Cara Menyikapi Istri Cerewet: Teladan Umar bin Khattab
Kebetulan, sang tamu mendengar "ada keributan" di dalam rumah. Istri Umar bin Khattab rupanya sedang marah kepada suaminya. Namun, Khalifah Umar terdengar diam saja, tidak menaggapi kemarahan sang istri.
Laki-laki itu pun mengurungkan niatnya mengadukan istrinya kepada Umar dan mulai beranjak hendak pulang. ”Jika keadaan Amirul Mu’minin saja seperti ini (istrinya "galak"), bagaimana dengan diriku?” gumamnya dalam hati.
Si pria tadi hendak pulang, namun Umar keburu keluar rumah. Umar pun segera memanggilnya, ”Apa keperluanmu?”
”Wahai Amirul Mu’minin," jawab si pria, sebenarnya aku datang untuk mengadukan perilaku istriku dan sikapnya kepadaku, tapi aku mendengar hal yang sama pada istri tuan.”
”Wahai saudaraku," jawab Umar dengan tenang, "aku tetap sabar menghadapi perbuatannya (kemarahan istri), karena itu memang kewajibanku. Istrikulah yang memasak makanan, membuatkan roti, mencucikan pakaian, dan menyusui anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya.”
”Di samping itu,” sambung Umar, ”Hatiku merasa tenang (untuk tidak melakukan perbuatan haram—sebab jasa istriku). Karena itulah aku tetap sabar atas perbuatan istriku.”
”Wahai Amirul Mu’minin, istriku juga demikian,” ujar orang laki-laki itu.
”Oleh karena itu, sabarlah wahai saudaraku. Ini hanya sebentar!”
Kisah teladan tentang sikap suami terhadap istri "cerewet/pemarah" itu dimuat dalam kitab Uqudul Lujjain: Fi Bayani Huquqiz Zawjain karya Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani
Dalam kisah di atas, Umar yang dikenal "galak" di kalangan sahabat, justru "takluk" atau berdiam diri ketika sang istri memarahinya. Mengapa? Karena Khalifah Umar mengingat lima hal.
1. Benteng Penjaga Api Neraka. Saat pria "tergoda" wanita, maka cara terbaik adalah menyalurkannya kepada wanita yang halal dan sah: sang istri. Istrilah tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari kemaksiatan dan siksa neraka. Istri yang salihah pun selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah. Suami pergi bekerja, istrilah yang menjaga, merawat, dan membersihkan rumah beserta isinya, juga menjaga dan mendidik anak-anak.
3. Penjaga Penampilan. Istrilah yang menjadi penata rambut dan penata busana sang suami. Istrilah yang menyemir sepatu, menyiapkan tas, dan keperluan lain.
4. Pengasuh Anak-anak. Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan.
5. Penyedia Hidangan. Istrilah koki, chef, sekaligus "pelayan" restoran di rumah. Istri pula yang belanja, "berdebat" menawar harga sayur dengan tukang sayur, dan sebagainya. Suami haus, tinggal "teriak", bahkan sudah disiapkan.
Itulah lima hal yang membuat Khalifah Umar terkesan "Susis", suami sieun (takut) istri. Tentu, bukan takut, tapi penghargaan, apresiasi, sekaligus kasih-sayang terhadap istri. Masya Allah....! Betapa besar pula dosa sang suami jika ia mengkhiatani istri. Wallahu a'lam.*
Menangani Isteri Yang Kuat Membebel dan Berleter | Cerita Suami Isteri
Fahrin Ahmad (bukan nama sebenar) sedang kepenatan memandu tika pulang dari kerja lewat petang itu. Selepas meeting yang panjang dan memenatkan, tambah pula dengan jalan yang sesak kerana berlaku kemalangan, dia mengharapkan rehat yang cukup maximus bila tiba di rumah nanti. Terbayang di kepalanya mandian air panas, makan malam yang enak dan diulit tilam empuk yang nyaman..
Tiba di rumah, belum sempat Fahrin Ahmad membuka kasut, isteri tercintanya Mira Edora (bukan nama sebenar) menyambutnya dengan sapaan ‘mesra’,
“Kenapa lambat? Semalam U janji nak balik jam 5ptg, I dah masak bla bla bla pong pang pong pang..” hingga akhir ayat.
Fahrin Ahmad berasa bengang kerana isterinya membebel yang mana sepatutnya tiada dalam to-do listnya hari itu. Beliau membalas bebelan dengan keluhan yang garang.
“Awak tau tak saya penat ni baru balik keje? Bukan nak tanya elok2, membebel je keje. Saya bosan tau tak! Dah lah awak duk kat rumah je hari2, saya ni hari2 keluar keje cari duit, awak pulak reti membebel bebel bebel. Menyusahkan betul!”
Maka malam itu berlalu dengan hati yang membara, bukan bara asmara tapi bara setan.
Akhirnya Fahrin Ahmad dah tak tahan lagi dengan bebelan Mira Edora. Dia mula rasa bosan di rumah, dengan anak memekak, isteri bersyarah. Lalu beliau mengajak temannya Akhil Hayy (bukan nama sebenar) keluar minum di sebuah kafe.
“Aku da tak tahan ar Bro. Bini aku kejenya membebel aje. Sakit dah telinga aku yang capang ni” Fahrin Ahmad mengadu.
Akhil Hayy tertawa sinis “Apara lu, ni baru bini membebel, belum kena soal Mungkar Nakir lagi”.
“Bro ko jangan buat lawak insaf macam tu. Tau la ko ustaz”
“Fahrin, gua nak bagitau lu satu citer. Citer ni berlaku zaman Saidina Umar. Ada sorang mamat ni, macam lu la, ada isteri yang kuat betul membebel. Nasibla masa tu tadak radio, kut tak sure dah jadi DJ wanita pertama dah. Pastu dia naik bengang ar, dia marah balik. Bini dia plak menjawab, ape lagi, perang la. Hari2 camtu. Senak kepala otak beb. Satu hari mamat ni dah tak tahan, dia pun pegi uma Saidina Umar nak mengadu, apa patut buat kat bini dia ni..”
sambungan cerita - klik
Renungan Buat Suami Yang Rasa Isterinya Kuat Berleter....
by Abu Hanifah on Tuesday, February 8, 2011 at 11:05am
Ada tak isteri yang tidak berleter? Susah menemukannya. Bahkan isteri Khalifah sehebat Umar bin Khatab pun sama.Seorang lelaki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab.Dia ingin mengadu pada khalifah, tak tahan dengan leteran isterinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah,lelaki itu terkejut. Dari dalam rumah terdengar isteri Umar sedang berleter, marah-marah. leteran isteri khalifah melebihi leteran isterinya yang akan diadukannya pada khalifah Umar.
Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Khalifah Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki tersebut mengurungkan niatnya, membatalkan pengaduan isterinya kepada khalifah Umar. Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya berleter? Mengapa dia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, dia selalu tegas pada siapapun?. Umar berdiam diri karena ingat 5 hal.Apakah 5 hal tersebut?.
1. Isteri sebagai benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan lelaki ada di mata. Jika dia tidak boleh menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah syaitan akan terkena pada matanya,membidik tubuh-tubuh yang elok di sekelilingnya. Panah yang tertancap membuat darah bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal, syahwat. Adalah sang isteri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Isteri adalah tempat dia mengalirkan berjuta gelora.
Biar lepas dan bukan azab yang kelak akan diterimanya. Dia malah mendapatkan dua kenikmatan, dunia dan akhirat. Maka, ketika Umar terpikat pada lenggokkan penari yang datang dari kobaran api, dia akan ingat pada istrinya, pada penyelamat yang melindunginya dari lenggokkan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan lenggokkan yang sama, malah lebih indah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang solehah selalu menjadi semangatnya dalam mencari nafkah.
2. Isteri sebagai pemelihara Rumah
Pagi hingga petang suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai menjelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Dia mengumpulkan dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan wang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tidak menjadi sia-sia.
Ada isteri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran. Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula dia mau dibayar. Niscaya susah menemukan pemelihara rumah yang lebih prihatin daripada isterinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya dia mendengarkan leteran isterinya, kerana (mungkin) dia penat menjaga harta-harta milik suami yang semakin hari semakin membebankan.
3. Isteri sebagai Penjaga Penampilan
Umumnya lelaki tak pandai menjaga penampilan. Kulit hitam legam tapi pakai pula pakaian warna gelap.Tubuh pendek malah suka pakai baju saiz besar. Atas dan bawah selalu tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya, memilih apa yang sesuai untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menampal bila ada yang koyak. Suami yang tampil menawan adalah wujud keprihatinan isteri.Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecekapannya itu.
4. Isteri sebagai pengasuh anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kukuh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah isteri yang dipersalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke hadapan.Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.
5. Isteri sebagai penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami kepenatan. tenaga terkuras, beraktiviti seharian. Dia memerlukan makan untuk mengembalikan tenaga. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan, ayam panggang masak kicap, sayur asam, sambal belacan dan ulam. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung, tadi pagi istrinya sempat berdebat, tawar-menawar, kerana harga melebihi bajet.
Tak perlu suami memotong sayuran, cili dan bawang. Tak pening dia memikirkan berapa ukuran perencah agar rasa sesuai di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan, meninggalkan sedikit saja untuk isteri si tukang masak. Tanpa sedar isteri selalu menjadi tukang masak terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peranan isteri ini, Umar kerap diam setiap istrinya berleter. Mungkin dia penat, mungkin dia lelah dengan segala beban rumah tangga di bahunya. Isteri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa kalifah umar mendengarkan keluh kesah isterinya.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan isteri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila isteri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah dia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bergurau. Hingga terhindarlah pertumpahan ludah dan caci maki tidak terpuji. Akankah suami-suami masa kini dapat mencontohi perbuatan kalifah Umar ini. Kalifah umar tidak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
Berleter: Tanda Sayangnya Isteri?
Dewasa ini andai dapat kita perhati, pahit manis alam perkahwinan sebenarnya umpama coretan warna pada kanvas kehidupan setiap manusia. Ada masa warnanya merah, ada masa warnanya biru. Kadangkala apabila kuning dan biru bercampur, maka akan terhasilnya warna hijau. Begitu juga kehidupan. Ada kala kita pilih biru, tetapi pasangan memilih merah.
Tidak sehaluan seketika. Namun ada suatu ketika, ketidaksamaan itu menghasilkan satu jujukan warna yang cukup indah. Ketidaksamaan itu menghasilkan kesempurnaan. Kerana Allah menjadikan setiap sesuatu itu saling melengkapi.
Para pembaca, artikel kali ini ingin saya coretkan tentang bagaimana peranan isteri dalam menzahirkan rasa kasih dan sayang terhadap suami. Wanita ini fitrahnya penuh dengan rasa kasih, rasa cinta. Tindakan mereka seringkali diselubungi dengan emosi. Emosi itu memainkan peranan yang cukup penting dalam peranan seorang wanita.
Lantaran itu, kadangkala suami tidak mengerti akan mengapa si isteri ini kadangkala mudah tersentuh, mudah emosi walau dengan perkara-perkara yang remeh. Namun seharusnya perlu kita ingat. Ada ketika di mana perkara yang kita anggap remeh adalah perkara yang cukup diambil berat oleh pasangan kita.
Saya ingin lebih memfokuskan kepada satu hal yang sering para isteri lakukan yang mana kadangkala menimbulkan rasa tidak selesa kepada suami.
Membebel Atau Berleter
Kedua-dua frasa yang saya sebutkan ini tanpa kita sedar menjadi satu ungkapan yang cukup sinonim buat isteri. Namun kebanyakan isteri pula seringkali menafikan hal ini. Mereka tidak merasakan mereka ini membebel atau berleter. Namun, mereka menganggap bahawa mereka hanya ingin memberi peringatan kepada suami.Hal yang sebaliknya pula berlaku jika suami yang membebel. Contohnya mengingatkan isteri tentang itu dan ini. Para isteri akan menganggap suami memberi peringatan kepada mereka dan tidak merasakan itu suatu leteran atau bebelan. Mengapa pandangan ini berbeza buat isteri dan suami sedangkan perlakuannya sama?
Mudah sahaja. Isteri ini lumrahnya memerlukan perhatian. Maka, jika si suami berleter, isteri akan menganggap bahawa suami sangat prihatin tentang dirinya, tentang anak-anaknya. Hal ini menjadikan si isteri memandang positif akan setiap butir leteran si suami.
Tidak saya katakan suami memandang enteng akan leteran isteri. Namun mereka punya cara pemahaman dan tindakan mereka yang tersendiri. Para isteri sekalian, suami anda kisah dan cuba memahami kehendak anda. Cumanya, mereka akan bertindak mengikut masa dan keadaan yang sesuai.
Namun, berhati-hatilah para suami. Janganlah terlalu memandang remeh leteran isteri anda kerana jika anda terlalu kerap memandang ringan akan leteran isteri, ini secara tidak langsung akan menggguris perasaan isteri.
Seperti yang saya katakan tadi, wanita, kehidupannya penuh dengan emosi. Jika mereka tidak dapat mengawal perasaan mereka, maka dari sinilah secara tidak langsung berpuncanya keretakan rumahtangga dan masalah-masalah berkaitan yang lain.
Dalam hubungan kekeluargaan ini perlu ada give and take. Kita perlu betul-betul memahami konsep ini. Cuba elakkan untuk meletakkan diri kita dalam keadaan di mana hanya kita yang sentiasa betul. Kita perlu sedar, ada masa-masa kita melakukan kesilapan. Dan akan ada yang melihat kesilapan dan kekhilafan yang kita lakukan. Oleh itu, suami dan isteri perlu untuk cuba kuasai peranan give and take itu sebaiknya.
Para pembaca, berbalik pada kisah leteran tadi, ingin saya kongsikan sebuah kisah ketika zaman Saidina Umar r.a. Ada suatu kisah ketika itu, di mana terdapat sepasang suami isteri yang acapkali bertengkar. Hal ini bermula kerana si suami tidak tahan akan leteran si isteri. Si isteri sering berleter tidak kira ketika memasak, membasuh, mengemas rumah dan sebagainya sehingga menipiskan tahap kesabaran si suami.
Bermula dari leteran itu, membuahkan pergaduhan antara si suami dan isteri ini. Suatu ketika, suami ini sudah tidak tahan lagi, maka dia berhasrat untuk mengadukan hal tersebut kepada Saidina Umar r.a yang merrupakan pemerintah ketika itu. Ketika tibanya si suami ini di kediaman saidina Umar, dia terkejut kerana mendengar leteran isteri Saidina Umar.
Namun dia mendapati tidak sedikit pun Saidina Umar membalas leteran isterinya itu. Lalu dia berfikir, “Bagaimana Saidina Umar ingin membantuku, sedangkan dia sendiri punya masalah sepertiku”. Belum sempat si suami beredar, Saidina Umar menegurnya dan bertanyakan hajatnya ke mari.
Lalu dia menceritakan permasalahannya kepada Umar. Para pembaca ingin tahu apa yang Saidina Umar katakan?
“Wahai si fulan, tidak patut rasanya jika aku tidak bersabar dengan karenah isteriku sedangkan dia sudah banyak berkorban untukku. Memasak untukku. Membasuh untukku. Menyiapkan keperluanku. Bersabung nyawa melahirkan zuriat untukku. Bersabarlah, keadaannya itu tidak lama. Dia pasti akan baik sendiri. “
Nah, dapat kita lihat bahawa sesungguhnya Islam memandang positif akan tabiat berleter. Tidak kiralah bagi para isteri mahupun suami. Anggaplah ini sebagai satu ujian kesabaran buat para suami, di mana Allah menguji kesabaran mereka dengan leteran isteri.
Namun para isteri sekalian, berleter itu juga ada batasnya. Berpadalah dalam setiap tindakan yang dilakukan. Mohonlah kepada Allah agar setiap kesulitan yang dialami dipermudah. Jangan khuatir akan ujian yang tiba kerana kita semua tahu, kita punya tempat bergantung yang cukup kuat.
Kita punya Allah untuk mengadu kala susah dan senang. Kita punya Allah untuk kita luahkan segalanya. Maka, kembalilah kepada DIA. Insyaallah, hidup kita pasti diberkati.
Jadi buat para suami sekalian, isteri anda berleter kerana dia sayangkan anda. Hargailah kasih dan sayang yang isteri anda pamerkan.
Ahad, April 18, 2010
Perihal aktiviti berleter a.k.a. membebel
Susunan : Bawang Goreng pada 4/18/2010 09:15:00 PTG
Assalamualaikum warahmatullah,
Aktiviti berleter yang lebih dikenali sebagai membebel lebih sinonim
dikaitkan dengan kaum Hawa, lebih-lebih lagi yang bergelar isteri dan
ibu. Berleter adalah satu tabiat atau kebiasaan hidup yang bukan sahaja
buruk tetapi hodoh juga.
Bukan hendak masuk bakul angkat diri sendiri, tetapi Alhamdulillah, saya
tidak suka berleter, mungkin kerana ibu saya seorang yang agak pendiam
dan bukanlah seorang kaki leter, jadi saya dibesarkan, jauh daripada
budaya berleteran. Walau bagaimanapun, pada pendapat saya rasa, berleter
atau membebel juga salah satu terapi ‘melepaskan’ tekanan.
Tabiat suka berleter sebenarnya banyak berpunca daripada perasaan tidak
senang ataupun tidak puas hati seseorang pada sesuatu perkara ataupun
seseorang yang lain. Ia adalah manifestasi atau cara luahan atas sebab
ketegangan jiwa yang dihadapi. Oleh itu, berleter dapat didefinasikan
sebagai satu cubaan seseorang bagi meluahkan perasaan dengan cara
mengungkit-ungkit ataupun membongkar semula kelemahan, keburukan ataupun
kesalahan seseorang secara berterusan, bertubi-tubi dan bertulang-ulang
kali.
Isu yang dibangkitkan dalam sesuatu leteran biasanya berpunca daripada
perkara yang terjadi pada hari itu dan dikaitkan dengan peristiwa yang
sudah lama berlaku. Peristiwa lama ataupun kemarahan memang sudah lama
dipendamkan, hanya menunggu sebab untuk dilepaskan.
Ada isteri berleter disebabkan perangai suami itu sendiri. Kebiasaanya
ia berlaku apabila suami itu bila isterinya bercakap, aksinya seperti
tuli tunggul kayu atau dinding batu sahaja lagaknya. Ada isteri
merangkap ibu, berleter disebabkan perangai anak-anak. Ada jenis
anak-anak yang kena diberitahu 5-6 kali baru hendak melakukan sesuatu
yang disuruh ibunya. Jika percakapan atau arahan diberi berkali-kali,
namun tidak diendahkan, adakah seorang isteri atau ibu itu patut diam
dan pendamkan sahaja? Tentu sekali tidak. Jadi, sebelum anda menyalahkan
isteri atau ibu anda yang kuat berleter, muhasabah (koreksi) diri dan
cari apa punca isteri atau ibu anda berleter.
Seorang rakan sekerja saya, yang saya namakan FM memberitahu saya,
"Lepas tol Sungai Rasau, saya bujang..." Walaupun hakikatnya beliau
seorang suami dan bapa kepada 2 orang cahayamata. Saya sempat bertanya,
mengapa beliau berkata begitu. Beliau menerangkan, "Tension...balik
rumah isteri saya tak berhenti-henti bercakap (membebel), macam kita
buka 'radio'. Malam hendak tidur, baru 'radio' off. Itu sebab bila
keluar saja dari rumah, saya cuba hiburkan hati. Nasib poket ni tak
mampu nak pasang lagi satu, kalau tidak dah lama saya cari lain..."
Jelasnya sambil tersengih-sengih.
Yare... yare... jangan begitu wahai isteri! Ingatlah, berleter memang
ada mudharatnya. Silap haribulan, dapat madu. Hu... hu... Lelaki juga
tidak terlepas daripada diberi fasakh akibat aktiviti membebel. Cuba
semak entry Kisah dari Mahkamah Syariah: Mohon cerai gara-gara suami
kuat membebel, elok benar dijadikan teladan.
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Ahad, April 18, 2010
Perihal aktiviti berleter a.k.a. membebel
Susunan : Bawang Goreng pada 4/18/2010 09:15:00 PTG
Assalamualaikum warahmatullah,
Aktiviti berleter yang lebih dikenali sebagai membebel lebih sinonim
dikaitkan dengan kaum Hawa, lebih-lebih lagi yang bergelar isteri dan
ibu. Berleter adalah satu tabiat atau kebiasaan hidup yang bukan sahaja
buruk tetapi hodoh juga.
Bukan hendak masuk bakul angkat diri sendiri, tetapi Alhamdulillah, saya
tidak suka berleter, mungkin kerana ibu saya seorang yang agak pendiam
dan bukanlah seorang kaki leter, jadi saya dibesarkan, jauh daripada
budaya berleteran. Walau bagaimanapun, pada pendapat saya rasa, berleter
atau membebel juga salah satu terapi ‘melepaskan’ tekanan.
Tabiat suka berleter sebenarnya banyak berpunca daripada perasaan tidak
senang ataupun tidak puas hati seseorang pada sesuatu perkara ataupun
seseorang yang lain. Ia adalah manifestasi atau cara luahan atas sebab
ketegangan jiwa yang dihadapi. Oleh itu, berleter dapat didefinasikan
sebagai satu cubaan seseorang bagi meluahkan perasaan dengan cara
mengungkit-ungkit ataupun membongkar semula kelemahan, keburukan ataupun
kesalahan seseorang secara berterusan, bertubi-tubi dan bertulang-ulang
kali.
Isu yang dibangkitkan dalam sesuatu leteran biasanya berpunca daripada
perkara yang terjadi pada hari itu dan dikaitkan dengan peristiwa yang
sudah lama berlaku. Peristiwa lama ataupun kemarahan memang sudah lama
dipendamkan, hanya menunggu sebab untuk dilepaskan.
Ada isteri berleter disebabkan perangai suami itu sendiri. Kebiasaanya
ia berlaku apabila suami itu bila isterinya bercakap, aksinya seperti
tuli tunggul kayu atau dinding batu sahaja lagaknya. Ada isteri
merangkap ibu, berleter disebabkan perangai anak-anak. Ada jenis
anak-anak yang kena diberitahu 5-6 kali baru hendak melakukan sesuatu
yang disuruh ibunya. Jika percakapan atau arahan diberi berkali-kali,
namun tidak diendahkan, adakah seorang isteri atau ibu itu patut diam
dan pendamkan sahaja? Tentu sekali tidak. Jadi, sebelum anda menyalahkan
isteri atau ibu anda yang kuat berleter, muhasabah (koreksi) diri dan
cari apa punca isteri atau ibu anda berleter.
Seorang rakan sekerja saya, yang saya namakan FM memberitahu saya,
"Lepas tol Sungai Rasau, saya bujang..." Walaupun hakikatnya beliau
seorang suami dan bapa kepada 2 orang cahayamata. Saya sempat bertanya,
mengapa beliau berkata begitu. Beliau menerangkan, "Tension...balik
rumah isteri saya tak berhenti-henti bercakap (membebel), macam kita
buka 'radio'. Malam hendak tidur, baru 'radio' off. Itu sebab bila
keluar saja dari rumah, saya cuba hiburkan hati. Nasib poket ni tak
mampu nak pasang lagi satu, kalau tidak dah lama saya cari lain..."
Jelasnya sambil tersengih-sengih.
Yare... yare... jangan begitu wahai isteri! Ingatlah, berleter memang
ada mudharatnya. Silap haribulan, dapat madu. Hu... hu... Lelaki juga
tidak terlepas daripada diberi fasakh akibat aktiviti membebel. Cuba
semak entry Kisah dari Mahkamah Syariah: Mohon cerai gara-gara suami
kuat membebel, elok benar dijadikan teladan.
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Tiada ulasan:
Catat Ulasan