HATI JADI MATI JIKA 40 HARI TIDAK MENUNTUT ILMU ISLAM DAN 3 HARI HATI JADI SAKIT...KERANA IA MAKANAN HATI...HEBAH2KAN GAN KAWAN2 BLOG NI..TK KERANA SERING MELAYARI BLOG INI. رَبِّيْ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ
Tuhanku (Allah) lapangkanlah dadaku dan permudahkanlah urusanku.. amin...سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُلاحول ولا قوّة إلاّ باللّه العظيم....
وَالـــــسَّلاَمُ عَلَيْكُـــمْ وَرَحْمَـــة ُاللهِ وَبَرَكَاتُـــهُ
Jumaat, 26 Jun 2015
BILA SABAR ITU HILANG...UJIAN SABAR ITU GAGAL...MAKA MUNGKIN ADA YANG TERKORBAN ATAU MUNGKIN ADA YANG MENYESAL
Allah Membersamai Orang yang Sabar
Hai temans, hanya ingin share hasil diskusi dan kajian kecil-kecilan, sederhana, dan apa adanya di Grup WhatsApp Muhajirin-Anshar 2 ya, semoga bermanfaat. :)
Ini adalah materi yang disampaikan oleh Ustadz Arsal, akan kami bagi
menjadi beberapa bagian ya. Materi yang diberikan adalah tentang “Sabar dan Tidak Mengeluh” ————————————————–
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa kebersamaan Allah pada orang-orang yang
sabar bukanlah kebersamaan yang umum, tapi kebersamaan yang khusus.
Maksudnya, Allah membersamai orang-orang yang sabar dengan tiga cara:
Allah Menjaganya
Allah Melindunginya
Allah Menolongnya
Kita sering dengar perkataan, “Allah bersama orang-orang yang sabar” Ini dia ayatnya: وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ …dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.“ (Q.S. Al Anfal: 46). 1. Allah Menjaganya Jika ada rencana jahat yang
dibuat untuk menjatuhkan/menyelakakan seseorang, maka Allah akan
hancurkan/gagalkan sebelum rencana itu dijalankan. Hal ini mirip dengan
berantakannya rencana yang dibuat antara orang Kafir Quraisy dengan Bani
Quraidhah di Madinah. Sebelum rencana itu terwujud, saat perang
Khandak. Begitulah cara Allah menjaga hamba-Nya. 2. Allah MelindunginyaJika rencana jahat sudah
dibuat dan kemudian rencana itu dapat dijalankan maka pada saat itu
Allah tidak sedang menjaga tapi Dia akan melindungi dengan cara rencana
jahat itu takkan bisa menyentuh/mengenai apalagi mencelakai orang
tersebut. Mirip sekali dengan peristiwa pengepungan rumah Rasulullah
oleh pemuda-pemuda Kafir Mekkah di malam hijrah. Sehingga Allah katakan:
وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ "Dan
Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding
(pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat
melihat.” (Q.S. Yasin: 9)
Sehingga walaupun Rasul dan Abu Bakar lewat di hadapan, tapi mereka
tak melihatnya hingga Rasulullah dan Abu Bakar selamat. Begitulah cara
Allah melindungi hamba-Nya. 3. Allah MenolongnyaKetika rencana jahat sudah
dibuat kemudian dijalankan dan mengenai orang yang ingin dijahati
tersebut, itu berarti Allah tidak sedang ingin menjaga dan
melindunginya, tapi ingin menolongnya dengan cara menurunkan
“tentara-Nya” untuk membantu menghadapi, menghancurkan dan mengalahkan
kejahatan itu. Mirip sekali dengan peristiwa perang Uhud fase kedua, di
saat kaum muslimin saling terpisah, berlari dari musuh, saat itu
Rasulullah dalam keadaan terkepung bersama Thalhah dan 10 orang Anshor.
Hingga 10 orang Anshor terbunuh dan Thalhah pingsan karena terlalu
banyak darah yang keluar dari luka-lukanya. Tinggallah Rasul sendiri
dalam keadaan terluka dan kaki terperosok, sementara orang kafir yang
mengepungnya begitu bernafsu membunuhnya. Tapi detik itu juga Allah
perintahkan Jibril as dan Mikail as untuk turun ke bumi menjelma jadi 2
orang pasukan yang menghadapi dan membunuh semua orang yang mengepung
dan siap membunuh Rasul SAW, dalam sekejap. Begitulah cara Allah
menolong hambaNya. Begitulah cara Allah membersamai orang-orang yang
sabar.
Sekian sharingnya, semoga bermanfaat :)
Makna Sabar
Sabar secara bahasa berarti menahan/ mencegah diri. Sedangkan secara
istilah syar’i sabar berarti menahan diri untuk tetap dalam ketaatan
kepada Allah, menahan diri dari maksiat, menahan diri dari marah kepada
takdir Allah, baik itu dengan lisan, hati maupun anggota badan. (Syarah Aqidah washitiyah hal 262, Muhammad bin Shalih ‘Utsaimin).
Secara berurutan, sabar yang paling utama adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah ta’ala,
kemudian kesabaran dalam menjauhi maksiat, dan tingkatan ketiga adalah
sabar dalam menghadapi musibah. Dalam melakukan maksiat dan ketaatan,
seseorang bisa memilih, apakah dia mau melanjutkan untuk taat dan
meninggalkan maksiat, ataukah menyimpang dari jalur ketaatan. Berbeda
dengan sabar terhadap takdir Allah, seseorang tidak dapat memilih,
sehingga baik dia sabar maupun tidak sabar, dia tetap mendapatkan
musibah itu, karena sudah merupakan ketetapan Allah.
Imam Ahmad berkata “Laki-laki ini dizhalimi oleh penguasa kemudian
dia memberi seruan kepadanya (demonstrasi).” Imam Ahmad berkata, bahwa
yang demikian itu menyelisihi makna kesabaran yang diajarkan oleh nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap penguasa. Jika dia bersabar dia tidak berdemonstrasi.
Dan tidak termasuk di dalam sikap sabar jika seseorang tidak membalas
gangguan orang lain karena dia tidak mampu/ lemah. Seseorang baru
disebut bersabar ketika dia mampu membalas gangguan orang lain tetapi
memilih untuk tidak membalas karena bersabar. Keutamaan Sabar
Sabar merupakan teman setia kemenanganSebagaimana disebutkan dalam hadits ke 19 pada hadits Arba’in An Nawawiyah :
Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas, mengatakan: Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau berpesan, ”Wahai
anakku, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat : Jagalah Allah,
niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan
mendapati Dia di hadapanmu…” (HR. Tirmidzi, ia telah berkata, Hadits ini hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain Tirmidzi: “Hendaklah
kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu.
Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah
akan mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang
semestinya tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa yang
semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah
sesungguhnya petolongan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan
menyertai kesusahan dan kesulitan”.
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alu Syaikh menjelaskan hadits ini,
Pertolongan merupakan sesuatu yang dicari, maka sabar menjadi kunci
untuk mendapatkannya. Karena sabar merupakan tahapan yang wajib dilalui.
Ketika seseorang tertimpa musibah maka dia wajib bersabar karena itu
merupakan perintah Allah kepada setiap orang. Maksud dari perkataan “dia
wajib bersabar”, yaitu ia menahan lisannya dari mengeluh, menahan
hatinya dari marah dan menahan anggota badannya untuk melakukan
kemaksiatan yang dilarang, seperti memukul-mukul pipi, merobek baju saat
tertimpa musibah kematian dan selainnya. Maka dari itu Allah
memerintahkan kita untuk memohon pertolongan dalam setiap perkara dengan
sabar dan shalat sebagaimana firman Allah berikut ini:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (Qs Al Baqarah : 45)
الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ
الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ
– مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ
بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ
يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا [رواه مسلم]
Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy’ari berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ”Suci itu sebagian dari iman, (bacaan) alhamdulillaah memenuhi timbangan, (bacaan) subhaanallaah dan alhamdulillaah
keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu
adalah nur (cahaya), sedekah adalah pembela, sabar adalah sinar, dan
Al-Qur’an menjadi pembelamu atau akan menuntutmu. Setiap manusia
bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat
menyelamatkannya atau mencelakakannya”. (HR. Muslim)
Imam Nawawi dalam menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa:
Sabar merupakan sifat yang terpuji. Yaitu kesabaran untuk ta’at
kepada Allah dan terhadap ujian serta cobaan dunia. Makna dari sabar
adalah sinar, pelakunya senantiasa berada dalam kebenaran.
Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan tentang makna “dhiyaa-un” sebagaimana yang terdapat dalam ayat berikut:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui.” (Qs Yunus : 5)
Yaitu sabar itu seperti halnya cahaya matahari, yang memberikan
penerangan dan energi panas, tidak sebagaimana bulan yang hanya
memberikan penerangan saja.
bersambung insyaallah
Penulis: Ummu Shalihah Nadiyah El Karim
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits Maraji’:
– Syarhu al arba’in an nawawiyah, Daarul Mustaqbal.
– Syarhu Al ‘aqiidatu Al washitiyyah, Daarul ‘aqiidah.
– Shoftware : Salafi db 4.0
– Taisiru Al kariimu Ar rahmaanu, Syaikh Abdurrahman As sa’diy, Daaru Ibnu Hazm
– Rekaman kajian bedah buletin At-tauhid
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs Al Baqarah : 153)
Kebersamaan Allah ada dua macam, yaitu: kebersamaan umum dan khusus.
Kebersamaan umum, maksudnya bahwa Allah bersama para makhluknya baik
yang mukmin, kafir, fasik, maupun musyrik, baik manusia maupun hewan,
tumbuhan dan sebagainya. Kebersamaan umum ini dalam hal ilmu, kehendak,
Allah melihat, Allah mendengar, Allah mengatur mereka dan lain
sebagainya, yang berkaitan dengan sifat rububiyah Allah.
Sedangkan yang dimaksud kebersamaan Allah yang bersifat khusus adalah
pertolongan Allah dan kekuatan yang Allah berikan kepadanya.
Dalam ayat di atas, kebersamaan yang dimaksud adalah kebersamaan
khusus. Bahwa orang–orang yang sabar itu Allah bersamanya, mengawasinya
dan menolong serta menambah kekuatannya.
Dengan memahami hal ini, maka bertambahlah iman kita kepada Allah,
bahwa pengawasan Allah meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatupun
yang dapat luput dari–Nya selamanya. Keimanan yang demikian mewajibkan
bagi kita untuk lebih menyempurnakan kedekatkan diri kepada Allah,
dengan tetap pada ketaatan, menjauhi maksiat, tidak berpaling ketika
Allah memerintahkan kita terhadap sesuatu dan tidak melanggar kepada apa
yang Allah larang. Inilah buah dari keimanan terhadap sifat kebersamaan
Allah.
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (Qs Al Anbiya’ : 85)
Maka sudah selayaknya kita meniru akhlaq mereka, mereka adalah orang –
orang yang dekat dengan Allah dan ayat ini merupakan dalil penguat bagi
para da’iyah ilallah (penyeru agama Allah) untuk menjadikan
sabar sebagai senjatanya dalam menghadapi masyarakat yang didakwahinya.
Sebagaimana nabi Nuh yang berdakwah selama 950 tahun dan hanya mendapat
beberapa pengikut.
Sabar merupakan tahapan terakhir bagi seseorang dalam berislam.
“Demi masa (1), sesungguhnya manusia itu benar – benar dalam
kerugian (2) kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal
sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran “ (Qs Al ‘Asr: 1-3)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan dalam kitab tsalaatsatul ushulnya
: ketahuilah bahwasanya wajib bagi kita untuk berilmu kemudian beramal
dengan ilmu agama yang telah kita ketahui dan kemudian mendakwahkannya
kepada manusia dan yang terakhir bersabar terhadap cobaan yang menimpa
ketika manusia tidak mau menerima dakwah kita atau bahkan menentangnya.
Karena setiap muslim yang berada pada dakwah kepada agama Allah maka
pastinya akan mendapat cobaan dari apa yang ia jalani tersebut.
Sabar merupakan kebaikan bagi seorang mukminDari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, katanya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:“Amat
mengherankan sekali keadaan orang mu’min itu, sesungguhnya semua
keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang
sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk
orang mu’min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup,
iapun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia
ditimpa oleh kesukaran – yakni yang merupakan bencana – iapun bersabar
dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya.”(HR.
Muslim)Mengapa dikatakan bersabar merupakan kebaikan bagi seorang
muslim? Karena Allah memberi ganjaran kepada orang – orang yang bersabar
dan mengampuni dosa – dosa mereka. Sebagaimana yang firman Allah ta’ala
“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan
mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang
besar.” (Qs. Hud: 11)
Sabar itu tidak ada batasnya
Para ulama mengatakan bahwa :الصبر لا يحد
“Sabar itu tidak ada batasnya”, karenanya pahalanya pun tanpa batas.
Dalilnya adalah firman Allah berikut ini :
”Katakanlah: ’Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada
Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.
Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’” (QS. Az-Zumar: 10)
Pahala sabar adalah pahala yang tanpa batas, menurut As Sa’di: yang
dimaksud tanpa batas disini adalah tanpa ada batas akhir / tepi, tidak
dihitung dan tidak diukur. Maka tentu saja kesabaran juga tanpa batas.
Kesalahan sebagian orang menganggap bahwa sabar itu ada batasannya,
maka bantahannya adalah surat Az Zumar tersebut. Namun jika kita
menghadapi seseorang yang mengganggu terus menerus, bisa dianggap itu
adalah orang yang fasik. Maka kita diperintahkan untuk menjauhi mereka
atau berlepas diri dari mereka. Sifat sabar itu diusahakan, tidak datang dengan sendirinya
Dari Abu Said yaitu Sa’ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta – sedekah – kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta
lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di
sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan
tangannya itu beliau bersabda: “Apa saja kebaikan – yakni harta – yang ada di sisiku, maka tidak
sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, karena
sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang
menjaga diri – dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi
rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup
maka akan diberi kekayaan oleh Allah – kaya hati dan jiwa – dan
barangsiapa yang berusaha berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran
oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas kegunaannya – daripada karunia kesabaran itu.” (Muttafaq ‘alaih).
Di dalam hadits ini dikisahkan ada beberapa peminta – minta, dan
sering sekali mereka meminta sedekah kepada Rasulullah. Sampai akhirnya
Rasulullah tidak punya apa – apa. Maka Rasulullah menasehati mereka
untuk meminta kepada Allah kesabaran. Dan beliau mengatakan bahwa
kesabaran adalah pemberian yang paling berguna. Dalam hadits ini pula
diajarkan bagaimana akhlaq terhadap peminta – minta.
Sebagai seorang hamba tentunya kita sangat butuh terhadap sifat sabar
ini, karena dengan sifat tersebut ibadah kita akan semakin sempurna.
Tidaklah kita dapat istiqomah dalam ketaatan kecuali dengan sabar,
tidaklah kita selalu dalam kebenaran kecuali dengan sabar menjauhi
kemaksiatan, tidaklah kita tetap dalam keimanan kecuali dengan sabar
menghadapi takdir.
*** muslimah.or.id
Penulis: Ummu Shalihah Nadiyah El Karim
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits Maraji’:
– Syarhu al arba’in an nawawiyah, Daarul Mustaqbal.
– Syarhu Al ‘aqiidatu Al washitiyyah, Daarul ‘aqiidah.
– Shoftware : Salafi db 4.0
– Taisiru Al kariimu Ar rahmaanu, Syaikh Abdurrahman As sa’diy, Daaru Ibnu Hazm
– Rekaman kajian bedah buletin At-tauhid
Sepuluh Kebaikan Menanti Orang Mukmin Yang Bersifat Sabar
Segala
puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat
junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan
pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Sekiranya
kita diuji dengan fitnah daripada orang yang iri hati diatas kejayaan
kita , diuji dengan kemiskinan, diuji dengan keretakan rumah tangga
hingga berlaku perceraian sebagai suami-isteri, diuji dengan penyakit
dan mendapat kemalangan, diuji dengan kematian insan yang dikasihi atau
diuji dengan kerugiaan dalam perniagaan maka bersabarlah ini semuanya
ada hikmah yang baik untuk diri kita sendiri sedangkan kita tidak
mengetahui hikmah Allah berikan ujian tersebut . Ianya mungkin kafarah
atau penghapusan dosa-dosa kita yang pernah kita lakukan kepada Allah
SWT atau ianya sebagai satu cara Allah SWT ingin meningkatkan iman dan
takwa kita kepada-Nya dan Dia mengasihi kita supaya dapat memasuki
syurga-Nya nanti kerana salah satu jalan seseorang dimasukkan kedalam
syurga kerana adanya kerana sifat sabar semasa di dunia.
Terdapat
sepuluh kebaikan-kebaikan yang akan Allah SWT kurniakan pada
hamba-hamba-Nya yang sabar. Perkara-perkara tersebut adalah seperti
berikut :
Pertama : Di ampunkan dosa untuknya.
Dalam
hadis qudsi berkata Syaddad bin Aus r.a. bahwasanya Nabi SAW.
bersabda maksudnya : “Allah telah berfirman: 'Sekiranya Aku uji salah
seorang hamba-Ku yang mukmin, lalu ia memuji-Ku seraya bersabar atas
(penderitaan) apa yang Aku mengujinya. Maka ia akan bangun dari tempat
pembaringannya, bagaikan anak yang baru dilahirkan oleh ibunya,
bersih dari dosa. Lantas Tuhan akan memerintahkan malaikat Pencatat
Amal: Sesungguhnya Aku telah menahan hamba-Ku ini dan Aku telah
mengujinya, maka kini catatkanlah baginya apa yang kamu selalu
catatkan sebelum itu dari pahala-pahala amalannya.” (Hadis Riwayat
Ahmad)
Sayyidatina Aishah ada berkata, bahawa baginda
Rasulullah SAW ada bersabda yang bermaksud: "Tidak menimpa ke atas
seorang mukmin satu kecelakaan, biarpun duri,ataupun lebih daripada
itu, melainkan Allah akan menggugurkan dengannya satu dosa." (Hadis
riwayat Bukhari dan Muslirn)
Kedua : Allah SWT merasa malu kepadanya semasa di neraca timbangan dan membuka buku catatannya diakhirat.
Berkata Anas ra. bahawasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman:
'Jika
Aku menimpakan suatu mushibah ke atas salah seorang hamba-Ku pada
badannya, atau hartanya, atau anaknya, lalu dia menerima mushibah itu
dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu akan menegakkan
baginya neraca timbangan atau membuka buku catatan amalnya.” (Hadis
riwayat Qudha’i, Dailami, Hakim dan Tirmidzi) - hadis qudsi.
Ketiga : Allah SWT ingin mendengar sendiri ucapan hamba yang diuji-Nya . (mukmin tersebut sentiasa memuji-muji kebesaran Allah SWT dengan dia bersabar dan tidak mengeluh)
Berkata
Abu Umamah ra. bahwasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah
berfirman: 'Wahai malaikat-ku. Pergilah kepada hamba-Ku, dan timpakan
ke atasnya bala'. Maka para malaikat pun menimpakan bala ke atasnya
dan orang itu memuji Allah. Para malaikat lalu kembali mengatakan,
'Wahai Tuhan kami ! Kami telah menimpakan atasnya sebagaimana yang
Engkau perintahkan'. Berfirman Tuhan: 'Kembali semula kepadanya, Aku
ingin mendengar apa katanya'.” (Hadis riwayat Thabarani) - hadis
qudsi.
Keempat : Di bebaskan daripada seksaan api neraka.
Dari
Abu Hurairah ra. bahawasanya ia bersama dengan Rasulullah SAW
menjenguk orang yang sakit kerana demam, lalu Rasulullah SAW. bersabda
maksuanya : “Bergembiralah, kerana Allah telah berfirman: 'Itu adalah
api-Ku, yang Aku kuasakan terhadap hamba-Ku yang mukmin di dunia agar
menduduki (sebagai pengganti) bagian apinya di akhirat'.”
(Hadis riwayat Ibnu Majah) - hadis qudsi.
Kelima : Di berikan kesihatan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Dari
Abu Hurayrah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda maksudnya :
“Berfirman Allah Ta’ala: 'Apabila Aku menimpakan bala ke atas hamba-Ku
yang mukmin, lalu ia bersabar (atas penderitaan itu), tiada ia mengadu
atau mengeluh kepada pengunjung-pengunjungnya, nescaya akan Aku
lepaskan dia dari tahanan-Ku (penderitaan itu), kemudian Aku tukarkan
dagingnya dengan daging yang lebih baik, dan darahnya dengan darah
yang lebih baik, sehingga ia dapat bekerja semula (yakni: setelah
semua dosa dan kesalahan yang lalu Allah ampunkan semuanya)'.”
(Hadis riwayat Hakim)
Keenam : Di berikan ganjaran pahala tanpa batas.
Firman
Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya orang yang bersabar akan
diberikan pahala mereka tanpa hisab (tanpa batas) " (Surah az-Zumar
ayat 10).
Dalam sebuah hadis lain Rasulullah SAW. juga
pernah bersabda yang bermaksud: "Rintihan orang sakit tercatat sebagai
tasbih, kegelisahan dan jeritannya sebagai tahlil, nafasnya seumpama
sedekah, tidurnya sebagai ibadah dan kegelisahannya,daripada
satu,bahagian ke satu bahagian lain adalah bagaikan jihad kerana Allah
SWT dan ditulis baginya sebaik-baik amalan yang pernah dilakukan
semasa sihat."
Ketujuh : Mendapat selawat dan rahmat daripada Allah SWT.
Allah
SWT berfirman maksudnya : "Dan berilah khabar gembira
kepadaorang-orang yang sabar; (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka
ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: 'Sesungguhnya kami
adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.' Mereka
itu ialah orang-orang yang menerima selawat dari Tuhan mereka serta
rahmat-Nya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya."
(Surah al-Baqarah, ayat 155-157).
Kelapan : Mendapat balasan syurga.
Diriwayatkan
daripada Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda
didalam Hadis Qudsi: Allah SWT berfirman yang maksudnya :"Tidak ada
balasan kecuali syurga bagi hambaku yang beriman yang telah Aku ambil
kembali kekasihnya (Aku mematikan seseorang yang disayanginya seperti
anak, adik-beradik dan sesiapa sahaja yang di sayangi oleh seseorang)
dari kalangan penghuni dunia dan dia hanya mengharapkan pahala
daripadaKu (dengan bersabar). "
(Hadis riwayat Bukhari).
Kesembilan : Jaminan mendapat pertolongan Allah SWT.
Firman
Allah S.W.T. maksudnya : "Ya (cukup), jika kamu semua bersabar dan
bertakwa. Dan (seandainya) mereka menyerang kamu semua seketika itu
juga, nescaya Allah akan menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang
memakai tanda." (Surah Ali-Imran ayat 125).
Kesepuluh : Di berikan oleh Allah SWT sifat penyabar.
Sabda
Nabi SAW yang bermaksud : “Dan sesiapa yang bersabar, maka Allah akan
menjadikan dirinya penyabar, dan tiada pemberian yang (Allah) berikan
kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas (manfaatnya) daripada
kesabaran.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Sahabat yang dimuliakan,
Alangkah
beruntungnya seseorang mukmin yang memiliki sifat sabar dan dia
praktikan kesabarannya tanpa mengeluh dan bersikap negatif . Sentiasa
reda dengan ketentuan Allah SWT dan berbaik sangka dengan Allah SWT.
Sifat orang fasik dan munafik akan cepat marah dan putus asa dengan
rahmat Allah, tidak reda dengan musibah yang menimpa dirinya dan mudah
menyalahkan orang lain. Jika kalian berhajat untuk menjadi hamba-hamba
Allah SWT yang mendapat reda dan rahmat-Nya maka kalian perlulah
sentiasa bersabar, tenang dan berfikiran positif dan meyakini setiap
sesuatu perkara itu mengandungi 1000 hikmah kebaikan di sisi Allah SWT.
Mengapa Allah Swt Mencintai Orang-orang Yang Sabar Kamis, 22 April, 2010
Posted by Quito Riantori in Artikel.
trackback
Allah SwT berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS Ali Imran [3] ayat 146)
Seseorang hanya dapat menjadi betul-betul sabar, jika ia memahami
makna dan sifat kesabaran. Kesabaran melenyapkan esensi waktu. Jadi,
akar kesabaran berada di alam keabadian.
Jika seseorang ingin mengambil buah dari sebatang pohon, namun ia
menyadari bahwa buahnya itu belum matang, maka ia akan mengekang
nafsunya hingga buah itu masak.
Istilah Arab untuk kesabaran adalah shabr, yang berasal dari
akar kata yang berarti mengekang atau menahan. Kesabaran menghubungkan
waktu pengalaman dengan titik mutlak di luar jangkauan waktu. Kesabaran
membuat makna dan relativitas waktu menjadi jelas.
Abu Basir mengatakan, “Aku mendengar dari Imam Shadiq as mengatakan,
‘Seorang yang merdeka adalah orang yang merdeka dalam segala keadaan.
Bila dia dalam kesulitan dia sabar, segala bencana tidak membuatnya
berubah meskipun dia di penjarakan, dikalahkan, dan dibuat susah. Sebab,
penjara dan perbudakan tidak mengurangi kehormatan Yusuf as. Kegelapan
dan ketakutan dalam sumur tidak dapat melenyapkannya sampai Allah
menjadikannya rasul-Nya dan mengasihani bangsa itu lantaran dia.
Kesabaran dan ketabahan adalah seperti ini. Ia senantiasa menghasilkan
kebaikan. Karena itu, bersabar dan tabahlah agar mendapat pahalanya”
Kunci kesabaran adalah pengetahuan yang lebih tinggi; jika
pengetahuan dicapai, maka seseorang itu akan menjadi teguh. Ketika
menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Musa, Alquran mengungkapkan, “Bagaimana engkau bisa bersabar terhadap sesuatu yang engkau tidak memiliki pengetahuan tentangnya” (Q.S. 18: 68).
Kata pengetahuan dalam ayat ini mempunyai maksud sebagai kondisi
penciptaan sesungguhnya. Pengetahuan seringkali dirangsang oleh kondisi
dan peristiwa eksternal.
Kesabaran tidak semata-mata pasrah total terhadap segala keadaan yang
menimpanya; hanya orang bodoh saja yang berbuat seperti ini. Kesabaran
harus datang dengan pengetahuan tentang penyebab dari suatu situasi itu,
dan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi akibat
negatif dari situasi tersebut. Ini akan menghasilkan keadilan dan
keseimbangan (mizan).
Hidup dengan kesabaran, dijaga oleh kesabaran, serta mampu merasakan
kebahagiaan yang datang dari kesabaran seperti yang diungkapkan di atas,
hanya dapat dicapai oleh orang mukmin.
Sabar dan salat menghubungkan seseorang dengan kasih sayang tak
berbatas yang membuat kaum mukmin menjadi lebih menyadari bahwa Allah
memang bersama orang-orang yang sabar.
Ini artinya, kaum mukmin mengikuti firman Allah, waspada benar-benar,
serta di saat yang sama, mampu melakukan tindakan yang tepat ketika
diperlukan.
Pada kondisi semacam itu, syahadat dan tindakan menyatu tanpa adanya
gesekan. Pada kondisi itu, sang hamba telah memuliakan Tuhannya. Sang
hamba mampu menembus waktu hingga ia dapat dekat dengan Dia yang
Mendahului Waktu, Dia yang menjaga waktu, Dia yang akan tetap ada
setelah waktu dan di luar waktu: Allah Sang Realitas Abadi. (Syekh
Fadlullah Haeri, Tafsir Surat al-Baqarah ayat 153)
Imam Shadiq berkata, “Setiap Mukmin yang bersabar menanggung penderitaan, mendapatkan pahala seribu syuhada.”
Amirul Mukminin diriwayatkan telah mengatakan, “Seorang Muslim
menjadi sempurna melalui tiga kebaikan : berjuang demi iman dan agama,
sederhana dalam gaya hidup, dan sabar dalam kesulitan.”
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin, “Hai manusia, bersabarlah
menanggung derita. Sesungguhnya orang yang tidak mempunyai kesabaran,
maka dia juga tidak mempunyai agama.”
Kesabaran para Nabi dan Rasul menghadapi para pembangkangnya adalah bukti dari cinta yang terinspirasi dari Tuhan.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah…
Alhamdulillahirabbil ‘alamin wa shalatu wa salamu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. Amma ba’du
Pada kesempatan kali ini saya hendak menyampaikan beberapa hal: Pertama,
kewajiban kita untuk memanjatkan puji syukur atas nikmat-nikmat Allah
yang melimpah dan terus-menerus kepada para hamba. Allah berfirman “Dan sedikit sekali hamba-hambaku yang bersyukur.” (QS. Saba': 13). Hendaknya di antara kita menjadi golongan yang sedikit ini. Kedua,
kewajiban berpegang teguh kepada petunjuk agama dalam permasalahan
syukur atau sabar dan masalah-masalah yang lain. Seorang hamba
diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
dan dilarang berinovasi dalam masalah agama. Di antara hal yang
termasuk petunjuk agama adalah sabar di saat lapang dan sempit karena
yang perbuatan ini merupakan perwujudan dari penghambaan dan peribdatan
kepada Allah ‘Azza wa Jalla . Imam Ibnu Al-Qayim menerangakan dalam
karyanya Al-Wabilu Ash-Shayyib Hal. 11-12, “Perjalanan hidup
seorang hamba itu tidak lepas dari tiga keadaan; Saat ia berdosa maka ia
hendaknya meminta ampunan, saat ia ditimpa musibah maka hendaknya ia
bersabar, dan saat it diberi nikmat maka hendaklah ia bersyukur.
Kemudian beliau mengulangi, “Seorang hamba tiu tidak akan pernah lepas
dari tiga permasalahan ini.”
Nikmat dari Allah senantiasa tercurah
kepada seorang hamba, maka hendaknya disyukuri. Syukur tersebut
dibangun dengan dua pondasi; pengakuan dengan hati dan melafalkannya
dengan ucapan. Ditimpa ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
berupa cobaan maka ia wajib bersabar. Sabar adalah menahan hati untuk
tidak berkeluh kesah, menahan lisan dari meratapi, dan menahan anggota
tubuh dari sesuatu yang dilarang; seperti menampar pipi, merobek-robek
baju dan menjambak-jambak rambut, dan cara-cara lainnya. Parameter kesabaran itu terdapat pada tiga permasalahan ini.
Apabila
seorang hamba mengaplikasikannya dengan semestinya, cobaan pun berubah
menjadi anugerah, bala pun menjadi dihadapi dengan tenang, dan yang
dibenci pun berubah menjadi dicintai.
Sesungguhnya Allah memberi
musibah bukan untuk membinasakan, akan tetapi bala tersebut menjadi
ujian dan pengabdian seorang hamba. Allah mewajibkan penghambaan seorang
hamba pada masa sulit sebagaimana Dia memerintahkan hal itu pada saat
seseorang bahagia. Allah memiliki hak peribadatan pada saat masa-masa
nestapa sebagaiman juga punya hak pada masa suka cita. Namun demikian,
kebanyakan hamba-Nya mewujudkan nilai-nilai ubudiyah tersebut di kala
suka cita saja.
Adapun cara mengaplikasikan peribadatan pada
masa-masa duka lara ini bervariasi tergantung tingkatan keimanan seorang
hamba dan tergantung kedudukannya di sisi Allah Ta’ala. Kemudian Ibnu
Al-Qayyim menyampaikan, “Orang-orang yang sempurna keimanan dan memiliki
kedudukan tinggi di sisi Allah maka ia mewujudkan nilai-nilai ubudiyah
dengan cara sempurna. Sebaliknya orang-orang yang kurang imannya dan
rendah derajatnya di sisi Allah, pula beribadah dengan cara yang tidak
sempurna. Oleh karena itu, barangsiapa mendapatkan suatu kebaikan maka
hendaklah ia memuji Allah. Adapun orang yang mendapati selain dari
kebaikan, janganlah ia cela selain dirinya sendiri.”
Inilah apa
yang hendak saya sampaikan. Aku memohon kepada Allah dengan nama dan
sifat-Nya Yang Maha Indah lagi Maha Sempurna agar membimbing kita semua
menuju apa yang Ia ridhai dan menjauhkan kita dari tipu daya setan.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mengabulkan. Akhirnya shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan
sahabatnya. Syaikh Abdullah bin Abdurrahim Al-Bukhari
Allah Bersama Orang yang Sabar!
Sabar adalah satu sifat yang mulia.
Dengan sifat sabar, kita bisa merubah lawan menjadi teman. Orang-orang
yang sabar mempunyai keuntungan yang besar:
„Dan tidaklah sama kebaikan
dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar.“ [Fushilat:34-35]
Allah menjanjikan surga kepada orang-orang yang sabar:
„Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.“ [Ali Imran:133-134]
Ketika Abu Bakar tersinggung pada
kerabatnya yang turut menyiarkan fitnah terhadap anaknya ‚Aisyah dan
ingin menghentikan bantuan, turun ayat Allah yang melarang itu:
„Dan janganlah orang-orang
yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa
mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya),
orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah,
dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak
ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang“ [An Nuur:122]
Memaafkan orang bisa mendapat pahala dan lebih utama:
„Dan balasan suatu kejahatan
adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat
baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim.“ [Asy Syuura:40]
„Tetapi orang yang bersabar dan
mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diutamakan.“ [Asy Syuura:43]
„Jika kamu melahirkan sesuatu
kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang
lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa.“ [An
Nisaa’:149]
Kadang dalam rangka taushiyah/dakwah
orang sering berkata-kata buruk terhadap orang yang tidak sepaham.
Padahal dalam surat Al Ashr kita diperintahkan untuk melakukannya dengan
cara yang baik dan dengan kesabaran:
„kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.“
[Al Ashr:3]
Allah tidak suka dengan orang yang suka mencaci orang lain:
„Allah tidak menyukai ucapan
buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ [An
Nisaa’:148]
Allah cinta dan bersama dengan orang-orang yang sabar:
„Dan taatlah kepada Allah
dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan
kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.“ [Al Anfaal:46]
Allah menyuruh kita sabar dan
melarang kita marah meski kita dalam keadaan benar. Lihat bagaimana
Allah mengecam Nabi Yunus yang marah kepada ummatnya yang jelas-jelas
kafir:
„Maka bersabarlah kamu (hai
Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang
yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan
marah (kepada kaumnya).“ [Al Qalam:48]
Menjadi orang yang sabar memang
sulit. Sangat sulit. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kekuatan bagi kita
hingga bisa jadi orang yang sabar dan dekat denganNya.
Di bawah adalah doa agar diberi Allah kesabaran dan wafat dengan
akhir yang baik (Husnul Khatimah) di mana kita bukan hanya dicintai
Allah, tapi juga manusia:
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A’raaf 126]
Pembaca yang dirahmati Allah ta’ala, setiap kita pasti memiliki permasalahan. Bahkan terkadang sangat berat sehingga benar-benar menguji kesabaran kita.
Sebagian orang ada yang sampai berkata “Kesabaran saya sudah habis”, atau bahkan sampai keluar ucapan “Mengapa
saya tertimpa musibah semacam ini, apa dosa saya, apa kesalahan saya,
padahal saya juga sudah banyak beribadah, sungguh Tuhan tidak adil”.
Ini sebagian contoh perkataan yang sering kita dengar. Namun perkataan
tersebut tidaklah dibenarkan dalam syari’at Islam, bahkan menunjukkan
lemahnya tauhid seseorang.
Pada buletin kali ini, kami akan
mengulas secara singkat mengenai perkara yang sangat penting dimiliki
setiap muslim, yaitu kesabaran.
Sabar Dalam 3 Perkara
Sabar adalah menahan jiwa dan menjaganya
agar tidak sampai melakukan sesuatu yang tidsk selayaknya dilakukan.
Terdapat 3 macam bentuk kesabaran, yaitu sabar dalam ketaatan kepada
Allah, sabar dari menjauhi kemaksiatan kepada Allah, dan sabar dalam
takdir Allah yang menyakitkan dan menyusahkan.
[1] Sabar Dalam Ketaatan Kepada Allah
Sabar jenis ini penting untuk dimiliki
oleh setiap hamba, karena sesungguhnya jiwa seringkali terasa berat
untuk menjalankan berbagai macam ketaatan. Hal tersebut karena jiwa
cenderung menyukai sifat yang jelek, sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya): “Sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang.” (QS Yusuf : 53).
Seringkali kita jumpai seorang yang
beramal namun ia tidak bisa kontinu untuk mengerjakannya. Mereka
bersemangat mengerjakan banyak amalan di awal waktu, namun setelah itu
ditinggalkan. Untuk itu dibutuhkan kesabaran agar kita dapat kontinu
dalam beramal, walaupun amalan tersebut sederhana. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim).
Allah ta’ala lebih menyukai
amalan yang kontinu walaupun sederhana, karena hal tersebut lebih dapat
membantu kontinunya suatu amal. Salah satu usaha agar dapat kontinu
dalam beramal adalah dengan berdoa kepada Allah, diantaranya dengan doa:
Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik
(ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur
pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu).” (HR. Abu Daud dan Ahmad,
shahih).
[2] Sabar Dalam Menjauhi Kemaksiatan
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) “Surga itu diliputi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka itu diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan nafsu.”
(HR. Muslim). Maka dibutuhkan kesabaran untuk dapat menjaga diri dari
hal-hal yang menyenangkan hawa nafsu yang pada hakikatnya akan
menjerumuskan kepada neraka. Dan kemaksiatan termasuk perkara yang
disenangi oleh hawa nafsu.
Seorang yang beriman harus mengendalikan
nafsunya dan melihat bahwa kemaksiatan adalah bukan hal yang sepele,
melainkan perkara yang dapat membinasakan dirinya. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata,
”Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah
gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir
(suka berbuat dosa) melihat dosanya seperti lalat yang lewat di atas
hidungnya.” (HR. Bukhari). Semua itu hanya dapat dilakukan dengan kesabaran.
[3] Sabar Dalam Menghadapi Takdir Allah
Termasuk kedalam rukun iman adalah kita
meyakini adanya takdir atau ketetapan dari Allah ta’ala. Terdapat 2
macam takdir yang menimpa manusia, yang berupa kesenangan dan berupa
kesedihan serta musibah. Pada jenis pertama maka kita wajib bersyukur,
dengan bersyukur Allah akan tambahkan nikmat-Nya. Adapun yang kedua maka
kita wajib bersabar. Dan keduanya (bersyukur dan bersabar) merupakan
amalan ibadah yang memiliki nilai pahala di sisi Allah ta’ala.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Sungguh
menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkara (yang menimpanya)
adalah kebaikan baginya dan tidaklah hal ini terjadi kecuali hanya pada
diri seorang mukmin. Jika dia mendapat kebahagiaan dia
bersyukur maka hal ini adalah baik baginya. Dan jika tertimpa musibah
dia bersabar maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim). Maka sikap
seorang muslim jika ditimpa musibah adalah bersabar dan yakin bahwa
dibalik musibah yang dialaminya terdapat hikmah dari Allah ta’ala.
Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami
kembali.)” (QS. Al-Baqoroh 155 – 156).
Selain itu, musibah yang menimpa seorang mukmin merupakan bentuk ujian, sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (QS Al-Baqoroh : 214).
Allah Bersama Orang-Orang Yang Sabar
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS Al-Baqoroh : 153). Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada
orang-orang beriman untuk meminta pertolongan dalam perkara dunia dan
akhirat dengan kesabaran dan shalat. Selain itu, ayat yang mulia ini
menunjukkan keutamaan orang yang bersabar yaitu mendapat ma’iyyah (kebersamaan) Allah.
Kebersamaan Allah disini bukan berarti
Dzat Allah berada di mana-mana, di antaranya bersama orang yang sabar
tersebut, karena telah jelas bahwa Allah berada di atas ‘Arsy
sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya), “Tuhan Yang Maha Pemurah Yang bersemayam di atas ‘Arsy”
(QS Thaaha : 5). Kebersamaan Allah dengan hamba-Nya yang disebutkan
dalam Al-Qur’an memiliki 2 makna, yaitu yang bersifat umum dan bersifat
khusus.
Kebersamaan Allah yang bersifat umum
memiliki arti kekuasaan dan ilmu Allah yang meliputi hamba-Nya,
sebagaimana dalam firman Allah (yang artinya), “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS Al Hadid : 4). Kebersamaan jenis ini berlaku umum untuk semua
makhluk-Nya. Adapun kebersamaan pada ayat ini adalah bersifat khusus,
yaitu kebersamaan dalam arti penjagaan dan pertolongan Allah ta’ala
yang selalu menyertai hamba-Nya. Sehingga seluruh perkara yang dirasa
berat, dengan pertolongan Allah akan terasa ringan dan mudah. Demikian
keutamaan orang-orang yang bersabar. (Taisir Kariimirrahman – Syaikh As-Sa’di).
Kesabaran Tidak Ada Batasnya
Sebagian orang menyangka kesabaran
memiliki batas. Maka jika dianggap sudah melewati batas, ia
diperbolehkan untuk bertindak diluar aturan. Anggapan seperti ini
tidaklah benar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10). Allah telah menyiapkan pahala bagi mereka yang
sabar dengan pahala yang tak terhitung. Hal ini menunjukkan besarnya
keutamaan orang yang bersabar.
Syaikh As-Sa’di mengatakan dalam
tafsirnya :”Maka Allah menjanjikan bagi orang-orang yang bersabar dengan
pahala yang tak terhitung, yaitu pahala yang tidak terbatas dan tidak
terukur. Hal tersebut tidak dapat terjadi kecuali karena keutamaan dan
kedudukan sabar di sisi Allah”. Jika Allah telah menyiapkan pahala yang
begitu besar bagi orang yang bersabar, maka mengapa kesabaran harus kita
batasi?. Selain itu, kita juga yakin bahwa seluruh permasalahan yang
datang, tidak mungkin melebihi kemampuan yang dimiliki seorang hamba.
Sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqoroh 286).
Oleh karena itu segala permasalahan yang
kita alami, niscaya dapat kita selesaikan dengan kesabaran, izin serta
kekuatan dari Allah ta’ala. Kita beriman bahwa Allah adalah
Dzat yang maha kuasa yang memiliki hikmah yang sempurna dalam seluruh
ketetapan yang diberikan kepada makhluk-Nya. Dengan keyakinan seperti
ini maka sudah sepatutnya kita bersabar dengan segala ketetapan yang
terjadi pada kita, dan ingat hal tersebut merupakan ujian bagi kita.
Jika kita mampu bersabar maka Allah akan menaikan derajat kita di
sisi-Nya.
Ujian yang dialami kita jika
dibandingkan dengan para nabi dan rasul maka masih jauh lebih ringan.
Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi. Dan manusia diuji
sesuai dengan kadar kondisi agamanya. Sebagaimana riwayat dari Mush’ab
bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata, “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Para
Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan
diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat
(kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka
ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa
akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan
bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi, shahih). Oleh karena itu ketika
kita diberikan ujian, maka ingat masih ada orang yang lebih berat dari
ujian yang kita alami, sehingga dapat membantu kita untuk bersabar.
Pahala Yang Besar Diawal Musibah
Pembaca yang dirahmati Allah ta’ala,
kita telah mengetahui pahala yang sangat besar bagi mereka yang
bersabar. Namun perlu diketahui, pahala sabar tersebut hanya akan
didapatkan oleh orang-orang yang melakukannya di awal terjadinya
musibah. Adapun orang yang bersabar setelah sebelumnya marah, maka itu
juga termasuk perkara yang baik namun tidak mendapatkan pahala yang
dijanjikan.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), ”Sesungguhnya namanya sabar adalah ketika di awal musibah.”
(HR. Bukhari). Sabar di awal musibah memang sangat sulit untuk
dilakukan, untuk itu Allah menjanjikan pahala yang tidak terbatas bagi
pelakunya. Adapun orang yang tidak bersabar, bahkan mencela takdir, maka
pada hakikatnya ia telah mencela Allah.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah;
dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Taghaabun : 11). Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ”Allah
’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela
waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang
membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim). Oleh karena itu ketika kita mengatakan, “Sial sekali hari ini” maka sesungguhnya secara tidak sadar kita telah mencela Dzat yang mengatur waktu, yaitu Allah ta’ala. Kita berlindung kepada Allah dari mencela takdir.
Demikian sedikit pembahasan mengenai
sabar, semoga kita dimudahkan untuk mengamalkannya dan dimasukan ke
dalam golongan orang yang mendapat keutamaan bersabar. [Ndaru Triutomo,
S.Si.]
Allah Di Atas ‘Arsy-Nya, Namun Allah juga Bersama dan Dekat dengan Hamba-Nya
Alhamdullillahilladzi
hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fiih kamaa yuhibbu robbuna wa
yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa
shohbihi wa sallam.Keutamaan Mengimani bahwa Allah Senantiasa Bersama Hamba-Nya
Seseorang pernah bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَمَا تَزْكِيَةُ النَّفْسِ ؟ “Apa yang dimaksud hati yang bersih
(suci)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مَعَهُ حَيْثُ
كَانَ » “(Yaitu) seseorang mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla selalu
bersamanya di mana saja dia berada.” (HR. Thobroni dalam Al Mu’jam Ash
Shogir. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al Albani di As Silsilah Ash
Shohihah no. 1046)
Dalam riwayat Ath Thobroni terdapat riwayat,
« إِنَّ أفْضَلَ الإِيْمَانِ أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ اللهَ مَعَكَ
حَيْثُمَا كُنْتَ » “Iman yang paling utama adalah engkau mengetahui
bahwa Allah bersamamu di mana saja engkau berada.” (HR. Ath Thobroni
dalam Al Awsath. Hadits ini didho’ifkan oleh Syaikh Al Albani
sebagaimana disebutkan dalam Dho’iful Jami’ no. 1002)
Allah Selalu Bersama Kita Di Mana Saja Kita Berada
Mengenai hal ini kita dapat melihat dalam banyak dalil. Di antara
dalil-dalil mengenai hal ini telah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam kitabnya Al ‘Aqidah Al Wasithiyah. Berikut kami bawakan
dalil-dalil yang beliau sampaikan. [1] Dalil mengenai kebersamaan Allah yang bersifat umum Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا
يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia
bersemayam di atas arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan
apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang
naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hadid [57] : 4)
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ
وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا
أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ
بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah
yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama
mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada
mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Mujadilah [58] : 7)
[2] Dalil mengenai kebersamaan Allah yang bersifat khusus Allah Ta’ala berfirman,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At Taubah [9] : 40)
إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى “Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (QS. Thoha [20] : 46)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ
مُحْسِنُونَ “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl [16] : 128)
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal [8] : 46)
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ
اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ “Berapa banyak terjadi golongan
yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.
Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah [2] : 249)
Inilah ayat-ayat yang menjelaskan kebersamaan Allah dengan
makhluk-Nya. Dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah bersama
makhluk-Nya secara umum termasuk kebersamaan dengan orang beriman dan
orang kafir, orang yang berbuat baik dan berbuat jahat. Juga ada
ayat-ayat yang menunjukkan kebersamaan Allah secara khusus yaitu
kebersamaan khusus berkaitan dengan sifat seperti Allah bersama dengan
orang-orang yang bertakwa. Ada pula kebersamaan khusus
yang berkaitan dengan person tertentu seperti dalam surat At Taubah ayat
40 di atas. Dalam ayat tersebut dikisahkan bahwa Abu Bakr dan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di dalam goa untuk melindungi diri
dari kejaran orang-orang musyrik. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata pada Abu Bakr,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At Taubah [9] : 40)
Inilah dua macam kebersamaan. Ada kebersamaan yang bersifat umum.
Ada pula kebersamaan yang bersifat khusus dan ini bisa dimaksudkan
kebersamaan Allah berkaitan dengan sifat atau kebersamaan Allah
berkaitan dengan person tertentu. Demikian penjelasan Syaikh Muhammad
bin Sholeh Al Utsaimin yang kami sarikan dari Syarh Al Aqidah Al
Wasithiyah, hal. 253-254. Allah Juga Dekat Sebagaimana hal ini terdapat dalam ayat berikut.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), “Aku itu dekat”. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al
Baqarah [2] : 186)
Begitu juga terdapat dalil dalam Shohih Muslim pada Bab
‘Dianjurkannya merendahkan suara ketika berdzikir’, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِى تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ
رَاحِلَةِ أَحَدِكُمْ “Yang kalian seru adalah Rabb yang lebih dekat pada
salah seorang di antara kalian daripada urat leher unta tunggangan
kalian.” (HR. Muslim no 2704)
Wahyu Ilahi Tidak Mungkin Bertentangan Sama Sekali
Setelah kami menyampaikan dua point pembahasan yaitu kebersamaan Allah
atau kedekatan Allah dan keberadaan Allah di atas langit, maka
janganlah kita bingung dengan mengatakan, ‘Kok seolah-olah kedua dalil ini bertentangan.’
Janganlah kita bingung mengenai dua ayat semacam ini. Berbagai dalil
mengenai keberadaan Allah di atas langit sudah sangat jelas dan
gamblang, sebagaimana kami jelaskan di muka dan kami sertakan dengan
berbagai pendapat ulama. Begitu pula dalil-dalil mengenai kebersamaan
dan kedekatan Allah juga sangat jelas. Syaikh Muhammad bin Sholeh Al
Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Segala sesuatu di dalam Al Qur’an yang engkau sangka mengalami
pertentangan menurut yang engkau lihat, maka renungkanlah kembali sampai
engkau mendapat kejelasan. Karena Allah Ta’ala berfirman, وَلَوْ كَانَ
مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “Kalau
kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An Nisa’ : 82) Jika engkau
masih belum mendapatkan kejelasan, wajib bagimu menempuh jalan Ar
Rosikhuna fil ‘Ilmi (orang-orang yang kokoh ilmunya). Orang-orang yang
kokoh ilmunya ini mengatakan, آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Rabb kami..” (QS.
Ali Imron [3]: 7) … Kedangkalan ilmu atau kepahaman sebenarnya ada
padamu. Ketahuilah bahwa Al Qur’an tidaklah mungkin bertentangan sama
sekali.” (Syarh Al Qowa’idul Mutsla, hal. 286)
Dalam kitab Al ‘Aql wan Naql (1/43-44) ada suatu kaedah yang
bermanfaat yang diisyaratkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Kaedah
ini adalah bagaimana apabila terjadi pertentangan antara dua dalil. Dua
dalil tersebut mengkin saja sama-sama qoth’i (dalil tegas), atau
sama-sama zhonni (dalil masih prasangka) atau ada yang qoth’i dan ada
yang zhonni. Berikut penjelasan ketiga dalil ini: Pertama adalah
jika dua dalil sama-sama qoth’i (pasti). Maka untuk dalil semacam ini
sangat mustahil terjadi pertentangan. Kalau kita mengatakan kedua dalil
semacam ini saling bertentangan, maka ini akan menghilangkan salah satu
dalil dan ini tidak mungkin. Jika kita menyangka bahwa kedua dalil
semacam ini saling bertentangan, maka salah satunya tidak qoth’i lagi.
Jadi dua dalil qoth’i semacam ini tidaklah mungkin bertentangan. Oleh
karena itu, dalil yang satu harus kita bawa kepada dalil lainnya atau
sebaiknya. Dan jika kita mau menghapus (menaskh) salah satu dalil, maka
harus tahu manakah dalil yang datang dahulu (mansukh = dalil yang
dihapus) dan manakah dalil yang datang belakangan (nasikh = dalil yang
menghapus). Kedua adalah jika dua dalil sama-sama
zhonni (sangkaan), mungkin dari sisi pendalilan atau dari sisi shohih
atau tidaknya dalil. Maka untuk kasus semacam ini dibutuhkan tarjih
(menguatkan salah satu dalil). Kemudian jika sudah jelas manakah dalil
yang lebih kuat, kita harus mendahulukan dalil yang rojih (dalil yang
lebih kuat). Ketiga adalah jika salah satu dalil qoth’i (pasti) dan
dalil lain zhonni (sangkaan). Maka pada saat ini, kita harus
mendahulukan dalil yang qoth’i dan ini adalah cara yang disepakati oleh
orang yang memiliki akal sehat. Karena yang yakin (pasti) tentu saja
tidak bisa dihilangkan dengan dalil yang hanya sangkaan (zhon).
(Disarikan dari Fathu Robbil Bariyah, hal. 42 dengan sedikit perubahan
redaksi) Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa
shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. **** 18 Rabi’ul Akhir 1430 H Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Allah Muhammad Abduh Tuasikal
Kementrian AgamaMaka tatkala Thalut
keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji
kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya;
bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali
menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku". Kemudian mereka
meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut
dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu,
orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada
hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi
golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin
Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar".
Kementrian AgamaDan taatlah kepada
Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Kementrian AgamaSekarang Allah
telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada
kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya
mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu
ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan
dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang
sabar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan