Senin, 11 Maret 2013
Pengertian Hadits dan Jenis-Jenisnya
Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan/ mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad saw.
Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits
yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapannya (taqrîr), sifat jasmani atau sifat akhlak,
perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (bi'tsah) dan terkadang juga
sebelumnya. Sehingga, arti hadits di sini semakna dengan sunnah.
Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga
disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti
segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan
dari Nabi Muhammad saw yang dijadikan ketetapan
ataupun hukum.
1. Struktur Hadits
Struktur hadits terdiri dari 2 elemen penting, yaitu sanad
dan matan.
1. Sanad (Rantai Penutur/Perawi /Periwayat Hadits). Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
1. Sanad (Rantai Penutur/Perawi /Periwayat Hadits). Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
2. Matan ( Redaksi
dari Hadits)
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati
dalam mamahami hadits ialah Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah
berujung pada Nabi Muhammad atau bukan. Matan hadits itu sendiri dalam
hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang
melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah
ada yang bertolak belakang).
Berikut beberapa hadits berdasarkan beberapa kriteria:
I. Menurut Jumlah perawi
1. Mutawatir;
adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa
sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk
berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa
sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang.
2. Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
Yaitu hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi saw. Hadits ini disebut hadits marfu' atau Maushul.
2.Hadits yang terputus sanadnya:
2. Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
- Hadits Shahih yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:Sanadnya bersambung. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya, dan kuati ngatannya. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits.
- Hadits Hasan bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
- Hadits Dha’if (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
II. Menurut Macam Periwayatannya
1. Hadits yang bersambung sanadnya.Yaitu hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi saw. Hadits ini disebut hadits marfu' atau Maushul.
2.Hadits yang terputus sanadnya:
- Hadits Mu'allaq (Tergantung): Yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya. Contoh: "Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah).
- Hadits Mursal (Hadits yang dikirim);Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi saw.tanpa menyebutkan sahabat penerima hadits tersebut. Atau Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3.
- Hadits Mudallas; (Yang ditutup-tutupi): disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi, hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
- Hadits Munqati (Hadits yang terputus); Yaitu hadits yang hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur 2) mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
- Hadits Mu'dhal (Terputus sanadnya); Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi saw. atau dari sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya. Atau bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
III. Hadits-Hadits Dha'if Karena Cacat Perawi
- Hadits Maudhu’ (Yang dilarang); Yaitu bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
- Hadits Matruk ( yang ditinggalkan): yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
- Hadits Mungkar; yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tepercaya/jujur.
- Hadits Mu'allal (yang sakit atau cacat): Yaitu hadits yang di dalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar, hadits Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
- Hadits Mudlthorib (yang kacau): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.
- Hadits Maqlub ( yang terbalik): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).
- Hadits Munqalib (yang terbalik): Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
- Hadits Mudraj; yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya.
- Hadits Syad (yang jarang): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat/pembawa) yang terpercaya pula. Hadits syad jarang dihafal para ulama hadits, beda dengan hadits Mahfudz yang banyak dihafal.
IV. Berdasarkan ujung sanad
- Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi’in (penerus).
- Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat.
- Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad saw.
2. Beberapa Istilah Dalam Hadits
- Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
- Hadits Musnad; urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu.
- Hadits Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur)·
- Hadits Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan).
- Hadits Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.
- Muttafaq 'alaih: Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits Bukhari-Muslim.
- As-Sab'ah: Yaitu 7 perawi hadits termasyhur: Imam
- Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasi'i dan Ibnu Majah.
- Perawi: Yaitu orang yang meriwayatkan hadits.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ
ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Mudah-mudahan bisa dimanfaatkan dan
bermanfaat.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/hadits
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang seorang diantara keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.
Mengadu Domba
LAYARI LAMAN NI...UNTUK KETERANGAN HADIS@SLIDE
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/hadits
Kejahatan-Kejahatan Lidah Serta Wajah-Wajah Manusia Dari Kubur -
Oleh: Hasnur Husna Bt Hasnan
ABSTRAK
Kejahatan-kejahatan lidah serta wajah-wajah manusia dari kubur ini
menceritakan tentang balasan-balasan dari Allah kepada umatnya yang
melakukan perkara yang dilarang oleh Allah. Antara kejahatan-kejahatan
lidah ialah berkata yang tidak perlu, mengambil tahu hal orang lain,
terlibat dalam kemungkaran, berbantah-bantah dan bertengkar, melaknat,
menghina atau mengejek-ngejek, membuka rahsia, mengumpat orang, mengadu
domba, berbohong dalam percakapan dan sumpah, bercakap-cakap kotor,
memaki hamun dan lidah-lidah lancang. Perbuatan ini amat dimurkai oleh
Allah. Selain itu, rupa-rupa wajah manusia ketika dibangunkan dari kubur
di Padang Mahsyar di akhirat nanti ialah wajah orang yang suka
menfitnah, wajah orang yang suka makan yang haram, wajah saksi-saksi
palsu, memuas nafsu serta mencari keseronokan dengan cara haram, orang
yang suka mengumpat, orang yang suka makan riba dan dua belas golongan
dibangkit di hari akhirat nanti. Terdapat beberapa wajah manusia yang
telah diberi balasan oleh Allah. Ada yang menyerupai binatang, dan ada
yang berjalan dalam keadaan mabuk. Mudah-mudahan kita dapat mengenali
sifat-sifat lidah yang jahat kita dapat menghindarkannya dari berlaku ke
atas diri kita. Begitu juga mudah-mudahan kita dapat mengetahui dan
memahami rupa wajah manusia di akhirat nanti apabila dibangunkan dari
kubur. Agar dengan itu kita dapat mengelakkan diri kita dari terjadi
seperti itu.
PENDAHULUAN
Tidak syak lagi di zaman kemuncak pembangunan material kini orang dapat
mencapai menggunakan pelbagai alat-alat canggih dalam kehidupan
seharian. Namun pembangunan material hanya mampu menyelesaikan
sebahagian kecil penyakit masalah lahiriah namun penyakit batin atau
jiwa bertambah meningkat di kalangan manusia. Maka jadilah orang
berkuasa zalim, orang kaya bakhil, pemimpin menindas, orang miskin hasad
dan pelbagai lagi masalah hingga timbul kerosakan di mana-mana sahaja,
akibatnya manusia itu sendiri menderita. Rasulullah telah menyarankan
tiga jenis pil untuk mengubat penyakit ini. Pertama tanam kembali dalam
hati manusia itu rasa cinta Allah dan Rasul, merasa hebat dan gerun
dengan kudrat Allah. Kedua hati manusia itu dicapai supaya yakin dengan
hari akhirat, cinta syurga Allah dan Rasul, gerun dengan azab neraka
Allah. Dan yang ketiga pula ialah menanam semangat dan perasaan cinta
sesama manusia terutama sekali umat Islam sesuai dengan masa kebangkitan
Islam kini. Oleh itu, ini sebagai pedoman dan iktibar kepada kita
semua. Jadi peliharalah lidah kita daripada bercakap yang dimurkai oleh
Allah.
KEJAHATAN YANG PERTAMA: BERKATA YANG TIDAK PERLU
Selagi ia menghabiskan dan membuang waktunya pada perkara-perkara yang
tidak perlu dan tidak mendatangkan apa-apa faedah atau mendatangkan
keuntungan pahala di akhirat, maka orang itu telah mensia-siakan
modalnya. Dan di akhirat nanti menjadi orang miskin tanpa apa-apa
keuntungan. Mengapa kita membuang masa dan tenaga dengan bercerita atau
bercakap dengan sesuatu yang tidak perlu. Ini menunjukkan sesuatu yang
akan merugikan kita di akhirat nanti. Oleh itu, kita hendaklah
menghindarkan diri dari berkata-kata yang tidak perlu untuk keselamatan
dan keuntungan diri.
KEJAHATAN YANG KEDUA: MENGAMBIL TAHU HAL ORANG LAIN
Kita tidak dibenarkan berkata-kata tentang hal ehwal orang lain yang
tidak ada kena mengena dengan diri kita atau menyakitkan orang lain.
Kerana itu janganlah kita berkata-kata dengan perkataan yang tidak ada
kaitan dengan kita, kalau ada kaitan dengan diri kita maka hendaklah
berkata dengan ringkas dan padat sahaja, jangan panjang menjela-jela.
Ibnu Omar berkata ‘‘Perkara yang patut sangat dibersihkan oleh seseorang itu ialah lidahnya.
KEJAHATAN YANG KETIGA: MELIBATKAN DIRI DALAM KEMUNGKARAN
Melibatkan diri ke dalam kebatilan atau kemungkaran itu ertinya
berbual-bual dalam hal-halyang bersangkutan dengan maksiat. Seperti
menceritakan tentang majlis minum arak, suasana panggung wayang, hal-hal
dan keadaan wanita, dan duduk bersama-sama dengan orang fasik. Kita
tidak sepatutnya melibatkan diri dalam ini, perkara-perkara maksiat
terlalu banyak kerana orang yang hanya berkata-kata atau melakukan
apa-apa yang perlu dan penting sahaja mengenai urusan agamanya dan
faedah dunianya.
KEJAHATAN YANG KEEMPAT: BERBANTAH-BANTAH DAN BERTENGKAR
Sifat bantah-membantah atau berbahas itu ialah menyanggah percakapan
orang lain dengan melahirkan kekurangan dan kelemahan dalam percakapan
mereka sama ada dalam lafaz atau maknanya.
Jika berlaku perbahasan dalam hal-hal ilmiah lebih baiklah kita diam
saja, kalau mahu menyoal, soallah dengan lemah lembut sekadar ingin tahu
sahaja bukannya bertujuan untuk mengalahkan hujah orang lain,
melemahnya hingga tidak dapat menjawab hujah kita.
Di akhir zaman ini banyak orang berbahas, dengan tujuan untuk menang,
melahirkan kehebatan berpidato, mengalahkan lawan, menunjukkan diri ada
keupayaan, mematah dan mematikan hujah lawan, akhirnya biar orang tahu
dirinya adalah orang yang hebat dalam berbahas maka ini adalah sifat
tercela. Untuk menghilangkan sifat suka berbahas hendaklah kita mematah
perasaan ego yang terbit daripada muka menunjukkan kehebatan dan
kepintaran diri dan hendaklah menghapuskan sifat suka merendah rendahkan
pendapat, pandangan, hujah dan peranan orang lain. Sesungguhnya
berbahas-bahas dan berbantah dalam apa saja perkara adalah ditegah dalam
Islam. Yang boleh ialah bermuzakarah, berbincang, bertukar pendapat
dengan lemah lembut dalam suasana ukhwah tidak membantah percakapan
orang lain dan dengan penuh tawaduk. Bukan dengan suara yang lantang
menunjukkan kepintaran berpidato, bukan dengan cara melahirkan kelebihan
diri dalam mematahkan huajh orang lain, bukan dengan merendah-rendah
serta menolak pendapat orang lain dengan kelantangan suara dengan tujuan
memperlihatkan kehebatan diri.
KEJAHATAN YANG KELIMA: PERTENGKARAN
Pertelingkahan adalah di antara sifat-sifat yang terkeji dan dilarang
oleh agama. Dalam berbantah-bantah berbahas dan bertelingkah itu
terdapat banyak keburukan. Pertelingkahan dicampur adukkan dengan
kata-kata yang menyakitkan hati, sindiran-sindiran, dan bermaksud
sengaja hendak menunjukkan musuh dan
mematahkan semangatnya. Permusuhan itu berpunca daripada segala
kejahatan, begitu juga dengan sifat suka bantah-membantah atau
bertengkar-tengkar. Oleh itu janganlah
hendaknya dibukakan pintu untuk perkara yang terlarang ini, kecuali
dalam keadaan yang amat darurat sekali, itu pun hendaklah dipelihara
lidah baik-baik dan hati dari kata yang terlanjur. Jangan sengaja
membuka gelanggang untuk perdebatan yang disertai oleh dua pihak dan
disediakan satu tajuk untuk di;pertengkarkan, diperbahaskan dan
dipertelingkah, kemudian dihakimi pula sesiapa yang paling bijak
mematahkan kata-kata lawan, sesudah itu diberi hadiah siapa yang menang.
Ini bukanlah cara Islam, bahkan dilarang dalam Islam. Maka orang yang
menganjurkan serta membuka gelanggang ke arah itu adalah tercela, kerana
ia suka pengikutnya atau muridnya pandai bertengkar dan
berbantah-bantah.
KEJAHATAN YANG KEENAM: MENIRU PERCAKAPAN YANG INDAH-INDAH
Ertinya bercakap lancar yang dibuat-buat, memaksa diri berkata-kata
dengan bersajak atau meniru cara orang lain semua ini termasuk diri yang
tercela dan terlarang dalam agama menyampaikan kata-kata yang
berbunga-bunga yang tak perlu, maka itu termasuk dalam perkara yang
tercela.
KEJAHATAN YANG KETUJUH: BERCAKAP KOTOR-KOT0R, MEMAKI HAMUN DAN LIDAH YANG LANCANG
Rasulullah pernah melarang para sahabat daripada memaki kaum musyrikin
yang terbunuh dalam peperangan Badar itu, sebab caci maki itu tidak
memberi kesan kepada mereka, bahkan menyakiti orang-orang yang masih
hidup (keluarga si mati). Bercakap kotor seperti mencarut-carut, memaki
hamun, mengeji, mengeluarkan kata-kata yang tidak sedap didengar dan
lain-lain perkataan kotor lagi ghaib, semuanya itu adalah bruk lagi
tercela. Oleh itu, kita sebagai umat Islam hendaklah menjauhi dari
sifat-sifat terkeji itu.
KEJAHATAN YANG KELAPAN: MELAKNAT
Mendoakan seseorang agar ditimpa kejahatan atau sesuatu keburukan dan
malapetaka adalah dilarang, walaupun yang didoakan itu adalah seorang
yang zalim. Maka perbuatan mendoakan seperti itu adalah hampir-hampir
menyamai perbuatan melaknat. Ini adalah dilarang dan tercela. Yang
sebaiknya kita doakan kebaikan kepada seseorang itu. Kalau dia seorang
yang zalim, maka kita doakan agar dia berubah menjadi baik dan adil.
Kesimpulannya perbuatan melaknat adalah perbuatan yang dilarang. Oleh
tiu, wajiblah kita menghindarinya.
KEJAHATAN YANG KESEMBILAN: MENGHINA ATAU MENGEJEK-NGEJEK
Memandang rendah atau sengaja melahirkan kekurangan atau kelemahan orang
lain untuk dijadikan bahan ketawa lalu hati orang ditujukan kelemahan
itu menjadi terusik dan sakit, maka inilah yang dikatakan perbuatan
mengejek. Ejekan dan penghinaan yang sedemikian adalah haram hukumnya.
Orang yang suka mengejek-ngejek atau menghina serta mendedahkan
kelemahan orang lain itu adalah orang bersifat sombong lagi meninggi
diri. Sedangkan sifat sombong itu amat tercela. Selain dari itu,
mengejek dan menghina ini adalah perbuatan menyakitkan hati orang lain.
Maka menyakitkan hati orang lain ini adalah haram lagi berdosa. Oleh
itu, jika kita bersifat demekian maka tinggalkanlah dan bertaubatlah
kepada Allah SWT serta minta maaf dari orang yang kita ejek dan hina
itu.
KEJAHATAN YANG KESEPULUH: MEMBUKA RAHSIA
Rahsia ialah sesuatu perkara yang telah diamanahkan kepada kita agar
menyimpannya dari disebarkan orang lain. Sebarang rahsia seseorang yang
kita ketahui yang perlu kita jaga hendaklah kita amanah menjaganya
jangan sampai bocor rahsia itu. Sesungguhnya sesiapa yang menutup
keaipan seseorang yang lain maka Allah SWT akan menutup keaipannya pula
diakhirat nanti.
KEJAHATAN YANG KESEBELAS: MENGUMPAT ORANG
Mengumpat bermaksud menceritakan sesuatu keburuka atau kelemahan
seseorang saudara Islam di belakangnya yang boleh menimbulkan kebencian
tau kemarahan bila ia mendengarnya. Menceritakan kekurangan pada anggota
badannya seperti kita kata ia pendek, juling atu lain-lain kekurangan
bila diketahuinya ia merasa benci atau tentang kekurangan pada
keturunannya atau kekurangan pada rupa parasnya, itu semua kalau
didengar olehnya ia rasa benci. Orang yang bersama-sama mendengar dan
mengiyakan umpatan orang lain, maka dia dikira seperti mengumpat juga.
Manakala orang yang mendengar saja tetapi tidak pula membantah maka dia
juga mendapat dosa mngumpat sama. Kecualilah bila dia dengan kata-kata
umpatan itu dia membantahnya dengan lisan atau sekurang-kurangnya
membantah dalam hati, jika tidak sanggup mendengarnya. Terdapat beberapa
punca mengumpat, antaranya ialah untuk memuaskan hati iaitu bila ia
merasa marah kepada seseorang mungkin oleh kerana sesuatu sebab, jadi
untuk memuaskan hatinya ia menceritakan keburukan-keburukan orang yang
dimarahnya itu pada orang lain. Hanya menonjolkan kelebihan yang ada
pada dirinya dengan jalan menceritakan keburukan orang atau kelemahan
atau kekurangan yang ada pada dirinya dengan mntakan dirinya lebih baik
daripada orang lain. Dengki dan iri hati. Menurut kehendak rakan-rakan.
Mencaci dan mengejek-ngejek orang lain dengan maksud untuk menghinanya.
Cara-cara untuk mengekang lidah dari mengumpat ialah hendaklah dia yakin
bahawa mngumpat itu satu perbuatan yang dimurkai Allah. Hendaklah
sentiasa melihat
kelemahan-kelemahan serta kekurangan. Mengumpat yang dibolehkan ialah
meminta bantuan orang lain untuk mengubah sesuatu kejahatan dari
seseorang untuk
kebaikan. Mengingatkan seseorang Islam lain supaya jangan terjebak dengan kejahatan
seseorang jika kita tahu seseorang itu jahat, maka kita ingatkan orang lain, supaya jangan mendekatinya.
Untuk membersihkan diri dari dosa mengumpat agar jangan dihukum di
akhirat nanti maka wajib baginya rasa menyesal dan bertaubat atas
dosa-dosanya itu, kemudian hendaklah minta maaf dari orang yang diumpat
itu.
KEJAHATAN YANG KEDUA BELAS: BERMUKA-MUKA
Orang yang bermuka-muka ini juga dikenali sebagai lidah bercabang. Kalau ada dua
orang atau dua pihak yang bergaduh maka dia jadi orang tengah untuk
menyemarakkan lagi api pergaduhan. Orang pengadu domba ini gembira bila
melihat orang lain bermusuh.
KEJAHATAN YANG KETIGA BELAS: MEMUJI
Memuji-muji orang itu adakalanya dilarang, kerana dalam pujian itu ada
enam bahayanya, pada pemuji dan yang kena puji. Bahaya pada pemuji ialah
berlebih-lebihan dalam pujiannya hingga akhirnya jadi dusta pula.
Dengan dia memuji itu timbul riak dalam dirinya seolah-olah ia
menunjukkan sayangnya terhadap orang dipujinya itu. Apabila seseorang
itu dipuji maka nanti akan ada keburukan-keburukan yang menimpa orang
itu di antaranya ialah dengan dipuji itu, akan timbul dalam dirinya
perasaan bongkak dan ujub iaitu rasa sombong dan merasa diri hebat.
Dengan menerima puji-pujian hatinya akan merasa senang tentang
kesalahannya. Dan menganggap dirinya sudah sempurna lalu ia tidak
menambah usaha lagi untuk berbakti kepada Allah.
KEJAHATAN YANG KEEMPAT BELAS: BERBOHONG DALAM PERCAKAPAN DAN
SUMPAHBohong ertinya menceritakan atau memperkatakan sesuatu yang tidak
ada atau yang tidak benar. Bercakap bohong adalah diharamkan. Tetapi
kadang-kadang bila bohong itu mengandungi maslahat untuk kebaikan maka
itu dibolehkan. Atau untuk mendamaikan dua orang yang bergaduh atau
untuk mengeratkan perhubungan suami isteri yang memerlukan berbohong,
maka ia diharuskan.
BAB KEDUA : RUPA-RUPA WAJAH MANUSIA KETIKA DIBANGUNKAN DARI KUBUR DI PADANG MAHSYAR DI AKHIRAT NANTI
Meyakini kedatangan hari kiamat adalah wajib. Kedatangan hari kiamat
nanti tidak seorang pun makhluk yang dapat mengetahuinya, kecuali Allah
sahaja. Namun begitu, Allah lahirkan juga tanda-tanda kedatangan hari
kiamat itu untuk pengetahuan manusia. Ada tanda kecil dan tanda besar.
DI ANTARA TANDA-TANDA YANG KECIL ITU IALAH:-
Ilmu agama Islam tidak diambil berat lagi oleh umatnya. Perbuatan zina
menjadi-jadi, disebabkan oleh pihak berkuasa. Kejahilan tentang agama
Islam menjadi-jadi, hanya segelintir sahaja yang mahu mempelajarinya.
Peminum-peminum arak berasa bangga, serta bebas pula meminumnya.
Kebanyakan bayi yang lahir terdiri daripada bayi perempuan. Manakala
lelaki lebih ramai pula mati dahulu dari wanita. Lahirnya kuncu-kuncu
dajjal, ramai pendusta yang mengaku utusan Allah. Banyak berlakunya
gempa bumi. Banyak berlakunya fitnah. Ramai orang kaya harta. Musim
tidak menentu. Masa terlalu cepat berlalu.
DI ANTARA TANDA-TANDA YANG BESAR ITU IALAH:-
Naik matahari dari sebelah barat. Munculnya binatang-binatang yang
aneh-aneh. Keluar Imam Mahdi. Keluarnya dajjal. Turunnya Nabi Allah Isa,
menyambung syariat Rasulullah SAW. Keluarnya yakjuj dan makjuj. Bumi
dipenuhi oleh asap (selama 40 hari). Kaabah mula diruntuhkan dan
dirosakkan orang. Hilang Al-Quran dari mashaf (buku/kertas) dari hafalan
hati. Semua manusia menjadi kafir, sehingga tidak ada seorang manusia
pun ketika itu yang menyebut nama Allah.
Maka ketika itulah, Allah perintahkan malaikat Israfil meniup sangkakala
yang pertama. Tiupan itu datangnya secara mengejut sahaja, hinggakan
seluruh manusia terpinga-pinga dan kelam-kabut tidak menentu. Kerana
kuatnya tiupan itu, seluruh manusia mati, gunung ganang hancur lebur,
lautan-lautan menyemburkan airnya ke darat, segala cerekawala berguguran
ke bumi, maka matilah segala yang bernyawa serta musnahlah dunia ini
semusnah-musnahnya, kecuali Allah yang Maaha Suci lagi Maha Kaya.
Setelah semuanya telah hancur lebur bagaikan debu berterbangan, entah
berapa lama pula masanya, maka Allah pun memerintahkan malaikat Israfil:
‘‘Wahai Israfil, bangunlah dan tiuplah sangkakala ppembangkitan!’’.
Lalu dengan kehendak Allah hiduplah semula Israfil dan seterusnya meniup
sangkakala yang kedua, seraya menyeru: ‘‘Wahai roh-roh yang keluar,
tulang-tulang yang hancur, tubuh-tubuh yang busuk, otot-otot yang putus,
kulit-kulit yang koyak, rambut-rambut yang gugur! Bangunlah kamu semua!
Untuk memutuskan hukuman ’’. Lalu bangunlah semuanya dengan perinath
Allah.
PUAK YANG PERTAMA:
Dibangkitkan (dari kubur) dalam keadaan berupa kera, mereka adalah
orang-orang yang suka membuat fitnah di antara manusia. Itulah rupa
orang yang suka menabur fitnah sama ada pada diri perseorangan atau pada
sesuatu kumpulan manusia sama ada meleui lisa, tulisan atau suart-surat
khabar.
PUAK YANG KEDUA:
Dibangkitkan (dari kubur) dengan berupa seperti babi. Mereka ini adalah
orang yang uka makan yang haram. Contohnya arak, tipu, riba, curi,
perniagaan haram dan lain-lain lagi.
PUAK YANG KETIGA:
Dibangkitkan (dari kubur) dalam keadaan buta lagi bingung. Sedangkan
badannya digayuti dan dipegangi oleh manusia yang ramai. Mereka ini
adalah orang yang sama-sama melanggar hukum-hukum Allah. (sedang mereka
adalah ornag yang alim atau menjadi pemimpin kepada suatu kaum).
PUAK YANG KEEMPAT:
Dibangkitkan (dari kubur) dalam keadaan bisu lagi pekak. Mereka adalah
orang yang ujub (kagum) dengan amalannya. Mereka ini menyombong diri
kerana telah berasa dirinya hebat, banyak ilmu pengetahuan lalu
memandang rendah pada orang yang tidak setaraf dengannya.
PUAK YANG KELIMA:
Dibangkitkan dalam keadaan mengalir nanah dari mulutnya, serta mengalir
darah dari lidah-lidahnya. Mereka ini adalah orang-orang yang alim
(dalam ilmu agama Islam) yang tidak bertepatan cakap dengan
perbuatannya. Mereka ini adalah golongan yang cakap tak serupa bikin.
Oleh itu, janganlah berbangga dan menyombong diri dengan keilmuan.
PUAK YANG KEENAM:
Dibangkitkan dalam keadaan badannya penuh dengan luka-luka yang parah
(lagi menyakitkan), mereka ini adalah saksi-saksi palsu. Akan terdapat
orang-orang yang suka menawarkan dirinya menjadi saksi dalam sesutu hal,
sedangkan doia adalah saksi palsu lagi dusta.
PUAK YANG KETUJUH:
Dibangkitkan berkeadaan tapak kakinya tersangkut di keningnya serta
terikat pula pada ubun-ubunnya, sedangkan bau badannya terlebih busuk
dari bangkai. Mereka ini adalah orang yang ska memuaskan hawa nafsunya
serta mencari keseronokan dengan jalan yang haram. Contohnya berzina,
pembunuh, perogol, penipu, pemabuk arak dan banyak lagi.
PUAK YANG KELAPAN:
Dibangkitkan dalam keadaan mabuk (yang amat sangat), rebah ke kiri dan
ke kanan (menuju padang masyar), mereka ini adalah orang yang mencegah,
menahan hak Allah. Mereka ini adalah di antara sifatnya di dunia dulu
ialah kalau harta atau wang ringgit itu digunakan untuk menambah
kekayaan dirinya atau untuk jalan maksiat.
PUAK YANG KESEMBILAN:
Dibangkitkan dengan dipakaikan pakaian dari minyak tar (yang panas).
Mereka adalah orang-orang yang suka mengumpat dan tidak mahu menjauhkan
diri daripadanya. Umpat-mengumpat, kata-mengata, mencari-cari kesalahan
orang lain, ini adalah perbuatan orang-orang yang terkutuk, mereka
nampak kelemahan dan kesilapan orang lain, tetapi mereka lupa tentang
diri mereka sendiri yang juga banyak kelemahan dan kesilapan.
PUAK YANG KESEPULUH:
Dibangkitkan dalam keadaan keluar lidahnya daripada tengkuknya. Dia
adalah orang yang suka mengadu dumba. Mereka ini suka melihat orang lain
bergaduh. Mereka mengadu dumba dalam bentuk lisan, tulisan atau
perkhabaran.
PUAK YANG KESEBELAS:
Dibangkitkan dalam keadaan mabuk (yang teramat sangat). Mereka adalah orang yang suka bercakap hal-hal dunia di dalam masjid.
PUAK YANG KEDUA BELAS:
Dibangkitkan dalam keadaan rupa babi, mereka adalah orang yang suka makan riba.
DUA BELAS GOLONGAN DIBANGKIT DI HARI AKHIRAT
GOLONGAN PERTAMA:Dibangkitkan dari kuburnya dengan tidak berkaki dan
tidak bertangan, kemudian menyeru dari sisi Tuhan;’Mereka ini adalah
orang-orang yang suka menyakiti jirannya dan amti mereka dengan tidak
bertaubat. ’
GOLONGAN KEDUA:
Dibangkitkan dari kuburnya dengan berupa binatang, dikatakan berupa
babi, kemudian diseru dari arah Tuhan yang Maha Pemurah. ’Mereka adalah
orang-orang yang meringankan fardhu sembahyang. Kalau sampai mati tidak
bertaubat, maka itulah balasan bagi mereka dan tempat kembali mereka
adalah neraka. ’
Sama ada sembahyang atau tidak, sembahyang lewat-lewat waktu atau tidak
khusyuk akan ditimpakan kepadanya 15 seksaan di dunia dan di akhirat.
Di antara seksaannya ialah tidak diberkati hidup, kesempitan dalam
mencari rezeki, dihilangkan seri muka orang mukmin dari mukanya, doanya
tidak dimakbulkan oleh Tuhan, ketika mati nanti ia akan menerima azab.
Kuburnya disempitkan, akan dipatuk oleh seekor ular yang sangat bisa
yang diutuskan neraka yang bernama Iqrk Syujaah dan banyak lagi seksaan
di akhirat nanti.
GOLONGAN KETIGA:
Dibangkitkan dari kuburnya berkeadaan perut seperti bukit yang dipenuhi
ular-ular dan kala jengkingyang besarnya seperti (sebesar) seekor keldai
lalu dipanggil oleh zat pemanggil arah Tuhan: “Merekalah orang-orang
yang tidak mahu mengeluarkan zakat dan tidak bertaubat hingga mati. ”
GOLONGAN KEEMPAT:
Dibangkitkan dari kuburnya keluar darah mengalir dari mulutnya, isi
perutnya keluar terburai ke bumi dan keluarlah api dari mulut-mulut
mereka, maka menyerulah zat penyeru dari sisi Allah: “Mereka itulah
orang-ornag yang dusta dalam jual beli dan menipu sukatan (timbangan),
maka mereka mati tanpa bertaubat maka itulah balasan bagi mereka.
GOLONGAN KELIMA:
Golongan ini dihalau dari kuburnya dalam keadaan menyamar dari para
manusia, bau badan mereka lebih busuk dari bangkai. Mereka ini adalah
golongan orang-orang yang menyembunyikan kemaksiatan dari diketahui oleh
manusia lain-lain. Tetapi hati tidak sesekali malu dan takut kepada
pengawasan Allah. Maka mati mereka itu itulah balasan atas mereka.
GOLONGAN KEENAM:
Mereka ini dihalau dari kuburnya dalam keadaan semuanya leher
terputus-putus (luka-luka yang mengerikan) dari tengkoroknya. Mereka
itulah golongan orang-orang yng menjadi saksi palsu lagi dusta. Mereka
mati dalam keadaan tidak bertaubat.
GOLONGAN KETUJUH:
Mereka dihalau dari kuburnya dalam keadaan tidak berlidah. Darah dan
nanah mengalir keluar dengan banyaknya dari mulut-mulut mereka. Mereka
itulah orang-orang yang mencegah peraksian dala perkara benar. Mereka
mati dalam keadaan tidak bertaubat.
GOLONGAN KELAPAN:
Mereka dihalau dari kubur-kubur mereka dalam keadaan tunggang-langgang
iaitu kepalanya ke bawah, kaki ke atas kepala. Dari kemaluan mereka
keluar mengalir nanah-nanah yang panas mendidih lagi busuk. Mereka itu
semua adalah orang-orang yang melakukan perbuatan zina, liwat. Dan
mereka mati dalam keadaan masih tidak bertaubat.
GOLONGAN KESEMBILAN:
Mereka dihalau dari kubur dalam keadaan wajah mereka berwajah hitam
rentung matanya terkeluar dan perutnya penuh dengan bara api yang panas
membakar. Meerka semua itu adalah orang-orang yang memakan harta anak
yatim dengan jalan belot. Dan mereka mati dalam keadaan masih belum
bertaubat, itulah balasan mereka.
GOLONGAN KESEPULUH:
Mereka dihalau dari kubur-kubur mereka dalam keadaan badannya penuh
dengan kudis yang bias lagi berbelang-belang. Mereka itu adalah
orang-ornag yang menyakiti kedua ibu bapanya atau slah seorang darinya.
Dan mereka mati dalam dosa demikian dan tidak bertaubat. Itulah balasan
mereka.
GOLONGAN KESEBELAS:
Mereka dihalau dari kubur-kubur mereka dalam keadaan buta hati (bodoh).
gigi mereka sebesar tanduk lembu, bibir mereka besar terjulur hinnga
menutupi dadanya, lidah mereka menjilat-jilat perutnya sendiri, perut
mereka besar hingga menutupi pehanya dan dari perutnya keluar
nanah-nanah yang busuk lagi panas mendidih. Itulah balasan kepada mereka
yang tidak bertaubat.
GOLONGAN KEDUA BELAS:
Mereka digiring dari kubur mereka dalam keadaan wajah-wajah mereka
berseri-seri keriangan dan kepuasan seperti sinar bulan purnama. Mereka
melintasi titian Siratulmustaqim seperti kilat yang memancar lajunya.
Mereka ini adalah orang-orang yang melaksanakan perintah Allah dan tidak
melakukan perkara larangannya. Meraka juga sentiasa patuh memelihara
dan melaksanakan sembahyang fardhu lima waktu dengan tidak pernah
ditinggalkannya, secara berjemaah pula. Dan mereka mati dalam keadaan
telah bertaubat dan taubatnya diterima oleh Allah. Inilah ganjaran
mereka dan tempat tinggal mereka seterusnya adalah di dalam syurga.
Mereka masuk ke dalam syurga dengan kemampuan, rahmat dan keredhaan
Allah SWT kerana mereka redha kepada Allah dan Allah pula redha ke atas
mereka.
KESIMPULAN
Demikianlah rupa wajah dan keadaan manusia ketika bangun dari kubur di
akhirat nanti untuk dihalau berkumpul di Padang Mahsyar. Selain itu,
seluruh rupa wajah dan bentuk itu adalah mengikut perangai dan sikap
serta perbuatan kita semasa hidup di dunia ini. Oleh itu kita pilihlah
perbuatan yang baik-baik agar kita termasuk orang-orang yang bergembira
di hari akhirat nanti. Dan janganlah sesekali memilih jalan yang kotor
dan berdosa, kerana ianya akan menyusah dan menyeksakan kita di hari
kemudian. Kejarlah kehidupan syurga di akhirat nanti dan tinggankanlah
kehidupan jahat dan dosa di dunia ini. Marilah kita bertaubat sebelum
terlambat.
Ustaz Abd Aziz bin Harjin
Pensyarah Tamadun Islam
Universiti Teknologi MARA Perlis
02600 Arau
Perlis
MALAYSIA
NAMIMAH (FITNAH/ADU
DOMBA)
Abul Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Hudzaifah r.a. berkata:
Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak akan masuk syurga tukang fitnah." Diriwayatkan juga dari Abu
Hurairah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apakah kamu tahu siapakah sejahat-jahat kamu?" Jawab sahabat:
"Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. yang
lebih tahu." Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sejahat-jahat kamu ialah orang yang bermuka dua, yang menghadap kepada ini
dengan wajah dan datang kesana dengan wajah yang lain."
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Abbas r.a. berkata: "Rasulullah
s.a.w. berjalan melalui dua kubur yang baru ditanam, lalu Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya kedua kubur ini sedang disiksa
dan tidak disiksa kerana dosa besar, adapun yang satu maka tidak bersih jika
cebok dari kencingnya dan yang kedua biasa berjalan membangkitkan fitnah.
Kemudian Rasulullah s.a.w. mengambil dahan
pohon yang hijau lalu dibelah dan menancapkan diatas kubur masing-masing.
Sahabat bertanya: "Ya Rasulullah,
mengapakah engkau berbuat itu?" Jawab Rasulullah
s.a.w.: "Semoga Allah s.w.t. meringankan
keduanya selama dahan ini belum kering."
Maksud bukan dosa besar itu dalam pandangan kita padahal akibatnya besar sebab
bila cepat dalm memcebok (mencuci) sesudah buang air kecil lalu masih menitis
bererti tidak sah memakai pakaian yang najis, kerana itu tidak memperhatikan
bersuci itu besar akibatnya disisi Allah s.w.t.
kerana diakhirat itu tidak ada tempat selain syurga atau neraka, maka bila
dinyatakan tidak masuk syurga maka bererti masuk neraka.
Maka wajib atas orang yang adu dumba atau pemfitnah supaya segera bertaubat
sebab adu domba itu suatu kehinaan didunia dan siksa didalam kubur dan neraka
dihari kiamat tetapi bila ia bertaubat sebelum mati maka insyaallah
akan diterima taubatnya oleh Allah s.w.t.
Alhasan berkata Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sejahat-jahat manusia ialah yang bermuka dua, mendatangi dengan satu wajah
dan yang satu wajah dan siapa yang mempunyai dua lidah didunia maka Allah
s.w.t. akan memberikannya dua lidah api dari api neraka."
Qatadah berkata: "Sejahat-jahat hamba Allah ialah tiap tukang menghina,
tukang maki dan tukang mengadu (adu domba/fitnah). Siksa kubur kerana tiga
perkara iaitu:
-
Sepertiga kerana ghibah
-
Sepertiga kerana tidak membersihkan selepas buang air kecil
-
Sepertiga kerana adu domba/fitnah
Hammad bin Salamah berkata: "Seorang menjual budak, lalu berkata
kepada pembelinya: "Budak ini tidak ada cirinya kecuali suka adu domba."
Maka dianggap ringan oleh pembeli dan tetap dibeli, dan setelah beberapa hari
ditempat majikannya, tiba-tiba budak itu berkata kepada isteri majikannya:
"Suamimu tidak cinta kepadamu dan ia akan berkahwin lagi, apakah kau ingin
supaya ia tetap kasih kepadamu?" Jawab isteri itu: "Ya." "Lalu
kalau begitu kau ambil pisau cukur dan mencukur janggut suamimu yang bahagian
dalam (dileher) jika suamimu sedang tidur." kata budak itu. Kemudian ia
pergi kepada majikannya (suami) dan berkata kepadanya: "Isterimu bermain
dengan lelaki lain dan ia merencanakan untuk membunuhmu, jika engkau ingin
mengetahui buktinya maka cuba engkau berpura-pura tidur." Maka suami itu
berpura-pura tidur dan tiba-tiba datang isterinya membawa pisau cukur untuk
mencukur janngut suaminya, maka oleh suaminya disangka benar-benar akan
membunuhnya sehingga ia bangun merebut pisau itu dari tangan isterinya lalu
membunuh isterinya. Oleh kerana kejadian itu maka datang para wali (keluarga)
dari pihak isterinya dan langsung membunuh suami itu sehingga terjadi perang
antara keluarga dan suku suami dengan keluarga dan suku dari isteri."
Yahya bin Aktsam berkata: "Tukang fitnah itu lebih jahat dari tukang sihir
sebab tukang fitnah dapat berbuat dalam sesaat apa yang tidak dilakukan oleh
tukang sihir dalam satu bulan dan perbuatan tukang fitnah lebih bahaya dari
perbuatan syaitan naknatullah sebab syaitan laknatullah hanya berbisik dan
khayal bayangan tetapi tukang fitnah langsung berhadapan dan berbuat. Dan Allah
s.w.t. telah berfirman (Yang berbunyi): "Hammalatal
hathab. Ahli-ahli tafsir banyak yang mengertikan
hathab itu fitnah/adu domba. Sebab fitnah itu
bagaikan kayu untuk menyalakan api permusuhan dan peperangan.
Aktsam bin Shaifi berkata: "Oranag yang rendah hina itu ada empat iaitu:
-
Tukang fitnah
-
Pendusta
-
Orang yang berhutang
-
Anak yatim
Utbah bin Abi Lubabah dari Abu Ubaidillah Alqurasyi berkata: "Seorang
berjalan tujuh ratus kilometer kerana akan belajar tujuh kalimat dan ketika ia
sampai ketujuannya ia berkata: "Saya datang kepadamu untuk mendapatkan ilmu
yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepadamu,
-
Beritakan kepadaku apa yang lebih berat dari langit?"
-
Dan apakah yang lebih luas dari bumi?
-
Dan apakah yang lebih keras dari batu?
-
Dan apakah yang lebih panas dari api?
-
Dan apakah yang lebih dalam dari laut?
-
Dan apakah yang lebih rendah (lemah) dari anak yatim?
-
Dan apakah yang yang lebih jahat dari racun?
Jawabnya ialah:
-
Membuat tuduhan palsu terhadap orang yang tidak berbuat, maka itu lebih berat dari langit
-
Hak kebenaran itu lebih luas dari bumi
-
Hati yang qana'ah (beriman) lebih dalam dari laut
-
Rakus itu lebih panas dari api
-
Hajat kepada keluarga yang dekat jika tidak tercapai lebih sejuk dari zamharir
-
Hati orang kafir lebih keras dari batu
-
Fitnah dan adu domba jika kedapatan (diketahui) pada yang difitnah lebih hina dari anak yatim
-
Dan fitnah itu lebih jahat dari racun yang membinasakan
Nafi' dari Ibn Umar r.a. berkata Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Setelah Allah s.w.t.
menjadikan syurga lalu diperintah: "Bicaralah." Maka berkata syurga:
"Sungguh bahagia siapa yang masuk kedalamku." Maka firman Allah
s.w.t.: "Demi kemuliaan dan kebesaranKu
tidak boleh tinggal padamu lapan jenis orang iaitu:
-
Orang yang selalu minum khamar (arak)
-
Orang yang tetap menjadi pelacur
-
Tukang fitnah/ adu domba
-
Germo (orang lelaki yang membiarkan isterinya berzina)
-
Polisi (siapa yang tahu maknanya diharap email kepada webmaster)
-
Wadam (wanita Adam, lelaki yang berlagak wanita)
-
Pemutus hubungan kekeluargaan
-
Orang yang bersumpah dengan nama Allah akan berbuat kemudian tidak menepati sumpahnya
Alhasan Albashri berkata: "Siapa yang menyampaikan khabar berita
orang lain kepdamu, maka ketahuilah bahawa orang itu akan menyampaikan khabarmu
kepada orang lain." Umar bin Abdil Azizi didatangi seseorang lalu
menceritakan hal orang lain, maka ditanya oleh Umar: "Jika kau suka maka
kami akan menyelidiki kebenaran keteranganmu itu, jika kau dusta akan kau
termasuk didalam ayat (Yang berbunyi): "In jaa
akum faasiqun binaba'in fatabayyanu." (Yang bermaksud):
"Jika datang kepadamu seorang fasiq membawa berita maka selidikilah."
Dan jika kamu benar kau termasuk ayat (Yang berbunyi): "Hammaazin
masysyaa'in binamin." (Yang bermaksud): "Tukang
ejek dan suka berjalan mengadu (memfitnah)." Dan jika kau suka kami
maafkan kepadamu." Maka jawab orang itu: "Maafkan saya ya Amirul
Mukminin dan saya tidak akan mengulangi lagi."
Abdullah bin Almubarak berkata: "Anak zina tidak dapat menyimpan amanat
pembicaraan dan orang bangsawan ialah yang tidak mengganggu tetangganya."
Yakni siapa yang suka memfitnah dan adu domba maka tabiat anak zina sebab Allah
s.w.t. berfirman (Yang berbunyi): "Hammaazin
masysyaa'in binamin, mannaa'in lil khairi mu'tadin atsiim utullin ba'da dzalika
zaniem." (Yang bermaksud): "Tukang mengejek dan
berjalan memfitnah, bakhil tidak berbudi melampaui batas pendurhaka, sombong
selain dari semua itu ia anak zina."
Seorang hakiem (cendiakawan) didatangi oleh kawannya, tiba-tiba kawan itu
menceritakan hal kawan yang lain, maka ditegur oleh cendiakawan itu: "Kamu
telah lama tidak datang dan kini datang membawa tiga dosa iaitu:
-
Pertama membencikan kepadaku kawanku
-
Kau telah merisaukan fikiranku
-
Saya menuduh engkau berdusta
Ka'bul-ahbaar berkata: "Terjadi kemarau pada Bani Israil maka
keluar Nabi Musa a.s. membawa Bani Israil untuk berdoa minta hujan sebanyak tiga
kali tetapi tidak juga hujan sehingga Nabi Musa a.s. berdoa: "Tuhanku,
hambaMu telah keluar sampai tiga kali tetapi
belum juga Engkau terima." Maka Allah
s.w.t. menurunkan wahyu: "Aku
tidak menerima doamu bersama kaummu kerana diantara kamu ada seorang tukang
fitnah." Nabi Musa a.a. bertanya: "Siapakah itu, supaya kami dapat
mengeluarkan dari anatara kami?" Jawab Allah s.w.t.:
"Hai Musa, Aku melarang kamu dari namimah
(adu-domba), apakah Aku akan mengadu-adu,
taubatlah kamu semuanya." Maka bertaubatlah mereka lalu turunlah hujan.
Sulaiman bin Abdil-Malik ketika ia duduk bersama Azzuhri tiba-tiba ada orang
datang maka Sulaiman berkata kepadanya: "Saya mendapat khabar bahawa engkau
telah membicarakan dan membusukkan saya." Jawab orang itu: "Tidak,
saya tidak berkata itu dan tidak berbuat sedemikian." Sulaiman berkata:
"Orang yang menyampaikan berita kepadaku itu benar dan jujur." Azzuhri
berkata: :"Tukang adu domba (fitnah) tidak benar dan tidak jujur."
Sulaiman berkata kepada Azzuhri: "Benar engkau." Lalu berkata kepada
tamunya itu: "selamat jalan."
Seorang cendiakawan berkata: "Jika ada orang menyampaikan kepadamu makian
kawanmu, maka dialah yang memaki engkau bukan orang yang disampaikan beritanya
kepadamu." Wahb bin Munabbih berkata: "Siapa orang yang memujimu
dengan sesuatu yang tidak ada padamu, maka tidak aman daripadanya akan memaki
engkau dengan apa-apa yang tidak ada padamu."
Abul Laits berkata: "Jika ada orang memberitahu kepadamu bahawa Fulan
menjelekkan kau, maka harus menghadapi dengan enam macam iaitu:
-
Jangan percaya kerana tukang fitnah atau tukang adu domba itu tidak dapat diterima persaksiannya Sebagaimana firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi): "Ya ayyuhalladzina aamanu in jaa'akum faa siqun binaba'in fatabayyanuu an tushibu qauman bijahaalatin fatush bihuu ala maa fa'altum naa dimiin." (Yang bermaksua): "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasiq (satu kaum) membawa berita, maka hendaklah kamu selidiki, jangan sampai kamu membalas kepada suatu kaum dengan kebodohan, maka kamu kelak akan merasa menyesal. (Surah Alhujuraat ayat 6)
-
Engkau harus mencegahnya dari fitnah itu sebab nahi unkar itu wajib
-
Engaku harus membenci kepadanya sebb telah berbuat maksiat
-
Engkau jangan bersangka jahat terhadap saudaramu yang difitnah itu sebab jahat sangka terhadap seseorang muslim itu haram. Firman Allah s.w.t. (Yang berbunyi): "Inna ba'dhadh dhanni itsmun." (Yang bermaksud): "Sebahagian dari sangka-sangka itu dosa."
-
Jangan kamu selidiki keadaan orang yang difitnah itu sebab Allah s.w.t. melarang menyelidiki kesalahan orang
-
Apa yang tidak kau suka dari perbuatan orang yang mengadu-adu itu maka jangan sampai berbuat seperti itu, yakni engkau jangan memberitahu kepada sesiapapun apa yang dikatakan oleh tukang fitnah itu
Neraka Bagi Orang yang Suka Mengadu-domba Manusia
Posted on Januari 9, 2012 by Admin
Muslim yang baik harusnya mengadakan perdamaian di antara manusia. Sebab kata Islam sendiri seakar dengan “Damai”:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” [An Nisaa’ 114]
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” [An Nisaa’ 114]
Sayang ada sebagian Muslim yang gemar
mengadu-domba manusia bahkan sesama Muslim. Padahal neraka balasannya.
Semoga kita terhindar dari itu!
Neraka adalah tempat bagi orang yg suka
mengadu-domba sehingga manusia saling perang/bunuh. Para pengadu-domba
ini gemar memfitnah dan menyebar kabar bohong untuk mengadu-domba
manusia.
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya:
“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk syurga seorang yang
gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang seorang diantara keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya
Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu?
Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.”
(Riwayat Muslim) Al’adhha dengan fathahnya ‘ain muhmalah dan sukunnya
dhad mu’jamah dan dengan ha’ menurut wazan Alwajhu. Ada yang mengatakan
Al’idhatu dengan kasrahnya ‘ain dan fathahnya dhad mu’jamah menurut
wazan Al’idatu, artinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut
riwayat pertama, maka al’adhhu adalah mashdar, dikatakan: ‘adhahahu
‘adhhan artinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan.
Saat seorang Yahudi
mengadu-domba Suku Khazraj dengan Bani ‘Aus dengan mengungkit-ungkit
permusuhan dan peperangan kedua suku tersebut di masa lalu, nyaris
terjadi Perang. Namun Nabi marah dan mendamaikan mereka. Jadi
mendamaikan manusia apalagi sesama Muslim adalah sunnah Nabi. Sedang
mengadu-domba manusia apalagi sesama Muslim, sebetulnya itu sunnah
Yahudi la’natullah.
Mengadu Domba
Buat
mereka yang suka mengadu domba, mengfitnah, mengumpat, mengata silalah
baca hingga ke noktah yang terakhir, ini Allah yang cakap.
Dosa Besar - Mengadu Domba.
Mengadu domba merupakan perbuatan yang boleh mengakibatkan persengketaan dan perbalahan antara dua belah pihak. Sikap suka menyampaikan cerita atau menyampaikan percakapan satu pihak kepada pihak yang lain dengan tujuan yang tidak baik sehingga menimbulkan perasaan tidak senang di hati pihak yang lain, dan akhirnya membawa kepada perselisihan faham antara kedua belah pihak adalah sama dengan menabur fitnah.
Dalam peristiwa Isra‘ dan Mi‘raj, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyaksikan segolongan lelaki dan wanita yang memotong satu potongan daging daripada salah seorang dari mereka. Kemudian mereka meletakkan potongan daging tersebut pada mulut salah seorang dari mereka dan berkata kepadanya: “Makanlah sepertimana yang aku makan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril ‘alaihisalam menjawab: “Mereka inilah pengumpat, pencela serta pengadu domba”.
Mengadu domba adalah maksud dari perkataan Arab an-namimah. An-namimah berasal dari perkataan an-namma yang bererti mengeluarkan berita dengan tujuan menghasut.
Dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiah al-Muyassarah, an-namimah bermaksud memindahkan atau menyampaikan berita pada orang lain dengan tujuan yang tidak baik.
Menurut Imam al-Ghazzali Rahimahullah, perkataan an-namimah pada kebanyakan pendapat adalah menyampaikan percakapan orang lain kepada orang yang dikatakan. Contoh: Seseorang berkata kepada seseorang yang lain “ Si Fulan mengatakan tentang engkau begini begini”.
Contoh ucapan atau kata-kata lain yang menggambarkan tentang perbuatan mengadu domba, antaranya: “Dia melakukan begini terhadap hakmu”, “dia merancang untuk merosakkan urusan kamu”, “dia merancang untuk membantu musuh kamu” atau “dia memburuk-burukkan tentang hal dirimu”.
Hukum Mengadu Domba
Ulama bersepakat bahawa mengadu domba termasuk antara dosa-dosa besar. Imam al-Ghazzali Rahimahullah menyatakan bahawa mengadu domba adalah dilarang kerana ianya mendedahkan sesuatu perkara yang tidak boleh didedahkan samada perkara itu tidak disukai oleh orang yang mengatakannya atau orang yang mendengarnya atau tidak disukai oleh orang yang ketiga (orang yang dikatakan).
Perbuatan yang dianggap mendedahkan sesuatu perkara itu adalah samada dengan kata-kata atau dengan tulisan atau dengan isyarat atau dengan gerak-geri, samada yang disampaikan itu daripada perbuatan atau percakapan, samada ianya tentang keaiban atau kekurangan pada diri orang yang dikatakan.
Hakikat mengadu domba ialah mendedahkan atau membuka rahsia seseorang yang dia sendiri tidak suka orang lain mengetahuinya. Maka jika seseorang itu melihat sesuatu perkara (hal ehwal orang lain) hendaklah dia mendiamkan diri sahaja tanpa perlu menyebarkannya pada orang lain.
Walau bagaimanapun jika dengan menceritakan sesuatu perkara itu mendatangkan faedah kepada orang Islam atau dapat mencegah daripada berlakunya maksiat, maka tidaklah menjadi kesalahan jika dimaklumkan kepada yang lain. Contohnya: jika dia melihat seseorang mengambil harta orang lain, maka hendaklah dia menjadi saksi bagi melindungi hak orang yang empunya harta tersebut. Namun jika tujuan sebaliknya, perkara menceritakan hal atau percakapan orang lain dianggap sebagai mengadu domba.
Balasan Mengadu Domba
Mengadu domba merupakan salah satu daripada dosa-dosa besar kerana perbuatan ini akan mengakibatkan perkelahian antara dua belah pihak. Maka oleh kerana itu Allah Subhanahu wa Taala telah menjanjikan balasan azab yang pedih kepada golongan pengadu domba.
1. Firman Allah Subhanahu wa Taala yang menggambarkan tentang kecelakaan dan penghinaan bagi pengadu domba:
Tafsirnya: “Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pencaci dan pengeji.”
(Surah Humazah: 1)
Penghinaan, azab serta kebinasaan dari Allah Subhanahu wa Taala bagi golongan pencaci dan pengeji. Pencaci dan pengeji menurut Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu: orang yang suka mengadu domba, merosakkan kasih sayang (sesama manusia) dan penzalim yang membuka keaiban (orang lain).
2. Firman Allah Subhanahu wa Taala lagi:
Tafsirnya: “Yang suka mencaci lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk menjahilkan orang ramai).”
(Surah al-Qalam: 11-13)
Maksud ayat di atas ialah golongan yang suka mencaci dan menyebarkan fitnah untuk merosakkan orang lain dan ini tergolong di dalam perbuatan mengadu domba. Golongan ini tidak akan memasuki syurga sebagaimana yang diriwayatkan oleh Huzaifah Radhiallahu ‘anhu, bahawa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Maksudnya: “Tidak masuk syurga orang yang suka mengadu domba”
(Hadis riwayat Muslim)
3. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat, Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam berjalan pada suatu tempat lalu mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya.
Maksudnya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Dua orang (yang berada dalam kubur ini) disiksa, tapi bukan disiksa kerana melakukan dosa besar.”
Baginda Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Ya, salah seorang daripada keduanya itu tidak bersuci dengan bersih setelah berkencing, sementara yang satu pula berjalan (di kalangan manusia) dengan mengadu domba”.”
(Hadis riwayat al-Bukhari)
Bedasarkan al-Qur’an dan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, mengadu domba itu adalah haram dan neraka adalah tempat mereka sebagai balasan daripada Allah Subhanahu wa Taala. Adalah menjadi kewajipan kita untuk tidak melakukan perbuatan tersebut dan menolak jika di datangi oleh golongan yang suka melakukan sedemikian.
Cara Menolak Jika Didatangi Oleh Pengadu Domba
1) Jangan mempercayainya, kerana orang yang suka mengadu domba adalah orang yang fasik. Orang yang fasik ialah orang yang ditolak kesaksiannya (syahadah). Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Tafsirnya: “Wahai orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu mengenainya sehingga menyebabkan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.”
(Surah al-Hujurat: 6)
2) Melarangnya supaya tidak mengadu domba dan menasihatinya serta mencela perbuatannya itu sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Suruhlah berbuat kebaikan, serta laranglah dari melakukan perbuatan yang mungkar.”
(Surah al-Luqman:17)
3) Hendaklah membenci perbuatan mengadu domba itu kerana Allah Subhanahu wa Taala. Sesungguhnya perbuatannya itu sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Taala. Maka wajib kita membenci perbuatannya sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala membenci perbuatan tersebut.
4) Janganlah bersangka buruk terhadap sesama saudara dalam Islam yang tiada pada ketika itu. Firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang), kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa.”
(Surah al-Hujuraat: 12)
5) Tidak perlu memperbesar-besarkan apa yang disampaikan kepada kamu dengan mengintip atau mencari (keburukan) untuk memastikan (apa yang disampaikan), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan keaiban orang.”
(Surah al Hujuraat: 12)
6) Jangan kamu menerima apa yang kamu sendiri tidak suka dan melarang dari perbuatannya. Dan jangan disampaikan pula cerita tersebut pada yang lain, contohnya kamu berkata: “Si Fulan memberitahu kepadaku begini”. Perkara seumpama ini juga dianggap sebagai mengadu domba dan mengumpat. Maka dalam keadaan ini, kamu sendiri melakukan apa yang kamu sendiri melarang (orang lain melakukannya).
Peliharalah lidah daripada melakukan perkara-perkara yang ditegah oleh syariat, seperti mengadu domba atau menyebar fitnah kerana ia merosakkan perhubungan sesama insan. Takutlah terhadap balasan mengadu domba itu. Balasannya adalah api neraka sebagaimana yang diperlihatkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam pada malam Isra‘ dan Mi‘raj.
Dosa Besar - Mengadu Domba.
Mengadu domba merupakan perbuatan yang boleh mengakibatkan persengketaan dan perbalahan antara dua belah pihak. Sikap suka menyampaikan cerita atau menyampaikan percakapan satu pihak kepada pihak yang lain dengan tujuan yang tidak baik sehingga menimbulkan perasaan tidak senang di hati pihak yang lain, dan akhirnya membawa kepada perselisihan faham antara kedua belah pihak adalah sama dengan menabur fitnah.
Dalam peristiwa Isra‘ dan Mi‘raj, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyaksikan segolongan lelaki dan wanita yang memotong satu potongan daging daripada salah seorang dari mereka. Kemudian mereka meletakkan potongan daging tersebut pada mulut salah seorang dari mereka dan berkata kepadanya: “Makanlah sepertimana yang aku makan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril ‘alaihisalam menjawab: “Mereka inilah pengumpat, pencela serta pengadu domba”.
Mengadu domba adalah maksud dari perkataan Arab an-namimah. An-namimah berasal dari perkataan an-namma yang bererti mengeluarkan berita dengan tujuan menghasut.
Dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiah al-Muyassarah, an-namimah bermaksud memindahkan atau menyampaikan berita pada orang lain dengan tujuan yang tidak baik.
Menurut Imam al-Ghazzali Rahimahullah, perkataan an-namimah pada kebanyakan pendapat adalah menyampaikan percakapan orang lain kepada orang yang dikatakan. Contoh: Seseorang berkata kepada seseorang yang lain “ Si Fulan mengatakan tentang engkau begini begini”.
Contoh ucapan atau kata-kata lain yang menggambarkan tentang perbuatan mengadu domba, antaranya: “Dia melakukan begini terhadap hakmu”, “dia merancang untuk merosakkan urusan kamu”, “dia merancang untuk membantu musuh kamu” atau “dia memburuk-burukkan tentang hal dirimu”.
Hukum Mengadu Domba
Ulama bersepakat bahawa mengadu domba termasuk antara dosa-dosa besar. Imam al-Ghazzali Rahimahullah menyatakan bahawa mengadu domba adalah dilarang kerana ianya mendedahkan sesuatu perkara yang tidak boleh didedahkan samada perkara itu tidak disukai oleh orang yang mengatakannya atau orang yang mendengarnya atau tidak disukai oleh orang yang ketiga (orang yang dikatakan).
Perbuatan yang dianggap mendedahkan sesuatu perkara itu adalah samada dengan kata-kata atau dengan tulisan atau dengan isyarat atau dengan gerak-geri, samada yang disampaikan itu daripada perbuatan atau percakapan, samada ianya tentang keaiban atau kekurangan pada diri orang yang dikatakan.
Hakikat mengadu domba ialah mendedahkan atau membuka rahsia seseorang yang dia sendiri tidak suka orang lain mengetahuinya. Maka jika seseorang itu melihat sesuatu perkara (hal ehwal orang lain) hendaklah dia mendiamkan diri sahaja tanpa perlu menyebarkannya pada orang lain.
Walau bagaimanapun jika dengan menceritakan sesuatu perkara itu mendatangkan faedah kepada orang Islam atau dapat mencegah daripada berlakunya maksiat, maka tidaklah menjadi kesalahan jika dimaklumkan kepada yang lain. Contohnya: jika dia melihat seseorang mengambil harta orang lain, maka hendaklah dia menjadi saksi bagi melindungi hak orang yang empunya harta tersebut. Namun jika tujuan sebaliknya, perkara menceritakan hal atau percakapan orang lain dianggap sebagai mengadu domba.
Balasan Mengadu Domba
Mengadu domba merupakan salah satu daripada dosa-dosa besar kerana perbuatan ini akan mengakibatkan perkelahian antara dua belah pihak. Maka oleh kerana itu Allah Subhanahu wa Taala telah menjanjikan balasan azab yang pedih kepada golongan pengadu domba.
1. Firman Allah Subhanahu wa Taala yang menggambarkan tentang kecelakaan dan penghinaan bagi pengadu domba:
Tafsirnya: “Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pencaci dan pengeji.”
(Surah Humazah: 1)
Penghinaan, azab serta kebinasaan dari Allah Subhanahu wa Taala bagi golongan pencaci dan pengeji. Pencaci dan pengeji menurut Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu: orang yang suka mengadu domba, merosakkan kasih sayang (sesama manusia) dan penzalim yang membuka keaiban (orang lain).
2. Firman Allah Subhanahu wa Taala lagi:
Tafsirnya: “Yang suka mencaci lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk menjahilkan orang ramai).”
(Surah al-Qalam: 11-13)
Maksud ayat di atas ialah golongan yang suka mencaci dan menyebarkan fitnah untuk merosakkan orang lain dan ini tergolong di dalam perbuatan mengadu domba. Golongan ini tidak akan memasuki syurga sebagaimana yang diriwayatkan oleh Huzaifah Radhiallahu ‘anhu, bahawa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Maksudnya: “Tidak masuk syurga orang yang suka mengadu domba”
(Hadis riwayat Muslim)
3. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat, Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam berjalan pada suatu tempat lalu mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya.
Maksudnya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Dua orang (yang berada dalam kubur ini) disiksa, tapi bukan disiksa kerana melakukan dosa besar.”
Baginda Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Ya, salah seorang daripada keduanya itu tidak bersuci dengan bersih setelah berkencing, sementara yang satu pula berjalan (di kalangan manusia) dengan mengadu domba”.”
(Hadis riwayat al-Bukhari)
Bedasarkan al-Qur’an dan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, mengadu domba itu adalah haram dan neraka adalah tempat mereka sebagai balasan daripada Allah Subhanahu wa Taala. Adalah menjadi kewajipan kita untuk tidak melakukan perbuatan tersebut dan menolak jika di datangi oleh golongan yang suka melakukan sedemikian.
Cara Menolak Jika Didatangi Oleh Pengadu Domba
1) Jangan mempercayainya, kerana orang yang suka mengadu domba adalah orang yang fasik. Orang yang fasik ialah orang yang ditolak kesaksiannya (syahadah). Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Tafsirnya: “Wahai orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu mengenainya sehingga menyebabkan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.”
(Surah al-Hujurat: 6)
2) Melarangnya supaya tidak mengadu domba dan menasihatinya serta mencela perbuatannya itu sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Suruhlah berbuat kebaikan, serta laranglah dari melakukan perbuatan yang mungkar.”
(Surah al-Luqman:17)
3) Hendaklah membenci perbuatan mengadu domba itu kerana Allah Subhanahu wa Taala. Sesungguhnya perbuatannya itu sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Taala. Maka wajib kita membenci perbuatannya sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala membenci perbuatan tersebut.
4) Janganlah bersangka buruk terhadap sesama saudara dalam Islam yang tiada pada ketika itu. Firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang), kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa.”
(Surah al-Hujuraat: 12)
5) Tidak perlu memperbesar-besarkan apa yang disampaikan kepada kamu dengan mengintip atau mencari (keburukan) untuk memastikan (apa yang disampaikan), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan keaiban orang.”
(Surah al Hujuraat: 12)
6) Jangan kamu menerima apa yang kamu sendiri tidak suka dan melarang dari perbuatannya. Dan jangan disampaikan pula cerita tersebut pada yang lain, contohnya kamu berkata: “Si Fulan memberitahu kepadaku begini”. Perkara seumpama ini juga dianggap sebagai mengadu domba dan mengumpat. Maka dalam keadaan ini, kamu sendiri melakukan apa yang kamu sendiri melarang (orang lain melakukannya).
Peliharalah lidah daripada melakukan perkara-perkara yang ditegah oleh syariat, seperti mengadu domba atau menyebar fitnah kerana ia merosakkan perhubungan sesama insan. Takutlah terhadap balasan mengadu domba itu. Balasannya adalah api neraka sebagaimana yang diperlihatkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam pada malam Isra‘ dan Mi‘raj.
LAYARI LAMAN NI...UNTUK KETERANGAN HADIS@SLIDE
http://ejournals.ukm.my/islamiyyat/article/viewFile/1920/1516
http://www.slideshare.net/Frisalia/hadist-pengetian-dan-jenisjenis
PEMBAGIAN HADITS SECARA UMUM, JENIS-JENIS HADITS
Hadits yang dapat dijadikan pegangan adalah hadits yang dapat diyakini
kebenarannya. Untuk mendapatkan hadits tersebut tidaklah mudah karena
hadits yang ada sangatlah banyak dan sumbernya pun berasal dari berbagai
kalangan.
A. DARI SEGI JUMLAH PERIWAYATNYA
Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak sedikitnya perawi yang
menjadi sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits
dibagi menjadi dua macam, yakni:
1. Hadits Mutawatir
a. Pengertian Hadits mutawatir
Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain.
Sedangkan menurut istilah ialah Suatu hasil hadis tanggapan pancaindera,
yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan
mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.
b. Pembagian Hadits Mutawatir
Para ulama membagi hadits mutawatir menjadi 3 (tiga) macam :
2. Hadis Ahad
a. Pengertian hadis ahad
Menurut Istilah ahli hadis, pengertian hadis ahad ialah hadits yang tidak berkumpul padanya syarat-syarat mutawatir.
b. Pembagian Hadits Ahad
Pembagian hadits ahad dilihat dari jumlah periwayatannya di bagi kepada tiga tingkatan yaitu :
B. DARI SEGI KUALITAS SANAD DAN MATANNYA
Para ulama membagi hadis ahad dalam tiga tingkatan, yaitu hadits
sahih, hadits hasan, dan hadis daif. Pada umumnya para ulama tidak
mengemukakan, jumlah rawi, keadaan rawi, dan keadaan matan dalam
menentukan pembagian hadis-hadis tersebut menjadi hadis sahih, hasan,
dan daif.
1. Hadits Sahih
Hadits Sahih adalah hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang
adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat dan
tidak janggal.
Hadits shahih terbagi kepada dua bagian:
2. Hadis Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang dinukilkan oleh orang yang yang adil
yang kurang sedikit kedhobitannya, bersambung-sambung sanadnya sampai
kepada nabi SAW. dan tidak mempunyai ‘Illat serta syadz.
Menutut Ibnu Shalah, hadits hasan itu dapat dibagi menjadi dua:
3. DARI SEGI KEDUDUKAN DALAM HUJJAH
hadis ahad ahad ditinjau dari segi dapat diterima atau tidaknya terbagi
menjadi 2 (dua) macam yaitu hadis maqbul dan hadis mardud.
a. Hadis Maqbul
Maqbul menurut bahasa berarti yang diambil, yang diterima, yang
dibenarkan. Sedangkan menurut urf Muhaditsin hadis Maqbul ialah Hadis
yang menunjuki suatu keterangan bahwa Nabi Muhammad SAW menyabdakannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa hadis maqbul ini wajib diterima. Sedangkan yang temasuk dalam kategori hadis maqbul adalah:
B. Hadis Mardud
Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak; yang tidak diterima.
Sedangkan menurut urf Muhaddisin, hadis mardud ialah Hadis yang tidak
menunjuki keterangan yang kuat akan adanya dan tidak menunjuki
keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi adanya dengan
ketidakadaannya bersamaan. Jadi, hadis mardud adalah semua hadis yang
telah dihukumi daif.
4. Hadis Daif
Hadis daif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-sifat hadis sahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadis hasan
C. DARI SEGI TEMPAT PENYANDARANNYA
Ditinjau dari segi kepada siapa berita itu disandarkan, apakah
disandarkan pada Allah, Nabi SAW., shahabat ataukah disandarkan kepada
yang lainnya, maka hadits itu dapat dibagi menjadi:
I. Hadits Qudsi
Yang disebut hadits Qudts –Qudsy atau hadits- Rabbany atau
hawadits-lahi, ialah sesuatu yang dikabarkan Allah Ta’ala kepada
Nabi-Nya dengan melalui ilham , yang kemudian Nabi menyampaikan makna
dari ilham tersebut dengan ungkapan kata beliau.
2. Hadits Marfu’
Hadits Marfu' adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW., baik
berupa perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu
bersambung ataupun sanadnya itu terputus.
3. Hadits Mauquf
Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa
perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung
ataupun sanadnya itu terputus.
Contoh:
4. Hadits Maqtu’
Hadits Maqtu' adalah yang disandarkan kepada tabi’in dan tabi’ut tabi’i
serta orang yang sesudahnya, baik berupa perkataan, perbuatan atau
lainnya.
|
Tiada ulasan:
Catat Ulasan