Sabtu, 19 Disember 2015

ADAB BERDOA DAN CARA BERDOA



10 Adab Agar Doa Dikabulkan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
masjid dan doadakwatuna.com – Ramadhan adalah syahrud du’aa’ –bulan berdoa-. Sehingga rangkaian ayat-ayat shaum yang panjang itu, disisipi seruan untuk berdoa. Allah swt. berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Pengalihan seruan dari orang-orang beriman terkait dengan hukum-hukum shaum, beralih pada seruan untuk Rasulullah saw. agar beliau mengajarkan dan mengingatkan orang-orang beriman, apa-apa yang mesti mereka perhatikan dalam pelaksanaan ibadah, baik berupa ketaatan maupun sikap ikhlas, juga bersimpuh hanya kepada-Nya dengan doa, doa yang mengantarkan mereka pada petunjuk dan jalan kebaikan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah doa. Bahkan ada tiga kelompok yang doanya tidak akan tertolak:
“ثلاثة لا ترد دعوتهم: الصائم حتى يفطر، والإمام العادل، ودعوة المظلوم يرفعها الله فوق الغمام وتفتح لها أبواب السماء ويقول الرب: وعزتي وجلالي لأنصرنك ولو بعد حين ” (رواه أحمد والترمذي)
“Tiga kelompok yang tidak akan ditolak do’anya: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka. Pemimpin yang adil. Dan do’a orang yang teraniaya. Allah menyibak awan dan membuka pintu-pintu langit seraya berfirman: “Demi kemulian-Ku dan keagungan-Ku, pasti Aku tolong kamu, walau setelah beberapa waktu.” Ahmad dan At Tirmidzi
Doa adalah perwujudan rasa cinta seorang hamba kepada Allah swt., sekaligus pengakuan akan kebutuhan dan pertolongan-Nya. Hakikat doa sebenarnya juga meminta kekuatan dan kesanggupan dari Allah swt. Dalam doa ada makna memuji Allah swt., ada pengakuan bahwa Allah Maha Mulia lagi Maha Pemurah. Itu semua menjadi ciri pengabdian dan penghambaan. Rasulullah saw. bersabda:
من لم يسأل الله يغضب عليه
“Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah marah padanya.” Beliau juga bersabda:
“أفضل العبادة الدعاء“.
“Sebaik-baik ibadah adalah doa”
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir dari Nabi saw. bersabda: “Doa adalah ibadah. Dan Tuhan Kalian menyeru: Berdoalah kalian kepada-Ku, Pasti Aku kabulkan doa kalian.” Rasulullah saw. juga bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling bakhil di antara manusia adalah orang yang pelit salam. Dan selemah-selemah manusia adalah orang yang tidak mau berdoa.”
Dari Salman berkata, Rasulullah saw. bersabda:
(لا يرد القضاء إلا الدعاء ولا يزيد في العمر إلا البر(
“Putusan atau qadha’ Allah tidak bisa ditolak kecuali dengan doa. Dan sesuatu tidak akan menambah umur kecuali kebaikan atau al-birr.”
Diriwayatkan dari imam Ahmad, Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid, dari Abu Said bahwa Nabi saw. bersabda:
عن أبي سعيد أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: “ما من مسلم يدعو بدعوة ليس فيها إثم ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث إما أن تعجل له دعوته وإما أن يدخرها له في الآخرة وإما أن يصرف عنه من السوء مثلها”. قالوا: إذا نكثر. قال: “الله أكثر”.
“Tiada setiap muslim berdoa dengan suatu doa, dalam doa itu tidak ada unsur dosa dan memutus tali silaturahim, kecuali Allah pasti memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal; adakalanya disegerakan doanya baginya, adakalanya disimpan untunya diakhirat kelak, dan adakalanya dirinya dihindarkan dari keburukan.” Para sahabat bertanya: “Jika kami memperbanyak doa?” Rasulullah saw. bersabda: “Allah lebih banyak (mengabulkan doa).”
Rasulullah saw. bersabda: “Tiada di atas permukaan bumi seorang muslim yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa kecuali Allah akan mendatangkan kepadanya apa yang ia pinta, atau Allah palingkan darinya keburukan. Ketika ia tidak berbuat dosa atau sedang memutus hubungan silaturahim.” Rasulullah saw. juga bersabda dalam hadits Qudsi, Allah swt. berfirman:
وقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: “إن الله يقول: أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا دعاني”.
“Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku.”
Adab Berdoa
Pertama, Memakan makanan dan memakai pakaian dari yang halal. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?” Imam Muslim
Kedua, Hendaknya memilih waktu dan keadaan yang utama, seperti:
1. tengah malam, Rasulullah saw. bersabda:
: قال صلى الله عليه وسلم: “أقرب ما يكون الرب من العبد في جوف الليل الآخر فإن استطعت أن تكون ممن يذكر الله في تلك الساعة فكن”.
“Keadaan yang paling dekan antara Tuhan dan hambanya adalah di waktu tengah malam akhir. Jika kamu mampu menjadi bagian yang berdzikir kepada Allah, maka kerjakanlah pada waktu itu.”
Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya bagian dari malam ada waktu yang apabila seorang hamba muslim meminta kebaikan kepada Allah dan sesuai dengan waktu itu, pasti Allah mengabulkannya.” Imam Ahmad menambah: “Itu terjadi di setiap malam.”
2. saat sujud. Rasulullah saw. bersabda: “Dan adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, niscaya akan diijabahi doa kalian.”
3. ketika adzan. Rasulullah saw. bersabda: “Ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan, maka pintu-pintu langit dibuka, dan doa diistijabah.”
4. antara adzan dan iqamat. Rasulullah saw. bersabda: “Doa antara adzan dan iqamat mustajab, maka berdoalah.”
5. ketika bertemu musuh. Dari Sahl bin Saad, dari Nabi saw. bersabda: “Dua keadaan yang tidak tertolak atau sedikit sekali tertotak; doa ketika adzan dan doa ketika berkecamuk perang.”
6. ketika hujan turun. Dari Sahl bin Saad dari Nabi saw. bersabda: “Dan ketika hujan turun.”
7. potongan waktu akhir di hari Jum’at. Rasulullah saw. bersabda: “Hari Jum’at 12 jam tiadalah seorang muslim yang meminta kepada Allah sesuatu, kecuali pasti Allah akan memberinya. Maka carilah waktu itu di akhir waktu bakda shalat Ashar.”
8. doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya. Dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Darda’ berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang berdoa bagi saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu, kecuali Malaikat berkata, bagimu seperti apa yang kamu doakan untuk saudaramu.” Dalam kesempatan yang lain Rasulullah saw. bersabda: “Doa seorang al-akh bagi saudaranya tanpa sepengetahuan dirinya tidak tertolak.”
9. hendaknya ketika tidur dalam kondisi dzikir, kemudian ketika bangun malam berdoa. Dari Muadz bin Jabal dari Nabi saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang tidur dalam keadaan dzikir dan bersuci, kemudian ketika ia bangun di tengah malam, ia meminta kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, kecuali Allah pasti mengabulkannya.”
Ketiga, Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat doa tangan.
Dari Salman Al-Farisi berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Hidup lagi Maha Pemurah. Dia malu jika ada seseorang yang mengangkat kedua tangannya berdoa kepada-Nya, Dia tidak menerima doanya, nol tanpa hasil.”
Keempat, Dengan suara lirih, tidak keras dan tidak terlalu pelan.
Rasulullah saw. bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa kepada-Nya tidak tuli dan juga tidak tidak ada / gaib.”
Kelima, Tidak melampaui batas dalam berdoa.
Allah swt. berfirman: “Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan penuh rendah diri dan takut (tidak dikabulkan). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang melampaui batas.” Al-A’raf:55. Contoh melampai batas dalam berdoa adalah minta disegerakan adzab, atau doa dalam hal dosa dan memutus silaturahim dll.
Keenam, Rendah diri dan khusyu’. Allah swt. berfirman:
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Al-Araf:55. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Anbiya’:90:
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”
Ketujuh, Sadar ketika berdoa, yakin akan dikabulkan dan benar dalam pengharapan.
عن أبى هريرة قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: “ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه”،
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Berdoalah kepada Allah, sedangkan kalian yakin akan dikabulkan doa kalian. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” Imam Ahmad
Rasulullah saw. juga bersabda: “Jika salah satu di antara kalian berdoa, maka jangan berkata: “Ya Allah ampuni saya jika Engkau berkenan. Akan tetapi hendaknya bersungguh-sungguh dalam meminta, dan menunjukkan kebutuhan.”
Sufyan bin ‘Uyainah berkata: “Janganlah salah seorang dari kalian menahan doa apa yang diketahui oleh hatinya (dikabulkan), karena Allah swt. mengabulkan doa makhluk terkutuk, iblis laknatullah alaih. Allah swt. berfirman: “Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.” Al-Hijr:36-37
Kedelapan, Hendaknya ketika berdoa memelas, menganggap besar apa yang didoakan dan diulang tiga kali.
Ibnu Mas’ud bekata: “Adalah Rasulullah saw. jika berdoa, berdoa tiga kali. Dan ketika meminta, meminta tiga kali. Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah satu di antara kalian meminta, maka perbanyaklah atau ulangilah, karena ia sedang meminta kepada Tuhannya.”
Kesembilan, Hendaknya ketika berdoa dimulai dengan dzikir kepada Allah dan memujinya dan agar mengakhirinya dengan shalawat atas nabi saw.
Kesepuluh, Taubat dan mengembalikan hak orang yang dizhalimi, menghadap Allah dengan ringan.
Dari Umar bin Khattab ra. berkata: “Sesungguhnya saya tidak memikul beban ijabah, akan tetapi memikul doa, maka ketika saya telah berupaya dalam doa, maka ijabah atau dikabulkan akan bersamanya.”
Ia melanjutkan: “Dengan sikap hati-hati dari apa yang diharamkan Allah swt. Allah akan mengabulkan doa dan tasbih.”
Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan kecuali orang yang sadar dalam berdoa. Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan dari orang yang mendengar, melihat, main-main, sendau-gurau, kecuali orang yang berdoa dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati.”
Dari Abu Darda’ berkata: “Mintalah kepada Allah pada hari di mana kamu merasa senang. Karena boleh jadi Allah mengabulkan permintaanmu di saat susah.” Dia juga berkata: “Bersungguhlah dalam berdoa, karena siapa yang memperbanyak mengetok pintu, ia yang akan masuk.”
Dari Hudzaifah berkata: “Akan datang suatu zaman, tidak akan selamat pada zaman itu, kecuali orang yang berdoa dengan doa seperti orang yang akan tenggelam.”
Menghindari kesalahan dalam berdoa
Ada beberapa praktek doa yang disebagian umat muslim masih terus berlangsung, padahal itu menjadi penghalang doa dikabulkan. Di antaranya adalah:
Pertama, Berdoa untuk keburukan keluarga, harta dan jiwa.
Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian berdoa untuk kemadharatan diri kalian, dan jangan berdoa untuk keburukan anak-anak kalian. Jangan berdoa bagi keburukan harta-harta kalian. Janganlah kalian meminta kepada Allah di satu waktu yang diijabah Allah, padahal doa kalian membawa keburukan bagi kalian.” Imam Muslim
Kedua, Terlalu keras dalam berdoa. Allah berfirman:
“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” Al-Isra’:110
Ketiga, Melampau batas. Seperti berdoa agar disegerakan adzab, doa dengan dicampuri dosa dan memutus tali silaturahim.
Keempat, Berdoa dengan pengecualian. Contoh: “Ya Allah, ampuni saya jika Engkau berkenan.”
Kelima, Tergesa-gesa. Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Akan diijabahi doa kalian, jika tidak tergesa-gesa. Sungguh kamu telah berdoa, maka atau kenapa tidak diijabahi?” Imam Bukhari
Demikian, uraian singkat tentang keutamaan doa di bulan Ramadhan, adab berdoa, waktu-waktu yang istijabah, dan hal-hal yang harus dihindari ketika berdoa. Semoga kesungguhan doa kita, terutama di bulan suci ini didengar Allah swt., Amin. Allahu a’lam.


13 Adab dalam Berdoa

13 Adab dalam Berdoa

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustadz, di sini saya ingin bertanya tentang permasalahan adab-adab dalam berdoa, dan
terus bagaimana tata cara berdoa yang dicontohkan Rasulullah SAW?
syukron jazakallah
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari: Yudhy
Jawaban:
Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh

13 Adab berdoa

Pertama, Mencari Waktu yang Mustajab
Di antara waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan, sore hari Jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ينزل الله تعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الأخير فيقول عز وجل: من يدعونى فأستجب له، من يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له
Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)
Kedua, Memanfaatkan Keadaan yang Mustajab Untuk Berdoa
Di antara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka.
Abu Hurairah radhiallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklahberdoa.” (HR. Muslim)
Ketiga, Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim)
Dari Salman radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau hasankan)
Cara mengangkat tangan:
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak tangan). (HR. Thabrani)
Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa.
Keempat, Dengan Suara Lirih dan Tidak Dikeraskan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Zakariya ‘alaihis salam, yang berdoa dengan penuh khusyu’ dan suara lirih.
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut
.” (QS. Maryam: 2–3)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)
Dari Abu Musa radhiallahu’anhu bahwa suatu ketika para sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (HR. Bukhari)
Kelima, Tidak Dibuat Bersajak
Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan sunah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)
Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.
Keenam, Khusyu’, Merendahkan Hati, dan Penuh Harap
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoakepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
Ketujuh, Memantapkan Hati Dalam Berdoa dan Berkeyakinan Untuk Dikabulkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يقل أحدكم إذا دعا اللهم اغفر لي إن شئت اللهم ارحمني إن شئت ليعزم المسألة فإنه لا مُكرِه له
Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)
Di antara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه
Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)
Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia ucapkan tanpa direnungkan isinya.
Kedelapan, Mengulang-ulang Doa dan Merengek-rengek Dalam Berdoa
Mislanya, orang berdoa: Yaa Allah, ampunilah hambu-MU, ampunilah hambu-MU…, ampunilah hambu-MU yang penuh dosa ini. ampunilah ya Allah…. Dia ulang-ulang permohonannya. Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya dalam berdoa.
Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim)
Kesembilan, tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan: mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا رسول الله وما الاستعجال؟ قال: يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم
Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Sebagian ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting baguku.”
Kesepuluh, Memulai Doa dengan Memuji Allah dan Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda, “Orang ini terburu-buru.” kemudian beliau bersabda,
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه جل وعز والثناء عليه ثم ليصل على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بما شاء
Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)
Kesebelas, Memperbanyak Taubat dan Memohon Ampun Kepada Allah
Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah dikabulkan. Di antara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak taubat dan istighfar.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ….، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka …jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan kepada-KU, pasti Aku lindungi..” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa Umar bin Khatab, beliau meminta kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan taubat…”
Kedua Belas, Hindari Mendoakan Keburukan, Baik Untuk Diri Sendiri, Anak, Maupun Keluarga
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, mencela manusia yang berdoa dengan doa yang buruk,
وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً
Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)
وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُم بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ
Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa).” (QS. Yunus: 11)
Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan.
Dari Jabir radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تدعوا على أنفسكم، ولا تدعوا على أولادكم، ولا تدعوا على خدمكم، ولا تدعوا على أموالكم، لا توافق من الله ساعة يسأل فيها عطاء فيستجاب لكم
Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.” (HR. Abu Daud)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم
Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Ketiga Belas, Menghindari Makanan dan Harta Haram
Makanan yang haram menjadi sebab tertolaknya doa.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?” (HR. Muslim)

Allahu a’lam. [islamino.net]

Adab berdoa menurut al Quran dan sunnah

Para Ulama menjelaskan tentang adab dan etika dalam berdoa agar dikabulkan, sebagaimana tuntutan dalam al-Qur‘ân dan Hadis.
Al-Baghawi rahimahullah berkata: “Ada etika dan syarat-syarat dalam berdoa yang merupakan sebab dikabulkannya doa. Barangsiapa memenuhinya, maka dia akan mendapatkan apa yang diminta dan barangsiapa mengabaikannya, dialah orang yang melampaui batas dalam berdoa; sehingga doanya tidak berhak dikabulkan”.[1]
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Kedua ayat berikut mencakup adab-adab berdoa dengan kedua jenisnya (doa ibadah dan doa permohonan);
Iaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
” Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Janganlah kamu membuat kerosakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. [al-A‘raf/7:55-56] [2]
Dan Ibnu Katsîr rahimahullah membawakan sejumlah hadits-hadits yang berkaitan dengan adab-adab tersebut iaitu: [3]
1. Mengangkat kedua tangan sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Salmân al-Fârisi Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ إِنَّ اللّهَ حَيِيٌ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ
” Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha pemalu lagi Maha pemurah terhadap seorang hamba yang mengangkat kedua tangannya (berdoa), kemudian kedua tangannya kembali dengan kosong dan kehampaan (tidak dikabulkan).” [4]
2. Memulakan doa dengan pujian terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Salawat dan Salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, selanjutnya bertawasul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tawasul yang disyariatkan, seperti dengan bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan asma’ dan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan amal shalih dan selainnya.[5]
3. Bersangka baik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diriwayatkan dalam sebuah hadis qudsi dari Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يَقُولُ اللَّه عَزَّوَجَلَّ : يَقُولُ أَنَّا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِيْ وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِيْ
” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Aku (akan) sebagaimana hamba-Ku menyangka tentang-Ku, dan Aku akan bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku”[6]
al-Qurthûbi rahimahullah berkata: ” maknanya adalah hamba itu menyangka dikabulkannya doa, diterimanya taubat, diberikan ampun melalui istighfâr, serta menyangka dibalas dengan pahala atas ibadah yang dilakukan sesuai syarat-syaratnya sebagai keyakinan akan kebenaran janji Allah Subhanahu wa Ta’ala. [7]
4. Menjauhi sikap tergesa-gesa mengharapkan terkabulnya doa; karena ketergesa-gesaan itu akan berakhir dengan sikap putus asa sehingga ia tidak lagi berdoa. Na‘ûdzubillâh.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُسْتَجَابُ لأَِحَدِكُم مَالَم يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَم يُتَجَبْ لِي
” Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah bersabda “ Akan dikabulkan (doa) seseorang di antara kalian selama dia tidak tergesa-gesa, iaitu dia berkata ‘aku telah berdoa namun belum dikabulkan bagiku’ “.[8]
Dalam lafaz lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ لاَيَزَالُ يُستَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَم ْيَدْع ُبِإِثْم أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَالَمْ يَسْتَعْجِل قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الاِستِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَم أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ
” Sentiasa akan dikabulkan (doa) seorang hamba selama tidak meminta sesuatu yang membawa dosa atau memutuskan tali kekeluargaan, selama dia tidak tergesa-gesa. Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah , apa yang dimaksud tergesa-gesa?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Dia berkata ‘aku telah berdoa, aku telah berdoa namun aku tidak pernah mendapatkan doaku dikabulkan’, kemudian ia berputus asa dan meninggalkan berdoa.[9]
5. Membersihkan jiwa raga dari berbagai kotoran dosa. Hati yang kotor dengan berbagai maksiat atau jiwa yang tidak bersih dari perkara haram akan menghalang terkabulnya doa.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيًّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَِ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّيسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ وَقَالَ يَاأَيُّهَاالذِنيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَا كُمْ ثُمَّ دَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَارَبِّ يَارَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمََِشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامٌ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
” Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala baik dan tidak menerima melainkan yang baik. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum Mukminin dengan apa yang telah diperintahkannya kepada para rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai para rasul makanlah kalian dari yang baik dan beramal solehlah, sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman makanlah rizki yang baik dari apa yang diberikan kepada kalian…”.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seorang musafir yang berjalan jauh sehingga tidak terurus rambutnya, lusuh dan berdebu tubuhnya, dia mengangkat kedua tangannya ke arah langit seraya berdoa menyeru: “Wahai tuhanku, wahai tuhanku …”, namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi dari yang haram, bagaimana mungkin akan dikabulkan doanya?”.[10]
6. Yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha mengabulkan doa selama tidak ada sesuatu pun yang menghalangnya. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَاَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِاْللإِجَاَبَةِ وَاعْلَمُواأَنَّ اللَّهَ لاَيَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
” Berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kalian yakin (akan) dikabulkan, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa (seorang hamba) yang hatinya alpa serta lalai “.[11]
Dalam hadis lain dari Abu Sa‘id Al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: [12]
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا إثْمٌ وَلاَقَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّأَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّ خِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ وَإِمَّا اَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا نُكثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
” Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebuah doa yang tidak ada dosa atau pemutusan ikatan kekeluargaan di dalamnya, melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberinya satu di antara tiga perkara; 1) boleh jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala segera mengabulkan doa tersebut, 2) atau menyimpan sebagai tabungan baginya di akhirat, 3) atau menyelamatkannya dari kejahatan yang setara dengan doa yang dipanjatkannya.” Para sahabat berkata : “Jika demikian, kami akan memperbanyak (doa).” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih banyak.[13]”
Ibnu Katsîr rahimahullah berkata : “Yang dimaksud adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan doa seseorang, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak disibukkan dengan sesuatu apapun. Dia Subhanahu wa Ta’ala Maha mendengar doa. Dalam hal ini terdapat anjuran (memperbanyak) berdoa kerana tidak satu pun yang luput dari-Nya Subhanahu wa Ta’ala .”[14]
Terutama pada saat kita tengah mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan. Hendaknya kita mengambil kesempatan yang istimewa ini dengan memperbanyak doa bagi kebaikan kita di dunia dan akhirat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَ ثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَ تُهُمْ : الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ
” Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya; seorang yang berpuasa sehingga berbuka, seorang pemimpin yang adil dan seorang yang dizalimi.[15]
Marilah kita semua memperbanyak doa sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala murka terhadap yang orang yang tidak berdoa kepada-Nya sebagaimana firman-Nya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
” Dan tuhanmu berkata: “Berdoalah kepadaku, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa kepadaku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.”[16]
Demikian pula dijelaskan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ مَنْ لَم يَدْعُ اللَّه يَغْضَبْ عَلَيْه” yang artinya: “Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Allah Subhanahu wa Ta’ala marah terhadapnya”.[17]
Ibnu al-Mubârak Radhiyallahu ‘anhu berkata :
الرّحْمَنُ إِذَا سُئِلُ أَعْطَى، وَالرَّحِيْمُ إِذَا لَمْ يُسْأَلْ يغْضَبُ
Ar-Rahmân (Allah Subhanahu wa Ta’ala) jika Dia diminta akan memberi, dan Ar-Rahîm (Allah Subhanahu wa Ta’ala) jika Dia tidak diminta akan marah.[18]
Ya Allah Subhanahu wa Ta’ala, aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu‘, dari jiwa yan tidak puas, serta dari doa yang tidak dikabulkan”.[19
_______
[1]. Ma‘âlimut-Tanzîl : 1/156
[2]. Badâi‘ul Fawâid : 3/2
[3]. Maklumat lebih luas tentang etika dalam berdoa lihat juga kitab “Tashhîhud-du`a” karya Syaikh Bakr Abu Zaid
[4] Shahîh Sunan at-Tirmidzi : 2819, Shahîh Sunan Ibnu Mâjah : 3117
[5]. Lihat klasifikasi tawasul dalam kitab “At-Tauhid” karya Syaikh Shâlih al-Fauzân, hal: 68-71
[6]. HR. al-Bukhâri 7405, Muslim 6805. Ahmad 13192 dengan sanad shahîh
[7]. Fathul Bari; bab firman Allah نفسه ويحذركم 13/397
[8]HR. al-Bukhâri 6340, Muslim 6934, Abu Dâwud 1484, Ibnu Mâjah 3853, Ahmad 10312
[9]. HR. Muslim 6936
[10]. HR. Muslim 2346, at-Tirmizi 2989.
[11]. Shahîh Sunan Tirmidzi 2766, al-Mustadrak 1817 keduanya dari hadits Abu Hurairah , lihat Silsilah Shahîhah no: 594
[12]. Bukhâri dalam Al-Adâbul-Mufrad no: 547, Shahîh Sunan at-Tirmidzi 2728, Ahmad: 11133, al-Hâkim dalam al-Mustadrak: 1816
[13]. Ath-Thibi berkata “yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih banyak (lagi) menkabulkan…”. Lihat Tuhfatul Ahwadzi 10/25
[14]. Tafsir al-Qur‘ânul-‘Azhîm 1/286
[15]. HR. Ibnu Hibbân 5/298 no: 3419. Lihat Silsilah Shahîhah 4/406 no: 1797
[16]. Surah Ghâfir 40:60
[17]. Shahîh Sunan Ibnu Mâjah 3085. Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah Shahîhah no: 2654
[18]. Taisirul-‘Azîz al-Hamîd hal: 15
[19]. HR. Muslim 6906
Dicatat oleh ManaratulHuda di Isnin, Ogos 15, 2011

Adab Berdoa dan Syarat-Syarat Ijabahnya Doa

Doa adalah suatu hal penting yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, dalam kondisi apapun, suka dan duka, bahagia dan menderita, sukses maupun gagal. Karena itu sangat memperhatikan hal ini. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang memotivasi agar kita tidak putus asa dalam berdoa.

Jika Islam memperhatikan suatu persoalan tertentu, maka pastilah ia menetapkan ditetapkan atasnya adab-adab dan syarat-syaratnya, agar manusia dapat memperoleh kesempurnaannya dan memetik hasilnya.

Demikian juga halnya dalam persoalan doa, Islam telah memperkenalkan kepada manusia adab-adabnya, agar mereka memperoleh hasilnya, merasakan kebahagiaan dan kesejukan batin saat menghadap kepada Allah swt sumber mata air kedamaian. Memperoleh keyakinan bahwa Dia Maha Mendengar dan Maha Mengijabah. Beradab yang baik dan sopan di hadapan-Nya sebagai seorang hamba yang membutuhkan-Nya, dan ingin mendapatkan perhatian-Nya.

Islam juga memperkenalkan kepada manusia tentang syarat-syaratnya, agar mereka berdoa dengan doa yang benar, dan doanya berpengaruh pada harapan dan kehidupannya, cepat atau lambat, segera atau tetunda.

Islam mengajarkan kepada kita adab-adab berdoa dan syarat-syarat diijabahnya doa. Di antara adab-adab berdoa dan syarat-syarat diijabahnya doa adalah:

Pertama: Dalam keadaan suci
Di antara adab-adab berdoa harus dalam keadaan berwudhu’, khususnya ketika berdoa sesudah shalat.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata kepada Musammi’: “Wahai Musammi’, apa yang menghalangi seseorang ketika ia berada dalam kesengsaraan duniawi untuk berwudhu’ lalu pergi ke masjid, kemudian melakukan shalat dua rakaat, lalu berdoa kepada Allah di dalamnya? Aku mendengar Allah swt berfirman: “Mohonlah pertolongan dengan kesabaran dan shalat.” (Tafsir Al-Ayyasyi 1: 43)

Kedua: Bersedekah, memakai wangi-wangian, dan pergi ke masjid
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jika ayahku punya hajat, ia bersedekah dulu, lalu memakai wangi-wangian dan pergi ke masjid.” (Al-Kafi 2: 347)

Ketiga: Melakukan shalat
Sebelum berdoa disunnahkan melakukan shalat hajat dua rakaat:
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang berwudhu’ dan memperbaiki wudhu’nya, kemudian melakukan shalat dua rakaat, dan menyempurnakan ruku’ dan sujudnya; sesudah salam memuji Allah azza wa jalla, membaca shalawat, kemudian memohon hajatnya. Dengan cara inilah ia telah mengharapkan kebaikan dalam keinginannya. Barangsiapa yang mengharap kebaikan dalam keinginannya, maka ia tidak akan disia-siakan.” (Biharul Anwar 93: 314, hadis ke 20)

Keempat: Membaca Basmalah
Sebelum berdoa harus membaca Bismillâhir Rahmânir Rahîm.
Rasulullah saw bersabda:“Tidak akan ditolak suatu doa yang dimulai dengan Bismillâhir Rahmânir Rahîm.” (Biharul Anwar, 93: 313)

Kelima: Memuji Allah swt
Memuji Allah swt artinya mengakui keesaan Allah swt, membuktikan kebergantungan hanya kepada-Nya tidak kepada selain-Nya. Bagi yang hendak memohon hajat kepada Allah swt dalam urusan dunia dan akhirat, ia harus memuji Allah, mensyukuri karunia dan nikmat-Nya sebelum berdoa. Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:

“Segala puji bagi Allah yang menjadikan pujian kepada-Nya kunci bagi zikir-Nya, dan sebab bagi penambahan karunia-Nya.” (Nahjul Balaghah, Khutbah 157)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jika salah seorang dari kamu mengharap hajatnya, maka hendaknya ia memuji Allah swt.” (Al-Kafi 2: 352, hadis ke 6)

Allah swt menyiapkan bagi orang yang memuji-Nya karunia yang baik dan limpahan pahala di atas harapan orang-orang yang bermohon.

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang menyibukkan diri dengan memuji Allah, Allah akan memberinya di atas harapan orang-orang yang bermohon.” (Syarah Nahjul Balaghah Ibnu Abil Hadid, jld 6: 190)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata: “Sesungguhnya seorang hamba yang mempunyai hajat kepada Allah, maka hendaknya ia memulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Muhammad dan keluarganya, Allah akan memperkenankannya sekalipun ia telah lupa akan hajatnya dan tidak memohon hajatnya kepada-Nya.” (Biharul Anwar, 93: 312)

Tentang pahala memuji Allah swt dan cara memuji-Nya sebelum berdoa, Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Ya Allah, Engkaulah Yang Awal sehingga tidak ada sesuatu sebelum Engkau, Engkaulah Yang Akhir sehingga tidak ada sesuatu sesudah Engkau, Engkaulah Yang Zhahir sehingga tidak ada sesuatu di atas Engkau, Engkaulah Yang Batin sehingga tidak ada sesuatu selain Engkau, dan Engkaulah Yang Maha Agung dan Maha Mulia.” (Al-Kafi, 2: 362, hadis ke 6)

Keenam: Berdoa dengan Asmaul Husna
Bertawasul dengan Asmaul husna dalam berdoa diperintahkan oleh Allah swt dalam firman-Nya:
“Allah memiliki Asmaul husna, hendaknya kamu berdoa dengannya.” (Al-A’raf/7: 180)

“Katakanlah, berdoalah kepada Allah atau berdoalah kepada Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu berdoa, Dia mempunyai Asmaul husna.” (Al-Isra’/17: 110).

Rasulullah saw bersabda: “Allah azza wa jalla memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa yang berdoa dengannya doanya diijabah.” (At-Tawhid, 195)

Sebagian ulama berkata: berdoalah dengan memuji Allah swt dan sebutlah di antara Asmaul husna yang sesuai dengan hajat yang diharapkan. Misalnya, jika mengharapkan rizki, maka sebutlah:
Wahai Yang Maha Pemberi rizki
Wahai Yang Maha Pemberi anugerah
Wahai Yang Maha Dermawan
Wahai Yang Maha Memberi kekayaan
Wahai Yang Maha Memberi kenikmatan
Wahai Yang Maha Memberi karunia
Wahai Yang Maha Memberi
Wahai Yang Maha Mulia
Wahai Yang Maha Luas
Wahai Sebab dari semua sebab
Wahai Yang Maha Pemberi karunia
Wahai Yang Maha Pemberi rizki kepada orang yang dikehendaki tanpa perhitungan

Jika mengharapkan pengampunan dan taubat, sebutlah:
Wahai Yang Maha Menerima taubat
Wahai Yang Maha Pengasih
Wahai Yang Maha Penyayang
Wahai Yang Maha Penyantun
Wahai Yang Maha Pengasih
Wahai Yang Maha Sabar
Wahai Yang Maha Bersyukur
Wahai Yang Maha Pemaaf
Wahai Yang Maha Pengampun
Wahai Yang Maha Membuka pintu taubat
Wahai Yang Memiliki kemuliaan dan pengampunan
Wahai Yang Maha Memberi kebaikan
Wahai Yang Maha Memberi keindahan
Wahai Yang Maha Memberi kenikmatan

Jika mengharapkan perlindungan dari musuh, maka sebutlah:
Wahai Yang Maha Agung
Wahai Yang Maha Memaksa
Wahai Yang Maha Perkasa
Wahai Yang Maha Pendendam
Wahai Yang Memiliki serangan yang dahsyat
Wahai Yang Melakukan apa yang dihendaki
Wahai Yang Menghancurkan orang-orang yang sombong
Wahai Yang Maha Menuntut
Wahai Yang Maha Mengalahkan
Wahai Yang Maha Membinasakan
Wahai Yang Maha Mengetahui
Wahai Yang Tidak Dilemahkan oleh apapun

Jika mengharapkan ilmu, maka sebutlah:

Wahai Yang Maha Mengetahui
Wahai Yang Maha Membuka pintu ilmu
Wahai Yang Maha Memberi petunjuk
Wahai Yang Maha Membimbing
Wahai Yang Maha Memuliakan
Wahai Yang Maha Meninggikan derajat
Dan nama-nama Allah yang lain yang semakna dengannya
(kitab Iddadud Da`i: 199)

Banyak riwayat hadis yang menegaskan keutamaan berdoa dengan Asmaul husna. Allah swt mengijabah doa hamba-Nya yang beriman jika ia berdoa dengan Asmaul husna, khususnya jika ia membacanya dalam keadaan sujud.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang menyebutkan ya Allah ya Allah sepuluh kali, maka dikatakan kepadanya: “Aku di sini, apa hajatmu.” (Al-Kafi, 2: 377)

Beliau juga berkata: “Jika dalam keadaan sujud seorang hamba menyebutkan: Ya Allâh ya Rabbahu ya Sayyidahu tiga kali, maka Allah tabaraka wa ta`ala menjawabnya: Aku di sini duhai hamba-Ku, mohonlah hajatmu.” (Amali Ash-Shaduq, 335)

Beliau juga berkata: “Jika ayahku memiliki hajat ia sujud (di luar shalat dan ruku’), kemudian ia membaca: Ya Arhamar Rahimin tujuh kali, kemudian memohon hajatnya; selanjutnya ia berkata: “Tidak ada seorang pun yang menyebut asma ini kecuali Allah swt menjawab: Inilah Aku Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi, mohonlah hajatmu.” (Al-Wasail 7: 88, hadis ke 16)

Ketujuh: Membaca shalawat kepada Rasulullah saw dan keluarganya
Sebelum berdoa hendaknya membaca shalawat kepada Nabi saw dan keluarganya. Karena shalawat merupakan syarat utama dalam ijabahnya doa.. Ini menunjukkan bahwa dalam berdoa kita perlu pertolongan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya yang suci, dan kita harus menyakini bahwa pertolongan ini bersambung kepada Allah swt. Karena itu, shalawat merupakan wasilah yang terpenting untuk diterimanya amal dan diijabahnya doa.

Rasulullah saw bersabda: “Doa akan selalu terhalangi sehingga ia bershalawat kepadaku dan Ahlul baitku.” (Kifayatul Atsar: 39)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Semua doa akan terhalangi sehingga ia bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.” (Majma`uz zawaid, 10: 160)

Beliau juga berkata: “Jika kamu mempunyai hajat kepada Allah swt, maka mulailah dengan shalawat kepada Rasul-Nya dan keluarganya, kemudian mohonlah hajatmu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mulia dari dua hajat dimohonkan, yang satu diterima dan yang lain ditolak.” (Nahjul Balaghah, Al-Hikmah 361)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang berdoa dan tidak membaca shalawat kepada Nabi saw dan keluarganya, maka doanya hanya bergerak-gerak di atas kepalanya, dan ketika ia bershalawat kepada Nabi saw dan keluarganya maka terangkatlah doanya.” (Al-Kafi, 2: 356)

Di antara adab berdoa menurut Imam Ali Zainal Abidin (sa). Beliau menjadikan pujian kepada Allah dan shalawat sebagai pembuka umumnya bait-bait doanya. Ini jelas bagi orang yang merenungi Shahifah Sajjadiyah. Inilah yang dimaksudkan oleh sabda Rasulullah saw: “Jangan jadikan aku seperti gelas bagi pengendara, karena ia mengisi gelasnya lalu meminumnya ketika ia menghendaki, tapi jadikan aku di permulaan doa, di akhir dan di pertengahannya.” (Biharul Anwar, 93: 316)

Di antara cara Imam Ali Zainal Abidin (sa) berdoa, beliau memulai bait-bait doanya dengan pujian kepada Allah dan shalawat kemudian beliau menyampaikan permohonannya, misalnya:
Wahai Dia yang keajaiban kebesaran-Nya tidak pernah terhenti
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
halangilah kami dari penentangan terhadap keagungan-Mu
Wahai Dia yang tak pernah berakhir kelangsungan kekuasaan-Nya
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
selamatkan kami dari siksa-Mu
Wahai Dia yang perbendaharaan kasih-Nya tidak pernah habis
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
berlahi kami bagian dari kasih-Mu
Wahai Dia yang tanpa memandang-Nya mata hati akan mengering
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya
dekatkan kami ke haribaan-Mu.
(Shahifah Sajjadiyah: Doa ke 5)
Shalawat yang singkat dan sempurna adalah:
Allâhumma shalli ‘ala Muhammad wa âli Muhammad
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad

Kedelapan: Bertawassul dengan Rasulullah saw dan Keluarganya
Bertawasul dengan Rasulullah saw dan keluarganya dalam berdoa adalah perintah Allah swt. Ahlul bait (sa) adalah bahtera penyelamat ummat, maka layaklah bagi orang yang berdoa bertawasul dengan mereka, memohon kepada Allah swt melalui hak mereka, menghadapkan mereka kepada-Nya sebelum menyampaikan hajat-hajatnya kepada Allah swt.

Rasulullah saw bersabda: “Para washiku (Ahlul bait Nabi saw)… Dengan mereka ummatku ditolong, dengan mereka ummatku diturunkan hujan, dengan mereka Allah menyelamatkan mereka, dan dengan mereka Allah mengijabah doa mereka.” 24) 24). Tafsir Al-Ayyasyi, 1: 14, hadis ke 2.

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada Allah dengan kami ia akan beruntung, dan barangsiapa yang berdoa dengan selain kami ia akan binasa dan menjadi binasa.” (Amali Syeikh Ath-Thusi, 1: 175)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) dalam doanya banyak memohon kepada Allah dengan hak lima orang, yaitu Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (sa).” (Al-Kafi, 2: 422, hadis ke 11)

Di antara cara tawassul dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), dan kalimat yang diajarkan oleh mereka:

Ya Allah, sungguh aku menghadap kepada-Mu dengan Muhammad dan keluarga Muhammad, aku mendekatkan diri kepada-Mu dengan mereka, dan aku hadapkan mereka kepada-Mu sebelum aku menyampaikan hajat-hajatku. (Biharul Anwar 94: 22, hadis ke 19)

Kesembilan: Mengakui dosa-dosa
Mengakui dosa-dosa dan bertaubat dari segala salah dan dosa merupakan syarat dan adab berdoa yang sangat penting. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) pernah berkata: “Tiada puja dan puji kecuali semua milik Allah swt, kemudian akui dosa-dosa, lalu sampaikan permohonan kepada Allah swt. Demi Allah, tidak akan ada seorang hamba yang dapat keluar dari dosanya kecuali dengan pengakuan.” (Al-Kafi 2: 351, hadis ke 3)

Di antara doa Imam Ali bin Abi Thalib (sa) yang diriwayatkan oleh Kumail bin Ziyad:
Aku datang kini menghadap-Mu, ya Ilahi,
dengan segala kekuranganku,
dengan segala kedurhakaanku (pelanggaranku),
sambil menyampaikan pengakuan dan penyesalanku
dengan hati yang hancur luluh,
memohon ampun dan berserah diri,
dengan rendah hati mengakui segala kenistaanku.
Karena segala cacatku ini,
tiada aku dapatkan tempat melarikan diri,
tiada tempat berlindung untuk menyerahkan urusanku,
selain pada kehendak-Mu untuk menerima pengakuan kesalahanku
dan memasukkan aku pada kesucian kasih-Mu.
Ya Allah,
terimalah pengakuanku,
lepaskan dari kekuatan belengguku.
(Mafatihul Jinan)
Kesepuluh: Menyampaikan permohonan
Setelah memuji Allah, bershalawat, dan mengakui dosa-dosa, maka sampaikan permohonan dan apa menyampaikan apa yang diinginkan dalam hal kebaikan dunia dan akhirat. Dalam hal menyampaikan permohonan, maka hendaknya secara bertahap, tidak menyampaikan sekaligus dan bermacam-macam keinginan, walaupun kita memohon kepada Tuhan Pemilik langit dan bumi yang tak akan dilemahkan oleh banyaknya keinginan kita, dan tidak akan habis khazanah rahmat-Nya karena banyaknya permohonan.

Selain itu hendaknya kita juga tidak menganggap kecil apa yang kita mohon kepada Allah swt. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Janganlah kamu tinggalkan sesuatu yang kecil karena menganggap kecil sehingga tidak dimohon kepada Allah, karena Dialah Pemilik sesuatu yang kecil dan sesuatu yang besar.” (Al-Kafi, 2: 339, hadis ke 6)

Rasulullah saw bersabda: “Hendaknya kamu memohon hajatmu kepada Tuhanmu sekalipun tali sepatumu ketika terputus.” (Biharul Anwar, 93: 295 dan 300)

Kita harus menguatkan niat yang tulus ikhlas dalam berdoa bahwa berdoa itu adalah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, agar doa kita segera ijabah dan diwujudkan oleh Allah, keindahan dan kebaikan takdir-Nya diabadikan oleh-Nya, dan selalu bermohon kepada Allah swt dalam keadaan yang sangat butuh kepada-Nya. Kondisi inilah yang menjadi kebiasaan orang-orang yang mulia.

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) pernah berwasiat kepada puteranya Al-Hasan (sa):
“Hendaknya kamu memohon sesuatu yang keindahannya abadi bagimu dan bencananya diselamatkan darimu, sementara harta tidak akan abadi bagimu dan kamu tidak akan abadi berasamanya.” (Nahjul Balaghah: Al-Kitab 31)

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Abu Dzar (salah seorang sahabat Nabi saw) sering menangis karena takut kepada Allah sehingga matanya membengkak, lalu dikatakan padanya: Sekiranya kamu berdoa agar matamu disembuhkan? Ia menjawab: Tentu aku akan disibukkan olehnya, padahal itu bukan keinginanku yang paling besar. Mereka bertanya: Apa yang menyibukkan kamu? Ia menjawab: Dua hal yang besar, surga dan neraka.” (Biharul Anwar, 22: 431, hadis ke 40)

Dalam hadis Qudsi disebutkan:
“Wahai hamba-Ku, kalian adalah orang yang sesat kecuali orang yang Aku tunjuki, maka mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku memberimu petunjuk; kalian orang yang fakir kecuali orang yang Aku kayakan, maka mohonlah kekayaan kepada-Ku, niscaya Aku memberimu rizki; kalian orang yang berdosa kecuali orang yang Aku ampuni, maka mohonlah pengampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu.”
(Biharul Anwar, 93: 293, hadis ke 20)

Di antara doa Imam Zainal Abidin (sa):
Wahai Pemilik keagungan dan kemulian
Aku memohon kepada-Mu
amal yang jika diamalkan Kau cintai dia
keyakinan yang jika diyakini Kau berikan padanya manfaat
keyakinan yang sebenarnya dalam menjalankan perintah-Mu.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
Ambillah diriku dalam kebenaran
Lepaskan hajatku terhadap dunia
Jadikan keinginanku pada apa yang ada sisi-Mu
dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu
Berilah aku kepasrahan yang tulus kepada-Mu.
(Shahifah Sajjadiyah: Doa 54)

Oleh Bpk Syamsuri Rifai


Adab Cara Berdoa Agar Terkabul

Manfaat tujuan berdoa berdzikir kepada Allah adalah sangat besar faedah dan keuntungan yang akan didapat seorang muslim. Hal ini karena dalam agama Islam dikatakan dalam sebuah hadist yang artinya :"Doa itu adalah otak ibadah". (HR. Bukhari).

Otak adalah sarinya, intinya, dan yang paling berarti dari sesuatu itu sendiri (ibadah). Doa (dalam bahasa Arab) berarti membaca, meminta hajat dan memohon pertolongan. Terkadang juga diartikan secara mutlak yaitu membaca.

Doa berdasarkan definisi artinya menurut istilah adalah memohon hajat kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, kata doa dan kata-kata jadiannya (musytaq) itu digunakan sebanyak 13 makna yang berbeda-beda.

Di antaranya arti doa adalah membaca, berdoa, meminta kepada Allah Ta'ala, memanggil, mengajak kepada sesuatu atau kepada seseorang, memohon pertolongan dan bantuan, beribadah dan lain sebagainya.

Dzikir menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah ialah segala macam bentuk mengingat kepada Allah SWT baik dengan membaca tahlil, tasbih, tahmid, taqdis, takbir, tasmiyah, hasbalah, qira'atul Qur'an maupun membaca seputar Doa-Doa yang ma'tsur dari Rasulullah SAW.

Adab Cara Berdoa Agar Terkabul

Adab Berdoa Dalam Islam


Berdoa merupakan salah satu bentuk ibadah, karena dalam doa terkandung sebuah pengakuan dari seorang hamba yang lemah, makhluk yang tak berdaya dihadapan Yang Maha Kuasa Allah SWR.

Setiap doa akan dikabulkan oleh Allah, namun agar cepat dikabulkan sebaiknya yang berdoa juga harus memperhatikan adab atau tata krama tata cara dalam berdoa agar segera diijabah dikabulkan Allah Ta'ala.

Berikut beberapa cara adab dalam berdoa agar segera dikabulkan oleh Allah seperti yang dikutip dari media dakwatuna.com antara lain adalah sebagai berikut :

1. Makan Dari Makanan Yang Halal Dan Memakai Pakaian Yang Halal

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menyebutkan, "Seorang lelaki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat tangan ke langit tinggi-tinggi dan berdoa, 'Ya Rabbi, ya Rabbi' sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimanakah doanya bisa terkabulkan?" (HR. Muslim).

Untuk itulah kita yang selalu berharap doa-doa kita selalu didengar dan diijabah serta dikabulkan oleh Allah maka syarat agar doa dikabulkan antara lain adalh dengan menjaga diri dari makanan, minuman, pakaian haram serta menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah.

2. Berdoa Pada Waktu-Waktu Mustajabah

Ada beberapa waktu yang sangat dianjurkan untuk berdoa agar doa kita dikabulkan oleh Allah antara lain adalah :
  1. Setiap sepertiga malam terakhir.
  2. Saat sujud. Rasulullah saw. bersabda: "Dan adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, niscaya akan diijabahi doa kalian."
  3. ketika adzan. Rasulullah saw. bersabda: "Ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan, maka pintu-pintu langit dibuka, dan doa diistijabah."
  4. Antara adzan dan iqamat. Rasulullah saw. bersabda: "Doa antara adzan dan iqamat mustajab, maka berdoalah."
  5. Ketika musafir Bepergian. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga doa mustajabah yang tidak diragukan lagi padanya, (yakni) doa orang yang dizhalimi, doa orang yang musafir dan doa orang tua untuk kebaikan anaknya.(HR Abu Daud, At-Tirmidzy dan lbnu Majah) .
  6. Suatu saat pada hari Jum’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at lalu beliau bersabda, "Padanya ada suatu saat yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri menegakkan shalat dia berdoa kepada Allah Ta’ala meminta sesuatu kecuali Allah akan memberikannya padanya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan (waktu tersebut) dengan tangannya yang menunjukkan waktunya sedikit.”
3. Berdoa Menghadap Kiblat Dan Mengangkat Tangan Ketika Berdoa.

Hendaklah menghadap kiblat tatkala berdoa dan mengangkat tangan hingga terlihat warna putih kedua ketiaknya. Hal ini berdasarkan pada hadist yang diriwayatkan dari Anas bahwa Nabi saw mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat warna putih kedua ketiaknya saat berdoa dan tidak memberikan isyarat dengan jari jemarinya.”

Hal ini sama artinya dengan berdoa dengan mengangkat dan menadahkan kedua tangan ke langit.

Adab Berdoa Dalam Islam

4. Yakin Doanya Akan Dikabulkan Dan Benar Pengharapan Doanya

Berkeyakinan kuat akan dikabulkan doanya serta benar didalam pengharapannya. Sabda Rasulullah saw,”Berdoalah kepada Allah dan anda meyakini akan pengabulannya. Ketahuilah bahwa Allah azza wa jalla tidaklah mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Ahmad, Thabrani)

5 Mengulangi Doa Tiga Kali

Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa Nabi saw apabila berdoa maka dia berdoa hingga tiga kali dan apabila dia meminta maka dia meminta hingga tiga kali.” (HR. Muslim)

5. Hendaklah Mengawali Doanya Dengan Dzikrullah (menyebut nama Allah)

Dan juga tidak langsung dengan meminta. Sabda Rasulullah saw,"Apabila kalian meminta kepada Allah azza wa jalla suatu keperluan maka mulailah dengan shalawat atasku… (HR. Abu Thalib al Makkiy).

Penyebab Doa Tidak Dikabulkan Oleh Allah


Ada beberapa penyebab alasan doa-doa kita tidak segera dikabulkan oleh Allah Ta'ala.

Berikut ini beberapa alasan serta juga yang menyebabkan doa kita tidak terkabul seperti yang dikutip dari laman facebook Ustadz Muhammad Arifin Ilham ketika menjawab pertanyaan jamaahnya antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Tugas kita sebagai hamba-Nya berdoa, hak prerogratif Allah untuk mengijabahnya.
  2. Allah ingin kita selalu berdoa pada-Nya, boleh jadi kalau dikabulkan kita tidak berdoa lagi.
  3. Tidak dikabulkan karena kalau dikabulkan membawa fitnah untuk kita, tidak jadi kaya, boleh jadi setelah kaya jadi sombong.
  4. InsyaAllah dikabulkan hanya waktu kemudian.
  5. Allah hanya kabulkan di akhirat saja, jadi doa sebagai tabungan akhirat.
  6. Allah kabulkan dalam bentuk lain, Allah tahu baik buruknya untuk kita, 7. Kalau tidak juga tetaplah baik sangka, dan saatnya untuk muhasabah diri, mungkin hidup kita dari rizki tidak halal, mungkin ibadah kita masih diiringi maksiat, atau masih sering menyakiti orang lain atau aurat kita masih belum terjaga.
Penyebab Doa Tidak Dikabulkan Oleh Allah

Untuk itulah marilah kita bersama-sama memperbaiki diri, sungguh sungguhlah taat dan jangan pernah putus asa dalam berdoa!

Baca dengan iman, "Berdoalah kalian kepada-Ku, pasti KU ijabah doa kalian!!"(QS al Mu'min : 60). SubhanAllah, terus terus terus berdoa karena kita tidak tahu kapan, dimana dan bagaimana doa kita diijabah Allah...insya Allah, aamiin.

2 ulasan:

  1. Ulasan ini telah dialihkan keluar oleh pengarang.

    BalasPadam
  2. Assalamualaikum admin... Boleh saya tahu dengan jelas nama kitab iddadul da'i itu? Terima kasih...

    BalasPadam