Adakah dari kita yang tidak mengetahui bahwa suatu ketika akan datang kematian pada kita. Allah Ta’ala telah berfirman, yang artinya, “Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan kami benar-benar akan menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan, dan kepada kamilah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa': 35). Ya, setiap dari kita insya Allah telah menyadari dan menyakini hal ini. Tetapi kebanyakan orang telah lalai atau bahkan sengaja melalaikan diri mereka sendiri. Satu persatu orang yang kita kasihi telah pergi (meninggal-ed) tapi seakan-akan kematian mereka tidak meninggal faidah bagi kita, kecuali rasa sedih akibat kehilangan mereka.
Saudariku, kematian adalah benar adanya. Begitu pula dengan kehidupan setelah kematian. Kehidupan akhirat, inilah yang seharusnya kita tuju. Kampung akhiratlah tempat kembali kita. Maka persiapkanlah bekal untuk menempuh jauhnya perjalanan. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al An’am: 32)
Ketahuilah wahai hamba Allah! Bahwa kuburan adalah persinggahan pertama menuju akhirat. Orang yang mati, berarti telah mengalami kiamat kecil. Apabila seorang hamba telah dikubur, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya nanti pada pagi hari, yakni antara waktu fajar dan terbit matahari, serta waktu sore, yakni antara waktu dzhuhur hingga maghrib. Apabila ia termasuk penghuni Jannah, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Jannah, dan apabila ia termasuk penghuni Naar, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Naar.
Fitnah Kubur
Fitnah secara bahasa berarti ujian (ikhtibaar), sedangkan secara istilah fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditujukan kepada mayit tentang Rabbnya, agamanya dan Nabinya. Hal ini benar berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqod hal 67, syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)
Diriwayat oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Al Barra’ bin ‘Azib bahwasanya ketika seorang mayit telah selesai dikuburkan dan dihadapkan pada alam akhirat, maka akan datang padanya dua malaikat (yaitu malaikat Munkar dan Nakir) yang akan bertanya kepada sang mayit tiga pertanyaan.
Pertanyaan pertama, “Man Robbuka?” … Siapakah Robbmu?
Kedua, “Wa maa diinuka?” … dan apakah agamamu?
Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?
Tiga pertanyaan inilah yang disebut dengan fitnah kubur. Oleh karena itu, tiga pertanyaan pokok ini merupakan masalah besar yang penting dan mendesak untuk diketahui. Wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui, meyakini dan mengamalkan hal ini, baik secara lahir maupun bathin. Tidak seorang pun dapat beralasan untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan tidak mempelajarinya. Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain. Perhatikanlah hal ini wahai saudariku!
Tiga pertanyaan ini juga awal dari nikmat dan siksaan di alam kubur. Orang-orang yang bisa menjawab adalah orang-orang yang paham, yakin dan mengamalkannya selama hidup sampai akhir hayat dan meninggal dalam keimanan. Seorang mukmin yang bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka dia akan memperoleh nikmat kubur. Adapun orang kafir yang tidak bisa menjawabnya, maka dia akan dihadapkan kepada adzab kubur.
Saudariku, Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an surah Ibrahim 27, yang artinya, “Allah Meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah akan Menyesatkan orang-orang yang dzalim dan Memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud dengan “ucapan yang teguh” adalah seorang mukmin akan teguh di atas keimanan dan terjaga dari syubhat dan ia akan terjaga di atas keimanan. Sedangkan di akhirat, ia akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan beriman) dan bisa menjawab tiga pertanyaan.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.
Bentuk-Bentuk Siksa Kubur
Saudariku, telah disebutkan bahwa seorang yang kafir akan disiksa karena tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan. Akan tetapi, bukan berarti seorang mukmin pasti akan terlepas dari adzab kubur. Seorang mukmin bisa saja diadzab disebabkan maksiat yang dilakukannya, kecuali bila Allah mengampuninya.
Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi berkata dalam kitabnya Aqidah Ath-Thahawiyah, “Kita mengimani adanya adzab kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya, kita mengimani juga pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabbnya, agamanya, dan Nabinya berdasar kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat ridhwanallahu ‘alaihim ajma’in. Alam kubur adalah taman-taman jannah atau kubangan Naar.”
Di antara bentuk-bentuk adzab kubur dan kriteria orang yang mengalaminya:
- Dipecahkan kepalanya dengan batu, kemudian Allah tumbuhkan lagi kepalanya, dipecahkan lagi demikian seterusnya. Ini adalah siksa bagi orang yang mempelajari Al-Qur’an lalu tidak mengamalkannya dan juga siksa bagi orang yang meninggalkan sholat wajib.
- Dibelah ujung mulut hingga ke belakang kepala, demikian juga hidung dan kedua matanya. Merupakan siksa bagi orang yang pergi dari rumahnya di pagi hari lalu berdusta dan kedustaannya itu mencapai ufuk.
- Ada kaum lelaki dan perempuan telanjang berada dalam bangunan menyerupai tungku. Tiba-tiba datanglah api dari bawah mereka. Mereka adalah para pezina lelaki dan perempuan.
- Dijejali batu, ketika sedang berenang, mandi di sungai. Ini merupakan siksa bagi orang yang memakan riba.
- Kaum yang separuh jasadnya bagus dan separuhnya lagi jelek adalah kaum yang mencampurkan antara amal shalih dengan perbuatan jelek, namun Allah mengampuni perbuatan jelek mereka.
- Kaum yang memiliki kuku dari tembaga, yang mereka gunakan untuk mencakari wajah dan dada mereka. Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging orang lain (menggunjing) yakni membicarakan aib mereka.
- Dengan dalil Al Qur’an dan Sunnah dan ‘ijma salaf yang menunjukkan tentang adzab kubur.
- Sesungguhnya keadaan akhirat tidak bisa disamakan dengan keadaan dunia, maka adzab atau nikmat kubur tidaklah sama dengan apa yang bisa ditangkap dengan indra di dunia. (Diringkas dari Syarah Lum’atul I’tiqod, hal 65-66)
Ketahuilah, bahwa siksa kubur adalah siksa di alam Barzakh. Barangsiapa yang mati, dan berhak mendapatkan adzab, ia akan menerima bagiannya. Baik ia dikubur maupun tidak. Meski dimangsa binatang buas, atau terbakar hangus hingga menjadi abu dan bertaburan dibawa angin; atau disalib dan tenggelam di dasar laut. Ruh dan jasadnya tetap akan mendapat siksa, sama seperti orang yang dikubur. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Apakah Adzab Kubur terjadi terus-menerus atau kemudian berhenti ?
Maka jawaban untuk pertanyaan ini ada dua macam:
Pertama, untuk orang kafir yang tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka adzab berlangsung terus-menerus. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya, “Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (Dikatakan pada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)
Demikian juga dalam hadits Al Barra’ bin ‘Azib tentang kisah orang kafir, “Kemudian dibukakan baginya pintu Naar sehingga ia dapat melihat tempat tinggalnya di sana hingga hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad)
Kedua, untuk para pelaku maksiat yang ringan kemaksiatannya, maka adzab hanya berlangsung beberapa waktu kemudian berhenti. Mereka disiksa sebatas dosanya, kemudian diberi keringanan. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Saudariku, semoga Allah Melindungi kita dari adzab kubur dan memudahkan perjalanan setelahnya. Seringan apapun adzab kubur, tidak ada satupun dari kita yang sanggup menahan penderitaannya. Begitu banyak dosa telah kita kerjakan… maka jangan siakan waktu lagi untuk bertaubat. Janganlah lagi menunda berbuat kebaikan. Amal perbuatan kita, kita sendirilah yang akan mempertanggungjawabkannya dan mendapatkan balasannya. Jika bukan kita sendiri yang beramal shalih demi keselamatan dunia dan akhirat kita, maka siapa lagi ???
Sungguh indah nasihat Yazid Ar Riqasyi rahimahullah yang dikatakannya pada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa yang akan mendirikan shalat untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan berpuasa untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan memintakan maaf untukmu setelah engkau mati?” Lalu ia berkata, “Wahai manusia, mengapa kalian tidak menangis dan meratapi dirimu selama sisa hidupmu. Barangsiapa yang akhirnya adalah mati, kuburannya sebagai rumah tinggalnya, tanah sebagai kasurnya dan ulat-ulat yang menemaninya, serta dalam keadaan demikian ia menunggu hari kiamat yang mengerikan. Wahai, bagaimanakah keadaan seperti ini?” Lalu beliau menangis. Wallahu Ta’ala a’lam.
Maraji':
- Aqidah Ath-Thahawiyah, Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi (diambil dari Mutuunut Tauhidi wal ‘Aqiidati)
- Syarah Al Waajibaat al Mutahattimaat al Ma’rifah ‘alaa kulli Muslim wa Muslimah (edisi terjemah), Syaikh Ibrahim bin asy-Syaikh Shalih bin Ahmad al Khuraishi, Pustaka Imam Syafi’i
- Syarah Lum’atul I’tiqod, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimi
- Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah (jilid 2. edisi Terjemah), Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi, Penerbit At Tibyan
Azab Kubur Yang Di Ceritakan Di Dalam Al-Quran dan Al-Hadith
(Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah, Selawat dan salam ke atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut Baginda)
Perkataan azab bererti hukuman, seksaan, kesengsaraan atau kesusahan. Manakala perkataan kubur pula bermaksud tempat menanam mayat. Jika disebutkan perkuburan bermakna tanah lapang atau kawasan tempat menguburkan orang yang telah mati atau permakaman.
Mayat sama ada ditanam, ditenggelamkan, terbakar jadi debu atau dimakan binatang; mereka disebut berada di alam barzakh. Maka pengertian kubur yang dikaitkan dengan kesenangan atau azab ialah alam kubur yang berada di antara alam kehidupan dunia dengan alam akhirat iaitu alam barzakh.
Alam Barzakh
Barzakh bermaksud rintangan atau pemisahan. Alam barzakh ialah alam pertama daripada alam yang kekal abadi di akhirat. Semua orang yang berada di dalam kubur dinamakan hidup di alam barzakh.
Alam ini berada di antara mati dan bangkit daripada mati. Apabila berada di dalam kubur, kita akan disoal oleh dua malaikat yang bernama Munkar dan Nakir mengenai amalan yang dilakukan semasa hidup di dunia. (Ensiklopedia Isam: 3/8-9)
Pengarang kitab Mu‘jam Alfaz as-Shawfiyah menyatakan perkataan barzakh dari sudut bahasa ialah sekatan atau pemisah di antara dua sesuatu seperti bercakap adalah pemisah di antara manusia dengan binatang. Firman Allah Ta‘ala:
Tafsirnya: “Ia biarkan air dua laut (yang masin dan yang tawar) mengalir, sedang keduanya pula bertemu. Di antara keduanya ada penyekat yang memisahkannya, masing-masing tidak melampaui sempadannya“ (Surah ar-Rahman: 19-20)Barzakh dari sudut istilah pula ialah pendinding (hijab) yang terdapat di antara orang mati dan orang hidup. Pendinding inilah yang menghalang orang mati kembali ke dunia. Barzakh (pendinding) ini akan kekal sehingga hari Kiamat.
Jadi alam barzakh ialah alam yang terdapat di antara dunia dan akhirat. Alam ini boleh dikatakan sebagai tempat sementara penghuni dunia untuk sampai ke hari Kiamat.
Menurut al-Qurtubi ketika menafsirkan firman Allah Ta‘ala:
Tafsirnya: “… Sedang di hadapan mereka ada alam barzakh (yang mereka tinggal tetap padanya) hingga hari mereka dibangkitkan semula (pada hari kiamat)” (Surah al-Mukminun: 100)Beliau menjelaskan bahawa barzakh itu ialah alam di antara kematian dan kebangkitan. (Tafsir al-Qurtubi: 6/113)
Pengarang kitab Akidah al-Mukmin pula menyatakan tujuan wujudnya alam barzakh ialah untuk menghimpunkan semua roh dan bersiap sedia memasuki alam akhirat. Dengan kedudukannya yang seperti itu, maka alam barzakh berfungsi sebagai pendinding atau pemisah di antara dua kehidupan lain iaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Dengan perkataan lain, alam barzakh ialah alam penantian atau ruang menunggu untuk masuk ke alam akhirat selepas kematian. (Halaman 409-501)
Dalil-Dalil Yang Menyatakan Azab Kubur Dalam Al-Qur’an
Pensabitan azab kubur di dalam al-Qur’an telah dijelaskan oleh para ulama tafsir yang muktabar lagi masyhor. Mereka itu termasuklah Imam al-Qurtubi, Ibnu Kathir, Imam Muhammad ar-Razi Fakhr al-Din dan lain-lainnya menyebut perkara tersebut dan kewajipan beriman dengannya di dalam kitab-kitab mereka.
Ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi bukti wujudnya azab kubur antaranya ialah:
1. Firman Allah Ta‘ala:
Tafsirnya: “Dan sesiapa yang berpaling ingkar daripada ingatan dan pertunjuk-Ku, maka sesungguhnya adalah kehidupan yang sempit, dan Kami akan himpunkan dia pada hari Kiamat dalam keadaan buta” (Surah Taha: 124)Menurut Abu Sa‘id al-Khudri dan Abdullah bin Mas‘ud Radhdiallahu ‘anhum perkataan ضنكا (yang sempit) adalah azab kubur. Inilah pendapat yang shahih. Telah disebutkan dalam kitab at-Tazkirah, Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu telah berkata:
“Disempitkan kubur orang kafir itu sehingga tulang-tulang berselisih”. (At-Tazkirah: 151-152 & al-Qurtubi: 6/3307)
2. Firman Allah Ta`ala:
Tafsirnya: “Mereka didedahkan kepada bahan api neraka pada waktu pagi dan petang (semasa mereka berada dalam alam Barzakh) dan pada hari berlakunya kiamat (diperintahkan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan pengikut-pengikutnya ke dalam azab seksa api neraka yang seberat-beratnya”. (Surah Ghafir: 46)Ayat di atas menceritakan tentang berlakunya pendedahan bahan-bahan api neraka di alam barzakh. Perkara ini bertepatan dengan pendapat jumhur ulama sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam al-Qurtubi bahawa bahan-bahan api neraka yang didedahkan pada waktu pagi dan petang itu berlaku di alam barzakh. Sebahagian ahli ilmu pula menjadikan ayat di atas sebagai dalil sabitnya azab kubur. Pendapat ini disepakati oleh Mujahid, ‘Akramah, Muqatil dan Muhammad bin Ka‘ab. Mereka mengatakan bahawa ayat di atas adalah dalil yang menunjukkan bahawa azab kubur itu berlaku di alam barzakh. (Al-Jami‘ li Ahkam al-Qur’an, al-Qurtubi: 8/4415-4416)
Imam Ibn Kathir ad-Dimsyaqi menyatakan bahawa Ahli Sunnah menjadikan ayat di atas sebagai dalil yang kukuh berlakunya azab kubur di alam barzakh. Beliau berkata:
Maksudnya: “Ayat ini adalah sebenar-benar sumber mengenai pensabitan Ahli Sunnah terhadap berlakunya azab kubur di alam barzakh”.
3. Firman Allah Ta‘ala:
Tafsirnya: “Mereka ditenggelamkan (dengan bah taufan), kemudian (pada hari akhirat) dimasukkan ke dalam neraka” (Surah Nuh: 25)Al-Qurtubi menafsirkan perkataan “dimasukkan ke dalam api neraka” iaitu selepas mereka (kaum Nabi Nuh ‘alaihisalam) ditenggelamkan. Berkata al-Qusyairi:
Maksudnya: “Inilah bukti (berlakunya) azab kubur (yang berlaku ke atas kaum Nabi Nuh ‘alaihisalam, ditenggelamkan dengan bah taufan dan pada hari akhirat dimasukkan ke dalam api neraka)”
Dengan perkataan lain sebagaimana riwayat Abu Rauq daripada ad-Dahak bahawa di dunia mereka diazab dengan api neraka sekaligus ditenggelamkan. Yakni mereka ditenggelamkan pada satu sudut dan pada sudut yang lain mereka dibakar di dalam air lautan. (Al-Qurtubi: 9/5187-5188)
Imam an-Nasafi menjelaskan bahawa mereka kaum Nabi Nuh ‘alaihisalam ditengelamkan dengan bah taufan dan dimasukkan ke dalam api neraka disebabkan oleh kesalahan-kesalahan mereka yang banyak. Huruf fa’ dalam ayat ialah )untuk pemberitahuan) iaitu mereka diazab dengan api neraka ketika ditenggelamkan. Inilah dalil dan bukti wujudnya dan sabitnya azab kubur. (Tafsir An-Nasafi: 4/297)
4. Firman Allah Ta‘ala:
Tafsirnya: “Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan beroleh azab seksa selain daripada azab yang tersebut”. (Surah At-Thuur: 47)Al-Qurtubi menjelaskan dalam tafsirnya bahawa azab itu adalah azab kubur. (At-Tazkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirat: 152 & Al-Qurtubi: 9/4786). Ini kerana Allah Ta‘ala telah berfirman:
Tafsirnya: “(Kalau keingkaran dan kedegilan mereka sampai begitu sekali) maka biarkanlah mereka (wahai Muhammad, dan janganlah dihiraukan) sehingga mereka menemui hari yang padanya mereka akan binasa”. (Surah At-Thuur: 45)Menurut beliau (at-Qurtubi) hari yang dimaksudkan dalam ayat di atas ialah hari terakhir di dunia. Ini adalah bukti bahawa azab yang dihadapi (di dunia) itu ialah azab kubur. (At-Tazkirah: 152)
5. Firman Allah Ta‘ala:
Tafsirnya: “Kamu telah dilalaikan (daripada mengerjakan amal bakti) oleh perbuatan berlumba-lumba untuk mendapat dengan sebanyak-banyaknya (hartabenda, anak pinak, pangkat dan pengaruh). Sehingga kamu masuk kubur. Jangan sekali-kali (bersikap demikian) kamu akan mengetahui kelak (akibatnya yang buruk semasa hendak mati)”. Sekali lagi (diingatkan): Jangan sekali-kali (kamu bersikap demikian! Kamu akan mengetahui kelak (akibatnya yang buruk pada hari Kiamat)! (Surah at-Takathur: 1-3)Imam al-Qurtubi menyatakan bahawa surah di atas mengandungi perkataan-perkataan tentang azab kubur. Oleh itu beriman dengannya adalah wajib. Inilah pegangan ahli Sunnah wa al-Jama‘ah. (At-Tazkirah: 152 & al-Qurtubi: 10/5540-5541)
Ibnu Jarir at-Tabari pula menjelaskan ayat (sehingga kamu masuk kubur) sebagai dalil atau bukti keshahihan wujudnya azab kubur. Perkara ini disebut dalam beberapa riwayat, antaranya riwayat daripada Zirru bin Hubaisy, daripada Ali Radhiallahu ‘anhu katanya: “Kami masih ragu tentang azab kubur, lalu turunlah surah at-Takathur “. (Jami‘ al-Bayan li Ibn Jarir at-Tabari: 15/362)
Hadis-Hadis Yang Menunjukkan Sabitnya Azab Kubur
Berita dan khabar yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersumber daripada wahyu Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Oleh kerana itu, setiap hamba Allah Ta‘ala wajib mempercayainya dan beriman dengannya. Inilah i`ktiqad orang-orang Islam.
Maka banyak hadis-hadis shahih yang diriwayatkan oleh periwayat-periwayat hadis yang masyhur seperti al-Bukhari dan Muslim secara terang-terang menyebutkan tentang sabitnya kewujudan azab kubur, antaranya:
1. Riwayat daripada Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, katanya:
Maksudnya: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melalui dua buah kubur. Lalu Baginda bersabda: “Sesungguhnya kedua-dua mayat ini sedang diazab dan bukanlah kedua-duanya diazab sebab dosa yang terlalu besar. Adapun salah seorangnya tidak bersuci daripada kencing dan yang seorang lagi kerana berjalan ke sana ke mari mengadu-domba. Lalu Baginda mengambil pelepah tamar yang basah dan dipatahkan kepada dua bahagian. Kemudian Baginda pacakkan ke atas setiap kubur tersebut. Mereka (sahabat-sahabat) bertanya: “Mengapa Tuan berbuat demikian? Baginda menjawab dan bersabda: “Mudah-mudahan diringankan azab kedua-dua mayat ini selama mana kedua pelepah ini belum kering”. (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)2. Daripada Aisyah Radhiallahu ‘anha telah berkata:
“Telah datang kepada ku dua orang tua Yahudi Madinah sambil berkata: Maksudnya: “Sesungguhnya ahli kubur itu diazab dalam kubur-kubur mereka. Aisyah Radhiallahu ‘anha menjawab: “Kamu berdua berbohong dan aku tidak mempercayai kamu lalu kedua orang tua Yahudi itu pun keluar. Tatkala masuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, aku bertanya kepada Baginda: “Ya Rasulallah! Sesungguhnya dua orang tua Yahudi Madinah telah berjumpa aku dan keduanya menyangka bahawa ahli kubur itu diazab di dalam kubur-kubur mereka.3. Daripada riwayat Abi Ayyub katanya:
Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Benar kata-kata kedua orang Yahudi itu, sesungguhnya mayat-mayat itu diazab sehingga didengar akannya oleh sekalian binatang. (Aisyah Radhiallahu ‘anha) berkata: “Aku tidak melihat Baginda selepas sembahyang kecuali (berdoa) memohon perlindungan daripada azab kubur”. (Hadis riwayat Muslim dan al-Bukhari)
Maksudnya: “Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam keluar selepas matahari terbenam. Lalu Baginda mendengar suara. Baginda bersabda: “Mayat Yahudi itu diazab di dalam kuburnya” (Hadis riwayat Muslim dan al-Bukhari)4. Daripada Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma:
Maksudnya: “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya mayat itu diazab disebabkan oleh ratapan orang-orang yang hidup” (Hadis riwayat al-Bukhari)5. Dalam riwayat Imam Muslim:
Maksudnya: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bahawa mayat itu diazab kerana ratapan keluarga ke atasnya”. (Hadis riwayat Muslim)6. Daripada Zaid bin Sabit menceritakan ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melintasi beberapa kubur, Baginda bersabda:
Maksudnya: “Siapa yang mengetahui mayat-mayat di kuburkan ini? Seorang Lelaki menjawab: “Saya”. Baginda bertanya: “Bilakah mereka mati? Lelaki itu menjawab: “Mereka mati ketika dalam kafir”.Baginda bersabda: “Sesungguhnya umat ini akan dicuba di dalam kuburnya. Jika tidak kerana kamu tanamkan (mayat-mayat) ini nescaya aku memohon kepada Allah supaya kamu diperdengarkan daripada azab kubur sebagaimana aku dengar daripada kubur-kubur ini. Kemudian Baginda menghadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: “Berlindunglah kamu kepada Allah daripada azab neraka”. Mereka berkata: “Kami berlindung dengan Allah daripada azab api neraka”. Baginda bersabda: “Berlindunglah kamu kepada Allah daripada azab kubur”. Mereka berkata: “Kami berlindung dengan Allah daripada azab kubur”… (Hadis riwayat Muslim)Maka jelas daripada segala hadis yang shahih di atas bahawa azab kubur adalah sabit dan benar dan sekalian umat Islam wajib mempercayainya dan orang yang mengingkarinya pula adalah ditakuti rosak akidahnya.
Al-Imam al-Qadi Ali bin Abi al-‘Izz ad-Dimsyaqi dalam kitab Syarh Thahawiyah berkata: “Dan telah mutawatir segala hadis daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang sabitnya azab kubur dan nikmatnya serta perkara soal dua malaikat. Maka wajib beriktiqad akan sabitnya yang demikian itu”. (Syarh al-Aqidah at-Thahawiyah: 2/456)
Adakah Azab Kubur Berterusan Atau Sebaliknya?
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyatakan bahawa azab itu ada dua macam iaitu azab yang tetap dan azab yang terputus Azab yang tetap berdasarkan ayat firman Allah Ta‘ala:
Tafsirnya: “Mereka didedahkan kepada bahan api neraka pada waktu pagi dan petang (semasa mereka berada dalam alam Barzakh)”. (Surah Ghafir: 46)Walau bagaimanapun dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta‘ala azab boleh diringankan berdasarkan beberapa hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Antaranya:
1. Riwayat daripada Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, katanya:
Maksudnya: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melalui dua buah kubur. Lalu Baginda bersabda: “Sesungguhnya kedua-dua mayat ini sedang diazab dan bukanlah kedua-duanya diazab sebab dosa besar yang terlalu besar. Adapun salah seorangnya tidak bersuci daripada kencing dan yang seorang lagi kerana berjalan ke sana ke mari mengadu-domba. Lalu Baginda mengambil pelepah buah tamar yang basah dan dipatahkan kepada dua bahagian. Kemudian Baginda pacakkan ke atas setiap kubur tersebut. Mereka (sahabat-sahabat) bertanya: “Mengapa Tuan berbuat demikian? Baginda menjawab dan bersabda: “Mudah-mudahan diringankan azab kedua-dua mayat ini selama mana kedua pelepah ini belum kering” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)2. Riwayat daripada Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Maksudnya: “Sesungguhnya apabila seseorang kamu meninggal dunia akan dibentangkan kepadanya tempat duduk pada waktu pagi dan petang. Sekiranya dia ahli syurga maka dia penghuni ahli syurga dan sekiranya dia ahli neraka maka dia adalah penghuni ahli neraka. Lalu dikatakan kepadanya: “Inilah tempat dudukmu sehingga Allah membangkitkan engkau semula di hari Kiamat” (Hadis riwayat Bukhari)Manakala azab yang putus ialah seseorang yang diazab dengan api neraka pada suatu waktu yang ditentukan kemudian ia dikeluarkan semula daripada azab tersebut. Sebagai contoh seseorang yang diazab disebabkan dosanya kemudian ia dikeluarkan atau diringankan daripada azab tersebut disebabkan oleh doa, pahala sedekah, pahala haji atau pahala bacaan al-Qur’an yang sampai kepada si mati oleh sanak keluarga atau orang lain. Ini sesuai dengan firman Allah Ta‘ala:
Tafsirnya: “Tiada sesiapa yang dapat memberi syafaat (pertolongan) di sisi-Nya melainkan dengan izin-Nya”. (Surah al-Baqarah: 255)Ibnu Abi ad-Dunia menyebutkan satu cerita Abdullah bin Nafi‘ katanya:
“Telah mati seorang lelaki daripada orang Madinah lalu aku melihat dia seolah-olah sebagai ahli neraka dan dia sangat berdukacita kerana yang demikian itu. Kemudian selepas beberapa ketika aku melihatnya pula seolah-olah sebagai ahli syurga. Lalu aku bertanya: “Tidakkah engkau berkata bahawa engkau tergolong daripada ahli neraka”. Dia menjawab: “Sememangnya begitu (sebagaimana yang aku katakan kepadamu) kecuali setelah dikuburkan bersama-sama kami ini seorang yang salih dan kerananya telah mendapat syafaat seramai empat puluh orang di sekeliling kuburnya dan aku termasuk daripada mereka yang mendapat syafaat itu”.
Inilah ringkasan perkataan Ibnu Qayyim di dalam kitabnya ar-Ruh mengenai persoalan azab kubur itu berterusan atau sebaliknya. (Ar-Ruh: 107-109)
Kedudukan Hadis Ahad Dalam Hujjah
Ada sebahagian orang yang mendakwa bahawa azab kubur tidak sabit kerana hadis-hadis yang mengkhabarkan keshahihan azab kubur adalah hadis Ahad.
Al-‘Allamah al-Kauthari berkata: “… Kemudian memakai hadis Ahad pada dalil hukum syara‘ adalah sabit dan nyata dengan disokong oleh dalil-dalil qath‘i dan pemutus bahawa hadis Ahad memberi ilmu yakin betul benar isi kandungannya tiadalah ada ragu-ragu padanya walau pun ia dinamakan hadis Tunggal (Ahad), bagaimana telah ditegaskan oleh al-Imam Abul Hasan al-Karkhi dan as-Sam‘aani dalam kitab al-Qawathi‘, al-Imam al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa dan al-Imam Abul Aziz al-Bukhari dalam kitab Syarh Ushul Fakhrul Islam. (Fatwa Mufti Kerajaan: 4/90 (Fatwa Berturut Bil: 71)
Menurut pengarang kitab al-Aqidah al-Islamiyah wa Ususuha bahawa kebanyakan hadis-hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang sampai kepada kita ialah menerusi jalan Ahad. Jika hadisnya shahih, ia membawa ilmu zanni kepada periwayatannya. Ini memberi faedah bahawa ia difahami pasti datang daripada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi tidak seperti akidah kita kepada mutawatir. Walaupun begitu, sesetengah hadis Ahad yang mengandungi persoalan akidah ada yang diterima umat Islam pada zaman awal Islam dengan penerimaan sepenuhnya tanpa bantahan. Hadis Ahad seperti ini meningkat ke taraf “riwayat mutawatir” dengan mengambil kira kandungannya telah diambil dan diterima pakai umat Islam tanpa bantahan. Dengan itu hadis Ahad seperti ini jadilah “mutawatir makna”, dan dari itu pula ia membawa faedah yang sama pada riwayat “mutawatir lafzi”. (Abdul Rahman Hanakah al-Midani: h.37)
Imam Syafi‘e Rahimahullah telah mensabitkan bolehnya berhujjah dengan hadis Ahad sebagaimana terdapat banyak tempat di dalam kitab-kitab beliau khasnya ketika dalam perbahasan atau munazzah. Hadis Ahad dipakai beliau apabila hujjah yang diperlukan tidak dijumpai dalam al-Qur’an, sunnah dan ijmak atau yang semakna dengannya”. (Ar-Risalah: 596-598 & Abu Zuhrah, as-Syafi‘e: 308)
Al-Baqilani pula berkata: “Adalah wajib mengamalkan hadis Ahad jika perawinya bersifat adil dan tidak bertentangan dengan nas yang lebih kuat daripadanya …” (al-Baqilani, At-Tamhid: 164)
Penutup
Berdasarkan fakta atau hujah daripada al-Qur’an, sunnah dan perkataan ulama adalah sabit wujudnya azab kubur. Al-Imam al-Qadi Ali bin Al-‘Izz ad-Dimsyaqi dalam kitab Syarh al-Akidah at-Thahawiyah menyebutkan bahawa telah mutawatir segala hadis daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada sabitnya azab kubur dan nikmatnya serta soal dua malaikat. Maka wajib beriktiqad akan sabitnya yang demikian dan beriman dengannya. Janganlah kita persoalkan atau bercakap mengenai kaifiyah (caranya) kerana akal tidak akan berhenti pada memikirkannya”. (Syarh al-Akidah at-Thahawiyah: 456)
Imam Abu Hanifah pula menyebutkan di dalam kitabnya al-Fiqh al-Akbar bahawa sempitnya kubur dan azab kubur itu adalah benar kepada mayat kafir sekaliannya dan sebahagian daripada yang derhaka daripada orang-orang yang beriman. (al-Fiqh al-Akbar: )
Maka ada pula dakwaan sesetengah penganut agama dan fahaman yang menyeleweng yang menyangka apabila jasad manusia dibakar dengan api sehingga menjadi abu atau ditenggelamkan ke dasar laut, jasad itu terlepas daripada azab barzakh iaitu azab kubur. Perkara ini telah disangkal dan ditolak oleh Al-Imam al-Qadi Ali bin Al-‘Izz ad-Dimsyaqi dalam kitab Syarh al-Akidah at-Thahawiyah katanya:
“Dan ketahui olehmu bahawa azab kubur itu adalah azab barzakh. Maka sesiapa yang telah mati adalah berhak bagi azab yang tertentu ke atasnya sama ada dikuburkan atau tidak dikuburkan, yang memakan akan dia oleh binatang buas atau hangus terbakar sampai menjadi abu dan diterbangkan ke udara, atau disalib atau tenggelam di laut, nescaya sampailah kepada roh dan jasadnya daripada azab sebagaimana yang sampai kepada mayat yang dikuburkan”. (Syarh al-Akidah at-Thahawiyah: 457)
Dari hujjah dan keterangan ini, maka tertolaklah segala pendapat dan anggapan orang yang mengingkari azab kubur sebagaimana pada akhir-akhir ini turut menyaksikan adanya pendapat dan anggapan yang sedemikian daripada penulis-penulis yang bertopengkan Islam tetapi sebenarnya mengingkari ajaran Islam.
Alam Kubur Itu Benar Adanya (1)
Alam kubur adalah awal
kehidupan hakiki dari seorang manusia. Mempelajari apa-apa yang terjadi
di alam kubur banyak memberikan faedah. Seseorang yang mengetahui bahwa
di alam kubur ada nikmat kubur tentu akan berusaha sebisa mungkin selama
ia masih hidup agar menjadi orang yang layak mendapatkan nikmat kubur
kelak. Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur ada adzab kubur
juga akan berusaha sebisa mungkin agar ia terhindar darinya kelak.
Nikmat dan adzab kubur adalah perkara gaib yang tidak terindera oleh
manusia. Manusia yang merasakannya pun tentu tidak dapat mengabarkan
kepada yang masih hidup akan kebenarannya. Maka satu-satunya sumber
keyakinan kita akan adanya adzab dan nikmat kubur adalah dalil Qur’an
dan Sunnah. Dan banyak sekali dalil dari Qur’an dan As Sunnah serta
ijma’ para sahabat dan tabi’in yang menetapkan adanya alam kubur. Namun
sebagian orang dari kalangan ahlul bid’ah mengingkarinya karena
penyimpangan mereka dalam memahami dalil-dalil syar’i.
Dalam artikel ini akan kami paparkan beberapa dalil yang menetapkan adanya adzab dan nikmat kubur serta pembahasan mengenai beberapa kerancuan yang beredar seputar masalah ini.
Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, “Arwah Fir’aun dan pengikutnya dihadapkan ke neraka setiap pagi dan petang terus-menerus hingga datang hari kiamat. Ketika kiamat datang barulah arwah dan jasad mereka sama-sama merasakan api neraka”. Beliau juga berkata, “Ayat-ayat ini adalah landasan kuat bagi Ahlussunnah tentang adanya adzab kubur” (Tafsir Al Qur’an Azhim, 7/146). Hal ini juga senada dengan penjelasan jumhur ahli tafsir seperti Mujahid (dinukil dari An Nukat Wal’Uyun, 4/39), Al Alusi (Ruuhul Ma’ani, 18/103), Asy Syaukani (Fathul Qadir, 6/328), Al Baidhawi (Anwar At Tanziil, 5/130), Muhammad Amin Asy Syinqithi (Adhwa’ Al Bayan, 7/82), Abdurrahman As Sa’di (Taisiir Kariim Ar Rahman, 738).
Memang benar bahwa ada penafsiran lain terhadap ayat ini. Qatadah menafsirkan bahwa maksud ayat (yang artinya) ‘Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang‘ adalah taubiikh atau penghinaan terhadap Fir’aun dan pengikutnya dalam keadaan mereka masih hidup. Penafsiran ini walaupun tidak menetapkan adanya adzab kubur namun tidak menafikannya. Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu menafsirkan bahwa arwah mereka ada di sayap burung hitam yang bertengger di atas neraka yang datang di kala sore dan pagi hari (dinukil dari An Nukat Wal’Uyun, 4/39). Penafsiran Ibnu Abbas ini pus menetapkan adanya alam kubur.
Ahli tafsir yang terpengaruh permikiran mu’tazilah pun membantah bahwa ayat ini membicarakan adzab kubur semisal Az Zamakhsyari (Al Kasyaf, 6/118) dan Fakhruddin ArRazi (Mafatihul Ghaib, 13/342), dengan sebatas bantahan logika semata. Maka, –insya Allah– penafsiran yang tepat adalah yang kami sebutkan di awal karena bersesuaian dengan dalil lain dari Al Qur’an dan Hadits yang akan kami sebutkan nanti. Karena antara dalil itu saling menafsirkan dan tidak mungkin saling bertentangan.
Dalil 2
Al Imam Al Bukhari rahimahullah, dalam Shahih-nya membuat judul bab باب مَا جَاءَ فِى عَذَابِ الْقَبْرِ (Bab dalil-dalil tentang adzab kubur) lalu beliau menyebutkan ayat di atas.
Seorang pakar tafsir di zaman ini, Syaikh Abdurrahman As Sa’di –rahimahullah– menjelaskan, “Ayat ini adalah dalil adanya adzab dan nikmat kubur. Karena dari konteks kalimat, adzab yang ditujukan kepada orang-orang kafir tersebut dirasakan ketika sakaratul maut, ketika dicabut nyawa dan setelahnya” (Taisiir Kariim Ar Rahman, 264)
Dalil 3
Al Hafidz Ibnu Katsir memaparkan, “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa para syuhada itu hidup di alam barzakh dalam keadaan senantiasa diberi rizki oleh Allah, sebagaimana dalam hadits yang terdapat pada Shahih Muslim….(lalu beliau menyebutkan haditsnya)” (Tafsir Al Qur’an Azhim, 1/446). Mengenai keadaan para syuhada yang setelah wafat mendapat kenikmatan di sisi Allah di alam barzakh adalah pendapat jumhur mufassirin, di antaranya Mujahid, Qatadah, Abu Ja’far, ‘Ikrimah (Lihat Tafsir Ath Thabari, 3/214), Jalalain (160), Al Baghawi (Ma’alim At Tanzil, 168), Al Alusi (Ruuhul Ma’ani, 2/64), dll. Mereka hanya berbeda pendapat tentang bagaimana bentuk rizki atau kesenangan tersebut.
Ayat ini sejalan dengan ayat 45-46 pada surat Ghafir (surat Al Mu’min) yang disebutkan di atas. Sebagaimana penjelasan dari Al Hasan Al Bashri, “Para syuhada itu hidup di sisi Allah, mereka dihadapkan kepada surga sehingga mereka pun merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Sebagaimana arwah Fir’aun dan kaumnya yang dihadapkan ke neraka setiap pagi dan sore hari sehingga mereka merasakan kesengsaraan” (dinukil dari Ma’alim At Tanzil, 168). Artinya, para syuhada merasakan kebahagiaan dan kesenangan di alam barzakh sebagaimana Fir’aun merasakan kesengsaraan juga di alam barzakh.
Dan masih banyak lagi dalil dari Al Qur’an Al Kariim yang menetapkan adzab kubur sekiranya kita mau merujuk pada penjelasan para ulama.
Dalam Silsilah Ahadits Shahihah pada hadits nomor 158-159, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani –rahimahullah– menjelaskan bahwa hadits ini memiliki beberapa syawahid, yaitu dari jalan Zaid bin Tsabit (HR. Muslim 7392) dan dari jalan Jabir bin Abdillah (HR. Ahmad 14185, Al Albani berkata: “Shahih muttashil sesuai persyaratan Imam Muslim”).
Setelah itu beliau memberikan penjelasan penting, beliau berkata:
“Dari beberapa hadits di atas terdapat banyak faidah, yang paling penting diantaranya:
Pertama, menetapkan adanya adzab kubur, dan hadits-hadits tentang hal ini mutawatir. Maka tidak ada lagi kerancuan bila ada yang meng-klaim bahwa hadits-hadits tentang hal ini adalah hadits Ahad.
Pun andaikata memang benar hadits-haditsnya adalah Ahad, tetap wajib mengimaninya karena Al Qur’an telah menunjukkan kebenarannya. (Kemudian Syaikh membawakan surat Ghafir ayat 45-46).
Pun andaikata memang benar bahwa permasalahan adzab kubur tidak ada dalam Al Qur’an, hadits-hadits shahih yang ada sudah cukup untuk menetapakan akidah tentang adzab kubur ini. Klaim bahwa perkara aqidah tidak bisa ditetapkan dengan hadits Ahad yang shahih adalah klaim yang batil yang diselipkan ke dalam ajaran Islam. Tidak ada imam yang mengatakan pendapat demikian, tidak tidak katakan oleh imam madzhab yang empat atau semisal mereka. Pendapat ini hanya dikemukakan oleh ulama ahli kalam yang sama sekali tidak didasari oleh dalil” (Silsilah Ahadits Shahihah, 1/244)
Beliau juga mengatakan, “Adanya pertanyaan dua Malaikat di alam kubur adalah benar adanya. Wajib untuk mengimaninya. Hadits tentang hal ini pun mutawatir.” (Silsilah Ahadits Shahihah, 1/244)
Dalil 5
Hadits ini juga menunjukkan bahwa ‘Aisyah Radhiallahu’anha meyakini adanya adzab kubur setelah diberitahu oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Dalil 6
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
Ini adalah dalil Al Qur’an sekaligus As Sunnah. Karena merupakan bukti bahwa surat Ibrahim ayat 27 berbicara tentang adzab kubur dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang menafsirkan demikian.
Dalil 7
Dan masih banyak lagi dalil dari hadits-hadits yang shahih mengenai adzab kubur, artikel ini tentu bisa berpuluh-puluh halaman jika kami bawakan semua.
Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:
Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: “Hasan Gharib”, dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192)
Juga sebagaimana telah lewat, ‘Aisyah, Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit, Sa’id Al Khudriy, Jabir bin Abdillah radhiallahum jamii’an, mereka semua mengimani adanya adzab kubur. Imam Abul Hasan Ali bin Isma’il Al Asy’ari –rahimahullah– berkata:
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Marhamah yang dirahmati Allah swt
Didalam hadits yang diriwayatkan dari al Barro bin ‘Azib bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Berlindunglah kalian kepada Allah dari adzab kubur—beliau menyebutkan 2 atau 3 kali—kemudian berkata,’Sesungguhnya seorang hamba yang beriman apabila akan berakhir (hidupnya) di dunia dan akan mengawali akheratnya maka turunlah para malaikat dari langit dengan berwajah putih seperti matahari dengan membawa kain kafan dan wewangian dari surga dan mereka duduk disisinya sejauh mata memandang.
Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk disebelah kepalanya dengan mengatakan,”Wahai jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan dari Allah dan keredhoan-Nya.’ Beliau saw bersabda,’Maka keluarlah ruhnya seperti tetesan air dari bibir orang yang sedang minum maka dia (malaikat maut) pun mengambilnya. Dan tatkala dia mengambilnya maka para malaikat (yang lain) tidaklah membiarkannya berada ditangannya walau hanya sesaat sehingga mereka mengambilnya dan menaruhnya diatas kafan yang terdapat wewangian hingga keluar darinya bau semerbak kesturi yang membuat wangi permukaan bumi.’
Beliau saw bersabda,’Mereka kemudian naik (ke langit) dengan membawa (ruh) orang itu dan tidaklah mereka melewati para malaikat kecuali mereka bertanya,’Ruh yang baik siapa ini?’ Mereka menjawab,’Fulan bin Fulan, dengan menyebutkan nama terbaik yang dimilikinya di dunia’ sehingga mereka berhenti di langit dunia. Mereka pun meminta agar dibukakan (pintu) baginya maka dibukalah (pintu itu) bagi mereka dan mereka berpindahlah ke langit berikutnya sehingga sampai ke langit ketujuh dan Allah mengatakan,’Tulislah kitab hamba-Ku ini di ‘illiyyin dan kembalikanlah ke bumi, sesungguhnya darinyalah Aku ciptakan mereka dan kepadanyalah Aku mengembalikan mereka dan darinya pula Aku mengeluarkan mereka sekali lagi.’
Beliau saw bersabda,’Dan ruh itu pun dikembalikan ke jasadnya. Kemudian datanglah dua malaikat yang mendudukannya dan bertanya kepadanya,’Siapa Tuhanmu?’ dia pun menjawab,’Tuhanku Allah.’ Keduanya bertanya lagi,’Apa agamamu?’ dia menjawab,’Agamaku Islam.’ Keduanya bertanya,’Siapa lelaki yang diutus kepada kalian ini?’ dia menjawab,’Dia adalah Rasulullah saw.’ Keduanya bertanya lagi,’Apa ilmumu?’ dia menjawab,’Aku membaca Al Qur’an, Kitab Allah, aku mengimaninya dan membenarkannya.’
Terdengarlah suara yang memanggil dari langit,’Karena kebenaran hamba-Ku maka hamparkanlah (suatu hamparan) dari surga, pakaikanlah dengan pakaian dari surga, bukakanlah baginya sebuah pintu menuju surga.’ Beliau saw bersabda,’maka terciumlah wanginya serta dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang.’
Beliau bersabda,’Datanglah seorang laki-laki berwajah tampan, berbaju indah dengan baunya yang wangi mengatakan,’Bahagialah engkau di hari yang engkau telah dijanjikan.’ Orang (yang beriman) itu mengatakan,’Siapa angkau? Wajahmu penuh dengan kebaikan’ dia menjawab,’Aku adalah amal shalehmu.’ Orang itu mengatakan,’Wahai Allah, segerakanlah kiamat sehingga aku kembali kepada keluarga dan hartaku.’
Beliau saw bersabda,’Sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila akan berakhir (hidupnya) di dunia akan akan mengawali akheratnya maka turunlah para malaikat dari langit yang berwajah hitam dengan membawa kain dan merekapun duduk disisinya sejauh mata memandang kemudian datang malaikat maut dan duduk disebelah kepalanya dengan mengatakan,’Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju amarah dan murka Allah.’
Beliau saw bersabda,’maka dipisahkanlah ruh dari jasadnya seperti duri yang dicabut dari kain yang basah kemudian malaikat (maut) pun mengambilnya dan tatkala malaikat maut mengambilnya maka mereka (malaikat lain) tidaklah membiarkannya berada di tangannya walau sesaat sehingga meletakkannya dikain itu dan dibawanya dengan bau bangkai busuk yang meyebar di permukaan bumi. Mereka pun membawanya dan tidaklah mereka melintasi malaikat kecuali mereka bertanya,’Ruh buruk milik siapa ini?’ mereka menjawa,’Fulan bin Fulan dengan menyebutkan nama yang paling buruknya di dunia.’
Kemudian mereka sampai di langit dunia dan meminta untuk dibukakan (pintu) baginya maka tidaklah dibukakan baginya kemudian Rasulullah saw membaca firman-Nya,”Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga hingga unta masuk ke lobang jarum.” Kemudian Allah berkata,’Tulislah kitabnya di sijjin di bumi yang paling rendah maka ruhnya dilemparkan dengan satu lemparan. Kemudian beliau saw membaca,”Dan barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar burung, atau diterbangkan ke tempat yang jauh.’
Ruhnya pun dikembalikan ke jasadnya dan datanglah dua malaikat mendudukannya seraya bertanya,”Siapa Tuhanmu?’ maka dia menjawab,’a..a… aku tidak tahu.’ Keduanya bertanya.’Apa agamamu?’ dia menjawab,’a…a…aku tidak tahu.’ Keduanya bertanya,’Siapa laki-laki yang diutus kepadamu ini?’ dia menjawab,’a…a…aku tidak tahu.’ Maka terdengar seruan dari langit.’ Karena pendustaan (nya) maka hamparkanlah (suatu hamparan) dari neraka dan bukakan baginya suatu pintu munuju neraka dan terasalah panas serta angin panasnya bagi orang itu dan dia pun dihimpit oleh kuburnya sehingga hancur tulang-tulangnya.
Datanglah seorang laki-laki yang berwajah buruk dengan pakaian yang bau busuk dan mengatakan,”Bergembiralah kamu dihari yang buruk bagimu yang telah dijanjikan ini.’ Orang itu berkata,’Siapa kamu dengan wajahmu yang penuh dengan kajahatan.’ Dia menjawab,’Aku adalah amal burukmu.’ Orang itu pun berkata,’Wahai Allah janganlah engkau adakan kiamat.” (HR. Ahmad)
Hadits diatas menjelaskan tentang keadaan ruh seseorang saat berpisah dari jasadnya pada saat sakaratul maut. Kemudahan saat itu dialami oleh seorang yang beriman sementara kesulitan yang luar biasa dialami oleh seorang yang kafir.
Hadits itu pun menjelaskan bahwa ruh yang dibawa menuju langit setelah terlepas dari jasadnya kemudian dikembalikan lagi ke jasadnya di bumi untuk merasakan fitnah kubur, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dua malaikat tentang siapa tuhannya, nabi-Nya dan agamanya.
Seorang yang beriman diberikan kemudahan didalam menjawab pertanyaan itu, sebagaimana janji Allah swt kepadanya, firman-Nya :
Sebaliknya dengan keadaan seorang yang kafir, ia tidak sanggup menjawab semua pertanyaan tersebut dikarenakan kekufurannya.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hadits itu memberikan pengetahuan bahwa ruh tetap ada setelah berpisah dari badannya berbeda dengan orang-orang sesat dari kalangan ahli kalam. Ruh itu juga naik (ke langit) dan turun (darinya) berbeda dengan orang-orang sesat dari kalangan ahli ilsafat. Serta ruh dikembalikan ke badan lalu orang yang meninggal itu akan ditanya maka ia akan mendapatkan nikmat atau adzab sebagaimana pertanyaan yang diajukan oleh malaikat penanya. Didalam kubur itu amal shaleh atau buruknya akan mendatanginya dengan suatu bentuk yang baik atau buruk.
Wallahu A’lam
Bisakah orang yang masih hidup (paranormal/orang pinter) berinteraksi atau mengetahui keadaan orang yang sudah meninggal dunia?
Dari: Suciati Riza (via fanpage Konsultasi Syariah)
Jawaban:
Saudari Suciati yang kami hormati, pertanyaan Anda akan kami jawab dengan mengklasifikasikannya menjadi dua permasalahan. Pertama, masalah mengetahui keadaan alam kubur atau alam barzah. Kedua, hukum percaya kepada dukun.
Pertama, kematian adalah berpindahnya ruh seseorang yang telah meninggal menuju alam kubur atau alam barzah sebagai gerbang akhirat. Alam barzah merupakan alam gaib yang tidak mampu diterawang oleh manusia peristiwa-peristiwa yang terjadi di sana, kecuali dengan berita-berita dari wahyu Alquran dan sunah.
Jauh sebelum mayit mengalami peristiwa-peristiwa di alam kubur, berupa pertanyaan malaikat, adzab dan nikmat kubur, dll. Mayit pun sudah mengalami hal-hal ghaib yang tidak mampu ditangkap oleh panca indera manusia. Pada saat jenazah akan dikebumikan, orang-orang di sekitarnya tidak mengetahui apa yang dialami saudara mereka yang telah wafat tersebut. Rasulullah bersabda,
Al-‘Aini mengatakan, “Hadis ini dijadikan dalil bahwsanya seluruh makhlu mendengarkan perkataan mayat kecuali manusia.” (‘Umdatul Qari, 8:114)
Posisi mayit yang sangat dekat dengan orang-orang yang masih hidup yaitu dipikul di atas pundak-pundak pembawa jenazah tidak membuat orang di sekitarnya mendengarkan apa yang ia katakan disebabkan dimensi mereka sudah berbeda.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang keadaan orang yang tidak menaati Allah dan rasul-Nya semasa hidupnya, bagi mereka didatangkan seorang teman yang jelek untuk menemaninya di alam kubur. Setelah itu, ia dipukul oleh malaikat dengan sebuah pukulan yang membuat sang mayit berteriak sehingga terdengar oleh semua makhluk kecuali jin dan manusia.
Teks-teks wahyu di atas menunjukkan bahwasanya manusia tidak memiliki kemampuan untuk menerawang ke alam barzah karena keterbatasan kemampuan indera manusia.
Pertanyaannya, bagaimana kalau seandainya yang mengaku bisa mengetahui hal-hal tersebut adalah orang-orang yang berperawakan shaleh dengan penampilan layaknya orang-orang yang dekat dengan Allah? Saudari Suciati dan pembaca yang kami hormati, hakikat keshalehan seseorang tidak dapat diukur dengan menilai penampilan, pencitraan, serta fisik mereka yang baik. Tolok ukur keshalehan seseorang adalah sejauh mana mereka meneladani Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam hal ‘akidah, akhlak, dan ibadah.
Berkaca dari perjalanan hidup sahabat-sahabat rasulullah yang shaleh, kita tidak menemukan aktivitas mereka menerawang kejadian dan peristiwa di alam barzah dan mereka juga tidak memiliki kemampuan dalam hal itu, padahal mereka adalah wali-wali Allah.
Allah merahasiakan alam gaib ini mengandung hikmah yang sangat dalam bagi kita manusia, di antaranya:
Kedua, mempercayai dukun atau paranormal
Paranormal atau pun dukun adalah orang-orang yang mengklaim memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang gaib, baik yang telah terjadi namun luput dari manusia ataupun hal-hal yang akan terjadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai pengakuan nabi-Nya, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam,
Inilah pengakuan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, betapa beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui perkara gaib, padahal ia adalah kekasih Allah. Lalu ada orang-orang yang berlatarbelakang bertapa di kuburan, memuja ruh-ruh nenek moyang, datang-datang mengklaim tahu urusan ghaib. Apakah tidak layak kalau kita cap mereka adalah pendusta?
Atau mereka juga yang membawa biji tasbih, berbaju putih, bersurban layaknya wali, mengaku mendapat kabar dari langit. Tentunya nabi kita yang suci lebih layak tahu daripada mereka.
Rasulullah bersabda,
Atau hanya sekedar bertanya tetapi tidak mempercayainya, rasulullah mengancamnya dengan sabdanya,
Demikianlah apa yang dapat kami jawab dari pertanyaan Anda, lebih kurang kami mohon maaf. Allahu a’lam
Dijawab oleh tim Konsultasi Syariah
Dalam artikel ini akan kami paparkan beberapa dalil yang menetapkan adanya adzab dan nikmat kubur serta pembahasan mengenai beberapa kerancuan yang beredar seputar masalah ini.
DALIL AL QUR’AN
Dalil 1
وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ
سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ
الْعَذَابِ
“dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari
terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan
kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.” (QS. Ghafir/ Al Mu’min: 45-46)Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, “Arwah Fir’aun dan pengikutnya dihadapkan ke neraka setiap pagi dan petang terus-menerus hingga datang hari kiamat. Ketika kiamat datang barulah arwah dan jasad mereka sama-sama merasakan api neraka”. Beliau juga berkata, “Ayat-ayat ini adalah landasan kuat bagi Ahlussunnah tentang adanya adzab kubur” (Tafsir Al Qur’an Azhim, 7/146). Hal ini juga senada dengan penjelasan jumhur ahli tafsir seperti Mujahid (dinukil dari An Nukat Wal’Uyun, 4/39), Al Alusi (Ruuhul Ma’ani, 18/103), Asy Syaukani (Fathul Qadir, 6/328), Al Baidhawi (Anwar At Tanziil, 5/130), Muhammad Amin Asy Syinqithi (Adhwa’ Al Bayan, 7/82), Abdurrahman As Sa’di (Taisiir Kariim Ar Rahman, 738).
Memang benar bahwa ada penafsiran lain terhadap ayat ini. Qatadah menafsirkan bahwa maksud ayat (yang artinya) ‘Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang‘ adalah taubiikh atau penghinaan terhadap Fir’aun dan pengikutnya dalam keadaan mereka masih hidup. Penafsiran ini walaupun tidak menetapkan adanya adzab kubur namun tidak menafikannya. Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu menafsirkan bahwa arwah mereka ada di sayap burung hitam yang bertengger di atas neraka yang datang di kala sore dan pagi hari (dinukil dari An Nukat Wal’Uyun, 4/39). Penafsiran Ibnu Abbas ini pus menetapkan adanya alam kubur.
Ahli tafsir yang terpengaruh permikiran mu’tazilah pun membantah bahwa ayat ini membicarakan adzab kubur semisal Az Zamakhsyari (Al Kasyaf, 6/118) dan Fakhruddin ArRazi (Mafatihul Ghaib, 13/342), dengan sebatas bantahan logika semata. Maka, –insya Allah– penafsiran yang tepat adalah yang kami sebutkan di awal karena bersesuaian dengan dalil lain dari Al Qur’an dan Hadits yang akan kami sebutkan nanti. Karena antara dalil itu saling menafsirkan dan tidak mungkin saling bertentangan.
Dalil 2
{وَلَوْ تَرَى إِذِ
الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو
أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ
الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ
وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang
yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah
nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan)
yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayat-Nya.” (QS. Al An’am: 93)Al Imam Al Bukhari rahimahullah, dalam Shahih-nya membuat judul bab باب مَا جَاءَ فِى عَذَابِ الْقَبْرِ (Bab dalil-dalil tentang adzab kubur) lalu beliau menyebutkan ayat di atas.
Seorang pakar tafsir di zaman ini, Syaikh Abdurrahman As Sa’di –rahimahullah– menjelaskan, “Ayat ini adalah dalil adanya adzab dan nikmat kubur. Karena dari konteks kalimat, adzab yang ditujukan kepada orang-orang kafir tersebut dirasakan ketika sakaratul maut, ketika dicabut nyawa dan setelahnya” (Taisiir Kariim Ar Rahman, 264)
Dalil 3
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di
jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu
hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al Baqarah: 154)Al Hafidz Ibnu Katsir memaparkan, “Allah Ta’ala mengabarkan bahwa para syuhada itu hidup di alam barzakh dalam keadaan senantiasa diberi rizki oleh Allah, sebagaimana dalam hadits yang terdapat pada Shahih Muslim….(lalu beliau menyebutkan haditsnya)” (Tafsir Al Qur’an Azhim, 1/446). Mengenai keadaan para syuhada yang setelah wafat mendapat kenikmatan di sisi Allah di alam barzakh adalah pendapat jumhur mufassirin, di antaranya Mujahid, Qatadah, Abu Ja’far, ‘Ikrimah (Lihat Tafsir Ath Thabari, 3/214), Jalalain (160), Al Baghawi (Ma’alim At Tanzil, 168), Al Alusi (Ruuhul Ma’ani, 2/64), dll. Mereka hanya berbeda pendapat tentang bagaimana bentuk rizki atau kesenangan tersebut.
Ayat ini sejalan dengan ayat 45-46 pada surat Ghafir (surat Al Mu’min) yang disebutkan di atas. Sebagaimana penjelasan dari Al Hasan Al Bashri, “Para syuhada itu hidup di sisi Allah, mereka dihadapkan kepada surga sehingga mereka pun merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Sebagaimana arwah Fir’aun dan kaumnya yang dihadapkan ke neraka setiap pagi dan sore hari sehingga mereka merasakan kesengsaraan” (dinukil dari Ma’alim At Tanzil, 168). Artinya, para syuhada merasakan kebahagiaan dan kesenangan di alam barzakh sebagaimana Fir’aun merasakan kesengsaraan juga di alam barzakh.
Dan masih banyak lagi dalil dari Al Qur’an Al Kariim yang menetapkan adzab kubur sekiranya kita mau merujuk pada penjelasan para ulama.
DALIL AS SUNNAH
Dalil 4
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني
“Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku
akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur
yang aku dengar.” (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026, dari sahabat Anas bin Malik radhilallahu’anhu)”Dalam Silsilah Ahadits Shahihah pada hadits nomor 158-159, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani –rahimahullah– menjelaskan bahwa hadits ini memiliki beberapa syawahid, yaitu dari jalan Zaid bin Tsabit (HR. Muslim 7392) dan dari jalan Jabir bin Abdillah (HR. Ahmad 14185, Al Albani berkata: “Shahih muttashil sesuai persyaratan Imam Muslim”).
Setelah itu beliau memberikan penjelasan penting, beliau berkata:
“Dari beberapa hadits di atas terdapat banyak faidah, yang paling penting diantaranya:
Pertama, menetapkan adanya adzab kubur, dan hadits-hadits tentang hal ini mutawatir. Maka tidak ada lagi kerancuan bila ada yang meng-klaim bahwa hadits-hadits tentang hal ini adalah hadits Ahad.
Pun andaikata memang benar hadits-haditsnya adalah Ahad, tetap wajib mengimaninya karena Al Qur’an telah menunjukkan kebenarannya. (Kemudian Syaikh membawakan surat Ghafir ayat 45-46).
Pun andaikata memang benar bahwa permasalahan adzab kubur tidak ada dalam Al Qur’an, hadits-hadits shahih yang ada sudah cukup untuk menetapakan akidah tentang adzab kubur ini. Klaim bahwa perkara aqidah tidak bisa ditetapkan dengan hadits Ahad yang shahih adalah klaim yang batil yang diselipkan ke dalam ajaran Islam. Tidak ada imam yang mengatakan pendapat demikian, tidak tidak katakan oleh imam madzhab yang empat atau semisal mereka. Pendapat ini hanya dikemukakan oleh ulama ahli kalam yang sama sekali tidak didasari oleh dalil” (Silsilah Ahadits Shahihah, 1/244)
Beliau juga mengatakan, “Adanya pertanyaan dua Malaikat di alam kubur adalah benar adanya. Wajib untuk mengimaninya. Hadits tentang hal ini pun mutawatir.” (Silsilah Ahadits Shahihah, 1/244)
Dalil 5
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا
لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ،
فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا
وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ،
إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » .
فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ
“Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua
orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua
berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur
mereka. Aku pun mengingkarinya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka
berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang menemuiku.
Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi
kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang
sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara
adzab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari
adzab kubur setiap selesai shalat” (HR. Bukhari 6005)Hadits ini juga menunjukkan bahwa ‘Aisyah Radhiallahu’anha meyakini adanya adzab kubur setelah diberitahu oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Dalil 6
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أُقْعِدَ
الْمُؤْمِنُ فِى قَبْرِهِ أُتِىَ ، ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ (
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ )
“Jika seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya, ia
kemudian didatangi (oleh dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia
akan menjawab dengan mengucapkan:’Laa ilaaha illallah wa anna
muhammadan rasuulullah’. Itulah yang dimaksud al qauluts tsabit dalam
firman Allah Ta’ala (yang artinya): ‘Allah meneguhkan orang-orang yang
beriman dengan al qauluts tsabit’ (QS. Ibrahim: 27)” (HR. Bukhari 1369, Muslim 7398)Ini adalah dalil Al Qur’an sekaligus As Sunnah. Karena merupakan bukti bahwa surat Ibrahim ayat 27 berbicara tentang adzab kubur dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang menafsirkan demikian.
Dalil 7
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ
مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ
الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ
فِى قُبُورِهِمَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – «
يُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ » ، ثُمَّ قَالَ « بَلَى ،
كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى
بِالنَّمِيمَةِ »
“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam pernah keluar dari sebagian pekuburan di Madinah atau Makkah.
Lalu beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang diadzab di
kuburnya. Beliau bersabda, ‘Keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya
diadzab karena dosa besar (menurut mereka bedua)’, lalu Nabi bersabda:
‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diadzab
karena tidak membersihkankan bekas kencingnya, dan yang lain karena
selalu melakukan namiimah (adu domba)” (HR. Bukhari 6055, Muslim 703)Dan masih banyak lagi dalil dari hadits-hadits yang shahih mengenai adzab kubur, artikel ini tentu bisa berpuluh-puluh halaman jika kami bawakan semua.
IJMA SAHABAT
Dalil 8Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:
سمعت رسول الله صلى الله
عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر
منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه :
ما رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منه
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil
di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak
berhasil, maka setelahnya lebih berat’Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: “Hasan Gharib”, dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192)
Juga sebagaimana telah lewat, ‘Aisyah, Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit, Sa’id Al Khudriy, Jabir bin Abdillah radhiallahum jamii’an, mereka semua mengimani adanya adzab kubur. Imam Abul Hasan Ali bin Isma’il Al Asy’ari –rahimahullah– berkata:
وأنكروا شفاعة رسول الله
صلى الله عليه وسلم للمذنبين ودفعوا الروايات في ذلك عن السلف المتقدمين
وجحدوا عذاب القبر وأن الكفار في قبورهم يعذبون وقد أجمع على ذلك الصحابة
والتابعون رضي الله عنهم أجمعين
“Para ahlul bid’ah (yaitu mu’tazilah dan qadariyah), mengingkari syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
terhadap orang-orang yang memiliki dosa. Mereka menolak riwayat-riwayat
dari generasi salaf terdahulu. Mereka juga menolak kebenaran akan
adanya adzab kubur dan bahwa orang kafir diadzab di dalam kubur mereka.
Padahal para sahabat dan tabi’in radhiallahu’anhum ajma’iin telah bersepakat tentang hal ini.” (Al Ibanah, 4)Dahsyatnya Alam Kubur
Suatu ketika Muhammad bin Wazir al-Harani keluar dari rumahnya menuju kebun setelah Ashar.
Ia bercerita,
“Ketika matahari hendak tenggelam, saya berada di tengah kuburan. Tiba-tiba dari salah satu kuburan bara api yang wujudnya menyerupai sebuah panci kaca sedagkan mayat berada di tengah-tengahnya. Saya mengusap mata saya dan saya berkata, ‘Apakah saya sedang mimpi atau sungguhan?’ Kemudian saya menoleh ke pagar kota dan saya berkata, ‘Demi Allah, saya tidak sedang tidur’.”
“Kemudian saya pulang ke keluarga saya. Saya kebingungan. Lalu keluargaku memberiku makanan, tetapi saya tidak bisa makan. Selanjutnya saya masuk ke daerah tersebut, lalu saya bertanya tentang siapa penghuni kubur tersebut. Ternyata orang yang di dalam kubur tersebut adalah pemungut pajak liar.” (Ia adalah salah satu pembantu orang-orang zhalim) yang meninggal dunia pada hari itu.
Asy-Sya’bi menuturkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Saya pernah melewati daerah Badr, lalu saya melihat seorang laki-laki keluar dari dalam tanah, lantas dipukul oleh seseorang dengan gada (pentungan kepala) sehingga ia amblas lagi ke dalam tanah. Kemudian ia keluar lagi dan diperlakukan seperti itu lagi.” Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang tersebut adalah Abu Jahl bin Hisyam yang disiksa seperti itu sampai Hari Kiamat.”
Salim bin Abdillah meriwayatkan dari ayahnya yang berkata,
“Suatu ketika seseorang sedang berjalan di atas kendaraan di antara Mekah dan Madinah, kebetulan melewati kuburan. Tiba-tiba ada seseorang keluar dari kuburan dengan api yang menyala, dibelenggu dengan besi, dan di lehernya terdapat rantai. Ia menarik-narik rantai itu, lalu ia berkata, “Wahai hamba Allah! Siramkanlah air! Wahai hamba Allah! Siramkanlah air!” Lantas ada orang lain yang keluar mengikutinya, lalu ia berkata, “Wahai hamba Allah! Jangan kau sirami air! Wahai hamba Allah! Jangan kau sirami air!” kemudian ia menarik rantai, lalu mengembalikannya ke dalam kubur.’
Salim melanjutkan kisahnya,
“Maka si penunggang kendaraan pun jatuh pingsan. Lantara kejadian itu, kendaraan yang ditungganginya menjadi pincang.”
Salim melanjutkan ceritanya,
“Di pagi harinya rambut orang tersebut menjadi putih, lalu ia menceritakan hal tersebut kepada Utsman bin Affan, lantas beliau melarang lelaki tersebut bepergian sendirian.”
Ada seorang laki-laki dari kalangan penduduk Madinah. Ia mempunyai saudara perempuan yang tinggal di sudut kota Madinah. Kemudian saudara perempuan tersebut meninggal dunia, lalu ia menguburkannya. Ketika pulang, ia teringat bahwa ia tadi kehilangan sesuatu yang terjatuh di dalam kuburan. Lantas ia meminta bantuan seorang sahabatnya.
Lalu keduanya menggali lagi kuburnya dan keduanya menemukan benda tersebut. Kemudian ia berkata kepada sahabatnya, “Menjauhlah kamu agar saya dapat dilihat saudara perempuanku.” Lalu ia mengangkat penutup liang kubur. Ternyata kuburan tersebut penuh dengan api yang menyala. Lalu ia segera mengembalikannya, meratakan kembali kuburnya, dan pulang kepada ibunya seraya berkata kepadanya, “Bagaimana sebenarnya tingkah laku saudara perempuanku?” Ibuku bertanya, “Memang kenapa? Dia kan telah meninggal?” Selanjutnya ia menceritakan kepada ibunya tentang apa yang telah disaksikannya di kuburan. Lalu ibunya berkata, “Saudara perempuanmu itu suka menunda-nunda shalat dari waktunya dan suka mendatangi pintu-pintu tetangga, mencuri dengan pembicaraan mereka lalu menyebarkan pembicaraan mereka.”
Seseorang yang dahulu bekerja sebagai penggali kubur dan ia telah kapok dari pekerjaannya ditanya, “Apa pengalaman aneh yang pernah engkau jumpai?” Ia menjawab, “Saya pernah menggali kuburan seseorang. Ternyata orang tersebut telah dipaku dengan paku besar menancap sementara paku yang lain menancap di kedua kakinya. Saya juga pernah melihat tengkorak manusia yang dituangi timah. Pada beberapa kuburan yang saya gali lagi, saya sering melihat orang yang ada di dalamnya telah dipalingkan dari arah kiblat.”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah
Ia bercerita,
“Ketika matahari hendak tenggelam, saya berada di tengah kuburan. Tiba-tiba dari salah satu kuburan bara api yang wujudnya menyerupai sebuah panci kaca sedagkan mayat berada di tengah-tengahnya. Saya mengusap mata saya dan saya berkata, ‘Apakah saya sedang mimpi atau sungguhan?’ Kemudian saya menoleh ke pagar kota dan saya berkata, ‘Demi Allah, saya tidak sedang tidur’.”
“Kemudian saya pulang ke keluarga saya. Saya kebingungan. Lalu keluargaku memberiku makanan, tetapi saya tidak bisa makan. Selanjutnya saya masuk ke daerah tersebut, lalu saya bertanya tentang siapa penghuni kubur tersebut. Ternyata orang yang di dalam kubur tersebut adalah pemungut pajak liar.” (Ia adalah salah satu pembantu orang-orang zhalim) yang meninggal dunia pada hari itu.
Asy-Sya’bi menuturkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Saya pernah melewati daerah Badr, lalu saya melihat seorang laki-laki keluar dari dalam tanah, lantas dipukul oleh seseorang dengan gada (pentungan kepala) sehingga ia amblas lagi ke dalam tanah. Kemudian ia keluar lagi dan diperlakukan seperti itu lagi.” Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang tersebut adalah Abu Jahl bin Hisyam yang disiksa seperti itu sampai Hari Kiamat.”
Salim bin Abdillah meriwayatkan dari ayahnya yang berkata,
“Suatu ketika seseorang sedang berjalan di atas kendaraan di antara Mekah dan Madinah, kebetulan melewati kuburan. Tiba-tiba ada seseorang keluar dari kuburan dengan api yang menyala, dibelenggu dengan besi, dan di lehernya terdapat rantai. Ia menarik-narik rantai itu, lalu ia berkata, “Wahai hamba Allah! Siramkanlah air! Wahai hamba Allah! Siramkanlah air!” Lantas ada orang lain yang keluar mengikutinya, lalu ia berkata, “Wahai hamba Allah! Jangan kau sirami air! Wahai hamba Allah! Jangan kau sirami air!” kemudian ia menarik rantai, lalu mengembalikannya ke dalam kubur.’
Salim melanjutkan kisahnya,
“Maka si penunggang kendaraan pun jatuh pingsan. Lantara kejadian itu, kendaraan yang ditungganginya menjadi pincang.”
Salim melanjutkan ceritanya,
“Di pagi harinya rambut orang tersebut menjadi putih, lalu ia menceritakan hal tersebut kepada Utsman bin Affan, lantas beliau melarang lelaki tersebut bepergian sendirian.”
Ada seorang laki-laki dari kalangan penduduk Madinah. Ia mempunyai saudara perempuan yang tinggal di sudut kota Madinah. Kemudian saudara perempuan tersebut meninggal dunia, lalu ia menguburkannya. Ketika pulang, ia teringat bahwa ia tadi kehilangan sesuatu yang terjatuh di dalam kuburan. Lantas ia meminta bantuan seorang sahabatnya.
Lalu keduanya menggali lagi kuburnya dan keduanya menemukan benda tersebut. Kemudian ia berkata kepada sahabatnya, “Menjauhlah kamu agar saya dapat dilihat saudara perempuanku.” Lalu ia mengangkat penutup liang kubur. Ternyata kuburan tersebut penuh dengan api yang menyala. Lalu ia segera mengembalikannya, meratakan kembali kuburnya, dan pulang kepada ibunya seraya berkata kepadanya, “Bagaimana sebenarnya tingkah laku saudara perempuanku?” Ibuku bertanya, “Memang kenapa? Dia kan telah meninggal?” Selanjutnya ia menceritakan kepada ibunya tentang apa yang telah disaksikannya di kuburan. Lalu ibunya berkata, “Saudara perempuanmu itu suka menunda-nunda shalat dari waktunya dan suka mendatangi pintu-pintu tetangga, mencuri dengan pembicaraan mereka lalu menyebarkan pembicaraan mereka.”
Seseorang yang dahulu bekerja sebagai penggali kubur dan ia telah kapok dari pekerjaannya ditanya, “Apa pengalaman aneh yang pernah engkau jumpai?” Ia menjawab, “Saya pernah menggali kuburan seseorang. Ternyata orang tersebut telah dipaku dengan paku besar menancap sementara paku yang lain menancap di kedua kakinya. Saya juga pernah melihat tengkorak manusia yang dituangi timah. Pada beberapa kuburan yang saya gali lagi, saya sering melihat orang yang ada di dalamnya telah dipalingkan dari arah kiblat.”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah
Keadaan Ruh dan Jasad ketika dalam Kubur
Assalamu’alaikum Ust,
Pertanyaan saya: ketika seseorang meninggal dunia berarti rohnya sudah dicabut oleh Allah sedangkan alam kubur atau alam barzah adalam alam ke empat di mana seseorang akan berada di sana untuk menunggu alam akhirat tiba. Bagaimana keadaan seseorang yang dalam kuburan itu? apakah rohnya yang sudah dicabut akan dikembalikan ke jasad yang sudah di dalam kuburan itu sehingga ia kembali utuh seperti waktu ia hidup dan menunggu hari kiamat? Bagaimana juga keadaan seseorang yang sudah dalam kuburan itu ketika menjawab pertanyaan dari malaikat? apakah malaikat bertanya kepada jasad yg sudah dikubur itu saja atau rohnya sudah dipasang lagi ketika malaikat mau bertanya padahal saat kita meninggal kan roh kita sudah dicabut. minta penjelasannya.Trimakasih sebelumnya.Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Marhamah yang dirahmati Allah swt
Didalam hadits yang diriwayatkan dari al Barro bin ‘Azib bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Berlindunglah kalian kepada Allah dari adzab kubur—beliau menyebutkan 2 atau 3 kali—kemudian berkata,’Sesungguhnya seorang hamba yang beriman apabila akan berakhir (hidupnya) di dunia dan akan mengawali akheratnya maka turunlah para malaikat dari langit dengan berwajah putih seperti matahari dengan membawa kain kafan dan wewangian dari surga dan mereka duduk disisinya sejauh mata memandang.
Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk disebelah kepalanya dengan mengatakan,”Wahai jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan dari Allah dan keredhoan-Nya.’ Beliau saw bersabda,’Maka keluarlah ruhnya seperti tetesan air dari bibir orang yang sedang minum maka dia (malaikat maut) pun mengambilnya. Dan tatkala dia mengambilnya maka para malaikat (yang lain) tidaklah membiarkannya berada ditangannya walau hanya sesaat sehingga mereka mengambilnya dan menaruhnya diatas kafan yang terdapat wewangian hingga keluar darinya bau semerbak kesturi yang membuat wangi permukaan bumi.’
Beliau saw bersabda,’Mereka kemudian naik (ke langit) dengan membawa (ruh) orang itu dan tidaklah mereka melewati para malaikat kecuali mereka bertanya,’Ruh yang baik siapa ini?’ Mereka menjawab,’Fulan bin Fulan, dengan menyebutkan nama terbaik yang dimilikinya di dunia’ sehingga mereka berhenti di langit dunia. Mereka pun meminta agar dibukakan (pintu) baginya maka dibukalah (pintu itu) bagi mereka dan mereka berpindahlah ke langit berikutnya sehingga sampai ke langit ketujuh dan Allah mengatakan,’Tulislah kitab hamba-Ku ini di ‘illiyyin dan kembalikanlah ke bumi, sesungguhnya darinyalah Aku ciptakan mereka dan kepadanyalah Aku mengembalikan mereka dan darinya pula Aku mengeluarkan mereka sekali lagi.’
Beliau saw bersabda,’Dan ruh itu pun dikembalikan ke jasadnya. Kemudian datanglah dua malaikat yang mendudukannya dan bertanya kepadanya,’Siapa Tuhanmu?’ dia pun menjawab,’Tuhanku Allah.’ Keduanya bertanya lagi,’Apa agamamu?’ dia menjawab,’Agamaku Islam.’ Keduanya bertanya,’Siapa lelaki yang diutus kepada kalian ini?’ dia menjawab,’Dia adalah Rasulullah saw.’ Keduanya bertanya lagi,’Apa ilmumu?’ dia menjawab,’Aku membaca Al Qur’an, Kitab Allah, aku mengimaninya dan membenarkannya.’
Terdengarlah suara yang memanggil dari langit,’Karena kebenaran hamba-Ku maka hamparkanlah (suatu hamparan) dari surga, pakaikanlah dengan pakaian dari surga, bukakanlah baginya sebuah pintu menuju surga.’ Beliau saw bersabda,’maka terciumlah wanginya serta dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang.’
Beliau bersabda,’Datanglah seorang laki-laki berwajah tampan, berbaju indah dengan baunya yang wangi mengatakan,’Bahagialah engkau di hari yang engkau telah dijanjikan.’ Orang (yang beriman) itu mengatakan,’Siapa angkau? Wajahmu penuh dengan kebaikan’ dia menjawab,’Aku adalah amal shalehmu.’ Orang itu mengatakan,’Wahai Allah, segerakanlah kiamat sehingga aku kembali kepada keluarga dan hartaku.’
Beliau saw bersabda,’Sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila akan berakhir (hidupnya) di dunia akan akan mengawali akheratnya maka turunlah para malaikat dari langit yang berwajah hitam dengan membawa kain dan merekapun duduk disisinya sejauh mata memandang kemudian datang malaikat maut dan duduk disebelah kepalanya dengan mengatakan,’Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju amarah dan murka Allah.’
Beliau saw bersabda,’maka dipisahkanlah ruh dari jasadnya seperti duri yang dicabut dari kain yang basah kemudian malaikat (maut) pun mengambilnya dan tatkala malaikat maut mengambilnya maka mereka (malaikat lain) tidaklah membiarkannya berada di tangannya walau sesaat sehingga meletakkannya dikain itu dan dibawanya dengan bau bangkai busuk yang meyebar di permukaan bumi. Mereka pun membawanya dan tidaklah mereka melintasi malaikat kecuali mereka bertanya,’Ruh buruk milik siapa ini?’ mereka menjawa,’Fulan bin Fulan dengan menyebutkan nama yang paling buruknya di dunia.’
Kemudian mereka sampai di langit dunia dan meminta untuk dibukakan (pintu) baginya maka tidaklah dibukakan baginya kemudian Rasulullah saw membaca firman-Nya,”Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga hingga unta masuk ke lobang jarum.” Kemudian Allah berkata,’Tulislah kitabnya di sijjin di bumi yang paling rendah maka ruhnya dilemparkan dengan satu lemparan. Kemudian beliau saw membaca,”Dan barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar burung, atau diterbangkan ke tempat yang jauh.’
Ruhnya pun dikembalikan ke jasadnya dan datanglah dua malaikat mendudukannya seraya bertanya,”Siapa Tuhanmu?’ maka dia menjawab,’a..a… aku tidak tahu.’ Keduanya bertanya.’Apa agamamu?’ dia menjawab,’a…a…aku tidak tahu.’ Keduanya bertanya,’Siapa laki-laki yang diutus kepadamu ini?’ dia menjawab,’a…a…aku tidak tahu.’ Maka terdengar seruan dari langit.’ Karena pendustaan (nya) maka hamparkanlah (suatu hamparan) dari neraka dan bukakan baginya suatu pintu munuju neraka dan terasalah panas serta angin panasnya bagi orang itu dan dia pun dihimpit oleh kuburnya sehingga hancur tulang-tulangnya.
Datanglah seorang laki-laki yang berwajah buruk dengan pakaian yang bau busuk dan mengatakan,”Bergembiralah kamu dihari yang buruk bagimu yang telah dijanjikan ini.’ Orang itu berkata,’Siapa kamu dengan wajahmu yang penuh dengan kajahatan.’ Dia menjawab,’Aku adalah amal burukmu.’ Orang itu pun berkata,’Wahai Allah janganlah engkau adakan kiamat.” (HR. Ahmad)
Hadits diatas menjelaskan tentang keadaan ruh seseorang saat berpisah dari jasadnya pada saat sakaratul maut. Kemudahan saat itu dialami oleh seorang yang beriman sementara kesulitan yang luar biasa dialami oleh seorang yang kafir.
Hadits itu pun menjelaskan bahwa ruh yang dibawa menuju langit setelah terlepas dari jasadnya kemudian dikembalikan lagi ke jasadnya di bumi untuk merasakan fitnah kubur, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dua malaikat tentang siapa tuhannya, nabi-Nya dan agamanya.
Seorang yang beriman diberikan kemudahan didalam menjawab pertanyaan itu, sebagaimana janji Allah swt kepadanya, firman-Nya :
يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ
الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ
الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاء
Artinya : “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah
menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang dia
kehendaki.” (QS. Ibrahim : 27)Sebaliknya dengan keadaan seorang yang kafir, ia tidak sanggup menjawab semua pertanyaan tersebut dikarenakan kekufurannya.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hadits itu memberikan pengetahuan bahwa ruh tetap ada setelah berpisah dari badannya berbeda dengan orang-orang sesat dari kalangan ahli kalam. Ruh itu juga naik (ke langit) dan turun (darinya) berbeda dengan orang-orang sesat dari kalangan ahli ilsafat. Serta ruh dikembalikan ke badan lalu orang yang meninggal itu akan ditanya maka ia akan mendapatkan nikmat atau adzab sebagaimana pertanyaan yang diajukan oleh malaikat penanya. Didalam kubur itu amal shaleh atau buruknya akan mendatanginya dengan suatu bentuk yang baik atau buruk.
Wallahu A’lam
Mengetahui Keadaan Mayit Setelah Meninggal
Pertanyaan:Bisakah orang yang masih hidup (paranormal/orang pinter) berinteraksi atau mengetahui keadaan orang yang sudah meninggal dunia?
Dari: Suciati Riza (via fanpage Konsultasi Syariah)
Jawaban:
Saudari Suciati yang kami hormati, pertanyaan Anda akan kami jawab dengan mengklasifikasikannya menjadi dua permasalahan. Pertama, masalah mengetahui keadaan alam kubur atau alam barzah. Kedua, hukum percaya kepada dukun.
Pertama, kematian adalah berpindahnya ruh seseorang yang telah meninggal menuju alam kubur atau alam barzah sebagai gerbang akhirat. Alam barzah merupakan alam gaib yang tidak mampu diterawang oleh manusia peristiwa-peristiwa yang terjadi di sana, kecuali dengan berita-berita dari wahyu Alquran dan sunah.
Jauh sebelum mayit mengalami peristiwa-peristiwa di alam kubur, berupa pertanyaan malaikat, adzab dan nikmat kubur, dll. Mayit pun sudah mengalami hal-hal ghaib yang tidak mampu ditangkap oleh panca indera manusia. Pada saat jenazah akan dikebumikan, orang-orang di sekitarnya tidak mengetahui apa yang dialami saudara mereka yang telah wafat tersebut. Rasulullah bersabda,
إذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ
عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ : قَدِّمُونِي
قَدِّمُونِي ، وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ : يَا وَيْلَهَا
أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا ، يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا
الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهَا الْإِنْسَانُ لَصَعِقَ
“Apabila jenazah telah dibawa oleh orang-orang di atas pundak-pundak mereka (menuju kubur pen.),
seandainya pada masa hidupnya ia adalah orang yang shalih, ia akan
mengatakan, “Segerakanlah aku!! segerakanlah aku!!” Namun jika ia
dahulu orang yang tidak shalih, ia akan mengatakan, “Celaka! Hendak
kemana kalian membawa jenazah ini! Seluruh makhluk mendengar suara
tersebut kecuali manusia, andaikata seseorang mendengarnya, pasti dia
akan pingsan.” (HR. Bukhari, no. 1314)Al-‘Aini mengatakan, “Hadis ini dijadikan dalil bahwsanya seluruh makhlu mendengarkan perkataan mayat kecuali manusia.” (‘Umdatul Qari, 8:114)
Posisi mayit yang sangat dekat dengan orang-orang yang masih hidup yaitu dipikul di atas pundak-pundak pembawa jenazah tidak membuat orang di sekitarnya mendengarkan apa yang ia katakan disebabkan dimensi mereka sudah berbeda.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang keadaan orang yang tidak menaati Allah dan rasul-Nya semasa hidupnya, bagi mereka didatangkan seorang teman yang jelek untuk menemaninya di alam kubur. Setelah itu, ia dipukul oleh malaikat dengan sebuah pukulan yang membuat sang mayit berteriak sehingga terdengar oleh semua makhluk kecuali jin dan manusia.
Teks-teks wahyu di atas menunjukkan bahwasanya manusia tidak memiliki kemampuan untuk menerawang ke alam barzah karena keterbatasan kemampuan indera manusia.
Pertanyaannya, bagaimana kalau seandainya yang mengaku bisa mengetahui hal-hal tersebut adalah orang-orang yang berperawakan shaleh dengan penampilan layaknya orang-orang yang dekat dengan Allah? Saudari Suciati dan pembaca yang kami hormati, hakikat keshalehan seseorang tidak dapat diukur dengan menilai penampilan, pencitraan, serta fisik mereka yang baik. Tolok ukur keshalehan seseorang adalah sejauh mana mereka meneladani Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam hal ‘akidah, akhlak, dan ibadah.
Berkaca dari perjalanan hidup sahabat-sahabat rasulullah yang shaleh, kita tidak menemukan aktivitas mereka menerawang kejadian dan peristiwa di alam barzah dan mereka juga tidak memiliki kemampuan dalam hal itu, padahal mereka adalah wali-wali Allah.
Allah merahasiakan alam gaib ini mengandung hikmah yang sangat dalam bagi kita manusia, di antaranya:
- Rasulullah bersabda, “Kalau seandainya kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku berdoa kepada Allah agar kalian mendengar adzab kubur.” Ketika seseorang mendengar adzab kubur tentulah mereka merasa takut kemudian pingsan, lalu siapa yang akan menguburkan mayit.
- Allah menutup aib mayit yang berdosa -apabila mereka orang yang suka berbuat dosa-, agar mereka tidak digunjing orang yang hidup setelahnya. Demikian juga apabila mereka orang yang baik, keluarga mereka tidak akan berhenti berbuat amal jariyah dan mendoakannya karena mengetahui keadaanya yang baik di alam barzah.
- Seandainya orang yang meninggal itu adalah orang yang celaka, ketidaktahuan pihak keluarga tentulah tidak mebuat mereka merasa terguncang dan berputus asa.
- Pihak keluarga tidak akan merasa minder dan malu apabila ternyata khalayak mengetahui bahwa keluarga mereka yang dikubur tersebut tengah disiksa.
- Apabila seseorang mengetahui peristiwa di alam kubur, maka permasalahan ini tidak termasuk ujian mengimani permasalahan yang gaib.
Kedua, mempercayai dukun atau paranormal
Paranormal atau pun dukun adalah orang-orang yang mengklaim memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang gaib, baik yang telah terjadi namun luput dari manusia ataupun hal-hal yang akan terjadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai pengakuan nabi-Nya, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam,
قُل لآأَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ اللهِ وَلآأَعْلَمُ
الْغَيْبَ وَلآأَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ
مَايُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ
تَتَفَكَّرُونَ
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak
(pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama
orang yang buta dengan yang melihat?” Maka apakah kamu tidak
memikirkan(nya)?” (QS. Al-An’am: 50)Inilah pengakuan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, betapa beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui perkara gaib, padahal ia adalah kekasih Allah. Lalu ada orang-orang yang berlatarbelakang bertapa di kuburan, memuja ruh-ruh nenek moyang, datang-datang mengklaim tahu urusan ghaib. Apakah tidak layak kalau kita cap mereka adalah pendusta?
Atau mereka juga yang membawa biji tasbih, berbaju putih, bersurban layaknya wali, mengaku mendapat kabar dari langit. Tentunya nabi kita yang suci lebih layak tahu daripada mereka.
Rasulullah bersabda,
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, kemudian
membenarkan apa yang mereka katakana, maka ia telah kufur dengan apa
yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad, no.9784)Atau hanya sekedar bertanya tetapi tidak mempercayainya, rasulullah mengancamnya dengan sabdanya,
مَا مِنْ رَجُلٍ يَأْتِي كَاهِنًا فَيَسْأَلُهُ إِلا
حُجِبَتْ مِنْهُ التَّوْبَةُ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، فَإِنْ هُوَ آمَنَ
بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِاللَّهِ
Tidaklah seorang mendatangi dukun, lalu bertanya padanya, kecuali
terhalang taubatnya selama 40 hari. Apabila dia mempercayai perkataan
dukun tersebut, maka dia telah kufur kepada Allah.” (Mu’jam Al-Kabir Ath-Thabrani, 15:469)Demikianlah apa yang dapat kami jawab dari pertanyaan Anda, lebih kurang kami mohon maaf. Allahu a’lam
Dijawab oleh tim Konsultasi Syariah
Kamis, 14 Maret 2013
ALAM BARZAH
Rasullullah mengajarkan doa kepada umatnya :
“Allah umma, aku mohon kepadaMu perlindungan dari
kekufuran dan kefakiran dan aku berlindung kepadaMu dari azab kubur . tidak ada
Tuhan melainkan Engkau.” (H.R. Abu Daud).
Muqaddimah
Hari kiamat adalah hari akhir
kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup di dunia yang harus kita percayai
kebenaran adanya yang menjadi jembatan untuk menuju ke kehidupan selanjutnya di
akhirat yang kekal dan abadi. Iman kepada hari kiamat adalah rukum iman yang
ke-lima. Hari kiamat diawali dengan tiupan terompet sangkakala oleh malaikat
isrofil untuk menghancurkan bumi beserta seluruh isinya.
Hari kiamat tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya karena merupakan rahasia Allah SWT yang tidak diketahui siapa pun. Namun dengan demikian kita masih bisa mengetahui kapan datangnya hari kiamat dengan melihat tanda-tanda yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Orang yang beriman kepada Allah SWT dan banyak berbuat kebaikan akan menerima imbalan surga yang penuh kenikmatan, sedangkan bagi orang-orang kafir dan penjahat akan masuk neraka yang sangat pedih untuk disiksa.
Hari kiamat tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya karena merupakan rahasia Allah SWT yang tidak diketahui siapa pun. Namun dengan demikian kita masih bisa mengetahui kapan datangnya hari kiamat dengan melihat tanda-tanda yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Orang yang beriman kepada Allah SWT dan banyak berbuat kebaikan akan menerima imbalan surga yang penuh kenikmatan, sedangkan bagi orang-orang kafir dan penjahat akan masuk neraka yang sangat pedih untuk disiksa.
Arti Alam
Barzah
kata “barzakh “ (برزخ) hanya tiga kali ditemukan di dalam Al-Qur’an, yaitu pada QS. Al-Mu’minun (23): 100, QS. Ar-Rahman (55): 20 dan QS. Al-Furqan (25): 53.
kata “barzakh “ (برزخ) hanya tiga kali ditemukan di dalam Al-Qur’an, yaitu pada QS. Al-Mu’minun (23): 100, QS. Ar-Rahman (55): 20 dan QS. Al-Furqan (25): 53.
Menurut Ibnu Manzhur, pengarang
kitab Lisanul-‘Arab, pengertian barzakh adalah ma baina kulli syai’aini (مابين كل شيًـين
= sesuatu yang terdapat di antara dua hal) dan al-hajizu baina asy-syai’aini (الحاجزبين الشيْين
= pembatas atau penghalang antara dua hal). Barazikhul Iman (برازيخ الايمان)
diartikan sebagai ‘pembatas antara keraguan dan keyakinan’. Barzakh juga berarti
‘alam yang dilalui manusia setelah kehidupan di dunia menjelang akhirat kelak’,
yaitu alam kubur sebelum manusia akan dihimpun kelak di hari berbangkit. Orang
yang telah meninggal dikatakan telah berada di alam Barzakh karena ia terhalang
untuk kembali ke dunia dan belum sampai pada alam akhirat.
dari segi bahasa, “barzakh berarti “pemisah”. Para ulama mengartikan alam barzakh sebagai “periode antara kehidupan dunia akhirat”.keberadaan disana memungkinkan seseorang untuk melihat kehidupan dunia dan akhirat. Keberadaan disana bagaikan keberadaan dalam suatu ruangan terpisah yang terbuat dari kaca.kedepan penghuninya dapat melihat hari kemudian, sedangkan ke belakang mereka dapat melihat kita yang hidup di pentas bumi ini.
dari segi bahasa, “barzakh berarti “pemisah”. Para ulama mengartikan alam barzakh sebagai “periode antara kehidupan dunia akhirat”.keberadaan disana memungkinkan seseorang untuk melihat kehidupan dunia dan akhirat. Keberadaan disana bagaikan keberadaan dalam suatu ruangan terpisah yang terbuat dari kaca.kedepan penghuninya dapat melihat hari kemudian, sedangkan ke belakang mereka dapat melihat kita yang hidup di pentas bumi ini.
Pengertan Alam
Barzah
Alam Barzakh adalah Alam Kubur
dimana manusia melakukan 'penantian' untuk dibangkitkan pada hari Kiamat. Jadi
waktunya bisa berjalan jutaan tahun atau mungkin malah miliaran tahun. Sejak
dia meninggal sampai Kiamat Sughra, dan kemudian dilanjutkan sampai hari
Berbangkit.QS. Al Mu’minun (23): 99 – 100
Alam Barzakh adalah sebuah ungkapan yang artinya Alam tempat orang-orang
yang sudah mati berada untuk sementara waktu hingga dibangkitkan untuk
dikumpulkan di padang mahsyar. Alam tempat orang-orang yang sudah
mati berada untuk sementara waktu hingga dibangkitkan untuk dikumpulkan di
padang mahsyar diistilahkan sebagai Alam Barzakh. Jadi arti Alam Barzakh
adalah Alam tempat orang-orang yang sudah mati berada untuk sementara waktu
hingga dibangkitkan untuk dikumpulkan di padang mahsyar / Alam Samar.
Kata Istilah Alam Barzakh merupakan ungkapan resmi dalam Bahasa Indonesia.
Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan oleh imam Ahmad ibn hanbal, Ath-Thabrani, Ibnu Abi Ad-dunya, dan Ibnu Majah meriwayatkan melalui sahabat Nabi, Abu Said Al-Khudri, bahwa Nabi Saw. bersabda:
Sesungguhnya yang meninggal mengetahui siapa yang memandikannya, yang mengangkatnya, yang mengafaninya, dan siapa yang menurukannya ke kubur:
Imam bukhari meriwayatkan bahwa,
Apabila salah seorang diantara kamu meninggal, maka diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang tempat tinggalnya (kelak di hari kiamat. Kalau dia penghuni surge; maka (diperlihatkan kepadanya penghuni surge; dan kalau penghuni neraka, maka diperlihatkan (tempat) penghuni neraka. Disampaikan kepadanya bahwa inilah tempatmu sampai Allah membangkitkanmu ke sana (HR Bukhari).
Mengenai firman Allah ta’ala وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ tersebut: yakni di hadapan mereka. Mujahid mengatakan: “Al-barzakh” berarti penghalang antara dunia dan akhirat.” Sedangkan Muhammad bin ka’ab mengemukakan: “Al-barzakh berarti keberadaan antara dunia dan akhirat, dimana penghuni dunia tidak makan dan tidak minum, dan tidak pula kepada penghuni akhirat diberikan balasan atas amal perbuatan mereka.”
Terkait penafsiran ayat ini, ibnu jarir menyatakan, ‘dari bagian depan mereka ada sebuah sekat yang membatasi mereka dengan ar-ruju’ , yakni hari saat mereka dibangkitkan dari kuburnya, yakni hari kiamat. Dengan demikian alam barzakh, sekat dan waktu terbatas (temporal) mempunyai waktu hampir sama.
Raghib juga berkata , “Al-barzakh berarti sekat dan pembatas antara dua hal.” Adapun barzakh terkait dengan hari kiamat ialah yang membentang antara manusia dengan tercapainya rumah mulia di akhirat.
Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan oleh imam Ahmad ibn hanbal, Ath-Thabrani, Ibnu Abi Ad-dunya, dan Ibnu Majah meriwayatkan melalui sahabat Nabi, Abu Said Al-Khudri, bahwa Nabi Saw. bersabda:
Sesungguhnya yang meninggal mengetahui siapa yang memandikannya, yang mengangkatnya, yang mengafaninya, dan siapa yang menurukannya ke kubur:
Imam bukhari meriwayatkan bahwa,
Apabila salah seorang diantara kamu meninggal, maka diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang tempat tinggalnya (kelak di hari kiamat. Kalau dia penghuni surge; maka (diperlihatkan kepadanya penghuni surge; dan kalau penghuni neraka, maka diperlihatkan (tempat) penghuni neraka. Disampaikan kepadanya bahwa inilah tempatmu sampai Allah membangkitkanmu ke sana (HR Bukhari).
Mengenai firman Allah ta’ala وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ tersebut: yakni di hadapan mereka. Mujahid mengatakan: “Al-barzakh” berarti penghalang antara dunia dan akhirat.” Sedangkan Muhammad bin ka’ab mengemukakan: “Al-barzakh berarti keberadaan antara dunia dan akhirat, dimana penghuni dunia tidak makan dan tidak minum, dan tidak pula kepada penghuni akhirat diberikan balasan atas amal perbuatan mereka.”
Terkait penafsiran ayat ini, ibnu jarir menyatakan, ‘dari bagian depan mereka ada sebuah sekat yang membatasi mereka dengan ar-ruju’ , yakni hari saat mereka dibangkitkan dari kuburnya, yakni hari kiamat. Dengan demikian alam barzakh, sekat dan waktu terbatas (temporal) mempunyai waktu hampir sama.
Raghib juga berkata , “Al-barzakh berarti sekat dan pembatas antara dua hal.” Adapun barzakh terkait dengan hari kiamat ialah yang membentang antara manusia dengan tercapainya rumah mulia di akhirat.
Peristiwa dan
Kehidupan Setelah Hari Kiamat :
1. Alam Kubur / Alam Barzah
Alam barzah adalah suatu dunia lain yang dimasuki seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu datangnya kebangkitan kembali pada hari kiamat. Pada alam kubur akan datang malaikat mungkar dan nakir untuk memberikan pertanyaan seputar keimanan dan amal perbuatan kita. Jika kita beriman dan termasuk orang baik, maka di dalam kubur akan mendapatkan nikmat kubur yang sangat menyenangkan daripada nikmat duniawi, sedangkan sebaliknya bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, siksa kubur praneraka yang pedih sudah menanti di depan mata.
1. Alam Kubur / Alam Barzah
Alam barzah adalah suatu dunia lain yang dimasuki seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu datangnya kebangkitan kembali pada hari kiamat. Pada alam kubur akan datang malaikat mungkar dan nakir untuk memberikan pertanyaan seputar keimanan dan amal perbuatan kita. Jika kita beriman dan termasuk orang baik, maka di dalam kubur akan mendapatkan nikmat kubur yang sangat menyenangkan daripada nikmat duniawi, sedangkan sebaliknya bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, siksa kubur praneraka yang pedih sudah menanti di depan mata.
Dalam QS. Ghafir (40): 46.
النار يعرضون عليها غدوّا وعشيّا ويوم تقوم الساعة أدخلوا أل فرعون أشدّ العذاب.
Kata (يعرضون) terambil dari kata عرض yang berarti “menampakkan sesuatu kepada pihak lain baik untuk menarik perhatiannya, menakutkannya, maupun sekedar menampakkan atau membawanya kepada yang ditunjukkan kepadanya itu.
Ayat di atas dijadikan dalil oleh banyak ulama tentang adanya alam barzakh dan adanya siksa di alam tersebut, atau dengan kata lain siksa kubur. Anda baca terjemahan ayat itu bahwa kepada keluarga fir’aun dinampakkan neraka pada pagi hari dan petang hari. Tentu saja itu terjadi setelah mereka keluar dari pentas permukaan bumu ini dengan kata lain setelah mereka terkubur dalam perut bumi dan berbeda dengan alam duniawi saat ini.
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa dinampakkan neraka itu pada keluarga fir’aun, sedangkan Fir’aunnya tidak disebutkan, disini bukan berarti fir’aun tidak disiksa atau pada akhir hidupnya dia beriman, akan tetapi itu menunjukkan lebih pedihnya azab yang di timpakan kepada, kalau keluarganya saja sudah sepedih itu siksanya apalagi kepada Fir’aun sebagai pemimpin mereka.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa kehidupan di alam barzakh itu, berlanjut sampai hari kiamat, informasi ayat ini bertemu dengan firman-Nya dalam QS. al-Mu’minun (23): 99-100). yang berbicara tentang barzakh yang merupakan dinding pemisah antara dunia dan akhirat.
Kalau merujuk pada as-Sunnah, kita banyak sekali menemukan riwayat menyangkut kehidupan alam barzakh, misalnya bahwa orang mati saling ziarah-menziarahi dikubur mereka(barzakh). (HR.Turmudzi melalui Abu Said), juga bahwa mereka mengetahui keberadaan keluarga mereka yang masih hidup di dunia (HR. Ahmad melalui Anas Ibn Malik ra.).
2. Hari Kebangkitan / Yaumul Ba'ats
hari kebangkitan adalah hari dibangkitkannya seluruh manusia yang pernah hidup di dunia baik yang tua, muda, besar, kecil, hidup di zaman nabi adam as, baru lahir saat kiamat, dsb akan bangkit kembali dari mati untuk kemudian dihitung amal perbauatannya selama hidup di dunia. Seluruh manusia akan bangkit kembali dengan jasad / tubuh ketika masih muda dengan raut yang wajah berbeda-beda sesuai amal perbuatannya.
3. Yaumul Mahsyar
Yaumul mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal zaman hingga akhir jaman untuk dilakukan hisab atau peradilan tuhan yang sejati pada yaumul hisab. Selanjutnya akan diberangkatkan ke jembatan shirotol mustaqim untuk disortir mana yang masuk surga dan mana yang masuk neraka. Yang terjatuh di neraka akan menjadi penghuni neraka baik yang kekal abadi maupun yang hanya sementara hingga segala dosa-dosanya yang tidak terlalu berat itu termaafkan.
النار يعرضون عليها غدوّا وعشيّا ويوم تقوم الساعة أدخلوا أل فرعون أشدّ العذاب.
Kata (يعرضون) terambil dari kata عرض yang berarti “menampakkan sesuatu kepada pihak lain baik untuk menarik perhatiannya, menakutkannya, maupun sekedar menampakkan atau membawanya kepada yang ditunjukkan kepadanya itu.
Ayat di atas dijadikan dalil oleh banyak ulama tentang adanya alam barzakh dan adanya siksa di alam tersebut, atau dengan kata lain siksa kubur. Anda baca terjemahan ayat itu bahwa kepada keluarga fir’aun dinampakkan neraka pada pagi hari dan petang hari. Tentu saja itu terjadi setelah mereka keluar dari pentas permukaan bumu ini dengan kata lain setelah mereka terkubur dalam perut bumi dan berbeda dengan alam duniawi saat ini.
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa dinampakkan neraka itu pada keluarga fir’aun, sedangkan Fir’aunnya tidak disebutkan, disini bukan berarti fir’aun tidak disiksa atau pada akhir hidupnya dia beriman, akan tetapi itu menunjukkan lebih pedihnya azab yang di timpakan kepada, kalau keluarganya saja sudah sepedih itu siksanya apalagi kepada Fir’aun sebagai pemimpin mereka.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa kehidupan di alam barzakh itu, berlanjut sampai hari kiamat, informasi ayat ini bertemu dengan firman-Nya dalam QS. al-Mu’minun (23): 99-100). yang berbicara tentang barzakh yang merupakan dinding pemisah antara dunia dan akhirat.
Kalau merujuk pada as-Sunnah, kita banyak sekali menemukan riwayat menyangkut kehidupan alam barzakh, misalnya bahwa orang mati saling ziarah-menziarahi dikubur mereka(barzakh). (HR.Turmudzi melalui Abu Said), juga bahwa mereka mengetahui keberadaan keluarga mereka yang masih hidup di dunia (HR. Ahmad melalui Anas Ibn Malik ra.).
2. Hari Kebangkitan / Yaumul Ba'ats
hari kebangkitan adalah hari dibangkitkannya seluruh manusia yang pernah hidup di dunia baik yang tua, muda, besar, kecil, hidup di zaman nabi adam as, baru lahir saat kiamat, dsb akan bangkit kembali dari mati untuk kemudian dihitung amal perbauatannya selama hidup di dunia. Seluruh manusia akan bangkit kembali dengan jasad / tubuh ketika masih muda dengan raut yang wajah berbeda-beda sesuai amal perbuatannya.
3. Yaumul Mahsyar
Yaumul mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal zaman hingga akhir jaman untuk dilakukan hisab atau peradilan tuhan yang sejati pada yaumul hisab. Selanjutnya akan diberangkatkan ke jembatan shirotol mustaqim untuk disortir mana yang masuk surga dan mana yang masuk neraka. Yang terjatuh di neraka akan menjadi penghuni neraka baik yang kekal abadi maupun yang hanya sementara hingga segala dosa-dosanya yang tidak terlalu berat itu termaafkan.
Kadaan Alam
Barzah
Al-qur’an melukiskan keadaan orang-orang kafir ketika itu (di alam barzakh) dengan firman-Nya:
وحاق بأل فرعون سوء العذاب * النار يعرضون عليها غدوّا وعشيّا ويوم تقوم الساعة أدخلوا أل فرعون أشدّ العذاب.
Fir’aun beserta kaum (pengikut)-nya dikepung oleh siksa yang amat buruk . kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan (nanti) pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat): “masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang keras” (QS. Ghafir (45-46).
Dalam QS. Qaaf ayat 22 dijelaskan juga keadaan orang yang lalai
“sesungguhnya engkau adalah dalam kelalaian dari ini (semua).” (pangkal ayat 22). Artinya bahwasanya selama kamu hidup disunia yang sangat singkat itu, hal seperti ini tidak menjadi perhatian kamu. Nasihat kebenaran tidak kamu acuhkan. Peringatan jalan kebenaran tidak kamu acuhkan. “maka Kami bukakanlah bagi kamu apa yang menutupi kamu itu; maka penglihatanmu hari ini jadilah sangat tajam.” 9ujung ayat 22).
Maka demikianlah keadaan apabila manusia yang bersalah dan tidak insaf akan kesalahannya menerima azab dan siksanya, dimasukkan kedalam neraka. Disanalah baru matanya terbuka dan penglihatannya jadi tajam. Namunmeskipun penglihatannya sudah sangat tajam, dia hanya dapat digunakan untuk menyesal, bukan untuk memperbaiki keadaan.
Adapun para syuhada’ dilukiskan sebagai orang-orang yang hidupdan mendapat rezeki.
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah (bahwa mereka itu) mati. Sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (QS Al-Baqarah, (154).
Jangan sekali-kali menduga yang gugur di jalan Allah adalah orang-orang mati. Sebenarnya mereka hidup disisi Tuhan mereka dan mereka memperoleh rezeki. (QS. Ali Imran, (169).
Hadits-hadits Rasulullah SAW tentang malam Isra’ dan apa yang beliau lihat di alam barzah, membuktikan akan adanya macam-macam siksaan, di antaranya :
Al-qur’an melukiskan keadaan orang-orang kafir ketika itu (di alam barzakh) dengan firman-Nya:
وحاق بأل فرعون سوء العذاب * النار يعرضون عليها غدوّا وعشيّا ويوم تقوم الساعة أدخلوا أل فرعون أشدّ العذاب.
Fir’aun beserta kaum (pengikut)-nya dikepung oleh siksa yang amat buruk . kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan (nanti) pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat): “masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang keras” (QS. Ghafir (45-46).
Dalam QS. Qaaf ayat 22 dijelaskan juga keadaan orang yang lalai
“sesungguhnya engkau adalah dalam kelalaian dari ini (semua).” (pangkal ayat 22). Artinya bahwasanya selama kamu hidup disunia yang sangat singkat itu, hal seperti ini tidak menjadi perhatian kamu. Nasihat kebenaran tidak kamu acuhkan. Peringatan jalan kebenaran tidak kamu acuhkan. “maka Kami bukakanlah bagi kamu apa yang menutupi kamu itu; maka penglihatanmu hari ini jadilah sangat tajam.” 9ujung ayat 22).
Maka demikianlah keadaan apabila manusia yang bersalah dan tidak insaf akan kesalahannya menerima azab dan siksanya, dimasukkan kedalam neraka. Disanalah baru matanya terbuka dan penglihatannya jadi tajam. Namunmeskipun penglihatannya sudah sangat tajam, dia hanya dapat digunakan untuk menyesal, bukan untuk memperbaiki keadaan.
Adapun para syuhada’ dilukiskan sebagai orang-orang yang hidupdan mendapat rezeki.
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah (bahwa mereka itu) mati. Sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (QS Al-Baqarah, (154).
Jangan sekali-kali menduga yang gugur di jalan Allah adalah orang-orang mati. Sebenarnya mereka hidup disisi Tuhan mereka dan mereka memperoleh rezeki. (QS. Ali Imran, (169).
Hadits-hadits Rasulullah SAW tentang malam Isra’ dan apa yang beliau lihat di alam barzah, membuktikan akan adanya macam-macam siksaan, di antaranya :
- Segerombolan manusia bertelanjang, hanya bercawat sekedar menutupi kemaluannya saja. Mereka seperti ternak menyusu, makan rumput berdiri, buah zakkum yang sangat pahit dan mengandung racun serta makan bara-bara jahanam. Kenapa disiksa begitu? Karena mereka menolak mendermakan harta bendanya dan menjauhi zakat.
- Segerombolan manusia memakan daging busuk dengan lahap, padahal daging segar ada, tapi tak bisa memakannya. Siksa yang demikian ini adalah untuk pezina.
- Orang-orang berenang dalam lautan darah dan dilempari batu. Mereka adalah lintah darat, pemakan riba, manusia yang hanya mementingkan diri dan tak peduli orang lain rugi.
- Seorang dipukuli kepalanya dengan batu besar oleh sekelompok manusia, sampai kepalanya pecah-pecah dan banyak mengeluarkan darah. Kembali lagi kepalanya Seperti semula, dipukuli dan pecah-pecah lagi. Dia semasa hidupnya enggan melakukan shalat wajib.
- Segerombolan manusia beramai-ramai memotong lidah dan bibirnya. Digunting, tumbuh lagi, digunting lagi, tumbuh dan begitu terus. Rasulullah bertanya pada Jibril : “Siapa mereka itu ya Jibril? Para penyebar fitnah.
- Orang-orang yang mulutnya terbuka lebar menelan api. Mereka adalah pemakan harta anak yatim.
- Orang-orang yang memotong bagian-bagian tubuhnya dan dimakannya sendiri. Mereka ini adalah orang-orang yang gemar menggunjing orang lain.
Siksa Dan Nikmat Kubur
Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zhalim, yakni orang-orang munafik
dan orang-orang kafir, seperti dalam firmanNya.
“Artinya : Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang
yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu”.
Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu
selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu selalu menyombongkan diri terhadp ayat-ayatNya” [Al-An’am : 93]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang keluarga Fir’aun.
“Artinya : Kepada mereka dinampakkan Neraka pada pagi hari dan petang, dan
pada hari terjadinya Kiamat, (Dikatakan kepada malaikat), Masukkanlah
Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” [Al-Mu’min : 46]
Dalam Shahih Muslim Zaid bin Tsabit meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
“Kalau tidak karena kalian saling mengubur (orang yang mati) pasti aku
memohon kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur kepada kalian yang
saya mendengarnya”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapkan
wajahnya seraya berkata : “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa
Neraka”. Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dan
siksa Neraka”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata lagi,
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur”. Para sahabat berkata,
“Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur. Lalu beliau berkata lagi.
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak
maupun yang tidak tampak”. Para sahabat lalu berkata, “Kami memohon
perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang
tidak tampak”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi. “Mohonlah
perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. Para sahabat berkata, “Kami
mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. [Hadits Riwayat Muslim]
Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang jujur. Hal
ini dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya.
“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah,
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih ; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) Surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu” [Fushilat : 30]
“Artinya : Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu
ketka itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu
tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu
tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah
orang-orang yang benar ?, Adapun jika dia (orang-orang mati) termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman
dan rezeki serta Surga kenikmatan” [Al-Waaqi’ah : 83-89]
Dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu ‘anhu dikatakan bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda tentang orang mukmin jika dapat menjawab
pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya. Sabdanya, “Ada suara dari langit,
“Hamba-Ku memang benar. Oleh karenanya, berilah dia alas dari Surga” Lalu
datanglah kenikmatan dan keharuman dan Surga, dan kuburnya dilapangkan
sejauh pandangan mata….” [Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, dalam hadits yang
panjang]
Kaadaan Ruh Dalam Alam Barzah
Berkaitan dengan ruh ini Allah SWT berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu kecuali sedikit.”
Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini.
Rasulullah SAW menerangankan berkaitan dengan ruh:
1. “Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim)
2. “Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid)
3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
4. Orang yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya. Nabi SAW bersabda:
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:
a. “Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
b. “Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturunan mereka yang shaleh.
“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait dengan apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus dengan jasadnya. Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia akan menjawabnya.
Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan detail-detailnya.
"Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan ".( Al-Mu'minun: 100)
Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh mereka.
Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zhalim, yakni orang-orang munafik
dan orang-orang kafir, seperti dalam firmanNya.
“Artinya : Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang
yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu”.
Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu
selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu selalu menyombongkan diri terhadp ayat-ayatNya” [Al-An’am : 93]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang keluarga Fir’aun.
“Artinya : Kepada mereka dinampakkan Neraka pada pagi hari dan petang, dan
pada hari terjadinya Kiamat, (Dikatakan kepada malaikat), Masukkanlah
Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” [Al-Mu’min : 46]
Dalam Shahih Muslim Zaid bin Tsabit meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
“Kalau tidak karena kalian saling mengubur (orang yang mati) pasti aku
memohon kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur kepada kalian yang
saya mendengarnya”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapkan
wajahnya seraya berkata : “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa
Neraka”. Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dan
siksa Neraka”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata lagi,
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur”. Para sahabat berkata,
“Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur. Lalu beliau berkata lagi.
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak
maupun yang tidak tampak”. Para sahabat lalu berkata, “Kami memohon
perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang
tidak tampak”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi. “Mohonlah
perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. Para sahabat berkata, “Kami
mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. [Hadits Riwayat Muslim]
Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang jujur. Hal
ini dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya.
“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah,
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih ; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) Surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu” [Fushilat : 30]
“Artinya : Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu
ketka itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu
tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu
tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah
orang-orang yang benar ?, Adapun jika dia (orang-orang mati) termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman
dan rezeki serta Surga kenikmatan” [Al-Waaqi’ah : 83-89]
Dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu ‘anhu dikatakan bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda tentang orang mukmin jika dapat menjawab
pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya. Sabdanya, “Ada suara dari langit,
“Hamba-Ku memang benar. Oleh karenanya, berilah dia alas dari Surga” Lalu
datanglah kenikmatan dan keharuman dan Surga, dan kuburnya dilapangkan
sejauh pandangan mata….” [Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, dalam hadits yang
panjang]
Kaadaan Ruh Dalam Alam Barzah
Berkaitan dengan ruh ini Allah SWT berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu kecuali sedikit.”
Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini.
Rasulullah SAW menerangankan berkaitan dengan ruh:
1. “Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim)
2. “Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid)
3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
4. Orang yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya. Nabi SAW bersabda:
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:
a. “Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
b. “Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturunan mereka yang shaleh.
“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait dengan apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus dengan jasadnya. Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia akan menjawabnya.
Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan detail-detailnya.
"Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan ".( Al-Mu'minun: 100)
Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh mereka.
Hikmah Alam Barzah Dirahasikan
Allah
merahasiakan alam gaib ini mengandung hikmah yang sangat dalam bagi kita
manusia, di antaranya:
- Rasulullah bersabda, “Kalau seandainya kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku berdoa kepada Allah agar kalian mendengar adzab kubur.” Ketika seseorang mendengar adzab kubur tentulah mereka merasa takut kemudian pingsan, lalu siapa yang akan menguburkan mayit.
- Allah menutup aib mayit yang berdosa -apabila mereka orang yang suka berbuat dosa-, agar mereka tidak digunjing orang yang hidup setelahnya. Demikian juga apabila mereka orang yang baik, keluarga mereka tidak akan berhenti berbuat amal jariyah dan mendoakannya karena mengetahui keadaanya yang baik di alam barzah.
- Seandainya orang yang meninggal itu adalah orang yang celaka, ketidaktahuan pihak keluarga tentulah tidak mebuat mereka merasa terguncang dan berputus asa.
- Pihak keluarga tidak akan merasa minder dan malu apabila ternyata khalayak mengetahui bahwa keluarga mereka yang dikubur tersebut tengah disiksa.
- Apabila seseorang mengetahui peristiwa di alam kubur, maka permasalahan ini tidak termasuk ujian mengimani permasalahan yang gaib.
Rasulullah
bersabda : “Apabila seorang selesai membaca tasyahud yang akhir, hendaknya
mohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka, siksa kubur, fitnah masa
hidup dan mati dan dari fitnah almasih dajjal”.
JAKARTA 14/3/2013
Tiada ulasan:
Catat Ulasan