Jumaat, 30 Oktober 2015

ADAB JADI TETAMU

Adab Sebagai Tetamu


  1. tetamu ialah orang yang datang menziarahi
  2. sebagai tetamu, kita perlu menjaga tingkah laku dan adab sopan
  3. memilih waktu yang sesuai untuk mengunjungi rumah kawan atau sanak saudara
  4. sebaik-baiknya bawalah buah tangan untuk mereka
  5. ucapkan salam sebelum masuk
  6. bersalamlah dengan semua isi rumah dan bertanyakan khabar
  7. bercakaplah dengan suara yang lembut dan bersopan santun
  8. bongkokkan sedikit badan jika lalu di hadapan orang lain sebelum duduk
  9. duduklah dengan tertib dan bersopan
  10. hormatlah kepada tuan rumah dan ahli keluarganya
  11. jangan membuat bising atau ketawa dengan kuat
  12. makan dan minum dengan sopan
  13. jangan rosakkan barang-barang kepunyaan tuan rumah
  14. elakkan bertandang terlalu lama kerana mungkin akan mengganggu tuan rumah
  15. mintalah izin dengan sopan dan bersalam sebelum pulang
ADAB MENJADI TETAMU
1. Sebaik-baiknya, MAKLUMKAN TERLEBIH DAHULU. Bagitahu tuan rumah sebelum kita datang rumah, lebih lebih lagi kalau kita nak tumpang tidur. Bila kita bagitahu, boleh la tuan rumah kemas rumah dan sedia apa yg patut untuk kita.
2. MEMILIH MASA SESUAI. Janganlah berkunjung pada waktu awal pagi, tengah hari dan larut malam kerana kebiasaan pada waktu itu pihak tuan rumah ingin beristirahat atau membuat persiapan keperluan keluarga.
3. Adab dalam berziarah contohnya disebutkan secara terperinci iaitu:-
i) Memberi salam terlebih dahulu
ii) Mengetuk pintu perlahan-lahan dan tidak melebihi tiga kali
iii) Berdiri bersebelahan pintu kerana dibimbangi jika yang membuka
pintu itu adalah orang yang bukan muhrim
iv) Tidak masuk melainkan setelah mendapat keizinan
v) Tidak mengintai atau mengendap ke dalam rumah
vi) Duduk di tempat yang disediakan kerana tuan rumah lebih maklum
tentang keadaan rumah mereka.
4. ELAKKAN BERTAMU LEBIH DARI 3 HARI kecuali tuan rumah yang ajak atau mintak kita tinggal situ lama lama. Sekiranya tetamu menginap lebih dari tiga hari, maka menjelang hari keempat dan seterusnya tuan rumah berhak memberitahu tetamu sekiranya tidak mampu melayan. Tetapi sekiranya mahu melayan juga, maka ia adalah sunat dan dikira sebagai sedekah.
5. Jangan bertamu kat rumah orang sampai terjadi pergaduhan dlm famili tuan rumah tu, termasuklah jangan sampai tuan rumah tu mengumpat kita sebab kehadiran kita menyusahkan.
6. Sebagai tetamu juga tidak sepatutnya bebas melakukan apa sahaja di rumah orang lain kerana perbuatan itu akan mengganggu dan tidak disenangi oleh tuan rumah.
7. Menjaga mata, jangan mencuri dengar atau mengintai tuan rumah, janganlah mengangkat suara semasa berada di dalam rumah dan jangan duduk lama ketika berziarah.
"Memuliakan dan melayan tetamu dengan baik adalah amalan para Nabi dan Rasul terdahulu."




October 17, 2009

ADAB ZIARAH DAN MENJADI TETAMU

akademi.PNG
Petunjuk Rasulullah s.a.w dalam adab ketika berkunjung ziarah.
Saling mengunjungi (berziarah) sesama kaum muslimin memiliki pengaruh yang sangat besar untuk menguatkan hubungan, menambah rasa cinta, serta mempererat persatuan dan keterkaitan di antara mereka. Berziarah juga memiliki keutamaan yang besar apabila dilakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala atau untuk menyambung tali silaturrahim. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang muslim mengetahui petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam berkunjung agar ia tidak terjatuh dalam kekeliruan dan kesalahan. Adapun di antara petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berkunjung tersebut sebagai berikut:
1. Berniat yang Baik
Apabila seseorang hendak mengunjungi saudaranya, maka yang wajib dilakukan pertama kali adalah mengikhlaskan niat semata-mata hanya karena Allah Ta’ala. Jangan sekali-kali ia meniatkan hanya karena ada tendensi duniawi semata, karena temannya tersebut memiliki harta, jabatan, kedudukan di masyarakat misalnya atau hal-hal lain, sehingga tujuan berkunjungnya ke tempat orang tadi untuk mendapatkan sedikit cipratan dari apa yang diinginkan hawa nafsunya. Maka niatkan ikhlas karena Allah Ta’ala, dasarilah kecintaan kita kepadanya karena Allah Ta’ala dan karena ketaatannya kepadaNya, bukan karena harta, jabatan, kedudukan yang dimilikinya. Demikianlah yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bahwasanya seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di kampung lain, maka Allah mengutus seorang Malaikat kepadanya dalam perjalanannya. Ketika telah bertemu, Malaikat itu berkata kepadanya “Kemana engkau hendak pergi?” Ia menjawab, “ Aku ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini” Malaikat itu berkata lagi, “ Adakah bagimu satu nikmat yang hendak engkau kejar?” Ia menjawab,“ Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah” Malaikat itu pun berkata lagi,“Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.” (HR.Muslim)
2. Tidak Terlalu Sering Berkunjung (ziarah) Hingga Berlebihan
Janganlah terlalu sering berkunjung (berziarah) agar orang yang dikunjungi tidak menjadi bosan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berkunjunglah sesekali atau sekali waktu niscaya kalian akan saling mencintai” (HR. al-Baihaqi, al-Bazzar, dan ath-Thabrani)
3. Memilih Waktu yang Tepat untuk Berkunjung.
Hendaknya seorang pengunjung memilih waktu yang tepat ketika berkunjung. Tentu tidak layak seseorang mengunjungi orang lain pada pagi buta, tengah hari ataupun larut malam. Karena, waktu-waktu itu adalah waktu untuk tidur dan beristirahat, bukan waktu yang tepat untuk berkunjung. Atau waktu-waktu orang yang akan dikunjungi pada saat itu sedang sibuk atau tidak berkenan untuk diganggu. Terkecuali ada kepentingan yang mendesak atau seseorang telah meminta izin atau mengadakan perjanjian sebelumnya untuk berkunjung pada waktu tersebut.
4. Menjaga Adab-Adab Isti’dzan (Meminta Izin)
Hendaknya orang yang berziarah menjaga adab-adab beristi’dzan (meminta izin). Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan agar tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akhlak Islami. Di antara adab-adabnya adalah seperti: Mengetuk pintu tiga kali, jika tidak ada jawaban maka hendaknya ia pergi. Ketukan pun tidak terlalu keras dan memperhatikan jarak ketukan agar tidak mengagetkan, memperkenalkan diri, tidak menghadap ke arah pintu, mengucapkan salam sebelum masuk, menundukkan pandangan, menerima alasan tuan rumah dan tidak berburuk sangka, meminta izin sebelum masuk menemui mahram atau kerabatnya, dan lain sebagainya dari adab-adab meminta izin.
5. Menundukkan Pandangan terhadap Privasi Rumah (Anggota Keluarga).
Apabila seseorang mengunjungi sebuah keluarga di rumah mereka, maka wajib baginya untuk ghadhdhul bashar (menundukkan pandangan) terhadap privasi (hal-hal yang bersifat pribadi) anggota keluarga mereka. Janganlah ia mengumbar pandangannya agar terhindar dari melihat privasi mereka dan janganlah ia mempunyai keinginan untuk melakukan hal tercela tersebut di dalam hatinya. Allah Ta’ala berfirman artinya, “Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Mu’min: 19)
Berkaitan dengan tafsir ayat ini, Ibnu ‘Abbas berkata, “Bahwasanya seorang laki-laki masuk kepada ahli bait (tuan rumah), sementara di antara mereka ada seorang wanita yang cantik atau lewat di depannya. Apabila mereka lengah, laki-laki itu pun melihat kepadanya. Jika mereka memperhatikan, maka ia pun menundukkan pandangannya. Jika mereka kembali lengah, laki-laki itu kembali melihatnya dan jika mereka memperhatikan, ia pun kembali menundukkan pandangan. Allah mengetahui isi hatinya bahwa laki-laki tersebut suka seandainya bisa melihat kemaluannya”. (Tafsir Ibnu Katsiir, IV/79-80)
Maka dari itulah, wajib bagi seorang hamba menghiasi dirinya dengan ketakwaan dan muraqabah (merasa diawasi oleh Allah Ta’ala).
6. Hendaknya Seorang Pengunjung Duduk di Tempat yang Telah Diizinkan oleh Tuan Rumah.
Apabila tuan rumah menempatkannya di sebuah kamar atau di tempat duduk tertentu, maka janganlah ia berpindah tempat tanpa seizinnya. Sebab boleh jadi tuan rumah menempatkannya di tempat tertentu tersebut dengan tujuan agar privasi atau aurat mereka tidak tersingkap.
7. Janganlah Mengumbar Pandangan untuk Melihat-lihat Perabot dan Barang-Barang Lain di sekitarnya.
Banyak orang yang merasa risih apabila orang yang mengunjungi melihat-lihat perabot dan barang-barang lain yang ada di sekitarnya. Terlebih lagi jika ditanyakan kepadanya, “Ini berapa harganya?” atau “Dari mana anda mendapatkannya?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak layak untuk di pertanyakan.
8. Jangan Mengangkat Suara di dalam Rumah.
Hendaknya seorang pengunjung tidak mengangkat suara karena dapat mengganggu orang-orang yang dikunjungi. Dan janganlah mengangkat suara tinggi-tinggi ketika berbicara, berdebat dan lain sebagainya, sehingga orang lain tidak terganggu olehnya. Allah Ta’ala berfirman: “…Dan lunakkanlah suaramu…”(QS. Luqman: 19)
9. Jangan Mencuri Dengar atau Mengintai Tuan Rumah.
Sebagian orang memasang kedua telinganya untuk mendengarkan pembicaraan tuan rumah di kamar sebelah atau pembicaraan mereka dengan keluarganya atau pembicaraan kaum hawa dari penghuni rumah tersebut, dan hal-hal lain yang bersifat rahasia. Perbuatan-perbuatan seperti ini tidaklah sepantasnya dilakukan seorang muslim yang berakhlak mulia. Lebih-lebih jika ia berniat buruk atas perbuatanya tersebut, maka hal itu diharamkan.
10. Tidak Membiarkan Anak-Anaknya Merosakkan Harta di Rumah Orang.
Hendaknya seorang pengunjung tidak membiarkan anak-anaknya bermain-main, merusak dan memecahkan perabotan, menghancurkan barang-barang, memukul anak tuan rumah, serta teriak-teriak atau menjerit. Karena semua itu dapat mengganggu dan membuat mereka keberatan dikunjungi. Bagaimanapun juga bahwa menggangu seorang muslim adalah perkara yang dilarang dalam agama.
11. Tidak Mengimami Tuan Rumah di Rumah Mereka.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa mengunjungi suatu kaum di rumah mereka, maka janganlah ia mengimami mereka, namun hendaknya salah seorang dari mereka (tuan rumah) bertindak sebagai imam”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan at-Tirmidzi dan beliau menshahihkannya). Akan tetapi, apabila mereka mempersilahkan dan mengizinkannya disebabkan ilmu, keutamaan atau umurnya, maka ia boleh menjadi imam, menurut sebagian ahli ilmu.
12. Tidak Berlama-lama Ketika Berkunjung.
Apabila seseorang terbiasa berlama-lama ketika mengunjungi orang lain, maka akan membuat orang yang dikunjungi menjadi bosan, merasa berat, tidak menyukai kunjungannya atau enggan menerima kedatangannya lagi, bahkan bisa jadi dia akan membicarakan tentang keburukan dirinya.
13. Menyuruh kepada yang Ma’ruf dan Mencegah dari yang Mungkar.
Apabila seseorang berkunjung, kemudian melihat kemungkaran di rumah yang ia kunjungi seperti foto-foto atau gambar yang terpajang, patung, atau melihat mereka meninggalkan shalat, mendengarkan lagu-lagu, tidak menutup aurat, atau melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama lainya, maka wajib atasnya menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar sesuai dengan kemampuannya. Janganlah ia merasa malu atau takut untuk melakukannya. Akan tetapi tentunya harus tetap menjaga adab yang baik dengan cara yang penuh hikmah dan mau’izhatil hasanah agar bisa diterima oleh tuan rumah.
14. Tidak Beranjak Pulang kecuali jika telah Diizinkan oleh Tuan Rumah.
Seseorang tidak diperbolehkan beranjak pulang tanpa meminta izin kepada tuan rumah. Atau keluar dari majelis untuk pulang tanpa izin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian mengunjungi saudaranya lalu ia duduk bersamanya, maka janganlah ia bangkit hingga saudaranya tersebut mengizinkannya”. (HR. ad-Dailami). Sebab jika ia bangkit dari majelis tanpa izin, bisa jadi akan tersingkap baginya aurat tuan rumah, dan tentunya hal ini tidak diperbolehkan.
15. Mensyukuri (berterima kasih) kepada Tuan Rumah atas Jamuan Mereka.
Hendaknya seseorang bersyukur atau berterima kasih atas jamuan yang disuguhkan Tuan rumah, khususnya apabila mereka telah menerimanya dengan baik. Sebab barangsiapa tidak mensyukuri manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala. Seseorang harus membalas kebaikan orang lain kepada dirinya atau paling tidak ia mendo’akannya dengan berkata, “Jazaakumullahu Khaira…” (semoga Allah Ta’ala membalasmu dengan kebaikan atas penyambutanmu…) dan lain sebagainya dari ucapan-ucapan yang baik. Wallahu A’lam

Adab Menjadi Tetamu!

3
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم 
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang)


Bulan Syawal ni, ramai yang hidupkan kembali amalan ziarah menziarahi. Alhamdulillah, satu amalan yang mulia dan dituntut dalam Islam. Walau bagaimanapun, Adakah kita menjaga adab kita sebagai tetamu? Adakah kita mendidik anak-anak kita menjadi tetamu yang beradab. Ada beberapa adab kita sebagai tetamu, menurut hadis Rasulullah s.a.w:
Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud: "Janganlah kamu datang ke rumah orang berhadapan pintunya, tetapi datanglah dari bahagian tepinya dan mintalah izin, jika diizinkan untuk kamu, masuklah, kalau tidak, baliklah." [Riwayat:  At-Tabrani]
Huraian Hadith: 
  1. Semulia-mulia manusia adalah mereka yang beradab dan tahu tata tertib setiap perkara yang dilakukannya.
  2. Islam mengambilkira segala hal yang bersangkutan dengan kehidupan manusia termasuklah aspek hubungan sosial mereka dan mengajarkan adab-adab yang tertentu demi mewujudkan suasana masyarakat yang aman dan harmoni.
  3. Adab dalam berziarah contohnya disebutkan secara terperinci iaitu:
    • Memberi salam terlebih dahulu
    • Mengetuk pintu perlahan-lahan dan tidak melebihi tiga kali
    • Berdiri bersebelahan pintu kerana dibimbangi jika yang membuka pintu itu adalah orang yang bukan muhrim
    • Tidak masuk melainkan setelah mendapat keizinan
    • Tidak mengintai atau mengendap ke dalam rumah
    • Duduk di tempat yang disediakan kerana tuan rumah lebih maklum tentang keadaan rumah mereka.
  4. Berkunjung sebagai tetamu hendaklah memilih masa yang sesuai agar ia tidak menimbulkan keberatan kepada tuan rumah lebih-lebih lagi jika kedatangan tersebut didapati mengganggu urusan penting yang hendak dilaksanakannya. 
Sumber: JAKIM

Ini antara adab yang dianjurkan dalam Islam. Banyak lagi adab lain seperti, tidak mengumpat, tidak bertanyakan soalan sensitif, ajar anak beradab di rumah orang. Tegur dan kawal anak sendiri..jangan sampai tuan rumah tarik muka. Adab-adab ini jika kita jaga..insha Allah..ukhwa terpelihara.

Adab menjadi tetamu

  • Jika kita dijemput ke rumah seseorang, maka kita sahajalah yang patut pergi tanpa membawa orang lain melainkan setelah mendapat persetujuan dari orang yang menjemput.
  • Nabi s.a.w tidak pernah menghampakan harapan orang yang menjemputnya untuk makan di rumah mereka.
  • Betulkan niat kita apabila menjadi seorang tetamu iaitu semata-mata untuk mencari keredhaan Allah.
  • Semasa berada di rumah yang menjemput kita sebaik-baiknya janganlah masuk ke dalam rumahnya sehinggalah kita disuruh berbuat demikian.
  • Apabila masuk ke rumahnya, duduklah ke arah yang menuju ke luar rumah bukan ke arah dapur atau ke bilik mereka.
  • Mata kita janganlah terlalu liar memandang ke seluruh kawasan rumahnya dan mulut kita janganlah terlalu ramah menanyakan soalan-soalan yang tidak sepatutnya. Jangan sekali-kali menyusahkan tuan rumah.
  • Apabila hidangan diletakkan, biarlah ianya diletakkan di mana-mana yang dikehendaki oleh tuan rumah dan tidak perlu bagi kita mengubahkannya ke tempat lain kecuali jika tuan rumah meminta kita berbuat demikian.
  • Makanlah setelah tuan rumah memulakannya atau dia menjemput kita berbuat demikian.
  • Sama ada makanan yang dihidangkan itu sedap atau tidak, maka sebaik-baiknya hendaklah kita zahirkan sesuatu yang boleh menyenangkan tuan rumah.
  • Makanlah rnakanan yang berdekatan dengan kita tetapi jika makanan yang dihidangkan itu berjenis jenis, maka tidak ada salahnya kita mengambil dari mana-mana arah.
  • Janganlah menampakkan yang kita terlalu lapar atau gelojoh dengan berebut-rebut sehingga memalukan. Sebaliknya makanlah dengan tertib dan perlahan-lahan.
  • Jika di rumah orang miskin maka zahirkan rasa syukur dan jangan komen apa-apa pun. Sebaliknya jika di rumah orang kaya maka janganlah seperti pelanduk masuk kampung.
  • Apabila makanan dihidangkan maka makanlah dengan tertib dan bacalah doa-doa waktu makan dan doa sebagai tetamu
  • Setelah selesai keperluan kita sebagai tetamu maka hendaklah segera mengundurkan diri kerana memberi kerehatan kepada tuan rumah. Jangan sekali-kali menyusahkan tuan rumah.
  • Jika kita menjadi tetamu kepada orang alim, maka lebih banyak mendengar nasihat dan mendapatkan ilmu darinya, sebaik-baiknya bawalah hadiah untuknya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan