Jumaat, 18 Disember 2015

JANGAN CENDERUNG KEPADA ORANG YANG ZALIM






01. Allah berfirman, "Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim...

[ http://dlvr.it/2XrCfv ]: 01. Allah berfirman, "Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka,"
02. "dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan" (QS11:113)
03. ayat ini menyatakan sebuah larangan Allah untuk cenderung, mengakrabi, berdekat mesra dan berbaik-baik dengan orang yang dzalim
04. menurut Qatadah | maksudnya adalah janganlah Muslimin mencintai mereka (laa tawadduhum), atau menaati mereka (laa tuthii’uuhum)
05. Ibnu Juraij berpendapat | maksudnya janganlah Muslimin condong kepada mereka yang dzalim (laa tumiilu ilaihim)
06. kata Abul ‘Aliyah | maksudnya janganlah Muslimin rela dengan perbuatan mereka yang dzalim (laa tardhou a’maalahum)
07. menyikapi semua penafsiran ini, Imam Qurthubi menyimpulkan | ”semua penafsiran ini hampir sama maknanya” (kulluha mutaqaaribah)
08. Imam Qurthubi melanjutkan, "ayat ini menunjukkan harusnya menjauhi orang kafir atau para pelaku maksiat dari kalangan ahlul bid’ah"
09. "bersahabat dengan mereka adalah suatu kekufuran atau kemaksiatan, mengingat persahabatan tak mungkin ada kecuali karena kecintaan"
10. pendapat demikian bisa dirujuk dalam Tafsir Al-Qurthubi, 9/108 | sedang kami hanya menyalin pendapat beliau saja
11. maka ini menunjukkan bahwa kita kaum Muslimin | minimal tidak boleh ridha, berkompromi, atau malah mendukung yang dzalim
12. siapa yang dimaksud dzalim? | 1. yang mengabaikan hukum Allah (syariat) (QS5:45) | 2. menyelisihi hukum Allah (QS2:59)
13. dan zalim itu juga | 3. membuat dusta kepada (atas nama) Allah (QS11:18) | 4. yang sukan mencela lalu tidak bertaubat (QS49:11)
14. orang dzalim paling terkenal dalam Al-Qur'an bagai firaun | menantang Allah, dan merasa punya hukum yang lebih baik dari Allah
15. maka bisa kita simpulkan dari semua ayat itu | bahwa dzalim adalah sengaja mencampakkan hukum Allah saat sudah datang kepadanya
16. sebagai penutup kicau pagi ini | izinkan kami kembali mengutip firman Allah | tertulis di QS 5:56
17. "Siapa yang ber-WALA pada Allah, pada Rasul-Nya dan pada orang2 yg beriman, maka itulah partai Allah, itulah yg pasti menang" (QS5:59)
18. WALA itu berdekatan, mencintai, saling membantu menolong, cenderung dan sayang | maka WALA hanya pada Allah, Rasul dan yang beriman
19. mari kita lemah lembut sesama Muslim, saling menyayangi | karena kasih diantara Muslim mengundang pahala tiada habis :)


Jangan cenderung kepada orang-orang yang zalim




ALLAH MEMBERI AMARAN KERAS !
Jangan bersama, jangan bersekongkol, jangan membantu, jangan menolong 
orang-orang yang zalim.
Minat, suka atau cenderung hati kepada mereka pun jangan, sekali kali jangan !. Padahnya, diakhirat kelak kamu akan disambar api neraka. Mereka (orang-orang yang zalim itu) tidak akan dapat menolong kamu sedikit pun, bahkan mereka akan mendapat balasan siksa api Neraka Jahannam yang amat dahsyat.

Firman Allah

وَلاَ تَرْكَنُــوْا إلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُــوا فَتَمَسَّــكُمُ النَّــارُ  وَمَا لَكُمْ مِنْ دُوْنِ  اللهِ مِنْ اَوْلِيَـآءَ ثُمَّ  لاَ تُنْصَرُوْنَ      ﴿ ۱۱۳﴾
(Al-Quran, Surah Hud : 113)
Yang bermaksud;
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim maka (padahnya kelak) kamu
 akan disambar api neraka, (dalam keadaan) kamu tidak mempunyai seorang penolong pun 
selain Allah, kemudian ( ketahuilah ! sebenarnya ) kamu memang tidak akan diberi pertolongan.

Thursday, April 14, 2011


Jangan cenderung, musuhi dan perangi kezaliman.


1) PERINTAH ALLAH SWT UNTUK BERLAKU ADIL & LARANG KEZALIMAN.
"Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan serta memberi bantuan kepada kaum kerabat, dan melarang daripada perbuatan keji dan mungkar serta kezaliman. Ia mengajar kamu (dengan suruhan dan laranganNya ini), supaya kamu mengambil peringatan mematuhinya".
An- Nahl 16:90

Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita bersikap adil dalam segala perkara; sebab itulah umat Islam disifatkan oleh Allah Ta'ala "Ummatan Wasata" (umat yang adil).

Umat Islam dijadikan oleh Allah Ta'ala sebagai "Ummatan Wasata"

"Ummatan Wasata": bermakna "Umat yang pilihan lagi adil", dan juga bermakna "Umat yang pertengahan", iaitu: pertengahan segala pembawaannya, tidak melampaui dan tidak keterlaluan dalam menganut kepercayaannya, demikian juga akhlak dan amalannya, segala-galanya berkeadaan di tengah-tengah sama-sama dipandang, dipelajari dan diusahakan meliputi soal-soal dunia dan akhirat. Tiap-tiap orang yang berdiri di tengah-tengah dengan mengambil tahu secara mendalam dan memandang berat kepada perkara-perkara yang berlaku di sekelilingnya, maka pertimbangannya serta pergetahuannya mengenai baik buruknya perkara-kara itu, adalah adil, benar dan sah. Dengan yang demikian, layaklah ia memberi keterangan kepada orang-orang yang keadannya tidak seperti dia.

Diperintahkan juga menjalankan dasar "Ihsan" (berbuat kebaikan); yakni segala perkara yang dilakukan, samada mengenai ibadat atau lainnya, hendaklah dilakukan dengan sebaik-baiknya dan dengan sempurna. "Ihsaan" juga bermakna: memberi pertolongan kepada orang lain yang memerlukan pertolongan, membalas budi orang dengan sebaik-baiknya, dan memaafkan kesalahan orang yang dilakukan kepada kita.

Perintah-Nya yang ketiga dalam ayat ini ialah: hendaklah kita membantu kaum kerabat yang memerlukan bantuan, kerana merekalah yang perlu diutamakan.

Di samping itu kita dilarang daripada melakukan "perkara-perkara yang keji" yang termasuk dalam dosa-dosa besar, seperti perbuatan zina dan sebagainya; dan dilarang daripada melakukan segala perkara yang "mungkar", yakni perkara-perkara yang dikeji oleh Syarak; juga dilarang dari perbuatan "menceroboh" atau melakukan "kezaliman". - Tafsir Pimpinan Ar-Rahman

2) JANGAN CENDERUNG KEPADA ORANG ZALIM.
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang berlaku zalim*, maka (kalau kamu berlaku demikian), api neraka akan membakar kamu, sedang kamu tidak ada sebarang penolong pun yang lain dari Allah. Kemudian (dengan sebab kecenderungan kamu itu), kamu tidak mendapat pertolongan"
Huud 11:113

* Yakni janganlah kamu wahai orang Islam bersahabat, atau bekerjasama, atau bersubahat atau pun menyetujui perbuatan orang yang melakukan kezaliman dalam segala bentuknya; lebih-lebih lagi orang yang menjadi musuh Islam dan umat Islam - Tafsir Pimpinan Ar-Rahman

3) PERANGI ORANG ZALIM.
"Dan jika dua puak orang yang beriman berperang, maka damaikanlah diantara keduanya; jika salah satu berlaku zalim terhadap yang lain, maka lawanlah puak yang zalim itu sehingga ia kembali mematuhi perintah Allah; jika ia kembali patuh maka damaikanlah di antara keduanya dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah kamu (dalam segala perkara); sesungguhnya Allah mengasihi orang yang berlaku adil".
Al-Hujaraat 49:9

4) MUSUHILAH ORANG ZALIM.
"Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan sehingga menjadilah agama itu semata-mata kerana Allah. Kemudian jika mereka berhenti maka tidak ada permusuhan lagi melainkan terhadap orang yang zalim".
Al-Baqarah 2: 193

Siapa orang yang zalim itu, ikuti di sini.

Mohon maaf. Wallahu'alam.

Janganlah Kamu Cenderung kepada Orang-Orang yang Zalim

وَلَا تَرۡكَنُوٓاْ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ١١٣

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan (Hud: 113)
(Cenderung kepada orang yang zalim maksudnya menggauli mereka serta meridhai perbuatannya. Akan tetapi bila bergaul dengan mereka tanpa meridhai perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau memelihara diri, maka dibolehkan – Lihat foot note Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ al-Malik Fahd).
Imam Assa’di dalam tafsirnya menegaskan: Ayat ini berisi peringatan terhadap sikap rukun kepada orang zalim. Yang dimaksud rukun adalah kecenderungan, bergabung kepadanya dalam kezalimannya, menyetujuinya dan rela terhadap kezalimannya.

Jika ini adalah ancaman terhadap yang cenderung kepada orang-orang zalim, maka bagaimana (ancaman kerasnya terhadap) keadaan orang-orang zalim itu sendiri? Semoga Allah menyelamatkan kita dari kezaliman. (Tafsir As-Sa’di).

Peringatan bahkan ancaman keras itu terhadap orang yang belum berbuat zalim dan belum cenderung kepada orang-orang zalim. Jadi agar selamat. Bagaimana pula ancaman terhadap orang yang mengusung orang-orang zalim (padahal sebelumnya sudah diperingatkan)? Ketika para pengusung itu mendapatkan sesuatu bagian di dunia ini dari orang zalim yang diusungnya, sejatinya hanya seberapa nilainya dibanding ancaman siksa yang dahsyat di akherat?
Yang tingkatnya lebih rugi lagi bahkan rugi dunia dan akherat pun ada, bila mereka tidak mau bertaubat. Yaitu mereka yang mengusung sosok-sosok zalim (padahal sudah diperingatkan sebelumnya, tapi nekad karena ada harapan barangkali saja akan kecipratan bagian dunia, namun ternyata tidak, hingga hanya gigit jari) kemudian mereka pula yang terkena kezaliman orang-orang yang diusungnya itu. Betapa ruginya. Coba mari kita renungkan. Maka marilah kita bertaubat, dan kembali ke jalan Allah yang diridhaiNya. Bukan mengikuti jalannya orang-orang yang zalim, yang di dunia telah dibenci banyak orang, sedang Allah pun murka serta mengancam azab kepada para pelaku zalim, bahkan mengancam azab kepada pendukungnya pula. Di dunia sudah dibenci, di akherat telah diancam azab. Apa enaknya mendukung kezaliman?
(nahimunkar.com)

Kewajiban Mengundi Dan Larangan Memilih Pemimpin Yang Zalim.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيم

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Firman Allah SWT  :

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

Maksudnya : "Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan."(Surah Hud ayat 113)

Pada ayat ini Allah SWT memberi amaran bahawa orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan menganut agama yang dibawa baginda SAW supaya jangan sekali-kali cenderung kepada orang-orang zalim; iaitu bersahabat dan berbaik-baik dan mentaati musuh-musuh kaum muslimin yang selalu menyakiti mereka.

Selepas kewafatan Rasulullah SAW ummat Islam tidaklah boleh cenderung untuk melakukan sesuatu tindakan yang dilihat atau menjurus kepada menyokong golongan yang zalim dalam menentang perjuangan Islam yang dibawa oleh pewaris para anbiya yakni para ulama yang ikhlas dalam menyampaikan dakwah dan berusaha menegakkan agama Allah. Jika perbuatan sedemikian dilakukan ia bereti telah menempah azab seksa yakni dicampakkan ke dalam neraka serta tiadanya pertolongan Allah sedangkan Allah adalah satu-satunya tempat memohon pertolongan.

Berdasarkan kefahaman ayat di atas, jelas sekali cenderung (menyokong) kepada kezaliman adalah sesuatu perbuatan yang di larang oleh Islam apalagi mengambil seseorang yang zalim sebagai pemimpin kerana kezaliman seorang pemimpin lebih besar mudaratnya kepada orang ramai. Mereka yang memilih pemimpin yang zalim juga dikira sebagai orang yang zalim. Dalam erti kata yang lain segala sokongan terhadap dosa si pelaku kezaliman adalah satu pembabitan yang dihukumkan sama dosanya terhadap si penyokong.

Firman Allah SWT :

وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Maksudnya : "Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Surah al-Maa-idah ayat 51)

Untuk lebih memahamkan firman-firman Allah di atas, sayugilah kita memerhatikan dialog di antara si tukang jahit dengan seorang ulamak silam yang terkenal iaitu Sufyan at Thauri.

Suatu ketika datang seorang lelaki bertanya kepada Sufyan at Thauri , dia berkata :"Aku ini penjahit pakaian untuk seorang raja (pemerintah yang zalim); adakah aku tergolong dalam kalangan penyokongnya?

Sufyan at Thauri menjawab : "Engkau bukan daripada kalangan penyokong tetapi engkau adalah golongan penzalim itu sendiri. Golongan penyokong ialah orang yang menjual kepada engkau jarum dan benang (untuk menjahit)."(Kitab al Mu'jam al Kabir)

Dalam situasi hari ini, sistem pengundian adalah sejenis mengiktiraf seorang pemimpin dengan pengakuan taat setia yakni suatu jalan usaha untuk membentuk pengagihan kuasa yang benar dan adil. Oleh kerana kebenaran dan keadilan itu adalah dituntut oleh agama maka ia menjadi satu kewajiban yang mesti ditunaikan oleh setiap kaum muslimin. Jelasnya satu undi daripada setiap orang dikira sebagai satu usaha untuk untuk melantik pemimpin masyarakat dan negara yang dilihat memiliki ciri-ciri kepimpinan yang dikehendaki Islam (berdasarkan penyaksian atau maklumat yang diperolehi melalui sumber yang sah).

Bukankah Allah mengambil kira setiap perbuatan walaupun ianya sebesar zarah apakan lagi dalam hal sebesar ini.?

Sabda Rasulullah SAW maksudnya : "Sesiapa yang mati tetapi tidak pernah membai'ah pemimpin maka matinya adalah kematian dalam jahiliyah. (Hadis Sahih Riwayat Muslim no. 3441)

Firman Allah SWT :

وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

Maksudnya : "Dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu kerana Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar."(Surah at Thalaaq ayat 2)

Selanjutnya Allah SWT menyerukan supaya kesaksian itu supaya diberikan secara jujur, kerana Allah semata-mata tanpa mengharapkan bayaran, tanpa memihak, sebagaimana firman Allah SWT menjelaskan :

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ

Maksudnya : "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi kerana Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri."(Surah An Nisa' ayat 135)

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada para hamba-Nya yang beriman agar menjadi orang-orang yang benar-benar menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Maka kerananya Allah SWT memerintahkan kepada mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyampaikan mereka kepada keadilan itu, seperti: keadilan dalam memilih pemimpin yang adil (yakni berkelayakan).

Maka mengundi dan melantik orang yang tidak wajar dilantik menurut syarak juga adalah suatu kezaliman (kejahatan) ini kerana ia dianggap seolah menyembunyikan kesaksian yang sebenar seperti yang dituntut oleh ayat di bawah, Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

Maksudnya : "Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Surah al Baqarah ayat 283)

Untuk menambah lagi kefahaman kita hendaklah kita memerhatikan firman Allah SWT:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Maksudnya : "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat seksa-Nya."(Surah al Maa-idah ayat 2)

Maka berikrarlah sebagaimana yang diajari Allah SWT kepada kita sepertimana dalam firmanNya :

وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللَّهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ الْآثِمِينَ

Maksudnya : "..dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian kerana Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa."(Surah al Maa-idah ayat 106)

Sahabat yang dimuliakan,
Seorang muslim-mukmin yang beriman dan bertakwa tidak akan membiarkan kepimpinan negara dikuasai oleh golongan sekular yang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri, ahli keluarga dan kroni-kroni disekelilingnya.

Apabila kepimpinan terlalu lama dikuasai oleh mereka yang rasuah, mementingkan hiburan daripada pendidikan Islam , meminggirkan hukum hudud, qisas dan takzir (takzir mengikut nilai Islam) dan tidak ada usaha-usaha yang serius untuk memperkasakan hukum-hukum Allah SWT, merampaskan hak rakyat (mengswastakan air, letrik dan kenakan cukai-cukai yang tinggi), hak rakyat dinafikan untuk mendapatkan pendidikan percuma (pinjaman yang membebankan), membebankan rakyat dengan tol-tol yang dilebuh raya (sepatutnya rakyat mendapat lalun percuma), menghalang rakyat untuk menyuarakan pandangan dan mengadakan perhimpunan aman dan ketidak adailan dalam sistem kehakiman apabila melibatkan pemimpin negara atau kroni .

Akibat daripada tidak mengambil nilai-nilai akhlak Islam untuk diterapkan dalam pendidikan di sekolah dan universiti telah melahirkan gejala sosial yang parah dengan menghasilkan anak-anak tidak sah taraf ratusan ribu bilangannya hanya dalam masa beberapa tahun sahaja.

Sebagai seorang muslim-mukmin yang beriman dan bertakwa hendaklah kalian menghindari perbuatan mengundi bagi memenangkan mereka yang zalim. Dan perbuatan tidak mengundi juga adalah seolah-olah meredai mereka yang zalim untuk mendapat kuasa memerintah.

Kalian pasti akan ditanya di akhirat nanti kenapa kalian memberi saham dan sokongan kepada kezaliman?

Sahabat yang dikasihi,
Segala pertolongan daripada mereka yang zalim yang berbentuk duniawi janganlah dijadikan alasan untuk menyokong mereka yang zalim itu kerana ia tidak dapat digunakan untuk menebus azab seksa di akhirat. Sesungguhnya hanya Allah SWT adalah sebenar-benar penolong kepada kita. Oleh itu pilihlah pemimpin yang berazam untuk menegakkan Islam sebagai satu cara hidup dan mereka-meraka yang bersatu dibawah payong menentang kezaliman demi mencari keredaan Allah SWT.

Mengikut kaedah syarak : Jika kalian diberi peluang untuk memilih di antara mukmin yang bertakwa dengan musim yang zalim maka pilihlah mukmin yang bertakwa . Jika kalian terpaksa berhadapan di antara dua mudarat iaitu mudarat yang kecil dengan mudarat yang besar maka pilihlah yang mudarat yang kecil. Semuanya atas pilihan kalian "tepuk dada tanya iman dan mata hati kalian mana yang lebih baik dan mana satu yang akan mendapat keredaan Allah SWT"


Jangan Beri Sokongan Kepada Pemerintahan Zalim

This Article Checked By Akademi Tarbiyah Dewan Pemuda PAS Malaysia (DPPM) on Tuesday, 30 April 2013


Allah memilih umat Islam menjadi umat terbaik di sisi-Nya kerana mereka menyuruh yang makruf dan mencegah kemunkaran di samping mereka beriman kepada Allah. Hal ini dapat dirujuk melalui firman-Nya :

"Kalian (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang ditampilkan bagi (faedah) umat manusia umumnya, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang segenap perkara yang salah (buruk dan keji), di samping kamu beriman kepada Allah (dengan keimanan yang sebenar). Dan seandainya Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu lebih baik untuk mereka. (Tetapi sayang) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Ali Imran:110)

Dengan perkataan lain kerana mereka menjadi pengikut ajaran Islam yang syumul dan merangkum berbagai aspek kehidupan. Mereka menegakkan keadilan dalam diri, keluarga, bangsa dan negara. Mereka menjadi saksi tentang kehadiran rahmat Allah kepada semua manusia melalui penampilan ajaran yang paling bertamadun iaitu ajaran Islam. Mereka golongan yang sentiasa menjauhkan diri daripada kejahatan dan kemungkaran justeru kemungkaran menjatuhkan martabat dan maruah sesuatu bangsa dan umat.

Kemungkaran yang paling lumrah adalah melakukan kezaliman, merampas hak orang ramai atau rakyat, menafikan kebenaran, menghalang dakwah Islamiah dan menurut ajaran ajaran bid’ah dan palsu dalam politik dan budaya, memenjarakan rakyat tanpa pengadilan dan sabit kesalahan, merampas kedaulatan rakyat dengan penipuan dalam pilihanraya umum, fitnah rekayasa media dan lain-lain. Semua perbuatan tersebut adalah merupakan perbuatan aniaya yang mesti dihindari oleh orang Islam. Ini kerana kezaliman itu seperti mana yang dinyatakan oleh Rasulullah ialah kegelapan pada hari kiamat kelak.

Baginda bersabda (maksudnya), "Hindarilah kezaliman kerana kezaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat kelak. Hindari sifat kikir kerana sifat bakhil tersebut telah memusnahkan orang-orang sebelum kamu; sehingga tergamak mereka menumpahkan darah sesama sendiri dan menghalalkan kehormatan (menceroboh) sesama sendiri." (Hadith riwayat Muslim)

Bencana Akibat Kezaliman

Kezaliman mencelakakan negara dan masyarakat. Kejahatan kezaliman ini bukan hanya mencelakakan penzalim di akhirat malah boleh membinasakan diri, keluarga ,negara dan masyarakat. Allah berfirman dalam Surah al Kahfi ayat 59 : 
"Perkampungan (negara) berkenaan Kami musnahkan apabila penghuninya bersikap zalim dan kami tempah masa kemusnahan (dan kehancuran) mereka."
Kezaliman pemerintah atau kerajaan adalah kezaliman yang dilembagakan dalam undang-undang yang memperkasa kejahatan, pihak keselamatan yang lebih membawa kesengsaran daripada keselamatan, jentera penerangan yang lebih menyesat dari mencerahkan, menggelapkan kebenaran serta mengelirukan berbanding memberi penerangan dan kefahaman kepada rakyat.

Kezaliman seperti ini lebih cepat membawa kehancuran kepada sesuatu bangsa, negara dan umat.
Kezaliman seperti ini mengundang kutukan Allah. Allah berfirman dalam Surah Hud ayat 18 :

"Siapakah yang lebih zalim daripada golongan yang mengajukan pembohongan terhadap Allah. Ketika golongan tersebut dipaparkan di hadapan Tuhan mereka (untuk di adili kelak) berkatalah para saksi bahawa mereka itu adalah golongan yang melakukan pendustaan terhadap Tuhan mereka. Memang sesungguhnya laknat dan kutukan Allah terhadap golongan penzalim."

Bencana kezaliman ialah ia boleh melampaui peribadi orang yang zalim yang melakukan kezaliman berkenaan. Bencana dan akibat kezaliman itu juga mengenai orang yang hadir menyaksikannya dan tidak menghalang atau menyetujui kezaliman tersebut. Semua penyokong yang bersekongkol baik dekat mahupun jauh akan diseret dan dihumbankan ke neraka. Dalam teks tradisional terdapat catitan berikut; 

Apabila manusia dihimpunkan pada hari Kiamat dipinggir titian Siratul Mustaqim Allah berfirman, "Akulah Allah, Akulah Raja (yang sebenar) Akulah Dayyan ( pemilik hakiki agama ini); Demi kemulian dan kebesaran-Ku tiada seorangpun manusia penzalim yang dapat melepasi siratul mustaqim ini."

Kemudian berserulah seorang Malaikat di pihak Allah (bertanya), "Mana dia manusia penzalim berkenaan? Mana juak-juak penyokong penzalim tersebut? Mana dia pembantu yang menajamkan pena  penzalim (wartawan upahan)? Mana dia golongan yang mangajukan dakwat untuk penzalim (menulis)?

Kemudian neraka berseru kepada orang beriman, "Wahai orang beriman, segeralah kamu menyeberangi sirat ini kerana cahaya mu memalapkan (nyalaan lidah) apiku." (rujuk Kitab Minhaj al Solihin oleh Syaikh ’Izzuddin Baliq)

Suatu ketika seorang lelaki datang bertanya kepada Sufyan al Thauri, "Saya ini penjahit pakaian raja (pemerintah ) yang zalim, adakah saya termasuk dalam kalangan penyokongnya."

Sufyan al Thauri menjawab, "Anda bukan golongan penyokong tetapi anda adalah dari golongan penzalim itu sendiri. Golongan penyokong ialah orang yang menjual kepada anda jarum dan benang (untuk menjahit)."

Sifat cenderung menyokong kezaliman dan orang yang zalim samada dengan hati atau dengan tindakan dan perkataan akan membawa padah. Allah berfirman dalam Surah Hud ayat 113 :

"Jangan kalian cenderung menyokong orang yang zalim; kelak kalian akan dibakar oleh api neraka. (ketika itu) kalian tidak akan ada selain Allah sebagai penyelamat dan kalian tidak akan mendapat apa-apa pertolongan."

Ketahuilah bahawa kezaliman mencelakakan manusia di akhirat. Penzalim bukan sahaja diseksa dengan azab yang sangat pedih di samping lilitan kutukan Allah tetapi juga mereka tersisih daripada penyokong, sahabat dan penolong. Allah berfirman dalam Surah al Hajj ayat 71 :

"Mereka menyembah tuhan lain selain Allah yang tidak pernah Allah memberi apa-apa mandat kuasa mereka berbuat demikian malah mereka menyembah apa yang mereka sendiri tidak ada ilmu mengenainya. Sesungguhnya golongan penzalim itu tidak akan dapat sesiapapun menjadi penolong (mereka)."

Beberapa Kategori Penzalim
  • Syirik adalah kezaliman yang besar kepada Allah.
Kezaliman mempunyai berbagai kategori. Puncak kezaliman ialah perbuatan syirik kepada Allah seperti mana yang dinyatakan oleh Allah dalam Surah Luqman ayat 13 :

"Ingatlah ketika Luqman berpesan kepada putera beliau dengan katanya; Janganlah kamu (wahai anakku) melakukan perbuatan syirik kepada Allah justeru syirik (kepada Allah ) adalah suatu kezaliman yang amat besar."

Syirik adalah keyakinan dan perbuatan yang menduakan atau mempelbagaikan tuhan. Ia merujuk kepada perbuatan yang mencampur-baurkan rujukan nilai baik, buruk, halal haram kepada sumber yang hak dan benar dengan sumber yang batil dan salah. Halal haram ditentukan oleh Allah, manakala syaitan dan taghut turut mencampuri urusan tersebut. Oleh itu manusia musyrik adalah manusia yang komitmen nilainya bercelaru, simpang prenang dan tidak menentu. Pada waktu tertentu mereka menurut perintah Allah namun pada masa lain mereka menurut perintah dan nilai taghut dan syaitan.

Allah befirman dalam Surah al Nisa’ ayat 116 :

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik kepada-Nya namun Dia mengampunkan dosa selain itu bagi siapa yang Dia mahu. Barang siapa yang syirik kepada Allah maka dia telah sesat terlalu jauh."
  • Menghalang umat Islam daripada memakmurkan masjid Allah.
Menghalang orang bersolat dengan merobohkan masjid dan surau, menghalang majlis-majlis ilmu yang disampaikan oleh para alim ulama yang benar di dalamnya. Menghalang orang berzikir dan beri’tikaf di dalam masjid. Menghalang perlaksanaan fungsi masjid dan surau di dalam negara sehingga melambatkan proses pentarbiahan dan pendidikan Islam di kalangan umat.

Dalam Surah al Baqarah ayat 114 Allah berfirman :

"Siapakah yang lebih zalim daripada golongan yang menghalang masjid-masjid Allah daripada disebut di dalamnya (zikir) terhadap nama Allah (solat), malah mereka berusaha pula memusnahkan (fungsinya). Golongan penzalim tersebut hanya wajar masuk ke masjid dalam kaadaan gentar dan takut. Untuk mereka kehinaan di dunia; manakala di akhirat disiapkan untuk mereka seksa yang sangat besar (dan pedih)."
  • Menyembunyikan kesaksian yang benar.
Atau "Katmu al Syahadah" apabila diperlukan. Enggan mengajukan kesaksian di mana kebenaran terletak dalam kesaksian yang ada pada seseorang adalah suatu kezaliman. Keengganan menampilkan kesaksian yang benar menyelamatkan orang tertuduh yang tidak berdosa menyebabkan pelaku kejahatan yang sebenar terlepas manakala orang yang tidak berdosa dihukum bunuh atau dianiaya.

Keeangganan tampil sebagai saksi kes sebenar yang menyaksikan kejahatan tersebut adalah suatu kezaliman yang nyata.

Mengundi dalam sistem peralihan kuasa yang benar dan adil adalah suatu kewajipan agama. Ini kerana mengundi dan melantik pemimpin masyarakat dan negara adalah termasuk dalam kewajiban menunaikan kesaksian.

Tidak melaksanakan kewajipan ini adalah suatu kejahatan menyembunyikan kesaksian yang diperintahkan oleh Allah. Malah golongan yang mati dan tidak pernah membai’ah atau mengundi dan melantik pemimpin adalah mati dalam jahiliah sepertimana yang ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadis Baginda (maksudnya), "Siapa yang mati tapi tidak pernah membai’ah pemimpin maka matinya adalah kematian dalam jahiliah."

Selanjutnya mengundi dan melantik orang yang tidak wajar dilantik menurut syara’ adalah juga suatu kejahatan menyembunyikan kesaksian yang benar sepertimana yang dituntut oleh ayat ini.

Menjadi saksi palsu, menjungkir-balikkan kebenaran menjadi kebatilan; orang yang tidak berhak mendapat hak, manakala pemilik hak yang sebenar teraniaya adalah suatu kejahatan yang terangkum dalam perkara zalim. "Syahadatuzzur" adalah suatu dosa besar dalam Islam. "Dosa besar yang paling besar ialah mengajukan kesaksian palsu." (riwayat Bukhari)
  • Tidak menghukum dan memerintah menurut hukum dan undang-undang yang Allah turunkan.
Menghukum dan memerintah tidak berdasarkan firman dan perintah Allah dalam syari’at-Nya adalah suatu kezaliman. Dalam negara umat Islam kini terdapat banyak pemerintah yang tidak melaksanakan syariat dan undang-undang Islam, tetapi mereka mendakwa bahawa mereka adalah pelaksana Islam yang bertamadun, Islam progresif, Islam moden dan sebagainya. Dalam masa yang sama mereka mengkhianati amanah Allah, amanah umat dan mensia-siakan hak orang Islam yang mereka wakili. Ini adalah musibah yang mengelirukan ramai orang sehingga menyebabkan mereka menjadi penyokong fanatik kepada golongan zalim tersebut.
  • Merampas tanah hak orang lain termasuk golongan fakir miskin dengan zalim demi kepentingan golongan kaya.
Penyokong kebenaran selalu berhadapan dengan tindakan zalim pemerintah tertentu. Tanah dan hak mereka dirampas atau dilambat-lambatkan perlaksanaan kesan atau ketentuan transaksi yang telah dijalankan.

Rasulullah bersabda (maksudnya), "Siapa yang merampas walau sejengkal tanah (orang lain) secara aniaya nescaya Allah akan menghempitkannya dengan tujuh lapis (petala) tanah atau bumi pada hari kiamat kelak." (riwayat Ibn Majah)
  • Memenjara, menghukum bunuh dan menyeksa tahanan tanpa diadili dan tanpa sabit kesalahan adalah kezaliman yang nyata.
Pemerintah yang melakukan kezaliman dan tidak berlaku adil kepada rakyatnya akan diseksa oleh Allah dengan seksaan yang berat dan pedih. Rasulullah bersabda (maksudnya), "Orang yang paling dahsyat diseksa pada hari Kiamat kelak ialah pemerintah yang zalim." (riwayat Abu Ya’la)

Dalam Musnad Imam al Rubai’ diriwayatkan hadith berikurt, "Allah melaknat orang yang memerintah umatku dengan zalim dan mengaut harta fai’ nya (harta milik awam) untuk kepentingan dirinya."


Biodata Penulis


Ustaz Abdul Ghani Shamsuddin berasal dari Masjid Tanah, Melaka. Pernah melanjutkan pengajian ke Mesir antara 1965-1974 di Maahad Bu’uth sebelum ke Universiti al-Azhar dalam bidang Syariah dan Perundangan di Jabatan Fiqh Muqaran (Perbandingan Hukum) dan diploma pendidikan dalam universiti yang sama. Bergiat aktif dalam Persatuan Ulama’ Malaysia (PUM) dan menjadi Presiden NGO itu pada tahun 1999-2003. Selain dari PUM beliau turut memimpin Sekretariat Himpunan Ulama’ Rantau Asia (SHURA). Sementara itu di dalam PAS, beliau adalah AJK PAS Pusat dan Ketua Lajnah IT PAS Pusat.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan