Bahaya Sikap Lebih Mementingkan Dunia
Bagi
mereka yang memperhatikan, maka terlihat jelas sikap lebih mementingkan
nikmat dunia daripada akhirat terlihat jelas pada pasukan pemanah dalam
peristiwa perang Uhud.
Ibnu Abbas berkata, “Ketika orang-orang musyrik mengalami kekalahan pada perang Uhud. Para pasukan pemanah berkata, “Susullah mereka dan Rasulullah saw, jangan sampai mereka mendahului kalian mendapatkan harta rampasan perang sehingga mereka yang mendapatkannya sedangkan kamu tidak mendapatkannya.” Sebagian mereka berkata, “Kami tidak akan meninggalkan tempat ini hingga Rasulullah saw memberi ijin kepada kami” Maka turun ayat, “Diantaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.” (Ali Imran: 152)
Imam Ath-Thabari berkata, “Firman Allah, “Di antaramu ada orang yang mengendaki dunia,” maksudnya adalah, lebih menghendaki harta rampasan perang. Ibnu Mas’ud berkata, “Saya tidak pernah melihat seorang pun dari sahabat Rasulullah saw yang menginginkan dunia hingga turunlah ayat kepada kami pada perang Uhud, “Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.”
Menurut Profesor Doktor Muhammad Ali Ash-Shalabi dalam kitabnya, Sirah Nabawiyah, apa yang terjadi pada perang Uhud mengandung pelajaran besar bagi para da’i, bahwa cinta dunia telah menyusup ke hati sebagian orang-orang beriman dan itu tersembunyi bagi mereka. Mereka lebih mementingkan dunia beserta kenikmatannya dari pada akhirat dan usaha-usaha untuk memperoleh kemenangan beserta kenikmatannya. Mereka tidak mematuhi perintah syariat yang jelas sebagaimana pasukan pemanah tidak mematuhi perintah Rasulullah saw yang sangat jelas. Semua itu didorong oleh hawa nafsu dan cinta dunia, mereka tidak mengikuti perintah syariat, melupakan perintah-perintah sang pemilik hukum. Semua itu terjadi dan menimpa orang mukmin dan orang mukmin tidak menyadari motif-motif yang tersembunyi tersebut.
Terdapat banyak ayat dan hadits yang menjelaskan kedudukan dunia di sisi Allah, juga menyebutkan tentang perhiasan duniawi dan dampaknya terhadap bencana yang menimpa manusia. Ayat dan hadits tersebut memperingatkan agar jangan terlalu mementingkan dunia. Allah swt berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran : 14)
Rasulullah
saw memperingatkan umatnya agar jangan terperdaya oleh nikmat dunia,
ini disebutkan di banyak tempat. Karena sikap seperti itu berdampak
sangat buruk terhadap umat secara umum dan terhadap mereka yang
mengemban misi dakwah secara khusus. Di antara nash-nash tersebut
adalah: Ibnu Abbas berkata, “Ketika orang-orang musyrik mengalami kekalahan pada perang Uhud. Para pasukan pemanah berkata, “Susullah mereka dan Rasulullah saw, jangan sampai mereka mendahului kalian mendapatkan harta rampasan perang sehingga mereka yang mendapatkannya sedangkan kamu tidak mendapatkannya.” Sebagian mereka berkata, “Kami tidak akan meninggalkan tempat ini hingga Rasulullah saw memberi ijin kepada kami” Maka turun ayat, “Diantaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.” (Ali Imran: 152)
Imam Ath-Thabari berkata, “Firman Allah, “Di antaramu ada orang yang mengendaki dunia,” maksudnya adalah, lebih menghendaki harta rampasan perang. Ibnu Mas’ud berkata, “Saya tidak pernah melihat seorang pun dari sahabat Rasulullah saw yang menginginkan dunia hingga turunlah ayat kepada kami pada perang Uhud, “Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.”
Menurut Profesor Doktor Muhammad Ali Ash-Shalabi dalam kitabnya, Sirah Nabawiyah, apa yang terjadi pada perang Uhud mengandung pelajaran besar bagi para da’i, bahwa cinta dunia telah menyusup ke hati sebagian orang-orang beriman dan itu tersembunyi bagi mereka. Mereka lebih mementingkan dunia beserta kenikmatannya dari pada akhirat dan usaha-usaha untuk memperoleh kemenangan beserta kenikmatannya. Mereka tidak mematuhi perintah syariat yang jelas sebagaimana pasukan pemanah tidak mematuhi perintah Rasulullah saw yang sangat jelas. Semua itu didorong oleh hawa nafsu dan cinta dunia, mereka tidak mengikuti perintah syariat, melupakan perintah-perintah sang pemilik hukum. Semua itu terjadi dan menimpa orang mukmin dan orang mukmin tidak menyadari motif-motif yang tersembunyi tersebut.
Terdapat banyak ayat dan hadits yang menjelaskan kedudukan dunia di sisi Allah, juga menyebutkan tentang perhiasan duniawi dan dampaknya terhadap bencana yang menimpa manusia. Ayat dan hadits tersebut memperingatkan agar jangan terlalu mementingkan dunia. Allah swt berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran : 14)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dari Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya dunia itu indah dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah di dunia, Dia memperhatikan apa yang kamu lakukan. Maka bertaqwalah kepada Allah terhadap urusan dunia dan wanita. Sesungguhnya fitnah pertama di tengah Bani Israil adalah fitnah wanita.”
Inti dari semua itu adalah cinta duniawi, sikap lebih mementingkan nikmat dunia daripada akhirat dan tuntutan-tuntutan iman. Ini menuntut bagi setiap da’i agar selalu berhati-hati dan melakukan pemeriksaan berkesinambungan terhadap hal-hal yang tersembunyi di dalam jiwa, melepaskan jiwa dari cinta duniawi, agar cinta duniawi itu tidak menjadi penghalang antara jiwa dan perintah-perintah syariat, juga agar cinta duniawi itu tidak menjerumuskan mereka kepada sikap tidak patuh, memberikan interpretasi yang diiringi hawa nafsu sehingga mengalihkan jiwa kepada dunia beserta kenikmatannya.
Pelajaran penting dari perang Uhud, bahwa kecintaan kepada dunia dan ketidakpatuhan terhadap perintah pimpinan, telah mengakibatkan kekalahan yang sangat fatal pada kaum muslimin. Wallahu a’lam bissawab.
(shodiq ramadhan)
Bahaya Cinta Dunia
Oleh: Imtihan asy Syafi’i, MIF
“Ketahuilah,
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda
gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba
dalam kekayaan dan anak keturunan.”
Dengan
ayat ke-20 dari surat al-Hadid di atas Allah memberitahukan kepada
kita mengenai nilai dunia. Dunia dengan segala kemegahannya adalah
suatu permainan dan senda gurauan yang dapat melalaikan seorang muslim
dari tujuan hidupnya yang sebenarnya: hidup bahagia abadi di akhirat.
Untuk
itulah setiap muslim mesti waspada jangan sampai di dalam hatinya
tumbuh kecintaan kepada dunia. Wahb bin Munabbih berkata, “Dunia dan
akhirat itu ibarat seorang laki-laki yang memiliki dua istri. Jika ia
membuat senang salah satunya pasti yang satunya tidak senang.”Sesungguhnya kecintaan kepada dunialah yang membuat neraka terisi, sebagaimana zuhud terhadap dunia yang membuat surga terisi. Mabuk akibat cinta dunia lebih berbahaya daripada mabuk akibat arak. Orang yang mabuk akibat cinta dunia tidak akan sadar kecuali setelah diletakkan di liang lahad. Yahya bin Mu’adz berkata, “Dunia ini adalah araknya setan. Barang siapa yang mabuk dikarenakannya, ia tidak akan sadar kecuali sudah menjadi bagian dari orang-orang mati yang menyesali kehidupannya.”
Dalam kitab “al-Bahru ar-Raiq fiz Zuhdi war Raqaiq” Dr. Ahmad Farid menyebutkan beberapa bahaya cinta dunia.
Pertama, setidaknya
cinta dunia akan membuat seseorang “sedikit” dilalaikan dari
mencintai Allah dan berdzikir kepada-Nya. Padahal barang siapa yang
hatinya lalai dari dzikir kepada Allah niscaya akan ditempati oleh
setan. Setan yang dengan cara khas akan menipu manusia dan
memperlihatkan berbagai keburukan, dosa, dan kejahatan sebagai
kebaikan. Setan akan menggiringnya perlahan-lahan menuju kesesatan.
Kedua, cinta
dunia akan membuat perspektif seseorang berseberangan dengan
perspektif syariat. Menurut syariat—sebagaimana ditegaskan dalam ayat
di atas—dunia adalah sesuatu yang hina. Bahkan dalam hadits Nabi saw.
disebutkan bahwa dunia seisinya tidak lebih berharga daripada sehelai
sayap nyamuk. Sehelai, bukan dua helai! Orang yang sedang cinta dunia
pasti memandang dunia sebagai sesuatu yang berharga. Bahkan mungkin
amat berharga atau dunia adalah segalanya. Menyelisihi syariat dalam
satu perkara sudah merupakan pintu bagi setan untuk menggelincirkan
kita. Apalagi tabiat kemaksiatan dan dosa adalah: satu dosa akan
melahirkan dosa berikutnya dan begitu seterusnya sampai seseorang
benar-benar menjadi pendosa tulen atau keluar dari Islam.
Ketiga,
dunia sudah dilaknat, dimurkai, dan dibenci oleh Allah, kecuali bagian
yang digunakan oleh seseorang untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Barang siapa yang mencintai sesuatu yang sudah dilaknat, dimurkai, dan
dibenci, sama saja mempersembahkan dirinya untuk dilaknat, dimurkai,
dan dibenci. Rasulullah saw bersabda,
أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ
“Ketahuilah, dunia ini terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikrullah dan amalan-amalan yang dekat dengannya, orang yang berilmu, dan orang yang mencari ilmu.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Ketahuilah, dunia ini terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikrullah dan amalan-amalan yang dekat dengannya, orang yang berilmu, dan orang yang mencari ilmu.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Keempat, ketika
seseorang mencintai dunia dia akan menjadikan dunia sebagai target
yang diburunya dan menjadikan berbagai amal-aktivitasnya untuk
meraihnya. Amal-aktivitas yang—sebagian besarnya—dijadikan oleh Allah
sebagai sarana untuk meraih akhirat. Dalam keadaan ini seseorang yang
mencintai dunia melakukan dua kesalahan. Pertama, ia menjadikan
wasilah sebagai tujuan. Dunia yang mestinya mesjadi wasilah untuk
meraih kebahagiaan hidup di akhirat, dirubahnya menjadi tujuan
hidupnya. Kedua, ia berusaha meraih dunia dengan berbagai amalan
akhirat. Pada tahap terparah, ia akan menjadi seperti yang difirmankan
oleh Allah,
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud: 15-16)
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud: 15-16)
Kelima,
mencintai dunia akan membuat seseorang terhalang dari melakukan
sesuatu yang bermanfaat di akhirat. Kadar kecintaan seseorang terhadap
dunia beragam. Ada yang cintanya kepada dunia menyebabkannya sibuk
dari iman kepada Allah dan menunaikan syariat-Nya. Ada yang cintanya
kepada dunia menyibukkannya dari mengerjakan banyak kewajban. Ada yang
cintanya kepada dunia menyibukkannya dari mengerjakan kewajiban pada
waktunya. Ada yang menyibukkannya dari amal hati sehingga ia
mengerjakan kewajiban secara lahir, namun batinnya bergentayangan
entah ke mana.
Keenam,
orang yang mencintai dunia adalah orang yang sejatinya mendapatkan
siksa terberat. Dia disiksa di tiga tempat. Di dunia ia disiksa dengan
kesulitannya meraihnya. Di alam barzakh ia akan kehilangan semua
dunianya dan dihalangi darinya. Sebab dunianya harus ditinggalkannya
untuk ahli warisnya, tidak mungkin ia membawanya. Di alam akhirat ia
akan dimintai pertanggungjawaban atas semua harta yang dihasilkannya
dan dalam hal apa ana saja ia memanfaatkannya.
Ketujuh,
orang yang mendahulukan dunia daripada akhirat adalah orang yang
paling bodoh dan tolol sedunia. Bagaimana bisa seorang pandai
merelakan sesuatu yang real demi mendapatkan mimpi/khayalan. Kenikmatan
dunia adalah indahnya mimpi dan kenikmatan akhirat adalah kenikmatan
yang sejati.
Wallahu a’lam.
Barangkali penting bagi kita mengenal ciri-ciri orang yang jatuh cinta berlebihan pada dunia. Diantara ciri-cirinya adalah:
Kalau ngomong pasti masalah dunia melulu. Tidak ada tema omongan selain harta, jabatan, hiburan, dan aneka kesenangan lainnya, mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Pendek kata, otak dan benaknya hanya terisi dengan dunia, yang lain tidak ada. Ia tidak pernah berpikir bagaimana nanti kalau sudah mati, apa yang mesti ia bawa menghadap Allah yang Maha Segala. Orang demikian pasti akan disiksa oleh keinginannya. Ia selalu sibuk memikirkan yang tidak ada. Sudah punya mobil tahun 2002, ia sibuk berpikir bagaimana bisa memiliki mobil tahun 2004. Sudah punya rumah tipe 36 yang dipikirkan adalah rumah tipe 70. Demikian seterusnya.
Tidak bisa menikmati hari-hari yang dilewatinya. Karena kesibukannya yang luar biasa, ia pun tidak pernah merasakan nikmatnya. Seorang yang sudah terlanjur cinta pada dunia pasti pikirannya sumpek, banyak yang difikir, sukar tidur, jarang istirahat, dan akhirnya gampang sakit.
Sangat takut menjalani hidup. Seorang yang cinta dunia ibarat orang yang cinta kepada kekasihnya; ia takut kehilangan kekasihnya, ia takut kekasihnya direbut orang. Sama halnya dengan seorang yang cinta pada dunia. Hidupnya selalu takut dan dibayang-bayangi oleh kegelisahan. Punya uang takut habis, punya mobil takut dirampok, punya emas takut dicuri. Begitu seterusnya. Hidupnya selalu takut. Punya jabatan takut. Takut apa? Takut “jatuh” ke tangan orang lain.
Tentu saja masih banyak ciri-ciri orang yang cinta dunia, namun setidaknya dari 3 ciri diatas kita bisa melihat dan menilai bahwa orang-orang yang cinta pada dunia pasti tidak akan bahagia hidupnya. Ia juga tak mungkin bisa hidup nyaman dan tenang menjalani hari-harinya. Padahal, hidup yang bersifat sementara ini sejatinya hanya untuk meraih bahagia, tentu saja tidak hanya di dunia, tapi juga diakhirat.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa hidup tenang dan bahagia? Mungkin kita perlu belajar dari “filosofi” tukang parkir. Cobalah amati dan perhatikan tukang parkir yang ada disekitar Anda. Meski ia “memiliki” banyak mobil di depannya, dia tidak pernah sombong. Walaupun gonta-ganti mobil, dia tidak takabur. Bahkan, mobil-mobilnya diambil sampai habis pun, dia tidak merasa sakit hati. Apa sebabnya? Sebab, semua yang dia “miliki” itu hanya titipan belaka. Demikianlah gambaran tentang semua harta dan apa yang kita raih dan miliki selama hidup di dunia. Semuanya hanyalah titipan Allah yang Maha Kuasa. Kita tak pernah “memiliki” apa-apa; kita hanya diberi kesempatan untuk menjaga dan mendayagunakannya dengan sebaik-baiknya.
Kalau demikian adanya, mengapa kita mesti stress dan resah menjalani hidup? Penyebabnya, karena kita masih merasa memiliki apa yang ada ditangan kita. Padahala semua itu milik Allah semata. Bahkan, diri kita ini pun milik Allah, dan kelak akan kembali kepada-Nya. Hidup di dunia ini Cuma mampir minum saja. Tidak lebih! Oleh sebab itu, siapapun yang kaya, menjadi pejabat atau penguasa, janganlah petantang-petenteng dengan menaruh tangan dipinggang. Ingat, dunia hanya sementara, tak akan lama jadi orang kaya. Siapapun pasti akan mati juga!
Sikap yang terbaik adalah jangan panik melihat dunia! Semua yang ada didalamnya hanya milik Allah semata. Allah suka orang yang tawadhu, rendah hati, tidak sombong, tidak petantang petenteng. Oleh sebab itu, penulis menghimbau kepada para pejabat agar bersikap biasa-biasa saja, jangan sombong atau merasa lebih tinggi karena yang membuat kalian mulia bukanlah harta kalian, bukan pangkat dan uang kalian, melainkan hati kalian sendiri. Dan, kerendahan hati adalah kunci sukses seorang pejabat atau penguasa yang ingin dihormati oleh bawahannya atau masyarakatnya.
Kepada saudara-saudaraku yang kebetulan hidup serba kekurangan dan tak berpunya, seyogianya tak perlu merasa rendah diri dan malu. Meski punya uang sedikit, tidak perlu malu dan minder kepada orang yang punya uang banyak. Meski Anda sekarang hanya punya sepeda, tidak usah malu kepada mereka yang memiliki motor dan mobil. Semua urusan di dunia ini sudah diatur oleh Allah yang Maha segala.
Mungkin juga perlu difikirkan tentang apa-apa yang selama ini kita inginkan: Apakah sudah sesuai dengan kemampuan kita atau belum. Jangan suka bermimpi yang bukan-bukan, yang nantinya membikin hidup kita berantakan! Kita harus tahu kemampuan diri kita masing-masing. Bercerminlah! Kalau Anda ingin sekali memiliki sepeda motor, padahal Anda sendiri menganggur, tidak bekerja, main gitar-gitaran di gardu, misalnya, mana mungkin sepeda motor akan dating di hadapan Anda?
Mari kita simak firman Allah dalam Al-Quran: “Allah tidak akan merubah nasib atau keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang merubahnya.” Artinya, segala yang ada didunia ini tidak mungkin datang dengan sendirinya, semua melalui proses yang beraneka ragam, didasari doa, usaha, dan kesabaran. Kalau segala usaha sudah dicoba dan pengorbanan harta benda juga sudah dilakukan, janganlah putus harapan kalau kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan. Yakinlah! Allah bersama orang-orang yang bertawakal dan tidak mudah berputus asa.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah kalau usaha yang kita jalani gagal, jangan kita lari ke dukun dan memohon pertolongan kepadanya. Sebab, perdukunan adalah tindakan syirik yang diharamkan oleh Allah. Memang, semakin lama semakin banyak tukang ramal dan dukun yang berkedok tabib atau kiai. Juga, banyak paranormal dan “orang pintar” yang mendirikan semacam balai “Pengobatan Alternatif”. Kita mesti waspada terhadap cara-cara yang mereka gunakan; kalau sudah bertentangan dengan syariat Islam dan mengarah pada kemusyrikan, kita berkewajiban untuk menolak.
Seperti yang bisa kita saksikan akhir-akhir ini, banyak sekali stasiun televisi yang tidak menghiraukan efek negatif dari siarannya yang bisa merusak akidah atau keyakinan umat Islam. Alhasil, ternyata mereka menggunakan cara-cara syirik, yakni dengan jalan melakukan praktik sihir dan perdukunan. Padahal, kita semua tahu bahwa cara-cara seperti itu datangnya dari setan. Kita semua pasti tahu bahwa setan itu senantiasa menghiasi syirik, bid’ah, dan maksiat agar kelihatan baik sehingga ia bisa memperdaya siapa saja manusia yang bodoh dan tak tahu hukum Islam.
Selaku muslim, kita harus berhati-hati agar tidak terkecoh dengan penampilan seseorang sekalipun ia memakai jubah, membawa tasbih, dan bersorban, bahkan memakai ayat-ayat Al-Quran sebagai tipu dayanya. Kita juga harus berhati-hati kepada siapa saja yang menerapkan cara-cara syirik dan kekafiran seperti memakai sesaji, meruwat, dan bentuk-bentuk kesyirikan lainnya. Cara semacam ini memang masih digunakan sebagian orang untuk mengelabuhi orang lain yang bodoh tentang hokum agama (Islam).
Dengan memohon pertolongan Allah, penulis hendak menyampaikan kepada saudara-saudaraku sekalian bahwa berobat itu hukumnya boleh (mubah) dengan mendatangi dokter yang memahami penyakit sekaligus mengetahui obat yang harus diberikan kepada pasiennya selama obat tadi tidak bertentangan dengan syariat yang telah diturunkan oleh Dzat yang menciptakan penyakit, yakni Allah. Ikhtiar yang demikian ini tentu tidak bertentangan dengan sikap tawakal kita kepada Allah karena Allah yang telah menciptakan penyakit dan Allah juga yang menurunkan obatnya, baik obat yang sudah diketahui atau yang belum diketahui. Dan, yang pasti, Allah tidak menjadikan obat penyembuh suatu penyakit dari sesuatu yang diharamkan. Oleh karena itu, tidaklah dibenarkan bagi orang yang sakit berobat kepada dukun, baik yang berkedok sebagai tabib, kiai, paranormal, atau “orang pintar” yang mengaku mengetahui hal-hal gaib.
Seseorang yang mengklaim mengetahui perkara gaib didalam Islam dinamakan sebagai Thaghut yang harus dipenggal kepalanya, baik secara terang-terangan dan dihadapan khalayak ataupun secara sembunyi. Mengapa demikian? Sebab, dia telah melampaui wewenang Allah. Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan memercayai omongan dia sedikitpun karena omongannya hanyalah dusta yang ditiupkan setan.
Rasulullah SAW mengancam orang-orang yang senang mendatangi dukun-dukun dengan sabdanya: “Siapa mendatangi tukang ramal dan menanyakan sesuatu kepadanya, shalatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Allah” (HR. Muslim). Dalam hadits lain Rasul juga mengancam bahwa seseorang yang mendatangi dukun berarti kafir. Hal ini bisa kita baca dari sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Siapa mendatangi dukun (kahin) dan tukang ramal, lalu membenarkan ucapannya, berarti ia telah kafir” (HR. 4 Imam Sunan dan disahihkan oleh Imam Al-Hakim).
Oleh karena itu, kepada para penguasa dan orang-orang yang mempunyai pengaruh atau jabatan tertentu di sebuah masyarakat, mereka wajib mencegah segala praktik tukang ramal, perdukunan dan sejenisnya yang dilakukan di pasar-pasar, di rumah-rumah, atau di mana saja, dan melarang orang-orang mendatanginya. Mereka juga harus melarang penayangan acara-acara syirik dan kufur di media elektronik (televisi, internet, radio) seperti program alam ghaib, dan di media cetak (Koran, majalah, tabloid). Jangan sekali-kali ada pihak atau agen yang menjual tabloid semacam itu. Siapa yang menonton tayangan demikian dan atau menyebarkan informasi seperti itu, berarti dia telah melakukan dosa dan memercayai adalah kafir. Mengapa? Sebab, secara perlahan, acara semacam itu akan menggerogoti keyakinan yang telah lurus, baik disadari maupun tidak, dan banyak sudah yang merasakan akibatnya. Tidak sadarkah kita?
Mengakhiri bab ini, penulis ingin menghimbau kepada pembaca, siapa pun Anda, hendaknya terus menerus belajar Islam dengan metode yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad, sehingga kita dapat mengetahui mana ajaran tauhid, mana syirik, mana sunnah, mana bid’ah, mana iman, mana kufur, mana taat dan mana maksiat.
Dengan demikian, insya Allah kita akan selamat didalam menjalani kehidupan yang sangat singkat ini. Sungguh, akhirat adalah sebaik-baik tempat kembali. Semoga Allah menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Amin!
Cinta Dunia Maya dalam Islam
1. hukum : Islam dengan tegas tidak mengijinkan adanya hubungan pacaran / mesra / intim / berduaan antara lawan jenis di luar pernikahan, baik itu di dunia maya maupun nyata. Meskipun ngakunya gak pacaran. Ataupun dengan alasan bahwa nantinya akan menuju pernikahan a.k.a 'TAARUF'.
1. solusi: Dan yang diperbolehkan adalah dengan taaruf yang syar'i, bertanya kepada orang-orang shaleh, keluarganya, atau temannya, tentang wanita tersebut. Datangilah dari pintu depan, bukan dari pintu belakang... ^^ - gak jantan bet sih. grin emoticon
2. hukum: Taaruf lewat dunia maya, melalui tukar foto, chating, email, dsb juga tidak diperkenankan. Karena bisa sangat mudah disusupi kecurangan, permainan dan tipu daya diantara keduanya.
2. solusi: Yang diperbolehkan adalah bertanya kepada keluarganya, dan kemudian meminta kepada keluarga si wanita, untuk dapat melihatnya. Baru setelah itu, mau disepakati atau tidak. Dengan ini, kedua belah pihak tidak ada jalan untuk saling menipu.
3. hukum: Islam melarang adanya hubungan antar lawan jenis kecuali dalam koridor pernikahan, dalam bentuk apapun. Termasuk berbicara, chating, email, dsb yang tidak perlu dan tidak penting. (al-Ahzab : 53) Nah, kalaulah berbicara yang tidak penting lewat perantara maya saja dilarang, bagaimana dengan interaksi tanpa perantara (dunia nyata)?
4. nasehat untuk wanita: alangkah jauh lebih baik kalau hubungan ini diputus, dan aktivitas tersebut dihentikan. Karena banyak orang menjadi korban lewat jalan ini. Toh kalaupun lelaki itu emang lelaki baik-baik, maka dia akan lewat jalan yang baik pula, dengan cara mendatangi keluarganya. Dan jangan begitu saja diterima, tapi tanyalah dulu tentang keluarganya, keadaannya, akhalaknya, dan interaksi dia dengan masyarakat lainnya. ^^
Kesimpulan:
Gimana-gimana, udah pada jelas belum? ^^ jadi intinya, silahkan.. mo bersabar, menikah atau taaruf nih? Tapi bukan menjalin hubungan yang abu-abu lo ya, maju enggak mundur juga enggak, ck ck ck...
Secara sederhana, taaruf itu begini, "Kita berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya." Dengan ruhnya adalah kejujuran dan keterbukaan.
Nah silahkan, dan selamat bertaaruf... ^^
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi[2].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
– Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezki yang telah Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan susah payah lahir dan batin[3]. Salah seorang ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam musibah (penderitaan)“[4].
– Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata[5], “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga“[6].
– Kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa“[7].
– Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan akhirat hanyalah bagi orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Ta’ala berikan kepadanya”[8].
– Sifat yang mulia ini dimiliki dengan sempurna oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah yang menjadikan mereka lebih utama dan mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan generasi yang datang setelah mereka. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan) shalat, dan lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dibandingkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi mereka lebih baik (lebih utama di sisi Allah Ta’ala) daripada kalian”. Ada yang bertanya: Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman? Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta kepada akhirat”[9].
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthon, MA
Artikel www.muslim.or.id
[1] HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani. [2] Lihat kitab “at-Targib wat tarhiib” (4/55) karya imam al-Mundziri.
[3] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[4] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[5] Dalam kitab kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[6] HSR al-Bukhari (no. 6072) dan Muslim (no. 116).
[7] HSR al-Bukhari (no. 6081) dan Muslim (no. 1051).
[8] HSR Muslim (no. 1054).
[9] Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam “al-Mushannaf” (no. 34550) dan Abu Nu’aim dalam “Hilyatul auliyaa'” (1/136) dengan sanad yang shahih, juga dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 279).
Wallahu a’lam.
CINTA DUNIA
JANGAN JATUH CINTA PADA DUNIA
Allah berkali-kali menegaskan di dalam Al-Quran bahwa dunia ini
adalah kenikmatan yang bisa menipu. Siapa jatuh cinta pada dunia, ia
akan tertipu olehnya. Oleh karena itu, pilihan terbaik adalah
mengurangi, dan kalau bisa sama sekali tidak tergiur pada kenikmatan
dunia. Bukan berarti Allah melarang kita bersenang-senang selama hidup
di dunia, namun yang penting adalah bagaimana kita tidak tertipu oleh
kenikmatan semu dan sementara. Ingat, hidup ini fana, dan segala yang
ada dan tercipta didunia ini pun fana adanya.Barangkali penting bagi kita mengenal ciri-ciri orang yang jatuh cinta berlebihan pada dunia. Diantara ciri-cirinya adalah:
Kalau ngomong pasti masalah dunia melulu. Tidak ada tema omongan selain harta, jabatan, hiburan, dan aneka kesenangan lainnya, mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Pendek kata, otak dan benaknya hanya terisi dengan dunia, yang lain tidak ada. Ia tidak pernah berpikir bagaimana nanti kalau sudah mati, apa yang mesti ia bawa menghadap Allah yang Maha Segala. Orang demikian pasti akan disiksa oleh keinginannya. Ia selalu sibuk memikirkan yang tidak ada. Sudah punya mobil tahun 2002, ia sibuk berpikir bagaimana bisa memiliki mobil tahun 2004. Sudah punya rumah tipe 36 yang dipikirkan adalah rumah tipe 70. Demikian seterusnya.
Tidak bisa menikmati hari-hari yang dilewatinya. Karena kesibukannya yang luar biasa, ia pun tidak pernah merasakan nikmatnya. Seorang yang sudah terlanjur cinta pada dunia pasti pikirannya sumpek, banyak yang difikir, sukar tidur, jarang istirahat, dan akhirnya gampang sakit.
Sangat takut menjalani hidup. Seorang yang cinta dunia ibarat orang yang cinta kepada kekasihnya; ia takut kehilangan kekasihnya, ia takut kekasihnya direbut orang. Sama halnya dengan seorang yang cinta pada dunia. Hidupnya selalu takut dan dibayang-bayangi oleh kegelisahan. Punya uang takut habis, punya mobil takut dirampok, punya emas takut dicuri. Begitu seterusnya. Hidupnya selalu takut. Punya jabatan takut. Takut apa? Takut “jatuh” ke tangan orang lain.
Tentu saja masih banyak ciri-ciri orang yang cinta dunia, namun setidaknya dari 3 ciri diatas kita bisa melihat dan menilai bahwa orang-orang yang cinta pada dunia pasti tidak akan bahagia hidupnya. Ia juga tak mungkin bisa hidup nyaman dan tenang menjalani hari-harinya. Padahal, hidup yang bersifat sementara ini sejatinya hanya untuk meraih bahagia, tentu saja tidak hanya di dunia, tapi juga diakhirat.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa hidup tenang dan bahagia? Mungkin kita perlu belajar dari “filosofi” tukang parkir. Cobalah amati dan perhatikan tukang parkir yang ada disekitar Anda. Meski ia “memiliki” banyak mobil di depannya, dia tidak pernah sombong. Walaupun gonta-ganti mobil, dia tidak takabur. Bahkan, mobil-mobilnya diambil sampai habis pun, dia tidak merasa sakit hati. Apa sebabnya? Sebab, semua yang dia “miliki” itu hanya titipan belaka. Demikianlah gambaran tentang semua harta dan apa yang kita raih dan miliki selama hidup di dunia. Semuanya hanyalah titipan Allah yang Maha Kuasa. Kita tak pernah “memiliki” apa-apa; kita hanya diberi kesempatan untuk menjaga dan mendayagunakannya dengan sebaik-baiknya.
Kalau demikian adanya, mengapa kita mesti stress dan resah menjalani hidup? Penyebabnya, karena kita masih merasa memiliki apa yang ada ditangan kita. Padahala semua itu milik Allah semata. Bahkan, diri kita ini pun milik Allah, dan kelak akan kembali kepada-Nya. Hidup di dunia ini Cuma mampir minum saja. Tidak lebih! Oleh sebab itu, siapapun yang kaya, menjadi pejabat atau penguasa, janganlah petantang-petenteng dengan menaruh tangan dipinggang. Ingat, dunia hanya sementara, tak akan lama jadi orang kaya. Siapapun pasti akan mati juga!
Sikap yang terbaik adalah jangan panik melihat dunia! Semua yang ada didalamnya hanya milik Allah semata. Allah suka orang yang tawadhu, rendah hati, tidak sombong, tidak petantang petenteng. Oleh sebab itu, penulis menghimbau kepada para pejabat agar bersikap biasa-biasa saja, jangan sombong atau merasa lebih tinggi karena yang membuat kalian mulia bukanlah harta kalian, bukan pangkat dan uang kalian, melainkan hati kalian sendiri. Dan, kerendahan hati adalah kunci sukses seorang pejabat atau penguasa yang ingin dihormati oleh bawahannya atau masyarakatnya.
Kepada saudara-saudaraku yang kebetulan hidup serba kekurangan dan tak berpunya, seyogianya tak perlu merasa rendah diri dan malu. Meski punya uang sedikit, tidak perlu malu dan minder kepada orang yang punya uang banyak. Meski Anda sekarang hanya punya sepeda, tidak usah malu kepada mereka yang memiliki motor dan mobil. Semua urusan di dunia ini sudah diatur oleh Allah yang Maha segala.
Mungkin juga perlu difikirkan tentang apa-apa yang selama ini kita inginkan: Apakah sudah sesuai dengan kemampuan kita atau belum. Jangan suka bermimpi yang bukan-bukan, yang nantinya membikin hidup kita berantakan! Kita harus tahu kemampuan diri kita masing-masing. Bercerminlah! Kalau Anda ingin sekali memiliki sepeda motor, padahal Anda sendiri menganggur, tidak bekerja, main gitar-gitaran di gardu, misalnya, mana mungkin sepeda motor akan dating di hadapan Anda?
Mari kita simak firman Allah dalam Al-Quran: “Allah tidak akan merubah nasib atau keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang merubahnya.” Artinya, segala yang ada didunia ini tidak mungkin datang dengan sendirinya, semua melalui proses yang beraneka ragam, didasari doa, usaha, dan kesabaran. Kalau segala usaha sudah dicoba dan pengorbanan harta benda juga sudah dilakukan, janganlah putus harapan kalau kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan. Yakinlah! Allah bersama orang-orang yang bertawakal dan tidak mudah berputus asa.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah kalau usaha yang kita jalani gagal, jangan kita lari ke dukun dan memohon pertolongan kepadanya. Sebab, perdukunan adalah tindakan syirik yang diharamkan oleh Allah. Memang, semakin lama semakin banyak tukang ramal dan dukun yang berkedok tabib atau kiai. Juga, banyak paranormal dan “orang pintar” yang mendirikan semacam balai “Pengobatan Alternatif”. Kita mesti waspada terhadap cara-cara yang mereka gunakan; kalau sudah bertentangan dengan syariat Islam dan mengarah pada kemusyrikan, kita berkewajiban untuk menolak.
Seperti yang bisa kita saksikan akhir-akhir ini, banyak sekali stasiun televisi yang tidak menghiraukan efek negatif dari siarannya yang bisa merusak akidah atau keyakinan umat Islam. Alhasil, ternyata mereka menggunakan cara-cara syirik, yakni dengan jalan melakukan praktik sihir dan perdukunan. Padahal, kita semua tahu bahwa cara-cara seperti itu datangnya dari setan. Kita semua pasti tahu bahwa setan itu senantiasa menghiasi syirik, bid’ah, dan maksiat agar kelihatan baik sehingga ia bisa memperdaya siapa saja manusia yang bodoh dan tak tahu hukum Islam.
Selaku muslim, kita harus berhati-hati agar tidak terkecoh dengan penampilan seseorang sekalipun ia memakai jubah, membawa tasbih, dan bersorban, bahkan memakai ayat-ayat Al-Quran sebagai tipu dayanya. Kita juga harus berhati-hati kepada siapa saja yang menerapkan cara-cara syirik dan kekafiran seperti memakai sesaji, meruwat, dan bentuk-bentuk kesyirikan lainnya. Cara semacam ini memang masih digunakan sebagian orang untuk mengelabuhi orang lain yang bodoh tentang hokum agama (Islam).
Dengan memohon pertolongan Allah, penulis hendak menyampaikan kepada saudara-saudaraku sekalian bahwa berobat itu hukumnya boleh (mubah) dengan mendatangi dokter yang memahami penyakit sekaligus mengetahui obat yang harus diberikan kepada pasiennya selama obat tadi tidak bertentangan dengan syariat yang telah diturunkan oleh Dzat yang menciptakan penyakit, yakni Allah. Ikhtiar yang demikian ini tentu tidak bertentangan dengan sikap tawakal kita kepada Allah karena Allah yang telah menciptakan penyakit dan Allah juga yang menurunkan obatnya, baik obat yang sudah diketahui atau yang belum diketahui. Dan, yang pasti, Allah tidak menjadikan obat penyembuh suatu penyakit dari sesuatu yang diharamkan. Oleh karena itu, tidaklah dibenarkan bagi orang yang sakit berobat kepada dukun, baik yang berkedok sebagai tabib, kiai, paranormal, atau “orang pintar” yang mengaku mengetahui hal-hal gaib.
Seseorang yang mengklaim mengetahui perkara gaib didalam Islam dinamakan sebagai Thaghut yang harus dipenggal kepalanya, baik secara terang-terangan dan dihadapan khalayak ataupun secara sembunyi. Mengapa demikian? Sebab, dia telah melampaui wewenang Allah. Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan memercayai omongan dia sedikitpun karena omongannya hanyalah dusta yang ditiupkan setan.
Rasulullah SAW mengancam orang-orang yang senang mendatangi dukun-dukun dengan sabdanya: “Siapa mendatangi tukang ramal dan menanyakan sesuatu kepadanya, shalatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Allah” (HR. Muslim). Dalam hadits lain Rasul juga mengancam bahwa seseorang yang mendatangi dukun berarti kafir. Hal ini bisa kita baca dari sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Siapa mendatangi dukun (kahin) dan tukang ramal, lalu membenarkan ucapannya, berarti ia telah kafir” (HR. 4 Imam Sunan dan disahihkan oleh Imam Al-Hakim).
Oleh karena itu, kepada para penguasa dan orang-orang yang mempunyai pengaruh atau jabatan tertentu di sebuah masyarakat, mereka wajib mencegah segala praktik tukang ramal, perdukunan dan sejenisnya yang dilakukan di pasar-pasar, di rumah-rumah, atau di mana saja, dan melarang orang-orang mendatanginya. Mereka juga harus melarang penayangan acara-acara syirik dan kufur di media elektronik (televisi, internet, radio) seperti program alam ghaib, dan di media cetak (Koran, majalah, tabloid). Jangan sekali-kali ada pihak atau agen yang menjual tabloid semacam itu. Siapa yang menonton tayangan demikian dan atau menyebarkan informasi seperti itu, berarti dia telah melakukan dosa dan memercayai adalah kafir. Mengapa? Sebab, secara perlahan, acara semacam itu akan menggerogoti keyakinan yang telah lurus, baik disadari maupun tidak, dan banyak sudah yang merasakan akibatnya. Tidak sadarkah kita?
Mengakhiri bab ini, penulis ingin menghimbau kepada pembaca, siapa pun Anda, hendaknya terus menerus belajar Islam dengan metode yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad, sehingga kita dapat mengetahui mana ajaran tauhid, mana syirik, mana sunnah, mana bid’ah, mana iman, mana kufur, mana taat dan mana maksiat.
Dengan demikian, insya Allah kita akan selamat didalam menjalani kehidupan yang sangat singkat ini. Sungguh, akhirat adalah sebaik-baik tempat kembali. Semoga Allah menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Amin!
Cinta Dunia Maya dalam Islam
1. hukum : Islam dengan tegas tidak mengijinkan adanya hubungan pacaran / mesra / intim / berduaan antara lawan jenis di luar pernikahan, baik itu di dunia maya maupun nyata. Meskipun ngakunya gak pacaran. Ataupun dengan alasan bahwa nantinya akan menuju pernikahan a.k.a 'TAARUF'.
1. solusi: Dan yang diperbolehkan adalah dengan taaruf yang syar'i, bertanya kepada orang-orang shaleh, keluarganya, atau temannya, tentang wanita tersebut. Datangilah dari pintu depan, bukan dari pintu belakang... ^^ - gak jantan bet sih. grin emoticon
2. hukum: Taaruf lewat dunia maya, melalui tukar foto, chating, email, dsb juga tidak diperkenankan. Karena bisa sangat mudah disusupi kecurangan, permainan dan tipu daya diantara keduanya.
2. solusi: Yang diperbolehkan adalah bertanya kepada keluarganya, dan kemudian meminta kepada keluarga si wanita, untuk dapat melihatnya. Baru setelah itu, mau disepakati atau tidak. Dengan ini, kedua belah pihak tidak ada jalan untuk saling menipu.
3. hukum: Islam melarang adanya hubungan antar lawan jenis kecuali dalam koridor pernikahan, dalam bentuk apapun. Termasuk berbicara, chating, email, dsb yang tidak perlu dan tidak penting. (al-Ahzab : 53) Nah, kalaulah berbicara yang tidak penting lewat perantara maya saja dilarang, bagaimana dengan interaksi tanpa perantara (dunia nyata)?
4. nasehat untuk wanita: alangkah jauh lebih baik kalau hubungan ini diputus, dan aktivitas tersebut dihentikan. Karena banyak orang menjadi korban lewat jalan ini. Toh kalaupun lelaki itu emang lelaki baik-baik, maka dia akan lewat jalan yang baik pula, dengan cara mendatangi keluarganya. Dan jangan begitu saja diterima, tapi tanyalah dulu tentang keluarganya, keadaannya, akhalaknya, dan interaksi dia dengan masyarakat lainnya. ^^
Kesimpulan:
Gimana-gimana, udah pada jelas belum? ^^ jadi intinya, silahkan.. mo bersabar, menikah atau taaruf nih? Tapi bukan menjalin hubungan yang abu-abu lo ya, maju enggak mundur juga enggak, ck ck ck...
Secara sederhana, taaruf itu begini, "Kita berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya." Dengan ruhnya adalah kejujuran dan keterbukaan.
Nah silahkan, dan selamat bertaaruf... ^^
(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله
عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما
كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ
غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah
akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah
merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan
mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan
baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan
utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan
kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda)
duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di
hadapannya)“[1].Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi[2].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
– Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezki yang telah Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan susah payah lahir dan batin[3]. Salah seorang ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam musibah (penderitaan)“[4].
– Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata[5], “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga“[6].
– Kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa“[7].
– Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan akhirat hanyalah bagi orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Ta’ala berikan kepadanya”[8].
– Sifat yang mulia ini dimiliki dengan sempurna oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah yang menjadikan mereka lebih utama dan mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan generasi yang datang setelah mereka. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan) shalat, dan lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dibandingkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi mereka lebih baik (lebih utama di sisi Allah Ta’ala) daripada kalian”. Ada yang bertanya: Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman? Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta kepada akhirat”[9].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 27 Syawaal 1431 HPenulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthon, MA
Artikel www.muslim.or.id
[1] HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani. [2] Lihat kitab “at-Targib wat tarhiib” (4/55) karya imam al-Mundziri.
[3] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[4] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[5] Dalam kitab kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[6] HSR al-Bukhari (no. 6072) dan Muslim (no. 116).
[7] HSR al-Bukhari (no. 6081) dan Muslim (no. 1051).
[8] HSR Muslim (no. 1054).
[9] Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam “al-Mushannaf” (no. 34550) dan Abu Nu’aim dalam “Hilyatul auliyaa'” (1/136) dengan sanad yang shahih, juga dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 279).
Membebaskan Diri dari Nafsu dan Cinta Dunia
Orang-orang
beriman memahami sesuatu berbeda dari pemahaman orang-orang kafir. Hal
ini disebabkan
orang-orang yang beriman telah membebaskan dirinya dari segala macam
perbudakan. Jadi dia adalah hamba Allah yang sejati, yang hanya
menyembah Allah,
bernaung kepada Allah, dan mendekat kepada Allah.
Jadi ketika dia meninggal, satu-satunya Tuhan yang dia imani hanya Allah S.W.T. Itulah mengapa dia
menyerahkan segala urusan hidupnya untuk kepentingan Allah. Dia telah membebaskan
dirinya dari nafsu dunia.
Alhamdulillah kita semua beriman dan menyembah Allah, tapi
apakah kita lebih mementingkan suatu hal daripada Allah?
Maaf,
tapi
begitulah kenyataannya. Banyak umat Muslim zaman sekarang yang hanya
memikirkan dunia tapi lupa dengan urusan akhirat. Mereka hanya ingin
mengembangkan bisnis, menumpuk kekayaan, membeli mobil mewah, namun
urusan akhirat ditempatkan dalam daftar paling bawah.
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda bahwa ada bermacam-macam budak. Rasulullah S.A.W. menyebutkan tentang orang yang diperbudak kekayaan dunia dan diperbudak perbuatan haram. Jadi hati mereka melekat pada uang, hati mereka melekat pada yang haram, namun mereka lupa kepada Allah S.W.T.
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda bahwa ada bermacam-macam budak. Rasulullah S.A.W. menyebutkan tentang orang yang diperbudak kekayaan dunia dan diperbudak perbuatan haram. Jadi hati mereka melekat pada uang, hati mereka melekat pada yang haram, namun mereka lupa kepada Allah S.W.T.
Padahal
Allah S.W.T. menginginkan
hati, pikiran, dan anggota tubuh ini sepenuhnya tunduk kepada-Nya.
Seharusnya kita menggunakan hidup ini sebagai sebuah jalan agar lebih
dekat kepada Allah S.W.T.
Ayo Subscribe ke YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/arceuszeldfer
Ayo Like Facebook Page-nya: Lampu Islam
Ayo Subscribe ke YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/arceuszeldfer
Ayo Like Facebook Page-nya: Lampu Islam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan