Selasa, 10 Ogos 2010

ORANG YANG MUNAFIK


Hadis riwayat Zaid bin Arqam ra., ia berkata:
Kami pernah keluar bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan di mana orang-orang banyak yang tertimpa musibah. Lalu Abdullah bin Ubay berkata kepada para pengikutnya: Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang Muhajirin yang ada di sisi Rasulullah saw. supaya mereka bubar meninggalkan Rasulullah saw. dari sekitarnya Zuhair berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya. Kata Zaid bin Arqam selanjutnya: Lalu aku datang melaporkan kepada Nabi saw. tentang ucapan Abdullah bin Ubay itu. Rasulullah saw. memanggil Abdullah bin Ubay untuk menanyakan hal itu. Tetapi, Abdullah bersumpah tidak pernah berkata demikian. Dia berkata: Zaid berbohong kepada Rasulullah saw. Aku merasa sangat susah mendengar perkataan itu, sampai Allah menurunkan ayat yang menyatakan kebenaranku: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu. Kemudian Nabi saw. memanggil mereka (Abdullah bin Ubay dan para pengikutnya) untuk dimintakan ampun, tetapi mereka membuang muka (menolak dan berpaling), Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandarkan. Mereka sebenarnya adalah orang-orang yang bertubuh bagus
Nombor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4976



Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:
Nabi saw. mendatangi kuburan Abdullah bin Ubay lalu mengeluarkan jasad Abdullah dari kuburannya kemudian meletakkannya di atas kedua lutut beliau dan meludahinya serta memakaikannya baju gamis beliau. Wallahu a`lam
Nombor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4977


Hadis riwayat Ibnu Masud ra., ia berkata:
Ada tiga orang yang berkumpul di dekat Baitullah, dua orang dari Quraisy dan seorang dari Tsaqafi atau dua orang dari Tsaqafi dan seorang Quraisy. Mereka adalah orang-orang yang memiliki sedikit pemahaman agama yang selalu disibuki oleh urusan perut mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: Apakah kamu berpendapat bahwa Allah akan mendengar apa yang kita bicarakan? Seorang lagi menjawab: Allah akan mendengar apabila kita mengeraskan suara dan tidak akan mendengar jika kita merendahkan suara. Yang lain lagi membantah: Jika Allah mendengar bila kita mengeraskan suara, maka Dia pasti akan mendengar bila kita merendahkan suara pembicaraan! Lalu Allah menurunkan ayat: Dan kamu sekalian sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit kalian terhadap kalian
Nombor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4979



Hadis riwayat Zaid bin Tsabit ra.:
Bahwa Nabi saw. berangkat untuk berperang di bukit Uhud lalu kembalilah sebagian dari mereka yang ikut bersama beliau sehingga terpecahlah para pengikut Nabi saw. menjadi dua bagian. Sebagian mereka mengatakan kita akan bunuh mereka dan sebagian lagi berpendapat tidak. Lalu turunlah ayat: Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik
Nombor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4980




Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Bahwa beberapa orang munafik pada masa Rasulullah saw. selalu tidak ikut serta bila Nabi saw. pergi berperang. Mereka bergembira-ria dengan ketidakikutsertaan mereka bersama Rasulullah saw. Lalu apabila Nabi saw. telah kembali, mereka mengemukakan alasan kepada beliau sambil bersumpah dan berharap mendapatkan pujian dengan apa yang tidak mereka perbuat. Maka turunlah ayat: Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka mereka akan terlepas dari siksa
Nombor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4981



Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Dari Humaid bin Abdurrahman bin Auf, bahwa Marwan berkata kepada penjaga pintunya: Hai Rafi`! Pergilah kepada Ibnu Abbas dan katakan: Jika sekiranya setiap orang di antara kita akan mendapatkan siksa karena merasa gembira dengan apa yang telah diperolehnya dan ingin dipuji dengan apa yang tidak dia kerjakan, tentu kita semua akan disiksa. Ibnu Abbas berkata: Apa hubungan ayat ini dengan kamu! Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ahli Kitab. Kemudian Ibnu Abbas membaca: Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab, yaitu hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan jangan kalian menyembunyikannya. Ibnu Abbas juga membaca: Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang tidak mereka kerjakan. Selanjutnya ia berkata: Nabi saw. bertanya kepada mereka tentang sesuatu, tetapi mereka menyembunyikannya dan memberikan jawaban yang lain kemudian mereka keluar. Mereka merasa telah memberitahukan apa yang ditanyakan kepada mereka dan mengharap pujian dengan itu. Mereka gembira dengan jawaban yang tidak ada sangkut-pautnya dengan pertanyaan
Nombor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4982



Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Di antara kami terdapat seorang lelaki dari Bani Najjar yang telah membaca surat Al-Baqarah dan surat Ali Imran serta pernah menjadi penulis wahyu Rasulullah saw. lalu dia melarikan diri dan bergabung dengan Ahli Kitab yang menyanjung-nyanjungnya. Kata mereka: Orang ini pernah menjadi penulis wahyu Muhammad. Sehingga mereka pun terkagum dengannya. Tidak berapa lama berada di antara Ahli Kitab, Allah menimpakan bencana kepada orang itu sehingga binasalah ia. Orang-orang Ahli Kitab segera menggalikan kuburan untuknya lalu menimbunkan tanah ke atas jasadnya. Keesokan harinya, bumi telah memuntahkan jasadnya ke atas permukaan. Mereka pun kembali menggali kubur dan menimbun tetapi keesokan paginya bumi telah memuntahkannya lagi ke atas permukaan. Kemudian mereka menggali dan menguburnya lagi. Namun keesokan paginya bumi kembali memuntahkannya ke atas permukaan lalu mereka pun membiarkan jasadnya terbuang
NomBor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 4987




Sifat-sifat orang munafik

Rasulullah saw berdepan dengan golongan munafik di bumi Madinah

Firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 8-16,

" Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.(8)

Selepas Allah SWT menceritakan perihal sifat-sifat orang yang beriman pada mukaddimah surah, di susuli pula dengan sifat-sifat orang kafir, kemudian Allah SWT menyatakan pula golongan yang ketiga iaitu puak munafik yang menzahirkan keimanan tetapi pada hakikat sebenarnya mereka kufur dan tidak beriman kepada Allah SWT.

"Mereka cuba hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka sebenarnya hanya menipu dirinya sendiri sedangkan mereka tidak sedar".(9)

Maksudnya mereka cuba hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman dengan cara mengelabui mata orang ramai kononnya mereka pun mengerjakan ibadah, bersedekah dan sebagainya. Pada hakikatnya apa yang mereka buat itu bukanlah datang daripada perasaan ikhlas, tetapi kerana terpaksa, bimbang tidak mahu dipinggirkan oleh masyarakat Islam.

Di akhir ayat Allah menjelaskan mereka yang menipu ini sebenarnya menipu diri mereka sendiri. Maksudnya kalau dengan manusia bolehlah mereka menipu tetapi dengan Allah SWT mereka sama sekali tidak boleh menipu. Sampai masanya nanti Allah SWT akan menzahirkan kemunafikkan mereka.

"Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksaan yang sangat pedih, disebabkan mereka berdusta".(10)

Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan bahawa dalam hati orang munafik itu ada penyakit. Maksud penyakit di di sini ialah penyakit jiwa seperti dengki, ego, dendam kesumat, serta menganggap diri mereka amat pintar. Pada sangkaan mereka perbuatan menipu, bohong dan berpura-pura di depan orang ramai itu tidak akan terbongkar, tetapi jangkaan mereka meleset, kerana Allah SWT akhirnya membongkarkan pembohongan merekasehingga diketahui oleh orang-orang yang beriman.

Bila Allah SWT bongkarkan pembohongan mereka, maka bertambahlah terseksa jiwa mereka kerana malu yang amat sangat dengan orang ramai. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah SWT Lalu Allah SWT tambahkan lagi penyakitnya.

Dihujung ayat ini Allah SWT menyatakan bahawa mereka akan di azab dengan azab yang sangat pedih, maksudnya kalaulah di dunia lagi mereka sudah mendapat seksaan yang yang amat parah dalam bentuk penyakit jiwa, tidak tenteram, gelisah, dengki, ego dan bermacam-macam lagi, apatah lagi akhirat kelak yang mana Allah SWT akan menyediakan mereka sekaan yang sangat dahsyat dan amat pedih disebabkan perbuatan mereka yang berdusta.

Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan kebaikan."(11)

Menurut tafsir Al-Azhar, ayat ini ditujukan kepada golongan munafik yang diketuai oleh Abdullah bin Ubai bi Salul. Sebelum Nabi saw datang ke Madinah, Abdullah adalah tokoh yang dihormati oleh penduduk Aus dan Kahzraj. Namun apabila orang-orang Madinah tahu ketidakjujuran Abdullah, setelah Rasulullah saw tiba di Madinah maka mereka melantik Rasulullah saw sebagai pemimpin Madinah.

Sejak kedatangan Nabi saw, Abdullah bin Ubai bin Salul kerjanya hanya mencemuh dan memperolok-olokkan dakwah Nabi saw daripada belakang. Hati mereka sakit apabila melihat orang Madinah baik dan rapat dengan Nabi saw. Justeru dengan lempar sembunyi tangan, mereka berusaha menghalang orang ramai melakukan kebaikan.

Apabila mereka diberi nasihat supaya jangan buat kerosakkan yang boleh memecah belahkan perpaduan umat , mereka menjawab tujuan mereka tidak lain hanyalah untuk melakukan kebaikkan sahaja. Ibarat kata pepatah lidah tidak bertulang, kata-kata mereka penuh dengan janji manis padahal isinya kosong. Sebaliknya Allah SWT menyangkal dakwaan mereka yang kononnya mereka melakukan kebaikan. FirmanNya,

"Ketahuilah, Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sedar".(12)

HAMKA menyatakan maksud tidak sedar ialah mereka tidak sedar akibat yang berlaku ke atas mereka di belakang hari hasil perbuatan mereka yang mencemuh Rasulullah saw dan orang-orang yang beriman. Sudah tentulah perbuatan mereka itu menjerut leher mereka sendiri.

Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang yang telah beriman." mereka menjawab: "Adakah patut kami beriman seperti orang-orang bodoh yang telah beriman ?”. Ketahuilah sesungguhnya mereka itulah yang sebenarnya bodoh, tetapi mereka tidak sedar". (13)

Yang mereka maksudkan orang-orang yang bodoh itu ialah sahabat-sahabat Nabi yang telah beriman kepada Allah SWT. Apabila memeluk Islam, darjat para sahabat dengan golongan miskin dan hamba-hamba sahaya yang memeluk Islam adalah sama. Kerana Islam mengajar tidak ada perhambaan sesama manusia, sebab semua manusia adalah sama di sisi Allah SWT. Inilah yang tidak boleh diterima oleh golongan munafik. Mereka menganggap bergaul dengan orang miskin dan hamba itu tidak sepadan dengan darjat mereka. Kesimpulannya sifat sombong memang sudah terpasak di dalam hati orang-orang munafik.

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok sahaja."(14)

Dalam ayat ini Allah SWT menyatakan dengan jelas perangai orang-orang munafik. Bila di depan orang-orang yang beriman, mereka menyatakan bahawa mereka juga beriman tetapi apabila mereka berjumpa sesama rakan-rakan yang lain (yang sama-sama jadi syaitan), atau ketua-ketua mereka, mereka akan kata, apa yang mereka akui kononnya mereka beriman itu hanyalah palsu semata-mata. Tujuannya hanyalah untuk mengelabui mata orang-orang Islam.

Mereka rasa amat puas kerana dapat menipu orang-orang Islam secara bulat-bulat. Lantas Allah SWT berfirman,

"Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka".(15)

Orang-orang munafik ini tidak sedar siapa yang sebenarnya mereka olok-olokkan itu ? Mereka ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad saw yang disokong oleh wahyu, dan wahyu ini pula datangnya daripada Allah SWT. Tegasnya mereka seolah-olah juga memperolok-olokkan Allah. Mana mungkin Allah SWT boleh diperolok-olokkan. Maka dengan sebab itulah Allah SWT menyatakan dengan tegas, Dia akan memperolok-olok dan mengejek-ejek mereka pula dengan balasan azab yang setimpal.

Mereka juga dibiarkan sesat tanpa pedoman, hidup penuh dengan kepura-puraan, hati mereka sebenarnya gelisah, sebab mereka sebenarnya tahu apa yang mereka buat itu salah. Tapi apakan daya oleh kerana perasaan ego yang menguasai diri dan tanpa hidayah Allah SWT, maka Allah SWT biarkan mereka hidup sesat dengan jiwa yang sakit berpanjangan. Kemudian Allah SWT menyatakan lagi perihal orang munafik itu dengan firmanNya,

"Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk ".(16)

Ertinya orang-orang munafik itu telah di datangkan petunjuk kebenaran. Hati kecil mereka mengakui bahawa pertunjuk yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw itu betul. Tetapi kerana rayuan hawa nafsu dan syaitan yang menolak pertunjuk itu maka terjadilah perjuangan batin. Akhirnya mereka kalah dalam perjuangan batin itu, mereka menolak kebenaran dan sanggup menerima kesesatan. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah SWT mereka membeli kesesatan dengan pertunjuk. Justeru orang yang seperti ini tidak akan mendapat pertunjuk daripada Allah SWT.

Wallahualam.

Dikuliahkan oleh,

Ust Mohd Hishamuddin bin Mansor.




“Empat sifat, siapa yang bersifat dengannya bererti ia seorang munafik yang nyata, dan siapa yang mempunyai salah satu dari sifat-sifat itu bererti ia mempunyai satu sifat munafik sehingga ia meninggalkan sifat itu iaitu : Apabila bercakap ia dusta, apabila berjanji ia mungkiri, apabila ia mematerikan perjanjian ia cabuli perjanjian itu dan apabila berbalah (bertengkar) ia sentiasa ingin menang.” (Riwayat oleh al’Syaikhan dari Ibn ‘Amr) Huraian :
Sifat munafik ialah sifat-sifat hipokrit (seperti sejenis binatang sesumpah) atau sifat talam dua muka atau musang berbulu ayam atau berpura-pura jujur. Seorang yang munafik ialah seorang yang berpura-pura baik dan jujur. Seorang yang bersifat telunjuk lurus kelingking berkait atau pipih di luar runcing di dalam. Ia bercakap manis tapi bohong. Ia pandai berbahasa sehingga orang boleh mempercayai percakapannya, ia pandai berjanji tapi mungkir, ia bijak mematerikan perjanjian tetapi ia cabuli dan apabila ia berbalah ia sentiasa ingin menang walaupun terpaksa menegakkan benang yang basah asalkan orang boleh percaya cakap dia, dia juga pandai bodek atau mengampu seseorang. Seorang yang munafik ialah seorang manusia yang ada otak tapi tidak berpendirian, mudah menggadai pegangan hidup; dia ialah orang yang suka berbalah atau bertengkar. Dia boleh berubah-ubah sikap apabila diperlukan oleh kepentingannya.
Oleh kerana Islam memperjuangkan kejujuran dan amanah umum yang dilandaskan di atas kesedaran dan keimanan bahawa Allah itu Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala apa yang terpendam di dalam lubuk hati, maka Islam menganggap sifat hipokrit itu sebagai merbahaya yang menghancurkan keutuhan dan keselamatan iman seseorang, juga sebagai dosa yang besar.
Hadis ini menyebut empat ragam sifat munafik:
1. Khianat amanah iaitu mencabul dan mengkhianati amanah-amanah yang wajib dipelihara dan meremeh-temehkan amanah yang diberikan padanya atau tidak menunaikan tugas dan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya yang diserahkan padanya, kerja dengan sambil lewa dan ia gunakan amanah yang diberikan kepadanya untuk mendapatkan kepentingan diri dan keluarganya.
2. Bercakap bohong. Membuat penjelasan, kenyataan dan penerangan yang dusta atau seakan-akan dusta samada dengan lisan atau tulisan, memutar belit dan memesongkan keterangan yang sebenar, mengubah dan menokok tambah kenyataan untuk disesuaikan dengan seleranya, membuat kempen-kempen atau promosi-promosi dusta dan propaganda liar dan segala bentuk penyelewengan kata-kata dan bicara termasuk membesarkan yang kecil dan memperkecilkan yang besar.
3. Mencabul janji-janji yang diikrarkan dan mencabul perjanjian yang dipersetujui bersama.
4. Ingin menang dalam pertengkaran walaupun terpaksa menegakkan benang yang basah atau terpaksa membawa saksi yang palsu bagi menguatkan hujahnya.
Semua sifat-sifat munafik yang tersebut itu boleh menimbulkan kesan yang amat buruk kepada ketenteraman masyarakat manusia, malah boleh menimbulkan huru-hara dan perpecahan dan boleh menghilangkan rasa kepercayaan terhadap satu sama lain yang merupakan batu asas bagi kerukunan sesebuah masyarakat yang padu dan kukuh, selagi mana ada manusia serupa ini dunia ini tidak akan aman tenteram.





Hasad dengki sifat orang munafik


Oleh Hashim Ahmad

Ummah wajib bersyukur, lapang dada atas nikmat yang dianugerahkan

ALLAH memberikan nikmat-Nya pada semua hamba-Nya tetapi pembahagian itu tidak sama, ada yang diberi banyak dan ada pula sedikit. Semua itu bertujuan menguji hamba-Nya dalam kehidupan dunia ini.

Ujian ini bagaikan api yang membersih dan memisahkan emas daripada campurannya. Dengan berbuat demikian, maka dapatlah dilihat mana yang benar-benar beriman dan tidak. Alangkah ruginya jika kita tidak mampu menghadapi ujian itu.

Akibat daripada perbezaan, sering timbul sifat buruk seseorang terhadap orang lain. Permusuhan awal bermula antara Adam dan iblis. Iblis melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam kerana hasadnya terhadap Adam.

Iblis berasakan Allah tidak adil dalam perintah itu. Menurut iblis, dirinya lebih baik dan lebih layak daripada Adam untuk mendapat kemuliaan, malahan diminta sujud padanya. Iblis berkata seperti mana firman Allah yang bermaksud:

“Aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku daripada api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” – (Surah al-A’raf, ayat 12)

Permusuhan makhluk Allah yang kedua pula berlaku antara orang kafir terhadap kaum mukminin, sehingga mereka mengerahkan segala kekuatan dan daya upaya untuk menjauhkan kaum mukmin daripada keimanan.


Ini jelas daripada firman Allah yang bermaksud: “Sebahagian besar ahli kitab inginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, kerana dengki yang (timbul) daripada diri mereka sendiri setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” – (Surah al-Baqarah, ayat 109)





Hasad atau dengki diertikan sebagai sifat seseorang yang tidak suka orang lain lebih daripadanya atau tidak suka orang lain mendapatkan kenikmatan Allah. Ia ingin nikmat itu hilang daripada orang lain. Perasaan ini menghancurkan hasad tingkat tinggi dan paling jahat, seperti hasadnya iblis kepada Adam.

Contoh hasad ialah apabila tetangga kita memiliki kelebihan harta benda, anak atau isteri yang cantik jelita, kedudukan dan nama baik dalam masyarakat, lalu kita iri dan dengki kepadanya, berusaha untuk merosakkannya.

Sifat hasad dapat membuat orang berbuat zalim kepada tetangganya dengan menyebar gosip dan memburukkannya depan orang lain. Perbuatan itu sudah tentu akan menjadikan suasana bermasyarakat tidak kondusif dan buruk sekali.

Hasad sangat berbahaya dan mempunyai kesan buruk antaranya :

- Sifat orang Yahudi yang dilaknat Allah, siapa yang memilikinya bererti menyerupai mereka. Allah berfirman yang bermaksud: “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran kurnia yang Allah telah berikan kepadanya. Sesungguhnya Kami memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (Surah an-Nisa, ayat 54)

- Orang yang memiliki sifat hasad tidak dapat menyempurnakan imannya, sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Tidak sempurna iman salah seorang kamu sampai mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya.” (Hadis Muttafaqun ‘alaihi)

Bahkan lebih parah daripada itu, orang yang hasad merasa sangat gembira bila saudaranya celaka dan binasa.

- Ada dalam sifat hasad ini rasa tidak suka terhadap takdir yang Allah berikan kepadanya. Bukankah yang memberikan nikmat hanya Allah. Seakan-akan ia ingin berperanan aktif dalam penentuan takdir Allah dengan merasakan bahawa ia lebih layak mendapatkan nikmat itu daripada orang lain.

- Apabila orang lain mendapat kenikmatan, semakin besar dan kuat api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu kecewa dan duka serta hatinya terbakar akibat api hasad itu.

Menimbulkan sikap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan pada orang lain.

- Hasad memakan kebaikan yang dimilikinya sebagaimana api membakar kayu yang kering. Ini yang dinyatakan Rasulullah SAW dalam sabdanya yang bermaksud: “Jauhkanlah (oleh kamu) dengki (hasad) kerana ia akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” – (Hadis riwayat Abu Daud)

- Menyusahkan diri sendiri, sebab ia tidak mampu mengubah takdir Allah sedikitpun. Allah sudah memberikan nikmat pada orang lain dan tidak akan terhalang oleh orang yang hasad walaupun ia berusaha, ia tidak akan mungkin mengubah takdir Allah.

- Hasad mencegah pemiliknya daripada berbuat kebaikan dan manfaat. Ia selalu sibuk memikir dan melihat milik orang lain sehingga seluruh hidupnya hanya untuk memikirkan bagaimana datangnya kenikmatan pada orang lain dan bagaimana menghilangkannya.

- Hasad dapat memecahkan persatuan, kesatuan, dan persaudaraan kaum muslimin. Sebab itu Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Janganlah saling hasad dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah saling bermusuhan serta saling mendiamkan dan jadilah kamu bersaudara.” (Hadis riwayat Muslim)

- Hidupnya tidak pernah tenang dan tenteram, apalagi bahagia. Orang yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat orang lain lebih darinya. Alangkah ngerinya bahaya dan kerosakan yang diakibatkan oleh dengki (hasad). Sebab itu sudah semestinya kita berusaha menanggalkan dan menghilangkannya daripada diri kita.

Menyedari hakikat bahayanya perasaan hasad ini, maka sudah pasti kita harus berusaha menghindari dan menjauhkan diri dari sifat yang satu ini. Antara langkah mengatasi perasaan hasad ialah belajar dan memahami aqidah Islam sebenar.

Memahami konsep takdir menurut syariat Islam, sehingga faham bahawa segala kenikmatan dan rezeki tidak lepas daripada ketentuan takdir Allah serta meyakini kenikmatan diberikan kepada setiap orang sesuai dengan hikmah yang diinginkan-Nya.

Memandangkan dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu yang akan punah dengan cepat dan tidak seberapa dibanding akhirat. Demikian juga tujuan akhir kehidupan adalah akhirat yang kekal abadi.


MAKSUD...
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit lalu tumbuhlah dengan suburnya kerana air itu tanaman di bumi, antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu sudah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemiliknya mengira bahawa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanamannya) laksana tanam-tanamannya yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kelmarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda kekuasaan (Kami) kepada orang yang berfikir, Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (syura), dan menunjukkan orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” – (Surah Yunus, ayat 24-25)

Mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat yang Allah anugerahkan kepada orang lain serta kewajipan bersyukur terhadap nikmat yang dianugerahkan, semua ini akan menimbulkan sifat menerima dan kaya hati.

Mudah-mudahan dengan selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan sifat hasad ini kita semua dimudahkan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

INTI PATI
Kesan buruk hasad dengki
:

  • Sifat orang Yahudi yang dilaknat Allah, siapa yang memilikinya bererti menyerupai mereka.
  • Orang yang memiliki sifat hasad tidak dapat menyempurnakan imannya, sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri
  • Ada dalam sifat hasad ini rasa tidak suka terhadap takdir yang Allah berikan kepadanya. Bukankah yang memberikan nikmat hanya Allah.
  • Apabila orang lain mendapat kenikmatan, semakin besar dan kuat api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu kecewa dan duka serta hatinya terbakar akibat api hasad itu.
  • Menimbulkan sikap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan orang lain.
  • Hasad memakan kebaikan yang dimilikinya sebagaimana api membakar kayu yang kering.
  • Menyusahkan diri sendiri, sebab ia tidak mampu mengubah takdir Allah sedikitpun.
  • Hasad mencegah pemiliknya daripada berbuat kebaikan dan manfaat.
  • Hasad dapat memecahkan persatuan, kesatuan, dan persaudaraan kaum muslimin.
  • Hidupnya tidak pernah tenang dan tenteram. Orang yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat orang lain lebih darinya.











  • Orang-orang munafik sangat dibenci oleh Allah,
    hal ini dinyatakan dalam ayat berikut :

    Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. (QS. 4:145)

    Oleh karena itu sebagai orang yang beriman kita perlu mengetahui sifat-sifat mereka yang tersebut dalam Al Quran dan Hadits Rasulullah.

    1. Apabila berjumpa dengan orang-orang beriman mereka bersikap seolah-olah beriman, tetapi bila kembali kepada teman kafirnya merekapun menunjukkan kekafirannya.

    Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:"Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (QS. 2:14)

    Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukan dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu). (QS. 9:56)

    2. Bila datang bahaya sangat ketakutan dan minta didoakan, tetapi setelah bahaya berlalu mereka mencaci orang beriman.

    Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam. (QS. 33:19)

    3. Mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya

    Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan:"Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata:"Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. 3:167)

    Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad). Ingatlah, diwaktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (QS. 11:5)

    4. Mengambil orang kafir sebagai teman penolong

    Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (QS. 4:138)
    (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu. Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (QS. 4:139)

    5. Menunggu apa yang terjadi pada orang yang beriman; kalau orang beriman memperoleh keberhasilan, mereka berkata seakan-akan mereka ikut berperan didalamnya. Kalau mereka berhasil seolah-olah mereka yang menyebabkab keberhasilan orang beriman.

    Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam, (QS. 4:140)
    (yaitu) orang-orang yang menunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata:"Bukankah kami turut memenangkan kamu, dan membela kamu dari orang-orang mu'min". (QS. 4:141)

    6. Riya dalam shalatnya

    Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali. (QS. 4:142)

    7. Menghalangi orang beriman untuk menegakkan hukum Allah, tetapi kalau ditimpa musibah mengadakan perdamaian.


    Apabila dikatakan kepada mereka:"Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS. 4:61)
    Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah:"Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna". (QS. 4:62)
    Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS. 4:63)

    8. Mengatakan bahwa orang beriman itu tertipu dalam agama

    (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata:"Mereka itu (orang-orang mu'min) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman):"Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. 8:49)

    9. Merasa takut kalau ayat-ayat Allah membuka apa yang terkandung dalam hati mereka.

    Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka:"Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)". Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti. (QS. 9:64)

    10. Melarang berbuat kebaikan dan menyuruh berbuat keburukan, dan kikir, tidak mau menolong orang beriman.

    Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan, sebagian dari sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka mengenggam tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. (QS. 9:67)

    11. Lebih banyak harta dan anak-anak

    (keadaan kamu hai orang-oang munafik dan musyirikin adalah) seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kamu. (QS. 9:69)

    12. Kikir sesudah mendapat karunia dari Allah

    Dan di antara mereka ada orang yang berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian dari karunia-Nya kepada kami, pasti kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh". (QS. 9:75)
    Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (QS. 9:76)
    Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. (QS. 9:77)

    13. Mencela orang mukmin yang memberi dan tidak memberi sedekah

    (orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mu'min yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. (QS. 9:79)

    14. Tidak mau berjuang untuk agama, dan pura-pura berhalangan

    Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta ijin kepadamu, padahal mereka itu orang-orang yang kaya. Mereka rela berada bersama-sama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS. 9:93)
    Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan 'uzurnya kepadamu, apabila kamu telah kembali kepada mereka (dari medan perang). (QS 9:94)

    15. Enggan menafkahkan harta di jalan Allah, dan mendoakan orang mukmin agar dapat musibah.

    Di antara orang-orang Arab itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) sebagai suatu kerugian dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu; merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 9:98)

    16. Mendirikan mesjid untuk kemudharatan, kekafiran dan memecah belah orang-orang mukmin

    Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang. orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu'min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu'min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah:"Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya) (QS. 9:107

    17. Apabila dibacakan ayat-ayat Al Quran bertambah kekafiran mereka

    Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata :"Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?". Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. 9:124)
    Dan adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. (QS. 9:125)

    18. Apabila kena fitnah mereka menganggap datangnya dari Allah, apabila mendapat pertolongan dari Allah pura-pura beriman.

    Dan diantara manusia ada yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menggaanggap fitnah manusia sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata:"Sesungguhnya kami adalah besertamu". (QS. 29:10-11)

    19. Dalam hatinya mengatakan bahwa janji Allah dan RasulNya adalah tipuan belaka.

    Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya". (QS. 33:12)

    20. Pendusta

    dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. 63:1)
    Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang tela mereka kerjakan. (QS. 63:2)

    21. Bujukannya seperti bujukan syaitan

    (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika mereka berkata pada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam". (QS. 59:16)

    Ciri-ciri orang munafik menurut hadits :

    Diriwayatkan daripada Abdullah bin Amru r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Ada empat perkara jika barangsiapa yang mempunyai empat perkara tersebut, maka dia merupakan orang munafik. Barangsiapa yang bersifat dengan salah satu daripadanya berarti dia bersifat kemunafikan, sehingga dia meninggalkannya yaitu apabila berkata dia berbohong, apabila diberi amanat dia khianati, apabila berjanji dia menyalahi dan apabila bertikai dia melampaui batas (HR Bukhari,Muslim)


    Malas Solat Sifat Munafik




    Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda:
    "Sampaikanlah PesanKu Biarpun Satu Ayat..."


    Tafsir Surah an-Nisa' ayat 142 Allah SWT menurunkan ayat yang bermaksud:

    "Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah-belah antara orang-orang beriman serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya (sejak dahulu). Mereka sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahawa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya) (Surah at-Taubah: 107).

    Dalam perjalanan pulang dari Tabuq, Rasulullah s.a.w. memerintah para sahabatnya pulang segera ke Madinah dan bakar masjid berkenaan bersempena dengan turunnya ayat tersebut. Abu Amir ar-Rahib bersama rakan-rakannya dianggap sebagai musuh-musuh Islam sehingga para sahabat Rasulullah s.a.w. tidak lagi memanggil dengan gelaran ar-Rahib tetapi dipanggil dengan gelaran Abu Amir al-Fasiq (yang jahat).

    Kerja orang munafik ialah menipu dan golongan munafik ini akan ada di sepanjang zaman sehingga hari kiamat. Dengan sebab itu Allah Taala menguji dan mendedahkan sifat-sifat mereka di dalam al-Quranul Karim.

    Allah berfirman yang bermaksud:

    "Mereka pula apabila berdiri hendak sembahyang, mereka berdiri dengan malas. Mereka hanya bertujuan riak (memperlihatkan sembahyangnya) kepada manusia (supaya disangka bahawa mereka orang yang beriman) dan mereka pula tidak mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyang) melainkan sedikit sekali (jarang-jarang). (Surah an-Nisa: 142
    )

    Tiada ulasan: