Cara Taubat dari Memakan Uang Haram
Assalamualaikum Ustadz,Saat ini saya khawatir telah memakan uang haram, baik langsung maupun tidak langsung, padahal saya telah berusaha untuk menghindarinya, namun saya takut tanpa saya sadari telah memakannya.
Saya pernah mendengar dalam suatu Khotbah Jum’at, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa siapa yang memakan barang haram tidak akan diterima ibadahnya selama 40 tahun, tentu saya sangat takut dan pesimis sehingga berfikir akan sia-sia saja untuk memperbanyak ibadah, sementara ini Alhamdulillah saya tetap rajin beribadah meskipun masih khawatir tidak akan diterima (saya takut nanti akan berfikir percuma ibadah kalau tidak diterima).
Pertanyaan saya, Apakah yang harus saya lakukan agar Allah mengampuni saya dari memakan uang haram yang mengakibatkan ibadah saya tidak diterima selama itu ?
Waalaikumussalam Wr Wb
Terdapat hadits yang berbunyi,”Barangsiapa yang memakan sesuap saja dari yang haram maka tidaklah diterima shalatnya sebanyak 40 malam dan tidaklah diterima doanya selama 40 pagi dan setiap daging yang tumbuh dari (sesuatu) yang haram maka api neraka menjadi lebih utama baginya. Sesungguhnya sesuap dari yang haram akan menumbuhkan daging.” (HR. ad Dailami dari Ibnu Masud)
Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits tersebut munkar, tidak dikenal kecuali dari riwayat al Fadhl bin Abdullah. Sementara Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hadits tersebut maudhu’ (palsu)
Adapun tentang bertaubat dari memakan barang yang diharamkan Allah maka sesungguhnya pintu taubat senantiasa terbuka selama nyawa belum sampai di tenggorokan atau matahari belum terbit dari barat. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan.”
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: ” Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan senantiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat.”
Cukuplah bagi anda melakukan taubat nashuha terhadap perbuatan memakan barang yang diharamkan tersebut dengan memenuhi syarat-syaratnya :
1. Menyesali atas apa yang anda lakukan pada masa lalu.
2. Meninggalkan kemaksiatan tersebut saat diri anda bertaubat.
3. Bersungguh-sungguh untuk tidak kembali melakukan perbuatan tersebut selamanya pada masa yang akan datang.
4. Jika dalam perbuatan tersebut terdapar penzhaliman terhadap kepemilikan orang lain maka diwajibkan bagi anda untuk mengembalikannya berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari qiyamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya”
Dan mudah-mudahan dengan taubat yang sungguh-sungguh Allah akan menggantikan keburukan tersebut dengan kebaikan :
إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ
عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Artinya : “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al
Furqan : 70)
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya : “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur : 31)Wallahu A’lam
3 Golongan Yang Diburu Masuk Neraka - Ustaz Fawwaz Mohd Jan~ Antara syurga dan neraka~ Satu tempat yang cukup-cukup mengerikan~ Sebuah bilik di Neraka penuh dengan lipas~ 31,000 tahun dibakar~ "Tak pa,.. nanti masuk, keluar balik.."~ Umat yang lebih jahat dari masyarakat jahiliyah
Posted by Zonkuliah on Wednesday, 15 April 2015
Upgrade Hidup - Ustaz Shamsuri Hj Ahmad~ Ciri-ciri manusia yang bahagia~ 3 tanda bahagia dan sengsara seorang manusia
Posted by Zonkuliah on Wednesday, 15 April 2015
ZAMAN DI MANA ORANG TIDAK PEDULIKAN DARI MANA MENDAPATKAN HARTA
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال” : يأتي
“ على الناس زمان لا يبالي المرء ما أخذ منه أمن الحلال أم من الحرام
Maksud Hadis :
Daripada Abu Hurairah r.a berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w; “Akan
datang suatu zaman seseorang tidak mempedulikan dari mana ia
mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal atau pun haram”.
H.R. an-Nasa’i
Huraian:Di zaman sekarang ini merupakan zaman ketandusan rohani dan zaman materialisme. Segala sesuatu adalah bernilai dengan nilai harta. Manusia sanggup cakar mencakar untuk memperolehi sebanyak mungkin kekayaan, mereka tidak mempedulikan dari mana datangnya harta yang diperolehi, apakah dari sumber yang halal atau dari sumber yang haram. Yang penting, harta dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kehendak nafsu atau pun untuk melayan kehendak isteri atau anak-anak mereka, supaya dapat hidup dengan kemewahan dan keseronokkan. Apabila diteliti jenis-jenis pekerjaan dan sumbar pendapatan yang haram yang mana ramai umat Islam terlibat daripada sumber-sumber seperti berikut :
Pertama : Arak
Kedua : Riba
Ketiga : Rasuah
Keempat : Mengadai maruah
Huraiannya adalah seperti berikut :
Pertama : Arak
Bekerja dan berusaha mencari sumber kehidupan mesti dilakukan dalam kerangka yang dibenarkan agama. Walaupun Islam mewajibkan umatnya bekerja dengan gigih dan berdedikasi, pencarian sumber kehidupan tersebut seharusnya selari dengan aturan yang dibenarkan agama saja. Ini termasuk aspek melibatkan minuman memabukkan seperti arak.
Sebenarnya Islam bukan saja mengharamkan umatnya minum arak, tetapi juga segala perkara yang berhubungkait dengan penghasilan dan pemprosesan arak. Mungkin sesetengah kita beranggapan mereka hanya bekerja, tetapi tidak terlibat dengan meminumnya. Ini salah dan amat bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam hal ini, ada baiknya kita lihat apa yang pernah disampaikan Ibnu Mas’ud yang katanya: “Telah dilaknat dalam (urusan) khamar (arak) itu, iaitu orang yang memerah, yang diminta diperahkan, yang meminumnya, yang memberi minuman, orang yang bertugas menghantar, yang membekal, yang menjual, yang membeli dan juga yang menyimpannya.”
Dalam zaman sekarang ini termasuk juga orang yang mengiklankan arak dan orang yang terlibat membeli saham syarikat arak. Ini kategori manusia yang dikira terlibat secara langsung dengan arak. Jadi, bekerja di premis pemprosesan arak termasuk dalam jenis manusia yang akan mendapat laknat Allah sebagaimana digariskan Ibnu Mas’ud tadi. Walau apapun tarikan berupa kebendaan dan upah lumayan, sebagai umat Islam kita ditegah sama sekali terlibat dalam industri pengeluaran arak. Ini kerana segala hasil pendapatannya juga akan termasuk dalam kategori sumber yang haram. Sanggupkah kita makan dan memberi makan anak isteri dengan hasil sumber yang haram?
Amat malang seandainya ada di kalangan umat Islam masih setia dan sayang dengan pekerjaan di indusrti haram seperti kilang memproses arak atau di premis penjualan arak sama ada dipasaraya atau pasar mini milik orang bukan Islam, termasuk juga bekerja disyarikat penerbangan yang ada menyediakan arak kerana senario sebegini sangat mengaibkan maruah agama.
Kejernihan hati banyak tergantung kepada kesucian rezeki. Jika makanan dan minuman yang mengalir dalam tubuh diperolehi dari sumber yang baik, maka bahan tersebut akan menyumbang keperibadian mulia dalam diri seseorang. Sebaliknya jika darah yang mengalir dalam tubuh diperolehi dari sumber rezeki yang haram, maka segala tingkah laku, budi pekerti dan akhlak seseorang akan dicorak oleh jenis makanan haram tersebut.
Mencari rezeki yang halal untuk menyara kehidupan merupakan perintah Allah kepada hambaNya yang cintakan kebenaran. Sedangkan punca pencarian untuk meneruskan kehidupan terdiri dari berbagai cabang dan arah. Dari sekian banyak sumber usaha tersebut, perniagaan merupakan sembilan persepuluh (90%) dari sekalian punca rezeki yang terdapat di dunia ini. Sesungguhnya perniagaan yang jujur dan ikhlas akan menghasilkan rezeki yang berkat.
Kedua : Riba
Islam melarang umatnya bekerja di syarikat atau perbankan yang menggunakan sistem riba dalam urusniaganya. Syarikat yang terlibat adalah seperti di bank-bank konvensional, syarikat insuran nyawa, syarikat kewangan berlesen, kedai pajak gadai cara konvensional dan menjadi pengutip wang untuk syariakt pinjaman tanpa lesen (along) dan sebagainya.
Dari Jabir r.a, ia berkata : Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, pemberi riba, penulis, dan kedua orang yang menjadi saksi atasnya. ia berkata : “mereka itu sama (saja)”
(Hadis Riwayat Muslim : 3/219).
Begitu hebat sekali sistem riba menguasai pasaran di dalam masyarakat kita, ramai umat Islam bekerja di syarikat yang mengamalkan sistem riba sedangkan jelas Allah S.W.T mengharamkan sistem riba dan terdapat di dalam ayat al-Quran surah al-Baqarah ayat 278-279.
Firman Allah SWT yang bermaksud :
“Hai orang-orang yang beriman , bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah riba (yang belum di pungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah , bahawa Allah dan RasulNya akan memerangimu . Dan jika kamu bertaubat (dari mengambil riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
(Surah Al- Baqarah ayat 278-279)
Walaupun sudah ada altenatif menggunakan sistem muamalah secara Islam (melalui Bank Islam, Takaful dan sebagainya) tetapi umat Islam masih suka dan seronok bekerja disyarikat-syarikat tersebut, yang mana telah jelas bahawa sumber rezeki yang diperolehi adalah haram di sisi Islam.
Ketiga : Rasuah
Islam memberi amaran keras kepada manusia supaya tidak terbabit dengan perbuatan rasuah. Islam mengharamkan mengaut harta orang lain secara rasuah sedangkan menyedari perbuatan itu berdosa. Ketika mengulas perkara itu, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Allah melaknat pemberi rasuah, penerima rasuah dan orang yang menjadi orang perantaraan.”
(Hadis riwayat Ahmad)
Islam mengharamkan rasuah kerana menjadi penyebab kezaliman berlaku dalam masyarakat, orang yang tidak bersalah boleh dihukum bersalah, menghapuskan peluang mereka yang sepatutnya layak dan penyebaran harta di kalangan pihak tertentu saja. Selain itu, kita bimbang gaya hidup rasuah akan mempengaruhi tabiat integriti keturunan akan datang. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Setiap daging yang tumbuh daripada sumber haram, maka akan dihumbankan dalam api neraka.”
(Hadis riwayat Baihaqi dan Tirmizi)
Berdasarkan hadis itu jelas ada kaitan kuat bahawa keturunan dan anak pinak yang bersumber daripada darah daging haram akan kemungkinan besar terpengaruh dengan gaya hidup menjerumuskan ke dalam api neraka. Jauhilah perbuatan mengambil rasuah kerana telah jelas disisi Islam bahawa harta tersebut adalah daripada sumber yang haram dan tidak seharusnya dibawa balik untuk di beri makan kepada anak dan isteri.
Keempat : Mengadai maruah.
Dasar Islam dalam pekerjaan adalah jelas. Islam menggalakkan umatnya bekerja kuat dan mengumpul kekayaan. Oleh itu Islam menggalakkan umatnya bekerja dan berusaha supaya mereka menjadi umat terbaik dan contoh kepada pihak lain.
Salah satu pekerjaan yang diharamkan adalah bekerja ditempat-tempat yang boleh mengadaikan maruah diri sebagai seorang muslim.
Pekerjaan tersebuat adalah seperti berikut :
1. Pelacur
2. Teman sosial (di kelab-kelab malam)
3. Penari, penyayi dan pemaian alat musik dikelab-kelab malam (terdapat hidangan arak dan pergaulan bebas lelaki perempuan)
4. Bonser (pengawal keselamatan untuk tempat-tempat maksiat)
5. Tukang urut untuk berlainan jenis (lelaki mengurut wanita atau wanita mengurut lelaki)
6. Menjadi model pakaian atau iklan yang mendedahkan aurat dan menjadi tontonan orang ramai
7. Mendapat habuan (wang ringgit atau projek) kerana merancang konsperasi untuk mengaibkan seseorang muslim dengan memasang cctv , membuat vedio atau mengambil gambar dan sebagainya.
Semua pekerjaan tersebut di atas atau apa sahaja pekerjaan yang boleh mengadai maruah seorang muslim adalah haram di sisi Islam dan wajib ditinggalkan kerana ianya boleh mendapat laknat Allah SWT.
Marilah kita sama-sama tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Tinggalkanlah semua pekerjaan atau sumber rezeki yang haram dan syubahat kerana hasil daripada pekerjaan yang haram tidak boleh digunakan untuk memberi nafkah kepada ahli keluarga, sedekah dan ibadah yang dikerjakan dengan menggunakan sumber yang haram tidak akan diterima di akhirat nanti amalan yang baik itu akan menjadi debu-debu yang berterbangan dan akan dilemparkan balik ke muka orang tersebut dan dia akan dihumbankan ke dalam api neraka, nauzubillahiminzalik.
Rezeki yang halal akan membawa keberkatan dan rahmat Allah SWT. Sedekah dan zakat yang ikhlas dan diperolehi daripada sumber yang halal akan dilipat gandakan oleh Allah SWT di hari akhirat nanti sehingga 700 kali ganda.
Kesan Memakan Harta Yang Haram
- Doanya tidak diterima oleh Allah S.W.T
[Kemudian ia menyambutkan seorang lelaki yang jauh perjalanannya, yang kusut masai rambutnya, lagi berdebu mukanya menghulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdoa: Hai Tuhanku, hai Tuhanku, pada hal makanannya haram, minumnya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram pula, maka bagaimanakah mungkin itu diperkenankan baginya?]
(Hadis riwayat Muslim)
2. Daging yang tumbuh pada badan dan membesar ke atas orang yang makan dan minum hasil daripada rezeki yang haram tadi akan hanya layak untuk dibakar oleh api neraka,
- berdasarkan sabda Rasulullah S.A.W. :
[Setiap daging yang tumbuh dari bahan makanan yang haram maka api nerakalah yang lebih layak baginya]. (Hadis riwayat Al-Tarmizi)
3. Allah S.W.T murka dan akan menurunkan bala dalam bentuk kehancuran sesebuah negara.
- Mereka yang terlibat secara langsung juga telah turut menyumbang kepada kehancuran tamadun bangsa dan negaranya sendiri. Sebab itulah seseorang yang mempunyai sifat amanah dan tanggungjawab yang tinggi serta iman yang mantap dan kuat, sudah pasti tidak sanggup melakukan dosa yang sebegini berat, yang akan memberikan kesan yang cukup besar kepada diri dan umat manusia seluruhnya. Firman Allah S.W.T. bermaksud :
[Dan apabila sampai tempoh kami hendak membinasakan penduduk sesebuah negeri, kami perintahkan (lebih dahulu) orang-orang yang melampau-lampau dengan kemewahan di antara mereka (supaya saat), lalu mereka menderhaka dan melakukan maksiat padanya, maka berhaklah negeri binasakan, lalu kami menghancurkannya sehancur-hancurnya]. (Surah Al-Syara’ : 16)
4. Harta seseorang tidak berkat, bahkan akan membawa kepada kehancuran bencana duniawi dan ukhrawi,
- sebagai contoh orang yang menerima hadiah ketika menjalankan tugas rasmi yang sudah dibayar gajinya, menyebabkan mereka tidak mampu untuk berlaku adil dan bertindak tegas dalam melaksanakan sesuatu tugas dan tanggungjawab yang telah diamanahkan, jika ini berlaku, maka bermulalah proses kehancuran sesebuah masyarakat dan negara, serta menerima balasan yang buruk
- Ini berdasarkan hadis dari Abu Humaidi Al- Sai’di, kisah ini berpunca dari petugas yang mengutip zakat yang bernama Lutbiah yang telah menerima wang hadiah ketika memungut zakat yang bermaksud :
[Mengapa para petugas zakat berbuat seperti itu, lebih baik dia duduk-duduk sahaja di rumah orang tua nya, apakah dia akan diberi hadiah?. Barangsiapa yang melakukan itu, iaitu menerima hadiah, maka di hari kiamat nanti, dia akan menanggung kembali hadiahnya di dunia itu dulu di atas bahunya apa-apa yang di terimanya, samada unta, lembu dan kambing]. (Hadis riwayat Muslim).
Setelah kita mendengar beberapa kesan berat dan amat menakutkan yang akan berlaku hasil daripada melakukan pelbagai perbuatan yang haram untuk mendapatkan rezeki, maka apakah tidak timbul sedikit pun rasa takut dan gementar di sanubari kita dengan azab dan janji Allah tersebut. Jika umat islam tidak mempunyai perasaan takut terhadap ancaman Allah S.W.T, dan sebaliknya masih terus melakukan perkara yang di haramkannya, maka sesungguhnya mereka itu telah termasuk dalam golongan orang yang bakal memasuki neraka Jahanam, berdasarkan kepada firman Allah S.W.T. :
[Dan sesungguhnya kami jadikan untuk neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah) dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat dengannya (bukti KeEsaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat) ; mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai].
(Al-araf:179)
Manusia yang masih berani melanggar perintah Allah S.W.T dan berterusan melakukan maksiat dan kemungkaran secara terang-terangan mahupun tersembunyi untuk mendapatkan rezeki yang haram adalah merupakan manusia yang tidak mempunyai perasaan atau yang telah mati rasa kemanusiaannya, mana-mana manusia yang telah mati rasa kemanusiaannya, sebenarnya mempunyai penyakit jiwa yang parah dan mereka akan sanggup melakukan apa sahaja kemungkaran dan kejahatan demi menunaikan keinginan dan dorongan nafsu syahwatnya yang tidak pernah puas. Sikap dan tindakan ini juga sudah pasti akan mendapat dokongan yanag kuat daripada para iblis dan syaitan.
Sanggupkah kita untuk turut sama menjadi manusia yang terlibat secara langsung dalam menyumbangkan peranan terhadap kemungkaran dan di masa yang sama menjadi pemangkin dalam mengundang kemurkaan Allah S.W.T di muka bumi ini. Tidakkah kita takut dengan konsep dosa yang berterusan yang akan tanggung jika kita turut menjadi model dan ikutan yang mendorong manusia lain untuk melakukan kemungkaran dan kemaksiatan. Adakah kita tidak merasa takut dan gementar dengan pertanyaan semasa kita berada di alam kubur dan seterusnya di padang mahsyar nanti.
Berdasarkan hadis daripada Abu Barzah, soalan itu berbunyi :
[Tidak berganjak kedua kaki seseorang hamba (dihadapan Allah S.W.T) pada hari kiamat, sehingga terlebih dahulu ia akan ditanya tentang hartanya, daripada mana ia memperolehinya dan untuk apa dibelanjakannya].
(Riwayat Al-Tarmizi)
Marilah kita meningkatkan muhasabah. Memandangkan kita masih berpeluang untuk memohon ampun dan bertaubat, maka ambillah kesempatan ini dan lakukanlah dengan penuh khusyuk, tawadduk mematuhi syarat-syarat taubat dan berjanji tidak mahu mengulangi lagi perbuatan yang diharamkan oleh Allah S.W.T demi untuk mendapat keredhaannya. Marilah kita selaku umat islam yang beriman dengan hari akhirat yang akan memberikan balasan balasan baik atau buruk bersama-sama membanteras perbuatan yang dimurkai oleh Allah S.W.T ini. Dengan tindakan ini ia bukan sahaja akan menyelamatkan diri dan keluarga, bahkan masyarakat dan negara kita. Rasulullah S.A.W menegaskan :
[Orang kaya bukanlah orang yang banyak hartanya, akan tetapi hakikat orang kaya adalah orang yang kaya hatinya].
(Riwayatal-Bukhari)
Sekiranya orang Islam mengetahui bahawa rezeki atau duit yang mereka terima itu jelas daripada sumber yang haram maka haram bagi umat Islam memakannya.
Sumber atau hasil daripada judi boleh digunakan sekiranya orang Islam benar-benar dalam keadaan darurat. Darurat mestilah keadaannya sangat-sangat terdesak.
Contohnya, tiada langsung sumber halal. Sekiranya tak terima yang haram akan mati kelaparan. Maka dalam keadaan sebegini Islam mengharuskan, dengan syarat dihalalkan yang haram sekadar untuk selamatkan nyawa. Jika duit haram itu dihonoriumkan adalah haram bagi orang Islam. Ayat-ayat al-Quran serta riwayat-riwayat hadis dan athar para sahabat yang sentiasa menjadi rujukan, antaranya hadis yang diriwayatkan dari Abu Bakar ra ada dua jalan, yang pertamanya yang bermaksud:
“Tidak akan masuk ke dalam syurga daging yang tumbuh dari sumber wang yang nerakalah yang layak baginya.” (riwayat Imam Ahmad di dalam Musnadnya), manakala riwayat yang lain bermaksud: “Tidak akan masuk syurga tubuh badan yang membesar dengan sumber yang haram.”
(Riwayat al-Khatib al-Tabriziy di dalam Miyskah al-Misbah).
Maksud hadis ini ialah tubuh badan atau daging yang membesar bersumberkan pendapatan haram maka di akhirat kelak sebagai balasan neraka jahanamlah tempat baginya sebagi balasan. Ini kerana Allah SWT mengharamkan setiap yang kotor serta sumber pendapatan yang melanggar syarak sebagai haram, sedang Allah SWT memerintahkan orang Islam hanya memakan yang baik lagi jelas halalnya.
Allah SWT memerintahkan hamba-hambanya yang benar-benar beriman agar menjadikan yang halal sahaja sebagai makan rutin harian. Ini kerana sumber rezeki atau pendapatan yang haram bukan sahaja melayakkan seseorang itu menjadi penghuni syurga bahkan turut memberi kesan kepada kelakuan manusia. Allah SWT memerintah setiap Rasul-Nya agar makan yang halal lagi, supaya apa ditinggalkan oleh para Rasul menjadi ikutan bagi umat Islam. Firman Allah yang bermaksud:
“Wahai Rasul-rasul, makanlah daripada makanan yang baik lagi halal dan kerjakanlah amal-amal salih, sesungguhnya aku mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(al-Mukminun: 51).
Di dalam riwayat yang disampaikan oleh Ibn Mardawaih daripada ibn Abbas ra, tatkala ayat ini dibaca oleh sahabat di hadapan Rsulullah SAW, maka berdirilah Sa’ad bin Abi Waqqash. Dia memohon kepada Rasulullah supaya baginda memohon kepada Allah agar apa sahaja yang dipohon melalui doa oleh Sa’ad dikabulkan Allah. Maka baginda bersabda yang bermaksud: Wahai Sa’ad! Perbaikilah makanan engkau, nescaya engkau akan dijadikan Allah orang yang makbul doanya. Demi Tuhan, yang jiwa Muhammad berada pada takdir-Nya, sesungguhnya seorang lelaki yang menyuapkan suatu yang haram ke dalam perutnya, maka tidaklah diterima amalnya selama empat puluh hari. Dan sesiapa di hamba Allah yang membesar dagingnya dari sumber yang haram dan riba, maka api neraka lebih baik untuknya. (Disebut oleh al-Haithamiy di dalam al-Majma’, jld:10, hlm:291, juga lihat; al-Munziriy, al-Targhib, jld:2, hlm:547. Hadis ini darjatnya lemah)
Ibn Kathir berpandangan: “Makanan yang yang baik untuk badan hendaklah makanan yang tidak memudaratkan jasad dan memudaratkan akal…”
(Ibn Kathir, Tafsir al-Quran al-’Azim, jld:1, hlm:434)
Firman Allah SWT yang bermaksud: Oleh itu, makanlah daripada apa yang
telah dikurniakan Allah kepada kamu dari benda-benda yang halal dan
bersyukurlah akan nikmat Allah, jika benar kamu hanya menyembah-Nya
semata-mata. (al-Nahl:114)Kebanyakan di antara kita tidak sedar bahaya rezeki haram, kesannya serta mudaratnya. Ada pula di antara kita yang tidak kisah dari mana datangnya rezeki itu.
Daripada Aisyah telah berkata
yang bermaksud: Abu Bakar al-Siddiq pernah memiliki seorang budak
suruhan. Pada suatu hari budak suruhan ini telah datang dengan membawa
makanan, lalu Abu Bakar pun memakan dari apa yang dibawa oleh budak
suruhan itu. Lantas budak suruhan itu bertanya kepada Abu Bakar, tahu
tak kamu apa ini (makanan yang dibawa), Abu Bakar menjawab: Apa dia?
Lalu budak itu memberitahu kepada Abu Bakar, dulu zaman jahiliah aku
pernah menilik untuk orang ramai, sedang aku ini bukanlah seorang tukang
tilik yang handal melainkan aku khianati orang dengan dustaan tilikan.
Aku terserempak dengan orang yang pernah aku tilik lalu memberi aku
makanan yang telah engkau makan sebentar tadi. Tanpa berlengah Abu Bakar
telah memasukkan jarinya ke dalam mulut dan memuntahkan semua yang
telah dimakannya. (riwayat al-Bukhari, no:3554, Kitab al-Manaqib)
Kesan-kesan buruk makanan haram
1. Mewarisi sifat kebinatangan seperti binatang-binatang yang Allah
haramkan. manusia yang makan khinzir akan bersifat seperti khinzir pada
kelakuannya seperti tamak dan mementingkan diri.
2. Allah tidak menerima doa mereka yang makan makanan haram. Maka segala
amalan kebajikan seperti sedekah, haji, solat Dhuha, solat sunat,
taubat, tangisan yang benar-benar taubat tetapi segala-gala Allah
gantungkan pahalanya dan menolak segala doanya yang benar-benar
menyesal.Namun Allah tidak memandang wajahNya kepada orang yang makan
makanan Haram.. segal-galanya tidak ada nilai di sisi Allah selagi apa
yang menjadi hidangan dan pakaiannya bersumberkan perkara haram.
3. Kehidupan tidak tenang dan tenteram. Baginda Rasulullah telah
bersabda: Ada seorang lelaki datang dari tempat yang jauh, rambutnya
tidak terurus, penuh dengan debu lalu dia mengangkat tangannya ke langit
sambil berdoa ” Wahai Tuhanku” padahal makanannya haram, minumannya
haram, pakaiannya haram dan diberi makanan yang haram pula. Maka
bagaimana mungkin doanya akan dimakbulkan/ ” ( HR Muslim & Tarmizi
).
4. Hati payah menerima kebenaran. Sukar menerima kebenaran walaupun di tahu bahawa dirinya berada pada pihak yang salah.
5. Hilang rasa sensitif terhadap perkara yang baik. tidak bersemangat
untuk berlumba-lumba melakukan kebaikkab dan kebajikan. Hilang rasa
cemburu terhadap anak dan isteri walaupun sehingga tahap isteri dan
anak-anaknya melakukan perkara-perkara berdosa di hadapannya.Tetapin
tidak timbul perasaan untuk melarang atau marah terhadap isteri dan
anak-anaknya.
6. Bersemangat melakukan maksiat. Apabila terdengar program-program
maksiat maka jiwanya akan segar bugar untuk menyertainya, walaupun
terpaksa menghabiskan wang dan ringgit. tetapi apabial mendengar
program-program akhirat. Maka seribu alasan akan dibentangkan untuk
mengelak dirinya menyumbangkan tenaga pada program tersebut.
7. Kepintaran dan Kelebihan digunakan untuk melakukan kejahatan.
Pemberian Allah seperti emas dan perak atau minyak yang melimpah pada
sesebuah negara Islam hanyalah digunakan untuk melakukan maksiat tetapi
jika untuk kebaikkan Allah dan Rasulnya tidak mendapat peruntukan
sewajarnya.
8. Mewariskan penyakit. Ternyata di saat sekarang ini..telah lahir
akibat manusia memakan khinzir walupun secara santifik tetapi kesannya
boleh dirasakan seperti SAR , JE dan H1N1 serta sebagainya. Manusia
tidak makan makanan haram tersebuk secara lahiriah tetapi dimasukkan
perisa khinzir pada makanan dan perubatan sejumlah kecil sahaja sehingga
tidak dirasakan kewujudan khinzir pada makan dan minuman tersebut
tetapi Allah Maha Kaya dan Maha Mengetahui tetap mendatangkan penyakit
tersebut kepada pemakan atau pengguna yang telah menggunakannya.
Soalan: Dr Asri,
sekarang ini heboh tentang hukum menerima sumbangan dari hasil haram.
Saya pun baca kenyataan Dr Asri yang menyatakan tidak mengapa selagi
traksaksi itu atas bantuan, bukan judi. Cumanya, masyarakat kita keliru,
ada kata boleh dan ada kata sebaliknya. Jika haram, apa hukum pula
kakitangan kerajaan yang menerima gaji dari kerajaan yang mempunyai
pelbagai sumber termasuk hasil cukai judi dan arak? Bagaimana pula
anak-anak yang mendapat wang dari bapa terlibat dengan wang haram
seperti riba, rasuah dan seumpamanya? Bagaimana pula persatuan-persatuan
yang mendapat bantuan dari syarikat atau bank yang mempunyai sumber
haram seperti arak atau riba?
Mazlan, Pulau Pinang.
Jawapan Dr MAZA: Saudara Mazlan,
perkara yang penting dalam traksaksi kewangan dan sebagainya, seseorang
hendaklah tahu atas asas apa traksaksi itu dibuat. Maksudnya, dia mesti
jelas wang atau barang yang diterimanya atas dasar apa. Jika yang
diterimanya itu atas penjualan arak yang dia lakukan, atau judi yang dia
terlibat atau riba yang berurusan dengannya, atau pelacuran yang
terbabit maka ia haram. Jika ia terima atas jual beli, atau bayaran
hutang, bantuan, atau pemberian atau hadiah yang dia tidak terbabit
dengan urusan kegiatan haram, maka ia pada asalnya adalah halal. Sebagai
pendetilannya, saya sebutkan beberapa perkara berikut;
Umpamanya, kakitangan kerajaan yang bekerja dalam urusan yang halal dan mendapat gaji, maka gaji itu halal. Sekalipun kemungkinan sumber kerajaan dalam membayar gaji itu diambil dari kegiatan yang haram seperti perjudian atau arak atau seumpamanya. Ini kerana urusan haram itu tidak membabitkan diri penerima gaji berkenaan dan gaji itu diterima atas kerjanya yang halal, bukan aktiviti yang haram.
2. Hal yang sama, jika seseorang berhutang kepada kita, lalu dia datang membayar dari hasil wang haram yang diperolehinya seperti menang loteri. Kita halal mengambil hutang kita sekalipun dia bayar dari wang loteri berkenaan. Ini kerana yang haram ialah pemindahan wang dari syarikat loteri kepada yang berhutang, iaitu atas asas judi. Sedangkan pemindahan wang tersebut kepada kita, atas asas membayar hutang, yang tiada kaitan dengan judi.
Begitu juga, jika pengurus bank riba, atau taukeh judi atau taukeh arak datang ke kedai kita dan membeli barang atau makanan, halal kita menerima wang yang mereka bayar. Ini kerana wang itu diterima atas dasar jual beli, bukan judi, atau riba atau arak. Kegiatan yang salah ditanggung dosanya oleh pelakunya, sedang yang menjual barang halal kepada mereka tidak terlibat.
3. Asas dalam hal ini disebut oleh al-Quran (maksudnya):
“dan tiadalah (kejahatan) yang diusahakan oleh sesuatu jiwa (seorang) melainkan dialah yang menanggung dosanya; dan seseorang yang boleh memikul tidak akan memikul dosa orang lain”. (Surah al-An’am, ayat 164)4. Dalil yang menunjukkan kenyataan ini, ialah amalan Nabi s.a.w di mana baginda menerima pemberian wanita Yahudi di Khaibar yang menghadiahkan baginda kambing, baginda memakannya. Ini seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Walaupun Yahudi terkenal dengan penipuan, riba dan rasuah tetapi baginda tetap menerima hadiah mereka.
Begitu juga –seperti riwayat al-Bukhari- baginda pernah menggadai baju besi kepada Yahudi dan mengambil gandum untuk keluarga baginda. Baginda juga menerima jemputan makan roti bali dan minyak yang sudah berubah baunya dari seorang yahudi. Ini seperti dalam riwayat al-Bukhari, Ahmad, al-Tirmizi dan lain-lain.
5. Rasulullah s.a.w tidak boleh memakan sedekah. Ini adalah hukum untuk baginda dan Ahlul Bait. Suatu hari Barirah bekas hamba ‘Aisyah telah mendapat sedekah daging. Apabila daging itu dihidangkan kepada Nabi s.a.w, lalu baginda diberitahu bahawa daging tersebut adalah sedekah kepada Barirah. Baginda menjawab:
“Untuk dia sedekah, untuk kita hadiah” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).Maksudnya, daging itu disedekah kepada Barirah, kemudian Barirah menghadiahkan kepada Nabi s.a.w. Jika ia disedekah kepada Nabi s.a.w, baginda tidak boleh makan. Walaupun asalnya sedekah, tetapi baginda menerima dari Barirah atas asas hadiah, maka halal untuk baginda. Di sini menunjukkan yang diambil kira transaksi antara pemberi dan penerima, bukan yang sebelum itu.
6. Seorang lelaki bertanya kepada Abdulllah bin Mas’ud:
“Aku ada jiran yang memakan riba dan dia selalu menjemputku makan”. Jawab ‘Abdullah bin Mas’ud: “Engkau dapat makan, dosa ditanggung olehnya”. (Musannaf ‘Abd al-Razzaq, bil: 14675).Dalam riwayat al-Baihaqi,
seseorang bertanya Ibn ‘Umar bahawa beliau ada jiran yang memakan riba atau mempunyai pekerjaan yang haram, kadang-kala dia jemput makan, bolehkah hadir?. Jawab Ibn ‘Umar: “Ya” (al-Sunan al-Kubra, bil: 11138).7. Al-Syeikh al-‘Allamah Muhammad Solih ibn al-Uthaimin r.h pernah ditanya mengenai hukum nafkah yang diterima oleh isteri dan anak dari suami yang terlibat dengan bank riba, apakah mereka boleh mengambilnya. Beliau menjawab:
“Ambillah nafkah itu dari bapa kamu. Kamu mendapat kenikmatan, dia pula mendapat dosa. Ini kerana kamu mengambil nafkah tersebut secara berhak. Harta padanya, dan kamu tiada harta. Kamu mengambilkan dengan cara yang benar. Sekalipun kesalahan, balasan dan dosa ke atas bapa kamu, jangan kamu gusar. Nabi s.a.w pun menerima hadiah dari yahudi, memakan makanan yahudi, membeli dari yahudi sedangkan yahudi terkenal dengan riba dan harta haram, tetapi Rasulullah s.a.w memakannya dengan jalan yang halal. Maka, jika seseorang memilikinya dengan jalan yang halal, maka tidak mengapa” (http://www.estgama.net/estgama_mag/full.php?id=82).8. Dr Yusuf al-Qaradawi ketika ditanya mengenai wang riba ke mana patut disalurkan, beliau menyebut antaranya:
“Sebenarnya, wang tersebut keji (haram) jika nisbah kepada orang mendapatkan secara tidak halal, tetapi ia baik (halal) untuk fakir miskin dan badan-badan kebajikan…(penyelesaiannya) disalurkan ke badan-badan kebajikan iaitu fakir miskin, anak-anak yatim, orang terputus perjalanan, institusi-institusi kebajikan islam, dakwah dan kemasyarakatan..” (al-Fatawa al-Mu’asarah 2/411, Beirut: Dar Ulil Nuha).9. Namun diharamkan jika membabitkan kezaliman secara jelas kepada pihak lain (hak al-‘ibad) yang mana dengan kita mengambil, akan ada yang teraniaya tanpa rela, seperti harta curi dan rompakan. Sabda Nabi s.a.w:
“Allah tidak terima solat tanpa bersuci, dan sedekah dari pengkhianat” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).Ini kerana penerimaan ini akan menyebabkan pihak yang sedang menuntut atau mencari hartanya yang dirampas atau dicuri terzalim. Melainkan pihak yang dizalimi itu redha. Jika dia menuntut, wajib dikembalikan kepadanya.
10. Walaupun harta atau pemberian dari harta yang haram itu boleh diambil, tetapi jika dengan pemberian itu menunjukkan secara jelas sikap bersekongkol dengan dosa maka ia diharamkan kerana redha dengan maksiat. Ini seperti seseorang membelanja makan dengan wang judi sempena kemenangan judinya. Atau dia mempromosi syarikat judi tersebut secara jelas dengan cara memberi bantuan, maka haram bersekongkol dengan kemaksiatan seperti itu.
11. Maka fakir miskin yang mendapat bantuan kerajaan atau pihak lain dari sumber yang asalnya haram, mereka HALAL menerimanya dan tidak perlu dikembalikan. Dengan syarat mereka tidak terlibat secara langsung dalam mempromosikan aktiviti haram seperti perjudian dan arak.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan