Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5102 dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha).Demikianlah keadaan manusia tatkala bertemu dengan Allah Ta’ala di Padang Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan. Meskipun demikian, akhirnya mereka diberi pakaian juga. Dan manusia yang pertama kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيْمُ
“Sesungguhnya orang pertama yang diberi pakaian pada hari Kiamat adalah Nabi Ibrahim.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4371).Adapun pakaian yang dikenakannya ketika itu adalah pakaian yang dikenakan ketika mati. Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَيِّتُ يُبْعَثُ فِيْ ثِيَابِهِ الَّتِيْ يَمُوْتُ فِيْهَا
“Mayit akan dibangkitkan dengan pakaian yang dikenakannya ketika mati.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shohiih at-Targhib wat-Tarhib, no. 3575)Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, tatkala hendak menguburkan jenazah ibunya, beliau meminta agar jenazah ibunya dikafani dengan pakaian yang baru. Beliau mengatakan, “Perbaguskanlah kafan jenazah kalian, karena sesungguhnya mereka akan dibangkitkan dengan (memakai) pakaian itu.” (Fat-hul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, 11/383).
Bagaimana Manusia Digiring Ke Padang Mahsyar?
Manusia digiring ke Padang Mahsyar dengan berbagai kondisi yang berbeda sesuai dengan amalnya. Ada yang digiring dengan berjalan kaki, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّكُمْ مُلاَقُو اللهِ حُفَاةً عُرَاةً مُشَاةً غُرْلاً
“Sesungguhnya kalian akan menjumpai Allah dalam keadaan tidak
beralas kaki, tidak berpakaian, berjalan kaki, dan belum dikhitan.” (Hadits shahih. Diriwayat-kan oleh al-Bukhari, no. 6043)Ada juga yang berkendaraan. Namun tidak sedikit yang diseret di atas wajah-wajah mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ رِجَالاً وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّوْنَ عَلَى وُجُوْهِكُمْ
“Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (ke Padang Mahsyar) dalam
keadaan berjalan, dan (ada juga yang) berkendaraan, serta (ada juga
yang) diseret di atas wajah-wajah kalian.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan beliau mengatakan, “Hadits hasan.” Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahiih at-Targhib wat-Tarhib, no. 3582).Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa ada seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ
اللهِ كَيْفَ يُحْشَرُ الْكَافِرُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟
قَالَ: أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ فِي الدُّنْيَا
قَادِرًا عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟!
“Wahai Rasulullah, bagaimana bisa orang kafir digiring di atas
wajah mereka pada hari Kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Bukankah Rabb yang membuat seseorang berjalan di atas kedua
kakinya di dunia, mampu untuk membuatnya berjalan di atas wajahnya pada
hari Kiamat?!” Qatadah mengatakan, “Benar, demi kemuliaan Rabb
kami.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6042 dan
Muslim, no. 5020).Ketika Matahari Didekatkan Dengan Jarak Satu Mil
Kaum muslimin yang kami muliakan, ketika manusia dikumpulkan di padang Mahsyar, matahari didekatkan sejauh satu mil dari mereka, sehingga manusia berkeringat, hingga keringat tersebut menenggelamkan mereka sesuai dengan amalan masing-masing ketika di dunia.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُدْنَى
الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ
كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي
مَا يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ أَمْ الْمِيْلَ الَّذِي
تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ
أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ،
وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ
إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا،
وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى
فِيْهِ
“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.”
–Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak
tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau
alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga
manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya
(yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua
mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai
pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2864)Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Jarak satu mil ini, baik satu mil yang biasa atau mil alat celak, semuanya dekat. Apabila sedemikian rupa panasnya matahari di dunia, padahal jarak antara kita dengannya sangat jauh, maka bagaimana jika matahari tersebut berada satu mil di atas kepala kita?!” (Syarah al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, 2/134).
Jika matahari di dunia ini didekatkan ke bumi dengan jarak 1 mil, niscaya bumi akan terbakar. Bagaimana mungkin di akherat kelak matahari didekatkan dengan jarak 1 mil namun makhluk tidak terbakar?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa pada hari Kiamat kelak tatkala manusia dikumpulkan di padang mahsyar, kekuatan mereka tidaklah sama dengan kekuatan mereka ketika hidup di dunia. Akan tetapi mereka lebih kuat dan lebih tahan. Seandainya manusia sekarang ini berdiri selama 50 hari di bawah terik matahari tanpa naungan, tanpa makan, dan tanpa minum, niscaya mereka tidak mungkin mampu melakukannya, bahkan mereka akan binasa. Namun pada hari Kiamat kelak, mereka mampu berdiri selama 50 tahun tanpa makan, tanpa minum, dan tanpa naungan, kecuali beberapa golongan yang dinaungi Allah Ta’ala. Mereka juga mampu menyaksikan kengerian-kengerian yang terjadi. Perhatikanlah keadaan penghuni Neraka yang disiksa (dengan begitu kerasnya), namun mereka tidak binasa karenanya. Allah Ta’ala berfirman:
كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوا الْعَذَابَ (56)
“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab.” (An-Nisa’: 56). (Syarah Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/135)Golongan Yang Akan Mendapatkan Naungan ‘Arsy Allah Ta’ala
Pada hari yang sangat panas itu, Allah Ta’ala akan memberikan naungan kepada sebagian hamba pilihan-Nya. Tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ:
اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ
قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ
اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ
ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ،
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan
‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya
semata.1. Imam (pemimpin) yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
3. Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
5. Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan: “Sungguh aku takut kepada Allah.”
6. Seseorang yang bershodaqoh lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.
7. Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no. 1031).
Golongan lain yang mendapatkan naungan Allah Ta’ala adalah orang yang memberi kelonggaran kepada orang yang kesulitan membayar hutang kepadanya atau memutihkan hutang darinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
“Barangsiapa yang memberi kelonggaran kepada orang yang sedang
kesulitan membayar hutang atau memutihkan hutang orang tersebut, niscaya
Allah akan menaunginya dalam naungan Arsy-Nya (pada hari Kiamat).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 3006)Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah taufiq dan pertolongan-Nya kepada kita untuk menjadi bagian dari golongan yang mulia ini. Amin
—
Penulis: dr. Muhaimin Ashuri
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar, MA
Artikel www.muslim.or.id
BARISAN DIPADANG MAHSYAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Suatu
ketika, Muaz b Jabal r.a mengadap Rasulullah saw dan bertanya:"Wahai Rasulullah,
tolong huraikan kepadaku mengenai firman Allah SWT: "Pada sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris" Surah an-Naba':18 |
Mendengar pertanyaan
itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu menjawab: 'wahai Muaz, engkau telah bertanyakan kepadaku, perkara yang amat besar, bahawa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris menjadi 12 barisan, masing-masing dengan pembawaan mereka sendiri.... Maka dinyatakan apakah 12 barisan tersebut.... |
BARISAN
PERTAMA
Digiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih:"Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati jirannya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." |
BARISAN
KEDUA
Digiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih:"Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan solat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." |
BARISAN KETIGA
Mereka berbentuk keldai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking."Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." |
BARISAN KEEMPAT
Digiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancutan keluar dari mulut mereka."Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jual beli, maka inilah balasannya dan tempat mereka adalah neraka..." |
BARISAN
KELIMA
Digiring dari kubur dengan bau busuk daripada bangkai. Ketika itu Allah SWT menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar."Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan derhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula rasa takut kepada Allah SWT, maka inilah balasannya dan tempat mereka adalah neraka..." |
BARISAN
KEENAM
Digiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan."Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KETUJUH
Digiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah."Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KELAPAN
Digiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas. "Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KESEMBILAN
Digiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. "Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KESEPULUH
Digiring dari kubur mereka dengan berkeadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak dan kusta. "Mereka adalah orang yang derhaka kepada orang tuanya maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KESEBELAS
Digiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran."Mereka adalah orang yang minum rak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."
BARISAN KEDUA BELAS
Mereka digiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan:"Mereka adalah orang yang beramal salih dan banyak berbuat baik. mereka menjauhi perbuatan derhaka, mereka memelihara solat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah syurga, mendapat keampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang Maha Pengasih..." |
SWT....Amin...
Akhirukalam, Jika engkau mahukan kemesraan dengan Allah, maka garanglah terhadap
dirimu sendiri. Jika engkau merasakan manisnya berhubung dengan Allah,
tahulah engkau betapa peritnya berpisah denganNya.....
Wallahua'alam....renungan bersama.....
Kisah Para Nabi dan Syafa’atul Uzhma di Padang Mahsyar (2)
Lanjutan dari: Mengenal Syafaat Nabi (1) Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ala Rosulillah wa ala alihi wa shohbihi wa man tabiahum bi ihsanin ilaa yaumiddin. Syafa’at ini adalah do’a yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam simpan untuk umatnya di hari kiamat nanti. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ يَدْعُو بِهَا ، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى فِى الآخِرَةِ “Setiap Nabi memiliki do’a (mustajab) yang digunakan untuk berdo’a dengannya. Aku ingin menyimpan do’aku tersebut sebagai syafa’at bagi umatku di akhirat nanti.” (HR. Bukhari no. 6304)Selanjutnya kita akan melihat kisah syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –yang dikenal dengan syafa’at al-‘uzhma- dalam hadits yang cukup panjang. Kisah ini terjadi ketika berkumpulnya manusia di padang masyhar. Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disodorkan daging, lalu ditawarkan kepadanya sebesar satu hasta (dari daging tersebut). Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyantapnya dengan sekali gigitan, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ بِمَ ذَاكَ يَجْمَعُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَيُسْمِعُهُمُ الدَّاعِى وَيَنْفُذُهُمُ الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنَ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لاَ يُطِيقُونَ وَمَا لاَ يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ أَلاَ تَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيهِ أَلاَ تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ أَلاَ تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ ائْتُوا آدَمَ. “Aku adalah sayyid (pemimpin) manusia pada hari kiamat nanti. Apakah kalian tahu mengapa bisa demikian? Allah mengumpulkan seluruh makhluk pada hari kiamat di satu tempat yang luas. Pada saat itu memanggil orang yang jauh dan yang dekat sama saja. Demikian pula, melihat yang jauh sama dengan melihat suatu yang dekat. Matahari (pada saat itu) didekatkan. Akhirnya, manusia pada saat itu berada dalam kesusahan dan kesedihan. Mereka tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat itu. Lalu ada sebagian orang mengatakan kepada yang lainnya, “Apakah kalian tidak melihat kesusahan yang menimpa kalian? Apakah kalian tidak melihat apa yang kalian alami? Apakah kalian tidak melihat ada orang yang akan memberi syafa’at untuk kalian kepada Rabb kalian?” Maka sebagian orang berkata kepada yang lainnya supaya mendatangi Nabi Adam ‘alaihis salam. فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّى غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ نَهَانِى عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ Kemudian mereka mendatangi (Nabi) Adam. Lalu mereka mengatakan, “Wahai Adam engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, Dia meniupkan ciptaan ruh-Nya pada dirimu, dan Dia memerintahkan malaikat untuk sujud kepadamu. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Adam mengatakan, ”Sesungguhnya hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Dia telah melarangku untuk mendekati sebuah pohon, namun diriku melanggarnya. Pergilah kalian kepada selain aku! Pergilah kalian kepada Nuh ‘alaihis salam!” فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى الأَرْضِ وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِى دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِى نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ Lalu mereka mendatangi Nuh. Kemudian mereka mengatakan, “Wahai Nuh. Engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi . Allah menyebutmu sebagai hamba yang bersyukur. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Nuh mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Do’a yang kumiliki telah kugunakan untuk mendo’akan kejelekan bagi kaumku. Pergilah kalian kepada Ibrahim!” فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ أَنْتَ نَبِىُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِبْرَاهِيمُ إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلاَ يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ. وَذَكَرَ كَذَبَاتِهِ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى. Lalu mereka mendatangi Ibrahim ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih-Nya (kholilullah) dari penduduk bumi. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Ibrahim berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya.” Lalu beliau menceritakan beberapa kebohongan yang pernah beliau lakukan. Pergilah kalian kepada selainku! Pergilah kalian kepada Musa!” فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُونَ يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالاَتِهِ وَبِتَكْلِيمِهِ عَلَى النَّاسِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ مُوسَى -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّى قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى Lalu mereka mendatangi Musa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah yang Allah memuliakanmu lebih dari manusia lainnya dengan risalah-Nya dan Dia berbicara langsung padamu. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Aku sendiri pernah membunuh seseorang, padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Pergilah kalian kepada Isa!” فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُونَ يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِى الْمَهْدِ وَكَلِمَةٌ مِنْهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ عِيسَى إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ – وَلَمْ يَذْكُرْ لَهُ ذَنْبًا – نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- Lalu mereka mendatangi Isa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah dan engkau berbicara kepada manusia ketika bayi. Engkau adalah kalimat dari-Nya yang diberikan kepada Maryam dan ruh yang berasal dari-Nya. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Isa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. –Lalu beliau tidak menyebutkan adanya dosa yang pernah beliau perbuat-. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kalian kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam!” فَيَأْتُونِّى فَيَقُولُونَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتَمُ الأَنْبِيَاءِ وَغَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَأَنْطَلِقُ فَآتِى تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّى ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَىَّ وَيُلْهِمُنِى مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ لأَحَدٍ قَبْلِى ثُمَّ يُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ اشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِى فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى. فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلِ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِ مِنَ الْبَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ الأَبْوَابِ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ لَكَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرٍ أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى Lalu mereka mendatangiku. Kemudian mereka mengatakan, “Engkau adalah utusan Allah, penutup para Nabi, Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datang. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah tertimpa pada kami?” Kemudian saya (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) pergi menuju bawah ‘Arsy. Lalu aku bersujud kepada Rabbku. Kemudian Allah memberi ilham padaku berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya yang belum pernah Allah beritahukan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian ada yang mengatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan’. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rabbku, umatku, umatku.’ Maka dikatakan, ‘Wahai Muhammad, suruhlah umatmu yang tidak dihisab untuk masuk ke surga melalui salah satu pintu surga di sisi kanan sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Sesungguhnya di antara dua daun pintu di surga, bagaikan jarak Makkah dengan Hajar atau bagaikan jarak Makkah dengan Bashroh. (HR. Muslim no. 501) Beberapa Pelajaran Penting dari Hadits Di Atas: [Pertama] Syafaat itu memiliki syarat-syarat sehingga tidak berlaku secara mutlak. [Kedua] Syafaat itu ada dua macam. Pertama adalah syafaat yang dinafikan (ditiadakan) oleh Allah jalla wa ‘ala yaitu syafaat yang diminta tanpa izin Allah. Tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafaat kecuali dengan izin-Nya. Perhatikanlah makhluk yang paling utama dan penutup para Nabi -yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-, jika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin memberi syafa’at kepada orang-orang yang mengalami kesulitan di padang mahsyar pada hari kiamat, beliau tersungkur dan bersujud di hadapan Allah, beliau memohon kepada-Nya dan menyanjung-Nya. Beliau tidaklah berhenti bersujud sampai dikatakan padanya,
ارْفَعْ رَأْسَكَ قُلْ تُسْمَعْ اشْفَعْ تُشَفَّعْ “Angkatlah
kepalamu. Mintalah pasti engkau akan didengar. Berilah syafa’at pasti
akan dikabulkan“.
Dibangkitkan dari Alam Kubur dan Dikumpulkan di Padang Mahsyar
Tentang Kebangkitan dan Pengumpulan Makhluk di Padang Mahsyar
Peristiwa Ketika Tiba Hari KiamatKetika manusia sedang asyik makan, minum dan bercengkrama, bahkan wanita sedang asyik menyusui anaknya, maka muncullah goncangan dahsyat di jagat raya, bumi hancur luluh, gunung-gunung pecah berantakan, langit retak mengerikan, bintang-bintang berjatuhan, tatanan planet dan tata surya berubah tidak beraturan dan manusia bertanya-tanya, ada apa gerangan?
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),–Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,–Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”,–Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,– Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya.–Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, (QS. Az Zalzalah: 1-6)
Goncangan itu karena kerasnya suara malaikat Israfil (yang meniup sangkakala) sehingga segala sesuatu luluh lantak dan tidak akan tenang kembali hingga bumi melempar seluruh apa saja yang berada di atasnya dari mulai gunung-gunung, pohon-pohon dan bangunan (Rintangan Setelah Kematian, hal. 91-92)
Kiamat terjadi dengan tiba-tiba ketika masing-masing manusia sibuk dengan urusannya. Allah berfirman:
“Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedangkan mereka tidak menyadarinya.” (QS. Az Zukhruf: 66)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ نَشَرَ الرَّجُلاَنِ
ثَوْبَهُمَا بَيْنَهُمَا ، فَلاَ يَتَبَايَعَانِهِ وَلاَ يَطْوِيَانِهِ ،
وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدِ انْصَرَفَ الرَّجُلُ بِلَبَنِ لِقْحَتِهِ
فَلاَ يَطْعَمُهُ ، وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَهْوَ يُلِيطُ حَوْضَهُ
فَلاَ يَسْقِى فِيهِ ، وَلَتَقُومَنَّ السَّاعَةُ وَقَدْ رَفَعَ أُكْلَتَهُ
إِلَى فِيهِ فَلاَ يَطْعَمُهَا
“Kiamat akan terjadi sementara dua orang sedang bertransaksi jual
beli baju, keduanya belum sepakat dan belum melipat bajunya. Kiamat
akan terjadi sementara orang sedang pulang membawa susu hasil perahan
hewannya, namun ia belum sempat meminumnya. Kiamat akan terjadi,
sementara ia sedang memperbaiki kolamnya, namun belum sempat digunakan.
Kiamat akan terjadi sementara seseorang sedang mengangkat suapannya,
namun belum sempat dimakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)Saat tiba hari kiamat, umat manusia panik, nampak seperti orang-orang yang mabuk padahal mereka tidak mabuk. Mereka berhamburan bagai anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung hancur bagai bulu yang dihambur-hamburkan, kemudian manusia mati semua.
Setelah itu, ditiup sangkakala kedua -jarak antara tiupan pertama dengan tiupan kedua empat puluh, wallahu a’lam apakah empat puluh hari, bulan atau tahun sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka semua makhluk hidup kembali dan apa saja yang ada dalam perut bumi muntah keluar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan apabila bumi diratakan,–Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya serta menjadi kosong, (QS. Al Insyiqaq: 3-4)
Manusia dibangkitkan dengan berusia 33 tahun (sebagaimana dalam riwayat Muslim), dan hamba Allah yang pertama kali bangkit dan keluar dari kuburnya adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (sebagaimana dalam hadis riwayat Muslim).
Kemudian manusia digiring ke padang mahsyar, mereka dihimpun di bumi yang baru berwarna putih kemerah-merahan, bagaikan tepung roti yang dibakar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ
كَقُرْصَةِ نَقِىٍّ » . قَالَ سَهْلٌ أَوْ غَيْرُهُ : لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لأَحَدٍ .
“Manusia dikumpulkan pada hari kiamat di atas tanah putih
kemerah-merahan seperti tepung roti yang bersih”, Sahl atau yang lainnya
berkata, “Tidak ada tanda (bangunan atau gedung) milik siapa pun.” (HR. Bukhari dan Muslim)Mereka dihimpun dalam kondisi telanjang, belum dikhitan, dan tanpa mengenakan alas kaki. Mereka digiring menuju mahsyar berkelompok, ada yang berkendaraan, ada yang berjalan kaki dan ada yang berjalan telungkup di atas wajahnya.
Anas bin Malik berkata: “Ada seorang yang berkata, “Wahai Nabi Allah! Bagaimana orang kafir dihimpun dalam kondisi telungkup di atas wajahnya? Beliau menjawab, “Bukankah Dzat yang mampu membuatnya berjalan dengan kedua kaki di dunia mampu membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari kiamat?!” (HR. Bukhari)
Nasib Manusia ketika di Padang Mahsyar
Manusia dibangkitkan dari alam kubur dan digiring menuju mahsyar sesuai dengan kondisi amal perbuatan pada saat mereka mati, bila mereka mati di atas kebaikan, mereka mendapat husnul khatimah dan bila mereka mati di atas keburukan, maka mereka mati di atas su’ul khatimah. Contohnya:- Para koruptor dan penerima suap akan dikumpulkan dengan membawa barang yang dikorupsinya.
- Pemakan riba dihimpun di padang mahsyar dalam keadaan sempoyongan seperti orang gila karena kesurupan setan.
- Wanita yang meratapi kematian dibangkitkan dengan memakai pakaian dari qathiran (pelankin/ter) dan baju dari jarab (baju yang kumal dan gatal).
- Suami yang tidak adil kepada isterinya akan dibangkitkan dalam keadaan badannya mati sebelah.
- Orang-orang yang sombong dan congkak akan dihimpunkan seperti semut-semut kecil dalam bentuk manusia. Mereka diliputi kehinaan dari berbagai arah dan digiring ke penjara di neraka Jahannam yang disebut Bulas. Mereka dinaungi oleh api dan diberi minum dari perasan kotoran penghuni neraka yang bernama Thinatul Khabal.
- Orang yang biasa hidup kenyang adalah orang yang paling lapar di waktu itu.
- Para pengkhianat akan diberikan bendera pengkhianatan, dan akan dikatakan, “Inilah pengkhianatan fulan bin fulan.”
- Para syuhada dihimpun dalam keadaan berlumuran darah, namun beraroma minyak kasturi.
- Orang yang meninggal dalam keadaan ihram akan dibangkitkan dalam keadaan bertalbiyah.
Suasana di Padang Mahsyar
Manusia semua berdiri di hadapan Allah selama setengah hari, yang kadarnya satu hari sama dengan lima puluh ribu tahun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ (المطففين 6) مِقْدَارَ نِصْفِ يَوْمٍ مِنْ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ فَيُهَوِّنُ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَتَدَلِّي الشَّمْسِ لِلْغُرُوْبِ إِلىَ أَنْ تَغْرُبَ
“Pada hari manusia bangkit menghadap Allah Rabbul ‘alamin (Al Muthaffifin: 6), selama setengah hari (dari satu hari yang kadarnya) lima puluh ribu tahun. Maka diringankan bagi orang mukmin (sehingga lamanya) seperti matahari menjelang terbenam sampai terbenam.” (HR. Abu Ya’la dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahut Targhib wat Tarhib no. 3589)
Di tempat itu, manusia merasakan kesengsaraan yang amat berat, bagaimana tidak? Pada saat itu, matahari didekatkan satu mil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ
حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ . فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى
قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِى الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى
كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا
» .
“Matahari akan didekatkan dengan makhluk pada hari kiamat
sehingga jaraknya satu mil. Ketika itu, manusia berkeringat sesuai
dengan amalnya. Di antara mereka ada yang berkeringat sampai ke mata
kaki, ada pula yang sampai ke kedua lutut, ada yang sampai ke
pinggangnya dan ada yang tenggelam oleh keringatnya.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya ke mulutnya.
(HR. Muslim)
Di tengah suasana yang panas itu, ada sekelompok manusia yang beruntung dan berbahagia karena mendapat naungan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tujuh orang yang akan dinaungi Allah Ta’ala pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang ‘adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang cinta karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah pun karena-Nya, seorang yang diajak mesum oleh wanita yang berkududukan dan cantik lalu ia mengatakan “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”, seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya dan seorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi, lalu kedua matanya berlinangan air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ada pula amalan lain yang dapat mendatangkan bantuan dan naungan Allah, yaitu: sedekah, membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran, serta memudahkan orang yang kesulitan (lihat dalil-dalilnya dalam buku “Rintangan Setelah Kematian”).
Di padang mahsyar, Allah menghardik dan mencela orang-orang kafir di hadapan seluruh makhluk, karena tindakan mereka menyekutukan Allah dengan berhala-berhala dan mengkultuskan orang shalih serta fanatik terhadap sesembahan nenek moyang mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan kamu benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah Kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia). Kami tidak melihat pemberi syafa’at besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh, telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).” (QS. Al An’am: 94)
Lihat juga surat An Nahl: 27, Al Mu’min: 73-74 dan surat Fushshilat: 47-48.
Setelah kaum kafir mengetahui nasibnya dan kaum munafiqin dalam keadaan hina-dina, maka terjadilah dialog antar mereka di depan ahli mahsyar, sementara satu sama lain saling melempar tanggung jawab dan saling menyalahkan (kisahnya dapat dilihat di surat Qaf: 27-29, Yunus: 28-30 dan Ash Shaffat: 27-34).
Oleh ustadz Marwan bin Musa
TANGISAN RASULULLAH SAW DI PADANG MAHSYAR
Dari Usman bin Affan bin Dahaak bin Muzahim daripada Abbas r.a., bapa saudara Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW telah bersabda, yang bermaksud:
“Aku adalah orang (manusia) yang paling awal dibangkitkan dari kubur(bumi) pada hari kiamat yang tiada kebanggaan. Bagiku ada syafaat pada hari kiamat yang tiada kemegahan. Bendera pujian di tanganku dan nabi-nabi keseluruhannya berada di bawah benderaku. Umatku adalah umat yang terbaik. Mereka adalah umat yang pertama dihisab sebelum umat yang lain. Ketika mereka bangkit dari kubur, mereka akan mengibas (membuang) tanah yang ada di atas kepala mereka. Mereka semua akan berkata: “Kami bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan kami bersaksi bahawa Muhammad itu Rasulullah. Inilah yang telah dijanjikan oleh Allah Taala serta dibenarkan oleh para rasul.”
Ibnu Abbas r.a berkata: “Orang yang pertama dibangkitkan dari kubur di hari kiamat ialah Muhammad SAW. Jibril a.s. akan datang kepadanya bersama seekor Buraq. Israfil pula datang dengan membawa bersama bendera dan mahkota. Izrail pula datang dengan membawa bersamanya pakaian-pakaian syurga.”
Jibril a.s. akan menyeru: “Wahai dunia! Di mana kubur Muhammad SAW?”
Bumi akan berkata: “Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikan aku hancur. Telah hilang segala lingkaran, tanda dan gunung-ganangku. Aku tidak tahu di mana kubur Muhammad SAW.”
Rasulullah SAW bersabda: “Lalu diangkatkan tiang-tiang dari cahaya dari kubur Nabi Muhammad SAW ke awan langit. Maka, empat malaikat berada di atas kubur.”
Israfil bersuara: “Wahai roh yang baik! Kembalilah ke tubuh yang baik!”
Maka, kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mula terbongkar. Pada seruan yang ketiga, ketika Rasulullah SAW berdir, baginda SAW telah membuang tanah di atas kepala dan janggut baginda SAW. Baginda SAW melihat kanan dan kiri. Baginda SAW dapati, tiada lagi bangunan. Baginda SAW menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.
Jibril as berkata kepadanya: “Bangun wahai Muhammad! Sesungguhnya kamu di sisi Allah Taala di tempat yang luas.”
Baginda SAW bertanya, “Kekasihku Jibril! Hari apakah ini?”
Jibril a.s. menjawab: “Wahai Muhammad! Janganlah kamu takut! Inilah hari kiamat. Inilah hari kerugian dan penyesalan. Inilah hari pembentangan Allah Taala.”
Baginda SAW bersabda: “Kekasihku Jibril! Gembirakanlah aku!”
Jibril as. berkata: “Apakah yang kamu lihat di hadapanmu?”
Baginda SAW bersabda: “Bukan seperti itu pertanyaanku.”
Jibril a.s. berkata: “Adakah kamu tidak melihat bendera kepujian yang terpacak di atasmu?”
Baginda SAW bersabda: “Bukan itu maksud pertanyaanku. Aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka?”
Jibril a.s. berkata: “Demi keagungan Tuhanku! Tidak akan terbongkar oleh bumi daripada manusia, sebelummu?”
Baginda SAW bersabda: “Nescaya akan, kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafaatkan umatku.”
Jibril a.s. berkata kepada baginda SAW: “Tungganglah Buraq ini wahai Muhammad SAW dan pergilah ke hadapan Tuhanmu!”
Jibril a.s. datang bersama Buraq ke arah Nabi Muhammad SAW. Buraq cuba meronta-ronta. Jibril as berkata kepadanya: “Wahai Buraq! Adakah kamu tidak malu dengan makhluk yang paling baik dicipta oleh Allah Taala? Sudahkah Allah Taala perintahkan kepadamu agar mentaatinya?”
Buraq berkata: “Aku tahu semua itu. Akan tetapi, aku ingin dia mensyafaatiku agar memasuki syurga sebelum dia menunggangku. Sesungguhnya, Allah Taala akan datang pada hari ini di dalam keadaan marah. Keadaan yang belum pernah terjadi sebelum ini.”
Baginda SAW bersabda kepada Buraq: “Ya! Sekiranya kamu berhajatkan syafaatku, nescaya aku memberi syafaat kepadamu.”
Setelah berpuas hati, Buraq membenarkan baginda SAW menunggangnya lalu dia melangkah. Setiap langkahan Buraq sejauh pandangan mata. Apabila Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Maqdis di atas bumi dari perak yang putih, malaikat Israfil as menyeru: “Wahai tubuh-tubuh yang telah hancur, tulang-tulang yang telah reput, rambut-rambut yang bertaburan dan urat-urat yang terputus-putus! Bangkitlah kamu dari perut burung, dari perut binatang buas, dari dasar laut dan dari perut bumi ke perhimpunan Tuhan yang Maha Perkasa.
Roh-roh telah diletakkan di dalam tanduk atau sangkakala. Di dalamnya ada beberapa tingkat dengan bilangan roh makhluk. Setiap roh, akan didudukkan berada di dalam tingkat. Langit di atas bumi akan menurunkan hujan dari lautan kehidupan akan air yang sangat pekat seperti air mani lelaki. Daripadanya, terbinalah tulang-tulang. Urat-urat memanjang. Daging kulit dan bulu akan tumbuh. Sebahagian mereka akan kekal ke atas sebahagian tubuh tanpa roh.
Allah Taala berfirman: “Wahai Israfil! Tiup tanduk atau sangkakala tersebut dan hidupkan mereka dengan izinKu akan penghuni kubur. Sebahagian mereka adalah golongan yang gembira dan suka. Sebahagian dari mereka adalah golongan yang celaka dan derita.”
Malaikat Israfil a.s. menjerit: “Wahai roh-roh yang telah hancur! Kembalilah kamu kepada tubuh-tubuh mu. Bangkitlah kamu untuk dikumpulkan di hadapan Tuhan semesta alam.”
Allah Taala berfirman: “Demi keagungan dan ketinggianKu! Aku kembalikan setiap roh pada tubuh-tubuhnya!”
Apabila roh-roh mendengar sumpah Allah Taala, roh-roh pun keluar untuk mencari jasad mereka. Maka, kembalilah roh pada jasadnya. Bumi pula terbongkar dan mengeluarkan jasad-jasad mereka. Apabila semuanya sedia, masing-masing melihat.
Nabi SAW duduk di padang pasir Baitul Maqdis, melihat makhluk-makhluk. Mereka berdiri seperti belalang yang berterbangan. 70 umat berdiri. Umat Nabi Muhammad SAW merupakan satu umat (kumpulan). Nabi SAW berhenti memperhatikan ke arah mereka. Mereka seperti gelombang lautan.
Jibril as menyeru: “Wahai sekalian makhluk, datanglah kamu semua ke tempat perhimpunan yang telah disediakan oleh Allah Taala.”
Umat-umat datang di dalam keadaan satu-satu kumpulan. Setiap kali Nabi Muhammad SAW berjumpa satu umat, baginda SAW akan bertanya: “Di mana umatku?”
Jibril a.s. berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu adalah umat yang terakhir.”
Apabila nabi Isa a.s. datang, Jibril a.s. menyeru: “Tempatmu!” Maka Nabi Isa a.s. dan Jibril a.s. menangis.
Nabi Muhammad SAW berkata: “Mengapa kamu berdua menangis.”
Jibril a.s. berkata: “Bagaimana keadaan umatmu, Muhammad?”
Nabi Muhammad bertanya: “Di mana umatku?”
Jibril a.s. berkata: “Mereka semua telah datang. Mereka berjalan lambat dan perlahan.”
Apabila mendengar cerita demikian, Nabi Muhammad SAW menangis lalu bertanya: “Wahai Jibril! Bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?”
Jibril a.s. berkata: “Lihatlah mereka wahai Muhammad SAW!”
Apabila Nabi Muhammad SAW melihat mereka, mereka gembira dan mengucapkan selawat kepada baginda SAW dengan apa yang telah Allah Taala muliakannya. Mereka gembira kerana dapat bertemu dengan baginda SAW. Baginda SAW juga gembira terhadap mereka. Nabi Muhammad SAW bertemu umatnya yang berdosa. Mereka menangis serta memikul beban di atas belakang mereka sambil menyeru: “Wahai Muhammad!”
Air mata mereka mengalir di pipi. Orang-orang zalim memikul kezaliman mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Wahai umatku.” Mereka berkumpul di sisinya. Umat-umatnya menangis.
Ketika mereka di dalam keadaan demikian, terdengar dari arah Allah Taala seruan yang menyeru: “Di mana Jibril?”
Jibril a.s. berkata: “Jibril di hadapan Allah, Tuhan semesta alam.”
Allah Taala berfirman di dalam keadaan Dia amat mengetahui sesuatu yang tersembunyi: “Di mana umat Muhammad SAW?”
Jibril a.s. berkata: “Mereka adalah sebaik umat.”
Allah Taala berfirman: “Wahai Jibril! Katakanlah kepada kekasihKu Muhammad SAW bahawa umatnya akan datang untuk ditayangkan di hadapanKu.”
Jibril a.s. kembali di dalam keadaan menangis lalu berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu telah datang untuk ditayangkan kepada Allah Taala.”
Nabi Muhammad SAW berpaling ke arah umatnya lalu berkata: “Sesungguhnya kamu telah dipanggil untuk dihadapkan kepada Allah Taala.”
Orang-orang yang berdosa menangis kerana terkejut dan takut akan azab Allah Taala. Nabi Muhammad SAW memimpin mereka sebagaimana pengembala memimpin ternakannya menuju di hadapan Allah Taala. Allah Taala berfirman: “Wahai hambaKu! Dengarkanlah kamu baik-baik kepadaKu tuduhan apa-apa yang telah diperdengarkan bagi kamu dan kamu semua melakukan dosa!”
Hamba-hamba Allah Taala terdiam. Allah Taala berfirman: “Hari ini, Kami akan membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan. Hari ini, Aku akan memuliakan sesiapa yang mentaatiKu. Dan, Aku akan mengazab sesiapa yang menderhaka terhadapKu. Wahai Jibril! Pergi ke arah Malik, penjaga neraka! Katakanlah kepadanya, bawakan Jahanam!”
Jibril pergi berjumpa Malik, penjaga neraka lalu berkata: “Wahai Malik! Allah Taala telah memerintahkanmu agar membawa Jahanam.”
Malik bertanya: “Apakah hari ini?”
Jibril menjawab: “Hari ini adalah hari kiamat. Hari yang telah ditetapkan untuk membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan.”
Malik berkata: “Wahai Jibril! Adakah Allah Taala telah mengumpulkan makhluk?”
Jibril menjawab: “Ya!”
Malik bertanya: “Di mana Muhammad dan umatnya?”
Jibril berkata: “Di hadapan Allah Taala!”
Malik bertanya lagi: “Bagaimana mereka mampu menahan kesabaran terhadap kepanasan nyalaan Jahanam apabila mereka melintasinya sedangkan mereka semua adalah umat yang lemah?”
Jibril berkata: “Aku tidak tahu!”
Malik menjerit ke arah neraka dengan sekali jeritan yang menggerunkan. Neraka berdiri di atas tiang-tiangnya. Neraka mempunyai tiang-tiang yang keras, kuat dan panjang. Api dinyalakan sehingga tiada kekal mata seorang dari makhluk melainkan bercucuran air mata mereka (semuanya menangis).
Air mata sudah terhenti manakala air mata darah manusia mengambil alih. Kanak-kanak mula beruban rambut. Ibu-ibu yang memikul anaknya mencampakkan mereka. Manusia kelihatan mabuk padahal mereka sebenarnya tidak mabuk.
Rasulullah SAW Membela Umatnya
Di padang mahsyar orang yang mula-mula berusaha ialah Nabi Ibrahim a.s. Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: “TuhanKu dan Penguasaku! Aku adalah khalilMu Ibrahim. Kasihanilah kedudukanku pada hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini.”
Allah Taala berfirman: “Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih mengazab kekasihnya.”
Nabi Musa as datang. Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: “KalamMu. Aku tidak meminta kepadaMu melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!”
Isa as datang di dalam keadaan menangis. Baginda bergantung dengan Arsy lalu menyeru: “Tuhanku… Penguasaku.. Penciptaku! Isa roh Allah. Aku tidak meminta melainkan diriku. Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!”
Suara jeritan dan tangisan semakin kuat. Nabi Muhammad SAW menyeru: “Tuhanku.. Penguasaku Penghuluku…. !Aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dariMu!”
Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: “Siapakah yang memberi syafaat kepada umatnya?”
Neraka pula berseru: “Wahai Tuhanku… Penguasaku dan Penghuluku! Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari seksaannya! Selamatkanlah mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyeksaanku dan azabku! Sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan penyeksaan.”
Malaikat Zabaniah menolaknya sehingga terdampar di kiri Arsy. Neraka sujud i hadapan Tuhannya.
Allah Taala berfirman: “Di mana matahari?” Maka, matahari dibawa mengadap Allah Taala. Ia berhenti di hadapan Allah Taala.
Allah Taala berfirman kepadanya: “Kamu! Kamu telah memerintahkan hambaKu untuk sujud kepada kamu?”
Matahari menjawab. “Tuhanku! Maha Suci diriMu! Bagaimana aku harus memerintahkan mereka berbuat demikian sedangkan aku adalah hamba yanghalus?”
Allah Taala berfirman: “Aku percaya!”
Allah Taala telah menambahkan cahaya dan kepanasannya sebanyak 70 kali ganda. Ia telah dihampirkan dengan kepala makhluk.”
Ibnu Abbas r.h. berkata: “Peluh manusia bertiti dan sehingga mereka berenang di dalamnya. Otak-otak kepala mereka menggeleggak seperti periuk yang sedang panas. Perut mereka menjadi seperti jalan yang sempit.
Air mata mengalir seperti air mengalir. Suara ratap umat-umat manusia semakin kuat.
Nabi Muhammad SAW lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda SAW sujud di hadapan Arsy dan sekali lagi, baginda SAW rukuk untuk memberi syafaat bagi umatnya.
Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya. Mereka berkata: “Maha Suci Allah! Hamba yang paling dimuliakan Allah Taala ini begitu mengambil berat, hal keadaan umatnya.
Daripada Thabit Al-Bani, daripada Usman Am Nahari berkata: “Pada suatu hari Nabi SAW menemui Fatimah Az-Zahara’ r.h. Baginda SAW dapati, dia sedang menangis.”
Baginda SAW bersabda: “Permata hatiku! Apa yang menyebabkan dirimu menangis?”
Fatimah menjawab: “Aku teringat akan firman Allah Taala.”
“Dan, kami akan menghimpunkan, maka Kami tidak akan mengkhianati walau seorang daripada mereka.” Lalu Nabi SAW pun menangis. Baginda SAW bersabda: “Wahai permata hatiku! Sesungguhnya, aku teringat akan hari yang terlalu dahsyat. Umatku telah dikumpulkan pada hari kiamat dikelilingi dengan perasaan dahaga dan telanjang. Mereka memikul dosa mereka di atas belakang mereka. Air mata mereka mengalir di pipi.”
Fatimah r.h. berkata: “Wahai bapaku! Apakah wanita tidak merasa malu terhadap lelaki?”
Baginda SAW menjawab: “Wahai Fatimah! Sesungguhnya, hari itu, setiap orang akan sibuk dengan untung nasib dirinya. Adapun aku telah mendengar firman Allah Taala, “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (Surah ‘Abasa, ayat 37)
Fatimah r.h. bertanya: “Di mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai bapaku?”
Baginda SAW menjawab: “Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku sedang memberi minum umatku.”
Fatimah r.h. bertanya lagi: “Sekiranya aku dapati kamu tiada di telaga?”
Baginda SAW bersabda: “Kamu akan menjumpaiku di atas Sirat sambil dikelilingi para Nabi. Aku akan menyeru: “Tuhan Kesejahteraan! Tuhan Kesejahteraan! Para malaikat akan menyambut: “Aamiin.”
Ketika itu juga, terdengar seruan dari arah Allah Taala lalu berfirman: “Nescaya akan mengikuti kata-katanya pada apa yang kamu sembah.”
Setiap umat akan berkumpul dengan sesuatu yang mereka sembah. Ketika itu juga, neraka Jahanam melebarkan tengkuknya lalu menangkap mereka sebagaimana burung mematuk kacang.
Apabila seruan dari tengah Arasy kedengaran, maka manusia yang menyembah-Nya datang beriring. Sebahagian daripada orang yang berdiri di situ berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW!”
Allah Taala berfirman kepada mereka, “Mengapa kamu tidak mengikuti orang yang kamu sembah?”
Mereka berkata: “Kami tidak menyembah melainkan Tuhan Kami. Dan, kami tidak menyembah selainNya.”
Mereka ditanya lagi: “Kami mengenali Tuhan kamu?”
Mereka menjawab: “Maha Suci diriNya! Tiada yang kami kenali selainNya.”
Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalamnya untuk diazab, umat Muhammad SAW mendengar bunyi pukulan dan jeritan penghuni neraka. Lalu malaikat Zabaniah mencela mereka. Mereka berkata: “Marilah kita pergi meminta syafaat kepada Muhammad SAW!”
Manusia berpecah kepada tiga kumpulan.
1. Kumpulan orang tua yang menjerit-jerit.
2. Kumpulan pemuda.
3. Wanita yang bersendirian mengelilingi mimbar-mimbar.
Mimbar para Nabi didirikan di atas kawasan lapang ketika kiamat. Mereka semua berminat terhadap mimbar Nabi Muhammad SAW. Mimbar Nabi Muhammad SAW terletak berhampiran dengan tempat berlaku kiamat. Ia juga merupakan mimbar yang paling baik, besar dan cantik. Nabi Adam as dan isterinya Hawa berada di bawah mimbar Nabi SAW.
Hawa melihat ke arah mereka lalu berkata: “Wahai Adam! Ramai dari zuriatmu dari umat Muhammad SAW serta cantik wajah mereka. Mereka menyeru: “Di mana Muhammad?”
Mereka berkata: “Kami adalah umat Muhammad SAW. Semua umat telah mengiringi apa yang mereka sembah. Hanya tinggal kami sahaja. Matahari di atas kepala kami. Ia telah membakar kami. Neraka pula, cahaya juga telah membakar kami. Timbangan semakin berat. Oleh itu tolonglah kami agar memohon kepada Allah Taala untuk menghisab kami dengan segera! Sama ada kami akan pergi ke syurga atau neraka.”
Nabi Adam as berkata: “Pergilah kamu dariku! Sesungguhnya aku sibuk dengan dosa-dosaku. Aku mendengar firman Allah Taala: Dan dosa Adam terhadap Tuhannya kerana lalai. Mereka pergi berjumpa nabi Nuh as yang telah berumur, umur yang panjang dan sangat sabar. Mereka menghampirinya.Apabila Nabi Nuh as melihat mereka, dia berdiri.
Pengikut (umat Nabi Muhammad SAW) berkata: “Wahai datuk kami, Nuh! Tolonglah kami terhadap Tuhan kami agar Dia dapat memisahkan di antara kami dan mengutuskan kami dari ahli syurga ke syurga dan ahli neraka ke neraka.”
Nabi Nuh a.s. berkata: “Sesungguhnya, aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah mendoakan agar kaumku dimusnahkan. Aku malu dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Ibrahim kekasih Allah Taala! Mintalah kepadanya agar menolong kamu!”
Nabi Ibrahim a.s. berkata: “Sesungguhnya aku pernah berbohong di dalam usiaku sebanyak tiga pembohongan di dalam Islam. Aku takut dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Musa a.s.! Mintalah pertolongan darinya!”
Nabi Musa a.s. berkata: “Aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah membunuh seorang jiwa tanpa hak. Aku membunuhnya bukan dari kemahuanku sendiri. Aku dapati dia melampaui batas terhadap seorang lelaki Islam. Aku ingin memukulnya. Aku terperanjat kerana menyakitinya lalu menumbuk lelaki tersebut. Ia jatuh lalu mati. Aku takut terhadap tuntutan dosaku. Pergilah kamu berjumpa Isa a.s.!”
Mereka pergi berjumpa Nabi Isa a.s. Nabi Isa a.s. berkata: “Sesungguhnya Allah Taala telah melaknat orang-orang Kristian. Mereka telah mengambil aku, ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah Taala. Hari ini, aku malu untuk bertanya kepadaNya mengenai ibuku Mariam.”
Mariam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra’ sedang duduk. Ketika Mariam melihat umat Nabi Muhammad SAW dia berkata: “Ini umat Nabi Muhammad SAW. Mereka telah sesat dari Nabi mereka.”
Suara Mariam, telah didengari oleh Nabi Muhammad SAW Nabi Adam a.s. berkata kepada nabi Muhammad SAW. “Ini umatmu, wahai Muhammad! Merekaberkeliling mencarimu untuk meminta syafaat kepada Allah Taala.”
Nabi Muhammad SAW menjerit dari atas mimbar lalu bersabda: “Marilah kepadaku, wahai umatku! Wahai sesiapa yang beriman dan tidak melihatku. Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku sentiasa memohon kepada Allah Taala untukmu!”
Umat Nabi Muhammad SAW berkumpul di sisinya.
Terdengar suara seruan: “Wahai Adam! Ke marilah kepada Tuhanmu!” Nabi Adam as berkata: “Wahai Muhammad! Tuhanku telah memanggilku. Moga-moga Dia akan meminta kepadaku.”
Nabi Adam a.s. pergi menemui Allah Taala. Allah Taala berfirman kepadanya: “Wahai Adam! Bangunlah dan hantarkan anak-anakmu ke neraka!”
Nabi Adam a.s. bertanya: “Berapa ramai untukku kirimkan?”
Allah Taala berfirman: Setiap seribu lelaki kamu hantarkan seorang ke syurga, 999 orang ke neraka.”
Allah Taala berfirman lagi: “Wahai Adam! Sekiranya Aku tidak melaknat orang yang berdusta dan Aku haramkan pembohongan, nescaya Aku akan mengasihi anakmu keseluruhannya. Akan, tetapi, Aku telah janjikan syurga bagi orang yang mentaatiKu Neraka pula bagi orang yang menderhakaiKu Aku tidak akan memungkiri janji Wahai Adam! Berhentilah di sisi Mizan (timbangan). Sesiapa yang mempunyai berat pada kebaikannya daripada dosanya walaupun seberat biji sawi, bawalah dia untuk memasuki syurga tanpa perlu berunding denganKu! Sesungguhnya Aku telah menjadikan bagi mereka, satu kejahatan dengan satu dosa. Manakala satu kebaikan dengan sepuluh pahala agar memberitahu mereka bahawa, sesungguhnya Aku tidak akan memasukkan mereka ke dalam neraka melainkan setiap yang kembali akan dikembalikan dengan dosa bagi orang yang melampaui batas.”
Nabi Adam a.s. berkata: “Tuhanku! Penguasaku! Engkau lebih utama bagi menghisab berbanding aku. Hamba itu adalah hambaMu dan Engkau Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib!”
Umat Muhammad SAW Diseru Meniti Sirat
Allah Taala menyeru: “Wahai Muhammad! Bawalah umatmu untuk dihisab dan lintaskan mereka di atas Sirat yang dilebarkan. Panjangnya sejauh 500 tahun perjalanan.”
Malaikat Malik berdiri di pintunya (neraka). Dia menyeru: “Wahai Muhammad! Sesiapa yang datang dari umatmu dan bersamanya ada perlepasan dari Allah Taala, maka dia akan terselamat. Sekiranya sebaliknya maka, dia akan terjatuh di dalam neraka. Wahai Muhammad! Katakan kepada orang yang diringankan agar berlari! Katakan kepada orang yang diberatkan agar berjalan!”
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada malaikat Malik: “Wahai Malik! Dengan kebenaran Allah Taala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gementar apabila melihatmu.”
Malaikat Malik memalingkan mukanya dari umat Nabi Muhammad SAW. Umat Nabi Muhammad SAW telah di pecahkan kepada sepuluh kumpulan. Nabi Muhammad SAW mendahului mereka lalu bersabda kepada umatnya: “Ikutlah aku wahai umatku di atas Sirat ini!”
Kumpulan pertama berjaya melintasi seperti kilat yang memancar. Kumpulan kedua melintasi seperti angin yang kencang. Kumpulan ketiga melintasi seperti kuda yang baik. Kumpulan yang keempat seperti burung yang pantas. Kumpulan yang kelima berlari. Kumpulan keenam berjalan. Kumpulan ketujuh berdiri dan duduk kerana mereka dahaga dan penat. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka.
Nabi Muhammad SAW berhenti di atas Sirat. Setiap kali, baginda SAW melihat seorang dari umatnya bergayut di atas Sirat, baginda SAW akan menarik tangannya dan membangunkan dia kembali. Kumpulan ke lapan menarik muka-muka mereka dengan rantai kerana terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: “Wahai Muhammad SAW!”
Nabi Muhammad SAW berkata: “Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan mereka!”
Anak-anak Yang Meninggal Sebelum Baligh
Kumpulan ke sembilan dan ke sepuluh tertinggal di atas Sirat. Mereka tidak diizinkan untuk menyeberang. Dikatakan bahawa, di pintu syurga, ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak terkira melainkan Allah Taala sahaja yang mengetahui. Di atasnya ada kanak-kanak yang telah mati semasa di dunia ketika umur mereka dua bulan, kurang dan lebih sebelum mereka baligh. Apabila mereka melihat ibu dan bapa mereka, mereka menyambutnya dan mengiringi mereka memasuki syurga. Mereka memberikan gelas-gelas dan cerek serta tuala dari sutera. Mereka memberi ibu dan bapa mereka minum kerana kehausan kiamat. Mereka memasuki syurga bersama-sama.
Hanya tinggal, kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka. Suara tangisan mereka semakin nyaring.
Mereka berkata: “Aku mengharamkan syurga bagi diriku sehingga aku melihat bapa dan ibuku.”
Kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka telah berkumpul. Mereka berkata: “Kami masih di dalam keadaan yatim di sini dan di dunia.”
Malaikat berkata kepada mereka: “Bapa-bapa dan ibu-ibu kamu terlalu berat dosa mereka. Mereka tidak diterima oleh syurga akibat dosa mereka.”
Mereka terus menangis malah lebih kuat dari sebelumnya lalu berkata: “Kami akan duduk di pintu syurga moga-moga Allah Taala mengampuninya dan menyatukan kami dengan mereka.”
Demikianlah! Orang yang melakukan dosa besar akan dikurung di tempat pembalasan yang pertama oleh mereka iaitu Sirat. Ia dipanggil “Tempat Teropong.” Kaki-kaki mereka akan tergantung di Sirat.
Nabi Muhammad SAW melintasi Sirat bersama orang-orang yang soleh di kalangan yang terdahulu dan orang yang taat selepasnya. Di hadapannya, ada bendera-bendera yang berkibaran. Bendera Kepujian berada di atas kepalanya.
Apabila bendera baginda menghampiri pintu syurga, kanak-kanak akan meninggikan tangisan mereka. Rasulullah SAW bersabda: “Apa yang berlaku pada kanak-kanak ini?” Malaikat menjawab: “Mereka menangis kerana berpisah dengan bapa dan ibu mereka. “Nabi SAW bersabda: “Aku akan menyelidiki khabar mereka dan aku akan memberi syafaat kepada mereka, Insya Allah.”
Nabi Muhammad SAW memasuki syurga bersama umatnya yang berada di belakang. Setiap kaum akan kekal di dalam rumah-rumah mereka. Kita memohon kepada Allah Taala agar memasukkan kita di dalam keutamaan ini dan menjadikan kita sebahagian daripada mereka.
Dipetik Dari Buku: 1001 Duka Siri 1 “1001 Duka Siri 1 “Himpunan
Kisah-kisah Menyayat Hati”
Pengarang: Muhammad Isa Selamat.
Sumber: DarulNuman
Gambaran Suasana Jenis-jenis Manusia Di Padang Mahsyar
Selamat datang ke blog ni semoga info yang admin paparkan dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca setia selamat menambah ilmu disini.....
SUASANA DI AKHIRAT:
I - KEADAAN-KEADAAN HARI MAHSYAR
1. Manusia semuanya berkumpul dengan berkaki ayam dan bertelanjang.
Riwayat Syaikhati daripada ‘Aisyah r.a berkata: Aku mendengar Rasulullah
s.a.w bersabda:
Manusia pada hari mahsyar akan dikumpulkan dengan berkaki ayam
dan bertelanjangan tanpa secebis pakaian (bertelanjang bulat), maka ‘Aisyah
berkata: “Aku bertanya, lelaki dan perempuan semuanya dapat melihat
(kemaluan) setengah mereka kepada setengah yang lain?” Sabda Rasulullah
s.a.w: “Perkara yang amat dahsyat ketika itu menjadikan mereka tidak
mementingkan perkara itu.”
2. Matahari menghampiri kepala-kepala makhluk.
Diriwayatkan oleh Muslim daripada al-Muqdam r.a berkata: Aku
mendengar Rasulullah s.a.w bersabda:
Matahari akan menghampiri makhluk pada hari kiamat sehingga
jadilah mereka yang jaraknya (dengan matahari) pada kadar satu batu. Maka
adalah manusia pada ketika itu di dalam peluh mengikut kadar amalan
mereka, maka sebahagian daripada mereka sampai kepada buku lali, dan
daripada mereka ada yang sampai kepada betis, dan ada juga sebahagian
daripada mereka sampai ke pusat, dan kedapatan juga daripada mereka yang
ditenggelami oleh peluh keseluruhannya, dan Rasulullah s.a.w telah
menunjukkan kepada mulutnya.
3. Bumi menjadi saksi kepada hamba di atas segala amalan yang telah
dilakukannya.
Diriwayatkan daripada Ibnu Hibban di dalam sahihnya daripada Abi
Hurairah berkata: Rasulul s.a.w telah membaca ayat ini:
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.”
Kemudian baginda bersabda:
“Apakah kamu mengetahui apakah beritanya?” Para sahabat berkata:
“Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui.” Maka sabda Rasulullah s.a.w:
“Maka sesungguhnya beritanya itu ialah penyaksian ke atas setiap hamba
lelaki dan hamba perempuan dengan apa yang telah dikerjakannya di atas
muka bumi, (iaitu daripada kebaikan dan kejahatan) ia berkata: Amalan mi
begini dan begini...”
4. Tempat, di mana seseorang itu tidak akan mengingati lagi seseorang yang lain.
Riwayat Abu Daud dan Hakim daripada ‘Aisyah r.a berkata:
“Aku mengingati neraka kemudian aku menangis, maka bertanya
Rasulullah s.a.w: “Apakah yang menyebabkan engkau menangis?” Aku
berkata: “Aku mengingati neraka lalu aku menangis, maka adakah kamu
akan mengingati ahli kamu pada hari kiamat?” Maka sabda Baginda:
“Adapun pada tiga tempat, maka tiada seseorang pun yang akan mengingati
seseorang yang lain.
Pertama: Ketika di sisi timbangan sehinggalah diketahui apakah
timbangannya itu ringan atau berat?
Keduanya: Ketika buku catatan (suhuf) itu berterbangan mencari
tuannya. Sehinggalah diketahui di manakah jatuhnya buku catatan tersebut,
sama ada di kanan, di kiri atau di belakangnya?
Ketiga: Di sisi titian sirat. Apabila telah diletakkan di antara dua tebing
neraka jahanam, sehinggalah ia telah dapat menyeberanginya dengan
selamat.
5. Penyaksian anggota terhadap apa yang telah di kerjakan oleh setiap
hamba-Nya.
Muslim meriwayatkan daripada Anas berkata:
Adalah kami di sisi Rasulullah s.a.w, kemudian baginda ketawa lalu
bersabda:
“Adakah kamu mengetahui tentang apakah yang telah berlaku aku
ketawakan tadi?” Kami berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.
Baginda bersabda: Tentang perbicaraan hamba dengan Tuhan-Nya. Maka
kata hamba: “Wahai Tuhan, apakah engkau tidak akan menyelamatkanku
daripada kezaliman?” Allah berfirman: “Bahkan!” Maka berkata pula hamba:
“Sesungguhnya aku tidak akan membiarkan pada hari ini seseorang pun
menjadi saksi ke atas diriku kecuali diriku sendiri.” Maka firman Allah
kepadanya: “Cukuplah dengan diri engkau pada hari ini sebagai saksi dan
Kiraman Klatibin akan menyaksikannya.” Kemudian sabda Rasulullah s.a.w.
“Maka lalu di kuncilah mulutnya (hamba), dan dikatakanlah kepada anggota-
.anggotanya “Bercakaplah,” lalu anggota-anggota itupun menceritakanlah
segala amalan yang dilakukan oleh tuannya, kemudian di biarkan hamba itu
pula bercakap, maka katanya:
“Celakalah kamu semua (anggota), padahal aku telah berjuang untuk
mempertahankan kamu (semasa hidup di dunia).”
Ini semua telah dijejaskan dalam surah Yasin:65
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan bercakaplah kepala, tangan
mereka dengan kami mereka menaik saksi atas apa yang mereka lakukan.”
II - KEADAAN-KEADAAN AHLI NERAKA
1. Neraka jahanam yang hitam gelap.
Tarmizi, Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayat kan daripada Abu
Hurairah, daripada Nabi s.a.w bersabda:
“Api neraka telah dinyalakân selama seribu tahun, sehingga merah,
kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian dilanjutkan
seribu tahun lagi sehingga hitam gelap, bagaikan malam yang gelap kelam.
2. Apa yang berlaku di lembah jahanam.
Ibnu Majah, dan Tarmizi dan Tabrani me riwayatkan daripada Ibnu
‘Abbas r.a daripada Nabi s.a.w bahawasanya Baginda bersabda:
“Sesungguhnya di dalam neraka jahanam itu suatu lembah yang mana
neraka jahanam meminta perlindungan daripada lembah tersebut sebanyak
400 kali, yang disediakan untuk mereka yang sentiasa membantah daripada
umat Nabi Muhammad s.a.w.”
3. Bagaimana dalamnya dasar jahanam.
Muslim meriwayatkan daripada Khalid ibnu Umair berkata: telah
berkhutbah ‘Utbah bin Ghazwan r.a, maka ia berkata:
“Sesungguhnya telah diceritakan kepada kami bahawasanya seketul
batu telah dicampakkan dan pada tebing neraka jahanam, maka ia telah
menenggelami ke dalamnya selama 70 tahun baharulah sampai kepada
dasarnya, demi Allah ia akan dipenuhi Apakah kamu tidak takjub?”
4. Barang Yang ditempa oleh ahli neraka.
Ahmad, Abu Ya’Ja dan Hakim meriwayatkan daripada Nabj s.a.w
bersabda:
“Kalaulah sekiranya ditempa daripada sedikit besi neraka jahanam
lalu diletakkan di atas bumi, maka berkumpullah sekelian manusia dan jin
untuk memindahkannya akan tetapi ianya tidak akan mampu untuk
dipindahkan.”
5. Buruknya rupa ahli neraka:
Ibnu Abi Dunya meniwayatkan daripada Abdullah bin ‘Amru r.a.
berkata:
“Kalaulah sekiranya seseorang lelaki daripada ahli neraka
dikeluarkan ke dunia maka matilah penduduk dunia lantaran
pemandangannya yang menggerunkan, dan baunya amat busuk.”
Kemudian Abdullah menangis dengan tangisan yang kuat sekali.
6. Minuman ahli neraka:
Ahmad, Tarmizi dan al-Hakim meriwayatkan daripada Abi Umamah
r.a. daripada Nabi s.a.w dalam menjelaskan firman Allah s.w.t yang
bermaksud:
“Dia akan diberi minum dengan air nanah, di minumnya air nanah itu.”(Ibrahim: 16-17)
Sabda Baginda:
“Akan dihampirkan kepada mulutnya, maka apabila sudah dekat
kepadanya maka hanguslah mukanya, dan apabila diletakkan di hadapannya
maka tanggalkan kulit kepalanya, maka apabila ia telah meminumnya maka
putuslah tali perutnya sehinggalah keluar daripada duburnya.
Firman Allah:
“Dan diberi air yang mendidih sehingga memotong-motong usus mereka
(taliperut).” (Muhammad: 15)
dan firman-Nya
“Dan jika mereka meminta minum nescaya mereka akan diberi minum dengan
air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk.” (al-Kahfi 29)
7. Makanan ahli neraka.
Tarmizi, Nasa’i dan Ibnu Majah meriwayatkan daripada Ibnu ‘Abbas
r.a bahawasanya Nabi s.a.w telah membaca ayat ini:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepadanya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
kamu beragama Islam.” (Ali-Imran: 102)
Maka sabda Rasulullah s.a.w.:
“Kalaulah sekiranya setitik biji zakum itu menitis ke atas permukaan
bumi ini nescaya akan binasalah kehidupan penduduk dunia, maka bagai
manakah pula bagi sesiapa yang menjadikannya sebagai makanan?”
8. Besarnya ahli neraka:
Ibnu Majah meriwayatkan daripada Nabi s.a.w bahawa ia bersabda:
“Sesungguhnya orang kafir (di neraka itu) begitu besar sekali
sehinggakan giginya pun sebagai mana besarnya Bukit Uhud dan begitulah
besarnya badannya pula ke atas giginya sebagaimana besarnya tubuh
seseorang kamu daripada giginya.
9. Tangisan ahli neraka:
Ibnu Majah dan Abu Ya’la meriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a
berkata: Sabda Rasulullah s.a.w:
“Akan berterusanlah tangisan ahli neraka itu, maka mereka akan
menangis sehingga keringlah air mata, kemudian mereka akan menangis
dengan tangisan darah pula sehingga muka-muka mereka menjadi
sebagaimana parit-parit, kalaulah sekiranya dilayarkan kepadanya perahuperahu
maka akan hanyut.
III - KEADAAN-KEADAAN AHLI SYURGA
1. Cukuplah mereka dengan penuh kebanggaan dan kemuliaan.
Di mana Allah s.w.t telah menyediakan kepada mereka di dalam syurga daripada
perkara-perkara yang mata tidak pernah memandangnya, telinga juga tidak
pernah mendengar bahkan hati manusia tidak pernah terlintas
(terbayangkannya).
Syaikhan dan selain keduanya meriwayatkan daripada Abi Hurairah
r.a berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Aku (Allah s.w.t) telah menyediakan bagi hamba-hambaku yang
salih perkara-perkara yang tidak pernah dipandang oleh mata, dan tidak
pernah telinga mendengarnya dan tidak pernah terlintas oleh hati manusia,
dan bacalah kalau kamu mahu firman Allah s.w.t”:
“Sesungguhnya tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka
(iaitu bermacam macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Sajdah: 17)
2. Cukuplah mereka dengan ketinggian dan kemuliaan yang berkekalan
di dalamnya selama lamanya,
Mereka tidak akan terkena penyakit, tidak juga menjadi tua dan tiada sebarang tegahan (sekatan).
Muslim dan Tarmizi meriwayatkan daripada Abi Sa’id al-Khudri r.a
berkata: Sabda Rasulullah s.a.w
“Apabila ahli syurga masuk dalam syurga maka kedengaranlah seruan
daripada penyeru: Sesungguhnya bagi kamu akan sentiasa sihat dan kamu
tidak akan sakit selama-lamanya, bagi kamu akan sentiasa hidup maka kamu
tidak akan mati selama-lamanya, bagi kamu akan sentiasa muda maka kamu
tidak akan tua buat selama-lamanya dan bagi kamu akan sentiasa mendapat
nikmat kemewahan, maka kamu tidak akan ditimpa kemiskinan (kesusahan)
selama-lamanya.”
Begitulah firman Allah azza wajalla:
“Dan diserukan kepada mereka, ‘itulah syurga yang diwariskan kepadamu,
disebabkan apa yang kamu kerjakan dahulu.” (Al-A’raf: 43)
3. Cukuplah mereka daripada sebarang keinginan (iri hati) dan kenikmatan-kenikmatan bagi mereka.
Tiada sesuatu yang diberikan amat disukai dan dikasihi oleh mereka selain daripada memandang kepada wajah Allah yang mulia.
Muslim, Tarmizi dan Nasa’i meriwayatkan daripada Suhib r.a berkata:
Sabda Rasulullah s.a.w:
“Apabila ahli syurga masuk ke dalam syurga maka berfirmanlah
Allah azza wajalla: Kamu hendak sesuatu maka aku akan tambahkan kepada
karnu?” Maka mereka berkata: “Apakah tidak putih (bercahaya) muka-muka
kami? Apakah kami tidak masuk syurga? Apakah kami tidak berjaya (lepas)
daripada neraka?” Dikatakan: “Maka bukalah (singkaplah) hijab, maka tidak
suatu perkara yang diberikan paling disukai oleh mereka selain daripada
memandang kepada Tuhan mereka, kemudian bacalah firman Allah s.w.t ini.
Siapkah Kita Menghadapi 4 Pertanyaan di Padang Mahsyar
Setiap
manusia wajib mengimani hari akhir atau hari kiamat. Bahkan hal itu
merupakan rukun iman yang kelima. Di dalam hadist-hadist sahih di
terangkanlah bahwa setelah dunia ini hancur, manusia yang dalam kubur di
bangkitkan dan akan menghadapi peristiwa tsb ? Apa saja yang terjadi
pada saat itu?
Pada saat itu manusia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah
subhanahuwata’ala tentang segala macam yang telah dilakukan selama hidup di dunia ini.
Pada hari itu tidak berguna harta, anak, tidak bermanfa’at apa yang dibanggakan selama hidup di dunia ini. Pada hari itu hanya ada Penguasa tunggal yaitu Allah subhanahuwata’ala yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan kepada manusia, kemudian Dia menyuruh menggunakan nikmat itu sebaik – baiknya dalam rangka mengabdi kepada-Nya.
Karena Allah telah mengkaruniakan nikmat-nikmat itu kepada manusia, maka sangat wajar apabila Ia menanyakan kepada manusia untuk apa nikmat-nikmat itu digunakan.
Dalam sebuah hadist mengatakan (sabda Rasulullah saw) : “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju batas shirothol
mustaqim) sehingga ia di tanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan dikemanakan ia habiskan dan badannya untuk apa ia gunakan.” (HR Sahih Turmizi dan Ad Damiri).
1. UMUR
Umur adalah sesuatu yang tidak lepas dari manusia. Bila kita berbicara tentang umur, maka berarti kita berbicara tentang waktu.
Allah dalam Alqur’an telah bersumpah degnan waktu : ” Demi masa”, maksudnya agar manusia lebih memperhatikan waktu. Waktu yang di berikan Allah adalah 24 jam dalam sehari semalam. Untuk apa waktu itu kita gunakan ? Apakah waktu itu untuk beribadah atau untuk hal yang sia-sia.
Diantara sebab-sebab kemunduran ummat Islam ialah bahwa mereka tidak pandai menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfa’at, sebagian waktunya digunakan untuk bergurau, mengobrol hal – hal yang tak berguna bahkan terkadang membawa kepada perdebatan yang tak berarti hingga membawa keperkelahian. Sementara orang-orang kafir menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, sehingga mereka maju di dalam segala bidang kehidupan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keadaan ummat Islam saat ini sangat memprihatinkan. Ada diantara mereka yang tidak mengerti ajaran agamanya dan tidak mengerti ilmu pengetahuan umum.
Bahkan ada diantara mereka yang buta baca tulis Alqur’an.
Bila kita mau meningkatkan iman dan amal (pekerjaan/ilmu), maka seharusnya kita bertanya kepada diri masing-masing; Sudah berapa umur kita hari ini dan apa yang sudah kita ketahui tentang Islam, apa pula yang sudah kita amalkan dari ajaran Islam ini? Janganlah kita termasuk orang-orang yang lalai dan merugi.
Umur tidak terasa berjalan merayapi kehidupan kita. Tanpa kita sadari, sekejap saja umur kita telah tertinggal jauh, yang tersisa hanya beberapa tahun saja atau beberapa hari bahkan beberapa detik saja.
Kemarin kita masih dimanja-manja, bermain tertawa bebas – sedikit bergembira dan banyak mengalami kesusahan dalam menjalani perputaran kehidupan di dunia ini, lalu berkeluarga dan tiba-tiba kita telah menggenapi diatas puluhan tahun dan menanti hari ketiadaan kita di dunia ini seperti semula.
Apakah akan kita sia-siakan umur yang bagai KERCAPAN MATA ini untuk hal-hal yang hanya akan merugikan kita di dunia maupun di hari akhir kelak ?
2. ILMU
Yang membedakan antra muslim dan non muslim adalah ilmu dan amal.
Orang muslim berbeda amaliahnya dengan orang kafir dalam segala hal, dari mulai kebersihan, berpakaian, berumah tangga, bermuamalah (hubungan dalam bermasyarakat), berperilaku dll. Seorang muslim di perintahkan oleh Allah dan rosul-Nya agar menuntut ilmu. Allah berfirman : Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? ( Az Zumar : 9).
Ayat diatas kendatipun berbentuk pertanyaan tetapi mengandung perintah untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu hukumnya wajib (ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat) atas setiap individu muslim, misalnya ilmu agama : tentang membersihkan najis, berwudhu yang benar, cara shalat yang benar dan hal-hal yang di laksanakan setiap hari. Ilmu keduniawian : belajar menuntut ilmu tiada batasan umur dan wajib di amalkan (di terapkan) untuk kelangsungan hidup dan kemaslahatan sesama manusia. Karena ia tidak tahu, maka amalannya akan tertolak, dan Allah akan bertanya kepadanya kenapa ia mengikuti apa yang ia tidak ketahui, seperti dalam firman-Nya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati. semuanya itu akan di minta pertanggungjawabannya “. (Al Isra’ : 36).
Ilmu yang sudah dipelajari oleh ummat Islam harus di gunakan untuk
kepentingan Islam dan sesama manusia. Ilmu yang sudah di tuntut dan di pelajari wajib di amalkan menurut syari’at (aturan/ajaran) Islam. Ilmu tidak akan berarti apa apa dalam hidup dan kehidupan manusia kecuali bila manusia mengamalkannya, rosulullah saw bersabda : ” Beramallah kamu (dengan ilmu yang ada) karena tiap tiap orang dimudahkan menurut apa apa yang Allah ciptakan atasnya”. ( HR Muslim).
Akal fikiran diberikan untuk di pergunakan pada tempatnya, yaitu menuntut ilmu. Baik Ilmu duniawi maupun ilmu ukhrawi. Menuntut ilmu tidak mengenal umur, waktu atau tempat. Sudahkah kita menggunakan akal fikiran yang Dia limpahkan ini pada hal-hal yang berguna baik bagi diri maupun orang sekitar kita ?
Allah ta’ala telah melimpahkan umur,akal fikiran dan pengetahuan, mengapa kita tidak mencarinya? Jadi tiada alasan yang bisa di terima Allah pada waktu hari penghisaban kelak bagi umat-Nya. Janganlah kita termasuk umat yang menyesal di kemudian hari.
3. HARTA
Rosulullah saw bersabda ” bagi tiap tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta “. (HR Turmizi dan Hakim).
Harta pada hakikatnya adalah milik Allah. Harta adalah amanat Allah yang dilimpahkan kepada umat manusia agar ia mencari harta itu dengan halal, menggunakan harta itu pada tempat yang telah di tetapkan dalam syari’at Islam.
Bila kita amati keadaan umat Islam kini, banyak kita dapati diantara mereka yang tidak lagi peduli dengan cara mengumpulkan hartanya apakah dari jalan yang dihalalkan atau yang di haramkan dalam syari’at Islam ‘. Rosulullah saw telah meramalkan hal ini dengan sabdanya : “Nanti akan datang suatu masa; di masa itu manusia tidak perduli dari mana harta itu di peroleh, apakah dari yang haram atau yang halal “. (HR Bukhari).
Setiap muslim harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya karena manusia yang terdesak dalam masalah ekonomi lalu ia menjadi kalut hingga tidak peduli lagi harta itu dari mana ia peroleh. Ada harta yang di perolehnya dari usaha-usahanya yang batil, misal ; hutang tidak di bayar, korupsi, riba, merampok, berjudi dlsb.
Orang mencari usaha dari yang haram akan mendapat siksa Allah, seperti yang disabdakan Rosulullah saw : “Barang siapa yang dagingnya tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih patut baginya (sebagai tempatnya) “. ( HR Al Hakim). Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infakkan pada jalan yang benar pula. Bila tadi di sebut harta itu milik Allah, maka wajib pula kita gunakan harta itu dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Di dalam Alqur’an ada delapan golongan yang berhak mendapat zakat, yaitu para fuqara (orang faqir), masakin (orang miskin), amil (pengurus zakat), mu’allaf (orang yang baru masuk Islam), untuk membebaskan budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang sedang berjuang di jalan Allah dan orang-orang yang sedang ada dalam perjalanan jauh (musafir). Pada masa sekarang ini ada tiga golongan yang di prioritaskan yang berhak mendapatkan infaq dan sadakah, yaitu golongan fuqara, masakin dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
Orang faqir adalah orang yang membutuhkan/mempunyai kebutuhan hidup tetapi tidak mempunyai pekerjaan sedangkan hidupnya di gunakan untuk membantu agama Islam. Jadi orang faqir ialah orang yang hidupnya untuk berjuang di jalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha tetapi usahanya hanya bisa mencukupi kebutuhan minimal dalam keluarganya saja (makan sehari-hari).
4. BADAN
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang di ciptakan Allah di muka bumi ini. Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran yang di berikan Allah, manusia di jadikan sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia di bebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jasmani manusia ini di tuntut bekerja untuk melaksanakan fungsi khilafah dalam rangka mengabdi kepada Allah.
Letihnya manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah akan di ganjar dengan pahala. Tetapi bila letihnya dalam rangka main-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, beribadah dengan yang tidak pernah di contohkan rosul Allah saw, maka sia-sialah letihnya itu, bahkan ada yang di ganjar dengan api neraka, karena mereka termasuk orang-orang yang celaka, sebagaimana sabda nabi Allah saw : ” Tiap-tiap amal (pekerjaan) ada masa-masa semangat, dan tiap-tiap semangat ada masa lelahnya maka barangsiapa lelah dan letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan barang siapa letihnya bukan karena melaksanakan sunnahku, maka dia termasuk orang yang binasa “. (HR Al Hakim dan Al Baihaqi).
Begitulah, pada hari mahsyar masing-masing manusia akan di minta
pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang telah di kerjakan selama hidupnya di dunia ini. Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan – pertanyaan yang akan di tanyakan kepada kita pada saat itu ? Kalau belum, kapan lagi kita mempersiapkan diri kalau tidak sekarang ? Kita tidak tahu kapan giliran kita dipanggil, tahun depan, bulan depan, minggu depan, besok, nanti malam, 1 jam lagi atau beberapa menit lagi. Wallahu a’lam.
Oleh Ust. Yazid Abdul Qadir Jawas
taken from bdi-kps
Pada saat itu manusia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah
subhanahuwata’ala tentang segala macam yang telah dilakukan selama hidup di dunia ini.
Pada hari itu tidak berguna harta, anak, tidak bermanfa’at apa yang dibanggakan selama hidup di dunia ini. Pada hari itu hanya ada Penguasa tunggal yaitu Allah subhanahuwata’ala yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan kepada manusia, kemudian Dia menyuruh menggunakan nikmat itu sebaik – baiknya dalam rangka mengabdi kepada-Nya.
Karena Allah telah mengkaruniakan nikmat-nikmat itu kepada manusia, maka sangat wajar apabila Ia menanyakan kepada manusia untuk apa nikmat-nikmat itu digunakan.
Dalam sebuah hadist mengatakan (sabda Rasulullah saw) : “Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju batas shirothol
mustaqim) sehingga ia di tanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan dikemanakan ia habiskan dan badannya untuk apa ia gunakan.” (HR Sahih Turmizi dan Ad Damiri).
1. UMUR
Umur adalah sesuatu yang tidak lepas dari manusia. Bila kita berbicara tentang umur, maka berarti kita berbicara tentang waktu.
Allah dalam Alqur’an telah bersumpah degnan waktu : ” Demi masa”, maksudnya agar manusia lebih memperhatikan waktu. Waktu yang di berikan Allah adalah 24 jam dalam sehari semalam. Untuk apa waktu itu kita gunakan ? Apakah waktu itu untuk beribadah atau untuk hal yang sia-sia.
Diantara sebab-sebab kemunduran ummat Islam ialah bahwa mereka tidak pandai menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfa’at, sebagian waktunya digunakan untuk bergurau, mengobrol hal – hal yang tak berguna bahkan terkadang membawa kepada perdebatan yang tak berarti hingga membawa keperkelahian. Sementara orang-orang kafir menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, sehingga mereka maju di dalam segala bidang kehidupan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keadaan ummat Islam saat ini sangat memprihatinkan. Ada diantara mereka yang tidak mengerti ajaran agamanya dan tidak mengerti ilmu pengetahuan umum.
Bahkan ada diantara mereka yang buta baca tulis Alqur’an.
Bila kita mau meningkatkan iman dan amal (pekerjaan/ilmu), maka seharusnya kita bertanya kepada diri masing-masing; Sudah berapa umur kita hari ini dan apa yang sudah kita ketahui tentang Islam, apa pula yang sudah kita amalkan dari ajaran Islam ini? Janganlah kita termasuk orang-orang yang lalai dan merugi.
Umur tidak terasa berjalan merayapi kehidupan kita. Tanpa kita sadari, sekejap saja umur kita telah tertinggal jauh, yang tersisa hanya beberapa tahun saja atau beberapa hari bahkan beberapa detik saja.
Kemarin kita masih dimanja-manja, bermain tertawa bebas – sedikit bergembira dan banyak mengalami kesusahan dalam menjalani perputaran kehidupan di dunia ini, lalu berkeluarga dan tiba-tiba kita telah menggenapi diatas puluhan tahun dan menanti hari ketiadaan kita di dunia ini seperti semula.
Apakah akan kita sia-siakan umur yang bagai KERCAPAN MATA ini untuk hal-hal yang hanya akan merugikan kita di dunia maupun di hari akhir kelak ?
2. ILMU
Yang membedakan antra muslim dan non muslim adalah ilmu dan amal.
Orang muslim berbeda amaliahnya dengan orang kafir dalam segala hal, dari mulai kebersihan, berpakaian, berumah tangga, bermuamalah (hubungan dalam bermasyarakat), berperilaku dll. Seorang muslim di perintahkan oleh Allah dan rosul-Nya agar menuntut ilmu. Allah berfirman : Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? ( Az Zumar : 9).
Ayat diatas kendatipun berbentuk pertanyaan tetapi mengandung perintah untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu hukumnya wajib (ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat) atas setiap individu muslim, misalnya ilmu agama : tentang membersihkan najis, berwudhu yang benar, cara shalat yang benar dan hal-hal yang di laksanakan setiap hari. Ilmu keduniawian : belajar menuntut ilmu tiada batasan umur dan wajib di amalkan (di terapkan) untuk kelangsungan hidup dan kemaslahatan sesama manusia. Karena ia tidak tahu, maka amalannya akan tertolak, dan Allah akan bertanya kepadanya kenapa ia mengikuti apa yang ia tidak ketahui, seperti dalam firman-Nya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati. semuanya itu akan di minta pertanggungjawabannya “. (Al Isra’ : 36).
Ilmu yang sudah dipelajari oleh ummat Islam harus di gunakan untuk
kepentingan Islam dan sesama manusia. Ilmu yang sudah di tuntut dan di pelajari wajib di amalkan menurut syari’at (aturan/ajaran) Islam. Ilmu tidak akan berarti apa apa dalam hidup dan kehidupan manusia kecuali bila manusia mengamalkannya, rosulullah saw bersabda : ” Beramallah kamu (dengan ilmu yang ada) karena tiap tiap orang dimudahkan menurut apa apa yang Allah ciptakan atasnya”. ( HR Muslim).
Akal fikiran diberikan untuk di pergunakan pada tempatnya, yaitu menuntut ilmu. Baik Ilmu duniawi maupun ilmu ukhrawi. Menuntut ilmu tidak mengenal umur, waktu atau tempat. Sudahkah kita menggunakan akal fikiran yang Dia limpahkan ini pada hal-hal yang berguna baik bagi diri maupun orang sekitar kita ?
Allah ta’ala telah melimpahkan umur,akal fikiran dan pengetahuan, mengapa kita tidak mencarinya? Jadi tiada alasan yang bisa di terima Allah pada waktu hari penghisaban kelak bagi umat-Nya. Janganlah kita termasuk umat yang menyesal di kemudian hari.
3. HARTA
Rosulullah saw bersabda ” bagi tiap tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta “. (HR Turmizi dan Hakim).
Harta pada hakikatnya adalah milik Allah. Harta adalah amanat Allah yang dilimpahkan kepada umat manusia agar ia mencari harta itu dengan halal, menggunakan harta itu pada tempat yang telah di tetapkan dalam syari’at Islam.
Bila kita amati keadaan umat Islam kini, banyak kita dapati diantara mereka yang tidak lagi peduli dengan cara mengumpulkan hartanya apakah dari jalan yang dihalalkan atau yang di haramkan dalam syari’at Islam ‘. Rosulullah saw telah meramalkan hal ini dengan sabdanya : “Nanti akan datang suatu masa; di masa itu manusia tidak perduli dari mana harta itu di peroleh, apakah dari yang haram atau yang halal “. (HR Bukhari).
Setiap muslim harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya karena manusia yang terdesak dalam masalah ekonomi lalu ia menjadi kalut hingga tidak peduli lagi harta itu dari mana ia peroleh. Ada harta yang di perolehnya dari usaha-usahanya yang batil, misal ; hutang tidak di bayar, korupsi, riba, merampok, berjudi dlsb.
Orang mencari usaha dari yang haram akan mendapat siksa Allah, seperti yang disabdakan Rosulullah saw : “Barang siapa yang dagingnya tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih patut baginya (sebagai tempatnya) “. ( HR Al Hakim). Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infakkan pada jalan yang benar pula. Bila tadi di sebut harta itu milik Allah, maka wajib pula kita gunakan harta itu dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Di dalam Alqur’an ada delapan golongan yang berhak mendapat zakat, yaitu para fuqara (orang faqir), masakin (orang miskin), amil (pengurus zakat), mu’allaf (orang yang baru masuk Islam), untuk membebaskan budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang sedang berjuang di jalan Allah dan orang-orang yang sedang ada dalam perjalanan jauh (musafir). Pada masa sekarang ini ada tiga golongan yang di prioritaskan yang berhak mendapatkan infaq dan sadakah, yaitu golongan fuqara, masakin dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
Orang faqir adalah orang yang membutuhkan/mempunyai kebutuhan hidup tetapi tidak mempunyai pekerjaan sedangkan hidupnya di gunakan untuk membantu agama Islam. Jadi orang faqir ialah orang yang hidupnya untuk berjuang di jalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha tetapi usahanya hanya bisa mencukupi kebutuhan minimal dalam keluarganya saja (makan sehari-hari).
4. BADAN
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang di ciptakan Allah di muka bumi ini. Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran yang di berikan Allah, manusia di jadikan sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia di bebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jasmani manusia ini di tuntut bekerja untuk melaksanakan fungsi khilafah dalam rangka mengabdi kepada Allah.
Letihnya manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah akan di ganjar dengan pahala. Tetapi bila letihnya dalam rangka main-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, beribadah dengan yang tidak pernah di contohkan rosul Allah saw, maka sia-sialah letihnya itu, bahkan ada yang di ganjar dengan api neraka, karena mereka termasuk orang-orang yang celaka, sebagaimana sabda nabi Allah saw : ” Tiap-tiap amal (pekerjaan) ada masa-masa semangat, dan tiap-tiap semangat ada masa lelahnya maka barangsiapa lelah dan letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan barang siapa letihnya bukan karena melaksanakan sunnahku, maka dia termasuk orang yang binasa “. (HR Al Hakim dan Al Baihaqi).
Begitulah, pada hari mahsyar masing-masing manusia akan di minta
pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang telah di kerjakan selama hidupnya di dunia ini. Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan – pertanyaan yang akan di tanyakan kepada kita pada saat itu ? Kalau belum, kapan lagi kita mempersiapkan diri kalau tidak sekarang ? Kita tidak tahu kapan giliran kita dipanggil, tahun depan, bulan depan, minggu depan, besok, nanti malam, 1 jam lagi atau beberapa menit lagi. Wallahu a’lam.
Oleh Ust. Yazid Abdul Qadir Jawas
taken from bdi-kps
1 ulasan:
mengenai 12 barisan manusia,
minta penjelasan.
1. mana buktinya kita terdiri dari 12 golongan itu.
2. dalam waqiah (56) diberitakan manusia terdiri dari 3 golongan.
bukankah kita hendaklah percaya manusia terbahagi kepada tiga golongan bukan salah satu dari 12. bukankah apabila ada yang percaya mereka adalah salah satu dari 12, itu bermakna tidak percaya kepada al-quran. dan apabila tidak percaya al-quran, mereka akan termasuk dalam golongan kiri.
Catat Ulasan