• Susilo Bambang Yudhoyono Susilo Bambang Yudhoyono
1 / 1
JAKARTA - INDONESIA. Ribuan umat Islam termasuk Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menziarahi jenazah ulama masyhur Indonesia Habib Munzir Al Musawwa di Jakarta Selatan pada Isnin dan menyembahyangkan jenazahnya sebelum dikebumikan selepas Zohor.

Habib Munzir, 40, pemimpin Majlis Rasulullah, sebuah majlis zikir terbesar di Jakarta, meninggal dunia di sebuah hospital di sini pada Ahad setelah terjatuh di bilik air di rumahnya. Beliau sebelum ini dilaporkan mederita beberapa penyakit.


Jenazahnya dikebumikan di Kompleks Makam Habib Kuncung, Kalibata, Jakarta Selatan.

Majlis Rasulullah menghimpunkan sejumlah umat Islam pada hari Selasa setiap minggu untuk berzikir.

Yudhoyono dalam ucapan belasungkawanya berkata Habib Munzir merupakan ulama muda yang penuh dengan teladan kepada umat Islam Indonesia. 

"Saya sering bersama beliau. Beliau sangat mendambakan Indonesia yang beragama, Islami dan rakyatnya sejahtera," katanya.

Presiden Indonesia itu meminta seluruh jemaah Majlis Rasulullah supaya meneruskan pergerakan yang didirikan Habib Munzir pada tahun 1998 itu selain berharap anak-anak lelaki Habib Munzir akan menyambung segala usaha Allahyarham.

Majlis Rasulullah harus diteruskan. Kita beri teladan kepada seluruh umat di Indonesia dan di seluruh dunia," katanya. - Bernama










Munzir bin Fuad Al-Musawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Munzir bin Fuad Al-Musawa atau lebih dikenal dengan Habib Munzir Al-Musawa (lahir di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 23 Februari 1973 – meninggal di Jakarta, 15 September 2013 pada umur 40 tahun) adalah pimpinan Majelis Rasulullah.
Ia meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada hari Minggu 15 September 2013 pukul 15.30 WIB.[1] Kabar duka tersebut disampaikan oleh kakaknya, Habib Nabil Almusawa melalui akun twitter pribadinya.[2]

Kehidupan Awal

Ia merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Fuad bin Abdurrahman Al-Musawa dan Rahmah binti Hasyim Al-Musawa. Ayahnya bernama Fuad yang lahir di Palembang dan dibesarkan di Mekkah. Setelah lulus pendidikan jurnalistik di New York University, Amerika Serikat, ayahnya kemudian bekerja sebagai seorang wartawan di harian 'Berita Yudha' yang lalu menjadi Berita buana. Masa kecilnya dihabiskan di daerah Cipanas, Jawa barat bersama-sama saudara-saudaranya, Nabiel Al-Musawa, Ramzi, Lulu Musawa serta Aliyah Musawa. Ayahnya meninggal dunia tahun 1996 dan dimakamkan di Cipanas, Jawa Barat.[3]
Setelah ia menyelesaikan sekolah menengah atas, ia mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus bahasa arab di LPBA Assalafy Jakarta timur. Ia memperdalam lagi Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur,yang di pimpin oleh habib naqib bin muhammad bin syekh abu bakar bin salim,beliau banyak menimba ilmu di ma'had al khairat dan di sinilah beliau kenal dengan habib umar bin hafidz direktur dan pendiri Ma’had Darul Musthafa di Tarim, Hadhramaut Yaman pada tahun 1994 untuk mendalami bidang syari'ah selama empat tahun. Di sana ia mendalami ilmu fiqh, ilmu tafsir Al Qur'an, ilmu hadits, ilmu sejarah, ilmu tauhid, ilmu tasawwuf, mahabbaturrasul, ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.

Mulai Berdakwah

Habib Munzir Al-Musawa kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah dengan mengunjungi rumah-rumah, duduk dan bercengkerama dg mereka, memberi mereka jalan keluar dalam segala permasalahan, lalu atas permintaan mereka maka mulailah Habib Munzir membuka majlis, jumlah hadirin sekitar enam orang, ia terus berdakwah dengan meyebarkan kelembutan Allah swt, yang membuat hati pendengar sejuk, ia tidak mencampuri urusan politik, dan selalu mengajarkan tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah swt, bukan berarti harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja dll, tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan kehidupan yang Nabawiy, kalau dia ahli politik, maka ia ahli politik yang Nabawiy, kalau konglomerat, maka dia konglomerat yang Nabawiy, pejabat yang Nabawiy, pedagang yang Nabawiy, petani yang Nabawiy, betapa indahnya keadaan ummat apabila seluruh lapisan masyarakat adalah terwarnai dengan kenabawian, sehingga antara golongan miskin, golongan kaya, partai politik, pejabat pemerintahan terjalin persatuan dalam kenabawiyan, inilah Dakwah Nabi Muhammad saw yang hakiki, masing masing dg kesibukannya tapi hati mereka bergabung dg satu kemuliaan, inilah tujuan Nabi saw diutus, untuk membawa rahmat bagi sekalian alam.

Majelis Rasulullah SAW

Nama Rasulullah SAW sengaja digunakan untuk nama Majelisnya yaitu “Majelis Rasulullah SAW”, agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini tercapai. Sebab ia berharap, semua jamaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai panutan hidup. Habib Munzir juga rutin melakukan takbir akbar di Istiqlal atau Senayan yang sering dihadiri para pimpinan tertinggi negara Indonesia. Majelisnya mengalami pasang surut, awal berdakwah ia memakai kendaraan umum turun naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab. Tak jarang ia mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Ia bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah. Kini majlis taklim yang diasuhnya setiap malam selasa di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri tiga sampai enam orang, sudah berjumlah sekitar 30.000 hadirin setiap malam selasa, Habib Munzir sudah membuka puluhan majlis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya, ia juga membuka majelis di rumahnya setiap malam jum’at bertempat di jalan Kemiri Cidodol Kebayoran.

Kehidupan pribadi

Munzir memiliki dua putra dan satu putri dari istrinya.

Sakit dan Meninggal

Habib Munzir memiliki penyakit asthma kronis sejak kecil dan sering keluar-masuk rumah sakit. Pada tahun 2012 ia pernah dirawat di RSCM Jakarta karena penyakit radang otak. Habib Munzir dinyatakan wafat secara medis saat berada di RSCM pada taggal 15 September 2013 jam 15:30 WIB. Sebelum meninggal, Habib Munzir juga pernah dioperasi karena ada cairan di perutnya. Penyakit tersebut sempat menganggu aktivitas Habib Munzir dalam berdakwah. Meskipun sedang dirundung rasa sakit, soal urusan dakwah, Habib Munzir, menurut kakaknya Nabil, tidak pernah memikirkan sakitnya.[4]. Habib Munzir pernah memakai kursi roda saat berdakwah, bahkan pernah memakai tempat tidur khusus dari rumah sakit. Di tahun 2012 sempat dilakukan penyedotan lemak pada tubuhnya.
Menurut penuturan yang ditulis di blog pribadinya, ia sempat bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. "Saya sangat mencintai Rasulullah SAW, menangis merindukan Rasulullah SAW, dan sering dikunjungi Rasululullah SAW dalam mimpi, Rasul selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau dan berkata wahai Rasulullah SAW aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa denganMu ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini. Rasulullah SAW menepuk bahu saya dan berkata , "Munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa denganku maka saya terbangun," [5]
Saat sedang berkumpul bersama keluarga di rumahnya, habib Munzir masuk kamar mandi sejak siang namun sampai sore hari tidak juga keluar. Keluarganya mendobrak pintu kamar mandi dan menemukan habib Munzir sudah tergeletak di lantai tidak sadar. Ia pun dilarikan ke rumah sakit Cipto Mangunkusumo, namun satu jam kemudian para dokter menyatakan ia telah tiada. Menurut penuturan kerabatnya, habib Munzir meninggal karena serangan jantung[6] Habib Munzir dimakamkan di pemakaman umum Habib Kuncung di Kalibata, Jakarta pada hari Senin 16 September 2013 sekitar jam 13:00 WIB, setelah disholatkan di masjid Al-Munawwar Pancoran. Puluhan ribu umat muslim mengantarkan jenazahnya dan menyaksikan prosesi pemakaman dengan takzim. Acara pemakaman pun disiarkan live oleh salah satu stasiun Televisi.


Kembali ke Main Page << Nabi dan Penerusnya
Beliau adalah pengasuh salah satu majelis taklim terbesar di ibukota Jakarta, yaitu Majelis Rasulullah yang mana memiliki jamaah yang sangat banyak, setiap kali mengadakan pengajian maka ribuan bahkan puluhan ribu jamaahnya dari banyak lokasi berdatangan. Keteduhan dan perjuangan beliau secara damai mencontoh kepada guru-guru dan bapak-bapak leluhurnya sampai dengan Rasulullah SAW yang memilih jalur dakwah secara santun dan menggunakan hikmah.


Contents

 [hide

Riwayat Hidup dan Keluarga

Kelahiran

Nama beliau Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Al Musawa, dilahirkan di Cipanas Cianjur Jawa barat, pada hari Jum’at 23 Februari 1973, bertepatan 19 Muharram 1393H.




Bersama Habib Ali Jufri

Silsilah Beliau

Berikut adalah silsilah beliau: Al-Allamah wal Fahamah Sayyidi Syarif Al-Habib Munzir bin
  • Fuad bin
  • Abdurrahman bin
  • Ali bin
  • Abdurrahman bin
  • Ali bin
  • Aqil bin
  • Ahmad bin
  • Abdurrahman bin
  • Umar bin
  • Abdurrahman bin
  • Sulaiman bin
  • Yaasin bin
  • Ahmad Al-musawa bin
  • Muhammad Muqallaf bin
  • Ahmad bin
  • Abubakar Assakran bin
  • Abdurrahman Assegaf bin
  • Muhammad Mauladdawilah bin
  • Ali bin
  • Alwi Alghayur bin
  • Muhammad Faqihil Muqaddam bin
  • Ali bin
  • Muhammad Shahib Marbath bin
  • Ali Khali’ Qasim bin
  • Alwi bin
  • Muhammad bin
  • Alwi bin
  • Ubaidillah bin
  • Ahmad Almuhajir bin
  • Isa Arrumiy bin
  • Muhammad Annaqib bin
  • Ali Al Uraidhiy bin
  • Jakfar Asshadiq bin
  • Muhammad Albaqir bin
  • Ali Zainal Abidin bin
  • Husein dari Fathimah Azahra Putri Rasul SAW.


Keturunan Beliau

Beliau memiliki putera yang sudah mulai diajarkan untuk berdakwah, yaitu Habib Muhammad bin Munzir bin Fuad Al Musawa


Habib Muhammad putra Habib Munzir Al Musawa




Mimpi Bertemu Rasulullah Membawa Kabar Gembira

Pendidikan Beliau

Perjalanan Menuntut Ilmu

Setelah beliau menyelesaikan sekolah menengah atas, beliau mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur, lalu memperdalam lagi Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur, kemudian beliau meneruskan untuk lebih mendalami Syari’ah ke Ma’had Darul Musthafa, Tarim Hadhramaut Yaman pada tahun 1994, selama empat tahun di sana beliau mendalami Ilmu Fiqh, Ilmu tafsir Al Qur'an, Ilmu hadits, Ilmu sejarah, Ilmu tauhid, Ilmu tasawuf, Mahabbaturrasul saw, Ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.

Urutan Perjalanan Menuntut Ilmu

  • Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan,
  • Kursus bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur
  • Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur
  • Syari’ah ke Ma’had Darul Musthafa, Tarim Hadhramaut, Yaman


Guru-Guru Beliau

Adapun guru-guru beliau antara lain:
  • Habib Umar bin Hud Al-Athas (cipayung),
  • Habib Aqil bin Ahmad Alaydarus,
  • Habib Umar bin Abdurahman Assegaf,
  • Habib Hud Bagir Al-Athas
Di pesantren Al-Khairat beliau belajar kepada
  • Ustadz Al-Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar
Di Hadramaut beliau belajar kepada
  • Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa)
  • juga sering hadir di majelisnya Al-Allamah Al-Arifbillah Al-Habib Salim Asy-Syatiri (Rubath Tarim).
Dan yang paling berpengaruh di dalam membentuk kepribadian beliau adalah
  • Guru mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim.


Sanad Keilmuan

Sanad keilmuan beliau adalah:
  • Al-Habib Munzir bin fuad Al-Musawa berguru kepada
  • Guru Mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Musnid Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim,
  • Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf,
  • Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdullah Assyatiri,
  • Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (simtuddurar),
  • Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur (shohibulfatawa),
  • Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Husen bin Thohir,
  • Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Umar bin Seggaf Assegaf,
  • Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Hamid bin Umar Ba’alawiy,
  • Al-Allamah Al-Habib Al-Hafizh Ahmad bin Zein Al-Habsyi,
  • Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad (shohiburratib),
  • Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Husein bin Abubakar bin Salim, (kepada ayahnya)
  • Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Abubakar bin Salim (fakhrulwujud),
  • Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman Syahabuddin,
  • Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman bin Ali (Ainulmukasyifiin), (kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Abubakar (assakran), (kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abubakar bin Abdurrahman Assegaf, (kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman Assegaf, (kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Muhammad Mauladdawilah, (kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Alwi Al-ghayur, (kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Hafizh Al-Imam faqihilmuqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawiy, (kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbath, (kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Muhammad Shahib Marbath bin Ali,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Ali Khali’ Qasam bin Alwi,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Muhammad,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Alwi,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Ubaidillah,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumiy,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Ali Al-Uraidhiy bin Ja’far Asshadiq,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Ja’far Asshadiq bin Muhammad Al-Baqir,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin,(kepada ayahnya)
  • Al-Allamah Al-Imam Ali Zainal Abidin Assajjad,(kepada ayahnya)
  • Al-Imam Husein ra,(kepada ayahnya)
  • Al-Imam Ali bin Abi Thalib ra,(kepada ayahnya)
  • Dan beliau berguru kepada Semulia-mulia Guru, Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW, maka sebaik-baik bimbingan guru adalah bimbingan Rasulullah SAW.




Maulid Akbar Majelis Rasulullah di Monas

Jasa Beliau

Habib Munzir Al-Musawa kembali ke Indonesia pada tahun 1998, dan mulai berdakwah, dengan mengunjungi rumah rumah, duduk dan bercengkerama dg mereka, memberi mereka jalan keluar dalam segala permasalahan, lalu atas permintaan mereka maka mulailah Habib Munzir membuka majlis, jumlah hadirin sekitar enam orang, beliau terus berdakwah dengan meyebarkan kelembutan Allah swt, yang membuat hati pendengar sejuk, beliau tidak mencampuri urusan politik, dan selalu mengajarkan tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah swt.
Bukan berarti harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja dan lain sebagainya, tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan kehidupan yang Nabawiy, kalau dia ahli politik, maka ia ahli politik yang Nabawiy, kalau konglomerat, maka dia konglomerat yang Nabawiy, pejabat yang Nabawiy, pedagang yang Nabawiy, petani yang Nabawiy, betapa indahnya keadaan ummat apabila seluruh lapisan masyarakat adalah terwarnai dengan kenabawian, sehingga antara golongan miskin, golongan kaya, partai politik, pejabat pemerintahan terjalin persatuan dalam kenabawiyan.
Inilah Dakwah Nabi Muhammad saw yang hakiki, masing masing dengan kesibukannya tapi hati mereka bergabung dengan satu kemuliaan, inilah tujuan Nabi saw diutus, untuk membawa rahmat bagi sekalian alam. Majelisnya mengalami pasang surut, awal berdakwah ia memakai kendaraan umum turun naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab. Tak jarang beliau mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Beliau bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah. Kini majlis taklim yang diasuhnya setiap malam selasa di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri tiga sampai enam orang, sudah berjumlah sekitar 10.000 hadirin setiap malam selasa,


Salam Ukhwah shared Pencinta Rasulullah(saw)'s photo.
dalam riwayat yang menyebutkan bahwa sayyidina Umar bin Khattab Ra ketika menyampaikan khutbah jum'at di tengah-tengah khutbah beliau berkata :
يَا سَارِيَة الْجَبَلَ
" Wahai Sariah (naiklah) ke atas gunung "
Kemudian beliau melanjutkan khutbah jum'at, lalu orang-orang bertanya kepada sayyidina sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw tentang ucapan sayyidina Umar bin Khattab di tengah-tengah beliau menyampaikan khutbah, maka sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata kepada mereka untuk mengingat dan mencatat waktu kejadian hal tersebut. Setelah beberapa lama datanglah sayyidina Sariah pemimpin pasukan perang yang diutus oleh sayyidina Umar bin Khattab ke tempat jauh yang berjarak satu bulan perjalanan dari Madinah Al Munawwarah, ia berkata : "Pasukan muslimin datang dengan membawa kemenangan, dimana di saat peperangan kami berada dalam keadaan terdesak dan kami tidak tau apa yang harus kami lakukan, ketika itu kami mendengar suara sayyidina Umar bin Khattab Ra dan tanpa wujud jasad beliau berkata : "Wahai Sariah naiklah ke atas gunung", padahal di saat itu sayyidina Umar bin Khattab sedang menyampaikan khutbah Jum'at di Madinah Al Munawwarah, dan ternyata waktu kejadian hal tersebut tepat di saat sayyidina Umar menyampaikan khutbah yang di pertengahan khutbah beliau berkata : "Wahai Sariah naiklah ke atas gunung". Maka dalam hal ini sayyidina Umar bin Khattab yang sedang berada di Madinah dan menyampaikan khutbah, penglihatan beliau mampu melihat keadaan pasukan muslimin yang sedang terdesak dalam peperangan di sebuah wilayah yang sangat jauh dari Madinah Al Munawwarah.

Diceritakan Habib Munzir Al Musawa

Kisah Teladan Beliau

Dakwah Majelis Rasulullah

Habib Munzir sudah membuka puluhan majlis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya, beliau juga membuka majelis di rumahnya setiap malam jum’at bertempat di jalan kemiri cidodol kebayoran, juga sudah membuka majlis di seputar pulau jawa, yaitu:
  • Jawa barat :
    • Ujungkulon Banten, Cianjur, Bandung, Majalengka, Subang.
  • Jawa tengah :
    • Slawi, Tegal, Purwokerto, Wonosobo, Jogjakarta, Solo, Sukoharjo, Jepara, Semarang,
  • Jawa timur :
    • Mojokerto, Malang, Sukorejo, Tretes, Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo.
  • Bali :
    • Denpasar, Klungkung, Negara, Karangasem.
  • NTB
    • Mataram, Ampenan
  • Luar Negeri :
    • Singapura, Johor, Kualalumpur.


Rujukan Buku

Buku-buku yang sering menjadi rujukan beliau di majelisnya antara lain:
  • kitab As-syifa (Imam Fadliyat),
  • Samailul Muhammadiyah (Imam Tirmidzi),
  • Mukasyifatul Qulub (Imam Ghazali),
  • Tambili Mukhdarim (Imam Sya’rani),
  • Al-Jami’ Ash-Shahih/Shahih Bukhari (Imam Bukhari),
  • Fathul Bari’ fi Syarah Al-Bukhari (Imam Al-Astqalani),
  • serta kitab karangan Imam Al-Haddad dan
  • kitab serta pelajaran yang didapat dari guru beliau Habib Umar bin Hafidh.


Nama Majelis Rasulullah

Nama Rasulullah SAW sengaja digunakan untuk nama Majelisnya yaitu “Majelis Rasulullah SAW”, agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini tercapai. Sebab beliau berharap, semua jamaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai panutan hidup.


Perjalanan Dakwah ke Papua

Alhamdulillah banyak mualaf baru di Papua karena kelembutan dakwah Habib Munzir al Musawwa.
Habib Munzir.jpg




Sumber:

Biografi : Habib Munzir bin Fuad Al Musawa

Ayah saya bernama Fuad Abdurrahman Almusawa, yang lahir di Palembang, Sumatera selatan, dibesarkan di Makkah Al mukarramah, dan kemudian mengambil gelar sarjana di Newyork University, di bidang Jurnalistik, yang kemudian kembali ke Indonesia dan berkecimpung di bidang jurnalis, sebagai wartawan luar negeri, di harian Berita Yudha, yang kemudian di harian Berita Buana, beliau menjadi wartawan luar negeri selama kurang lebih empat puluh tahun, pada tahun 1996 beliau wafat dan dimakamkan di Cipanas cianjur jawa barat.”
Nama saya Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Almusawa, saya dilahirkan di Cipanas Cianjur Jawa barat, pada hari jum’at 23 februari 1973, bertepatan 19 Muharram 1393 H.
Setelah saya menyelesaikan sekolah menengah atas, saya mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus bhs.Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur, lalu memperdalam lagi Ilmu Syariah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur, kemudian saya meneruskan untuk lebih mendalami Syari’ah ke Ma’had Darul Musthafa, Tarim Hadhramaut Yaman, selama empat tahun, disana saya mendalami Ilmu Fiqh, Ilmu tafsir Al Qur’an, Ilmu hadits, Ilmu sejarah, Ilmu tauhid, Ilmu tasawuf, mahabbaturrasul saw, Ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.
saya adalah seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yg lain, namun dimasa baligh, justru saya yg putus sekolah, semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya, karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin Hud Alalttas, dan Majelis taklim kamis sore di empang bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dg kajian Fathul Baari.
sisa hari hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat membuat ayah bunda malu.
ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al Allamah Assayyid Muhammad bin Alwi Al Malikiy, ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana di New york university.
almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yg sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.
maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak. Jawa barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak2nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.
namun saya sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak.
namun saya sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw, dan sering dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau saw, dan berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk bahu saya dan berkata :
munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dgn ku..,
maka saya terbangun..
akhirnya karena ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5 kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya.
setiap malam saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam malam saya lewati,
siang hari saya puasa nabi daud as, dan terus dilanda sakit asma yg parah, maka itu semakin membuat ayah bunda kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah ucapan itu kebenaran?.
saya terus menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.
sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.
ayah makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar.
saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.
saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula.
sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.
saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,
maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york university, koq anaknya centeng losmen..
maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.
walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,
lalu dalam saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah..
lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke cipanas..
tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama beliau yaitu pd th 1994.
selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,
Guru saya hb Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum..
keesokan harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,
guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..
dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama..
saya persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg menjaminmu..?,
saya pun datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg menjaminmu, berangkatlah..
saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis melihat keberangkatan saya…, beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata sedih..
saya sampai di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,
tak lama kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman selatan, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim
suatu hari saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak…!
maka saya tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak…?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..
saya mau mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih…!, orang lain saja yg mencuci baju ini..
maka saya terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya
hari demi hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.
2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..?
saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..
ayah menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat..
saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,., rahimahullah..[/i]
tak lama saya kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya’ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid,
lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..
mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja,
kini jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua, singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg menjadi dosen disana, dia datang keindonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg saya, karena ia pengunjung setia web ini, khususnya yg versi english..
sungguh agung anugerah Allah swt pada orang yg mencintai Rasulullah saw, yg merindukan Rasulullah saw…
itulah awal mula hamba pendosa ini sampai majelis ini demikian besar, usia saya kini 38 tahun jika dg perhitungan hijriah, dan 37 th jika dg perhitungan masehi, saya lahir pd Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 februari 1973 M.
perjanjian Jumpa dg Rasul saw adalah sblm usia saya tepat 40 tahun, kini sudah 1432 H,
mungkin sblm sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dg Rasul saw, namun apakah Allah swt akan menambah usia pendosa ini..?
Wallahu a’lam 
Adapun guru-guru beliau antara lain:
-Habib Umar bin Hud Al-Athas (cipayung)
-Habib Aqil bin Ahmad Alaydarus
-Habib Umar bin Abdurahman Assegaf -Habib Hud Bagir Al-Athas
-Al Ustadz Al-Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar (Pesantren Al-Khairat)
-Al Imam Al Allamah Al Arifbillah Al Hafidh Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa,Hadramaut)
juga sering hadir di majelisnya Al-Allamah Al-Arifbillah Al-Habib Salim Asy-Syatiri (Rubath Tarim).
Dan yang paling berpengaruh didalam membentuk kepribadian beliau adalah Guru mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim.
Salah satu sanad Guru beliau adalah:
Al-Habib Munzir bin fuad Al-Musawa berguru kepada Guru Mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Musnid Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdullah Assyatiri,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (simtuddurar),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur (shohibulfatawa),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Husen bin Thohir,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Umar bin Seggaf Assegaf,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Hamid bin Umar Ba’alawiy,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Habib Al-Hafizh Ahmad bin Zein Al-Habsyi,
Dan beliau berguru kepada Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad (shohiburratib),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Husein bin Abubakar bin Salim,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Abubakar bin Salim (fakhrulwujud),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman Syahabuddin,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman bin Ali (Ainulmukasyifiin),
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Abubakar (assakran),
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abubakar bin Abdurrahman Assegaf,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman Assegaf,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Muhammad Mauladdawilah,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Alwi Al-ghayur,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Imam faqihilmuqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbath,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Shahib Marbath bin Ali,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Khali’ Qasam bin Alwi,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Muhammad,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Alwi,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Ubaidillah,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Al-Uraidhiy bin Ja’far Asshadiq,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ja’far Asshadiq bin Muhammad Al-Baqir,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Zainal Abidin Assajjad,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Husein ra,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Ali bin Abi Thalib ra,
Dan beliau berguru kepada Semulia-mulia Guru, Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW, maka sebaik-baik bimbingan guru adalah bimbingan Rasulullah SAW.
Sanad guru beliau sampai kepada Rasulullah SAW, begitu pula nasabnya.
Silsilah/nasab habib munzir :
Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Almusawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Alghayur bin Muhammad Faqihil Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali’ Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqibm Ali Al Uraidhiy bin Jakfar Asshadiq bin Muhammad Albaqir bin ALi Zainal Abidin bin Husein Dari Sayyidatina Fathimah Azahra Putri Rasul saw.
Demikian biografi singkat ini di buat.Mohon maaf apabila ada kesalahan.