.JANGAN MENGHINA...JANGAN TAKABUR..MANUSIA LEMAH...KITA BUKAN ALLAH...SEMUA AKAN TUA...DAN MATI...SIKAP BERLAGAK DAN TAKABUR AKAN DIHUKUM....SOMBONG SEBERAT ZARAH MENYEBABKAN TAK CIUM SYURGA...ADAKAH KITA FIKIR KITA TERBAIK DAN MAKSUM...ALLAH TAHU JIKA KITA JUGA JAHAT ATAU AHLI MAKSIAT....AKHIRAT KITA TAK BOLEH LARI DAN TAK BERKUASA LAGI...INSAFLAH...
Pembangkang tidak layak ganti BN
KUCHING - Pertembungan calon parti-parti pembangkang pada pilihan raya negeri Sarawak pada 16 April ini menunjukkan mereka tidak ada persefahaman dan seterusnya tidak layak menjadi alternatif kepada kerajaan Barisan Nasional (BN).
Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak berkata, walaupun pembangkang pada mulanya cuba mengatur barisan yang diharapkan dapat memberi tentangan kepada BN, akhirnya ia tidak menjadi kenyataan kerana tiada persepakatan.
"Persefahaman yang kononnya wujud sudah berkecai apabila mereka terpaksa bertanding sesama sendiri di banyak kawasan pilihan raya semata-mata untuk menentang calon BN,'' katanya kepada pemberita selepas melancarkan Sirim Pintar-Learning dan Sirim Robokit di Sekolah Menengah Santubong dekat sini semalam.
Najib yang menamatkan lawatan dua hari ke Sarawak semalam memberitahu, terdapat terlalu banyak pertandingan lebih daripada satu lawan satu, malah terdapat di beberapa kawasan melibatkan lima dan enam calon.
"Kalau pembahagian kerusi pun bertelagah, apatah lagi nak tubuh kerajaan,'' ujarnya.
Jauhilah Sikap Sombong
Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih) Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. [...]
Hukum menurunkan celana dibawah mata kaki tanpa sombong haram atau tidak
05 Januari 2010 Pertanyaan :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah menurunkan pakaian melewati kedua matakaki (Isbal) bila dilakukan tanpa sombong dianggap suatu yang haram atau tidak ?
Jawaban.
Menurunkan pakaian di bawah kedua mata kaki bagi pria adalah perkara yang haram. Apakah itu karena sombong atau tidak. Akan tetapi jika dia melakukannya karena sombong maka dosanya lebih besar dan keras, berdasarkan hadist yang tsabit dari Abu Dzar dalam Shahih Muslim, bahwa Rasulullah bersabda.
"Artinya : Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat, tidak dibersihkan dari dosa serta mereka akan mendapatkan azab yang pedih."
Abu Dzarr berkata : "Alangkah rugi dan bangkrutnya mereka, wahai Rasulullah ! Beliau berkata:
"Artinya : (Mereka adalah) pelaku Isbal, pengungkit pemberian dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu" [ Hadits Riwayat Muslim dan Ashabus Sunan]
Hadis ini adalah hadist yang mutlak akan tetapi dirinci dengan hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shalallahu �alaihi wasallam, beliau bersada :
"Artinya : Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong tidak akan dilihat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat." [Hadits Riwayat Bukhari]
Kemutlakan pada hadist Abu Dzar dirinci oleh hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Jika dia melakukan karena sombong Allah tidak akan melihatnya, membersihkannya dan dia akan mendapatkan azab sangat pedih. Hukuman ini lebih berat dari pada hukuman bagi orang yang tidak menurunkan pakaian tanpa sombong. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang kelompok ini dengan:
"Artinya : Apa yang berada dibawah kedua mata kaki berupa sarung maka tempatnya di neraka" [Hadits Riwayat Bukhari dan Ahmad]
Ketika kedua hukuman ini berbeda, tidak bisa membawa makna yang mutlak kepada pengecualian, karena kaidah yang membolehkan untuk megecualikan yang mutlak adalah dengan syarat bila kedua nash sama dari segi hukum.
Adapun bila hukum berbeda, maka tidak bisa salah satunya dikecualaikan dengan yang lain. Oleh karena ini ayat tayammum yang berbunyi :
"Artinya Maka sapulah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian dengan tanah itu." [Al Maidah :6]
Tidak bisa kita kecualikan dengan ayat wudlu yang berbunyi :
"Artinya : Maka basuhlah wajah wajah kalian dan tangan tangan kalian sampai siku” [ Al Maidah : 6]
Maka kita tidak boleh melakukan tayammum sampai kesiku. Itu diriwayatkan oleh Malik dan yang lainnya dari dari Abu Said Al Khudri bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Sarung seseorang mukmin sampai setengah betisnya. Dan apa yang berada dibawah mata kaki, maka tempatnya di neraka. Dan siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya."
Disini Nabi menyebutkan dua contoh dalam hukum kedua hal itu , karena memang hukum keduanya berbeda. Keduanya berbeda dalam perbuatan, maka juga berbeda dalam hukum. Dengan ini jelas kekeliruan dan yang mengecualikan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ;
"Artinya : Apa yang dibawah mata kaki tempatnya di neraka."
Dengan sabda beliau :
"Artinya : Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala."
Memang ada sebagian orang yang bila ditegur perbuatan Isbal yang dilakukannya, dia berkata: Saya tidak melakuakan hal ini karena sombong. Maka kita katakan kepada orang ini : Isbal ada dua jenis, yaitu jenis hukumnnya ; adalah bila seseorang melakukannya karena sombong maka dia tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan siksa yang sangat pedih, berbeda dengan orang yang melakukan Isbal tidak karena sombong. orang ini akan mendapatkan adzab, tetapi ia masih di ajak bicara, dilihat dan dibersihkan dosanya. Demikian kita katakan kepadanya.
[Diambil dari As�ilah Muhimmah Syaikh Muhammad Ibn Soleh Utsaimin]
Definisi sombong
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman : 18)
PENGERTIAN SOMBONG
Definisi sombong oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”
(Riwayat Muslim)
“Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar dari pada orang lain, Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan ataupun
mengesakan-Nya”. (Fathul Bari’ 10/601)
HUKUM SOMBONG
Sombong haram hukumnya dan termasuk dosa besar. Ayat diatas telah dengan tegas menjelaskannya.
Ibnu Katsir : ; mengatakan,; “Firman Allah ;” dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” maksudnya janganlah
kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, lagi berbuat semenamena. Jangan kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah akan
murka kepadamu” (Tafsir Ibnu Katsir 3/417)
“Tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi” (Riwayat Muslim)
Imam An Nawawi : ; berkata: “Hadits diatas berisi larangan dari sifat sombong, yaitu menyombongkan diri kepada manusia,
merendahkan mereka serta menolak kebenaran”(Syarh Shahih Muslim 2/269)
CELAAN BAGI ORANG SOMBONG
1. Melanggar Perintah Allah
Orang yang sombong telah menerjang larangan Allah dan Rasul-Nya. Allah telah berfirman: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman :18)
2. Menjadi Penghuni Neraka
Orang yang sombong akan diadzab Allah dengan dimasukannya kedalam neraka. Rasulullah J bersabda: “Para penghuni neraka adalah orang-orang yang keras kepala, kasar lagi sombong” (Riwayat Bukhari-Muslim)
Yang demikian itu karena hanya Alah lah yang berhak untuk sombong. Pantaskah manusia yang lemah dan diciptakan dari setetes air mani
yang hina bersikap sombong dihadapan Allah??, Oleh karena itu Allah mengharamkan syorga bagi orang-orang yang sombong.
3. Orang Sombong Akan Mendapat kehinaan
Orang yang sombong akan mendapatkan kehinaan didunia berupa kejahilan, sebagai balasan perbuatannya. Allah berfirman: “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku” (Al A’raf : 146)
Yaitu Aku akan halangi mereka memahami hujjah-hujjah dan dalil-dalil yang menunjukan keagungan-Ku, syari’at-Ku, dan hukum-hukum-Ku
pada hati orang-orang yang sombong untuk taat kepada-Ku dan sombong kepada manusia tanpa alas an yang benar. Sebagaimana mereka
sombong tanpa alasan yang benar, maka Allah akan hinakan mereka dengan kebodohan.(Tafsir Ibn Katsir 2/228)
4. Hatinya Terkunci
Orang yang sombong terhadap dirinya sendiri atau menolak kebenaran dan merendahkan manusia, Allah akan kunci mati hatinya dari
menerima kebenaran. Allah berfirman: “ Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (Ghafir : 35)
Imam As Syaukani : ; mengatakan; “sebagaimana Allah mengunci mati hati orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah, maka
demikian pula Allah akan mengunci mati hati orang yang sombong lagi berbuat semena-mena”
Lanjutnya lagi; “Yang demikian itu, karena hati merupakan sumber kesombongan. Sedangkan anggota badan yang lain tunduk mengikuti
hati” (Fathul Qadir 4/492)
5. Mendapatkan Tempat Yang Paling Buruk
Hal ini sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya: “Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya". Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri” (AzZumar : 72)
6. Tidak Diajak Bicara Alah
Kesombongan pada tingkat tertentu akan mendapat adzab yang pedih. Disamping itu mereka tidak akan diajak bicara Allah pada hari kiamat kelak. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah: “Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan oleh-Nya, dan baginya adzab yang pedih; (yaitu) Orang yang sudah tua berzina, penguasa pendusta dan orang miskin yang sombong” (Riwayat Muslim)
SOMBONG
« Jawab #2 on:
SOMBONG bererti terasa kelebihan dan kehebatan yang ada pada diri sendiri, kemudian ditambah dengan sifat suka menghina dan merendahkan orang lain. Orang sombong memandang rendah manusia lain kerana berasakan sesuatu kelebihan yang ada pada diri mereka.
Begitulah sombongnya Iblis yang enggan sujud kepada Nabi Adam. Tidak cukup dengan kesombongannya kepada Allah, lalu ia menempelak: “Mana bisa aku bersujud kepada manusia, kerana aku dijadikan dari api yang mulia, sedangkan Adam dijadikan dari tanah yang hina.
Penyakit sombong akan menyerang sesiapa saja, baik lelaki atau perempuan, golongan bangsawan atau bawahan, berjawatan tinggi ataupun pengemis di jalanan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Aku akan belokkan dari keterangan-Ku, orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi, di luar kebenaran.” (Surah al-A’raf, ayat 146)
Sombong yang paling keji ialah bersifat sombong terhadap Allah. Tercatat dalam al-Quran, antara manusia yang pernah sombong terhadap Allah ialah Namrud yang ingin memerangi tuhan, keduanya Raja Firaun yang pernah mengaku dirinya Tuhan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Sesungguhnya, orang yang menyombongkan dirinya dari menyembah Aku, akan masuk neraka jahanam dengan kehinaan.” (Surah al-Mukmin, ayat 60)
Sombong yang kedua ialah bersifat sombong kepada Rasul dan ajarannya seperti tidak mengiktiraf rasul yang diutus Tuhan kerana kemiskinan dan kehinaan keturunan, seperti Firaun yang mengaku dan menganggap dirinya tuhan, tidak mengaku Nabi Musa rasul utusan Allah.
Begitu juga Abu Lahab serta kaum Quraisy yang enggan menerima Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman.
Oleh itu mari kita memeriksa diri, apakah kita sudah dijangkiti virus sombong ini atau tanpa diketahui kita adalah salah seorang penghidap serius penyakit itu selama berpuluh tahun.
Iman Al-Ghazali menyimpulkan ada tujuh cara untuk mengenali seseorang yang sedang dan sudah menghidap penyakit hati yang merbahaya ini :
Pertama, kelebihan seseorang kerana pengetahuan ilmunya, baik ilmu dunia atau ilmu akhirat. Apabila ilmu sudah penuh di dada dia menganggap semua orang lain jahil belaka, semua orang buta dan jika ada pandangan yang bernas tetapi tidak diterimanya.
Orang sombong seumpama ini, menghendaki dirinya selalu dihormati oleh orang lain terutama ketika di khalayak ramai, oleh anak muridnya dan orang bawahannya serta sentiasa meminta diberi layanan mulia.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Tidak akan masuk neraka, orang yang di dalam hatinya ada seberat sebiji sawi darinya iman, dan tidak akan masuk syurga yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi darinya sombong.” (Hadis riwayat Muslim dan Abu Daud)
Keduanya kerana kelebihan beribadat seseorang. Penyakit orang ahli abid yang merasa diri mereka terlalu banyak beribadat berbanding dengan orang lain sehingga menganggap orang lain tidak mampu beribadat seperti mereka.
Sedangkan mereka terpedaya dengan tipu daya syaitan. Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabda Baginda yang bermaksud:
“Bahawa siapa yang memuji dirinya sendiri atas suatu amal salih, bererti sudah tersesat daripada mensyukurinya, dan gugurlah segala amal perbuatannya.”
Jika kita bersifat seperti ini, menghina orang yang tidak bersembahyang atau apabila orang mengerjakan maksiat, lantas menggelengkan kepala dan terdetik di dalam hati, “Apa nak jadi dengan kamu semua. Mengapa tidak alim dan warak seperti aku,” maka kita adalah dalam kategori orang yang berpenyakit sombong. Oleh itu, bersegeralah bertaubat atas kejelekan akhlak.
Perkara ketiga yang membuatkan kita sombong ialah kerana ego memperkasakan keturunan, bangga kita berketurunan mulia lagi bangsawan, suka menyebut nama datuk nenek moyang kita yang dulunya dikatakan keramat atau hebat.
Sifat sombong seperti ini tidak ubah seperti kaum Bani Israel yang dilaknat Tuhan, seperti termaktub dalam al-Quran. Mereka bangga dengan keturunan mereka yang banyak menjadi nabi ikutan, konon keturunan mulia dikasihi tuhan.
Mereka rakus melakukan apa saja termasuk membunuh golongan lemah kerana keegoan menganggap orang lain tidak semulia mereka. Seandainya kita zalim, bangga dengan status keturunan, maka kesombongan itu sama dengan kesombongan kaum Bani Israel yang dilaknat tuhan.
Perkara keempat menjadikan kita beroleh sombong ialah kerana berasa diri cantik dan sempurna malah memandang orang lain dengan hina, seperti merendah-rendah ciptaan Allah hingga sanggup menyindir atau memberi gelaran tidak baik seperti pendek, berkulit hitam atau gemuk.
Sifat sombong kelima berpunca daripada kelebihan harta diberi Allah membuat kita lupa daratan, berbangga dengan kekayaan yang ada, rumah besar, kereta mewah hingga memandang rendah orang yang kurang berada.
Keenam, sombong kerana kekuatan dan kegagahan diri. Semua orang akan dibuli kerana kuatnya badan kita tidak terperi, hingga boleh memakan kaca seperti mengunyah. Boleh menarik bas dan lori hanya dengan gigi. Boleh dihempap badan dengan batu dan besi.
Akhirnya yang ketujuh kata Imam Ghazali, ialah sombong dan berbangga kerana ramainya pengikut setia di belakang diri, sepertinya orang alim berbangga dengan ramainya murid yang memuji. Guru silat pula berbangga dengan ramainya murid yang tidak lut ditetak dan dijilat api.
Justeru, hendaklah memeriksa diri sama ada tujuh perkara yang membawa kepada penyakit sombong ada pada kita atau tidak. Penawarnya ada di tangan sendiri kerana penyakit sombong hanya akan memakan diri.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud:
“Orang yang sombong, keras kepala dan takbur, akan dikumpulkan pada hari kiamat, dalam bentuk semut yang kecil, yang dipijak mereka oleh manusia, kerana hinanya mereka pada Allah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Abu Hurairah)
Tanda-Tanda Sifat Sombong
Langkah-langkah untuk mengenal pasti adanya penyakit ini ialah melalui pergaulan sesama manusia. Melalui pergaulan, akan dapat dikesan sifat sombong sama ada sombong yang keterlaluan, sederhana atau ringan.
Apakah tanda-tanda seseorang itu memiliki sifat sombong? Di antaranya:
1. Payah menerima pandangan orang lain sekalipun hatinya merasakan pandangan orang itu lebih baik daripadanya. Apatah lagi kalau pandangan itu datang daripada orang yang lebih rendah daripadanya sama ada rendah umur, pangkat atau lain-lain lagi.
2. Mudah marah atau emosional. Bila berlaku perbincangan dua hala, cepat tersinggung atau cepat naik darah kalau ada orang tersilap atau tersalah.
3. Memilih-milih kawan. Suka berkawan hanya dengan orang yang satu ‘level’ atau sama taraf dengannya. Manakala dengan orang bawahan atau lebih rendah kedudukannya, dia tidak suka bergaul atau bermesra, takut jatuh status atau darjat dirinya. Bahkan dengan orang yang sama level dengannya pun masih dipilih-pilih lagi. Yakni dia suka dengan orang yang mahu mendengar dan mentaati katakatanya. Mereka inilah saja yang dia boleh bermesra, duduk sama atau semajlis dengannya.
4. Memandang hina pada golongan bawahan.
5. Dalam perbahasan atau perbincangan, selalunya dia suka meninggikan suara atau menguatkan suara lebih daripada yang diperlukan.
6. Dalam pergaulan dia suka kata-katanya didengari, diambil perhatian dan diikuti. Sebaliknya di pihaknya sendiri, susah untuk mendengar cakap atau nasihat orang lain serta tidak prihatin dengan cakap orang. Apatah lagi untuk mengikut cakap orang lain.
7. Dalam pergaulannya, dia saja yang memborong untuk bercakap dan tidak suka memberi peluang kepada orang lain bercakap. Kalau ada orang lain bercakap, dia suka memotong percakapan orang itu.
8. Kalau dia jadi pemimpin, dia memimpin dengan kasar dan keras terhadap pengikut-pengikutnya atau orang bawahannya. Ia membuat arahan tanpa timbang rasa dan tidak ada perikemanusiaan. Kalau dia menjadi pengikut, susah pula untuk taat dan patuh pada pemimpinnya.
9. Susah hendak memberi kemaafan kepada orang yang tersilap dengannya. Bahkan ditengking-tengking, diherdik, dikata-kata atau dihina-hina. Di belakangnya diumpatumpat.
10. Kalau dia yang bersalah, susah dan berat hendak minta maaf. Rasa jatuh wibawa bila merendah diri meminta maaf. Bahkan dia tidak mengaku bersalah.
11. Dia suka dihormati. Tersinggung kalau tidak dihormati. Tetapi dia sendiri susah atau berat untuk menghormati orang lain.
12. Mudah berdendam dengan orang lain terutamanya bila orang itu tersilap.
13. Suka menzalimi orang sama ada secara kasar atau secara halus.
14. Kurang bermesra dengan orang kecuali terpaksa kerana perlukan orang itu atau kerana takutkan orang itu.
15. Suka memperkatakan keburukan orang seperti mengumpat, memfitnah serta membenci orang.
16. Kurang menghormati pemberian orang atau tidak menghargai pemberian orang lain.
17. Suka mengangkat-angkat diri atau menceritakan kelebihan diri.
18. Suka menghina dan menjatuhkan air muka orang di hadapan orang lain.
19. Kurang menghormati nikmat-nikmat Allah. Kalau ada makanan, berlaku pembaziran atau membuang makanan yang berlebihan. Kalau ada pakaian walaupun masih elok dipakai tetapi suka berganti dengan yang baru. Pakaian yang lama dibuang. Kalau ada duit lebih, suka beli barang yang tidak diperlukan. Semua itu lebih digemari daripada memberi nikmat yang berlebihan itu kepada orang lain.
20. Kalau berdiri, lebih suka bercekak pinggang (kerana membesarkan diri). Kalau bercakap, menepuk-nepuk meja dan suka mencemik. Kalau berjalan suka bergaya, menghentakhentak kaki atau berjalan membusung dada.
21. Kurang memberi simpati atau kurang menolong orang lain melainkan ada tujuan-tujuan dunia atau kerana takut dengan orang itu.
22. Kurang minat menerima tetamu atau tidak suka jadi tetamu orang.
23. Tidak suka menyebut kelebihan-kelebihan orang lain kerana takut mencabar dirinya.
24. Kesalahan-kesalahan orang lain dibesar-besarkan sedangkan kesalahan sendiri didiamkan, disorokkan, buat-buat tidak tahu atau cuba mempertahankan diri supaya orang menganggap dia tidak bersalah.
25. Sangat tidak senang dengan kejayaan atau kebolehan orang lain.
26. Dia sangat tersinggung kalau ada orang memuji-muji atau menyebut kelebihan-kelebihan orang lain di hadapannya. Tetapi kalau dia dipuji, terserlah pada air mukanya rasa bangga dan senang hati.
Senarai tanda-tanda, riak-riak atau sikap-sikap di atas sudah cukup jelas untuk kita dapat mengenali sifat sombong ini. Bila sudah dikenal pasti ertinya memudahkan kita mengatasi atau mencabut sifat keji ini.
Menepis Sifat Sombong...
« on:
Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih) Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. [...]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah menurunkan pakaian melewati kedua matakaki (Isbal) bila dilakukan tanpa sombong dianggap suatu yang haram atau tidak ?
Jawaban.
Menurunkan pakaian di bawah kedua mata kaki bagi pria adalah perkara yang haram. Apakah itu karena sombong atau tidak. Akan tetapi jika dia melakukannya karena sombong maka dosanya lebih besar dan keras, berdasarkan hadist yang tsabit dari Abu Dzar dalam Shahih Muslim, bahwa Rasulullah bersabda.
"Artinya : Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat, tidak dibersihkan dari dosa serta mereka akan mendapatkan azab yang pedih."
Abu Dzarr berkata : "Alangkah rugi dan bangkrutnya mereka, wahai Rasulullah ! Beliau berkata:
"Artinya : (Mereka adalah) pelaku Isbal, pengungkit pemberian dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu" [ Hadits Riwayat Muslim dan Ashabus Sunan]
Hadis ini adalah hadist yang mutlak akan tetapi dirinci dengan hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shalallahu �alaihi wasallam, beliau bersada :
"Artinya : Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong tidak akan dilihat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat." [Hadits Riwayat Bukhari]
Kemutlakan pada hadist Abu Dzar dirinci oleh hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Jika dia melakukan karena sombong Allah tidak akan melihatnya, membersihkannya dan dia akan mendapatkan azab sangat pedih. Hukuman ini lebih berat dari pada hukuman bagi orang yang tidak menurunkan pakaian tanpa sombong. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang kelompok ini dengan:
"Artinya : Apa yang berada dibawah kedua mata kaki berupa sarung maka tempatnya di neraka" [Hadits Riwayat Bukhari dan Ahmad]
Ketika kedua hukuman ini berbeda, tidak bisa membawa makna yang mutlak kepada pengecualian, karena kaidah yang membolehkan untuk megecualikan yang mutlak adalah dengan syarat bila kedua nash sama dari segi hukum.
Adapun bila hukum berbeda, maka tidak bisa salah satunya dikecualaikan dengan yang lain. Oleh karena ini ayat tayammum yang berbunyi :
"Artinya Maka sapulah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian dengan tanah itu." [Al Maidah :6]
Tidak bisa kita kecualikan dengan ayat wudlu yang berbunyi :
"Artinya : Maka basuhlah wajah wajah kalian dan tangan tangan kalian sampai siku” [ Al Maidah : 6]
Maka kita tidak boleh melakukan tayammum sampai kesiku. Itu diriwayatkan oleh Malik dan yang lainnya dari dari Abu Said Al Khudri bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Sarung seseorang mukmin sampai setengah betisnya. Dan apa yang berada dibawah mata kaki, maka tempatnya di neraka. Dan siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya."
Disini Nabi menyebutkan dua contoh dalam hukum kedua hal itu , karena memang hukum keduanya berbeda. Keduanya berbeda dalam perbuatan, maka juga berbeda dalam hukum. Dengan ini jelas kekeliruan dan yang mengecualikan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ;
"Artinya : Apa yang dibawah mata kaki tempatnya di neraka."
Dengan sabda beliau :
"Artinya : Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala."
Memang ada sebagian orang yang bila ditegur perbuatan Isbal yang dilakukannya, dia berkata: Saya tidak melakuakan hal ini karena sombong. Maka kita katakan kepada orang ini : Isbal ada dua jenis, yaitu jenis hukumnnya ; adalah bila seseorang melakukannya karena sombong maka dia tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan siksa yang sangat pedih, berbeda dengan orang yang melakukan Isbal tidak karena sombong. orang ini akan mendapatkan adzab, tetapi ia masih di ajak bicara, dilihat dan dibersihkan dosanya. Demikian kita katakan kepadanya.
[Diambil dari As�ilah Muhimmah Syaikh Muhammad Ibn Soleh Utsaimin]
Definisi sombongHukum menurunkan celana dibawah mata kaki tanpa sombong haram atau tidak
05 Januari 2010 Pertanyaan :Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah menurunkan pakaian melewati kedua matakaki (Isbal) bila dilakukan tanpa sombong dianggap suatu yang haram atau tidak ?
Jawaban.
Menurunkan pakaian di bawah kedua mata kaki bagi pria adalah perkara yang haram. Apakah itu karena sombong atau tidak. Akan tetapi jika dia melakukannya karena sombong maka dosanya lebih besar dan keras, berdasarkan hadist yang tsabit dari Abu Dzar dalam Shahih Muslim, bahwa Rasulullah bersabda.
"Artinya : Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat, tidak dibersihkan dari dosa serta mereka akan mendapatkan azab yang pedih."
Abu Dzarr berkata : "Alangkah rugi dan bangkrutnya mereka, wahai Rasulullah ! Beliau berkata:
"Artinya : (Mereka adalah) pelaku Isbal, pengungkit pemberian dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu" [ Hadits Riwayat Muslim dan Ashabus Sunan]
Hadis ini adalah hadist yang mutlak akan tetapi dirinci dengan hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shalallahu �alaihi wasallam, beliau bersada :
"Artinya : Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong tidak akan dilihat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat." [Hadits Riwayat Bukhari]
Kemutlakan pada hadist Abu Dzar dirinci oleh hadist Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Jika dia melakukan karena sombong Allah tidak akan melihatnya, membersihkannya dan dia akan mendapatkan azab sangat pedih. Hukuman ini lebih berat dari pada hukuman bagi orang yang tidak menurunkan pakaian tanpa sombong. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang kelompok ini dengan:
"Artinya : Apa yang berada dibawah kedua mata kaki berupa sarung maka tempatnya di neraka" [Hadits Riwayat Bukhari dan Ahmad]
Ketika kedua hukuman ini berbeda, tidak bisa membawa makna yang mutlak kepada pengecualian, karena kaidah yang membolehkan untuk megecualikan yang mutlak adalah dengan syarat bila kedua nash sama dari segi hukum.
Adapun bila hukum berbeda, maka tidak bisa salah satunya dikecualaikan dengan yang lain. Oleh karena ini ayat tayammum yang berbunyi :
"Artinya Maka sapulah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian dengan tanah itu." [Al Maidah :6]
Tidak bisa kita kecualikan dengan ayat wudlu yang berbunyi :
"Artinya : Maka basuhlah wajah wajah kalian dan tangan tangan kalian sampai siku” [ Al Maidah : 6]
Maka kita tidak boleh melakukan tayammum sampai kesiku. Itu diriwayatkan oleh Malik dan yang lainnya dari dari Abu Said Al Khudri bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Sarung seseorang mukmin sampai setengah betisnya. Dan apa yang berada dibawah mata kaki, maka tempatnya di neraka. Dan siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya."
Disini Nabi menyebutkan dua contoh dalam hukum kedua hal itu , karena memang hukum keduanya berbeda. Keduanya berbeda dalam perbuatan, maka juga berbeda dalam hukum. Dengan ini jelas kekeliruan dan yang mengecualikan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ;
"Artinya : Apa yang dibawah mata kaki tempatnya di neraka."
Dengan sabda beliau :
"Artinya : Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala."
Memang ada sebagian orang yang bila ditegur perbuatan Isbal yang dilakukannya, dia berkata: Saya tidak melakuakan hal ini karena sombong. Maka kita katakan kepada orang ini : Isbal ada dua jenis, yaitu jenis hukumnnya ; adalah bila seseorang melakukannya karena sombong maka dia tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan siksa yang sangat pedih, berbeda dengan orang yang melakukan Isbal tidak karena sombong. orang ini akan mendapatkan adzab, tetapi ia masih di ajak bicara, dilihat dan dibersihkan dosanya. Demikian kita katakan kepadanya.
[Diambil dari As�ilah Muhimmah Syaikh Muhammad Ibn Soleh Utsaimin]
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman : 18)
PENGERTIAN SOMBONG
Definisi sombong oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits: “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”
(Riwayat Muslim)
“Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar dari pada orang lain, Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan ataupun
mengesakan-Nya”. (Fathul Bari’ 10/601)
HUKUM SOMBONG
Sombong haram hukumnya dan termasuk dosa besar. Ayat diatas telah dengan tegas menjelaskannya.
Ibnu Katsir : ; mengatakan,; “Firman Allah ;” dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” maksudnya janganlah
kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, lagi berbuat semenamena. Jangan kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah akan
murka kepadamu” (Tafsir Ibnu Katsir 3/417)
“Tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi” (Riwayat Muslim)
Imam An Nawawi : ; berkata: “Hadits diatas berisi larangan dari sifat sombong, yaitu menyombongkan diri kepada manusia,
merendahkan mereka serta menolak kebenaran”(Syarh Shahih Muslim 2/269)
CELAAN BAGI ORANG SOMBONG
1. Melanggar Perintah Allah
Orang yang sombong telah menerjang larangan Allah dan Rasul-Nya. Allah telah berfirman: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman :18)
2. Menjadi Penghuni Neraka
Orang yang sombong akan diadzab Allah dengan dimasukannya kedalam neraka. Rasulullah J bersabda: “Para penghuni neraka adalah orang-orang yang keras kepala, kasar lagi sombong” (Riwayat Bukhari-Muslim)
Yang demikian itu karena hanya Alah lah yang berhak untuk sombong. Pantaskah manusia yang lemah dan diciptakan dari setetes air mani
yang hina bersikap sombong dihadapan Allah??, Oleh karena itu Allah mengharamkan syorga bagi orang-orang yang sombong.
3. Orang Sombong Akan Mendapat kehinaan
Orang yang sombong akan mendapatkan kehinaan didunia berupa kejahilan, sebagai balasan perbuatannya. Allah berfirman: “Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku” (Al A’raf : 146)
Yaitu Aku akan halangi mereka memahami hujjah-hujjah dan dalil-dalil yang menunjukan keagungan-Ku, syari’at-Ku, dan hukum-hukum-Ku
pada hati orang-orang yang sombong untuk taat kepada-Ku dan sombong kepada manusia tanpa alas an yang benar. Sebagaimana mereka
sombong tanpa alasan yang benar, maka Allah akan hinakan mereka dengan kebodohan.(Tafsir Ibn Katsir 2/228)
4. Hatinya Terkunci
Orang yang sombong terhadap dirinya sendiri atau menolak kebenaran dan merendahkan manusia, Allah akan kunci mati hatinya dari
menerima kebenaran. Allah berfirman: “ Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (Ghafir : 35)
Imam As Syaukani : ; mengatakan; “sebagaimana Allah mengunci mati hati orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah, maka
demikian pula Allah akan mengunci mati hati orang yang sombong lagi berbuat semena-mena”
Lanjutnya lagi; “Yang demikian itu, karena hati merupakan sumber kesombongan. Sedangkan anggota badan yang lain tunduk mengikuti
hati” (Fathul Qadir 4/492)
5. Mendapatkan Tempat Yang Paling Buruk
Hal ini sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya: “Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya". Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri” (AzZumar : 72)
6. Tidak Diajak Bicara Alah
Kesombongan pada tingkat tertentu akan mendapat adzab yang pedih. Disamping itu mereka tidak akan diajak bicara Allah pada hari kiamat kelak. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah: “Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan oleh-Nya, dan baginya adzab yang pedih; (yaitu) Orang yang sudah tua berzina, penguasa pendusta dan orang miskin yang sombong” (Riwayat Muslim)
SOMBONG
« Jawab #2 on:
SOMBONG bererti terasa kelebihan dan kehebatan yang ada pada diri sendiri, kemudian ditambah dengan sifat suka menghina dan merendahkan orang lain. Orang sombong memandang rendah manusia lain kerana berasakan sesuatu kelebihan yang ada pada diri mereka.
Begitulah sombongnya Iblis yang enggan sujud kepada Nabi Adam. Tidak cukup dengan kesombongannya kepada Allah, lalu ia menempelak: “Mana bisa aku bersujud kepada manusia, kerana aku dijadikan dari api yang mulia, sedangkan Adam dijadikan dari tanah yang hina.
Penyakit sombong akan menyerang sesiapa saja, baik lelaki atau perempuan, golongan bangsawan atau bawahan, berjawatan tinggi ataupun pengemis di jalanan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Aku akan belokkan dari keterangan-Ku, orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi, di luar kebenaran.” (Surah al-A’raf, ayat 146)
Sombong yang paling keji ialah bersifat sombong terhadap Allah. Tercatat dalam al-Quran, antara manusia yang pernah sombong terhadap Allah ialah Namrud yang ingin memerangi tuhan, keduanya Raja Firaun yang pernah mengaku dirinya Tuhan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Sesungguhnya, orang yang menyombongkan dirinya dari menyembah Aku, akan masuk neraka jahanam dengan kehinaan.” (Surah al-Mukmin, ayat 60)
Sombong yang kedua ialah bersifat sombong kepada Rasul dan ajarannya seperti tidak mengiktiraf rasul yang diutus Tuhan kerana kemiskinan dan kehinaan keturunan, seperti Firaun yang mengaku dan menganggap dirinya tuhan, tidak mengaku Nabi Musa rasul utusan Allah.
Begitu juga Abu Lahab serta kaum Quraisy yang enggan menerima Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman.
Oleh itu mari kita memeriksa diri, apakah kita sudah dijangkiti virus sombong ini atau tanpa diketahui kita adalah salah seorang penghidap serius penyakit itu selama berpuluh tahun.
Iman Al-Ghazali menyimpulkan ada tujuh cara untuk mengenali seseorang yang sedang dan sudah menghidap penyakit hati yang merbahaya ini :
Pertama, kelebihan seseorang kerana pengetahuan ilmunya, baik ilmu dunia atau ilmu akhirat. Apabila ilmu sudah penuh di dada dia menganggap semua orang lain jahil belaka, semua orang buta dan jika ada pandangan yang bernas tetapi tidak diterimanya.
Orang sombong seumpama ini, menghendaki dirinya selalu dihormati oleh orang lain terutama ketika di khalayak ramai, oleh anak muridnya dan orang bawahannya serta sentiasa meminta diberi layanan mulia.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Tidak akan masuk neraka, orang yang di dalam hatinya ada seberat sebiji sawi darinya iman, dan tidak akan masuk syurga yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi darinya sombong.” (Hadis riwayat Muslim dan Abu Daud)
Keduanya kerana kelebihan beribadat seseorang. Penyakit orang ahli abid yang merasa diri mereka terlalu banyak beribadat berbanding dengan orang lain sehingga menganggap orang lain tidak mampu beribadat seperti mereka.
Sedangkan mereka terpedaya dengan tipu daya syaitan. Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabda Baginda yang bermaksud:
“Bahawa siapa yang memuji dirinya sendiri atas suatu amal salih, bererti sudah tersesat daripada mensyukurinya, dan gugurlah segala amal perbuatannya.”
Jika kita bersifat seperti ini, menghina orang yang tidak bersembahyang atau apabila orang mengerjakan maksiat, lantas menggelengkan kepala dan terdetik di dalam hati, “Apa nak jadi dengan kamu semua. Mengapa tidak alim dan warak seperti aku,” maka kita adalah dalam kategori orang yang berpenyakit sombong. Oleh itu, bersegeralah bertaubat atas kejelekan akhlak.
Perkara ketiga yang membuatkan kita sombong ialah kerana ego memperkasakan keturunan, bangga kita berketurunan mulia lagi bangsawan, suka menyebut nama datuk nenek moyang kita yang dulunya dikatakan keramat atau hebat.
Sifat sombong seperti ini tidak ubah seperti kaum Bani Israel yang dilaknat Tuhan, seperti termaktub dalam al-Quran. Mereka bangga dengan keturunan mereka yang banyak menjadi nabi ikutan, konon keturunan mulia dikasihi tuhan.
Mereka rakus melakukan apa saja termasuk membunuh golongan lemah kerana keegoan menganggap orang lain tidak semulia mereka. Seandainya kita zalim, bangga dengan status keturunan, maka kesombongan itu sama dengan kesombongan kaum Bani Israel yang dilaknat tuhan.
Perkara keempat menjadikan kita beroleh sombong ialah kerana berasa diri cantik dan sempurna malah memandang orang lain dengan hina, seperti merendah-rendah ciptaan Allah hingga sanggup menyindir atau memberi gelaran tidak baik seperti pendek, berkulit hitam atau gemuk.
Sifat sombong kelima berpunca daripada kelebihan harta diberi Allah membuat kita lupa daratan, berbangga dengan kekayaan yang ada, rumah besar, kereta mewah hingga memandang rendah orang yang kurang berada.
Keenam, sombong kerana kekuatan dan kegagahan diri. Semua orang akan dibuli kerana kuatnya badan kita tidak terperi, hingga boleh memakan kaca seperti mengunyah. Boleh menarik bas dan lori hanya dengan gigi. Boleh dihempap badan dengan batu dan besi.
Akhirnya yang ketujuh kata Imam Ghazali, ialah sombong dan berbangga kerana ramainya pengikut setia di belakang diri, sepertinya orang alim berbangga dengan ramainya murid yang memuji. Guru silat pula berbangga dengan ramainya murid yang tidak lut ditetak dan dijilat api.
Justeru, hendaklah memeriksa diri sama ada tujuh perkara yang membawa kepada penyakit sombong ada pada kita atau tidak. Penawarnya ada di tangan sendiri kerana penyakit sombong hanya akan memakan diri.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud:
“Orang yang sombong, keras kepala dan takbur, akan dikumpulkan pada hari kiamat, dalam bentuk semut yang kecil, yang dipijak mereka oleh manusia, kerana hinanya mereka pada Allah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Abu Hurairah)
Tanda-Tanda Sifat Sombong Begitulah sombongnya Iblis yang enggan sujud kepada Nabi Adam. Tidak cukup dengan kesombongannya kepada Allah, lalu ia menempelak: “Mana bisa aku bersujud kepada manusia, kerana aku dijadikan dari api yang mulia, sedangkan Adam dijadikan dari tanah yang hina.
Penyakit sombong akan menyerang sesiapa saja, baik lelaki atau perempuan, golongan bangsawan atau bawahan, berjawatan tinggi ataupun pengemis di jalanan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Aku akan belokkan dari keterangan-Ku, orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi, di luar kebenaran.” (Surah al-A’raf, ayat 146)
Sombong yang paling keji ialah bersifat sombong terhadap Allah. Tercatat dalam al-Quran, antara manusia yang pernah sombong terhadap Allah ialah Namrud yang ingin memerangi tuhan, keduanya Raja Firaun yang pernah mengaku dirinya Tuhan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Sesungguhnya, orang yang menyombongkan dirinya dari menyembah Aku, akan masuk neraka jahanam dengan kehinaan.” (Surah al-Mukmin, ayat 60)
Sombong yang kedua ialah bersifat sombong kepada Rasul dan ajarannya seperti tidak mengiktiraf rasul yang diutus Tuhan kerana kemiskinan dan kehinaan keturunan, seperti Firaun yang mengaku dan menganggap dirinya tuhan, tidak mengaku Nabi Musa rasul utusan Allah.
Begitu juga Abu Lahab serta kaum Quraisy yang enggan menerima Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman.
Oleh itu mari kita memeriksa diri, apakah kita sudah dijangkiti virus sombong ini atau tanpa diketahui kita adalah salah seorang penghidap serius penyakit itu selama berpuluh tahun.
Iman Al-Ghazali menyimpulkan ada tujuh cara untuk mengenali seseorang yang sedang dan sudah menghidap penyakit hati yang merbahaya ini :
Pertama, kelebihan seseorang kerana pengetahuan ilmunya, baik ilmu dunia atau ilmu akhirat. Apabila ilmu sudah penuh di dada dia menganggap semua orang lain jahil belaka, semua orang buta dan jika ada pandangan yang bernas tetapi tidak diterimanya.
Orang sombong seumpama ini, menghendaki dirinya selalu dihormati oleh orang lain terutama ketika di khalayak ramai, oleh anak muridnya dan orang bawahannya serta sentiasa meminta diberi layanan mulia.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Tidak akan masuk neraka, orang yang di dalam hatinya ada seberat sebiji sawi darinya iman, dan tidak akan masuk syurga yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi darinya sombong.” (Hadis riwayat Muslim dan Abu Daud)
Keduanya kerana kelebihan beribadat seseorang. Penyakit orang ahli abid yang merasa diri mereka terlalu banyak beribadat berbanding dengan orang lain sehingga menganggap orang lain tidak mampu beribadat seperti mereka.
Sedangkan mereka terpedaya dengan tipu daya syaitan. Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabda Baginda yang bermaksud:
“Bahawa siapa yang memuji dirinya sendiri atas suatu amal salih, bererti sudah tersesat daripada mensyukurinya, dan gugurlah segala amal perbuatannya.”
Jika kita bersifat seperti ini, menghina orang yang tidak bersembahyang atau apabila orang mengerjakan maksiat, lantas menggelengkan kepala dan terdetik di dalam hati, “Apa nak jadi dengan kamu semua. Mengapa tidak alim dan warak seperti aku,” maka kita adalah dalam kategori orang yang berpenyakit sombong. Oleh itu, bersegeralah bertaubat atas kejelekan akhlak.
Perkara ketiga yang membuatkan kita sombong ialah kerana ego memperkasakan keturunan, bangga kita berketurunan mulia lagi bangsawan, suka menyebut nama datuk nenek moyang kita yang dulunya dikatakan keramat atau hebat.
Sifat sombong seperti ini tidak ubah seperti kaum Bani Israel yang dilaknat Tuhan, seperti termaktub dalam al-Quran. Mereka bangga dengan keturunan mereka yang banyak menjadi nabi ikutan, konon keturunan mulia dikasihi tuhan.
Mereka rakus melakukan apa saja termasuk membunuh golongan lemah kerana keegoan menganggap orang lain tidak semulia mereka. Seandainya kita zalim, bangga dengan status keturunan, maka kesombongan itu sama dengan kesombongan kaum Bani Israel yang dilaknat tuhan.
Perkara keempat menjadikan kita beroleh sombong ialah kerana berasa diri cantik dan sempurna malah memandang orang lain dengan hina, seperti merendah-rendah ciptaan Allah hingga sanggup menyindir atau memberi gelaran tidak baik seperti pendek, berkulit hitam atau gemuk.
Sifat sombong kelima berpunca daripada kelebihan harta diberi Allah membuat kita lupa daratan, berbangga dengan kekayaan yang ada, rumah besar, kereta mewah hingga memandang rendah orang yang kurang berada.
Keenam, sombong kerana kekuatan dan kegagahan diri. Semua orang akan dibuli kerana kuatnya badan kita tidak terperi, hingga boleh memakan kaca seperti mengunyah. Boleh menarik bas dan lori hanya dengan gigi. Boleh dihempap badan dengan batu dan besi.
Akhirnya yang ketujuh kata Imam Ghazali, ialah sombong dan berbangga kerana ramainya pengikut setia di belakang diri, sepertinya orang alim berbangga dengan ramainya murid yang memuji. Guru silat pula berbangga dengan ramainya murid yang tidak lut ditetak dan dijilat api.
Justeru, hendaklah memeriksa diri sama ada tujuh perkara yang membawa kepada penyakit sombong ada pada kita atau tidak. Penawarnya ada di tangan sendiri kerana penyakit sombong hanya akan memakan diri.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud:
“Orang yang sombong, keras kepala dan takbur, akan dikumpulkan pada hari kiamat, dalam bentuk semut yang kecil, yang dipijak mereka oleh manusia, kerana hinanya mereka pada Allah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Abu Hurairah)
Langkah-langkah untuk mengenal pasti adanya penyakit ini ialah melalui pergaulan sesama manusia. Melalui pergaulan, akan dapat dikesan sifat sombong sama ada sombong yang keterlaluan, sederhana atau ringan.
Apakah tanda-tanda seseorang itu memiliki sifat sombong? Di antaranya:
1. Payah menerima pandangan orang lain sekalipun hatinya merasakan pandangan orang itu lebih baik daripadanya. Apatah lagi kalau pandangan itu datang daripada orang yang lebih rendah daripadanya sama ada rendah umur, pangkat atau lain-lain lagi.
2. Mudah marah atau emosional. Bila berlaku perbincangan dua hala, cepat tersinggung atau cepat naik darah kalau ada orang tersilap atau tersalah.
3. Memilih-milih kawan. Suka berkawan hanya dengan orang yang satu ‘level’ atau sama taraf dengannya. Manakala dengan orang bawahan atau lebih rendah kedudukannya, dia tidak suka bergaul atau bermesra, takut jatuh status atau darjat dirinya. Bahkan dengan orang yang sama level dengannya pun masih dipilih-pilih lagi. Yakni dia suka dengan orang yang mahu mendengar dan mentaati katakatanya. Mereka inilah saja yang dia boleh bermesra, duduk sama atau semajlis dengannya.
4. Memandang hina pada golongan bawahan.
5. Dalam perbahasan atau perbincangan, selalunya dia suka meninggikan suara atau menguatkan suara lebih daripada yang diperlukan.
6. Dalam pergaulan dia suka kata-katanya didengari, diambil perhatian dan diikuti. Sebaliknya di pihaknya sendiri, susah untuk mendengar cakap atau nasihat orang lain serta tidak prihatin dengan cakap orang. Apatah lagi untuk mengikut cakap orang lain.
7. Dalam pergaulannya, dia saja yang memborong untuk bercakap dan tidak suka memberi peluang kepada orang lain bercakap. Kalau ada orang lain bercakap, dia suka memotong percakapan orang itu.
8. Kalau dia jadi pemimpin, dia memimpin dengan kasar dan keras terhadap pengikut-pengikutnya atau orang bawahannya. Ia membuat arahan tanpa timbang rasa dan tidak ada perikemanusiaan. Kalau dia menjadi pengikut, susah pula untuk taat dan patuh pada pemimpinnya.
9. Susah hendak memberi kemaafan kepada orang yang tersilap dengannya. Bahkan ditengking-tengking, diherdik, dikata-kata atau dihina-hina. Di belakangnya diumpatumpat.
10. Kalau dia yang bersalah, susah dan berat hendak minta maaf. Rasa jatuh wibawa bila merendah diri meminta maaf. Bahkan dia tidak mengaku bersalah.
11. Dia suka dihormati. Tersinggung kalau tidak dihormati. Tetapi dia sendiri susah atau berat untuk menghormati orang lain.
12. Mudah berdendam dengan orang lain terutamanya bila orang itu tersilap.
13. Suka menzalimi orang sama ada secara kasar atau secara halus.
14. Kurang bermesra dengan orang kecuali terpaksa kerana perlukan orang itu atau kerana takutkan orang itu.
15. Suka memperkatakan keburukan orang seperti mengumpat, memfitnah serta membenci orang.
16. Kurang menghormati pemberian orang atau tidak menghargai pemberian orang lain.
17. Suka mengangkat-angkat diri atau menceritakan kelebihan diri.
18. Suka menghina dan menjatuhkan air muka orang di hadapan orang lain.
19. Kurang menghormati nikmat-nikmat Allah. Kalau ada makanan, berlaku pembaziran atau membuang makanan yang berlebihan. Kalau ada pakaian walaupun masih elok dipakai tetapi suka berganti dengan yang baru. Pakaian yang lama dibuang. Kalau ada duit lebih, suka beli barang yang tidak diperlukan. Semua itu lebih digemari daripada memberi nikmat yang berlebihan itu kepada orang lain.
20. Kalau berdiri, lebih suka bercekak pinggang (kerana membesarkan diri). Kalau bercakap, menepuk-nepuk meja dan suka mencemik. Kalau berjalan suka bergaya, menghentakhentak kaki atau berjalan membusung dada.
21. Kurang memberi simpati atau kurang menolong orang lain melainkan ada tujuan-tujuan dunia atau kerana takut dengan orang itu.
22. Kurang minat menerima tetamu atau tidak suka jadi tetamu orang.
23. Tidak suka menyebut kelebihan-kelebihan orang lain kerana takut mencabar dirinya.
24. Kesalahan-kesalahan orang lain dibesar-besarkan sedangkan kesalahan sendiri didiamkan, disorokkan, buat-buat tidak tahu atau cuba mempertahankan diri supaya orang menganggap dia tidak bersalah.
25. Sangat tidak senang dengan kejayaan atau kebolehan orang lain.
26. Dia sangat tersinggung kalau ada orang memuji-muji atau menyebut kelebihan-kelebihan orang lain di hadapannya. Tetapi kalau dia dipuji, terserlah pada air mukanya rasa bangga dan senang hati.
Senarai tanda-tanda, riak-riak atau sikap-sikap di atas sudah cukup jelas untuk kita dapat mengenali sifat sombong ini. Bila sudah dikenal pasti ertinya memudahkan kita mengatasi atau mencabut sifat keji ini.
Menepis Sifat Sombong...
« on: 31 July, 2007, 10:50:03 PM »
SOMBONG, takabbur, atau merasa diri besar adalah masalah yang sangat serius. Kita harus berhati-hati dengan persoalan
ini. Sebab kesombongan inilah yang menyebabkan setan terusir dari surga dan kemudian dikutuk oleh Allah selamanya. Hadirnya rasa
takabbur sangat halus sekali. Banyak orang telah merasa tawadhu (rendah hati) padahal dirinya di mata orang lain sedang menunjukkan
sikap takabburnya. Tentang sikap takabbur ini Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada
kesombongan walau seberat debu. (HR Muslim). Allah benar-benar mengharamkan surga untuk dimasuki orang-orang takabbur. Takabbur
hanya layak bagi Allah yang memang memiliki keagungan sempurna. Sedang seluruh makhluk hanya sekadar menerima kemurahan dari-Nya.
Penyakit takabbur memang benar-benar seperti bau busuk yang tidak dapat ditutup-tutupi dan disembunyikan. Orang yang mengidap
penyakit ini demikian mudah dilihat oleh mata telanjang orang awam sekalipun dan dapat dirasakan oleh hati siapapun.
Perhatikan penampilan orang takabbur! Mulai dari ujung rambut, lirikan mata, tarikan nafas, senyum sinis, tutur kata, jumlah kata,
nada suara, bahkan senandungnya pun benar-benar menunjukkan keangkuhan. Begitupun cara berjalan, duduk, menerima tamu,
berpakaian, gerak-gerik tangan bahkan hingga ke jari-jari kaki. Semuanya menunjukkan gambaran orang yang benar-benar buruk
perangainya.
Ada pertanyaan menarik. Pantaskah sebenarnya orang bersikap takabbur, jika seluruh kebaikan pada dirinya semata-mata hanya berkat kemurahan Allah padanya? Padahal jika Allah menghendaki, dia bisa terlahir sebagai kambing. Tentu saja saat itu tidak ada lagi yang bisa
disombongkan. Atau kalau Allah mau, dia bisa terlahir dengan kemampuan otak yang minim. Bahkan jika Allah takdirkan dia lahir di tengah-
tengah suku pedalaman di hutan belantara, maka pada saat ini mungkin dia tengah mengejar babi hutan untuk makan malam. Apa lagi yang
bisa disombongkan?
Marilah kita berhati-hati dari bahaya kesombongan ini. Jika penyakit ini datang pada kita, kita akan sengsara. Langkah kehati-hatian ini bisa dimulai dengan mengenali ciri-ciri kesombongan. Rasulullah SAW bersabda: Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan
sesama manusia. (HR Muslim). Jika dalam hati kita ada satu dari dua hal ini, atau kedua-duanya ada, itu pertanda kita telah masuk
dalam deretan orang-orang sombong.
Sebagian orang ada yang merasa dirinya paling mulia, baik, salih, dekat pada Allah, dikabul doanya, berkah urusannya, dan lainnya.
Ketika ada kebaikan lalu kita laporkan padanya, dia berkata: Oh, siapa dulu dong yang mendoakannya? Dan ketika kita datang padanya
dengan keluhan berupa musibah, dia berkata: Ah, itu sih tidak aneh, saya pernah mengalaminya lebih parah dari itu.
Ini adalah gambaran kesombongan. Orang merasa diri lebih dekat pada Allah, lalu memandang orang lain dengan pandangan
yang merendahkan. Perilaku seperti ini jika diteruskan akan merugikan pelakunya. Hakikatnya, semua kebaikan dan keburukan
terjadi karena izin Allah. Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa semuanya (kebaikan dan keburukan itu) adalah dari sisi (atas takdir)
Allah. (QS An Nisaa 4:78). Kita tidak berdaya membuat kebaikan dan keburukan jika Allah tidak menghen daki hal itu terjadi.
Sekalipun berupa doa atau puasa, tidak bisa dijadikan alasan bahwa kita punya kuasa atas kebaikan dan keburukan. Wallahu alam.
KH Abdullah Gymnastiar
------------------------
(Kolom Manajemen Qolbu, Harian
Kedaulatan Rakyat Selasa, 01 Juli 2003)
Sumber : Dari sahabat untuk sahabat...
ini. Sebab kesombongan inilah yang menyebabkan setan terusir dari surga dan kemudian dikutuk oleh Allah selamanya. Hadirnya rasa
takabbur sangat halus sekali. Banyak orang telah merasa tawadhu (rendah hati) padahal dirinya di mata orang lain sedang menunjukkan
sikap takabburnya. Tentang sikap takabbur ini Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada
kesombongan walau seberat debu. (HR Muslim). Allah benar-benar mengharamkan surga untuk dimasuki orang-orang takabbur. Takabbur
hanya layak bagi Allah yang memang memiliki keagungan sempurna. Sedang seluruh makhluk hanya sekadar menerima kemurahan dari-Nya.
Penyakit takabbur memang benar-benar seperti bau busuk yang tidak dapat ditutup-tutupi dan disembunyikan. Orang yang mengidap
penyakit ini demikian mudah dilihat oleh mata telanjang orang awam sekalipun dan dapat dirasakan oleh hati siapapun.
Perhatikan penampilan orang takabbur! Mulai dari ujung rambut, lirikan mata, tarikan nafas, senyum sinis, tutur kata, jumlah kata,
nada suara, bahkan senandungnya pun benar-benar menunjukkan keangkuhan. Begitupun cara berjalan, duduk, menerima tamu,
berpakaian, gerak-gerik tangan bahkan hingga ke jari-jari kaki. Semuanya menunjukkan gambaran orang yang benar-benar buruk
perangainya.
Ada pertanyaan menarik. Pantaskah sebenarnya orang bersikap takabbur, jika seluruh kebaikan pada dirinya semata-mata hanya berkat kemurahan Allah padanya? Padahal jika Allah menghendaki, dia bisa terlahir sebagai kambing. Tentu saja saat itu tidak ada lagi yang bisa
disombongkan. Atau kalau Allah mau, dia bisa terlahir dengan kemampuan otak yang minim. Bahkan jika Allah takdirkan dia lahir di tengah-
tengah suku pedalaman di hutan belantara, maka pada saat ini mungkin dia tengah mengejar babi hutan untuk makan malam. Apa lagi yang
bisa disombongkan?
Marilah kita berhati-hati dari bahaya kesombongan ini. Jika penyakit ini datang pada kita, kita akan sengsara. Langkah kehati-hatian ini bisa dimulai dengan mengenali ciri-ciri kesombongan. Rasulullah SAW bersabda: Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan
sesama manusia. (HR Muslim). Jika dalam hati kita ada satu dari dua hal ini, atau kedua-duanya ada, itu pertanda kita telah masuk
dalam deretan orang-orang sombong.
Sebagian orang ada yang merasa dirinya paling mulia, baik, salih, dekat pada Allah, dikabul doanya, berkah urusannya, dan lainnya.
Ketika ada kebaikan lalu kita laporkan padanya, dia berkata: Oh, siapa dulu dong yang mendoakannya? Dan ketika kita datang padanya
dengan keluhan berupa musibah, dia berkata: Ah, itu sih tidak aneh, saya pernah mengalaminya lebih parah dari itu.
Ini adalah gambaran kesombongan. Orang merasa diri lebih dekat pada Allah, lalu memandang orang lain dengan pandangan
yang merendahkan. Perilaku seperti ini jika diteruskan akan merugikan pelakunya. Hakikatnya, semua kebaikan dan keburukan
terjadi karena izin Allah. Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa semuanya (kebaikan dan keburukan itu) adalah dari sisi (atas takdir)
Allah. (QS An Nisaa 4:78). Kita tidak berdaya membuat kebaikan dan keburukan jika Allah tidak menghen daki hal itu terjadi.
Sekalipun berupa doa atau puasa, tidak bisa dijadikan alasan bahwa kita punya kuasa atas kebaikan dan keburukan. Wallahu alam.
KH Abdullah Gymnastiar
------------------------
(Kolom Manajemen Qolbu, Harian
Kedaulatan Rakyat Selasa, 01 Juli 2003)
Sumber : Dari sahabat untuk sahabat...
Menepis Sifat Sombong...
« Jawab #1 on:
[box title=Imam Al-Ghazali mengemukakan panduan supaya kita tidak bersifat sombong dan angkuh.]
BANYAK peristiwa yang dialami, banyak jalanan yang dilalui, menjadikan manusia sering lupa diri, alpa dan tenggelam dalam kehidupan. Banyak nikmat yang dikecapi, banyak kejayaan yang dijulang, membuatkan manusia berasa diri hebat, berada di kemuncak, menyebabkan wujud rasa sombong dan angkuh dalam diri.
Jika berjumpa kanak-kanak, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita. Ini kerana kanak-kanak belum banyak melakukan dosa daripada kita.
Mungkin susah bagi sesetengah orang untuk mengangkat darjat ke atas orang yang berada di bawah kedudukannya, apa tah lagi mereka adalah kanak-kanak. Tetapi kalau diamati saranan Imam Ghazali ini, kita dapat rasakan betapa Islam begitu suci dan tinggi nilai peradabannya. Begitu halus dan seninya erti rendah diri yang dianjurkan.
Andai kata kita dapat melaksanakan sikap ini, betapa kita menjadi orang yang tinggi pekerti di sisi Allah. Ini kerana kita meletakkan perbandingan dosa antara kita dengan kanak-kanak yang sudah pastilah amat ketara nisbahnya. Sikap inilah yang akan membentuk keinsafan serta membulatkan tekad untuk mengurangkan perlakuan dosa.
Apabila bertemu orang tua, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana mereka sudah lama beribadat.
Kebiasaan kita memang menghormati yang lebih tua. Tetapi, berapa ramai yang sanggup menganggap golongan ini lebih mulia, melainkan ditanam dalam diri sikap yang dianjurkan oleh Imam Ghazali ini. Menghormati orang yang lebih tua dengan andaian bahawa mereka sudah lama beribadat, menjadikan kita lebih bermotivasi dalam meningkatkan amalan yang kononnya lebih muda ini dapat mengatasinya dari sudut kuantiti dan kualiti.
Jika berjumpa orang alim, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana banyak ilmu yang mereka pelajari dan ketahui.
Menjadi lumrah kita menghormati orang alim. Bukan sekadar menghormati, malah dijadikan idola dan teladan untuk ikutan. Islam menganjurkan penghormatan ke atas orang alim bertepatan dengan kemuliaan ilmu serta amalan mereka. Wajarlah kita memuliakan mereka dengan menganggap bahawa memang benarlah mereka banyak mempelajari dan banyak mengetahui ilmu
BANYAK peristiwa yang dialami, banyak jalanan yang dilalui, menjadikan manusia sering lupa diri, alpa dan tenggelam dalam kehidupan. Banyak nikmat yang dikecapi, banyak kejayaan yang dijulang, membuatkan manusia berasa diri hebat, berada di kemuncak, menyebabkan wujud rasa sombong dan angkuh dalam diri.
Jika berjumpa kanak-kanak, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita. Ini kerana kanak-kanak belum banyak melakukan dosa daripada kita.
Mungkin susah bagi sesetengah orang untuk mengangkat darjat ke atas orang yang berada di bawah kedudukannya, apa tah lagi mereka adalah kanak-kanak. Tetapi kalau diamati saranan Imam Ghazali ini, kita dapat rasakan betapa Islam begitu suci dan tinggi nilai peradabannya. Begitu halus dan seninya erti rendah diri yang dianjurkan.
Andai kata kita dapat melaksanakan sikap ini, betapa kita menjadi orang yang tinggi pekerti di sisi Allah. Ini kerana kita meletakkan perbandingan dosa antara kita dengan kanak-kanak yang sudah pastilah amat ketara nisbahnya. Sikap inilah yang akan membentuk keinsafan serta membulatkan tekad untuk mengurangkan perlakuan dosa.
Apabila bertemu orang tua, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana mereka sudah lama beribadat.
Kebiasaan kita memang menghormati yang lebih tua. Tetapi, berapa ramai yang sanggup menganggap golongan ini lebih mulia, melainkan ditanam dalam diri sikap yang dianjurkan oleh Imam Ghazali ini. Menghormati orang yang lebih tua dengan andaian bahawa mereka sudah lama beribadat, menjadikan kita lebih bermotivasi dalam meningkatkan amalan yang kononnya lebih muda ini dapat mengatasinya dari sudut kuantiti dan kualiti.
Jika berjumpa orang alim, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana banyak ilmu yang mereka pelajari dan ketahui.
Menjadi lumrah kita menghormati orang alim. Bukan sekadar menghormati, malah dijadikan idola dan teladan untuk ikutan. Islam menganjurkan penghormatan ke atas orang alim bertepatan dengan kemuliaan ilmu serta amalan mereka. Wajarlah kita memuliakan mereka dengan menganggap bahawa memang benarlah mereka banyak mempelajari dan banyak mengetahui ilmu
...................................................................................................................................................................
Imam Al-Ghazali mengemukakan panduan supaya kita tidak bersifat sombong dan angkuh.]BANYAK peristiwa yang dialami, banyak jalanan yang dilalui, menjadikan manusia sering lupa diri, alpa dan tenggelam dalam kehidupan. Banyak nikmat yang dikecapi, banyak kejayaan yang dijulang, membuatkan manusia berasa diri hebat, berada di kemuncak, menyebabkan wujud rasa sombong dan angkuh dalam diri.
Jika berjumpa kanak-kanak, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita. Ini kerana kanak-kanak belum banyak melakukan dosa daripada kita.
Mungkin susah bagi sesetengah orang untuk mengangkat darjat ke atas orang yang berada di bawah
kedudukannya, apa tah lagi mereka adalah kanak-kanak. Tetapi kalau diamati saranan Imam Ghazali ini, kita dapat rasakan betapa Islam begitu suci dan tinggi nilai peradabannya. Begitu halus dan seninya erti rendah diri yang dianjurkan.
Andai kata kita dapat melaksanakan sikap ini, betapa kita menjadi orang yang tinggi pekerti di sisi Allah. Ini kerana kita meletakkan perbandingan dosa antara kita dengan kanak-kanak yang sudah pastilah amat ketara nisbahnya. Sikap inilah yang akan membentuk keinsafan serta membulatkan tekad untuk mengurangkan perlakuan dosa.
Apabila bertemu orang tua, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana mereka sudah lama beribadat.
Kebiasaan kita memang menghormati yang lebih tua. Tetapi, berapa ramai yang sanggup menganggap golongan ini lebih mulia, melainkan ditanam dalam diri sikap yang dianjurkan oleh Imam Ghazali ini. Menghormati orang yang lebih tua dengan andaian bahawa mereka sudah lama beribadat, menjadikan kita lebih bermotivasi dalam meningkatkan amalan yang kononnya lebih muda ini dapat mengatasinya dari sudut kuantiti dan kualiti.
Jika berjumpa orang alim, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana banyak ilmu yang mereka pelajari dan ketahui.
Menjadi lumrah kita menghormati orang alim. Bukan sekadar menghormati, malah dijadikan idola dan teladan untuk ikutan. Islam menganjurkan penghormatan ke atas orang alim bertepatan dengan kemuliaan ilmu serta amalan mereka. Wajarlah kita memuliakan mereka dengan menganggap bahawa memang benarlah mereka banyak mempelajari dan banyak mengetahui ilmu.[/box]
Angkuh dan Sombong
Keangkuhan adalah satu lagi penyakit emosi yang membawa padah. Kamus Oxford mendefinisikan orang yang angkuh sebagai, “berperilaku dalam cara kebanggaan dan unggul, menunjukkan terlalu banyak kebanggaan diri dan terlalu sedikit pertimbangan untuk orang lain.” (“behaving in a pride and superior manner, showing too much pride in oneself and too little consideration for others”).
Orang yang angkuh mempunyai sikap suka menunjukkan kepentingan diri. Mereka mengharapkan dan berusaha untuk disukai, mempunyai keperluan untuk diterima, dan objektif utama mereka adalah dapat mengawal orang lain. Namun, kebanyakan dari mereka bukanlah bermaksud untuk menyakiti hati orang lain, cuma mereka tidak dapat ekpresi diri jika tidak berbuat demikian.
Orang yang angkuh mempunyai sikap suka menunjukkan kepentingan diri. Mereka mengharapkan dan berusaha untuk disukai, mempunyai keperluan untuk diterima, dan objektif utama mereka adalah dapat mengawal orang lain. Namun, kebanyakan dari mereka bukanlah bermaksud untuk menyakiti hati orang lain, cuma mereka tidak dapat ekpresi diri jika tidak berbuat demikian.
Angkuh dan Sombong
« Jawab #1 on:
Orang yang angkuh dan tidak mempertimbangkan perasaan orang lain, serta sensitif,tidak akan mempunyai ramai kawan dan selalunya orang lain akan cuba menjauhi diri dari mereka. Ini akan meningkatkan tahap tekanan, kekecewaan, berasa sunyi dan banyak lagi tanda-tanda negatif dalam diri golongan orang yang angkuh.
Walau betapa besar atau tinggi kedudukan seseorang, seseorang itu tidak akan lebih besar atau tinggi dari gunung. Walau betapa kuatnya seseorang itu, dia akan dikalahkan juga oleh orang lain atau sesuatu yang lebih kuat.
Walau betapa besar atau tinggi kedudukan seseorang, seseorang itu tidak akan lebih besar atau tinggi dari gunung. Walau betapa kuatnya seseorang itu, dia akan dikalahkan juga oleh orang lain atau sesuatu yang lebih kuat.
Angkuh dan Sombong
« Jawab #2 on:
Ramai orang yang sombong dengan pangkat, kekayaan, glamour, kelebihan, harta dan sebagainya.
Ingatlah, Barangsiapa yang membuat amalan dengan sombong, Allah akan membuka keaiban dan kekurangan dari amalan tersebut (maksud Hadith Muslim)
Hari ini, kita dipuji oleh orang lain, kita disanjung oleh orang lain, kita di puja oleh orang lain bukan kerana kehebatan kita, Kita dipuji oleh orang lain kerana Allah menutup keaiban kita. Jika Allah membuka keaiban kita, tidak ada lagi kemuliaan di sisi manusia.
oleh itu, jangan sombong dengan apa yang kita ada. Tawadhuklah, kerana orang yang tawadhuk kerana Allah akan diangkat darjatnya di mata manusia (maksud hadith at-Tarmizi)
Angkuh dan Sombong
« Jawab #3
Sombong berarti menolak kebenaran dan melecehkan / merendahkan orang lain, dan memandang dirinya sempurna segala-galanya. Sombong adalah keadaan di mana seseorang bangga dengan dirinya sendiri. Sifat sombong dilarang dalam Islam, karena sifat ini dan sifat angkuh telah banyak mencelakakan makhluk ciptaan Allah swt. Kesombongan iblis telah menyebabkannya terusir dari surga. Kesombongan sejumlah umat para Nabi, juga telah menyebabkan terjadinya kehancuran.
Manusia tak boleh sombong disebabkan manusia adalah makhluk yang lemah. Makhluk yang lemah itu tentu tak pantas angkuh dan sombong. Beberapa kerugian dari orang yang sombong adalah :
1. Telah Mengabaikan Perintah Allah swt;
2. Menjadi Penghuni Neraka. QS az-Zumar:72)
3. Pintu hatinya terkunci & tertutup.
4. Kesombongan Membawa Kepada Kehinaan Di Dunia & Di Akhirat
Sehubungan dengan ini, maka jauhilah sifat angkuh dan sombong itu, agar karunia Allah swt selalu beserta kita. Amin.
Manusia tak boleh sombong disebabkan manusia adalah makhluk yang lemah. Makhluk yang lemah itu tentu tak pantas angkuh dan sombong. Beberapa kerugian dari orang yang sombong adalah :
1. Telah Mengabaikan Perintah Allah swt;
2. Menjadi Penghuni Neraka. QS az-Zumar:72)
3. Pintu hatinya terkunci & tertutup.
4. Kesombongan Membawa Kepada Kehinaan Di Dunia & Di Akhirat
Sehubungan dengan ini, maka jauhilah sifat angkuh dan sombong itu, agar karunia Allah swt selalu beserta kita. Amin.
Angkuh dan Sombong
« Jawab #4
3 contoh manusia yang angkuh dan sombong tercata di dalam al-quran.
Allah subhanahu wata'ala juga telah menenggelamkan Fir'aun dan bala tentaranya di lautan karena kesombongan dan keangkuhannya terhadap Allah subhanahu wata'ala dan juga kepada sesama kaumnya, dan karena kesombongannya itulah dia lupa diri sehingga dengan keangkuhannya dia menyatakan dirinya adalah tuhan yang harus disembah dan diagungkan.
Kehancuran kaum Nabi Luth alaihis salam juga karena kesombongan mereka dengan menolak kebenaran yang disampaikan Nabi Luth alaihis salam agar mereka meninggalkan kebiasaan buruk mereka yaitu melakukan penyimpangan seksual, yakni lebih memilih pasangan hidup mereka sesama jenis (homosek), sehingga tanpa disangka-sangka pada suatu pagi, Allah subhanahu wata'ala membalikkan bumi yang mereka tempati dan tiada satu pun di antara mereka yang bisa menyelamatkan diri dari adzab Allah yang datangnya tiba-tiba.
Qorun tenggelam beserta seluruh hartanya ke dalam perut bumi karena kesombongan dan keangkuhannya terhadap Allah subhanahu wata'ala dan juga kepada sesama kaumnya.
Angkuh dan Sombong
« Jawab #5
Mengapa manusia tidak boleh sombong? Sebab manusia adalah makhluk yang lemah, maka pantaskah makhluk yang lemah itu bermega-megahan dan sombong di hadapan penguasa langit dan bumi?
Namun fenomena dan realitinya yang ada masih banyak manusia itu yang lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna segala-galanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, telah menjelaskan tentang bahayanya sifat kesombongan dan keangkuhan, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu , dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
"Tidak masuk syurga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata: "(ya Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus", Beliau bersabda:
"Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang lain" (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullah berkomentar tentang hadits ini, "Hadits ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran". (Syarah Shahih Muslim
2/269).
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, "Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak pantas mengerjakan suatu urusan, dia juga sombong menerima kebenaran dari orang lain". (Jami'ul Ulum Wal Hikam 2/275)
Raghib Al-Asfahani rahimahullah berkata, "Sombong adalah keadaan/kondisi seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah
sombong kepada Rabbnya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya." (Umdatul Qari` 22/140).
Namun fenomena dan realitinya yang ada masih banyak manusia itu yang lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna segala-galanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, telah menjelaskan tentang bahayanya sifat kesombongan dan keangkuhan, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu , dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
"Tidak masuk syurga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata: "(ya Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus", Beliau bersabda:
"Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang lain" (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullah berkomentar tentang hadits ini, "Hadits ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran". (Syarah Shahih Muslim
2/269).
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, "Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak pantas mengerjakan suatu urusan, dia juga sombong menerima kebenaran dari orang lain". (Jami'ul Ulum Wal Hikam 2/275)
Raghib Al-Asfahani rahimahullah berkata, "Sombong adalah keadaan/kondisi seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah
sombong kepada Rabbnya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya." (Umdatul Qari` 22/140).
Angkuh dan Sombong
« Jawab #6
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan Firman Allah subhanahu wata'ala, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh", maksudnya janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, berbuat semena-mena, janganlah kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah murka kepadamu". (Tafsir Ibnu Katsir 3/417).
« Jawab #7
Gagal mensyukuri nikmat Allah adalah petanda sifat angkuh dan sombong, sesungguhnya sifat angkuh dan sombong itu adalah warisan syaitan, Firaun, Hamman, Qarun, Abu Jahal dan Abu Lahab.
« Jawab #8
Carilah kebenaran agar menjadi orang yang tidak sombong bodoh.di hadapan diri kita ialah Ujian dari Allah - lihat balik ayat ayat NYA: Kami akan uji kamu .....................
lalu DIA SWT menambah, di dalam diri kamu ada bukti kebenarannya, MENGAPA kamu tak mahu berfikir?
sombonglah tu, merasa diri tahu segala, tak mahu menerima kebenaran yang disampaikan oleh 'budak'
padahal kisah hasan dan hussin, cucunda Rasulillah menceritakan bab wuduk dengan mengamalkannya, untuk menegur orang tua tua yang gagal menyempurnakan wuduknya.
zaman telah berubah, hal YAKIN yang ESA tetap sama sahaja
tetapi, hari ke hari satu demi satu orang Alim meninggalkan kita, sedangkan kita merasa, ini zaman IT, berlambaknya pengetahuan. Semuga kita dapat Ilmu kebenaran
bukan hanya, pengetahuan keduniaan semata
orang yang TETAP bersyukur, tidak akan, mengalah
"kamu hanya menyampaikan kebenaran, Allah yang beri Hidayah"
semuga berjaya mencapai IKHLAS
berlaku JUJUR lah
semuga benarlah Deenun Nasihah
siapa siapa sahaja yang mendapat HidayahNya dia lah paling beruntung
sesiapa yang disesatkan oleh pilihan dirinya, tiada siapa yang dapat Hidayahkannya
bertaqwalah
Dengan sebenar benar taqwa, dan janganlah kamu MATI, melainkan ketika berserah kepada Allaah
marilah kita bermohon kepada Allah, Ya Allaahu, berikan kami ILMU dan Kefahaman, agar kami mampu mengamalkan dengannya, Kami bermohon rahmat dan kasih sayangMU, ya Allaahu, tanamkan ke hati kami, kecintaan kepada MU.............................ampun ya Allaahu,
subhanallah walhamdulillah
« Jawab #9
Hati orang-orang yang sombong terkunci daripada cahaya kebenaran sebagai balasan dan seksaan Allah kepada mereka.Firman Allah dalam surah al-Mu'min atau Ghafir,ayat 35:
"(Iaitu) orang-orang yang membantah mengenai maksud ayat-ayat Allah dengan tidak ada sebarang bukti yang sampai kepada mereka (dari pihak yang diakui benarnya). (Bantahan yang demikian) besar kebenciannya dan kemurkaannya di sisi hukum Allah dan di sisi bawaan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah meteraikan atas hati tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi bermaharajalela pencerobohannya!
Hukuman bagi mereka yang sombong, merasa diri lebih tinggi, dan tidak mahu tunduk kepada kebenaran. Mereka akan diseksa di dalam neraka Jahannam hina dan dikucilkan.Firman Allah dalam surah al-Mu'min, ayat 60:
"Dan Tuhan kamu berfirman: Berdoalah kamu kepadaKu nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takbur daripada beribadat dan berdoa kepadaKu, akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina. "
Na'uzubillahiminzalik..
« Jawab #10
Jangan berbuat kerosakan di muka bumi. Semua nikmat yang anda rasakan itu adalah daripada Allah SWT, dan Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi angkuh. Jangan pernah merasa tersanjung ketika orang-orang berdiri menghormatimu pada saat anda keluar dan masuk pintu rumah. Nabi SAW pernah mengatakan,
"Barangsiapa merasa senang bila orang-orang berdiri menghormatinya, maka dia harus mempersiapkan tempatnya di neraka."(HR Bukhari)
salin daripada FIKIH AKHLAK Musthafa al-'Adawy
"Barangsiapa merasa senang bila orang-orang berdiri menghormatinya, maka dia harus mempersiapkan tempatnya di neraka."(HR Bukhari)
salin daripada FIKIH AKHLAK Musthafa al-'Adawy
.....................................................................................................................................................................
Jangan Sombong dengan Takdir
« on:
Jika hendak dikirakan ’beriman’ dengan Allah, iblis laknatullah sepatutnya lebih tinggi imannya kepada Allah. Masakan tidak, dia pernah berdialog dengan Allah (dialog yang telah dirakamkan dalam Al Quran). Dia percaya kepada syurga dan neraka. Bukan sahaja percaya bahkan telah melihatnya. Syaitan yakin tentang adanya Hari Pembalasan.. Hendak diukur dari segi ibadah, ya ibadah iblis begitu hebat. Puluhan ribu tahun sujud, rukuk dan membesarkan Allah hingga terlantik sebagai ketua malaikat. Cuma satu… syaitan kecundang kerana tidak dapat menerima takdir Allah.
Takdir yang menentukan Adam dipilih menjadi Khalifah dan dia diperintahkan sujud lambang hormat kepada Allah dalam mentaati Allah. Syaitan tidak boleh menerima takdir ini.. Mengapa dia yang dijadikan daripada api (sedangkan Adam hanya daripada tanah), mengapa dia yang lebih ’senior’ dalam ibadah dan hiraki kepimpinan tidak terpilih menjadi khalifah, sedangkan Adam hanya ’pendatang’ baru yang diciptakan terkemudian?
Iblis sombong kerana tidak menerima ketentuan takdir. Dan dia terhina kerana itu. Lalu kita siapa yang mampu menidak dan meminggirkan takdir? Allah, itu Maha Besar, qudrat dan iradatnya tidak akan mampu kita nafikan. Jika cuba menafikan, kita akan terhina… seperti terhina iblis. Dilaknat dan dimasukkan ke neraka… kerana gugur sifat kehambaannya!
Takdir yang menentukan Adam dipilih menjadi Khalifah dan dia diperintahkan sujud lambang hormat kepada Allah dalam mentaati Allah. Syaitan tidak boleh menerima takdir ini.. Mengapa dia yang dijadikan daripada api (sedangkan Adam hanya daripada tanah), mengapa dia yang lebih ’senior’ dalam ibadah dan hiraki kepimpinan tidak terpilih menjadi khalifah, sedangkan Adam hanya ’pendatang’ baru yang diciptakan terkemudian?
Iblis sombong kerana tidak menerima ketentuan takdir. Dan dia terhina kerana itu. Lalu kita siapa yang mampu menidak dan meminggirkan takdir? Allah, itu Maha Besar, qudrat dan iradatnya tidak akan mampu kita nafikan. Jika cuba menafikan, kita akan terhina… seperti terhina iblis. Dilaknat dan dimasukkan ke neraka… kerana gugur sifat kehambaannya!
« Jawab #1
Dalam episod hidup, takdir datang menguji kita. Mengapa aku mendapat suami yang begini? Mengapa isteriku tidak sebegitu? Kenapa ketua ku orang semacam dia? Kenapa anak ku cacat? Mengapa isteri tersayang ku pergi dulu? Kenapa aku tidak kaya-kaya lagi walaupun telah berusaha. Bila masalah melanda kita merasakan kitalah yang paling menderita. Mengapa aku yang tertimpa nasib begini? Mulut berbicara mengaku Allah itu Tuhan kita tetapi mengapa kehendak-Nya kita tidak rela? Benarnya, masalah, ujian dan cabaran dalam hidup itu sangat berkaitan dengan iman.
Iman iblis hancur berderai bila diuji dengan takdir. Ego terpendamnya selama ini terserlah. Terbakar hangus seluruh ibadah yang dibinanya ribuan tahun. Aduh, bagaimana pula kita yang iman hanya setipis kulit bawang dan ibadah yang hanya sekelumit ini? Pujuklah hati, terima takdir itu dengan rela. Katakan, ya Allah… sungguh sakit, sungguh perit, tapi apakan daya, aku hambaMu, Kau lebih tahu apa yang terbaik untukku berbanding diriku sendiri. Ya Allah, jangan Kau serahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekelip mata. Tadbirku seluruh dan sepenuh sujud pada takdir MU.
Takdir sentiasa mengatasi tadbir. Takdir daripada Allah, sedangkan tadbir hanya dari kita hamba-Nya. Kekadang takdir dan tadbir selari, maka terjadilah apa yang kita inginkan terjadi. Namun acapkali takdir dan tadbir bersalahan, maka terjadilah apa yang kita tidak inginkan. Kita ingin putih, hitam pula yang menjelama. Kita dambakan kejayaan, kegagalan pula yang menimpa. Ketika itu hati akan bertanya, apa lagi yang tidak kena? Semuanya telah kutadbirkan, tetapi kenapa gagal jua? Ketika itu timbullah bunga-bungan ’pemberontakan’ dari dalam diri hamba yang kerdil berdepan dengan Tuhan yang Perkasa. Samada di sedari atau tanpa disedari…
Takdir daripada Allah mengandungi banyak hikmah. Ia mengandungi mehnah (didikan langsung dari Allah) yang kekadang tersembunyi daripada pengamatan fikiran biasa. Ilmu semata-mata tanpa iman yang kuat, akan menyebabkan kita terkapa-kapa dalam ujian hidup tanpa pedoman yang tepat. Justeru dengan akal semata-mata kita tidak akan dapat meringankan perasaan pada perkara-perkara yang tidak sejalan dengan diri dan kehendak kita. Mengapa terjadi begini? Sedangkan aku telah berusaha?
Untuk mengelakkan hal itu terjadi maka kita mesti berusaha mencari-cari hikmah-hikmah yang terkandung dalam ketentuan (takdir) Tuhan. Ya, hanya manusia yang sempurna akal (ilmu) dan hati (iman) sahaja dapat menjangkau hikmah yang terkandung di dalam cubaan dan bala yang menimpa duirinyanya. Kata orang, hanya jauhari mengenal manikam.
Orang yang begini akan menjangkau hikmah di sebalik takdir. Dapat melihat sesuatu yang lebih tersirat di sebalik yang tersurat. Ya, mereka tidak akan beranggapan bahawa sifat lemah-lembut Allah lekang daripada segala bentuk takdir-Nya – samada yang kelihatan positif atau negatif pada pandangan manusia. Ertinya, mereka merasai bahawa apa jua takdir Allah adalah bermaksud baik. Jika sebaliknya, mereka merasakan bahawa Tuhan bermasud jahat dalam takdir-Nya, maka itu petanda penglihatan hati tidak jauh, dan akalnya pendek.
Mengapa terjadi demikian? Sebab iman belum mantap, keyakinan masih lemah dan tidak kenal Allah dalam ertikata yang sebenarnya. Bila ketiga-tiga faktor itu sempurna, maka barulah sesorang itu mampu melihat bahawa di dalam cubaan dan bala yang ditakdirkan mengandungi hikmah-hikmah yang baik. Hanya dengan itu, seseorang itu akan merasa senang dan bahagia dalam menghadapi sebarang ujian dalam hidupnya.
Bagaimana kita dapat meringankan beban hati ketika menghadapi ujian hidup? Ya, hanya pertalian hati seorang hamba dengan Allah sahaja yang menyebakan ringannya ujian dan cubaan. Hati yang disinar dengan cahaya Allah dan cahaya sifat-sifat-Nya akan berhubung dengan Allah. Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendak dikenal bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.
Bila kita kenal Allah Maha Pengasih dan Penyayang, kita tak boleh buruk sangka kepada Allah dengan menganggap apa yang ditakdirkan (ujian) itu adalah sesuatu yang tidak baik. Iktikad (yakin) kita semua ketentuan Allah itu adalah baik – ujian itu pasti ada muslihat yang tersembunyi untuk manusia, akan menyebabkan hati terubat. Walaupun pahit, ditelan jua. Sematkan di hati bahawa pilihan Allah untuk kita adalah yang terbaik tapi kita tidak atau belum mengetahuinya. Bila terjadi nanti, barulah kita tahu.
Iman iblis hancur berderai bila diuji dengan takdir. Ego terpendamnya selama ini terserlah. Terbakar hangus seluruh ibadah yang dibinanya ribuan tahun. Aduh, bagaimana pula kita yang iman hanya setipis kulit bawang dan ibadah yang hanya sekelumit ini? Pujuklah hati, terima takdir itu dengan rela. Katakan, ya Allah… sungguh sakit, sungguh perit, tapi apakan daya, aku hambaMu, Kau lebih tahu apa yang terbaik untukku berbanding diriku sendiri. Ya Allah, jangan Kau serahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekelip mata. Tadbirku seluruh dan sepenuh sujud pada takdir MU.
Takdir sentiasa mengatasi tadbir. Takdir daripada Allah, sedangkan tadbir hanya dari kita hamba-Nya. Kekadang takdir dan tadbir selari, maka terjadilah apa yang kita inginkan terjadi. Namun acapkali takdir dan tadbir bersalahan, maka terjadilah apa yang kita tidak inginkan. Kita ingin putih, hitam pula yang menjelama. Kita dambakan kejayaan, kegagalan pula yang menimpa. Ketika itu hati akan bertanya, apa lagi yang tidak kena? Semuanya telah kutadbirkan, tetapi kenapa gagal jua? Ketika itu timbullah bunga-bungan ’pemberontakan’ dari dalam diri hamba yang kerdil berdepan dengan Tuhan yang Perkasa. Samada di sedari atau tanpa disedari…
Takdir daripada Allah mengandungi banyak hikmah. Ia mengandungi mehnah (didikan langsung dari Allah) yang kekadang tersembunyi daripada pengamatan fikiran biasa. Ilmu semata-mata tanpa iman yang kuat, akan menyebabkan kita terkapa-kapa dalam ujian hidup tanpa pedoman yang tepat. Justeru dengan akal semata-mata kita tidak akan dapat meringankan perasaan pada perkara-perkara yang tidak sejalan dengan diri dan kehendak kita. Mengapa terjadi begini? Sedangkan aku telah berusaha?
Untuk mengelakkan hal itu terjadi maka kita mesti berusaha mencari-cari hikmah-hikmah yang terkandung dalam ketentuan (takdir) Tuhan. Ya, hanya manusia yang sempurna akal (ilmu) dan hati (iman) sahaja dapat menjangkau hikmah yang terkandung di dalam cubaan dan bala yang menimpa duirinyanya. Kata orang, hanya jauhari mengenal manikam.
Orang yang begini akan menjangkau hikmah di sebalik takdir. Dapat melihat sesuatu yang lebih tersirat di sebalik yang tersurat. Ya, mereka tidak akan beranggapan bahawa sifat lemah-lembut Allah lekang daripada segala bentuk takdir-Nya – samada yang kelihatan positif atau negatif pada pandangan manusia. Ertinya, mereka merasai bahawa apa jua takdir Allah adalah bermaksud baik. Jika sebaliknya, mereka merasakan bahawa Tuhan bermasud jahat dalam takdir-Nya, maka itu petanda penglihatan hati tidak jauh, dan akalnya pendek.
Mengapa terjadi demikian? Sebab iman belum mantap, keyakinan masih lemah dan tidak kenal Allah dalam ertikata yang sebenarnya. Bila ketiga-tiga faktor itu sempurna, maka barulah sesorang itu mampu melihat bahawa di dalam cubaan dan bala yang ditakdirkan mengandungi hikmah-hikmah yang baik. Hanya dengan itu, seseorang itu akan merasa senang dan bahagia dalam menghadapi sebarang ujian dalam hidupnya.
Bagaimana kita dapat meringankan beban hati ketika menghadapi ujian hidup? Ya, hanya pertalian hati seorang hamba dengan Allah sahaja yang menyebakan ringannya ujian dan cubaan. Hati yang disinar dengan cahaya Allah dan cahaya sifat-sifat-Nya akan berhubung dengan Allah. Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendak dikenal bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.
Bila kita kenal Allah Maha Pengasih dan Penyayang, kita tak boleh buruk sangka kepada Allah dengan menganggap apa yang ditakdirkan (ujian) itu adalah sesuatu yang tidak baik. Iktikad (yakin) kita semua ketentuan Allah itu adalah baik – ujian itu pasti ada muslihat yang tersembunyi untuk manusia, akan menyebabkan hati terubat. Walaupun pahit, ditelan jua. Sematkan di hati bahawa pilihan Allah untuk kita adalah yang terbaik tapi kita tidak atau belum mengetahuinya. Bila terjadi nanti, barulah kita tahu.
« Jawab #2
Katalah kita ditimpa penyakit atau kegagalan… itu mungkin pada hakikatnya baik pada suatu waktu nanti. Betapa ramai, mereka yang sakit, tetapi akhirnya mendapat pengajaran yang besar di sebalik kesakitannya. Contohnya, apa yang berlaku kepada Cat Steven… yang sakitnya itulah yang menyebabkan beliau mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam? Dan betapa ramai pula yang gagal pada mulanya tetapi dengan kegagalan itu bangkit jiwa juang yang lebih kental yang akhirnya membuah kejayaan? Hingga dengan itu masyhurlah kata-kata bahawa kegagalan itu hakikatnya adalah kejayaan yang ditangguhkan!
Para ahli hikmah (bijaksana) merumuskan bahawa, antara hikmah ujian ialah, hati akan lebih tumpuan kepada Allah. Dengan ujian, seseorang akan dapat menambah tumpuan dan penghadapannya kepada Allah. Sebab bala dan ujian bertentangan dengan kehendak, keinginan dan syahwat manusia, seperti sakit, rugi, miskin dan lain-lain. Dengan ini nafsu akan terdesak, tidak senang dan ingin lepas daripada ujian. Bila nafsu terdesak, ia akan terdidik secara langsung. Ia akan tertekan dan menjadi jinak. Hakikat ini akan membuka pintu rahmat Allah kerana nafsu yang liar sangat mengajak kepada kejahatan. Bila nafsu hilang kekuatannya maka manusia tidak akan jatuh ke lembah dosa dan maksiat dengan mudah.
Hati tidak dapat tidak mesti bersabar. Hati akan terdidik untuk redha dan tawakal, kerana yakin Qada dan Qadar Allah pasti berlaku. kerana manusia harus terima, tidak boleh menolak ujian itu. Hamba yang soleh menanggung Qadar dengan sabar (bahkan) gembira dengan pilihan Allah. (Ujian adalah pilihan Allah bukan pilihan manusia). Tidak ada pilihan Allah yang tidak baik. Semuanya baik belaka.
Hakikat ini akan menyebabkan kita akan lebih mendekat kepada agama. Hikmah ini walaupun sebesar atom tetapi bila melekat di hati kebaikannya lebih tinggi dari amal lahiriah walaupun sebesar gunung. Justeru, bila hati baik semua anggota badan menjadi baik. Inilah yang ditegaskan oleh Allah menerusi firman-Nya:
“…Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedangkan sesuatu itu merosakkan kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak tahu.” (Surah Al Baqarah : 216)
Sesungguhnya, dalam ujian Allah terselit nikmat-Nya. Mungkin kita tertanya-tanya apakah nikmatnya bila sakit, miskin, gagal, dihina dan sebagainya? Hendaklah kita faham bahawa nikmat di sisi Allah itu terbahagi dua. Pertama, nikmat lahir. Dan kedua, nikmat batin (rohaniah). Nikmat lahiriah ialah sihat, selamat dan kebaikan fizikal yang lain. Manakala nikmat batiniah ialah nilai-nilai keimanan, keyakinan dan kesabaran. Dengan ujian kesusahan misalnya, barulah terbina sifat sabar. Dan sabar itu adalah separuh daripada keimanan.
Ujian juga akan menghapuskan dosa dan kesalahan seseorang terhadap Allah. Nabi Isa pernah berkata, ”belum dikatakan seorang itu kenal Allah, sebelum dia bergembira dengan musibah dan penyakit ke atas dirinya, kerana berharap supaya dihapuskan kesalahannya.” Bila kita benci dengan ujian, ertinya belum kenal Allah dan (kerana) tidak faham itulah cara (kaedah) Allah mengampunkan dosa kita. Bila kita gembira (terima dengan baik) ujian itu, kerana yakin bahawa yang datangkan ujian itu juga adalah Allah.
Jadi, apabila kita ditimpa ujian maka berusaha dan berikhtiarlah untuk menangani ujian itu tetapi jangan sesekali lupa mencungkil hikmahnya. Oleh yang demikian, apabila diuji, terimalah dengan baik dengan mencari hikmah-hikmahnya kerana tidak ada takdir Allah yang tidak ada hikmahnya. Ingatlah, bahawa orang soleh itu bila diuji, hikmah-hikmah ujian akan mendekatkan mereka kepada Allah.
Jangan sesekali kita menjadi orang yang rugi yakni mereka yang buta daripada melihat hikmah justeru akal dan hati hanya melihat sesuatu yang selari dengan hawa nafsunya sahaja. Ingatan para hamba yang soleh kepada Allah akan bertambah dengan ujian-ujianNya. Mereka merasakan ujian itu satu petanda yang Allah telah memilih mereka. Mereka sentiasa berbaik sangka dengan Allah dengan cara menyedari (mencari) bahawa setiap yang berlaku samada pahit atau manis pasti ada hikmahnya. Mereka tidak melihat hanya ’asbab’ (sebab-sebab) tetapi matahati mereka dapat menjangkau ’musabbabil asbab’ (Penyebab – Tuhan).
Sumber: Genta Rasa
Jawab #3 Para ahli hikmah (bijaksana) merumuskan bahawa, antara hikmah ujian ialah, hati akan lebih tumpuan kepada Allah. Dengan ujian, seseorang akan dapat menambah tumpuan dan penghadapannya kepada Allah. Sebab bala dan ujian bertentangan dengan kehendak, keinginan dan syahwat manusia, seperti sakit, rugi, miskin dan lain-lain. Dengan ini nafsu akan terdesak, tidak senang dan ingin lepas daripada ujian. Bila nafsu terdesak, ia akan terdidik secara langsung. Ia akan tertekan dan menjadi jinak. Hakikat ini akan membuka pintu rahmat Allah kerana nafsu yang liar sangat mengajak kepada kejahatan. Bila nafsu hilang kekuatannya maka manusia tidak akan jatuh ke lembah dosa dan maksiat dengan mudah.
Hati tidak dapat tidak mesti bersabar. Hati akan terdidik untuk redha dan tawakal, kerana yakin Qada dan Qadar Allah pasti berlaku. kerana manusia harus terima, tidak boleh menolak ujian itu. Hamba yang soleh menanggung Qadar dengan sabar (bahkan) gembira dengan pilihan Allah. (Ujian adalah pilihan Allah bukan pilihan manusia). Tidak ada pilihan Allah yang tidak baik. Semuanya baik belaka.
Hakikat ini akan menyebabkan kita akan lebih mendekat kepada agama. Hikmah ini walaupun sebesar atom tetapi bila melekat di hati kebaikannya lebih tinggi dari amal lahiriah walaupun sebesar gunung. Justeru, bila hati baik semua anggota badan menjadi baik. Inilah yang ditegaskan oleh Allah menerusi firman-Nya:
“…Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedangkan sesuatu itu merosakkan kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak tahu.” (Surah Al Baqarah : 216)
Sesungguhnya, dalam ujian Allah terselit nikmat-Nya. Mungkin kita tertanya-tanya apakah nikmatnya bila sakit, miskin, gagal, dihina dan sebagainya? Hendaklah kita faham bahawa nikmat di sisi Allah itu terbahagi dua. Pertama, nikmat lahir. Dan kedua, nikmat batin (rohaniah). Nikmat lahiriah ialah sihat, selamat dan kebaikan fizikal yang lain. Manakala nikmat batiniah ialah nilai-nilai keimanan, keyakinan dan kesabaran. Dengan ujian kesusahan misalnya, barulah terbina sifat sabar. Dan sabar itu adalah separuh daripada keimanan.
Ujian juga akan menghapuskan dosa dan kesalahan seseorang terhadap Allah. Nabi Isa pernah berkata, ”belum dikatakan seorang itu kenal Allah, sebelum dia bergembira dengan musibah dan penyakit ke atas dirinya, kerana berharap supaya dihapuskan kesalahannya.” Bila kita benci dengan ujian, ertinya belum kenal Allah dan (kerana) tidak faham itulah cara (kaedah) Allah mengampunkan dosa kita. Bila kita gembira (terima dengan baik) ujian itu, kerana yakin bahawa yang datangkan ujian itu juga adalah Allah.
Jadi, apabila kita ditimpa ujian maka berusaha dan berikhtiarlah untuk menangani ujian itu tetapi jangan sesekali lupa mencungkil hikmahnya. Oleh yang demikian, apabila diuji, terimalah dengan baik dengan mencari hikmah-hikmahnya kerana tidak ada takdir Allah yang tidak ada hikmahnya. Ingatlah, bahawa orang soleh itu bila diuji, hikmah-hikmah ujian akan mendekatkan mereka kepada Allah.
Jangan sesekali kita menjadi orang yang rugi yakni mereka yang buta daripada melihat hikmah justeru akal dan hati hanya melihat sesuatu yang selari dengan hawa nafsunya sahaja. Ingatan para hamba yang soleh kepada Allah akan bertambah dengan ujian-ujianNya. Mereka merasakan ujian itu satu petanda yang Allah telah memilih mereka. Mereka sentiasa berbaik sangka dengan Allah dengan cara menyedari (mencari) bahawa setiap yang berlaku samada pahit atau manis pasti ada hikmahnya. Mereka tidak melihat hanya ’asbab’ (sebab-sebab) tetapi matahati mereka dapat menjangkau ’musabbabil asbab’ (Penyebab – Tuhan).
Sumber: Genta Rasa
Allah S.W.T tidak akan menjerumuskan kita kepada sesuatu yang buruk dan membuat aniaya kepada kita. Telah tertulis dalam kalamNya bahawa salah satu manfaat takdir ini adalah sebagai madu penyembuh luka kesedihan.
"Supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."
- Surah Al Hadid : 23 -
Apa yang terjadi apabila seseorang itu mendapat dugaan? Kita perincikan lagi perbincangan berkaitan dengan dugaan apabila kehilangan sesuatu. Bukankah hal ini mampu menjadi kunci kepada kesedihan? Bayangkan ada seorang insan ini sedang meratap sedih dihadapan rumahnya. Kemudian kita bertanya kepada insan itu,
'Apa yang membuat kamu berasa sedih?'
'Saya baru kehilangan isteri saya, dia telah meninggal dunia,' kata insan itu.
Insan itu baru sahaja mendapat dugaan yang berat. Siapa tak sayang bini kan? Dugaan itu amat berat, dia kehilangan teman hidupnya. Sememangnya wajar dia berasa sedih. Tetapi, apa yang perlu kita elakkan ialah kesedihan yang berpanjangan. Kesedihan yang berpanjangan mampu memberi implikasi yang lebih teruk malah menggandakan dugaan kita.
Allah sudah menetapkan kematian isteri insan sedemikian masanya. Allah juga telah memberitahu kita bahawa ajal maut itu ditanganNya. Segalanya agar kita tidak bersedih seperti yang dinyatakan dalam surah al Hadid. Tetapi bagaimana ini boleh berlaku? Betul ke dengan memberitahu ketetapanNya itu semata-mata agar kita tidak bersedih? Jom mengembara dengan lebih jauh dalam lautan ilmu ini....
Sekiranya seseorang itu mengetahui apa yang dilakukannya itu sudah ditetapkan oleh Allah. Dia beriman dan redha terhadapNya. Maka mengapa dia perlu bersedih atas sesuatu kehilangan. Bukankah itu yang sudah digariskan olehNya? Bukankah itu yang tetap terjadi walaupun kita sedaya upaya cuba untuk menghindarinya? Jadi mengapa kita perlu hanyut dalam kesedihan?
Adakah dengan bersedih akan menyebabkan apa yang hilang itu kembali semula kepada kita? Tentulah tidak! Malah kesedihan akan menyebabkan diri kita lebih susah dan tertekan. Jadi relakan sahaja dengan mengatakan,
' Segalanya berasal daripada Allah dan akan kembali kepadaNya.'
Bukankah dengan berbuat demikian perasaan dan hati kita akan lebih tenteram. Kita tidak perlu menyibukkan diri terhadap apa yang telah berlalu malah boleh fokus untuk kehidupan yang mendatang. Life must go on. Anda sudah dapat merungkaikan rahsia ini? Jadi berhentilah menangis dan relakan apa sahaja yang menimpa anda. Beramallah untuk waktu-waktu akan datang.
Pada suatu ketika dahulu terdapat seorang alim ini. Dia sangat berilmu sehinggakan menjadi tempat rujukan buat penduduk di sekitar tempat tinggalnya. Sehinggalah suatu hari isterinya meninggal dunia. Selepas kejadian itu dia berasa sedih yang melampau sehinggakan tidak mahu lagi menerima tetamu yang ingin bertanya kepadanya.
Sampailah suatu hari itu, seorang wanita datang kepadanya. Wanita itu memaksa dia menjawab persoalannya.
'Aku ingin meminta pendapatmu tentang sesuatu perkara' kata wanita itu.
'Masalah apa?' tanya orang alim itu.
'Aku pinjam sesuatu daripada seorang ini untuk jangka masa yang agak lama. Kemudian dia tiba-tiba hantar utusan suruh ambil balik barang itu. Adakah perlu aku mengembalikannya?' tanya perempuan itu.
' Ya kamu perlu mengembalikannya' jawab orang alim itu.
' Semoga Allah merhamati kamu, engkau sedih atas apa yang dipinjamkan Allah kepadamu, kemudian Dia mengambilnya daripada kamu sedangkan Dia lebih berhak atas pinjaman tersebut daripadamu.' jelas wanita itu.
Orang alim itu pun tersedar akan hakikat ini. Semuanya apabila dia diingatkan tentang Zat Yang Maha Memiliki dan Maha Menetapkan. Sesungguhnya segala sesuatu itu daripada Allah dan akan kembali kepadaNya.
Wallahualam...
"Supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."
- Surah Al Hadid : 23 -
Apa yang terjadi apabila seseorang itu mendapat dugaan? Kita perincikan lagi perbincangan berkaitan dengan dugaan apabila kehilangan sesuatu. Bukankah hal ini mampu menjadi kunci kepada kesedihan? Bayangkan ada seorang insan ini sedang meratap sedih dihadapan rumahnya. Kemudian kita bertanya kepada insan itu,
'Apa yang membuat kamu berasa sedih?'
'Saya baru kehilangan isteri saya, dia telah meninggal dunia,' kata insan itu.
Insan itu baru sahaja mendapat dugaan yang berat. Siapa tak sayang bini kan? Dugaan itu amat berat, dia kehilangan teman hidupnya. Sememangnya wajar dia berasa sedih. Tetapi, apa yang perlu kita elakkan ialah kesedihan yang berpanjangan. Kesedihan yang berpanjangan mampu memberi implikasi yang lebih teruk malah menggandakan dugaan kita.
Allah sudah menetapkan kematian isteri insan sedemikian masanya. Allah juga telah memberitahu kita bahawa ajal maut itu ditanganNya. Segalanya agar kita tidak bersedih seperti yang dinyatakan dalam surah al Hadid. Tetapi bagaimana ini boleh berlaku? Betul ke dengan memberitahu ketetapanNya itu semata-mata agar kita tidak bersedih? Jom mengembara dengan lebih jauh dalam lautan ilmu ini....
Sekiranya seseorang itu mengetahui apa yang dilakukannya itu sudah ditetapkan oleh Allah. Dia beriman dan redha terhadapNya. Maka mengapa dia perlu bersedih atas sesuatu kehilangan. Bukankah itu yang sudah digariskan olehNya? Bukankah itu yang tetap terjadi walaupun kita sedaya upaya cuba untuk menghindarinya? Jadi mengapa kita perlu hanyut dalam kesedihan?
Adakah dengan bersedih akan menyebabkan apa yang hilang itu kembali semula kepada kita? Tentulah tidak! Malah kesedihan akan menyebabkan diri kita lebih susah dan tertekan. Jadi relakan sahaja dengan mengatakan,
' Segalanya berasal daripada Allah dan akan kembali kepadaNya.'
Bukankah dengan berbuat demikian perasaan dan hati kita akan lebih tenteram. Kita tidak perlu menyibukkan diri terhadap apa yang telah berlalu malah boleh fokus untuk kehidupan yang mendatang. Life must go on. Anda sudah dapat merungkaikan rahsia ini? Jadi berhentilah menangis dan relakan apa sahaja yang menimpa anda. Beramallah untuk waktu-waktu akan datang.
Pada suatu ketika dahulu terdapat seorang alim ini. Dia sangat berilmu sehinggakan menjadi tempat rujukan buat penduduk di sekitar tempat tinggalnya. Sehinggalah suatu hari isterinya meninggal dunia. Selepas kejadian itu dia berasa sedih yang melampau sehinggakan tidak mahu lagi menerima tetamu yang ingin bertanya kepadanya.
Sampailah suatu hari itu, seorang wanita datang kepadanya. Wanita itu memaksa dia menjawab persoalannya.
'Aku ingin meminta pendapatmu tentang sesuatu perkara' kata wanita itu.
'Masalah apa?' tanya orang alim itu.
'Aku pinjam sesuatu daripada seorang ini untuk jangka masa yang agak lama. Kemudian dia tiba-tiba hantar utusan suruh ambil balik barang itu. Adakah perlu aku mengembalikannya?' tanya perempuan itu.
' Ya kamu perlu mengembalikannya' jawab orang alim itu.
' Semoga Allah merhamati kamu, engkau sedih atas apa yang dipinjamkan Allah kepadamu, kemudian Dia mengambilnya daripada kamu sedangkan Dia lebih berhak atas pinjaman tersebut daripadamu.' jelas wanita itu.
Orang alim itu pun tersedar akan hakikat ini. Semuanya apabila dia diingatkan tentang Zat Yang Maha Memiliki dan Maha Menetapkan. Sesungguhnya segala sesuatu itu daripada Allah dan akan kembali kepadaNya.
Wallahualam...
« Jawab #4
Gantikan kesedihan & keangkuhan & kelalaian itu dengan mengucap Subhaanallah.....
Sebagaimana Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran Surah Yaasin ayat ke 83.
Oleh itu akuilah kesucian Allah (dengan mengucap: Subhaanallah!) - Tuhan yang memiliki dan menguasai tiap-tiap sesuatu, dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
« Jawab #5
Renung-renungkan...kita terlalu banyak menyoal takdir yang ditentukan ke atas kita.
Kenapa begini?
Mengapa begitu?
Kenapa bukan dia? kenapa aku?
« Jawab #6
Kenapa tidak berkata demikian?”Inilah hakikat hidup yang dipilih Allah untukku. Aku akan terus berbaik sangka kepada Allah… DIA akan mengubat, melapang dan memberi kemenangan di sebalik ujian ini. Ya, aku tidak tahu, kerana ilmuku terbatas. Tetapi kerana Allah yang Maha Penyayang telah memilih ujian ini untuk diriku maka aku yakin ilmu-Nya Maha luas. Yang pahit ini akan menjadi ubat. Yang pedih ini akan menjadi penawar. Ya, Allah tingkatkanlah imanku bagi mendepani setiap ujian dari-Mu!”
« Jawab #7
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah"- Surah Al Hadid : 22 -
Baiklah, kita berbalik kepada persoalan mula-mula tadi. Adakah Allah menetapkan sesuatu dan memerintahkan kepada kita untuk beriman dengan ketetapanNya itu tanpa sebarang manfaat disebaliknya? Adakah Allah menetapkan beriman terhadap qada' dan qadar sebagai rukun iman yang ke 6 hanya sebagai mainan sehinggakan boleh sahaja kita abaikan?
Mungkin pernah terlintas di fikiran kita beberapa soalan yang mengugat akidah kita sebagai seorang Islam. Mungkin kita pernah terfikir, mengapa Allah menetapkan semua itu kepada kita? Mengapa Allah memberitahu kita dan kemudian menyuruh kita mempercayai hal itu? Tidakkah dengan mengetahui hal ini, kita akan rasa bahawa segala perbuatan kita itu sia-sia? Kita juga akan jadi takut kerana tidak adanya kepastian.Tidakkah hal ini menyebabkan kita berasa seolah-olah berdiri hadapan kabus yang gelap.
Kabus itu sangat gelap sehingga menutup pandangan mata kita. Kita pula mesti sentiasa melangkah ke hadapan sementara kita tidak tahu apa yang menunggu kita di hadapan sana. Sudah tentulah tidak! Allah menetapkan semua itu kepada kita dan Dia mengetahuinya sementara kita tidak tahu. Allah itu Maha Adil dan Dia tidak akan menetapkan sesuatu yang zalim kepada hambaNya. Allah juga memerintahkan kita supaya beramal dan berdoa. Sementara Dia tidak akan mensia-siakan segala amalan hambaNya.
« Jawab #8
Kenapa tidak berkata demikian?
”Inilah hakikat hidup yang dipilih Allah untukku. Aku akan terus berbaik sangka kepada Allah… DIA akan mengubat, melapang dan memberi kemenangan di sebalik ujian ini. Ya, aku tidak tahu, kerana ilmuku terbatas. Tetapi kerana Allah yang Maha Penyayang telah memilih ujian ini untuk diriku maka aku yakin ilmu-Nya Maha luas. Yang pahit ini akan menjadi ubat. Yang pedih ini akan menjadi penawar. Ya, Allah tingkatkanlah imanku bagi mendepani setiap ujian dari-Mu!”
Setiap ujian yang ditempuhi itu boleh mendekatkan diri kepada ALLAH Taala. Lagi banyak ujian, lagi hampir diri kepada ALLAH Taala bersama doa-doa kepada NYA. Sesungguhnya ALLAH Taala suka kepada mereka berusaha mendekatkan diri kepada NYA.
Sebagaimana Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran di dalam Surah Al-Khafi ayat ke 110.
Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahawa Tuhan kamu hanyalah Tuhan Yang Satu; Oleh itu, sesiapa yang percaya dan berharap akan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan sesiapapun dalam ibadatnya kepada Tuhannya".
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
« Jawab #9
Renung-renungkan...
kita terlalu banyak menyoal takdir yang ditentukan ke atas kita.
Kenapa begini?
Mengapa begitu?
Kenapa bukan dia? kenapa aku?
Tanpa sedar kita menyoal itu semua bila apa yang kita hendak kita tak dapat atau apa yang kita usaha tidak mendatangkan hasil seperti yang kita harapakn.
Kita tidak sedar bahawa itu adalah yang terbaik untuk kita sebab itu Allah swt berikan pada kita. Walaupun mungkin pada kita bukan terbaik.
Berprasangka baik pada Allah swt kerana DIA tidak pernah menzalimi hambaNYA.
Aku juga selalu ingatkan diri aku tentang hakikat ini.
Bersyukur dan redha di atas segalanya yang telah Allah SWT tetapkan untuk kita.
« Jawab #10
Renung-renungkan...
kita terlalu banyak menyoal takdir yang ditentukan ke atas kita.
Kenapa begini?
Mengapa begitu?
Kenapa bukan dia? kenapa aku?
Tanpa sedar kita menyoal itu semua bila apa yang kita hendak kita tak dapat atau apa yang kita usaha tidak mendatangkan hasil seperti yang kita harapakn.
Kita tidak sedar bahawa itu adalah yang terbaik untuk kita sebab itu Allah swt berikan pada kita. Walaupun mungkin pada kita bukan terbaik.
Berprasangka baik pada Allah swt kerana DIA tidak pernah menzalimi hambaNYA.
Aku juga selalu ingatkan diri aku tentang hakikat ini.
Bersyukur dan redha di atas segalanya yang telah Allah SWT tetapkan untuk kita.
Apa yang penting terus mengharap kepada NYA.
Dengan amalan pengharapan yang Istiqamah ini Insya ALLAH akan meletakkan diri kita sentiasa hampir kepada NYA.
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
« Jawab #11
Dalam hidup terkapai kapai bagaimana nak mencari intipati kehidupan sebenar
dan apa tujuan di lahirkan di dunia ini dan apa nasib yg akan menimpa...banyak Firman Nya nyatakan terutama... ALLAH tak ubah seseorang itu melainkan seseorang itu mengubah HaluanNya sendiri ... tak kan nak berserah bulat bulat pada Nya ... sedang ALLAH mahukan sesuatu dengan berkata... adakah manusia juga bergitu hanya berkata kata sahaja dan harapkan takdir -NASIB- tanpa USAHA - kelakar lah ...haaaaaaa..
Kurdat dah di berikan ... Aqal juga bergitu ... mahu juga nak bergantung pada nasib sedang kan tanpa USAHA...
balik balik ketentuan Ilahi .... kalau dah cuba dan USAHA dan berdoa baru jatuh pada tawakal .... Qada Qadar...
mengajar kita mempercayai apa itu USAHA... sedangkan USAHA itu tak pernah leka pada manusia...cuma manusia lupa pada USAHA....
dan apa tujuan di lahirkan di dunia ini dan apa nasib yg akan menimpa...banyak Firman Nya nyatakan terutama... ALLAH tak ubah seseorang itu melainkan seseorang itu mengubah HaluanNya sendiri ... tak kan nak berserah bulat bulat pada Nya ... sedang ALLAH mahukan sesuatu dengan berkata... adakah manusia juga bergitu hanya berkata kata sahaja dan harapkan takdir -NASIB- tanpa USAHA - kelakar lah ...haaaaaaa..
Kurdat dah di berikan ... Aqal juga bergitu ... mahu juga nak bergantung pada nasib sedang kan tanpa USAHA...
balik balik ketentuan Ilahi .... kalau dah cuba dan USAHA dan berdoa baru jatuh pada tawakal .... Qada Qadar...
mengajar kita mempercayai apa itu USAHA... sedangkan USAHA itu tak pernah leka pada manusia...cuma manusia lupa pada USAHA....
« Jawab #12
Dalam soal menerima takdir ini bukan tertakluk pada usaha sahaja.mati tak perlu usaha pun...kita pasti mati..bila orang yang kita sayang mati, adakah itu usaha kita? yang ditipu pulak,adakah itu kemahuan dia?macam mana cara kita menerimanya? kadang-kadang kita sebagai hambaNya dah berusaha sehabis nyawa,tapi hasilnya tetap mengecewakan. Itulah pentingnya menerima takdir...
Kalau yang memang tak usaha sungguh2 tu lain la...dia memang tahu kenapa dia gagal. tak perlu dipersoalkan. dia tahu dia layak dapat yang sebegitu.
Kalau yang memang tak usaha sungguh2 tu lain la...dia memang tahu kenapa dia gagal. tak perlu dipersoalkan. dia tahu dia layak dapat yang sebegitu.
« Jawab #15
أعو ذ بالله من الشيطا ن الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
‘Dan demi sesungguhnya! Jika engkau (wahai Muhammad)
bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan
mereka?” Sudah tentu mereka akan menjawab: “Allah!”.’
(Az-Zukhruf : 87)
Juga firmanNya :
‘Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad)
bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?” Sudah tentu mereka akan
menjawab: “Allah”.’
(Luqman : 25 dan Az-Zumar : 38)
“Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya
mereka mendampingkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya”
(Az-Zumar : 3)
صدق الله العظيم
« Jawab #16
Orang yang 'riak' bersedialah untuk menerima ujian yang berat. Sebagaimana peringatan daripada Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran.
Dan sepatutnya semasa engkau masuk ke kebunmu, berkata: (Semuanya ialah barang yang dikehendaki ALLAH)! (tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan ALLAH)? Kalau engkau memandangku sangat kurang tentang harta dan anak, berbanding denganmu - Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran Surah Al-Kahfi ayat 39.
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
Dan sepatutnya semasa engkau masuk ke kebunmu, berkata: (Semuanya ialah barang yang dikehendaki ALLAH)! (tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan ALLAH)? Kalau engkau memandangku sangat kurang tentang harta dan anak, berbanding denganmu - Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran Surah Al-Kahfi ayat 39.
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
« Jawab #17
MATI itu perlu USAHA...
kalau mu bawa kereta likang pukang... tak ikut haluan panduan jalan raya... langgar lembu... mati akan kamu... itu dari kesilapan kamu sendiri .... jikalau kamu berpanduan pada jalan raya kamu akan senang di hargai...
bergitu juga dengan Qada dan Qadar.. nak menharapkan takdir tanpa USAHA ...haaaaa berjaya ker seperti kena durian runtuh... ALHAMDULILAH... (Senyum) kudrat dah di berikan Idrat pun bergitu - Ilmu apa lagi...dari azali lagi... mengapa harus kita bergitu cipta harus kehidupan itu...
lalai ker.. atau runsing... haaaaa porfesor membuat analisis otak manusia baru berfungsi 30 % iaitu org yg mencipta roket ke angkasawa,,, mana lagi 70% (Senyum)... mencipta klon., ker apa ker... semuaNya Ilmu.. di Amerika Takdir ker menentukkan baka anjing di klon kan.., dan rahsia bagi amerika mereka berjaya... bukan mereka USAHA kan ,... aduhai... open mind seket mata kita nie...
Hadith Umar ra yang bertanya nabi tentang amal dengan mengatakan : " Apakah pandanganmu tentang amalan (manusia) yang dilakukan apakah ianya sudah ditetapkan sebelumnya atau baru berlaku ? Maka dijawab oleh baginda dengan bersabda : "Sesungguhnya telah pun ditetapkan segala sesuatu pada setiap perkara" maka di balas oleh Umar : "Apakah kita harus menyerah sahaja kalau demikian ? Maka bersabdalah baginda nabi : "Beramallah wahai anak Khattab, segala sesuatu itu sudah dipermudahkan adapun barangsiapa yang tergolong dari ahli kebaikan (syurga) maka dia dijadikan beramal dengan amalan ahli syurga dan barangsiapa yang tergolong dalam ahli siksa maka dijadikan dia beramal jahat untuk neraka " (Hadith sahih, riwayat Ahmad 29 Jilid 1).
“Dan berkatalah tuhan-Mu, berdoalah (mintalah) kepada Aku nescaya aku akan tunaikan (makbulkan) bagi kamu (akan permintaan kamu)” (Surah Ghafir :60).
Dari Sauban ra berkata bahawa telah bersabda rasulullah : "Tidaklah ada sesuatu pun yang dapat menolak takdir melainkan doa” (hadith Sahih riwayat Ibn hibban dalam sahihnya disepakati oleh adz-dzahabi) .
“ Dan bersabarlah serta tempatkan dirimu bersama orang-orang yang sering berdoa kepada tuhan mereka” (Al-Kahfi : 28).
kalau mu bawa kereta likang pukang... tak ikut haluan panduan jalan raya... langgar lembu... mati akan kamu... itu dari kesilapan kamu sendiri .... jikalau kamu berpanduan pada jalan raya kamu akan senang di hargai...
bergitu juga dengan Qada dan Qadar.. nak menharapkan takdir tanpa USAHA ...haaaaa berjaya ker seperti kena durian runtuh... ALHAMDULILAH... (Senyum) kudrat dah di berikan Idrat pun bergitu - Ilmu apa lagi...dari azali lagi... mengapa harus kita bergitu cipta harus kehidupan itu...
lalai ker.. atau runsing... haaaaa porfesor membuat analisis otak manusia baru berfungsi 30 % iaitu org yg mencipta roket ke angkasawa,,, mana lagi 70% (Senyum)... mencipta klon., ker apa ker... semuaNya Ilmu.. di Amerika Takdir ker menentukkan baka anjing di klon kan.., dan rahsia bagi amerika mereka berjaya... bukan mereka USAHA kan ,... aduhai... open mind seket mata kita nie...
Hadith Umar ra yang bertanya nabi tentang amal dengan mengatakan : " Apakah pandanganmu tentang amalan (manusia) yang dilakukan apakah ianya sudah ditetapkan sebelumnya atau baru berlaku ? Maka dijawab oleh baginda dengan bersabda : "Sesungguhnya telah pun ditetapkan segala sesuatu pada setiap perkara" maka di balas oleh Umar : "Apakah kita harus menyerah sahaja kalau demikian ? Maka bersabdalah baginda nabi : "Beramallah wahai anak Khattab, segala sesuatu itu sudah dipermudahkan adapun barangsiapa yang tergolong dari ahli kebaikan (syurga) maka dia dijadikan beramal dengan amalan ahli syurga dan barangsiapa yang tergolong dalam ahli siksa maka dijadikan dia beramal jahat untuk neraka " (Hadith sahih, riwayat Ahmad 29 Jilid 1).
“Dan berkatalah tuhan-Mu, berdoalah (mintalah) kepada Aku nescaya aku akan tunaikan (makbulkan) bagi kamu (akan permintaan kamu)” (Surah Ghafir :60).
Dari Sauban ra berkata bahawa telah bersabda rasulullah : "Tidaklah ada sesuatu pun yang dapat menolak takdir melainkan doa” (hadith Sahih riwayat Ibn hibban dalam sahihnya disepakati oleh adz-dzahabi) .
“ Dan bersabarlah serta tempatkan dirimu bersama orang-orang yang sering berdoa kepada tuhan mereka” (Al-Kahfi : 28).
« Jawab #18
Mati dalam tido pun usaha ke? tengah duduk pun mati jugak..
« Jawab #19
ini. Sebab kesombongan inilah yang menyebabkan setan terusir dari surga dan kemudian dikutuk oleh Allah selamanya. Hadirnya rasa
takabbur sangat halus sekali. Banyak orang telah merasa tawadhu (rendah hati) padahal dirinya di mata orang lain sedang menunjukkan
sikap takabburnya. Tentang sikap takabbur ini Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada
kesombongan walau seberat debu. (HR Muslim). Allah benar-benar mengharamkan surga untuk dimasuki orang-orang takabbur. Takabbur
hanya layak bagi Allah yang memang memiliki keagungan sempurna. Sedang seluruh makhluk hanya sekadar menerima kemurahan dari-Nya.
Penyakit takabbur memang benar-benar seperti bau busuk yang tidak dapat ditutup-tutupi dan disembunyikan. Orang yang mengidap
penyakit ini demikian mudah dilihat oleh mata telanjang orang awam sekalipun dan dapat dirasakan oleh hati siapapun.
Perhatikan penampilan orang takabbur! Mulai dari ujung rambut, lirikan mata, tarikan nafas, senyum sinis, tutur kata, jumlah kata,
nada suara, bahkan senandungnya pun benar-benar menunjukkan keangkuhan. Begitupun cara berjalan, duduk, menerima tamu,
berpakaian, gerak-gerik tangan bahkan hingga ke jari-jari kaki. Semuanya menunjukkan gambaran orang yang benar-benar buruk
perangainya.
Ada pertanyaan menarik. Pantaskah sebenarnya orang bersikap takabbur, jika seluruh kebaikan pada dirinya semata-mata hanya berkat kemurahan Allah padanya? Padahal jika Allah menghendaki, dia bisa terlahir sebagai kambing. Tentu saja saat itu tidak ada lagi yang bisa
disombongkan. Atau kalau Allah mau, dia bisa terlahir dengan kemampuan otak yang minim. Bahkan jika Allah takdirkan dia lahir di tengah-
tengah suku pedalaman di hutan belantara, maka pada saat ini mungkin dia tengah mengejar babi hutan untuk makan malam. Apa lagi yang
bisa disombongkan?
Marilah kita berhati-hati dari bahaya kesombongan ini. Jika penyakit ini datang pada kita, kita akan sengsara. Langkah kehati-hatian ini bisa dimulai dengan mengenali ciri-ciri kesombongan. Rasulullah SAW bersabda: Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan
sesama manusia. (HR Muslim). Jika dalam hati kita ada satu dari dua hal ini, atau kedua-duanya ada, itu pertanda kita telah masuk
dalam deretan orang-orang sombong.
Sebagian orang ada yang merasa dirinya paling mulia, baik, salih, dekat pada Allah, dikabul doanya, berkah urusannya, dan lainnya.
Ketika ada kebaikan lalu kita laporkan padanya, dia berkata: Oh, siapa dulu dong yang mendoakannya? Dan ketika kita datang padanya
dengan keluhan berupa musibah, dia berkata: Ah, itu sih tidak aneh, saya pernah mengalaminya lebih parah dari itu.
Ini adalah gambaran kesombongan. Orang merasa diri lebih dekat pada Allah, lalu memandang orang lain dengan pandangan
yang merendahkan. Perilaku seperti ini jika diteruskan akan merugikan pelakunya. Hakikatnya, semua kebaikan dan keburukan
terjadi karena izin Allah. Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa semuanya (kebaikan dan keburukan itu) adalah dari sisi (atas takdir)
Allah. (QS An Nisaa 4:78). Kita tidak berdaya membuat kebaikan dan keburukan jika Allah tidak menghen daki hal itu terjadi.
Sekalipun berupa doa atau puasa, tidak bisa dijadikan alasan bahwa kita punya kuasa atas kebaikan dan keburukan. Wallahu alam.
KH Abdullah Gymnastiar
------------------------
(Kolom Manajemen Qolbu, Harian
Kedaulatan Rakyat Selasa, 01 Juli 2003)
Sumber : Dari sahabat untuk sahabat...
Menepis Sifat Sombong...
« Jawab #1 on:
[box title=Imam Al-Ghazali mengemukakan panduan supaya kita tidak bersifat sombong dan angkuh.]
BANYAK peristiwa yang dialami, banyak jalanan yang dilalui, menjadikan manusia sering lupa diri, alpa dan tenggelam dalam kehidupan. Banyak nikmat yang dikecapi, banyak kejayaan yang dijulang, membuatkan manusia berasa diri hebat, berada di kemuncak, menyebabkan wujud rasa sombong dan angkuh dalam diri.
Jika berjumpa kanak-kanak, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita. Ini kerana kanak-kanak belum banyak melakukan dosa daripada kita.
Mungkin susah bagi sesetengah orang untuk mengangkat darjat ke atas orang yang berada di bawah kedudukannya, apa tah lagi mereka adalah kanak-kanak. Tetapi kalau diamati saranan Imam Ghazali ini, kita dapat rasakan betapa Islam begitu suci dan tinggi nilai peradabannya. Begitu halus dan seninya erti rendah diri yang dianjurkan.
Andai kata kita dapat melaksanakan sikap ini, betapa kita menjadi orang yang tinggi pekerti di sisi Allah. Ini kerana kita meletakkan perbandingan dosa antara kita dengan kanak-kanak yang sudah pastilah amat ketara nisbahnya. Sikap inilah yang akan membentuk keinsafan serta membulatkan tekad untuk mengurangkan perlakuan dosa.
Apabila bertemu orang tua, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana mereka sudah lama beribadat.
Kebiasaan kita memang menghormati yang lebih tua. Tetapi, berapa ramai yang sanggup menganggap golongan ini lebih mulia, melainkan ditanam dalam diri sikap yang dianjurkan oleh Imam Ghazali ini. Menghormati orang yang lebih tua dengan andaian bahawa mereka sudah lama beribadat, menjadikan kita lebih bermotivasi dalam meningkatkan amalan yang kononnya lebih muda ini dapat mengatasinya dari sudut kuantiti dan kualiti.
Jika berjumpa orang alim, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana banyak ilmu yang mereka pelajari dan ketahui.
Menjadi lumrah kita menghormati orang alim. Bukan sekadar menghormati, malah dijadikan idola dan teladan untuk ikutan. Islam menganjurkan penghormatan ke atas orang alim bertepatan dengan kemuliaan ilmu serta amalan mereka. Wajarlah kita memuliakan mereka dengan menganggap bahawa memang benarlah mereka banyak mempelajari dan banyak mengetahui ilmu
...................................................................................................................................................................
Imam Al-Ghazali mengemukakan panduan supaya kita tidak bersifat sombong dan angkuh.]
BANYAK peristiwa yang dialami, banyak jalanan yang dilalui, menjadikan manusia sering lupa diri, alpa dan tenggelam dalam kehidupan. Banyak nikmat yang dikecapi, banyak kejayaan yang dijulang, membuatkan manusia berasa diri hebat, berada di kemuncak, menyebabkan wujud rasa sombong dan angkuh dalam diri.
Jika berjumpa kanak-kanak, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita. Ini kerana kanak-kanak belum banyak melakukan dosa daripada kita.
Mungkin susah bagi sesetengah orang untuk mengangkat darjat ke atas orang yang berada di bawah
kedudukannya, apa tah lagi mereka adalah kanak-kanak. Tetapi kalau diamati saranan Imam Ghazali ini, kita dapat rasakan betapa Islam begitu suci dan tinggi nilai peradabannya. Begitu halus dan seninya erti rendah diri yang dianjurkan.
Andai kata kita dapat melaksanakan sikap ini, betapa kita menjadi orang yang tinggi pekerti di sisi Allah. Ini kerana kita meletakkan perbandingan dosa antara kita dengan kanak-kanak yang sudah pastilah amat ketara nisbahnya. Sikap inilah yang akan membentuk keinsafan serta membulatkan tekad untuk mengurangkan perlakuan dosa.
Apabila bertemu orang tua, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana mereka sudah lama beribadat.
Kebiasaan kita memang menghormati yang lebih tua. Tetapi, berapa ramai yang sanggup menganggap golongan ini lebih mulia, melainkan ditanam dalam diri sikap yang dianjurkan oleh Imam Ghazali ini. Menghormati orang yang lebih tua dengan andaian bahawa mereka sudah lama beribadat, menjadikan kita lebih bermotivasi dalam meningkatkan amalan yang kononnya lebih muda ini dapat mengatasinya dari sudut kuantiti dan kualiti.
Jika berjumpa orang alim, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita kerana banyak ilmu yang mereka pelajari dan ketahui.
Menjadi lumrah kita menghormati orang alim. Bukan sekadar menghormati, malah dijadikan idola dan teladan untuk ikutan. Islam menganjurkan penghormatan ke atas orang alim bertepatan dengan kemuliaan ilmu serta amalan mereka. Wajarlah kita memuliakan mereka dengan menganggap bahawa memang benarlah mereka banyak mempelajari dan banyak mengetahui ilmu.[/box]
Angkuh dan Sombong
Keangkuhan adalah satu lagi penyakit emosi yang membawa padah. Kamus Oxford mendefinisikan orang yang angkuh sebagai, “berperilaku dalam cara kebanggaan dan unggul, menunjukkan terlalu banyak kebanggaan diri dan terlalu sedikit pertimbangan untuk orang lain.” (“behaving in a pride and superior manner, showing too much pride in oneself and too little consideration for others”).
Orang yang angkuh mempunyai sikap suka menunjukkan kepentingan diri. Mereka mengharapkan dan berusaha untuk disukai, mempunyai keperluan untuk diterima, dan objektif utama mereka adalah dapat mengawal orang lain. Namun, kebanyakan dari mereka bukanlah bermaksud untuk menyakiti hati orang lain, cuma mereka tidak dapat ekpresi diri jika tidak berbuat demikian.
Angkuh dan Sombong
« Jawab #1 on:
Orang yang angkuh dan tidak mempertimbangkan perasaan orang lain, serta sensitif,tidak akan mempunyai ramai kawan dan selalunya orang lain akan cuba menjauhi diri dari mereka. Ini akan meningkatkan tahap tekanan, kekecewaan, berasa sunyi dan banyak lagi tanda-tanda negatif dalam diri golongan orang yang angkuh.
Walau betapa besar atau tinggi kedudukan seseorang, seseorang itu tidak akan lebih besar atau tinggi dari gunung. Walau betapa kuatnya seseorang itu, dia akan dikalahkan juga oleh orang lain atau sesuatu yang lebih kuat.
Angkuh dan Sombong
« Jawab #2 on:
:)
Ramai orang yang sombong dengan pangkat, kekayaan, glamour, kelebihan, harta dan sebagainya.
Ingatlah, Barangsiapa yang membuat amalan dengan sombong, Allah akan membuka keaiban dan kekurangan dari amalan tersebut (maksud Hadith Muslim)
Hari ini, kita dipuji oleh orang lain, kita disanjung oleh orang lain, kita di puja oleh orang lain bukan kerana kehebatan kita, Kita dipuji oleh orang lain kerana Allah menutup keaiban kita. Jika Allah membuka keaiban kita, tidak ada lagi kemuliaan di sisi manusia.
oleh itu, jangan sombong dengan apa yang kita ada. Tawadhuklah, kerana orang yang tawadhuk kerana Allah akan diangkat darjatnya di mata manusia (maksud hadith at-Tarmizi)
Angkuh dan Sombong
« Jawab #3
Sombong berarti menolak kebenaran dan melecehkan / merendahkan orang lain, dan memandang dirinya sempurna segala-galanya. Sombong adalah keadaan di mana seseorang bangga dengan dirinya sendiri. Sifat sombong dilarang dalam Islam, karena sifat ini dan sifat angkuh telah banyak mencelakakan makhluk ciptaan Allah swt. Kesombongan iblis telah menyebabkannya terusir dari surga. Kesombongan sejumlah umat para Nabi, juga telah menyebabkan terjadinya kehancuran.
Manusia tak boleh sombong disebabkan manusia adalah makhluk yang lemah. Makhluk yang lemah itu tentu tak pantas angkuh dan sombong. Beberapa kerugian dari orang yang sombong adalah :
1. Telah Mengabaikan Perintah Allah swt;
2. Menjadi Penghuni Neraka. QS az-Zumar:72)
3. Pintu hatinya terkunci & tertutup.
4. Kesombongan Membawa Kepada Kehinaan Di Dunia & Di Akhirat
Sehubungan dengan ini, maka jauhilah sifat angkuh dan sombong itu, agar karunia Allah swt selalu beserta kita. Amin.
Angkuh dan Sombong
« Jawab #4
3 contoh manusia yang angkuh dan sombong tercata di dalam al-quran.
Allah subhanahu wata'ala juga telah menenggelamkan Fir'aun dan bala tentaranya di lautan karena kesombongan dan keangkuhannya terhadap Allah subhanahu wata'ala dan juga kepada sesama kaumnya, dan karena kesombongannya itulah dia lupa diri sehingga dengan keangkuhannya dia menyatakan dirinya adalah tuhan yang harus disembah dan diagungkan.
Kehancuran kaum Nabi Luth alaihis salam juga karena kesombongan mereka dengan menolak kebenaran yang disampaikan Nabi Luth alaihis salam agar mereka meninggalkan kebiasaan buruk mereka yaitu melakukan penyimpangan seksual, yakni lebih memilih pasangan hidup mereka sesama jenis (homosek), sehingga tanpa disangka-sangka pada suatu pagi, Allah subhanahu wata'ala membalikkan bumi yang mereka tempati dan tiada satu pun di antara mereka yang bisa menyelamatkan diri dari adzab Allah yang datangnya tiba-tiba.
Qorun tenggelam beserta seluruh hartanya ke dalam perut bumi karena kesombongan dan keangkuhannya terhadap Allah subhanahu wata'ala dan juga kepada sesama kaumnya.
Angkuh dan Sombong
« Jawab #5
Mengapa manusia tidak boleh sombong? Sebab manusia adalah makhluk yang lemah, maka pantaskah makhluk yang lemah itu bermega-megahan dan sombong di hadapan penguasa langit dan bumi?
Namun fenomena dan realitinya yang ada masih banyak manusia itu yang lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna segala-galanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, telah menjelaskan tentang bahayanya sifat kesombongan dan keangkuhan, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu , dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
"Tidak masuk syurga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata: "(ya Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus", Beliau bersabda:
"Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang lain" (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullah berkomentar tentang hadits ini, "Hadits ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran". (Syarah Shahih Muslim
2/269).
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, "Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak pantas mengerjakan suatu urusan, dia juga sombong menerima kebenaran dari orang lain". (Jami'ul Ulum Wal Hikam 2/275)
Raghib Al-Asfahani rahimahullah berkata, "Sombong adalah keadaan/kondisi seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah
sombong kepada Rabbnya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya." (Umdatul Qari` 22/140).
Angkuh dan Sombong
« Jawab #6
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan Firman Allah subhanahu wata'ala, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh", maksudnya janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, berbuat semena-mena, janganlah kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah murka kepadamu". (Tafsir Ibnu Katsir 3/417).
« Jawab #7
Gagal mensyukuri nikmat Allah adalah petanda sifat angkuh dan sombong, sesungguhnya sifat angkuh dan sombong itu adalah warisan syaitan, Firaun, Hamman, Qarun, Abu Jahal dan Abu Lahab.
« Jawab #8
Carilah kebenaran agar menjadi orang yang tidak sombong bodoh.
di hadapan diri kita ialah Ujian dari Allah - lihat balik ayat ayat NYA: Kami akan uji kamu .....................
lalu DIA SWT menambah, di dalam diri kamu ada bukti kebenarannya, MENGAPA kamu tak mahu berfikir?
sombonglah tu, merasa diri tahu segala, tak mahu menerima kebenaran yang disampaikan oleh 'budak'
padahal kisah hasan dan hussin, cucunda Rasulillah menceritakan bab wuduk dengan mengamalkannya, untuk menegur orang tua tua yang gagal menyempurnakan wuduknya.
zaman telah berubah, hal YAKIN yang ESA tetap sama sahaja
tetapi, hari ke hari satu demi satu orang Alim meninggalkan kita, sedangkan kita merasa, ini zaman IT, berlambaknya pengetahuan. Semuga kita dapat Ilmu kebenaran
bukan hanya, pengetahuan keduniaan semata
orang yang TETAP bersyukur, tidak akan, mengalah
"kamu hanya menyampaikan kebenaran, Allah yang beri Hidayah"
semuga berjaya mencapai IKHLAS
berlaku JUJUR lah
semuga benarlah Deenun Nasihah
siapa siapa sahaja yang mendapat HidayahNya dia lah paling beruntung
sesiapa yang disesatkan oleh pilihan dirinya, tiada siapa yang dapat Hidayahkannya
bertaqwalah
Dengan sebenar benar taqwa, dan janganlah kamu MATI, melainkan ketika berserah kepada Allaah
marilah kita bermohon kepada Allah, Ya Allaahu, berikan kami ILMU dan Kefahaman, agar kami mampu mengamalkan dengannya, Kami bermohon rahmat dan kasih sayangMU, ya Allaahu, tanamkan ke hati kami, kecintaan kepada MU.............................ampun ya Allaahu,
subhanallah walhamdulillah
« Jawab #9
:)
Hati orang-orang yang sombong terkunci daripada cahaya kebenaran sebagai balasan dan seksaan Allah kepada mereka.Firman Allah dalam surah al-Mu'min atau Ghafir,ayat 35:
"(Iaitu) orang-orang yang membantah mengenai maksud ayat-ayat Allah dengan tidak ada sebarang bukti yang sampai kepada mereka (dari pihak yang diakui benarnya). (Bantahan yang demikian) besar kebenciannya dan kemurkaannya di sisi hukum Allah dan di sisi bawaan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah meteraikan atas hati tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi bermaharajalela pencerobohannya!
Hukuman bagi mereka yang sombong, merasa diri lebih tinggi, dan tidak mahu tunduk kepada kebenaran. Mereka akan diseksa di dalam neraka Jahannam hina dan dikucilkan.Firman Allah dalam surah al-Mu'min, ayat 60:
"Dan Tuhan kamu berfirman: Berdoalah kamu kepadaKu nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takbur daripada beribadat dan berdoa kepadaKu, akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina. "
Na'uzubillahiminzalik..
« Jawab #10
Jangan berbuat kerosakan di muka bumi. Semua nikmat yang anda rasakan itu adalah daripada Allah SWT, dan Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi angkuh. Jangan pernah merasa tersanjung ketika orang-orang berdiri menghormatimu pada saat anda keluar dan masuk pintu rumah. Nabi SAW pernah mengatakan,
"Barangsiapa merasa senang bila orang-orang berdiri menghormatinya, maka dia harus mempersiapkan tempatnya di neraka."(HR Bukhari)
salin daripada FIKIH AKHLAK Musthafa al-'Adawy
.....................................................................................................................................................................
Jangan Sombong dengan Takdir
« on:
Jika hendak dikirakan ’beriman’ dengan Allah, iblis laknatullah sepatutnya lebih tinggi imannya kepada Allah. Masakan tidak, dia pernah berdialog dengan Allah (dialog yang telah dirakamkan dalam Al Quran). Dia percaya kepada syurga dan neraka. Bukan sahaja percaya bahkan telah melihatnya. Syaitan yakin tentang adanya Hari Pembalasan.. Hendak diukur dari segi ibadah, ya ibadah iblis begitu hebat. Puluhan ribu tahun sujud, rukuk dan membesarkan Allah hingga terlantik sebagai ketua malaikat. Cuma satu… syaitan kecundang kerana tidak dapat menerima takdir Allah.
Takdir yang menentukan Adam dipilih menjadi Khalifah dan dia diperintahkan sujud lambang hormat kepada Allah dalam mentaati Allah. Syaitan tidak boleh menerima takdir ini.. Mengapa dia yang dijadikan daripada api (sedangkan Adam hanya daripada tanah), mengapa dia yang lebih ’senior’ dalam ibadah dan hiraki kepimpinan tidak terpilih menjadi khalifah, sedangkan Adam hanya ’pendatang’ baru yang diciptakan terkemudian?
Iblis sombong kerana tidak menerima ketentuan takdir. Dan dia terhina kerana itu. Lalu kita siapa yang mampu menidak dan meminggirkan takdir? Allah, itu Maha Besar, qudrat dan iradatnya tidak akan mampu kita nafikan. Jika cuba menafikan, kita akan terhina… seperti terhina iblis. Dilaknat dan dimasukkan ke neraka… kerana gugur sifat kehambaannya!
« Jawab #1
Dalam episod hidup, takdir datang menguji kita. Mengapa aku mendapat suami yang begini? Mengapa isteriku tidak sebegitu? Kenapa ketua ku orang semacam dia? Kenapa anak ku cacat? Mengapa isteri tersayang ku pergi dulu? Kenapa aku tidak kaya-kaya lagi walaupun telah berusaha. Bila masalah melanda kita merasakan kitalah yang paling menderita. Mengapa aku yang tertimpa nasib begini? Mulut berbicara mengaku Allah itu Tuhan kita tetapi mengapa kehendak-Nya kita tidak rela? Benarnya, masalah, ujian dan cabaran dalam hidup itu sangat berkaitan dengan iman.
Iman iblis hancur berderai bila diuji dengan takdir. Ego terpendamnya selama ini terserlah. Terbakar hangus seluruh ibadah yang dibinanya ribuan tahun. Aduh, bagaimana pula kita yang iman hanya setipis kulit bawang dan ibadah yang hanya sekelumit ini? Pujuklah hati, terima takdir itu dengan rela. Katakan, ya Allah… sungguh sakit, sungguh perit, tapi apakan daya, aku hambaMu, Kau lebih tahu apa yang terbaik untukku berbanding diriku sendiri. Ya Allah, jangan Kau serahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekelip mata. Tadbirku seluruh dan sepenuh sujud pada takdir MU.
Takdir sentiasa mengatasi tadbir. Takdir daripada Allah, sedangkan tadbir hanya dari kita hamba-Nya. Kekadang takdir dan tadbir selari, maka terjadilah apa yang kita inginkan terjadi. Namun acapkali takdir dan tadbir bersalahan, maka terjadilah apa yang kita tidak inginkan. Kita ingin putih, hitam pula yang menjelama. Kita dambakan kejayaan, kegagalan pula yang menimpa. Ketika itu hati akan bertanya, apa lagi yang tidak kena? Semuanya telah kutadbirkan, tetapi kenapa gagal jua? Ketika itu timbullah bunga-bungan ’pemberontakan’ dari dalam diri hamba yang kerdil berdepan dengan Tuhan yang Perkasa. Samada di sedari atau tanpa disedari…
Takdir daripada Allah mengandungi banyak hikmah. Ia mengandungi mehnah (didikan langsung dari Allah) yang kekadang tersembunyi daripada pengamatan fikiran biasa. Ilmu semata-mata tanpa iman yang kuat, akan menyebabkan kita terkapa-kapa dalam ujian hidup tanpa pedoman yang tepat. Justeru dengan akal semata-mata kita tidak akan dapat meringankan perasaan pada perkara-perkara yang tidak sejalan dengan diri dan kehendak kita. Mengapa terjadi begini? Sedangkan aku telah berusaha?
Untuk mengelakkan hal itu terjadi maka kita mesti berusaha mencari-cari hikmah-hikmah yang terkandung dalam ketentuan (takdir) Tuhan. Ya, hanya manusia yang sempurna akal (ilmu) dan hati (iman) sahaja dapat menjangkau hikmah yang terkandung di dalam cubaan dan bala yang menimpa duirinyanya. Kata orang, hanya jauhari mengenal manikam.
Orang yang begini akan menjangkau hikmah di sebalik takdir. Dapat melihat sesuatu yang lebih tersirat di sebalik yang tersurat. Ya, mereka tidak akan beranggapan bahawa sifat lemah-lembut Allah lekang daripada segala bentuk takdir-Nya – samada yang kelihatan positif atau negatif pada pandangan manusia. Ertinya, mereka merasai bahawa apa jua takdir Allah adalah bermaksud baik. Jika sebaliknya, mereka merasakan bahawa Tuhan bermasud jahat dalam takdir-Nya, maka itu petanda penglihatan hati tidak jauh, dan akalnya pendek.
Mengapa terjadi demikian? Sebab iman belum mantap, keyakinan masih lemah dan tidak kenal Allah dalam ertikata yang sebenarnya. Bila ketiga-tiga faktor itu sempurna, maka barulah sesorang itu mampu melihat bahawa di dalam cubaan dan bala yang ditakdirkan mengandungi hikmah-hikmah yang baik. Hanya dengan itu, seseorang itu akan merasa senang dan bahagia dalam menghadapi sebarang ujian dalam hidupnya.
Bagaimana kita dapat meringankan beban hati ketika menghadapi ujian hidup? Ya, hanya pertalian hati seorang hamba dengan Allah sahaja yang menyebakan ringannya ujian dan cubaan. Hati yang disinar dengan cahaya Allah dan cahaya sifat-sifat-Nya akan berhubung dengan Allah. Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendak dikenal bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.
Bila kita kenal Allah Maha Pengasih dan Penyayang, kita tak boleh buruk sangka kepada Allah dengan menganggap apa yang ditakdirkan (ujian) itu adalah sesuatu yang tidak baik. Iktikad (yakin) kita semua ketentuan Allah itu adalah baik – ujian itu pasti ada muslihat yang tersembunyi untuk manusia, akan menyebabkan hati terubat. Walaupun pahit, ditelan jua. Sematkan di hati bahawa pilihan Allah untuk kita adalah yang terbaik tapi kita tidak atau belum mengetahuinya. Bila terjadi nanti, barulah kita tahu.
« Jawab #2
Katalah kita ditimpa penyakit atau kegagalan… itu mungkin pada hakikatnya baik pada suatu waktu nanti. Betapa ramai, mereka yang sakit, tetapi akhirnya mendapat pengajaran yang besar di sebalik kesakitannya. Contohnya, apa yang berlaku kepada Cat Steven… yang sakitnya itulah yang menyebabkan beliau mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam? Dan betapa ramai pula yang gagal pada mulanya tetapi dengan kegagalan itu bangkit jiwa juang yang lebih kental yang akhirnya membuah kejayaan? Hingga dengan itu masyhurlah kata-kata bahawa kegagalan itu hakikatnya adalah kejayaan yang ditangguhkan!
Para ahli hikmah (bijaksana) merumuskan bahawa, antara hikmah ujian ialah, hati akan lebih tumpuan kepada Allah. Dengan ujian, seseorang akan dapat menambah tumpuan dan penghadapannya kepada Allah. Sebab bala dan ujian bertentangan dengan kehendak, keinginan dan syahwat manusia, seperti sakit, rugi, miskin dan lain-lain. Dengan ini nafsu akan terdesak, tidak senang dan ingin lepas daripada ujian. Bila nafsu terdesak, ia akan terdidik secara langsung. Ia akan tertekan dan menjadi jinak. Hakikat ini akan membuka pintu rahmat Allah kerana nafsu yang liar sangat mengajak kepada kejahatan. Bila nafsu hilang kekuatannya maka manusia tidak akan jatuh ke lembah dosa dan maksiat dengan mudah.
Hati tidak dapat tidak mesti bersabar. Hati akan terdidik untuk redha dan tawakal, kerana yakin Qada dan Qadar Allah pasti berlaku. kerana manusia harus terima, tidak boleh menolak ujian itu. Hamba yang soleh menanggung Qadar dengan sabar (bahkan) gembira dengan pilihan Allah. (Ujian adalah pilihan Allah bukan pilihan manusia). Tidak ada pilihan Allah yang tidak baik. Semuanya baik belaka.
Hakikat ini akan menyebabkan kita akan lebih mendekat kepada agama. Hikmah ini walaupun sebesar atom tetapi bila melekat di hati kebaikannya lebih tinggi dari amal lahiriah walaupun sebesar gunung. Justeru, bila hati baik semua anggota badan menjadi baik. Inilah yang ditegaskan oleh Allah menerusi firman-Nya:
“…Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedangkan sesuatu itu merosakkan kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak tahu.” (Surah Al Baqarah : 216)
Sesungguhnya, dalam ujian Allah terselit nikmat-Nya. Mungkin kita tertanya-tanya apakah nikmatnya bila sakit, miskin, gagal, dihina dan sebagainya? Hendaklah kita faham bahawa nikmat di sisi Allah itu terbahagi dua. Pertama, nikmat lahir. Dan kedua, nikmat batin (rohaniah). Nikmat lahiriah ialah sihat, selamat dan kebaikan fizikal yang lain. Manakala nikmat batiniah ialah nilai-nilai keimanan, keyakinan dan kesabaran. Dengan ujian kesusahan misalnya, barulah terbina sifat sabar. Dan sabar itu adalah separuh daripada keimanan.
Ujian juga akan menghapuskan dosa dan kesalahan seseorang terhadap Allah. Nabi Isa pernah berkata, ”belum dikatakan seorang itu kenal Allah, sebelum dia bergembira dengan musibah dan penyakit ke atas dirinya, kerana berharap supaya dihapuskan kesalahannya.” Bila kita benci dengan ujian, ertinya belum kenal Allah dan (kerana) tidak faham itulah cara (kaedah) Allah mengampunkan dosa kita. Bila kita gembira (terima dengan baik) ujian itu, kerana yakin bahawa yang datangkan ujian itu juga adalah Allah.
Jadi, apabila kita ditimpa ujian maka berusaha dan berikhtiarlah untuk menangani ujian itu tetapi jangan sesekali lupa mencungkil hikmahnya. Oleh yang demikian, apabila diuji, terimalah dengan baik dengan mencari hikmah-hikmahnya kerana tidak ada takdir Allah yang tidak ada hikmahnya. Ingatlah, bahawa orang soleh itu bila diuji, hikmah-hikmah ujian akan mendekatkan mereka kepada Allah.
Jangan sesekali kita menjadi orang yang rugi yakni mereka yang buta daripada melihat hikmah justeru akal dan hati hanya melihat sesuatu yang selari dengan hawa nafsunya sahaja. Ingatan para hamba yang soleh kepada Allah akan bertambah dengan ujian-ujianNya. Mereka merasakan ujian itu satu petanda yang Allah telah memilih mereka. Mereka sentiasa berbaik sangka dengan Allah dengan cara menyedari (mencari) bahawa setiap yang berlaku samada pahit atau manis pasti ada hikmahnya. Mereka tidak melihat hanya ’asbab’ (sebab-sebab) tetapi matahati mereka dapat menjangkau ’musabbabil asbab’ (Penyebab – Tuhan).
Sumber: Genta Rasa
Jawab #3
Allah S.W.T tidak akan menjerumuskan kita kepada sesuatu yang buruk dan membuat aniaya kepada kita. Telah tertulis dalam kalamNya bahawa salah satu manfaat takdir ini adalah sebagai madu penyembuh luka kesedihan.
"Supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepada kamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."
- Surah Al Hadid : 23 -
Apa yang terjadi apabila seseorang itu mendapat dugaan? Kita perincikan lagi perbincangan berkaitan dengan dugaan apabila kehilangan sesuatu. Bukankah hal ini mampu menjadi kunci kepada kesedihan? Bayangkan ada seorang insan ini sedang meratap sedih dihadapan rumahnya. Kemudian kita bertanya kepada insan itu,
'Apa yang membuat kamu berasa sedih?'
'Saya baru kehilangan isteri saya, dia telah meninggal dunia,' kata insan itu.
Insan itu baru sahaja mendapat dugaan yang berat. Siapa tak sayang bini kan? Dugaan itu amat berat, dia kehilangan teman hidupnya. Sememangnya wajar dia berasa sedih. Tetapi, apa yang perlu kita elakkan ialah kesedihan yang berpanjangan. Kesedihan yang berpanjangan mampu memberi implikasi yang lebih teruk malah menggandakan dugaan kita.
Allah sudah menetapkan kematian isteri insan sedemikian masanya. Allah juga telah memberitahu kita bahawa ajal maut itu ditanganNya. Segalanya agar kita tidak bersedih seperti yang dinyatakan dalam surah al Hadid. Tetapi bagaimana ini boleh berlaku? Betul ke dengan memberitahu ketetapanNya itu semata-mata agar kita tidak bersedih? Jom mengembara dengan lebih jauh dalam lautan ilmu ini....
Sekiranya seseorang itu mengetahui apa yang dilakukannya itu sudah ditetapkan oleh Allah. Dia beriman dan redha terhadapNya. Maka mengapa dia perlu bersedih atas sesuatu kehilangan. Bukankah itu yang sudah digariskan olehNya? Bukankah itu yang tetap terjadi walaupun kita sedaya upaya cuba untuk menghindarinya? Jadi mengapa kita perlu hanyut dalam kesedihan?
Adakah dengan bersedih akan menyebabkan apa yang hilang itu kembali semula kepada kita? Tentulah tidak! Malah kesedihan akan menyebabkan diri kita lebih susah dan tertekan. Jadi relakan sahaja dengan mengatakan,
' Segalanya berasal daripada Allah dan akan kembali kepadaNya.'
Bukankah dengan berbuat demikian perasaan dan hati kita akan lebih tenteram. Kita tidak perlu menyibukkan diri terhadap apa yang telah berlalu malah boleh fokus untuk kehidupan yang mendatang. Life must go on. Anda sudah dapat merungkaikan rahsia ini? Jadi berhentilah menangis dan relakan apa sahaja yang menimpa anda. Beramallah untuk waktu-waktu akan datang.
Pada suatu ketika dahulu terdapat seorang alim ini. Dia sangat berilmu sehinggakan menjadi tempat rujukan buat penduduk di sekitar tempat tinggalnya. Sehinggalah suatu hari isterinya meninggal dunia. Selepas kejadian itu dia berasa sedih yang melampau sehinggakan tidak mahu lagi menerima tetamu yang ingin bertanya kepadanya.
Sampailah suatu hari itu, seorang wanita datang kepadanya. Wanita itu memaksa dia menjawab persoalannya.
'Aku ingin meminta pendapatmu tentang sesuatu perkara' kata wanita itu.
'Masalah apa?' tanya orang alim itu.
'Aku pinjam sesuatu daripada seorang ini untuk jangka masa yang agak lama. Kemudian dia tiba-tiba hantar utusan suruh ambil balik barang itu. Adakah perlu aku mengembalikannya?' tanya perempuan itu.
' Ya kamu perlu mengembalikannya' jawab orang alim itu.
' Semoga Allah merhamati kamu, engkau sedih atas apa yang dipinjamkan Allah kepadamu, kemudian Dia mengambilnya daripada kamu sedangkan Dia lebih berhak atas pinjaman tersebut daripadamu.' jelas wanita itu.
Orang alim itu pun tersedar akan hakikat ini. Semuanya apabila dia diingatkan tentang Zat Yang Maha Memiliki dan Maha Menetapkan. Sesungguhnya segala sesuatu itu daripada Allah dan akan kembali kepadaNya.
Wallahualam...
« Jawab #4
:)
Gantikan kesedihan & keangkuhan & kelalaian itu dengan mengucap Subhaanallah.....
Sebagaimana Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran Surah Yaasin ayat ke 83.
Oleh itu akuilah kesucian Allah (dengan mengucap: Subhaanallah!) - Tuhan yang memiliki dan menguasai tiap-tiap sesuatu, dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
« Jawab #5
Renung-renungkan...
kita terlalu banyak menyoal takdir yang ditentukan ke atas kita.
Kenapa begini?
Mengapa begitu?
Kenapa bukan dia? kenapa aku?
« Jawab #6
Kenapa tidak berkata demikian?
”Inilah hakikat hidup yang dipilih Allah untukku. Aku akan terus berbaik sangka kepada Allah… DIA akan mengubat, melapang dan memberi kemenangan di sebalik ujian ini. Ya, aku tidak tahu, kerana ilmuku terbatas. Tetapi kerana Allah yang Maha Penyayang telah memilih ujian ini untuk diriku maka aku yakin ilmu-Nya Maha luas. Yang pahit ini akan menjadi ubat. Yang pedih ini akan menjadi penawar. Ya, Allah tingkatkanlah imanku bagi mendepani setiap ujian dari-Mu!”
« Jawab #7
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah"
- Surah Al Hadid : 22 -
Baiklah, kita berbalik kepada persoalan mula-mula tadi. Adakah Allah menetapkan sesuatu dan memerintahkan kepada kita untuk beriman dengan ketetapanNya itu tanpa sebarang manfaat disebaliknya? Adakah Allah menetapkan beriman terhadap qada' dan qadar sebagai rukun iman yang ke 6 hanya sebagai mainan sehinggakan boleh sahaja kita abaikan?
Mungkin pernah terlintas di fikiran kita beberapa soalan yang mengugat akidah kita sebagai seorang Islam. Mungkin kita pernah terfikir, mengapa Allah menetapkan semua itu kepada kita? Mengapa Allah memberitahu kita dan kemudian menyuruh kita mempercayai hal itu? Tidakkah dengan mengetahui hal ini, kita akan rasa bahawa segala perbuatan kita itu sia-sia? Kita juga akan jadi takut kerana tidak adanya kepastian.Tidakkah hal ini menyebabkan kita berasa seolah-olah berdiri hadapan kabus yang gelap.
Kabus itu sangat gelap sehingga menutup pandangan mata kita. Kita pula mesti sentiasa melangkah ke hadapan sementara kita tidak tahu apa yang menunggu kita di hadapan sana. Sudah tentulah tidak! Allah menetapkan semua itu kepada kita dan Dia mengetahuinya sementara kita tidak tahu. Allah itu Maha Adil dan Dia tidak akan menetapkan sesuatu yang zalim kepada hambaNya. Allah juga memerintahkan kita supaya beramal dan berdoa. Sementara Dia tidak akan mensia-siakan segala amalan hambaNya.
« Jawab #8
Kenapa tidak berkata demikian?
”Inilah hakikat hidup yang dipilih Allah untukku. Aku akan terus berbaik sangka kepada Allah… DIA akan mengubat, melapang dan memberi kemenangan di sebalik ujian ini. Ya, aku tidak tahu, kerana ilmuku terbatas. Tetapi kerana Allah yang Maha Penyayang telah memilih ujian ini untuk diriku maka aku yakin ilmu-Nya Maha luas. Yang pahit ini akan menjadi ubat. Yang pedih ini akan menjadi penawar. Ya, Allah tingkatkanlah imanku bagi mendepani setiap ujian dari-Mu!”
Setiap ujian yang ditempuhi itu boleh mendekatkan diri kepada ALLAH Taala. Lagi banyak ujian, lagi hampir diri kepada ALLAH Taala bersama doa-doa kepada NYA. Sesungguhnya ALLAH Taala suka kepada mereka berusaha mendekatkan diri kepada NYA.
Sebagaimana Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran di dalam Surah Al-Khafi ayat ke 110.
Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahawa Tuhan kamu hanyalah Tuhan Yang Satu; Oleh itu, sesiapa yang percaya dan berharap akan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan sesiapapun dalam ibadatnya kepada Tuhannya".
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
« Jawab #9
Renung-renungkan...
kita terlalu banyak menyoal takdir yang ditentukan ke atas kita.
Kenapa begini?
Mengapa begitu?
Kenapa bukan dia? kenapa aku?
Tanpa sedar kita menyoal itu semua bila apa yang kita hendak kita tak dapat atau apa yang kita usaha tidak mendatangkan hasil seperti yang kita harapakn.
Kita tidak sedar bahawa itu adalah yang terbaik untuk kita sebab itu Allah swt berikan pada kita. Walaupun mungkin pada kita bukan terbaik.
Berprasangka baik pada Allah swt kerana DIA tidak pernah menzalimi hambaNYA.
Aku juga selalu ingatkan diri aku tentang hakikat ini.
Bersyukur dan redha di atas segalanya yang telah Allah SWT tetapkan untuk kita.
« Jawab #10
Renung-renungkan...
kita terlalu banyak menyoal takdir yang ditentukan ke atas kita.
Kenapa begini?
Mengapa begitu?
Kenapa bukan dia? kenapa aku?
Tanpa sedar kita menyoal itu semua bila apa yang kita hendak kita tak dapat atau apa yang kita usaha tidak mendatangkan hasil seperti yang kita harapakn.
Kita tidak sedar bahawa itu adalah yang terbaik untuk kita sebab itu Allah swt berikan pada kita. Walaupun mungkin pada kita bukan terbaik.
Berprasangka baik pada Allah swt kerana DIA tidak pernah menzalimi hambaNYA.
Aku juga selalu ingatkan diri aku tentang hakikat ini.
Bersyukur dan redha di atas segalanya yang telah Allah SWT tetapkan untuk kita.
Apa yang penting terus mengharap kepada NYA.
Dengan amalan pengharapan yang Istiqamah ini Insya ALLAH akan meletakkan diri kita sentiasa hampir kepada NYA.
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
« Jawab #11
Dalam hidup terkapai kapai bagaimana nak mencari intipati kehidupan sebenar
dan apa tujuan di lahirkan di dunia ini dan apa nasib yg akan menimpa...banyak Firman Nya nyatakan terutama... ALLAH tak ubah seseorang itu melainkan seseorang itu mengubah HaluanNya sendiri ... tak kan nak berserah bulat bulat pada Nya ... sedang ALLAH mahukan sesuatu dengan berkata... adakah manusia juga bergitu hanya berkata kata sahaja dan harapkan takdir -NASIB- tanpa USAHA - kelakar lah ...haaaaaaa..
Kurdat dah di berikan ... Aqal juga bergitu ... mahu juga nak bergantung pada nasib sedang kan tanpa USAHA...
balik balik ketentuan Ilahi .... kalau dah cuba dan USAHA dan berdoa baru jatuh pada tawakal .... Qada Qadar...
mengajar kita mempercayai apa itu USAHA... sedangkan USAHA itu tak pernah leka pada manusia...cuma manusia lupa pada USAHA....
« Jawab #12
Dalam soal menerima takdir ini bukan tertakluk pada usaha sahaja.mati tak perlu usaha pun...kita pasti mati..bila orang yang kita sayang mati, adakah itu usaha kita? yang ditipu pulak,adakah itu kemahuan dia?macam mana cara kita menerimanya? kadang-kadang kita sebagai hambaNya dah berusaha sehabis nyawa,tapi hasilnya tetap mengecewakan. Itulah pentingnya menerima takdir...
Kalau yang memang tak usaha sungguh2 tu lain la...dia memang tahu kenapa dia gagal. tak perlu dipersoalkan. dia tahu dia layak dapat yang sebegitu.
« Jawab #15
أعو ذ بالله من الشيطا ن الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
‘Dan demi sesungguhnya! Jika engkau (wahai Muhammad)
bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan
mereka?” Sudah tentu mereka akan menjawab: “Allah!”.’
(Az-Zukhruf : 87)
Juga firmanNya :
‘Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad)
bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?” Sudah tentu mereka akan
menjawab: “Allah”.’
(Luqman : 25 dan Az-Zumar : 38)
“Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya
mereka mendampingkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya”
(Az-Zumar : 3)
صدق الله العظيم
« Jawab #16
Orang yang 'riak' bersedialah untuk menerima ujian yang berat. Sebagaimana peringatan daripada Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran.
Dan sepatutnya semasa engkau masuk ke kebunmu, berkata: (Semuanya ialah barang yang dikehendaki ALLAH)! (tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan ALLAH)? Kalau engkau memandangku sangat kurang tentang harta dan anak, berbanding denganmu - Mukjizat Kitab SUCI Al-Quran Surah Al-Kahfi ayat 39.
ALLAHU A'lam
Insya ALLAH
MAHA SUCI ALLAH
« Jawab #17
MATI itu perlu USAHA...
kalau mu bawa kereta likang pukang... tak ikut haluan panduan jalan raya... langgar lembu... mati akan kamu... itu dari kesilapan kamu sendiri .... jikalau kamu berpanduan pada jalan raya kamu akan senang di hargai...
bergitu juga dengan Qada dan Qadar.. nak menharapkan takdir tanpa USAHA ...haaaaa berjaya ker seperti kena durian runtuh... ALHAMDULILAH... (Senyum) kudrat dah di berikan Idrat pun bergitu - Ilmu apa lagi...dari azali lagi... mengapa harus kita bergitu cipta harus kehidupan itu...
lalai ker.. atau runsing... haaaaa porfesor membuat analisis otak manusia baru berfungsi 30 % iaitu org yg mencipta roket ke angkasawa,,, mana lagi 70% (Senyum)... mencipta klon., ker apa ker... semuaNya Ilmu.. di Amerika Takdir ker menentukkan baka anjing di klon kan.., dan rahsia bagi amerika mereka berjaya... bukan mereka USAHA kan ,... aduhai... open mind seket mata kita nie...
Hadith Umar ra yang bertanya nabi tentang amal dengan mengatakan : " Apakah pandanganmu tentang amalan (manusia) yang dilakukan apakah ianya sudah ditetapkan sebelumnya atau baru berlaku ? Maka dijawab oleh baginda dengan bersabda : "Sesungguhnya telah pun ditetapkan segala sesuatu pada setiap perkara" maka di balas oleh Umar : "Apakah kita harus menyerah sahaja kalau demikian ? Maka bersabdalah baginda nabi : "Beramallah wahai anak Khattab, segala sesuatu itu sudah dipermudahkan adapun barangsiapa yang tergolong dari ahli kebaikan (syurga) maka dia dijadikan beramal dengan amalan ahli syurga dan barangsiapa yang tergolong dalam ahli siksa maka dijadikan dia beramal jahat untuk neraka " (Hadith sahih, riwayat Ahmad 29 Jilid 1).
“Dan berkatalah tuhan-Mu, berdoalah (mintalah) kepada Aku nescaya aku akan tunaikan (makbulkan) bagi kamu (akan permintaan kamu)” (Surah Ghafir :60).
Dari Sauban ra berkata bahawa telah bersabda rasulullah : "Tidaklah ada sesuatu pun yang dapat menolak takdir melainkan doa” (hadith Sahih riwayat Ibn hibban dalam sahihnya disepakati oleh adz-dzahabi) .
“ Dan bersabarlah serta tempatkan dirimu bersama orang-orang yang sering berdoa kepada tuhan mereka” (Al-Kahfi : 28).
« Jawab #18
Mati dalam tido pun usaha ke? tengah duduk pun mati jugak..
« Jawab #19
Mati dalam tido pun usaha ke? tengah duduk pun mati jugak..
:)
tak mengapa - saudari tak mengerti lagi...
jangan asingkan yg kurdat dan idrat..
zat dan bathinNya...
lihat kembali sifat ALLAH yer.
(senyum)
yup mati itu pasti.... renungkan...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan