Sabtu, 2 Mei 2015

DUNIA INI IBARAT BANGKAI.....









Kisah haji mabrur tanpa berhaji Suatu ketika Hasan Al-Basyri menunaikan ibadah haji. Ketika beliau sedang istirahat, beliau bermimpi. Dalam mimpinya beliau melihat dua Malaikat sedang membicarakan sesuatu. "Rasanya orang yang menunaikan haji tahun ini, banyak sekali", komentar salah satu Malaikat. "Betul" Jawab yang lainya "Berapa kira - kira jumlah keseluruhan?" "Tujuh ratus ribu" "Pantas" "Eh, kamu tahu nggak, dari jumlah tersebut berapa kira - kira yang mabrur", selidik Malaikat yang mengetahui jumlah orang - orang haji tahun itu. "Wah, itu sih urusan Allah" "Dari jumlah itu, tak satupun yang mendapatkan haji Mabrur" "Kenapa?" "Macam - macam, ada yang karena riyak, ada yang tetangganya lebih memerlukan uang tapi tidak dibantu dan dia malah haji, ada yang hajinya sudah berkali - kali, sementara masih banyak orang yang tidak mampu, dan berbagai sebab lainya". "Terus?" "Tapi masih ada, orang yang mendapatkan Pahala haji mabrur, tahun ini" "Lho katanya tidak ada" "Ya, karena orangnya tidak naik haji" "Kok bisa" "Begitulah" "Siapa orang tersebut?" "Sa'id bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Damsyiq" Mendengar ucapan itu, Hasan Al-Basyri langsung terbangun. Sepulang dari Makkah, ia tidak langsung ke Mesir, tapi langsung menuju kota Damsyiq ( Siria ). Sesampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa'id bin Muhafah. "Ada, ditepi kota" Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai disana Hasan Al-Basyri menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh, "Benarkah anda bernama Sa'id bin Muhafah?" tanya Hasan Al-Basyri. "Betul, kenapa?" Sejenak Hasan Al-Basyri kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya iapun menceritakan perihal mimpinya. "Sekarang saya tanya, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur, barang kali mimpi itu benar" selidik Hasan Al-Basyri sambil mengakhiri ceritanya. "Saya sendiri tidak tahu, yang pasti sejak puluhan tahun yang lalu saya memang sangat rindu Makkah, untuk menunaikan ibadah haji. Mulai saat itu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Dan pada tahun ini biaya itu sebenarnya telah terkumpul" "Tapi anda tidak berangkat haji" "Benar" "Kenapa?" "Waktu saya hendak berangkat ternyata istri saya hamil, dan saat itu dia ngidam berat" "Terus?" "Ngidamnya aneh, saya disuruh membelikan daging yang dia cium, saya cari sumberdaging itu, ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh, disitu ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin daging yang ia masak, meskipun secuil. Ia bilang tidak boleh, hingga saya bilang bahwa dijual berapapun akan saya beli, dia tetap mengelak. akhirnya saya tanya kenapa?.. "Daging ini halal intuk kami dan haram untuk tuan" katanya. "Kenapa?" tanyaku lagi. "Karena daging ini adalah bangkai keledai, bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakanya tentulah kami akan mati kelaparan," Jawabnya sambil menahan air mata. Mendengar ucapan tersebut sepontan saya menangis, lalu saya pulang, saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, akhirnya uang bekal hajiku kuberikan semuanya untuk dia". Mendengar cerita tersebut Hasan Al-Basyripun tak bisa menahan air mata."Kalau begitu engkau memang patut mendapatkanya" Ucapnya. Wallahu a'lam. Kisah ini diceritakan oleh Imam dan Khotib Masjid Rohmah, Cairo Egypt. Shahih tidaknya tidak disebutkan. Meski demikian kisah ini dapat menjadi renungan.

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Dunia .. Oh, Dunia

Dunia ibarat air laut
Diminum hanya menambah haus
Nafsu bagaikan fatamorgana di padang pasir
Panas yang membakar disangka air
Dunia dan nafsu hanya bayang-bayang
Disangka ada, ditangkap hilang

-Raihan-

Myquran. Dunia memang selalu menggoda. Dunia selalu tampak indah dan menawan. Ia cantik mempesona dan memikat hati banyak manusia. Bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda, "Dunia itu hijau dan manis" (HR. Muslim no. 7124). Ya, dunia memang penuh kesenangan dan kenikmatan.


Namun, dunia juga merupakan cobaan. "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya" (QS. Al Kahfi: 7).

(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Al Mulk: 2)

Sebenarnya, banyak orang yang telah memahami hakikat dunia ini, namun masih banyak pula yang terjebak di dalamnya. Yang paling menyedihkan adalah, orang yang tidak mengerti sama sekali hakikat dunia. Mereka adalah orang-orang yang terombang-ambing dalam pusaran gelombang hawa nafsu yang sengaja dipasang oleh syetan untuk dijadikan perangkap dalam menyesatkan manusia.

Jauh-jauh hari, para ulama telah memperingatkan kita akan bahaya dunia jika tidak dipahami secara benar. Imam Ghazali dalam kitabnya, Al Ihya, menulis satu bab khusus berisi tentang hakikat dunia dan seluk beluknya secara mendetail. Hadis-hadis yang secara tegas menggambarkan betapa hinanya dunia pun sangatlah banyak.

Suatu hari, Rasulullah SAW melewati sebuah bangkai kambing yang tergeletak di tanah, lalu beliau bersabda, "Tidakkah kalian lihat betapa hinanya bangkai ini?". Para sahabat menjawab, "Karena hina itulah pemiliknya membuangnya, wahai Rasulullah." Kemudian beliau bersumpah, "Demi Allah yang menggenggam jiwaku, sungguh dunia lebih hina di mata Allah daripada bangkai kambing ini. Andaikan dunia setara dengan sayap nyamuk saja, niscaya orang kafir takkan diberi minum." (HR. Ibnu Majah, Hakim, Tirmidzi)

Itulah harga dunia yang digambarkan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Dalam hadis lain, beliau bersabda, "Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir." (HR. Muslim)

Barangsiapa mencintai dunianya, maka ia harus siap mengorbankan akhiratnya. Dan barang siapa mencintai akhiratnya, maka ia harus rela mengorbankan dunianya. Maka pilihlah di antara dua hal tersebut yang paling kekal dan tinggalkanlah yang fana. (HR. Ahmad, Bazzar, Ibnu Hibban, Hakim, ia mensahihkannya)

Seperti kita ketahui bersama, penjara adalah sebuah tempat yang amat tidak disukai. Dalam penjara manusia tak menemukan kebebasan. Banyak kekang dan larangan di sana-sini. Banyak aturan dan tetek-bengek yang harus ditaati. Demikian pula dunia ini. Bagi seorang mukmin, dunia tak ubahnya sebuah penjara yang mengekang kebebasannya. Ada batas halal-haram yang tak boleh diterjang. Ada aturan-aturan yang tak boleh ditentang. Ada saat-saat tertentu ia tidak diperbolehkan makan, minum dan berjima. Ada saat-saat tertentu ia harus bangun dari tidur, lalu mengambil air untuk mensucikan dirinya lalu berdiri menghadap Rabbnya. Ada makanan, minuman, dan kenikmatan-kenikmatan lainnya yang tidak boleh dikonsumsi. Segalanya penuh dengan rambu-rambu.

Sementara bagi orang kafir, dunia adalah surga yang penuh kenikmatan. Tak ada istilah haram dalam kamus mereka. Mereka hidup dalam kebebasan. Aturan tak mereka indahkan. Larangan mereka terjang. Mereka dapat hidup semaunya. Yang haram bisa jadi halal asalkan sesuai hawa nafsu mereka.

Allah SWT menggambarkan mereka dalam firman-Nya:

Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka. (QS. Muhammad: 12)

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS. Al Hijr: 3)

Orang kafir tidak memahami bahwa masih ada kehidupan lagi setelah kehidupan di dunia ini. Mereka tak mengerti bahwa dunia pada hakikatnya adalah ruang ujian, tempat menyeleksi para peserta ujian yang berhak memasuki kehidupan sebenarnya. Oleh karena itu, mereka tak pernah berpikir sedikitpun untuk mempersiapkan kehidupan baru tersebut. Orientasi mereka hanyalah menuruti kemauan hawa nafsu dan memuaskannya. Mereka tak ubahnya seperti binatang ternak yang hanya memikirkan urusan "perut dan bawah perut". Padahal, tak ada kenikmatan yang abadi di dunia ini. Semuanya semu, semuanya sementara dan semuanya hanya sedikit.

Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (QS. At Taubah: 38)

Oleh karena itu Rasulullah SAW memuji orang-orang mukmin dan menyebut mereka sebagai orang-orang cerdas, "Orang cerdas adalah orang yang mengekang hawa nafsunya dan mempersiapkan perbekalan untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya lalu berangan-angan terhadap Allah." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Baihaqi)

Allah SWT juga memperingatkan orang-orang mukmin agar tidak merasa iri dengan kenikmatan yang diberikan kepada sebagian hamba-Nya yang lain dalam masalah dunia.

Jangan kamu arahkan pandanganmu kepada kenikmatan (duniawi) yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai hiasan dunia saja, untuk Kami uji mereka dengannya. Karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thaha: 131).

Di mata para nabi dan orang-orang shaleh, dunia tak memiliki nilai sama sekali. Mencintai dunia merupakan sumber malapetaka (HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman). Segala macam kerusakan yang terjadi di muka bumi ini, sebagian besarnya disebabkan oleh cinta dunia. Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, permusuhan sesama saudara karena masalah harta warisan, iri dan dengki karena keberhasilan orang lain dan kerusakan-kerusakan lainnya merupakan buah dari menipisnya keimanan terhadap Hari Akhir dan kecintaan terhadap dunia yang berlebihan.

Oleh karena itu, para ulama selalu memperingatkan kita agar tidak terlena dengan tipu daya dunia yang tampak indah di mata. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda,

اَلاَ اِنَّ الدُّنيَا مَلْعُونَةٌ مَلعُونٌ مَا فِيهَا اِلاَّ بِذِكرِ اللهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمًا وَمُتَعَلِّمًا

"Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula apa-apa yang ada di dalamnya kecuali yang ditujukan untuk Allah". (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dunia, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ghazali dalam kitab Al Ihya, terbagi menjadi tiga kategori:

Pertama, segala sesuatu yang hanya dapat kita rasakan ketika kita masih hidup dan tak dapat bermanfaat di akhirat. Kenikmatan ketika melakukan kemaksiatan, perkara-perkara mubah yang berlebihan, bersenang-senang dengan perkara-perkara duniawai seperti harta, wanita, anak, kendaraan, makanan, pakaian dan lain sebagainya merupakan contohnya.

Kedua, segala sesuatu yang akan terus menemani kita sampai di akhirat dan hasilnya dapat kita nikmati di sana. Kategori ini hanya mencakup dua hal, yaitu ilmu dan amal.

Ketiga, pertengahan antara yang pertama dengan kedua, yaitu segala sesuatu yang kita rasakan di dunia namun dapat menopang kehidupan di akhirat. Kategori ini merupakan kebutuhan primer yang tak dapat terlepas dari manusia, yaitu kebutuhan yang harus tercukupi demi mempertahankan kelangsungan hidup manusia, seperti makanan secukupnya, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan jasmani. Jika kategori ketiga ini dimanfaatkan dengan baik untuk menghasilkan ilmu dan amal, maka ia berubah menjadi kategori kedua. Namun jika tidak, maka ia menjadi kategori pertama.

Di antara ketiga kategori di atas, bagian pertamalah yang dimaksud dengan dunia yang tercela. Itulah dunia yang sangat berbahaya dan mematikan. Meminumnya sama dengan menenggak racun. Menjauhinya merupakan jalan keselamatan. Semoga kita diselamatkan dari fitnah dunia. Amin.

Wallahu a'lamu bis showab.

Nilai Dunia dalam Pandangan Nabi

Untuk lebih lega dalam memandang dunia dan menempatkannya sesuai proporsinya, mari kita simak bagaimana Rasulullah SAW menggambarkan dunia dalam berbagai hadits :
Dunia adalah setitik air ditengah lautan, Rasulullah SAW bersabda, “ Tiadalah perbandingan dunia ini dengan akhirat, kecuali seperti orang yang memasukkan jarinya kedalam lautan luas maka perhatikanlah yang tersisa”. (HR Muslim)
Dunia lebih hina dari bangkai kambing kuper, Rasulullah SAW bersabda, “ Demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper dan cacat ini dalam pandangan kalian”. (HR Muslim)
Dunia adalah penjara mukmin dan surge bagi kaum kafir, “Rasulullah SAW bersabda, “ dunia adalah penjara bagi orang-orang mukmin dan sebagai surge bagi orang-orang kafir “. (HR Muslim)
Dunia ibarat sayap nyamuk, Rasulullah SAW bersabda “ Andaikata dunia ini bernilai disisi Allah sebesar sayap nyamuk, niscaya tidak akan diberikannya kepada orang kafir meski hanya seteguk air”. (HR Tarmidzi)
Dunia ini terlaknat kecuali dzikrullah, Rasulullah SAW bersabda, “ketahuilah bahwa dunia terkutuk dan semua yang ada didalamnya terlaknat, kecuali dzikrullah dan segala apa yang serupa atau sederajat dengan itu , dan orang alim yang mengerti serta orang yang mempelajari”. (HR Tarmidzi)
Hiduplah didunia laksana musyafir, Rasulullah SAW berkata pada Ibnu Umar ra. “ jadilah engkau didunia ini bagaikan orang asing atau orang yang dalam perjalanan.” Ibnu Umar menjawab “Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah mengharapkan akan hidup sampai pagi. Dan jika kamu pada waktu pagi janganlah menantikan sore. Pergunakanlah masa sehat itu untuk bekal masa sakit, dan masa hidup untuk bekal kematian.” (HR Bukhari)
Zuhudlah terhadap dunia, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “ Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amal yang jika aku lakukan maka aku dicintai Allah dan manusia”. Rasulullah SAW menjawab “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain, niscaya setiap orang cinta kepadamu.” (HR Ibnu Majah, hadits hasan)
Menatap orang yang berada di bawahnya, Rasulullah SAW bersabda “Lihatlah orang yang lebih menderita yang berada di bawahmu, dan janganlah melihat orang yang ada di atasmu, karena demikian itu lebih tepat, supaya orang tidak meremahkan nikmat karunia Allah kepadamu.” (HR Bukhari – Muslim)
Siapkan bekal kematian, Rasulullah SAW bersabda “Orang yang cerdas adalah orang yang mengoreksi dirinya dan mempersiapkan amal untuk bekal sesudah mati. Dan orang yang bodoh adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR Tirmidzi)

CINTA DUNIA

Cinta dunia adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini: “Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)
Perhatikan Firman Allah SWT berikut ini: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al-Hadiid [57]:20)  Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah,  misalnya, shalat, saum atau sedekah,  dan kalaupun kita tetap melakukannya tapi tetap dikatakan sebagai urusan dunia,  jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah.
Hampir tiba dimana umat-umat saling memanggil untuk melawan kalian sebagaimana orang-orang saling memanggil untuk menyantap hidangannya”. Salah seorang bertanya:  “apakah karena sedikitnya kami ketika itu? Rasul menjawab, “bahkan kalian pada hari itu banyak akan tetapi kalian laksana buih dilautan dan sungguh Allah mencabut ketakutan dan kegentaran terhadap kalian dari dada musuh kalian dan Allah tanamkan di hati kalian al-wahn”. Salah seorang bertanya: apakah al-wahn itu ya Rasulullah? Beliau menjawab:  “cinta dunia dan membenci kematian” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan diri sendiri memikirkan yang tidak ada. Makin cinta pada dunia, akan makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.
Allah SWT berfirman: “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Hud[11]: 15-16).
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut segenap isinya juga dilaknat, kecuali jika disertai untuk tujuan kepada Allah SWT. (Al Hadits)
Segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya jika tidak digunakan di jalan Allah. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah kecukupan atau kekurangan “dunia” ini meracuni hati kita. Jika kita berkecukupan, jangan sampai kecukupan kita menjadikan kita sombong, dan jika kita kekurangan, maka jangan sampai kekurangan kita itu, membuat kita jadi kurang mensyukuri nikmat Allah, banyak mengeluh dan minder.
Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan orang yang cinta pada dunia ibarat orang yang berjalan di atas air. Dapatkah orang berjalan di atas air, kakinya tidak basah?” (Al-Hadits). “Dunia adalah manisan hijau. Dan Allah mengangkat kamu sebagai khalifah di atasnya, dan Dia menyaksikan bagaimana cara kamu bekerja.” (Al-Hadits).
Obat dari penyakit cinta dunia ini tidak lain adalah kezuhudan kita kepada dunia, yang mana Rasulullah saw telah mengajarkan kita ummatnya untuk berlaku zuhud. Rasulullah saw bersabda: “zuhudlah di dunia maka ALLAH akan mencintai kalian, dan zuhudlah atas apa-apa yang ada di sebagian manusia, maka kamu akan dicintai oleh mereka ” (HR.ibnu majah dalam kitab zuhud ).
Perhatikan hadits berikut ini: “Andai saja kamu mengetahui, apa yang engkau akan lihat saat kematianmu, tentulah engkau tidak akan memakan segigitpun hidangan idamanmu, dan pula engkau tidak akan meminum lagi minuman lezat untuk memuaskan rasa dahaga mu yang tak terpuaskan” (Imam Ahmad dari Abu Dharda as)
Jabir bin Abdillah ra bekata, “Rasulullah SAW pernah memasuki sebuah pasar yang di kiri-kanannya dipadati manusia. Ketika itu beliau melewati seekor kambing kuper (telinganya kecil) yang telah menjadi bangkai. Lantas Beliau menenteng telinga kambing itu seraya berseru, “Siapakah yang mau membeli kambing ini dengan harga satu dirham?” Pengunjung pasar menjawab, “Sedikitpun kami tidak menginginkannya“. Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian mau jika anak kambing ini kuberikan cuma-cuma kepada kalian?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kalaupun anak kambing itu hidup, kami tidak akan menerimanya karena cacat, maka bagaimana kami mau menerimanya setelah menjadi bangkai?” Mendengar hal ini Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper ini dalam pandangan kalian” (HR. Muslim)
Cinta dunia adalah sumber segala kesalahan karena cinta dunia, sering mengakibatkan seseorang cinta terhadap harta benda dan didalam harta benda terdapat banyak penyakit. Antara lain sifat bangga dan angkuh, pamer terhadap yang dimiliki.  Dan orang yang cinta dunia akan sibuk mengurus hartanya dan terus berusaha untuk menambahnya, hingga membuatnya lalai dari dzikir kepada Allah SWT. Ketahuilah barangsiapa dilalaikan oleh harta bendanya, dia akan merugi, terlebih bila lalai dari dzikrullah, ia akan hanya seperti mayat, karena bila hati sepi dari dzikir ia akan dihuni dan disetir olehsetan sesuai kehendaknya.
Jika seorang manusia telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah, iblis akan membolak-balikan hatinya bagaikan seorang anak kecil mempermainkan bola. Karena orang yang mabuk karena cinta dunia tidak akan sadar kecuali setelah berada di dalam kubur. Yahya bin Mu’adz berkata, “Dunia itu araknya setan, barangsiapa mabuk karenanya, ia tidak akan segera sadar, kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang mati dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang merugi”.
”Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (HR. Tirmidzi).
Dunia dengan segala pesonanya memang sangat menggoda dan mempesona, dan kadang kesuksesan seseorang memang diukur dari status sosialnya di masyarakat, namun hal tersebut jangan sampai membuat kita terjebak dan terperangkap cinta dunia. Ingatlah kita hanya hidup sementara di dunia ini, semua harta dunia yang kita banggakan, tidak akan kita bawa mati, hanya amal ibadah, dan amal kebaikanlah yang akan menemani kita hingga sampai hari kita dibangkitkan nanti. Jadikanlah dunia hanya sebagai ladang akhirat kita, tempat kita mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti. Ingatlah selalu, bahwa kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia ini.
Dewi Yana

Hakikat Dunia yang Pertama: Dunia Ini Hanya Permainan

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرّاً ثُمَّ يَكُونُ حُطَاماً وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (الحديد: ٢٠)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid [57]: 20)
Mengejar Bangkai Kambing! Posted on 5:31:00 PM by Abu Ridhwan with No comments Kehidupan sebagai muslim tidak lekang dari ujian dan mehnah. Percayalah, tiada sesiapapun di dunia ini yang tidak diuji iman dan kesungguhannya mengimani Allah SWT dan apa yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Menariknya junjungan besar kita Rasulullah SAW telah awal-awal lagi memperingatkan kita akan ujian dan ancaman besar buat umat Islam yang mampu merongkai keimanan mereka. Ada tiga perkara yang diperingatkan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata Rasulullah SAW bersabda: “Jika umatku sudah mengagungkan dunia, maka akan tercabut dari mereka kehebatan Islam; dan jika umatku sudah meninggalkan amar ma’aruf nahi munkar, diharamkan baginya keberkahan wahyu; dan jika umatku sudah saling mencaci, maka jatuhlah ia dari pandangan Allah" (HR. Hakim dan Tirmidzi) Tidak tersentapkah hati kita tatkala membaca peringatan Rasulullah SAW ini seakan Baginda SAW telah mengetahui bahawa zaman fitnah besar yang baginda ungkapkan akan dan sedang melanda umat saat ini. Dalam bicara kali ini, penulis sekadar mahu berbicara tentang peringatan Rasulullah SAW berkenaan ancaman penyakit mengagungkan dunia. Semoga dalam tulisan mendatang Allah SWT mengizinkan kita mentadabbur 2 lagi pesanan Rasulullah SAW yang amat besar kesannya kepada masa depan kita setelah mati kelak. Arus Mengagungkan Dunia Menghairan, kita lahir di dunia ini, kita beramal juga atas dunia ini, tetapi Rasulullah SAW memperingatkan umatnya agar berhati-hati dengan dunia jangan sampai dunia beraja dan menguasai di hati kita. Apakah ini jawapannya mengapa umat Islam saat ini lesu, lemah dan berpecah belah? Sehinggakan sudah tercabut rasa kehebatan dan kemuliaan Islam pada mata dan pandangan masyarakat yang bukan Islam! Bahkan umat Islam sendiri tidak merasa izzah (mulia) dengan Islam! Cinta dunia telah menghakis kekuatan kita sebenarnya sehingga umat Islam dihimpit dan diasak dari segenap sudut oleh musuh Islam. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang kelaparan mengerumuni hidangan mereka.” Maka salah seorang sahabat bertanya, “Apakah kerana jumlah kami yang sedikit pada hari itu?” Nabi bersabda: “Bahkan pada hari itu jumlah kamu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di lautan, dan Allah akan mencabut ‘rasa gentar’ terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit al-wahn.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah al-wahn itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan takut mati” (Hadis Riwayat Abu Dawud dan Ahmad). Inilah asbab dan impak kepada permasalahan umat, umat tidak lagi secara serius benar-benar memperhambakan dirinya kepada Allah SWT, dunia telah mengganti Illah (sembahan) manusia dan umat ini, samada secara sedar atau tidak sedar. Cinta Yang Menyempitkan Cinta dunia juga akan menyempit kehidupan kita. Patutlah ramai kalangan umat Islam yang stress dan tertekan dengan kehidupan mereka sendiri, terkena virus mabuk dunia barangkali. Rasulullah SAW dalam hadis yang lain memperingatkan kita akan virus cinta dunia ini: Dari Zaid bin Tsabit RA beliau berkata, “Kami mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan / tidak pernah merasa cukup di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan sentiasa merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).” (HR Ibnu Majah, Ahmad, ad-Daarimi, Ibnu Hibban dan lain-lain dengan sanad yang sahih. Sudah jelas bukan, tatkala dunia menjadi matlamatnya, nescaya Allah SWT akan menyempitkan kehidupannya, jiwa menjadi tidak tenang dan sentiasa merasa tidak cukup dengan apa yang ia dapat. Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Igaatsatul Lahfaan menulis bahawa salah seorang ulama salaf ada berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan), maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung pelbagai macam musibah (penderitaan).” Kata Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah lagi, “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (fikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini disebabkan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebahagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus bercita-cita mengejar yang lebih dari pada itu. Formula Merawat Cinta Dunia: Generasi Akhirat Firman Allah SWT: “Hidup di dunia, tidak lain hanya suatu kesenangan dan permainan. Sesungguhnya kampung akhiratlah kehidupan yang sebenarnya. Jika mereka mengetahui.” (Surah al-Ankabut ayat 64). Lawan cinta dunia adalah cinta kepada akhirat. Inilah terapinya bagi kita melawan barah cinta dunia, cinta kepada Akhirat. Cinta Akhirat bukan bermakna kita mengabaikan kehidupan kita di dunia. Bukan begitu dan jangan salah faham! Allah SWT berfirman: “Ya Allah berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (al-Baqarah: 201) Kita mahukan kebaikan kepada keduanya sekali, namun akhirat memandu kita untuk mencintai dunia seadanya sehingga kita tidak tertipu dengan penyakit cinta dunia. Sesuai dengan firman Allah SWT: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (al-Qashash : 77) Firman Allah SWT lagi: "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." (Asy-Syuro: 20) Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabat RA makna sebuah keuntungan pada kaca mata akhirat sebagai suri teladan buat kita. Antaranya sahabat mulia bernama Shuhaib Ar-Rumi. Ketika itu ia merelakan semua hartanya dirampas oleh orang-orang kafir agar dia boleh keluar berhijrah bersama Rasulullah SAW. Habis ditinggalkan hartanya. Apa keuntungan yang diperoleh oleh Shuhaib? Ternyata saat beliau tiba di Madinah, Nabi SAW sendiri yang menyambut kedatangannya seraya bersabda: "…..perdagangan yang menguntungkan wahai Abu Yahya… perdagangan yang menguntungkan wahai Abu yahya!" {Hadis Riwayat Muslim} Justeru Shuhaib termasuk orang yang beruntung kerana memilih cinta Akhirat mengatasi cinta dunia Berapa Nilai Dunia Ini? Mari kita muhasabah dan kemaskinikan matlamat kehidupan kita. Bersihkan dari sebarang kecintaan dunia yang menyiksakan diri kita kelak di Akhirat. Nilai dunia yang direbutkan terlalu kecil dibandingkan dengan nilai Akhirat. Rasulullah SAW bersabda : “Perumpamaan dunia dengan akhirat adalah kalian mencelupkan jari kalian ke laut, kemudian diangkat, lihatlah dunia hanya air yang ada di jari tersebut.” Sebenarnya Allah SWT telah menjelaskan nilai dunia di banding akhirat dan nilai akhirat di banding dunia baik dalam ayat –ayat al Qur’an mahupun hadis Nabi SAW. Penulis akhirkan perkongsian kali ini dengan perumpamaan menarik yang digambarkan oleh Rasulullah SAW terhadap nilai sebuah dunia yang menjadi rebutan manusia saat ini. Dari Jabir RA , bahawasanya Rasulullah SAW menjumpai seekor bangkai anak kambing lagi cacat telinganya lalu baginda mengangkat dengan memegang kedua telinga bangkai itu lantas bersabda: “Siapakah diantara kalian yang ingin membeli bangkai ini seharga satu dirham? Kemudian para sahabat pun menjawab, “ Kami sama sekali tidak menginginkanya,apa yang dapat kami lakukan dengan bangkai itu ? Lantas Rasulullah SAW kembali bertanya, ”Apa kalian mahu bila bangkai ini menjadi milik kalian?” Para sahabat kembali menjawab ,”Demi Allah, seandainya bangkai ini hidup pun kami tidak berminat, sebab ia cacat apalagi sudah menjadi bangkai.” Kemudian Rasulullah SAW seraya berkata “Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina di mata Allah daripada bangkai ini di mata kalian. (HR Muslim)

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Mengejar Bangkai Kambing! Posted on 5:31:00 PM by Abu Ridhwan with No comments Kehidupan sebagai muslim tidak lekang dari ujian dan mehnah. Percayalah, tiada sesiapapun di dunia ini yang tidak diuji iman dan kesungguhannya mengimani Allah SWT dan apa yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Menariknya junjungan besar kita Rasulullah SAW telah awal-awal lagi memperingatkan kita akan ujian dan ancaman besar buat umat Islam yang mampu merongkai keimanan mereka. Ada tiga perkara yang diperingatkan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata Rasulullah SAW bersabda: “Jika umatku sudah mengagungkan dunia, maka akan tercabut dari mereka kehebatan Islam; dan jika umatku sudah meninggalkan amar ma’aruf nahi munkar, diharamkan baginya keberkahan wahyu; dan jika umatku sudah saling mencaci, maka jatuhlah ia dari pandangan Allah" (HR. Hakim dan Tirmidzi) Tidak tersentapkah hati kita tatkala membaca peringatan Rasulullah SAW ini seakan Baginda SAW telah mengetahui bahawa zaman fitnah besar yang baginda ungkapkan akan dan sedang melanda umat saat ini. Dalam bicara kali ini, penulis sekadar mahu berbicara tentang peringatan Rasulullah SAW berkenaan ancaman penyakit mengagungkan dunia. Semoga dalam tulisan mendatang Allah SWT mengizinkan kita mentadabbur 2 lagi pesanan Rasulullah SAW yang amat besar kesannya kepada masa depan kita setelah mati kelak. Arus Mengagungkan Dunia Menghairan, kita lahir di dunia ini, kita beramal juga atas dunia ini, tetapi Rasulullah SAW memperingatkan umatnya agar berhati-hati dengan dunia jangan sampai dunia beraja dan menguasai di hati kita. Apakah ini jawapannya mengapa umat Islam saat ini lesu, lemah dan berpecah belah? Sehinggakan sudah tercabut rasa kehebatan dan kemuliaan Islam pada mata dan pandangan masyarakat yang bukan Islam! Bahkan umat Islam sendiri tidak merasa izzah (mulia) dengan Islam! Cinta dunia telah menghakis kekuatan kita sebenarnya sehingga umat Islam dihimpit dan diasak dari segenap sudut oleh musuh Islam. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang kelaparan mengerumuni hidangan mereka.” Maka salah seorang sahabat bertanya, “Apakah kerana jumlah kami yang sedikit pada hari itu?” Nabi bersabda: “Bahkan pada hari itu jumlah kamu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di lautan, dan Allah akan mencabut ‘rasa gentar’ terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit al-wahn.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah al-wahn itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan takut mati” (Hadis Riwayat Abu Dawud dan Ahmad). Inilah asbab dan impak kepada permasalahan umat, umat tidak lagi secara serius benar-benar memperhambakan dirinya kepada Allah SWT, dunia telah mengganti Illah (sembahan) manusia dan umat ini, samada secara sedar atau tidak sedar. Cinta Yang Menyempitkan Cinta dunia juga akan menyempit kehidupan kita. Patutlah ramai kalangan umat Islam yang stress dan tertekan dengan kehidupan mereka sendiri, terkena virus mabuk dunia barangkali. Rasulullah SAW dalam hadis yang lain memperingatkan kita akan virus cinta dunia ini: Dari Zaid bin Tsabit RA beliau berkata, “Kami mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan / tidak pernah merasa cukup di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan sentiasa merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).” (HR Ibnu Majah, Ahmad, ad-Daarimi, Ibnu Hibban dan lain-lain dengan sanad yang sahih. Sudah jelas bukan, tatkala dunia menjadi matlamatnya, nescaya Allah SWT akan menyempitkan kehidupannya, jiwa menjadi tidak tenang dan sentiasa merasa tidak cukup dengan apa yang ia dapat. Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Igaatsatul Lahfaan menulis bahawa salah seorang ulama salaf ada berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan), maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung pelbagai macam musibah (penderitaan).” Kata Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah lagi, “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (fikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini disebabkan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebahagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus bercita-cita mengejar yang lebih dari pada itu. Formula Merawat Cinta Dunia: Generasi Akhirat Firman Allah SWT: “Hidup di dunia, tidak lain hanya suatu kesenangan dan permainan. Sesungguhnya kampung akhiratlah kehidupan yang sebenarnya. Jika mereka mengetahui.” (Surah al-Ankabut ayat 64). Lawan cinta dunia adalah cinta kepada akhirat. Inilah terapinya bagi kita melawan barah cinta dunia, cinta kepada Akhirat. Cinta Akhirat bukan bermakna kita mengabaikan kehidupan kita di dunia. Bukan begitu dan jangan salah faham! Allah SWT berfirman: “Ya Allah berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (al-Baqarah: 201) Kita mahukan kebaikan kepada keduanya sekali, namun akhirat memandu kita untuk mencintai dunia seadanya sehingga kita tidak tertipu dengan penyakit cinta dunia. Sesuai dengan firman Allah SWT: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (al-Qashash : 77) Firman Allah SWT lagi: "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." (Asy-Syuro: 20) Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabat RA makna sebuah keuntungan pada kaca mata akhirat sebagai suri teladan buat kita. Antaranya sahabat mulia bernama Shuhaib Ar-Rumi. Ketika itu ia merelakan semua hartanya dirampas oleh orang-orang kafir agar dia boleh keluar berhijrah bersama Rasulullah SAW. Habis ditinggalkan hartanya. Apa keuntungan yang diperoleh oleh Shuhaib? Ternyata saat beliau tiba di Madinah, Nabi SAW sendiri yang menyambut kedatangannya seraya bersabda: "…..perdagangan yang menguntungkan wahai Abu Yahya… perdagangan yang menguntungkan wahai Abu yahya!" {Hadis Riwayat Muslim} Justeru Shuhaib termasuk orang yang beruntung kerana memilih cinta Akhirat mengatasi cinta dunia Berapa Nilai Dunia Ini? Mari kita muhasabah dan kemaskinikan matlamat kehidupan kita. Bersihkan dari sebarang kecintaan dunia yang menyiksakan diri kita kelak di Akhirat. Nilai dunia yang direbutkan terlalu kecil dibandingkan dengan nilai Akhirat. Rasulullah SAW bersabda : “Perumpamaan dunia dengan akhirat adalah kalian mencelupkan jari kalian ke laut, kemudian diangkat, lihatlah dunia hanya air yang ada di jari tersebut.” Sebenarnya Allah SWT telah menjelaskan nilai dunia di banding akhirat dan nilai akhirat di banding dunia baik dalam ayat –ayat al Qur’an mahupun hadis Nabi SAW. Penulis akhirkan perkongsian kali ini dengan perumpamaan menarik yang digambarkan oleh Rasulullah SAW terhadap nilai sebuah dunia yang menjadi rebutan manusia saat ini. Dari Jabir RA , bahawasanya Rasulullah SAW menjumpai seekor bangkai anak kambing lagi cacat telinganya lalu baginda mengangkat dengan memegang kedua telinga bangkai itu lantas bersabda: “Siapakah diantara kalian yang ingin membeli bangkai ini seharga satu dirham? Kemudian para sahabat pun menjawab, “ Kami sama sekali tidak menginginkanya,apa yang dapat kami lakukan dengan bangkai itu ? Lantas Rasulullah SAW kembali bertanya, ”Apa kalian mahu bila bangkai ini menjadi milik kalian?” Para sahabat kembali menjawab ,”Demi Allah, seandainya bangkai ini hidup pun kami tidak berminat, sebab ia cacat apalagi sudah menjadi bangkai.” Kemudian Rasulullah SAW seraya berkata “Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina di mata Allah daripada bangkai ini di mata kalian. (HR Muslim)

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Mengejar Bangkai Kambing! Posted on 5:31:00 PM by Abu Ridhwan with No comments Kehidupan sebagai muslim tidak lekang dari ujian dan mehnah. Percayalah, tiada sesiapapun di dunia ini yang tidak diuji iman dan kesungguhannya mengimani Allah SWT dan apa yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Menariknya junjungan besar kita Rasulullah SAW telah awal-awal lagi memperingatkan kita akan ujian dan ancaman besar buat umat Islam yang mampu merongkai keimanan mereka. Ada tiga perkara yang diperingatkan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata Rasulullah SAW bersabda: “Jika umatku sudah mengagungkan dunia, maka akan tercabut dari mereka kehebatan Islam; dan jika umatku sudah meninggalkan amar ma’aruf nahi munkar, diharamkan baginya keberkahan wahyu; dan jika umatku sudah saling mencaci, maka jatuhlah ia dari pandangan Allah" (HR. Hakim dan Tirmidzi) Tidak tersentapkah hati kita tatkala membaca peringatan Rasulullah SAW ini seakan Baginda SAW telah mengetahui bahawa zaman fitnah besar yang baginda ungkapkan akan dan sedang melanda umat saat ini. Dalam bicara kali ini, penulis sekadar mahu berbicara tentang peringatan Rasulullah SAW berkenaan ancaman penyakit mengagungkan dunia. Semoga dalam tulisan mendatang Allah SWT mengizinkan kita mentadabbur 2 lagi pesanan Rasulullah SAW yang amat besar kesannya kepada masa depan kita setelah mati kelak. Arus Mengagungkan Dunia Menghairan, kita lahir di dunia ini, kita beramal juga atas dunia ini, tetapi Rasulullah SAW memperingatkan umatnya agar berhati-hati dengan dunia jangan sampai dunia beraja dan menguasai di hati kita. Apakah ini jawapannya mengapa umat Islam saat ini lesu, lemah dan berpecah belah? Sehinggakan sudah tercabut rasa kehebatan dan kemuliaan Islam pada mata dan pandangan masyarakat yang bukan Islam! Bahkan umat Islam sendiri tidak merasa izzah (mulia) dengan Islam! Cinta dunia telah menghakis kekuatan kita sebenarnya sehingga umat Islam dihimpit dan diasak dari segenap sudut oleh musuh Islam. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang kelaparan mengerumuni hidangan mereka.” Maka salah seorang sahabat bertanya, “Apakah kerana jumlah kami yang sedikit pada hari itu?” Nabi bersabda: “Bahkan pada hari itu jumlah kamu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di lautan, dan Allah akan mencabut ‘rasa gentar’ terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit al-wahn.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah al-wahn itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan takut mati” (Hadis Riwayat Abu Dawud dan Ahmad). Inilah asbab dan impak kepada permasalahan umat, umat tidak lagi secara serius benar-benar memperhambakan dirinya kepada Allah SWT, dunia telah mengganti Illah (sembahan) manusia dan umat ini, samada secara sedar atau tidak sedar. Cinta Yang Menyempitkan Cinta dunia juga akan menyempit kehidupan kita. Patutlah ramai kalangan umat Islam yang stress dan tertekan dengan kehidupan mereka sendiri, terkena virus mabuk dunia barangkali. Rasulullah SAW dalam hadis yang lain memperingatkan kita akan virus cinta dunia ini: Dari Zaid bin Tsabit RA beliau berkata, “Kami mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan / tidak pernah merasa cukup di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan sentiasa merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).” (HR Ibnu Majah, Ahmad, ad-Daarimi, Ibnu Hibban dan lain-lain dengan sanad yang sahih. Sudah jelas bukan, tatkala dunia menjadi matlamatnya, nescaya Allah SWT akan menyempitkan kehidupannya, jiwa menjadi tidak tenang dan sentiasa merasa tidak cukup dengan apa yang ia dapat. Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Igaatsatul Lahfaan menulis bahawa salah seorang ulama salaf ada berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan), maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung pelbagai macam musibah (penderitaan).” Kata Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah lagi, “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (fikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini disebabkan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebahagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus bercita-cita mengejar yang lebih dari pada itu. Formula Merawat Cinta Dunia: Generasi Akhirat Firman Allah SWT: “Hidup di dunia, tidak lain hanya suatu kesenangan dan permainan. Sesungguhnya kampung akhiratlah kehidupan yang sebenarnya. Jika mereka mengetahui.” (Surah al-Ankabut ayat 64). Lawan cinta dunia adalah cinta kepada akhirat. Inilah terapinya bagi kita melawan barah cinta dunia, cinta kepada Akhirat. Cinta Akhirat bukan bermakna kita mengabaikan kehidupan kita di dunia. Bukan begitu dan jangan salah faham! Allah SWT berfirman: “Ya Allah berilah kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (al-Baqarah: 201) Kita mahukan kebaikan kepada keduanya sekali, namun akhirat memandu kita untuk mencintai dunia seadanya sehingga kita tidak tertipu dengan penyakit cinta dunia. Sesuai dengan firman Allah SWT: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (al-Qashash : 77) Firman Allah SWT lagi: "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." (Asy-Syuro: 20) Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabat RA makna sebuah keuntungan pada kaca mata akhirat sebagai suri teladan buat kita. Antaranya sahabat mulia bernama Shuhaib Ar-Rumi. Ketika itu ia merelakan semua hartanya dirampas oleh orang-orang kafir agar dia boleh keluar berhijrah bersama Rasulullah SAW. Habis ditinggalkan hartanya. Apa keuntungan yang diperoleh oleh Shuhaib? Ternyata saat beliau tiba di Madinah, Nabi SAW sendiri yang menyambut kedatangannya seraya bersabda: "…..perdagangan yang menguntungkan wahai Abu Yahya… perdagangan yang menguntungkan wahai Abu yahya!" {Hadis Riwayat Muslim} Justeru Shuhaib termasuk orang yang beruntung kerana memilih cinta Akhirat mengatasi cinta dunia Berapa Nilai Dunia Ini? Mari kita muhasabah dan kemaskinikan matlamat kehidupan kita. Bersihkan dari sebarang kecintaan dunia yang menyiksakan diri kita kelak di Akhirat. Nilai dunia yang direbutkan terlalu kecil dibandingkan dengan nilai Akhirat. Rasulullah SAW bersabda : “Perumpamaan dunia dengan akhirat adalah kalian mencelupkan jari kalian ke laut, kemudian diangkat, lihatlah dunia hanya air yang ada di jari tersebut.” Sebenarnya Allah SWT telah menjelaskan nilai dunia di banding akhirat dan nilai akhirat di banding dunia baik dalam ayat –ayat al Qur’an mahupun hadis Nabi SAW. Penulis akhirkan perkongsian kali ini dengan perumpamaan menarik yang digambarkan oleh Rasulullah SAW terhadap nilai sebuah dunia yang menjadi rebutan manusia saat ini. Dari Jabir RA , bahawasanya Rasulullah SAW menjumpai seekor bangkai anak kambing lagi cacat telinganya lalu baginda mengangkat dengan memegang kedua telinga bangkai itu lantas bersabda: “Siapakah diantara kalian yang ingin membeli bangkai ini seharga satu dirham? Kemudian para sahabat pun menjawab, “ Kami sama sekali tidak menginginkanya,apa yang dapat kami lakukan dengan bangkai itu ? Lantas Rasulullah SAW kembali bertanya, ”Apa kalian mahu bila bangkai ini menjadi milik kalian?” Para sahabat kembali menjawab ,”Demi Allah, seandainya bangkai ini hidup pun kami tidak berminat, sebab ia cacat apalagi sudah menjadi bangkai.” Kemudian Rasulullah SAW seraya berkata “Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina di mata Allah daripada bangkai ini di mata kalian. (HR Muslim)

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Jangan Terpesona Dengan Bangkai

SELAKU umat yang beragama Islam, hendaklah kita meyakini dan memahami bahawa manusia mempunyai dua unsur, Rohani dan Jasmani dan sementara alam juga mempunyai dua, alam dunia dan alam akhirat. Setiap yang hidup pasti akan menemui mati dan akan dihidupkan semula di alam akhirat dan di akhiratlah tempat yang kekal abadi.

Dunia dan akhirat walaupun mempunyai sifatnya yang berbeza tetapi hubungannya amat rapat. Sama juga hubungannya di antara roh dan jasad manusia. Nabi S.A.W sendiri menggambarkan hubungan dunia dengan akhirat itu ibarat sebagai ‘jambatan’ dan ‘tempat tanam-tanaman’ untuk akhirat.

Di dalam Al Quran surah Al Qasas ayat 77 Allah mengingatkan manusia supaya menggunakan sesuatu yang di miliki di dunia untuk mendapat faedah (kebajikan) di akhirat. Maka sesuai sekali dengan falsafah dunia itu sebagai ‘jambatan’ atau ‘tempat tanam-tanaman’ atau ‘kebun’ atau sebagai ‘wasilah’(alat) untuk ke akhirat, maka kita hendaklah menjadikan dunia itu benar-benar bukan sebagai matlamat.

Selain daripada itu, umat Islam diberitahu lagi tentang konsep dan falsafah dunia bahawa ‘Dunia adalah ibarat bangkai’.

Tidak ada sesipa yang suka kepada bangkai, tetapi bangkai itu tidak boleh disia-sia atau dibuang kerana ia berfaedah sebagai alat yang menyuburkan tanaman. Matlamat menanam ialah untuk mendapat dan memetik hasilnya, iaitu buah untuk dimakan.

Kalau ada orang sayang atau memakan bangkai, maka ia dianggap tidak siuman. Tetapi sekiranya ia gunakan bangkai untuk menyuburkan tanamannya dan hasilnya buah menjadi subur yang dapat dimakan, itulah orang cerdik dan siuman.

Demikian dengan dunia, ia cuma ‘tempat tanaman’ atau ‘alat’ untuk menyuburkan amalan yang diperintahkan dan sesudah itu hasilnya akan dipungut dan diambil fedahnya (pahala) di akhirat.

Oleh yang demikian kita tidak boleh terpaut atau terpesona dengan bangkai atau kita jadikan tempat tanaman (ladang) atau jambatan sebagai tempat untuk hidup selama-lamanya. Tetapi jadikanlah ia alat untuk menyambungkan kita ke akhirat atau menanam hasil yang baik (kebajikan) dan menjadikannya sebagai amalan (ibadah) kita. Barulah dianggap kita meletakkan atau menggunakan dunia itu tepat pada fungsinya.

Bangkai Manusia Berjalan

Suatu hari, saat mentadabburkan beberapa ayat Qur’an, tiba-tiba ustadz bertanya pada jamaah yang hadir : Pernahkah melihat bangkai manusia berjalan? Para hadirinpun kaget dan serentak menjawab : Belum pernah ustadz… Nah, kalau mau melihat bangkai manusia berjalan, saya akan tunjukkan dan akan perlihatkan bagaimana bangkai-bangkai manusia berseliweran di mana-mana. Jumlahnya banyak sekali. Lebih banyak dari manusia yang hidup. Bentuknyapun sangat beragam. Begitu pula aromanya, ada yang busuk dan ada yang busuk sekali.
Mendengar tantangan tersebut para hadirin mulai berbisik-bisik antara satau sama lain karena sangat penasaran. Mereka tidak sabar dan ingin segera melihat bangkai-bangkai manusia yang berjalan itu. Di antara mereka ada yang berkata : Ustadz jangan bercanda dong? Masa ada bangkai manusia yang berjalan?
Setahu saya manusia yang sudah mati itu tidak bisa berkata, apalagi berjalan. Mandi dimandikan. Berpakaian harus dipakaikan. Shalat juga sudah tidak bisa dan bahkan wajib dishalatkan. Kalau orang mati itu bisa berjalan, tidak perlu kita yang hidup ini repot-repot mengantarkannya ke kuburan. Mana mungkin ustadz, katanya sambil mengkerutkan dahinya yang terlihat bekas sujud itu.
Saya tidak bercanda loh, kata sang ustadz. Kalau hadirin serius, saya akan perlihatkan saat ini juga. Tapi, saya minta satu syarat yang harus dipenuhi. Syaratnya mudah saja dan tak sulit. Bahkan gratis lagi, alias tidak perlu keluar biaya apa-apa.
Mereka bertanya : Apa syaratnya ustadz? Syaratnya ialah, hadirin harus pakai kacamata Qur’an. Agar kacamata Qur’an itu efektif dan bisa memperlihatkan bangkai-bangkai manusia yang berjalan itu, maka pikiran, hati dan perasaan harus dibuka selebar-lebarnya dan sejujurnya untuk menerima kebenaran setiap kata, nilai, pelajaran, perintah, larangan dan apa saja yang dijelaskan Qur’an. Baik ustadz, kata mereka.
Sang ustadz melanjutkan : Mari semua konsentrasi kita ditujukan pada ayat 122 surat Al-An’am yang baru saja kita baca. Allah berfirman :
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Apakah sama orang yang mati, lalu Kami hidupkan dan Kami jadikan baginya cahaya (Qur’an) yang ia bawa berjalan di tengah manusia, dengan orang yang berada dalam berbagai kegelapan di mana ia tidak bisa keluar darinya (kegelapan-kegelapan itu). Demikianlah, diperlihatkan baik pada orang-orang kafir itu apa saja yang mereka lakukan.
Melalui kacamata Qur’an ayat 122 surat Al-An’am ini, kita bisa melihat bahwa orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran Qur’an, atau menerima kebenarannya tapi tidak mengamalkan kandungannya dalam kehidupan dunia ini serta tidak mau menyebarkannya di tengah masyarakat sesuai profesi, mereka adalah orang-orang yang mati, alias bangkai-bangkai yang berjalan, kendati secara lahiriah mereka hidup, bekerja, melakukan sidang di parlemen, rapat kabinet, meeting bisnis, sekolah, berkumpul di rumah bersama istri dan anak-anak, belanja di pasar dan seterusnya.
Bukan hanya sampai di situ, menurut kacamata Qur’an, mereka hidup dalam berbagai kegelapan yang berlapis-lapis, sehingga semua aktivitas hidupnya bagaikan fatamorgana, dan selalu dalam keadaan bingung, meraba-raba dan hidup tak jelas tujuan. (QS. An-Nur : 39 – 40)
Sebaliknya, orang-orang yang menerima kebenaran Qur’an dengan semua kandungan dan isinya kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, di manapun dia berada, apapun profesinya, Qur’anlah yang menjadi petunjuk hidupnya, maka mereka adalah orang yang benar-benar hidup.
Bukan hanya itu, hidupnya dalam cahaya Allah yang terang benderang, sehingga semua aktivitas hidup yang dijalankannya bernilai tinggi dan tidak ada yang sia-sia, apalagi keliru dan tersesat. Dengan demikian, hidupnya menjadi produktif, pemanfaatan waktunya sangat baik dan tidak ada yang digunakan untuk perkara yang sia-sia, apalagi yang haram.
Pertanyaannya kemudian adalah : Berapa banyak sih manusia yang berjumlah 6 milyar yang hidup di atas bumi saat ini yang meyakini kebenaran Qur’an? Menurut data terakhir, hanya 1.3 milyar yang mengakui kebenaran Qur’an, alias Muslim, atau sekitar 21,6 % saja. Sedangkan 200 juta atau sekitar 15,38 % ada di Indonesia.
Dari 200 juta yang mengakui kebenaran Al-Qur’an di Indonesia, berapa persen yang bisa baca Qur’an? Berapa yang benar-benar mengimani Qur’an sebagai dusturul hayah (landasan hukum dalam kehidupan)? Berapa persen dari mereka yang membaca Qur’an setiap hari? Berapa pula mereka yang memahami isi Qur’an? Berapa yang sudah mengamalkan kendati sebagian kandungan Qur’an? Berapa yang mengamalkan semua petunjuk Qur’an dalam semua aspek kehidupan?
Berapa persen yang meyakini, membaca setiap hari, mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain, minimal kepada anak-anak dan istri mereka? Dan berapa persen yang memperjuangkan Qur’an sebagai dustur ul hayah(landasan hukum dalam kehidupan), khususnya sebagai dustur daulah (sistem negara)?
Menurut data terakhir pemilu 2009 lalu, 4 partai yang berdasarkan Islam, hanya mendapat sekitar 15 % suara pemilih yang jumlahnya sekitar 100 juta. Artinya, kalau angka ini yang kita jadikan acuan hitungan, berarti hanya sekitar 15 juta manusia di Indonesia ini yang berkeinginan menjadikan Qur’an sebagai dusturul hayah (landasan hidup).
Dengan kata lain, hanya sekitar 7.5 % dari penduduk Muslim Indonesia yang berminat menjadikan Qur’an sebagai landasan hukum dalam kehidupan di dunia ini. Kalau ditambah dengan yang tidak ikut pemulu 2009, katakanlah sekita 5 % (10 juta), maka total umat Islam yang berminat menjadikan Qur’an sebagai landasan hidup hanya sekitar 12,5 %, atau sekitar 25 juta saja.
Asumsi angka tersebut di atas baru terkait dengan minat umat Islam untuk menjadikan Qur’an sebagai landasan hukum dalam kehidupan. Sedangkan minat saja belum cukup dan harus diimplementasikan. Kalau kita lihat filosofi hidup, paradigma berfikir, program kerja, gaya hidup, sistem politik, ekonomi, perundang-undangan, pertahanan keamanan, pendidikan, budaya, pelayanan sosial yang dijalankan, khususnya oleh 7.5 % yang memakai baju Islam dalam politik praktis mereka sejak era reformasi 12 tahun belakangan ini, maka sama sekali tidak memperlihatkan keinginan mereka mejadikan Qur’an sebagai dusturul hayah (landasan hidup), apalagi dustur daulah (landasan hukum negara).
Hampir satu katapun tak terlihat dan terucap himbauan kepada pemerintah dan umat untuk kembali kepada Qur’an sebagai satu-satunya jalan keluar dari berbagai krisis yang sedang melilit negeri ini, apalagi melakukan Qur’anisasi sistem dan peraturan pemerintahan. Kalaupun tidak berupa himbauan, dalam bentuk keteladanan hidup dan berpolitikpun tidak tampak sebagai orang yang meyakini dan membawa cahaya Qur’an di tengah-tengah masyarakat.
Sebab itu, keributan 100 hari pemerintahan SBY-Boediono sejatinya tak perlu ada, khususnya bagi mereka yang menggunakan kacamata Qur’an. Jangankan 100 hari, 1,000 tahunpun tidak akan ada perubahan dan perbaikan, karena menurut kacamata Qur’an, orang-orang yang tidak beriman kepada Qur’a, atau beriman tapi tidak mau menjadikan Qur’an sebagai cahaya yang menerangi kehidupan di dunia ini, ibarat orang-orang yang mati dan berada dalam berbagai kegelapan.
Orang-orang seperti ini mustahil mampu keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi, apalagi mengeluarkan orang lain dari berbagai permasalah hidup ini. Amal perbuatan mereka bagaikan fatamorgana, tersesat dan tidak akan pernah medapat jalan keluar, khususnya keluar meraih keridhaan, keberkahan dan rahmat Allah. Ajaibnya, mereka mengiranya sedang berbuat baik dan yang terbaik untuk kehidupan. (QS.Al-kahfi : 103 – 105)
Nah, jamaah sekalian… Kalau kita mau hidup dan di dalam kehidupan ini ada cahaya Allah yang menerangi perjalanan dan aktivitas hidup kita, maka yakinilah Qur’an itu sebagai dustrul hayah dan dustur daulah. Sebagai bukti orang yang hidup, bawa cahaya itu ke tengah masyarakat di mana kita tinggal bersama mereka, apapun profesi kita serta apapun resikonya.
Karena untuk bisa menjadi orang-orang yang hidup dan mendapatkan cahaya Qur’an tidak cukup hanya slogan dan klaim belaka. Kita harus memulainya dari diri sendiri, kemudian diteruskan di rumah tangga, masyarakat dan sampai ke Negara. Itulah satu-satunya cara agar kita bisa hidup dan tidak menjadi bangkai-bangkai yang berjalan di atas muka bumi ini. Allahumahdina fi man hadait!!!

Dunia Yang Tidak Ada Nilainya

Dunia Yang Mempesona

Inilah pesona dunia, dimana banyak orang siap menghamba untuk mendapatkannya. Pesona pantai yang indah hingga gunung yang sejuk, pesona kereta yang nyaman hingga kapal pesiar yang mewah, pesona rumah yang besar hingga pusat-pusat hiburan keluarga yang bertebaran, pesona layanan kelas satu di restoran mewah hingga menikmati perjalanan kelas satu ke kota-kota indah di dunia ini, pesona memiliki banyak anak hingga pesona dihormati banyak orang, pesona memiliki uang banyak yang siap memiliki apapun yang kita ingini, pesona wanita cantik hingga pesona makanan dan minuman lezat, halal maupun haram, dan masih ada berjuta-juta jenis lagi berbagai pesona dunia lainnya yang siap menghibur para pecinta pesona dunia.

Untuk mendapatkan pesona dunia tersebut manusia menghabiskan demikian banyak waktu bekerja keras menumpuk harta untuk mengejar kebahagiaan duniawi. Pencinta dunia bahkan tidak atau sedikit saja menyisakan waktunya untuk amal akhirat di sela-sela kesibukan kerjanya atau di waktu luangnya dan dikala ia sehat. Mereka bahkan melupakan sholat atau minimal menunda sholat untuk urusan dunia yang lebih jelas terlihat di depan mata mereka. Sebagian bahkan siap korupsi, merampok, mencuri, menganiaya, menipu, memperkosa, membodohi orang lain untuk mendapatkan tiket membeli pesona dunia.

Disisi lain, sebagian manusia meluangkan demikian banyak waktunya untuk menikmati pesona dunia, bahkan tanpa mau bekerja dengan keras apalagi beribadah kepada Pemilik Dunia ini. Merekalah para pemilik harta berlebih yang menggunakannya untuk bersantai dan menikmati fasilitas dunia, termasuk para pemilik waktu yang menggunakannya untuk bermalas-malas di rumahnya yang nyaman, berjudi atau menikmati narkoba, termasuk juga para pemilik kekuasaan yang menggunakan kelebihannya untuk mendengar kekaguman orang lain pada dirinya atau memamerkan pengaruhnya atau fisiknya yang indah.

Dunia Yang Menipu dan Melalaikan

1. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang rendah dan sementara.

Allah mengilustrasikannya seperti air hujan yang menyuburkan tumbuhan sampai jangka waktu tertentu dan akhirnya tumbuhan itu menjadi kering. Allah berfirman, ''Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai pula perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan ia laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berpikir.'' (QS 10: 24).

2. Kehidupan dunia hanyalah permainan, melalaikan dan kesenangan yang menipu.

Firman Allah SWT : ''Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS, Al-Hadid : 20)

Firman Allah SWT : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS, Ali Imran : 14).

Firman Allah SWT : “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainulyaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS, At-Takatsur: 1-5).

Firman Allah SWT : Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (QS, Fathir : 5)

3. Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang kekal.

Firman Allah SWT : “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (QS, Al-‘Ankabut : 64)

Firman Allah SWT : "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri dan dia ingat akan Tuhannya, lalu dia shalat. Tetapi kamu (orang yang ingkar) memilih dunia, padahal akhirat itu jauh lebih baik dan lebih kekal". (QS, Al A'laa :14-17)

Dunia Yang Tidak Ada Nilainya

Para pecinta dunia hanya berpikir bahwa adalah tak mungkin Tuhan menciptakan dunia yang sangat sempurna, luas dan lengkap ini kalau tidak untuk dinikmati. Bahkan mereka berpikir tak mungkin Tuhan akan menghancurkan dunia ciptaan-Nya sendiri yang demikian menakjubkan ini melalui suatu bencana kiamat. Pencinta dunia hanya takjub kepada dunia yang luar biasa ini dan tidak pada akhirat karena mereka tidak tahu gambaran mengenai akhirat.

Rasulullah SAW telah menggambarkan betapa kecilnya nilai dunia ini dibanding akhirat dalam beberapa hadits sbb :

1. Nilai dunia tidak ada artinya dibanding dengan nilai akhirat.

Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia” (dari Al-Mustaurid ibn Syaddad r.a, Hadits Riwayat Muslim). Inilah penggambaran luar biasa yang menunjukkan betapa tak ada nilainya dunia ini dibanding keluarbiasaan alam akhirat.

2. Nilai dunia lebih hina bagi Allah dibanding dari nilai bangkai seekor kambing cacat dalam pandangan manusia.

Jabir bin Abdullah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berjalan melewati pasar sementara orang-orang berjalan di kanan kiri beliau. Beliau melewati seekor anak kambing yang telinganya kecil dan sudah menjadi bangkai. Beliau lalu mengangkatnya dan memegang telinganya, seraya bersabda : “Siapa diantara kalian yang mau membeli ini dengan satu dirham (saja)?”. Mereka menjawab, “Kami tidak mau membelinya dengan apapun. Apa yang kami bisa perbuat dengannya?” Kemudian beliau SAW bertanya, “Apakah kamu suka ia menjadi milikmu?”. Mereka menjawab, “Demi Allah, seandainya ia hidup ia adalah aib (cacat), ia bertelinga kecil, apalagi setelah ia menjadi bangkai?”. Maka beliau SAW bersabda, “Demi Allah, dunia ini lebih hina bagi Allah daripada bangkai ini dalam pandangan kalian.” (HR Muslim). Ibarat anak kambing yang cacat dan telah jadi bangkai pula, maka tak seorangpun yang mau memilikinya bahkan memandangnya apalagi menyimpannya; demikianlah Rasulullah SAW menggambarkan bagaimana Allah SWT menilai dunia ini yang diibaratkan lebih rendah dan hina dari bangkai kambing.

3. Dunia tidak ada nilainya di sisi Allah, bahkan seberat sayap nyamuk sekalipun..

Sahal Ibn Sa’ad as-Sa’idi ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Seandainya dunia itu ada nilainya disisi Allah bahkan seberat sayap nyamuk sekalipun, tentu Dia tidak akan sudi memberi minum pada orang kafir meskipun seteguk air.” (HR Tirmidzi, shahih). Hadits ini juga memberi makna bahwa rezeki dan kebahagiaan dunia juga diberikan Allah pada orang kafir maupun fasik, bahkan sering diberikan lebih banyak dibanding yang Ia berikan kepada orang-orang yang sholeh, ini karena nilai dunia yang sangat tidak ada artinya dibanding akhirat.

Dunia Adalah Ladang Akhirat

Setiap muslim harus mempertimbangkan kepentingan akhirat dalam setiap aktivitasnya. Allah berfirman, ''Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedangkan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka, apakah kamu tidak memahaminya? Maka, apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi, kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?'' (QS 28: 60-61).

Rasulullah SAW bersabda: “Dunia ini adalah ladang untuk bercocok tanam (tempat melakukan amal ibadah dan amal kebajikan) yang hasilnya dipanen kelak di negeri akhirat.”

Jangan terlena dengan dunia ini, jangan buang-buang waktu, manfaatkan setiap detik hidup kita yang masih tersisa di dunia ini untuk :

1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub) dengan memperbanyak dzikir dan amal ibadah lainnya.

2. Mengerjakan berbagai amal sholeh dan kebaikan walaupun sekedar memberikan sebutir kurma kepada orang lain

3. Membekali diri dengan takwa

4. Menggunakan kenikmatan yang diberikan Allah SWT (harta, waktu luang, kesehatan) untuk taat kepada-Nya.

5. Mensyukuri nikmat Allah SWT dengan menggunakan nikmat tersebut untuk semakin lebih taat kepada-Nya. Menggunakan nikmat harta, nikmat waktu, nikmat sehat untuk digunakan sebagai sarana dan fasilitas untuk beribadah lebih banyak lagi kepada-Nya.

Semoga kita tidak termasuk umat yang digambarkan Allah SWT seperti dalam firman-Nya : “Hingga ketika datang kematian menjemput salah seorang dari mereka, ia pun berkata: ‘Wahai Rabbku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku bisa mengerjakan amal shalih yang dulunya aku tinggalkan’.” (Al-Mukminun: 99-100)
Atau firman Allah SWT : “Sebelum datang kematian menjemput salah seorang dari kalian, hingga ia berkata: ‘Wahai Rabbku, seandainya Engkau menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat sehingga aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih.’ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang waktunya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al-Munafiqun: 10-11)

DUNIA
Banyak ayat-ayat yang menerangkan tercelanya isi dunia dan jenis-jenisnya. Sering Al Quran memuat ayat mengenai tercelanya dunia, dan seruan agar manusia berpaling dari dunia dan menuju akherat. Bahkan hanya inilah tujuan para Nabi menyampaikan misi, dimana mereka tidak diutus kecuali urusan semacam itu. Jadi tidak lagi butuh bukti ayat-ayat Al Quran sebab semuanya sudah jelas. Dan kami hanya menurunkan beberapa hadits.

Diriwayatkan:
Sesungguhnya Nabi SAW pernah melewati kambing yang mati, beliau SAW bersabda:
Tahukah kamu bahwa kambing ini amat hina bagi pemiliknya".
Mereka menjawab:
"Lantaran amat hina sehingga mereka membuangnya".
Beliau SAW bersabda:
"Demi Tuhan yang jiwaku dalam Kekuasaan-Nya, dunia ini lebih hina daripada kambing bagi pemiliknya. Andaikan dunia ini menurut Allah memadai hanya dengan sayap nyamuk, pasti Dia tidak akan memberikan setetes air pun pada orang kafir".

Nabi SAW bersabda:
"Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir".
Nabi SAW bersabda:
"Dunia dan isinya sangat dilaknati kecuali sesuatu yang dipergunakan untuk Allah".

Abu Musa Al Asy'ari berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang mencintai dunia tentu akan menyingkirkan akheratnya. Dan barangsiapa yang mencintai akherat tentu mengesampingkan dunianya. Maka utamakan yang abadi (akherat) daripada yang binasa".
Nabi SAW bersabda:
"Mencintai dunia adalah sumber dari segala kesalahan".

Zaid bin Arqom, katanya:
Kami bersama sahabat Abu Bakar RA. Dia memanggil minta minum, dan diambilkan minuman air dan madu. Tatkala ia mendekatkan minuman itu ke mulutnya, ia menangis, para sahabat pun ikut menangis, dia terus menangis sampai-sampai mereka beranggapan tak ada yang mampu menanyainya. Sesaat kemudian ia mengusap matanya, lalu bertanya:
"Wahai khalifah Rasul, apa yang menyebabkan kamu menangis seperti ini".
Dia menjawab:
"Pernah aku bersama Rasulullah SAW, beliau SAW mendorong-dorong sesuatu dari dirinya, padahal aku tidak melihat apapun ada padanya. Aku pun bertanya pada beliau SAW:
"Ya Rasul, apa yang tuan dorong dari diri tuan".
Beliau SAW menjawab:
Dia adalah dunia, dia diwujudkan dihadapanku, aku pun bertanya padanya:
"Menyingkirlah engkau dariku".
Dia lalu kembali sambil berkata:
"Kalau engkau bisa lepas dariku, maka kelak sesudahmu ada yang tidak bisa lepas dariku".

Nabi SAW bersabda:
"Sungguh amat mengherankan bagi orang yang percaya pada perkampungan abadi (akherat), padahal dia sendiri mengusahakan hanya demi perkampungan yang penuh tipu daya".

Diriwayatkan:
Sesungguhnya Nabi SAW berdiri di dekat tempat sampah, beliau SAW bersabda:
"Mari kita lihat dunia".
Kemudian beliau SAW mengambil pakaian usang dan rusak di bak sampah itu, berikut beberapa tulang yang hancur. Beliau SAW bersabda:
"Inilah dunia, sebagai lambang bahwa perhiasan dunia akan rusak seperti tulang-tulang ini".
Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya dunia adalah sesuatu yang manis dan hijau, dan Allah menciptakan kamu sebagai penguasanya, dan Dia selalu memicing bagaimana kamu memperlakukan dunia. Sesungguhnya bangsa Bani Israil telah diberhasilkan urusan dunianya, dan mereka berhamburan gemerlap perhiasan, wanita, wangi-wangian dan pakaian".

Kata Isa AS:
"Jangan jadikan dunia sebagai Tuhan, sebab ia akan menjadikanmu sebagai hamba. Dan simpanlah kekayaanmu disisi Allah, sebab Dia tidak akan menyia-nyiakan. Dikhawatirkan menyimpan dunia buat dunia mengakibatkan bencana bagi pemiliknya. Jika si pemilik menyimpan disisi Allah tidak dikhawatirkan terjadi bencana".

Sabda Nabi Isa AS:
"Hai para Hawariyyin, aku telah melipat dunia diwajahnya, maka kelak sepeninggalku jangan dibangunkan. Sesungguhnya kotoran dunia dan kotoran akherat tidak akan bertemu kecuali dengan meninggalkannya. Ingatlah, janganlah engkau memperhatikan dan memakmurkan dunia. Dan mengertilah bahwa sumber dari semua kesalahan adalah mencintai dunia. Banyak sekali kejadian senang sesaat, namun ia akan mengalami kesusahan berkepanjangan".
Dia berkata:
"Dunia diluaskan untukmu dan kamu duduk di hamparannya, kamu dan para penguasa jangan saling merebut wanita dan merebut masalah dunia. Mereka tidak akan mengganggu selagi kami membiarkan dunia".

Adapun masalah wanita, maka takutlah kamu dengan berpuasa dan melaksanakan sholat. Dia berkata:
"Dunia akan mencari dan dicari. Bagi orang yang mencari akherat, maka dunia akan mencarinya sampai orang itu mampu mengambil rizkinya di dunia. Dan orang yang mencari dunia, maka akherat tidak akan mencari sampai kematian menemui lehernya".
Musa bin Yasar berkata bahwa Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya tidak menciptakan makhluk yang paling dibenci kecuali dunia. Bahkan sejak menciptakan, Allah tidak pernah memandangnya".

Diriwayatkan:
Sesungguhnya Nabi Sulaiman bin Nabi Daud AS melewati barisan umatnya, dan para burung mengikutinya, jin dan manusia berjalan di sebelah kanan kirinya. Imam Rawi berkata:
Kemudian dia lewat didepan seorang abid (ahli ibadah) di kalangan bani Israil. Orang itu berkata:
"Wahai anak Daud, Allah menganugerahkan padamu kekuasaan yang besar".
Imam Rawi berkata:
Nabi Sulaiman mendengar lalu berkata:
"Sesungguhnya 1 bacaan tasbih orang mukmin lebih utama daripada anugerah yang diberikan kepada anak Daud, sebab apapun yang diberikan pada anak Daud akan musnah, dan bacaan tasbih akan abadi".

Nabi SAW bersabda:
"Engkau akan lalai dengan memperbanyak harta".
Anak cucu Nabi Adam AS berkata:
"Hartaku! Hartaku! Hartaku!"
Tiada bagian hartamu kecuali yang kau makan saja; engkau gunakan yang sesungguhnya engkau rusak, atau engkau sedekahkan untuk kau abadikan".

Nabi SAW bersabda:
"Dunia adalah rumah bagi orang yang tidak punya rumah, tempat bagi yang tak berharta, tempat pusatnya orang yang tak berakal, tempat bagi yang tidak berilmu, tempat bagi yang tidak mengerti agama dan karena dunia sehingga banyak orang tidak memiliki keyakinan".
Nabi SAW bersabda:
"Barangsiapa yang mencintai dunia, Allah tidak akan menolongnya dalam urusan apapun. Selain itu Allah akan menempatkan 4 hal dalam hatinya:
  1. Selamanya dirundung kesusahan,
  2. Sibuk tak pernah berhenti,
  3. Selamanya fakir (butuh dan butuh), dan
  4. Khayalannya tidak akan berhenti selamanya.
Abu Hurairah RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda:
"Hai Abu Hurairah, maukah engkau kuperlihatkan dunia dan isinya".
Aku menjawab:
"Mau, Ya Rasul".
Maka beliau SAW mengajak tanganku berjalan ke jurang, semua jurang-jurang yang ada di Madinah. Dan salah satu jurang ternyata dibuat tempat sampah kepala-kepala manusia, kotoran, pakaian usang dan tulang. Kemudian beliau SAW bersabda:
"Hai Abu Hurairah, kepala-kepala ini pernah rakus seperti kerakusanmu, berandai-andai seperti angan-anganmu, namun pada suatu hari ia akan menjadi tulang tanpa kulit dan menjadi abu. Yang ini adalah kotoran dari berbagai makanan darimana pun tanpa mempertimbangkan apakah halal atau haram, makanan itu dilempar ke perut dan disana saling berdesakan. Demikian pula pakaian-pakaian mereka, akan dihempas-hempaskan angin. Juga tulang mereka, berasal dari tulang-tulang binatang yang mereka tumpangi untuk mengelilingi pinggiran kota. Maka barangsiapa yang menangisi dunia sebaiknya dia menangis".
Lanjut Abu Hurairah RA:
"Kami pun terpatung sampai tangisan kami semakin keras".

Diriwayatkan:
Ketika Allah 'Azza Wa Jalla menurunkan Nabi Adam AS. Dia berfirman:
"Anak untuk kehancuran dan putra pada akhirnya rusak".

Daud bin Hilal berkata:
Dalam mushaf tertuliskan:
"Hai dunia, amat hina dirimu dalam pandangan orang yang berbuat baik, kamu berpura-pura dan berhias untuknya. Dan sesungguhnya AKU telah menancapkan rasa benci padamu serta menolaknya. Tak pernah AKU menciptakan yang lebih hina daripada kamu, dimana setiap urusanmu selalu menuju kehancuran. AKU telah memutuskan pada hari AKU menciptakan kamu bahwa kamu tidak langgeng buat seseorang, dan mereka pun tidak akan langgeng buat kamu sekalipun mereka pelit terhadapmu. Sangat beruntung orang yang berbuat baik, yakni hati mereka yang menampakkan keridhoan pada-KU dan beristiqomah dalam berbuat baik. Beruntunglah mereka yang tiada sesuatu dihadapan-KU ketika di kuburan kecuali Nur yang mewarnai wajahnya. Para malaikat pun mengelilingi mereka dan AKU memberikan rahmat sebagaimana yang mereka inginkan".

Nabi SAW bersabda:
"Posisi dunia tergantung antara langit dan bumi, dan sejak Allah menciptakan tak pernah aku memandangnya. Dunia akan berkata pada hari kiamat:
"Wahai Tuhanku, hari ini jadikanlah aku paling rendah diantara kekasih-kekasihMU".
Lantas Allah berfirman:
"Diamlah! Hai barang yang tak memiliki apa-apa. Sungguh Aku tidak merelakan mereka menempatimu, lalu adakah Aku merelakan kamu hari ini untuk mereka".

Diriwayatkan:
Al kisah Nabi Adam AS ketika makan buah khuldi perutnya melilit-lilit ingin memuntahkan kotoran dan tidak dijadikan makanan sesuatu pun kecuali buah ini, maka dari itu keduanya dilarang untuk memakannya".
Nabi SAW bersabda:
"Adam kemudian bergerak mengitari surga dan Allah mengutus malaikat untuk menanyai dia".
Allah berfirman:
"Katakan, apa yang dia kehendaki".
Adam AS pun menjawab:
"Aku ingin membuang kotoran yang menusuk dalam perutku".
Difirmankan pada malaikat:
"Katakan padanya, dimana kamu ingin membuangnya! Diatas tempat tidurkah, tahta, sungai-sungai atau dibawah pepohonan! Apakah ada tempat yang pantas untuk itu! Maka turun sajalah ke dunia".

Sabda Nabi SAW:
Di hari kiamat akan ada suatu kaum yang amal kebajikannya seperti gunung Thihamah, namun mereka diperintah masuk neraka".
Mereka bertanya:
"Apakah orang ahli shalat, wahai  Nabi".
Nabi SAW menjawab:
"Benar. Mereka shalat dan berpuasa, di malam hari pun hanya tidur sebentar, namun ketika muncul urusan dia mereka langsung memasukinya".

Nabi SAW bersabda dalam khutbahnya:
Ada 2 kekhawatiran pada seorang mukmin,
  1. Ialah ajal yang sudah berlalu namun tidak tahu apa yang diputuskan Allah padanya.
  2. Ajal yang masih ada, ia tidak akan tahu apa yang ditentukan Allah.
Maka sebaiknya seorang mukmin mencari bekal buat kesana; dunia buat akherat, hidup buat matinya dan masa mudanya untuk masa tuanya. Memang didunia diciptakan untuk kamu, namun kamu diciptakan untuk akherat. Demi Tuhan Yang Jiwaku ada pada kekuasaan-Nya, orang tidak akan mampu mengajukan tobat setelah mati, dan setelah dunia ini tidak ada daerah kecuali surga dan neraka"

Nabi Isa AS berkata:
Di hati seorang mukmin tidak akan bersatu antara cinta dunia dan akherat sebagaimana sulit berkumpulnya antara air dan api dalam tabung".

Diriwayatkan:
Jibril berkata kepada Nabi Nuh:
"Hai orang yang panjang umurnya diantara sekian para Nabi, apa pendapatmu mengenai dunia".
Dia menjawab:
"Dunia laksana rumah berpintu 2, aku bisa masuk lewat pintu dan keluar lewat pintu lainnya".
Dikatakan pada Nabi Isa AS:
"Sebaiknya engkau mendirikan rumah yang mampu melindungimu".
Dia menjawab:
"Cukup buatku 2 makhluk dan cukup pula bersama orang-orang sebelum kami".
Nabi SAW bersabda:
"Takutilah masalah duniawi, sebab dunia mampu menyihir dibanding ahli sihir Harut dan Marut".

Melalui Hasan RA dia menceritakan bahwa ketika Nabi SAW menemui para sahabatnya, beliau SAW bersabda:
"Apakah ada yang ingin dibutakan oleh Allah sampai tidak bisa melihat! Ketahuilah, sesungguhnya siapapun yang mencintai dunia dan panjang angan-angannya, jelas Allah membutakan mata hatinya sesuai ukuran cinta duniawinya. Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia dan menghentikan angan-angannya, maka Allah memberikan ilmu tanpa belajar dan memberikan hidayah tanpa ditunjukkan. Ingatlah, akan ada suatu kaum yang tidak mampu menegakkan kekuasaan kecuali dengan cara membunuh dan sewenang-wenang, tidak akan kaya kecuali dengan jalan sombong dan pelit dan tidak akan merasakan cinta kecuali dengan nafsu belaka. Ingatlah, barangsiapa yang berjumpa dengan jenis kaum itu, kemudian bersabar atas kemiskinannya, dimana ia sebenarnya mampu untuk menjadi kaya, besar atas kehinaan padahal dia mampu untuk mulai; ia tidak menginginkan itu kecuali hanya Ridho Allah, maka Allah menganugerahkan pahala sebanyak 50 orang yang shodiq".

Diriwayatkan:
Suatu hari Nabi Isa AS merasa berat atas turunnya hujan, kilat dan petir, dan dia cepat-cepat mencari perlindungan, dan ia menemukan kemah yang cukup lumayan jauh, setelah sampai disana ternyata didalamnya ada seorang wanita, terpaksa ia harus pergi lagi. Ia menemukan sebuah gua, sesampai disana ternyata didalam gua ada harimau. Lalu ia meletakkan tangannya dan berdo'a:
"Ya Tuhan, Engkau banyak menciptakan tempat berlindung, namun Engkau tidak menghendaki sebagai tempat berlindung".
Kemudian Allah menurunkan wahyu:
"Tempat berlindungmu adalah Rahmat-KU. Kelak Aku akan menikahkan kamu dengan 100 bidadari, Aku menciptakan mereka dengan Kekuasaan-KU dan Aku akan menjamu dalam pesta nikah kalian selama 4.000 tahun, dimana seharinya selama umur dunia, dan AKU akan memerintahkan seseorang untuk mengumumkan:
"Dimanakah zuhud didunia, maka datanglah pesta pernikahan Isa bin Maryam sebagai orang zuhud didunia".
Isa bin Maryam berkata:
"Kecelakaan besar bagi maniak dunia, ia akan mati dan meninggalkan dunia beserta isinya, dunia menipunya tapi mereka merasa tentram. Dia menomorsatukan dunia, padahal dunia jelas menghinakannya. Dan amat celaka bagi yang tertipu, dunia sudah menampakkan jelas terhadap apa yang mereka benci. Sesungguhnya ia menjauhkan para pencinta dunia dengan yang dicintai, dan mereka merasakan sebagaimana yang dijanjikan. Kecelakaan besar buat para pencinta dunia, dimana kesalahan merupakan amalan mereka, dan bagaimana kelak akan memikul dosa-dosanya".

Dikatakan:
Bahwa Allah menurunkan wahyu terhadap Nabi Musa AS:
"Apa hubunganmu dengan perkampungan orang-orang yang dzalim! Sungguh dia bukanlah daerahmu, maka keluarkan perhatianmu dan pisahkan mereka dengan akalmu. Perkampungan buruk jelas milik orang-orang dzalim, dan sebaik-baik perkampungan ialah yang ditempati orang-orang beramal. Hai Musa, Aku menunggu orang-orang dzalim dan kuserahkan buat orang yang didzalimi".

Diriwayatkan:
Sesungguhnya Nabi SAW memanggil Abu Ubaid bin Al Jarrah RA. Abu Ubaid RA pun datang dengan membawa harta dari Bahrain. Para sahabat Nabi SAW mendengar kedatangan Abu Ubaid dan mereka berjama'ah shubuh bersama Nabi SAW. Setelah shalat mereka menghadang beliau SAW, sampai Nabi SAW tersenyum memandang mereka. Beliau SAW bersabda:
"Aku sudah menyangka kalian pasti mendengar kedatangan Abu Ubaid dengan membawa sesuatu".
Mereka berkata:
"Benar, Ya Rasul".
Nabi SAW melanjutkan:
"Bergembiralah, dan tahan dulu kegembiraan kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian, namun aku khawatir duniamu disejahterakan seperti orang-orang sebelum kamu. Kamu berlomba-lomba mengajar dunia sebagaimana mereka, kemudian dunia mencelakai kalian sebagaimana mencelakai mereka".


Abu Sa'id Sl Khudri RA berkata bahwa Nabi bersabda:
"Sungguh amat yang kukhawatirkan ialah sesuatu yang diberikan Allah buat kalian dari berkah-berkah bumi". Ada yang bertanya:
"Apa berkah-berkah bumi, wahai Nabi!".
Nabi SAW bersabda:
"Keindahan dunia".
Lanjut Nabi SAW:
"Jangan sibukkan hati kalian dengan mengingatnya, apalagi memperoleh kenyataannya".


Ammar bin Sa'id RA berkata:
Isa AS memasuki desa, dan para penduduknya didepan rumah atau dijalan-jalan telah meninggal dunia. Isa berkata:
"Hai Hawariyyun, mereka meninggal dunia karena kutukan. Andaikan mereka mati bukan karena kutukan tentu mereka bisa saling mengubur".
Mereka berkata:
"Wahai Rasul (Isa), kami senang kalau mendengar tragedi mereka".
Dan Nabi Isa bertanya kepada Allah SWTAllah menurunkan wahyu:
"Panggilan mereka di malam hari tentu mereka akan menjawab".

Dan ketika malam tiba Isa menuju puncak gunung dan memanggil mereka:
"Hai penghuni desa!".
Mereka menjawab:
"Malam hari kami selamat, pagi harinya kami sudah masuk neraka Hawiyah".
Isa bertanya:
"Kenapa begitu".
Mereka menjawab:
"Kami terlalu mencintai dunia dan mentaati orang yang berbuat maksiat".
Isa bertanya:
"Bagaimana contoh kalian mencintai dunia".
Mereka menjawab:
"Laksana anak kecil mencintai ibunya, bila menghadap akan gembira dan bila mundur akan susah dan menangisi dunia".
Isa bertanya:
"Bagaimana kawan-kawanmu yang tidak menjawab pertanyaanku".
Mereka menjawab:
"Mereka dikendalikan para malaikat amat kasar dengan api".
Isa bertanya:
"Mengapa engkau bisa menjawab pertanyaanku".
Katanya:
"Aku berada diantara mereka, namun aku bukan golongan mereka, dan ketika siksa menjatuhi mereka, aku pun kena siksa bersama mereka, sehingga nasibku terlantar di pinggir neraka Jahannam; aku tidak tahu apakah masuk neraka Jahannam atau selamat".


Nabi Isa bertanya kepada pengikutnya:
"Sesungguhnya makan roti dengan kadar gandum yang rendah, atau memakai kain kasar, tidur di tempat sampah, itu lebih baik, lebih selamat dari dunia dan akherat".


Annas RA berkata:
"Unta Nabi SAW dijuluki Adhba' (telinga sobek, padahal telinga unta Nabi SAW tidak sobek), juga dijuluki paling pelan jalannya. Tiba-tiba ada seorang badui membawa unta sampai mendahului unta Nabi SAW membuat para muslimin kurang senang. Nabi SAW pun bersabda:
"Sesungguhnya hal yang paling benar menurut Allah ialah tidak mengangkat derajat sesuatu dari sudut dunia, melainkan akan direndahkan".
Isa AS berkata:
"Siapa yang mampu mendirikan rumah diatas ombak!". Demikianlah dunia, maka jangan jadikan dunia tempat tinggal".
Dikatakan kepada Isa AS:
"Berikan kami 1 ilmu yang membuat Allah mencintai kami".
Isa menjawab:
"Bencilah dunia, pasti Allah mencintaimu".


Kata Abu Darda' RA, bahwa Nabi SAW bersabda:
"Andaikan kamu tahu apa yang kuketahui niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Dunia menurutmu amat rendah dan kamu pasti mengutamakan akherat".
Abu Darda' berpendapat:
"Andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu pasti keluar dari daratan bumi sambil menjerit dan menangisi dirimu sendiri, dan kamu akan meninggalkan hartamu".


Tak ada seorang penjaga dan tiada pula yang kembali kecuali sesuatu yang tidak ada. Angan-anganmu telah membaurkan mata hatimu untuk mengenal akherat, sehingga dunia menguasai kalian dan kalian seolah-olah tidak memiliki ilmu. Sebagian kalian ada yang lebih hina dari binatang karena sulit meninggalkan kesenangan dunia. Lalu mengapa kalian tidak saling mencintai dan menasehati! Padahal kalian saudara seagama. TIdak akan tersisa kesenangan duniamu kecuali kotoran hati, dan andai kalian bersatu dalam kebajikan tentu kalian saling mencintai. Lalu mengapa kalian tidak saling menasehati dalam urusan dunia dan akherat!


Kalian tidak akan saling memberi nasehat dan tidak mampu menolong dala segi akherat, dikarenakan hatimu hanya ada sedikit iman. Andaikan kalian yakin akan kebaikan akherat dan mengenal bahayanya sebagaimana kalian mengenal dunia, pasti kalian mengutamakan akherat, sebab dialah yang lebih mengerti urusan-urusanmu. Kalau tuan berpendapat:
"Cinta merupakan hal yang jelas dan masuk akal"
Maka kami melihatmu meninggalkan jelasnya duniawi. Kalian bersusah payah bersama penderitaan dan pekerjaan yang mungkin saja kalian tidak akan menemukan ujungnya. Maka jelek-jeleknya kamu adalah kalian semua, sebab kalian tidak menguatkan iman kalian. Kalau kalian ragu dengan apa yang dibawah Nabi SAW, maka datangilah kami agar kami menjelaskan tentang Nur yang akan membuat hatimu bahagia. Demi Allah! Kalian bukanlah orang yang kurang akal, sehingga kami memaklumi alasan kalian. Kami telah menampakkan kebenaran duniau menurut pendapatmu dan selalu mengambil yang terbaik dalam segala urusan kalian. Mengapa kalian sudah bergembira dengan sedikit memperoleh dunia, dan amat sedih bila hal sedikit itu musnah, sehingga amat jelas kesedihanmu di dahi kalian. Dan lidahmu akan berkata-kata mengumpat bencana, padahal kamu menegakkan dosa didalamnya.


Sebagian besar orang-orang awam diantara kalian banyak yang meninggalkan agama, dimana hatimu tidak melintas kesedihan sedikitpun. Dan sungguh aku melihat Allah membiarkan kalian. Kalian saling bertemu dan bergembira, namun sesungguhnya kalian saling membenci kawan-kawannya, sebab kalian khawatir si kawan akan akan melakukan hal yang sama. Sehingga terjadilah saling pendendam meliputi kehidupan kalian. Sungguh aku amat gembira dibebaskan dari kalian, lalu mempertemukan aku dengan mereka yang bisa melihat-Nya. Andaikan orang yang mampu melihat Allah melihat kalian, tentu mereka tidak sabar melihat sikap kalian... (dst).


Nabi Isa AS berkata:
"Hai Hawariyyun, puaskan dirimu dengan merendahkan dunia menyelamatkan agama sebagaimana puasnya para pengejar dunia dengan merendahkan agama dan menyelamatkan dunia".
Senada pernah dikatakan:
"Aku melihat lelaki paling rendah dalam agama yang mereka terima, dan aku tidak melihat mereka puas dengan penghidupan yang rendah. Kalian merasa cukup dengan agama dari raja dunia sebagaimana cukupnya raja-raja dunia mereka melepaskan agama".


Nabi Isa berkata:
"Hai pencuri dunia, berbuatlah baik, kamu meninggalkan itupun lebih baik".
Nabi SAW bersabda:
"Sungguh akan datang zaman pada kalian sepeninggalku yang akan melahap iman kalian sebagaimana api melahap kayu bakar".


Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa AS:
"Hai Musa, sekali-kali jangan condong terhadap dunia, tentu kamu tidak akan datang pada-KU dengan membawa kesalahan besar yang lebih berat dari itu".
Nabi Musa AS melewati seorang lelaki yang menangis. Musa pulang, lelaki itu tetap menangis, Nabi Musa AS berkata:
"Ya Tuhan, hamba-MU menangis karena takut pada-MU".
Allah SWT berfirman:
"Hai anak Imran, andaikan ia menangis sampai otaknya keluar bersama air matanya, atau dia mengangkat tangan sampai 2 tangannya patah, AKU tidak akan mengampuninya sebab dia amat mencintai dunia".


Perkataan Para Sahabat Nabi SAW
Kata Ali KW:
"Barangsiapa yang mengumpulkan 6 hal, maka dia akan memperoleh harapan masuk surga dan meninggalkan neraka:

  1. Orang yang mengenal Allah dan berbakti padanya.
  2. Mengenal syetan dan menentangnya.
  3. Mengenal kebenaran lalu mengikutinya.
  4. Mengenal kebatilan dan menjauhinya
  5. Mengenal dunia dan melemparnya, dan
  6. Mengingat akherat serta mencarinya.
Hasan RA berkata:
"Semoga Allah menurunkan rahmat buat orang yang menjadikan dunia sebagai barang titipan, dan mereka menyampaikan terhadap orang yang berhak menerimanya, serta (kelak) akan berangkat dengan ringan".
Lanjut Hasan RA:
"Barangsiapa yang bersikap sombong akan agamamu, maka sombongkan padanya, dan barangsiapa yang bermewah-mewah terhadap dunia, maka lemparkan dunia di lehernya".


Lukman berkata:
"Wahai anakku, dunia ibarat laut yang dalam, dia telah menenggelamkan banyak manusia. Maka perahumu ialah takwa kepada Allah 'Azza Wa Jalla, muatannya iman kepada Allah SWT, dan layarnya berupa tawakkal pada-Nya agar kamu selamat. Dan aku melihatmu saat ini bukan orang yang selamat".


Imam Fudlil RA berkata:
Lama sekali fikiranku merenungkan kandungan ayat ini:
"Sesungguhnya Kami menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan, untuk menguji mereka, siapa diantara mereka yang baik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami jadikan pula bumi yang tanahnya amat kering. (QS.18 Al Kahfi:7-8)".


Sebagian Hukama berkata:
"Sesungguhnya engkau tidak pagi-pagi mencari dunia, kecuali sebelum engkau sudah ada pemiliknya, dan sesudah engkau pun ada pemilik lainnya. Tiada dunia buatmu kecuali makanan buat malam dan siang, maka jangan engkau rusak ketika makan, namun berpuasalah untuk dunia dan berbukalah saat di akherat. Sesungguhnya modal dunia adalah hawa nafsu dan labanya berupa neraka".


Ada yang bertanya pada pendeta:
"Bagaimana pendapatmu mengenai waktu".
Dia menjawab:
"Waktu bisa merusak anggota badan, memperbarui angan-angan, mendekatkan pada kematian dan jauh dari harapan".
Ditanya lagi:
"Bagaimana keadaan pelakunya".
Jawabnya:
"Orang yang memperoleh dunia akan payah, dan orang yang tertinggal pun akan lelah".


Sebagaimana yang dikatakan:
"Barangsiapa yang memuji dunia dengan barang yang menggembirakan, maka sungguh umurku menjadi sumpahku, sebab amat sedikit ia mencelanya. Dan ketika dunia gagal, akan membuat penyesalan bagi seseorang. Kalau dia datang, dia akan berbuat banyak akan kesusahan".
Sebagian Hukama berkata:
"Dunia sudah ada dan disana belum ada. Dunia akan pergi, disana aku pun tidak ada, maka aku tidak akan menghendakinya. Kehidupan dunia sangat menyulitkan dan kejernihannya merupakan kekeruhan, pemiliknya penuh kekhawatiran; kadang nikmatnya hilang, bencana dan datang sekaligus kematian sudah ditentukan".
Hukama berkata:
"Diantara cela dunia ialah tidak diberikan kepada seseorang apa yang menjadi hak-nya, dunia kadang ada yang dilebihkan atau dikurangkan".


Sufyan berkata:
"Apakah engkau pernah melihat nikmat yang dimurkai! Ialah nikmat yang diletakkan bukan pada pemiliknya".
Abu Sulaiman Ad Darani berkata:
"Barangsiapa yang menghendaki dunia dengan dasar cinta, maka tidak akan diberinya sesuatu kecuali dia akan terus menginginkan. Dan barangsiapa yang mencari akherat dengan rasa cinta, maka dia tidak akan diberikan kecuali terus menerus menginginkan. Dan 2 masalah ini tidak akan ada batasnya".


Ada lelaki yang bertanya pada Abu Hazim:
"Aku menjelaskan padamu mengenai dunia, dan 1 pun tak ada rumah buatku".
Abu Hazim menjawab:
"Perhatikan apa yang diberikan Allah padamu tentang dunia; janganlah kamu memperolehnya kecuali dengan jalan halal dan jangan meletakkan kecuali dengan benar, sehingga kecintaan dunia tidak berbahaya buatmu".
Perkataan itu benar, sebab kalau dia menghukum dirinya hanya karena itu, pasti dia akan sengsara dan mengeluh akan keluar dari dunia.


Yahya bin Mu'adz berkata:
"Dunia tempat bersarangnya syetan, maka janganlah mencuri apapun dari sarang itu sebab bisa saja dia datang dan mencarimu".
Fudlail berkata:
"Andaikan dunia ini terdiri dari emas (Yang tidak kekal) dan akherat terdiri dari tanah liat (yang kekal), tentu kita memilih tanah liat yang kekal daripada emas yang tidak abadi. Lalu bagaimana kalau kita sungguh-sungguh telah memilih tanah liat yang kekal atau emas yang tidak kekal".


Abu Hazim berkata:
"Takutlah pada dunia, sebab ada riwayat yang datang padaku bahwa pada hari kiamat kelak akan dihadapkan seorang hamba yang mengagungkan dunia. Dikatakan padanya:
"Inilah orang yang mengagungkan sesuatu yang dihinakan Allah".
Ibnu Mas'ud berkata:
"Manusia tidak menjalankan aktivitasnya kecuali hanya seorang tamu dan harta yang dicari hanya sebuah pinjaman. Tentunya tamu akan pulang dan pinjaman pasti dikembalikan".
Sesuai dengan tulisan ini:
"Harta dan keluarga merupakan titipan, dia tidak bisa berbuat lain kecuali mengembalikan barangnya".


Teman-teman dekat Rabi'ah datang berkunjung, mereka membicarakan dunia dan amat membencinya. Rabi'ah berkata:
"Hentikan obrolan kalian, andaikan tak ada yang bercokol dalam hatimu pasti tidak banyak membicarakan dunia. Ketahuilah, barangsiapa yang mencintai sesuatu pasti sering membicarakannya".


Ada yang bertanya pada Ibrahim bin Adham, kemudian dia menjawab:
"Kami menyulam dunia kami dengan merobek-robek agama kami, maka agama kami tidak utuh, demikian pula yang kami tambal. Beruntung sekali orang yang menjunjung Allah, Tuhannya, dan berharap dunia sesuai apa yang diharapkan".
Dilansir dalam tulisan yang sama:
"Aku berpendapat terhadap si pencari dunia yang tua isinya, yang sukses dan bergembira atas semua nikmat yang dihasilkan. Mereka laksana orang yang membangun bangunan. ditegakkan dengan sempurna, lalu roboh".


Ada yang berkata:
"Khawatirlah tentang dunia yang dilebihkan terhadapmu, tidakkah yang diperjuangkan selama ini akan pindah! Duniamu bagaikan bayang-bayang yang melindungimu, lalu menghancurkanmu".
Lukman berwasiat pada anaknya:
"Hai anakku, juallah duniamu demi akheratmu, pasti akan beruntung. Jangan kau jual akheratmu demu dunia, engkau pasti rugi".
Muthrif bin Syakhir berkata:
"Jangan kau pandang kemewahan para raja dan keindahan pakaian mereka, namun pandanglah kejelekkan tempat mereka kembali".


Ibnu Abbas RA berkata:
"Sungguh Allah SWT menjadikan dunia 3 bagian; sebagian untuk orang mukmin, sebagian untuk orang munafik dan sebagian lagi buat orang kafir. Orang mukmin jelas mempersiapkan bekal, orang munafik dipakai untuk berhias dan orang kafir untuk bersenang-senang".
Sebagian ulama berkata:
"Dunia adalah bangkai. Barangsiapa yang menginginkan sesuatu darinya, maka sabarkan diri untuk bergaul dengan anjing-anjing".
Sebagian dikatakan:
"Hai peminang dunia, lemparkan pinangan itu pasti akan selamat. Sesungguhnya wanita yang kau pinang adalah pengkhianat suaminya diantara para wanita".


Abu Darda' RA berkata mengenai hinanya dunia di sisi Allah; bahwa Allah tidak akan didurhakai kecuali dalam urusan dunia, dan tidak akan berhasil mencapai sesuatu disisi Allah kecuali meninggalkan dunia.
Sebuah syair:
"Bilamana seseorang diuji mengenal dunia, ia akan menendangnya sebagai musuh dalam selimut yang paling dekat".
Ada yang mengatakan:
"Hai orang tidur yang bergembira di permulaan malam, akan berapakah peristiwa yang terjadi sampai waktu sahur! Banyak yang binasa para ahli masa yang memperoleh nikmat dengan siang malam berputar-putar maju mundur. Berapa bencana melewati masa yang menghancurkan para raja, sepanjang zaman membuat manfaat juga menciptakan bencana. Hai orang yang mendekap dunia yang tidak akan abadi, yang selalu memperbaiki dunia siang dan pagi; hendaklah kau tanggalkan dekapan itu, sehingga kau bisa merangkul gadis-gadis Firdaus. Andai engkau mencari surga sebagai tempat abadi tentu engkau akan membenci neraka".


Abu Umamah Al Bahili bercerita:
Ketika Nabi Muhammad SAW diutus, iblis menemui bala tentaranya dan berkata:
"Sekarang telah diutus seorang Nabi dari semua umat".
Iblis bertanya:
"Mereka mencintai dunia".
Mereka menjawab:
"Ya".
Iblis berkata:
"Sungguh, andai mereka masih mencintai dunia tentu aku tak membiarkan mereka tidak menyembah berhala. Aku datang dari pagi sampai sore hanya ada 3 hal:

  1. Mengambil jalan dari jalan yang tidak hak,
  2. Digunakan pada jalan yang tidak benar, dan
  3. Kewajiban yang seharusnya dikeluarkan selalu ditahan. Dan semua kerusakan timbul dari masalah ini.
Ada lelaki datang kepada Ali KW dan bertanya:
"Jalan sifat-sifat dunia".
Ali KW menjawab:
"Aku tidak akan menjelaskan tentang daerah, dimana yang sehat menjadi sakit, yang aman menjadi resah, yang fakir akan bersedih dan yang kaya menjadi terfitnah. Setiap yang halal ada perhitungan, setiap yang haram ada siksa dan didalamnya subhatnya ada celaan".
Ini pun pernah diadukan pada Ali KW pada kesempatan lain:
Dia menjawab:
"Apakah aku harus menerangkan panjang lebar".
Mereka menjawab:
"Singkat saja".
Ali berkata:
"Barangsiapa halalnya diperhitungkan dan yang haram ada siksa".


Malik bin Dinar RA berkata:
"Takutlah terhadap sesuatu yang bisa menghipnotis. Dia mampu menyihir para ulama, yakni dunia".
Abu Sulaiman Addarani berkata:
"Bilamana akherat berada di ruang hari maka dunia akan mendesaknya. Kalau dunia ada dihati, maka akherat tidak akan mendesaknya karena akherat adalah mulia dan dunia terhina".
Pendapat ini amat memberatkan dan menurut hemat kami sebagaimana dijelaskan Sayyar bin Hikam yang benar, dia berkata:
"Dunia dan akherat keluar dari hati. Sebaliknya, bila engkau membenci akherat tentu perhatian dunia akan keluar dari hatimu".
Pendapat Malik ini mengambil dari pendapat Ali KW yang mengatakan:
"Dunia dan akherat laksana 2 orang yang dimadu. Bila engkau membuat puas salah satunya tentu yang akan jatuh".


Hasan RA berkata:
"Sungguh aku memandang beberapa kalangan manusia; mereka memandang dunia lebih hina daripada debu yang berterbangan, tidak ambil peduli apakah dunia masih berputar atau tidak".
Seorang lelaki berkata pada Hasan RA:
"Bagaimana pendapat kamu mengenai lelaki yang dikayakan oleh Allah! Kemudian menyumbangkan pada orang lain sekaligus dia bersilaturrahmi pada sanak famili, kemudian hartanya dibuat bersenang-senang; apakah itu baik!".
Kata Hasan RA:
"Tidak. Andaikan semua dunia ini miliknya, maka tak ada bagian untuknya kecuali hanya secukupnya dan mengamalkan buat bekal esok dihari Kefakiran".
Kata Imam Fudlail:
"Andaikan dunia diberikan padaku dengan halal tanpa adanya perhitungan, pasti aku tidak akan memandang kotor sebagaimana kotornya bangkai sebab khawatir akan pakaiannya".


Diberitakan ketika Umar RA datang ke Syam, Abu Ubaidah RA menjemputnya dengan naik unta. Ia memberi salam pada Umar RA dan berkata sedikit. Lalu keduanya ke suatu tempat, disana tidak ada apa-apa kecuali pedang, perisai dan karung (tas), Umar RA berkata:
"Sebaiknya engkau mengambil perlengkapan".
Ubaidah menjawab:
"Ya Amirul mukminin, hanya ini yang bisa membuat kami tidur siang".


Sufyan berkata:
"Ambillah dunia untuk dirimu dan akherat untuk hatimu".
Hasan berkata:
"Demi Allah! Sungguh bani israil yang menyembah Tuhan Maha Pengasih berubah menyembah berhala ketika cinta akan dunia".
Wahab berkata:
Aku banyak membaca Kitab-Kitab;
"Dunia merupakan keberuntungan bagi yang berakal dan kelengahan bagi yang bodoh, mereka tersisi karena tidak mengenal, minta dikembalikan tapi tidak dikembalikan".


Lukman berwasiat untuk anaknya:
"Hai anakku, engkau sudah tidak mengurusi dunia semenjak engkau disana, lalu hanya mengurusi akherat. Engkau memandang perkampungan dekat adalah lebih dekat daripada perkampungan yang kau lihat jauh".
Kata Sa'id bin Mas'ud:
"Bila engkau melihat hamba yang semakin kaya dan menurun akheratnya, dan ia senang dengan keadaan itu, maka orang ini tertipu namun tidak merasa tertipu".
Amr bin Ash berkata diatas mimbar:
"Demi Allah! Aku tidak pernah melihat ada manusia yang merasa senang dengan sesuatu yang dibenci oleh Nabi SAW. Demi Allah, tak ada 3 hal bagi Rasulullah SAW kecuali ada yang membahayakan beliau SAW daripada yang bermanfaat".


Hasan berkata setelah membaca firman Allah:
"Sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdaya kamu. (QS.Lukman:33)".
Siapa yang berfirman:
"Tentu pasti Allah Dzat yang menciptakan dunia lebih mengetahui segala isinya. Takutilah dunia yang amat menyibukkan, sebab dunia adalah tempat kesibukan. Seorang lelaki tak akan membuka pintu kesibukan kecuali pintu itu terus membukanya 10 pintu".
Dia berkata:
"Orang miskin selalu ridho dengan harta halalnya yang dihisab dan yang haram dijadikan siksa,,,(dst), anak cucu Adam selalu merasa sedikit harta (kurang) dan tidak merasa sedikit amalnya, dan mereka masih bisa bergembira dengan bencana didunia saja".


Hasan RA menulis surat buat Umar bin Abdul Aziz:
"Keselamatan buatmu...., Amma Ba'du: kamu seolah-olah orang yang sudah diputuskan kematiannya".
Umar membalas:
"Keselamatan atas kamu..., Amma Ba'du; seolah-olah kamu tidak berada didunia namun ada di akherat yang kekal". (dst).


Wahab bin Munabih berkata:
"Barangsiapa yang hatinya senang dengan dunia, maka dia jauh dari hikmah. Barangsiapa yang meletakkan nafsunya berada dikakinya (dituruti), maka syetan akan menjauhkan dari Naungan-Nya. Dan barangsiapa yang nafsunya dapat dikalahkan dengan ilmu, maka dialah orang yang menang".
Ada kabar kepada Bisyr:
"Si Fulan telah mati".
Bisyr menjawab:
"Ia sudah mengumpulkan dunia dan sekarang ke akherat dengan amat sia-sia". (dst).
Sebagian ulama berkata:
"Dunia amat benci kepada kita, namun kita masih saja mencintainya. Lalu bagaimana kalau dia membuat kita cinta".


Dikatakan pada Hakim:
"Untuk siapa dunia ini".
Dia menjawab:
"Buat orang yang mau menjauhinya".
Ada yang berkata:
"Lalu akherat untuk siapa".
Jawabnya:
"Untuk orang yang mencari".
Hakim berkata:
"Dunia adalah daerah yang gersang, bahkan lebih gersang lagi bagi hati orang yang memakmurkan dunia. Dan akherat adalah daerah yang makmur, bahkan lebih makmur lagi bagi orang yang mencari".


Imam Junaid berkata:
"Imam Syafi'i adalah diantara sekian orang yang mendekati akherat, dia selalu berkata benar. Selalu menasehati saudaranya mengenai urusan Allah dan menakut-nakuti siksa Allah. Katanya:
"Hai saudaraku, dunia adalah tempat yang licin menghanyutkan sekaligus perkampungan yang hina, tempat keramaian menuju kegersangan, dan para penghuninya akan menghuni kuburan, urusannya selalu bercerai berai, kekayaannya menghadap pada kefakiran sebagai tempat kemiskinan dan kemiskinan itu sendiri adalah kekayaan; maka berlindunglah kepada Allah dan bersyukurlah atas rizki yang diberikan. Janganlah kalian berhutang dengan perkampungan yang menghancurkanmu ditukar dengan akherat, sebab kehidupan ini merupakan fatamorgana, ibarat tombak sudah miring. Maka perbanyaklah amal dan sedikitkan angan-angan".


Ibrahim bin Adham berkata kepada seorang lelaki:
"Punya uang dalam mimpi atau lebih suka punya uang dalam keadaan sadar".
Dia menjawab:
"Uang dalam keadaan sadar".
Kata Ibrahim:
"Kamu bohong! Sebab apa yang kamu suka dalam keadaan sadar adalah mimpi, sedangkan yang tidak kamu sukai di akherat ibarat yang kamu sukai dalam keadaan sadar".


Ismail bin Iyasy berkata:
Saudara-saudaraku mengibaratkan dunia laksana babi hutan. Mereka berkata:
"Menjauhlah hai babi".
Dan andaikan mereka menemukan nama yang lebih dari babi tentu akan menggunakan nama itu.
Ka'ab berkata:
"Sungguh dunia akan membuat kamu cinta, sampai kamu mau menyembah dan mengusainya".


Yahya bin Mu'adz Ar Razi berkata:
Ada 3 macam orang berakal:

  1. Orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya.
  2. Orang yang membangun kuburan sebelum ia dimasukkan kuburan, dan
  3. Orang yang ridho dengan penciptanya sebelum bertemu dengan-Nya.
Dia meneruskan:
"Dunia telah membuat kamu hancur pada tingkat sepenuh-penuhnya sampai melupakan kamu dari Allah, lalu bagaimana kalau ada didalamnya".


Bakar bin Abdullah berkata:
"Barangsiapa yang ingin kaya dalam dunia ibaratnya orang yang memadamkan api dalam tempurung".
Bandaro berkata:
"Ketika para pencinta dunia membicarakan zuhud, maka mengertilah bahwa mereka dalam kekuasaan syetan".
Dia melanjutkan:
"Barangsiapa yang mencintai dunia, pasti api dunia akan membakarnya sampai menjadi abu. Barangsiapa yang menghendaki akherat, jelas akherat akan membersihkan dengan cahaya api yang nampak seperti emas yang bermanfaat baginya. Barangsiapa yang menghadap Allah 'Azza Wa Jalla, maka api-api tauhid akan membersihkan dia sampai kelihatan bahan murni yang berharga".


Ali KW berkata:
Didunia ada 6 macam hal:

  1. Makanan,
  2. Minuman,
  3. Pakaian,
  4. Kendaraan,
  5. Yang dinikahi, dan
  6. Wangi-wangian.
Adapun makanan yang mulia adalah madu, dimana makanan itu sama-sama buat orang bejat atau orang baik. Dan yang paling utama diantara pakaian ialah sutra, dan ia berasal dari pemintalan ulat sutra. Yang paling baik diantara kendaraan ialah kuda, padahal banyak lelaki yang mati diatasnya. Yang terbaik diantara yang dikawini ialah wanita, padahal dia tempat untuk kencing. Sedangkan wanita paling baik ialah yang memakai perhiasan, padahal dituju, paling buruk berupa faraj-nya. Yang paling baik diantara parfum ialah misk, padahal misk adalah sejenis dengan darah".



(Zuhud) Dalil-dalil Kehidupan Dunia...





PASTI ADA UJIAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERIMAN

Q29.2-3. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan "kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar & sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Q2.214. Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk syurga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sampai-sampai berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Jenis ujian
Q21.35. Kami akan mengujimu dengan keburukan & kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.

Q2:155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa & buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar…

Dari Saad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu bahwa Nabi shallawahu alaihi wa alihi bersabda: “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, lalu yang semacamnya & semacamnya, seseorang diuji sesuai kadar keimanannya, apabila teguh dalam keimanannya maka ujiannya bertambah berat, apabila lemah dalam keimanannya maka diuji sesuai kadar keimanannya, ujian terus menerus menimpa seorang hamba sampai meninggalkannya berjalan dimuka bumi dalam keadaan bersih dari kesalahan” [HR Imam Turmudzi dan dishahihkan Syaikh Albani dalam Silsilah Shahihahnya 1/225]

Sifat musibah (ujian) bagi orang-orang yang beriman
"Tidaklah rasa lelah, sakit, kegelisahan, kesedihan, gangguan & duka yang menimpa seorang muslim sampai-sampai duri yang menusuknya kecuali Allah menghapuskan dosanya karena hal-hal tesebut" [HR Bukhari & Muslim]

"Perumpamaan orang Mukmin seperti tanaman (pohon) yang senantiasa angin itu mencondongkannya, dan selamanya orang Mukmin itu ditimpa bencana. Sedangkan perumpamaan bagi orang yang munafik seperti pohon kayu yang tidak bisa digoyangkan hingga pohon itu ditebang" [HR Muslim]

Rasulullah bersabda, "Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, Dia menyegerakan hukuman untuknya di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan, Dia menahan darinya (hukuman) karena dosanya hingga Dia menunaikannya pada hari kiamat" [HR At-Tirmidzi]

"Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu" (HR Ath-Thabrani) 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan