Sabtu, 22 Ogos 2015

JIKA KITA BUAT JAHAT....MUNGKAR.. ATAU KESILAPAN...SATU KETIKA KITA DAPAT HASILNYA...

Balasan maksiat datang secepat kilat

Ahad, 24 Jumadil Akhir 1434 H / 5 Mei 2013 08:22
Balasan maksiat datang secepat kilat
Ilustrasi - Balasan maksiat datang secepat kilat
Oleh: Ustadz Fuad Al Hazimi
(Arrahmah.com) – Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
“Barangsiapa yang melakukan kejahatan (maksiat dan dosa), niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah”. (QS An Nisa’ 123)
Para shahabat menyatakan bahwa inilah ayat Al Qur’an yang paling berat bagi mereka, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa Aisyah mengatakan kepada Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bahwa inilah ayat Al Qur’an yang terasa paling berat bagi dirinya. (Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 hal 558)
Balasan Allah yang secepat kilat itu dikarenakan Allah tidak rela hamba-Nya yang beriman larut dalam kemaksiatan.
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِىَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
“Sesungguhnya Allah Maha Pencemburu, dan cemburunya Allah adalah di saat seorang mukmin melanggar yang diharamkan-Nya” (HR Bukhari) 
NASEHAT IBNU ABBAS TENTANG MAKSIAT
Shahabat Abdullah Bin Abbas Rodhiyallohu ‘anhuma berkata :
“Wahai orang yang berbuat dosa, janganlah engkau merasa aman dari dosa-dosamu. Ketahuilah bahwa akibat dari dosa yang engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dari dosa dan maksiat itu sendiri”.
“Ketahuilah bahwa hilangnya rasa malu kepada malaikat yang menjaga di kiri kananmu saat engkau melakukan dosa dan maksiat, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”.
“Sesungguhnya ketika engkau tertawa saat melakukan maksiat sedangkan engkau tidak tahu apa yang akan Allah lakukan atas kamu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”.
“Kegembiraanmu saat engkau melakukan maksiat yang menurutmu menguntungkanmu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”.
“Dan kesedihanmu saat engkau tidak bisa melakukan dosa dan maksiat yang biasanya engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dosanya dosanya dari dosa dan maksiat itu”.
“Ketahuilah bahwa perasaan takut aib dan maksiatmu akan diketahui orang lain, sedangkan engkau tidak pernah merasa takut dengan Pandangan dan Pengawasan Allah, adalah jauh lebih besar dosanya dari aib dan maksiat itu”.
“Tahukah engkau apa dosa Nabi Ayyub sehingga Allah mengujinya dengan sakit kulit yang sangat menjijikkan selama bertahun-tahun, ditinggalkan keluarganya dan habis harta bendanya ? Ujian Allah itu hanya disebabkan karena seorang miskin yang didzalimi datang meminta bantuan kepadanya, tetapi Nabi Ayyub tidak membantunya”.
(Suwar min Hayatis Shohabah jilid 3 hal 60 – 61)
**********
LALU BAGAIMANA JIKA MAKSIAT ITU TELAH KITA KETAHUI, KITA SADARI DAN KITA YAKINI BAHWA ITU ADALAH MAKSIAT NAMUN KITA TERUS MELAKUKANNYA ?
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (QS Al A’raf 23)
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus alaihis salaam), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru (berdoa’) dalam keadaan yang sangat gelap (di dalam perut ikan Paus) :
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada Ilaah (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”.
(samirmusa/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/balasan-maksiat-datang-secepat-kilat.html#sthash.Hub65i9Y.dpuf
Firman Allah SWT: ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ Telah timbul berbagai kerosakan dan bala bencana di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang demikian) kerana Allah hendak merasakan mereka sebahagian dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka telah lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat). Ar-Rum (41). 15 MAKSIAT YANG AKAN MENURUNKAN BALA Ertinya: Daripada Ali bin Abi Thalib r.a. Rasulullah saw. Bersabda: ” Apabila umat ku telah membuat lima belas perkara, maka bala pasti akan turun kepada mereka iaitu: 1. Apabila harta negara hanya beredar pada orang-orang tertentu. 2. Apabila amanah dijadikan suatu sumber keuntungan. 3. Zakat dijadikan hutang. 4. Suami memperturutkan kehendak isteri. 5. Anak derhaka terhadap ibunya. 6. Sedangkan ia berbaik-baik dengan kawannya. 7. Ia suka menjauhkan diri daripada ayahnya. 8. Suara sudah ditinggikan di dalam masjid. 9. Yang menjadi ketua satu kaum adalah orang yang terhina di antara mereka. 10. Seseorang dimuliakan kerana ditakuti kejahatannya. 11. Khamar (arak) sudah diminum di merata tempat. 12. Kain sutera banyak dipakai (oleh kaum lelaki). 13. Para artis-artis disanjung-sanjung. 14. Muzik banyak dimainkan. 15. Generasi akhir umat ini melaknat (menyalahkan) generasi pertama (sahabat). Maka pada ketika itu hendaklah mereka menanti angin merah atau gempa bumi atau pun mereka akan diubah menjadi makhluk lain”. H.R Tarmizi. Dunia pada hari ini telah membuat segala apa yang telah disabdakan Rasulullah s.a.w. Ini, cuma mungkin belum sampai ke peringkat akhir. Firman Allah SWT: لَهُ ۥ مُعَقِّبَـٰتٌ۬ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِہِمۡ‌ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٍ۬ سُوٓءً۬ا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۥ‌ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ Bagi tiap-tiap seorang ada malaikat penjaganya silih berganti dari hadapannya dan dari belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya. Ar-Ra'du (11). FirmanNya yang lain: أَلَمۡ يَرَوۡاْ كَمۡ أَهۡلَكۡنَا مِن قَبۡلِهِم مِّن قَرۡنٍ۬ مَّكَّنَّـٰهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ مَا لَمۡ نُمَكِّن لَّكُمۡ وَأَرۡسَلۡنَا ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡہِم مِّدۡرَارً۬ا وَجَعَلۡنَا ٱلۡأَنۡهَـٰرَ تَجۡرِى مِن تَحۡتِہِمۡ فَأَهۡلَكۡنَـٰهُم بِذُنُوبِہِمۡ وَأَنشَأۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِمۡ قَرۡنًا ءَاخَرِينَ Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak Kami berikan kepada kamu dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain? Al-An'aam(6).

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Firman Allah SWT: ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ Telah timbul berbagai kerosakan dan bala bencana di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang demikian) kerana Allah hendak merasakan mereka sebahagian dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka telah lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat). Ar-Rum (41). 15 MAKSIAT YANG AKAN MENURUNKAN BALA Ertinya: Daripada Ali bin Abi Thalib r.a. Rasulullah saw. Bersabda: ” Apabila umat ku telah membuat lima belas perkara, maka bala pasti akan turun kepada mereka iaitu: 1. Apabila harta negara hanya beredar pada orang-orang tertentu. 2. Apabila amanah dijadikan suatu sumber keuntungan. 3. Zakat dijadikan hutang. 4. Suami memperturutkan kehendak isteri. 5. Anak derhaka terhadap ibunya. 6. Sedangkan ia berbaik-baik dengan kawannya. 7. Ia suka menjauhkan diri daripada ayahnya. 8. Suara sudah ditinggikan di dalam masjid. 9. Yang menjadi ketua satu kaum adalah orang yang terhina di antara mereka. 10. Seseorang dimuliakan kerana ditakuti kejahatannya. 11. Khamar (arak) sudah diminum di merata tempat. 12. Kain sutera banyak dipakai (oleh kaum lelaki). 13. Para artis-artis disanjung-sanjung. 14. Muzik banyak dimainkan. 15. Generasi akhir umat ini melaknat (menyalahkan) generasi pertama (sahabat). Maka pada ketika itu hendaklah mereka menanti angin merah atau gempa bumi atau pun mereka akan diubah menjadi makhluk lain”. H.R Tarmizi. Dunia pada hari ini telah membuat segala apa yang telah disabdakan Rasulullah s.a.w. Ini, cuma mungkin belum sampai ke peringkat akhir. Firman Allah SWT: لَهُ ۥ مُعَقِّبَـٰتٌ۬ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِہِمۡ‌ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٍ۬ سُوٓءً۬ا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۥ‌ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ Bagi tiap-tiap seorang ada malaikat penjaganya silih berganti dari hadapannya dan dari belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya. Ar-Ra'du (11). FirmanNya yang lain: أَلَمۡ يَرَوۡاْ كَمۡ أَهۡلَكۡنَا مِن قَبۡلِهِم مِّن قَرۡنٍ۬ مَّكَّنَّـٰهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ مَا لَمۡ نُمَكِّن لَّكُمۡ وَأَرۡسَلۡنَا ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡہِم مِّدۡرَارً۬ا وَجَعَلۡنَا ٱلۡأَنۡهَـٰرَ تَجۡرِى مِن تَحۡتِہِمۡ فَأَهۡلَكۡنَـٰهُم بِذُنُوبِہِمۡ وَأَنشَأۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِمۡ قَرۡنًا ءَاخَرِينَ Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak Kami berikan kepada kamu dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain? Al-An'aam(6).

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

Buat baik? Buat baik, dibalas baik?

buat baik
The good, the bad, the ugly by ~laura242 (devianart)
Apakah kita hanya perlu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita?
Fikirkan.

Buat baik kepada yang baik. Buat baik, dibalas baik.

Fikirkan sekali lagi.
Jika kita terus beranggapan seperti itu, dan menjadikannya tabiat diri, jujur… keakuan di dalam diri, tersangatlah besar dan menebal. Sehinggakan, kita asyik dengan diri sendiri. Kita pentingkan diri sendiri! Andai kita mengatakan buat baik kepada yang baik ianya logik, ia sememangnya tidak logik sama sekali. Kerana, Allah dan Rasul-Nya tidak mengkhususkan kita untuk berbuat baik.
Fikirkan.
Jika Nabi Muhammad SAW berbuat kebaikan kepada yang baik, agak-agak agama Islam itu bagaimana?
Allah SWT secara maklumnya, mengamanahkan para rasul dan nabi agar menjadi baik, berbuat baik di dalam hidup. Bahkan, mengamalkannya secara berhemah dan menurut prinsip-prinsip Islam. Seperti dakwah Nabi Musa a.s kepada Firaun. Tidak cukup dengan itu, perhatikan dakwah Nabi Muhammad SAW. Baginda sendiri tidak pernah memaki, memaksa, dan melakukan perkara-perkara yang kurang elok kepada Abu Jahal dan kaumnya. Baginda SAW itu seorang pengasih dan penyanyang.
Tetapi… bagaimana sekiranya ada yang berbuat jahat kepada kita, menzalimi kita, menyakiti kita, dan melakukan bermacam-macam perkara yang kurang baik terhadap diri kita. Pastinya sukar untuk membalas kebaikan.
Tenang.
Tanyakan pada diri.
Kalau kita buat baik kepada orang yang buat baik kepada kita, itu tandanya kita buat baik kerana diri kita.. bukan kerana Allah SWT. Contoh, apabila kebaikan telah kita nikmati, maka timbul rasa ingin membalasnya. Baik dibalas baik. Ia bermaksud, kebaikan yang kita lakukan itu adalah kerana diri kita sendiri. Dan sekiranya kerana Allah SWT, pastinya berbeza. Kita tetap buat baik, walaupun tidak dibalas baik. Sekalipun kepada orang yang tidak buat baik kepada kita.
Meskipun terasa berat dan sukar, didiklah diri kita. Jernihkanlah hati kita. Jangan beranggapan bahawa, buat baik kepada orang yang tidak buat baik kepada kita itu satu kerugiaan dan sia-sia. Jangan! Sebaliknya, mulakanlah langkah, agar segala perkara yang kita lakukan dan pengharapan kita selama ini, semuanya fokus kepada Allah SWT. Kita lakukan, atas kerana kehendak-Nya, kerana perintah-Nya, dan untuk-Nya semata.
Hakikatnya, kejahatan juga boleh dijadikan kebaikan bila kejahatan itu dibalas dengan kebaikan.
Insya-Allah. Bilamana kita mengamalkan sikap baik ini, orang yang berbuat jahat kepada kita dan orang yang tidak berbuat baik kepada kita, sedikit sebanyak akan terpikat dengan kita. Yakinlah kepada Allah, kebaikan itu akan menghasilkan natijah yang baik. Malah lebih baik daripada apa yang kita sangkakan. Semuanya, berbalik kepada keyakinan kita terhadap-Nya.
Buat baik itu satu kewajipan setiap insan. Usah hadkan kebaikan yang kita lakukan. Ayuh, berikan kebaikan dengan tulus dan ikhlas.
Ini ialah akhlak!


Buat Baik Dibalas Baik, Buat Jahat……

Buat baik dibalas baik
Buat baik dibalas baik. Buat jahat dibalas jahat. Perkara macam itulah yang dipanggil hukum karma. Bukan taksub kepada kepercayaan hindu tentang hukum karma tu tetapi dalam agama Islam juga telah diajar bahawa setiap kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita semula. Begitu juga jika kita berbuat jahat. Balasan itu pasti ada, sama ada di dunia atau di akhirat kelak. Hanya Allah SWT yang menentukan dan tahu segalanya.
Sebelum ni banyak kejahatan dan keburukan dah menimpa diri dan hidup aku. Sampai satu tahap aku rasa macam dah tak sanggup nak harungi semua tu. Tapi ternyata ianya mungkin balasan atas kesilapan yang pernah aku lakukan dulu. Aku tak nafikan dulu aku memang jahat walaupun kawan-kawan cakap muka aku muka ‘budak skema’. Skema ke? Haha..
Kadang-kadang rasa bersyukur juga bila dapat harungi semua dugaan tu. Walaupun berat, tapi Allah tahu kemampuan seseorang hamba-Nya yang diuji. Tiada ujian yang membebankan kita sangat sebenarnya. Cuma kita belum jumpa jalan penyelesaian yang sesuai dan berkesan bagi ujian tersebut. Ujian daripada Allah memang takkan habis. Bila berdepan dengan ujian jangan asyik merungut. Merungut takkan selesaikan masalah. Manusia itu lemah dan perlukan bantuan Allah SWT. Sebab itulah kita disuruh untuk sentiasa berusaha dan taat kepada Allah SWT kerana kita tak tahu apa akan berlaku kepada kita di hari esok, lusa, dan seterusnya.



Bila kita berbuat kebaikan, insyaAllah kebaikan akan datang kembali kepada kita dalam pelbagai bentuk. Hati pun rasa senang bila dapat buat kebaikan. Mungkin juga kebaikan yang kita buat akan dapat bantu kita selesaikan masalah yang sedang kita hadapi. Kita tak tahu. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui atas segala-galanya dalam kehidupan ni.
p/s: Berbuat baik dengan ikhlas semata-mata kerana Allah. Hati akan rasa BERSIH.


Hukum Meninggalkan Solat Fardu

*

Hukum meninggalkan solat fardu dengan sengaja tanpa keuzuran yang dibenarkan oleh syarak adalah haram dan berdosa besar.

Pelaku wajib segera memohon keampunan kepada Allah (istighfar) dan bertaubat. Jumhur ulamak mengatakan wajib qada' (ganti) solat tersebut.

"Perjanjian di antara kita orang Islam dan orang kafir ialah solat dan sesiapa meninggalkan solat sesungguhnya dia telah menjadi seorang kafir. (HR al-Tirmidzi)

Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya yang membezakan antara seseorang dengan kesyirikkan dan kekufuran adalah dengan meninggalkan solat". (HR Muslim)

Diterangkan oleh An-Nawawi bahawasanya orang yang meninggalkan solat dengan menolak atau mengingkari kewajipan solat, dipandang telah menjadi kafir, telah terkeluar dari Islam. (ijma' ulamak Islam).

Jika dia meninggalkan solat kerana malas atau lalai tetapi masih mengi'tikadkan kewajiban solat itu atas dirinya, maka Imam Malik dan Asy Syafi'i menetapkan bahawa orang itu tidak kafir, hanya dipandang fasik (melakukan dosa besar) dan disuruh bertaubat. Jika dia tidak mahu bertaubat, nescaya dibunuh, selaku suatu hukuman yang mesti dijalankan.

Segolongan ulamak salaf, diantaranya Ahmad dan Ishaq menetapkan bahawa orang yang meninggalkan solat telah kafir dan dihukum bunuh selaku seorang kafir.

Abu Hanifah dan al-Muzany menetapkan bahawa orang yang meninggalkan solat tidak dikafirkan dan tidak dibunuh, hanya dipenjarakan dan dita'zirkan sehingga dia kembali mengerjakan solat.

Wallahu a'lam.
 

BALASAN MENINGGALKAN SOLAT LIMA WAKTU



SEKSA MENINGGALKAN SOLAT
"Apakah yang menyebabkan kamu semua masuk neraka Saqar ini? Mereka menjawab: Kami tidak termasuk golongan orangorang yang bersembahyang." (AlMudathsir:42,43)


Barang siapa yang meninggalkan sembahyang fardu,
seksanya umpama:-

Subuh:
Allah akan mencampakkannya ke dalam neraka jahanam selama 60 tahun.

Zuhur:
Dosanya seperti membunuh seribu orang Islam.

Asar:
Dosanya seperti meruntuhkan Kaabah.

Maghrib:
Dosanya seperti berzina dengan ibu atau bapanya sendiri.

Isyak:
Allah berseru kepada mereka, "Hai orang yang meninggalkan solat Isyak, bahawa Aku tidak lagi reda engkau tinggal di bumi-Ku dan menggunakan nikmat-nikmat-Ku." Segala gerak - gerinya seperti pakai, makan, tidur adalah berdosa kepada Allah.


Seksaan Ketika Hidup Di Dunia
Allah kurangkan keberkatan umurnya. Rezekinya dipersempitkan oleh Allah. Tidak ada tempat baginya di sisi agama Islam. Doanya tertolak. Hilang cahaya soleh dari wajahnya. Amal kebajikan yang dilakukannya langsung tidak diberi pahala.

Seksaan Ketika Sakaratul Maut
Ia akan menghadapi sakaratul maut dalam keadaan hina. Matinya dalam keadaan menderita kelaparan. Matinya dalam keadaan yang tersangat haus walaupun diberi minum air sebanyak tujuh lautan.

Seksaan Ketika Di Dalam Kubur
Allah akan menyempitkan kuburnya dengan sesempitsempitnya. Kuburnya akan digelapkan. Allah akan menyiksanya dengan pedih sehingga hari Qiamat.

Seksaan Ketika Berada Di Akhirat
Ia akan dibelenggu dan diseret ke padang Mahsyar oleh malaikat. Allah tidak akan memandangnya dengan pandangan belas kasihan. Allah tidak akan mengampuni dosanya dan dia akan disiksa dengan keras di dalam neraka.




SEKSA NERAKA

HUKUM MENGUMPULKAN DUA WAKTU SEMBAHYANG

Dalam kesibukan kadangkala ada antara kita yang lalai atau sengaja mengabungkan waktu sembahyang zuhur dengan asar ( sembahyang di akhir waktu zuhur dan diikuti sembahyang asar sebaik sahaja masuk waktunya)

Renungkan hadis Rasulullah SAW di bawah yang menghalang perbuatan tersebut

Saad bin Abi waqas bertanya Rasulullah SAW mengenai orang yang melalaikan sembahyangnya maka jawab baginda " Iaitu mengakhirkan waktu sembahyangnya dari waktu asalnya hingga sampai waktu sembahyang lain. Mereka telah mensia-siakan dan melewatkan waktu sembahyangnya, maka mereka diancam dengan neraka wail".

Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut mentafsirkan hadis di atas" Iaitu orang yang melengah-lengahkan sembahyang mereka sehingga sampai kepada waktu mereka neraka jahanam tempat kembalinya".

Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda
" Sesiapa yang mengumpulkan dua sembahyang tanpa ada halangan, maka sesungguhnya dia telah memasuki pintu besar dari pintu dosa-dosa besar". (Riwayat Al-Hakim)

Wallahua'lam


SEKSA NERAKA BUKAN KEPALANG

Mereka yang meninggalkan sembahyang akan menerima seksa di dunia
dan di alam kubur tidak terlepas daripada tiga seksaan.Tiga
jenis seksa di dalam kubur ialah:-

1. Kubur akan menghimpit-himpit serapat yang mungkin sehingga berselisih tulang-tulang dada.
2. Dinyalakan api di dalam kuburnya dan api itu akan membelit dan membakar tubuhnya siang dan malam tiada
     henti-henti.
3. Akan muncul seekor ular yang bernama "Sujaul Aqra" dan ular itu berkata:

    "Allah menyuruh aku membelasah engkau kerana engkau mensia- siakan sembahyang Subuh."

Ia dipukul dari waktu Subuh hingga naik matahari, kemudian dipukul dan dihentak hingga terjunam ke perut bumi kerana meninggalkan sembahyang Zuhur. Kemudian dipukul lagi kerana meninggalkan sembahyang Asar, begitulah seterusnya dari Asar ke Maghrib, dari Maghrib ke waktu Isyak dan seterusnya hingga ke waktu Subuh semula. Demikianlah berterusan seksaan oleh Sajaul Aqra hinggalah hari Kiamat.

CUAI SOLAT LIMA WAKTU

Didalam neraka Jahanam terdapat wadi(lembah) yang didalamnya adalah ular-ular bersaiz sebesar tengkuk unta dan panjangnya sebulan perjalanan. Kerjanya tiada lain selain mengigit orang-orang yang tidak menunaikan sembahyang semasa hidup mereka. Bisa ular itu pula menggelegak di dalam badan mereka selama 70 tahun sehingga luruh seluruh daging badan mereka. Kemudian tubuh mereka kembali pulih lalu digigit lagi dan begitulah seterusnya.


Seksaan bagi orang-orang yang meninggalkan solat

Orang yang tidak sembahyang akan diseksa dengan 15 seksa; 6 daripadanya akan diterima di dunia, 3 seksa tatkala hendak mati, 3 seksa lagi ketika berada di alam kubur dan 3 seksa lagi di hari kiamat :-.

Enam seksa semasa hidup di dunia:
1. Ditinggalkan berkat pada umurnya.
2. Allah akan menghapuskan tanda-tanda orang salih daripada mukanya.
3. Tiap-tiap amal yang dikerjakan tiada diberikan pahala kepadanya.
4. Segala doanya tiada diperkenankan oleh Allah.
5. Dia dimarahi dan dibenci oleh segala makhluk di dunia.
6. Tidak ada baginya bahagian daripada doa orang-orang salih.

Tiga seksa tatkala hendak mati:
1. Dia mati dalam kehinaan.
2. Mati dalam keadaan yang sangat lapar.
3. Mati dalam keadaan yang sangat haus, sehinggakan jika dituangkan kepadanya sekelian air laut di dunia ini,
    dia tetap merasa tidak puas

Tiga seksa ketika di alam kubur:
1. Disempitkan kuburnya.
2. Dinyalakan api, di mana dia akan membalik-balikkan dirinya didalam bara api itu.
3. Allah mngerahkan ular yang paling besar untuk menyebat mayat itu, yang mana dinamakan ular itu 'SHAJKUL
    AKRAK' dan ular itu akan berkata, Sesungguhnya aku telah disuruh oleh Tuhanku untuk memukul engkau dari Subuh
    hingga ke Zuhur, dipukul pula hingga ke Asar dengan sebab engkau sia-siakan waktu Zuhur. Begitulah seterusnya
    tiap-tiap hari dan malam sehingga hari kiamat.


Tiga seksa di hari kiamat:
1. Allah memerintahkan malaikat azab agar menghela orang yang tidak sembahyang itu ke dalam neraka.
2. Allah menilik pada orang yang tidak sembahyang itu dengan tilikan yang murka.
3. Allah akan mengira orang yang tidak sembahyang itu dengan kiraannya yang paling berat dan terus disumbatkan ke
    dalam nerakasebagaimana firman Allah yang bermaksud, "Apa yang membawa kamu ke neraka?
    " Mereka menjawab, "Kami , tidak sembahyang."
 

Puasa Tetapi Tidak Solat


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya mendapat soalan mengenai orang yang berpuasa tetapi tidak bersolat. Banyak fatwa ditemui dan pelbagai ragam fatwanya.
Ini semua berpaksi kepada hukum meninggalkan solat dengan sengaja. Apakah jatuh kafir atau tidak. Sebahagian menyatakan hanya jatuh kafir jika menolak kewajipan solat, dan berdosa besar meninggalkannya jika masih beriman solat itu wajib. Sedangkan ada sekelompok ulama yang lain berpegang meninggalkan solat dengan sengaja jatuh hukum sebagai kafir tidak kira seseorang itu menolak kewajipan solat atau tidak.

Tidak kiralah yang mana satu antara kedua pendapat ulama’ ini. Kita mengetahui bahawa paling ringan, meninggalkan solat ada dosa yang sangat besar. Silap-silap lebih besar daripada berzina, minum arak dan sebagainya. Boleh jadi ia dosa yang bawah sedikit sahaja daripada syirik.
Jika membuka aurat, menyebabkan pahala puasa berkurangan, mengumpat menyebabkan pahala puasa berkurangan, berbohong menyebabkan pahala puasa berkurangan, lalu apa lagi jika meninggalkan solat. Puasa kita hanya mendapat lapar dan dahaga, dan kita menanggung dosa yang sangat besar, yang mana kita berada di sempadan antara iman dan kufur.
Nasihat saya: Jadikanlah Ramadhan ini akademi untuk kita melengkapkan kewajipan yang selama ini kita abaikan. Tidak mengapa jika selepas Isya’ anda mahu pulang tidur, menonton televisyen, walau itu satu sikap yang tidak elok. Tetapi sangatlah tercela, jika kita berpuasa, tetapi solat wajib tidak didirikan. Meninggalkan solat lebih jijik daripada berzina, meliwat, minum arak, melacur, buka aurat, dating………. Apakah kita mahu puasa kita sekadar lapar dan dahaga. Puasa apakah ini ketika mana kita malas dan lalai daripada solat. Puasa apakah ini?
Saya ingin berkongsi fatwa Shaikh al-Uthaimin. Suka diingatkan beliau berpegang bahawa kafir jika meninggalkan solat dengan sengaja. Jadi beliau menyimpulkan puasa orang yang tidak solat, tidak sah. Sifirnya mudah, amalan orang kafir, semuanya tidak sah. Teruskan membaca agar kita dapat memahami betapa besarnya dosa meninggalkan solat.

————
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin -rahimahullah- pernah ditanya: “Apa hukum orang yang berpuasa namun meninggalkan solat?”
Beliau rahimahullah menjawab:
“Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan solat tidaklah diterima kerana orang yang meninggalkan solat adalah kafir dan murtad. Dalil bahawa meninggalkan shalat termasuk bentuk kekafiran adalah firman Allah Ta’ala,
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Jika mereka bertaubat, mendirikan solat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (Qs. At Taubah [9]: 11)
Alasan lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan solat.” (HR. Muslim no. 82)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai solat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani)

Pendapat yang mengatakan bahawa meninggalkan solat merupakan suatu kekafiran adalah pendapat majoriti sahabat Nabi bahkan dapat dikatakan pendapat tersebut adalah ijma’ (kesepakatan) para sahabat.
‘Abdullah bin Syaqiq –rahimahullah- (seorang tabi’in yang masyhur) mengatakan, “Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amalan yang apabila seseorang meninggalkannya akan menyebabkan dia kafir selain perkara solat.” [Perkataan
ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari ‘Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy; seorang tabi’in. Hakim mengatakan bahawa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52, -pen]
Oleh karena itu, apabila seseorang berpuasa namun dia meninggalkan solat, puasa yang dia lakukan tidaklah sah (tidak diterima). Amalan puasa yang dia lakukan tidaklah bermanfaat pada hari kiamat nanti.
Oleh sebab itu, kami katakan, “Solatlah kemudian tunaikanlah puasa.” Adapun jika engkau puasa namun tidak solat, amalan puasamu akan tertolak kerana orang kafir (disebabkan meninggalkan solat) tidak diterima ibadah daripadanya.
[Sumber: Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17/62, Asy Syamilah]
***
Penterjemah: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel http://www.muslim.or.id
——————————————-
Ini pula perbahasan ringkas perbezaan ulama’ tentang hukum meninggalkan solat.
Hukum Meninggalkan Solat[1]

Para ulama’ bersepakat bahawa orang yang meninggalkan solat dengan mengingkari kewajipannya, dia telah murtad dan kafir. Akan tetapi mereka berselisih pendapat sama ada orang yang meninggalkan solat kerana malas telah terkeluar daripada Islam atau masih Islam. Akan tetapi para ulama’ tetap bersepakat meninggalkan solat adalah dosa yang besar.
Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata bahawa tiada perbezaan pendapat di kalangan umat Islam terhadap yang meninggalkan kerana mengingkari kewajipannya. Akan tetapi apabilka meninggalkan solat kerana malas, dan masih meyakini solat lima waktu wajib, maka di dalam hal ini terdapat perbezaan pendapat.[2]
Terdapat tiga pendapat ulama ke atas orang yang meninggalkan solat kerana malas.[3]
Pendapat pertama: Orang yang meninggalkan solat wajib dibunuh kerana telah murtad. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad, Sa’id bin Jubair, ‘Amir asy-Sya’bi, Ibrahim an-Nakhai, Abu ‘Amr,  al-Auzai’e, Ayyub al-Sakhtiyani, Abdullah Ibn al-Mubarak, Ishak bin Rahawiah, Abdul Malik Bin Habib (ulama’ mazhab Malik), sebahagian pendapat ulama’ mazhab Syafie. Di kalangan sahabat pula pendapat ini dipegang oleh Umar al-Khattab, Muaz Bin Jabal, Abdurrahman Bin Auf dan lain-lain.
Pendapat kedua : Orang yang meninggalkan solat dibunuh dengan hukuman had, akan tetapi tidak dihukum sebagai kafir. Ini merupakan pendapat Imam Malik, Imam asy-Syafie, dan salah satu pendapat Imam Ahmad.
Pendapat ketiga: Orang yang meninggalkan solat kerana malas adalah fasiq (pelaku dosa besar) dan dia wajib dipenjara sehingga dia mahu menunaikan solat. Ini merupakan pendapat mazhab Hanafi.

Dalil-dalil Al-Quran tentang orang yang meninggalkan solat
1)      Allah Ta’ala berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang mensia-siakan solat dan mengiut hawa nafsu. Mereka akan menemui al-ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal soleh.” (Maryam : 59-60)
Ibnu Mas’ud radiallahu ‘anhu menyatakan bahawa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah sungai di neraka Jahanam yang makanannya sangat menjijikkan dan tempatnya sangat dalam. [4]

Di dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –iaitu sungai di Jahannam- sebagai tempat bagi orang yang meninggalkan solat dan mengikut hawa nafsu. Seandainya orang yang meninggalkan solat adalah orang yang hanya melakukan maksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka paling atas, sebagaimana tempat orang muslim yang berdosa. Tempat ini (ghoyya) merupakan bahagian neraka yang paling bawah. Ia bukanlah tempat orang mukmin, sebaliknya tempat bagi orang kafir.
2)      Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman:
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
Jika mereka bertaubat, mendirikan solat dan menunaikan zakat, maka (mereka) adalah saudara-saudaramu seagama.” (At Taubah: 11). Di dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan Islam dengan mengerjakan solat. Ini bermaksud jika solat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman. Ia menunjukkan orang yang meninggalkan solat bukanlah mukmin kerana orang mukmin itu bersaudara sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (Al Hujurat : 10)
Dalil Tentang Orang Yang Meninggalkan Solat Di Dalam Hadis Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam
1)      Daripada Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah sollallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
(Pembatas) di antara seorang muslim dan syirik dan kafir adalah meninggalkan solat.”[5]

2)      Daripada Tsauban radiallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah sollallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ
“Pemisah di antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah solat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia telah syirik.”.[6]
3)      Diriwayatkan daripada Muaz bin Jabal , Nabi sollallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
Kepala segala perkara adalah Islam dan tiangnya adalah solat.”.[7]
Di dalam hadis ini, dikatakan bahawa solat adalah tiang yang menegakkan Islam. Jadi jika roboh tiang tersebut, maka robohlah Islam.
Para Sahabat Berijma’ (Bersepakat), Meninggalkan Solat adalah Kafir
Umar radiallahu ‘anhu menyatakan:
لاَ إِسْلاَمَ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ
”Tidak ada Islam bagi orang yang meninggalkan solat.”
Daripada jalan yang lain, beliau berkata:

ولاَحَظَّ فِي الاِسْلاَمِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ
Tidak ada bahagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan solat.”[8]
Ketika Umar menyebutkan perkataan di atas,beliau sedang menghadapi sakaratul maut, tiada seorang sahabat pun yang mengingkarinya. Oleh kerana itu, hukum bahawa meninggalkan solat adalah kafir termasuk ijma’ (kesepakatan) sahabat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn al-Qayyim dalam kitab As-Solah.
Kebanyakan sahabat Nabi menganggap bahawa orang yang meninggalkan solat dengan sengaja adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq. Beliau menyatakan:
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَرَوْنَ شَيْئًا مِنَ الأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلاَةِ
Dahulu para sahabat Muhammad sollallahu ‘alaihi wassalam tidak pernah melihat suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali solat.”[9]

Al-Imam Ibn al-Qayyim mengatakan, ”Tidakkah seseorang itu malu dengan mengingkari pendapat bahawa orang yang meninggalkan solat adalah kafir, padahal hal ini telah disaksikan oleh Al Kitab (Al Qur’an), As Sunnah dan kesepakatan sahabat. Wallahul Muwaffiq (Hanya Allah-lah yang dapat memberi taufik).”[10]
[1] Tajuk ini merupakan ringkasan daripada tulisan Ustaz Muhammad Abduh bertajuk: Dosa Meninggalkan Solat Fardhu Lima Waktu Lebih Besar Daripada Dosa Berzina. Ia boleh dibaca di sini http://rumaysho.com/hukum-islam/shalat/2721-dosa-meninggalkan-shalat-lima-waktu-lebih-besar-dari-dosa-berzina-.html
[2] Nailul Author, 1/369
[3] Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah Al Kuwaitiiah, 22/186-187)
[4] As-Solah, hal. 31
[5] HR. Muslim no. 257
[6] HR. At-Tabari dengan sanad sahih. Shaikh Al-Albani menyatakan hadiss ini sahih. Lihat Sahih At-Targib wa At-Tarhib no. 566
[7] HR. at-Tirmizi no. 2825. Disahihkan oleh Shaikh Al-Albani dalam Sahih wa Dhaif Sunan At Tirmizi
[8] Dikeluarkan oleh Malik. Sa’ad di dalam At-Thabaqat, Ibnu Abi Syaibah di dalam Al Iman,  Ad-Daruquthni di dalam sunannya,dan Ibn Asakir. Hadis ini sahih, sebagaimana dikatakan oleh Shaikh Al Albani dalam Irwa’ al-Gholil no. 209
[9] Perkataan ini diriwayatkan oleh At-Tirmizi daripada Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqli seorang tabi’in dan al-Hakim menyatakan bahawa hadis ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadis ini adalah sahih. Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52.
[10] As-Sholah, hal. 56

Balasan maksiat datang secepat kilat

Ahad, 24 Jumadil Akhir 1434 H / 5 Mei 2013 08:22
Balasan maksiat datang secepat kilat
Ilustrasi - Balasan maksiat datang secepat kilat
Oleh: Ustadz Fuad Al Hazimi
(Arrahmah.com) – Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :
مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
“Barangsiapa yang melakukan kejahatan (maksiat dan dosa), niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah”. (QS An Nisa’ 123)
Para shahabat menyatakan bahwa inilah ayat Al Qur’an yang paling berat bagi mereka, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa Aisyah mengatakan kepada Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bahwa inilah ayat Al Qur’an yang terasa paling berat bagi dirinya. (Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 hal 558)
Balasan Allah yang secepat kilat itu dikarenakan Allah tidak rela hamba-Nya yang beriman larut dalam kemaksiatan.
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِىَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
“Sesungguhnya Allah Maha Pencemburu, dan cemburunya Allah adalah di saat seorang mukmin melanggar yang diharamkan-Nya” (HR Bukhari) 
NASEHAT IBNU ABBAS TENTANG MAKSIAT
Shahabat Abdullah Bin Abbas Rodhiyallohu ‘anhuma berkata :
“Wahai orang yang berbuat dosa, janganlah engkau merasa aman dari dosa-dosamu. Ketahuilah bahwa akibat dari dosa yang engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dari dosa dan maksiat itu sendiri”.
“Ketahuilah bahwa hilangnya rasa malu kepada malaikat yang menjaga di kiri kananmu saat engkau melakukan dosa dan maksiat, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”.
“Sesungguhnya ketika engkau tertawa saat melakukan maksiat sedangkan engkau tidak tahu apa yang akan Allah lakukan atas kamu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”.
“Kegembiraanmu saat engkau melakukan maksiat yang menurutmu menguntungkanmu, adalah jauh lebih besar dosanya dari dosa dan maksiat itu”.
“Dan kesedihanmu saat engkau tidak bisa melakukan dosa dan maksiat yang biasanya engkau lakukan, adalah jauh lebih besar dosanya dosanya dari dosa dan maksiat itu”.
“Ketahuilah bahwa perasaan takut aib dan maksiatmu akan diketahui orang lain, sedangkan engkau tidak pernah merasa takut dengan Pandangan dan Pengawasan Allah, adalah jauh lebih besar dosanya dari aib dan maksiat itu”.
“Tahukah engkau apa dosa Nabi Ayyub sehingga Allah mengujinya dengan sakit kulit yang sangat menjijikkan selama bertahun-tahun, ditinggalkan keluarganya dan habis harta bendanya ? Ujian Allah itu hanya disebabkan karena seorang miskin yang didzalimi datang meminta bantuan kepadanya, tetapi Nabi Ayyub tidak membantunya”.
(Suwar min Hayatis Shohabah jilid 3 hal 60 – 61)
**********
LALU BAGAIMANA JIKA MAKSIAT ITU TELAH KITA KETAHUI, KITA SADARI DAN KITA YAKINI BAHWA ITU ADALAH MAKSIAT NAMUN KITA TERUS MELAKUKANNYA ?
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (QS Al A’raf 23)
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus alaihis salaam), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru (berdoa’) dalam keadaan yang sangat gelap (di dalam perut ikan Paus) :
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada Ilaah (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”.
(samirmusa/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/balasan-maksiat-datang-secepat-kilat.html#sthash.Hub65i9Y.dpuf

PERINGATAN
Bukanlah tujuan tulisan ini untuk menghukum orang lain kafir, atau puasa orang lain tidak sah. Sebaliknya ia satu muhasabah kepada diri kita. Ulama hanya khilaf kafir atau tidak, tetapi mereka tidak khilaf ia satu dosa yang SANGAT besar.
Ambillah pengajaran daripada artikel ini untuk kebaikan kita semua.
Wallahua’lam.
 

Azab bagi Perempuan Tidak Menutup Aurat


Rasulullah bersabda,
"Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya." (HR. Abu Daud)

Rasulullah bersabda,
"Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab)." (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)



10 ALASAN WANITA ENGGAN MEMAKAI JILBAB
Banyak alasan kenapa wanita enggan berjilbab. Padahal banyak manfaatnya yang bisa kita petik pada saat kita berjilbab atau kita mengenakan jilbab.

Berikut sepuluh alasan mengapa seorang wanita enggan memakai Jilbab :

1. Jilbab tidak menarik.
Jawabnya seorang wanita muslimah harus sudi menerima kebenaran agama Islam, dan tidak mempermasalahkan senang atau tidak senang. Sebab rasa senangnya itu diukur dengan barometer hawa nafsu yang menguasai dirinya.

2. Takut durhaka kepada orang tuanya yang melarangnya berpakaian jilbab.
Jawabnya adalah Rasulullah SAW telah mengatakan agar tidak mematuhi seorang makhluk dalam durhaka kepada-Nya.

3. Tidak bisa membeli pakaian yang banyak memerlukan kain.
Jawabannya, orang yang mengatakan alasan seperti itu adalah karena (pertama) ia benar-benar sangat miskin sehingga tidak mampu membeli pakaian Islami.

Atau (kedua) karena dia cuma alasan saja, sebab ia lebih menyukai pakaian yang bugil sehingga tampak lekuk tubuhnya atau paha mulusnya bisa kelihatan orang.

4. Karena merasa gerah dan panas.
Jawabannya, wanita muslimah di Arab yang udaranya lebih panas saja mampu mengenakan pakaian Islami, mengapa di negara lainnya tidak? Dan orang yang merasa gerah dan panas mengenakan pakaian Islami, mereka tidak menyadari tentang panasnya api neraka bagi orang yang membuka aurat.
Syetan telah menggelincirkan, sehingga mereka terasa bebas dari panasnya dunia, tetapi mengantarkannya kepada panas api neraka.

5. Takut tidak istiqamah.
Mereka melihat contoh wanita muslimah yang kurang baik ‘Buat apa mengenakan jilbab sementara, Cuma pertama saja rajin, nanti juga dilepas’. Jawabannya adalah mereka mengambil sample (contoh) yang tidak cocok, bukan wanita yang ideal (yang istiqamah) menjalankannya. Ia mengatakan hanya untuk menyelamatkan dirinya. Dan ia tidak mau mengenakan jilbab karena takut tidak istiqamah. Kalau saja semua orang berfikir demikian, tentunya mereka akan meninggalkan agama secara keseluruhan. Orang tidak akan shalat sama sekali karena takut tidak istiqamah, begitu pula puasa dan ibadah lainnya.

6. Takut tidak "laku", jadi selama ia belum menikah, maka ia tidak mengenakan jilbab.
Jawabannya, adalah ucapan itu sebenarnya bukan hal yang sebenarnya. Justru berakibat buruk pada dirinya sendiri. Sesungguhnya pernikahan adalah nikmat dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Sebagian besar orang sudah meyakini bahwa jodoh di tangan Tuhan. Betapa banyak gadis yang berjlbab dan menutup aurat dalam berbusana tetapi lebih cepat mendapatkan jodoh dibandingkan mereka yang berpakaian seksi. Karena wanita yang menyukai pakaian seksi akan dijadikan permainan bagi laki-laki iseng.

Gadis-gadis berpakaian seksi dipandang sebagai gadis murahan. Sesungguhnya suami-suami yang menyukai wanita-wanita yang berpakaian ‘berani’, setengah bugil atau beneran, membuka aurat dan bermaksiat kepada Allah adalah bukan tipe suami yang baik, yang shalih dan berjiwa besar. Ia tidak punya rasa cemburu sama sekali terhadap larangan-larangan Allah dan tidak dapat memberikan pertolongan kepada isterinya kelak. Jadi jika wanita yang menyukai pakaian seksi atau melepaskan jilbab dengan tujuan mendapatkan jodoh yang baik, maka hal itu sungguh merupakan suatu kebodohan.

7. Menampakkan anugerah tubuh yang indah atau ingin menghargai kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.
Jawabnya menghargai atau bersyukur itu dengan porsi yang benar. Bersyukur itu dengan mengahrgai perintah-Nya, yakni menjaga aurat, bukan dengan mengobralnya.

8. Belum mendapat hidayah, jilbab itu ibadah.
Jika Allah memberi hidayah, pasti kami akan mengenakannya.
Jawabnya, Allah menciptakan segala sesuatu itu ada sebab-sebabnya. Misalnya orang yang sakit jika ingin sembuh hendaknya menempuh sebab-sebab bagi kesembuhannya. Adapun sebab yang harus ditempuh adalah berikhtiar dan berobat. Sebab orang kenyang karena makan, dsb. Maka demikian pula orang yang ingin mendapatkan hidayah itu harus menempuh sebab-sebab datangnya hidayah yakni dengan mematuhi perintah-Nya mengenakan jilbab.

9. Belum waktunya.
Sebagian ada yang berkata bahwa mengenakan jilbab itu harus tepat waktunya, misalnya karena masih anak-anak atau masih remaja. Ada yang akan mengenakannya jika sudah tua. Atau jika sudah menunaikan ibadah haji.
Jawabnya adalah alasan mengulur-ulur waktu itu hanyalah sebagai sekedar dalil pembenaran saja. Itu sama artinya dengan orang yang menunda-nunda shalat, menunggu sampai ia berusia tua. Apakah kita tahu kapan kita akan meninggal dunia? Sedangkan mati itu tidak mengenal usia, tua maupun muda.

10. Tidak mau dianggap sebagai orang yang mengikuti golongan tertentu.
Jawabannya, bahwa anggapan ini karena dangkalnya pemahaman terhadap Islam atau karena dibuat-buat untuk menutupi diri agar tidak dituduh melanggar syari’at. Sesungguhnya di dalam Islam itu hanya ada dua golongan, yaitu golongan Hizbullah, golongan yang senantiasa menaati perintah Allah dan golongan Hizbus Syaithan, yakni golongan yang melanggar perintah Allah.


AURAT DAN JILBAB

Rasululloh SAW bersabda:
“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Wanita-wanita yang digambarkan Rasul dalam hadis di atas sekarang banyak sekali kita lihat. Bahkan itu sudah menjadi sesuatu yang mentradisi dan dianggap lumrah. Mereka adalah wanita-wanita yang memakai pakaian tapi telanjang. Sebab pakaian yang mereka kenakan tak dapat menutupi apa yang ALLOH SWT perintahkan untuk ditutupi.

Budaya barat adalah penyebab fenomena ini. Sebab pakaian yang “tak layak” tersebut bukanlah merupakan budaya masyarakat Islam dan tidak pula dikenal dalam tradisi masyarakat kita. Namun itu adalah hal baru yang lantas diterima tanpa dikritisi. Tidak pula itu diuji dengan pertanyaan, bolehkah ini menurut agama, atau baikkah ini bagi kita dan pertanyaan lain yang senada. Boleh jadi karena perasaan rendah diri yang akut dan silau terhadap kemajuan barat dalam beberapa hal akhirnya banyak di antara kita yang menerima budaya barat dengan mata tertutup (atau sengaja menutup mata).

Namun di sana kita juga melihat fajar yang mulai terbit. Kesadaran untuk kembali kepada budaya kita sendiri (baca: budaya berpakaian islami) mulai tumbuh. Betapa sekarang kita banyak melihat indahnya kibaran jilbab di mana-mana. Di kampus, di sekolah, di pasar dan bahkan di terminal-terminal. Malah di beberapa negara barat (Inggris dan Jerman misalnya) muslimah-muslimah pemakai jilbab tak lagi sulit ditemukan. (tambahan dariku) Meski di Perancis malah terjadi sebaliknya, ada pelarangan penggunaan jilbab walau sudah tidak terlalu banyak perdebatan lagi.

Jelasnya saat ini sudah tak ada lagi larangan untuk mengenakan busana dan pakaian yang menutup aurat. Permasalahannya, apakah jaminan kebebasan ini kemudian segera disambut oleh para muslimah kita dengan segera kembali mengenakan pakaian takwa itu atau tidak. Yang pasti alasan dilarang oleh si ini dan si itu kini tak berlaku lagi.

AURAT WANITA DAN HUKUM MENUTUPNYA
Aurat wanita yang tak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami dan mahramnya) adalah seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Yang menjadi dasar hal ini adalah:

1. Al-Qur’an surat Annur (24):31
“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumur (Ind: jilbab)nya ke dadanya…’”

Keterangan :
Ayat ini menegaskan empat hal:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh ALLOH SWT.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.

Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Sekarang marilah kita perhatikan penafsiran para sahabat dan ulama terhadap kata “…kecuali yang biasa nampak…” dalam ayat tersebut. Menurut Ibnu Umar RA. yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan. Begitu pula menurut ‘Atho,’ Imam Auzai dan Ibnu Abbas RA. Hanya saja beliau (Ibnu Abbas) menambahkan cincin dalam golongan ini. Ibnu Mas’ud RA. mengatakan maksud kata tersebut adalah pakaian dan jilbab. Said bin Jubair RA. mengatakan maksudnya adalah pakaian dan wajah. Dari penafsiran para sahabat dan para ulama ini jelaslah bahwa yang boleh tampak dari tubuh seorang wanita adalah wajah dan kedua telapak tangan. Selebihnya hanyalah pakaian luarnya saja.

d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan menutupkan jilbab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tapi ujung jilbab tersebut harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.

2. Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasululloh SAW dengan pakaian yang tipis, lantas Rasululloh SAW berpaling darinya dan berkata:
"Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan." (HR. Abu Daud dan Baihaqi).

Keterangan :
Hadis ini menunjukkan dua hal:
a. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
b. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.

Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat solat saja namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.

Selain kedua dalil di atas masih ada dalil-dalil lain yang menegaskan akan kewajiban menutup aurat ini:
1. Dari Al-Qur’an:
a. “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu melakukan tabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliyyah dahulu…” (Qs. Al-Ahzab: 33).

Keterangan:
Tabarruj adalah perilaku mengumbar aurat atau tidak menutup bagian tubuh yang wajib untuk ditutup. Fenomena mengumbar aurat ini adalah merupakan perilaku jahiliyyah. Bahkan diriwayatkan bahwa ritual haji pada zaman jahiliyyah mengharuskan seseorang thawaf mengelilingi ka’bah dalam keadaan bugil tanpa memandang apakah itu lelaki atau perempuan.

Konteks ayat di atas adalah ditujukan untuk istri-istri Rasululloh SAW. Namun keumuman ayat ini mencakup seluruh wanita muslimah. Kaidah ilmu ushul fiqh mengatakan: “Yang dijadikan pedoman adalah keumuman lafadz sebuah dalil dan bukan kekhususan sebab munculnya dalil tersebut (al ibratu bi umumil lafdzi la bikhususis sabab).

b. “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan ALLOH SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59).

Keterangan:
Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yang menutupi seluruh tubuh (pakaian kurung), bukan berarti jilbab dalam bahasa kita (lihat arti kata khimar di atas). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap mukminah dan merupakan tanda keimanan mereka.

2. Hadis Rasululloh SAW, bahwasanya beliau bersabda:
“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mrip ekor sapi untk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Tiada ulasan: