TIMBANGAN AMAL DI ATAS MIZAN (DI AKHIRAT)
Rasulullah S.A.W. bersabda:
"Daun timbangan kebaikan itu dari Nur sedangkan daun timbangan keburukan itu dari Kegelapan".
At-Tarmizi merawikan bahawa:
Rasulullah S.A.W. bersabda: "Syurga
itu diletakkan dari sebelah kanan Arasy dan neraka di sebelah kirinya,
juga daun timbangan kebaikan itu dari sebelah kanannya dan daun
timbangan keburukan itu dari sebelah kirinya. Oleh kerananya syurga
berhadapan dengan kebaikan dan neraka berhadapan dengan keburukan".
Ibnu Abbas berkata: "Kebaikan dan keburukan ditimbang dalam sebuah timbangan yang mempunyai dua daun dan lisan". Dia berkata lagi, " Jika Allah S.W.T. menghendaki menimbang amal hamba, menggantikannya dengan jisim lalu menimbangnya pada hari kiamat".
At-Tarmizi meriwayatkan, dari Anas bin Malik r.a. berkata:
"Aku bermohon kepada Rasulullah S.A.W. agar memberiku syafaat pada hari kiamat",
maka Rasulullah S.A.W bersabda:
"Insya-Allah aku akan melakukannya".
Aku bertanya: "Di manakah aku mesti mencarimu wahai Rasulullah S.A.W?".
Baginda menjawab: "Pertama kali kau cari aku pada titian Sirat".
Aku bertanya lagi: "Jika aku tidak menemuimu di Sirat?".
Baginda menjawab: "Carilah aku di Mizan".
Ku tanya lagi: "Bila aku tidak menemuimu di Mizan?".
Baginda lalu berkata: "Carilah aku di telaga. Sungguh aku akan berada di tiga tempat ini".
Al-Hakim merawikan,
"Pada hari kiamat, Mizan diletakkan.
Kalau saja langit dan bumi ditimbang dan diletakkan tentulah boleh memuatkannya.
Kemudian Malaikat bertanya: "Ya Tuhanku, untuk menimbang siapa ini?"
Allah S.W.T. berfirman, "Untuk makhluk-Ku yang Aku kehendaki".
Malaikat berkata, " Maha Suci Engkau, ibadahku telah menjadi hak Engkau".
Kemudian Titian diletakkan bagaikan tajamnya pisau.
Malaikat bertanya, "Siapakah yang akan selamat meniti titian ini?".
Allah S.W.T. berfirman, "Makhluk-Ku yang Aku kehendaki".
Malaikat berkata, " Maha Suci Engkau, ibadahku telah menjadi hak Engkau".
AL-MIZAN (NERACA TIMBANGAN)DI HARI KIAMAT MENURUT AL-QUR'AN DAN HADITS
بِسْـــــــــــــــــــــ ـمِ اﷲِارَّتْمَنِ ارَّتِيم
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
DEFINISI TIMBANGAN MENURUT AHLUS SUNNAH.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Timbangan
menurut Ahlus Sunnah adalah timbangan hakiki,amal manusia di timbang
dengannya. Dalam masalah ini kelompok mu'tazilah dan sebagian kecil dari
Ahlus Sunnah berpendapat berbeda.Ibnu Hajar
berkata: Abu Ishaq Az-Zajjaj berkata: Ahlus Sunnah telah Ijma
(konsesus/bersepakat) beriman terhadap adanya timbangan,dan bahwa amal
manusia di timbang dengannya pada hari kiamat,dan bahwa timbangan
tersebut mempunyai lisan dan dua bandul yang bisa miring karena
amalnya.
Kelompok
Mu'tazilah mengingkari adanya timbangan tersebut,mereka berkata: " itu
adalah ungkapan keadilan." Mereka menentang Al-Qur'an dan Hadits karena
Allah memberi tahu bahwa DIA memasang timbangan untuk menimbang amal
hamba-hamba-Nya,agar manusia melihat amal mereka tampak sehingga mereka
menjadi saksi atas diri mereka sendiri.
Ibnu
Faufak berkata: Mu'tazilah mengingkari adanya timbangan,berdasarkan
pendapat mereka yang menegaskan,bahwa sesuatu yang "ABSTRAK" mustahil
untuk di timbang,karena tidak berdiri dengan sendirinya. ia berkata:
Sebagian orang ahli kalam meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Allah
merubah sesuatu yang Abstrak menjadi sesuatu benda lalu di timbang.
Sebagaimana ulama terdahulu berpendapat bahwa makna timbangan adalah
keadilan dan pengadilan.
Ath-Thabari
menisbatkan pendapat ini kepada mujahid yang kuat adalah jumhur ulama.
Al-Hasan ditanya tentang Al-Mizan, ia berkata: Ia mempunyai lisan dan
dua bandul. Al-Qurthubi menisbatkan penafsiran timbangan dengan keadilan kepada Mujahid, Adh-Dhahhak dan Al-A' masy.
Barangkali para ulama tersebut menafsirkan timbangan dengan keadilan.
Sebagaimana firman-Nya,
وَالسَّماءَ رَفَعَها وَوَضَعَ الميزانَ
أَلّا تَطغَوا فِى الميزانِ
الوَزنَ بِالقِسطِ وَلا تُخسِرُوا الميزانَ
"DAN
ALLAH TELAH MENINGGIKAN LANGIT DAN DIA MELETAKKAN NERACA [KEADILAN].
SUPAYA KAMU JANGAN MELAMPAUI BATAS TENTANG NERACA ITU. DAN TEGAKKANLAH
TIMBANGAN ITU DENGAN ADIL DAN JANGANLAH KAMU MENGURANGI NERACA ITU."
[ QS. AR-RAHMAN: 7-9 ]
Timbangan dalam ayat ini adalah keadilan.
Allah
memerintahkan hamba-Nya agar mereka bermu'amalat di antara mereka
dengan adil.Adapun timbangan yang di pasang pada hari kiamat,maka
hadits-hadits mutawatir telah menyebutkannya, dan bahwasanya ia adalah
timbangan hakiki,itulah makna DHAHIR AL-QUR'AN.
Imam Ahmad telah membantah orang-orang yang mengingkari timbangan,bahwa Allah telah menyebutkan timbangan dalam firman-Nya
.وَنَضَعُ
الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ
شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا
وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
KAMI AKAN MEMASANG TIMBANGAN YANG TEPAT PADA HARI KIAMAT."
[QS.Al-Anbiya : 47 ]
Dan
Nabi telah menyebutkan timbangan di hari kiamat,barangsiapa membantah
Nabi,maka ia telah membantah ALLAH azza wa jalla. Syaikh al-Islam
menegaskan bahwa maksud dari timbangan bukan keadilan,dan bahwasanya ia
adalah timbangan hakiki yang di pakai menimbang amal. Penegasan ini
berdasarkan pada AL-QUR'AN dan Hadits,dan beliau berkata: "Mizan" adalah
yang di pakai untuk menimbang amal,BUKAN KIASAN TENTANG KEADILAN,
sebagaimana di tujukan oleh AL-QUR'AN dan Hadits seperti firman ALLAH
:("BARANGSIAPA YANG BERAT TIMBANGAN-TIMBANGANNYA) (DAN BARANGSIAPA YANG
RINGAN TIMBANGAN AMAL KEBAIKANNYA)
Dan firman-Nya .
وَنَضَعُ
الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ
شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا
وَكَفَى بِنا حَاسِبِينَ
"KAMI AKAN MEMASANG TIMBANGAN YANG TEPAT PADA HARI KIAMAT "
[Qs. Al-Anbiya : 47 ]
Dalam
Shahih Bukhari dan Muslim dari Nabi bahwasanya beliau bersabda : " Dua
kalimat yang ringan di lisan ,berat dalam timbangan,disukai oleh ALLAH
Yang Maha Pengasih : (" SUBHANALLAH WABIHAMDIHI,SUBHANALLAH AL-AZHIM." )Dan
bersabda tentang kedua kaki Abdullah bin Mas'ud : Sungguh,keduanya
dalam timbangan lebih berat dari pada gunung Uhud." [HR.Bukhari dan
Muslim ]
Dalam Sunan
Tirmidzi,Hakim dan lainnya yang dinyatakan Shahih oleh Tirmidzi tentang
seseorang yang di datangkan,LALU DI BUKA BAGINYA SEMBILAN PULUH SEMBILAN
BUKU CATATAN.
Setiap catatan sepanjang
PENGLIHATAN,lalu di letakan di salah satu anak timbangan dan di
datangkan kartu yang di dalamnnya KESAKSIAN bahwa TIADA TUHAN SELAIN
ALLAH.
Rasulullah bersabda:" Buku-buku
catatan terangkat dan kartu (yang di dalamnnya terdapat "LAA ILAHA ILLA
ALLAH" lebih berat timbangannya.
Ini
dan semisalanya menjelaskan bahwa amal-amal di timbang dengan neraca
timbangan,sehingga menjadi jelas dengannya lebih berat amal kebaikan
dari pada amal keburuk dan sebaliknya.
Dengan
demikian jelaslah keadilan dan maksud dengan di adakannya timbangan
adalah untuk menegakkan keadilan,seperti timbangan-timbangan di dunia.
Adapun bagaimana timbangan tersebut,itu sama dengan bagaimana semua
urusan gaib yang di beritahukan kepada kita.
Al-Qurthubi
membantah orang-orang yang mengingkari adanya timbangan dan
orang-orang yang menakwilkan nash-nash tentang timbangan dan mengartikan
dengan selain arti zahirnya,dengan berkata: Para ulama tidak berkata
kalau boleh mengartikan timbangan sebagaimana katakan maka boleh
mengartikan al-shirat (jembatan)dengan agama yang haq,surga dan neraka
dengan kesedihan dan kesenangan yang di dapatkan oleh ruh,setan dan jin
dengan akhlak yang buruk,malaikat dengan kekuatan yang terpuji, dan
semua ini adalah salah. Karena ini jelas sebagai pembantahan bagi yang
di bawa oleh Nabi yang jujur. Dalam shahih bukhari dan muslim,maka ia di
berikan catatan amal kebaikannya, perkataannya: maka dikeluarkan kartu
baginya. Ini menunjukkan atas timbangan yang sesungguhnya dan
bhawasanya yang di timbang adalah lembaran amal sebagaimana telah
jelaskan di atas. .wabillah taufik.
▲
▼
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
APAKAH YANG DI TIMBANG ?
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang di timbang pada hari itu,ada beberapa pendapat Pertama:
yang di timbang pada hari itu adalah amal itu sendiri, ia dijadikan
dalam bentuk benda lalu di letakkan di timbangan. Hal ini di tunjukkan
oleh hadits Abu Hurairah dalam kitab Shahih berkata: Rasulullah bersabda
" Dua kalimat yang di sukai ALLAH YANG MAHA PENGASIH,sebuah sebutan
yang ringan di mulut,tetapi berat di timbangan yaitu : "Subhanallah
Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim " [HR.Bukhari ] dlm Fathul Bari ,
(13/537 ) Banyak nas yang menunjukkan bahwa pada hari kiamat amal-amal
datang dengan suatu bentuk.
Allah
yang lebih mengetahuinya, di antaranya datangnya AL-QUR'AN memberi
syafaat pada pembacanya di hari kiamat,dan bahwasanya surah AL-BAQARAH
DAN AL-IMRAN datang seakan-akan dua awan atau mendung atau sekelompok
burung yang berbaris membela para pembacanya.Dalam Shahih Muslim dari
Abu Umamah berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda :" Bacalah
AL-QUR'AN ,karena dia datang pada hari kiamat memberi syafaat pada para
pembacanya,BACALAH DUA SURAH AL-BAQARAH DAN AL-IMRAN,karena keduannya
datang pada hari kiamat seakan-akan dua awan ,atau sekelompok burung
yang berbaris membela para pembacanya." [ HR. Muslim ]
Imam
Muslim juga meriwayatkan dari An-Nawwas ibn Sam'an berkata. Aku
mendengar Rasulullah bersabda :"Pada hari kiamat AL-QUR'AN di datangkan
bersama-sama orang yang mengamalkannya,di pimpin oleh surah AL-BAQARAH
DAN AL-IMRAN, seakan keduannya dua awan atau dua naungan di antara
keduannya ada cahaya,atau seakan keduanya dua kawanan burung yang
berbaris membela pembacanya." [HR. Muslim ]
Pendapat
yang di dukung oleh ibnu Hajar dan dikuatkannya, beliau berkata: Yang
benar adalah yang di timbang amalnya. Abu Daud,Tirmidzi, dan Ibnu Hibban
dari Abu Darda dari Nabi bersabda :" Tidak ada yang di letakkan di atas
timbangan pada hari kiamat yang lebih berat dari akhlak yang baik."
[HR. Abu Daud,Tirmidzi dan Ibnu Hibban ]
Kedua
: Yang di timbang adalah orang yang beramal itu sendiri . Banyak nash
yang menunjukkan bahwa manusia ditimbang pada hari kiamat,mereka berat
atau ringan dalam timbangan sesuai dengan iman mereka. Bukan karena
besarnya badan mereka. Dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah dari
Rasulullah bersabda : " Sungguh akan datang orang yang besar dan gemuk
pada hari kiamat,di sisi Allah tidak sebanding dengan berat sayap
nyamuk, dan bersabda " bacalah ":
Firman-Nya
أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ
أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
DAN KAMI TIDAK MENGADAKAN SUATU PENILAIAN BAGI [AMALAN] MEREKA PADA HARI KIAMAT."
[QS. Al-Kahfi : 105 ]
Dan di datangkan orang yang kurus dan lemah,kedua betisnya kecil,ternyata timbangannya sama dengan GUNUNG ." [HR. Bukhari ]
Imam
Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya dari Zir bin Hubaisy dari Ibnu
Mas'ud tentang kedua betis beliau yang kecil, sehingga angin pun
menipunya,maka orang-orang mentertawainya , maka Rasulullah bersabda :"
Apa yang kalian tertawakan ? ___mereka berkata : " Wahai Nabiullah,
karena betisnya kecil. Rasulullah bersabda:" Demi yang jiwaku di
tangan-Nya,sungguh keduannya lebih berat timbangannya dibandingkan
dengan Gunung Uhud....[HR. Ahmad] Ibnu Katsir berkata: Ahmad meriwayatkannya sendiri,dan sanadnya baik dan kuat.
Alangkah
baiknya apa yang di katakan oleh seorang penyair " Engkau melihat orang
kurus lalu engkau menghinannya,padahal di dalam bajunya terpendam singa
yang buas. Dan engkau kagum pada orang yang gemuk lalu engkau puji,
akan tetapi engkau salah sangka terhadap orang gemuk."
Ketiga: Yang di timbang adalah lembaran-lembaran amal.
Tirmidzi
meriwayatkan dalam (sunannya) dari Abdullah bin Amr bin Ash ra.
Bahwasanya Rasulullah bersabda :" Sesungguhnya Allah akan menyelamatkan
seseorang dari umatku di depan orang banyak,maka dibeberkan baginya
sembilan puluh sembilan buku,setiap buku seperti sepanjang pandangan,
kemudian berkata :" Apakah ada yang kamu bantah dari ini semua
?___Apakah para penulis amal menzalimimu ?___ia berkata " tidak wahai
Tuhanku, Allah berkata :" Apakah engkau punya alasan ?___ ia berkata "
Tidak wahai Tuhanku. Maka Allah berkata:" Benar, sesungguhnya engkau
mempunyai kebaikan di sisi KAMI,dan sesungguhnya pada hari ini tidak
ada kezaliman,lalu dikeluarkan kartu yang isinya Asyhadu an Laa Ilaaha
Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasuulullah,Allah berkata : Hadiri
timbanganmu, ia berkata :" wahai Tuhanku,apa kartu ini bersama buku-buku
tersebut ?___Allah berkata: engkau tidak akan di zalimi ,maka buku-buku
tersebut di letakan di salah satu anak timbangan,dan kartu di letakkan
di atas timbangan yang lain, maka buku-buku tersebut naik,dan kartu itu
menjadi lebih berat,dan tidak ada yang lebih berat dari nama Allah.
Al-Qurthubi cenderung kepada pendapat ini,beliau berkata: Yang benar
bahwa timbangan menjadi berat dengan buku-buku yang di dalamnya di
tulis amal manusia,dan dengannya ia menjadi ringan....Ibnu Umar berkata :
Lembaran-lembaran amal ditimbang,kalau memang demikian, maka
lembaran-lembaran itu berbentuk benda,dan Allah menjadikan lebih
beratnya salah satu anak timbangan dibandingkan yang lain sebagai dalil
atas banyaknya amal dengan memasukkannya ke surga atau neraka.
As-Safariyani
berkata : "Yang benar bahwa yang ditimbang adalah lembaran-lembaran
amal,dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Abdil Barr, Al-Qurthubi dan
lainnya,dan dibenarkan oleh Syaikh Mar'i dalam bukunya (al-bahjah) dan
Jumhur ahli tafsir juga berpendapat demikian,dan ini dikisahkan oleh
Ibnu Athiyah dari Abil Ma'ali."
Barangkali
pendapat yang benar adalah yang di timbang adalah orang yang beramal
,amalannya dan lembaran-lembaran amal tersebut. Nash-nash yang telah di
kemukakan menunjukkan bahwa ketiga-tiganya ditimbang,dan nash-nash yang
mengatakan ditimbangnya salah satu dari yang tiga tersebut tidak
menafikan bahwa yang lain tidak di timbang.
Jadi
cara mengkompromikan antara nash-nash adalah menetapkan timbangannya
bagi ketiga unsur tersebut. Dan ini yang di kuatkan oleh Syaikh Al-Hafid
Al-Hakami, beliau berkata:" Yang saya pahami dari nash-nash adalah
orang yang beramal. Amalan dan lembaran-lembaran amal tersebut semuanya
ditimbang,karena hadits-hadits yang menjelaskan Al-Qur'an menyebutkan
semua itu. Tidak ada pertentangan antara hadits-hadits tersebut,dan yang
menunjukkan juga atas hal ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad rahimahullah dari Abdullah bin Amr tentang kisah orang yang punya
kartu (yang terdapat di dalamnya " Laa ilaha illa Allah".
Rasulullah
bersabda:" Timbangan-timbangan di pasang pada hari kiamat,lalu di
datangkan seseorang dan di letakkan di salah satu anak timbangan,dan di
letakkan amal buruknya sehingga timbangan miring kepadanya." kemudian
Rasulullah bersabda:"Lalu orang tersebut dikirim ke neraka ." Rasulullah
melanjutkan :"Saat ia pergi,tiba-tiba ada yang berteriak dari sisi
Allah Yang Maha Pengasih berkata: Jangan buru-buru,masih ada yang
tersisa,lalu di datangkan kartu yang di dalamnnya ada "Laa
ilaha illa Allah" lalu di letakkan bersama orang tersebut dalam satu
anak timbangan,sehingga timbangan miring lebih berat kepadanya. [HR.
Ahmad ]
Ini
menujukkan bahwa seorang hamba,kebaikan dan lembaran-lembarannya di
letakkan di satu sisi,dan keburukan-keburukannya bersama
lembaran-lembarannya di letakkan di sisi yang lain,ini cara
mengkompromikan antara apa yang telah disebutkan secara terpisah-pisah
oleh semua hadits-hadits tentang timbangan. Alhamdulillah. [Ma'arij al
Qabul: 2/272 ]
▲
▼
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
AMAL-AMAL YANG MEMBERATKAN TIMBANGAN
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Paling
berat ukuran amal yang di letakkan di timbangan manusia adalah akhlak
yang baik. Dari Abu Darda dari Nabi bersabda: " Sesungguhnya amal
paling berat yang di letakkan di timbangan seorang hamba pada hari
kiamat adalah akhlak yang baik,dan sesungguhnya Allah membenci
orang-orang yang berkata kotor." [HR. Tirmidzi]
Dalam
Shahih Bukhari dan Muslim dan Sunan Tirmidzi dari Abu Hurairah bahwa
Nabi bersabda : " Dua kalimat yang ringan di lisan,berat di
timbangan,disukai oleh Ar-Rahman : Subhanallah wabihamdihi,Subhanallah
al-azhim." [HR. Bukhari ]
Dalam
Shahih Muslim dari Abu Malik al-Asy'ari berkata, " Rasulullah bersabda
:"Suci itu sebagian iman,alhamdu lillah memenuhi timbangan,dan
subhanallah wal hamdulillah memenuhi antara langit dan bumi." [HR.
Muslim ]Bukhari,Nasa'i dan Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah dari
Nabi, bersabda:" Barangsiapa yang mewakafkan kuda di jalan Allah karena
IMAN kepada ALLAH,mempercayai janji-Nya,maka kenyangnya dari makanan dan
minuman,kotorannya,dan kencingnya menjadi kebaikan dalam timbangannya
pada hari kiamat." [HR. Bukhari,Nasa'i,dan Ahmad ]
♥ღϠ₡ღ♥
Semogah bermanfaat dalam meningkatkan iman dan takwa,....wabillahi
taufik wal hidayah,,,Assalamu'alaikum warrahmatullahi wa
barakaatuh.....Salam Ukhuwah.♥ღϠ₡ღ♥
LikeShare
DALIL-DALIL ADANYA TIMBANGAN MIZAN
Tentang Adanya Mizan /
Timbangan Pada Hari Kiyamat.
.
Setelah manusia dibangkitkan pada
hari kiyamat, maka manusia akan di kumpulkan di padang mahsyar, Padang Mahsyar
adalah tempat berkumpulnya seluruh manusia, di sana banyak proses-proses yang harus
dilalui oleh manusia, seperti didekatkannya matahari di Padang Mahsyar, setelah
tahapan pertama selesai, lalu menuju tahapan kedua yaitu di timbangnya amalan
manusia di Yaumul mizan,
.
setelah selesai lalu di tunjukkannya catatan amal di Yaumul hisab
(di perlihatkan catatan amal), setelah proses itu selesai lalu di suruh
melewati jembatan siroth yang di pasang diatas neraka, jika lulus dan bisa
melewatinya , lalu yang paling terakhir adalah berjalan melalui
jembatan Qantharah menuju ke surga.
.
Dalil Al-Qur’an
Tentang Adanya Mizan / Timbangan:
.
. Allah Ta’ala berfirman:
.
وَنَضَعُ
الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا
وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا
حَاسِبِيْنَ (47)
Artinya:
“Dan Kami akan tegakkan timbangan
yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun
sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawipun, pasti Kami akan
mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)
.
Dalam ayat lain:
.
Allah Ta’ala berfirman:
(فمن
ثقلت موازينه فأولئك هم المفلحون ومن خفت موازينه فأولئك الذين خسروا أنفسهم في
جهنم خالدون)- ) [المؤمنون: 102-103[
Artinya:
“Barangsiapa yang berat timbangan
(kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung, Dan barangsiapa
yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri, mereka kekal didalam neraka jahannam.” (QS. Al-Mukminun: 102-103)
Dalam ayat lain juga: Allah Ta’ala
berfirman:
.
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (8) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ
الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ (9)- (الأعراف: 8-9)
Artinya:
“Timbangan pada
hari itu (menjadi ukuran) kebenaran, barangsiapa
yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung, Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka mereka
itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf: 8-9)
.
Bagaimana Bentuk Timbangan:
.
Dalam hadits Nabi di sebutkan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «قَالَ مُوسَى: يَا رَبِّ
عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ بِهِ، وَأَدْعُوكَ بِهِ،
قَالَ: قُلْ يَا مُوسَى: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، قَالَ: يَا رَبِّ كُلُّ
عِبَادِكَ يَقُولُ هَذَا، قَالَ: قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، قَالَ: إِنَّمَا
أُرِيدُ شَيْئًا تَخُصُّنِي بِهِ، قَالَ: يَا مُوسَى لَوْ أَنَّ أَهْلَ
السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَالْأَرَضِينَ السَّبْعِ فِي كِفَّةٍ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي كِفَّةٍ، مَالَتْ بِهِمْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ»-اخرجه
ابن حبان والحاكم وغيره
Artinya:
Dari Abu Sa’id al-Khudzri Radhiyallahu
Anhu berkata: Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Nabi Musa pernah berkata kepada
Tuhannya, Wahai Rabbku, Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku senantiasa
menyebut-Mu dengannya, memberikan pujian kepada-Mu dengannya, dan berdo’a
kepada-Mu dengan menggunakan sesuatu itu,
maka Allah mengatakan kepada Musa, Wahai Musa, ucapkanlah La ilaha illallah.
.
Nabi Musa menjawab; semua hamba-Mu
bisa mengucapkan ini, Maka Allah berkata kepada Musa; Wahai Musa, kalau
sekiranya tujuh langit dan segala penghuninya selain Aku, dan juga tujuh lapis
bumi, dan semua itu di letakkan pada suatu daun timbangan [Mizan], dan kalimat La
ilaha illallahu di letakkan pada satu daun timbangan yang lainnya, maka akan
lebih berat kalimat La ilaha illallah.”
(Shahih, HR. Ibnu Hibban dan
Al-Hakim, di shahihkan oleh ibnu Hibban, Al-Hakim, Adz-Dzahabi, ibnu Hajar
(Fathul Bari (/11/208)).
Jadi, Mizan yang Allah ciptakan tersebut
memiliki dua daun timbangan / dua mata timbangan sebagaimana dalam hadits
diatas dan juga dalam hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami sampaikan
haditsnya nanti.
.
Berapa Jumlah
Timbangan:
.
Pendapat pertama:
Sebagian ulama’ berpendapat: Jumlah
Timbangan / mizan ada banyak, sebagaimana dzahirnya ayat diatas, dengan lafadz:
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ
لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ,
lafadz الْمَوَازِيْنَ (artinya: “Timbangan-timbangan”) adalah jama’ dari الميزان (artinya satu timbangan).
.
Ulama’ yang lain berpendapat:
Jumlahnya hanya satu, karena yang di maksud الْمَوَازِيْنَ (Timbangan-timbangan)
adalah seluruh amalan-amalan manusia yang akan di timbang di satu Mizan / satu
timbangan tersebut. Pendapat Yang kuat insya Allah adalah pendapat pertama.
Wallahu A’lam.
.
Berapa Besar Ukuran
Timbangan.
.
Mizan di hari Kiamat adalah sesuatu
yang hakiki dan benar-benar ada. Ukurannya sangat besar, melebihi besarnya
langit dan bumi. Seandainya langit dan bumi diletakkan dalam daun timbangannya,
niscaya mizan tersebut akan tetap lapang / longgar. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
.
يُوْضَعُ الْمِيْزَانُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلَوْ وُزِنَ
فِيْهِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ لَوَسِعَتْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: يَا
رَبِّ! لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: لِمَنْ شِئْتُ مِنْ
خَلْقِيْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ
عِبَادَتِكَ.
.
“Pada hari Kiamat, mizan akan
ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia
akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa
timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka
Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu
dengan sebenar-benarnya.” (Shahih,
HR. al-Hakim dan dinilai shohih oleh imam
Al-Hakim, Adz-Dzahabi, al-Albani, dll. (Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah,
no. 941).
.
Komentar para Ulama’:
.
قال أهل العلم : فمن رجحت حسناته على سيئاته فهو من أهل الجنة
ومن رجحت سيئاته على حسناته استحق أن يعذَب في النار
ومن تساوت حسناته وسيئاته كان من أهل الأعراف الذَين يكونون بين الجنة والنار لمدة على حسب ما يشاء الله عز وجل
وفي النهاية يدخلون الجنة
Artinya:
Sebagian para Ulama’ berkata: “Barangsiapa
yang kebaikannya lebih berat daripada keburukannya, maka ia termasuk ahlul
Jannah, barangsiapa yang keburukannya lebih berat daripada kebaikannya maka ia
termasuk ahli Neraka. Dan barangsiapa yang kebaikan dan keburukannya sama
ketika di timbang, maka ia termasuk ahlul A’raf yaitu orang yang kemungkinan di
masukkan ke Surga bisa jadi di masukkan ke Neraka, jika di Neraka maka ia akan
disiksa dalam jangka waktu yang di kehendaki oleh Allah, namun pada akhirnya ia
akan dimasukkan ke Surga.” (di sebutkan oleh Imam Thabari dalam Tafsirnya).
.
Mizan atau timbangan adalah alat
untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Adapun mizan di akherat
adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari Kiamat untuk menimbang amalan
hamba-Nya. (Syarah Lum’atul I’tiqaad, Syaikh Muhammad bin Shalih
al-‘Utsaimin, hal. 120)
.
Apa Saja Yang Akan Di
Timbang Di Hari Kiyamat:
.
Pertama,
Yang Ditimbang Adalah Amal
.
Pendapat ini didukung oleh hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
.
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيْلَتَانِ
فِي الْمِيْزَانِ، حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
.
“Ada dua kalimat yang ringan
diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan
dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa bihamdihi
dan Subhanallohil ‘Azhim.”
(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim,
2694).
.
Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu
Hajar al-Ashqolani rahimahullah. Beliau berpendapat bahwa yang ditimbang
adalah amal, karena Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
.
مَا مِنْ شَيْءٍ فِي الْمِيْزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ
الْخُلُقِ
.
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat
ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab
al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shahiih
al-Adab al-Mufrad, no. 204).
.
Kedua, Yang Ditimbang Adalah
Orangnya
.
Ada beberapa hadits yang menunjukkan
bahwa yang ditimbang adalah orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung
pada keimanannya, bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau
banyaknya daging yang ada di tubuh mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
.
إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيْمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ
.
“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti
ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah,
tidak sampai seberat sayap nyamuk.” Lalu
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..
فَلاَ نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (105)
.
“Dan Kami tidak mengadakan suatu
penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh
al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785)
.
‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu adalah seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting
pohon untuk siwak, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan
menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya
yang kecil. Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para
sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنْ أُحُدٍ
Artinya:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada
gunung uhud.” (Shahih, HR. Ahmad dalam Musnad-nya,
I/420-421 dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, IX/75. Hadits ini dinilai
shohih oleh Imam Al-Arna’ut dalam Tahqiq Musnad Ahmad, Al-Haitsami dalam
Majma’ Zawa’id, dan al-Albani dalam Silsilah Ash-Shohihah, no.
3192).
.
Pendapat Ketiga, Yang Ditimbang
Adalah Lembaran Catatan Amal
.
وروى أحمد وغيره
عن عبد الله بن عمرو قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن الله سيخلص
رجلاً من أمتي على رؤوس الخلائق يوم القيامة، فينشر عليه تسعةً وتسعين سجلاً، كل
سجل مدّ البصر، ثم يقول له أتنكر من هذا شيئاً؟ أظلمتك كتبتي الحافظون؟ قال: لا
يارب، فيقول ألك عذر أو حسنة؟ فيبهت الرجل، فيقول: لا، يارب، فيقول: بلى، إن لك
عندنا حسنة واحدة، لا ظلم اليوم عليك، فتخرج له بطاقة فيها: أشهد أن لا إله إلا
الله، وأن محمداً رسول الله. فيقول أحضروه، فيقول: يارب وما هذه البطاقة مع هذه
السجلات؟ فقال: إنك لا تظلم، قال: فتوضع السجلات في كفه، والبطاقة في كفة، قال:
فطاشت السجلات، ولا يثقل شيء بسم الله الرحمن
الرحيم".
Artinya:
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr
bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (yang artinya): “Sungguh Allah akan membebaskan
seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika
itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan
panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang
engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal
telah menganiayamu?,’
.
Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’
Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak
Wahai Rabbku.’ Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu
kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya
sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya
terdapat kalimat:
.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
.
Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan Rasul-Nya.
Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan
timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan
seluruh gulungan (dosa) itu?,’ Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan
dianiaya.’
.
Kemudian diletakkanlah
gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun
timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu
(laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih
berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah.”
.
(Hadits diatas sanadnya Shahih, HR.
Imam Tirmidzi, no. 2639, Ibnu Majah, no. 4300, Al-Hakim, 1/6, 529, dan Ahmad,
no. II/213. Hadits ini dinilai shohih oleh Imam Al-Hakim, Adz-Dzahabi,
Al-Arna’ut, al-Albani, dll. (Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 135)
.
--------------
.
Pendapat terakhir inilah yang
dipilih oleh al-Qurthubi. Beliau mengatakan, “Yang benar, mizan menimbang berat
atau ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal…” (At-Tadzkirah, hal.
313)
.
Adapun yang shahih bahwasanya
ketiga-tiganya diatas adalah benar, karena semuanya terdapat didalam hadits
yang shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Tiga pendapat di atas tidak saling
bertentangan satu sama lain. Sebagian orang ada yang ditimbang amalnya,
sebagian yang lain ditimbang buku catatannya, dan sebagian yang lain ditimbang
dirinya.
.
Syaikh Muhammad bin sholih
al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa secara umum yang ditimbang
adalah amal perbuatannya, karena kebanyakan dalil-dalil menunjukkan bahwa yang
ditimbang adalah amal perbuatan. Adapun timbangan buku catatan amal dan
pelakunya, maka itu khusus untuk sebagian orang saja. (Syarah al-’Aqidah
al-Wasithiyyah, hal. 390)
Wallahu A’lam Bis Showab.
Referensi:
Syarah Aqidah Wasitiyyah
Karya Syeikh Utsaimin Rahimahullah
Syarah Lum’atul I’tiqaad, Karya Syeikh Utsaimin Rahimahullah
Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah Karya Syeikh Nashiruddin Al-Albani
At-Tadzkirah Karya Imam Al-Qurtubi
Fathul Bari Fi Syarhi Shahihil
Bukhari Karya Ibnu
Hajar Al-Asqalani
.
[Lilik IbadurR (Abu Utsman)]
Diposkan oleh
Lilik ibadurrohman
di
06.07
Segala puji hanya bagi Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.
Mizan atau timbangan adalah alat untuk mengukur sesuatu berdasarkan
berat dan ringan. Adapun mizan di akherat adalah sesuatu yang Allah
letakkan pada hari Kiamat untuk menimbang amalan hamba-Nya. (
Syarah Lum’atul I’tiqaad, Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, hal. 120)
Mizan di hari Kiamat adalah sesuatu yang hakiki dan benar-benar ada. Hanya Allah
Ta’ala yang
mengetahui seberapa besar ukurannya. Seandainya langit dan bumi
diletakkan dalam daun timbangannya, niscaya mizan tersebut akan tetap
lapang. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُوْضَعُ الْمِيْزَانُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلَوْ وُزِنَ فِيْهِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ
لَوَسِعَتْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: يَا رَبِّ! لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟
فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: لِمَنْ شِئْتُ مِنْ خَلْقِيْ، فَتَقُوْلُ
الْمَلاَئِكَةُ: سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ.
“Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan
untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat
pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?” Allah
berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka Malaikat
berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu
dengan sebenar-benarnya.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam
Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 941).
Kaum muslimin
rahimakumullah, mizan ini sangat akurat dalam menimbang, tidak lebih dan tidak kurang sedikitpun. Allah
Ta’ala berfirman:
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ
الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ
كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا
حَاسِبِيْنَ (47)
“Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat,
sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan
itu hanya seberat biji sawipun, pasti Kami akan mendatangkan
(pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)
Mizan ini memiliki dua daun timbangan sebagaimana diceritakan dalam
hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami sampaikan haditsnya
nanti. Lalu, apakah yang ditimbang di hari Kiamat kelak? Para
ulama kita berbeda pendapat tentang apa yang ditimbang di hari Kiamat. Ada tiga pendapat dalam masalah ini.
Pendapat Pertama, Yang Ditimbang Adalah Amal
Pendapat ini didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ
عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ، حَبِيْبَتَانِ إِلَى
الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat
dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah
Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa bihamdihi dan Subhanallohil ‘Azhim.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim, 2694).
Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqolani
rahimahullah. Beliau berpendapat bahwa yang ditimbang adalah
amal, karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ فِي الْمِيْزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab
al-Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam
Shahiih al-Adab al-Mufrad, no. 204)
Kedua, Yang Ditimbang Adalah Orangnya
Ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah
orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung pada keimanannya,
bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau banyaknya daging
yang ada di tubuh mereka. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيْمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ
“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang
besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai
seberat sayap nyamuk.” Lalu Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
”Bacalah..
فَلاَ نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (105)
“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785)
‘Abdullah ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu adalah seorang
sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting pohon untuk siwak,
tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan menyingkap
pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang
kecil. Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:
“Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنْ أُحُدٍ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada gunung uhud.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam
Musnad-nya, I/420-421 dan ath-Thabrani dalam
al-Kabiir, IX/75. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam
As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 3192).
Pendapat Ketiga, Yang Ditimbang Adalah Lembaran Catatan Amal
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash
radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
“Sungguh
Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia
pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan
(dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang,
kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua
catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’
Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau
memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’ Allah
berfirman: “Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku
dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikitpun.
Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya
terdapat kalimat:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai
Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa)
itu?,’ Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya.’ Kemudian
diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan
kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa)
tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat.
Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang
padanya terdapat Nama Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no.
2639, Ibnu Majah, no. 4300, Al-Hakim, 1/6, 529, dan Ahmad, no. II/213.
Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam
Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 135)
Pendapat terakhir inilah yang dipilih oleh al-Qurthubi. Beliau
mengatakan, “Yang benar, mizan menimbang berat atau ringannya buku-buku
yang berisikan catatan amal…” (
At-Tadzkirah, hal. 313)
Kesimpulan
Tiga pendapat di atas tidak saling bertentangan satu sama lain.
Sebagian orang ada yang ditimbang amalnya, sebagian yang lain ditimbang
buku catatannya, dan sebagian yang lain ditimbang dirinya.
Syaikh Muhammad bin sholih al-‘Utsaimin
rahimahullah
mengatakan bahwa secara umum yang ditimbang adalah amal perbuatannya,
karena kebanyakan dalil-dalil menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah
amal perbuatan. Adapun timbangan buku catatan amal dan pelakunya, maka
itu khusus untuk sebagian orang saja. (
Syarah al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, hal. 390)
Apa yang disampaikan oleh syaikh ‘Utsaimin inilah yang nampaknya lebih menentramkan hati.
Wallahu Ta’ala a’lam.
Semoga sedikit sajian yang kami sampaikan ini bisa menjadi pendorong
bagi kita untuk beramal sholih. Dan sekecil apapun amalan yang kita
lakukan, tidak akan disia-siakan walaupun sebesar semut kecil. Dan di
hari Kiamat kelak, setiap manusia pasti akan melihat setiap amal yang
telah dia usahakan di dunia ini.
Kita memohon kepada Allah
Ta’ala, semoga Allah
Ta’ala menutup umur kita dengan kebaikan dan keselamatan. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
—
Penulis:
dr. Muhaimin Ashuri
Muroja’ah:
Ustadz Aris Munandar, MA
Artikel
www.muslim.or.id
Ayat Qur'an dan Hadist tentang Mizan ( Timbangan Amal )
MIZAN ( TIMBANGAN AMAL )
Ayat Al Qur’an mengenai Mizan adalah sebagai berikut :
1. Surah Al Mukminun ayat 101-118
“
Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di
antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah
orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan
timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api
neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. Bukankah
ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu
mendustakannya? Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh
kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka
jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang zalim." Allah berfirman: "Tinggallah dengan hina di
dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. Sesungguhnya, ada
segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia): "Ya Tuhan kami, kami
telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau
adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah
ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa
mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka,
Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena
kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang."
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka
menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui" Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami? Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di
samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu,
maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku
berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang
Paling baik." ( Q.S. Al Mukminun : 101-118).
2. Surah Al A’raf ayat 8-9
“
Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa
berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah
orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Kami.”
3. Surah Al Anbiya ayat 47
“
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya
seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah
Kami sebagai pembuat perhitungan.”
4. Surah Al Qari’ah ayat 6-11
“
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia
berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang
ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka
Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat
panas.”
Hadist-hadist Nabi tentang Mizan (Timbangan Amal ) :
- “Ada
dua kalimat yang ringan di lidah, berat dalam timbangan dan disenangi
oleh Yang Maha Pengasih, (yaitu) Subhanallahi wa bihamdih
subhanallahil’adzim.” ( H.R. Bukhari Muslim )
- “ Bersuci itu adalah separuh iman, dan Al Hamdulillah itu memenuhi timbangan.” ( H.R. Muslim).
- “
Sungguh benar-benar akan datang seorang lelaki yang gemuk dan besar,
namun timbangannya di sisi Alloh tidak dapat menyamai sebelah sayap
nyamuk.” ( H.R. Bukhari )“
- Bahwa
Rasululloh Saw telah bersabda, “ Sesungguhnya Alloh SWT akan
menyelamatkan seorang lelaki dari umatku pada hari kiamat di depan
seluruh manusia. Maka di bukakan baginya sembilan puluh sembilan daftar
catatan amal. Setiap satu catatan amal panjangnya sejauh mata memandang.
Kemudian Alloh Berfirman, “ Apakah kamu mengingkari sesuatu dari
catatan ini ? Apakah para malaikat pencatat menganiaya kamu?” Dia
berkata,” Tidak, Wahai Tuhanku,” Alloh Berfirman,” Apakah kamu mau
menyampaikan sembarang alasan?” Orang itu berkata,” Tidak wahai
Tuhanku.” Lalu Alloh berfirman,” Ya, sesungguhnya kamu punya satu
kebaikan di sisi-Ku. Dan sesungguhnya kamu tidak akan dirugikan pada
hari ini.” Kemudian dikeluarkan sehelai kertas yang di dalam terdapat
syahadat, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya,”.
Alloh berfirman, bawalah ini dan timbanglah!” Lelaki itu berkata,”Wahai
tuhanku apakah arti sehelai kertas ini dibandingkandengan catatan amal
yang berlembar-lembar ?” Alloh berfirman “ Sesungguhnya kamu tidak akan
dirugikan.” Rasululloh Saw bersabda,” Lalu lembaran-lembaran itu
diletakkan dalam satu daun timbangan dan kertas itu diletakkan dalam
daun timbangan yang lain, maka ringanlah lembaran-lembaran catatan amal
itu dan beratlah sehelai kertas itu. Tidak ada sesuatu pun yang lebih
berat dari asma Alloh SWT.” ( H.R. Tirmidzi).
- Ibnul
Jauzi dalam kitabnya Bustaan al waa'idzin wa Riyaadh al Saami'in
menyebutkan Abu Hurairah Ra berkata : Rasululloh Saw Bersabda ," Dua
kalimat yang ringan di lisan, berat di Mizan dan dicintai al Rahman, (
kalimat itu adalah) Maha Suci Alloh dan dengan segala pujian kepada-Nya.
Maha Suci Dzat yang Maha Agung."
- Ibnul
Jauzi dalam kitabnya Bustaan al waa'idzin wa Riyaadh al Saami'in
menyebutkan Diriwayatkan pula bahwa ada seorang lelaki datang kepada
Rasululloh Saw. lantas dia berkata," Wahai Rasululloh, aku datang
kepadamu agar kamu mau mengajari sebuah ilmu yang bisa memasukkan aku ke
dalam sorga dan menyelamatkan aku dari neraka." Maka rasululloh Saw
bersabda kepadanya," maukah kamu aku beritahu tentang dua buah kalimat
yang bisa memberatkan mizan, ringan dilisan, membuat al Rahman menjadi
ridha dan menyebabkan setan murka? (Hendaklah) kamu mengatakan
Subhanallah Walhamdulillah. sesungguhnya kedua kalimat tersebut dapat
mendekatkan (seseorang yang mengucapkannya) ke Sorga dan menjauhi
neraka."
Daftar pustaka
Al Qur'an Terjemahan Depag RI
Al Khalifi, Abdul Adzim bin Badawi. 2008.Rahlah fi Rihabi Al Yaumil Akhir ( Menjelang hari Akhir). Citra Risalah. Yogyakarta
Ibnul Jauzi. 1996. Menuai Taman Surga ( taman orang memberi dan mendengar nasihat). Pustaka Azzam. Jakarta
Diposkan oleh
Kang Asmu
Mizan, yang Kita Nantikan
(2633 Views) April 26, 2012 3:38 am |
Published by
Redaksi |
Komentar Dinonaktifkan pada Mizan, yang Kita Nantikan
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan)
Makna Mizan
Mizan secara etimologi (bahasa) adalah alat yang digunakan untuk
mengukur (bobot) segala sesuatu, sehingga benda tersebut dapat diketahui
beratnya.
Adapun makna mizan menurut syariat adalah timbangan yang Allah l
letakkan pada hari kiamat nanti untuk menimbang amalan para hamba-Nya.
(Syarh Lum’atul I’tiqad hlm. 120)
Dalil-Dalil Adanya Mizan
Dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah yang menunjukkan adanya mizan pada
hari kiamat cukup banyak jumlahnya. Tidak mungkin disebutkan semuanya di
sini. Di antara dalil-dalil tersebut adalah:
1. Allah l berfirman:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat
biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami
sebagai pembuat perhitungan.” (al-Anbiya: 47)
2. Allah l juga berfirman:
“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa
berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (al-A’raf: 8)
3. Rasulullah n mengisahkan dalam hadits bithaqah (selembar kartu) yang masyhur, yang beliau n bersabda:
Sesungguhnya Allah l akan menyelamatkan/membebaskan seseorang dari
umatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, yang dipampangkan
kepadanya 99 catatan amalannya, setiap catatan amalan panjangnya sejauh
mata memandang.
Dia (Allah l) berkata kepadanya, “Apakah engkau akan mengingkari sesuatu
dari catatan-catatan ini? Apakah para malaikat-Ku yang bertugas
mencatat amal menzalimimu?”
Dia menjawab, “Tidak, wahai Rabbku.”
Allah l berkata, “Apakah engkau memiliki uzur (alasan) atau kebaikan?”
Orang tersebut bingung, kemudian dia menjawab, “Tidak, wahai Rabbku.”
Allah l kemudian berkata, “Justru engkau memiliki satu kebaikan di
sisi-Ku. Tidak ada sedikit pun kezaliman yang akan menimpamu pada hari
ini.”
Kemudian dikeluarkan satu kartu (bithaqah) miliknya yang ada padanya
ucapan syahadatnya. Allah l berkata, “Datangkanlah kartu itu!”
Orang itu berkata, “Wahai Rabbku, apa artinya kartu ini dibandingkan dengan lembaran catatan amalan itu?”
Allah l menjawab, “Sesungguhnya engkau tidak akan dizalimi.”
Kemudian diletakkan lembaran-lembaran tersebut di salah satu sisi
timbangan, sedangkan kartu itu diletakkan di sisi timbangan lainnya.
Sisi timbangan yang ada lembaran-lembaran naik dan bagian lain yang
berisi kartu turun. (HR. at-Tirmidzi)
Rasulullah n juga bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ
“Bersuci itu setengah dari iman, ucapan ‘alhamdulillah’ itu memenuhi mizan….” (HR. Muslim dari Abu Malik al-Asy’ari z)
Jumlah Mizan untuk Menimbang Amalan
Kalau kita perhatikan seluruh dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang
menunjukkan adanya mizan, kita akan mendapatkan bahwa lafadz mizan
kadang disebutkan jamak (banyak) dan kadang disebutkan mufrad (tunggal).
Bagaimana cara mendudukkan masalah ini?
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin t berkata, “Penyebutan
lafadz mizan dalam bentuk jamak adalah berdasarkan amalan yang akan
ditimbang. Amalan yang ditimbang banyak jumlahnya. Adapun penyebutan
dalam bentuk tunggal adalah berdasarkan jumlah mizan (timbangan), yaitu
satu.” (Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah 2/139)
Demikian pula arahan al-Imam Ibnu Katsir t tatkala menafsirkan ayat
ke-47 dari surat al-Anbiya. Beliau berkata, “Kami (Allah l) meletakkan
timbangan amal yang adil nanti pada hari kiamat. Mayoritas ulama
berpendapat bahwa jumlah mizan hanya satu. Hanya saja, disebut dalam
bentuk jamak berdasarkan jumlah amalan yang akan ditimbang.” (Tafsir
Ibnu Katsir 3/161)
Ciri-Ciri Mizan
Berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah, para ulama menjelaskan ciri-ciri mizan tersebut.
Di antara ulama yang menjelaskan ciri-ciri mizan adalah asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah.
Beliau berkata, “Penimbangan amalan-amalan hamba benar-benar akan
terjadi dengan mizan hakiki yang memiliki dua daun timbangan,
sebagaimana yang disebutkan oleh hadits-hadits. Akan tetapi, Allah lebih
tahu tentang kaifiahnya (bentuknya), karena hal ini termasuk perkara
gaib yang akan terjadi di akhirat. Adapun makna yang jelas, yaitu mizan
hakiki memiliki dua daun timbangan. Amalan kebaikan akan diletakkan pada
satu sisi, sedangkan amalan kejelekan diletakkan pada sisi yang lain.
Pemiliknya akan mendapatkan balasan yang baik atau buruk sesuai dengan
amalan yang lebih berat.” (Syarhul Lum’ah hlm. 205)
Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata bahwa Abu Ishaq az-Zajjaj t mengatakan,
“Ahlus Sunnah bersepakat mengimani adanya mizan dan bahwa amalan para
hamba akan ditimbang dengannya pada hari kiamat. Mizan tersebut memiliki
lisan (neraca) dan dua daun timbangan. Salah satunya akan turun karena
amalan-amalan (yang diletakkan padanya).” (Fathul Bari 13/548)
Yasin bin Ali al-‘Adni berkata di dalam catatan kakinya terhadap Syarh
al-Aqidah al-Wasithiyah karya Muhammad Khalil Harras t, “Di antara dalil
yang menunjukkan bahwa mizan memiliki dua daun timbangan adalah hadits
bithaqah yang diriwayatkan oleh al-Imam at-Tirmidzi (2639) dan lainnya.
Hadits ini disebutkan dalam kitab ash-Shahihul Musnad dari sahabat
Abdullah bin ‘Amr c.”
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa mizan tersebut memiliki “lisan”,
sebatas kemampuan kami dalam meneliti rujukan-rujukannya, kami belum
menemukannya selain riwayat dari Ibnu Abbas c dalam kitab Syu’abul Iman
lil Baihaqi (1/263).
Akan tetapi, (riwayat tersebut) dari jalan al-Kalbi, dari Abu Shalih,
dari Ibnu Abbas c. Al-Kalbi bernama Muhammad bin as-Sa’ib, seorang
perawi yang muttaham bil kadzib (dituduh berdusta).
Adapun riwayat Abu Shalih dari Ibnu Abbas adalah riwayat yang terputus sanadnya. Nama beliau adalah Badam.
Apa Saja yang Ditimbang?
Allah Maha Mengetahui amalan para hamba secara rinci sebelum Dia
menciptakannya dengan ilmu-Nya yang sempurna, walaupun tanpa hisab dan
mizan. Hanya saja, Allah l dengan hikmah-Nya yang sempurna berkehendak
menunjukkan keadilan-Nya di hadapan seluruh makhluk-Nya.
Berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasulullah n, yang akan ditimbang dengan mizan itu di akhirat adalah:
1. Amalan yang baik dan yang buruk
Allah l berfirman:
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang
bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) perbuatan
mereka. Barang siapa yang melakukan kebaikan seberat zarah, niscaya dia
akan melihat (balasan) nya. Barang siapa yang melakukan kejahatan
seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”
(az-Zalzalah: 6—8)
Rasulullah n bersabda:
كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، خَفِيفَتَانِ عَلَى
اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ،
سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang dicintai ar-Rahman yang keduanya ringan dalam ucapan,
tetapi berat di dalam timbangan (di akhirat); yaitu, ‘Subhanallah wa
bihamdihi dan subhanallahil ‘azhim’.” (Muttafaqun alaih dari Abu
Hurairah z)
2. Catatan-Catatannya
Hal ini berdasarkan hadits bithaqah yang masyhur yang telah disebutkan sebelumnya.
3. Orangnya
Al-Imam al-Bukhari t meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah z, dari Rasulullah n, beliau bersabda:
“Sungguh, pada hari kiamat akan datang seseorang yang gemuk dan besar.
(Kemudian dia ditimbang), ternyata beratnya di sisi Allah l tidak lebih
dari berat sehelai sayap nyamuk.” Beliau n berkata, “Bacalah, ‘Maka Kami
tidak akan menegakkan bagi mereka timbangan pada hari kiamat.’
(al-Kahfi: 105).”
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin t berkata, “Ada tiga hal
yang akan ditimbang: amal, orang yang beramal, dan catatan amal.
Sebagian ulama berkata, ‘Untuk mendudukkan riwayat itu semua, bisa
dikatakan bahwa untuk sebagian orang, yang ditimbang adalah amalannya.
Orang yang lain ditimbang catatan amalannya. Yang lain lagi ditimbang
dirinya/pemiliknya.’
Sebagian ulama berpendapat, ‘Untuk mendudukkan riwayat itu semua,
dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ditimbang amalannya adalah
amalan yang dicatat di dalam lembaran-lembaran catatan amal itu. Adapun
ditimbangnya pemilik amalan hanya terjadi pada sebagian orang’.”
Kemudian beliau t berkomentar, “Akan tetapi, ketika diteliti, kita akan
mendapati bahwa mayoritas dalil menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah
amalan dan sebagian orang yang dikhususkan. Dengan demikian, yang
ditimbang adalah catatan-catatan amalannya atau pemilik amalan itu
sendiri.”
Adapun hadits kisah Ibnu Mas’ud z (tentang ditimbangnya manusia) dan
hadits bithaqah (ditimbangnya catatan amal), hal ini adalah sesuatu yang
dikhususkan oleh Allah l bagi hamba-Nya yang Dia kehendaki. (Syarh
al-Aqidah al-Wasithiyah 2/143)
Amalan yang Akan Memenuhi dan Memberati Timbangan
Secara umum, seluruh amalan yang baik dengan berbagai jenisnya, baik
amalan hati maupun anggota badan, baik ucapan hati maupun ucapan lisan,
akan memenuhi dan mengisi timbangan. Terlebih lagi, kalau Allah l dengan
rahmat dan keutamaan-Nya melipatgandakan amalan-amalan seorang hamba
yang Dia kehendaki.
Allah l berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah,
dan jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan
melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”
(an-Nisa: 40)
Rasulullah n meriwayatkan dari Rabbnya l:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسِّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ،
فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ عِنْدَهُ
حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ
لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى
أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا
كَتَبَهَا اللهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ
بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً
“Sungguh, Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan lalu
menjelaskannya. Barang siapa meniatkan satu kebaikan, namun tidak
melakukannya, Allah mencatat satu kebaikan penuh baginya di sisi-Nya.
Jika dia meniatkannya lalu melakukannya, Allah mencatat baginya sepuluh
kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, hingga jumlahnya berkali-kali
lipat. Barang siapa meniatkan satu keburukan, namun tidak melakukannya,
Allah mencatat satu kebaikan penuh baginya di sisi-Nya. Jika dia
meniatkannya lalu melakukannya, Allah mencatat baginya satu keburukan
saja.” (Muttafaqun alaih dari Ibnu Abbas c)
Adapun amalan kebaikan yang dinyatakan oleh Rasulullah n secara tegas
dan jelas akan memenuhi dan memberatkan timbangan adalah sebagai
berikut.
1. Ucapan dua kalimat syahadat yang benar dan ikhlas dari hatinya
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh hadits bithaqah di atas.
2. Akhlak yang baik
Rasulullah n bersabda:
إِنَّ أَثْقَلَ شَيْءٍ فِي مِيْزَانِ الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ خُلُقٌ حَسَنٌ، وَإِنَّ اللهَ يَبْغَضُ الْفَاحِشَ الْبَذِئَ
“Sesungguhnya sesuatu yang paling berat yang akan diletakkan di dalam
timbangan amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah akhlak yang baik,
dan sesungguhnya Allah l membenci orang yang keji dan jelek ucapannya.”
(HR. Abu Dawud dan Ahmad, lihat ash-Shahihah no. 876)
3. Berzikir kepada Allah l, seperti tahmid dan tasbih
Rasulullah n bersabda:
كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، خَفِيفَتَانِ عَلَى
اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ،
سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang dicintai oleh ar-Rahman, ringan di lisan, berat di
mizan: Subhanallahi wabihamdihih dan Subhanallahil ‘azhim.” (Muttafaqun
alaih dari Abu Hurairah z)
Rasulullah n juga bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ
“Bersuci itu setengah dari iman, ucapan ‘alhamdulillah’ itu memenuhi mizan….” (HR. Muslim dari Abu Malik al-Asy’ari z)
4. Memelihara kuda untuk berjihad di jalan Allah l
Rasulullah n bersabda:
مَنِ احْتَبَسَ فَرَسًا فِي سَبِيلِ اللهِ إِيمَانًا بِاللهِ وَتَصْدِيقًا
بِوَعْدِهِ فَإِنَّ شِبَعَهُ وَرِيَّهُ وَرَوْثَهُ وَبَوْلَهُ فِي
مِيزَانِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa memelihara dan mempersiapkan seekor kuda untuk berperang
fi sabilillah karena iman kepada Allah l dan membenarkan janji-Nya, maka
kenyang dan tidak hausnya (kuda itu), kotoran dan air kencingnya
menjadi kebaikan-kebaikan yang akan (diletakkan) di dalam timbangan
amalannya pada hari kiamat.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah z)
Adakah Mizan bagi Orang Kafir?
Allah l berfirman:
“Barang siapa yang ringan timbangannya, mereka itulah orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.”
(al-Mu’minun: 103)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin t berkata, “Orang-orang
kafir adalah orang yang akan mendapatkan kerugian (di akhirat). Mereka
tidak mendapatkan manfaat sedikit pun dari keberadaan mereka di dunia
yang fana ini. Bahkan, mereka tidak akan mendapatkan apa pun selain
kerugian. Di akhirat, mereka akan rugi dengan harta-hartanya karena
mereka tidak bisa mengambil manfaat dengannya. Meskipun mereka
memberikan harta kepada orang lain untuk mendapatkan pahala, harta
tersebut tidak akan bermanfaat bagi mereka di akhirat.
Firman Allah l:
“Tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka
nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan mereka tidak beribadah melainkan dengan malas dan tidak
(pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.”
(at-Taubah: 54)
Mereka juga akan rugi dengan keluarganya karena mereka berada di neraka.
Penghuni neraka tidak akan mendapatkan kebahagiaan dengan sebab
keluarganya. Mereka justru terkunci di dalamnya. Mereka tidak akan
melihat seorang pun yang lebih dahsyat azabnya daripada dirinya.
Yang dimaksud dengan “lebih ringan dalam timbangan” adalah tatkala
amalan-amalan yang jelek itu lebih berat daripada amalan-amalan yang
baik, atau amalan yang baik sama sekali tidak ada.
Hal ini berdasarkan pendapat bahwa orang-orang kafir akan ditimbang
amalannya, sebagaimana yang tampak dalam ayat yang mulia ini dan yang
semisalnya. Ini adalah salah satu pendapat dari dua pendapat ulama dalam
masalah ini.
Adapun pendapat kedua menyatakan bahwa orang-orang kafir tidak akan
ditimbang amalan-amalannya. Mereka berdalilkan dengan firman Allah l:
“Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan
(kafir terhadap) perjumpaan dengan-Nya. Maka hapuslah amalan-amalan
mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka
pada hari kiamat.” (al-Kahfi: 105) (Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah
2/145—146)
Dari penjelasan asy-Syaikh t di atas, disimpulkan bahwa terjadi
perbedaan pendapat di antara ulama Ahlus Sunnah tentang hisab
orang-orang kafir di akhirat.
Al-Imam al-Qurthubi t merajihkan pendapat yang pertama bahwa orang-orang
kafir tetap akan ditimbang amalan mereka, sebagaimana ucapan beliau t
dalam kitabnya, at-Tadzkirah, berikut ini.
Allah l berfirman:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat.” (al-Anbiya: 47)
Allah l (terkhusus dalam ayat ini) tidak membedakan antara satu jiwa dan
yang lain dalam hal mizan. Kebaikan mereka akan ditimbang dan akan
dibalas. Hanya saja, Allah l mengharamkan surga bagi mereka sehingga
balasan bagi kebaikan bagi mereka adalah diringankan azabnya (di dalam
Jahannam).
Hal ini berdasarkan kisah Abu Thalib, paman Rasulullah n. Beliau n
pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Thalib senantiasa
melindungi dan menolongmu. Apakah hal itu bermanfaat baginya?”
Rasulullah n menjawab, “Ya, aku melihatnya dalam kesengsaraan di neraka.
Kemudian aku keluarkan dia ke derajat yang paling ringan (di neraka).
Kalau bukan karena aku, niscaya dia akan berada di dalam kerak yang
paling dalam.” (at-Tadzkirah hlm. 363)
Demikian pula al-Imam Ibnu Katsir t merajihkan pendapat yang pertama. Beliau menyatakannya tatkala menafsirkan firman Allah l:
“Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan
(kafir terhadap) perjumpaan dengan-Nya. Maka hapuslah amalan-amalan
mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka
pada hari kiamat.” (al-Kahfi: 105)
Maksudnya menurut beliau adalah Allah l tidak akan menjadikan berat timbangan amalan-amalan mereka karena tidak ada kebaikannya.
Beliau t mendasari pendapat ini dengan hadits Abu Hurairah z, Rasulullah
n bersabda, ‘Sungguh akan datang nanti pada hari kiamat orang yang
gemuk dan besar, namun tidak lebih berat di sisi Allah l daripada
sehelai sayap nyamuk.’ (HR. al-Bukhari).” (Tafsir Ibnu Katsir 3/97)
Beliau t juga menyatakan, “Amalan orang-orang kafir juga akan ditimbang,
walaupun mereka tidak memiliki kebaikan-kebaikan yang bermanfaat bagi
mereka yang sebanding dengan kekafirannya. (Akan tetapi, ditimbangnya
amalan mereka) untuk menunjukkan kecelakaan dan mempermalukan mereka di
hadapan seluruh makhluk.” (an-Nihayah hlm. 246)
Syubhat Mu’tazilah
Golongan sesat Mu’tazilah dengan akalnya yang rusak dan logikanya yang
terbalik, mengingkari adanya mizan di akhirat. Di antara syubhat-syubhat
(kerancuan berpikir) mereka adalah sebagai berikut.
1. Di akhirat tidak ada mizan yang hakiki karena tidak dibutuhkan. Allah
l telah mengetahui amalan para hamba dan telah menghitungnya. Akan
tetapi, yang dimaksud dengan mizan adalah mizan (timbangan) maknawi,
yaitu keadilan.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin t berkata, “Tidak ada
keraguan bahwa pernyataan Mu’tazilah tersebut batil karena bertentangan
dengan zahir lafadz mizan (dalam dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah)
serta ijma’ salaf (para ulama terdahulu). Di samping itu, kalau yang
dimaksud dengan ‘mizan’ adalah ‘keadilan’, maka tidak perlu diungkapkan
dengan sebutan ‘mizan’.Cukuplah diungkapkan dengan ‘keadilan’ karena
ungkapan ‘keadilan’ itu lebih disenangi oleh jiwa daripada kata ‘mizan’.
Allah l berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (an-Nahl: 90) (Syarh Aqidah Wasithiyah 2/139—140)
2. Syubhat yang lain: Amalan adalah perkara maknawi yang tidak berjasad
sehingga tidak mungkin bisa ditimbang. Yang bisa ditimbang adalah
benda-benda yang ada wujudnya. Sampai-sampai mereka berani menyatakan,
“Tidak ada yang membutuhkan mizan (timbangan) selain para penjual sayur
atau kacang.”
Asy-Syaikh Muhamad Khalil Harras t berkata, “Di akhirat, Allah l akan
mengubah amalan-amalan para hamba yang maknawi dan tidak berwujud
menjadi amalan yang berwujud dan memiliki berat. Lalu diletakkanlah
amalan yang baik di salah satu sisi timbangan dan amalan yang jelek di
sisi lainnya.”
Allah l berfirman:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat.” (al-Anbiya: 47) (Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah hlm. 211)
3. Syubhat berikutnya: Sebagian mereka mengatakan bahwa hadits-hadits
yang menunjukkan adanya mizan adalah hadits-hadits ahad, bukan
mutawatir, sehingga tidak memberikan faedah keyakinan dalam masalah
akidah.
Asy-Syaikh al-Albani t berkata, “Sesungguhnya mizan (yang akan
diletakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan) adalah sesuatu yang
benar-benar akan terjadi. Mizan tersebut memiliki dua daun timbangan.
Hal ini merupakan keyakinan Ahlus Sunnah. Berbeda halnya dengan
keyakinan Mu’tazilah dan para pengikutnya di masa kini yang tidak
meyakini perkara akidah yang ada dalam hadits-hadits sahih, karena
menganggap hadits-hadits tersebut adalah hadits ahad yang tidak
memberikan faedah berupa keyakinan. Sungguh, saya telah menjelaskan
kebatilan anggapan ini di dalam kitab saya Bersama al-Ustadz
ath-Thanthawi.” (as-Silsilah as-Shahihah 1/260)
Kita memohon kesehatan dan keselamatan kepada Allah l.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Pengertian Dan Hakikat Mizan Menurut Al-Qur'an Dan Hadits
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Secara bahasa (etimologi) mizan artinya adalah alat (neraca) untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Secara istilah (terminologi), mizan adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari Kiamat untuk menimbang amalan hamba-Nya, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan ijma’ salaf. Imaam Al Qurthubi dalam kitab beliau yang
berjudul “At Tadzkiroh fi Ahwaalil Mautaa wa ‘Umuuril Aakhiroh” (Peringatan
Tentang Keadaan Orang Mati dan Perkara-Perkara Akhirat), yaitu Kitab
yang khusus berbicara tentang Kiamat Sughro (Kiamat Kecil) dan Kiamat Kubro
(Kiamat Besar), beliau menukil perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah bahwa:
“Jika Al Hisab (perhitungan amalan-amalan
seseorang) sudah selesai, maka berikutnya adalah Waznul A’maal dimana amalan
setiap manusia ditimbang. Karena dengan timbangan itu lah kemudian akan
ditegakkannya pembalasan Allah.” Oleh karena
itu Al Mizan didahului oleh Al Hisab.
Karena Hari Hisab merupakan pengakuan manusia, bahwa benar ia telah melakukan
sesuatu amalan ini dan itu semasa hidupnya di dunia. Semua pengakuan itu ada
dalam Muhaasabah.
bahwa Yaumul Mizan adalah untuk
memperlihatkan balasan amalan seseorang. Seseorang itu berhak mendapatkan
balasan seperti apakah akan ditentukan setelah Al Mizan;
dimana balasan Allah terhadap manusia itu adalah sesuai dengan pengakuan amalannya, sesuai dengan
timbangan hasil prestasi amalan yang telah ia lakukan ketika hidup di dunia. Al Haafidz Ibnu Hajar Al Asqolaany (beliau
adalah ‘Ulama ber-madzhab Syafi’iy) dalam Kitab beliau berjudul
“Fat-hul Baari”, beliau mengatakan: “Yang
benar menurut pemahaman Ahlus Sunnnah bahwa amalan-amalan yang baik itu dalam
bentuk fisiknya akan dimunculkan oleh Allah dalam gambar
(bentukan) yang baik. Sedangkan amalan-amalan orang yang
berbuat keburukan, akan muncul dalam gambar (bentukan) yang
buruk. Kemudian setelah itu amalan-amalan tersebut akan ditimbang”.
Demikian dikatakan beliau, ketika
menjelaskan tentang pembahasan perkara ini dalam Kitab Shahiih Imam
Al Bukhary.
1. Penjelasan Al-Qur'an Dan As-Sunnah Tentang Al-Mizan
1. (Q.S. Al-Mukminun: 102-104):
فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٲزِينُهُ ۥ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
(١٠٢) وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٲزِينُهُ ۥ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ
خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فِى جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ (١٠٣) تَلۡفَحُ
وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ وَهُمۡ فِيہَا كَـٰلِحُونَ (١٠٤
Barangsiapa yang berat timbangan [kebaikan] nya maka mereka
itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. (102) Dan barangsiapa yang
ringan timbangannya[8], maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. (103) Muka mereka dibakar
api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (104).
2..(Q.S. Al-Isra’: 13-14) :
وَكُلَّ إِنسَـٰنٍ أَلۡزَمۡنَـٰهُ طَـٰٓٮِٕرَهُ ۥ فِى عُنُقِهِۦۖ
وَنُخۡرِجُ لَهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ ڪِتَـٰبً۬ا يَلۡقَٮٰهُ مَنشُورًا
(١٣) ٱقۡرَأۡ كِتَـٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبً۬ا
(١٤
Dan
tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya [sebagaimana
tetapnya kalung] pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari
kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. (13) "Bacalah kitabmu,
cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." (14) .
3. (Q.S. Al-Kahfi: 49):
وَوُضِعَ ٱلۡكِتَـٰبُ فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُشۡفِقِينَ مِمَّا فِيهِ
وَيَقُولُونَ يَـٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَـٰذَا ٱلۡڪِتَـٰبِ لَا يُغَادِرُ
صَغِيرَةً۬ وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ صَٮٰهَاۚ وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ
حَاضِرً۬اۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدً۬ا (٤٩
Dan
diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah
ketakutan terhadap apa yang [tertulis] di dalamnya, dan mereka berkata:
"Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil
dan tidak [pula] yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka
dapati apa yang telah mereka kerjakan ada [tertulis]. Dan Tuhanmu tidak
menganiaya seorang jua pun". (49).
4. Sabda Rasulullah saw.: كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي
الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ : سُبْحَانَ اللَّهِ ، وبِحَمْدِهِ
سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua
kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, berat dalam timbangan (pada
hari Kiamat). dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) : ‘Subhaanallah wa bihamdihi, subhaanallahil ‘adziim. “ [1].
2. Empat Perkara Yang Diyakini Dalam Al-Mizan
Al Mizan adalah timbangan yang Allah tegakkan
pada hari Kiamat, untuk menimbang amalan manusia. Di
dalam Al Mizan itu akan ditemui empat perkara yang harus diyakini dengan benar
menurut kaidah-kaidah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah:
- ARTI TIMBANGAN . Timbangan yang dimaksud adalah dalam arti yang sesungguhnya
dimana timbangan tersebut bukanlah dalam arti kiasan. Timbangan itu
memiliki dua penampang yaitu disebelah kanan dan disebelah kiri. Tidak
ada yang mengetahui berapa besarnya timbangan itu kecuali Allah Ta'ala. Yang
ada dalam timbangan tersebut hanyalah keadilan. Timbangan itu hasilnya tidak
akan curang, maka ia disebut Al Qisthu atau Al
‘Adlu (Adil). Perhatikanlah sabda Rasuulullah saw. dalam sebuah Hadits Artinya: “…Tidaklah
mereka (suatu kaum) mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan
ditimpa dengan: 1. kemarau panjang,2. beban hidup yang berat 3. dan penguasa yang dzolim….”[2]. Dalil
tentang adanya Al Mizan (Timbangan)
adalah terdapat dalam QS. Anbiyaa’ (21) ayat 47 berikut ini:وَنَضَعُ
الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ
شَيْئاً وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا
وَكَفَى بِنَا حَاسِبِين : “Kami akan
memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji
sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami
sebagai Pembuat perhitungan.”
- BESARNYA AL MIZAN. Bahwa
Rasuulullah saw.
bersabda يوضع الميزان يوم القيامة فلو وزن فيه السماوات و الأرض لوسعت
فتقول الملائكة : يا رب لمن يزن هذا ؟ فيقول الله تعالى : لمن شئت من خلقي
فتقول الملائكة : سبحانك ما عبدناك حق عبادتك و يوضع الصراط مثل حد الموس
فتقول الملائكة : من تجيز على هذا ؟ فيقول : من شئت من خلقي فيقول : سبحانك
ما عبدناك حق عبادتك : Artinya: “Timbangan
akan
ditegakkan pada Hari Kiamat, seandainya pada hari itu langit dan bumi
ditimbang
maka akan mencakupnya.” Lalu malaikat bertanya: “Ya Allah untuk
menimbang
siapakah ini?” Allah Ta'ala menjawab: “Bagi makhluk-Ku yang Aku
kehendaki.” Kemudian malaikat berkata: “Maha Suci Engkau ya Allooh. Kami
belum menunaikan hak ibadah kepada Engkau dengan sesungguhnya, ya
Allah.” Kemudian diletakkan Ash-Shirath (jembatan) seperti pisau
yang tajam, dan kemudian malaikat berkata: “Siapa yang bisa meniti jembatan
yang setajam ini?”. Allah Ta'ala
menjawab: “Yang Aku kehendaki dari ciptaan-Ku.”Kemudian malaikat berkata: “Maha Suci Engkau,
ya Allah, kami belum bisa menunaikan hak ibadah terhadap-Mu dengan
sesungguhnya”. Al Mizan dalam Hadits diatas dijelaskan
bahwa ternyata ia bisa menampung besarnya langit dan bumi, beserta
isinya.
- BANYAKNYA TIMBANGAN. Menurut Al Haafidz Ibnu Hajar Al Asqolaany,
yang benar adalah bahwa Al Mizan (Timbangan) itu adalah satu,
tidak bisa kita gambarkan dengan banyak timbangan, betapapun banyaknya amalan
yang akan ditimbang. Karena keadaan di Hari Kiamat itu tidaklah bisa dipikirkan
oleh akal manusia ataupun digambarkan dengan gambaran-gambaran duniawi. Sebagaimana dinukil juga dari pendapat Imaam Al
Hasan Al Basri, dimana
beliau berkata:
“Setiap manusia mempunyai timbangan. Yang berat adalah penetapan bahwa
kelak di Hari Kiamat itu ada timbangan. Dan itu bukan menunjukkan tentang
satuannya, karena firman Allah Ta'ala (dalam QS.
Al Qari’ah (101) ayat 6) adalah: فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ “ Fa amma man tsaqulat mawaazinuhu (Adapun
orang yang berat timbangan (kebaikan-nya)”. Oleh karena itu
tidaklah mungkin bahwa untuk perkataan hati ada timbangannya, untuk perbuatan
fisik ada timbangannya, dan untuk masing-masing amalan itu ada timbangannya
sehingga timbangannya bukan hanya satu, melainkan menjadi beberapa
timbangan. Tetapi yang dimaksudkan itu adalah menimbang apa yang
menjadi amalan-amalan yang berbeda. Sedangkan timbangannya itu sendiri adalah
satu.”‘Ulama Ahlus
Sunnah yang lain mengatakan sebagai berikut: “Adapun Allah Ta'ala menggunakan kata jamak dengan kata “mawaaziin”,
jamak-kata dari “miizan” adalah karena amalan yang akan ditimbang oleh
Allah Ta;ala itu
banyak sekali. Ada amalan yang berkenaan dengan Allah Ta'ala,
ada amalan yang berkenaan dengan manusia, ada amalan berkenaan dengan
anak-isterinya; maka amalan itu banyak yang ditimbang, sehingga disebut dengan
“mawaazin”. Padahal timbangannya itu sendiri hanyalah satu.” Imam As Safaarini menyatakan bahwa pendapat
inilah pendapat yang bisa diterima.
- APA SAJA YANG AKAN DITIMBANG. Ada tiga pendapat, yang akan ditimbang adalah: Amalan, Orangnya
dan Catatan
amalnya. Al-Hafidz
Hakamy, dalam
Kitab beliau yang bernama “Ma’aarijil Qabuul”, beliau mengatakan
bahwa: “Yang bisa kita tampakkan dari nash-nash, - walahu a’lam - adalah
bahwa orang yang melakukan amalan, amalannya, serta catatan amalannya, maka
semua itu ditimbang oleh Allah swt., karena hadits-hadits telah menjelaskan tentang hal ini. Tidak
ada pertentangan diantara semuanya. Dan agar kita yakin, maka terdapat dalil
dari apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dimana kata
beliau bahwa:
“Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash r.a., yaitu tentang
kisah Shahib Al Bithoqoh, dimana tiap orang memiliki kartu, dan
kartu itu akan ditimbang. Bahwa timbangan itu akan diletakkan pada Hari Kiamat.
Ada seseorang dimana orang tersebut diletakkan pada suatu penampang timbangan
kemudian diletakkanlah pada apa yang menjadi hitungan orang itu, kemudian
timbangan menjadi miring, sehingga orang itu pun akan dicampakkan ke dalam api
neraka. Namun kemudian pada timbangan orang itu dibawakan juga bithoqoh (kartu),
dimana apa yang termaktub dalam bithoqoh itu adalah: Asyhaadu an laa
ilaaha ilallooh wa asyhaadu anna Muhammad ‘abduhu warosuuluh, sehingga
penampang Timbangan bagi orang tersebut pun menjadi lebih berat kearah bithoqoh
itu.” Disinilah terlihat bahwa orang yang sudah akan dimasukkan ke dalam
neraka, kemudian tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka karena disebelahnya
terdapat kartu bertuliskan Asyhaadu an laa ilaaha ilallooh wa asyhaadu
anna Muhammad ‘abduhu warosuuluh, sehingga timbangan pun menjadi
miring kearah sebaliknya, yakni kearah kebaikannya. Hal ini dikarenakan
beratnya timbangan kartu amalan Asyhaadu an laa ilaaha ilallooh wa
asyhaadu anna Muhammad ‘abduhu warosuuluh tersebut. Kemudian kata
beliau (Hafidz Hakamy ) selanjutnya:
“Hadits ini menunjukkan bahwa seorang hamba itu diletakkanlah kebajikannya,
dan catatan amalannya pada satu penampang timbangan. Demikian pula
keburukannya diletakkan di penampang sebelahnya. Dan ini merupakan
penggabungan dari Hadits-Hadits yang bisa kita temukan tentang Al Mizan.” Maka menurut
beliau berdasarkan
dalil tersebut diatas, bahwa yang ditimbang adalah amalannya, orangnya
dan catatan amalannya.
3. Mizan Secara Hakiki Memiliki Dua Daun Timbangan
- Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang shahih, diantaranya hadits dari ‘Abdullah bin’Amr bin al-‘Ash r.a. tentang hadits pemilik Bithaqah (kartu),
Nabi saw. bersabda: فَتُوْضَعُ السِّجِلاَّتُ فِيْ كِفَّةٍ
وَاْلبِطَاقَةُ فِيْ كِفَّةٍ، فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ
الْبِطَاقَةُ، فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللهِ شَيْءٌ “Lalu
catatan-catatan (amal) itu diletakkan di salah satu sisi daun neraca
dan bithaqah di daun neraca lainnya, maka catatan-catatan itu melayang
dan bithaqah yang lebih berat, maka tidak ada sesuatu yang lebih berat
dibandingkan Nama Allah.” [4].
- Abu Ishaaq Az Zajjaaj : “Ahlus
Sunnah telah bersepakat untuk mengimani keberadaan Al Mizan dan amalan seorang
hamba itu ditimbang pada Hari Kiamat dan timbangannya itu mempunyai lisan
(lidah), dan dua penampang (kanan dan kiri) yang akan condong akibat amalannya.
Apabila amalannya berat akan condong, apabila amalannya ringan juga akan
condong. Amalan-lah yang menyebabkan lidah Al Mizan itu bergerak”.
- Para ‘Ulama yang lain, dalam Kitab yang berjudul “As
Sunnah”, menjelaskan perkataan dari salah seorang Shahabat
yakni Salmaan Al Faarisy r.a. yang mengatakan bahwa: “Timbangan
itu akan ditegakkan dan ia mempunyai dua penampang. Bila diletakkan di
salah satu antara kedua penampang itu, maka niscaya langit dan bumi dan apa
yang ada di dalamnya akan tercakup oleh timbangan itu”. Artinya, Al
Mizan itu sedemikian besarnya, seandainya langit dan bumi dan
isinya dimasukkan dalam timbangan itu, maka semuanya akan tercakup dan muat
dalam timbangan tersebut.
- Imam Al Hasan Al Basry mengatakan bahwa: “Al
Mizan itu mempunyai lisan dan mempunyai dua penampang”. Itulah pemahaman
yang diyakini oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah tentang apa yang dimaksudkan
dengan Al Mizan.
- Dalam suatu Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Abbas r.a.
berkata, bahwa Rasulullah saw.
bersabda : “Dengan Kekuasaan Allah سبحانه
وتعالى bahwa catatan
nilai-nilai amalan manusia akan diubah menjadi fisik, sesuai dengan kehendak
Allah swt.”.
- Maka bila disimpulkan dari berbagai penjelasan para ‘Ulama
diatas, maka yang ditimbang itu adalah amalan. Amalan itu, seperti yang
diyakini oleh Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah,
dengan kekuasaan Allah swt. akan dibentuk sesuai dengan kehendak Allah swt. sehingga
ia bisa ditimbang. Walaupun menurut akal manusia hal yang seperti ini tidak
bisa diterima (tidak masuk akal). Namun Akhirat itu berbeda
dengan Dunia, dan kehendak Allah swt. itu tidaklah
bisa didiskusikan oleh akal ataupun dibantah.
Oleh karena itu kita meyakini bahwa amalan kita akan
ditimbang, seperti apa dan bagaimana caranya, maka serahkan saja hal itu kepada
Allah Ta'ala,
karena yang demikian itu tidaklah bisa dijangkau dengan akal kita (manusia)
serta alamnya pun juga sudah berbeda, yakni alam Akhirat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ
ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha suci Engkau ya
Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan
Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sebarkan !!! insyaallah Bermanfaat.
Sumber:
Syarah Aqidah Ahlus-Sunnah wal Jama'ah hal.320 - 322, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit: Pustaka Imam Syafi'i.
ustadzrofii.wordpress.com
***
[1]. (H.R. Bukhari no. 6406, 6682, dan Muslim no.2694, dari Abu Hurairah r.a.
[2]. Diriwayatkan oleh Imam Al Hakim dalam “Al-Mustadrok” Kitab “Al-Fitan wal Malaahim” no: 8667 dan kata beliau sanadnya Shahiih dan Imam Adz-Dzahaby menyepakati-nya, juga Imam Ibnu Majah dalam kitab yang sama no: 4019. Dan Syaikh Nashiruddin Al-Albany meng-Hasan-kan Sanadnya sebagaimana dalam Silsilah Hadits Shahih-nya 1/167-169 No.106:
[3]. Di dalam Hadits Riwayat Imam Al Hakim no: 8739 dan kata beliau Hadits ini Shahiih sesuai dengan Sanad Muslim akan tetapi Imam Al Bukhary dan Imam Muslim tidak mengeluarkannya, dan Imaam Adz Dzahaby didalam Kitab “At Talkhiish” mengatakan bahwa Hadits ini sesuai dengan Syarat Shahiih Muslim, dan di-Shahiih-kan pula oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany رحمه الله dalam Silsilah Hadits Shahiihah no: 941, dari Shahabat Salman Al Faarisy رضي الله عنه
[4]. (H.R.Tirmidzi no.2639, Ibnu Majah no. 4300, Hakim I/6, 529, Ahmad II/213 dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a. Hadits ini shahih.).
Al-Mizan (Neraca)
AL-MIZAN (NERACA)
Mizan adalah sesuatu benar yang wajib diimani dengan keimanan yang
kuat. Mizan merupakan sebuah neraca yang akan menimbang antara pahala
dan dosa setiap makhluk. Semua amal baik dan buruk manusia akan
ditimbang, lalu divonis oleh Allah untuk menentukan apakah seseorang
akan masuk surga atau terjerumus ke dalam neraka.
Yang dimaksud dengan neraca atau mizan di sini adalah neraca yang
sesungguhnya seperti neraca yang kita dapati di dunia. Adapun mengenai
bentuk dan ukurannya sulit dibayangkan. Sebagian ulama menyipatkan kedua
takaran timbangan trb lebih luas dari lapisan langit dan bumi Allah,
malaikat Jibril memegang timbangan dan memeriksa kedua takarannya dengan
teliti sedang malaikat Mikail menjaganya setelah dihisab. Yang penting
timbangan itu tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuknya hanya Allah
yang mengetahuinya, karena hal ini merupakan perkara sam’iyat tertera
dalam al-Qur’an dan hadits yang wajib diimani dengan iman yang kuat.
Rasulallah saw bersabda dalam hadits beliau yang diriwatkan oleh Hakim
dari Salman ra, ” Pada hari kiamat neraca amal akan diletakan. Adaikata
seluruh langit dan bumi ditimbang oleh neraca itu niscaya mampu untuk
menimbang”
Jadi, yang dimaksudkan dari hadits diatas bahwa neraca atau mizan
adalah neraca sesungguhnya. Neraca itu sangat teliti dalam menimbang,
neraca yang tepat, tidak bisa dipermainkan. Disaat semua amal manusia
ditimbang, neraca itu tidak berkurang dan tidak berlebih, tidak ada amal
apapun yang akan luput dari timbangan. Walaupun amal perbuatan manusia
sebesar biji sawi atau lebih kecil dari sawi bisa ditimbang dalam neraca
itu. Allah berfirman.
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ * فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ *
وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ * فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ * وَمَآ
أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ
نَارٌ حَامِيَةٌ
”Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia
berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang
ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka
Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang
sangat panas.” (al-Qar’ah, 6-11)
”Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka
tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu)
hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan
cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (Anbiya, 47)