Empat Golongan yang Dirindukan Surga
Oleh : Rahmat Kurnia Lubis*
Rindu
nya surga kepada empat golongan tak kalah hebat dengan seorang pemuda yang
sedang kasmaran, rindu ingin bertemu dengan orang yang dirindukan nya. Dimana
saja, kapan saja yang diingat adalah sang pujaan hati, siang jadi kenangan,
malam jadi bayangan, tidur pun jadi impian, begitu juga surga, surga selalu
merindukan empat golongan, padahal kalau kita tanya setiap orang pasti ingin
masuk surga, walaupun dia seorang pendosa atau ahli maksiat sekalipun, siapapun kita,
pada strata sosial manapun, apapun prosfesi nya, dibumi manapun berpijak pasti
ingin menjadi orang yang dirindukan oleh surga nya Allah SWT. Tempat yang di
idam-idam kan oleh seluruh makhluk Allah, tempat yang tidak terdengar di
dalamnya perkataan yang tidak berguna, sia-sia dan dusta, di dalam nya ada mata
air yang mengalir, takhta-takhta yang ditinggikan, gelas-gelas berisi minuman
yang terletak dekat, bantal-bantal sandaran yang tersusun, permadani-permadani
yang terhampar, kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya. Tidak
ada kesusahan karena itu hanya tempatnya kesenangan atas balasan yang kita
lakukan di alam dunia, semuanya setiap keinginan kita tercipta. Sudah bisa kita
bayangkan tentang surga?, dan hasilnya itu belum lah apa-apa, alias belum mampu
menggambarkan surga yang sesungguhnya, karena apa yang kita bayangkan hanyalah
pikiran manusia saja, surga itu tidak pernah bisa di bayangkan, karena sesuatu
hal yang bisa di bayangkan bukanlah surga. Yang kita pikirkan itu adalah
gambaran mini dari pada sebuah kesenangan, karena pikiran dan logika kita hanya
mampu menampung suatu hal yang bisa di gambarkan, dan surga itu jauh dari pada itu semua. Itulah hakikat
tempat yang paling indah bagi kehidupan.
Surga itu adalah tempat
kenikmatan yang kekal sempurna, yang tidak ada di dalamnya kekurangan sama
sekali, ia disediakan Allah SWT bagi mereka yang mentaati perintah-Nya, Allah
SWT dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dan Abu Khurairah
menyampaikan “ Aku sediakan bagi
hamba-hamba ku yang shaleh segala sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata,
tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati
manusia”. Itulah sejatinya surga yang di abadikan oleh Allah SWT. Dan Allah pun berfirman dalam Al-Qur'an.
الجنة أعدت للمتقين
"Surga disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”
Walaupun
orang itu wajahnya jelek, hidupnya miskin, pakaiannya murah, rumahnya gubuk
lagi butut, tapi kalau bertakwa dia akan masuk syurga, karena syurga rindu, ingin
dimasuki oleh empat golongan ini, Rasulallah saw di dalam kitab Durrathun
Naashihin menyampaikan.
الجنة مشتقة الى اربعة نفر : تالى
القران وصوم رمضان وحفظ اللسان ومطعم الجيئان
"Syurga itu rindu kepada empat
golongan, yaitu orang yang membaca Al-Qur'an, orang yang puasa di bulan
Ramadhan, orang yang menjaga lisan, dan orang yang memberi makanan kepada yang
kelaparan".
Pertama, orang yang
senantiasa membaca al-Quran. Al Quran
sebagai wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada baginda nabi Muhammad Saw
yang menjadi pedoman bagi setiap umat manusia. Jika satu buku memiliki suatu
nilai manfaat dari setiap isinya, maka al Quran jauh lebih banyak memiliki
manfaat dan menjadi tuntunan hidup atau pegangan manusia. Apakah kita menyadari
di antara deretan huruf yang jumlahnya , lebih kurang 6666, 30 juz dan 114
surat, yang jika di bacakan hati menjadi
tenang, bisa dengan mudah di hafal oleh semua kalangan bahkan anak-anak
sekalipun, mempunyai nilai sastra yang sangat indah, mengandung peristiwa masa
lalu, begitupun masa depan, tuntunan ibadah berupa syariat yang di tetapkan
oleh Allah SWT, bahkan banyak rahasia science
terungkap karenanya. Jika bukan campur tangan Allah SWT yang menyampaikan kalimat
dan maknanya niscaya ia akan usang di telan waktu. Tapi bahkan sampai saat ini
al Quran kitab yang sudah belasan abad ini masih tetap utuh, tidak ada
perubahan akan isinya. Karena ia memang di jaga oleh Allah SWT melalaui lidah
nya para huffaz (penghafal al Quran).
Dr. Al Qadhi,
melalui penelitian nya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika
Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Qur’an,
seorang muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan
perubahan fisiologis yang sangat besar. Memperoleh ketenangan jiwa, menangkal
berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang
menjadi objek penelitian nya. Penelitian ini berikutnya ditunjang dengan
bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak
jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari
hasil uji coba nya ia berkesimpulan, bacaan Al-Qur’an berpengaruh besar hingga
97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian
Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan
oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan
dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan,
Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang
mendengarkan nya. Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh
penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek
penelitian nya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2
wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka
pun tidak diberitahu bahwa yang akan diperdengarkan nya adalah Al-Qur’an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni
membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulan nya, responden mendapatkan ketenangan
sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya
35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.
Secara
keduniawian bahwa tidak ada sesungguhnya hal yang membuat seseorang sulit untuk
membaca al Quran, bahkan efek dari al Quran itu sendiri yang mampu memberikan
nilai positif baik dalam hal kesehatan fisik, ketenangan jiwa, kemampuan
berpikir, dan penemuan penelitian yang tiada akhirnya dari kitab bernama al
Quran ini.
Nabi
shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“Tidak berkumpul suatu kaum di salah
satu rumah Allah Taala, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkaji nya,
melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahkan rahmat, di kelilingi para
malaikat, dan di puji oleh Allah di hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud)
Al Quran adalah kitab yang disampaikan oleh
Allah SWT sebagai pedoman menyimpan banyak kebaikan dari dunia sampai
akhirat, jika kita menjadi orang yang
berbangga dengan Allah, mengkaji kitab-Nya, dan mengajarkan nya maka itu adalah
sebaik-baik manusia. Dengan membaca dan mempelajari al Quran berarti kita telah
menjalankan syiar Islam. Al Quran tentu nya bukan untuk dipajang dalam rak
saja, atau di butuhkan saat kematian saja, tapi ia adalah sesuatu hal yang
seharusnya hidup di setiap waktu di rumah setiap muslim. "Perumpamaan rumah yang
didalamnya ada dzikrullah.. dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya
adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati". Bukan hanya
sebatas identitas sebagai seorang beragama, tapi ia merupakan kebutuhan jiwa
manusia, dan ketika sesering mungkin dari mulut seorang hamba keluar bacaan al
Quran maka Allah akan senantiasa mencintai-Nya dan surga pun merindukannya.
Kedua,
penjaga lidah. Memang lidah tak bertulang tapi ia lebih tajam dari sebilah
pedang, dampaknya bisa mengakibatkan peperangan yang semula damai menjadi
konflik. Efek negatifnya akan membuat orang menjadi sengsara, akan melenyapkan
pahala kebaikan yang kita buat seperti api memakan kayu bakar, akan membuat
puasa jadi hampa dan sia-sia. Namun bila kita menjaga nya, begitu banyak
kenikmatan akan kita raih, dengan lisan kita berdakwah, dengan lisan kita
bertilawah, dengan lisan kita berdo'a. Lisan yang baik adalah ketika ia
berkata-kata yakni dengan kata yang penuh dengan ‘ibrah, santun dan
penuh dengan ajakan kebaikan serta jauh dari ghibah, fitnah, menggunjing dan
berbohong. Maka benar kata-kata bijak dari ulama bahwa :
ألسّلامة الإنسان في
حفظ اللّسان
Artinya: “Keselamatan manusia terletak pada
penjagaan lisan nya”.
Lisan yang baik senantiasa tahu bagaimana
harus berbicara baik, terhadap lawan bicara nya, tidak pernah membuat orang merasa tersakiti
dengan bahasa kita, terkadang orang menyampaikan bahwa bicaranya memang keras,
tapi perlu kita garis bawahi bahwa keras ataupun kuat belum tentu menyakitkan, dan
suara yang hanya sekedar keras mungkin bisa saja karena bawaan lingkungan
geografis, namun jika suara sudah menyinggung perasaan, mencela, dan menghinakan
orang lain, maka itu tragedi bagi kehidupan manusia, tragedi tersebut adalah di
dunia tidak akan selamat, senantiasa di jauhkan orang lain, tidak di berikan
kesempatan, apalagi di akhirat yaitu balasan karena prilaku manusia itu sendiri.
Bahkan dalam tataran sebuah birokrasi pemerintahan di butuhkan juru bicara yang
menyampaikan pesan dengan santun. Orang yang berbicara santun, mampu
mendamaikan, berdiplomasi untuk sebuah kemakmuran akan lebih di cintai dari
pada mulut yang menimbulkan fitnah dan perkataan kotor, semakin orang sering
berkata kotor semakin menumpulkan hati, dan membuat manusia jauh dari kebaikan.
Ketiga, pemberi makan
orang yang kelaparan (dermawan). Sungguh, Allah yang Maha rahman, rahim, maha
pemberi , dan hakim yang paling adil itu akan membalas sekecil apapun kebaikan
kita kepada orang lain. Bila kita memberi minum kepada saudara kita yang
kehausan maka Allah akan memberi kita minum pada hari kiamat nanti di saat
orang-orang sedang dilanda dahaga, Bila kita memberi makan kepada saudara kita
yang sedang kelaparan, niscaya Allah akan memberi kita makan di saat
orang-orang kelaparan pada hari akhir nanti, Bila kita memberi pakaian kepada
saudara kita di dunia ini, niscaya Allah akan memberi kita pakaian yang indah
di saat orang-orang telanjang pada hari perhitungan nanti, bila kita memudahkan
urusan saudara kita yang sedang kesulitan dan dihimpit permasalahan, maka Allah akan memudahkan urusan kita sejak di dunia
ini. Pertolongan Allah akan datang kepada seorang hamba manakala sang hamba
menolong saudara nya. Hal ini merupakan akhlak yang sering di contohkan oleh
para sahabat-sahabat nabi, yaitu memberi kepada orang yang lapar, orang yang
butuh, dan orang yang kesusahan. Mereka para
rasul, para nabi, para Khalifah, dan Imam dalam Islam memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap
semua golongan, karena bagi mereka membantu, memberi, dan bersikaf bijak adalah
bagian yang menjadi karakteristik sejati seorang muslim beragama.
Keempat, Orang-orang
yang berpuasa di bulan ramadhan. Di bulan yang mulia yang penuh berkah, rahmat,
ampunan , Allah menjanjikan kepada kita akan pembebasan dari panasnya api
neraka, Puasa menjadi tolak ukur keberadaan seorang hamba, karena dengan puasa
yang benar, Ramadhan yang di manfaatkan, akan banyak kebaikan yang di peroleh
di dalamnya, dalam puasa melatih kejujuran, antara manusia dengan manusia
lainnya, antara seorang hamba kepada Tuhan-Nya, dan di bulan puasa menjadi
tempat yang baik untuk beramal karena setiap amal di lipat gandakan, bahkan
malam lailatul qadr ada di antaranya.
Melatih kepekaan sebagaimana yang dirasakan orang-orang yang kurang mampu agar kita bisa hidup saling berbagi, bagaimana menahan lapar dan
haus, serta bagaimana implikasi iman tersebut di luar ramadhan bisa bertahan dan
di jalankan, ramadhan adalah tempat melatih semua kepekaan yaitu emosional,
kecerdasan, dan spiritual di didik untuk menjadi manusia yang lebih manfaat. Jadi
orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan memiliki semangat, motivasi, dan
perubahan berarti menuju arah yang lebih baik dalam hidupnya maka tentunya
Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan dan perjuangan hamba tersebut.
Namun
pada akhirnya secara konkrit Allah SWT kembali menyampaikan dalam al Quran berdasarkan
surat Al-Mukminun ayat 1-11 sebagai penghuni surga nya yaitu:
- Pegawai yang jujur.
- Pemimpin yang adil.
- Orang yang mempunyai ilmu, lalu ilmunya tersebut dibagikan kepada orang lain.
- Orang kaya yang pemurah/dermawan
- Orang miskin yang sabar.
- Orang kuat yang melindungi orang lemah.
- Anak yang berbakti kepada orang tua dan guru.
- Istri yang taat kepada suaminya.
- Suami yang bertanggung jawab.
- Orang yang mencintai Masjid, senang berpuasa dan membaca Al-Qur'an.
Sebenarnya cukup mudah menilai diri kita sendiri, apakah
kemudian sudah adil, sudah khusyu, sudah ikhlas, sudah mau berkorban, dan
mencintai al Quran?. Yang paling mengetahui itu tentunya diri kita sendiri
dengan Allah SWT. jika kita sudah ikhlas dan mau beramal surga maka tentunya
surga pun akan merindukan kita. surga itu bukan hanya untuk satu orang, milik
kelompok tertentu atau golongan tertentu, tapi Allah memperuntukkan nya bagi
manusia dari timur hingga ke barat dari manusia pertama hingga terakhir. Syarat
nya hanya tunduk patuh kepada perintah Allah SWT, beramal sholeh, bermanfaat
buat orang lain, dan ikhlas kepada-Nya. Hanya tiga syarat menuju surga
tersebut.
Kisah Pemuda Diperebutkan Bidadari
16
Mei
“Dalam kebebasan yang begitu indah bersama Tuhan apalah artinya surga” (Rabi’ah Adawiyah).
Di sudut kota Madinah, tinggallah seorang pemuda bernama Zulaibib. Dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat. Juga dalam hal ibadahnya termasuk orang yang rajin dan taat. dari sudut ekonomi dan finansial, ia pun tergolong melarat. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak melaksanakan sunnah Rasul yaitu menikah. Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.
Zulaibib kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Baginda Nabi. Sambil tersenyum beliau berkata:”Maukah engkau saya nikahkan dengan putri dari kalangan Ansyar? ”
“saya belum berani ya Rasul, putri sahabat itu terkenal akan kecantikan dan kesholihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.”
Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah menanyakan hal yang sama. “Zulaibib, tidakkah engkau menikah?”. Dan Zulaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, dan begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Rasulullah menarik lengan Zulaibib dan membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar. “Aku ingin menikahkan putri kalian.” kata Rasulullah pada tuan rumahnya.
“Betapa indahnya dan betapa barakahnya rumah kita”, begitu tuan rumah menjawab berseri-seri, mengira bahwa sang Nabilah calon menantunya. ” Ooh.. Ya Rasulullah,ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyinari di rumah kami.”
” Bukan untukku, tetapi ku pinang putrimu untuk Zulaibib” jawab Rasulullah.
“Zulaibib?”, sahut pemimpin ansyar tak percaya.
“Ya. Untuk Zulaibib.” Rasulullah menyakinkan.
” Ya Rasulullah”, terdengar helaan nafas panjang. “Saya harus meminta pertimbangan istri dan putri saya tentang hal ini”
“wahai suamiku?’, istrinya berseru, “Bagaimana bisa? Zulaibib berwajah jelek, tak bernasab, tak berkabilah, tak berpangkat, dan tak berharta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Zulaibib”
Perdebatan itu tidak berlangsung lama. Dan akhirnya sang putri dari balik tirai berkata anggun, “Siapa yang meminta?”
“Rasulullah wahai putriku” jawab mereka.
“Ayah dan bunda, jika memang ia didatangkan karena permintaan Rasulullah saw, maka terimalah lamarannya, dan aku ikhlas menjadi istrinya. Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku”.
Putri yang shalehah itu lalu membaca sebait ayat: “Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah mereka telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36)
Mendengar kata2 gadis itu Rasulullah dengan tertunduk berdoa untuk gadis shalihah tersebut, ” Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Jangan Kau jadikan hidupnya susah dan bermasalah..” (Doa yang indah.)
Akhirnya peminpin ansyar dan istrinya menyetujui. pagi itu juga pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.
Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,” duhai Adinda di wajahmu terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku menjadi suamimu? dan apakah kita termasuk suatu tanda pasangan surga”
“maksud kakanda..??” istrinya balik bertanya.
” Bukankah syukur dan sabar adlh ciri2 yg dirindu suga, aku selalu bersyukur telah mendapatkan istri seperti adinda, dan adinda selalu bersabar telah mendapatkan suami spt aku”.
Dengan tersipu malu istrinya menyela ” engkau adalah lelaki pilihan rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam ini yang dinantikan para pengantin.”
Zulaibib tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu berkali-kali seakan kejadian ini hanyalah mimpi belaka. Tiba-tiba terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.
Zulaibib masuk kembali masuk rumah dan menemui istrinya. “Duhai istriku yang senyumnya mempesona hingga ke relung jiwa, begitu besar cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku padamu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang. sekiranya Allah mengetahui semua tujuan jalan hidup kita ini.”
Istrinya menyahut, ” Pergilah wahai suamiku, betapa besar pula kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku menyertaimu”
***
Zulaibib lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid…tak disangka sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulaibib terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang bertebangan di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tersenggal, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi, belum sempat menikamati malam pertamanya. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya….Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.
***
Senja datang..perang sudah usai
Angin mendesah, sepi…
Gemerlap alunan doa mengiris hati..
Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Ketika perang telah usai, Rasulallah Saw bertanya kepada para sahabat: “Siapa diantara sahabat kalian yang sekarang tidak keliatan dan mungkin menjadi syahid?” Para sahabat pun menyebutkan beberapa nama, tetapi tidak menyebut nama Zulaibib karena dia belum banyak dikenal.” Sepertinya kalian kehilangan seseorang?” Tanya Rasulullah.
“Tidak Ya Rasulullah!”, jawab para sahabat .
“Sepertinya kalian kehilangan seseorang?”, Rasul bertanya lagi. Kali ini lebih tegas lagii.
“Tidak Ya Rasulullah!”. sebagian menjawab dengan terbata-bata dan tak seyakin tadi. Beberapa sahabat menengok ke kiri dan ke kanan.
Rasulullah menghela nafasnya. “Sepertinya aku justru kehilangan Zulaibiib, marilah kita bersama mencarinya!”
Maka para sahabat sadar dan mereka pun mencarinya, ternyata mereka menjumpainya dalam keadaan telah gugur. sedang di sebelahnya terdapat tujuh mayat musuh yang berhasil di bunuhnya sebelum dia gugur semoga Allah SWT melimpahkan ridho-NYA kepada Zulaibib
Rasulullah mengusap tanah dari wajah dan mencium serta menangis dan bersbda: “engkau adalah bagian dariku dan aku bagian darimu”.( HR.muslim dan Ahmad)”
Rasulullah tertunduk di samping jasad Zulaibib. Para sahabat terdiam membisu. Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti kmbali menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau. Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.
” Wahai Rasulullah, mengapa engkau menanigis ketika melihat jasad Zulaibib?
Jawab Rasulullah “Aku menangis karena mengingat Zulaibib. Oo.. Zulaibib, pagi tadi engkau datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam pertama, malam yang ditunggu oleh para pengantin.”
“Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?” Tanya sahabat lagi.
“Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulaibib,” Jawab Rasulullah.
“Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?” Tanya mereka lagi.
“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulaibib, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulaibib. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya…”
*** Tapi jauh sekali dari tempat itu, di atas tanah yang berbeda dan di dalam udara yang tak sama, sebuah lampu di teras menyala. Sebuah halaman kamar seorang wanita duduk ditemani bunga-bunga di sekelilingnya. Dengan menyandarkan punggung di tiang beranda, istri Zulaibib menanti sang suami yang tak kunjung datang. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta Segala Maha Rasa.
Malam menjelang… Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata. Lambat-laun ia seperti melihat Zulaibib datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan.
Terdengar Zulebid berkata, “Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini bila aku menyebut namamu akan mengguman cemburu padamu…dan kan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku..”.
Istri Zulaibib, terdiam. Tak lama setelah itu, matanya mulai berkaca-kaca dan airmata kasih yang teramat dalam itupun segeralah tumpah. Ada sesuatu yang mengingang disana.. Sepertinya tak ingin lepas ia dari mengingat acara pernikahan tadi pagi.. Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir.. Ia menggerakkan bibirnya..
Tak lama, mengalirlah sebuah doa yang terdengar sayup dan lembut. Suara yang teramat pilu menembus, menusuk hingga ke dinding hati.
“Suamiku doaku selalu menyertaimu, aku sangat mencintaimu… dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita.. aku ikhlas….”
*******Selamat Zulaibib, selamat bagi orang2 yang shiddiq, selamat bagi orang-orang yang ikhlas dan selamat bagi orang-orang yang menempuh jalan Allah.
Umat Yang Dirindukan Rasulullah SAW
Rabu, 13 November 2013
.......Mereka tidak pernah melihat wajahku. Mereka hidup tidak dekat dengan aku seperti kalian. Tapi mereka begitu rindu kepadaku......
Dalam sebuah riwayat hadith dikisahkan. Ketika itu baginda Rasulullah SAW tengah duduk berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Di situ ada saidina Ali, Uthman, Abu Bakar, Umar dan lainnya. Lalu kemudian baginda bertanya,: "Wahai sahabatku, tahukah kalian siapa hamba Allah yang mulia di sisi Allah?"
Para sahabat terdiam. Lalu ada seorang sahabat berkata, : "Para malaikat, Rasulullah, merekalah yang mulia."
Rasulullah
menjawab,: "Ya, para malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah dan
mereka sentiasa bertasbih dan beribadah kepada Allah, tentulah merekalah
mulia tapi bukan itu yang aku maksudkan."
Lalu para
sahabat kembali terdiam, tiba-tiba seorang sahabat kembali berkata,: "Ya
Rasulullah, tentu para nabi, merekalah yang mulia itu."
Nabi Muhammad
SAW tersenyum. Baginda berkata,: "Ya, para nabi itu mulia, mereka adalah
utusan Allah di muka bumi, bagaimana mungkin mereka tidak mulia, mereka
mulia. Tapi ada lagi yang lain."
Para sahabat
terdiam, tertanya siapalah lagi mereka itu. Lalu salah seorang sahabat
berkata,: "Apakah kami sahabatmu, ya Rasulullah? Apakah kami yang mulia
itu?"
Baginda
memandang wajah mereka semua satu persatu, Baginda tersenyum melihat
para sahabat. Baginda berkata,: "Tentulah kalian mulia, kalian dekat
denganku, kalian membantu perjuanganku, mana mungkin kalian tidak mulia,
Tentulah kalian mulia, tetapi ada yang lain yang mulia."
Para sahabat
terdiam kesemuanya, mereka tidak mampu berkata apa-apa lagi. Lalu
Baginda Nabi Muhammad SAW menundukkan wajahnya. Tiba-tiba Baginda Mulia
menangis di hadapan sahabat-sahabat.
Para sahabat tertanya,: "Mengapa engkau menangis ya Rasulullah?"
Lalu Rasulullah mengangkat wajahnya, terlihat bagaimana air mata berlinang membasahi pipi dan janggutnya.
Lalu baginda
berkata,: "Wahai sahabatku, tahukah kalian siapa yang mulia itu. Mereka
adalah manusia-manusia. Mereka akan lahir jauh setelah wafatku nanti.
Mereka begitu mencintai Allah, dan tahukah kalian, mereka tak pernah
memandangku. Mereka tidak pernah melihat wajahku. Mereka hidup tidak
dekat dengan aku seperti kalian. Tapi mereka begitu rindu kepadaku. Dan
saksikanlah wahai sahabatku semuanya, aku pun rindu kepada kepada
mereka, mereka yang mulia itu, merekalah itulah UMATKU."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan