Sabtu, 29 Januari 2011

ISLAM MULA BANGKIT....BILA SUDAH MELAMPAU...MENINDAS...ZALIM...MONOPOLI...MAKSIAT DLL...AKHIRNYA KERAJAAN ITU AKAN MUSNAH.....

Pahlawan Muslim Jadi Nama Kota di Amerika Serikat


kaderELKADER - Sedikit orang yang tahu, dari mana asal nama Elkader, sebuah kota di Iowa, Amerika Serikat. Menurut seorang sesepuh warga, Frederique Boudouani, semula nama kota berpenduduk 15 ribu orang itu adalah Pony Hollow.

Elkader dihuni orang pertama kali pada tahun 1836 ketika Elisa Boardman dan Horace Bronson menetap di tepi Turkey River di Pony Hollow. Boardman membuka lahan pertanian pertama dan bersama-sama dengan penghuni awal lainnya membangun sekolah. Bersama Timothy Davis, John Thompson, dan Chester Sage ini memaparkan rencana untuk komunitas mereka yang secara resmi pada tanggal 22 Juni 1846. Mereka menamai kota baru itu menjadi Elkader.

Mengapa Elkader? Di kota itu, pernah tinggal seorang warga keturunan Aljazair, bernama Abd el-Kader, seorang Muslim. Anak muda ini terkenal alim, jujur, dan ringan tangan membantu warga lain.

Ketika era kolonialisme, ia memimpin orang-orang dalam perlawanan terhadap kolonialisme Perancis antara 1830 - 1847.

Dia juga dikenal secara luas untuk tindakan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa ribuan orang Kristen lokal dan diplomat asing di Damaskus. Semua tindakannya, dalam perang dan damai, dilakukan sesuai dengan apa yang ia yakini sebagai kewajiban seorang Muslim.

Sejak 2000-an, nama Elkader kembali mengemuka. Warga kota itu mempromosikan kembali pesan-pesan kehidupan Abd el-Kader dan contoh tentang keberanian moral, kemurahan hati, semangat belajar, dan toleransi bagi Amerika.

Di Elkader, warganya dikenal saling peduli. "Kami tak ingin globalisasi atau apapun namanya mengikis nilai-nilai ini," kata Kathy Garms, relawan pada The Abd el-Kader Education Project.

Menurutnya, kehidupan heroik Abd el-Kader sangat relevan untuk hari ini. "Ia adalah tokoh yang pernah membuat decak kagum Presiden Lincoln, Queen Victoria, Paus Pius IX serta jenderal Prancis, dan para pemimpin Kristen," ujarnya.



Mualaf Ayesha Kim, "Ibu" bagi Muslimah Korea


SEOUL Dari namanya, orang akan tahu dari mana dia berasal. Ia sengaja tak membuang Kim dari nama barunya, Ayesha, setelah masuk Islam. Kim adalah identitas Koreanya.
muslim seoul
Kini ia dikenal sebagai "mercusuar" iman untuk wanita Korea, dan khususnya bagi siswa perempuan negara itu. Dia membimbing mereka menuju jalan Kebenaran Islam. Ia aktif berdakwah, dari kampus ke kampus. Ia lebih menyukai pendekatan logika dalam mengajarkan Islam.

Islam pertama kali datang pada suaminya, Imam Mahdevoon, yang kini ketua Persatuan Muslim di Korea Selatan. Perdebatan panjang beralhir pada tekad, mereka berdua akan selalu bersama untuk melintasi jalan Kebenaran.

Aisyah mampu menemukan kebenaran di tengah-tengah perang dahsyat yang berkobar ketika ia memilih Islam untuk agamanya. Ia mengadopsi nama Ayesha Islam setelah nama istri mulia Rasulullah SAW. Dia berpikir bahwa akan menjadi sumber berkat bagi dirinya. "Serangan misionaris di Korea sangat gencar, saya nyaris berbelok sebelum dalam Islam yang saya menemukan kebenaran yang saya yakini."

Ketika ditanya tentang keterlibatan awal dirinya dengan Islam, ia pertama diam dan memejamkan mata, seolah-olah dia berusaha mencari sesuatu yang tersembunyi dalam relung hatinya. Setelah beberapa saat terdiam, ia melanjutkan, ia ingin ketenangan dalam hidup. Suaminya, telah lebih dulu berislam.

"Kebenaran suara hati saya mendorong saya bahwa ada satu-satunya cara untuk mencapai Kebenaran," ujarnya.

Pada waktu yang sama pecah Perang Korea yang memaksanya untuk berpindah sampai ke pelabuhan Pusan. Ia makin merenungi makna hidup. "Akhirnya saya berkata pada suami saya bahwa "oke, saya akan masuk Islam" setelah saya melihat, memang Islamlah satu-satunya benteng untuk menyelamatkan diri kita sendiri serta masyarakat," katanya.

Tentang keterlibatannya dalam dunia dakwah, tak lepas dari persinggungannya dengan Omar Kim, mualaf Korea pada tahun 1950-an.

"Dia telah memeluk Islam secara terbuka. Sebelum meninggal dia pernah berpesan, tepatnya mendesak kami, untuk menyebarkan pesan-pesan Islam dan mengundang orang untuk menerima Islam," ujarnya.

Usai perang, ia melaksanakan amanah Kim. Ia mendatangi keluarga korban dan menguatkan. Beberapa tertarik masuk Islam, beberapa lagi tetap menganut agama lamanya, namun hubungan mereka tetap terjalin hingga bertahun-tahun kemudian.

Setelah ini, dia mengarahkan perhatian terhadap anak-anaknya. Dia berkata, "Saya hanya memiliki dua anak perempuan saya menahan kesulitan tentang mereka. Tapi saya menyadari bahwa setelah semua ini, kebenaran yang bicara."

Yang dia ceritakan, adalah anak sulungnya. Ingin "merdeka", ia menolak segala bentuk campur tangan orang tuanya. Namun di usia 25 tahun, ia menerima berita lain, "Hati saya tenang bila mendengar Alquran dibacakan. Tapi saya akan mencari informasi yang maksimal tentang Islam sebelum memutuskan (untuk bersyahadat atau tidak)," ia menirukan omongan anaknya.

Setelah beberapa waktu, dia juga menerima Islam. Namanya diubah dari Yoong menjadi Jamila. Dia menikah dengan seorang Muslim Korea. "Putri saya yang lebih muda menerima Islam pada usia 20. Dia juga menikah dengan seorang Muslim Korea. Dia tinggal di Korea di dekat kami."

Ia tenang, mempunyai sandaran yang bisa diandalkan. "saya telah mempercayakan seluruh persoalan kepada Allah. Anggota keluarga yang lain belum Muslim, tapi saya telah mempertahankan hubungan ini tetap harmonis sesuai dengan prinsip-prinsip Islam," ujarnya.

Ia kini aktif berdakwah di kalangan wanita Korea. "Saya telah mendorong banyak wanita Korea untuk menerima Islam, saya telah membuat mereka memahami bagaimana Islam melindungi hak-hak bersama pasangan yang telah menikah, dan bagaimana Islam menyediakan dasar untuk kehidupan keluarga.. Segala puji bagi Allah, saya telah berhasil membimbing sejumlah besar wanita ke jalan Kebenaran."

Usaha ini bukannya tanpa rintangan. "Kesulitan lain adalah bahwa gadis-gadis yang baru menjadi Muslim harus tinggal di sebuah masyarakat di mana agama mayoritas memiliki otoritas. Untuk alasan ini, dalam rangka menjaga semangat gadis-gadis ini, adalah penting untuk mengatur pertahanan yang efektif. Pertahanan itu datang hanya melalui lembaga pendidikan Muslim. "

Ia bersyukur, para mualaf Korea cukup istikamah. Mereka umumnya juga menjadi pendakwah baru, seperti dirinya. Mereka juga terus didorong untuk aktif melakukan kegiatan sosial. "Itulah sesungguhnya inti pesan Islam, menjadi rahmat bagi siapa saja di sekelilingnya," ujarnya.



Analis: Rezim di Dunia Arab Akan Segera Runtuh


Rezim diktator di seluruh dunia Arab semakin dekat dengan keruntuhannya, pada saat revolusi Tunisia telah membuktikan bahwa aparat keamanan di negara itu tiba-tiba bisa gagal, analis mengatakan.

Di "Tunisia, penyiksaan, penindasan, penganiayaan di luar imajinasi dan semuanya runtuh dengan tiba-tiba," penulis dan analis politik Azzam Tamimi mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Press TV.

"Para rezim di Mesir, di Yordania, Yaman, Aljazair di Libya, di Arab Saudi juga bisa runtuh," Tamimi menjelaskan lebih lanjut.

"Selama dua atau tiga minggu terakhir, khususnya selama seminggu terakhir, Tunisia telah menjadi pembicaraan di jalan-jalan di seluruh dunia Arab dan mungkin juga negara-negara Afrika di mana model yang sama despotisme berlanjut," ia menambahkan.

Analis secara khusus menunjukkan pada pemberontakan terbaru yang mungkin terjadi di di Arab Saudi.

"Ada banyak hal yang terjadi di Arab Saudi di mana masyarakat sekarang menyerukan demonstrasi untuk memicu semacam gerakan rakyat," lanjut Tamimi mengatakan.

Mantan Presiden Tunisia Zein El Abidine Ben Ali 23 tahun kediktatorannya, pemerintahannya dirusak oleh pelanggaran hak asasi manusia dan penyiksaan, harus berakhir pada awal bulan ini setelah berminggu-minggu aksi protes jalanan.

Sementara Tunisia telah menjadi model untuk mengejar demokrasi, analis politik telah memperingatkan bahwa faksi-faksi politik Tunisia harus mengamati aturan sistem demokratis untuk menghindari adanya kediktatoran kembali pasca-revolusi.

"Hal terakhir bahwa yang rakyat Tunisia perlu lakukan adalah mereka harus menciptakan raja baru," kata analis politik Mohammad Oweis dalam sebuah wawancara dengan Press TV.

Oweis memperingatkan kelompok oposisi Tunisia terhadap penerapan pendekatan otokratis dalam kekuasaan yang ada di negara Afrika Utara.



500 Demonstran Telah Ditangkap Keamanan Mesir


Sumber keamanan Mesir melaporkan, setidaknya sekitar 500 orang ditangkap di berbagai wilayah di Mesir pada hari Rabu (26/1) kemarin. Aksi penangkapan itu menyusul peringatan dari aparat keamanan yang tidak mengizinkan para demonstran untuk berkumpul kembali seperti hari sebelumnya.

Akan tetapi sumber Kementerian Dalam Negeri Mesir mengabarkan kepada kantor berita Reuters, bahwa jumlah 500 orang yang ditangkap itu adalah gabungan dari domonstran pada hari Selasa dan Rabu.
demo
Sebelumnya pada hari Rabu pagi, Kementerian Dalam Negeri Mesir telah mengeluarkan larangan segala tindakan yang menjurus kepada protes dan unjuk rasa.

Bahkan seperti yang dilansir AFP, Kementerian Dalam Negeri Mesir akan segera mengambil tindakan hukum dan penyelidikan terhadap peserta demonstrasi tesebut.

Atas dasar larangan dari Kementerian Dalam Negeri Mesir itulah aparat keamanan menangkapi para demonstran.

Kantor berita Timur Tengah juga mengutip dari sumber resmi keamanan Mesir, bahwa sekitar 90 orang telah ditangkap saat berusaha berkumpul di Tahrir Square pada hari kedua demonstrasi kemarin.

Sementara itu, Ikhwanul Muslimin juga mengumumkan bahwa sebanyak 121 anggotanya telah ditangkap di Asyut, 400 km sebelah selatan Kairo.

AFP melaporkan, hampir 200 orang ditangkap saat demonstrasi pada hari pertama, Selasa lalu.


Tiada ulasan: