Doa Tak Diterima ... |
Ini hanya mengulang-ulang kaji lama saja. Siapa tahu ada yang sudah lupa. Semoga bermanfaat.
Ibrahim ibn Adham pernah menerima pertanyaan dari penduduk Basrah, “Mengapa keadaan kami tidak berubah? Bukankah Allah telah berjanji akan mengabulkan doa-doa orang yang berdoa kepada-Nya?”
Ibrahim ibn Adam menjawab, “Ada sepuluh sebab yang mengakibatkan doa tidak diterima:
- Kalian percaya pada Allah, namun tidak pernah memenuhi hak-hak-Nya.
- Kalian banyak membaca Al-Quran, tetapi tidak mau mengamalkannya.
- Kalian mengaku mencintai Nabi Saw., tetapi meninggalkan sunahnya.
- Kalian mengaku menjadikan setan sebagai musuh, tetapi malah mengikutnya.
- Kalian memohon keselamatan dari siksa api neraka, namun malah masuk sendiri ke dalamnya.
- Kalian berdoa supaya dimasukkan ke dalam surga, tetapi enggan beramal untuk mendapatkan tiketnya.
- Kalian tahu bahwa kematian itu pasti akan datang, namun tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
- Kalian sibuk dengan aib orang lain, tetapi lupa pada aib sendiri.
- Kalian telah banyak mengambil nikmat Allah, tetapi tidak pernah mensyukurinya.
- Kalian sering mengantar mayat ke kubur, tetapi tidak pernah mengambil iktibar darinya.[]
Doa Yang Tidak Diterima
- Kamu mengenal Allah, tetapi kamu tidak menunaikan suruhan-Nya.
- Kamu menyangka kamu cinta kepada Rasul Allah, tetapi kamu meninggalkan sunahnya.
- Kamu telah membaca Al-Quran, tetapi kamu tidak beramal dengannya.
- Kamu telah makan nikmat Allah, tetapi kamu tidak tunaikan syukur-Nya.
- Kamu telah berkata syaitan itu musuh kamu, tetapi kamu tidak menentangnya.
- Kamu telah berkata syurga itu benar, tetapi kamu tidak beramal untuknya.
- Kamu berkata neraka itu benar, tetapi kamu tidak lari daripadanya.
- Kamu berkata mati itu benar, tetapi kamu tidak bersedia untuknya.
- Kamu bangun daripada tidur lalu kamu ceritakan segala keaiban manusia, tetapi kamu lupa
keaiban diri sendiri.
- Kamu kebumikan mayat-mayat kamu (sahabat-sahabatmu) tetapi kamu tidak mengambil
iktibar daripada mereka.
10 JENIS SOLAT YANG TIDAK DITERIMA OLEH ALLAH S. W. T
Rasulullah S. A. W. telah bersabda yang bermaksud : "Sesiapa yang memelihara solat, maka solat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara solat, maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya." (Tabyinul Mahaarim) Rasulullah S. A. W telah bersabda bahawa : "10 orang solatnya tidak diterima oleh Allah S. W. T, antaranya :
1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Orang lelaki yang mengerjakan solat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4. Orang lelaki yang melarikan diri.
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mahu meninggalkannya (Taubat).
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Orang perempuan yang mengerjakan solat tanpa memakai tudung.
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9. Orang-orang yang suka makan riba'.
10. Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar."
Sabda Rasulullah S. A. W yang bermaksud : "Barang siapa yang solatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya solatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S. W. T dan jauh dari Allah." Hassan r. a berkata : "Kalau solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk."
Sedekah dan Doa Yang Tidak Diterima Allah SWT
Hadits di atas menggambarkan dua perbuatan yang tidak diterima oleh Allah SWT. yakni doa tanpa bersuci dan sedekah dari hasil yang tidak halal.
Doa Tanpa bersuci
Shalat adalah doa. Sebab, dalam seluruh gerakan ibadah shalat semuanya berisi doa dan harapan kepada Sang Khalik agar mengabulkan hajat mhamba-Nya. Harapan ini mencakup kebutuhan ukhrawi tanpa melupakan kepentingan dunia.
Bagi umat Islam, doa merupakan sarana mendekatkan diri kepada Sang maha Suci, Allah SWT. Karena yang kita tuju adalah zat Yang Maha Suci, maka diri kita pun sebagai pemohon harus menyesuaikan diri, sesuai dengan aturan yang pantas dilakukan.
Ketika berdoa, seorang muslim harus sunggguh-sungguh bersih dari segala kotoran, baik hadats kecil maupun hadats besar yang bisa menghalangi tercapainya doa, terutama dari awal niat kita yang terpatri di dalam hati.
Untuk menciptakn kondisi demikian, maka hati, pikiran, jiwa serta perangkat lain yang kita miliki harus kita fokuskan kepada Alah dengan niat Ikhlas.
Sedekah Dari Hasil Penipuan
Pada dasarnya, sedekah atau memberikan barang berharga yang kita miliki kepada orang tanpa pamrih adalah perbuatan mulia dan sanyat dianjurkan oleh agama.
Karena sedekah dapat membantu orang-orang yang tidak mampu, khususnya dalm bidang ekonomi. Besar kecilnya bentuk sedekah tidak dibatasi atau sesuai dengan kemampuan individu.
Namun, ternyata ada sedekah yang tidak diterima oleh Allah SWT, walaupun bentuk sedekahnya sendiri diterima oleh manusia, yaitu sedekah yang dihasilkan dari penipuan seperti yang dimaksudkan hadits di atas.
Kenapa tidak diterima? Penipuan adalah metode mendapatkan sesuatu atau hasil dengan cara yang tidak halal. Dengan kata lain, perbuatan seperti itu dengan segala jenis tidak di ridhai oleh Allah SWT.
Mengingat cara yang ditempuh tidak selazimnya, maka hasil yang dihasilkan secara otomatis mengandung barang haram yang tidak disukai Allah. Oleh karena itu, sudah sudah sepantasnya kita membersihkan harta kita dari sesuatu yang diharamkan Allah SWT.(sumber :educrazy.wordpress.com)
Allah Tidak Jauh, Doa Sentiasa Mustajab
**Artikel lepas tulisan Dr Mohd Asri yang dicadangkan untuk bacaan bersempena dengan Ramadhan ini**
ANTARA tanda kasih sayang dan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia tidak mewujudkan sebarang halangan untuk seorang hamba memohon kepada-Nya. Insan diperintahkan berhubung langsung dengan Allah tanpa sebarang ‘broker’ dalam hubungan yang suci itu. Tiada sebarang perantaraan antara Allah dan hamba-hamba-Nya.
Islam menolak segala unsur keberhalaan yang menjadikan makhluk sebagai tuhan jelmaan menggantikan tuhan yang hakiki. Islam menganggap perbuatan memohon kemakbulan doa dari makhluk adalah syirik. Tidak kira siapa pun makhluk itu. Sama ada dia nabi ataupun wali.
Seorang muslim tidak diizinkan pergi ke kubur mereka dan menyeru: wahai fulan tolonglah saya! Atau: Wahai nabi tolonglah tenteramkan jiwa saya! Atau: Wahai wali sembuhkanlah penyakit saya!
Perbuatan itu adalah syirik. Mukmin hanya meminta doa daripada Allah. Firman Allah: (maksudnya)
Dan tiada yang lebih sesat dari orang yang menyeru selain Allah, yang tidak dapat menyahut seruannya sehinggalah ke hari kiamat, sedang mereka (makhluk-makhluk yang mereka sembah itu) tidak dapat menyedari permohonan tersebut. Dan apabila manusia dihimpunkan (untuk dihitung amalan pada hari akhirat), segala yang disembah itu menjadi musuh (kepada orang-orang yang menyembahnya) dan membantah mereka (surah al- Ahqaf: 5-6).
Firman Allah: (maksudnya)
Allah jua yang memasukkan malam kepada siang dan memasukkan siang kepada malam (silih berganti), dan Dia yang memudahkan peredaran matahari dan bulan; tiap-tiap satu dari keduanya beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Yang melakukan semuanya itu ialah Allah Tuhan kamu, bagi-Nyalah kuasa pemerintahan; sedangkan mereka yang kamu sembah selain Allah itu tidak mendengar permohonan kamu, dan kalaulah mereka mendengar pun, mereka tidak dapat memperkenankan pemohonan kamu; dan pada hari kiamat pula mereka mengingkari perbuatan syirik kamu. Dan (ingatlah) tiada yang dapat memberi tahu kepadamu (Wahai Muhammad, akan hakikat yang sebenarnya) seperti yang diberikan Allah Yang Maha mendalam pengetahuan-Nya (surah Fatir: 13-14).
Maka perbuatan memohon selain Allah, sama ada menyeru berhala secara terang atau memanggil nama para wali seperti Abdul Qadir al-Jailani atau wali ‘songo’ atau apa sahaja termasuk dalam kerja-kerja syirik yang diharamkan oleh nas- nas al-Quran dan al-sunah.
Nabi s.a.w. begitu menjaga persoalan akidah ini. Daripada Ibn ‘Abbas:
“Bahawa seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w: “Apa yang Allah dan engkau kehendaki.” Maka baginda bersabda kepadanya: Apakah engkau menjadikanku sekutu Allah, bahkan (katakan): apa yang hanya Allah kehendaki. (Riwayat al-Imam Ahmad dinilai sahih oleh Al-Albani, Silsilah al-Ahadith al-Sahihah, 1/266).
Bandingkanlah ketegasan Nabi ini dengan ajaran sesetengah guru tarekat atau sufi yang mencetuskan segala unsur keajaiban pada diri mereka agar dikagumi oleh pengikutnya. Akhirnya, mereka seakan Tuhan yang disembah, atau wakil Tuhan yang menentukan penerimaan atau penolakan amalan pengikutnya. Bahkan untung rugi nasib masa depan pengikut pun seakan berada di tangan mereka.
Demikian juga, pengikut yang melampau, berlebih-lebihan memuja tokoh agama, akhirnya boleh terjerumus kepada kesyirikan. Terlampau memuja tokoh seperti itulah yang menyebabkan banyak individu dianggap keramat dan suci sehingga dipanggil ‘tok keramat’ lalu mereka seakan dimaksumkan. Kemudian, datang pula orang-orang jahil ke kubur mereka membayar nazar atau meminta hajat mereka ditunaikan. Sehingga apabila saya ke Urumuqi di China, ada satu gua yang kononnya dianggap tempat Ashabul Kahfi yang disebut dalam al-Quran itu.
Ramai yang pergi melakukan kesyirikan dengan meminta hajat di situ. Saya beritahu bahawa dalam dunia ini entah berapa banyak gua yang didakwa kononnya tempat Ashabul Kahfi. Ada di Turki, Jordan dan lain-lain. Semuanya dakwaan tanpa bukti. Sama juga kononnya tempat-tempat sejarah nabi yang didakwa oleh sesetengah pihak. Tiada petunjuk yang dapat memastikan ketulenannya.
Jika pun benar, mereka bukan tuhan untuk seseorang meminta hajat. Inilah yang terjadi kepada Nabi Isa. Dari seorang nabi yang diutuskan, akhirnya manusia menabalkannya menjadi anak Tuhan. Meminta hajat daripada orang-orang agama atau soleh setelah mereka mati adalah syirik. Islam tidak kenal perkara seperti itu. Islam tulen bebas dari segala unsur kebodohan tidak bertebing itu.
Ada yang cuba membela dengan menyatakan: bukan apa, mereka ini ialah orang yang dekat dengan Allah, kita ini jauh. Maka kita gunakan perantaraan mereka. Macam kita hendak dekat dengan menteri atau raja. Saya kata kepada mereka: Adakah awak menganggap Allah itu sama dengan tabiat raja atau menteri awak? Dakwaan inilah yang disanggah oleh al-Quran sekeras-kerasnya.
Firman Allah: (maksudnya)
Ingatlah! Hanya untuk Allah agama yang bersih (dari segala rupa syirik). Dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung itu berkata: “Kami tidak menyembah mereka (tuhan-tuhan palsu) melainkan untuk mendekatkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya”. Sesungguhnya Allah akan menghukum antara mereka tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan- bukan), lagi sentiasa kufur (dengan melakukan syirik) (al-Zumar:3).
Setelah Allah menceritakan tentang bulan Ramadan dan kewajiban puasa, Allah terus menyebut kemustajaban doa. Ia menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara puasa Ramadan dan janji Allah untuk memustajabkan doa hamba-hamba-Nya. Allah berfirman (maksudnya):
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka menyahut seruan-Ku (dengan mematuhi perintah-Ku), dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk (surah al-Baqarah: 186).
Demikian, Allah itu sentiasa hampir dengan kita, mendengar dan memperkenankan doa kita. Sesiapapun boleh sampai kepada-Nya. Tiada pengawal atau orang tengah yang menghalang seorang hamba untuk merintih dan merayu kepada Tuhannya. Siapapun hamba itu. Apa pun bangsanya dan apa pun bahasa doanya. Apa pun sejarah buruk dan baiknya. Tuhan sentiasa sudi mendengar lalu memustajabkan pemohonan mereka dengan cara yang dikehendaki-Nya. Bertambah banyak hajat dan permohonan seorang hamba, bertambah kasih dan dekat Allah kepadanya.
Amat berbeza dengan tabiat makhluk yang lemah ini. Walau bagaimana baik pun seseorang dengan kita, namun jika kita terlalu meminta, perasaan jemu dan bosan akan timbul dalam jiwanya. Allah Maha Suci dari demikian. Dia menyuruh kita berdoa dan membanyakkan doa. Ini kerana doa adalah lambang kehambaan diri kepada zat yang Maha Agung. Firman Allah (maksudnya):
Dan Tuhan kamu berfirman: Berdoalah kamu kepada-Ku nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takbur daripada beribadat (berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina (surah Ghafir: 60).
Seseorang kadangkala tidak perasan bahawa apabila dia berdoa kepada Allah sebenarnya dia sedang melakukan ibadah yang besar. Walaupun pada zahirnya kelihatan dia sedang memohon untuk kepentingan diri sendiri, namun hakikatnya dia sedang membuktikan keikhlasan tauhidnya kepada Allah dan ketundukan kepada Tuhan Yang Sebenar. Maka dengan itu Nabi menyatakan: Doa itu adalah ibadah. (Riwayat Abu Daud dan al- Tirmizi, sahih). Jika sepanjang malam seorang hamba berdoa kepada Allah, bererti sepanjang malam dia melakukan ibadah yang besar.
Doa sentiasa diterima oleh Allah. Jika ada yang kelihatan tidak diterima, mungkin ada beberapa faktor yang mengganggu. Mungkin pemohonan itu tidak membawa kebaikan jika dimustajabkan. Allah Maha Mengetahui. Seperti hasrat kita ingin mengahwini seseorang yang kita suka, lalu kita berdoa agar Allah menjadikan dia pasangan kita. Allah lebih mengetahui jika itu tidak baik untuk kita lalu Allah memilih untuk kita pasangan yang lain. Atau Allah memustajabkan doa orang lain yang lebih dikehendaki-Nya. Atau Allah memustajabkan doa calon berkenaan yang inginkan orang lain. Segalanya mungkin.
Namun doa tidak sia-sia. Pahala tetap diberikan, kebaikan yang lain pula akan diganti di dunia dan di akhirat. Sabda Nabi:
Tiada seorang muslim yang berdoa dengan suatu doa yang tiada dalamnya dosa, atau memutuskan silaturahim melainkan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: sama ada disegerakan kemakbulan atau disimpan untuk diberikan pada hari akhirat, ataupun dijauhkan keburukan yang sepandan dengannya. (Riwayat Ahmad, al-Bazzar dan Abu Ya‘la dengan sanad yang sahih).
Maka, ada doa kita kepada Allah diterima olehnya di dunia. Ada yang tidak diberi disebabkan hikmat yang Allah lebih mengetahuinya, lalu disimpan doa itu di sisi-Nya untuk diberikan pada hari akhirat dengan yang lebih baik dan lebih utama untuk kita. Atau doa itu ditukar dengan kebaikan-kebaikan yang lain seperti diselamatkan kita dari pelbagai bahaya yang sebahagian besarnya tidak pernah diduga.
Betapa banyak keberbahayaan yang menimpa orang lain, tetapi kita diselamatkan oleh Allah. Tidak juga kerana permohonan kita dalam perkara tersebut atau kebijaksanaan kita, namun barangkali doa kita dalam perkara yang lain, lalu diberikan gantian keselamatan untuk kita dalam perkara yang tidak diduga.
Kadangkala Dia tidak memberikan kepada kita sesuatu permohonan disebabkan rahmat-Nya kepada kita. Barangkali ingin menyelamatkan kita. Dia Maha Mengetahui, jika diberikan, mungkin kita hanyut atau menempuh sesuatu yang merugikan kehidupan di dunia atau akhirat. Kita pun demikian.
Bukan bererti apabila seorang bapa tidak tunaikan kehendak anaknya tanda kebencian terhadapnya. Bahkan sebahagian besarnya kerana kasih sayang dek bimbang jika diberikan akan mendatangkan kemudaratan. Maha Suci Allah untuk dibandingkan dengan kita semua, namun yang pasti rahmat-Nya sentiasa melimpah. Jika Dia menangguhkan doa kita, tentu ada hikmah-Nya.
Di samping itu hendaklah kita faham, doa itu bermaksud permohonan. Seorang yang berdoa mestilah bersungguh-sungguh dalam doanya. Maka tidaklah dinamakan berdoa jika tidak faham apa yang kita doa. Sebab itu saya amat hairan dengan sesetengah orang yang berdoa tanpa memahami maksud. Sesetengah mereka menghafal teks Arab kerana hendak menjadi ‘tekong’ doa dalam pelbagai majlis.
Malangnya, ada yang tidak faham apa yang dibaca dan yang mengaminkan pun sama. Ada orang merungut, kata mereka, umat Arab di Masjidilharam dan Masjid Nabawi tidak baca doa selepas solat beramai-ramai. Itu menunjukkan mereka tidak kuat pegangan Islam mereka. Saya katakan: Islam tidak diturun di kampung halaman kita, ia diturunkan di Mekah dan Madinah. Mereka melakukan apa yang menjadi amalan Rasulullah. Lagipun seseorang yang bersolat disuruh berdoa ketika dalam solat dan berwirid selepasnya.
Dalam hadis, kita diajar agar berdoa ketika sujud dan selepas membaca tasyahud sebelum salam. Di situlah antara waktu mustajabnya doa. Sabda Nabi:
Paling dekat hamba dengan tuhannya adalah ketika sujud, maka banyakkan doa ketika sujud. (Riwayat Muslim).
Nabi memberitahu tentang doa selepas tasyahud sebelum memberi salam dalam solat:
Berdoalah pasti mustajab, mintalah pasti akan diberikan. (Riwayat al-Nasai, sanadnya sahih).
Bukan bererti orang yang kita tengok tidak mengangkat tangan berdoa kuat beramai-ramai selepas solat itu tidak berdoa. Kita yang barangkali kurang faham sedangkan mungkin mereka berdoa dalam solat melebihi kita. Jika seseorang berdoa selepas memberi salam, tentulah dalam banyak hal, hajat makmum dan imam tidak sama. Maka jangan marah jika kita lihat orang berdoa bersendirian.
Nasihatilah mereka yang membaca doa tanpa faham maksudnya, atau mengaminkan tanpa mengetahui isinya. Lebih menyedihkan, kadangkala doa dibaca dengan nada dan irama yang tidak menggambarkan seorang hamba yang sedang merintih memohon kepada Allah. Sebahagian nada itu, jika seseorang bercakap kepada kita dengan menggunakannya pun kita akan pertikaikan. Layakkah nada seperti itu sebagai doa kepada Allah yang Maha Agung?
Benarlah sabda Rasulullah:
Berdoalah kamu kepada Allah Taala dalam keadaan kamu yakin akan dimustajabkan. Ketahuilah sesungguhnya Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai dan alpa. (Riwayat al-Tirmizi, disahihkan oleh al-Albani).
Pelajari kita nas-nas agama tentang doa kerana ianya amat penting bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
dibawah ini saya jelaskan cara cara mandi wajib tersebut,
فغسلهما مرتين أو ثلاثا، ثم أفرغ بيمينه على شماله، فغسل مذاكيره، ثم دلك يده بالأرض، ثم مضمض واستنشق، ثم غسل وجهه ويديه، وغسل رأسه ثلاثا، ثم أفرغ على جسده، ثم تنحى من مقامه، فغسل قدميه.
Dari Ibn ‘Abbas RA, beliau berkata: Maimunah RA berkata: Aku meletakkan air untuk Rasulullah SAW mandi wajib. Baginda SAW menyiram kedua tangannya dan membasuh kedua tangannya dua atau tiga kali. Seterusnya Baginda SAW menyiram air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya dan membasuh kemaluannya (dengan menggunakan tangan kiri). Selepas itu, Baginda SAW menyapu tangannya ke tanah, kemudian Baginda SAW memasukkaan air ke dalam hidung dan mulut kemudian mengeluarkannya. Seterusnya Baginda SAW membasuh mukanya dan kedua tangannya dan membasuh kepalanya tiga kali. Selepas itu Baginda SAW menyiram air ke atas tubuhnya, kemudian baginda saw berpindah dari tempat tersebut dan mencuci kedua kakinya. (al-Bukhari)
Di dalam Sahih Muslim (317) disebutkan pula:
ثم أتيته بالمنديل فرده
Kemudian aku (Maimunah RA) memberikan kepada Baginda SAW sapu tangan, lalu Baginda SAW menolaknya.
Ringkasan cara mandi wajib berdasarkan dalil-dalil di atas ialah:
1) Niat. Ini berdasarkan hadis yang popular bahawa setiap amal mestilah dengan niat.
2) Membaca ‘Bismillah’.
3) Mencuci tangan sebanyak tiga kali.
4) Mencuci kemaluan dengan tangan kiri
5) Menggosokkan tangan kiri ke tanah lalu lalu mencucinya. Boleh juga mencuci tangan kiri itu dengan sabun.
6) Berwudhu. Wudhu boleh dilakukan seperti wudhu untuk solat (Sohih Muslim:317) ataupun menangguhkan mencuci kaki selepas selesai mandi.
7) Menyela-nyela rambut secara merata lalu menyiramnya 3 kali dengan air sepenuh dua telapak tangan. Ini berdasarkan hadis dari Aisyah di dalam sahih al-Bukhari:
ثم يدخل أصابعه في الماء، فيخلل بها أصول شعره، ثم يصب على رأسه ثلاث غرف بيديه
“Kemudian Baginda SAW memasukkan jari-jarinya ke dalam air, kemudian menyela-nyela rambutnya, kemudia menyiram kepalanya 3 kali dengan kedua tangannya.”
Ketika menyiram kepala hendaklah dimulai dengan bahagian kanan, kemudian, bahagian kiri dan seterusnya bahagian tengah kepala. Ini berdasarkan hadis ‘Aisyah RA di dalam sahih Muslim (318):
. بدأ بشق رأسه الأيمن. ثم الأيسر
Baginda SAW menyiram kepalanya di bahagian kanan, kemudia bahagian kiri.
Bagi wanita yang dalam keadaan junub, diblehkan untuk tidak melepaskan ikatan rambutnya. Ini berdasarkan hadis Ummu Salamah RA.
عن أم سلمة، قالت: قلت: يا رسول الله! إني امرأة أشد ضفر رأسي. فأنقضه لغسل الجنابة؟ قال “لا. إنما يكفيك أن تحثي على رأسك ثلاث حثيات. ثم تفيضين عليك الماء فتطهرين
Dari Ummu Salamah RA, beliau berkata: Aku berkata kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah SAW، sesungguhnya aku perempuan yang suka mengikat rambutku. Perlukah aku membuka ikatan tersebut ketika mandi junub? Jawab Rasulullah SAW: “Tidak, cukuplah bagi kamu dengan dengan menyiramkan air ke atas kepala kamu sebanyak 3 kali dan meratakan air ke seluruh tubuh kamu, dan kamu sudah dikira sudah bersuci. (Sahih Muslim:330)
Akan tetapi jika mandi untuk haidh, maka dianjurkan untuk melepaskan ikatan rambut. Ini berdasarkan hadis ‘Aisyah ra di dalam sahih al-Bukhari di mana beliau kedatangan haidh ketika menunaikan haji. Lalu baginda saw berkata sedemikian:
دعي عمرتك، وانقضي رأسك، وامتشطي
“Tinggalkanlah umrahmu, lepaskanlah ikatan rambutmu (ketika mandi) dan sisirlah rambutmu”
Memulakan dengan bahagian kanan tubuh.
عن عائشة؛ قالت: إن كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يحب التيمن في شأنه كله. في نعليه، وترجله، وطهوره
Dari ‘Aisyah RA: Sesungguhnya Rasulullah SAW suka mendahulukan bahagian kanan pada semua urusannya, ketika memakai kasutr, ketika bersikat dan ketika bersuci. (Sahih Muslim:268)
9) Meratakan air ke seluruh tubuh. Kita mestilah semua lipatan tubuh seperti ketiak dan lain-lain. Ini berdasarkan hadis ‘Aisyah (Sunan Abi Daud:243, di nilai sahih oleh al-Albani)
10) Beralih dari tempat mandi dan membasuh kaki.
amalan yang tidak diterima dibulan ramadhan
Doa diterima dalam 3 bentuk
Pertama : Diperkenankan doanya ketika di dunia, dengan diberikan apa sahaja hajatnya.
Kedua : Doanya telah diperkenankan, tetapi hajatnya itu disimpan dan akan diberi di hari akhirat.
Ketiga : Doanya telah diperkenankan, tetapi bukan dengan diberikan apa yang diminta, tetapi dengan cara diselamatkan dirinya dari bala bencana.
Daripada Abi Sa'id, sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam : "Tidak ada seorang pun muslim yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, dengan doa yang tidak berunsurkan maksiat atau memutuskan hubungan darah, melainkan diperkenankan oleh Allah salah satu antara tiga : samada dipercepatkan doanya di dunia, atau disimpan untuknya di hari Akhirat, atau dihindari daripada dirinya satu keburukan seumpamanya".
Apabila para sahabat mendengar ucapan baginda itu, mereka lantas berkata : "Kalau begitu Rasulullah, kita perlu banyakkan berdoa!". Kata baginda : "Demi Allah, banyakkanlah berdoa".(Riwayat Ahmad)
Tempat Mustajab Berdoa
1. Di sekitar tempat Tawaf
2. Di Multazam
3. Di bawah Pancuran/Talang Emas/Hijir Ismail
4. Di dalam Ka'bah
5. Di sekitar sumur Zam Zam
6. Di Sofa
7. Di Marwah
8. Di sepanjang jalur Sa'i
9. Di belakang Makam Ibrahim
10. Di Arafah
11. Di Muzdalifah
12. Di Mina
13. Di sekitar Jumrah Ula
14. Di sekitar Jumrah Wusta
15. Di Sekitar Jumrah Aqobah
Diriwayatkan pula selain Al Hasan bahwasannya berdoa yang mustajab yaitu :
16. Di sekitar Hajar Aswad
17. Di sekitar dinding Ka'bah
Tempat-tempat yang Mustajab di Madinah yaitu :
1. Di Raudah
Waktu-waktu Mustajab Berdoa
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah-Ku) dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran" [2:186]
Alhamdulillah kita masih dikurniakan nikmat umur dan kesihatan kerana masih berpeluang untuk terus menunaikan ibadah puasa dan beramal ibadah tanpa gangguan. Antara amalan yang boleh diamalkan dalam bulan Ramadan ini ialah dengan perbanyakkan berdoa. Dengan berdoa menunjukkan kita ini hanyalah hamba yang lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa dan perlu mengharapkan bantuan dari Penciptanya. Dengan berdoa juga menandakan kita sedang mengingati Allah kerana kita sedang meminta daripada-Nya. Ayat diatas cukup membuktikan betapa kasih dan sayangnya Allah kepada kita kerana apa yang kita hajatkan insya-Allah akan Dia perkenankan. Tetapi kita mestilah patuh dengan segala perintah-Nya seperti yang difirmankanNya dalam surah al-Baqarah ayat ke 186 tersebut. Kita gunakan analogi.... jika kita minta sesuatu kepada manusia, segala arahan orang tersebut kita akan lakukan supaya kita dapat apa yang kita minta dari orang tersebut. Betul kan? sepatutnya seperti itulah sifat kita kepada Allah dalam meminta kepada-Nya. Memang tidak dinafikan bahawa kita ini manusia yang tidak lari dari melakukan dosa, tetapi kita cubalah sedaya upaya kita untuk tidak melakukan sebarang perlakuan yang mendatangkan dosa dan murka Allah.
Jika berdoa, waktu bilakah hendak berdoa? Doa boleh dilakukan pada bila-bila masa, tetapi kalau boleh berdoalah pada masa-masa yang mustajab untuk berdoa agar hajat kita akan dimakbulkan-Nya, insyaAllah. Jadi mari kita berdoa di waktu-waktu ini :-
1. Sepertiga Akhir Malam
"Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga berbaki sepertiga akhir malam, lalu berfirman ; barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya" (Sahih Bukhari)
2. Ketika Berbuka Puasa
"Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa ketika saat berbuka ada doa yang tidak ditolak" (Sunnan Ibnu Majah. Disahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17)
3. Selepas Solat Fardhu
Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang doa yang paling didengari oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, baginda Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab.
"Ertinya : Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu".
(Sunan At-Tirmidzi. Disahihkan oleh Al-Albani di dalam Sahih Sunan At-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782).
4. Pada suatu waktu di hari Jumaat
"Sesungguhnya pada hari Jumaat ada satu saat yang tidaklah bertepatan seorang hamba muslim solat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut" (Sahih Bukhari dan Muslim)
Waktu yang sesaat itu tidak diketahui secara tepat dan masing-masing riwayat menyebutkan waktu tersebut secara berbeza-beza, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari 11/203. Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada ketika saat imam atau khatib naik ke mimbar sehingga selesai solat Jumaat atau sehingga selesai waktu solat Asar bagi orang yang menunggu solat Maghrib.
5. Terjaga dari tidur pada malam hari dimana sebelum tidur dalam keadaan bersuci
"Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya" (Sunnan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595)
6. Di antara azan dan iqamah
"Doa tidak akan ditolak di antara azan dan iqamah" (Sunnan Abu Daud, Sunnan At-Tirmidzi, Sunnan Al-Baihaqi. Disahihkan oleh Al-Albani, kitab Tamamul Minnah hal. 139)
7. Ketika sujud semasa solat
"Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa kerana saat itu sangat tepat untuk dikabulkan" (Sahih Muslim)
8. Ketika Hujan
"Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa ketika waktu azan dan doa ketika waktu hujan". (Mustadrak Hakim dan disahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Disahihkan oleh Al-Albani dalam Sahihul Jami' No. 3078).
9. Lailatul Qadar
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Ertinya : Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sehingga terbit fajar". (Al-Qadr : 3-5)
Imam As-Syaukani berkata bahawa kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doa setiap orang pasti dikabulkan. (Tuhfatud Dzakirin hal. 56)
10. Hari Arafah
"Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah" (Sunnan At-Tirmidzi. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta'liq alal Misykat 2/797 No. 2598)
Jadi banyak kan masa yang mustajab untuk kita berdoa? Ini baru sahaja waktu yang mustajab, belum lagi tempat yang mustajab untuk berdoa. Kalau dicampurkan dengan tempat yang mustajab berdoa, lagilah banyak. Jadi mari kita sama-sama banyakkan berdoa. Setiap dari kita mesti ada hajat untuk diminta dan dimakbulkan ye tak? Jadi, mintalah kepada Dia kerana Dia sahaja yang mampu untuk memakbulkan.
Selamat beramal!
Manfaatkan Waktu dan Tempat Utama Mustajab Doa
Allah SWT berfirman bermaksud: “Mohonlah (berdoalah) kepada-Ku, nescaya Aku perkenankan permohonan (doa) kamu itu.” (Surah Ghafir : Ayat 60)
Dalam surah al-Baqarah ayat 186 bermaksud: “Aku perkenankan doa orang yang berdoa apabila ia memohon (berdoa) kepada-Ku.”
Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmizi yang bermaksud: “Doa itu adalah ibadat.”
Ibnu ‘Atha’ berkata: “Doa itu mempunyai beberapa rukun (sendi) yang kuat, mempunyai beberapa sayap mampu naik ke langit tinggi, mempunyai beberapa sebab menyebabkan diterimanya. Menurutnya lagi, rukun doa itu ialah hadir hati bila berdoa serta tunduk menghinakan diri kepada Allah SWT. Sayapnya ialah berdoa dengan sepenuh kemahuan dan keikhlasan yang timbul daripada lubuk jiwa dan bertepatan dengan waktunya. Sebab ia diterima ialah berselawat kepada Nabi sebelum berdoa.
Satu hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Tuhan kita turun ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiga yang akhir. Maka Tuhan berkata: “Sesiapa berdoa kepada-Ku maka Aku akan perkenankan doanya, sesiapa meminta kepada-Ku maka Aku akan memberinya, sesiapa meminta ampun maka Aku ampuni dia.”
Hadis lain menyatakan: “Pada waktu malam, sesungguhnya ada satu masa jika seseorang Muslim memohon kepada Allah kebajikan dunia dan akhirat, nescaya Allah SWT mengkabulkannya.
Secara ringkas, waktu mustajab untuk berdoa adalah :
- Ketika turun hujan.
- Ketika hendak memulakan solat dan sesudahnya.
- Ketika menghadapi barisan musuh dalam medan peperangan.
- Pada waktu tengah malam.
- Di antara azan dan qamat.
- Ketika iktidal akhir solat.
- Ketika sujud dalam solat.
- Ketika khatam (tamat) membaca al-Quran 30 juzuk.
- Sepanjang malam, terutama sekali sepertiga yang akhir juga waktu sahur.
- Sepanjang hari Jumaat kerana mengharap bertemu dengan saat diperkenankan doa (ijabah) yang terletak di antara terbit fajar hingga terbenam matahari pada hari Jumaat.
- Antara Zuhur dengan Asar dan antara Asar dengan Maghrib.
Selain itu, tempat utama mustajab doa pula adalah :
- Ketika melihat Kaabah
- Ketika melihat Masjid Rasulullah SAW.
- Ketika melakukan tawaf.
- Di Multazam.
- Di telaga Zamzam.
- Di Kaabah.
- Di belakang Makam Ibrahim.
- Di Bukit Safa dan Marwah.
- Di Arafah, Muzdalifah, Mina dan berhampiran Jamrah (tempat melontar).
- Tempat mulia seperti masjid, surau dan lain-lain.
Allah SWT berfirman bermaksud: “Katakanlah (wahai Muhammad) Tuhanku sudah memerintahkan supaya berlaku adil dan mendirikan solat pada setiap masjid serta berdoalah kamu kepada-Nya dengan mengikhlaskan taat kepada-Nya. Bagaimana Tuhan sudah menjadikan kamu pada permulaan, begitu pulalah kamu akan dikembalikan.” (Surah al-A’raf : Ayat 29)
Islam sangat menyukai kita berdoa untuk seseorang yang jauh daripada kita. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Doa seorang Muslim (untuk kebaikan) saudaranya (Muslim) yang jauh adalah mustajab.”
Dalam hadis lain Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Pada sisi orang berdoa itu berdirinya seorang Malaikat. Setiap kali ia berdoa kebaikan untuk saudara Muslimnya, maka Malaikat yang ditugaskan itu berkata: “Amin (memohon agar doa itu diperkenankan) dan bagimu seumpamanya.”
Begitu juga kita disuruh mendoakan orang yang berbuat baik kepada kita. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Sesiapa yang diberikan kepadanya kebajikan, lalu ia mendoakan orang itu dengan menyebut ‘Jazakallahu khairan’ (mudah-mudahan Allah SWT membalasmu dengan kebajikan yang lebih baik), maka seseorang itu sudah memenuhi hak sanjungan. (Hadis riwayat al-Tirmizi)
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: “Dan sesiapa membuat kebajikan (makruf) kepadamu, maka balaslah kebajikan itu. Jika engkau tidak sanggup membalasnya, maka berdoalah untuknya sehingga terasa kamu membalas kebajikan orang itu dengan sesempurnanya.
RINGKASNYA DALAM IBADAH...DOA DAN LAIN-LAIN....UNTUK DITERIMA....
SYARAT ASASNYA....AKIDAH MESTI BENAR....IBADAH MESTI SAH....JIKA TIDAK MAKA IA AKAN DITOLAK...SELAIN PERINGKAT AKHIRNYA....IALAH IKHLAS
Tiada ulasan:
Catat Ulasan