Rabu, 7 Oktober 2015

(7) HUBBUD DUNYA @ KASIHKAN DUNIA

CINTA DUNIA

Penyakit cinta dunia (hubbud-dunya) itulah salah satu sumber kehancuran utama umat Islam. Rasulullah saw bersabda: “Apabila umatku sudah mengagungkan dunia maka akan dicabutlah kehebatan Islam, dan apabila mereka meninggalkan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar, maka akan diharamkan keberkahan wahyu, dan apabila umatku saling mencaci, maka jatuhlah mereka dalam pandangan Allah.” (HR Hakim dan Tirmidzi).

Disegala bidang, penyakit hubbud-dunya (gila dunia) berawal dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang SALAH bahwa dunia ini adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. Akhirnya, jabatan dan harta dipandang sebagai tujuan, bukan sebagai alat untuk meraih keridhaan Allah. ISLAM TIDAK MEMERINTAHKAN UMATNYA MENINGGALKAN DUNIA. TAPI, UMAT ISLAM DIPERINTAHKAN UNTUK MENAKLUKKAN DUNIA, UNTUK MELETAKKAN DUNIA DALAM GENGGAMANNYA, BUKAN DALAM HATINYA.

Dunia dan seisinya adalah amanah Allah. Semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat. Semakin tinggi jabatan, kedudukan, dan semakin banyak nikmat yang diterima seseorang di dunia, maka semakin berat pula tanggung jawabnya di akhirat. Karena itu, sangatlah bodoh orang yang siang malam sibuk mengejar dunia demi tujuan2 kepuasan dunia semata.   “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al Qashash :77)

Menurut Imam Al-Ghazali, cinta dunia adalah pangkal segala dosa. Gemerlap dunia seringkali membuat orang tersesat sehingga lupa pada tujuan hidupnya sebagai musafir menuju alam akhirat. Cinta dunia adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Rasulullah saw bersabda,  “Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)

Allah SWT berfirman, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu..” (Q.S. Al-Hadiid [57]:20)  Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah,  misalnya, shalat, saum atau sedekah,  dan kalaupun kita tetap melakukannya tapi tetap dikatakan sebagai urusan dunia,  jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah.

“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al Mu’minuun {23} : 112-115)

Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai “orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat . Bagi mereka, Allah memutuskan, “Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (al-Baqarah: 86) Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong
“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan (QS Yunus : 7-8)

Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan diri sendiri memikirkan yang tidak ada. Makin cinta pada dunia, akan makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.

Allah SWT berfirman: “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Hud[11]: 15-16).
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut segenap isinya juga dilaknat, kecuali jika disertai untuk tujuan kepada Allah SWT. (Al Hadits)

Segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya JIKA TIDAK DIGUNAKAN DI JALAN ALLAH. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah “kecukupan” atau kekurangan “dunia” ini meracuni hati kita. Jika kita berkecukupan, jangan sampai kecukupan kita menjadikan kita sombong, dan jika kita kekurangan, maka jangan sampai kekurangan kita itu, membuat kita jadi kurang mensyukuri nikmat Allah, banyak mengeluh dan minder. Dan akhirnya menghalalkan segala cara untuk memenuhi kekurangan kita.  Rasulullah saw bersabda, Perumpamaan orang yang cinta pada dunia ibarat orang yang berjalan di atas air. Dapatkah orang berjalan di atas air, kakinya tidak basah?” (Al-Hadits). “Dunia adalah manisan hijau. Dan Allah mengangkat kamu sebagai khalifah di atasnya, dan Dia menyaksikan bagaimana cara kamu bekerja.” (Al-Hadits).

Cinta dunia adalah sumber segala kesalahan karena cinta dunia, sering mengakibatkan seseorang cinta terhadap harta benda dan didalam harta benda terdapat banyak penyakit. Antara lain sifat rakus, tamak, bangga dan angkuh, pamer terhadap yang dimiliki.  Dan orang yang cinta dunia akan sibuk mengurus hartanya dan terus berusaha untuk menambahnya, hingga membuatnya lalai dari dzikir kepada Allah SWT. Ketahuilah barangsiapa dilalaikan oleh harta bendanya, dia akan merugi, terlebih bila lalai dari zikrullah, ia akan hanya seperti mayat, karena bila hati sepi dari dikir ia akan dihuni dan disetir oleh setan sesuai kehendaknya.
Jika seorang manusia telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah, iblis akan membolak-balikan hatinya bagaikan seorang anak kecil mempermainkan bola. Karena orang yang mabuk karena cinta dunia tidak akan sadar kecuali setelah berada di dalam kubur. Yahya bin Mu’adz berkata, “Dunia itu araknya setan, barangsiapa mabuk karenanya, ia tidak akan segera sadar, kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang mati dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang merugi”.   ”Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (HR. Tirmidzi).

Obat dari penyakit cinta dunia ini tidak lain adalah kezuhudan kita kepada dunia, yang mana Rasulullah saw telah mengajarkan kita ummatnya untuk berlaku zuhud. Rasulullah saw bersabda: “zuhudlah di dunia maka ALLAH akan mencintai kalian, dan zuhudlah atas apa-apa yang ada di sebagian manusia, maka kamu akan dicintai oleh mereka ” (HR.ibnu majah dalam kitab zuhud ).

BERIKUT INI INSYAALLAH LANGKAH-LANGKAH UNTUK BISA ZUHUD TERHADAP DUNIA
  1. Mengingat  kehidupan di dunia itu hanya sementara, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. DAN KEHIDUPAN DUNIA INI TIDAK LAIN HANYALAH KESENANGAN YANG MENIPU..” (Q.S. Al-Hadiid [57]:20)  Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah,  misalnya, shalat, saum atau sedekah,  dan kalaupun kita tetap melakukannya tapi tetap dikatakan sebagai urusan dunia,  jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah.
  2. Perbanyak mengingat kematian, Rasulullah saw bersabda “PERBANYAKLAH MENGINGAT SESUATU YANG MELENYAPKAN SEMUA KELEZATAN, YAITU KEMATIAN!” (HR. Tirmidzi). ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. KEHIDUPAN DUNIA ITU TIDAK LAIN HANYALAH KESENANGAN YANG MEMPERDAYAKAN”. (QS Ali Imran [3] : 185)
  3. Takut akan hari Penghisaban dan Penyaksian anggota tubuh kita. ALLAH MENCIPTAKAN TELINGA, MATA DAN KULIT YANG SELALU MENYERTAI KITA UNTUK MENGAWASI SEMUA GERAK-GERIK KITA DIMANA PUN KITA BERADA.  SADARILAH, BAHWA ANGGOTA TUBUH KITA ITU AKAN MELAPORKAN SEMUA AKTIVITAS KITA KEPADA ALLAH PADA HARI PENYAKSIAN NANTI.  Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya : “sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa telah mereka kerjakan” (Q.S. Fushshilat : 20).“kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari penyaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Fushshilat {41} : 22)
  4. QANAAH (Pernah dibahas dalam tulisan status yang sudah lalu). Qanaah   artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak.
  5. Zikir,  merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan hati dan meraih kehadiran Ilahi.  Tujuan segenap ibadah ialah mengingat Allah dan hanya dengan terus menerus mengingat Allah (zikir) sajalah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta menyelamatkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini.
  6. Kuatnya iman seseorang dan menerapkan muraqabah (menerapkan kesadaran bahwa Allah selalu melihat dan  mengawasi  kita dalam segala keadaan. Bahwa Allah selalu mengetahui apa yang kita rasakan, ucapkan dan kita perbuat) Aakan menghindari seseorang berbuat menghalalkan segala cara utk meraih dunia.
  7. Pengabdian penuh khidmat, yaitu saat2 beribadah, kita lakukan dengan cara tulus ikhlas sepenuh hati kepada-Nya.  Insya Allah, Allah akan menganugerahkan kehidupan yang manis, bersih, bahagia dan baik

Dunia dengan segala pesonanya memang sangat menggoda dan mempesona, dan kadang kesuksesan seseorang memang diukur dari status sosialnya di masyarakat, NAMUN HAL TERSEBUT JANGAN SAMPAI MEMBUAT KITA TERJEBAK DAN TERPERANGKAP CINTA DUNIA. INGATLAH KITA HANYA HIDUP SEMENTARA DI DUNIA INI, SEMUA HARTA DUNIA YANG KITA BANGGAKAN, TIDAK AKAN KITA BAWA MATI, HANYA AMAL IBADAH, DAN AMAL KEBAIKANLAH YANG AKAN MENEMANI KITA HINGGA SAMPAI HARI KITA DIBANGKITKAN NANTI. Jadikanlah dunia hanya sebagai ladang akhirat kita, tempat kita mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti. Ingatlah selalu, bahwa kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia ini.

Dewi Yana


You are here:: Home

Cinta Dunia vs Cinta Akhirat

Al-Imam Hasan al-Basri r.hm. berkata: “tidaklah aku berasa pelik terhadap sesuatu seperti yang kurasai ke atas orang yang tidak menggangap cinta dunia sebahagian dari dosa besar. Demi Allah! Sungguh orang yang mencintainya benar-benar termasuk dosa yang besar. Dan tidaklah dosa-dosa menjadi bercabang-cabang  melainkan kerana mencintai dunia. Bukankah punca menyembah patung serta menderhakai al-Rahman adalah kerana cinta dunia dan lebih mengutamakannya?” (Mawa’izh al-imam hasan al-basri, hal 138)
Al-imam sufyan al-tsauri r.hm. berkata: “telah sampai kepadaku bahawasanya akan datang satu masa kepada umat manusia di mana pada masa itu semua hati-hati manusia dipenuhi oleh kecintaan terhadap dunia, sehingga hati-hati tersebut tidak dapat dimasuki rasa takut terhadap Allah s.w.t. Dan itu dapat engkau ketahui apabila engkau telah memnuhi sebuah bakul kulit dengan sesuatu hingga penuh, kemudian engkau cuba memasukkan barang lain ke dalamnya namun engkau tidak mendapati ruang untuknya lagi.”
Beliau berkata lagi : “sesungguhnya aku benar-benar dapat mengenali kecintaan seseorang terhadap dunia berdasarkan cara penghormatannya terhadap ahli dunia.” (Mawa’izh al-imam sufyan al-tsauri, hal 120)
Sifat orang cinta dunia
1.       Tamak terhadap sesuatu
2.       Tidak memberi peluang kepada orang lain
3.       Suka salahkan orang apabila gagal
4.       Menghalalkan segala cara dalam mencari rezeki
5.       Sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan akhirat
6.       Tidak memiliki pendirian yang kuat dalam mencari kebenaran

Cinta akhirat
Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud: “Sesiapa yang menjadikan akhirat harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan menyerah diri. Tetapi sesiapa yang dunia menjadi harapannya, Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali dalam sekadar apa yang telah ditetapkan baginya.” (Riwayat al-Tirmizi)
Firman Allah yang bermaksud: “Sesiapa yang menghendaki keuntungandi akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya. Dan sesiapa yang menghendaki keuntungan di dunia, kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.” (Surah al-Syura 42:20)
Mereka yang cinta akhirat diberi kemudahan menikmati dunia. Firman Allah yang bermaksud: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian daripada rezekinya dan hanya kepadanya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Surah al-Mulk 67:15)

Untung cinta akhirat
1.       Siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah akan mencukupkan dunianya.
2.       Siapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungan dirinya dengan manusia lain.
3.       Siapa yang memperbaiki keadaan batinnya, Allah akan memperbaiki keadaan lahirnya.
4.       Siapa yang menjadikan aktivitinya untuk akhirat, maka tidak akan lewat satu haripun melainkan dia akan kembali

Orang yang ingat akhirat
1.       Tidak melihat urusan dunia kecuali dia akan mengaitkan dengan akhirat
2.       Tidak berkumpul dengan keluarganya kecuali membayangkan akan berkumpul bersama penduduk syurga
3.       Tidak mengenakan pakaian kecuali teringat akan pakaian sutera milik penghuni syurga
4.       Tidak menyeberangi sebuah jambatan kecuali teringat akan titian sirat di atas neraka
5.       Tidak mendengar suara yang kuat melainkan mengingatkannya akan tiupan sangkakala
6.       Tidak pernah berbicara tentang suatu perkara, melainkan ada kaitannya dengan akhirat

Sumber : majalah solusi isu 18 hal 13

Lepaskan Diri dari Cinta Dunia

Rasulullah yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya; seorang suami yang menjadi kebanggaan keluarganya; pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada...
Selasa, 05 Februari 2008

"Akan datang masa di mana kamu diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkuk." Para sahabat bertanya, "Apakah saat itu jumlah kami sedikit ya Rasulallah?" Rasulullah bersabda, "Tidak, bahkan saat itu jumlahmu sangat banyak, tetapi seperti buih di lautan karena kamu tertimpa penyakit 'wahn'." Sahabat bertanya, "Apakah penyakit 'wahn' itu ya Rasulallah?" Beliau menjawab, "Penyakit 'wahn' itu adalah terlalu cinta dunia dan takut mati."
Rasulullah yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya; seorang suami yang menjadi kebanggaan keluarganya; pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada cinta pada dunia, hakikatnya itu adalah cinta karena Allah. Inilah salah satu rahasia sukses Rasulullah.
Apa yang dimaksud dengan dunia? Firman-Nya, "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S. Al-Hadiid [57]:20)
Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. Misalnya, salat, saum atau sedekah, tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah.
Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan umat -- bukan untuk kepentingan pribadi -- bukan untuk kepentingan pribadi terhadap Allah, walau aktivitasnya seolah duniawi. Artinya, segala sesuatu yang membuat kita taat kepada Allah, maka hal itu bukanlah urusan dunia.
Bagaimana ciri orang yang cinta dunia? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah atau capek memikirkan yang tak ada. Makin cinta pada dunia, makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.
Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Oleh sebab itu, pencinta dunia itu tidak pernah merasa bahagia.
Rasulullah yang mulia, walau dunia lekat dan mudah baginya, tetapi semua itu tidak pernah sampai mencuri hatinya. Misalnya, saat pakaian dan kuda terbaiknya ada yang meminta, beliau memberikannya dengan ringan. Beliau juga pernah menyedekahkan kambing satu lembah. Inilah yang membuat beliau tak pernah terpikir untuk berbuat aniaya.
Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tidak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, semakin tua, dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia berikutnya, begitu seterusnya.
Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semuanya titipan Allah dan total milik-Nya, ia tidak akan pernah sombong, minder, iri ataupun dengki. Sebaliknya, ia akan selalu siap titipannya diambil oleh Pemiliknya, karena segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. Harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya jika tidak digunakan di jalan Allah. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah keberadaan atau tiadanya "dunia" ini meracuni hati kita. Jika memiliki harta dunia, jangan sampai sombong, dan jika tidak adanya pun, tidak perlu minder.
Kita harus meyakini bahwa siapa pun yang tidak pernah berusaha melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya. Mengapa? Sumber segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia. Wallahu a'lam.



Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين …

14057 12
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)[1].
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi[2].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

– Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezki yang telah Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan susah payah lahir dan batin[3]. Salah seorang ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam musibah (penderitaan)[4].
– Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata[5], “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga[6].
– Kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa[7].
– Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan akhirat hanyalah bagi orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Ta’ala berikan kepadanya[8].
– Sifat yang mulia ini dimiliki dengan sempurna oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah yang menjadikan mereka lebih utama dan mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan generasi yang  datang setelah mereka. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan) shalat, dan lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dibandingkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi mereka lebih baik (lebih utama di sisi Allah Ta’ala) daripada kalian”. Ada yang bertanya: Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman? Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta kepada akhirat”[9].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 27 Syawaal 1431 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthon, MA
Artikel www.muslim.or.id

[1] HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani.
[2] Lihat kitab “at-Targib wat tarhiib” (4/55) karya imam al-Mundziri.
[3] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[4] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[5] Dalam kitab kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[6] HSR al-Bukhari (no. 6072) dan Muslim (no. 116).
[7] HSR al-Bukhari (no. 6081) dan Muslim (no. 1051).
[8] HSR Muslim (no. 1054).
[9] Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam “al-Mushannaf” (no. 34550) dan Abu Nu’aim dalam “Hilyatul auliyaa'” (1/136) dengan sanad yang shahih, juga dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 279).
Ingin berdonasi yang pahalanya jariyah? Mari support pelunasan markaz dakwah Yayasan Pendidikan Islam Al Atsary Yogyakarta. Cek infonya di sini
 

Memusnahkan Penyakit Wahn, Cinta Dunia dan Takut Mati



Wahn adalah penyakit cinta kepada dunia dan takut akan kematian. Sesungguhnya berbagai kenikmatan yang ada di dunia adalah kenikmatan yang semu atau fana, kenikmatan tidak kekal abadi dan kenikmatan yang sedikit. Dan kenikmatan yang kekal abadi, kenikmatan yang banyak adalah kenikmatan di akhirat yaitu di surga, itulah sebaik-baik tempat untuk kembali. Setiap insan manusia pasti menginginkan mendapatkan kenikmatan surga, baik kaum muslim maupun kafir, orang yang sholeh maupun orang yang sering berbuat maksiat, namun surga adalah merupakan tempat spesial yang diberikan oleh Allah swt. bagi hamba-hambanya yang bertaqwa, beriman serta beramal sholeh.

Sebagaimana dalil  firman Allah swt. dalam Al-Qur’an Al-Karim :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمََٔابِ

Artinya : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S Ali Imran:14)

Dari firman Allah swt. di atas, menjelaskan adanya bermacam-macam kesenangan duniawi yang oleh Allah swt. dijadikan indah pada pandangan manuasia, sehingga mengakibatkan manusia menjadi tergila-gila pada kenikmatan duniawiyah, sehingga mereka berusaha untuk memperoleh kesenangan duniawi tersebut, dan melupakan kehidupan kekal kelak di akhirat. Setelah manusia memperoleh berbagai kesenangan duniawi, kemudian mereka takut untuk kehilangan kenikmatan-kenikmatan tersebut dan kemudian mereka pun takut akan datangnya kematian. Sehingga mereka tertimpa musibah berupa wahn yaitu penyakit cinta dunia dan takut akan kematian.

Penyakit cinta dunia dan takurt mati atau wahn dalam dalil Hadits Nabi Muhammad saw.

Tentang wahn yaitu penyakit cinta akan dunia dan takut mati, Rasulullah saw. bersabda yang artinya : Dari Tsauban dia berkata, Rasulullah saw. bersabda :

Akan terjadi masa yang mana umat-umat diluar Islam berkumpul di samping kalian semua wahai umat islam, sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang memakan hidangan makanan, kemudian salah seorang sahabat bertanya : apakah pada saat itu kami sedikit ya Rasulullah? Nabi menjawab : tidak, bahkan pada saat itu kalian dalam jumlah yang banyak, namun pada saat itu kalian bagaikan buih yang ada di lautan. Ketika itu Allah telah hilangkan dari musuh-musuh kalian rasa takut dan segan terhadap kalian, dan kalian terkena Wahn. Kemudian seorang sahabat bertanya kembali : Ya Rasulullah apa yang kamu maksudkan dengan Wahn itu? Rasulullah berkata : Cinta dunia dan takut Mati. (HR. Abu Dawud)

Pengaruh penyakit ini sangatlah besar dan mendalam, mengakibatkan rusaknya pemikiran kaum muslimin, sehingga ia lupa akan tugas utamanya yaitu Iqomatuddin. Pintu inilah yang digunakan setan dan kawan-kawannya, untuk merusak jiwa-jiwa orang-orang beriman dan para aktivis muslim. Kaum muslimin secara umum telah menjadi lemah di hadapan musuhnya, rasa takut telah hilang dari hati musuh sehingga musuh tidak merasa takut dan khawatir terhadap kaum muslimin karena mereka telah mengetahi kelemahan kaum muslimin saat ini.

Wahn ini terjadi disebabkan kebodohan yang menyebabkan rasa tamak kaum muslimin pada dunia sehingga kaum kafir menggerogoti mereka dari segala penjuru. walupun jumlah kaum muslimin banyak akan tetapi jumlah ini hanya bagaikan buih di lautan yang terombang-ambing oleh ombak, yang tak tau arah, itulah keadaan kaum muslimin, disebabkan tertimpa wahn.

Adapun tanda-tanda atau gejala-gejala Wahn adalah sebagai berikut:
1.    Lebih suka mementingkan dunia dari pada kepentingan akhirat
2.    Lebih suka mendengar music dari pada Al quran
3.    Suka menumpuk-numpuk harta

Abdullah bin Umar juga mengatakan “Sesungguhnya dunia adalah surga orang kafir dan penjara bagi orang mu’min. Ruh orang mu’min yang dikeluarkan dari tubuhnya seperti orang yang keluar dari penjara, ia melayang gembira sesuka hatinya.”

Namun kemudian Allah menegaskan bahwa kenikmatan tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan di sisi-Nya, yaitu kenikmatan yang kekal abadi, bukan kenikmatan yang tak ubahnya fatamorgana belaka, seperti kenikmatan dunia ini. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Rasullullah bersabda,” Seandainya dunia ini disisi Allah senilai sayap nyamuk, maka Allah tidak akan memberi orang kafir seteguk air sekalipun”. (H.R Tirmidzi)

Maka jadilah kita seperti orang asing atau musafir, siang dan malam baginya adalah proses mengumpulkan perbekalan untuk pulang ke kampung halaman abadi, yaitu akhirat.

Baginda yang mulia Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah contoh seorang penguasa yang dititipi dunia akan tetapi ia tidak diperbudak oleh dunia, tidak meletakkan cinta  kecuali cinta terhadap Allah, kalaupun ada cinta pada dunia hakikatnya itu adalah cinta karena Allah, inilah salah satu rahasia sukses di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang meneladani Rasulullah.

Sejarah mencatat sosok orang-orang yang terpelihara hatinya dari silaunya dunia, lihatlah Abu Bakar dan Umar Radliyallah ‘anhuma, begitu mudahnya mereka berlomba-lomba dalam menginfakkan setengah bahkan hingga seluruh hartanya di jalan Allah karena mereka melihat ada keuntungan akhirat yang berlipat ganda ketika mereka menginvestasikan harta tersebut semata-mata mencari ridha-Nya.

Jika kaum muslimin saat ini bersikap demikian sungguh kita akan kembali memimpin dunia dan diangkat dari kehinaan yang telah lama menimpa kita, kita tidak lagi tertimpa Wahn yaitu takut mati dan tidak lagi tergila-gila terhadap kenikmatan duniawi.

Hendaknya kita siaga dan waspada serta tidak membiarkan penyakit Wahn ini menjangkiti diri kita dan kaum muslimin. Maka, alangkah baiknya kita ketahui obat dari penyakit Wahn ini guna menyembuhkan bagi siapa saja yang sudah terinfeksi penyakit ruhani ini dan membentengi kaum muslimin supaya lebih bisa mengantisipasi penyebarannya.   

Obat Penyakti Wahn

Obat yang manjur untuk mengobati penyakit Wahn, tidak lain dan tidak bukan adalah dengan jalan menuntut ilmu agama Islam dan memahami agama ini. Oleh sebab itu, hendaknya kaum muslimin  memperkaya bekal dengan menambah ilmu agama seraya bertaqarrub kepada Allah swt. Dengan melakukan hal demikian, maka kita sebagai hamba Allah swt. akan lebih mendahulukan keridhaan Allah swt. daripada murka-Nya, bersegera dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah swt. dan ketakwaan dengan benar dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya serta bersegera bertaubat dari dosa pada masa lampau dengan taubat nasuha. Dengan hal ini pula kaum muslimin akan segera memiliki berbagai bekal persiapan untuk menghadapi musuh mereka.
 

Fenomena Cinta Dunia Takut Mati

cinta-duniaSetiap manusia hidup pasti akan mati. Tak ada seorang pun yang mengingkari hal ini. Malaikat maut sang pencabut nyawa, tidak pandang bulu ketika mengambil nyawa manusia dari jasadnya. Si kaya, si miskin, si mukmin maupun si kafir, muda atau tua, semua akan ia datangi, sesuai dengan perintah Allah – subhanahu wa ta’ala -. Semua akan dicabut nyawanya, tak peduli dengan suka atau terpaksa. Jika sudah waktunya, tak ada yang bisa menangguhkan kematian meski hanya sedetik saja.

Mungkin ada yang hampir tak percaya, ketika ada pemain sepakbola tiba-tiba meninggal saat sedang bermain bola di lapangan. Atau ketika seorang penceramah tiba-tiba menghentikan ceramahnya karena maut telah menjemputnya tanpa permisi. Memang begitulah maut. Tak ada yang tahu kapan ia akan menjemput.
Bagi seorang mukmin yang merindukan kebahagiaan abadi di negeri akhirat, tentu ia akan berusaha berbekal sebanyak-banyaknya, sehingga ia selalu siap kapan saja  sang maut akan menjemput. Ia selalu sadar jika kehidupan di dunia ini hanyalah fana. Semua kenikmatan dunia akan ditinggalkan, begitu nyawa keluar dari badan.
Sebagaimana firman Allah – subhanahu wa ta’ala -,
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali-Imran: 85)
Namun, sayang seribu sayang, seorang mukmin yang demikian itu, saat ini semakin sulit ditemukan. Karena kebanyakan kaum muslimin saat ini, terlihat lebih cinta dunia dan takut mati.
Fenomena ini begitu terasa, dan sangat mudah dibuktikan. Begitu banyak kaum muslimin yang mengisi kehidupannya untuk memburu dunia. Hanya kenikmatan dan pernik-pernik dunia yang ada di kepalanya, hingga tanpa terasa ia telah melupakan akhiratnya. Gaya hidup mewah, glamour dan berlebihan, kini semakin membudaya dalam kehidupan sebagian kaum muslimin. Halal haram pun tak lagi diperhatikan, baik dalam makan minum, pergaulan dan cara berpakaian. Bukan lagi Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – dan para sahabatnya yang dijadikan teladan dan panutan, melainkan para artis dan selebritis yang tiap hari mereka lihat di televisi.
Mereka begitu mencintai dunia. Materi, kedudukan, dan popularitas, begitu ramai diperebutkan. Bahkan anak-anak pun telah diajari  dengan gaya hidup demikian. Seorang muslim semakin jauh dari Islam, dan tak lagi mengenal agamanya. Mereka tak punya waktu untuk menuntut ilmu syar’i, atau beribadah sesuai sunnah. Maka sungguh benar sabda Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam -,  “Akan terjadi masa dimana umat-umat di luar Islam berkumpul di samping kalian wahai umat Islam, sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang menyantap hidangan. Lalu seorang sahabat bertanya, ‘Apakah kami pada saat itu sedikit wahai Rasulullah?’  Beliau menjawab, ‘Tidak. Bahkan ketika itu jumlah kalian banyak. Akan tetapi kalian ketika itu bagaikan buih di lautan. Ketika itu Allah hilangkan dari musuh-musuh kalian rasa segan dan takut terhadap kalian, dan kalian tertimpa penyakit wahn. Sahabat tadi bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah apa yang engkau maksud dengan wahn itu?’ , Rasulullah menjawab, ‘Cinta dunia dan takut mati.’” (Riwayat Abu Dawud)
Dunia sebagai Ujian
Sesungguhnya segala macam kenikmatan dunia adalah ujian dari Allah – subhanahu wa ta’ala -, karena hampir setiap manusia memiliki kecenderungan atau rasa suka terhadap hal-hal duniawi. Allah berfirman, “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali-Imran: 14)
Namun kemudian Allah menegaskan bahwa semua kenikmatan tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan di sisi-Nya, yaitu kenikmatan yang kekal abadi, bukan kenikmatan semu seperti kenikmatan dunia ini, “Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.”(al-Mukmin: 39)
Kenikmatan dunia itu bermacam-macam sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah – subhanahu wa ta’ala -.  Masing-masing mengandung nilai godaan dengan kapasitas yang berbeda-beda. Wanita, harta dan anak-anak menempati posisi teratas sebagai bagian duniawi yang paling menggoda. Allah telah memperingatkan tentang godaan tersebut dalam firman-Nya, “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Begitulah dunia, tidak ada nilainya di sisi Allah yang Maha Pencipta. Dan begitu pula seharusnya manusia memandangnya.
Karena itulah Allah melarang kita memandang dengan penuh ketakjuban kepada manusia-manusia yang dianugerahi kenikmatan dunia.  Karena kelak mereka pun akan mati juga. “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami cobai mereka dengannya, dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Thaha: 131)
Akhirat Semestinya di Hatimu    
Berbagai peringatan Allah – subhanahu wa ta’ala – yang menyebutkan tentang godaan dunia itu, bukan berarti kita harus melupakan sama sekali kehidupan dunia.
Allah berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77)
Penerapan dari konsep ini adalah ketika seorang muslim menjadikan dunia di genggamannya, ia menguasainya. Bukan sebaliknya, ia dikuasai oleh dunia. Cukuplah dunia tersebut berada di tangannya tapi tidak pernah dia biarkan bersemayam di hatinya. Karena sesuatu yang kita pegang tentu akan mudah untuk kita lepaskan jika ia sudah membahayakan. Sebaliknya sesuatu yang sudah merasuk ke hati akan sulit untuk diangkat darinya. Sejarah telah mencatat orang-orang seperti ini. Lihatlah Abu Bakar – radhiyallahu ‘anhu -, Umar – radhiyallahu ‘anhu -, Abdurrahman bin Auf – radhiyallahu ‘anhu -, mereka sangat mudah menginfakkan setengah hartanya bahkan seluruh hartanya karena melihat ada keuntungan akhirat yang berlipat-lipat ketika mereka menginvestasikan harta mereka tersebut di jalan Allah. Saat mereka masih hidup di dunia, mereka menguasainya, namun jiwa dan cita-cita mereka telah terbang melayang ke alam akhirat. Maka layaklah bila Allah – subhanahu wa ta’ala – dan Rasul-Nya menjamin mereka dengan surga.
Coba bandingkan sikap mereka terhadap dunia dengan sikap sebagian dari kita, yang ketika kehilangan sedikit harta saja seperti kehilangan dunia seisinya. Kita begitu takut kehilangan dunia, padahal semua itu tak ada apa-apanya dibandingkan kenikmatan di akhirat. Jika kita terlalu mencintai dunia, Allah  telah memperingatkan kita dengan firman-Nya,
“Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (an-Nazi’at: 37-41)
Maka jadikanlah diri kita di dunia ini seperti orang asing atau musafir yang  tidak tinggal menetap. Gunakan masa hidup kita untuk mengumpulkan perbekalan menuju ke kampung halaman, yaitu negeri akhirat yang kekal. Semoga Allah – subhanahu wa ta’ala – menjauhkan kita dari penyakit wahn, dan berkenan membukakan pintu surga bagi kita. Amiin. (***)
Rubrik Lentera, Majalah Sakinah Vol. 10 No. 7


cinta dunia

Penyakit Hati : Cinta Dunia

Salah satu rahasia kesuksesan Rasulullah Saw adalah terbebas dari penyakit hubbuddunya atau cinta dunia. Hingga akhir hayatnya, kemuliaan nama beliau tidak memiliki cacat sedikitpun, karena beliau bersih dari penyakit hati tersebut.
Rasulullah Saw bersabda,
”Akan terjadi masa di mana umat-umat di luar Islam berkumpul di samping kalian, wahai umat Islam. Sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang menyantap hidangan.” Lalu, seorang sahabat bertanya, ”Apakah kami pada saat itu sedikit, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Tidak. Bahkan, ketika itu, jumlah kalian banyak. Namun, kalian ketika itu bagaikan buih di lautan. Ketika itu, Allah hilangkan dari musuh-musuh kalian rasa segan dan takut terhadap kalian dan kalian tertimpa penyakit Wahn.” Sahabat bertanya lagi, ”Wahai Rasulullah, apa yang engkau maksud dengan Wahn itu?” Rasulullah menjawab, ”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud).
Hadits di atas menyampaikan kepada kita bahwasanya kecintaan berlebihan terhadap hal-hal duniawi bisa menjadi penyebab kehancuran seorang muslim secara khusus dan umat Islam secara umum.
Rasulullah Saw adalah seorang pemimpin yang dihormati dan disegani berbagai peradaban besar dunia. Namun, beliau sama sekali tidak dikotori dengan kecintaan pada dunia. Rasulullah Saw adalah seorang pemimpin besar yang hidup dalam kesederhanaan. Beliau adalah sosok pengusaha yang dititipi limpahan dunia oleh Allah Swt, namun hal itu tidak membuat beliau diperbudak oleh dunia.
Jika orang sudah mencintai sesuatu, maka dia cenderung akan diperbudak oleh apa yang dicintainya itu. Misalnya adalah saat kita punya sandal yang bagus dan mahal, kita akan merasa bangga walau status sandal itu adalah pinjaman atau kreditan. Setiap kali kita bepergian, pandangan kita banyak tertuju kepada sandal itu dan sangat khawatir terinjak oleh orang lain. Ketika memasuki masjid, maka kita akan sangat berhati-hati menyimpannya. Jika ada penitipan barang, kita pun bersegera menitipkannya karena takut ada yang mencurinya. Jika tidak ada tempat penitipan, maka kita akan mencari tempat atau posisi shalat yang berdampingan dengan tempat kita menyimpan sandal, dan mengenyampingkan shaf paling depan yang masih kosong. Seperti inilah gambaran seseorang yang diperbudak dunia.
Ciri-Ciri Orang yang Cinta Dunia
Pertama, seperti rata-rata orang yang jatuh cinta, pecinta dunia pun akan membicarakan terus-menerus tentang segala apa yang dicintainya kepada orang lain. Topik pembicaraan dan arah aktifitas yang dilakukannya adalah untuk hal duniawi. Manakala seseorang senang membicarakan hal-hal yang dicintainya dari pagi hingga pagi lagi, maka kemungkinan besar penyakit itu telah menggerogoti hatinya.
Kedua, pecinta dunia tidak pernah merasa tenang karena dunia telah mencuri hatinya. Perasaan tidak puas bercampur dengan perasaan was-was. Akhirnya, hidupnya pun ikut berantakan.
Meski dunia juga lekat dengan kehidupan Rasulullah Saw, namun hal itu tidak berhasil mencuri hati beliau. Saat Rasulullah Saw memiliki baju bagus dan ada orang yang menyukainya, maka beliau memberikannya. Beliau tidak merasa keberatan untuk memberikan apa yang beliau miliki dan beliau sukai. Beliau punya kuda yang sangat bagus. Jika ada orang lain yang membutuhkannya, maka beliau akan memberikannya dengan ringan. Beliau tidak pernah berpikir apalagi berbuat aniaya.
Ketiga, penyakit cinta dunia akan menimbulkan penyakit-penyakit lain seperti penyakit sombong, dengki, serakah, dan lain sebagainya. Seorang pecinta dunia tidak akan merasa puas. Ia tidak akan sanggup menyaksikan orang lain yang memiliki segala sesuatu melebihi dirinya. Timbul rasa iri dengki di dalam hatinya.
Ia tidak akan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan atau keberhasilan. Dia menjadi orang yang serakah, tidak mau berbagi dengan orang lain. Andaikan bisa, maka dunia ini akan dia tempati sendirian saja.
Orang yang serakah akan stres memikirkan satu ekor domba yang dimiliki tetangganya. Padahal dia sudah punya 100 ekor domba di kandang di belakang rumahnya. Hatinya tidak tenang. Ia berpikir keras bagaimana agar satu ekor domba milik tetangganya itu menjadi miliknya sehingga menggenapi jumlah dombanya menjadi 100 ekor.
Tidak ada salahnya kita meniru tukang parkir yang memiliki rumus untuk tidak bersikap sombong dan tidak merasa takut kehilangan sesuatu. Berapa pun banyaknya kendaraan yang diparkir di tempatnya, tidak dia pandang sebagai miliknya. Karena dia sadar bahwa semuanya adalah titipan. Dia pun yakin bahwa kendaraan-kendaraan itu akan diambil kembali oleh para pemiliknya. Dia merasa hanyalah dititipi sementara oleh pemiliknya. Dia tidak merasa sombong, padahal di tempatnya ada banyak kendaraan mewah berderet. Saat pemiliknya akan mengambil kembali kendaraan itu, maka dengan lapang dada dia akan menyerahkannya.
Segala sesuatu di dunia ini yang kita anggap milik kita, sebenarnya adalah milik Allah Swt. Dia menitipkannya kepada kita. Allah Swt pasti akan mengambilnya kembali. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah mutlak milik Allah Swt. Kita hanya diamanahi untuk mengurusnya.
Semua yang sempat kita miliki di dunia akan kita pertanggungjawabkan di akhirat nanti di hadapan Allah Swt. Apakah uang yang sempat kita miliki, kita belanjakan di jalan Allah atau tidak? Apakah selama kita di dunia menunaikan kewajiban zakat atau tidak? Apakah rumah yang kita tinggali digunakan untuk kepentingan ibadah ataukah tidak?
Kita tidak perlu merasa hina karena tinggal di rumah yang sederhana dengan furniture yang tidak bagus. Kita tidak perlu merasa kecil hati hanya karena memiliki sedikit pakaian dalam lemari kita. Kita tidak perlu merasa hina karena Islam mengajarkan bahwa kekuatan dan nilai seseorang tidak diukur pada kekayaan duniawinya, melainkan pada kekayaan hati dan jiwanya atau ketakwaannya kepada Allah Swt.
Perbedaan Pecinta Allah dan Pecinta Dunia
Jangan sampai kita diperbudak oleh keinginan duniawi semata yang hanya mengikuti dorongan hawa nafsu. Kita harus memiliki keinginan terhadap sesuatu yang Allah lebih sukai dan ridhai.
Di situlah letak perbedaan antara pecinta dunia dengan pecinta Allah Swt. Keduanya memang sama-sama sibuk untuk mengejar apa yang diinginkannya. Tapi bisa jadi dalam mengejar dunia, pecinta Allah-lah yang lebih sibuk daripada pecinta dunia. Karena bagi pecinta Allah, setiap hal yang dilakukannya di dunia adalah ibadah.
Ketika mengejar dunia, seorang pecinta Allah akan sangat menjaga nilai kemuliaannya sehingga dia mendapatkan dirinya lebih berharga dari dunianya. Jika dunianya habis, maka tidak akan hilang kemuliaan dari dirinya. Saat mendapatkan dunianya, seorang pecinta Allah akan mendistribusikannya untuk kepentingan akhiratnya. Dia akan mendorong orang lain agar sejahtera dengan kekayaan miliknya.
Sebaliknya, seorang pecinta dunia akan membelanjakan apa yang dimilikinya sekehendak nafsunya. Ia hanya akan mendahulukan kesenangan dan tidak peduli sama sekali terhadap orang lain.
Seorang pecinta dunia akan semangat mencari kekayaan namun tidak berempati apalagi sekedar peduli jika perilakunya merugikan orang lain. Ia menghalalkan berbagai cara. Kedhaliman yang dia lakukan tidak ia sesali. Dengan demikian, kedudukan pecinta dunia ini adalah lebih hina daripada dunianya. Buktinya adalah dia hanya bisa menjadi budak dari dunia yang dimilikinya.

Tiada ulasan: