Hukum Karma, Adakah dalam Islam?
Kamis 10 Syawal 1435 / 7 Agustus 2014 22:30ISTILAH karma berasal dari ajaran agama Budha and Hindu. Arti sederhana dari karma adalah segala perbuatan yang dilakukan akan memiliki akibat pada pelaku di masa selanjutnya. Tindakan buruk saat ini akan berakibat keburukan di masa datang. Perilaku baik akan berakibat kebaikan.
Dalam kitab Abhidamma dikatakan bahwa setiap impresi rasa, yakni seluruh perilaku manusia, dapat dianggap sebagai akibat dari karma. Dalam doktrin ini, apabila seseorang terlahir sebagai orang miskin, maka itu terjadi karena akibat perilaku orang tersebut pada kehidupan sebelumnya.
Itu artinya, kehidupan manusia di dunia itu bukan hanya sekali tetapi berulang-ulang. Kehidupan sekarang adalah akibat dari kehidupan sebelumnya dan akan berdampak pada kehidupan masa datang.
Jadi doktrin karma dalam agama Budha adalah: (a) Adanya hukum sebab akibat dan itu terjadi di dunia; (b) adanya reinkarnasi yakni bahwa kehidupan saat ini adalah titisan kehidupan masa lalu dan akan menitis pada kehidupan (orang lain) di masa datang.
PANDANGAN ISLAM TENTANG KARMA
Islam juga mengenal doktrin sebab akibat bahwa perbuatan baik akan berakibat baik dan perilaku buruk akan berakibat buruk.
– Akibat dari perbuatan manusia terkadang akan dirasakan di dunia ini saat kita masih hidup. Ini mirip dengan karma
Dalam QS Ar-Rum 30:41 Allah berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا۟
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).Dalam QS As-Sajdah 32:21 Allah berfirman:
وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian
azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat),
mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).Namun, mayoritas balasan dari tindakan kita akan terjadi di akhirat, pada kehidupan setelah mati. Tepatnya setelah kiamat tiba.
Dalam QS An-Nahl 16:61 Allah berfirman:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّـهُ النَّاسَ
بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ
إِلَ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ
سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya
tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang
melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang
ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi
mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
(pula) mendahulukannya.Oleh karena itu, dalam Islam orang jahat bisa saja memiliki kehidupan yang tenang di dunia bersama anak dan istrinya. Namun, jelas ia akan mendapat hukuman yang setimpal kelak di akhirat.
Perilaku yang baik di dunia akan mendapat pahala yang setimpal di akhirat. Tindakan jahat dan buruk di dunia akan berakibat hukuman yang setimpal di akhirat kelak.
Dalam QS An-Sajdah 32:21 Allah berfirman:
وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian
azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat),
mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).Karma = Reinkarnasi
Hukum karma dalam Budha juga berkaitan dengan reinkarnasi–penitisan kehidupan seseorang yang sudah mati pada orang lain yang masih hidup. Artinya, nasib yang dialami saat ini sebagai akibat dari kehidupan (orang lain( di masa lalu. Dan perilaku sekarang akan berakibat pada kehidupan (orang lain) selanjutnya.
Dalam Islam, reinkarnasi tidak dikenal. Manusia hidup di dunia hanya sekali. Dan setiap orang bertanggung jawab dan memikul akibat dari apa yang dia lakukan sendiri.
Dalam QS An Najm 53:39-41 Allah berfirman:
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (*) وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (*) ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى
Artinya: Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya. Bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang
paling sempurna. [Sumber: alkhoirot]
NILAHCOM,
Jakarta- Hukum karmadalam ajaran Islam bermakna reaksi dari
amalan-amalan baik dan buruk manusia. Menurut Islam, reaksi dan hasil
sebagian perbuatan manusia akan nampak terlihat di dunia ini berupa efek
wadhi amalan-amalan dan kembali kepada manusia itu sendiri.
Karena itu, apabila amalan-amalan ini, baik dan terpuji maka ia akan memiliki efek-efek wadhi yang baik; sebagai contoh apabila seseorang bersilaturahmi atau berbuat baik kepada kedua ayah dan ibu maka usianya akan bertambah.[1] Dan apabila amalan-amalan buruk dan tercela maka efek wadhi-nya juga akan buruk dan akan membuat manusia menderita; seperti seseorang yang melakukan perbuatan zina maka rezekinya akan berkurang atau seseorang yang membunuh ayahyanya, bahkan sekiranya ia tidak diqisas usianya akan berkurang.[2]
Adapun karma dalam agama-agama non Ilahi dan selain agama Islam, merupakan salah satu keyakinan agama-agama Hindu, Budha dan agama-agama Asia Tenggara yang bermakna reinkarnasi dan gambaran dari reinkarnasi yang tentu saja tertolak dalam Islam.
Karma (bahasa Sanskerta: Karma, karma, (Karman ;"bertindak, tindakan, kinerja"); (Pali:kamma) adalah konsep "aksi" atau "perbuatan" yang dalam agama India dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang disebut "samsara"). Konsep ini berasal dari India kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat Hindu, Jain, Sikh, dan Buddhisme.
Dalam konsep "karma", semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau buah dari tindakan disebut karma-phala.
Karena pengertian karma adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan/perilaku/sikap dari kehidupan yang lampau dan yang menentukan nasib saat ini, maka karma berkaitan erat dengan kelahiran kembali (reinkarnasi). Segala tindakan/perilaku/sikap baik maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan berikutnya. [ ]
Sumber : iQuest
- See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2249612/hukum-karma-dalam-pandangan-islam#sthash.2yrVEgew.dpuf
Karena itu, apabila amalan-amalan ini, baik dan terpuji maka ia akan memiliki efek-efek wadhi yang baik; sebagai contoh apabila seseorang bersilaturahmi atau berbuat baik kepada kedua ayah dan ibu maka usianya akan bertambah.[1] Dan apabila amalan-amalan buruk dan tercela maka efek wadhi-nya juga akan buruk dan akan membuat manusia menderita; seperti seseorang yang melakukan perbuatan zina maka rezekinya akan berkurang atau seseorang yang membunuh ayahyanya, bahkan sekiranya ia tidak diqisas usianya akan berkurang.[2]
Adapun karma dalam agama-agama non Ilahi dan selain agama Islam, merupakan salah satu keyakinan agama-agama Hindu, Budha dan agama-agama Asia Tenggara yang bermakna reinkarnasi dan gambaran dari reinkarnasi yang tentu saja tertolak dalam Islam.
Karma (bahasa Sanskerta: Karma, karma, (Karman ;"bertindak, tindakan, kinerja"); (Pali:kamma) adalah konsep "aksi" atau "perbuatan" yang dalam agama India dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang disebut "samsara"). Konsep ini berasal dari India kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat Hindu, Jain, Sikh, dan Buddhisme.
Dalam konsep "karma", semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau buah dari tindakan disebut karma-phala.
Karena pengertian karma adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan/perilaku/sikap dari kehidupan yang lampau dan yang menentukan nasib saat ini, maka karma berkaitan erat dengan kelahiran kembali (reinkarnasi). Segala tindakan/perilaku/sikap baik maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan berikutnya. [ ]
Sumber : iQuest
- See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2249612/hukum-karma-dalam-pandangan-islam#sthash.2yrVEgew.dpuf
TIDAK ADA HUKUM KARMA DI DALAM ISLAM
Catatan
Ini Dibuat sebagai jawaban untuk sebuah kiriman di wall RDAC ini.. Dan
sebelumnya di tulis sebagai jawaban untuk Postingan Gambar seorang
Muslimah yang membuat teman admin terkejut Ketika melihatnya di
dinding Fb-nya. Hal tersebut membuatnya tergerak untuk Membuat Sebuah
Catatan Yang Insya Allah akan Bermanfaat bagi para Pembaca. Aaamiin..
Ini photo yang di maksud, (untuk nama akun facebook yang posting tidak saya tampilkan demi nama baiknya).
Dan Sebuah Refrensi yang Sama Masalah Karma Dapat Ditemukan
http://www.4shared.com/mp3/j4YPBuX1/hukum_karma_mungkin_saja_ada.html
para Pembaca Rahimakumullah
dalam catatan ini Bukan Niat Untuk Menghakimi TAPI saya ingin mengulas dan Meluruskan apa itu Karma menurut Islam karena Banyak Teman-teman kita Yang terpengaruh oleh Doktrin-doktrin yang diluar Islam, Sehingga mencampur Ajaran Haq dengan Ajaran Batil. Dan Sepertinya Sudah mendarah Daging di Masyarakat Awan Sekarang ini.
Mari Kita Simak.....
Allah sendiri Berfirman:
Sebenarnya didalam Hukum Islam tidak ada nama Istilah KARMA karena Allah sendiri Berfirman Dalam Al Quran
Sesungguhnya istilah hukum karma/karmaphala tidaklah dikenal dalam syari’at Islam karena istilah yang demikian ini adalah istilah di dalam ideologi pokok/keyakinan/aqidah agama dharma. Oleh karena itu tidak selayaknya kita bertaqlid mengaminkan kesimpulan beliau bahwa hukum karma diakui keabsahannya oleh Islam kecuali setelah kita mengetahui secara ilmiyah hakekat hukum karma itu sendiri.
Allah Ta’ala berfirman:
Maka kami akan membawakan definisi dan kedudukan penting aqidah hukum karma dalam pandangan pemiliknya (Hindu dan Budha) agar seorang muslim yang mencintai Allah Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan memiliki kecemburuan terhadap Dienul Islam bisa membandingkannya dengan tindakan gegabah dan (maaf) ngawur serta sembrono yang mengaitkan keyakinan batil dan sesat tersebut dengan dienul Islam yang sempurna. Maha Suci Allah dari apa yang dikatakannya.
Pertama,
Hukum karma/karmaphala adalah rukun iman di dalam agama Hindu. Berikut referensi resmi dari agama Hindu:
Bukti referensi lainnya:
Kedua,
Hukum Karma/Karmaphala memiliki pengertian yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang diklaimkan dasar hukumnya di dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, laa min qarib wa laa min ba’id, tidak dari dekat, tidak pula dari jauh (meminjam istilah beliau ketika ditanya tentang Zaitun).
Simak referensi resmi dari agama Hindu di bawah ini:
Sebagian masyarakat akan menyandarkan jawaban atas segala keadaan yang terjadi, baik atau buruk, kepada Tuhan.
Namun agama Buddha menyangkal ciri ketuhanan seperti itu;… Selama berabad-abad, doktrin agama Buddha tentang karma, telah sering disalah-artikan sebagai paham deterministik/takdir.”
(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081119011055AAlf70V)
Ini, Lebih Tegas lagi:
“Ajaran Buddha tidak mengajarkan paham “takdir”, juga tidak mengajarkan paham “bebas kehendak”, tapi suatu ‘kehendak-berprasyarat’”
Dari sejak awal menjelaskan, Hindu,Buddha dan Jain sudah menyatakan dengan tegas perbedaannya dengan dienul Islam Nampak jelas bahwa hukum karma sama sekali tidak terkait dengan taqdir Allah Ta’ala. D
Aqidah batil hukum karma semacam di atas tidaklah ada kaitannya sedikitpun, laa min qarib wa laa min ba’id (tidak dari dekat, tidak pula dari jauh) dengan ayat dan hadits yang diklaim (secara dusta!) o
Allah Ta’ala berfirman:
Allah Ta’ala juga berfirman:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Ubadah bin Ash-Shamit berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, engkau tidak akan merasakan lezatnya hakekat iman hingga engkau mengetahui (meyakini) bahwa apa yang telah ditetapkan akan menimpa dirimu tidak akan mungkin meleset darimu dan apa yang telah ditetapkan tidak akan menimpamu tidak akan mungkin mengenai dirimu. Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Lalu Ubadah berkata: “Barangsiapa yang mati dalam keadaan meyakini selain ini maka dia bukan termasuk dariku.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Allah Ta’ala berfirman:
Allah Ta’ala berfirman:
Allah Ta’ala berfirman:
Allah Ta’ala berfirman:
Allah Ta’ala berfirman:
Ketiga,
Hukum karma (dalam Buddha/ Hindu) tidak seperti yang digambarkan diatas
”Seorang berbuat kejelekan, ada seseorang dia akan mendapatkan akibat yang semisal. Nah hal yang semacam ini mungkin saja ada sebab dia adalah bentuk dari siksaan, bentuk dari pembalasan, iya, bentuk dari pembalasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan bahwa pembalasannya itu sangatlah berat.” tetapi juga bisa bermakna karma yang baik (yang kesemuanya sama sekali tidak terkait dengan pembalasan/hukuman atau pahala dari Allah) :
“Kamma(bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sansekerta) artinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan hasil,dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi pembuatnya.” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)
“Dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar kata “Karma”. Panggunaan kata “Karma” ini pada umumnya ditujukan untuk manggambarkan hal-hal yang tidak baik; karma selalu dihubungkan dengan karma buruk. Padahal sebetulnya karma bukan hanya karma buruk tetapi juga ada karma baik….Konsep yang menganggap bahwa karma selalu karma buruk dan sebagai satu-satunya penyebab kejadian ini dapat dikatakan sebagai suatu pandangan yang salah dan merupakan kelemahan terhadap penjelasan hukum karma.”
(http://artikelbuddhist.com/2011/06/hukum-karma-oleh-yang-mulia-bhikkhu-uttamo-mahathera.html)
“Hukum karma sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Tuhan, tapi tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh konsekuensinya. Kalau kita sombong, maka yang akan datang kepada kita adalah kebencian. Kalau kita penuh kebaikan, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan pertolongan. Kalau kita menyakiti, maka kita akan disakiti. Kalau kita penuh kesabaran, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan kasih sayang. Kalau kita banyak mengambil kebahagiaan orang, maka kita juga akan banyak mengambil penderitaan, dll.”
(http://peradah-semarang.blogspot.com/2011/05/hukum-karma.html)
Nampak jelas bahwa hukum karma murni tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh konsekuensinya dan sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Allah.
Dari celah mana bisa melegalkan keyakinan batil hukum karma semacam ini dengan ayat dan hadits yangbawakan?
Allah Ta’ala berfirman:
Allah Ta’ala berfirman:
Allah Ta’ala berfirman:
Ke-empat,
Di dalam keyakinan agama Hindu, hukum karma yang dialami seseorang memiliki keterkaitan erat dengan rukun iman Hindu yang lain, menitis/reinkarnasi dari kehidupan sebelumnya, sekarang dan kelahirannya pada masa yang akan datang:
“KARMA-PHALA [BUAH KARMA]
Berdasarkan rentang waktu, ada tiga jenis karma-phala yang didasarkan atas waktu dari buah karma itu matang dan kita terima, yaitu :
Demikiankah ya kesesuaian ayat dan hadits yang paduka bawakan dalam mendukung keyakinan batil hukum karma?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Dari Bilal bin Harits Al-Muzaniy Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Abu Bakr Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Langit yang mana yang akan menaungiku dan bumi yang mana yang akan kujadikan pijakan jika aku berani mengatakan tentang kitab Allah tanpa ilmu.”
Ke-lima,
Bagaimana pula karma yang diterima dalam masa kelahiran berikutnya jika seseorang itu melakukan kedurhakaan/perbuatan jahat dalam pandangan agama Buddha?
Berikut contoh dan akibatnya:
“Pancanantariya-kamma, yaitu 5 perbuatan durhaka.
1. Membunuh ayah
2. Membunuh ibu
3. Membunuh seorang Arahat
4. Melukai seorang Buddha
5. Memecah belah Sangha
Mereka yang melakukan salah satu dari 5 perbuatan durhaka di atas, setelah meninggal akan lahir di alam Apaya (duka/rendah), yaitu alam neraka, binatang, setan dan raksasa.” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)
Di madrasah mana ya, Ustadz seorang Muslim diajari Aqidah reinkarnasi (terlahir pada kehidupan berikutnya) bahwa manusia akan berubah karmanya terlahir di alam binatang, setan dan raksasa jika melakukan perbuatan-perbuatan di atas?! Allahul musta’an.
Sebaliknya, jika dia melakukan karma yang “baik” seperti meditasi:
“Kusala-garuka-kamma. Adalah perbuatan “bermutu”, yaitu dengan bermeditasi, hingga mencapai tingkat kesadaran jhana. Ia akan dilahirkan di alam sorga atau lapisan kesadaran yang tinggi, yang berbentuk atau tanpa bentuk (16 rupa-bhumi dan 4 arupa-bhumi)” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)
Dari penjelasan singkat berbagai uraian tentang hukum karma semacam di atas, bagaimana mungkin seorang muslim yang lurus dalam memahami Kitabullah dan Sunnah, memiliki aqidah tauhid yang kokoh lagi bersih akan berani bersikap gegabah dengan mengaitkan keyakinan batil dan sesat tentang hukum karma-reinkarnasi dengan dienul Islam yang suci dan sempurna?! Dan bahkan mencarikan pembenaran dan keabsahannya dengan ayat Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?!
Maka selayaknya bagi kita semuanya untuk berbicara sebatas apa yang diketahuinya saja agar tidak menjadi sesat dan menyesatkan saudara-saudaranya yang lain.
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Wahai manusia, siapa diantara kalian yang mengetahui sesuatu silahkan dia berbicara, dan barangsiapa yang tidak mengetahui maka hendaklah dia mengatakan terhadap perkara yang tidak dia ketahui itu, “Wallahu a’lam.” Karena sesungguhnya termasuk ilmu yang dimiliki seseorang adalah ketika dia mengatakan terhadap perkara yang tidak dia ketahui itu, “Wallahu a’lam.”
Kesimpulan
untuk menarik kembali pernyataannya yang menyesatkan tersebut (apalagi hal ini terkait dengan masalah aqidah), berlepas diri dari aqidah hukum karma untuk kemudian rujuk, bertaubat dan menegaskan kepada umat bahwa aqidah batil hukum karma tidaklah memiliki landasan hukum (apapun!) di dalam syari’at Islam dan syari’at Islam sama sekali tidak memiliki keterkaitan (apapun!) dengan kebatilan aqidah hukum karma, laa min qarib wa laa min ba’id.
Ingatlah ya Teman Teman bahwa…
Saudara yang sejati adalah yang berkata benar kepadamu
Dan bukanlah orang yang selalu membenarkan perkataanmu
Pesan Penulis Untuk Pembaca, dimana Allah sendiri Berfirman:
dan Hadis nabi sendiri Melarang kita Untuk Mengikuti Ajaran Mereka.Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Semoga dengan adanya Catatan Ini dapat Membuka Mata hati Kita dan Kembali Keajaran Islam Sebenarnya.., jika menurut Pembaca Bahwa Catatan Ini Bermanfaat Silakan Share Sebanyak Mungkin....
Hak cipta; Hanya Milik Allah!
Wallahu a’lam.
(Thanks to Rizky Muhammad for Emy3. Nothing changes, just rearranges..for me this time)
SOURCE:
http://www.facebook.com/notes/ruang-dialog-aninda-chairunnisa/tidak-ada-hukum-karma-dalam-islam/570867406262053
Hukum karma maksudnya ialah balasan kontan akibat apa yang kita lakukan. Jika kita berbuat baik pada orang lain, akan mendapat balasan diperlakukan baik oleh orang. Bila kita berbuat buruk di dunia akan mendapat pengalaman buruk serupa di dunia. Dengan kata lain hukum karma adalah hukum timbal balik dan aksi reaksi. Adakah hal ini dalam Islam?
Istilah karma aslinya memang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “perbuatan”. Hasil yang diperoleh dari perbuatan disebut karmaphala sedangkan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan disebut karma vipaka. Istilah ini berasal dari agama Hindu dan Budha. Karena istilah ini berasal dari agama lain, biasanya serta merta kita akan langsung mengatakan bahwa hal ini tidak terdapat dalam Islam.
Dari sisi istilah tentu saja tidak akan kita jumpai dalam khazanah Islam. Namun dari sisi konsep filsafat kehidupan, ada bagian-bagian tertentu dari hukum karma yang Islam sepakat hal itu ada. Namun hati-hati juga, tidak semua konsep karma selaras dengan aqidah Islam.
Islam Tidak Meyakini Adanya Reinkarnasi
Untuk menjawab apakah dalam Islam ada hukum karma, kita harus hati-hati memilah-milah hukum karma yang bagaimana dulu? Karena konsep karma dalam Hindu-Budha sangat luas tidak sekadar hukum timbal balik seperti yang dibicarakan orang.
Dalam konsep Hindu-Budha, kehidupan saat ini (prarabdha karmaphala) adalah akibat dari akumulasi (kumpulan) perbuatan di masa lalu (disebut sanchita karmaphala). Demikian pula perbuatan pada saat ini, akan menentukan pula kelahiran kembali (reinkarnasi) pada masa yang akan datang (disebut kriyamana karmaphala).
Dari sini kita tahu, istilah “masa lalu” dan “masa yang akan datang” pada konsep Hindu Budha dikaitkan dengan konsep reinkarnasi, yaitu keyakinan bahwa setelah mati akan dibangkitkan dalam kehidupan berikutnya. Jika perbuatan pada kehidupan sebelumnya membuatnya belum memenuhi syarat untuk terbebas dari dunia (moksa) sehingga diterima masuk nirvana (surga), maka setelah mati, ia akan dilahirkan kembali pada kehidupan yang lain. Jika sanchita karmaphala (tabungan perbuatan di masa lalu) nya buruk, ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia yang cacat, buruk wajah, miskin menderita, atau bisa dilahirkan sebagai binatang atau raksasa (jin). Semakin buruk perbuatannya di kehidupan yang lalu, akan semakin buruk pula wujudnya pada kehidupan yang akan datang. Aqidah Hindu Budha meyakini binatang-binatang yang rendah dan menjijikkan berasal dari neraka. Sedangkan binatang yang baik berasal dari surga (Nirvana). Jelas konsep ini, tidak sesuai dengan aqidah Islam karena Islam tidak meyakini adanya reinkarnasi.
Islam Sepakah Bahwa Setiap Perbuatan Ada Balasannya
Adapun dalam Islam, konsep karma vipaka (akibat dari perbuatan) itu ada juga. Dalam ajaran aqidah Islam, semua perbuatan walaupun seberat dzarah (atom) pun akan mendapat balasan.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (Q.S. Al-Zalzalah [99] :7-8)
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri (Q.S. Al-Fushilat [41] :46)
Jika hukum karma yang dimaksud adalah bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya seimbang dengan kualitas baik atau buruknya perbuatan itu, maka YA, dalam Islam ada juga keyakinan mengenai hal itu.
Dari Sahal bin Sa’ad r.a.,ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, hiduplah sebebas-bebasnya, namun kamu pasti akan mati. Berbuatlah semaumu, namun pasti kamu akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, namun pasti kamu akan berpisah.. (H.R. Tirmidzi)
Setiap Perbuatan Kadang Dibalas Di Dunia Kadang Dibalas Di Akhirat
Secara umum dalam konsep aqidah Islam perbuatan manusia di dunia akan mendapat balasan di akhirt. Namun kadang kala sebagian dari balasan itu terjadi di dunia dan sebagian terjadi di akhirat.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi” (Q.S. Asy-Syuura [42] :30-31)
Sebagaimana pepatah : “siapa menebar angin ia akan menuai badai’. Maka musibah di dunia seperti banjir, longsor, global warming, efek rumah kaca, menipisnya lapisan ozone, adalah akibat dari kerusakan yang dibuat oleh tangan manusia.
Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. (Q.S. Ar-Ra’d [13] :31)
Sebagian dari perbuatan zholim dan kekafiran itu juga akan dibalas oleh Allah di dunia. Sebagai contoh diancam oleh Allah bahwa barang siapa melakukan ekonomi riba, maka ia akan hidup dalam keadaan mabuk kepayang dan hilang keberkahan.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Q.S. Al-Baqarah [2] :275)
Jelas bahwa efek buruk (hidup seperti orang gila) akibat dari riba yang disebutkan pada ayat di atas terjadi di dunia dan bukan di akhirat. Adapun balasan hukuman di akhirat berbeda lagi. Balasan di akhirat tetap akan ada walaupun sebagian dari siksa itu dirasakan di dunia.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (Q.S. Al-Baqarah [2] :275)
Barang Siapa Membuat Kesusahan Akan Mendapat Kesusahan
Sebagian dari konsep timbal balik, take and give, dijelaskan oleh Islam dalam contoh praktis kehidupan sehari-hari.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh berkata, telah memberitakan kepada kami Al Laits bin Sa’d dari Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Lulu’ah dari Abu Shirmah dari Rasulullah s.a.w, beliau bersabda: “Barangsiapa berbuat kemadlaratan maka Allah akan memberinya madlarat, dan barangsiapa membuat kesusahan pada orang lain maka Allah memberinya kesusahan.” (H.R. Ibnu Majah No. 2333)
Nashiruddin Al-Albani mengatakan hadits di atas hasan.
Dari Abu Shirmah r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa menyengsarakan seorang muslim, Allah akan menyengsarakan dirinya dan barangsiapa menyusahkan seorang muslim, Allah akan menimpakan kesusahan kepadanya.” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi) Menurut Tirmidzi hadits ini hasan shahih.
Dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menurutpi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)
Dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda : Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan memenuhi keperluannya. (H.R. Muslim No.4677)
Barangsiapa mengintai-ngintai (menyelidiki) keburukan saudaranya semuslim maka Allah akan mengintai-intai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah maka Allah akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah) rumahnya. (H.R. Ahmad)
Barang Siapa berbuat Zina Akan Mendapat Kesusahan
Kadangkala perbuatan buruk di dunia akan mendapatkan balasan langsung di dunia pula. Diantaranya adalah perbuatan zina yang kita lakukan akan berbuah pada musibah dan kemiskinan. Dalam sebuah hadits dikatakan :
“Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yang bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian (cobaan). Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya” (H.R. Ad-Dailami)
Seseorang bisa disempitkan rezekinya, mengalami kebangkrutan usaha atau miskin karena dosa dosa yang dilakukannya. Jika terjadi seperti ini berarti Allah masih menyayanginya karena ia dijewer agar tidak lupa diri dan kembali ke jalan yang benar.
Khusus Perbuatan Pada Orang Tua Dibalas Kontan Di Dunia
Jika perbuatan baik atau buruk lainnya umumnya dibalas nanti di akhirat dan kadang kala jika Allah menghendaki kebaikan bagi orang tsb akan dibalasnya di dunia, namun khusus untuk perbuatan baik atau buruk kepada orang tua akan dibalas langsung di dunia (dan juga tidak menghilangkan balasan di akhirat).
Tiga macam do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
Apabila orang tua sakit hati atau sedih akibat perbuatan anaknnya, bisa jadi ia akan mendoakan keburukan atau mengutuki anaknya, maka jika Allah mengabulkan doa itu, akan sulitlah hidup anaknya di dunia. Segala urusan menjadi gagal, rezeki sempit dan perdagangan kurang beruntung.
Dari Anas bin Malik r.a. : Dua peruntukan dosa yg Allah cepatkan adzab (siksanya) di dunia yaitu beruntuk zhalim dan al’uquq (durhaka kepada orang tua)” (H.R. Hakim 4/177)
Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (H.R. Muslim No.4638)
Lihatlah bagaimana perbuatan baik menyambung silaturahmi di dunia ternyata bisa langsung dibalas mendapatkan rezeki di dunia. Ini adalah salah satu dari contoh hukum timbal balik (hukum karma) bagaimana perbuatan baik akan berakibat pada diperolehnya kebaikan di dunia.
Perbuatan Pada Alam Bisa Dibalas Kontan Di Dunia Atau Di Akhirat
Dalam Islam, akibat dari perbuatan buruk manusia tidak hanya kepada manusianya sendiri melainkan juga berdampak pada lingkungan sekitarnya dan alam. Akibat perlakuan yang semena-mena pada alam, maka alam akan rusak. Dan alam yang rusak ini akan berdampak buruk kembali kepada manusia. Sebaliknya jika manusia memperlakukan alam ini dengan baik dan bijak, maka alam akan terpelihara baik. Sehingga kondisi alam yang baik ini pada gilirannya akan membuat manusia hidup nyaman dan sehat.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Ruum [30] : 41)
Sebagai contoh, jika kita membuang sampah sembarangan ke sungai maka sungai akan rusak dan tersumbat tumpukan sampah. Maka ketika hujan datang, sungai tidak mampu mengalirkan air sehingga terjadilah banjir. Maka manusia akan ditimpa musibah dan kesusahan akibat banjir. Dari sisi ini, hukum karma berlaku bahwa kerusakan alam itu adalah balasan kontan di dunia akibat dari perbuatan buruk manusia kepada alam. Dan dalam hal ini Islam sepakat mengenai hal ini.
Namun Islam menyatakan bahwa perbuatan buruk pada alam, disamping kontan dibalas di dunia (berupa alam yang rusak, binatang punah dll), kadang kala tidak berakibat buruk di dunia namun mendapat hukuman di akhirat. Misalnya menyiksa binatang dengan mengurungnya dan tidak memberi makan hingga mati, maka di dunia dia tidak mengalami apa-apa (kecuali mungkin dimarahi orang mungkin juga tidak) namun di akhirat kelak akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Seorang wanita masuk neraka karena mengikat seekor kucing tanpa memberinya makanan atau melepaskannya mencari makan dari serangga tanah. (H.R. Bukhari)
Dan Islam melarang menyiksa binatang secara langsung maupun tidak langsung seperti mengadu binatang (termasuk mengadu ayam, adu kambing, adu jangkrik, adu ikan cupang dll)
Nabi s.a.w. melarang mengadu domba antara hewan-hewan ternak. (HR. Abu Dawud)
Allah melaknat orang yang menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis. (H.R. Bukhari)
Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma’ruf berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab berkata; Telah mengkabarkan kepdaku Amru bahwa Abu Bakar bin Sawadah bercerita; bahwa Yazid bin Abi Yazid bercerita kepadanya; dari Ubaid bin Umair dari Aisyah, istri Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bahwasanya ada seorang lelaki yang membaca ayat ini: ‘barang siapa yang berbuat jelek maka ia akan mendapatkan balasan karenanya’ lelaki tersebut berkata; Sesunguhnya kita akan dibalas dengan setiap amal kita, kalau begitu kita akan celaka. Lalu hal tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, maka beliau bersabda: “Benar, orang-orang mukmin amal jeleknya akan dibalasa di dunia dengan musibah yang menimpa jasadnya dan membuat dirinya sakit.” (H.R. Ahmad No. 23232)
Jika Meninggalkan Jihad dan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar Akan Mendapat Balasan di Dunia
Sebagian dari perbuatan buruk itu ada yang bersifat kolektif dan balasannya pun kolektif. Hal semacam ini adalah menyangkut mendiamkan keburukan dan kezhaliman. Karena kewajiban seorang muslim adalah menjadi umat yang selalu tegak memperingatkan manusia akan bahaya kezhaliman.
Berbeda dengan umat terdahulu dimana para pemuka agama dan pendetanyapun mendiamkan kezhaliman sehingga mereka ditimpa kesesatan, maka Allah menghendaki umat ini menjadi umat pertangahan dan saksi atas perbuatan manusia, Sehingga umat Islam selalu diminta untuk melakukan amar ma’ruf (mengajak kepada yang ma’ruf) dan nahi mungkar (mencegah pada kemungkaran).
Salah satu bentuk dari nahi mungkar itu bilamana perlu adalah dengan tangan dan jihad. Jika umat Islam telah mencintai kehidupan dunia dan takut mati, sehingga meninggalkan jihad maka balasan karma nya akan diterima di dunia berupa kehinaan dan dicabutnya rasa takut musuh-musuh Islam, sehingga Allah takdirkan musuh-musuh Islam menguasai dan mencabik-cabik umat Islam.
Suatu kaum yang meninggalkan perjuangan akan Allah timpakan kepada mereka azab. (HR. Ath-Thabrani)
Ada situasi Dimana Seolah Hukum Timbal Balik Tidak Berlaku
Berbeda dengan hukum karma yang menyiratkan bahwa yang namanya “hukum” itu pasti berlaku dan rumus timbal balik itu pasti terjadi. Sedangkan dalam pandangan Islam, kadang kala, sebuah perbuatan baik belum tentu mendapat balasannya berupa perbuatan baik pula. Bahkan kadang kita berbuat baik malah mendapat kesusahan. Sebaliknya orang yang berbuat jahat malah mendapatkan limpahan kebaikan dari manusia.
Situasi-situasi dimana hukum timbal balik seolah tidak terjadi adalah sebagai berikut :
1. Situasi Istidraj
Situasi istidraj ialah Allah menunda dan mengulur waktu berlakunya adzab di dunia, bahkan mungkin sama sekali tidak mendapat adzab di dunia. Tidak hanya itu, semakin bertambah kezhalimannya semakin bertambah kemaksiatannya malah semakin ditambah pula kesenangan nya di dunia, justru semakin dibukakan kesuksesan dan kenikmatan di dunia.
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, maka kami akan menarik mereka (sanastadri-juhum), secara berangsur angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang mereka tidak ketahui” (Q.S. Al-A’raaf [7] : 182)
Add-Dhohhak’ berkata bahwa “Setiap kali mereka menambah/membuat/membaharui maksiat yg baru maka setiap itu lah Allah membaharui / menambah / membuat nikmat ke atas mereka”.
Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan mengulur-ulur waktu bagi orang yang zalim. Tetapi ketika Allah akan menyiksanya, maka Dia tidak akan melepaskannya. Kemudian beliau membaca firman Allah: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (H.R. Muslim No.4680)
Maka dalam situasi seperti ini seolah-oleh hukum timbal balik itu tidak berlaku. Orang jahat kok malah semakin berjaya dan sukses. Padahal bukanlah hukum ini tidak berlalu melainkan balasan atas kejahatan mereka ditunda dan dibalas nanti di akhirat. Orang akan berkata kok enak? Sesungguhnya adzab di neraka itu jauh lebih pedih daripada di dunia.
Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Fushilat [41] : 40)
Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jika mereka mengetahui (Q.S. At-Taubah [9] : 81)
2. Amal Kebaikan Untuk Menambal Perbuatan Buruk di Masa Lalu
Ada situasi lain dimana hukum timbal balik ini seolah-olah tidak berlaku. Yaitu ketika kita berbuat baik namun perbuatan baik ini tidak mendatangkan balasan kebaikan apa-apa. Karena amal kebaikan ini dihabiskan untuk menambal nilai minus akibat perbuatan buruk di masa lalu.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk (Q.S. Huud [11] : 114)
Jadi sebenarnya bukannya timbal balik tidak terjadi melainkan timbal baliknya tidak berupa peristiwa atau kejadian melainkan berupa pahala plus yang menutupi dosa minus. Tentu ini bukannya rugi atau tidak mengenakkan, justru ini termasuk balasan yang besar. Dan ini termasuk katagori balasan di akhirat. Karena pada yaumul hisab nanti (hari ditimbangnya amal baik dan buruk) nilai amal baik kita akan lebih berat dari amal buruk. Dan sebagai timbal baliknya adalah surga.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? berbakti (Q.S. Al-An’aam [6] : 32)
3. Allah Menghendaki Terhindar Dari Dunia
Terkadang pula kita jumpai orang-orang yang seumur hidupnya berbuat baik dan beramal sholeh, namun miskin terus menerus. Situasi ini seolah-oleh menunjukkan hukum timbal balik tidak berlaku. Padahal bisa jadi Allah justru teramat sayang pada dia sehingga menghindarkan dia dari dunia karena Allah tahu jika dibukakan dunia dan segala kenikmatannya orang ini akan tidak kuat dan bisa menjadi lalai.
Sesungguhnya Allah melindungi hambaNya yang mukmin dari godaan dunia dan Allah juga menyayanginya sebagaimana kamu melindungi orangmu yang sakit dan mencegahnya dari makanan serta minuman yang kamu takuti akan mengganggu kesehatannya. (H.R. Al-Hakim dan Ahmad)
Dalam situasi ini pun seolah hukum timbal balik tidak berlaku. Sudah beramal sebanyak-banyaknya dan sudah berdoa tanpa putus asa namun tetap saja nasib tidak berubah. Maka jangan lah menganggap semua amal dan doa itu sia-sia tanpa balasan, melainkan sesungguhnya yang terjadi adalah balasan itu dikumpulkan nanti di akhirat.
Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (Q.S. Ali Imran [3] : 198)
Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S. An Nisaa’ [4] : 77)
4. Di Dunia Sebagai Ujian Sedangkan Balasannya di Akhirat
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. (Q.S. Ali Imran [3] : 186)
Dengan ujian ini Allah menyisihkan orang yang munafik dari orang yang beriman, emas sepuhan dari emas murni dan loyang dari besi.
“Allah Sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, hingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dengan yang baik (mu’min)…” (Q.S. Ali Imran [3] : 179)
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Q.S. Al-Ankabut [29] : 3)
Maka kasus seperti ini juga bukan tidak dibalas atau tidak berlaku hukum timbal balik. Sesungguhnya ini termasuk situasi dimana perbuatan baik itu dibalas di akhirat nanti. Dan ini bukan sebuah kerugian karena selama di dunia selalu mendapat ujian, melainkan balasan di akhirat itu lebih baik dan lebih kekal sehingga tidak ada bandingannya jika dibandingkan dengan kenikmatan di dunia.
Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa (Q.S. Yusuf [12] : 57)
Dalam Islam Hukum Timbal Balik Tidak Selalu Seimbang
Berbeda dengan hukum karma dalam Hindu Budha, di dalam aqidah Islam dikatakan bahwa perbuatan baik akan mendapat balasan berkali lipat sedangkan perbuatan jahat akan mendapat balasan seimbang dengan kejahatannya.
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya (Q.S. Al-An’aam [6] :160)
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam aqidah Islam uga terdapat keyakinan bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya, jika ini diartikan sebagai hukum karma maka hal ini juga terdapat dalam Islam.
Jika hukum karma itu bermakna perbuatan baik pada orang lain akan mendapat balasan yaitu orang lain pun akan berbuat baik pula pada kita, Islam bisa setuju bisa tidak. Karena timbal balik ini bisa terjadi bisa juga tidak. Balasan itu kadang terjadi di dunia kadang terjadi di akhirat. Beberapa hal balasannya kontan di dunia sedangkan hal lainnya sebagian dibalas di dunia dan sebagian di akhirat.
Jika hukum karma itu bermakna bahwa kondisi diri kita sekarang apakah miskin atau sial itu karena perbuatan kita di kehidupan yang lalu (dimana kita sendiri tidak tahu dan tidak ingat kita dulu berbuat seperti apa dan hidup sebagai apa?) maka Islam menolak konsep ini. Demikian pula jika hukum karma itu bermakna bahwa baik buruknya perbuatan kita dalam kehidupan sekarang ini menyebabkan baik buruknya kehidupan kita ketika dilahirkan kembali dalam kehidupan lain, maka Islam juga menolak konsep ini. Karena semua orang yang mati akan masuk alam barzakh (alam kubur) menunggu untuk dibangkitkan di yaumul akhir dan tak ada yang namanya reinkarnasi. Wallahua’lam.
Ini photo yang di maksud, (untuk nama akun facebook yang posting tidak saya tampilkan demi nama baiknya).
Dan Sebuah Refrensi yang Sama Masalah Karma Dapat Ditemukan
http://www.4shared.com/mp3/j4YPBuX1/hukum_karma_mungkin_saja_ada.html
para Pembaca Rahimakumullah
dalam catatan ini Bukan Niat Untuk Menghakimi TAPI saya ingin mengulas dan Meluruskan apa itu Karma menurut Islam karena Banyak Teman-teman kita Yang terpengaruh oleh Doktrin-doktrin yang diluar Islam, Sehingga mencampur Ajaran Haq dengan Ajaran Batil. Dan Sepertinya Sudah mendarah Daging di Masyarakat Awan Sekarang ini.
Mari Kita Simak.....
Allah sendiri Berfirman:
QS Al Baqarah (2) : 42 Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Sebenarnya didalam Hukum Islam tidak ada nama Istilah KARMA karena Allah sendiri Berfirman Dalam Al Quran
Q.s 35:18. Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[1252].
Q.s 6:164 dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain
Q.s 53: 38. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,
Sesungguhnya istilah hukum karma/karmaphala tidaklah dikenal dalam syari’at Islam karena istilah yang demikian ini adalah istilah di dalam ideologi pokok/keyakinan/aqidah agama dharma. Oleh karena itu tidak selayaknya kita bertaqlid mengaminkan kesimpulan beliau bahwa hukum karma diakui keabsahannya oleh Islam kecuali setelah kita mengetahui secara ilmiyah hakekat hukum karma itu sendiri.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا“Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban.” (QS. Al-Isra’: 36)
Maka kami akan membawakan definisi dan kedudukan penting aqidah hukum karma dalam pandangan pemiliknya (Hindu dan Budha) agar seorang muslim yang mencintai Allah Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan memiliki kecemburuan terhadap Dienul Islam bisa membandingkannya dengan tindakan gegabah dan (maaf) ngawur serta sembrono yang mengaitkan keyakinan batil dan sesat tersebut dengan dienul Islam yang sempurna. Maha Suci Allah dari apa yang dikatakannya.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al Maidah: 3)
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.“ (Ali Imran:19)
Pertama,
Hukum karma/karmaphala adalah rukun iman di dalam agama Hindu. Berikut referensi resmi dari agama Hindu:
Bukti referensi lainnya:
Kedua,
Hukum Karma/Karmaphala memiliki pengertian yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang diklaimkan dasar hukumnya di dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, laa min qarib wa laa min ba’id, tidak dari dekat, tidak pula dari jauh (meminjam istilah beliau ketika ditanya tentang Zaitun).
Simak referensi resmi dari agama Hindu di bawah ini:
“PENJELASAN TENTANG KARMA
Berbeda dengan sebagian agama yang mengajarkan tentang “Takdir Tuhan” – dimana kehidupan kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang ditentukan oleh takdir Tuhan -, agama-agama dharma [Hindu, Buddha dan Jain] mengajarkan yang berbeda, yaitu “Hukum Karma“.
Kadang ada kesalahpahaman bahwa hukum karma sama dengan “nasib”, bahkan “suratan takdir Tuhan” [berarti semuanya ditentukan Tuhan]. Perlu diketahui bahwa dalam hukum karma tidaklah demikian, “suratan takdir” ini ditulis sendiri oleh diri kita sendiri. Kitalah yang mendesain nasib kita, bukan oleh Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dalam ajaran Hindu, Brahman atau Purusha memang diyakini sebagai penyebab utama, tetapi dalam hal ini Brahman sebenarnya hanya “pengamat / saksi abadi“.
Karma berarti “perbuatan / tindakan”. Hukum karma adalah hukum semesta sebab-akibat, dimana setiap tindakan kita akan membuahkan hasil tindakan atau buah karma [karma-phala]. Yang berarti apapun yang terjadi pada diri kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, ditentukan sepenuhnya oleh tindakan diri kita sendiri. Tanpa ada intervensi dari Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dan yang dimaksud dengan “tindakan” itu adalah pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sendiri….”
(http://peradah-semarang.blogspot.com/2011/05/hukum-karma.html)
Dan berikut penjelasan dari pihak agama Buddha:
“secara singkat,karma (Pali: Kamma) berarti “perbuatan”,yang dalam arti umum meliputi semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau tindakan.
Makna yang luas dan sebenarnya dari Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral)
Sebagian masyarakat akan menyandarkan jawaban atas segala keadaan yang terjadi, baik atau buruk, kepada Tuhan.
Namun agama Buddha menyangkal ciri ketuhanan seperti itu;… Selama berabad-abad, doktrin agama Buddha tentang karma, telah sering disalah-artikan sebagai paham deterministik/takdir.”
(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081119011055AAlf70V)
Ini, Lebih Tegas lagi:
“Ajaran Buddha tidak mengajarkan paham “takdir”, juga tidak mengajarkan paham “bebas kehendak”, tapi suatu ‘kehendak-berprasyarat’”
Dari sejak awal menjelaskan, Hindu,Buddha dan Jain sudah menyatakan dengan tegas perbedaannya dengan dienul Islam Nampak jelas bahwa hukum karma sama sekali tidak terkait dengan taqdir Allah Ta’ala. D
Aqidah batil hukum karma semacam di atas tidaklah ada kaitannya sedikitpun, laa min qarib wa laa min ba’id (tidak dari dekat, tidak pula dari jauh) dengan ayat dan hadits yang diklaim (secara dusta!) o
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ.“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir.” (QS. Al-Qomar: 49)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا.“Dan Dialah yang menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan takdirnya dengan sebenar-benarnya.” (QS. Al-Furqan: 2)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّ شَىْءٍ بِقَدَرٍ حَتَّى الْعَجْزُ وَالْكَيْسُ.“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai kelemahan dan kecerdasan.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ خَلَقَ لِلْجَنَّةِ أَهْلًا خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ وَخَلَقَ لِلنَّارِ أَهْلًا خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ.“Sesungguhnya Allah telah menciptakan (menetapkan/menakdirkan) siapa saja yang akan masuk surga ketika mereka masih di tulang sulbi ayah-ayah mereka, dan Dia telah menciptakan (menetapkan/menakdirkan) siapa saja yang akan masuk neraka ketika mereka masih di tulang sulbi ayah-ayah mereka.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ نَفْسٍ إِلَّا وَقَدْ عُلِمَ مَنْزِلُهَا مِنْ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ.“Tidak ada seorang jiwapun diantara kalian kecuali telah diketahui (oleh Allah karena Dia yang menetapkan) tempat tinggalnya di surga atau di neraka.
Ubadah bin Ash-Shamit berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, engkau tidak akan merasakan lezatnya hakekat iman hingga engkau mengetahui (meyakini) bahwa apa yang telah ditetapkan akan menimpa dirimu tidak akan mungkin meleset darimu dan apa yang telah ditetapkan tidak akan menimpamu tidak akan mungkin mengenai dirimu. Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ
مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ! قَالَ: رَبِّ
وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى
تَقُومَ السَّاعَةُ!
“Sesungguhnya makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah
pena, lalu Dia berfirman kepadanya, “Tulislah!” Pena bertanya, “Wahai
Rabbku, apa yang harus aku tulis?” Allah menjawab, “Tulislah takdir
segala sesuatu hingga hari kiamat!”Lalu Ubadah berkata: “Barangsiapa yang mati dalam keadaan meyakini selain ini maka dia bukan termasuk dariku.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَدْ جَفَّ الْقَلَمُ بِمَا أَنْتَ لاَق.“Wahai Abu Hurairah, pena takdir telah kering mencatat apa saja yang akan engkau jumpai.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فيما يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيما يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ.“Sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang melakukan perbuatan penduduk surga berdasarkan apa yang terlihat oleh manusia, padahal dia telah ditakdirkan menjadi penduduk neraka. Dan sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang melakukan perbuatan penduduk neraka berdasarkan apa yang terlihat oleh manusia, padahal dia telah ditakdirkan menjadi penduduk surga.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الْغُلَام الَّذِي قَتَلَهُ الْخَضِر طُبِعَ كَافِرًا , وَلَوْ عَاشَ لَأَرْهَقَ أَبَوَيْهِ طُغْيَانًا وَكُفْرًا.“Sesungguhnya anak muda yang dibunuh oleh Khidhir memang telah ditetapkan menjadi orang kafir, seandainya dia berumur panjang pasti dia akan menyeret kedua orang tuanya kepada sikap melampaui batas dan kekafiran.”
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا (٢١)“Dan siapakah yang lebih zhalim dari orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah.” (QS. Al-An’am: 21)
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٣)“Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (Dia mengharamkan) kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah dengan sesuatu yang tidak kalian ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)
Allah Ta’ala berfirman:
أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لا يَقُولُوا عَلَى اللهِ إِلا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ (١٦٩)
“Bukankah Perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka; yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, dan mereka juga telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?! Dan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, maka tidakkah kalian mengerti?” (QS. Al-A’raf: 169)
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ (٦٩) مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (٧٠)“Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah tidak beruntung. Itu hanya akan menghasilkan kesenangan sementara di dunia, kemudian hanya kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami akan merasakan kepada mereka siksaan yang berat disebabkan kekafiran mereka.” (QS. Yunus: 69-70)
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ (١٨)“Dan siapakah yang lebih zhalim dari orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah?! Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka dan para saksi akan berkata: “Orang-orang Inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas orang-orang yang zhalim itu.” (QS. Huud: 18)
Ketiga,
Hukum karma (dalam Buddha/ Hindu) tidak seperti yang digambarkan diatas
”Seorang berbuat kejelekan, ada seseorang dia akan mendapatkan akibat yang semisal. Nah hal yang semacam ini mungkin saja ada sebab dia adalah bentuk dari siksaan, bentuk dari pembalasan, iya, bentuk dari pembalasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan bahwa pembalasannya itu sangatlah berat.” tetapi juga bisa bermakna karma yang baik (yang kesemuanya sama sekali tidak terkait dengan pembalasan/hukuman atau pahala dari Allah) :
“Kamma(bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sansekerta) artinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan hasil,dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi pembuatnya.” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)
“Dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar kata “Karma”. Panggunaan kata “Karma” ini pada umumnya ditujukan untuk manggambarkan hal-hal yang tidak baik; karma selalu dihubungkan dengan karma buruk. Padahal sebetulnya karma bukan hanya karma buruk tetapi juga ada karma baik….Konsep yang menganggap bahwa karma selalu karma buruk dan sebagai satu-satunya penyebab kejadian ini dapat dikatakan sebagai suatu pandangan yang salah dan merupakan kelemahan terhadap penjelasan hukum karma.”
(http://artikelbuddhist.com/2011/06/hukum-karma-oleh-yang-mulia-bhikkhu-uttamo-mahathera.html)
“Hukum karma sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Tuhan, tapi tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh konsekuensinya. Kalau kita sombong, maka yang akan datang kepada kita adalah kebencian. Kalau kita penuh kebaikan, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan pertolongan. Kalau kita menyakiti, maka kita akan disakiti. Kalau kita penuh kesabaran, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan kasih sayang. Kalau kita banyak mengambil kebahagiaan orang, maka kita juga akan banyak mengambil penderitaan, dll.”
(http://peradah-semarang.blogspot.com/2011/05/hukum-karma.html)
Nampak jelas bahwa hukum karma murni tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh konsekuensinya dan sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Allah.
Dari celah mana bisa melegalkan keyakinan batil hukum karma semacam ini dengan ayat dan hadits yangbawakan?
Allah Ta’ala berfirman:
وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ (١١٦)مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (١١٧)“Dan janganlah engkau mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah tidak akan beruntung. Itu adalah kesenangan yang sedikit dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. An-Nahl: 116-117)
Allah Ta’ala berfirman:
وَيْلَكُمْ لا تَفْتَرُوا عَلَى اللهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى (٦١)“Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah sehingga Dia membinasakan kamu dengan adzab, dan sesungguhnya telah merugilah orang yang mengada-adakan kedustaan.” (QS. Thaha: 61)
Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ (٦٠)“Dan pada hari kiamat engkau akan melihat orang-orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah, muka mereka menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (QS. Az-Zumar: 60)
Ke-empat,
Di dalam keyakinan agama Hindu, hukum karma yang dialami seseorang memiliki keterkaitan erat dengan rukun iman Hindu yang lain, menitis/reinkarnasi dari kehidupan sebelumnya, sekarang dan kelahirannya pada masa yang akan datang:
“KARMA-PHALA [BUAH KARMA]
Berdasarkan rentang waktu, ada tiga jenis karma-phala yang didasarkan atas waktu dari buah karma itu matang dan kita terima, yaitu :
- 1. Sancita Karmaphala [karma masa lalu] tindakan yang kita lakukan di masa lalu atau kehidupan [kelahiran] sebelumnya, yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima di saat ini atau di kehidupan [kelahiran] sekarang.
- 2. Prarabda Karmaphala [karma saat ini] – tindakan yang kita lakukan di saat ini, yang buah karma-nya [karma-phala] matang dan kita terima di saat ini juga.
- 3. Kriyamana Karmaphala [karma masa depan] – tindakan yang kita lakukan di saat ini, yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima di masa depan atau di kehidupan [kelahiran] berikutnya.”
Demikiankah ya kesesuaian ayat dan hadits yang paduka bawakan dalam mendukung keyakinan batil hukum karma?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ, لاَ يُلْقِيْ لَهَا بَالاً؛ يَرْفَعُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ, وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ, لاَ يُلْقِيْ لَهَا بَالاً؛ يَهْوِيْ بِهَا فِيْ جَهَنَّمَ.“Sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang diridhai Allah, sedangkan dia tidak memperhatikannya, padahal dengan sebab itu Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang dimurkai Allah, sedangkan dia tidak memperhatikannya, padahal dengan sebab itu dia terjatuh ke dalam neraka Jahannam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا؛ يَزِلُّ بِهَا فِيْ النَّارِ, أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ.“Seorang hamba benar-benar mengatakan sebuah kata tanpa dia pikirkan baik buruknya, dengan sebab itu dia tergelincir kedalam neraka yang lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.”
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَة, لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا؛ يَهْوِيْ بِهَا سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا فِيْ النَّارِ.“Sesungguhnya seseorang benar-benar mengatakan sebuah perkataan yang dia memandang bahwa itu tidak mengapa, padahal dengan sebab itu dia tergelincir kedalam neraka sejauh 70 tahun perjalanan.”
Dari Bilal bin Harits Al-Muzaniy Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى, مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ؛ فَيَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى, مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ؛ يَكْتُبُ اللهُ عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.“Sesungguhnya seseorang benar-benar ada yang mengatakan sebuah kata yang diridhai Allah yang dia tidak menyangka sejauh mana akibat ucapan itu, maka Allah menulis keridhaan-Nya bagi orang tersebut sampai Hari Kiamat dengan sebab ucapan itu, dan sungguh seseorang benar-benar ada yang mengatakan sebuah kata yang dimurkai Allah yang dia tidak menyangka sejauh mana akibat ucapan itu, maka Allah menulis kemurkaan-Nya atas orang tersebut sampai Hari Kiamat dengan sebab ucapan itu.”
Abu Bakr Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Langit yang mana yang akan menaungiku dan bumi yang mana yang akan kujadikan pijakan jika aku berani mengatakan tentang kitab Allah tanpa ilmu.”
Ke-lima,
Bagaimana pula karma yang diterima dalam masa kelahiran berikutnya jika seseorang itu melakukan kedurhakaan/perbuatan jahat dalam pandangan agama Buddha?
Berikut contoh dan akibatnya:
“Pancanantariya-kamma, yaitu 5 perbuatan durhaka.
1. Membunuh ayah
2. Membunuh ibu
3. Membunuh seorang Arahat
4. Melukai seorang Buddha
5. Memecah belah Sangha
Mereka yang melakukan salah satu dari 5 perbuatan durhaka di atas, setelah meninggal akan lahir di alam Apaya (duka/rendah), yaitu alam neraka, binatang, setan dan raksasa.” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)
Di madrasah mana ya, Ustadz seorang Muslim diajari Aqidah reinkarnasi (terlahir pada kehidupan berikutnya) bahwa manusia akan berubah karmanya terlahir di alam binatang, setan dan raksasa jika melakukan perbuatan-perbuatan di atas?! Allahul musta’an.
Sebaliknya, jika dia melakukan karma yang “baik” seperti meditasi:
“Kusala-garuka-kamma. Adalah perbuatan “bermutu”, yaitu dengan bermeditasi, hingga mencapai tingkat kesadaran jhana. Ia akan dilahirkan di alam sorga atau lapisan kesadaran yang tinggi, yang berbentuk atau tanpa bentuk (16 rupa-bhumi dan 4 arupa-bhumi)” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)
Dari penjelasan singkat berbagai uraian tentang hukum karma semacam di atas, bagaimana mungkin seorang muslim yang lurus dalam memahami Kitabullah dan Sunnah, memiliki aqidah tauhid yang kokoh lagi bersih akan berani bersikap gegabah dengan mengaitkan keyakinan batil dan sesat tentang hukum karma-reinkarnasi dengan dienul Islam yang suci dan sempurna?! Dan bahkan mencarikan pembenaran dan keabsahannya dengan ayat Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?!
Maka selayaknya bagi kita semuanya untuk berbicara sebatas apa yang diketahuinya saja agar tidak menjadi sesat dan menyesatkan saudara-saudaranya yang lain.
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Wahai manusia, siapa diantara kalian yang mengetahui sesuatu silahkan dia berbicara, dan barangsiapa yang tidak mengetahui maka hendaklah dia mengatakan terhadap perkara yang tidak dia ketahui itu, “Wallahu a’lam.” Karena sesungguhnya termasuk ilmu yang dimiliki seseorang adalah ketika dia mengatakan terhadap perkara yang tidak dia ketahui itu, “Wallahu a’lam.”
Kesimpulan
untuk menarik kembali pernyataannya yang menyesatkan tersebut (apalagi hal ini terkait dengan masalah aqidah), berlepas diri dari aqidah hukum karma untuk kemudian rujuk, bertaubat dan menegaskan kepada umat bahwa aqidah batil hukum karma tidaklah memiliki landasan hukum (apapun!) di dalam syari’at Islam dan syari’at Islam sama sekali tidak memiliki keterkaitan (apapun!) dengan kebatilan aqidah hukum karma, laa min qarib wa laa min ba’id.
Ingatlah ya Teman Teman bahwa…
Saudara yang sejati adalah yang berkata benar kepadamu
Dan bukanlah orang yang selalu membenarkan perkataanmu
Pesan Penulis Untuk Pembaca, dimana Allah sendiri Berfirman:
لا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا“Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban.” (QS. Al-Isra’: 36)
dan Hadis nabi sendiri Melarang kita Untuk Mengikuti Ajaran Mereka.Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”. (HR. Abu Dawud,
Semoga dengan adanya Catatan Ini dapat Membuka Mata hati Kita dan Kembali Keajaran Islam Sebenarnya.., jika menurut Pembaca Bahwa Catatan Ini Bermanfaat Silakan Share Sebanyak Mungkin....
Hak cipta; Hanya Milik Allah!
Wallahu a’lam.
(Thanks to Rizky Muhammad for Emy3. Nothing changes, just rearranges..for me this time)
SOURCE:
http://www.facebook.com/notes/ruang-dialog-aninda-chairunnisa/tidak-ada-hukum-karma-dalam-islam/570867406262053
ADAKAH HUKUM KARMA DALAM ISLAM?
ADAKAH HUKUM KARMA DALAM ISLAM?
Oleh: Abu Akmal Mubarok
Hukum karma maksudnya ialah balasan kontan akibat apa yang kita lakukan. Jika kita berbuat baik pada orang lain, akan mendapat balasan diperlakukan baik oleh orang. Bila kita berbuat buruk di dunia akan mendapat pengalaman buruk serupa di dunia. Dengan kata lain hukum karma adalah hukum timbal balik dan aksi reaksi. Adakah hal ini dalam Islam?
Istilah karma aslinya memang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “perbuatan”. Hasil yang diperoleh dari perbuatan disebut karmaphala sedangkan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan disebut karma vipaka. Istilah ini berasal dari agama Hindu dan Budha. Karena istilah ini berasal dari agama lain, biasanya serta merta kita akan langsung mengatakan bahwa hal ini tidak terdapat dalam Islam.
Dari sisi istilah tentu saja tidak akan kita jumpai dalam khazanah Islam. Namun dari sisi konsep filsafat kehidupan, ada bagian-bagian tertentu dari hukum karma yang Islam sepakat hal itu ada. Namun hati-hati juga, tidak semua konsep karma selaras dengan aqidah Islam.
Islam Tidak Meyakini Adanya Reinkarnasi
Untuk menjawab apakah dalam Islam ada hukum karma, kita harus hati-hati memilah-milah hukum karma yang bagaimana dulu? Karena konsep karma dalam Hindu-Budha sangat luas tidak sekadar hukum timbal balik seperti yang dibicarakan orang.
Dalam konsep Hindu-Budha, kehidupan saat ini (prarabdha karmaphala) adalah akibat dari akumulasi (kumpulan) perbuatan di masa lalu (disebut sanchita karmaphala). Demikian pula perbuatan pada saat ini, akan menentukan pula kelahiran kembali (reinkarnasi) pada masa yang akan datang (disebut kriyamana karmaphala).
Dari sini kita tahu, istilah “masa lalu” dan “masa yang akan datang” pada konsep Hindu Budha dikaitkan dengan konsep reinkarnasi, yaitu keyakinan bahwa setelah mati akan dibangkitkan dalam kehidupan berikutnya. Jika perbuatan pada kehidupan sebelumnya membuatnya belum memenuhi syarat untuk terbebas dari dunia (moksa) sehingga diterima masuk nirvana (surga), maka setelah mati, ia akan dilahirkan kembali pada kehidupan yang lain. Jika sanchita karmaphala (tabungan perbuatan di masa lalu) nya buruk, ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia yang cacat, buruk wajah, miskin menderita, atau bisa dilahirkan sebagai binatang atau raksasa (jin). Semakin buruk perbuatannya di kehidupan yang lalu, akan semakin buruk pula wujudnya pada kehidupan yang akan datang. Aqidah Hindu Budha meyakini binatang-binatang yang rendah dan menjijikkan berasal dari neraka. Sedangkan binatang yang baik berasal dari surga (Nirvana). Jelas konsep ini, tidak sesuai dengan aqidah Islam karena Islam tidak meyakini adanya reinkarnasi.
Islam Sepakah Bahwa Setiap Perbuatan Ada Balasannya
Adapun dalam Islam, konsep karma vipaka (akibat dari perbuatan) itu ada juga. Dalam ajaran aqidah Islam, semua perbuatan walaupun seberat dzarah (atom) pun akan mendapat balasan.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (Q.S. Al-Zalzalah [99] :7-8)
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri (Q.S. Al-Fushilat [41] :46)
Jika hukum karma yang dimaksud adalah bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya seimbang dengan kualitas baik atau buruknya perbuatan itu, maka YA, dalam Islam ada juga keyakinan mengenai hal itu.
Dari Sahal bin Sa’ad r.a.,ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, hiduplah sebebas-bebasnya, namun kamu pasti akan mati. Berbuatlah semaumu, namun pasti kamu akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, namun pasti kamu akan berpisah.. (H.R. Tirmidzi)
Setiap Perbuatan Kadang Dibalas Di Dunia Kadang Dibalas Di Akhirat
Secara umum dalam konsep aqidah Islam perbuatan manusia di dunia akan mendapat balasan di akhirt. Namun kadang kala sebagian dari balasan itu terjadi di dunia dan sebagian terjadi di akhirat.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi” (Q.S. Asy-Syuura [42] :30-31)
Sebagaimana pepatah : “siapa menebar angin ia akan menuai badai’. Maka musibah di dunia seperti banjir, longsor, global warming, efek rumah kaca, menipisnya lapisan ozone, adalah akibat dari kerusakan yang dibuat oleh tangan manusia.
Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. (Q.S. Ar-Ra’d [13] :31)
Sebagian dari perbuatan zholim dan kekafiran itu juga akan dibalas oleh Allah di dunia. Sebagai contoh diancam oleh Allah bahwa barang siapa melakukan ekonomi riba, maka ia akan hidup dalam keadaan mabuk kepayang dan hilang keberkahan.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Q.S. Al-Baqarah [2] :275)
Jelas bahwa efek buruk (hidup seperti orang gila) akibat dari riba yang disebutkan pada ayat di atas terjadi di dunia dan bukan di akhirat. Adapun balasan hukuman di akhirat berbeda lagi. Balasan di akhirat tetap akan ada walaupun sebagian dari siksa itu dirasakan di dunia.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (Q.S. Al-Baqarah [2] :275)
Barang Siapa Membuat Kesusahan Akan Mendapat Kesusahan
Sebagian dari konsep timbal balik, take and give, dijelaskan oleh Islam dalam contoh praktis kehidupan sehari-hari.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh berkata, telah memberitakan kepada kami Al Laits bin Sa’d dari Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Lulu’ah dari Abu Shirmah dari Rasulullah s.a.w, beliau bersabda: “Barangsiapa berbuat kemadlaratan maka Allah akan memberinya madlarat, dan barangsiapa membuat kesusahan pada orang lain maka Allah memberinya kesusahan.” (H.R. Ibnu Majah No. 2333)
Nashiruddin Al-Albani mengatakan hadits di atas hasan.
Dari Abu Shirmah r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa menyengsarakan seorang muslim, Allah akan menyengsarakan dirinya dan barangsiapa menyusahkan seorang muslim, Allah akan menimpakan kesusahan kepadanya.” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi) Menurut Tirmidzi hadits ini hasan shahih.
Dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menurutpi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)
Dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda : Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan memenuhi keperluannya. (H.R. Muslim No.4677)
Barangsiapa mengintai-ngintai (menyelidiki) keburukan saudaranya semuslim maka Allah akan mengintai-intai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah maka Allah akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah) rumahnya. (H.R. Ahmad)
Barang Siapa berbuat Zina Akan Mendapat Kesusahan
Kadangkala perbuatan buruk di dunia akan mendapatkan balasan langsung di dunia pula. Diantaranya adalah perbuatan zina yang kita lakukan akan berbuah pada musibah dan kemiskinan. Dalam sebuah hadits dikatakan :
“Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yang bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian (cobaan). Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya” (H.R. Ad-Dailami)
Seseorang bisa disempitkan rezekinya, mengalami kebangkrutan usaha atau miskin karena dosa dosa yang dilakukannya. Jika terjadi seperti ini berarti Allah masih menyayanginya karena ia dijewer agar tidak lupa diri dan kembali ke jalan yang benar.
Khusus Perbuatan Pada Orang Tua Dibalas Kontan Di Dunia
Jika perbuatan baik atau buruk lainnya umumnya dibalas nanti di akhirat dan kadang kala jika Allah menghendaki kebaikan bagi orang tsb akan dibalasnya di dunia, namun khusus untuk perbuatan baik atau buruk kepada orang tua akan dibalas langsung di dunia (dan juga tidak menghilangkan balasan di akhirat).
Tiga macam do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
Apabila orang tua sakit hati atau sedih akibat perbuatan anaknnya, bisa jadi ia akan mendoakan keburukan atau mengutuki anaknya, maka jika Allah mengabulkan doa itu, akan sulitlah hidup anaknya di dunia. Segala urusan menjadi gagal, rezeki sempit dan perdagangan kurang beruntung.
Dari Anas bin Malik r.a. : Dua peruntukan dosa yg Allah cepatkan adzab (siksanya) di dunia yaitu beruntuk zhalim dan al’uquq (durhaka kepada orang tua)” (H.R. Hakim 4/177)
Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (H.R. Muslim No.4638)
Lihatlah bagaimana perbuatan baik menyambung silaturahmi di dunia ternyata bisa langsung dibalas mendapatkan rezeki di dunia. Ini adalah salah satu dari contoh hukum timbal balik (hukum karma) bagaimana perbuatan baik akan berakibat pada diperolehnya kebaikan di dunia.
Perbuatan Pada Alam Bisa Dibalas Kontan Di Dunia Atau Di Akhirat
Dalam Islam, akibat dari perbuatan buruk manusia tidak hanya kepada manusianya sendiri melainkan juga berdampak pada lingkungan sekitarnya dan alam. Akibat perlakuan yang semena-mena pada alam, maka alam akan rusak. Dan alam yang rusak ini akan berdampak buruk kembali kepada manusia. Sebaliknya jika manusia memperlakukan alam ini dengan baik dan bijak, maka alam akan terpelihara baik. Sehingga kondisi alam yang baik ini pada gilirannya akan membuat manusia hidup nyaman dan sehat.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Ruum [30] : 41)
Sebagai contoh, jika kita membuang sampah sembarangan ke sungai maka sungai akan rusak dan tersumbat tumpukan sampah. Maka ketika hujan datang, sungai tidak mampu mengalirkan air sehingga terjadilah banjir. Maka manusia akan ditimpa musibah dan kesusahan akibat banjir. Dari sisi ini, hukum karma berlaku bahwa kerusakan alam itu adalah balasan kontan di dunia akibat dari perbuatan buruk manusia kepada alam. Dan dalam hal ini Islam sepakat mengenai hal ini.
Namun Islam menyatakan bahwa perbuatan buruk pada alam, disamping kontan dibalas di dunia (berupa alam yang rusak, binatang punah dll), kadang kala tidak berakibat buruk di dunia namun mendapat hukuman di akhirat. Misalnya menyiksa binatang dengan mengurungnya dan tidak memberi makan hingga mati, maka di dunia dia tidak mengalami apa-apa (kecuali mungkin dimarahi orang mungkin juga tidak) namun di akhirat kelak akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Seorang wanita masuk neraka karena mengikat seekor kucing tanpa memberinya makanan atau melepaskannya mencari makan dari serangga tanah. (H.R. Bukhari)
Dan Islam melarang menyiksa binatang secara langsung maupun tidak langsung seperti mengadu binatang (termasuk mengadu ayam, adu kambing, adu jangkrik, adu ikan cupang dll)
Nabi s.a.w. melarang mengadu domba antara hewan-hewan ternak. (HR. Abu Dawud)
Allah melaknat orang yang menyiksa hewan dan memperlakukannya dengan sadis. (H.R. Bukhari)
Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma’ruf berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab berkata; Telah mengkabarkan kepdaku Amru bahwa Abu Bakar bin Sawadah bercerita; bahwa Yazid bin Abi Yazid bercerita kepadanya; dari Ubaid bin Umair dari Aisyah, istri Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bahwasanya ada seorang lelaki yang membaca ayat ini: ‘barang siapa yang berbuat jelek maka ia akan mendapatkan balasan karenanya’ lelaki tersebut berkata; Sesunguhnya kita akan dibalas dengan setiap amal kita, kalau begitu kita akan celaka. Lalu hal tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam, maka beliau bersabda: “Benar, orang-orang mukmin amal jeleknya akan dibalasa di dunia dengan musibah yang menimpa jasadnya dan membuat dirinya sakit.” (H.R. Ahmad No. 23232)
Jika Meninggalkan Jihad dan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar Akan Mendapat Balasan di Dunia
Sebagian dari perbuatan buruk itu ada yang bersifat kolektif dan balasannya pun kolektif. Hal semacam ini adalah menyangkut mendiamkan keburukan dan kezhaliman. Karena kewajiban seorang muslim adalah menjadi umat yang selalu tegak memperingatkan manusia akan bahaya kezhaliman.
Berbeda dengan umat terdahulu dimana para pemuka agama dan pendetanyapun mendiamkan kezhaliman sehingga mereka ditimpa kesesatan, maka Allah menghendaki umat ini menjadi umat pertangahan dan saksi atas perbuatan manusia, Sehingga umat Islam selalu diminta untuk melakukan amar ma’ruf (mengajak kepada yang ma’ruf) dan nahi mungkar (mencegah pada kemungkaran).
Salah satu bentuk dari nahi mungkar itu bilamana perlu adalah dengan tangan dan jihad. Jika umat Islam telah mencintai kehidupan dunia dan takut mati, sehingga meninggalkan jihad maka balasan karma nya akan diterima di dunia berupa kehinaan dan dicabutnya rasa takut musuh-musuh Islam, sehingga Allah takdirkan musuh-musuh Islam menguasai dan mencabik-cabik umat Islam.
Suatu kaum yang meninggalkan perjuangan akan Allah timpakan kepada mereka azab. (HR. Ath-Thabrani)
Ada situasi Dimana Seolah Hukum Timbal Balik Tidak Berlaku
Berbeda dengan hukum karma yang menyiratkan bahwa yang namanya “hukum” itu pasti berlaku dan rumus timbal balik itu pasti terjadi. Sedangkan dalam pandangan Islam, kadang kala, sebuah perbuatan baik belum tentu mendapat balasannya berupa perbuatan baik pula. Bahkan kadang kita berbuat baik malah mendapat kesusahan. Sebaliknya orang yang berbuat jahat malah mendapatkan limpahan kebaikan dari manusia.
Situasi-situasi dimana hukum timbal balik seolah tidak terjadi adalah sebagai berikut :
1. Situasi Istidraj
Situasi istidraj ialah Allah menunda dan mengulur waktu berlakunya adzab di dunia, bahkan mungkin sama sekali tidak mendapat adzab di dunia. Tidak hanya itu, semakin bertambah kezhalimannya semakin bertambah kemaksiatannya malah semakin ditambah pula kesenangan nya di dunia, justru semakin dibukakan kesuksesan dan kenikmatan di dunia.
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, maka kami akan menarik mereka (sanastadri-juhum), secara berangsur angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang mereka tidak ketahui” (Q.S. Al-A’raaf [7] : 182)
Add-Dhohhak’ berkata bahwa “Setiap kali mereka menambah/membuat/membaharui maksiat yg baru maka setiap itu lah Allah membaharui / menambah / membuat nikmat ke atas mereka”.
Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan mengulur-ulur waktu bagi orang yang zalim. Tetapi ketika Allah akan menyiksanya, maka Dia tidak akan melepaskannya. Kemudian beliau membaca firman Allah: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (H.R. Muslim No.4680)
Maka dalam situasi seperti ini seolah-oleh hukum timbal balik itu tidak berlaku. Orang jahat kok malah semakin berjaya dan sukses. Padahal bukanlah hukum ini tidak berlalu melainkan balasan atas kejahatan mereka ditunda dan dibalas nanti di akhirat. Orang akan berkata kok enak? Sesungguhnya adzab di neraka itu jauh lebih pedih daripada di dunia.
Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Fushilat [41] : 40)
Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jika mereka mengetahui (Q.S. At-Taubah [9] : 81)
2. Amal Kebaikan Untuk Menambal Perbuatan Buruk di Masa Lalu
Ada situasi lain dimana hukum timbal balik ini seolah-olah tidak berlaku. Yaitu ketika kita berbuat baik namun perbuatan baik ini tidak mendatangkan balasan kebaikan apa-apa. Karena amal kebaikan ini dihabiskan untuk menambal nilai minus akibat perbuatan buruk di masa lalu.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk (Q.S. Huud [11] : 114)
Jadi sebenarnya bukannya timbal balik tidak terjadi melainkan timbal baliknya tidak berupa peristiwa atau kejadian melainkan berupa pahala plus yang menutupi dosa minus. Tentu ini bukannya rugi atau tidak mengenakkan, justru ini termasuk balasan yang besar. Dan ini termasuk katagori balasan di akhirat. Karena pada yaumul hisab nanti (hari ditimbangnya amal baik dan buruk) nilai amal baik kita akan lebih berat dari amal buruk. Dan sebagai timbal baliknya adalah surga.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? berbakti (Q.S. Al-An’aam [6] : 32)
3. Allah Menghendaki Terhindar Dari Dunia
Terkadang pula kita jumpai orang-orang yang seumur hidupnya berbuat baik dan beramal sholeh, namun miskin terus menerus. Situasi ini seolah-oleh menunjukkan hukum timbal balik tidak berlaku. Padahal bisa jadi Allah justru teramat sayang pada dia sehingga menghindarkan dia dari dunia karena Allah tahu jika dibukakan dunia dan segala kenikmatannya orang ini akan tidak kuat dan bisa menjadi lalai.
Sesungguhnya Allah melindungi hambaNya yang mukmin dari godaan dunia dan Allah juga menyayanginya sebagaimana kamu melindungi orangmu yang sakit dan mencegahnya dari makanan serta minuman yang kamu takuti akan mengganggu kesehatannya. (H.R. Al-Hakim dan Ahmad)
Dalam situasi ini pun seolah hukum timbal balik tidak berlaku. Sudah beramal sebanyak-banyaknya dan sudah berdoa tanpa putus asa namun tetap saja nasib tidak berubah. Maka jangan lah menganggap semua amal dan doa itu sia-sia tanpa balasan, melainkan sesungguhnya yang terjadi adalah balasan itu dikumpulkan nanti di akhirat.
Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (Q.S. Ali Imran [3] : 198)
Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S. An Nisaa’ [4] : 77)
4. Di Dunia Sebagai Ujian Sedangkan Balasannya di Akhirat
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. (Q.S. Ali Imran [3] : 186)
Dengan ujian ini Allah menyisihkan orang yang munafik dari orang yang beriman, emas sepuhan dari emas murni dan loyang dari besi.
“Allah Sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, hingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dengan yang baik (mu’min)…” (Q.S. Ali Imran [3] : 179)
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Q.S. Al-Ankabut [29] : 3)
Maka kasus seperti ini juga bukan tidak dibalas atau tidak berlaku hukum timbal balik. Sesungguhnya ini termasuk situasi dimana perbuatan baik itu dibalas di akhirat nanti. Dan ini bukan sebuah kerugian karena selama di dunia selalu mendapat ujian, melainkan balasan di akhirat itu lebih baik dan lebih kekal sehingga tidak ada bandingannya jika dibandingkan dengan kenikmatan di dunia.
Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa (Q.S. Yusuf [12] : 57)
Dalam Islam Hukum Timbal Balik Tidak Selalu Seimbang
Berbeda dengan hukum karma dalam Hindu Budha, di dalam aqidah Islam dikatakan bahwa perbuatan baik akan mendapat balasan berkali lipat sedangkan perbuatan jahat akan mendapat balasan seimbang dengan kejahatannya.
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya (Q.S. Al-An’aam [6] :160)
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam aqidah Islam uga terdapat keyakinan bahwa setiap perbuatan pasti ada balasannya, jika ini diartikan sebagai hukum karma maka hal ini juga terdapat dalam Islam.
Jika hukum karma itu bermakna perbuatan baik pada orang lain akan mendapat balasan yaitu orang lain pun akan berbuat baik pula pada kita, Islam bisa setuju bisa tidak. Karena timbal balik ini bisa terjadi bisa juga tidak. Balasan itu kadang terjadi di dunia kadang terjadi di akhirat. Beberapa hal balasannya kontan di dunia sedangkan hal lainnya sebagian dibalas di dunia dan sebagian di akhirat.
Jika hukum karma itu bermakna bahwa kondisi diri kita sekarang apakah miskin atau sial itu karena perbuatan kita di kehidupan yang lalu (dimana kita sendiri tidak tahu dan tidak ingat kita dulu berbuat seperti apa dan hidup sebagai apa?) maka Islam menolak konsep ini. Demikian pula jika hukum karma itu bermakna bahwa baik buruknya perbuatan kita dalam kehidupan sekarang ini menyebabkan baik buruknya kehidupan kita ketika dilahirkan kembali dalam kehidupan lain, maka Islam juga menolak konsep ini. Karena semua orang yang mati akan masuk alam barzakh (alam kubur) menunggu untuk dibangkitkan di yaumul akhir dan tak ada yang namanya reinkarnasi. Wallahua’lam.
Fatwa Ulama’ Tentang Hukum Karma
Fatwa Ulama’ Tentang Hukum Karma
Fatwa Asy Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Imam Hafizhahullah
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومَنْ والاه، أما بعد:
Syaikh kami -semoga Allah menjaga Anda-
di negeri kami Indonesia terdapat sebuah provinsi yang mayoritas
penduduknya bergama Hindu, dan dahulu Indonesia di abad-abad yang lalu
sebelum kedatangan Islam atau kurang lebih sebelum abad keenam Hijriyah-
keyakinan penduduknya adalah agama Hindu dan atheisme. Maka tatkala
Islam datang –dengan karunia Allah- mayoritas penduduk Indonesia memeluk
agama Islam sedikit demi sedikit, walaupun pada sebagian mereka masih ada sisa-sisa dari sebagian keyakinan Hindu
dan masih ada sedikit penduduknya yang masih memeluk agama Hindu hingga
sekarang. DR. Muhammad Al-A’zhamy menyebutkan bahwa di Indonesia ada
upaya seruan yang kuat untuk mengembalikan Indonesia kepada agama Hindu.
Dan sebagaimana yang anda ketahui bahwa diantara keyakinan
terpenting agama Hindu adalah mengimani apa yang disebut dengan “karma”.
Maka kami mengajukan kepada guru dan
orang tua kami yang mulia Asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah Al-Imam –
hafizhahullah – beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan karma sebagai
berikut:
1)Apa hukum karma menurut pandangan syariat Islam dan apakah itu ada atau mungkin ada dalam Islam?
2) Apakah karma memiliki jenis
keserupaan dengan kaedah yang mulia dalam syariat Islam yaitu: “Balasan
sesuai dengan jenis perbuatan?”
3)Apakah bisa dikatakan bahwa keyakinan karma ini merupakan keyakinan orang yang mengingkari takdir.
4)Orang yang mengatakan bahwa karma
mungkin saja ada dalam syariat Islam, apakah dia di atas kebenaran
ataukah dia terjatuh dalam kesalahan? Jika itu merupakan kesalahan, apa
nesehat anda kepadanya?
Dan apa nasehat anda bagi orang yang ingin mengingkari orang yang mengatakan adanya kemungkinan karma itu dalam Islam?
Mohon fatwanya untuk kami, semoga Allah membalas anda dengan kebaikan dan memberkahi ilmu anda dan membimbing anda.
الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، أما بعد:
Lafazh “karma” adalah lafazh yang
global, dan banyak manusia yang tersesat dengan sebab kata-kata yang
global, jadi akidah yang benar terhadap perjumpaan dengan Allah tidaklah
dibangun di atas lafazh “karma”, yaitu dengan menilainya memiliki
makna: “balasan terhadap amal” karena maknanya masih umum (masih butuh penjelasan -pent):
Siapakah yang akan memberi balasan
atas amal ini, dengan apa membalasnya dan sampai kapan balasan ini akan
terus berlangsung? Maka atas dasar ini, hendaklah diketahui bahwa
keyakinan terhadap perjumpaan dengan Allah tidaklah diambil kecuali dari
Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah yang suci.
Dan termasuk yang menunjukkan bathilnya akidah “karma”
adalah dia ditafsirkan dengan reinkarnasi, dan menunjukkan tidak adanya
keimanan terhadap perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla. Maka yang
wajib adalah mendakwahi manusia agar beriman dengan kehidupan akherat
dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dan saya nasehatkan kepada
saudara-saudaraku -semoga Allah menjaga mereka- janganlah mereka
berselisih karena lafazh-lafazh ini, seperti “karma” dan yang
semisalnya. Karena sesungguhnya Allah telah mencukupi kita dengan
Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga cukuplah keduanya sebagai hujjah dan
dalil yang dengannya kita berdalil dan kita dakwahkan kepadanya.
Saudara kalian: Muhammad bin Abdillah Al-ImamStempel resmi tertanggal 7/5/1434 H
Karma, Aqidah Terpenting Hindu
[Asy Syaikh Muhammad Al A’zhami]
Berikut nukilan persaksian dari
Syaikh Prof. DR. Muhammad Al A’zhami yang beliau ini adalah Profesor di
Fakultas Hadits Jami’ah Islamiyah Madinah, penulis Al Aqidah Al Hindi Al
Kubra, menguasai bahasa Sanskerta, Urdu, Inggris. Beliau mengeluarkan
bantahan juga terhadap aqidah Nasrani dengan membuktikan bahwa mereka
ini banyak mengadopsi ajaran-ajaran dari Hindu.
Beliau menjelaskan panjang lebar
aqidah Hindu diantaranya karma dan beliau sama sekali tidak menjadikan
setengahpun ayat ataupun hadits sebagai dalil bahwa aqidah tersebut
senafas/memiliki kesesuaian dengan Islam (seperti yang difatwakan oleh
Syaikh Abu Muhammad Dzulqarnain hadahullah). Beliau tidak pula memahami
karma sebagaimana yang dipahami oleh orang awam (yang secara historis
masih terpengaruh dengan adat budaya turun temurun dari
serpihan-serpihan keyakinan pra-Islam) untuk kemudian mencarikan
pembenaran keyakinan tersebut dari ayat ataupun hadits yang beliau
hafal, bahkan beliau menyingkap kerancuan, kesesatan dan kebatilannya.
Walhamdulillah.
File audio penjelasan beliau ini telah kami upload pada 29/02/2012 sebelum
makalah pertama tentang hukum karma kami publikasikan [02/03/2012] dan
telah kami sertakan pula sebagai bukti pada makalah terdahulu. Waktu
tersebut penting kami sampaikan agar tidak ada celah bagi para
fanatikus hukum karma [mungkin saja ada di dalam Islam yang berdalih
dengan beberapa ayat suci dan hadits mulia yang dicocok-cocokkan dengan
hawa nafsunya] untuk menuduh kami semata mencari pembenaran dari
pernyataan para ulama seusai kami menyusun makalah tentang karma):
“Termasuk akidah mereka yang paling penting adalah karma. Karma maknanya adalah setiap amal memiliki balasan, amal apapun, gerakan apapun yang engkau lakukan maka itu memiliki balasan.
Karma, sepertinya karma ini merupakan keyakinan yang telah tertancap
kuat dalam hati mereka, sampai-sampai sebagian sekte agama Hindu yang
terkenal dengan Jainiyyah karena kuatnya keyakinan mereka terhadap karma – kita berlindung kepada Allah darinya -
mereka tidak mau memakai pakaian dan hidup dalam keadaan telanjang.
Mereka memiliki tempat-tempat ibadah yang khusus. Kenapa mereka tidak
mau mengenakan pakaian? Mereka mengatakan, “Pakaian memiliki fungsi
menolak perbuatan, yaitu masuknya sampah atau serangga atau segala
sesuatu ke dalam jasad dan jasad itu akan mati. Kita menyebutnya apa?
Sebab. Dengan kematian ini kami menjadi siapa? Kami menjadi termasuk
sebab. Oleh karena itulah kami tidak akan mengenakan pakaian.” Seperti
inilah karma ini. Bagaimana hingga sampai pada titik, sampai pada batas
seperti ini? Setiap amalan ada balasannya, atau setiap perbuatan ada
balasannya. Dan termasuk balasan ini sebagaimana yang saya katakan
sekarang ini adalah dalam keyakinan karma mereka. Mereka mengimani
karma tetapi apakah mereka konsekwen dengan karma ini? Kita katakan
tidak. Tidak konsekwen. Mereka mengimani ini, tetapi seandainya salah
seorang dari mereka mengingkari salah satu jenis karma maka itu bukan
termasuk agama Hindu walaupun dia orang Hindu. Maksudnya dia memakai
pakaian dia tetap orang Hindu, dia tidak memakai juga tetap orang Hindu.
Ini maknanya. Jika dia memakai pakaian dia tetap orang Hindu, dia tidak
memakai juga tetap orang Hindu. Ini merupakan keyakinan, tetapi mereka
tidak konsekwen dengan keyakinan ini. Dengan sebab karma ini menjadikan mereka meyakini adanya reinkarnasi. Akidah karma ini menjadikan mereka meyakini adanya reinkarnasi.
Dan reinkarnasi dekat dengan pemahaman sebagian kelompok yang terpecah
dari Islam, yaitu sebagian kelompok yang muncul pada abad ke 2 Hijriyah
ada yang meyakini reinkarnasi.
Dari keyakinan karma ini bercabanglah
sebagiannya dalam bentuk keyakinan reinkarnasi. Maknanya semua
perbuatan manusia di dunia ini memiliki akibat. Perbuatan apa
saja yang dilakukannya di dunia ini memiliki akibat. Akibat-akibat ini
kapan munculnya? Sebagiannya ada yang muncul di dunia ini dan
sebagiannya ada yang muncul setelah kematian dengan bentuk reinkarnasi. Maknanya;
jika engkau wahai fulan, melakukan sebuah perbuatan yang baik dan
bermanfaat dan engkau dilahirkan di kehidupan lain yang lebih tinggi
tingkatannya dari yang sekarang ini. Adapun jika engkau melakukan
perbuatan buruk yang tidak bermanfaat, maka engkau akan dilahirkan di
kehidupan yang lain dengan bentuk serangga, hewan atau yang lainnya yang
buruk. Jika engkau berada di tingkatan yang tinggi, bisa jadi engkau nanti akan dilahirkan pada tingkatan rendah.
Ada hal yang perlu kalian ketahui
tentang tingkatan-tingkatan ini. Agama Hindu ada 4 tingkatan. Agama
Hindu membagi manusia menjadi 4 tingkatan. Tingkatan pertama disebut
Brahmana, mereka ini adalah orang-orang Arya. Mereka ini seakan-akan
keturunan Allah. Mereka meyakini, “Kami dari keturunan Brahma.”
Maksudnya yang kita (umat Islam) lafazhkan dengan Allah…”
File suara: http://goo.gl/GAjJ7 atau http://goo.gl/BkxiM
Setelah penjelasan gamblang di atas,
masih adakah muslimin yang nekat meyakini bahwa ada ayat suci Al
Qur’anul Karim dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam serta
prinsip mulia al jaza’ min jinsil ‘amal yang membenarkan adanya hukum
karma di dalam Islam?
Subhanallah, ini adalah kedustaan yang sangat sangat nyata.
51 ulasan:
jika anda sedang mencari cara mengobati vertigo secara alami , kini telah hadir obat vertigo yang aman dan ampuh AgaricPro
obat asam lambung
obat sinusitis
Obat Kanker Ginjal Alami Mujarab
Obat Radang Selaput Otak Alami
Obat Alami Step Kejang Demam Untuk Anak
Makanan Yang Tepat Untuk Menurunkan Kolesterol
Makanan Tinggi Berbahaya Untuk Kolesterol
Makanan Sehat Untuk Penderita Hepatitis
Obat Tradisional Menurunkan Kolesterol Alami
Obat Luka Borok Bernanah
Obat Tradisional Menurunkan Kolesterol Alami
Obat Untuk Mata Merah , Rabun , Plus dan Katarak
Obat Melancarkan Pergantian Lemak Dalam Tubuh
Kisah Penyakit Epilepsi Berbahaya
Alergi Makanan Bisa Menyebabkan Asma
Penyebab , Gejala dan Pencegahan Penyakit Mata Tiroid
Obat Fimosis Yang Aman
Bismillah
Dampak Merokok Menyebabkan Nyeri Lambung
Penyakit Refluk Empedu Berbahaya
Cara atasi Nyeri Punggung Akibat Pencernaan Lambung
Pernah marak di sekian banyak milis lokal menyatakan bahwa bukti buah sirsak yg mempunyai khasiat anti-kanker tengah ditutup-tutupin oleh perusahaan farmasi skala dunia dgn motif profit. Bunuh Sel Kanker Dengan Konsumsi Rebusan Daun Sirsak
lifestyle penduduk di zaman mutakhir yg makin sibuk menciptakan kesehatan badan jadi aspek yg tidak jarang diabaikan. Padahal, tidak dengan badan yg sehat kegiatan sehari-hari bakal sukar utk dikerjakan. Khasiat Sarang Semut Papua Untuk Menyembuhkan Kanker
Kalau Kamu telah dikatakan positif mengidap kanker payudara, rata rata pengobatan yg bakal dilakukan oleh dokter meliputi operasi, kemoterapi atau radiasi. Mengobati Kanker Payudara Dengan Jus Kulit Buah Manggis
Wawasan menyangkut asupan makanan apa yg masuk ke dalam badan Kamu tentu jadi salah satu perihal yg amat mutlak, terutama bagi Kamu yg sekarang ini menderita penyakit seperti kanker darah. Makanan Sehat Untuk Penderita Kanker Darah Leukimia
lifestyle tak sehat perihal risiko masih nomer satu terjadinya kanker kolorektal (usus agung) di Indonesia. Utk itu, tiap-tiap orang meminta memperhatikan tiap-tiap makanan & minuman yg dimakan dalam kehidupan sehari-hari. Makanan Yang Meningkatkan Risiko Kanker Usus Besar
Cara Memperbaiki Ketidak Seimbangan Sel Otak
Efek Samping Operasi Bariatrik
Manfaat Makanan Untuk Infeksi Lambung Pada Ibu Hamil
Pengertian Gagal Ginjal Akut
Pengertian Penyakit Ginjal Diabetik
Depresi Bertepatan Dengan Ginjal Kronis
Batas Protein Dan Kalsium Bagi Penyakit Ginjal Kronis
Faktor Penyebab Gagal Ginjal
Thanks Artikelnya sangat bermanfaat
Obat Herbal Penyakit Ginjal Kronis Terbaik
very nice what you say. said, polished and elegant very, very good. To view website you is very nice, definitely take the time to make a success like this.
obat spondylosis lumbalis
obat flu untuk ibu hamil dan menyusui
obat sesak nafas tradisional
Obat Penyakit Gagal Ginjal
Makanan Untukn Penderita Epilepsi
Thanks for fantastic info I was looking for this information for my mission
Suplemen Untuk Tingkatkan Kemampuan Belajar Anak
Obat Alami Sakit Kepala Akibat Sinusitis
pantangan makanan bagi penderita wasir
Obat Alami Penghancur Kista Ovarium
Gejala Penyakit Gagal Jantung
Kata Jupe Uang Bukan Segalanya
Makanan Teratur Bagi Penyakit Bariatrik
Manfaat Buah Anggur Untuk Kanker Ovarium
Amerika Menjelaskan Tentang Pertanian
Penjelaskan Biaya Perawatan Kesehatan
9 Manfaat Makanan Untuk Kesehatan Jantung
Pantangan Makanan Penderita Kista Ovarium
Obat Kanker Payudara
Omega-3 fatty acids found in fish oil may help reduce inflammation associated with dry eye from time to time, it can help improve symptoms and prevent blurred eye sight.
Manfaat Minyak Ikan
Minyak Ikan
https://filhosecarinhos.blogspot.com/2015/02/fi1002.html?showComment=1473393670659#c888369449437752573
Obat Telinga Berdengung Alami Informasi yang bermanfaat dan tentunya sangat menarik di baca terima kasih.
Obat Memulihkan Cedera Saraf Tulang Belakang Triflex Capsule
Manfaat Kayu Secang Sebagai Obat Maag Tradisional
Manfaat Pisang Kepok Sebagai Obat Sakit Maag Akut Dan Kronis
Makanan Dan Minuman Untuk Menyehatkan Jantung
Green World Herbal Toothpaste
Pasta Gigi Herbal Untuk Gusi Bengkak Dan Berdarah Dengan Cepat
Obat Herbal Telinga Berdenging
Efek Kurang Minum Air Putih Bagi Organ Ginjal
Obat Pembersih Rahim
Obat Polip Rahim
Cara Menghilangkan Gatal
Ini dia herbal untuk membantu mengobati asam urat yang alami dan aman silahkan klik saja: Obat Herbal Asam Urat terimakasih, selamat berkunjung
Thanks Me Home Manfaat Rebung Bambu Kuning Untuk Batu Ginjal
Olahraga Untuk Menyembuhkan Varikokel
Manfaat Daun Seledri Untuk Kesehatan
Pantangan Makanan Bagi Penderita Paru Paru
Makanan Sehat Untuk Penderita Paru Paru Basah
Artikel Kesehatan Ginjal
Olahraga Untuk Menyembuhkan Varikokel
Obat Kelenjar Tiroid
Thanks Harga Qnc Jelly Gamat
Manfaat Tepung Sagu Untuk Penderita Maag
Cara Mengobati Mata Kabur Sebelah Kanan
Khasiat Kulit Manggis Untuk Penderita Gagal Ginjal
Manfaat Kurma Untuk Penderita Sakit Maag
I have in many occasions heard people talk about karma, but i have never stopped to think of associating it with any kind of religion. You have shared great information though which i can term as very interesting. Thank you and i hope that this will not be the last to see. Waiting for more.
Triangular Green Led Table Clock
Ciri Ciri Penyakit Kusta
Manfaat Daun Sirsak Untuk Kanker Otak
Manfaat Buah Tomat Untuk Penderita Ginjal
Obat Memulihkan Saraf Otak
Manfaat Petai Untuk Kesehatan
Efek Samping Jengkol
Efek Samping Daun Pepaya
Manfaat Jahe Untuk Penderita Diabetes
Cara Alami Menyembuhkan Sindrom Nefrotik Pada Anak
Perbedaan Qnc Jelly Gamat dan Jelly Gamat Gold G
Manfaat Air Tebu Untuk Penderita Maag
Leher Bengkak Akibat Kelenjar Getah Bening
Cara Pemesanan Walatra Berry Jus
Ciri Ciri Penyakit Dompo atau Herpes Zoster
Ciri Ciri Gejala Awal Penyakit Kelenjar Getah Bening
Manfaat Daun Seledri Untuk Penderita Radang Ginjal
Cara Pemesanan Walatra Gamat Emas Kapsul
Bahaya Penyakit Sakit Mata Merah
Walatra Habbaza Softgel
Makanan Terbaik Untuk Penderita Diabetes
Cara Menurunkan Gula Darah
Dunia Seputar Informasi Kesehatan
Penyebab Rasa Sakit Varikokel
Dunia Informasi Kecantikan
Manfaat Buah Alpukat Untuk Kecantikan
Catat Ulasan