengan menyedekahkan sedikit harta kita yang tentu saja dapat meringankan beban orang orang yang sedang kesusahan hidup?
Banyak ketimpangan hidup yang terjadi dilingkungan sekitar kita, sehingga membuat manusia hidup mengikuti kelompoknya masing masing berdasarkan kelas ekonomi yang berbeda. Jarang kita lihat, bahkan mungkin belum ada terlihat hidup yang berbaur antara si kaya dan si miskin dalam harmoni, tanpa membeda bedakan kelas dilingkungan masyarakat kita. Diakui atau tidak, mungkin kita juga termasuk orang yang membeda bedakan sesama berdasarkan ekonominya. Hal ini membuat manusia menjadi tak acuh dan menganggap bahwa semua yang didapatnya merupakan hak pribadinya yang tak perlu dibagi ke orang lain karena dia telah berusaha keras dengan jerih payah yang telah diusahakannya dalam memenuhi kebutuhan duniawinya.
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. (QS Muhammad 47 : 38)
Allah mencela orang-orang yang tidak mau menginfakkan hartanya di jalan yang telah diperintahkan Allah, seperti berbuat baik kepada orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, ibnu sabil dan hamba sahaya. Mereka pun tidak mengeluarkan hak Allah yang terdapat dalam harta mereka, bahkan menyuruh orang lain berbuat bakhil.
(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir[296] siksa yang menghinakan.(QS An Nisaa' 4 : 37)
[
296]. Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.
Menurut bahasa Arab bakhil dan kikir itu merupakan dua hal yang berbeda, dimana bakhil bermakna menahan sesuatu yang wajib, sedangkan kikir atau asy syuh berarti menahan sesuatu yang wajib dan rakus terhadap apa yang menjadi milik orang lain.
(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS Al Hadid 57 : 24)
Sungguh tiada kebaikan bagi kita yang bersifat bakhil dan kikir terhadap harta, karena sesungguhnya dalam harta yang kita punyai itu ada hak Allah yang harus kita keluarkan melalui sedekah dan hak orang orang miskin yang mesti kita infakkan berupa zakat harta.
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS Ali 'Imran 3 : 180)
Semoga Allah mengaruniakan kebaikan dalam diri kita sebagai hambaNya yang senantiasa menunjukkan rasa syukur atas ni'mat yang telah diberikan kepada kita dengan berbagi kepada sesama dengan penuh keikhlasan.
Marilah kita sama sama menyadari, bahwa ketika kita harus menghadap Allah kelak disaat ajal menjemput, tak sedikitpun harta yang bisa kita bawa keliang lahat, kecuali yang telah kita nafkahkan dijalan Allah. Dan harta yang tidak kita manfaatkan sesuai dengan yang Allah perintahkan sesungguhnya dapat menzalimi diri kita sendiri menuju neraka Jahannam.
Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua rahangnya seraya berkata, "Aku hartamu, aku pusaka simpananmu." Kemudian nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180: "Dan janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi." (HR. Bukhari)
Wallahu a’lam bishshawab ...
Tiga Bahaya Sifat Kikir
Tuesday, 02 April 2013, 09:49 WIB
Sudah menjadi fitrah manusia untuk mencari harta selama hidup di dunia. Setiap manusia pasti berusaha mencari harta untuk mencukupi diri dan keluarganya.
Begitu halnya dengan sifat kikir atau pelit. Sifat ini juga sudah menjadi fitrah tersendiri bagi manusia. Namun hanya sedikit sekali dari kita yang mampu mengendalikan fitrah ini ke arah yang lebih dicintai oleh Allah.
Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-Thibbu ar-ruhi mendefinisikan kikir sebagai sifat enggan menunaikan kewajiban. Baik itu bersifat harta benda atau jasa.
Pada praktiknya, sifat kikir banyak ditemui saat seseorang mimiliki kecukupan harta. Di saat inilah manusia diuji untuk saling berbagi.
Jika orang tersebut memiliki keimanan yang kuat, sudah tentu dia dengan mudah mengeluarkan hartanya untuk sesama. Namun jika tidak maka sifat kikir dan hobi menumpuk-numpuk harta telah menguasai jiwanya.
Rasulullah saw pernah bersabda, “Tidak ada penyakit (hati) yang lebih berbahaya dari sifat kikir.” Hadis ini dengan jelas menerangkan bahwa penyakit kikir bukanlah penyakit yang biasa.
Setidaknya ada tiga bahaya besar dari penyakit kronis ini. Pertama, kikir senantiasa menjadikan majikannya menjadi orang yang cinta terhadap dunia secara berlebihan.
Kedua, menghilangkan sifat peduli terhadap mereka yang tidak mampu dan membutuhkan.
Ketiga, sifat kikir menularkan sikap hobi menimbun-nimbun harta.
Untuk itu Imam Ibnu Jauzi memberikan beberapa obat penangkal dari sifat kikir. Pertama, senantiasa merenungi bahwa mereka yang tidak mampu juga masih merupakan saudara kita. Karena manusia berasal dari nenek moyang yang sama yaitu Adam as
Kedua, mensyukuri atas segala kelebihan yang telah Allah beri. Wallahu a’lam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan