Rabu, 7 Oktober 2015

(4) GHADHAB @ PEMARAH

Mengendalikan Sifat Pemarah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T125B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Seringkali kita melabelkan sifat pemarah sebagai suatu kelemahan karakter, tapi pada kenyataannya sifat pemarah tidak sesederhana itu, ada banyak faktor yang bisa terlibat dalam sifat pemarah.

Pada umumnya sifat pemarah dikaitkan dengan masalah karakter. Namun sesungguhnya problem marah tidaklah sesederhana itu. Ada beberapa penyebabnya.
  1. Orang yang berenergi tinggi mudah marah. Orang ini mudah bereaksi karena metabolismenya cepat dan sulit mengendalikan desakan emosinya.
  2. Orang yang hatinya digenangi oleh kemarahan oleh karena pengalaman masa lalu yang penuh kepahitan dan ketidakadilan. Orang ini mudah tersinggung karena perasaannya peka.
  3. Orang yang karakternya bermasalah, misalnya tidak suka mengalah, mengharapkan orang untuk senantiasa mengikuti kehendaknya, atau egois.
Kadang sifat pemarah dikaitkan dengan sikap tidak mengampuni. Memang sebagian kemarahan muncul akibat kesulitan kita untuk memberi pengampunan. Namun sebagian kemarahan tidak berhubungan dengan pengampunan.
Saran bagi yang mempunyai masalah dengan kemarahan:
  1. Kenalilah kondisi yang mudah mencetuskan kemarahan, misalnya tubuh yang letih, udara yang panas, ketidaksukaan yang terpendam.
  2. Kenalilah sikap orang yang mudah memancing kemarahan, misalnya sikap tidak peduli, meremehkan, dsb.
  3. Kenalilah reaksi marah sebelum muncul dan akuilah itu sebagai kemarahan.
  4. Berilah jeda, jangan terpancing untuk menyelesaikannya pada saat itu juga.
  5. Latih penguasaan diri melalui pernapasan dan berdoa.
  6. Tempatkan diri pada diri orang tersebut dan lihatlah masalah dari kacamatanya.
  7. Bicaralah setelah diri tenang dan rileks, jangan menenangkan diri melalui kemarahan.
  8. Setiap hari kita harus mengisi kalbu dengan Firman melalui persekutuan dengan Tuhan.
Firman Tuhan: "Karena itu kuasailah dirimu (self-controlled) dan jadilah tenang (clear minded) supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7)

PEMARAH DAN PENDENDAM



Saudaraku, sahabatku,
Jiwa yang tidak sehat sangat mungkin menimbulkan gangguan, masalah, pengaruh buruk terhadap diri sendiri maupun lingkungan masyarakat disekitarnya. Indikasi kejiwaan yang tidak stabil dalam Psikologi Islam sangatlah banyak, diantaranya adalah:


1. Pemarah
2. Pendendam

3. Pendengki (hasad)
4. Takkabur (sombong, angkuh)
5. Suka Pamer (Riya)
6. Membanggakan diri sendiri ('ujub)
7. Berburuk sangka (su'uzhzhon)
8. Was-was
9. Pendusta (kadzib)
10. Rakus dan serakah
11. Berputus asa
12. Lalai
13. Pemalas
14. Kikir
15. Hilangnya perasaan malu


Mari kita mempelajarinya satu demi satu.



1. Pemarah

Saudaraku,,
Pemarah adalah salah satu indikasi ada-nya gangguan kejiwaan.
Hal ini telah dijelaskan dalam Islam.

Di dalam Al-qur'an Allah SWT berfirman:

  
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." [Q.S. Ali ‘Imran (3): 134]
Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:

"Bukanlah orang yang menang di saat bergulat, tetapi sesungguhnya orang yang kuat itu adalah yang dapat menguasai dirinya di waktu marah". (H.R. Muslim dari Abu Hurairah R.A.)

Kata marah berasal dari kata: ghadlaba-yaghdlubu, artinya "marah".
al-ghadlbu dalam bentuk isim berarti lembu, singa, al-ghadlbu berarti "kemarahan".
Sedangkan al-ghudluub artinya ular yang jahat.
Al-Ghadhab ialah "Perubahan yg terjadi ketika mendidihnya darah di dalam hati untuk meraih kepuasan, apa yang ada di dalam dada ".

Sikap mudah marah adalah sesuatu yang sangat membahayakan perkembangan jiwa, bahkan dapat memberikan celaka kepada orang lain di lingkungannya. Oleh karena itu Islam membimbing individu dan masyarakat agar menjauhkan diri dari sifat pemarah dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.


2. Pendendam

Dendam adalah sikap suka membalas atas rasa sakit yang telah diderita sebelumnya kepada orang yang telah menyakiti atau kepada orang lain karena rasa"ingin menumpahkan kemarahan dan kepuasan hawa nafsu" yang ada di dalam dada.
atau:
Sifat "tidak senang memberikan maaf" kepada orang lain yang telah menyakiti dan atau telah menimpakan rasa tidak nyaman.

Sifat pendendam sangat mempengaruhi mental dan kejiwaan seseorang, dan untuk menghilangkannya sangat sulit, karena sifat ini erat kaitannya dengan sifat pemarah.
Seorang pemarah selalu diiringi dengan ingin membalas, apabila belum terbalas apa yang membuatnya marah, maka hatinya menjadi gelisah.
Bahkan saat dia tidak mampu mengendalikan rasa marahnya, dia melampiaskannya dengan melakukan "perusakan" apa saja yang ada disekitarnya.

Di dalam ajaran Islam sendiri kita dianjurkan agar tidak mempunyai sifat pendendam, Allah SWT berfirman dalam Al Quran An-Nuur(24): 22:

"..dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?"

Rasulullah juga pernah bercerita, ada seorang nabi yang dianiaya oleh kaumnya hingga berlumuran darah, maka sambil mengusap darah yang ada di wajahnya nabi tersebut seraya berdo'a:

"Ya, Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui". (HR Bukhari-Muslim)

Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah SWT agar terhindar dari sifat pemarah dan pendendam ini dan senantiasa menjadi pribadi yang pemaaf.

WANITA PEMARAH DALAM ISLAM
Sebagai manusia, wanita memang bisa kesal dan marah, baik itu disebabkan suami ataupun hal-hal lainnya. Namun sebagai istri, wanita juga dituntut untuk menjaga sikap di hadapan suaminya. Ia harus mengontrol emosinya agar tidak tumpah. Namun alih-alih meredam emosinya, tak sedikit istri yang justru menjadikan suami sebagai pelampiasan kemarahan, bahkan sampai pada taraf mencacinya.
Seorang suami adalah sayyid atau tuan bagi istrinya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah k:
“Dan keduanya (Yusuf dan istri Al Aziz) mendapati sayyid (tuan/suami) si wanita di depan pintu…” (Yusuf: 25)
Karena suami sebagai tuan maka kedudukannya demikian agung bagi istrinya sebagaimana agungnya sang tuan bagi budak sahayanya. Tidak heran bila Rasul n yang mulia n sampai bertitah:
لاَ يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عَظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى مَفْرَقِ رَأْسِهِ قَرْحَةٌ تَجْرِي بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيْدِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ فَلَحِسَتْهُ مَا أَدَّّتْ حَقَّهُ
“Tidaklah pantas bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia yang lain. Seandainya pantas/boleh bagi seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya pada telapak kaki sampai belahan rambut suaminya ada luka/borok yang mengucurkan nanah bercampur darah, kemudian si istri menghadap suaminya lalu menjilati luka/borok tersebut niscaya ia belum purna menunaikan hak suaminya.” (HR. Ahmad 3/159 dari Anas bin Malik z, dishahihkan Al-Haitsami 4/9, Al-Mundziri 3/55, dan Abu Nu’aim dalam Ad-Dala’il, 137. Lihat catatan kaki Musnad Al-Imam Ahmad 10/513, Darul Hadits, Al-Qahirah).
Abu Umamah z menyampaikan hadits Rasulullah n:
ثَلاَثَةٌ لاَ تُجَاوِزُ صَلاَتُهُمْ آذَانَهُمْ: الْعَبْدُ الْآبِقُ حَتىَّ يَرْجِعَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ
“Ada tiga golongan yang shalat mereka tidak melewati telinga-telinga mereka3, yaitu budak yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali kepada tuannya, istri yang bermalam dalam keadaan suaminya marah terhadapnya, dan seseorang yang mengimami suatu kaum dalam keadaan mereka tidak suka kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi no. 360, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, Al-Misykat no. 1122, Shahihul Jami’ no. 3057)
Ibnu Umar c berkata dari Nabi n:
اثْنَانِ لاَ تُجَاوِزُ صَلاَتُهُمَا رُؤُوْسَهُمَا: عَبْدٌ آبِقٌ مِنْ مَوَالِيْهِ حَتىَّ يَرْجِعَ، وَامْرَأَة ٌعَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ
“Ada dua golongan yang shalat mereka tidak melewati kepala-kepala mereka, yaitu budak yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali kepada tuannya dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali taat.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/191, Ath-Thabarani dalam Al-Ausath no. 3628 dan Ash-Shaghir no. 478, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 136 dan Ash-Shahihah no. 288 )
Doa kejelekan berupa laknat para malaikat yang doa mereka mustajab pun dapat dituai seorang istri yang membuat marah suaminya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah z dari Rasulullah n:
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِيْئَ، فَبَاتَ غَضْبَان عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
“Apabila seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya, namun si istri menolak untuk datang. Lantas si suami bermalam dalam keadaan marah kepada istrinya tersebut, niscaya para malaikat melaknat si istri sampai ia berada di pagi hari.” (HR. Al-Bukhari no. 5193)
Karenanya, janganlah para istri suka membuat marah suaminya. Tetapi carilah keridhaannya dalam kebaikan. Karena seperti kata Rasulullah n:
فَانْظُرِيْ أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنارُكِ
“Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena dia adalah surga dan nerakamu.”4
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq, sebagaimana sabda Rasulullah n:
إِنَّهُ لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.” (HR. Ahmad 1/131. Kata Asy-Syaikh Ahmad Syakir t dalam ta’liqnya terhadap Musnad Al-Imam Ahmad, “Isnadnya sahih.”)
Dalam posisi shalat merupakan amalan yang paling utama dan paling dahulu dihisab di hari kiamat nanti. Bila baik shalatnya maka baik seluruh amalannya dan sebaliknya jika jelek shalatnya maka jeleklah seluruh amalannya.
Al-Mubarakfuri t berkata menjelaskan makna kalimat ini, “Maksudnya shalat mereka tidak diterima dengan penerimaan yang sempurna, atau tidak diangkat kepada Allah l sebagaimana diangkatnya amal shalih.”
Dikhususkan penyebutan telinga (dalam lafadz: tidak melewati telinga-telinga mereka) karena di dalam shalat ada tilawah dan doa, yang semestinya didengar. Namun tilawah dan doa ini tidak sampai kepada Allah l dari sisi penerimaan dan pengabulan.
As-Suyuthi t berkata dalam Qut Al-Mughtadzi, “Maksudnya shalat mereka tidak diangkat ke langit, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas c yang diriwayatkan Ibnu Majah t:
لاَ نَرْفَعُ صَلاَتَهُمْ فَوْقَ رُؤُوْسِهِمْ شِبْراً
“Kami tidak mengangkat shalat-shalat mereka di atas kepala mereka walau satu jengkal.”
Ini merupakan ungkapan tentang tidak diterimanya shalat mereka, sebagaimana dalam hadits Ibnu Abbas c yang diriwayatkan Ath-Thabarani t:
لاَ يَقْبَلُ اللهُ لَهُمْ صَلاَةً
“Allah tidak menerima shalat mereka.” (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, kitab Ash-Shalah, bab Ma Ja’a fi Man Amma Qauman waa Hum Lahu Karihun)
HR. Ibnu Abi Syaibah (7/47/1), Ibnu Sa’d (8/459), An-Nasa’i dalam Isyratun Nisa, Ahmad (4/341), Ath-Thabarani dalam Al-Ausath (170/1) dari Zawa’idnya, Al-Hakim (2/189), Al-Baihaqi (7/291), Al-Wahidi dalam Al-Wasith (1/161/2), Ibnu ‘Asakir (16/31/1), sanadnya shahih sebagaimana kata Al-Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi. Al-Mundziri berkata (3/74), “Diriwayatkan hadits ini oleh Ahmad dan An-Nasa’i dengan dua sanadnya yang jayyid.”

MARAH DALAM PANDANGAN ISLAM DAN PSIKOLOGI KONTEMPORER


Oleh : Udy Hariyanto
BAB I
 PENDAHULUAN
Marah atau amarah merupakan sebuah hal yang mungkin setiap kita pernah mengalaminya. Islam adalah agama yang sempurna, yang tak hanya mengatur bagaimana bermu’amalah kepada Kholiqnya namun juga mengatur bagaimana bermu’amalah kepada sesama mahluk Allah. Termasuk dalam masalah amarah/marah ini pun islam mengaturnya dan memberikan perhatian yang amat besar. Nabi Shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ  رضى الله عنه  أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ  صلى الله عليه وسلم  أَوْصِنِى قَالَ , لاَ تَغْضَبْ , . فَرَدَّدَ مِرَارًا ، قَالَ , لاَ تَغْضَبْ
Artinya: Dari Abu Hurairoh rodhiyallahu ‘anhu, Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam (kemudian) mengatakan, “Wahai Nabi berikanlah aku wasiat/nasihat”. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “Janganlah engkau marah”. Kemudian orang tadi berkata lagi, “Wahai Nabi berikanlah aku wasiat/nasihat”. Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam pun mengatakan, “Janganlah engkau marah[1]
Marah merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar dan bersifat universal. Semua orang memiliki emosi marah. Emosi marah dinilai negatif oleh masyarakat karena sifat destruktifnya. Orang yang marah bisa menjadi kejam dan tidak berperikemanusiaan. Marah pun sering bernilai negatif bagi individu. Orang tidak jarang hilang akal saat marah.
Emosi marah adalah emosi yang paling sering muncul dalam pembicaraan sehari-hari karena masyarakat umumnya mengidentikkan istilah emosi dengan marah. Dalam perspektif psikologi, memendam amarah bsa menimbulkan kegoncangan mental. Menarik untuk disimak bahwa ketika membahas emosi, para ahli tidak memulainya dengan definisi yang lazim, pembahasan tentang emosi biasanya diawali dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari yang nyata dirasakan, baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian.
Sesuai   dengan   fakta   yang   ada   bahwa,   pada   hakikatnya   setiap   orang mempunyai kadar kecerdasan dan kecenderungan emosi yang berbeda satu sama lain. Karena mulai bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur pada malam harinya, setiap orang mengalami berbagai pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi. Ungkapan-ungkapan kesedihan, kemarahan,  kecemasan  dan  sebagainya  seringkali muncul pada diri seseorang bergaris-lurus dengan pengalaman atau realitas kehidupan yang ia hadapi. Dalam makalah ini penulis akan mencoba mengaitkan pandangan islam dan psikologi kontemporer terhadap sikap marah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  MARAH DALAM PANDANGAN ISLAM
1.    Hakekat Marah
Marah adalah suatu sifat yang dimiliki setiap orang. Namun demikian, Setiap orang memiliki tingkatan marah yang berbeda-beda. Marah adalah suatu bentuk emosi yang bersifat fitrah atau bawaan yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak para tokoh maupun para ahli yang berusaha mendefinisikan mengenai hakikat marah. Marah termasuk potensi manusia untuk pembelaan diri ketika wilayah kebenaran religi diusik.[2] Dari definisi tersebut sangat jelas bahwa sifat marah akan muncul manakala seseorang mendapatkan semacam gangguan. Definisi lain menyatakan bahwa marah timbul karena adanya kekangan yang muncul dalam usaha pemenuhan kebutuhan dasar manusia.[3] Definisi kedua ini tidak jauh berbeda dengan definisi sebelumnya hanya saja disini lebih menekankan pada terhalangnya pemenuhan kebutuhan dasar manusia sebagai sebab munculnya kemarahan.
Tentang kemarahan ini juga dijelaskan didalam Al quran, bahwa Allah telah mengizinkan Rasulullah dan kaum muslimin untuk mempergunakan kekuatannya demi melawan kaum kafir yang menghalangi penegakan agama Allah. Kekuatan ini bersumber dari dari adanya kemarahan yang berawal dari adanya kekangan dalam menyebarkan agama islam dan menyerukan keimanan kepada Allah, sebagai mana firman-Nya, QS Al Fath 29
Artinya:  Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (QS Al Fath 29)[4]
Dalam pandangan islam marah merupakan refleksi dari sifat syitan yang keji. Ia berusaha untuk menjerumuskan manusia melalui kemarahannya. Karena dalam keadaan marah orang akan sangat mudah untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji yang lain. Namun demikian bisa disimpulkan bahwa marah merupakan sifat hati yang harus dikelola, agar setiap kemarahan tidak bersifat destruktif.
2.    Tingkat-tingkat Marah
Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa setiap orang memiliki potensi atau sifat pemarah akan tetapi berbeda-beda tingkatannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan tiga tingkatan marah yaitu;[5]
Golongan Tafrith
Yaitu mereka yang tidak memiliki sifat marah. Apa saja yang berlaku disekelilingnya maka dia tidak menunjukkan perasaan marah. Manusia jenis ini sama sekali tidak memiliki sikap pembelaan terhadap kebenaran. Dia tidak terasa tersinggung apabila agamanya diinjak-injak oleh musuh-musuh Islam. Sedangkan Rasulullah SAW. yang terkenal dengan sikap tawaduk tetap marah mempertahankan agama dengan menentang musuh-musuhnya sekiranya perlu. Golongan jenis ini juga apabila terjadi perlanggaran terhadap kehormatan diri maupun ahli keluarganya maka dia akan menghadapinya dengan sikap yang lemah  dan terlalu merendah diri. Jelas di sini sifat tafrith atau langsung kehilangan sifat marah adalah tercela di sisi syara’.
Golongan  Ifrath
Yaitu mereka yang tidak dapat mengawal perasaan marah lalu bersikap berlebih-lebihan sehingga hilang pengawalan akal yang waras terhadap dirinya.
Golongan seperti ini akan berteriak dengan suara yang kuat serta mengeluarkan kata-kata kasar lagi kesat. Ada kalanya sehingga menyebabkan terjadinya pukul-memukul ataupun amukan yang dahsyat sehingga terjadi pertumpahan darah.
Marah yang tidak dapat dikawal juga dapat membentuk perasaan dendam, benci dan dengki sehingga mendorongnya untuk melakukan pembalasan terhadap orang yang dimarahinya. Allah juga memuji mereka yang dapat mengendalikan perasaan marah melalui firman-Nya dalam surah Ali-Imran: 133-134)
Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Golongan I’tidal
Yaitu golongan yang bersikap sederhana di antara tafrith dan ifrath. Mereka tidak menghilangkan sikap marah secara total tetapi hanya akan marah dalam situasi yang bersesuaian. Akal juga masih menguasai dirinya dan mereka sentiasa mengikuti batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh syara’. Kemarahan yang tergolong dalam kategori terpuji adalah kemarahan yang timbul hanya kerana menurut perintah Allah dan untuk membela agama Islam serta umatnya. Oleh itu hendaklah kemarahan yang ada dalam jiwa seorang muslim itu bertindak untuk menolak gangguan orang lain terhadap kehormatan dirinya, keluarganya serta umat Islam keseluruhannya dan menghukum mereka yang ingkar kepada perintah Allah. Di antara sifat Rasulullah SAW. ialah Baginda tidak menunjukkan kemarahan dan melakukan pembalasan hanya kerana kepentingan peribadinya. Segala kemarahannya adalah kerana mempertahankan hukum-hukum Allah.
3.    Keutamaan Menahan Marah
Tidak semua kemarahan itu adalah jelek akan tetapi ada kemarahan yang memang diharuskan seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Diantara kemarahan yang diperbolehkan yaitu manakala sudah menyangkut terusiknya kebenaran keyakinan kita. Terlepas dari berbagai definisi maupun pendapat yang ada, penulis berpendapat bahwa walaupun kemarahan itu ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak, akan tetapi secara umum sesungguhnya marah itu mempunyai konotasi yang negatif. Oleh karena itu tentu ada keutamaan tersendiri bagi orang yang bisa menahan marahnya terutama marah yang memang tidak dianjurkan dalam agama.
Memang sulit menahan marah, marah termasuk bagian dari sifat kemakhlukan seseorang yang punya bisikan dan hawa nafsu duniawiyah. Banyak orang yang hebat bisa menaklukkan musuhnya, atau mungkin menaklukkan laki-laki dengan kecantikannya atau sebaliknya, menaklukkan orang lain dengan hartanya akan tetapi menaklukkan amarahnya tidak berhasil. Karena seidentik dengan keinginan yang manusiawi, semacam power dari dalam, sehingga menahan amarah adalah sesuatu yang sulit.
Dalam sebuah sabdanya Rasulullah SAW mengatakan “Sesungguhnya barang siapa yang dikaruniai untuknya dari watak lemah lembut (tidak pemarah), maka ia sama dengan telah dikaruniai bagian dari kebajikan dunia dan akhirat. Dan barang siapa diharamkan baginya watak lemah lembut (ahli pemarah), maka iapun diharamkan bagiannya dari kebaikan dunia dan akhirat”. Dalam berbagi tulisan lain juga menyebutkan bahwa marah bisa menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, oleh karenanya dengan menahan marah berarti kita telah menjaga diri dari potensi terkenanya penyakit-penyakit tersebut.
4.    Langkah Terapi Menahan Marah
Marah memang tidak semuanya buruk akan tetapi secara umum bahwa sifat ini adalah sifat yang negatif . Oleh karena itu sifat marah yang destruktif mestinya harus dihilangkan diantaranya yaitu dengan terapi yang diajarkan Rasulullah;  
1.    Mengucapkan Taawudz
الشيطان الرجيم  أعوذبالله من
(Aku berlindung kepada Allah daripada syaitan yang terkutuk). 
Ini adalah kerana perasaan marah itu timbul dari hasutan syaitan.
2.    Diam atau tidak berbicara.
3.    Jika semasa timbul perasaan marah itu seseorang itu sedang berdiri maka hendaklah dia duduk. Jika tidak reda juga maka hendaklah dia berbaring.
4.    Berwudulu kerana air wuduk itu dapat menenangkan jiwa yang sedang marah
Untuk mengobati sifat pemarah seseorang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu;
1.    Terapi Ilmu
Ilmu termasuk cara mengenal proses marah merupakan alat terapi yang sangat efektif. Orang yang memiliki pengetahuan tinggi maka cenderung mereka akan lebih memahami bagaimana mereka harus memposisikan diri. Maka dari itu ilmu merupakan hal penting bagi seseorang sehingga ia mampu untuk mengelola emosi kemarahannya. Allah menjelaskan dalam Al quran bahwa orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya termasuk ia tidak akan terndahkan martabatkan karena sifat pemarahnya.
2.     Terapi Amaliah
Terapi marah dengan amaliah tentu harus berkeyakinan bahwa marah sesungguhnya marah bukan perbuatan yang diinginkan. Ia berbuat demikian karena jauh diluar kesadarannya sampai menghilangkan kemakhlukan, sungguh perbuatan itu samadengan mengundang kemarahan Allah. Ini disebabkan ketidaksadaran tersebut disetir oleh syaitan. Dalam keadaan seperti ini Rasulallah menganjurkan untuk minta perlindungan kepada Allah dengan mengucapkan ta’awudz.
B.   MARAH DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI KONTEMPORER
a.    Pengertian Marah
Marah adalah jenis emosi yang dialami oleh seseorang. Marah itu berbeda-beda menurut bentuk ekspresinya pada setiap individu dan juga dari faktor umur. Pada anak-anak, ledakan kemarahan dipergunakan untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. Kalau anak tidak diberitahu atau dibantu dalam mengontrol emosinya, mungkin dia akan tetap meneruskan teknik tersebut selama hidupnya, jika tidak diperbaiki sejak awal, nantinya akan sulit diperbaiki.
Chaplin (1998) dalam dictionary of psychology, bahwa marah adalah reaksi emosional akut yang timbul kareana sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancman, agresi lahiriyah, pengekangandiri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustasi dan dicirikan kuat oleh reaksi pada sistem otomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik, dan secara emplisit disebabkan oleh reaksi seragam, baik baik yang bersifat somatis atau jasmaniyah maupun yang verbal atau lisan.[6]
Terkadang marah bermanfaat, karena kemarahan dapat digunakan sebagai serangan balik dalam usaha mengatasi rasa takut. Dengan menggunakan kemarahannya seseorang dapat dikejutkan dan dibangkitkan dari kelesuan atau kemalasannya.
Kontrol atas kemarahannya dilakukan dengan cara mengalihkan stimulus sumber kemarahan. Jadi seandainya ingin mengatasi kemarahan, harus dapat mengalihkan perhatian yang diarahkan kepada stimulus yang sangat berbeda dari stimulus yang akan menimbulkan emosi.
b.    Bentuk-bentuk Kemarahan
Ada lima bentuk kemarahan yang lazim kita kenal, bentuk-bentuk kemarahan itu yaitu:
1.    Kesal atau mengkal
Kesal dan mengkal adalah efek dari rasa kekecewaan karena terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan manusia, yang kebetulan pada saat itu perasaan manusia sedang tidak stabil, sehingga dia tidak sanggup menerima kekecewaan itu. Kesal dan mangkel hanya dirasakan oleh orang yang sedang mengalaminya, karena gejolak ini hanya berada dalam hati manusia.
2.    Menumpahkan kata-kata yang tidak baik
Marah dalam bentuk ini sedikit bisa mengurangi mangkel dan kesal, namun sangat berbahaya bagi orang yang mendengar atau orang yang sedang dimarahi.
3.    Diam dan bermuka masam
Diam dan bermuka masam adalah fenomena marah yang berasal dari hati yang kesal dan dongkol terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Ini adalah bagian dari pengendalian marah yang tidak berkata-kata buruk dan tidak memukul, tapi cara sepeerti ini juga belum termasuk cara pengendalian marah yang baik, karena diam seribu bahasa dan bermuka masam masih masuk ke dalam kategori marah
Memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa
Sebagian orang membela diri dan mengatakan, bahwa memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa adalah perilaku yang tidak termasuk ke dalam kategori marah. Bagaimanapun alasan ini, sikap dan perilakunya yang memalingkan pandangan dan tidak bertegur sapa adalah fenomena ketidakpuasan terhadap seseorang. Dan ini masih termasuk salah satu cara orang melampiaskan kemarahannya.
4.    Memukul atau menghancurkan
Marah dengan memukul dan menghancurkan adalah tingkat kemarahan yang paling berbahaya, pada level ini orang yang marah kadang tidak sadar dia melakukan pembunuhan atau membakar rumah, bunh diri dan lain-lain. Ini adalah tingkat kemarahan yang sangat fatal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka seseorang mempunyai banyak cara untuk melampiaskan kemarahannya. Akan tetapi seperti apapun bentuknya pelampiasan marah akan tetap merugikan diri sendiri dan orang lain, maka dari itu kita harus bisa untuk mengendaliaknnya.
c.    Memahami Pemicu Kemarahan
Ada banyak hal yang bisa memicu munculnya marah. Mulai dari merasa tertekan, terhina, terhambat, dibatasi, dicegah, frustrasi, diperlakukan berbeda, sampai adanya penyimpangan norma. Anda mungkin marah jika dihina, dimaki dan disepelekan. Misalnya Anda dimaki tidak becus, pecundang, goblok, dan lainnya. Anda mungkin marah jika keinginan Anda tidak tercapai. Misalnya Anda ingin kenaikan gaji tapi tidak dikabulkan. Anda mungkin marah jika Anda dicegah melakukan sesuatu yang Anda inginkan.  Misalnya, Anda dilarang bepergian. Anda mungkin marah jika orang lain tidak melakukan yang Anda inginkan. Misalnya pasangan Anda tidak membersihkan rumah, selingkuh, dan mabuk. Anda mungkin marah jika sesuatu tidak terjadi seperti yang Anda inginkan. Misalnya Anda berharap kereta segera datang, tapi malah datang terlambat. Anda mungkin marah mengetahui bahwa teman Anda melakukan aborsi, padahal tindakan itu tidak merugikan Anda. Anda marah karena tindakan aborsi dianggap keliru dan menyimpang dari norma.
Marah meskipun bernilai negatif tetapi tetap ada. Mengapa? Karena sebenarnya marah juga berguna. Marah memiliki beberapa hal yang menguntungkan bagi manusia. Pertama, marah meningkatkan energi atau intensitas dalam mencapai tujuan. Keterbangkitan marah membuat seseorang akan lebih bertenaga dan lebih fokus, plus lebih semangat mengejar tujuan. Misalnya Anda marah karena dihina goblok, maka kemarahan Anda membuat Anda lebih bersemangat dan lebih keras belajar. Lalu misalnya nilai moral Anda terancam dengan berdirinya rumah judi dan rumah bordil besar-besaran, maka lalu Anda akan jauh lebih bertenaga dalam menentangnya.
d.   Meredakan Gejolak Kemarahan
Cara untuk mengelola gejolak kemarahan diantaranya dengan metode pernafasan diafragmatis, pengaruh pernafasan dalam menurunkan gejolak kemarahan yaitu;[7]
1.    Ketika otak anda mendengar percakapan diri dan mencium ancaman, bahan kimiawi strees dilepaskan dan tingkat pernafasan anda meningkat. Ini karena otak anda memberi sinyal keparu-paru dan diafragmauntuk mengirim oksigen lebih banyak lagi keotot-otot dan keotak anda sehingga anda bisa bertarung atau mundur.
2.    Meskipun pernafasan itu bersifat tidak sengaja dan dikontrol oleh bagian dari belakang otak anda cobalah tidak bernafas dan apa akibatnya. Pernafasan juga dibawah kontrol yang sengaja, tidak seperti jantung, pembuluh darah dan sistem gastrointestinal anda. Dengan mencoba melambatkan tingkat penafasan dan merangsang pernafasan seperti saat anda tidur nyenyak, anda memberi sinyal keotak anda untuk mengajak sistem fisiologis anda menyelaras diri dengan pola pernafasan anda yang rileks.
3.    Pernafasan semacam ini melibatkan pengenduran otot-otot perut sehingga paru-paru anda bebas untuk mencapai lebar yang sempurna kedalam rongga perut. Dengan demikian nd bisa bernafas dalam-dalam. Anda bernafas seperti seorang penyanyi opera, dalam dan dari diafragma, karena itu disebut pernafasan diafragmatis. Segera anda dapat merasakan peredaran gejolak bertarung atau mundur sehingga intensitas berkembangnya kemarahan menjadi berkurang.
Banyak hal yang mempengaruhi kemarahan seseorang, maka dari itu cara efektif untuk mempermudah dalam meredakan kemarahan, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi penyebab kemarahan tersebut. Setelah diketahui penyebabnya, akan lebih mudah mencegah dan memperkecil sebab-sebab yang menimbulkan kemarahan.
C.    ANALISIS MASALAH
Dari pemaparan pada bagian sebelumnya maka ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi. Baik itu tentang definisi marah, pembagian maupun tentang persepsi penyebab adanya kemarahan tersebut. Penulis melihat bahwa islam mengelompokkan marah sebagai suatu sifat yang memiliki dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif kemarahan merupakan suatu sifat yang mutlak harus dimiliki oleh seseorang. Marah yang seperti ini yaitu marah manakala agama dan harga diri seseorang terhinakan. Dalam keadaan seperti ini seorang tidak boleh diam serta pasrah akan tetapi wajib untuk menunjukkan sifat marahnya sebagai suatu pembelaan terhadap hargadirinya maupun martabat agamanya.
Disisi lain islam memandang bahwa marah merupakan pekerjaan syaitan yang menghendaki kehancuran manusia. Marah yang demikian adalah marah yang negatif. Biasanya marah yang dipengaruhi oleh perbuatan syaitan cenderung menimbulkan kemudlaratan oleh karenya marah yang semacam ini marah yang harus dikendalikan. Islam sangat melarang marah yang disebabkan adanya dorongan hawa nafsu. Pernah sutu saat shahabat Ali b in Abi Thalib akan memenggal kepala seorang musuhnya karena ia telah meludahinya, akhinya tidak jadi kemudian ditanyakan kepadanya kenapa tidak jadi membunuh, ia mengatakan bahwa ia tidak akan membunuh karena marah.
Marah dilihat dari sudut pandang psikologi marah sebagai suatu reaksi emosional akibat ada stimulus yang tidak sesuai dengan keinginannya. Tidak ada perbedaan yang siknifikan antara sudut pandang psikologi dan islam mengenai marah, hanya saja islam melihat lebih luas bahwa ada faktor ghaib yang juga mempengaruhi kemarahan seseorang. Dalam psikologi juga melihat bahwa kemarahan tidak selamanya negatif tapi juga bisa bermanfaat. Seperti kemarahan akibat ejekan yang akhirnya menyebabkan seseorang termotivasi untuk berusaha secara maksimal, merupakan kemarahan yang positif.
 Terapi untuk mengendalikan kemarahan antara islam dan spikologi kontemporer mempunyai cara yang berbeda. Dalam islam cara untuk mengendalikan kemarahan telah termuat dalam Al quran dan Hadits. Cara-cara terapi yang ditawarkan merupakan cara yang bisa diuji secara ilmiah. Sedangkan psikologi kontemporer menawarkan sistem terapi dalam konteks ruang lingkup menormalkan keadaan psikologis seseorang. Mengenai tekniknya bisa dengan sistem pernafasan diafragmatis seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Karena pada dasarnya marah merupakan refleksi adanya gangguan psikologis pada seseorang dalam hal ini marah yang bisa menimbulkan destruktif.
Secara keseluruhan kita sebagai seorang manusia yang mempunyai norma dan adab harus bisa mengelola emosi kemarahan yang mempunyai dua sisi yaitu baik dan buruk. Sehingga mampu menjadikan potensi marah yang negatif menjadi sutu motivasi untuk mengoptimalisasikan kemampuan diri.
BAB III
 PENUTUP
Apakah yang dapat kita simpulkan tentang sifat marah ini? Sekiranya sifat marah itu hilang sama sekali dalam jiwa seseorang maka ia termasuk dalam perbuatan yang tercela dan menunjukkan ciri-ciri seorang insan yang lemah pegangan agamanya, penakut, lemah imannya dan kurang cintanya terhadap agama Allah. Begitu juga sifat marah yang berlebih-lebihan tanpa batasan ia juga mengundang bahaya serta boleh menimbulkan suasana yang kacau-bilau. Oleh itu, sekalipun sifat marah itu perlu ada pada diri seseorang tetapi ia sentiasa diarahkan kepada perkara yang kena pada tempatnya. Dikawal oleh akal yang bijaksana dan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh syarak. Inilah sikap pertengahan yang adil lagi terpuji malah ia merupakan ciri-ciri umat Nabi Muhammad SAW. yaitu umat yang bersikap penuh kesederhanaan dalam semua perkara. Firman Allah: QS Al-Baqarah: 143
Artinya: Dan demikianlah (sebagaimana Kami telah memimpin kamu ke jalan yang lurus), Kami jadikan kamu (wahai umat Muhammad) satu umat yang pilihan lagi adil (pertengahan), supaya kamu layak menjadi orang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah) dan Rasulullah (Muhammad) pula akan menjadi orang yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu. (Al-Baqarah: 143)
Dari penjelasan tersebut tampak bahwa potensi baik pada diri manusia sangatlah besar sehingga dengan demikian mestinya manusia harus mampu mengelola setiap kekurangan shingga bisa memberi manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
  
DAFTAR PUSTAKA
Fatihuddin Abul Yasin, Terapi Rohani Pebngobatan Penyakit Hati, Terbit Terang, surabaya, 2002
Robert Nay, Mengelola Kemarahan, PT SUN, Jakarta, 1996
Musfir bin Said Az zahrani, Konseling Terapi, Gema Insani, Jakarta, 2005
Paul Hauck, Tenangkan Diri, Arcan, Jakarta, 1993
Irawati Istadi, Ayo Marah, Pustaka Inti, Bekasi, 2010
Imam Al Bukhari, Shoheh Bukhari
-----------------,Al quran dan Terjemahnya, Diponegoro, Bandung


[1] HR. Bukhari no 6116
[2] Fatihuddin Abdul Yasin, Terapi Rohani Pengobatan Penyakit Hati, hal 173
[3] Musfir bin Said Az zahrani, Konseling Terapi, hal 188
[4] Al quran dan terjemahannya, Al hikmah, CV Diponegoro, Semarang
[5] http://anishumairacute.blogspot.com/2009/07/marah-dalam-islam.html, Diakses tanggal 14 mei 2012 jam 16.30 WIB
[6] http://budilisnt.wordpress.com, diakses tanggal 15 mei 2012 pukul 13. 30 WIB
[7] Robert Nay, Mengelola Kemarahan, hal 156

Pemarah sifat tercela dalam islam

by Sifat pemarah adalah merupakan satu sifat yang sangat dikeji oleh Islam. Ianya berlaku mungkin disebabkan beberapa faktor, seperti iri hati, dendam dan merasa senang orang yang dimarahi itu tertunduk dan menerima aibnya. Marah juga timbul kerana takabur, sombong dan tidak boleh menerima kenyataan. Secara halusnya bolehlah dikatakan pemarah adalah salah satu sifat yang dinyalakan bahangnya oleh iblis laknatullah. Selalunya orang yang dimarahi itu akan menerima keaiban dan ada kalanya tidak diberi ruang untuk menyatakan kebenaran dan hakikat yang sebenarnya.
Oleh itulah, menahan perasaan marah adalah satu perkara yang amat disanjung oleh Allah SWT. Allah SWT telah berfirman, maksudnya,“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari-Mu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang–orang yang bertaqwa. Ia itu orang–orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang–orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah SWT  amat menyukai orang–orang yang berbuat kebaikan ”. Ali Imran ayat 133-134
Jelasnya, ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa di antara manusia yang bakal menghuni syurga ialah mereka yang dapat mengawal dan menahan kemarahan. Sebab itulah, para ulama telah menyatakan bahawa mahkota seorang lelaki terletak kepada sifat sabar. Maknanya kalau seseorang lelaki itu hilang sifat sabar, lalu melenting dan menghina seorang lain, hilanglah maruahnya sebagai seorang lalaki. Sifat pemarah juga boleh memperbanyakkan permusuhan dan menghalang keruntuhan serta perpaduan masyarakat.
Oleh sebab yang demikian, apabila timbul perasaan marah, segeralah berwuduk dan bersembahyang sunat 2 rakat, mohon pertunjuk dan pimpinan Allah SWT agar diredakan marah tersebut. Dalam hal ini, Rasulullah SAW telah bersabda, maksudnya, “Barangsiapa yang dapat menahan marah ketika ia boleh meneruskannya, niscaya ditetapkan oleh Allah SWT hatinya pada hari kiamat dengan sentosa dan aman serta penuh keimanan”.

MENGAPA ORANG-ORANG BEGITU PEMARAH?



3 - Amarah yang Bermasalah 
4 - Mengapa Amarah Begitu Marak ?
7 - Mengendalikan Amarah


 ------------
Amarah yang Bermasalah
"Kemarahan merupakan bagian dari karakter emosi kita. Jadi, kadang-kadang kemarahan yang diungkapkan secara terkendali mungkin patut. Namun, artikel ini mengulas kemarahan yang tidak sehat, yang bisa membahayakan kita dan orang lain secara emosi, jasmani, dan rohani."

Seorang pria yang memesan roti lapis di sebuah restoran cepat saji menjadi naik darah ketika ia merasa pelayanannya lama sekali. Ia memasuki restoran itu, membentak-bentak seorang karyawan, mendorongnya ke sebuah meja, lalu menamparnya. Pria pemarah itu menyambar roti lapisnya dan berjalan ke luar.

KITA semua bisa marah sewaktu-waktu. Lagi pula, kemarahan adalah bagian yang tak terpisahkan dari karakter emosi kita, sama seperti kasih, angan-angan, keresahan, kesedihan, dan rasa takut. Kemarahan yang terkendali dapat diungkapkan dengan cara yang patut dan dapat berfaedah. Misalnya, kemarahan bisa bermanfaat jika itu membuat seseorang semakin bertekad untuk mengatasi suatu kendala atau problem.

Sebagaimana ditunjukkan oleh kisah di atas, kemarahan juga punya sisi gelap. Ada orang yang amarahnya lebih cepat timbul, lebih sering, dan lebih sengit daripada orang lain. Saat terpancing, mereka mungkin melampiaskan kemarahan dengan menyerang secara lisan atau fisik. Mereka pada dasarnya dikendalikan oleh kemarahan mereka, padahal justru harus sebaliknya. Kemarahan yang lepas kendali seperti itu berbahaya, sehingga kadang-kadang disebut sebagai ”kemarahan yang bermasalah”. #



Orang-orang yang mengalami problem kemarahan tidak hanya menyusahkan diri sendiri, tetapi juga semua orang di sekitar mereka. Bagi orang yang menghadapi masalah tersebut, bahkan hal-hal yang tampaknya sepele bisa membuatnya gelap mata dan menimbulkan konsekuensi tragis.
Perhatikan contoh-contoh berikut:

- Seorang pria yang sedang berjalan dengan teman-temannya ditembak di leher gara-gara tas olahraga salah seorang temannya menyenggol pria lain di sebuah jalan yang ramai.

- Seorang laki-laki, 19 tahun, memukuli bayi tunangannya yang berumur 11 bulan hingga tewas. Pria itu sedang bermain sebuah video game kekerasan dan naik pitam gara-gara si bayi menyentuh panel pengendali game sehingga ia kalah dalam game itu.

Berita-berita serupa dari seluruh dunia menunjukkan bahwa semakin banyak orang mengalami problem kemarahan. Mengapa demikian?



#  Brosur Boiling Point—Problem Anger and What We Can Do About It menggambarkan ”kemarahan yang bermasalah” sebagai ”cara apa pun yang tidak normal dalam menyatakan dan menangani kemarahan sehingga terus menyebabkan kesulitan besar dalam kehidupan seseorang, termasuk dalam cara berpikir, perasaan, perilaku dan hubungan mereka”.

------


- Mengapa Amarah Begitu Marak?
PENYEBAB kemarahan itu kompleks. Bahkan para ilmuwan mengaku tidak tahu banyak soal kemarahan. Namun, para pakar kesehatan mental umumnya sepakat bahwa kita semua bereaksi terhadap ”pemicu kemarahan” tertentu.

Pemicu kemarahan bisa berupa hal yang menjengkelkan atau mengesalkan seseorang. Ketidakadilan atau kesenjangan juga bisa membuat kita marah. Amarah bisa timbul sewaktu kita tersinggung, misalnya karena dihina atau direndahkan. Kemarahan kita pun bisa tercetus ketika kita merasa wewenang dan reputasi kita terancam.

Tentu saja, ”pemicu kemarahan” setiap orang berbeda-beda, bergantung usia, gender, bahkan kebudayaan seseorang. Selain itu, reaksi terhadap pemicu tersebut pun tidak sama. Ada orang yang jarang marah dan tidak gampang tersinggung, sedangkan yang lain mudah terpancing dan mungkin memendam kemarahan hingga berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih.


Di sekitar kita, ada banyak hal yang bisa membuat kita marah. Ditambah lagi, orang semakin mudah meledak terhadap berbagai pemicu ini. Mengapa? Salah satunya karena adanya semangat aku-dulu yang egoistis di zaman kita ini. Alkitab menjelaskan, ”Pada hari-hari terakhir . . . orang-orang akan menjadi pencinta diri sendiri, pencinta uang, congkak, angkuh, . . . keras kepala, besar kepala karena sombong.” (2 Timotius 3: 1-5) Bukankah uraian tersebut cocok sekali dengan sikap banyak orang dewasa ini?

Ya, sewaktu orang-orang yang mementingkan diri tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, amarah sering kali timbul. Selain itu, ada sejumlah alasan lain mengapa kemarahan kian berkembang menjadi problem. Perhatikan beberapa di antaranya.



Contoh Orang Tua
Perkembangan kepribadian seseorang semasa kanak-kanak dan remaja sangat dipengaruhi oleh orang tua. Psikolog Harry L. Mills menjelaskan, ”Sejak usia yang sangat dini, orang-orang belajar mengekspresikan kemarahan dengan mencontoh pola perilaku amarah yang mereka lihat di sekeliling mereka.”

Bila seorang anak dibesarkan di lingkungan yang penuh kemurkaan, di mana kemarahan berkobar karena hal-hal sepele, si anak boleh dibilang sedang dilatih untuk menanggapi problem kehidupan dengan kemarahan. Itu ibarat tanaman yang terus disirami air yang tercemar. Tanaman itu mungkin tumbuh, tetapi perkembangannya bisa jadi terhambat, dan barangkali menjadi abnormal secara permanen. Nah, kemarahan ibarat air yang tercemar itu, dan anak-anak yang terus-menerus menenggaknya lebih cenderung mengalami problem kemarahan saat dewasa.



Kota-Kota yang Padat
Pada tahun 1800, sekitar 3 persen populasi dunia tinggal di daerah perkotaan. Pada 2008, angka tersebut naik menjadi 50 persen, dan pada 2050, diperkirakan akan mencapai 70 persen. Seraya kian banyak orang berduyun-duyun ke kota- kota yang sudah padat, tingkat kemarahan dan frustrasi pun cenderung meningkat. Contohnya, Mexico City, salah satu kota terbesar dan terpa- dat di dunia. Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu penyebab utama keresahan. Dengan penduduk sekitar 18 juta orang dan enam juta mobil, Mexico City ”boleh jadi merupakan ibu kota yang paling bikin stres”, lapor seorang wartawan. ”Kemacetannya parah, membuat orang cepat naik darah.”

Penyebab stres lainnya di kota-kota yang padat mencakup polusi udara dan suara, hunian yang tidak memadai, konflik budaya, dan tingkat kejahatan yang tinggi. Seiring meningkatnya penyebab stres, orang-orang pun cenderung menjadi kesal, marah, dan lebih mudah kehilangan kesabaran.


Kesulitan Ekonomi
Hancurnya perekonomian dunia telah menyulut stres dan keresahan di mana-mana. Laporan gabungan 2010 oleh Dana Moneter Internasional dan Organisasi Buruh Internasional PBB (ILO) menyatakan, ”Lebih dari 210 juta orang di seluruh dunia diperkirakan akan menganggur.” Sayangnya, kebanyakan orang yang di-PHK tidak memiliki jaring pengaman ekonomi apa pun.

Mereka yang bekerja pun setali tiga uang. Menurut ILO, stres karena pekerjaan merupakan ”epidemi global”. ”Orang-orang takut kehilangan pekerjaan dan langsung membayangkan yang buruk-buruk,” ujar Lorne Curtis, seorang konsultan manajemen di Ontario, Kanada, yang menambahkan bahwa akibatnya ”mereka menjadi tegang dan lebih cenderung cekcok dengan atasan mereka atau karyawan lainnya”.


Prasangka dan Ketidakadilan
Bayangkan bagaimana perasaan Anda seandainya Anda mengikuti lomba lari dan hanya Andalah yang diwajibkan untuk lari dengan kedua kaki dirantai. Itulah yang dirasakan jutaan orang sewaktu mereka menghadapi prasangka ras atau prasangka lainnya. Orang-orang menjadi marah sewaktu mereka menghadapi penghalang yang membatasi mereka untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya.

Bentuk ketidakadilan lainnya juga bisa meremukkan semangat seseorang dan menimbulkan kepedihan emosi yang hebat. Ya, kebanyakan dari kita pernah merasakan sakitnya diperlakukan dengan tidak adil. Lebih dari tiga ribu tahun silam, Raja Salomo yang bijak menyatakan, ”Lihat! air mata dari orang-orang yang tertindas, tetapi mereka tidak mempunyai penghibur.” (Pengkhotbah 4:1) Kala ketidakadilan merajalela, tanpa ada yang menghibur, amarah bisa gampang meluap dari hati seseorang.




Industri Hiburan
Lebih dari seribu penelitian telah diadakan untuk mencari tahu dampak kekerasan di televisi dan media lainnya atas anak-anak. James P. Steyer, pendiri sebuah LSM penyedia informasi tentang media yang sehat, mengatakan, ”Generasi yang terus-menerus terpapar kekerasan yang ekstrem dan gamblang lebih rentan terhadap sikap garang, lebih gampang menjadi brutal, dan kurang beriba hati.”

Memang, tidak semua anak muda yang sering menonton aksi kekerasan di televisi bertumbuh menjadi penjahat yang keji. Namun, media hiburan kerap melukiskan amarah yang penuh kekerasan sebagai cara yang berterima untuk mengatasi kesukaran, dan lahirlah generasi baru yang telah mati rasa terhadap kekerasan.


Pengaruh Roh-Roh Fasik
Alkitab menyingkapkan bahwa ada suatu kekuatan yang tidak kelihatan di balik banyaknya amarah yang merusak di bumi dewasa ini. Bagaimana mungkin? Di awal sejarah manusia, ada suatu makhluk roh pemberontak yang menentang Allah Yang Mahakuasa. Roh fasik ini dijuluki Setan, yang dalam bahasa Ibrani berarti ”Penentang” atau ”Musuh”. (Kejadian 3:1-13) Belakangan, Setan menghasut malaikat-malaikat lain untuk ikut memberontak bersamanya.

Para malaikat yang tidak setia itu, yang dikenal sebagai hantu-hantu atau roh-roh fasik, kini dibatasi ruang geraknya di sekitar bumi. (Penyingkapan [Wahyu] 12:9, 10, 12) Lagi pula, mereka memiliki ”kemarahan yang besar” karena mengetahui bahwa waktu mereka tinggal sedikit. Jadi, meski kita tidak dapat melihat roh-roh fasik tersebut, kita merasakan dampak kegiatan mereka. Bagaimana?

Setan dan gerombolan hantunya memanfaatkan kecenderungan kita yang berdosa dengan menggoda kita untuk terlibat dalam ”permusuhan, percekcokan, kecemburuan, ledakan kemarahan, pertengkaran, perpecahan, . . . kedengkian, . . . dan hal-hal seperti ini semua”.—Galatia 5:19-21.


Lawanlah Dorongan Itu
Ya, jika kita mempertimbangkan semua problem, tekanan, dan keresahan ini, kita akan memahami mengapa orang-orang menjadi frustrasi saat mereka berusaha menangani tanggung jawab mereka sehari-hari.
Dorongan untuk marah dan mengamuk bisa sangat sulit dibendung! Artikel berikut akan menunjukkan kepada kita caranya mengendalikan amarah.

---------------------------------------

-  Mengendalikan Amarah
LEBIH dari 2.000 ribu tahun yang lalu, filsuf Yunani Aristoteles menggunakan istilah ”katarsis” untuk menjelaskan ”pembersihan”, atau pelepasan ketegangan emosi akibat menyaksikan sandiwara atau drama yang tragis. Idenya adalah bahwa setelah ketegangan dilepaskan, akan timbul perasaan segar secara psikologis.

Di awal abad yang lalu, neurolog Austria Sigmund Freud mendukung pandangan itu. Ia menyatakan bahwa jika orang memendam atau menahan emosi-emosi negatif, kelak itu akan muncul kembali sebagai gangguan psikologis, seperti histeria. Maka, Freud menegaskan bahwa kemarahan harus dikeluarkan, bukannya ditahan-tahan.

Belakangan, para periset, yang menguji teori katarsis selama 1970-an dan 1980-an, menemukan sedikit atau tidak ada bukti atas kebenaran teori itu. Temuan ini mendorong psikolog Carol Tavris untuk menulis, ”Inilah saatnya untuk menembakkan satu peluru saja ke jantung teori katarsis. Tidak pernah ada bukti berdasarkan riset bahwa menggunakan kekerasan (atau ’melampiaskannya’) bisa menyingkirkan perasaan dongkol.”

Psikolog lainnya, Gary Hankins, mengatakan, ”Riset menunjukkan bahwa ’menumpahkan’ segala amarah Anda dengan cara katarsis acap kali membuat rasa geram Anda malah bertambah, bukannya berkurang.” Memang, para pakar kesehatan mental mungkin takkan pernah sepakat soal katarsis. Akan tetapi, banyak orang telah memetik manfaat dari suatu sumber hikmat, yaitu Alkitab.



”Jauhilah Kemarahan”
 Konsep tentang mengendalikan kemarahan diungkapkan dengan indah oleh Daud, sang pe- mazmur Alkitab. Ia berkata, ”Jauhilah kemarahan dan tinggalkan kemurkaan; janganlah panas hati hanya untuk berbuat jahat.” (Mazmur 37:8)
Cara untuk menghindari perkataan atau perbuatan yang akan Anda sesali kemudian adalah dengan menahan diri untuk tidak ”panas hati” sejak awal. Tentu saja, melakukannya tidaklah semudah mengatakannya. Tetapi, itu tidak mustahil! Mari kita perhatikan tiga cara yang bisa membantu Anda mengendalikan kemarahan.


Meredakan Amarah
Untuk meredakan amarah, bersikaplah tenang dan relaks. Berupayalah untuk tidak melontarkan hal pertama yang tebersit di pikiran Anda. Jika Anda merasa terlalu berapi-api dan tidak bisa menahan emosi Anda, terapkanlah nasihat Alkitab ini, ”Awal pertengkaran adalah seperti orang yang membiarkan air keluar; maka pergilah sebelum perselisihan meledak.”—Amsal 17:14.

Itulah yang membantu seorang pria bernama Jack untuk menguasai temperamennya yang garang. Ayah Jack suka minum-minum dan pemberang. Jack pun bertumbuh menjadi orang yang beringas. Ia berkata, ”Kalau saya lagi marah, rasanya seperti terbakar api. Dan, saya biasa melampiaskannya melalui kata-kata dan pukulan.”

Tetapi, sikapnya mulai berubah sejak Jack belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Ia kemudian memahami bahwa dengan bantuan Allah, ia dapat berubah dan belajar untuk mengendalikan amarahnya. Ia pun berubah! Jack menuturkan bagaimana ia bereaksi ketika seorang rekan sekerja mendampratnya, ”Saya merasakan dorongan amarah yang berkobar. Saya langsung ingin mencengkeram dan membantingnya.”

Apa yang membantu Jack bisa tetap tenang? Ia menjelaskan, ”Saya ingat doa saya waktu itu, ’Ya, Yehuwa, bantu aku untuk tetap tenang!’ Kemudian, untuk pertama kalinya, saya merasa diliputi kedamaian, dan saya pun bisa pergi dari situ.” Jack terus belajar Alkitab. Ia banyak berdoa dan merenungkan ayat-ayat seperti Amsal 26:20, yang menyatakan, ”Apabila tidak ada kayu padamlah api, dan apabila tidak ada pemfitnah redalah pertengkaran.” Jack pun akhirnya bisa menguasai amarahnya.


Cobalah untuk Relaks
”Hati yang tenang adalah kehidupan bagi tubuh.” (Amsal 14:30) Dengan menerapkan kebenaran Alkitab yang mendasar ini, kesehatan emosi, jasmani, dan rohani seseorang bisa menjadi lebih baik. Mulailah dengan mempelajari metode relaksasi sederhana, yang bisa turut meredakan perasaan marah. Teknik-teknik berikut telah terbukti efektif dalam memerangi stres akibat kemarahan:

—  Menarik napas dalam-dalam adalah salah satu cara terbaik, juga tercepat, untuk meredakan panas hati Anda.
—  Sambil menarik napas dalam-dalam, ulangi kata-kata yang menenangkan Anda, misalnya ”rileks”, ”biarkan saja”, atau ”tenang”.
—  Sibukkan diri Anda dengan sesuatu yang Anda sukai—barangkali membaca, mendengarkan musik, berkebun, atau kegiatan lain yang bisa membuat Anda relaks.
—  Berolahragalah secara teratur dan milikilah pola makan yang sehat.


Sesuaikan Sudut Pandang Anda
Anda tidak mungkin bisa sepenuhnya menghindari orang-orang atau hal-hal yang bisa memicu kemarahan, tetapi Anda bisa belajar mengendalikan reaksi Anda terhadap itu semua. Artinya, Anda perlu mengubah cara berpikir Anda.

Orang-orang yang tuntutannya sangat tinggi cenderung memiliki problem kemarahan yang lebih besar. Mengapa? Karena bila seseorang atau sesuatu tidak memenuhi standar mereka yang tinggi, kekecewaan dan kemarahan pun gampang timbul. Untuk memerangi sikap perfeksionis itu, kita hendaknya ingat bahwa ”tidak ada yang benar, seorangpun tidak”. (Roma 3:10, Terjemahan Baru) Jadi, kita pasti akan merasa diri gagal jika menganggap diri kita atau orang lain bisa sempurna.

Sungguh bijaksana jika kita tidak menuntut terlalu banyak dari diri sendiri atau orang lain. Alkitab berkata, ”Kita semua sering kali tersandung. Jika seseorang tidak tersandung dalam perkataan, ia adalah manusia sempurna.” (Yakobus 3:2) Ya, ”tidak ada orang adil-benar di bumi yang terus berbuat baik dan tidak berbuat dosa”. (Pengkhotbah 7:20) Maka, jika kita tidak bisa menerima kekurangan—ingin semua sempurna—kehidupan kita akan penuh dengan frustrasi dan amarah.

Sebagai manusia yang tidak sempurna, sesekali kita pasti marah. Tetapi, cara kita mengungkapkan kemarahan adalah soal pilihan. Rasul Paulus memperingatkan rekan-rekan Kristennya, ”Jadilah murka, namun jangan berbuat dosa; jangan sampai matahari terbenam sewaktu kamu masih dalam keadaan terpancing untuk marah.” (Efesus 4:26) Ya, dengan mengendalikan amarah, kita dapat mengungkapkan perasaan dengan cara yang positif, cara yang bermanfaat bagi semua.

Wasiat Nabi: Jangan Marah, Cara Menghindari & Menahannya



Apa pandangan islam dari firman Allah dan hadits Nabi tentang marah, bagaimana cara menghindari, menahannya? Di bawah ini terdapat beberapa dalil firman Allah dan hadits Nabi yang menekankan begitu tidak perlunya sifat marah hingga diwasiatkan oleh nabi kepada kita "Jangan marah, jangan marah dan jangan marah".

Kemarahan atau sifat marah adalah merupakan sifat tercela. Marah menurut bahasa berasal dari bahasa arah dari kata "gadab" yang artinya marah. Pengertian marah berdasarkan istilah adalah sebagai berikut marah adalah sifat tercela yang dimiliki orang yang suka menyakiti orang lain, baik dengan perkataan maupun dengan tindakan dan perbuatannya.

Baik sifat marah, senang, tertawa, gembira, bisa saja timbul dan dialami oleh setiap orang, karena manusia itu makhluk sosial, yakni ditakdirkan untuk hidup bersama orang lain di masyarakat, dan di situlah terjadinya interaksisosial.

Dalam hubungan interaksi sosial kemasyarakatan antar orang yang satu dengan orang yang lain atau antara satu orang dengan kelompok masyarakat, dan antar kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lain, maka tak bisa dihindari apa yang disebut "kontak atau hubungan timbal-balik". Ada aksi, maka timbullah reaksi, itulah yang kita sebut interaksi sosial. Dalam kontak sesama manusia itulah bisa terjadi hal-hal yang menguntungkan dan diinginkan, atau sebaliknya malah merugikan kita. Hal-hal yang merugikan inilah yang bisa mengundang orang untuk menjadi marah, apakah kita atau orang lain yang marah.

Bagaimana sifat marah itu menurut pandangan agama Islam? 

Inilah yang perlu kita kaji bersama. Marah akan memadamkan akal-pikiran dan membuka lebar keluar masuknya serangan setan, padahal akal merupakan benteng terkuat dalam menghadapi perangkap was-was yang dipasang setan. Oleh karena itu, Rasulullah berpesan: "Sesungguhnya Allah suka pada pandangan yang kritis dalam memecahkan berbagai kesalahpahaman, dan akal yang sadar dalam mengatasi berbagai rintangan".

Di sisi lain dalam firman Allah swt melukiskan hambanya yang takwa dalam firmanNya, surat Asy-Syura (42) ayat 37: Artinya:.. Dan apabila mereka marah segera memberi maaf".

Rasulullah saw. juga menyampaikan dalam beberapa hadisnya tentang sifat marah, antara lain:
"Ada seorang lelaki meminta kepada Nabi saw. Katanya, "Wasiatkan kepada saya, ya Rasul Allah!". Baginda Nabi saw. menjawab, "Jangan marah!" Orang itu mengulangi permintaannya, dan Nabi saw. mengulangi pesannya, "Jangan marah!" (H.R. Bukhari).

"Tidak ada minuman yang lebih besar pahalanya di sisi Allah daripada seteguk kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba, karena mengharapkan rida-Nya" (HR. Ibnu Majah)."

"Siapa yang menolak marahnya, Allah akan menolak siksa-Nya dari orang itu dan orang yang memelihara lidahnya, Allah akan memelihara auratnya” (HR. At-Thabrani).

"Orang tidak dikatakan kuat karena kuat berkelahi, tetapi karena ia bisa menguasai marahnya".

Marah bisa terjadi karena keinginannya tidak tercapai. Misalnya seorang anak marah kepada orang tuanya, karena meminta dibelikan sesuatu, tetapi tidak dibelikan. Orang tua bisa marah kepada anaknya, karena tugas yang diberikan, tidak dilaksanakan sama sekali. Secara kejiwaan, orang yang suka marah biasanya cepat tersinggung jika disebut pemarah. Oleh karena itu, kita wajib mencegah diri dari sifat suka marah atau pemarah.

Marah itu jelas tidak boleh, tetapi memarahi yang mungkin diperbolehkan, itu pun jika terpenuhi unsur- unsurnya, seperti:
  • Ada yang memarahi.
  • Ada yang dimarahi
  • Ada alasan kuat untuk memarahi.
  • Ada tujuan yang baik atau untuk perbaikan.
  • Ada batas waktu dan tempat untuk memarahi.
Sifat marah itu dilarang, karena pemarah itu termasuk akhlak tercela. Apabila marah, maka tidak tahu siapa yang dihadapi, dan semua yang ada di situ merasa dimarahi semuanya, termasuk yang tidak bersalah. Tetapi kalau memarahi, maka sudah jelas siapa yang dimarahi, sedangkan orang lain merasa tidak menjadi sasaran dari marah itu. Jadi marah itu tidak boleh dalam Islam, namun memarahi dapat dibolehkan, jika tujuannya jelas untuk perbaikan terhadap orang atau sesuatu masalah.

Faktor-faktor yang dapat mengundang timbulnya rasa marah, antara lain sebagai berikut.
  • Tugas yang diberikan untuk diselesaikan, tetapi diabaikan.
  • Terjadi pelanggaran terhadap suatu perjanjian bersama.
  • Diberikan amanat, tetapi dikhianati.
  • Merasa dirinya disakiti, ditipu atau dihina dan dilecehkan oleh orang lain.
  • Merasa agamanya diinjak-injak, dihina dan dilecehkan oleh agama lain.
Sifat marah ini ada pada setiap orang, termasuk pada diri orang beriman, atau beragama Islam, baik dia itu kecil, remaja dan dewasa, laki-laki maupun perempuan. Maka yang penting di sini adalah bagimana sikap kita terhadap sifat marah itu sendiri.

Janganlah menuruti perasaan marah, sebab kalau dituruti, marah kecil akan menjadi marah besar. Sebaiknya marah itu kita hindari selagi marah itu kecil. Misalnya, jika ada orang menghina kita, hinaan itu tidak usah dihiraukan atau langsung dimaafkan saja.

Ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi saw. yang tersebut di atas dapat menjadi pedoman bagi kita dalam masalah ini. Kita ingat, ketika Nabi Muhammad saw. pernah dihina dan dicacimaki, bahkan dilempari dengan batu oleh penduduk Thaif, beliau tidak marah, dan bahkan beliau berdoa, "Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaum (yang menganiaya saya ini), karena sesungguhnya mereka belum mengerti".

Tnada-tanda Orang yang marah antara lain sebagai berikut :
  • Wajah dan matanya merah, serta seram dan menakutkan.
  • Giginya menggigit serta bibirya bergetar.
  • Mulutnya mengeluarkan kata-kata yang kotor, caci maki dan bernada tinggi.
  • Tangannya mengepal seakan siap untuk memukul orang atau barang yang ada di dekatnya.
  • Kakinya menendang apa dan siapa saja yang ada di dekatnya.
  • Biasa memukul badannya sendiri.
Hadits Nabi "Orang yang gagah adalah orang yang mengalahkan nafsunya di waktu marah"

Suatu hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Baihaqi, yang artinya: "Orang yang paling gagah perkasa di antara kamu ialah orang yang dapat mengalahkan nafsunya di waktu marah dan orang yang paling sabar di antara kamu ialah orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain, padahal ia kuasa untuk membalasnya".

Jika timbul perasaan marah, sebaiknya tidak perlu dituruti, sebab kalau dituruti akan mendatangkan kerugian. Kerugian akibat marah yang dituruti antara lain:
  • Timbul penyakit baru, dan jika penyakit lama kambuh kembali lebih membahayakan.
  • Dapat mencelakakan diri sendiri dan orang lain.
  • Dijauhi dan dibenci orang, keluarga atau teman-teman.
  • Timbul rasa tidak percaya diri.
Sifat marah dapat timbul pada siapa pun, serta kapan dan di mana saja bisa terjadi. Karena itu yang paling penting adalah bagaimana cara menghindarinya. Ada beberapa cara menghindari sifat marah, antara lain:
  • Lapang dada, luas pandangan, gunakan akal dan pikiran serta tidak emosional.
  • Apabila disakiti orang, lebih dahulu memaafkan saat peristiwa terjadi, buang rasa dendam.
  • Menghindari kontak fisik sementara dengan meninggalkan arena.
  • Jika berbuat salah, akuilah kesalahan dan meminta maaf, jangan ditunda-tunda. Marah itu perangkat setan.
  • Ketika timbul perasaan marah, hendaklah duduk sambil ingat Allah. Kalau duduk masih marah juga, hendaklah segera berwudu, karena dengan berwudu badan terasa segar. Kemarahan dipengaruhi setan dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan oleh air, maka setan dibasmikan oleh dinginnya air wudu. 

Isteri yang Pemarah


Muammar Husen – Rabu, 19 Jumadil Akhir 1428 H / 4 Juli 2007 08:55 WIB
Assalamualaikum wr, wb.
Saya sudah menikah selama 2 tahun. Isteri saya seorang yang pemarah. Salah sedikit saja pasti dia marah dan seringkali disertai dengan kekerasan seperti memukul, menendang, caci maki, dll. Kalau dia sedang marah, saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima perlakuan kasar darinya dan memohon-memohon maaf.
Karena jika saya tidak terima diperlakukan kasar, baik itu mencegahnya atau melawan balik, maka kemarahannya akan menjadi-menjadi dan kekerasan yang akan dilakukannya akan semakin besar. Oleh karena itu, selama 2 tahun ini saya hanya bisa pasrah dan berusaha agar tidak membuatnya marah.
Sulitnya, ada saja kesalahan yang menurut dia telah saya perbuat, padahal saya tidak sadar bahwa itu salah. Jika saya menasehatinya atau membahas mengenai perlakuan kasarnya itu, pasti kemarahannya akan meledak kembali.
Saya bingung harus berbuat apa. Jika saya diamkan, saya akan terus menderita begini. Jika saya berusaha menasehatinya, akan timbul pertengkaran. Sebenarnya saya sudah tidak tahan diperlakukan kasar setiap hari.
Saya mohon nasehatnya atas permasalahan yang saya hadapi ini. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kami.
Wassalamualaikum wr, wb.
Assalamualaikum wr. wb.
Seorang isteri yang pemarah dan sering beperilaku kasar kepada suami apalagi disertai pukulan dan caci maki memang perbuatan yang sangat tidak terpuji. Dari sisi hukum Islam: haram dan berdosa. Dari sisi etika: merendahkan martabat dirinya, orangtuanya dan suaminya.
Dari sisi psikologi: tindakan isteri anda membuktikan ketidakmampuannya mengendalikan jiwanya dan sekaligus menekan jiwa suami sekaligus menjatuhkan harga diri suami sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga. sedangkan dari sisi sosial: merusak keharmonisan hubungan suami isteri.
Menghadapi isteri anda yang pemarah, tampaknya anda cukup banyak bersabar dan lebih banyak mengalah. Meskipun menurut anda, anda sudah berusaha menasehati isteri namun justru membuat kemarahannya akan meledak kembali.
Sehingga anda berusaha untuk tidak membuatnya marah dan memilih untuk bersikap pasrah menghadapi sikap kasar isteri. Namun bagaimanapun juga saya mengerti bila anda mulai tidak tahan menghadapi sikap isteri yang demikian.
Memang menghadapi kekerasan dan sikap kasar isteri, yang terbaik adalah berusaha bersikap tenang dan tidak terpancing. Karena persoalan akan semakin runyam apabila suami membalasnya dengan kekerasan pula.
Dalam permasalahan ini, sebaiknya juga diingat sikap isteri yang demikian kasar pada anda pastilah ada penyebab yang melatarbelakanginya. Karena pastilah, tidak ada satupun perlakuan tertentu selain selalu ada hubungan sebab-akibat. Karena itu tidak ada salahnya anda melakukan introspeksi diri, siapa tahu sikap kasarnya merupakan akibat dari sesuatu hal yang mungkin pernah anda lakukan diluar kesadaran.
Sudah menjadi tugas anda sebagai suami untuk membimbing dan mendidik isteri yang menjadi amanah dan tanggung jawab anda. Lakukan lah dengan rasa cinta dan keinginan mulia untuk membangun keluarga yang tenang dan penuh kasih sayang dengan isti tercinta.
Untuk menasehati isteri, sebaiknya dilakukan saat kondisi emosi anda dan isteri tenang. Perhatikan juga waktu yang tepat. Jangan langsung membahas sikap kasarnya, sebaiknya terlebih dahulu mengajak isteri untuk saling introspeksi diri.
Saling mengingatkan tujuan dan komitmen awal pernikahan. Bila komunikasi dengan isteri, tidak menemui titik temu, sebaiknya anda menyertakan orang ketiga yang dihormati isteri, (misalnya orangtuanya atau ustadzah) untuk turut menasehatinya.
Ketegasan anda juga diperlukan untuk menjaga wibawa anda sebagai seorang suami dimata isteri. Hal ini mutlak diperlukan guna menegakkan fungsi qowwam (pemimpin, pengayom) dalam rumah tangga. Supaya isteri tidak dapat bertindak semena-mena tehadap suami.
Namun ketegasan di sini janganlah disalah artikan sebagai bertindak keras apalagi kasar. Ketegasan di sini adalah sikap yang tegas memberi sangsi dari yang paling ringan (memisahkan tidurnya) sampai paling berat (dan akhirnya menjatuhkan talak), apabila sikap isteri masih belum menunjukan perubahan.
Semoga apa yang saya sampaikan sedikit banyak menjadi pertimbangan bagi anda menyikapi permasalahan anda.
Wallahu’alam bishawab
Wassalamualaikum wr, wb.

Cara Dan Teknik Nabi Muhammad Mengawal Sifat Marah

marah-syaitan-api-533x400
Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi s.a.w. dengan maksud ingin meminta sesuatu  pada Baginda. Nabi s.a.w. memberinya, lalu bersabda, “Aku berbuat baik kepada mu.” Badwi itu berkata, “pemberianmu tidak baik padamu.” Para sahabat rasa tersingguing, lalu mengugutnya dengan marah, namun Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Jom Aktifkan MyKad Smart Shopper Anda Untuk dapatkan Mata Ganjaran !!
Kemudian Nabi s.a.w. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk diberikan kepada Badwi itu. Nabi bersabda pada Badwi itu, “Aku berbuat baik pada mu?” Badwi itu berkata, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan uan, keluarga dan kerabat.”
Keesokan harinmya, Rasulullah s.a.w. bersabda kepada para sahabatnya, “Nah, kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar itu engkaui dengar, kemudian engkau tidak bersabar dan engkau membunuhnya, maka ia pasti masuk neraka. Namun, kerana saya bimbing dengan baik, maka ia selamat.” Beberapa hari selepas itu, si Badwi bersedia untuk di beri perintah bagi melaksanakan tugas penting yang berat mana sekali pun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan redho.
Rasulullah s.a.w. memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak marah menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karekternya. Kalaupun saat itu dilakukan hukuman terhadap si Badwi itu , tentu hal itu bukan satu kezaliman, namun Rasulullah s.a.w. tidak berbuat demikian.
Baginda tetep sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah, Nabi Muhammad s.a.w. ingin menunjukkan pada kita bahawa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya dari pada harta benda yang bertimbun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang berlonggok yang di pakai untuk makanan unta yang ganas. Tentu saja, unta yang telah mendapatkan keperluannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan boleh di gunakan untuk menempuh perjalanan jauh.
Adakala, Rasulullah s.a.w. juga marah, Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun Baginda lakukan bukan kerana masaalah peribadi melainkan kerana kehormatan agama Allah.
Rasulullah bersabda:”Memaki hamun orang Mukmin adalah fasik(dosa) dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam).”(riwayat Bukhari).
Sabdanya lagi: “Bukanlah seorang Mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor.” (riwayat At Tarmizi)
Seorang yang mampu mengawal nafsu ketika marahnya memuncak, dan mampu menahan diri dikala mendapat ejekan maka orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya mahupun masyarakatnya.
Seorang Hakim yang tidak mampu menahan marahnya tidak akan mampu memutuskan perkara adil. Dan, sekiranya seorang pemimpin yang mudah terbakar nafsu marahnya tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justeru itu ia akan sentiasa memunculkan permusuhan di dalam masyarakatnya. Begitu pula dengan pasangan suami isteri yang tidak memilikki ketenangan jiwa. Ia akan tidak mampu melayarkan bahtera hidupnya kerana masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangan mereka.
Jom kita dengar bersama motivasi cara menanggani sifat marah..best sangat…dari dato’ Fadhilah Kamsah..selamat mendengar dan selamat beramal..
Menangani_Sifat_Marah_(Side_A)
Menangani_Sifat_Marah_(Side_B)
Wallahu a’lam..

Tiada ulasan: