Khamis, 4 Jun 2015

UJIAN ALLAH BERMACAM-MACAM UNTUK KITA












7 Macam Ujian Hidup yang Wajib Diketahui

Pimpinan majelis dzikir Az Zikra, KH Muhammad Arifin Ilham
Dalam menghadapi kehidupan di dunia ini, manusia selalu berhadapan dengan dua keadaan silih berganti. Suatu saat merasakan suka, saat lain merasakan duka. Pada saat bahagia, terkadang manusia menjadi lupa. Sebaliknya, saat duka mendera, seringkali manusia berkeluh kesah.

Bagi hamba Allah Swt yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama itulah kita diuji Allah Swt. “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk [67]: 2).

Minimal ada tujuh ujian hidup yang wajib kita ketahui. Insya Allah, Allah Swt luruskan dari ujian-ujian-Nya, sehingga meraih gelar shobirin dan mujahidin. “Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu, dan akan Kami uji perihal kamu.” (QS Muhammad [47]: 31).

Pertama, ujian berupa perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Allah Swt menyembelih putra tercintanya bernama Ismail.

Kedua, ujian larangan Allah Swt, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok, mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezaliman.

Ketiga, ujian berupa musibah. “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” (QS Al-Baqarah [2]: 155).

Keempat, ujian nikmat, sebagaimana Allah Swt jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 7. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”

Kelima, ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (menyekutukan Allah Swt), munafiqun, jahilun (bodoh), fasiqun (menentang syariat Allah), maupu hasidun (dengki, iri hati).

Keenam, ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaanya kepada Allah Swt.

Ketujuh, ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, termasuk sistem pemerintahan/negara.

Subhanallah, Allah Swt amat sayang kepada kita. Allah Swt tunjukkan cara menjawab ujian itu semua. “Dan minta pertolonganlah kamu dengan kesabaran dan dengan shalat, dan sesungguhnya shalat sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk tunduk jiwanya.” (QS Al-Baqarah [2]: 48). Semoga kita dijadikan Allah Swt, hamba-Nya yang lulus dari ujian. Aamiin.

Tuesday, December 13, 2011


FUTUH AL-GHAIB - JENIS-JENIS UJIAN KEROHANIAN


AJARAN KEEMPATPULUH LIMA


Ketahuilah bahwa manusia ini ada dua macam. Pertama, mereka yang dikarunia Allah perkara-perkara yang baik di dunia ini. Kedua, mereka yang diuji oleh Allah dengan apa yang telah ditakdirkan Allah untuk mereka. Mereka yang mendapatkan perkara-perkara yang baik itu belum tentu terlepas dari dosa dan kekhilafan di dalam menikmati karunia Allah tersebut. Orang-orang ini merasa bangga dengan karunia itu. Tiba-tiba datanglah takdir Allah berupa kesulitan dan malapetaka yang menimpa diri, keluarga atau harta benda mereka. Dengan demikian mereka merasa sedih dan berputus asa. Mereka lupa kepada kebanggaan dan kebahagiaan yang mereka nikmati dulu. Jika mereka diberi kekayaan, keselamatan dan kesentosaan, maka merekapun lupa, seolah-olah mereka menduga bahwa keadaan itu akan kekal. Dan jika mereka ditimpa malapetaka, maka mereka pun lupa kepada kebaikan yang pernah mereka terima dulu, seakan-akan kebaikan itu tidak pernah ada pada mereka. Semua ini menunjukkan kejahilannya atau kebodohannya tentang tuannya yang sebenarnya, yaitu Allah SWT.


Andaikan mereka mengetahui bahwa Allah berkuasa membuat apa saja yang dikehendaki-Nya, baik berkuasa menjatuhkan dan menaikkan, membuat kaya dan membuat miskin, menyenangkan dan menyusahkan, mengelokkan dan memburukkan, menghinakan dan memburukkan, menghidupkan dan mematikan maupun apa saja, maka tentulah mereka tidak akan menduga bahwa kebahagiaan dan kekayaan yang mereka nikmati itu akan kekal dan tentulah mereka tidak akan merasa bangga dan sombong atau putus asa dan kecewa, jika kekayaan dan kebahagiaan dihilangkan dari mereka.


Tindakan mereka yang semacam ini disebabkan kebodohan mereka tentang dunia ini. Mereka tidak mengetahui bahwa dunia ini adalah tempat ujian, tempat berusaha, tempat bersakit-sakitan dan tempat bersusah payah. Dunia ini bagaikan dua lapisan rasa, di luarnya adalah rasa pahit dan di dalamnya adalah rasa manis. Makanlah dahulu yang pahit itu, barulah memakan yang manisnya. Seseorang hendaknya merasakan yang pahit itu dahulu sebelum ia merasakan yang manis. Bersabarlah kamu memakan yang pahit itu dahulu, agar kamu dapat memakan yang manisnya pula. Oleh karena itu, barang siapa bersabar terhadap ujian-ujian di dunia ini, maka ia berhak menerima hasil dan balasan yang baik dan bagus. Ibarat orang yang mau memakan gaji. Bekerjalah dahulu, baru mendapatkan gaji. Lapisan yang pahit itu harus dihabiskan lebih dahulu, baru lapisan yang manis akan didapatkan.


Oleh karena itu, jika si hamba patuh kepada Allah, mengerjakan yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya, bertawakal bulat kepada-Nya dan menuruti takdir-Nya serta bila ia telah memakan yang pahit, iapun menghapuskan hawa nafsu keiblisannya dan menghancurkan tujuan kehendak egonya, maka Allah akan memberinya kehidupan baru yang lebih baik, kebahagiaan, keselamatan dan kemuliaan serta Allah akan memeliharanya dan memberikan perlindungan kepadanya. Setelah itu, si hamba itupun menjadi seperti bayi yang sedang disusui ibunya, yakni bayi itu tidak lagi perlu mencari makan, karena ibunya telah memberinya makan. Allah akan memberinya rizki tanpa ia harus bersusah payah atau berusaha keras di dunia ini dan juga di akhirat kelak.

Seorang hamba janganlah menyangka bahwa ia tidak diuji dan bahwa karunia yang diterimanya itu akan kekal. Ia harus bersyukur dan menyerahkan dirinya kepada Allah semata-mata. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang maksudnya lebih kurang sebagai berikut, "Kemegahan dunia ini adalah perkara yang merusakkan. Oleh karena itu, pertahankanlah diri kamu darinya dengan bersyukur."

Mensyukuri karunia kekayaan itu dilakukan dengan menyadarkan diri dan mengatakan kepadanya bahwa karunia itu tidak lain hanyalah kepunyaan Allah yang dipinjamkan-Nya dan diamanatkan-Nya kepada kita. Semuanya adalah milik Allah dan kita tidak mempunyai apa-apa. Oleh karena itu, dalam masalah harta benda ini, kita tidak boleh melanggar batas-batas yang telah ditentukan Allah dan gunakanlah harta benda itu menurut kehendak-Nya. Keluarkanlah zakat dan sedekah. Tolonglah orang-orang yang miskin papa. Orang-orang yang sedang berada dalam kesusahan adalah menjadi tanggungan kita untuk memberikan nafkah kepadanya. Inilah arti mensyukuri karunia kekayaan harta benda yang diberikan Allah kepada kita. Sedangkan mensyukuri ni’mat anggota-anggota badan yang telah diberikan kepada kita adalah dengan menggunakan badan itu untuk mematuhi perintah-perintah Allah, meninggalkan larangan-Nya dan tidak berbuat dosa dan maksiat.

Inilah cara-cara memelihara karunia Allah agar tidak terlepas dari kita. Siramlah akarnya agar ia menjadi subur, daunnya rindang dan menghasilkan buah yang manis yang menampakkan manfaat

kepada badan, supaya badan itu dapat mematuhi Allah, dekat kepada-Nya dan selalu ingat kepada-Nya serta supaya kita menerima rahmat dan kasih sayang Allah di akhirat kelak dan dapat hidup kekal di surga bersama para Nabi, orang-orang yang benar, para syuhada dan orang-orang saleh. Mereka ini adalah golongan orang-orang yang dimuliakan.


Tetapi jika seseorang itu terpengaruh dan tenggelam dalam kesenangan dan kemegahan dunia ini saja, maka akan merugilah ia, di akhirat kelak ia akan menyesal dengan tiada putus-putusnya dan nerakalah tempat tinggalnya.


Allah menguji manusia dan ujian itu mempunyai bermacam-macam tujuan. Adakalanya ditujukan untuk menghukum manusia akibat kesalahan dan dosa yang telah dilakukannya. Adakalanya ditujukan untuk membuang dan membersihkan cacad orang itu. Dan adakalanya pula ditujukan untuk meninggikan derajat orang itu agar ia dapat bersama-sama dengan orang-orang yang memiliki ilmu kerohanian yang mengalami berbagai kondisi dan posisi kerohanian. Mereka itu telah mengembara di padang bencana dan kesusahan dengan menunggang kendaraan kasih sayang Allah sambil ditiup oleh angin bayu penglihatan-Nya yang lemah lembut yang mengenai gerak dan sikap mereka, karena ujian itu tidak bermaksud mencampakkan mereka ke dalam neraka, tetapi sebaliknya. Dengan ujian itu, Allah menguji mereka untuk memilih mereka, meneguhkan keimanan mereka dan membersihkan mereka, agar dapat dibedakan antara iman dengan kufur dan antara tauhid dengan syirik, dan sebagai balasannya orang itu diberi ilmu, rahasia dan cahaya.


Apabila lahir dan batin orang-orang ini telah bersih dan hati mereka telah suci, maka mereka ini akan menjadi orang-orang pilihan dan kekasih Allah serta mereka akan mendapatkan rahmat di dunia dan di akhirat. Di dunia ini, rahmat itu melalui hati mereka, sedangkan di akhirat nanti melalui jasmani mereka. Oleh karena itu, bala bencana itu merupakan pencuci dan pembersih daki-daki syirik mereka serta pemutus hubungan mereka dengan manusia, keduniaan dan hawa nafsu kebinatangan dan keiblisan; di samping menjadi alat penghancur kebanggaan, kesombongan dan ketamakan serta penghapus niat yang bukan karena Allah di dalam beribadah seperti beribadah lantaran menghendaki surga dan sebagainya.


Tanda bahwa ujian itu dimaksudkan sebagai hukuman adalah, seseorang bersabar apabila datang ujian-ujian kepadanya lalu menangis dan mengeluh kepada orang lain. Tanda bahwa ujian itu dimaksudkan sebagai pembersih dan pembuang kelemahan ialah sabar dengan baik, tanpa mengeluh dan menunjukkan kesusahannya kepada orang lain, dan tanpa berkeberatan untuk melaksanakan perintah Allah. Sedangkan tanda bahwa ujian itu ditujukan untuk meninggikan derajat si hamba yang menerima ujian itu adalah adanya kerelaan dan kesukaan hati serta kedamaian terhadap perbuatan Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam, dan dirinya sendiripun hilang dalam ujian itu, sampai masa ujian itu berakhir.

SYEIKH ABDUL QODIR AL-JILANI


Rahsia di Balik Sabar dan Shalat

Mass Forum Umat Islam (FUI) sedang melaksanakan shalat berjamaah di sela-sela aksinya
Allah Swt berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun’. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al Baqarah 153 – 154)

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa setelah Allah Swt menjelaskan tentang bersyukur, Alah Swt mensyariatkan tentang sabar dan petunjuk serta minta pertolongan dengan sabar dan shalat. Sebab seorang hamba hanya mengalami dua kemungkinan, mendapat nikmat yang membuatnya bersyukur atau mendapatkan perkara yang sebaliknya (nikmat) yang membuatnya bersabar.

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda : “Sungguh menakjubkan seorang mukmin itu, jika mendapatkan perkara yang menyenangkan, dia bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Jika dia ditimpa perkara yang tidak menyenangkan, dia bersabar dan bersabar itu baik baginya”

Musibah adalah Ujian


Kemudian Allah menyebut jenis-jenis ujian yang akan menimpa manusia sebagai ujian dalam menjalankan Islam dan mengemban dakwah serta menjelaskan janjiNya kepada orang-orang yang sabar dan tetap teguh dalam memperjuangkan kebenaran dan mengembalikan segala musibah dengan mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun’

Jenis-jenis ujian yang disebutkan oleh Allah serta dijanjikan kebaikan bagi orang yang lulus ujian adalah sebagai berikut. Pertama, terbunuh dalam jihad fisabilillah. Yaitu terbunuhnya seseorang yang sedang memerangi musuh-musuh Allah dalam rangka menegakkan kalimatNya. Dengan catatan orang itu mati dalam keadaan maju menyerang, bukan lari ke belakang, dan tetap tegar di medan peperangan.

Orang yang meninggal seperti itu akan hidup disisi Allah sekalipun tidak dirasakan oleh manusia yang hidup, karena kehidupan baru itu sifatnya ghaib bagi manusia. Namun kehidupan baru itu merupakan kehidupan yang baik dan suci. Dalam sebuah hadits dikatakan “Siapa yang berperang menegakkan kalimat Allah maju ke depan dan tidak lari ke belakang, maka itulah jihad fisabilillah”

Kedua, ujian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, teman, jiwa dan buah-buahan. Yaitu ujian dengan bermacam-macam jenisnya. Apapun jenis ujian itu yang menimpa seorang muslim maka ia adalah ujian. Ketakutan, tidak aman, kemiskinan dan kelaparan, berkurangnya harta karena rugi, berkurangnya jiwa atau personil lantaran sakit atau wafat, berkurangnya buah-buahan lantaran paceklik. Allah menyebut dengan lafazh ‘bi syai’in’ artinya apapun keadaannya musibah itu, kecil atau besar, ringan atau berat, maka itu tetap merupakan ujian dan bersabar atasnya pahala besar. Diriwayatkan bahwa tatkala mati lampu Nabi Saw mengucapkan ‘Inna lillaahi’ lalu beliau bersabda: “Segala sesuatu yang menyakiti seorang mukmin maka itu merupakan musibah dan ia berhak atas pahala”

Menurut Imam Al Qurtubi, ujian atau bala’ itu ada yang baik maupun yang buruk. Ayat ini berarti bahwa Allah Swt menguji kaum muslimin agar Dia mengetahui siapa mujahid dan yang sabar. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ujian Allah itu terkadang sesuatu yang menyenangkan dan terkadang sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti rasa takut dan lapar.

Kiat Menghadapi Ujian

Allah Swt meminta kita untuk minta tolong dengan sabar dan shalat dalam rangka menjalankan Islam dan mengemban dakwah kepadanya, dan teguh mempertahankan kebenaran dalam perjuangan. Diriwayatkan dalam hadits shahih bahwasanya Rasulullah Saw apabila dia memperhatikan perkara yang penting, beliau Saw minta tolong dengan shalat.

Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda: “Ada tiga hal yang kusukai dari dunia kalian, yaitu rizki yang baik, wanita dan aku jadikan sedapkan mataku (‘qurrata ‘aini) dalam shalat”

Shalat memberikan energi yang kuat kepada seorang mukmin dalam menghadapi kedzaliman dan orang-orang yang zalim. Juga memberikan tekad yang bulat dalam mempertahankan kebenaran, memberikan ketegaran, keyakinan yang kuat dan tidak mudah tergoyahkan.

Sabar yang disebut sebelum shalat dalam ayat di atas, adalah untuk menonjolkan urgensi dari sabar. Shalat merupakan hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya, sedangkan sabar merupakan hubungan antara seseorang hamba dengan Rabb-nya, dirinya dan sesama manusia. Dan sabar merupakan ukuran dari ketegaran tatkala menghadapi kesulitan dan berbagai musibah.

Allah menjelaskan bahwasanya seorang muslim tatkala bersabar atas ujian dan mengembalikan perkara itu kepada Allah dan mengucapkan ‘Inna lillaahi wa inna ilaihi rojiuun’ (ayat 156) maka akan mendapatkan pahala yang besar. Bukan hanya itu, bahkan di duniapun mereka mendapatkan kebaikan yang banyak!

Menurut Imam Ibnu Katsir, mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummu Salamah bahwa dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:

‘Tidaklah salah seorang hamba ditimpa musibah lalu mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi rajiuun, lalu mengatakan ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya, melainkan niscaya Allah Swt akan memberikan pahala kepadanya dalam musibahnya itu dan memberikan ganti kepadanya yang lebih baik”

Ummu Salamah berkata: Tatkala Abu Salamah wafat akan mengucapkan apa yang diperintahkan Rasulullah kepadaku dan Allah menggantikan untukku yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah Saw.

Presepsi yang Salah

Sebagian masyarakat menyangka bahwa seseorang yang mementingkan keselamatan dirinya sendiri lalu dia uzlah meninggalkan masyarakat, serta membiarkan kemungkaran dan sepak terjang orang-orang yang mungkar, dan melihat keharaman dan kemaksiatan merajalela, batas-batas hukum Allah terlanggar dan jihad ditinggalkan lalu dia tidak membendungnya tetapi malah menjauhinya serta meninggalkan aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar, sebagian masyarakat menganggapnya bahwa hal itu adalah sabar.

Sesungguhnya yang demikian itu bukanlah sabar yang Allah janjikan pahala bagi pelakunya dengan jannatun na’im. Bahkan hal ini merupakan kelemahan yang Rasulullah sendiri berlindung darinya. Beliau berdo’a “Aku berlindung kepada Allah dari kelemahan, kemalasan, kepengecutan, kebakhilan, kebingunan, kesedihan, lilitan hutang dan penindasan orang” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sesunguhnya sabar adalah anda berkata atau melakukan tindakan yang benar lalu anda memikul beban derita di jalan Allah akibat berkata dan bertindak benar itu, tanpa anda menyimpang, melemah, dan melunak alias menyerah. Sesungguhnya sabar adalah sesuatu yang diletakkan oleh Allah berurutan dengan taqwa.   

Sesungguhnya sabar adalah sifat yang dilekatkan oleh Allah kepada para mujahidin. Dia berfirman : “Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yan bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imron 146).

Sesungguhnya sabar atas ujian atau qadha, membuat orang menjadi tegar, bukan menjadi goyah, serta membuat orang berpegang teguh kepada Al Qur’an, bukan malah menjauhinya. Dan sabar itulah yang menambah seseorang menjadi dekat kepada Allah, bukan malah menjauh. Allah berfirman: “Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim’” (QS. Al Anbiya’ 87).

Jadi sabar adalah bahwasanya anda beramar ma’ruf nahi mungkar, dan anda tidak lemah dalam menghadapi bahaya dalam perjuangan di jalan Allah. Jadi sabar adalah anda menjadi seorang prajurit dalam pasukan kaum muslimin yang sedang memerangi musuh-musuh Allah Swt.

Jadi sabar adalah anda benar-benar menjawab seruan Allah, dalam firmanNya: “Kamu sunguh-sunguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” (QS. Ali Imron 186).

4 Tingkatan Manusia Dalam Menghadapi Ujian/Musibah & Jenis-Jenis Sabar




A. Manusia terbagi menjadi 4 tingkatan dalam menghadapi ujian atau musibah.

1. Tingkatan Pertama : Mengeluh , Kesal dan Marah

Ini terbagi kepada beberapa macam:


Terjadi di dalam hati, misalnya jengkel terhadap Tuhan karena taqdir buruk menimpanya. Ini dilarang dalam Islam, terkadang malah bisa menjerumuskan kepada kekufuran. Allah Ta’ala berfirman: "Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keaadaan itu, dan jika ditimpa suatu bencana berbaliklah ia ke belakang. Ia rugi dunia dan akhirat" [QS.Al-Hajj : 11]
Dengan lidah, misalnya putus asa, meminta celaka atau berdoa keburukan yang lainnya.
Dengan anggota tubuh , melampiaskan dengan melukai tubuh sendiri/orang lain.

Semua ini dilarang karena bertentangan dengan sabar yang merupakan kewajiban setiap muslim.

2. Tingkatan Kedua : Bersabar

Seperti diucapkan oleh seorang penyair "sabar seperti namanya, pahit rasanya tetapi lebih manis hasilnya dari pada madu" Maka orang ini akan melihat bahwa suatu musibah itu berat, namun ia tetap menjaga imannya sehingga tidak marah-marah, meski ia berpandangan bahwa adanya musibah itu dan ketiadaannya tidaklah sama. Ini hukumnya wajib karena Allah Ta’ala memerintahkan untuk bersabar.
Dia berfirman : "Bersabarlah kalian, sesunguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar" [ QS.Al-Anfa : 46]

3. Tingkatan Ketiga: Ridha, dalam arti Ikhlas

Yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya. Ia pun tidak merasa berat memikulnya.
Perbedaan tingkatan tiga ini dengan tingkatan sebelumnya nampak jelas karena adanya musibah dan tidak adanya sama saja dalam tingkatan ridha. Adapun pada tingkatan sebelumnya, jika ada musibah dia merasakan berat, namun ia tetap bersabar.

4. Tingkatan Keempat : Bersyukur

Ini merupakan tingkatan yang paling tinggi. Di sini seseorang bersyukur atas ujian/musibah yang menimpanya karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya, bahkan dapat menambah pahala kebaikannya.
Lalu mereka menghadap Rabbnya sedangkan dosa-dosa mereka telah berguguran, dan derajat keimanan yang semakin baik.
Dari Abu Hurairah katanya, Rasulullah SAW bersabda,
" Ujian akan terus menimpa seorang mukmin; laki-laki dan perempuan, menimpa dirinya, anaknya, dan hartanya, sehingga ia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa." [at-Tirmidzi]

B. Sabar dalam Islam itu terbagi menjadi tiga bagian :

 

1. Bersabar Dalam Menghadapi Musibah







Sahabat Khutbah Jum’at kemarin di masjid Nurul Huda Bernah, Kotabumi, Lampung. Menceritakan tentang pandangan Islam Tentang Sabar. banyak Ilmu yang saya dapat tentang sabar. Sahabat, ternyata Sabar dalam Islam itu terbagi menjadi tiga bagian, dalam kesempatan kali ini saya akan mencertakan tentang bagian pertama sabar, yaitu sabar ketika menghadapi suatu musibah atau cobaan.

Setiap cobaan yang diberikan Allah merupakan bentuk cinta kasih Allah kepada hamba-Nya. Setiap cobaan yang datang kepada kita membuka pintu pahala bagi kita. Dan dengan sabar menghadapi setiap cobaan yang datang maka kita akan dengan mudah memperoleh pahala yang telah dijanjikan Allah. Namun bila kita tidak bisa sabar maka yang kita peroleh hanyalah cobaan tersebut tanpa ada pahala yang menyertainya. Hendaklah kita selalu ingat bahwa Allah Maha Mengetahui akan kemampuan setiap makhluk-Nya. Untuk itu Allah tidak akan memberi cobaan kepada seseorang di luar kemampuan orang tersebut. Orang yang cerdas akan selalu berjiwa besar, berpikiran lapang, berjiwa tenang dan tahan menerima cobaan. Mereka terus berusaha dan berpasrah diri pada Allah. Allah berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menghadapi musibah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya seratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara Arasy dan bumi. Allah berjanji akan memberikan jalan keluar bagi orang yang sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini Allah swt. berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ

Artinya: “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. ath-Thalaq: 2-3).

Maksudnya, segala ujian dan cobaan dalam hidup akan berakhir dengan mendapatkan hasil yang terbaik bagi seseorang yang memiliki kesabaran, dan ketakwaan yang teguh kepada Allah.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT pun Berfirman :

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,’Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).

dan tak lupa hadist Rasulullah SAW.
“Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang tertimpa musibah lalu menyatakan apa yang Allah perintahkan, ‘Innaa lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un Allahumma’ Jurni fi mushibatie wa Akhlif li Khairan minha.’ Kecuali Allah gantikan baginya yang lebih baik.” (HR. Muslim).

Mudah-mudahan kita dapat mendapatkan tingkatan tertinggi dari tingkatan sabar dan paling tidak kita masih ditetapkan sebagai orang yang sabar.


2. Bersabar Dalam Menjalani Perintah-Perintah Allah)


Sahabat kita lanjut lagi materi khutbah jum’at di Masjid Nurul Huda kemarin, tadi siang kita sudah bahas tentang “Sabar Dalam Menghadapi Musibah”. Sabar yang kedua ini tak kalah pentingnya dengan sabar yang pertama, yaitu sabar dalam menjalani perintah-perintah Allah SWT.  Sebagai orang Islam kita memang mempunyai kewajiban menjalankan perintah-perintah Allah. Kita harus sadar bahwa di dalam setiap kewajiban-kewajiban yang dibebankan Allah kepada hamba-hamba-Nya terdapat hikmah yang baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain. Oleh karena itu, jika kita menjalankan segala apapun perintah-perintah Allah dengan sabar maka kita dapat merasakan nikmat sabar itu sendiri dan setiap ibadah yang kita lakukan akan terasa lebih indah. Allah juga berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya tiga ratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara langit dan bumi. Sabar dan taat dalam menjalankan perintah Allah terdapat dalam firman-Nya:

اِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ اِنَّهُ اَوَّابٌ
Artinya: “Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar, dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44




3. Bersabar Dalam Menjauhi Maksiat


kita lanjutin yuk Materi Khutbah jum’at di masjid Nurul Huda Bernah kemarin, Tadi siang saya telah membagi tentang apa yang saya dapat di materi khutbah kemarin yang berisi tentang sabar dalam menghadapi musibah, tadi sore berupa lanjutannya yaitu tentang sabar dalam menjaankan perintah-perintah Allah SWT. Nah, sekarang ini adalah materi terakhir tentang sabar, yaitu sabar dalam menjauhi maksiat.

Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah. Akan tetapi jika kita menjauhi hal-hal yang dilarang Allah dengan berat hati maka hal tersebut hanya akan menjadi beban bagi diri kita. Kita seharusnya juga sadar bahwa hal apapun yang dilarang Allah pasti hal tersebut membawa akibat buruk bagi kita jika tidak menjauhinya. Allah juga berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menjauhi dan meninggalkan larangan Allah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya enam ratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara langit ketujuh (langit yang tertinggi) dan bumi yang ketujuh (bumi yang terbawah). Dalam firman-Nya disebutkan:
“Jika kamu bersabar dan bertakwa maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. ali-Imran: 186).
Allah swt. juga memberi tahu kita agar berhati-hati dan tetap bertakwa menanamkan kesabaran dalam hati di saat menghadapi cobaan karena cobaan yang diberikan Allah bukan hanya berupa musibah, harta yang dimiliki juga merupakan cobaan. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:
 “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik.” (QS. ali-Imran: 186).
Dari ketiga macam sabar yang telah diuraikan hari ini, yang saya kutip dari hutbah jum’at kemarin di Masjid Nurul Huda dan sudah saya tambahkan materinya dengan search google :-D, yang paling dikenal dalam lingkungan kita sehari-hari adalah sabar dalam menghadapi cobaan (musibah).
Untuk itu, sahabat, marilah kita membiasakan diri untuk berbuat baik, membuang jauh-jauh sifat yang hina dan tercela. Mari kita menghiasi pribadi kita dengan watak kemanusiaan yang sempurna, dengan amal perbuatan yang berguna dan bertindaklah dengan sikap ksatria. Semuanya itu dapat kita lakukan jika kita selalu dekat dan memohon petunjuk dari Allah swt. karena hidayah Allah itu akan mendorong diri untuk bermental baja, tidak mudah menyerah, sanggup melakukan hal-hal yang positif dan mampu meninggalkan hal-hal yang negatif, serta sabar dalam menghadapi segala musibah. Sebagaimana firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 153).
Tanam dan pupuklah sifat sabar yang ada dalam diri kita karena dengan kesabaran, kebahagiaan hidup akan dapat kita capai. Dan selalu ingatlah kepada Allah karena Allah senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar yang selalu ingat kepada-Nya. Sabar juga akan mengangkat derajat kemanusiaan menuju taraf yang lebih tinggi.
2014@abdkadiralhamid


UJIAN DAN MUSIBAH : ALLAH S.W.T MAHU BERKENALAN DENGAN HAMBA-HAMBA NYA

Setiap manusia, pasti melalui suatu masa yang dikenali dengan MUSIBAH atau masa KESULITAN. Kehidupan seseorang manusia tidak terlepas dari kesusahan, kesulitan, musibah dan sebagainya. Kadang kala, ia menyebabkan seseorang putus-asa dan ada juga yang sampai sanggup untuk membunuh diri dan sebagainya, hasil dari kekecewaan yang menimpa mereka dari kesulitan yang dihadapi oleh mereka dalam kehidupan.
Namun, jika musibah dan kesulitan ditafsirkan dengan tafsiran yang sempurna, ianya tidak akan membuatkan seseorang putus-asa tetapi sebaliknya ia mampu memberi suatu kekuatan baru kepada seseorang, dalam menghadapi hari-hari yang mendatang.
Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud: Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: Kami beriman, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)? Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang sebenar-benarnya beriman dan nyata pula apa yang diketahuiNya tentang orang-orang yang berdusta. (Al-Ankabut: 2-3)
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, didapati bahawa, seseorang yang mengaku beriman, pasti akan diuji oleh Allah s.w.t., sehingga terbukti sama ada seseorang itu benar-benar beriman atau berdusta dalam mengaku beriman.
Dalam kitab-kitab hadis juga, banyak menukilkan tentang hadis-hadis yang menyebutkan tentang ujian Allah s.w.t. terhadap para hamba-Nya.
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Golongan yang paling kuat diuji dengan bala adalah golongan para Nabi, kemudian golongan yang mengikuti mereka dan seterusnya".
Rasulullah s.a.w. juga bersabda: "Sesungguhnya, jika Allah s.w.t. mencintai sesuatu kaum, maka mereka akan diuji. Andainya mereka redha dengan ujian tersebut, maka baginya keredhaan Allah s.w.t.
Jika kita lihat dalam lipatan sejarah, kita dapati bahawa, Rasulullah s.a.w. yang merupakan manusia yang paling dikasihi Allah s.w.t. sendiri, diuji dengan pelbagai ujian, termasuklah dibaling dengan batu, dilempar dengan najis dan kotoran, dan sebagainya. Begitu juga dengan para Nabi yang lain, seperti Nabi Zakaria a.s., Nabi Yahya a.s., Nabi Ayub a.s., dan selain dari mereka.
Persoalannya, apakah rahsia di sebalik ujian-ujian Allah s.w.t. terhadap para kekasih-Nya?
Rahsia Umum di Sebalik Musibah dari Allah s.w.t.
Para sufi dan ahli makrifah telahpun menjelaskan kepada kita, hakikat sebenar di sebalik ujian-ujian dan musibah yang menimpa seseorang muslim.
Secara umumnya, Allah s.w.t. menimpakan bala dan musibah kepada seseorang kerana tiga sebab, sesuai dengan jenis orang yang ditimpa musibah tersebut.
Pertama: Andainya Allah s.w.t. menimpakan musibah dan bala kepada golongan musuh Allah s.w.t., dan golongan yang bersikap sombong dengan Allah s.w.t., dari kalangan orang-orang kafir dan golongan fasiq, maka ia merupakan suatu bentuk azab dan siksaan dari Allah s.w.t. yang dikenakan kepada mereka di dunia lagi.
Kedua: Andainya Allah s.w.t. menurunkan musibah kepada orang-orang mu'min yang kurang beradab di hadapan Allah s.w.t., dengan melakukan pelbagai maksiat, maka ia merupakan peringatan buat mereka supaya mereka kembali kepada Allah s.w.t., dan kembali beradab di hadrat Ilahi s.w.t. dengan mengamalkan segala suruhan dan meninggalkan segala larangan-Nya. Ia merupakan suatu kenikmatan dalam kesulitan.
Ketiga: Andainya Allah s.w.t. memberi musibah kepada golongan khawas (orang-orang soleh) atau golongan khawasul-khawas di kalangan hamba-Nya, yang sentiasa menjaga adab dengan Allah s.w.t., maka musibah tersebut merupakan pintu-pintu untuk meningkatkan darjat mereka di sisi Allah s.w.t., dengan kesabaran mereka.
Ujian dan Musibah dalam Kaca Mata Sufi
Adapun para sufi menegaskan bahawa, ujian dan musibah merupakan suatu "ta'aruf" atau perkenalan dari Allah s.w.t., di mana setiap kali Allah s.w.t. menguji seseorang hamba tersebut, bererti Dia memperkenalkan diri-Nya kepada para hamba-Nya disamping menilai bagaimana hamba tersebut memperkenalkan dirinya kepada-Nya.
Ujian dari Allah s.w.t. ada dua jenis iaitu:
Pertama: Ujian berbentuk Musibah. Ujian ini merupakan suatu bentuk kesusahan yang ditimpakan ke atas manusia seperti kematian, kehilangan, kemiskinan, kesakitan dan sebagianya.
Dalam bentuk ujian ini, Allah s.w.t. memperkenalkan diri-Nya dengan sifat-sifat jalal-Nya (sifat-sifat keagungan-Nya) di mana pada ketika itu, hamba-hamba-Nya akan mendapati bahawa, Allah s.w.t. Maha Berkuasa dan hanya kepada Allahlah, tempat mengadu segala masalah, kerana hanya Dialah yang Maha Membantu dan sebaik-baik Penolong.
Dalam kondisi ini, seseorang hamba yang jujur dalam Ubudiyahnya (pengabdiannya) akan memperkenalkan dirinya kepada Allah s.w.t., sebagai seorang hamba-Nya yang sabar. Maka, ketika diuji dengan musibah, seseorang hamba dapat meningkatkan darjatnya di sisi Allah s.w.t. dengan kesabarannya, di mana setiap kali dia sabar dalam ujian, maka setingkat demi setingkat darjatnya semakin meningkat di sisi Allah s.w.t., di samping mendapat keredhaan Allah s.w.t. dengan izin-Nya..
Di samping itu juga, seseorang hamba yang diuji dengan musibah, perlu redho dengan setiap suratan dan ketentuan Allah s.w.t., yang menimpanya, dan sebagai balasan, Allah s.w.t. juga akan meredhai hamba-Nya yang redha dengan ketetapan-Nya, dengan izin Allah s.w.t..
Hamba yang diuji dengan musibah juga perlulah sentiasa merenung diri sendiri, dan bermuhasabah, kerana boleh jadi, musibah tersebut merupakan natijah dari dosa-dosa dan maksiat yang dikerjakannya, di samping bertaubat dari sebarang kesilapan dan dosa. Inilah adab seseorang hamba yang sentiasa merendahkan dirinya di hadapan Allah s.w.t.
Kedua: Ujian berbentuk Kesenangan. Allah s.w.t. juga turut menguji para hamba-Nya dengan nikmat kesenangan, seperti kekayaan, banyak zuriat, kedudukan, dan sebagainya.
Dalam ujian berbentuk kesenangan tersebut, Allah s.w.t. memperkenalkan diri-Nya kepada hama-hamba-Nya yang mendapat kesenangan tersebut, dengan sifat-sifat Jamal-Nya (sifat-sifat kecantikkan dan keindahan-Nya), di mana hamba-hamba-Nya akan dapati pada kondisi tersebut, bahawa mereka mempunyai Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
Adapun hamba-hamba yang menerima kesenangan pula, hendaklah baginya memperkenalkan diri mereka sebagai hamba-hamba yang bersyukur, kerana dalam keadaan kesenangan, kesyukuran merupakan pintu-pintu untuk meningkatkan darjatnya di sisi Allah s.w.t.. Mereka hendaklah sentiasa mengingati bahawa, setiap nikmat tersebut datang dari Allah s.w.t., dan tidak lupa diri, dengan menyangka bahawa, merekalah sebenarnya yang menyebabkan kesenangan tersebut, kerana ia merupakan sikap biadab di hadapan Allah s.w.t.
Hamba-hamba yang dianugerahkan nikmat hendaklah berterima kasih kepada Allah s.w.t., di samping tidak merasa bangga dengan apa yang diterimanya. Mereka juga perlulah mengingatkan diri mereka, bahawa, boleh jadi nikmat yang Allah s.w.t. berikan kepada mereka merupakan suatu istidraj (tipu daya yang menyebabkan seseorang lebih jauh dari Allah s.w.t.) supaya mereka sentiasa meminta ampun dari Allah s.w.t. dan bersikap merendah diri di hadapan Allah s.w.t.
Apabila seseorang hamba itu berterima kasih, maka Allah s.w.t. akan meningkatkan darjat dan kedudukannya di sisi-Nya, di samping menambahkan lagi kenikmatan-kenikmatan yang telahpun diperolehinya.
Kesimpulannya, seluruh yang berlaku dalam kehidupan manusia merupakan ujian dari Allah s.w.t., samada dalam bentuk kesenangan atau dalam bentuk musibah. Apa yang penting, seseorang hamba yang memahami rahsia di sebalik ujian tersebut, maka dia perlulah sentiasa beradab dengan Allah s.w.t., sama ada di waktu susah atau senang, dengan kesabaran dan kesyukuran, kerana ianya merupakan pintu-pintu untuk meningkatkan darjat seseorang hamba di sisi Allah s.w.t.

Kamis, 19 Maret 2009


COBAAN (UJIAN), PERINGATAN, ATAU AZAB?


Bila kita melihat judul diatas kita mungkin bertanya-tanya dalam hati kita apa perbedaan COBAAN (UJIAN), PERINGATAN, dan AZAB?
Para Ulama membedakan ketiga istilah diatas berasarkan tingkat keimanan dan amal perbuatan seseorang.

1. Cobaan ( ujian )

Cobaan atau ujian adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang yang tingkat keimananannya sudah tinggi atau seseorang yang tingkatan keimanannya bertambah ke tingkat yang lebih tinggi. Tujuannya adalah untuk menguji sejauh mana tangguhnya atau kuatnya iman orang tersebut. Makin tinggi tingkat keimanan seseorang maka makin besar atau makin kuat pula cobaannya. Ibarat pohon makin tinggi pohon tersebut maka makin kencang angin yang bertiup karena tidak ada lagi yang menghalanginya. I barat sekolah makin tinggi kelas atau level maka soalnya akan semakin sulit.

Untuk level keimanan seseorang maka kemampuan syetan yang menggodanya juga sesuai dengan level tersebut atau satu tingkat lebih tinggi.

• Bila tingkat keimanan seseorang levelnya SD maka syetan yang menggodanya tingkatan SMP.
• Bila tingkat keimanan seseorang levelnya SMP maka syetan yang menggodanya tingkatan SMA.
• Bila tingkat keimanan seseorang levelnya SMA maka syetan yang menggodanya tingkatan S1.
• Bila tingkat keimanan seseorang levelnya S1 maka syetan yang menggodanya tingkatan S2.
• Dan seterusnya

Pada hakekatnya ujian yang diberikan Alloh kepada kita adalah semata-mata untuk mengetahui siapa yang benar-benar tulus imannya kepada Alloh, dan siapa yang kurang tulus imannya kepada Alloh. Alloh hendak mengetahui siapa yang imannya emas dan siapa yang imannya perak, dst.

Al Ankabut : 2

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
Al Baqoroh : 214

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu ( cobaan )sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Cobaan yang diberikan Alloh kepada orang yang beriman minimal ada 5 macam, seperti yang dijelaskan Alloh dalam QS. Al-Baqoroh ayat 155-157

155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].
157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.


Mari kita analisis ayat-ayat diatas. Lima jenis cobaan yang dijelaskan oleh Alloh dalam Surat Al Baqoroh ayat 155 itu adalah:

1. Sedikit ketakutan

Begitulah Alloh menjelaskan kepada kita, bahwa di dunia ini kita hanya diuji dengan sedikit saja ketakutan. Takut miskin, takut tidak punya jabatan, takut tidak lulus ujian, takut dengan orang jahat, takut dipecat, takut ada gempa, takut mati dan lain sebagainya.

Rasa takut yang timbul pada diri kita didunia membuat akal sehat kita tidak bisa bekerja dengan baik. Akibatnya timbul rasa rendah diri, tidak dapat bekerja dengan baik, tidak dapat berfikir secara rasional, mati rasa atau rasio, dan sebagainya.

Kenapa Alloh menjelaskan hanya sedikit ketakutan didunia ini ?

Karena Alloh hendak menjelaskan kepada kita bahwa di akhirat ada rasa takut yang sebenarnya, rasa takut yang luar biasa yaitu azab akhirat. Azab akhirat ada dua jenis bisa berupa azab qubur dan berupa azab neraka.

Alam qubur bisa merupakan pintu syurga bagi orang-orang yang beriman tapi juga bisa merupakan salah satu dari pintu neraka bagi orang-orang yang tidak beriman.

“ Keluar bersama mayyit itu tiga hal, hartanya, keluarganya dan amalannya. Kembali dua hal, hartanya dan keluarganya. Yang kekal adalah amalannya” AL HAdist.

Bagi orang yang beriman alam kubur merupakan pintu syurga karena di alam qubur akan mendapat kenikmatan yang disebut dengan nikmat qubur. Tapi bagi orang yang tidak beriman alam qubur merupakan pintu neraka karena disinilah dimulainya siksa sampai tiba hari kiamat yang disebut dengan siksa qubur.

Takut akan azab neraka membuat kita serius menjalankan perintah Alloh dengan cara yang diridhoinya. Tapi janganlah kita beribadah karena takut neraka atau menginginkan syurga, tapi kita beribadah hendaklah semata mata hanya untuk mencari Ridho Alloh.

Rabiah Al Adawiyyah seorang ahli sufi pernah membuat puisi cintanya :

jika aku menyembahMu
karna ku takut nerakaMu
bakarlah aku kedalamnya
jika aku menyambahMu
karna mengharap surgaMu
singkirkan aku darinya
jika aku menyambahMu
karna cinta padaMu
jangan palingkan wajahMu dariku


Al-Anbiya 48 - 49

48. Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

49. (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.



Alahzab 39

39. (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.


1. Kelaparan

Kelaparan juga merupakan ujian dari Alloh buat orang-orang yang beriman. Karena kelaparan orang bisa melakukan apa saja atau melakukan kejahatan apa saja untuk bertahan hidup.
Orang yang sedang lapar akal sehatnya juga tidak jalan, karena kebutuhan perut tidak bisa di tunda-tunda.
Tapi kelaparan bukan hanya urusan pribadi seseorang atau masyarakat. Masalah kebutuhan hidup harusnya menjadi jaminan umara’. Yang kita lihat sekarang di Negara kita, banyak rakyat yang kelaparan di aerah yang tanahnya subur.
Penyebabnya adalah karena sistem pengolahan tanah yang masih menggunakan cara tradisional. Disamping itu masyarakat kita hanya bergantung pada satu makanan pokok yaitu beras.

2. Kekurangan harta

Di dunia ini orang-orang senantiasa berlomba-lomba mengumpulkan harta. Mereka beranggapan bahwa banyaknya harta yang dimiliki merupakan ukuran status sosial seseorang. Sehingga banyak orang yang berusaha mengumpulkan harta dengan segala cara. Mereka melakukan dengan berbagai macam cara tanpa memperhitung halal atau haram. Mereka mengumpulkan harta dengan cara 4H, halal, haram, hamtam, habis. Akhirnya banyak orang yang menipu, korupsi, merampok, menjamret dan sebagainya untuk memperoleh harta. Mereka takut kekurangan harta.

Al Anfal :8

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”


3.Kekurangan jiwa

Cobaan iman lain dari Alloh untuk orang beriman adalah kekurangan jiwa. Maksudnya adalah sakit, kematian, stress, cacat, gila dan lain-lain.
Banyak orang yang mengeluh karena diberi ujian sakit oleh Alloh. Padahal kalau akal sehatnya jalan tidak akan mengeluh. Karena sehatnya jauh lebih lama dari sakit. Misalnya dalam satu tahun sakit satu minggu maka sehatnya 52 minggu.

4.Kekurangan buah-buahan

Termasuk kekurangan buah-buahan adalah kekurangan makanan pokok, kekurangan pangan, kekurangan beras, kekurangan gandum, dan lain-lain. Gagal panen, terserang hama, dan mungkin juga karena tidak ada pupuk atau pupuk mahal untuk buah-buahan adalah ujian ari Alloh SWT.

2. Peringatan

Peringatan diberikan oleh Alloh kepada orang-orang yang lemah imannya. Misalnya orang yang shalatnya jarang-jarang, puasa Romadhon jarang-jarang bila ditimpa musibah atau sakit itu merupakan peringatan dari Alloh agar dia mendirikan shalat dengan benar dan melakukan shaum romadhon dengan benar.

Sikap orang yang lemah imannya dalam menghadapi cobaan

Al Ankabut :10

“Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?”

3. Azab.

Azab disediakan bagi orang-orang yang ingkar kepada Alloh atau orang-orang yang tidak beriman an sombong kepada Alloh. Orang-orang yang enggan beribadah kepada Alloh dan senantiasa melanggar aturan-aturan Alloh. Juga azab itu disediakan bagi orang kafir kepada Alloh.

Al-Bayyinah : 6

“ Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Ali Imran 12

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya".

Az-Zumar : 71

“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab: "Benar (telah datang)". Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.”

Al-Baqoroh :206

“Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.”
Mudah-mudahan bermanfaat!

Tiada ulasan: