Mengadu domba adalah perbuatan tercela, karena salah satu tujuan besar yang hendak dicapai oleh syari’at Islam ialah membangun pribadi yang shahih dan membentuk masyarakat muslim yang ideal. Yakni sebuah masyarakat yang warganya disambung dengan jembatan cinta, kasih sayang dan kelembutan (www.khotbahjumat.com)

Mengadu Domba Adalah Perbuatan Tercela

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”
أما بعد
Khutbah Pertama
Amma ba’du :
Ibadallah ! Saya berwasiat kepada anda agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena takwa adalah bekal utama dalam menghadapi kesulitan dan kemakmuran. Takwa adalah tabungan untuk menghadapi suka dan duka. Takwa dapat melenyapkan kesedihan, menghilangkan keresahan, mendatangkan rizki, dan memudahkan urusan, dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. (QS. Ath-Thalaq :2-3)
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا ذَلِكَ أَمْرُ اللهِ أَنزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu; dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya“. (QS. Ath-Thalaq :4-5)

Ayyuhal Muslimun ! Salah satu tujuan besar yang hendak dicapai oleh syari’at Islam ialah membangun pribadi yang shahih dan membentuk masyarakat muslim yang ideal. Yakni sebuah masyarakat yang warganya disambung dengan jembatan cinta, kasih sayang dan kelembutan. Anak-anaknya dapat menjalin hubungan persaudaraan, kerjasama dan kesetiaan. Masyarakat yang penuh dengan cinta, kasih sayang, tolong-menolong, kerukunan, persahabatan dan kesentosaan. Masyarakat yang berdiri di atas dasar tolong-menolong dan saling mencintai. Masyarakat yang dibangun di atas dasar hubungan yang lembut dan saling menghargai. Maka tidak ada tempat bagi egoisme, ingin menang sendiri dan mementingkan diri sendiri.
Hati para warganya dipenuhi dengan cinta pada saudaranya. Lidah mereka gemar menyebut kebaikan dan keutamaan saudaranya. Tidak suka mencemarkan nama baiknya, menyudutkannya, melukai hati dan merusak kehormatannya. Juga tidak menyimpan dendam dan tidak suka menyebarkan kebohongan. Mereka hidup saling mencintai di dalam bangunan yang menjulang, tubuh yang utuh, dan gedung yang kokoh. Mereka ibarat mata rantai yang kuat, untaian permata yang cemerlang, dan mutiara yang gemerlap dalam untaian indah yang tidak terpisahkan. Masyarakat Islam adalah benteng kokoh yang tidak bisa disusupi oleh unsur-unsur yang merusak dan meruntuhkannya.
Ikhwatal iman ! Islam meminta para pemeluknya yang mengemban misinya agar menjaga hak keimanan dan persaudaraan, serta mendamaikan orang-orang yang bersengketa. Islam juga meminta mereka agar menangkal segala macam kejahatan yang merusak dan penyakit-penyakit sosial yang ganas dan dapat menyerang bangunan masyarakat dari pondasinya, yang dapat mengubahnya menjadi masyarakat yang selalu bertikai, berpecah belah, saling mendendam dan saling memusuhi. Islam mengajak umatnya untuk menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas masyarakat untuk menghadapi hempasan badai dan hantaman ombak. Sehingga haluan kapal masyarakat tidak berubah dan tidak terjadi kerusakan di salah satu bagiannya. Karena jika hal ini terjadi maka kapal itu akan semakin jauh dari pulau keamanan dan pantai keselamatan.
Sebuah masyarakat akan senantiasa baik sepanjang warganya mengetahui hak dan kewajiban masing-masing terhadap warga lainnya, budi pekerti menguasai hubungan mereka, dan sepi dari sifat-sifat tercela dan prilaku yang rendah.
Saudara-saudara sekalian ! Salah satu sifat terpuji yang paling perlu dikembangkan di tengah masyarakat ialah berbaik sangka kepada sesama dan menyaring setiap kabar yang beredar. Islam mendidik umatnya bersikap seperti itu dalam rangka menjaga keutuhan masyarakat dan kebahagiaan hubungan antar warganya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat :6)
Hamzah dan Al-Kasa’i membaca : Fatastabbatu (periksalah kebenarannya).
Allah Juga berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (QS.Al-Hujurat :12)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Hindarilah perasangka ! karena sesungguhnya prasangka adalah cerita yang paling dusta.” (HR.Al-Bukhari, 6066 dan Muslim, 2563 )
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
“Seseorang sudah cukup berdusta manakala ia menceritakan semua yang ia dengar.” (HR.Muslim,5 )
Ahibbati Fillah ! Seorang Muslim yang sadar tidak akan mau menerima begitu saja kabar yang didengarnya tanpa menyaring dan meneliti. Karena boleh jadi orang yang membawa kabar itu adalah seorang pengadu domba yang ingin mengeruk keuntungan, menghindari keraguan, atau mencari kedudukan. Di alam tumbuhan ada yang disebut benalu atau parasit yang menempel pada batang tumbuhan yang sehat untuk menghambat pertumbuhannya.
Di dunia manusia juga ada yang seperti itu. Yaitu orang-orang yang mendekati warga masyarakat untuk membakar api amarah di dalam dada dan membangkitkan kejahatan. Sehingga terjadilah perpecahan, perseteruan, permusuhan dan pertengkaran antar sesama muslim. Dan buruk sangka pun merajalela di antara mereka yang kemudian menghabisi rasa persahabatan dan sisa-sisa kejernihan.
Orang-orang semacam itu sangat berbahaya bagi umat dan mereka cukup banyak. Mudah-mudahan Allah tidak memperbanyak lagi jumlah mereka. Karena mereka telah banyak menciptakan kerenggangan di antara sesama umat Islam, juga banyak membuat orang-orang yang tidak bersalah menjadi kambing hitam, banyak mengobarkan api fitnah dan permusuhan di antara orang-orang yang saling mencintai dan berhati bersih. Inilah yang membuat umat Islam harus waspada terhadap mereka dan jangan sampai percaya pada ucapan mereka. Itulah prinsip Islam yang harus dipelihara untuk jaga diri dari para pengadu dan provokator. Di samping untuk mencegah aksi yang dilakukan oleh para penyebar isu, gosip, dan kabar-kabar yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Al-Bukhari di dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid radiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling buruk di antara kalian. Yaitu orang-orang yang suka berjalan ke sana kemari untuk menyebar fitnah (mengadu domba), yang suka memisahkan orang-orang yang saling mencintai, yang suka mencari kekurangan pada orang-orang yang tidak berdosa.” (HR.Al-Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, 323 dan Ahmad, 6/459 )
Sementara Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya salah satu jenis riba yang paling keji ialah mencemarkan nama baik seorang muslim tanpa hak.” (Al-Musnad,1/190 dan Sunan Abi Daud, 4976 )
Dulu, Abdullah bin Ubay, dedengkot kaum munafik membuat kebohongan terbesar untuk mencemarkan nama baik wanita suci dan bersih dari dosa, Ummul Mukminin Aisyah radiyallahu ‘anha. Allah Subahanahu wa Ta’ala memberikan panduan mengenai apa yang harus dilakukan dalam situasi yang memalukan seperti itu dengan firman-Nya :
لَّوْلآ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُوْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu’minin dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata:”Ini adalah suatu berita bohong yang nyata“. (QS. An-Nur :12)
Sampai firman Allah :
وَلَوْلآ إِذْسَمِعْتُمُوهُ قُلْتُم مَّايَكُونُ لَنَآ أَن نَّتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ يَعِظُكُمُ اللهُ أَن تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu:”Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini.Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar”. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman, (QS.An-Nur :17)
Ini adalah cara hidup yang baku yang harus diikuti ketika seorang muslim mendengar isu atau gosip. Sehingga kita tidak menyesal di kemudian hari karena telah bersikap buruk kepada sesama muslim dan mensyiarkan berita yang tidak sesuai dengan fakta yang ada padanya. Atau berdusta atas namanya dan menyebarluaskan ucapan yang tidak pernah diucapkannya dengan label “kata orang”. Ini ,merupakan salah satu bentuk upaya membuat kerusakan di muka bumi. Sedangkan Allah tidak menyukai orang-orang yang suka membuat kerusakan. Dan hal ini juga merupakan salah satu tindakan yang menyakiti orang-orang beriman dengan menyiarkan berita yang tidak sesuai dengan fakta yang ada padanya. Sedangkan Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَااكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS.Al-Ahzab :58)
Ma’syiral muslimin rahimahumullah ! Di Antara penyakit-penyakit sosial yang berbahaya ada suatu penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Ia merupakan prilaku yang tercela dan perangai yang tidak terpuji. Penyakit apakah itu ?
Penyakit itu bernama namimah (adu domba). Penyakit ini timbul akibat lemahnya iman, kotornya hati dan lidah yang tidak terkontrol dan terkendali. Namimah ialah membawa omongan dari seseoarang kepada orang lain untuk merusak hubungan mereka berdua.
Pelaku namimah (pengadu domba/ provokator) memiliki watak yang buruk, jiwa sosial yang jelek, cita-cita yang rendah, dan kurang menghargai adab-adab yang benar. Ia berlumuran kehinaan, kenistaan, kotoran dan kerendahan. Batinnya telah dirasuki rasa dendam. Maka ia tidak akan puas sebelum melakukan provokasi, melakukan perusakan dan menyakiti sesama. Betapa banyak orang yang dipisahkannya dari kekasihnya dan dijauhkan dari saudaranya. Betapa banyak tali persaudaraan yang dia putuskan, hubungan yang dia rusak, ikatan yang dia lepaskan, fitnah yang dihembuskannya, dendam yang dia kobarkan, rasa permusuhan yang dia timbulkan, suami istri yang diceraikannya, dan barisan yang dia bubarkan. Bahkan betapa banyak rumah tangga yang dia hancurkan, masyarakat yang dia binasakan, dan peradaban yang dia lenyapkan. Bahkan tidak jarang perang besar terjadi akibat perbuatan ini. Wal iyadzubillah !
Seorang provokator adalah organ tubuh yang beracun. Ia selalu menyebabkan putusnya hubungan dan merusak keharmonisan. Ia suka berbicara di balik layar. Ia bisa berubah-ubah warna seperti bunglon. Ia bisa menyemburkan racun seperti ular berbisa. Gaya hidupnya adalah membuat kerusakan dan kasak-kusuk. Kebiasaannya adalah berbicara kotor dan jorok.
Prilakunya buruk dan sinis. Hobinya adalah memancing masalah dan memanas-manasi situasi. Kesenangannya menyebarkan isu dan provokasi. Ia tidak lega bila tidak mengada-ada dan mengaku-ngaku. Ia tidak bisa merasa tenang, hatinya tidak bisa tenteram sebelum berhasil merusak hubungan persahabatan dan persaudaraan. Dan betapa banyak kejahatan yang menimpa orang-orang yang terhormat dan mumpuni akibat laporan yang mengada-ada.
Oleh karena itu Islam memperingatkan hal tersebut agar diwaspadai dan tidak dilakukan. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman :
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, (QS. Al-Humazh :1)
وَلاَتُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَّهِينٍ هَمَّازٍ مَّشَّآءٍ بِنَمِيمٍ
Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, (QS. Al-Qalam :10-11)
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidak akan masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Shahih Muslim, 105)
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan:
“Tidak akan Masuk Surga orang yang suka menyebar fitnah.” (Shahih Bukhari, 6056)
Menurut An-Nawawi keduanya memiliki makna yang sama. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata : “Ada yang berpendapat bahwa perbedaannya ialah bahwa nammam adalah orang yang mengetahui kisah secara langsung, lalu menceritakannya kepada orang lain. Sedangkan fattat adalah orang yang mencuri dengar tanpa dia ketahui keberadaannya, lalu menceritakan apa yang dia dengar kepada orang lain.”
Menurut Adz-Dzahabi, ada ijma’ yang mengharamkan namimah. Dan ia menyebutkan bahwa namimah termasuk dosa besar. Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhuma berkata : “Rasulullah pernah melewati dua buah kuburan lalu bersabda :
“Sesungguhnya mereka berdua benar-benar sedang disiksa, dan mereka tidak disiksa dalam perkara yang besar. Salah satu dari mereka dahulu tidak menutup diri dari air kencing. Sedangkan yang lain dahulu suka mengadu domba.” (Shahih Al-Bukhari,218 dan Shahih Muslim,292)
Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang apa itu kebohongan besar ? Yaitu namimah; banyak bicara di antara manusia.” (HR.Muslim,2606 )
Ibadallah ! Apakah setelah mengetahui ancaman keras yang menggetarkan persendian ini masih ada orang Islam yang rela menempuh jalur yang tercela ini, membuka rahasia, menyingkap tabir, mencari-cari kesalahan, menelusuri kekeliruan, dan membesar-besarkan kekurangan ?! Banyak kata yang mati seketika tanpa pernah beranjak dari tempatnya. Dan banyak pula kata yang berubah menjadi percikan api, lalu berkobar menjadi api yang besar dan melahap apa saja.
Ada ungkapan yang mengatakan:”Seorang pengadu domba (Provokator) dalam tempo sekejap dapat merusak sesuatu yang tidak bisa dirusak oleh seorang penyihir dalam tempo setahun.”
Cara hidup yang diikuti oleh generasi sahabat ialah menutupi dan menasehati, bukan menyebarkan dan membuka kepada umat. Umar radiyallahu ‘anhu pernah berkata : “Jangan pernah berburuk sangka terhadap kata-kata yang keluar dari mulut seorang muslim, sementara kamu dapat memahaminya dengan makna yang baik.”
Adalah jantan dan berani bila anda menghadapi saudara anda dengan apa adanya. Dan adalah pengecut, lancing, hina dan rendah bila anda menampilkan rasa simpati padanya dan berkata: “Kamu hebat! Kamu luar biasa !” tetapi di belakangnya anda berbalik 180 derajat; anda membeberkan aibnya, menjelek-jelekkannya dan berkata : “Dia begini ! Dia begini! Demi Allah, ini adalah prilaku orang-orang yang hina, rendah, nista dan tidak bermartabat. Dalam sebuah Hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Engkau akan menemukan manusia yang paling jahat adalah orang yang bermuka dua; yaitu orang yang datang kepada (di sini) mereka dengan satu wajah dan kepada (di sana) mereka dengan wajah yang lain.” (Shahih Al-Bukhari,3494 dan Shahih Muslim,2526)
Begitu juga dengan orang yang lidahnya bercabang dua; manis di depan anda, pahit di belakang Anda.
Yang lebih mengherankan adalah orang yang mau menyerahkan akal sehatnya kepada para provokator. Ia mempercai apa saja yang mereka katakan tanpa penyaringan dan penyelidikan yang teliti.
Al-Ghazali rahimahullah berkata: “Setiap orang yang didatangi seorang provokator dan diberitahu : “Si fulan bilang bahwa kamu begini dan begini. Atau dia berbuat begini dan begini terhadap hak-hakmu. Atau dia bersekongkol dengan musuhmu. Atau dia menjelek-jelekkan keadaanmu. Atau ucapan-ucapan lain yang senada, maka ia harus memegang teguh enam hal berikut ini:
1. Tidak mempercai ucapanya. Karena seorang provokator (pengadu domba) adalah orang fasik. Sedangkan orang fasik itu tidak bisa diterima kesaksiannya menurut nash Alquran.
2.Melarang si provokator melakukan aksinya, menasehatinya dan memberikan teguran kepadanya.
3. Membenci orang tersebut karena Allah. Karena orang semacam itu dibenci oleh Allah. Dan kita wajib membenci orang yang dibenci oleh Allah.
4. Tidak berburuk sangka kepada saudaranya yang jauh darinya. Karena Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Jauhilah kebanyakan perasangka (kecurigaan), karena sebagian dari perasangka itu dosa.” (Qs.Al-Hujurat:12)
5. Apa yang diceritakan itu tidak boleh mendorongnya untuk memata-matai dan mencari-cari kesalahannya. Karena Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang mencari-cari kekurangan saudaranya sesama muslim, Allah pasti akan mencari-cari kekurangannya. Dan barangsiapa yang dicari-cari kesalahannya oleh Allah, pasti kesalahannya akan diberikan di depan umum, kendati ada di dalam rumahnya.” (HR.Tirmidzi, 2032 )
6. Tidak meniru perbuatan si provokator dan tidak menceritakan provokasinya kepada orang lain.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah didatangi seorang yang kemudian menyampaikan sesuatu tentang orang lain. Lalu Umar berkata : “Hai Bung! Kalau kami mau, kami bisa meneliti laporanmu. Lalu jika kamu berdusta, kamu akan termasuk golongan yang dimaksud di dalam ayat: “Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka priksalah dengan teliti…” (QS. Al-Hujurat:6) jika kamu benar, kamu akan termasuk golongan yang dimaksud di dalam ayat: “Yang banyak mencela, yang ke sana ke mari menyebar fitnah.” (QS.Al-Qalam:11). Dan kalau kamu mau, kami bisa mengampunimu. Lalu kamu tidak boleh mengulangi perbuatanmu ?” Laki-laki itu langsung berkata: “Ampunilah aku, Ya Amirul Mukminin ! Aku tidak akan mengulanginya lagi.”
Wahai umat Islam ! Kita benar-benar perlu mengadu kepada Allah tentang maraknya kejadian ini di masyarakat muslim dewasa ini. Marilah kita bertakwa kepada Allah dan waspada terhadap prilaku yang tercela ini. Hendaknya para pejabat dan pihak-pihak yang berwenang senantiasa bertakwa kepada Allah. Karena golongan ini sangat laku di lingkungan mereka. Lalu kaum wanita sebaiknya juga bertakwa kepada Allah, karena peredaran namimah di tengah-tengah mereka sangat cepat. Kecuali orang-orang yang dirahmati Allah.
Bagi para konsultan, jurnalis dan pembuat kebijakan semoga lebih bertakwa kepada Allah. Sehingga mereka tidak membuat konspirasi untuk menjatuhkan orang-orang bersih yang tidak bersalah dan tidak berburuk sangka kepada umat Islam. Terutama kepada orang-orang shalih. Para muballigh dan para pelaku amar makruf dan nahi munkar.
Tidak ketinggalan, para penuntut ilmu harus selalu bertakwa kepada Allah. Sehingga perbedaan yang terjadi mengenai masalah-masalah yang harus dikaji tidak mendorong mereka untuk menyudutkan rekan-rekannya dan berburuk sangka kepada mereka.
Dan hendaknya orang-orang yang suka menjajakan dagangan yang merugikan ini bertakwa kepada Allah. Mereka menghentikan perilaku tercela dan perbuatan yang tidak terpuji. Hendaknya mereka segera bertaubat, sebelum mereka dikejutkan oleh maut yang tiba-tiba menjemput. Dan bila itu terjadi, penyesalan tidak berguna lagi.
Kita memohon kepada Allah agar berkenan memperbaiki hati dan perbuatan kita, menunjukkan kita ke jalan keselamatan dan melindungi kita dari kejahatan setiap pendengki dan pengadu domba. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik dzat yang dimintai. Dan Dialah dzat yang paling bisa diharapkan karuniaNya.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah Kedua :
اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار
Amma ba’du :
Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Damaikanlah orang-orang yang berseteru. Dan taatlah kepada Allah dan RasulNya, jika anda adalah orang-orang yang beriman.
Ibadallah ! Kalau dicari unsur dan tujuan yang mendorong munculnya penyakit namimah yang sangat berbahaya ini, maka yang tampak jelas adalah lemahnya iman, buruknya pendidikan, salah pergaulan, kecenderungan hati untuk dendam, dengki, sombong dan angkuh. Di samping itu banyaknya waktu yang dimiliki oleh sebagian pelakunya. Faktor lainnya adalah keinginan untuk memuaskan pihak lain, hawa nafsu dan ketidaktahuan akan akibat dari penyakit yang akut ini.
Penyakit ini bisa diobati melalui penguatan iman, pendidikan yang bagus, pergaulan yang baik, pengisian waktu luang dengan ilmu yang bermanfaat, amal shalih, kebersihan hati, dan sibuk dengan sendiri sehingga tidak sempat mengurus aib orang lain.
Hendaknya orang-orang yang suka melakukan hal ini ingat akan masa depannya kelak di dalam kubur. Karena perbuatan ini termasuk salah satu penyebab datangnya siksa kubur dan penicu masuknya seseorang ke dalam api Neraka. Wal iyadzubillah ! Ia juga harus ingat nasibnya ketika kelak berdiri di hadapan Tuhan. Hendaknya ia menjaga lidahnya dan menyibukkannya dengan kebajikan, dzikir, dan bacaan-bacaan yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang Sahabat-sahabatnya melaporkan ucapan atau perbuatan seseorang yang bisa menyakiti hati beliau. Abu Daud dan lain-lain meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
“Hendaknya tidak ada seorangpun yang menyampaikan sesuatu kepadaku tntang salah seorang Sahabatku. Karena sesungguhnya aku ingin menemui mereka dengan dada yang bersih.” (HR. Abu Daud, 4860 dan At-Tirmidzi,3896 )
Jadi, kita semua harus berusaha memperbaiki, memadukan dan mendekatkan, bukan menjauhi, memusuhi dan merusak. Abu Daud dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang sesuatu yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah ?” Mereka menjawab: “Ya tentu wahai Rasulullah.” Beliau lantas bersabda: “Mendamaikan orang-orang yang berseteru, karena rusaknya orang-orang yang berseteru adalah pencukur.” (HR. Abu Daud, 4919 dan At-Tirmidzi, 2509 )
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Itu adalah pencukur. Aku tidak mengatakan bahwa ia mencukur rambut, tetapi mencukur agama.” (HR. At-Tirmidzi,2510 )
Jangan sekali-kali berusaha menyenangkan hati setan yang sudah frustrasi untuk mengadu domba mereka. Marilah kita meniru Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah dikomentari oleh beliau dengan sabdannya : “Seorang ahli Surga akan datang kepada kalian, sekarang juga.” Padahal orang itu tidak banyak melaksanakan puasa maupun shalat. Hanya, seperti yang disampaikannya kepada Abdullah bin Amr bin Ash radiyallahu ‘anhu : “Hanya, aku pernah memendam niat untuk menipu seorang mulim. Dan aku tidak pernah merasa iri kepada siapa pun yang mendapatkan anugerah dari Allah.” Lalu Abdullah radiyallahu ‘anhu berkata: “Inilah yang membuatmu sampai pada derajat itu.” Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang“. (QS.Al-Hasyr :10)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
[Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya .Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky]

Buat mereka yang suka mengadu domba, mengfitnah, mengumpat, mengata silalah baca hingga ke noktah yang terakhir, ini Allah yang cakap.

Dosa Besar - Mengadu Domba.

Mengadu domba merupakan perbuatan yang boleh mengakibatkan persengketaan dan perbalahan antara dua belah pihak. Sikap suka menyampaikan cerita atau menyampaikan percakapan satu pihak kepada pihak yang lain dengan tujuan yang tidak baik sehingga menimbulkan perasaan tidak senang di hati pihak yang lain, dan akhirnya membawa kepada perselisihan faham antara kedua belah pihak adalah sama dengan menabur fitnah.
Dalam peristiwa Isra‘ dan Mi‘raj, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyaksikan segolongan lelaki dan wanita yang memotong satu potongan daging daripada salah seorang dari mereka. Kemudian mereka meletakkan potongan daging tersebut pada mulut salah seorang dari mereka dan berkata kepadanya: “Makanlah sepertimana yang aku makan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?” Jibril ‘alaihisalam menjawab: “Mereka inilah pengumpat, pencela serta pengadu domba”.
Mengadu domba adalah maksud dari perkataan Arab an-namimah. An-namimah berasal dari perkataan an-namma yang bererti mengeluarkan berita dengan tujuan menghasut.
Dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiah al-Muyassarah, an-namimah bermaksud memindahkan atau menyampaikan berita pada orang lain dengan tujuan yang tidak baik.
Menurut Imam al-Ghazzali Rahimahullah, perkataan an-namimah pada kebanyakan pendapat adalah menyampaikan percakapan orang lain kepada orang yang dikatakan. Contoh: Seseorang berkata kepada seseorang yang lain “ Si Fulan mengatakan tentang engkau begini begini”.
Contoh ucapan atau kata-kata lain yang menggambarkan tentang perbuatan mengadu domba, antaranya: “Dia melakukan begini terhadap hakmu”, “dia merancang untuk merosakkan urusan kamu”, “dia merancang untuk membantu musuh kamu” atau “dia memburuk-burukkan tentang hal dirimu”.
Hukum Mengadu Domba
Ulama bersepakat bahawa mengadu domba termasuk antara dosa-dosa besar. Imam al-Ghazzali Rahimahullah menyatakan bahawa mengadu domba adalah dilarang kerana ianya mendedahkan sesuatu perkara yang tidak boleh didedahkan samada perkara itu tidak disukai oleh orang yang mengatakannya atau orang yang mendengarnya atau tidak disukai oleh orang yang ketiga (orang yang dikatakan).
Perbuatan yang dianggap mendedahkan sesuatu perkara itu adalah samada dengan kata-kata atau dengan tulisan atau dengan isyarat atau dengan gerak-geri, samada yang disampaikan itu daripada perbuatan atau percakapan, samada ianya tentang keaiban atau kekurangan pada diri orang yang dikatakan.
Hakikat mengadu domba ialah mendedahkan atau membuka rahsia seseorang yang dia sendiri tidak suka orang lain mengetahuinya. Maka jika seseorang itu melihat sesuatu perkara (hal ehwal orang lain) hendaklah dia mendiamkan diri sahaja tanpa perlu menyebarkannya pada orang lain.
Walau bagaimanapun jika dengan menceritakan sesuatu perkara itu mendatangkan faedah kepada orang Islam atau dapat mencegah daripada berlakunya maksiat, maka tidaklah menjadi kesalahan jika dimaklumkan kepada yang lain. Contohnya: jika dia melihat seseorang mengambil harta orang lain, maka hendaklah dia menjadi saksi bagi melindungi hak orang yang empunya harta tersebut. Namun jika tujuan sebaliknya, perkara menceritakan hal atau percakapan orang lain dianggap sebagai mengadu domba.
Balasan Mengadu Domba
Mengadu domba merupakan salah satu daripada dosa-dosa besar kerana perbuatan ini akan mengakibatkan perkelahian antara dua belah pihak. Maka oleh kerana itu Allah Subhanahu wa Taala telah menjanjikan balasan azab yang pedih kepada golongan pengadu domba.
1. Firman Allah Subhanahu wa Taala yang menggambarkan tentang kecelakaan dan penghinaan bagi pengadu domba:
Tafsirnya: “Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pencaci dan pengeji.”
(Surah Humazah: 1)
Penghinaan, azab serta kebinasaan dari Allah Subhanahu wa Taala bagi golongan pencaci dan pengeji. Pencaci dan pengeji menurut Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu: orang yang suka mengadu domba, merosakkan kasih sayang (sesama manusia) dan penzalim yang membuka keaiban (orang lain).
2. Firman Allah Subhanahu wa Taala lagi:
Tafsirnya: “Yang suka mencaci lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk menjahilkan orang ramai).”
(Surah al-Qalam: 11-13)
Maksud ayat di atas ialah golongan yang suka mencaci dan menyebarkan fitnah untuk merosakkan orang lain dan ini tergolong di dalam perbuatan mengadu domba. Golongan ini tidak akan memasuki syurga sebagaimana yang diriwayatkan oleh Huzaifah Radhiallahu ‘anhu, bahawa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Maksudnya: “Tidak masuk syurga orang yang suka mengadu domba”
(Hadis riwayat Muslim)
3. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat, Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam berjalan pada suatu tempat lalu mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kuburnya.
Maksudnya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Dua orang (yang berada dalam kubur ini) disiksa, tapi bukan disiksa kerana melakukan dosa besar.”
Baginda Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Ya, salah seorang daripada keduanya itu tidak bersuci dengan bersih setelah berkencing, sementara yang satu pula berjalan (di kalangan manusia) dengan mengadu domba”.”
(Hadis riwayat al-Bukhari)
Bedasarkan al-Qur’an dan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, mengadu domba itu adalah haram dan neraka adalah tempat mereka sebagai balasan daripada Allah Subhanahu wa Taala. Adalah menjadi kewajipan kita untuk tidak melakukan perbuatan tersebut dan menolak jika di datangi oleh golongan yang suka melakukan sedemikian.
Cara Menolak Jika Didatangi Oleh Pengadu Domba
1) Jangan mempercayainya, kerana orang yang suka mengadu domba adalah orang yang fasik. Orang yang fasik ialah orang yang ditolak kesaksiannya (syahadah). Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Tafsirnya: “Wahai orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu mengenainya sehingga menyebabkan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.”
(Surah al-Hujurat: 6)
2) Melarangnya supaya tidak mengadu domba dan menasihatinya serta mencela perbuatannya itu sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Suruhlah berbuat kebaikan, serta laranglah dari melakukan perbuatan yang mungkar.”
(Surah al-Luqman:17)
3) Hendaklah membenci perbuatan mengadu domba itu kerana Allah Subhanahu wa Taala. Sesungguhnya perbuatannya itu sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Taala. Maka wajib kita membenci perbuatannya sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala membenci perbuatan tersebut.
4) Janganlah bersangka buruk terhadap sesama saudara dalam Islam yang tiada pada ketika itu. Firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang), kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa.”
(Surah al-Hujuraat: 12)
5) Tidak perlu memperbesar-besarkan apa yang disampaikan kepada kamu dengan mengintip atau mencari (keburukan) untuk memastikan (apa yang disampaikan), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Tafsirnya: “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan keaiban orang.”
(Surah al Hujuraat: 12)
6) Jangan kamu menerima apa yang kamu sendiri tidak suka dan melarang dari perbuatannya. Dan jangan disampaikan pula cerita tersebut pada yang lain, contohnya kamu berkata: “Si Fulan memberitahu kepadaku begini”. Perkara seumpama ini juga dianggap sebagai mengadu domba dan mengumpat. Maka dalam keadaan ini, kamu sendiri melakukan apa yang kamu sendiri melarang (orang lain melakukannya).
Peliharalah lidah daripada melakukan perkara-perkara yang ditegah oleh syariat, seperti mengadu domba atau menyebar fitnah kerana ia merosakkan perhubungan sesama insan. Takutlah terhadap balasan mengadu domba itu. Balasannya adalah api neraka sebagaimana yang diperlihatkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam pada malam Isra‘ dan Mi‘raj.





Mengadu Domba Sesama Muslim
29 Mei, 2009
category: Adab
4868 2
Pengertian Namimah
Secara etimologi, dalam bahasa Arab, namimah bermakna suara pelan atau gerakan.
Secara istilah pada dasarnya namimah adalah menceritakan perkataan seseorang kepada orang yang menjadi bahan pembicaraan. Namun bentuk namimah tidak harus seperti itu. Tolak ukur namimah adalah setiap pembeberan perkara yang tidak disukai untuk diungkapkan, baik yang tidak suka itu orang yang menjadi sumber berita atau orang yang diberi tahu atau yang lain, baik isi berita berupa ucapan ataupun perbuatan, baik isi pembicaraan itu sebuah aib ataukah bukan.
قَالَ الْعُلَمَاء : النَّمِيمَة نَقْل كَلَامِ النَّاسِ بَعْضِهِمْ إِلَى بَعْضٍ عَلَى جِهَةِ الْإِفْسَادِ بَيْنهمْ .
Sedangkan an Nawawi mengatakan bahwa para ulama mendefinisikan namimah dengan menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka (Syarh Nawawi untuk Shahih Muslim 1/214, Syamilah).
Keharaman Namimah
Namimah adalah suatu yang diharamkan berdasarkan al Qur’an, sunnah dan kesepakatan seluruh umat Islam.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (11) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (12)
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa” (QS al Qalam:10-12).
عَنْ هَمَّامٍ قَالَ كُنَّا مَعَ حُذَيْفَةَ فَقِيلَ لَهُ إِنَّ رَجُلاً يَرْفَعُ الْحَدِيثَ إِلَى عُثْمَانَ . فَقَالَ حُذَيْفَةُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ »
Dari Hammam, Kami sedang duduk-duduk bersama Hudzaifah lalu ada yang berkata kepada Hudzaifah, “Sungguh ada orang yang melaporkan perkataan orang lain kepada Khalifah Utsman”. Hudzaifah lantas berkata, aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Qattat itu tidak akan masuk surga” (HR Bukhari no 5709 dan Muslim no 304).
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَجُلاً يَنِمُّ الْحَدِيثَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ ».
Dari Hudzaifah, beliau mendapatkan laporan tentang adanya seseorang yang suka melakukan namimah maka beliau mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda, “Nammam (orang yang melakukan namimah) itu tidak akan masuk surga” (HR Muslim no 303).
Namam adalah orang yang mendengar langsung sebuah berita kemudian menyampaikannya. Sedangkan qattat adalah orang yang mendengar berita dari sumber yang tidak jelas kemudian menyampaikannya.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ إِنَّ مُحَمَّدًا -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ مَا الْعَضْهُ هِىَ النَّمِيمَةُ الْقَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ ».
Dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Muhammad berkata, “Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia” (HR Muslim no 6802).
Ibnu Abdil Barr menyebutan dari Yahya bin Abi Katsir bahwa beliau mengatakan,
“Tukang mengadu domba dan tukang bohong dalam waktu sesaat itu bisa merusak masyarakat yang jika dilakukan tukang sihir memerlukan waktu setahun”.
Abul Khattab dalam ‘Uyun al Masail mengatakan,
“Termasuk sihir adalah melakukan namimah dan merusak hubungan di antara manusia” [Fathul Majid Syarh Kitab at Tauhid hal 350, terbitan Dar al Fikr Beirut].
Namimah termasuk sihir karena memiliki kesamaan dalam hal mampu memecah belah manusia, merubah hati dua orang yang semula saling mencintai dan juga dalam kemampuan menimbulkan kejahatan.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِى قُبُورِهِمَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ » ، ثُمَّ قَالَ « بَلَى ، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ » .
Dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati sebuah kebun di Madinah atau Mekah beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa dalam kuburnya. Nabi bersabda, “Keduanya sedang disiksa dan tidaklah keduanya disiksa karena masalah yang sulit untuk ditinggalkan”. Kemudian beliau kembali bersabda, “Memang masalah mereka adalah dosa besar. Orang yang pertama tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya sendiri. Sedangkan orang kedua suka melakukan namimah” (HR Bukhari no 213)
Setiap orang yang diadu domba dengan ada orang yang mengatakan kepada dirinya, “Si A telah mencelamu atau telah melakukan demikian dan demikian untuk menyakitimu” itu memiliki kewajiban untuk melakukan enam hal berikut ini.
1. Tidak langsung menerima ucapan orang itu karena tukang adu domba adalah orang fasik yang omongannya tidak boleh dipercaya.
2. Melarangnya melakukan perbuatan tersebut, memberikan nasehat dan mencela perbuatannya.
3. Membencinya karena Allah. Hal ini disebabkan dia adalah orang yang Allah benci. Sedangkan membenci orang yang Allah benci adalah suatu kewajiban.
4. Tidak berburuk sangka kepada sia A.
5. Tidak boleh memata-matai dan mencari-cari kebenaran berita yang baru saja dia terima.
6. Namimah yang dia dengar tidak boleh menyebabkannya membalas dengan namimah pula. Dia tidak rela dengan namimah yang dilakukan oleh tukang adu domba itu. Karenanya seharusnya dia tidak menceritakan namimah yang dilakukan oleh tukang adu domba tersebut. Misalnya dengan mengatakan, “Si B bercerita bahwa si A berkata demikian dan demikian”. Jika hal ini dia lakukan berarti dia juga menjadi tukang adu domba dan sama saja melakukan perkara yang dia larang sendiri.
Namimah yang diperbolehkan
Jika namimah dilakukan karena suatu keperluan maka hukumnya diperbolehkan.
Sebagai contoh ada orang yang memberitahu si B bahwa si A akan membunuhnya, salah satu anggota keluarga atau hendak merampas hartanya.
Contoh yang lain adalah orang yang melapor kepada pemerintah atau pihak yang berwenang dengan mengatakan bahwa ada seseorang yang telah melakukan suatu tindakan yang berbahaya dan menjadi kewajiban penguasa untuk menangani dan menumpasnya. Semua perkara ini hukumnya tidaklah haram. Begitu pula perkara-perkara serupa bahkan terkadang hukumnya menjadi wajib atau sunnah tergantung situasi dan kondisi.
Penyampaian berita yang tercela adalah jika bertujuan untuk merusak hubungan. Sedangkan orang yang bermaksud baik dengan perkataan yang apa adanya dan berusaha untuk tidak menyakiti pihak manapun maka hukumnya tidaklah mengapa. Namun sedikit sekali orang yang memiliki kemampuan untuk bisa membedakan namimah yang dibolehkan dengan namimah yang terlarang. Oleh karena itu, jalan selamat bagi orang yang belum bisa membedaan dua hal ini adalah dengan diam.
Samakah Ghibah dan Namimah
Terdapat perbedaan pendapat tentang apakah ghibah (menggunjing) itu sama dengan namimah ataukah kedua istilah tersebut adalah dua hal yang berbeda. Pendapat yang paling kuat dua istilah tersebut berbeda. Di satu sisi, namimah itu lebih luas dibandingkan ghibah. Di sisi lain, ghibah itu lebih luas dari pada namimah. Namimah adalah menceritakan perkataan atau perbuatan A kepada B dengan tujuan merusak hubungan baik di antara kedua. Cerita ini diceritakan tanpa kerelaan A baik A tahu ataukah tidak tahu.
Sedangkan ghibah adalah menceritakan orang lain pada saat dia tidak ada mengenai hal-hal yang tidak dia sukai seandainya dicerita-ceritakan.
Ciri khas namimah adalah ada tujuan untuk merusak hubungan baik namun tidak disyaratkan orang yang menjadi objek pembicaraan tersebut tidak ada di tempat.
Ciri khas ghibah adalah objek yang dibicarakan tidak ada di tempat pembicaraan.
Selain hal di atas ghibah dengan namimah itu sama.[Lhat Fathul Bari Ibnu Hajar 17/216, Syamilah].

TARIKH BACAAN : 01 ZULQA'EDAH 1421H
TAJUK : LARANGAN MENGADU DOMBA
Sidang jumaat yang dihormati Allah,

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar bertakwa dan janganlah kamu mati melainkan di dalam Islam. Saya berpesan kepada diri sendiri dan juga kepada tuan-tuan supaya sentiasa bertakwa kepada Allah subhanahua ta’ala dengan menjunjung segala perintah dan menghindarkan diri daripada perkara-perkara yang dilarang. Kerana sesungguhnya dengan takwa sahajalah seseorang itu mendapat kebahagiaan hidup di dunia mahu pun di akhirat.

Sidang jumaat yang dihormati Allah,

Tajuk khutbah kita pada hari mulia ini ialah’ Larangan Mengadu Domba’.
Ketahuilah, bahawa setiap muslim dan muslimat diwajibkan menjauhkan diri dari semua sebab yang menimbulkan kebencian dan perbalahan di antara sesama mereka. Terutama daripada orang yang selalu mengadu domba kerana boleh melumpuhkan kekuatan mereka. Disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat Huzaifah r.a. bahawa tatkala dia mendengar ada seorang lelaki suka mengadu domba lalu dia berkata saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud : ‘ Tidak akan masuk syurga orang yang suka mengadu domba ‘.
Saudara kaum muslimin yang dikasihi,

Wajib bagi setiap muslim yang berakal untuk tidak mempercayai hasutan pengadu domba. Dan hendaklah mereka sentiasa berwaspada dalam menerima berita dari orang-orang yang pasti di dalam surah Al-Hujrat ayat 6 yang telah dibacakan diawal khutbah tadi, Allah subhanahua ta’ala berfirman yang bermaksud : ‘ Wahai orang-orang yang beriman jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita maka selidiklah untuk menentukan kebenaran supaya kamu tidak menimpakan suatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang telah kamu lakukan.

Saudara kaum muslimin yang dirahmati Allah,

Annamimah (mengadu domba) merupakan dosa besar dan sangat buruk akibatnya. Oleh kerana itu setiap muslim wajib menjaga diri agar tidak bergaul dengan orang yang suka mengadu domba atau berada dalam satu majlisnya dengannya.

Jangan sekali-kali percaya kepadanya dan berusahalah menjauhkan diri daripadanya. Sebab orang yang suka mengadu domba terkadang boleh membuat kerosakan dalam satu saat yang tidak mampu dibuat orang lain di dalam satu bulan.

Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan mengadu domba kerana ia boleh merosakkan perpaduan, menyebabkan permusuhan dan irihati. Barangsiapa yang diadu domba dengan saudaranya maka ia wajib mengingkarinya sekalipun benar apa yang dikatakannya.

Saudara kaum muslimin,

Hati-hatilah apabila mendengar satu berita, telitilah kebenarannya apabila penyampaian orang fasik. Pengadu domba akan menerima balasan yang buruk di akhirat. Orang yang mengadu domba ini termasuk dalam golongan orang yang mencaci dan mengeji yang disebutkan tuhan di dalam surah Al-Hamzah ayat 1-6 yang bermaksud : ‘ Kecelakaan yang besar bagi tiap mencaci dan pencela yang mengumpulkan harta dan berulang-ulang menghitungnya, dia menyangka bahawa hartanya itu dapat mengekalkannya dalam dunia ini, sesungguhnya tidak, bahkan dia akan dicampakkan ke dalam ‘Al-Khutamah’ (neraka) dan apa jalannya, engkau dapat mengetahui ‘Al-Khutamah’ itu?, Al-Khutamah ialah api Allah yang dinyalakan dengan perintahnya, yang naik menjulang kehati, sesungguhnya api neraka itu ditutup rapat atas mereka, mereka terikat disitu pada batang-batang palang yang melintang panjang.


Menggunjing Dan Mengadu Domba


QS 49. Al Hujuraat:12

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. "

Sesungguhnya Allah swt telah menetapkan bahwa menggunjing tersebut adalah suatu perbuatan tercela, dan telah menyamakan terhadap penggunjing itu dengan orang yang makan daging bangkai. Firman Allah swt yg artinya:
Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah seorang diantara kamu suka makan daging saudaranya yang mati ?. Maka tentunya kamu merasa jijik kepadanya “. (QS. Al-Hujurat: 12)
Bersabda Nabi Muhammad saw : “Setiap muslim atas muslim yang lain adalah haram darahnya, hartanya dan harga dirinya “. Bersabda Nabi Muhammad saw : “Takutlah menggunjing, karena menggunjing adalah lebih berat dari berzina. Sesungguhnya seorang laki-laki kadang-kadang berzina dan bertaubat, lalu Allah menerima taubatnya. Sedang orang yang menggunjing tidak akan diampuni sehingga orang yang digunjing (yang dirasani) tersebut mengampuninya “.  
Ulama mengatakan : “Perumpamaan orang yang menggunjing manusia adalah seperti orang yang memasang manjaniq (suatu alat untuk melempar). Dia melempar dengannya ke kanan dan ke kiri, jadi dia melempar kebaikannya demikian “.
Bersabda Nabi Muhammad saw : “Barangsiapa yang menggunjing saudaranya dengan suatu pergunjingan, dia maksudkan dengannya untuk mencelanya. Maka Allah menempatkannya pada jembatan Jahannam besok hari Kiamat sehingga dia keluar dari apa yang diucapkannya “. Bersabda Nabi Muhammad saw : “Menggunjing adalah engkau menyebut saudaramu dengan apa yang dia benci “. Yaitu jika engkau menyebutnya dengan kekurangan tubuhnya, keturunan,pebuatan, perkataan, agama, dan dunianya sampai kepada pakaiannya, surban dan kendaraannya. Sehingga ulama salafy menyebutkan : “Seandainya engkau mengatakan bahwa sesungguhnya Fulan, pakainnya panjang atau pendek, maka hal itu sudah termasuk pergunjingan. Lalu bagaimana dengan perkataanmu mengenai apa yang dia benci dari badannya, bukankah lebih menyakitkan bagi yang engkau gunjing ?”. Diriwayatkan, sesungguhnya ada seorang perempuan pendek masuk pada rumah Nabi Muhammad saw untuk suatu keperluan. Setelah dia keluar berkatalah Fulanah r.a (salah seorang istri Nabi) : “Alangkah pendeknya dia “. Lalu bersabdalah Nabi Muhammad saw : “Engkau telah menggunjingnya hai isteriku ”.Bersabda Nabi Muhammad saw : “Takutlah terhadap pergunjingan, karena didalamnya terdapat tiga macam bencana :
1.      Tidak dikabulkannya do’a, bagi orang yang berdo’a.
2.      Tidak diterimanya amal kebaikannya.
3.      Bertumpuklah padanya kejahatan-kejahatan.


Bersabda Nabi Muhammad saw mengenai tercelanya mengadu domba : “Sejahat-jahat manusia di hari kiamat ialah orang yang bermuka dua. Yaitu orang yang datang pada mereka itu dengan sebuah wajah dan pada mereka yang lain dengan wajah yang satu lagi. Barangsiapa yang bermuka dua didunia, maka dia pada hari kiamat mempunyai dua lidah dari api “. Sesungguhnya bersabda Nabi Muhammad saw : “Tidak akan masuk Surga orang yang mengadu domba “.

Dari Amr bin dinar, sesungguhnya dia berkata : “Ada seorang laki-laki dari penduduk suatu kota. Dia memiliki seorang saudara perempuan yang berada dipinggiran kota itu. Sakitlah saudaranya itu dan dia datang menjenguknya. Kemudian matilah saudara perempuannya itu. Dia merawatnya dan memikulnya ke kuburan. Setelah perempuan itu dikebumikan barulah dia kembali kepada suami perempuan. Dia menuturkan bahwa sesungguhnya dia memiliki sebuah dompet yang dia bawa serta, tetapi dihilangkannya di dalam kubur. Suami meminta tolong kepada seorang laki-laki dari kawannya untuk membantu iparnya. Berangkatlah mereka ke kuburan lalu membongkarnya. Mereka masih menemukan dompet itu. Dia berkata pada laki-laki yang membantunya : “Menyingkirlah, biar aku melihat dalam keadaan bagaimanakah mayat ?”. Dia mengangkat sebagian apa yang ada diatas liang kubur itu, tiba-tiba kubur itu menyalakan api. Maka kembalilah dia kepada ibunya, dia berkata : “Ceritakanlah padaku, bagaimana keadaan sebenarnya saudara perempuanku itu ?”. Ibunya berkata : “Saudaramu itu selalu mendatangi pintu-pintu rumah tetangga. Dia mendengar percakapan, agar dia dapat mengadu domba “. Tahulah dia bahwa perbuatan itulah yang menjadi sebab terjadinya siksa kubur. Jadi barang siapa yang ingin selamat dari siksa kubur maka hendaklah dia memelihara diri dari mengadu domba dan menggunjing.  

(Mukasyafatul Qulub)
----------------