JAKARTA (Arrahmah.com) – Meski dalam kasus penyerbuan, penganiayaan dan penculikan gerombolan Syiah terhadap Faisal jamaah majelis Zikir Az Zikra pimpinan KH. Arifin Ilham, jelas-jelas umat Islam Ahlusunnah sebagai korban, namun salah seorang gembong Syiah Emilia Renita Az mengancam sekte Syiah akan melakukan perlawanan dan dark justice.
Hal itu diungkapkan saat perwakilan Syiah yakni Organization Ahlulbayt for Social support and Education (OASE), menyampaikan pengaduan di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary No.48, Jakarta, Kamis (12/3/2015).
Emilia menuturkan, dikutip dari Hidayatullah.com, jika kunjungannya ke Komnas HAM itu baru kali pertama dia lakukan, dan sebab kasus Az-Zikra, lanjutnya menjadi titik tolak kelompok Syiah untuk melawan.
Isteri Jalaluddin Rakhmat alias Jalal ini juga mengancam akan melakukan dark justice jika kelompok Syiah di Indonesia terus mengalami ketidakadilan.
Menurut Emilia, kampanye masif menolak Syiah sudah tidak bisa dibiarkan lagi dan sudah sangat serius. Sejak Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan buku mewaspadai Syiah, kata istri Jalaluddin Rakhmat ini, semakin banyak kegiatan mengungkap penyimpangan Syiah dilakukan masyarakat.
“Siapa yang harus bertanggung jawab atas keutuhan NKRI? Bukankah kita harus menciptakan Indonesia menjadi rumah yang nyaman bagi kita semua. Artinya jika institusi seperti Komnas HAM tidak bisa bereaksi, lalu kemana kami harus mengadukan nasib kami? Apakah harus ada dark justice supaya kami bisa bergerak sendiri? Bagi kami ini tidak bisa lagi ditoleransi, I think this is very very serious,” anacam Emilia, dikutip dari Islampos.com.
Dia tidak merinci lebih jauh apa maksud dari perkataan dark justice,namun beberapa referensi menyebutkan dark justice bisa bermakna Street Justice yang kurang lebih artinya, penegakkan keadilan tanpa mengindahkan hukum yang berlaku.
Jauh sebelum Emilia Renita mengancam dengan dark justice, suami Emilia, Jalaluddin Rakhmat, yang sekarang menjabat sebagai anggota komisi 8 DPR RI, dalam salah satu wawancara media juga pernah mengancam akan memindahkan konflik Syiah vs Islam di Irak ke Indonesia.
Sementara itu, peneliti Syiah dari Institut Pemikiran dan Peradaban Islam-Surabaya (InPAS), Bahrul Ulum mengatakan, sikap kelompok Syiah ini hanya usaha menutupi kasus kekerasan penganut Syiah yang sebelumnya terkuak dalam kasus penyerangan Az Zikra.
“Itu hanya usaha mengalihkan isu dan perhatian atas kasus Az Zikra, ” ujar Bahrul Ulum, dikutip dari Hidayatullah.com
Soal fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI), menurut Bahrul itu adalah hak MUI yang menjadi payung semua ormas Islam Ahlus Sunnah di Indonesia. Tugas MUI melindungi umatnya, apalagi Indonesia adalah negeri Ahlus Sunnah. (azm/arrahmah.com)
Topik: , , , ,




Alhamdulillah, Bandung telah wisuda 400 penghafal Al-Qur'an

Senin, 26 Jumadil Awwal 1436 H / 16 Maret 2015 20:10

Alhamdulillah, Bandung telah wisuda 400 penghafal Al-Qur'an
para asatidz dan santri hafidz Qur'an saat wisuda di Masjid Al-Muttaqin, Gedung Sate
BANDUNG (Arrahmah.com) – Alhamdulillah, sebanyak 400 orang penghafal Al-Qur’an dari berbagai usia diwisuda oleh Wakil Walikota Bandung Oded M. Danial, Ahad (15/3/2015). Demikian acara yang bertajuk Wisuda Akbar Pondok Quran dilaporkan Bersama Islam.
Acara yang berlangsung di Mesjid Al-Muttaqin, Gedung Sate, kantor Gubernur Jawa Barat ini diselenggarakan Yayasan Pondok Qur’an. Para peserta acara ini merupakan para penghafal Al-Qur’an binaan Pondok Quran dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Bandung, Tasikmalaya, Pekan Baru hingga Maluku. Sebagian besar di antara mereka masih merupakan anak-anak sekolah dasar.
para hafidz dan hafidzah cilik peserta Wisuda Akbar Pondok Qur'an di Gedung Sate Bandung
para hafidz dan hafidzah cilik peserta Wisuda Akbar Pondok Qur’an di Gedung Sate Bandung
Insyaa Allah kami bercita-cita agar Indonesia, khususnya Bandung dan Jawa Barat menjadi daerah tempat lahirnya para penghafal Al-Quran,” ujar Ustadz Heri Saparjan Al-Hafizh, pembina Yayasan Pondok Quran dalam sambutannya pada acara tersebut.
Acara yang bertujuan untuk mensyiarkan Al-Qur’an ke tengah-tengah masyarakat serta memperbanyak jumlah Hafiz dan Hafizahserupa ini telah diselenggarakan sebanyak tiga kali. Sebanyak 12 orang di antara para penghafal telah lengkap menyelesaikan 30 Juz. Bahkan seorang pemuda berusia 19 tahun, berhasil mengkhatamkan hafalannya hanya dalam jangka waktu sebulan. Maasyaa Allah. (adibahasan/arrahmah.com)





Membantah tuduhan terhadap Mujahidin dan mengklarifikasi kesesatan ISIS (bag.1)

Sabtu, 23 Jumadil Awwal 1436 H / 14 Maret 2015 13:30

Membantah tuduhan terhadap Mujahidin dan mengklarifikasi kesesatan ISIS (bag.1)
.
(Arrahmah.com) – Bilad Al-Sham Media merilis bantahan tuduhan terhadap mujahidin dan klarifikasi kesesatan jama’ah “Daulah Islamiyyah”, atau kelompok Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS.
Bab 1 ulasan yang ditulis oleh Abu Dujanah Al-Maaldifi ini mengurai mengenai ekspansi jama’ah Daulah ke Syam. Abu Dujanah adalah seorang Muhajir yang menulis pemaparan ini saat dirinya berangkat ke Suriah. Dia menegaskan bahwa apa yang ia tulis adalah apa yang benar-benar terjadi di sekitarnya.
Berikut terjemahan bantahan dan klarifikasi tersebut selengkapnya, yang dipublikasikan oleh Muqawamah Media pada Jum’at (13/3/2015).
Bilad al-Sham Media Presents
Membantah Tuduhan terhadap Mujahidin dan Mengklarifikasi Kesesatan Jama’ah Daulah (IS)
Bab Satu: Pengumuman Ekspansi Jamaah Daulah ke Syam
Ditulis oleh: Abu Dujanah Al-Maaldifi
Setiap upaya untuk mewujudkan agama ini, (jika dilakukan) bukan pada Manhaj Rabbani, maka akan mengakibatkan kegagalan
-Al-Aqidat Wa Athariha fi Binail Jeel-
Syaikh Abdullah Azzam Rahimahullah
Mukaddimah
Sudah bukan merupakan suatu rahasia lagi jika kerusakan besar terhadap Jihad dan tujuannya disebabkan oleh ulah Jama’ah Al-Baghdadi. Dan sikap Ahli Sunnah dalam berurusan dengan mereka dalam hal ini dilakukan secara tahap demi tahap. Pada awalnya mereka mencoba tetap diam, ketika mereka merasa sulit untuk tetap diam maka mereka berbicara dan mencoba menasehati dan selanjutnya setelah menjadi jelas bagi mereka realitas Jama’ah ini, maka Ahlu Sunnah menyatakan pengingkarannya dari mereka.
Pada saat saya menuliskan buku kecil ini, saya seorang Muhajir yang berangkat ke Suriah dan apa yang terjadi di sini adalah yang terjadi di sekitar saya. Jadi pembaca jangan mengatakan: “Bahwa tulisan ini tidak sesuai realitas dan berbicara hanya berdasarkan desas-desus.”
Saya akan menulis tulisan ini dengan memohon bantuan Allah (SWT) sebagai persembahan kepada para pembaca yang tulus yang mencari jawaban atas berbagai Syubhat dan pertanyaan, dan untuk mendirikan Hujjah di depan orang-orang yang tetap bersikeras pada kesesatannya, untuk menjauhkan Manhaj Nabi dari kebid’ahan yang diklaim oleh kelompok ini sebagai “Daulah Islamiyyah” yang mengikuti Manhaj Nabi (Khilafah ala Minhajin Nubuwwah). Dan kami mengerti dari apa yang datang kepada kami dari Salaf bahwa bid’ahnya Ahlu Bid’ah lebih berbahaya bagi Umat daripada kekufuran orang-orang kafir, meskipun yang terakhir (Kekufuran) lebih besar penyimpangannya. Alasannya adalah bahwa yang pertama (Bid’ah) samar-samar dan datang dengan membawa nama Islam dan menunjukkan kedekatan dengan Allah yang memikat hati ahli ibadah yang bodoh sehingga merusak amal ibadahnya malah membawanya ke api neraka sementara dia berpikir bahwa seluruh amalnya hanya mencari keridhoan Allah semata.
Sebelum kita menuju ke topik, para pembaca harus sepakat mengenai beberapa poin tertentu, yaitu; 1) Kewajiban mengikuti Sunnah Rasulullah Sallallahu alaihi wa Salam (SAW), setelah jelas bagi kita hujjahnya dan meninggalkan kata-kata orang lain yang bertentangan dengan itu. 2) Bahwa tindakan yang dilakukan atas nama agama atau yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah sementara itu bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Sallallahu alaihi wa Salam maka ia tertolak dan barang siapa yang masih mengingkarinya maka akan dimasukkan ke dalam neraka.
Dalil untuk poin pertama kami adalah:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
(Surat An-Nisa: 115)
Poin penting yang kita ambil dari ayat yang disebutkan di atas adalah bahwa kewajiban mengikuti jalan orang-orang beriman dan tidak ada yang lebih layak untuk dimasukkan dalam deskripsi orang yang beriman selain para sahabat Rasulullah Sallallahu alaihi wa Salam. Hal ini dikuatkan oleh Hadist Nabi (SAW) yang masyhur: “Bani Israil terpecah belah menjadi 72 golongan dan ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, kesemuanya masuk nerakan kecuali satu golongan.” Kemudian para sahabat bertanya; “Siapakah mereka wahai Rasulullah?,” lalu Rasulullah menjawab : “Mereka itu adalah Maa Ana ‘Alaihi wa Ashabi, yakni mereka adalah aku dan para sahabatku.”
(HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud)
Jadi jelas bahwa para sahabat adalah yang memiliki Aqidah dan Manhaj yang sama dengan Aqidah dan Manhaj Nabi Sallallahu alaihi wa Salam, maka tidak ada gunanya argumen untuk orang yang menyimpang dari pemahaman para sahabat dan membenarkan penyimpangan mereka dengan mengatakan “Kami mengikuti Rasulullah.”
Dalil untuk poin kedua kami adalah:
Nabi Sallallahu alaihi wa Salam bersabda :
من عمل عمال ليس عليه أمرنا فهو رد
Artinya: “Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak sesuai dengan perintah (Sunnah) kami maka ia akan tertolak.”
(Bukhari dan Muslim)
Maka dari itu jelaslah bahwa orang yang berniat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT atau mengaku mencintai Allah dan berjuang untuk penegakan Din-Nya maka dia harus mengikuti Rasul-Nya, jika tidak maka amal ibadahnya tertolak tidak peduli seberapa tulus dia melakukannya. Dalilnya adalah:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Surat Ali Imran: 31)
Ayat di atas menyiratkan bahwa siapa pun yang tidak mengikuti Rasulullah Sallallahu alaihi wa Salam maka tidak akan mendapatkan cinta Allah, berarti tindakannya tidak diterima tidak peduli berapa banyak cinta yang dia miliki untuk Allah dan berapa banyak amal ibadah yang dimaksudkan untuk mengharapkan ridho-Nya dan mendekatkan diri pada-Nya. Sebagai seorang yang mencintai Allah dan ingin mendekatkan diri pada-Nya haruslah mengikuti Rasulullah (SAW) dan barulah kemudian amal ibadahnya dapat diterima dan akan mencapai cinta Allah.
Ulama Salaf telah menetapkan bahwa Islam yang hakiki adalah yang berada di antara dua sikap, ekstrim dan menggampangkan. Dan Ulama Salaf juga mengatakan bahwa: “Tidak ada satu perintah Allah kecuali ada setan yang membisikkannya dengan dua bisikan yang jahat. Sama ada ia membisikkan sikap ekstremisme atau dia membisikkan kelalaian.”
Oleh karena itu Salaf kami memahami bahaya besar menyimpang dari jalan yang lurus dalam bentuk apapun dan ini ditunjukkan dalam beberapa kata-kata mereka, misalnya: Mujahid Rahimahullah berkata: “Saya tidak tahu nikmat mana yang terbesar dari dua nikmat Allah kepada saya; nikmat Allah yang membimbing saya kepada Islam atau menjauhkan Hawa nafsu dari saya.” Dan Abul ‘Aaliya Rahimahullah berkata: “Saya tidak tahu yang mana lebih besar antara dua nikmat; Allah menjauhkan saya dari syirik atau menjauhkan saya dari fitnah Khawarij.”
Dan ketahuilah saudaraku bahwa orang berdosa namun masih berpegang pada Aqidah dan Manhaj yang benar lebih dicintai Allah daripada ahli bid’ah yang beranggapan bahwa dirinya beribadah. Dan ketahuilah bahwa orang yang terakhir (ahli Bid’ah) ini lebih dicintai setan dari yang pertama dan yang pertama bisa saja ia bertobat kepada Allah dari dosanya saat ia mengakui dosanya sebagai dosa sedangkan yang terakhir menganggap bid’ah yang dilakukannya sebagai bentuk ibadah yang diharapkan akan mendekatkan dirinya pada Allah. Jadi mana mungkin ia akan berpikiran untuk bertobat?
Jadi setelah dua poin penting ini telah selaraskan dan sama-sama kita telah menyetujuinya, maka kita akan masuk ke topik kita dan pembaca harus kembali ke dua poin dasar ini ketika berhadapan dengan apa yang akan kami tulis di bawah ini.
Kami meminta kepada Allah untuk menerima amal ibadah kami dan memperbaiki kesalahan kami.
Adapun isu Jama’ah Al-Bagdadi atau kelompok yang dikenal sebagai Daulah Islam di Irak dan Syam (ISIS/IS) yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Bagdadi, maka mereka memiliki kesalahan dan penyimpangan dari jalan orang-orang beriman dan kami akan menjelaskan semuanya In syaa Allah. Dan kami juga ingin mencatat bahwa penyimpangan dan kesesatan mereka tidak hanya pada satu titik dan banyak para ulama yang masih bersikap toleran dengan mereka.
Bersambung, In syaa Allah.



Membantah tuduhan terhadap Mujahidin dan mengklarifikasi kesesatan ISIS (bag.2)

Senin, 26 Jumadil Awwal 1436 H / 16 Maret 2015 20:30

Membantah tuduhan terhadap Mujahidin dan mengklarifikasi kesesatan ISIS (bag.2)
.
(Arrahmah.com) – Bilad Al-Sham Media merilis bantahan tuduhan terhadap mujahidin dan klarifikasi kesesatan jama’ah “Daulah Islamiyyah”, atau kelompok Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS.
Bab 1 ulasan yang ditulis oleh Abu Dujanah Al-Maaldifi ini mengurai mengenai ekspansi jama’ah Daulah ke Syam. Abu Dujanah adalah seorang Muhajir yang menulis pemaparan ini saat dirinya berangkat ke Suriah. Dia menegaskan bahwa apa yang ia tulis adalah apa yang benar-benar terjadi di sekitarnya.
Berikut terjemahan lanjutan bantahan dan klarifikasi tersebut selengkapnya, yang dipublikasikan oleh Muqawamah Media pada Senin (16/3/2015)
Membantah Tuduhan terhadap Mujahidin dan Mengklarifikasi Kesesatan Jama’ah Daulah (IS)
Bab Satu: Pengumuman ekspansi Jamaah Daulah ke Syam



Sebagaimana yang diumumkan oleh mereka, kami melihatnya sebagai sebuah kesalahan berdasarkan suatu kepentingan. Alasannya adalah dari sudut Syar’i dan politik.
Alasan Syar’i:
1) Tidak ada izin dari Amir mereka
Jamaah Daulah (IS) tidak meminta izin dari Amir mereka, Syaikh Ayman Az-Zawahiri (hafidahullah) dalam deklarasi mereka. Syaikh Ayman mengatakan: “Syaikh Abu Bakr Al-Baghdadi Al-Husayni keliru dengan pengumumannya tentang pembentukan sebuah Daulah Islam di Irak dan Syam tanpa meminta izin atau tanpa berkonsultasi dengan kami.” (Dari rilis resmi pertama dari Syaikh menanggapi isu mengenai pengumuman Daulah di Irak dan Syam (ISIS)) Dan Syaikh juga mengatakan dalam rekaman yang sama: “Daulah Islamiyyah di Irak dan Syam akan dibatalkan dan operasi akan dilanjutkan atas nama “Daulah Islamiyyah Irak (ISI).” Jabhah Nusrah akan menjadi cabang independen Al-Qaeda mengikuti komando pusat (di khurasan.) Ruang operasi untuk Daulah Islamiyyah Irak adalah di Irak dan ruang operasi untuk Jabhah Nusrah di Suriah.” Syaikh Ayman Az-Zawahiri mengirimkannya sebagai surat kepada Jamaah Daulah Islamiyyah Irak (ISI), Jabhah Nusrah dan Syakh Abu Khalid As-Suri (Rahimahullah) yang ia ditetapkan sebagai perantara antara dua kelompok. Adapun Jama’at Al-Baghdadi (Daulah Islam), mereka curiga tentang validitas surat tersebut. Lalu kemudian Syaikh Ayman Az-Zawahiri mengirim surat dengan suaranya dan dapat disimak di bawah ini:





Setelah itu, Al-Adnani (juru bicara resmi Jama’ah Al-Baghdadi) mengeluarkan pernyataan berapi-api di mana ia menuduh Syaikh Ayman menerima perbatasan yang ditentukan dalam perjanjian Sykes Picot, kami berlindung pada Allah dari kebohongan dan penipuan tersebut.
Dan Mujahidin masih bersikap toleran terhadap serangan ISIS terhadap mereka dan penindasan ISIS terhadap Ahlu Syam sampai perintah dari Al-Qaeda pusat resmi berlepas diri dari kelompok ini. Hal itu datang dalam rilis mereka:
PERTAMA: Tandhim Al-Qaeda menyatakan bahwa ia tidak memiliki hubungan dengan kelompok yang disebut Daulah Islamiyyah Irak dan Syam (ISIS). Di mana kami tidak diberitahu tentang pembentukan (ISIS), atau dimintai pendapat atau nasehat, tidak pernah diajak bermusyawarah tentangnya dan juga ridho dengannya.
Bahkan kami (Tandhim Al-Qaeda) memerintahkan untuk menghentikan usaha tersebut. Oleh karena itu dan alasan itu, kelompok Daulah Islamiyyah Iraq dan Syam bukanlah salah satu dari cabang Al-Qaeda dan kami tidak memiliki hubungan organisasi apapun dengan kelompok itu (ISIS). Juga Tandhim Al-Qaeda tidak bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku dari Jamaah Daulah Islamiyyah Irak dan Syam. Cabang-cabang Al-Qaeda adalah yang telah diumumkan dan diakui oleh kepemimpinan pusat.” (Pernyataan dari komando pusat Al-Qaeda: http://justpaste.it/ea9k)
Dan kita harus mencatat poin penting di sini, yaitu adalah bahwa Jamaah ISI (Daulah Islamiyyah Irak) adalah cabang dari Tandhim Al-Qaeda dan mereka memiliki bai’at yang terikat di tengkuk mereka kepada Syaikh Ayman Az-Zawahiri, tetapi mereka berkembang menjadi Daulah Islamiyyah Irak dan Syam tanpa izin, yang mana kepemimpinan pusat Al-Qaeda telah memerintahkan untuk berhenti, tapi mereka menolak perintahnya dan tetap melanjutkan. Dan setelah mereka melakukan berbagai kejahatan dan penindasan di Syam, maka kepemimpinan pusat Al-Qaeda menyatakan bahwa ia tidak memiliki hubungan dengan kelompok ISIS dan ini tidak boleh ditafsirkan oleh pembaca bahwa kelompok ISI sama sekali tidak pernah berbai’at kepada Syaikh Ayman. Melainkan mereka telah membai’atnya sebelumnya dan bagaimana Syaikh dengan jelas memerintahkan agar (ISIS) dihentikan sebagaimana dari kata-kata beliau yang disebutkan sebelumnya dan pernyataan dari kepemimpinan pusat. Kata-kata dari kepemimpinan pusat bahwa mereka tidak memiliki hubungan organisasi dengan ISIS mengacu pada kelompok yang baru mendeklarasikan cabang Syam. Baca: “Bahkan kami (Tandhim Al-Qaeda) memerintahkan untuk menghentikan usaha tersebut. Oleh karena itu dan alasan itu, kelompok Daulah Islamiyyah Iraq dan Syam bukanlah salah satu dari cabang Al-Qaeda “, sehingga jelas bahwa kelompok ini baru dinyatakan benar-benar dikeluarkan dari Al-Qaeda karena alasan yang disebutkan dan kasus ini bukan tidak berarti bahwa mereka tidak pernah berbaiat kepada Syaikh Ayman Az-Zawahiri. Melainkan Mujahidin dari Khurasan telah mentoleransi mereka sampai kejahatan, kebodohan dan penyimpangan mereka telah melampaui batas.
Dan dalam pidato Syaikh Ayman Az-Zawahiri yang berjudul, (Kesaksian untuk melestarikan darah Mujahidin Syam) beliau berkata: “Dan aku mengatakan dengan memohon bantuan dari Allah (SWT) bahwa Daulah Islamiyyah Irak (ISI) adalah cabang dari Tandhim Al-Qaeda.” (Di sini Syaikh berbicara tentang Daulah Islamiyyah di Irak, sebelum menyatakan ekspansinya ke Syam dan melakukan apa yang mereka lakukan di sana yang mana membuat Al-Qaeda pusat mengecam hal itu.)
Dan Syaikh menjelaskan bahwa bahkan pengumuman Daulah Islamiyyah di Irak tidak dilakukan dengan izin dari Amir sebelumnya, Syaikh Usamah bin Ladenrahimahullah: “Daulah Islam Iraq berdiri tanpa persetujuan dari Al-Qaeda pusat, ketika itu pimpinannya adalah Syaikh Usamah bin Laden Rahimahullah, mereka bahkan tak berkonsultasi terlebih dahulu dengan beliau, namun kemudian Syaikh Mujahid Abu Hamzah Al Muhajir Rahimahullah menulis surat kepada pimpinan pusat Al-Qaeda yang isinya tentang kondisi Daulah Islam yang baik, ia juga menegaskan bahwa Daulah bersikap wala’ terhadap Tandhim Al-Qaeda, dewan syura juga telah berjanji bersama Syaikh Asy Syahid Abu Umar Al Baghdadi bahwa pemimpin mereka adalah Syaikh Usamah bin Laden Rahimahullah. Abu Hamzah juga menyatakan bahwa Daulah Islam Iraq mengikuti komando dari Al-Qaeda namun beberapa ikhwah menilai belum saatnya menyatakan diri tentang hal ini dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan di Iraq pada saat itu.”
(Kesaksian untuk melestarikan darah Mujahidin Syam) (Di sini Syaikh berbicara tentang mantan Amir Dualah Islam Irak, Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi dan beliau tidaklah seperti Amir saat ini, Abu Bakr Al-Baghdadi)
Dan bukanlah suatu yang bijak jika pada saat itu pimpinan Al-Qaeda pusat mengumumkan bahwa Daulah Islamiyyah Irak (ISI) adalah bagian dari Tandhim Al-Qaeda. Syaikh Ayman mengatakan bahwa Syaikh Abu Yahya Al-Libirahimahullah telah menulis kepada saudara-saudara di Irak tentang hal itu dari sebelumnya.
Mengapa kemudian pengumuman Daulah ISI pertama kali di Irak ditoleransi oleh pimpinan Al-Qaeda pusat namun sikap itu bertentangan saat pengumuman ISIS di Syam? Alasannya adalah bahwa pengumuman pertama dilakukan setelah melalui musyawarah (konsultasi) dengan Mujahidin di Irak dan itu tidak didasarkan pada menumpahkan darah kaum Muslimin, sedangkan di pengumuman di Syam kenyataannya sama sekali berbeda.
Syaikh Ayman Az-Zawahiri mengatakan: “Sedangkan mengenai pertanyaan lain yang diajukan yaitu: Mengapa Al-Qaeda memuji Daulah Islamiyyah di Irak dan puas dengan itu tetapi tidak dengan Daulah Islamiyyah di Irak dan Syam? Jawabannya adalah walaupun pimpinan umum Al-Qaeda dan amirnya Syaikh Usamah bin Laden tidak dimintai izin maupun pendapat sebelum deklarasi ISI, namun kami (kepemimpinan Al-Qaeda) memutuskan untuk mengakuinya disebabkan beberapa perbedaan yang mendasar antara itu (ISI) dan Daulah di Irak dan Syam, seperti:
  1. Sesungguhnya Daulah Islam Irak tidak didirikan sebagaimana Daulah Islam Iraq dan Syam. yaitu didirikan diatas kobaran api fitnah antar sesama mujahidin dan untuk menghindari pertumpahan darah antar kaum muslimin setelah pembentukan Jabhah Nushrah.
  2. Daulah Islam Irak dideklarasikan atas dasar musyawarah antara Dewan Syuro Mujahidin dan kabilah-kabilah Sunni disana sebagaimana yang telah disampaikan oleh Syaikh Abu Hamzah Al Muhajir Rahimahullah, beliau adalah sosok yang kami percayai setelah kami mengenalnya untuk waktu yang lama, dan beliau telah berusaha sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan jamaah-jamaah jihad lainnya agar bergabung bersama mereka di dalam barisan Daulah Islam Irak, sementara deklarasi Daulah Islam Irak dan Syam terwujud setelah diselenggarakannya musyawarah terbatas di kalangan internal Daulah saja dan Jabhah Nushrah mengaku tidak diajak bermusyawarah.
  3. Terwujudnya deklarasi Daulah Islam Irak dan Syam adalah disebabkan perbedaan yang jelas menyelisihi perintah dari pimpinan pusat Al-Qaeda, yaitu perintah agar secara resmi tidak mengumumkan keberadaan Al-Qaeda di Syam. bahkan secara umum Al-Qaeda cenderung untuk tidak mengumumkan pembentukan pemerintahan (Imarah/Daulah) dalam bentuk apapun pada tahap ini, dan itu adalah persoalan yang telah ditekankan oleh Syaikh Usamah bin Laden Rahimahullah dalam suratnya kepada Syaikh Atiyyah Al-LibiRahimahullah. Surat ini telah dipublikasikan oleh Amerika dengan nomer seri: SOCOM-2012-0000019 Orig. (setelah AS membunuh Syaikh Usamah dan menggeledah rumahnya.)
Dan telah diingatkan oleh Syaikh Abu Yahya Al-Libi Rahimahullah kepada saudara-saudara yang berada di Daulah Islam Iraq, kemudian saya tegaskan kembali kepada Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi dalam surat saya kepada beliau tertanggal 25 Jumadil Akhir 1435 H (26 April 2014), dalam surat itu saya mengatakan: “Jika kalian bertanya terlebih dahulu tentang pendapat kami terhadap deklarasi Daulah, maka niscaya kami tidak akan menyetujuinya. Saya dan saudara-saudara di sini percaya bahwa deklarasi tersebut lebih banyak sisi mudharatnya dibanding sisi manfaatnya dikarenakan elemen yang dibutuhkan untuk membangun sebuah Daulah di Syam belumlah cukup.”
  1. Deklarasi Daulah Islam Irak dan Syam akan menimbulkan bencana dalam pergerakan politik penduduk Syam, karena setelah rakyat Syam keluar dan melakukan demonstrasi mendukung Jabhah Nushrah setelah ia dimasukkan kedalam daftar teroris oleh Amerika, dan juga mereka mengutuk deklarasi Daulah Islam di Iraq dan Syam karena memberikan keuntungan bagi Assad. Deklarasi ini juga akhirnya menimbulkan provokasi diantara jamaah-jamaah jihad lainnya karena mereka menilai bahwa Daulah memaksa mereka untuk bergabung tanpa ada kesepakatan dan musyawarah terlebih dahulu.
  2. Deklarasi Daulah Islam di Irak dan Syam juga menimbulkan perselisihan di dalam tubuh jamaah yang tadinya bersatu ini, dan berakibat timbulnya peperangan. Syaikh Abu Bakar Al-Husayni Al-Baghdadi juga mengancam bahwa dengan adanya dukungan dari Al-Qaeda kepada Jabhah Nushrah dan penundaan dari Al-Qaeda untuk menyatakan sikap yang tegas – tentang deklarasi Daulah – maka akan menimbulkan pertumpahan darah bagi pihak yang memulai mencari masalah.
  3. Dan darah kaum muslimin masih terus mengalir di bumi Syam, maka apabila Daulah Islam Iraq dan Syam menerima keputusan hukum yang berusaha untuk mencegah pertumpahan darah dan fitnah sesama mujahidin, kemudian ia menarik diri kembali ke Irak yang membutuhkan kehadiran mereka, jika ia menerimanya, dan mengikuti prinsip musyawarah yang benar serta mendengar dan patuh pada perintah pemimpinnya, serta tidak memberontak terhadap pemimpin dan jamaah induk mereka, maka saya mengira mereka akan berhasil untuk menjauhkan diri dari pertumpahan darah antar sesama muslim dan memenangkan peperangan melawan pemerintah Syiah Syafawiyah serta memberikan pertolongan terhadap Ahlus sunnah di sana secara berlipat ganda. Segala puji bagi Allah atas setiap keadaan. (Kesaksian untuk melestarikan darah Mujahidin Syam)
Dan Syaikh yang bijak itu benar, deklarasi itu memang menyebabkan lebih banyak madharat daripada manfaat. Deklarasi itu membuat Jihad kembali terpuruk di saat Mujahidin sedang bersiap untuk memanen buah dari Jihad. Dan hanya kepada Allah kami berkeluh kesah.
In syaa Allah bersambung.
(aliakram/arrahmah.com)