Rabu, 7 Oktober 2015

(9) UJUB @ BANGGA DIRI

12 Bahaya Sifat Ujub


Ujub adalah sikap mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Imam al-Ghazali pernah berkata "Perasaan ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Allah."
Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, hadist hasan)


Bahaya ‘Ujub
Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Diantara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah:
1. Membatalkan pahala
Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rasulullah s.a.w bersabda:
“Tiga hal yang membinasakan : Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani).
2. Menyebabkan Murka Allah
Nabi s.a.w bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Allah. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Allah.” (HR. Baihaqi)
Perasaan ‘ujub menyebabkan murka Allah, karena ‘ujub telah mengingkari karunia Allah yang seharusnya kita syukuri.
3. Terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur.
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur. Nabi s.a.w bersabda, ”Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)
4. Gengsi menerima masukan, sehingga sulit menerima taushiyyah, semakin keras hati dan keras kepala
5. Menyebabkan mengumbar nafsu dan melupakan dosa-dosa
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub.” (HR. Al Bazzar).
6. Menyebabkan orang lain membenci pelakunya.
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri, dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustafa As Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhu’ lebih disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai kecongkakan.”
7. Menyebabkan Su’ul Khotimah dan kerugian di Akherat
Nabi s.a.w bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)
Orang yang mempunyai sifat ‘ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan. Umar r.a pernah berkata,”Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”
Qatadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhu’, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat.”
8. Jatuh dalam jerat-jerat kesombongan
Sebab ujub merupakan pintu menuju kesombongan.
9. Dijauhkan dari pertolongan Allah
Allah Subahanahu Wata’ala berfirman:
“Orang-orang yang berjihad (untuk mencari keri-dhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69)
10. Terpuruk dalam menghadapi berbagai krisis dan cobaan kehidupan.
Bila cobaan dan musibah datang menerpa, orang-orang yang terjangkiti penyakit ujub akan berteriak: ‘Hey teman-teman, carilah keselamatan masing-masing!’ Berbeda halnya dengan orang-orang yang teguh di atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tidak akan melanggar rambu-rambu, sebagaimana yang dituturkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Siapakah yang mampu lari dari hari kematian? Bukankah hari kematian hari yang telah ditetapkan? Bila sesuatu yang belum ditetapkan, tentu aku dapat lari darinya. Namun siapakah yang dapat menghindar dari takdir?
11. Dibenci dan dijauhi orang-orang
Tentu saja, seseorang akan diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Jika ia memperlakukan orang lain dengan baik, niscaya orang lain akan membalas lebih baik kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghor-matan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa’: 86)
Namun seseorang kerap kali meremehkan orang lain, ia menganggap orang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Tentu saja tidak ada orang yang senang kepadanya. Sebagaimana kata pepatah ‘Jika engkau menyepelekan orang lain, ingatlah! Orang lain juga akan menyepelekanmu’
12.  Azab dan Pembalasan Cepat ataupun Lambat
Seorang yang terkena penyakit ujub pasti akan merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada dirinya sendiri, seketika Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi sampai hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari)
Hukuman ini dirasakannya di dunia akibat sifat ujub. Dengan begitu kita harus berhati-hati dari sifat ujub ini, dan hendaknya kita memberikan nasihat kepada orang-orang yang terkena penyakit ujub ini, yaitu orang-orang yang menganggap hebat amal mereka dan menyepelekan amal orang lain. Allahu A’lam.

Baca juga:
YouTube Channel Lampu Islam: youtube.com/ArceusZeldfer
Facebook Page Lampu Islam: facebook.com/LampuIslam
 

Bahaya Ujub ( Kagum thd Diri Sendiri )

Pengertian ‘Ujub

24 September 2012 pukul 8:54
‘Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.
Ujub (kagum) menyebabkan dirinnya suka memuji dirinnya sendiri, menyangjungnya, menganggapnya lebih baik dari pada pihak lain dan bahkan menganggapnya suci. Allah melarang seseorang yang menganggap suci dirinya sendiri.
“maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (An-Najm {53}: 32).
Siapapun yang merasa takjub dengan dirinnya sendiri, pendapatnya, kemampuannya, amal, pikirannya, dll, hal itu akan menghalanginnya dari mengambil manfaat, saran, kritik, dan nasehat dari orng lain. Ia merasa hebat, keren, pintar, dan menganggap remeh orng lain dimana apabila ada ide atau karya orng lain yg lebih baik ia tidak menyukainnya dan menganggap orng itu bodoh,remeh, rendah, dll.
Ibnul Mubarok pernah berkata, “Perasaan ‘ujub adalah ketika engkau merasa bahwa dirimu memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.”
Imam Al Ghozali menuturkan, “Perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Alloh SWT.”
Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu ? Allohk berfirman :
“Bagi Alloh semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya.” (QS. Al Maidah : 120)
Maksud dari ayat di atas adalah apapun yang kita miliki, semuanya adalah milik Alloh yang dipinjamkan kepada kita agar kita dapat memanfaatkannya dan sebagai ujian bagi kita. Tidak seorangpun yang memiliki sesuatu di alam semesta ini walaupun sekecil atom kecuali Alloh k.
Faktor Penyebab Timbulnya ‘Ujub
Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan perasaan ‘ujub di hati setiap orang, di antaranya adalah :
1. Banyak dipuji orang
Pujian seseorang secara langsung kepada orang lain, dapat menimbulkan perasaan ‘ujub dan egois pada diri orang yang dipujinya. Makin lama perasaan itu akan menumpuk dalam hatinya, maka ia akan semakin dekat kepada kebinasaan dan kegagalan sedikit demi sedikit. Karena orang yang mempercayai pujian itu akan selalu merasa bangga dan dirinya punya kelebihan, sehingga menjadikannya malas untuk berbuat kebajikan. Rosululloh pernah terkejut ketika melihat seseorang yang memuji orang lain secara langsung, sampai-sampai beliau bersabda, “Sungguh dengan pujianmu itu, engkau dapat membinasakan orang yang engkau puji. Jikalau ia mendengarnya, niscaya ia tidak akan sukses.”
2. Banyak meraih kesuksesan
Seseorang yang selalu sukses dalam meraih cita-cita dan usahanya, akan mudah dirasuki perasaan ‘ujub dalam hatinya, karena ia merasa bisa mengungguli orang lain yang ada di sekitarnya dan tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang diraihnya adalah atas kehendak Alloh yang Maha Kuasa.
3. Kekuasaan
Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan bertindak tanpa ada protes dari orang yang ada di sekelilingnya, dan banyak orang yang kagum dan memujinya. Fenomena semacam ini akan menyebabkan hati seseorang mudah dimasuki perasaan ‘ujub. Seperti kisah Raja Namrud yang menyebut dirinya sebagai Tuhan, karena dia menjadi seorang penguasa. Dan seandainya di lemah dan miskin, tentulah tidak akan menyebut dirinya sebagai Tuhan.
4. Tersohor di kalangan orang banyak
Tersohor di kalangan orang banyak merupakan cobaan besar bagi diri seseorang. Karena semakin banyak yang mengenalnya, maka dia semakin kagum terhadap dirinya sendiri. Semuanya itu akan memudahkan timbulnya perasaan ‘ujub pada hati seseorang.
5. Mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang tinggi
Orang yang mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang lebih, biasanya merasa bangga dengan dirinya sendiri dan egois, karena merasa mampu dapat menyelesaikan segala permasalahan kehidupannya tanpa campur tangan orang lain. Kondisi seperti itu akan melahirkan sikap otoriter dengan pendapatnya sendiri. Tidak mau bermusyawarah, menganggap bodoh orang-orang yang tak sependapat dengannya, dan melecehkan pendapat orang lain.
6. Memiliki kesempurnaan fisik
Orang yang memiliki kesempurnaan fisik seperti suara bagus, cantik, postur tubuh yang ideal, tampang ganteng dan sebagainya, lalu ia memandang kepada kelebihan dirinya dan melupakan bahwa semua itu adalah nikmat Alloh yang bisa lenyap setiap saat, berarti orang tersebut telah kemasukan sifat ‘ujub.
7. Lalai atau tidak memahami hakikat dirinya sendiri.
Apabila seseorang lalai atau tidak memahami hakikat bahwa dirinya berasal dari air yang hina serta akan kembali ke dalam tanah, kemudian menjadi bangkai, maka orang seperti ini akan mudah merasa bahwa dirinya hebat. Perasaan seperti ini akan diperkuat oleh bisikan setan yang pada akhirnya akan muncul sifat kagum terhadap diri sendiri.
8. Faktor Lingkungan dan Keturunan
Yaitu keluarga dan lingkungan tempat seseorang itu tumbuh. Seorang insan biasanya tumbuh sesuai dengan polesan tangan kedua orang tuanya. Ia akan menyerap kebiasaan-kebiasaan keduanya atau salah satunya yang positif maupun negatif, seperti sikap senang dipuji, selalu menganggap diri suci dll.
9. Sanjungan dan Pujian yang Berlebihan
Sanjungan berlebihan tanpa memperhatikan etika agama dapat diidentikkan dengan penyembelihan, seba-gaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits. Sering kita temui sebagian orang yang terlalu berlebihan dalam memuji hingga seringkali membuat yang dipuji lupa diri.
10.Bergaul Dengan Orang yang Terkena Penyakit Ujub
Tidak syak lagi bahwa setiap orang akan melatahi tingkah laku temannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri bersabda:
“Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang jahat adalah seperti orang yang berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Teman akan membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang.
11. Kufur Nikmat dan Lupa Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Begitu banyak nikmat yang diterima seorang hamba, tetapi ia lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberinya nikmat itu. Sehingga hal itu menggiringnya kepada penyakit ujub, ia membanggakan dirinya yang sebenarnya tidak pantas untuk dibanggakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menceritakan kepada kita kisah Qarun;
“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (Al-Qashash: 78)
12. Menangani Suatu Pekerjaan Sebelum Matang dalam Menguasainya dan Belum Terbina dengan Sempurna
Demi Allah, pada hari ini kita banyak mengeluhkan problematika ini, yang telah banyak menimbulkan berbagai pelanggaran. Sekarang ini banyak kita temui orang-orang yang berlagak pintar persis seperti kata pepatah ‘sudah dipetik sebelum matang’. Berapa banyak orang yang menjadi korban dalam hal ini! Dan itu termasuk perbuatan sia-sia. Yang lebih parah lagi adalah seorang yang mencuat sebagai seorang ulama padahal ia tidak memiliki ilmu sama sekali. Lalu ia berkomentar tentang banyak permasalahan, yang terkadang ia sendiri jahil tentang hal itu. Namun ironinya terkadang kita turut menyokong hal seperti ini. Yaitu dengan memperkenalkannya kepada khalayak umum. Padahal sekarang ini, masyarakat umum itu ibaratnya seperti orang yang menganggap emas seluruh yang berwarna kuning. Kadangkala mereka melihat seorang qari yang merdu bacaannya, atau seorang sastrawan yang lihai berpuisi atau yang lainnya, lalu secara membabi buta mereka mengambil segala sesuatu dari orang itu tanpa terkecuali meskipun orang itu mengelak seraya berkata: “Aku tidak tahu!”
Perlu diketahui bahwa bermain-main dengan sebuah pemikiran lebih berbahaya daripada bermain-main dengan api. Misalnya beberapa orang yang bersepakat untuk memunculkan salah satu di antara mereka menjadi tokoh yang terpandang di tengah- tengah kaumnya, kemudian mengadakan acara penobatannya dan membuat-buat gelar yang tiada terpikul oleh siapa pun. Niscaya pada suatu hari akan tersingkap kebobrokannya. Mengapa!? Sebab perbuatan seperti itu berarti bermain-main dengan pemikiran. Sepintas lalu apa yang mereka ucapkan mungkin benar, namun lambat laun masyarakat akan tahu bahwa mereka telah tertipu
13. Jahil dan Mengabaikan Hakikat Diri (Lupa Daratan)
Sekiranya seorang insan benar-benar merenungi dirinya, asal-muasal penciptaannya sampai tumbuh menjadi manusia sempurna, niscaya ia tidak akan terkena penyakit ujub. Ia pasti meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar dihindarkan dari penyakit ujub sejauh-jauhnya. Salah seorang penyair bertutur dalam sebuah syair yang ditujukan kepada orang-orang yang terbelenggu penyakit ujub:
“Hai orang yang pongah dalam keangkuhannya.
Lihatlah tempat buang airmu, sebab kotoran itu selalu hina. Sekiranya manusia merenungkan apa yang ada dalam perut mereka, niscaya tidak ada satupun orang yang akan menyombongkan dirinya, baik pemuda maupun orang tua.Apakah ada anggota tubuh yang lebih dimuliakan selain kepala?Namun demikian, lima macam kotoranlah yang keluar darinya!
Hidung beringus sementara telinga baunya tengik.
Tahi mata berselemak sementara dari mulut mengalir air liur. Hai bani Adam yang berasal dari tanah, dan bakal dilahap tanah, tahanlah dirimu (dari kesombongan), karena engkau bakal menjadi santapan kelak.
Penyair ini mengingatkan kita pada asal muasal penciptaan manusia dan keadaan diri mereka serta kesu-dahan hidup mereka. Maka apakah yang mendorong mereka berlagak sombong? Pada awalnya ia berasal dari setetes mani hina, kemudian akan menjadi bangkai yang kotor sedangkan semasa hidupnya ke sana ke mari membawa kotoran.
14. Berbangga-bangga dengan Nasab dan Keturunan
Seorang insan terkadang memandang mulia diri-nya karena darah biru yang mengalir di tubuhnya. Ia menganggap dirinya lebih utama dari si Fulan dan Fulan. Ia tidak mau mendatangi si Fulan sekalipun berkepentingan. Dan tidak mau mendengarkan ucapan si Fulan. Tidak syak lagi, ini merupakan penyebab utama datangnya penyakit ujub.
Dalam sebuah kisah pada zaman kekhalifahan Umar radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa ketika Jabalah bin Al-Aiham memeluk Islam, ia mengunjungi Baitullah Al-Haram. Sewaktu tengah melakukan thawaf, tanpa sengaja seorang Arab badui menginjak kainnya. Tatkala mengetahui seorang Arab badui telah menginjak kainnya, Jabalah langsung melayangkan tangannya memukul si Arab badui tadi hingga terluka hidungnya. Si Arab badui itu pun melapor kepada Umar radhiyallahu ‘anhu mengadukan tindakan Jabalah tadi. Umar radhiyallahu ‘anhu pun memanggil Jabalah lalu berkata kepadanya: “Engkau harus diqishash wahai Jabalah!” Jabalah membalas: “Apakah engkau menjatuhkan hukum qishash atasku? Aku ini seorang bangsawan sedangkan ia (Arab badui) orang pasaran!” Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Islam telah menyamaratakan antara kalian berdua di hadapan hukum!”
Tidakkah engkau ketahui bahwa:
Islam telah meninggikan derajat Salman seorang pemuda Parsi
Dan menghinakan kedudukan Abu Lahab karena syirik yang dilakukannya.
Ketika Jabalah tidak mendapatkan dalih untuk melepaskan diri dari hukuman, ia pun berkata: “Berikan aku waktu untuk berpikir!” Ternyata Jabalah melarikan diri pada malam hari. Diriwayatkan bahwa Jabalah ini akhirnya murtad dari agama Islam, lalu ia menyesali perbuatannya itu. Wal ‘iyadzubillah
15. Berlebih-lebihan dalam Memuliakan dan Menghormati
Barangkali inilah hikmahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sahabat-sahabat beliau untuk berdiri menyambut beliau. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah dia untuk menempati tempatnya di Neraka.” (HR. At-Tirmidzi, beliau katakan: hadits ini hasan)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kamu berdiri menyambut seseorang seperti yang dilakukan orang Ajam (non Arab) sesama mereka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu)
16. Lengah Terhadap Akibat yang Timbul dari Penyakit Ujub
Sekiranya seorang insan menyadari bahwa ia hanya menuai dosa dari penyakit ujub yang menjangkiti dirinya dan menyadari bahwa ujub itu adalah sebuah pelanggaran, sedikitpun ia tidak akan kuasa bersikap ujub. Apalagi jika ia merenungi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
”Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari Kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu ingin agar baju yang dikenakannya bagus, sandal yang dipakainya juga bagus?” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu) awal hadits berbunyi: “Tidak akan masuk Surga orang yang terdapat sebesar biji zarrah kesombongan dalam hatinya).
Bahaya ‘Ujub
Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Diantara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah :
1. Membatalkan pahala
Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia. Karena Alloh tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rosululloh n bersabda :
“Tiga hal yang membinasakan : Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thobroni).
2. Menyebabkan Murka Alloh
Nabi n bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Alloh. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Alloh.” (HR. Baihaqi)
Perasaan ‘ujub menyebabkan murka Alloh, karena ‘ujub telah mengingkari karunia Alloh yang seharusnya kita syukuri.
3. Terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur.
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur. Nabi n bersabda, ” Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)
4. Gensi menerima masukan, sehingga sulit menerima taushiyyah, semakin keras hati dan keras kepala
5. Menyebabkan mengumbar nafsu dan melupaka dosa-dosa
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub.” (HR. Al Bazzar).
6. Menyebabkan orang lain membenci pelakunya.
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustofa As Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhuk lebih disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai kecongkakan.”
8. Menyebabkan Su’ul Khotimah dan kerugian di Akherat
Nabi n bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)
Orang yang mempunyai sifat ‘ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan.
Umar a pernah berkata,”Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”
Qotadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhuk, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat.”
9. Jatuh dalam jerat-jerat kesombongan
Sebab ujub merupakan pintu menuju kesombongan.
10. Dijauhkan dari pertolongan Allah
Allah Subahanahu Wata’ala berfirman:
“Orang-orang yang berjihad (untuk mencari keri-dhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69)
11. Terpuruk dalam menghadapi berbagai krisis dan cobaan kehidupan.
Bila cobaan dan musibah datang menerpa, orang-orang yang terjangkiti penyakit ujub akan berteriak: ‘Oii teman-teman, carilah keselamatan masing-masing!’ Berbeda halnya dengan orang-orang yang teguh di atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tidak akan melanggar rambu-rambu, sebagaimana yang dituturkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Siapakah yang mampu lari dari hari kematian?
Bukankah hari kematian hari yang telah ditetapkan?
Bila sesuatu yang belum ditetapkan, tentu aku dapat lari darinya.
Namun siapakah yang dapat menghindar dari takdir?

12. Dibenci dan dijauhi orang-orang
Tentu saja, seseorang akan diperlakukan sebagaimana ia memperla-kukan orang lain. Jika ia memperlakukan orang lain dengan baik, niscaya orang lain akan membalas lebih baik kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghor-matan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa’: 86)
Namun seseorang kerap kali meremehkan orang lain, ia menganggap orang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Tentu saja tidak ada orang yang senang kepadanya. Sebagaimana kata pepatah ‘Jika engkau menyepelekan orang lain, ingatlah! Orang lain juga akan menyepelekanmu’
13.  Azab dan Pembalasan Cepat ataupun Lambat
Seorang yang terkena penyakit ujub pasti akan merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada dirinya sendiri, seketika Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi sampai hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari)
Hukuman ini dirasakannya di dunia akibat sifat ujub. Seandainya ia lolos dari hukuman tersebut di du-nia, yang jelas amalnya pasti terhapus. Dalilnya adalah hadits yang menceritakan tentang seorang yang bersumpah atas nama Allah bahwa si Fulan tidak akan diampuni, ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni si Fulan dan menghapus amalnya sendiri.
Dengan begitu kita harus berhati-hati dari sifat ujub ini, dan hendaknya kita memberikan nasihat kepada orang-orang yang terkena penyakit ujub ini, yaitu orang-orang yang menganggap hebat amal mereka dan menyepelekan amal orang lain. Allahu A’lam.
Cara menanggulangi Penyakit ‘ujub
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap orang muslim agar dirinya terhindar dari penyakit ‘ujub, diantaranya adalah :
1. Selalu mengingat akan hakikat diri
Orang yang kagum pada diri sendiri hendaknya sadar bahwa nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah Alloh l. Andaikan nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tidak ada harganya lagi sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya pertama-tama dibuat dari tanah yang diinjak-injak manusia dan binatang, kemudian dari air mani yang hina, yang setiap orang merasa jijik melihatnya, lalu kembali lagi ke tanah dan menjadi bangkai yang berbau busuk dan setiap orang tidak suka mencium baunya.
2. Selalu sadar akan hakikat dunia dan akherat
Hendaklah seseorang selalu sadar bahwa dunia adalah tempat menanam kebahagiaan kehidupan akherat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya panjang, namun tetap akan mati, kemudian hidup di sebuah kampung abadi yaitu akherat. Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang untuk meluruskan akhlaknya yang bengkok, sebelum nafasnya meninggalkan jasadnya dan sebelum hilang kesempatan untuk bertaubat.
3. Selalu mengingat nikmat Alloh
Alloh l berfirman :
“Dan jika kamu menghitung nikmat Alloh, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.” (QS. Ibrohim : 34)
Dengan kesadaran seperti ini, seseorang akan merasa lemah dan merasa butuh kepada Alloh, sehingga dia akan membersihkan diri dari penyakit kagum diri dan berusaha terhindar darinya.
4. Selalu ingat tentang kematian dan kehidupan setelah mati
Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang meninggalkan perasaan kagum diri karena takut akan berbagai kesengsaraan hidup setelah mati.
5. Tidak berkawan dengan orang yang kagum diri
Sebaiknya, berkawanlah dengan orang-orang yang tawadhuk dan memahami status dirinya. Hal semacam itu sangat membantu seseorang untuk meninggalkan perangai buruk kagum diri.
6. Memperhatikan keadaan orang yang sedang sakit, bahkan keadaan orang yang meninggal dunia, ziarah kubur dan merenungkan keadaan ahli kubur
Cara semacam ini akan mendorong seseorang untuk meninggalkan perasaan kagum diri dan panyakit hati lainnya.
7. Selalu bermuhasabah (Introspeksi diri)
Dengan demikian, mudah dideteksi gejala awal dari segala bentuk penyakit hati, terutama penyakit kagum diri. Dengan demikian, penyakit ini akan mudah diobati.
8. Selalu memohon bantuan dari Alloh
Dengan cara berdoa dan senantiasa memohon perlindungan dari-Nya agar terhindar dari penyakit kagum diri dan tidak terjerumus ke dalamnya.
9. Penyembuhan dengan Al Qur’an
Al Qur’an sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit hati, khususnya penyakit ‘ujub dan berbagai sebabnya. Karena Al Qur’an telah mengenalkan diri kita kepada Alloh, dan Al Qur’an juga telah mengenalkan diri kita kepada kita, yaitu kelemahan, kemiskinan, dan kebutuhan kepada Alloh. Maka tidaklah pantas jika seseorang mengagumi dirinya sendiri sementara dia adalah makhluk yang tak mampu berdiri sendiri. Al Qur’an juga telah mengingatkan kita akan akibat dari penyakit ‘ujub, sombong, dan bangga diri. Seperti halnya kisah Fir’aun, Qorun, dan lain sebagainya.(@ys_N)
Referensi :
Al Ghozali, Menjelang Hidayah
Sa’id Hawa, Mensucikan Jiwa
Dr. Sayyid Muhammad Nuh, Menggapai Ridla Illahi
Dr. Majdi Al Hilali
 
 
Ujub artinya merasakan kelebihan pada dirinya tanpa melihat siapa yang memberikan kelebihan itu. Ia adalah penyakit hati yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala, jika nampak atsar/pengaruhnya kepada lahiriah seseorang seperti sombong dalam berjalan, merendahkan manusia, menolak kebenaran dsb. maka yang nampak ini disebut dengan kibr atau khuyala’ (kesombongan). Dan memang sebab munculnya kesombongan adalah karena adanya ujub di hati. Ujub adalah salah satu penyakit hati di samping hasad (dengki), kibr (sombong), riya’, dan mahabbatuts tsanaa’ (mencintai sanjungan). (Redaksi, www.khotbahjumat.com).
***بسم الله الرحمن الرحيم
Ujub, Penyakit Hati yang Sangat Berbahaya
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”
أما بعد
Jamaah Jumat rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita untuk beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Namun hendaknya seorang hamba ketika mengerjakan ketaatan dan mendapatkan kenikmatan merasakan karunia yang diberikan Allah Ta’ala dan taufiq (pertolongan)-Nya kepada dirinya, sehingga dia dapat mengerjakan ketaatan tersebut.
Allah-lah yang memberikan kenikmatan dan memudahkannya untuk mengerjakan ketaatan, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Nya. Dengan begitu sikap ujub -yang muncul karena melihat kelebihan pada dirinya serta tidak merasakan karunia dan taufik Allah- akan hilang.
Pengertian Ujub
Ujub artinya merasakan kelebihan pada dirinya tanpa melihat siapa yang memberikan kelebihan itu. Ia adalah penyakit hati yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala, jika nampak atsar/pengaruhnya kepada lahiriah seseorang seperti sombong dalam berjalan, merendahkan manusia, menolak kebenaran dsb. maka yang nampak ini disebut dengan kibr atau khuyala’ (kesombongan). Dan memang sebab munculnya kesombongan adalah karena adanya ujub di hati. Ujub adalah salah satu penyakit hati di samping hasad (dengki), kibr (sombong), riya’, dan mahabbatuts tsanaa’ (mencintai sanjungan).
Hukum ujub
Ujub hukumnya haram dan termasuk dosa-dosa besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلاَتُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَتَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Ada yang mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah janganlah kamu alihkan rahang mulutmu ketika disebut nama seseorang di hadapanmu seakan-akan kamu meremehkannya. Sedangkan maksud “orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” adalah orang-orang yang ujub terhadap dirinya dan membanggakan dirinya di hadapan orang lain.
Bahkan sebagian ulama ada yang memasukkan ujub ke dalam bagian syirk yang dapat menghapuskan amalan. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuilah, bahwa ikhlas terkadang dihinggapi penyakit ujub. Siapa saja yang merasa ujub karena amal yang dilakukannya, maka akan hapuslah amalnya…dst.”
Contoh Ujub
Di dalam Alquran disebutkan kisah Qarun (lih. Al Qashsash 76-83). Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya harta yang banyak di mana kunci-kuncinya sungguh berat sampai dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat.
Kaumnya telah mengingatkan Qarun agar jangan bersikap sombong karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong, namun nasihat itu dijawabnya dengan mengatakan, “Sesungguhnya aku diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku", yakni kalau bukan karena Allah ridha kepadaku dan Dia mengetahui kelebihan pada diriku, tentu aku tidak diberikan harta ini (sebagaimana dikatakan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرَ جَمْعًا وَلاَيُسْئَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
“Dan apakah ia (yakni Qarun) tidak mengetahui, bahwa Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” (QS. Al Qashshas: 78)
Qarun terkena penyakit ujub dan sombong. Suatu hari ia keluar kepada kaumnya dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan para pengawalnya untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya, maka Allah benamkan dia dan rumahnya ke dalam bumi akibat kesombongannya.
Contoh lain ujub adalah seperti dalam hadis riwayat Abu Dawud, bahwa ada dua orang bersaudara di zaman bani Israil, yang satu mengerjakan dosa, sedangkan yang satu lagi rajin beribadah.
Orang yang rajin beribadah ini senantiasa memperhatikan saudaranya yang mengerjakan dosa sambil berkata, “Berhentilah (melakukan dosa)!”, suatu ketika orang yang rajin beribadah ini memergoki saudaranya sedang mengerjakan dosa, lalu ia berkata, “Berhentilah (melakukan dosa)!” Namun saudaranya balik menjawab, “Demi Tuhanku, biarkanlah diriku, dan memangnya kamu dikirim untuk mengawasiku?” Maka orang yang rajin beribadah itu berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau tidak akan memasukkanmu ke surga.” Maka Allah mencabut nyawa keduanya, dan keduanya berkumpul bersama di hadapan Allah. Allah berfirman kepada orang yang rajin beribadah, “Apakah kamu mengetahui Diriku atau berkuasa terhadap apa yang Aku lakukan dengan Tangan-Ku?”, maka Allah berfirman kepada orang yang mengerjakan dosa, “Pergilah dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku”, sedangkan kepada yang satu lagi Allah berfirman, “Bawalah dia ke neraka.”
Abu Hurairah yang meriwayatkan hadis ini berkata, “Demi Allah yang diriku di Tangan-Nya, ia telah mengucapkan kata-kata yang membuat dirinya binasa dunia dan akhirat.”
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ اَهْلَكَهُمْ
“Barangsiapa yang mengatakan “Orang-orang telah binasa”, maka sebenarnya kata-kata itu telah membinasakannya.”
Imam Malik berkata –menerangkan hadis di atas-: “Apabila ia mengucapkan kata-kata itu karena melihat keadaan orang-orang yakni agamanya (yang kurang), saya kira hal itu tidak mengapa…, akan tetapi apabila ia mengucapkan kata-kata itu karena merasa ujub dengan dirinya dan merendahkan manusia, maka hal itu dibenci dan dilarang.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَنْ تَعَاظَمَ فِي نَفْسِهِ, وَاخْتَالَ فِي مِشْيَتِهِ, لَقِيَ اَللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ
“Barangsiapa menganggap besar dirinya dan bersikap sombong dalam berjalan, ia akan menemui Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya.” (HR. Hakim dan para perawinya dapat dipercaya)
Maksud “menganggap besar dirinya” adalah merasa dirinya sebagai orang besar dan pantas untuk dimuliakan.
Dari keterangan di atas, dapat kita ketahui bahwa ujub menghalangi seseorang dari mencapai kesempurnaan, ia juga sebab yang membuat seseorang binasa di dunia dan akhirat; betapa banyak kenikmatan berubah menjadi siksaan, kekuatan menjadi kelemahan, kemulian menjadi kehinaan akibat ujub. Selain itu ujub dapat menutupi kebaikan pada seseorang, menampakkan keburukan dan mendatangkan celaan. Di antara akibat lainnya adalah mendapatkan kekalahan, penyebab turunnya murka Allah, mendapatkan kebencian dari manusia dan dapat menghapuskan amal shalih.
Perhatikanlah peristiwa perang Hunain, karena ujub jumlah yang banyak menjadi tidak berarti apa-apa, lih At Taubah: 25.
Nasihat Ulama Salaf Tentang Ujub
Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah
Berikut ini ada beberapa nasihat para ulama dan orang-orang shaleh tentang ujub.
Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu berkata, “Janganlah sekali-kali kamu meremehkan seorang muslim, karena orang muslim yang rendah itu di hadapan Allah adalah mulia.”
Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Sesungguhnya kalian telah lalai dari ibadah yang paling utama, yaitu tawaadhu’ (lawan ujub dan sombong).”
Aisyah juga pernah ditanya, “Kapankah seseorang telah bersalah?” Ia menjawab, “Ketika dirinya mengira bahwa ia orang yang terbaik.”
Qatadah rahimahullah pernah berkata, “Barangsiapa yang diberikan harta, kecantikan, pakaian maupun ilmu, kemudian ia tidak bertawadhu’, maka nanti akan menjadi musibah baginya pada hari kiamat.”
Muhammad bin Wasi’ berkata, “Kalau sekiranya dosa itu dapat tercium baunya, tentu tidak seorang pun yang akan mau duduk bersamaku.”
Dalam riwayat disebutkan bahwa Umar bin Abdul ‘Aziz apabila berkhutbah di atas mimbar, lalu dirinya khawatir tertimpa ujub, maka ia memutuskan khutbahnya. Dan apabila ia menulis tulisan yang di sana membuatnya ujub, maka ia merobeknya dan berkata, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan diriku.”
Ibnu Rajab berkata, “Seorang mukmin sepatutnya senantiasa melihat dirinya jauh dari derajat yang tinggi, sehingga dengan begitu ia mendapatkan dua pelajran berharga; sungguh-sungguh dalam mengejar keutamaan serta berusaha menambahnya lagi dan melihat dirinya dengan penglihatan yang kurang.”
Ibnul Qayyim berkata, “Berhati-hatilah dari sikap berlebihan (mengatakan) “saya”, “saya memiliki” dan “milik saya”, karena lafaz-lafaz tersebut telah membuat Iblis, Firaun dan Qarun tertimpa cobaan. “Saya lebih baik darinya” diucapkan Iblis. “Saya memiliki kerajaan Mesir” diucapkan Firaun dan “Sesungguhnya aku diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” diucapkan Qarun.”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار

Sebab Munculnya Ujub
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Setelah kita mengetahui pengertian ujub, bahaya, dan nasihat-nasihat untuk menjauhi ujub, kita juga harus mengetahui sebab munculnya ujub.
Di antara sebab timbulnya ujub adalah karena lemahnya keyakinan dan kurangnya meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala, lupa terhadap dirinya yang memiliki kekurangan dan kelemahan, tidak menyadari bahwa hati mudah berbalik, tidak mentadabburi (memikirkan) kandungan Alquran dan pelajaran-pelajaran yang ada di dalamnya, tidak mengetahui hakikat dunia, kehidupannya yang sementara dan rendahnya nilai dunia, kecerdasan akal dan pengalamannya yang kurang serta tidak mengetahui apa yang akan terjadi di balik sesuatu, tidak bersyukur terhadap nikmat Allah yang begitu banyak, merasa aman dari makar Allah ‘Azza wa Jalla. Termasuk sebab munculnya ujub adalah tidak melihat sejarah orang-orang terdahulu yang telah binasa. Allah Ta'aala berfirman:
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَءَاثَارًا فِي اْلأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَاكَانَ لَهُم مِّنَ اللهِ مِن وَاقٍ
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu lebih hebat kekuatannya daripada mereka …dst. (QS. Al Mu’min: 21)
Di samping, hal-hal di atas, di antara sebab yang dapat memunculkan ujub adalah sering mendapatkan pujian dan sanjungan. Oleh karena itu, Abu Bakr Ash Shiddiq ketika dipuji oleh orang lain ia bertawadhu’ dan berkata,
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِيْ مَا لاَيَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْنَ
“Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari yang mereka kira, ampunilah kesalahanku yang mereka tidak mengetahuinya dan janganlah Engkau hukum diriku karena ucapan mereka.” (lih. Tarikhul khulafa’ 117)
Mazhaahir (Fenomena) Ujub
Fenomena yang timbul dari ujub banyak sekali, di antaranya adalah menolak kebenaran, merendahkan manusia, tidak mau bermusyawarah, tidak mau menuntut ilmu syar’i, melabuhkan kain melewati mata kaki, sombong dalam berjalan, berbangga-bangga dalam hal ilmu, melirik dengan nada merendahkan, berbangga-bangga dengan keturunan dan nasab, menyelisihi manusia dengan maksud agar dikenal, memuji diri sendiri, melupakan dosa-dosa dan menganggapnya sedikit, selalu berbuat maksiat, tidak semangat menjalankan ketaatan karena merasa sudah mencapai tingkatan yang tinggi, dan tampil sebelum memiliki keahlian.

Macam-Macam Ujub
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Ujub bisa menimpa ilmu, akal dan ra’yu/pendapatnya, harta, kekuatan, kemuliaan, penampilan, ibadah dsb.
Menimpa ilmu, misalnya seseorang merasa sudah banyak ilmunya sehingga tidak mau menambah lagi, atau membuatnya meremehkan ulama.
Menimpa akal dan pendapat, misalnya ujubnya orang-orang filsafat dengan akalnya. Mereka mengira cukup dengan akal, semuanya bisa dijangkau, termasuk hal ghaib. Dan ujubnya ahlul bid’ah, mereka menyangka bahwa cara ibadah yang mereka adakan lebih baik daripada yang disebutkan dalam sunah.
Menimpa harta, misalnya seseorang merasa sudah banyak hartanya, akhirnya ia bersikap boros dan berlebihan.
Menimpa kekuatan, misalnya seseorang merasa paling kuat, seperti kaum ‘Aad, mereka mengatakan, “Siapakah yang lebih kuat daripada kita?” akhirnya Allah menimpakan kehinaan kepada mereka di dunia dan akhirat.
Menimpa kemuliaan, misalnya karena merasa sebagai orang mulia, membuat dirinya malas bekerja dan enggan mengejar keutamaan.
Obat Penyakit Ujub
Untuk mengobati penyakit ujub di antaranya adalah dengan berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari penyakit ini, menyadari kekurangan pada dirinya, menyadari bahwa apa yang diberikan Allah berupa ilmu, harta, kekuatan dsb. bisa saja dicabut-Nya besok jika Allah menghendaki, meyakini bahwa ketaatan seorang hamba betapa pun banyak, namun tetap saja tidak dapat menyamai pemberian Allah kepada kita, mengambil pelajaran dari orang-orang terdahulu yang telah binasa, menyadari bahwa selainnya ada yang lebih utama daripada dirinya dan mengetahui akibat buruk dari sifat ujub.
Tawaadhu’
Kebalikan dari sombong dan ujub adalah tawaadhu’. Tawaadhu’ adalah merendahkan diri kepada Allah dan rendah hati kepada hamba-hamba-Nya dalam arti bersikap sayang dan tidak merasa dirinya lebih di atas mereka, bahkan melihat orang lain melebihi dirinya dalam hal keutamaan. Tentang keutamaan tawadhu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Tidaklah Allah menambahkan hamba-Nya yang sering memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ karena Allah kecuali Allah Ta’ala akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
Mudah-mudahan Allah menjaga kita dan melindungi kita dari sifat ujub, berbangga diri, agar amal ibadah kita tidak sia-sia. Dan mudah-mudahan Allah memaafkan dan mengampuni sikap ujub yang telah kita lakukan, baik disadari ataupun tidak.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا
أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Marwan bin Musa
Maraji’: Al ‘Ujb (Umar bin Musa Al Haafizh), Al Misbahul Munir fii Tahdzib tafsir Ibnu Katsir, Minhajul Muslim, dll.

Pengertian 'Ujub
'Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.
Ibnul Mubarok pernah berkata, "Perasaan 'ujub adalah ketika engkau merasa bahwa dirimu memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain."
Imam Al Ghozali menuturkan, "Perasaan 'ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Allah Azza wa Jalla."
Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu ?
Allah berfirman :
"Bagi Allah semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya." (QS. Al Maidah : 120)
Maksud dari ayat di atas adalah apapun yang kita miliki, semuanya adalah milik Allah yang dipinjamkan kepada kita agar kita dapat memanfaatkannya dan sebagai ujian bagi kita. Tidak seorangpun yang memiliki sesuatu di alam semesta ini walaupun sekecil atom kecuali Allah Ta'ala.
Faktor Penyebab Timbulnya 'Ujub:
Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan perasaan 'ujub di hati setiap orang, di antaranya adalah :
1. Banyak dipuji orang
Pujian seseorang secara langsung kepada orang lain, dapat menimbulkan perasaan 'ujub dan egois pada diri orang yang dipujinya. Makin lama perasaan itu akan menumpuk dalam hatinya, maka ia akan semakin dekat kepada kebinasaan dan kegagalan sedikit demi sedikit. Karena orang yang mempercayai pujian itu akan selalu merasa bangga dan dirinya punya kelebihan, sehingga menjadikannya malas untuk berbuat kebajikan. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah terkejut ketika melihat seseorang yang memuji orang lain secara langsung, sampai-sampai beliau bersabda, "Sungguh dengan pujianmu itu, engkau dapat membinasakan orang yang engkau puji. Jikalau ia mendengarnya, niscaya ia tidak akan sukses."
2. Banyak meraih kesuksesan
Seseorang yang selalu sukses dalam meraih cita-cita dan usahanya, akan mudah dirasuki perasaan 'ujub dalam hatinya, karena ia merasa bisa mengungguli orang lain yang ada di sekitarnya dan tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang diraihnya adalah atas kehendak Allah yang Maha Kuasa.
3. Kekuasaan
Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan bertindak tanpa ada protes dari orang yang ada di sekelilingnya, dan banyak orang yang kagum dan memujinya. Fenomena semacam ini akan menyebabkan hati seseorang mudah dimasuki perasaan 'ujub. Seperti kisah Raja Namrud yang menyebut dirinya sebagai Tuhan, karena dia menjadi seorang penguasa. Dan seandainya dia lemah dan miskin, tentulah tidak akan menyebut dirinya sebagai Tuhan.
4. Tersohor di kalangan orang banyak
Tersohor di kalangan orang banyak merupakan cobaan besar bagi diri seseorang. Karena semakin banyak yang mengenalnya, maka dia semakin kagum terhadap dirinya sendiri. Semuanya itu akan memudahkan timbulnya perasaan 'ujub pada hati seseorang.
5. Mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang tinggi
Orang yang mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang lebih, biasanya merasa bangga dengan dirinya sendiri dan egois, karena merasa mampu dapat menyelesaikan segala permasalahan kehidupannya tanpa campur tangan orang lain. Kondisi seperti itu akan melahirkan sikap otoriter dengan pendapatnya sendiri. Tidak mau bermusyawarah, menganggap bodoh orang-orang yang tak sependapat dengannya, dan melecehkan pendapat orang lain.
6. Memiliki kesempurnaan fisik
Orang yang memiliki kesempurnaan fisik seperti suara bagus, cantik, postur tubuh yang ideal, tampang ganteng dan sebagainya, lalu ia memandang kepada kelebihan dirinya dan melupakan bahwa semua itu adalah nikmat Allah yang bisa lenyap setiap saat, berarti orang tersebut telah kemasukan sifat 'ujub.
7. Lalai atau tidak memahami hakikat dirinya sendiri.
Apabila seseorang lalai atau tidak memahami hakikat bahwa dirinya berasal dari air yang hina serta akan kembali ke dalam tanah, kemudian menjadi bangkai, maka orang seperti ini akan mudah merasa bahwa dirinya hebat. Perasaan seperti ini akan diperkuat oleh bisikan setan yang pada akhirnya akan muncul sifat kagum terhadap diri sendiri.
Bahaya 'Ujub
Sifat 'ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Diantara dampak dari sifat 'ujub tersebut adalah :
1. Membatalkan pahala
Seseorang yang merasa 'ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia. Karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rasulullah Shallallahu "Alaihi Wasallam bersabda :
"Tiga hal yang membinasakan : Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri." (HR. Thabrani).
2. Menyebabkan Murka Allah Azza wa Jalla
Rasulullah bersabda, "Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Allah. Sedang seseorang yang merasa 'ujub, maka ia menanti murka Allah." (HR. Baihaqi)
Perasaan 'ujub menyebabkan murka Allah, karena 'ujub telah mengingkari karunia Allah yang seharusnya kita syukuri.
3. Terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur.
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur. Rasulullah bersabda, " Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa'i)
4. Menyebabkan mengumbar nafsu dan melupakan dosa-dosa
Seseorang yang mempunyai perasaan 'ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Rasulullah bersabda, "Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub." (HR. Al Bazzar).
5. Menyebabkan orang lain membenci pelakunya.
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri dan sombong. Oleh karena itu, orang yang 'ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustofa As Sibai berkata, "Separuh kepandaian yang disertai tawadhu' lebih disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai kecongkakan."
6. Menyebabkan Su'ul Khotimah dan kerugian di Akherat
Rasulullah bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras." (HR. Nasa'i)
Orang yang mempunyai sifat 'ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan.
Syaidinna Umar pernah berkata,"Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka."
Qotadah berkata, "Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhu', maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat."
Cara menanggulangi Penyakit 'ujub
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap orang muslim agar dirinya terhindar dari penyakit 'ujub, diantaranya adalah :
1. Selalu mengingat akan hakikat diri
Orang yang kagum pada diri sendiri hendaknya sadar bahwa nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah Allah Azza wa Jalla. Andaikan nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tidak ada harganya lagi sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya pertama-tama dibuat dari tanah yang diinjak-injak manusia dan binatang, kemudian dari air mani yang hina, yang setiap orang merasa jijik melihatnya, lalu kembali lagi ke tanah dan menjadi bangkai yang berbau busuk dan setiap orang tidak suka mencium baunya.
2. Selalu sadar akan hakikat dunia dan akherat
Hendaklah seseorang selalu sadar bahwa dunia adalah tempat menanam kebahagiaan kehidupan akherat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya panjang, namun tetap akan mati, kemudian hidup di sebuah kampung abadi yaitu akherat. Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang untuk meluruskan akhlaknya yang bengkok, sebelum nafasnya meninggalkan jasadnya dan sebelum hilang kesempatan untuk bertaubat.
3. Selalu mengingat nikmat Allah Ta'ala
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman :
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya." (QS. Ibrahim : 34)
Dengan kesadaran seperti ini, seseorang akan merasa lemah dan merasa butuh kepada Allah, sehingga dia akan membersihkan diri dari penyakit kagum diri dan berusaha terhindar darinya.
4. Selalu ingat tentang kematian dan kehidupan setelah mati
Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang meninggalkan perasaan kagum diri karena takut akan berbagai kesengsaraan hidup setelah mati.
5. Tidak berkawan dengan orang yang kagum diri
Sebaiknya, berkawanlah dengan orang-orang yang tawadhu' dan memahami status dirinya. Hal semacam itu sangat membantu seseorang untuk meninggalkan perangai buruk kagum diri.
6. Memperhatikan keadaan orang yang sedang sakit, bahkan keadaan orang yang meninggal dunia, ziarah kubur dan merenungkan keadaan ahli kubur
Cara semacam ini akan mendorong seseorang untuk meninggalkan perasaan kagum diri dan panyakit hati lainnya.
7. Selalu bermuhasabah (Introspeksi diri)
Dengan demikian, mudah dideteksi gejala awal dari segala bentuk penyakit hati, terutama penyakit kagum diri. Dengan demikian, penyakit ini akan mudah diobati.
8. Selalu memohon bantuan dari Allah
Dengan cara berdoa dan senantiasa memohon perlindungan dari-Nya agar terhindar dari penyakit kagum diri dan tidak terjerumus ke dalamnya.
9. Penyembuhan dengan Al Qur'an
Al Qur'an sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit hati, khususnya penyakit 'ujub dan berbagai sebabnya. Karena Al Qur'an telah mengenalkan diri kita kepada Allah, dan Al Qur'an juga telah mengenalkan diri kita kepada kita, yaitu kelemahan, kemiskinan, dan kebutuhan kepada Allah. Maka tidaklah pantas jika seseorang mengagumi dirinya sendiri sementara dia adalah makhluk yang tak mampu berdiri sendiri. Al Qur'an juga telah mengingatkan kita akan akibat dari penyakit 'ujub, sombong, dan bangga diri. Seperti halnya kisah Fir'aun, Qarun, dan lain sebagainya.
NASEHAT UTK DIRIKU,DIRIMU,UTK KITA SEMUA..
( Hanya sebagai renungan,bagi yg tdk menyukainya abaikan saja,tdk menerima segala apa yg dipertentangkan,tdk juga mengharap penerimaan atas apa yg disampaikan,segalanya dilaksanakan hanya demi Allah semata )
Barakallahu  

Macam dan Cara Mengobati Sifat Ujub

Pada suatu hari Rasulullah Saw., Melihat orang-orang berkumpul menggerumuni seorang laki-laki yang mengamuk karena gila. lantas Rasulullah Saw, bertanya Ada apa? mereka menjawab orang ini majnun (gila) wahai Rasulullah! Rasullah Saw besabda:Ia tidak majnun tetapi mushaabun (orang yang di timpa musibah penyakit). Seraya Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya yang di katakan majnun itu adalah orang selalu menepuk bahunya (dadanya) karena takabur, yang melihat di dua sisinya (ujub), dan sombong cara berjalannya.” (Al-nibayah 1 : 309).
Apa yang di sabdakan Rasulullah Saw itu, mengundang pertanyaan di hati para sahabat pada waktu itu. Tetapi mereka sadar itulah nasehat Rasulullah Saw. Yang selalu di selipkan dalam setiap pembicaraan yang perlu di renungkan, dan baru di pahami setelah kian lama di pikirkan. sungguh merupakan ucapan yang filosofis.
Kita sering melihat di kehidupan sehari-hari orang-orang yang tidak waras akalnya. Pakaiannya kotor penuh debu, makan minum tidak terurus, tidur di mana saja, Dan omongannya juga tidak karuan. Ada kalanya mereka di perlakukan tidak secara manusiawi. Diejek, dihina, diperolok-olokan, dan dijadikan bahan guyonan. Padahal tidak seharusnya di perlakukan demikian, karena mereka itu sedang sakit, di timpa musibah penyakit yang menutupi fungsi akalnya. kasihanilah mereka, dan itulah yang di katakan Rasulullah Saw, Al-Mushab (orang yang di timpa musibah).

Sebaliknya Rasulullah mengatakan, justu yang di sebut majnun itu adalah orang yang sehat jasmaniyahnya, berakal tetapi tidak dapat memfungsikan akalnya secara benar. Ini di tandai dengan suka menepuk dada, merasa Dia yang paling hebat dan berjasa dengan segala macam keberhasilan. Ia ujub dan takabur dengan segala atribut yang di pakainya.
Mereka gagah dan ma shiyyat, merasa modern dan maju dengan perilaku yang hebat jika melakukan menimpang dari ketentuan agamanya. Di manakah akal sehat mereka itu? jawabnya majnun, tertutup rapat.
Rasulullah Saw bersabda : Ada tiga macam yang dapat membinasakan manusia, yaitu: mengikuti kerakusan atau ketamakan, mengikuti hawa nafsu dan merasa megah dengan apa-apa yang ada pada dirinya. Yang di maksud dengan majnun yang di sabdakan nabi tadi, ialah orang yang dihinggapi sifat ujub, yang selanjutnya melahirkan ketakaburan.
Ujub ini adalah gambaran kejiwaan yang sangat berlebih-lebihan, saat seseorang menganggap dirinya paling hebat di bandingi yang lainnya. Ia merasa paling pintar, paling gagah, paling kaya, paling berkuasa, paling dominan dan sebagainya. Pokoknya Dia merasa orang super dalam segala hal, yang akhirnya memicu siafat arogansi dalam dirinya, menghina dan melecehkan orang lain.
Sifat percaya diri memang harus ada dalam diri seseorang ,merasa senang dan gembira di persilahkan, tetapi jika sudah memasuki ketekaburan dan menganggap rendah terhadap yang lain, inilah yang dikatakan ujub yang di larang agama.
Siti Aisyah ra., pernah di tanya ; kapan seseorang di katakan melakukan perbuatan jelek? beliau menjawab: Justru ketika Ia melakukan perbuatn baik. Maksudnya di saat seseorang melakukan perbuatan yang baik, tetapi dalam dirinya ada perasaan bahwa hanya dirinyalah yang dapat melakukan hal itu, orang lain tidak ada, timbul takabur dalam dirinya.
Ujub ini di golongkan kepada akhlak radzilah (rendah) yang harus di hindari. Manusia harus ingat dan sadar, bahwa Allah menciptakan manusia ini dalam bentuk tubuh yang indah di banding dengan makhluk lainnya. Kemudian Allah SWT pun melebihkan manusia satu dari yang lainnya, dalam harta atau kedudukan , fisik, dan kepintarannya.
Akibat buruk dari ujub ini ialah hilangnya rasa saling hormat menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya, menanamkan kebencian, dan yang paling parah ialah jika yang di jadikann pendorong ujub itu kemegahan yang semu, merasa paling hebat, padahal di dalamnya itu kropos. Ia tidak sadar bahwa orang lain mengetahui kelemahannya. sungguh ini adalah pembodohan terhadap dirinya sendiri. Bukankah ada peribahasa sepintar-pintarnya tupai melompat , adakalanya terjatuh jua.
Ulama mengatakan, bahwa sifat ujub ini tidak berdiri sendiri, tapi ada penunjangnya, ada pemicunya, Artinya ada bahan-bahan yang dapat dijadikan alat untuk melakukan ujub.
Ada delapan macam yang dapat menjadi pemicu sifat ini. berikut ini macam-macamnya dan cara pengobatannya.
Pertama, ujub dengan merasa megah dan kelebihan dalam fisik dan bentuk badannya. Ia merasa bahwa fisiknya lebih hebat, lebih cantik atau lebih tampan dan kuat dari yang lainnya. di tambah dengan suaranya yang lebih merdu. lantas ia over acting, takabur dan merendahkan yang lainnya. ia merasa bahwa semua itu hasil jerih payahnya. padahal semua itu adalah pemberian Tuhan yang maha kuasa yang harus di syukuri. Ia sibuk mengurus dirinya, tetapi melupakan sang pencipta yang telah menganugerahkan ni’mat kepadanya. Waktu-waktunya di habiskan untuk memamerkan keindahan tubuhnya, kemerduan suaranya, dan kecantikan parasnya. pujian yang di harapkannya, tepuk tangan dan sorak sorai dambaannya. materi atau uang semata-mata di carinya.
Kedua, ujub dengan merasa megah dan hebat karena mengendalikan kekuatan fisiknya, dalam melawan musuh. Ia takabur dan susumbar bahwa tidak akan ada orang yang dapat mengalahkan Dia. Ini adalah sikap yang keliru, karena akan menghilangkan kewaspadaannya. Ia akan lemah karena menganggap enteng lawan. Oleh sebab itu, banyak kekalahan-kekalahan yang di derita oleh suatu kaum bukan karena tidak dilatih atau tidak menggunakan alat alat canggih, tetapi kecolongan menganggap enteng kepada lawan. untuk pengobatannya tidak ada jalan lain kecuali manusia harus ingat, bahwa semakin tambah usia dari segi jumlah akan semakin menurun dari segi kekuatan badannya. tenaga dari hari ke hari semakin melemah, kosentrasi dan pemikiran juga semakin menurun. Ia harus sadar dalam sejarah orang yang ujub, takabur dengan kekuatannya, maka Allah yang akan menghancurkannya.
Ketiga, Orang yang ujub dengan ilmu, akal dan kecerdikannya dalam memahami ilmu-ilmu agama dan juga urusan-urusan keduaniaannya. Umumnya orang yang demikian itu merasa dan menggap dirinya paling pintar. merasa bahwa pendapatnya paling benar. Ia dapat bersilat lidah, tetapi bukan kebenaran yang di cari, popularitas murahan yang ia dambakan. Tidak mau bermusyawarah karena yang lain di anggap bodoh. jarang bertanya kepada yang lain karena merasa cukup dengan ilmunya hasil otodidaknya. Padahal adakalanya belajar sendiri tanpa guru akan menemui kekeliruan, karena kecerdasan itu ada batasnya. Ia menganggap rendah bahkan menghina kepada orang yang bersebrangan paham dengannya.
Keempat, Ujub atau merasa megah dan bangga dengan keturunan. Artinya sombong dirinya, karena ia merasa dirinya turunan ningrat atau bangsawan. Biasanya orang yang demikian itu menganggap bahwa dirinyalah yang harus di hormati dan di muliakan. Ia harus di perioritaskan dalam segala hal. ia selalu mebayangkan bahwa orang yang ada di sekitarnya itu adalah pembantunya, atau khadamnya yang dapat di perlakukan seenaknya saja. Dia merasa menjadi Raja di lingkungan masyarakatnya. Timbullah sifat sombong dan angkuhnya.
Kelima, orang yang ujub dan ta jub dengan pemimpinnya yang zhalim. Ia merasa megah mempunyai pemimpin yang hebat dalam pidatonya, banyak para pengawalnya, bertumpuk harta kekayaannya, tinggi kekuasaannya, luas pengaruhnya. sehingga si pemimpin zhalim ini menjadi idolanya. Ia hanya memandang dari luarnya, tidak memperhatikan bagaimana agama dan ilmu dari sang pemimpin itu. Maka terjadilah pengultusan atau pendewaan terhadap seseorang. Sebenaranya ini adalah kebodohan yang sangat besar.
Keenam, orang yang merasa megah, gagah karena banyak anaknya yang dapat di andalkan, banyak pembantu rumah tangganya, banyak kerabat dan handai taulannya, banyak teman-teman sekantornya, tak terhitung pendukung dan pengikutnya, punya backing dan pengawal yang kuat dan sebagainya. Ia mengganggap bahwa dirinya tidak akan tergoyahkan. timbullah sifat ujubnya, takabur dan menghina orang.
Ketujuh, Orang yang merasa hebat karena harta yang berlimpah ruah. Ia sombong, takabur, dan riya dengan hartanya itu. Seolah-olah Dia saja yang yang kaya. Tinggi dalam ucapannya, over acting dalam tindakannya, tidak mau kenal dengan yang miskin, suka pamer kekayaan, dan hidupnya mewah. Ia suka infak atau zakat tetapi dasarnya riya. Dambaannya tiada lain hanya ingin menambah kendaraannya yang lebih mewah, gedungnnya yang tinggi menjulang, makannya yang lezat-lezat, pakaian yang mahal-mahal. Uruasan agamanya terbangkalai.
Kedelapan, Orang yang ujub dengan hasil pemikirannnya, yang keliru atau salah, (Al-Rayu al-khata). Lalu Ia dengan mati-matian mempertahankan pahamnya yang keliru itu, karena merasa benar, yang lain salah. Inilah yang di sabdakan Rasulullah Saw. Bahwa yang akan melanda umat di akhir zaman ialah ujubnya orang yang mempunyai pendapat terhadap paham atau pendapatnya itu. Di sisi lain akan membinasakan umat, sehingga cerai berai jauh dari petunjuk Al-Qur’an dan As-sunnah, dan tiap-tiap firkah merasa megah dengan apa yang ada pada mereka. Umumnya Ahli bid’ah dan aliran-aliran sesat mereka enggan atau tidak mau meninggalkan pendapatnya atau bid’ahnya itu, karena menganggap pendapatnya itu adalah baik dan benar.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan