Khamis, 19 Mac 2015

JENIS2@PEMBAHAGIAN HADIS2








PEMBAGIAN HADITS SECARA UMUM, JENIS-JENIS HADITS

Hadits yang dapat dijadikan pegangan adalah hadits yang dapat diyakini kebenarannya. Untuk mendapatkan hadits tersebut tidaklah mudah karena hadits yang ada sangatlah banyak dan sumbernya pun berasal dari berbagai kalangan. 
A. DARI SEGI JUMLAH PERIWAYATNYA
Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak sedikitnya perawi yang menjadi sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits dibagi menjadi dua macam, yakni:
Ø Hadits mutawatir, dan
Ø Hadits Ahad.
1. Hadits Mutawatir
a. Pengertian Hadits mutawatir
Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain.
Sedangkan menurut istilah ialah Suatu hasil hadis tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.
b. Pembagian Hadits Mutawatir
Para ulama membagi hadits mutawatir menjadi 3 (tiga) macam :
Ø Hadits Mutawatir Lafzi
Hadits yang lafad-lafad para perawi itu sama, baik hukum maupun ma’nanya.
Ø Hadits Mutawatir Ma’nawy
Hadis yang berlainan bunyi lafaz dan maknanya, tetapi dapat diambil dari kesimpulannya atau satu makna yang umum.
Ø Hadits Mutawatir Amaly
Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari agama dan telah mutawatir di antara kaum muslimin bahwa Nabi melakukannya atau memerintahkan untuk melakukannya atau serupa dengan itu
2. Hadis Ahad
a. Pengertian hadis ahad
Menurut Istilah ahli hadis, pengertian hadis ahad ialah hadits yang tidak berkumpul padanya syarat-syarat mutawatir.
b. Pembagian Hadits Ahad
Pembagian hadits ahad dilihat dari jumlah periwayatannya di bagi kepada tiga tingkatan yaitu :
Ø Hadits Masyhur
Hadits yang di riwayatkan oleh tiga orang atau lebih,serta belum mencapai derajat Mutawatir.
Ø Hadits ‘Azis
Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang, walupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja,kemudian setelah itu,orang-orang pada meriwayatkannya.
Ø Hadits gharib
Hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.
B. DARI SEGI KUALITAS SANAD DAN MATANNYA
     Para ulama membagi hadis ahad dalam tiga tingkatan, yaitu hadits sahih, hadits hasan, dan hadis daif. Pada umumnya para ulama tidak mengemukakan, jumlah rawi, keadaan rawi, dan keadaan matan dalam menentukan pembagian hadis-hadis tersebut menjadi hadis sahih, hasan, dan daif.
1. Hadits Sahih
Hadits Sahih adalah hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat dan tidak janggal.
Hadits shahih terbagi kepada dua bagian:
Ø Shahih li-dzatihi
Hadits yang sanadnya bersambung-sambung, diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna hafalannya dari orang yang sekualitas dengannya hingga akhir sanad, tidak janggal dan tidak mengandung cacat yang para
Ø Shahih li-ghairih
Hadits yang keadaan rawi-rawinya kurang hafidh dan dhabith tetapi mereka masih terkenal orang yang jujur, hingga karenanya berderajat hasan, lalu didapati padanya dari jalan lain yang serupa atau lebih kuat, hal-hal yang dapat menutupi kekurangan yang menimpanya itu.
2. Hadis Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang dinukilkan oleh orang yang yang adil yang kurang sedikit kedhobitannya, bersambung-sambung sanadnya sampai kepada nabi SAW. dan tidak mempunyai ‘Illat serta syadz.
Menutut Ibnu Shalah, hadits hasan itu dapat dibagi menjadi dua:
Ø Hasan li-dzatihi
Berita Hadits yang terkenal para perawinya tentang kejujuran dan amanahnya tetapi hafalan dan keteguhan hafalannya tidak mencapai derajat para perawi hadits shahih.
Ø Hasan li-ghairih
Hadits yang sanadnya tidak sepi dari seorang yang tidak jelas perilakunya atau kurang baik hafalannya dan lain-lainnya.
3. DARI SEGI KEDUDUKAN DALAM HUJJAH
hadis ahad ahad ditinjau dari segi dapat diterima atau tidaknya terbagi menjadi 2 (dua) macam yaitu hadis maqbul dan hadis mardud. 
a. Hadis Maqbul
Maqbul menurut bahasa berarti yang diambil, yang diterima, yang dibenarkan. Sedangkan menurut urf Muhaditsin hadis Maqbul ialah Hadis yang menunjuki suatu keterangan bahwa Nabi Muhammad SAW menyabdakannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa hadis maqbul ini wajib diterima. Sedangkan yang temasuk dalam kategori hadis maqbul adalah:
Ø Hadis sahih, baik yang lizatihi maupun yang ligairihi
Ø Hadis hasan baik yang lizatihi maupun yang ligairihi.
B. Hadis Mardud
Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak; yang tidak diterima. Sedangkan menurut urf Muhaddisin, hadis mardud ialah Hadis yang tidak menunjuki keterangan yang kuat akan adanya dan tidak menunjuki keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi adanya dengan ketidakadaannya bersamaan. Jadi, hadis mardud adalah semua hadis yang telah dihukumi daif.
4. Hadis Daif
Hadis daif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-sifat hadis sahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadis hasan
C. DARI SEGI TEMPAT PENYANDARANNYA
    Ditinjau dari segi kepada siapa berita itu disandarkan, apakah disandarkan pada Allah, Nabi SAW., shahabat ataukah disandarkan kepada yang lainnya, maka hadits itu dapat dibagi menjadi:
I. Hadits Qudsi
Yang disebut hadits Qudts –Qudsy atau hadits- Rabbany atau hawadits-lahi, ialah sesuatu yang dikabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham , yang kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan kata beliau.
2. Hadits Marfu’
Hadits Marfu' adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW., baik berupa perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung ataupun sanadnya itu terputus.
3. Hadits Mauquf
Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung ataupun sanadnya itu terputus.
Contoh:
4. Hadits Maqtu’
Hadits Maqtu' adalah yang disandarkan kepada tabi’in dan tabi’ut tabi’i serta orang yang sesudahnya, baik berupa perkataan, perbuatan atau lainnya.

Kumpulan Hadist Shahih Bukhari dan Muslim

Dalam menjalani kehidupan, kadang kala kita mengalami kebuntuan dan keputusasaan. Kita membutuhkan pegangan untuk menjawab setiap kebingungan yang dihadapi. Untuk itu, saya ingin menyampaikan hadits-hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Semoga dapat bermanfaat untuk menuntun kita dalam menjalani kehidupan sesuai sunnah Rasulullah SAW.
  1. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Neraka tertutup oleh berbagai syahwat dan hawa nafsu sedangkan surga tertutup oleh berbagai kesukaran dan keberatan.”
    (Bukhari – Muslim)
  2. Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Yang mengikuti mayyit ada tiga keluarga, kekayaan dan amalnya maka yang dua kembali yaitu keluarga dan kekayaannya dan tetap tinggal padanya yang satu yaitu amal perbuatannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  3. Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mengambil hak orang lain walau sejengkal tanah akan dikalungkan hingga tujuh petala bumi.”
    (Bukhari – Muslim)
  4. Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang Muslim adalah yang dapat selamat sekalian orang Muslim dari gangguan lidah dan tangannya. Seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.”
    (Bukhari – Muslim)
  5. Dari Usamah bin Zaid r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Aku berdiri di muka pintu surga tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk surga adalah orang-orang fakir miskin sedangkan orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaanya dan orang-orang ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka maka ketika saya berdiri di dekat pintu neraka tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang perempuan.”
    (Bukhari – Muslim)
  6. Dari Anas r.a. berkata: Seorang Arab bertanya kepada Rasulullah saw, “Bilakah hari kiamat?” Rasulullah saw menjawab, “Apakah bekalmu untuk menghadapinya?” Ia menjawabnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka Rasulullah saw bersabda, “Engkau akan berkumpul dengan orang yang engkau cintai.”
    (Bukhari – Muslim)
  7. Dari Abdullah bin Mas’ud ra meriwayatkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang perbuatan apa yang paling disukai Allah Ta’ala. Rasulullah menjawab, “Menjalankan shalat pada waktu yang ditetapkan.” Saya bertanya, “Dan sesudah itu?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada orang tua.” Saya bertanya, “Dan sesudah itu?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.”
    (Bukhari)
  8. Dari Umar ra. dan Aisyah ra. menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jibril selalu memperingatkanku tentang hak-hak tetangga  sehingga aku cenderung percaya bahwa ia bisa-bisa akan memberi mereka bahkan hak-hak warisan
    (Bukhari)
  9. Dari Abu Bakar ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidak usahkan aku menceritakan tentang dosa terburuk?” Kami berkata, “Katakanlah, ya Rasulullah!” Rasulullah saw bersabda, “Menyekutukan seseorang dengan Allah dan tidak patuh terhadap orang tua.” Rasulullah saw sedang bersandar kemudian duduk tegak seraya bersabda, “Hati-hatilah dari berkata dusta.” Beliau terus mengulang-ulangi perkataan beliau itu sehingga kami memohon agar berkenan menghentikannya.
    (Bukhari)
  10. Dari Abi Abdurrahman Abdillah bin Umar bin Khattab ra. berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bangunan Islam itu atas lima perkara Mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Mengeluarkan Zakat, Mengerjakan Haji ke Baitullah dan Puasa bulan Ramadhan.”
    (Bukhari – Muslim)
  11. Dari Abi Hamzah Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah saw dari Nabi saw telah berkata: “Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”
    (Bukhari – Muslim)
  12. Dari Ibni Mas’ud ra. telah berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: “Tidak halal darah seorang muslim kecuali disebabkan salah satu dari tiga perkara: Duda/janda yang berzina, Pembunuhan dibalas bunuh, Orang meninggalkan agamanya, memisahkan diri dari jama’ah (murtad).”
    (Bukhari – Muslim)
  13. Dari Abu Musa (Abdullah) bin Qais al-asy’ary r.a. berkata: Rasulullah saw ditanya mengenai orang-orang yang berperang karena keberanian, karena kebangsaan atau karena kedudukan manakah diantara semua itu yang disebut fisabilillah? Rasulullah saw menjawab, “Siapa yang berperang semata-mata untuk menegakkan kalimatullah (agama Allah) maka itulah fisabilillah.”
    (Bukhari – Muslim)
  14. Dari Abu Bakrah (Nufa’i) bin al Harits ats Tsaqafy berkata: Rasulullah saw bersabda, “Apabila dua orang Muslim berhadapan dengan pedang masing-masing maka pembunuh dan terbunuh keduanya sama-sama masuk neraka. Abu Bakrah bertanya, “Ya Rasulullah, yang membunuh jelas masuk neraka tetapi mengapa yang terbunuh juga demikian? Rasulullah saw menjawab, “Karena ia juga memiliki niat sungguh-sungguh akan membunuh lawannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  15. Dari Abu Sa’id (Sa’ad bin Malik bin Sinan) al-Khudry berkata: Rasulullah saw bersabda, “Pernah terjadi pada umat terdahulu seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa kemudian ingin bertaubat maka ia pun mencari seorang alim lalu ditunjukkan kepadanya seorang pendeta maka ia pun bertanya, “Sesungguhnya saya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat?” Jawab pendeta, “Tidak ada” Seketika pendeta itupun dibunuhnya sehingga genaplah seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian ia mencari orang alim lainnya dan ketika telah ditunjukkan iapun menerangkan bahwa ia telah membunuh seratus orang apakah ada jalan untuk bertaubat? Jawab si alim, “Ya, ada dan siapakah yang dapat menghalangimu untuk bertaubat? Pergilah ke dusun itu karena di sana banyak orang-orang yang taat kepada Allah. Maka berbuatlah sebagaimana perbuatan mereka dan jangan kembali ke negerimu ini karena negerimu ini adalah tempat penjahat.” Maka pergilah orang itu tetapi di tengah perjalanan mendadak ia mati. Maka bertengkarlah Malaikat rahmat dengan Malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata, “Ia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya.” Malaikat siksa berkata, “Ia belum pernah berbuat kebaikan sama sekali.” Maka datanglah seorang Malaikat berupa manusia yang menjadi juru penengah (hakim) di antara mereka. Ia berkata, “Ukur saja jarak antara dusun yang ditinggalkan dan yang dituju maka kemana ia lebih dekat, masukkanlah ia kepada golongan orang sana. Maka diukurlah kedua jarak itu dan ternyata lebih dekat kepada dusun orang-orang baik yang dituju, kira-kira terpaut sejengkal. Maka dipeganglah ruhnya oleh Malaikat rahmat.”
    (Bukhari – Muslim)
  16. Dari Utsman bin Affan ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak seseorang memasuki waktu shalat wajib kemudian ia berwudhu’ dan shalat dengan khusyu’ dan memelihara ruku’nya, melainkan akan terhapus dosa-dosanya yang telah lalu selama tidak melakukan dosa besar, hal itu berlaku sepanjang masa.”
    (Muslim)
  17. Dari Imran bin Hushain ra., Rasulullah saw bersabda: “Ada 70.000 orang dari umatku yang masuk surga tanpa hisab.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, ya Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Mereka adalah orang yang tidak beristirqa’ (meminta pengobatan dengan cara jampi-jampi) tidak bertathayyur (menggantungkan nasib kepada terbangnya burung), tidak melakukan pengobatan dengan cara membakar bagian yang sakit dengan besi panas membara dan orang-orang yang bertawakkal kepada Rabb mereka.”
    (Muslim)
  18. Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kesenangan seorang yang menemukan kembali tiba-tiba untanya yang telah hilang daripadanya di tengah hutan.”
    (Bukhari – Muslim)
  19. Dari Abu Said dan Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seorang Muslim itu menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan hati) hingga tertusuk duri melainkan semua itu akan menjadi penebus kesalahan-kesalahannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  20. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah bersabda, “Bukanlah orang yang kuat itu yang dapat membanting lawannya, kekuatan seseorang itu bukan diukur dengan kekuatan tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya pada waktu marah.”
    (Bukhari – Muslim)
  21. Dari Abu Khalid (Hakim) bin hizam r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda , Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum berpisah maka jika benar dan jelas keduanya, diberkahi jual beli itu tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapus berkah jual beli itu.”
    (Bukhari – Muslim)
  22. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Seseorang datang kepada Rasulullah saw lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sedekah manakah yang lebih besar pahalanya? Rasulullah saw menjawab, “Bersedekah dalam keadaan sehat sedang engkau amat sayang kepada harta tersebut, takut miskin dan mengharapkan kekayaan. Oleh sebab itu jangan menunda-nunda sehingga apabila ruh (nyawa) sudah sampai di tenggorokan (hampir mati) lalu engkau berwasiat untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian.”
    (Bukhari – Muslim)
  23. Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Bakal ada tentara yang menyerang Ka’bah tetapi ketika mereka sampai di suatu lapangan tiba-tiba mereka semua dibinasakan dari yang pertama hingga yang terakhir.” ‘Aisyah r.a. bertanya, “Ya Rasulullah, kenapa mereka semua dibinasakan padahal diantara mereka ada yang di pasar dan tidak ikut menyerang?” Rasulullah saw menjawab, “Dibinasakan semua kemudian akan dibangkitkan menurut niat masing-masing.”
    (Bukhari – Muslim)
  24. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Aku bermimpi seolah-olah aku bersiwak (menggoosok gigi). Tiba-tiba datang kepadaku dua orang maka aku berikan siwak itu kepada yang kecil tetapi aku ditegur, “Dahulukan yang besar maka aku berikan kepada yang besar.”
    (Bukhari – Muslim)
  25. Dari Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seseorang itu akan berkumpul bersama orang yang dikasihinya.”
    (Bukhari – Muslim)
  26. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. berkata: Rasulullah saw menengokku pada haji wada’ dari cekaman suatu penyakit yang hampir saja  merenggut nyawaku lalu aku berkata, “Ya Rasulullah, sebagaimana engkau lihat, penyakitku ini cukup berat sedangkan aku adalah orang yang berharta dan tidak ada ahli warisku kecuali seorang anak perempuanku. Bolehkah aku bersedekah dengan dua pertiga dari hartaku?” Rasulullah saw menjawab, “Jangan” Aku berkata, “Bagaimana kalau separuhnya?” Rasulullah menjawab, “Jangan, sepertiga saja dan sepertiga pun sudah cukup banyak. Sesungguhnya jika eangkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya raya adalah lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan kekurangan meminta-minta kepada manusia. Dan tidaklah engkau mengeluarkan suatu pembelanjaan dengan menuntut keridhaan Allah melainkan engkau akan diberi pahala karenanya hingga sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” Aku berkata, “Ya Rasulullah, apakah aku ditinggalkan (di Makkah) sesudah kawan-kawanku (berhijrah)?” Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya engkau tidak ditinggal lalu engkau beramal dengan suatu amal yang ditujukan untuk mencari keridhaan Allah melainkan dengannya engkau akan bertambah derajat dan pangkatmu. Barangkali engkau tertinggal ini akan mendatangkan manfaat bagi orang banyak dan mendatangkan kerugian bagi lainnya.” Kemudian Rasulullah saw berdo’a, “Ya Allah teruskanlah bagi sahabat-sahabatku hijrah mereka dan jangan Engkau kembalikan mereka ke belakang (ke Mekkah).” Tetapi yang kecewa adalah Sa’ad bin Khaulah yang dikasihi oleh Rasulullah sawkarena ia meninggal dunia di Makkah.
    (Bukhari – Muslim)
  27. Dari Abdillah bin Mas’ud ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang mempunyai sifat sombong sedikit saja di dalam hatinya tidak akan masuk surga.” Seseorang berkata, “Bagaimana halnya ihwal seseorang yang mempunyai pakaian-pakaian yang indah dan sepatu-sepatu yang indah?” Rasulullah saw bersabda, “Allah itu indah dan Allah menyukai keindahan (Seseorang tidak disebut sombong jika ia mempercantik dirinya). Kesombongan terletak pada penolakan terhadap kebenaran danmemandang orang lain rendah.”
    (Muslim)
  28. Dari Abu Hurairah (Abdurrahman bin Shaher) r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Shalat berjama’ah pahalanya melebihi shalat sendirian baik di tempat pekerjaan atau di rumah, dua puluh lima derajat. Yang demikian itu karena jika seseorang telah menyempurnakan wudhu kemudian pergi ke masjid tanpa tujuan lain selain shalat maka tidak bertindak selangkah melainkan diangkat sederajat dan dihapuskan daripadanya satu dosa hingga masuk ke masjid. Apabila telah berada di dalam masjid maka ia dianggap mengerjakan shalat selama ia masih menantikan shalat (selama bertahan karena menunggu shalat) dan Malaikat memohonkan rahmat atau mendoakan seseorang selama ia dalam majelis shalatnya. Malaikat berdoa, Ya Allah, kasihanilah dia; ya Allah, ampunilah dia; ya Allah, maafkanlah dia. Demikian itu selama ia tidak mengganggu dan belum berhadats di tempat itu.”
    (Bukhari – Muslim)
  29. Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mencatat segala hasanat (kebaikan) dan sayyiat (kejahatan) kemudian menjelaskan keduanya maka barangsiapa yang berniat akan melakukan kebaikan lalu dikerjakannya maka akan dicatat untuknya sepuluh hasanat mungkin ditambah hingga tujuh ratus kali lipat atau lebih dari itu.Dan apabila ia berniat akan melakukan sayyiat (kejahatan) lalu tidak dikerjakannya maka Allah mencatat baginya satu hasanat dan jika niat itu dilaksanakannya maka ditulis baginya satu sayyiat.”
    (Bukhari – Muslim)
  30. Dari Abi Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Lazimnya, seseorang mengawini seorang wanita karena empat alasan: karena kekayaannya; karena martabat keluarganya; karena kecantikannya dan karena kesalehannya. Lebih baik pilihlah ia karena kesalehannya. Semoga engkau tetap rendah hati.”
    (Bukhari)
  31. Dari Adiyyi bin Hatim ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Bersedekahlah supaya engkau diselamatkan dari api neraka walaupun hanya sebagian dari sebuah kurma.”
    (Bukhari)
  32. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Semua umatku selamat kecuali orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa (mujaharah). Dan termasuk mujaharah adalah orang yang berbuat di waktu malam yang gelap kemudian pagi harinya diceritakan pada orang lain padahal semalaman itu Allah menutupinya sedangkan pagi harinya ia membuka sendiri apa yang ditutupi oleh Allah.”
    (Bukhari – Muslim)
  33. Dari Abu Mas’ud al-Badri r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda, “Apabila salah seorang kamu membelanjai istrinya dengan mengharapkan pahala maka tercatat baginya sebagai sedekah.”
    (Bukhari – Muslim)
  34. Dari Anas r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Ya Allah,sesungguhnya tidak ada kehidupan yang sebenarnya kecuali kehidupan akhirat.”
    (Bukhari – Muslim)
  35. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati.”
    (Bukhari – Muslim)
  36. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat seorang Mu’min didekatkan kepada Tuhan dengan dinaungi oleh rahmat-Nya, kemudian ditanya, “Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu?” Jawabnya, “Ya, saya tahu.” Maka Allah berfirman, “Aku telah menutupi atasmu dunia dan kini aku mengampuninya darimu.” Kemudian diberikan kepadanya suratan amal kebaikannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  37. Dari Anas r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Ada tiga perkara yang barangsiapa memilikinya akan merasakan kelezatan iman yaitu jika ia mencintai Allah dan Rasulullah melebihi cintanya kepada yang lain; Jika ia mencintai sesama manusia semata-mata karena Allah dan jika ia enggan kembali kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya, sebagaimana ia enggan dimasukkan ke dalam neraka.”
    (Bukhari – Muslim)
  38. Dari ‘Ubadah bin ash Shamit r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa percaya bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Nabi Muhammadadalah hamba dan utusan-Nya dan bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya dan kalimat-Nya yang diturunkan kepada Maryam dan ruh daripada-Nya dan bahwa surga itu benar adanya (haq) maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dengan amal perbuatannya (yang baik) seberapa pun adanya.”
    (Bukhari – Muslim)
  39. Abu Hurairah r.a. telah mendengar Nabi saw bersabda, “Ada tiga orang dari Bani Israil yaitu si Belang, si Botak dan si Buta ketika Allah akan menguji mereka, Allah mengutus Malaikat berupa manusia. Maka datanglah Malaikat itu kepada orang yang belang dan bertanya, “Apakah yang kau inginkan?” Jawabnya, “Kulit dan rupa yang bagus serta hilangnya penyakit yang menyebabkan orang-orang jijik kepadaku.” Maka diusaplah orang itu oleh Malaikat. Seketika itu juga hilanglah penyakitnya dan berganti rupa dan kulit yang bagus, kemudian ditanya lagi, “Kekayaan apakah yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Unta.” Maka diberinya seekor unta yang bunting sambil didoakan, BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu).” Kemudian datanglah si Malaikat itu kepada si Botak dan bertanya, “Apakah yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Rambut yang bagus dan hilangnya penyakitku yang menyebabkan kehinaan pada pandangan orang.” Maka diusaplah orang botak itu lalu seketika itu juga tumbuhlah rambut yang bagus. Kemudian ditanya lagi, “Kini kekayaan apa yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Lembu.” Maka diberinya seekor lembu yang bunting sambil didoakan, “BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu).” Lalu datanglah Malaikat itu kepada si Buta dan bertanya, “Apakah yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Kembalinya penglihatan mataku supaya aku dapat melihat orang.” Maka diusaplah matanya sehingga dapat melihat kembali. Selanjutnya dia ditanya pula, “Kekayaan apa yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Kambing.” Maka diberinya seekor kambing yang bunting sambil didoakan “BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu).”
    Beberapa tahun kemudian setelah masing-masing mempunyai daerah tersendiri yang penuh dengan unta, lembu dan kambing, datanglah Malaikat itu dalam rupa seorang yang miskin seperti keadaan si Belang dahulu pada waktu ia belum sembuh dan kaya. Malaikat itu berkata, “Saya seorang miskin yang telah terputus hubungan dalam perjalananku ini maka tidak ada yang dapat mengembalikan aku kecuali dengan pertolongan Allah dan bantuanmu. Maka saya mengharap, demi Allah yang memberi rupa dan kulit yang bagus, satu unta saja untuk meneruskan perjalananku ini.” Jawab si Belang, “Masih banyak hak orang lain padaku, aku tidak dapat memberimu apa-apa, mintalah saja di lain tempat.” Malaikat berkata, “Rasa-rasanya aku pernah berjumpa denganmu, bukankah engkau si Belang dahulu yang dijijiki orang dan seorang miskin kemudian Allah memberimu kekayaan?” Jawab si Belang, “Saya telah mewarisi kekayaan orang tuaku.” Malaikat berkata, “Jika engkau berdusta maka semoga Allah mengembalikan keadaanmu seperti dahulu.” Kemudian pergilah malaikat itu kepada si Botak dengan menyamar seperti keadaan si Botak dahulu dan berkata pula padanya sebagaimana yang dikatakan kepada si Belang, namun ternyata mendapat jawaban seperti jawaban si Belang, hingga karenanya didoakan, “Jika engkau berdusta maka semoga engkau kembali seperti keadaanmu semula.” Akhirnya datanglah Malaikat itu kepada si Buta dengan menyamar seperti keadaan si Buta dahulu semasa ia miskin dan berkata, “Saya seorang miskin dan perantau yang telah putus hubungan dalam perjalanan, tidak dapat meneruskan perjalanan kecuali dengan pertolongan Allah dan bantuanmu. Aku minta demi Allah yang mengembalikan pandangan matamu, satu kambing saja untuk meneruskan
    perjalananku ini.” Jawab si Buta, “Dahulu aku memang buta lalu Allah mengembalikan penglihatanku maka kini ambillah sesukamu, aku tidak akan memberatkan sesuatu pun kepadamu yang engkau ambil karena Allah.” Maka berkata Malaikat, “Jagalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu telah diuji maka Allah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu itu.”
    (Bukhari – Muslim)
  40. Dari Abi Hurairah ra. menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Saya bersaksi dengan nama Allah, ia bukan orang yang beriman. Saya bersaksi dengan nama Allah, ia bukan orang yang beriman.
  41. Dari Abi Hurairah ra. menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Malanglah ia, malanglah ia, malanglah ia. Seorang yang hidup cukup lama menyaksikan hari tua ibu-bapaknya, tetapi gagal memperoleh surga (dengan jalan mengkhidmati mereka).”
    (Muslim)
  42. Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra. telah berkata: Aku telah dengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa diantaramu melihat kemungkaran hendaklahia merobahnya dengan tangannya, jika ia tak sanggup maka dengan lidahnya dan jika tak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”
    (Muslim)
  43. Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berbuat zhalim kepada saudaranya yang seiman dari hartanya atau sebagian dari itu, maka henndaklah ia menyelesaikannya pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari dimana dinar dan dirham tidak memberi manfaat apa-apa.Bila ia mempunyai amal shaleh maka amal tersebut diberikan kepada saudaranya yang dizhaliminya. Namun jika ia tidak memiliki amal shaleh maka dosa yang dizhaliminya, ditimpakan kepadanya.”
    (Bukhari – Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud)
  44. Dari Sahl bin Sa’ad ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim di surga seperti ini (beliau mengisyaratkan kedua jari telunjuknya danjari tengah sambil membuka keduanya)
    (Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi)
  45. Dari Nu’man bin Basyir ra bahwa Rasulullah saw bersabda: “Adzab neraka yang paling ringan pada hari kiamat ialah seorang laki-laki diletakkan diujung kedua tongkaknya dua bara api dengan panas yang menjadikan otaknya mendidih, dimana ia tidak melihat ada orang lain yang mendapat adzab lebih berat darinya, padahal itu adzab neraka yang paling ringan.”
    (Muttafaq ‘Alaih)
  46. Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Terjadi di masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam di dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang berada di dalam gua itu, ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas bukit dan menutup pintu gua itu sehingga mereka tidak dapat keluar. Maka berkatalah mereka, “Sungguh tidakada yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini, kecuali jika kalian bertawassul kepada Allah dengan amal-amal shalehyang pernah kalian lakukan dahulu.” Maka seorang dari mereka berdoa, “Ya Allah, dahulu saya mempunyaiayah dan ibu dan sudah menjadi kebiasaanku tidak memberi minuman susu kepada seorangpun sebelum keduanya (ayah dan ibu), baik kepada keluargaku atau kepada hamba sahaya. Maka pada suatu hari saya agak jauh menggembala ternak sehingga saya terlambat tidak kembali kepada keduanya hingga malam hari dan ketika itu ayah bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya segan untuk membangunkan keduanya tetapi saya pun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum ayah bundaku. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar lalu bangunlah keduanya dan minum susu yang saya perahkan itu. Padahal malam itu anak-anakku juga menangis meminta susu itu di dekat kakiku. Ya Allah, jika saya lakukan itu benar-benar karena mengharapkan keridhaan-Mu maka lepaskanlah kami dari kesulitan ini. Maka bergeserlah batu itu sedikit hanya saja mereka belum dapat keluar dari gua tersebut. Lalu orang yang kedua berdoa, “Ya Allah, dahulu saya pernah jatuh cinta pada anak gadis pamanku. Karena cinta kasihku saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya tetapi ia selalu menolak hingga terjadilah pada suatu saat ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku. Maka saya berikan padanya uang seratus dua puluh dinar dengan janji bahwa ia akan menyerahkan kegadisannya kepadaku malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara kedua kakinya tiba-tiba ia berkata, “Takutlah kepada Allah dan jangan engkau pecahkan tutup kecuali dengan cara yang halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih menginginkannya dan saya tinggalkan dinar emas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah, bila saya berbuat itu semata-mata karenamengharapkan keridhaan-Mu maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini.” Maka bergeserlah batu itu sedikit tetapi mereka belum juga dapat keluar daripadanya. Lalu berdoalah orang yang ketiga, “Ya Allah, saya dahulu menjadi majikan yang mempunyai banyak buruh dan pegawai. Pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu lalu segera pergi dan meninggalkan upahnya terus pulang ke rumahnya dan tidak kembali. Maka saya perniagakan upah itu hingga bertambah dan berbuah menjadi harta kekayaan yang banyak. Kemudian setelah berselang waktu cukup lama, buruh itu datang kembali dan berkata, “Hai hamba Allah berikan kepadaku upahku yang dahulu itu.”Aku menjawab, “Semua kekayaan di depanmu yang berupa unta, lembu, kambing dan budak penggembalanya itu adalah upahmu.” Orang itu berkata, “Hai hamba Allah, janganlah engkau mengolok-olokkan aku.” Aku menjawab, “Aku tidak mengolok-olokkan kamu.” Maka diambilnya semua yang saya sebutkan itu dan tidak ditinggalkan seekor pun daripadanya. “Ya Allah, jika saya berbuat itu karena mengharapkan keridhaan-Mu maka bebaskanlah kami dari kesempitan ini.” Tiba-tiba batu itupun bergeser lagi sehingga mereka dapat keluar dengan selamat.”
    (Bukhari – Muslim)
  47. Dari Atha’ bin Abi Rabah berkata: Ibnu ‘Abbas r.a. berkata, “Sukakah saya tunjukkan kepadamu seorang wanita ahli syurga?” Saya menjawab, “Baiklah.” Berkata Ibnu ‘Abbas, “Itulah wanita yang hitam.” Pada suatu hari ia datang kepada Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah, saya berpenyakit ayan hingga terbuka aurat maka doakan kepada Allah untuk kesembuhanku.” Rasulullah saw menjawab, “Jika engkau sabar engkau akan mendapat surga dan jika engkau tetap meminta aku, aku doakan, akupun tidak keberatan.” Wanita itu menjawab, “Saya akan sabar tetapi doakan supaya tidak sampai terbuka aurat saya.”
    (Bukhari – Muslim)
  48. Dari Abdullah bin ‘Abbas dan Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Andaikan seorang anak Adam (manusia) mempunyai satu lembah dari emas pasti ia ingin mempunyai dua lembah dan tidak ada yang dapat menutup mulutnya (menghentikan kerakusannya kepada dunia) kecuali tanah (maut). Dan Allah berkenan memberi taubat kepada siapa yang bertaubat.”
    (Bukhari – Muslim)
  49. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Allah tertawa melihat dua orang yang telah bunuh membunuh dan keduanya masuk surga. Seorang pejuang berjuang di jalan Allah (Fisabilillah) lalu terbunuh kemudian yang membunuh masuk Islam dan ikut berjihad Fisabilillah sehingga mati syahid terbunh pula.”
    (Bukhari – Muslim)
  50. Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Hak kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya ada lima. Pertama menjawab salam. Kedua menjenguk yang sakit. Ketiga mengantar jenazah. Keempat memenuhi undangan. Kelima mendo’akan orang yang bersin.”
    (Muttafaq ‘Alaih)
  51. Dari Sahl bin Hanif bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa meminta mati syahid kepada Allah dengan jujur, pasti akan Allah sampaikan ia ke tingkat para syuhada sekalipun mati di atas tempat tidur.”
    (Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
  52. Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap anggota badan manusia wajib atasnya sedekah, setiap hari bila terbit matahari engkau damaikan antara dua orang yang berselisih, itu adalah sedekah dan menolong orang berkenaan dengan kendaraannya, engkau mengangkatnya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya, itu adalah sedekah dan setiap langkah untuk shalat adalah sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu rintangan dari jalan adalah sedekah.”
    (Bukhari – Muslim)
  53. Dari Abdillah bin ‘Amr bin Al-’Ash ra. bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memiliki empat sifat maka ia munafik murni dan barangsiapa memiliki satu darinya, berarti ia mempunyai satu sifat munafik, yaitu jika diberi amanat ia berkhianat, bila bicara ia dusta, jika berjanji ia mengingkari dan jika bersengketa ia membongkar rahasia terdahulu.”
    (Bukhari – Muslim)
  54. Dari Utsman bin Affan ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Orang yang terbaik dari antaramu ialah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.”
    (Bukhari)
  55. Dari Anas r.a. berkata, Nabi saw masuk masjid tiba-tiba beliau menemukan tali yang terulur di antara dua tiang. Nabi saw bertanya, “Tali apakah ini?” Jawab orang banyak, “Tali kepunyaan Zainab kalau ia merasa capai berdiri shalat, ia berpegangan dengannya.” Maka Nabi saw bersabda, “Lepaskan tali itu. Hendaklah shalat dilakukan dalam keadaan tangkas, cekatan dan apabila letih (mengantuk) hendaklah tidur.”
    (Bukhari – Muslim)
  56. Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jika mengantuk salah seorang dari kamu dalam mengerjakan shalat hendaklah ia tidur sehingga hilang rasa kantuknya. Sesungguhnya jika seseorang mengerjakan shalat dengan mengantuk, jangan-jangan ia akan membaca istighfar lalu mengigau mengumpat dirinya sendiri.”
    (Bukhari – Muslim)
  57. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Biarkanlah selama aku membiarkan kamu dalam kebebasanmu. Maka sesungguhnya penyebab kebinasaan umat terdahulu sebelummu adalah karena mereka banyak bertanya dan menyalahi Nabi-nabi mereka. Maka apabila aku mencegahmu dari sesuatu perkara, tinggalkanlah perkara itu dan jika aku perintahkan sesuatu perkara, kerjakanlah sekuat tenagamu.”
    (Bukhari – Muslim)
  58. Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seorang dari kamu mengharap-harapkan maut disebabkan oleh penderitaan yang dialaminya maka jika harus terpaksa berkata, ucapkanlah, ALLAAHUMMA AHYINII MAAKAANATIL HA AATU KHAIRAN LII WA TAWAFFANII IDZAA KAANATIL WAFAATU KHAIRAN LII (Ya Allah, hidupkanlah aku selama hidup ini lebih baik bagiku dan matikanlah aku apabila mati itu lebih baik bagiku).”
    (Bukhari – Muslim)
  59. Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: Ketika selesai perang Hunain, Rasulullah saw mengutamakan pembagian ghanimah kepada beberapa orang terkemuka dari bangsa Quraisy yang baru masuk Islam maka diberikan seratus unta kepada al-Aqra’ bin Habis dan seratus ekor unta untuk Uyainah bin Hishn dan beberapa orang lainnya dari pemuka bangsa Quraisy sehingga ada seseorang berkata, “Demi Allah, pembagian ini tidak adil dan tidak karena Allah.” Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah, akan saya sampaikan perkataan itu kepada Rasulullah saw.” Maka saya segera pergi memberitahukan hal itu kepada Rasulullah saw, kemudian beliau berkata, “Siapakah yang adil, jika Allah dan Rasulullah dianggap tidak adil?” Kemudian beliau berdoa, “Semoga Allah tetap merahmati Musa, sesungguhnya ia telah memperoleh gangguan lebih banyak dari ini tetapi sabar.” Ibnu Mas’ud berkata, “Saya pasti tidak akan menyampaikan suatu berita seperti itu lagi kepada Rasulullah saw sesudah kejadian ini.”
    (Bukhari – Muslim)
  60. Dari Sulaiman bin Shurad r.a. berkata: ketika saya duduk bersama Rasulullah saw, tiba-tiba ada dua orang saling memaki sedang salah satu telah merah wajahnya dan tegang pula urat lehernya maka Rasulullah saw bersabda, “Saya mengetahui suatu kalimat yang apabila kalimat itu dibaca, pasti hilang apa yang dirasakannya yaitu A’UDZUBILLAAHI MINASYSYAITHOONIR RAJIIM.”
    (Bukhari – Muslim)
  61. Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Akan terjadi sepeninggalku sifat monopoli (mementingkan diri sendiri) dan beberapa kemungkaran.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana pesan tuan kepada kami menghadapi hal itu?” Nabi saw bersabda, “Tunaikanlah kewajibanmu dan mintalah kepada Allah untuk mendapatkan hakmu.”
    (Bukhari – Muslim)
  62. Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu hingga aku melihat seorang Nabi dengan rombongan yang kecil dan ada Nabi yang mempunyai pengikut satu dua orang bahkan ada Nabi yang tidak ada pengikutnya. Tiba-tiba terlihat olehku rombongan yang besar, saya kira itu umatku maka diberitahu kepadaku bahwa itu Nabi Musa dan kaumnya tetapi lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu. Tiba-tiba di sana aku melihat rombongan yang besar sekali. Dikatakan kepadaku: Itulah umatmu dan di samping mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa perhitungan (hisab).” Setelah itu Nabi bangun dan masuk ke rumahnya sehingga para sahabat saling memperbincangkan orang-orang yang akan masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat, “Mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Nabi saw.” Ada pula yang berpendapat, “Mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah.” dan berbagai pendapat lainnya yang mereka sebutkan. Kemudian Rasulullah saw kembali dan bertanya, “Apa yang sedang engkau bicarakan?” Mereka memberitahukan segala pembicaraan mereka maka Rasulullah saw bersabda, “Mereka yang tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung dan kepada Tuhan mereka selalu berserah diri (tawakal). Maka bangunlah ‘Ukkasyah bin Mihshan dan berkata, “Ya Rasulullah, doakan semoga Allah memasukkan aku dari golongan mereka.” Nabi saw menjawab, “Engkau termasuk golongan mereka.” Kemudian berdiri orang lain, izin dan berkata, “Doakan semoga Allah menjadikan aku dari golongan mereka.” Nabi saw menjawab, “Engkau telah didahului oleh ‘Ukkasyah.”
    (Bukhari – Muslim)
  63. Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Ketika Nabi saw masuk ke rumah kami bertepatan dengan adanya seorang wanita maka Nabi saw bertanya, “Siapakah wanita itu?” Jawab ‘Aisyah, “Ini Falunah yang terkenal ibadah shalatnya banyak sekali.” Maka Nabi saw bersabda, “Ah (kata yang menyatakan kurang senang), hendaklah ia mengerjakan menurut kadar kemampuannya dengan tidak memaksakan diri maka Allah tidak akan jemu (bosan) menerima amalmu sehingga kamu sendiri yang jemu beramal dan perilaku agama yang disukai Allah ialah yang dikerjakan terus-menerus.”
    (Bukhari – Muslim)
  64. Dari Abu Musa r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan tuntunan hidayah dan ilmu yang diutuskan Allah kepadaku adalah bagaikan hujan yang turun ke bumi. Ada tanah yang subur menerima air dan menumbuhkan tanaman dan rumput yang banyak dan ada yang keras tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Demikianlah contoh orang yang mengerti agama Allah lalu belajar dan mengajar dan orang yang tidak dapat menerima sama sekali petunjuk ajaran Allah yang diutuskan kepadamu.”
    (Bukhari – Muslim)
  65. Dari ‘Utban bin Malik r.a. berkata: Ketika Nabi saw selesai shalat beliau bertanya, “Dimanakah Malik bin al-Dakhsyum?” Dijawab oleh seseorang, “Dia itu munafik, tidak suka Allah dan Rasulullah.” Maka Nabi saw bersabda, “Jangan berkata demikian, tidakkah engkau tahu bahwa ia telah mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH dengan ikhlas karena Allah? dan Allah telah mengharamkan api neraka kepada siapa yang mengucapkanLAA ILAAHA ILLALLAAH dengan ikhlas karena Allah.”
    (Bukhari – Muslim)
  66. Dari Abu Zaid (Usamah) bin Zaid Haritsah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seseorang dihadapkan di hari kiamat kemudian dilemparkan ke dalam neraka maka keluar usus perutnya lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himaryang berputar di sekitar penggilingan. Maka kerumunan ahli neraka padanya sambil bertanya, “Hai Fulan, mengapakah engkau, bukankah engkau dahulu yang menganjurkan kebaikan dan mencegah kemunkaran?” Jawabnya, “Benar, aku dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi tidak saya kerjakan dan mencegah kemunkaran tetapi saya kerjakan.”
    (Bukhari – Muslim)
  67. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatan, harta atau lainnya hendaklah ia segera meminta halal (maaf)nya sekarang juga sebelum datang suatu hari yang ketika itu tidak ada harta dinar atau dirham. Jika ia mempunyai amal shaleh maka akan diambil menurut penganiayaannya dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan) maka akan diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditangguhkan kepadanya.”
    (Bukhari – Muslim)
  68. Dari An-Nu’man bin Basyir r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan orang-orang Mu’min dalam cinta mencintai, kasih mengasihi dan rahmat merahmati adalah bagaikan satu badan, apabila salah satu anggotanya menderita sakit maka menjalarkan penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak dapat tidur dan panas.”
    (Bukhari – Muslim)
  69. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Orang yang menyantuni janda dan orang miskin adalah bagaikan orang yang berjihad fi sabilillah bahkan seperti orang yang tidak pernah berhenti puasa dan bagun shalat malam.”
    (Bukhari – Muslim)
  70. Dari Jundub bin Abdullah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain maka Allah akan
    mempermalukannya di hari kiamat dan barangsiapa yang memperlihatkan amalnya kepada orang lain maka Allah akan membalas riya’nya itu.”
    (Bukhari – Muslim)
  71. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tinggalkan tujuh dosa yang akan membinasakan.” Sahabat bertanya, “Apakah itu, ya Rasulullah?” Nabi saw menjawab, “Menyekutukan Allah, Sihir (tenung), membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada waktu perang, menuduh wanita Mu’minat yang sopan dengan tuduhan berzina.”
    (Bukhari – Muslim)
  72. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang perempuan disiksa karena kucing yang dikurungnya hingga mati maka ia dimasukkan ke dalam neraka disebabkan ia tidak memberi makan dan minum ketika mengurungnya dan tidak pula melepaskannya agar memakan binatang-binatang melata di bumi.”
    (Bukhari – Muslim)
  73. Dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Mencaci maki seorang Muslim adalah fasiq (melanggar agama) dan memerangi seorang Muslim adalah kafir.”
    (Bukhari – Muslim)
  74. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menuduh hamba sahayanya berzina maka ia akan dihukum dera pada hari kiamat kecuali jika benar tuduhannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  75. Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw berjalan melalui dua kuburan maka beliau bersabda, “Sesungguhnya kedua orang dalam kubur ini sedang disiksa padahal keduanya tidak disiksa karena perkara yang besar. Adapun yang satu maka ia biasa berjalan mengadu domba sedang yang kedua tidak menyelesaikan kencingnya (tidak membersihkan bekas kencingnya)
    (Bukhari – Muslim)
  76. Dari Hudzaifah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.”
    (Bukhari – Muslim)
  77. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa percaya kepada Allah dan hari kemudian hendaklah ia berkata baik atau diam.”
    (Bukhari – Muslim)
  78. Dari Abu Musa r.a. berkata: Saya bertanya, “Ya Rasulullah siapakah diantara kaum Muslimin yang paling utama?” Nabi saw menjawab, “Siapa yang selamat semua orang Islam dari (kejahatan) LIDAH DAN TANGANNYA.”
    (Bukhari – Muslim)
  79. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sungguh ada kalanya seorang hamba berbicara sepatah kata yang tidak diperhatikan maka tiba-tiba ia tergelincir ke dalam neraka oleh sebab kalimat itu, lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.”
    (Bukhari – Muslim)
  80. “Tiga hal yang apabila seseorang berada di dalamnya akan merasakan manisnya iman. Pertama apabila orang itu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada yang lain.”
    (Muttafaq ‘alaih)
  81. “Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sampai aku lebih dicintai olehnya melebihi bapak dan anaknya.”
    (Muslim)
  82. “Barangsiapa yang berada dalam keadaan aman di tengah kaumnya, sehat tubuhnya, ada yang akan dimakan hari itu maka sepertinya dunia telah digiring kepadanya dengan segala isinya.”
    (Tirmidzi)
  83. “Bila kamu hendak tidur, berwudhulah kamu sebagaimana kamu berwudhu untuk shalat dan miringkanlah badanmu pada sisi sebelah kanan.”
    (Muttafaq ‘alaih)
  84. Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw ketika menjelang tidur beliau berdoa, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan menjaga kita serta mencukupi segala kebutuhan kita betapa banyak orang yang tidak tercukupi kebutuhannya dan tidak punya tempat tinggal.”
    (Muslim)
  85. Dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada setitik kesombongan.”
    (Muslim)
  86. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ketika seseorang berjalan dengan sombongnya dan takjub kepada dirinya sendiri dan dengan rambut yang disisir, berlagak dalam jalannya maka Allah tiba-tiba membenamkannya ke tanah sehingga turun dan tenggelam sampai hari kiamat.”
    (Muttafaq ‘alaih)
  87. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia menghormati tamunya, hak tamu sebagai hadiah adalah sehari semalam. Dan hak orang bertamu itu selama tiga hari, selebihnya adalah sedekah. Dan tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat kesal tuan rumah.”
    (Bukhari)
  88. “Senyumanmu ketika bertemu saudaramu adalah sedekah.”
    (Tirmidzi)
  89. Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw pernah melihat sahabat memakai cincin emas, lalu beliau mencopot dan membuangnya, lalu berkata, “Seseorang di antara kalian telah memasang bara api neraka ditangannya.”
    (Muslim)
  90. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, aku mohon ampun dan bertobat lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.”
    (Bukhari)
  91. “Orang yang kikir adalah orang yang apabila aku disebut dihadapannya, orang itu tidak mau bershalawat kepadaku.”
    (Tirmidzi)
  92. “TIdak berkumpul satu kaum dalam majelis dan tidak disebut di dalamnya nama Allah serta tidak bershalawat kepada nabinya kecuali ditimpakan kepada mereka kebohongan. Kalau Allah menghendaki mereka akan disiksa dan kalau Dia berkehendak mereka diampuni.”
    (Tirmidzi)
  93. Dari Mu’adz r.a. berkata: Rasulullah saw mengutus saya sebagai gubernur di negeri Yaman maka Rasulullah saw berpesa kepadaku, “Engkau akan menghadapi kaum ahli kitab maka ajaklah mereka kembali kepada kalimat Syahadat bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan aku adalah Rasulullah. Jika mereka telah menurut kepada ajakan itu, beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka mengerjakan shalat lima kali sehari semalam dalam lima waktu. Jika mereka telah taat, beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan mereka mengeluarkan zakat (sedekah) yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada fakir miskin. Jika mereka telah menaati itu maka berhati-hatilah kamu dari kekayaan mereka terutama yang benar-benar mereka sayangi dan takutlah kamu dari doa orang yang teraniaya karena tidak ada dinding antara doa itu dengan Allah.”
    (Bukhari – Muslim)
  94. Dari Abu Humaid (Abdurrahman) bin Sa’ad Saldy r.a. berkata: Rasulullah saw mengangkat Ibnu al-Lutbiyah dari suku al-Azd untuk mengumpulkan zakat dan ketika ia telah kembali kepada Rasulullah, ia berkata, “Yang ini untukmu dan yang ini saya terima sebagai hadiah dari orang-orang.” Maka Rasulullah saw segera naik ke atas mimbar dan setelah memuji syukur kepada Allah, beliau berkata, “Amma ba’du, adapun saya mengangkat seseorang untuk suatu tugas yang diberikan. Ini bagianmu dan ini saya sendiri telah mendapat hadiah dari orang-orang. Mengapakah ia tidak duduk-duduk saja di rumah ibu atau ayahnya sehingga datang hadiah itu kepadanya jika memang benar-benar demikian. Demi Allah tidak ada seorang yang mengambil sesuatu yang bukan haknya kecuali pasti akan dipikulnya di hari kiamat. Maka saya akan ketahui seseorang yang memikul unta atau lembu atau kambing yang mengembik.” Kemudian Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat putih ketiaknya sambil bersabda, “ALLAHUMMA HAL BALLAGHTU (Ya Allah, saya telah menyampaikan).”
    (Bukhari – Muslim)
  95. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang kamu mengerjakan shalat mengimami orang banyak maka hendaklah ia meringankan karena mungkin diantara makmum ada orang lemah, orang sakit atau orang tua dan apabila melaksanakan shalat sendirian maka bolehlah memanjangkan sesukanya.”
    (Bukhari – Muslim)
  96. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara bagi sesama Muslim yang lain; tidak boleh menganiaya atau membiarkan dianiaya. Dan barangsiapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan melaksanakan hajatnya. Dan barangsiapa membebaskan kesusahan seorang Muslim maka Allah akan membebaskannya di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.”
    (Bukhari – Muslim)
  97. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa melapangkan suatu kesukaran dunia pada seorang Mukmin maka Allah akan baginya kesukaran hari kiamat. Dan barangsiapa meringankan kemiskinan seorang miskin maka Allah akan meringankan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa menutupi aib orang Muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya. Dan barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dan tidak berkumpul suatu kaum dalam Baitullah (masjid untuk membaca dan mempelajari kitab Allah melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan dan diliputi rahmat, dikerumuni Malaikat dan disebut-sebut oleh Allah di depan para Malaikat-Nya. Dan barangsiapa yang lambat amal perbuatannya maka tidak dapat dipercepat oleh nasab (tidak lekas naik derajatnya).”
    (Bukhari – Muslim)
  98. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak dihalalkan bagi seorang istri berpuasa sunat ketika suaminya di rumah melainkan dengan izin suaminya. Dan tidak boleh bagi istri mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya melainkan dengan izin suaminya.”
    (Bukhari – Muslim)
  99. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya mengenai kepemimpinanmu. Imam (Penguasa) adalah pemimpin dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya dan bertanggung jawab mengenai kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas  kepemimpinannya. Pelayan (buruh) adalah pemeliharaharta majikannya dan akan ditanya mengenai pemeliharaannya. Maka kamu sekalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  100. Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash r.a. berkata: Ada seseorang datang menghadap kepada Rasulullah saw dan berkata, “Saya berbai’at kepadamu, ya Rasulullah, untuk berhijrah dan berjihad dengan mengharap pahala dari Allah.” Rasulullah saw bertanya, “Apakah ada yang masih hidup salah seorang dari ayah bundamu?” Orang itu menjawab, “Bahkan keduanya masih hidup.” Rasulullah saw bersabda, “Engkau mengharap pahala dari Allah?” Orang itu menjawab, “Ya.” Nabi saw bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan perbaikilah pelayananmu kepada keduanya.”
    (Bukhari – Muslim)
  101. Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan sahabat yang baik dan sahabat yang buruk bagaikan pembawa misk (kasturi) dan peniup api. Maka pembawa misk itu ada kalanya memberi kepadamu atau engkau memberi kepadanya atau engkau mendapat bau harum daripadanya. Adapun peniup api maka kalau tidak membakar pakaianmumaka kau akan mendapatkan bau busuk daripadanya.”
    (Bukhari – Muslim)
  102. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda,”Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka mengakui bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah dengan sesungguhnya kecuali Allah dan bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah, menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Maka apabila mereka telah mengerjakan semua itu, berarti telah terjamin daripadaku darah dan harta mereka kecuali karena kewajiban Islam dan perhitungan mereka terserah kepada Allah.”
    (Bukhari – Muslim)
  103. Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. berkata: Rasulullah saw duduk di atas mimbar dan kami duduk di sekitanya kemudian Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan sepeninggal aku nanti adalah terbuka lebarnya atas kamu kemewahan dan keindahan dunia.”
    (Bukhari – Muslim)
  104. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat kepada orang yang berada di atasmu karena yang demikian itu lebih layak supaya kamu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu.”
    (Bukhari – Muslim)
  105. Dari Hakim bin Hizam r.a. berkata:Rasulullah saw bersabda, “Tangan yang di lebih baik dari tangan yang di bawah dan dahulukan dalam bersedekah kepada orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baiknya sedekah adalah yang masih menyisakan kekayaan. Barangsiapa memelihara kehormatan dirinya, Allah akan memelihara kehormatan dirinya dan barangsiapa mencukupkan dengan kekayaan yang ada maka Allah akan mencukupinya.”
    (Bukhari – Muslim)
  106. Dari Umar r.a. berkata: “Saat kami duduk dekat Rasulullah saw di suatu hari maka tiba-tiba tampaklah oleh kami seorang laki-laki memakai pakaian sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya bekas (tanda-tanda) dalam perjalanan dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya maka duduklah ia dihadapan Nabi saw lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw lalu meletakkan tangannya di atas paha Nabi saw kemudian ia berkata, “Hai Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam!” Maka jawab Rasulullah saw, “Islam yaitu engkau bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan sungguh Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan mengerjakan Hajji ke Baitullah (Mekkah) jika engkau kuasa menjalaninya.” Berkata orang itu, “Benar.” Kami heran, ia bertanya dan ia pula yang membenarkannya. Maka bertanyalagi orang itu, “Beritahukanlah padaku tentang Iman.” Jawab Nabi saw, “Engkau beriman kepada Allah dan Malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Qiamat dan beriman kepada Qadar baik dan yang buruk.” Berkatalah orang itu, “Benar.” Bertanya lagi orang itu, “Maka beritahukanlah padaku tentang Ihsan.” Jawab Nabi, “Engkau beribadah (mengabdi) kepada Allah seakan-akan engkau melihat kepada-Nya, sekalipun engkau tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya ia melihat engkau.” Tanya orang itu lagi, “Beritahukanlah aku tentang hari Qiamat.” Jawab Nabi, “Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari si penanya.” Tanya orang itu lagi, “Beritahukanlah aku tentang tanda-tandanya.” Jawab Nabi, “Diantaranya jika seorang hamba telah melahirkan majikannya dan jika engkau melihat orang yang tadinya miskin papa, berbaju compang-camping, sebagai penggembala kambing sudah berkemampuan, berlomba-lomba dalam kemegahan bangunan.” Kemudian pergilah orang tadi. Aku diam tenang sejenak kemudian Nabi saw berkata, “Wahai Umar tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?” Jawabku, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi saw berkata, “Dia itu Jibril datang kepada kalian mengajarkan tentang agama kalian.”
    (Muslim)
  107. Dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud r.a. berkata: Bersabda Rasulullah saw dan dialah yang selalu benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya empat puluh hari berupa nutfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu juga, kemudian diutus kepadanya Malaikat maka ia  meniupkan roh padanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rizkinya, ajalnya, amalnya, ia celaka atau bahagia. Maka demi Allah yang tiada Tuhan selain dari pada-Nya, sungguh seorang di antara kamu ada yang melakukan pekerjaan ahli syurga sehingga tidak ada antara dia dan syurga itu kecuali sehasta saja maka dahululah atasnya takdir Allah, lalu ia lakukan pekerjaan ahli neraka maka iapun masuk neraka.” Dan sungguh salah seorang diantara kamu melakukan pekerjaan ahli neraka sehingga tidak ada antara dia dan neraka kecuali sehasta saja maka dahululah ketentuan Allah atasnya, lalu ia melakukan pekerjaan ahli syurga maka iapun masuk ke dalam syurga.”
    (Bukhari – Muslim)
  108. Dari Ummil Mu’minin, ibunya Abdillah, Aisyah r.a. berkata: “Telah bersabda Rasulullah saw, “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang baru (bid’ah) dalam urusan (agama) kami ini, yang tidak kami perintahkan maka hal itu ditolak.”
    (Bukhari – Muslim)
  109. Dari Abi Abdillah An-Nu’man bin Basyir r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sungguh sesuatu yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, antara keduanya ada hal yang samar-samar (syubhat) yang kebanyakan manusia tidak tahu. Maka siapa yang menjaga dirinya dari syubhat itu maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya dan siapa yang melakukan perkara syubhat itu maka ia jatuh dalam perkara haram seperti penggembala di sekeliling tanah larangan (milik orang), lambat laun ia akan masuk ke dalamnya. Ingatlah setiap raja ada larangannya. Ingatlah bahwa larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya dan jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Sepotong daging itu adalah hati.”
    (Bukhari – Muslim)
  110. Dari Abi Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Agama itu adalah nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa ya Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam-imam Muslimin dan bagi Muslimin umumnya.”
    (Muslim)
  111. Dari Abi Hurairah Abdir-Rahman bin Shakhr r.a. berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Apa-apa yang telah kami larang untukmu maka jauhilah dan apa-apa yang telah kami perintahkan kepadamu maka kerjakanlah sebisamu. Celakanya orang-orang sebelum kamu adalah karena banyak pertanyaan dan perselisihan terhadap Nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).”
    (Bukhari – Muslim)
  112. Dari Abi Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah saw dan kesayangannya berkata: Aku telah hafal sabda dari Rasulullah saw, “Tinggalkanlah apa-apa yang meragukan kamu, kerjakan apa-apa yang tidak meragukan kamu.”
    (Tirmidzi – Nasa’i)
  113. Dari An-Nawas bin Sam’an r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Kebaikan itu adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang meragukan jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu.”
    (Muslim)
  114. Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memaafkan – karenaku – dari ummatku amal-amal yang khilaf, lupa dan yang dipaksakan atas mereka.”
    (Ibnu Majah – Baihaqi-dll)
  115. Dari Abi Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi r.a. berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw dan berkata, “Wahai Rasulullah! Tunjukkilah aku pada suatu amal yang jika aku kerjakan, aku dicintai Allah dan dicintai manusia. Maka Rasulullah saw bersabda, “Zuhudlah engkau akan dunia, pasti Allah mencintai engkau. Zuhudlah engkau akan apa yang ada pada manusia, pasti manusia mencintai engkau.”
    (Ibnu Majah-dll)
  116. Dari Abi Tsa’labah Al-Khusyani Jurtsum bin Nasyir r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kamu meninggalkannya dan telah menentukan beberapa batas maka janganlah kamu melampauinya dan telah mengharamkan beberapa perkara maka janganlah kamu melanggarnya dan Ia telah diam dari beberapa perkara sebab rahmat bagimu bukan karena lupa maka janganlah kamu mempersoalkannya.”
    (Ad-Daruquthni-dll)
  117. Dari Abi Dzarr Al-Ghoffari r.a. dari Nabi saw yang diriwayatkan dari Allah Azza wajalla: Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman, “Hai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku haramkan perilaku zhalim atas diri-Ku dan Aku jadikan di antaramu haram maka janganlah kamu saling menzhalimi. Hai hamba-Ku! Kamu semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk maka hendaklah minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku beri petunjuk. Hai hamba-Ku! Kamu semuanya lapar kecuali yang telah Aku beri makan, hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberi makan padamu. Hai hamba-Ku! Kamu semua telanjang kecuali yang telah Aku beri pakaian, hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberi pakaian padamu. Hai hamba-Ku! Sungguh kalian lakukan kesalahan siang dan malam dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semua maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku akan mengampuni kalian. Hai hamba-Ku! Sungguh kalian tidak dapat membinasakan Akudan kalian tidak dapat memberi manfaat kepada-Ku. Hai hamba-Ku! Jika orang terdahulu dan orang yang terakhir daripadamu, manusia dan jin semuanya, mereka itu berhati taqwa seperti paling taqwa diantaramu, hal itu tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikit juga.Hai hamba-Ku! Jika yang pertama dan terakhir daripadamu, manusia dan jin seluruhnya, mereka berhati jahat seperti paling jahat diantaramu, itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun. Hai hamba-Ku! Jika orang terdahulu dan terakhir diantaramu, manusia dan jin semuanya, mereka berada di bumi yang satu, mereka meminta kepada-Ku maka Aku berikan setiap orang permintaannya, hal itu tidaklah mengurangi apa yang ada pada-Ku, melainkan seperti sebatang jarum dimasukkan ke laut. Hai hamba-Ku Sungguh itu semua amal perbuatanmu. Aku catat semuanya bagimu sekalian kemudian Kami membalasnya. Maka barangsiapa mendapat kebaikan hendaklah bersyukur kepada Allah dan barangsiapa mendapat selain itu maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”
    (Muslim)
  118. Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang Mu’min dengan apa yang telah diperintahkan kepada Rasul-rasul maka Allah telah berfirman, “Hai Rasul-rasul! Makanlah dari segala sesuatu yang baik dan bekerjalah kamu dengan pekerjaan yang baik.” Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman! Makanlah dari apa yang telah Kami rizkikan padamu.” Kemudian beliau menceritakan seorang lelaki yang telah jauh perjalanannya, rambutnya kusut penuh debu. Dia berkata: Wahai Rabbi, Wahai Rabbi sedang makanannya haram, pakaiannya haram dan kenyang dengan barang haram maka bagaimana akan diterima do’anya?
    (Muslim)
  119. Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw berkata: Bahwa Allah berfirman, “Barangsiapa memusuhi orang yang setia pada-Ku, sesungguhnya Aku telah menyatakan PERANG terhadapnya dan tidaklah beramal seorang hamba-Ku yang lebih Ku sukai seperti jika ia melakukan kewajiban yang Ku perintahkan atasnya. Dan selalu hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan sunnah hingga Aku mencintainya dan jika Aku mencintainya, jadilah Aku sebagai telinganya untuk mendengar dan sebagai matanya untuk melihat dan sebagai tangannya untuk berjuang dan sebagai kakinya untuk berjalan dan jika ia minta kepada-Ku pasti Aku memberinya dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku pasti Aku memberi perlindungan kepadanya.”
    (Bukhari)
  120. Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan ampunkan segala dosa yang telah terlanjur dan tidak Aku perdulikan lagi. Wahai anak Adam! Walaupun dosamu sampai setinggi langit kemudian meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam! Jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh isi bumi tetapi engkau tidak sekutukan sesuatu yang lain dengan-Ku, niscaya Aku datang padamu dengan ampunan sepenuh bumi pula.”
    (Tirmidzi)
  121. “Hai segenap manusia, sebarkanlah salam, sedekahkanlah makanan dan sambunglah tali persaudaraan (silahturrahmi) serta shalatlah di kala manusia tidur di kegelapan malam, niscaya kamu akan masuk surga dengan penuh kesejahteraan.”
    (Tirmidzi)
  122. Dari Abu Hurairah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw, bagaimana bangunan surga itu? Beliau menjawab, “Terbuat dari batu bata perak dan emas, sedang perekatnya adalah kesturi yang sangat wangi, bebatuannya dari mutiara dan permata yaqut, sedang debunya adalah za’faran (sejenis kunyit). Barangsiapa yang memasukinya, ia akan senang, tidak pernah susah dan akan kekal tidak pernah mati, pakaiannya tidak pernah kumal dan masa mudanya tidak pernah sirna.”
    (Ahmad, Darami, Bazzaar, Ibnu Hibban dan Tirmidzi)
  123. Dari Abu Hurairah r.a. berkata Nabi saw bersabda, “Barangsiapa memberi infaq kepada dua orang isteri di jalan Allah maka ia akan diseru di surga, ‘Hai Abdullah, ini adalah suatu kebajikan.’ Jika ia termasuk orang yang tekun shalat maka ia akan diseru dari Pintu Shalat. Apabila ia ahlul jihad maka akan diseru dari Pintu Jihad. Jika ia orang yang suka bersedekah maka ia akan dipanggil dari Pintu Sedekah. Begitu pula jika ia tergolong orang yang rajin shaum maka akan diseru dari Pintu Rayyaan.” Kemudian Abu Bakar r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, tidaklah seseorang diseru dari pintu-pintu ini karena darurat. Adakah seseorang yang dipanggil dari seluruh pintu tersebut?” Rasulullah saw menjawab, “Ya dan aku berharap engkau salah satunya.”
    (Muslim)
  124. Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat aku datang mengetuk pintu surga. Kemudian penjaganya (malaikat) bertanya, ‘Siapakah engkau?’ ‘Muhammad’ jawabku. Lalu malaikat itu berkata, “Aku dilarang oleh Allah untuk membuka pintu surga ini kepada siapapun sebelum engkau.’”
    (Muslim)
  125. Dari Abu Musa Al Asy’ari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaanku dengan apa yang kubawa dari Allah adalah laksana seorang lelaki yang mendatangi suatu kaum. Laki-laki tersebut berkata, ‘Aku melihat tentara dengan mataku. Dan sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang berterus-terang. Maka taatilah.’ Sekelompok kaum ada yang menaatinya dan mereka pergi sehingga mereka selamat. Sementara sekelompok yang lain diam di tempatnya sehingga diserang musuh dan hancur binasa. Kelompok yang pertama seperti orang yang menaati aku, sedangkan kelompok kedua seperti orang yang tidak menaatiku.”
    (Muslim)
  126. “Barangsiapa yang mati tidak berperang dan tidak terlintas di hatinya untuk ikut berperang maka ia mati membawa sifat kemunafikan.”
    (Muslim)
  127. Dari Usman bin ‘Affan r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang memasuki waktu shalat wajib kemudian ia berwudhu’ dengan sempurna dan shalat dengan khusyu’, sambil memelihara ruku’nya, melainkan akan terhapus dosa-dosanya yang telah lalu selama tidak melakukan dosa besar, hal itu berlaku sepanjang masa.”
    (Muslim)
  128. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Ketika Allah menciptakan makhluk, Ia menulis di buku (catatan) sementara di sisi-Nya di atas ‘Arasy-Nya, ‘Rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.’”
    (Muttafaq ‘Alaih)
  129. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sekiranya seorang mukmin mengetahui siksaan Allah, niscaya tidak seorang pun yang tamak terhadap surga-Nya. Dan seandainya seorang kafir mengetahui rahmat Allah, niscaya ia tidak putus asa dari surga-Nya.”
    (Muslim)
  130. Dari Abu Barzah Al Aslamy r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang hamba tidak bergeser dari tempatnya pada hari kiamat sehingga ditanya empat hal; Pertama, mengenai umurnya dihabiskan untuk apa; Kedua, mengenai ilmunya digunakan untuk apa; Ketiga, mengenai hartanya dipakai untuk apa dan dari mana asalnya; Keempat, mengenai tubuhnya yang sehat dimanfaatkan untuk apa.”
    (Tirmidzi. Menurut beliau, hadits ini hasan)
  131. Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jika Allah  menghendaki kebaikan bagi seorang hamba maka Allah menyegerakan siksaannya di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan bagi  hamba-Nya maka Ia menangguhkannya sampai pada hari kiamat nanti.”
    (Tirmidzi)
  132. “Barangsiapa yang diinginkan oleh Allah sebagai orang  yang baik baik maka Ia memberikannya pemahaman dalam agama.”
    (Bukhari – Muslim dan Ibnu Majah)
  133. “Sesungguhnya lelaki yang paling dibenci Allah ialah  yang paling sangat gigih dalam permusuhan.”
    (Bukhari – Muslim, Tirmidzi dan Nasai)
  134. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya dan orang yang paling baik di antaramu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.”
    (Bukhari – Muslim, Tirmidzi dan Nasai)
  135. Dari Mu’adz bin Jabal r.a. berkata: “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang satu amal yang memasukkan aku ke surga dan menjauhkanku dari neraka!” Rasulullah saw menjawab, ‘Engkau menanyakan kepadaku tentang perkara besar yang sebenarnya mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah untuk menjalankannya yaitu hendaklah engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, membayar zakat, shaum di bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Tiadakah kau kuberitahu tentang pintu-pintu kebaikan? Shaum itu adalah perisai, sedekah memadamkan dosa atau kesalahan seperti air membunuh api dan shalat di tengah malam.’ Lalu Rasulullah saw membaca ayat betikut: ‘Lambung mereka renggang dari tempat tidurnya sedang mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap serta menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikamat) yang sedap dipandang mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.’ (As Sajdah 16-17). Lalu beliau bersabda, ‘Tidakkah kau kuberitahukan tentang pokok segala perkara, tiang dan puncaknya?’ Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah!” Maka beliau berkata, ‘Pokok segala perkara ialah Islam, tiangnya ialah shalat, puncaknya adalah jihad!’ ‘Tiadakah kau kuberitahu tentang penopang semuanya itu?’ tanya beliau lagi. “Ya,” jawabku. Maka Rasulullah memegang lidahnya sambil bersabda, ‘Peliharalah ini!’ Kemudian aku bertanya, “Wahai Nabiyullah, apakah kita akan disiksa karena pembicaraann kita?” Maka Rasulullah saw bersabda, ‘Hai … ibumu kehilanganmu! Bukankah wajah (atau hidung) manusia disungkurkan ke api neraka, lantaran dosa-dosa dari tergelincirnya lidah-lidah mereka?’”
    (Tirmidzi. Menurut beliau, hadits ini hasan shahih)
  136. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Bilal,  “Hai Bilal, ceritakanlah kepadaku amal apa yang paling banyak mengandung harapan yang telah kau kerjakan dalam Islam. Aku mendengar suara terompahmu di hadapanku di surga.” Bilal menjawab, “Aku tidak mengerjakan amalan yang istimewa, selain melakukan shalat setiap usai wudhu di siang dan di malam hari. Suatu shalat yang ditetapkan untuk aku lakukan.”
    (Bukhari – Muslim)
  137. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, “Ketika kami sedang bersama Rasulullah saw maka tampillah Bilal untuk adzan.” Selesai Bilal adzan, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mengucapkan kalimat ini dengan yakin, ia pasti masuk surga.”
    (Bukhari – Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
  138. Dari Abu Said Al Khudri r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian mendengar muadzin maka ikutilah apa yang diucapkannya.”
    (Bukhari – Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
  139. Dari Rabi’ah bin Ka’ab r.a. berkata, “Aku pernah bermalam bersama Rasulullah saw. Ketika aku membawakan air wudhu dan kebutuhan lainnya, beliau bertanya, ‘Tiadakah engkau bertanya kepadaku?’ Maka aku menjawab, ‘Aku meminta supaya aku menjadi temanmu di surga.’ Beliau bertanya lagi, ‘Tidak meminta yang lain?’ ‘Tidak,’ jawabku. Maka beliau bersabda, ‘Perbanyaklah sujud.’”
    (Muslim)
  140. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Amal manusia yang pertama kali dihisab ialah shalat.” Allah berfirman kepada malaikat – meskipun sebenarnya Dia telah mengetahui — “Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau kurang?” Jika sempurna maka tulislah sempurna. Bila kurang, Allah berfirman, “Lihatlah shalat sunnahnya, bagaimana?” Bila si hamba rajin shalat sunnah saat di dunia maka Allah berfirman, “Tambahkanlah shalat fardhunya dengan shalat sunnahnya!” Kemudian malaikat melakukannya.
    (Abu Daud)
  141. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang laki-laki pernah mengunjungi saudaranya di sebuah kampung. Maka Allah mengutus malaikat untuk memantaunya. Ketika ia lewat, malaikat bertanya, ‘Mau kemana kau?’ Ia menjawab, ‘Aku akan mengunjungi saudaraku di kampung ini.’ Malaikat bertanya, ‘Apakah karena ada kenikmatan yang akan kamu peroleh darinya (hasil bumi)?’ Ia menjawab, ‘Tidak, aku hanya mencintainya karena Allah.’ Lalu malaikat berkata, ‘Aku adalah utusan Allah untuk menyatakan kepadamu bahwa Allah
    mencintaimu sebagaimana kau telah mencintaimu saudaramu karena Dia.’”
    (Muslim)
  142. Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang masuk surga ingin kembali ke dunia dan dia tidak mempunyai sesuatu pun di dunia kecuali orang yang syahid. Ia mengharap dapat kembali ke dunia untuk berperang dan terbunuh sampai sepuluh kali karena kemuliaan yang ia peroleh.”
    (Bukhari – Muslim dan Tirmidzi)
  143. Dari Ubadah bin Shamit r.a. beerkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, Maha Tunggal Ia, tidak ada sekutu bagi-Nya, bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, sedang surga itu hak dan neraka itu hak maka Allah memasukkan ia ke surga sesuai dengan amalnya di dunia.” Ubadah menambahkan, “Masuk surga dari pintunya yang delapan sekehendaknya.”
    (Bukhari – Muslim. Lafazhnya dari Bukhari)
  144. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, kami berlayar di laut dan kami hanya membawa air sedikit, jika kami memakai air itu untuk berwudhu’ maka kami akan kehausan; bolehkah kami berwudhu’ dengan air laut?” Rasulullah saw menjawab, “Air laut itu suci lagi menyucikan, bangkainya halal dimakan.”
    (Riwayat lima ahli hadits, menurut Tirmidzi, hadits ini shahih)
  145. Rasulullah saw bersabda, “Cara mencuci bejana seorang dari kamu, apabila dijilat anjing, hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur dengan tanah.”
    (Muslim)
  146. Rasulullah saw bersabda, “Tiap-tiap pekerjaan penting yang tidak dimulai dengan bismillah maka pekerjaan itu kurang berkah.”
    (Abu Daud)
  147. Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw suka mendahulukan anggota kanan ketika memakai sandal, bersisir, bersuci dan dalam segala halnya.”
    (Bukhari – Muslim)
  148. Dari Busrah binti Shafwan, sesungguhnya Nabi saw berkata, “Laki-laki yang menyentuh zakarnya (kemaluannya) janganlah shalat sebelum ia berwudhu.”
    (Riwayat lima ahli hadits, menurut Bukhari hadits ini paling sah dalam hal ini)
  149. Rasulullah saw berkata kepada Fathimah binti Abi Hubaisy, “Apabila datang haidh itu, hendaklah engkau tinggalkan shalat dan apabila habis haidh itu, hendaklah engkau mandi dan shalat.”
    (Bukhari)
  150. Dari ‘Atha bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata: Ada dua orang laki-laki dalam perjalanan, lalu datang waktu shalat sedangkan air tidak ada, lantas keduanya bertayammum dengan debu yang suci dan shalat, kemudian keduanya memperoleh air dan waktu shalat masih ada. Seorang diantara keduanya lantas berwudhu’ dan mengulang shalatnya dan yang lain tidak. Kemudian keduanya datang kepada Rasulullah saw dan diterangkannyalah kejadian itu kepada Rasulullah saw. Beliau lalu berkata kepada orang yang tidak mengulang shalat, Benar engkau dan shalatmu sah” dan kepada orang yang mengulang shalat dengan berwudhu’ beliau berkata, “Bagimu ganjarannya dua kali lipat.”
    (Nasa’i dan Abu Daud)
  151. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memberi makanan bagi orang yang puasa, maka ia mendapat ganjaran sebanyak ganjaran orang yang puasa itu, tidak kurang sedikit pun.”
    (Tirmidzi)
  152. Dari Anas: Ditanyakan orang kepada Rasulullah saw, “Apakah sedekah yang lebih baik?” Rasulullah saw menjawab, “Sedekah yang paling baik ialah sedekah pada bulan Ramadhan.”
    (Tirmidzi)
  153. Dari Abu Ayyub: Rasulullah saw berkata, “Barangsiapa puasa dalam bulan Ramadhan, kemudian ia puasa enam hari dalam bulan Syawal adalah seperti puasa sepanjang masa.”
    (Muslim)
  154. Dari Abu Hurairah: Rasulullah saw telah berkata dalam pidato beliau, “Hai manusia! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kamu mengerjakan ibadat haji maka hendaklah kamu kerjakan.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?” Beliau diam tidak menjawab dan yang bertanya itu mendesak sampai tiga kali. Kemudian Rasulullah saw berkata, “Kalau saya menjawab ‘ya’, sudah tentu menjadi wajib setiap tahun, sedangkan kamu tidak akan kuasa mengerjakannya, biarkanlah apa yang saya tinggalkan (artinya jangan ditanya karena boleh jadi jawabannya memberatkanmu).”
    (Ahmad, Muslim dan Nasa’i)
  155. Dari Ibnu ‘Abbas: Nabi saw telah berkata, “Hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari suatu halangan yang akan merintanginya.”
    (Ahmad)
  156. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya segala amal ibadat hanya sah dengan niat.”
    (Bukhari)
  157. Dari Ibnu ‘Umar: Nabi saw bersabda, “Tidak boleh bagi perempuan yang ihram memakai tutup kepala dan tidak boleh memakai sarung tangan.”
    (Bukhari dan Ahmad)
  158. Dari Abu Hurairah: Bahwasanya Rasulullah saw pernah melewati suatu onggokan makanan yang akan dijual, lantas beliau memasukkan tangan beliau ke dalam onggokan itu, tiba-tiba jari beliau di dalamnya meraba yang basah. Beliau keluarkan jari beliau yang basah itu dan berkata, “Mengapakah ini?” Jawab yang mempunyai makanan, “Basah karena hujan ya Rasulullah.”Beliau bersabda, “Mengapa tidak engkau taruh di sebelah atas supaya dapat dilihat orang? Barangsiapa yang mengecoh maka ia bukan umatku.”
    (Muslim)
  159. Dari Ibnu Mas’ud: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Seorang muslim yang mempiutangi seorang muslim dua kali, seolah-olah ia telah bersedekah kepadanya satu kali.”
    (Ibnu Majah)
  160. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang rajin beribadat kepada Allah; Orang yang hatinya senantiasa terpaut kepada masjid; Dua orang yang berkasih sayang karena Allah, baik di waktu berkumpul maupun berpisah; Seorang lelaki yang diajak berbuat serong oleh wanita bangsawan yang cantik kemudian ia menolak dan berkata, ‘Saya takut kepada Allah’; Orang yang bersedekah dengan diam-diam; Orang yang senantiasa berdzikir (ingat) kepada Allah ketika sendirian kemudian mencucurkan air mata.”
    (Bukhari – Muslim)
  161. Dari Usamah bin Zaid r.a. berkata: Rasulullah saw mengutus kami ke Huraqah pada suku Juhainah maka ketika kami sampai disana, pagi-pagi kami menyerbu. Tiba-tiba aku dan seorang Anshar bertemu dengan seorang dari mereka. Maka ketika kami telah mengepungnya, ia berkata, “LAA ILAAHA ILLALLAAH.” Maka sahabatku orang Anshar itu menyuruh aku menghentikan (tidak membunuhnya) tetapi aku terus saja menikam dengan tombakku sehingga matilah dia. Dan ketika kami telah kembali ke Madinah, berita itu telah sampai kepada Rasulullah saw maka beliau bertanya, “Hai Usamah, apakah engkau bunuh dia setelah ia mengucapkan ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’?” Jawabku, “Ya Rasulullah, ia hanya akan menyelamatkan diri.” Rasulullah saw bertanya, “Apakah engkau bunuh dia setelah ia mengucapkan ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’?” Maka Rasulullah saw mengulang-ulang kalimat itu, sehingga aku ingin andaikan aku baru masuk Islam pada hari itu.
    (Bukhari – Muslim)
  162. Dalam riwayat lain: Rasulullah saw bertanya, “Apakah sesudah ia mengucapkan ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’ masih juga engkau membunuhnya?” Jawabku, “Ya Rasulullah, ia berkata begitu mungkin hanya karena takut kepada senjataku.” Nabi saw bersabda, “Apakah sudah engkau belah dadanya sehingga engkau mengetahui dengan jelas, apakah ia berkata karena takut atau tidak.” Maka Rasulullah saw masih saja mengulang-ulang kalimat itu,sehingga aku ingin kiranya aku baru masuk Islam pada hari itu.
  163. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Dapat dipastikan atas manusia bagiannya dari zina yang pasti mengenainya tanpa dapat dielakkan lagi. Dua mata zinanya adalah pandangan mata; Dua telinga zinanya adalah mendengarkan; Lidah zinanya adalah perkataan; Tangan zinanya adalah menampar; Kaki zinanya adalah melangkah; Hati zinanya adalah menyukai dan mengharapkan. Semua perzinaan itu, kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  164. Umar bin al-Khaththab r.a. berkata: Saya memberikan kuda kepada seseorang dalam jihad fi sabilillah maka kuda itu disia-siakan oleh orang yang saya beri itu. Lalu saya bermaksud membelinya kembali dengan sangkaan bahwa ia akan menjualnya dengan harga murah. Maka saya bertanya kepada Nabi saw. Dijawab, “Jangan engkau membeli dan jangan engkau menarik kembali sedekahmu, meskipun ia memberikan kepadamu dengan harga satu dirham. Karena orang yang menarik kembali sedekahnya bagaikan orang yang menelan kembali muntahnya.”
    (Bukhari – Muslim)
  165. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah olehmu buruk sangka karena buruk sangka sedusta-dusta berita.”
    (Bukhari – Muslim)
  166. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kamu menawar barang hanya untuk menjerumuskan orang lain.”
    (Bukhari – Muslim)
  167. Abu Ayyub r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak dihalalkan bagi seorang Muslim memboikot (memusuhi) saudaranya sesama Muslim lebih dari tiga hari. Keduanya berpapasan lalu yang satu berpaling dan yang lain berpaling.Dan sebaik-baik keduanya ialah yang lebih dahulu memberi salam.”
    (Bukhari – Muslim)
  168. Abu Sa’id (Tsabit) bin adh-Dhahhak al-Anshari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan sesuatu agama selain Islam, padahal ia sengaja berdusta maka ia tercatat sebagaimana yang dikatakannya itu. Dan barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu (alat) maka ia akan disiksa dengan alat itu pula pada hari kiamat. Dan tidak wajib atas seseorang melaksanakan nadzar terhadap apa yang tidak dimilikinya. Dan melaknat seorang Mu’min sama artinya dengan membunuhnya.”
    (Bukhari – Muslim) Maksud hadits ini ialah apabila seseorang berkata, “Demi Allah, jika saya berdusta maka saya kafir,” padahal ia sengaja berdusta maka Allah akan mencatatnya seperti apa yang dikatakannya itu.
  169. Anas r.a. berkata: Suatu hari Rasulullah saw berkhutbah. Belum pernah aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah seperti itu. Maka diantaranya Rasulullah saw bersabda, “Andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis.” Seketika itu aku melihat sahabat-sahabat Nabi saw menutup mukanya masing-masing sambil menangis terisak-isak.
    (Bukhari – Muslim)
    Dalam riwayat lain: Ketika Rasulullah saw mendengar suatu hal mengenai sahabat- sahabatnya maka Rasulullah saw segera berkhutbah memberi nasehat. Dalam khutbah itu Rasulullah saw bersabda, “Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, hingga aku merasa belum pernah melihat seperti hari ini tentang kebaikan dan kejahatan. Andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, pasti kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Maka tidak pernah terjadi pada masa sahabat-sahabat Nabi saw sebagaimana hari itu, mereka menutup muka sambil terisak-isak.
  170. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Akan berpeluh manusia di hari kiamat hingga mengalir peluh mereka sampai tujuh puluh hasta dan tenggelam mereka dalam peluhnya sendiri hingga ke mulut dan telinga mereka.”
    (Bukhari – Muslim)
  171. Dari Adiy bin Hatim r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seseorang dari kamu melainkan akan berhadapan dan ditanya oleh Tuhan tanpa ada antaranya dengan Tuhan seorang juru bahasa. Maka ia melihat ke sebelah kanannya tiada sesuatu pun kecuali amal perbuatannya yang baik-baik dan ia melihat ke sebelah kiri juga tidak melihat sesuatu pun kecuali amal perbuatannya yang buruk dan ia melihat ke depannya maka tidak terlihat kecuali api yang di hadapannya. Maka jagalah dirimu dari api neraka walau dengan bersedekah separuh biji kurma.”
    (Bukhari – Muslim)
  172. ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Manusia akan dihimpun pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan masih kulup (belum berkhitan).” ‘Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah, apakah lelaki dan perempuan akan berkumpul dan masing-masing akan melihat kepada yang lainnya?” Nabi saw menjawab, “‘Aisyah, suasana pada hari itu jauh lebih berat dari sekadar sebagiannya mereka memperhatikan sebagian yang lain.”
    (Bukhari – Muslim)
  173. Mu’adz bin Jabal r.a. berkata: Ketika aku membonceng dibelakang Rasulullah saw di atas himar, tiba-tiba beliau bertanya, “Hai Mu’adz, tahukah engkau, apakah hak Allah yang diwajibkan atas hamba? Dan apakah hak hamba yang akan diberikan oleh Allah?” Jawab Mu’adz, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka Nabi saw bersabda, “Hak Allah yang diwajibkan atas hamba adalah menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan hak hamba yang akan diberikan Allah adalah tidak akan menyiksa orang yang tidak
    menyekutukan-Nya.” Saya bertanya, “Bolehkah aku kabarkan yang demikian itu kepada orang banyak?” Jawab Nabi saw, “Jangan, nanti mereka tidak mau berusaha.”
  174. Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Kami bersama Rasulullah saw dalam qubah, kurang lebih empat puluh orang maka Nabi saw bersabda, “Sukakah kamu jika kamu menjadi seperempat dari ahli surga?” Jawab kami, “Ya.” Bersabda Nabi saw, “Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, aku mengharap semoga kamu menjadi separuh dari penduduk surga. Yang demikian itu karena surga itu tidak dimasuki kecuali oleh orang Muslim, sedangkan kamu di tengah-tengah ahli syirik bagaikan rambut putih di badan lembu hitam atau rambut hitam di kulit lembu merah.”
    (Bukhari – Muslim)
  175. Dari ‘Amr bin ‘Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah r.a. ke Bahrain untuk menagih pajak penduduk. Kemudian ia kembali dari Bahrain dengan membawa harta yang sangat banyak dan kedatangan kembali Abu ‘Ubaidah itu terdengar oleh sahabat Anshar maka mereka pun shalat Shubuh bersama Rasulullah saw. Kemudian setelah selesai shalat mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau tersenyum melihat mereka kemudian bersabda, “Mungkin kamu telah mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah yang membawa harta banyak?” Jawab mereka, “Benar, ya Rasulullah.” Lalu Nabi saw bersabda, “Sambutlah kabar baik dan tetaplah berpengharapan baik untuk mencapai semua cita-citamu. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, tetapi aku khawatir kalau terhampar luas dunia ini bagimu, sebagaimana telah terhampar untuk orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan mereka.”
    (Bukhari – Muslim)
  176. Dari ‘Utban bin Malik r.a. berkata: Ketika Nabi saw selesai shalat bertanya, “Dimanakah Malik bin al-Dakhsyum?” Dijawab oleh seseorang, “Dia itu munafik, tidak suka Allah dan Rasulullah.” Maka Nabi saw bersabda, “Jangan berkata demikian, tidakkah engkau tahu bahwa ia telah mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH dengan ikhlas karena Allah? Dan Allah telah mengharamkan api neraka kepada siapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH dengan ikhlas karena Allah.”
    (Bukhari – Muslim)
  177. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Berlindunglah kamu kepada Allah dari beratnya bala’, menimpanya kesukaran, keburukan takdir dan cemoohan musuh.”
    (Bukhari – Muslim)
  178. Dari Sahl bin Sa’ad r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda kepada Ali r.a., “Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada seseorang karena ajaranmu maka yang demikian itu bagimu lebih baik dari kekayaan binatang ternak yang merah-merah.”
    (Bukhari – Muslim)
  179. Dari Abdullah bin Amr bin al-’Ash r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu pengetahuan dari seorang hamba begitu saja, tetapi akan mencabutnya dengan matinya orang-orang alim, hingga apabila telah habis orang-orang alim maka orang banyak akan mengangkat orang-orang yang bodoh untuk menjadi pemimpin mereka. Lalu jika mereka ditanya, mereka akan memberikan fatwa tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. Maka mereka itu sesat dan menyesatkan.”
    (Bukhari – Muslim)
  180. Dari ‘Aisyah r.a. berkata kepada ‘Urwah, “Demi Allah, hai kemenakanku, kami keluarga Nabi saw adakalanya melihat bulan berganti tiga kali dalam dua bulan, sedangkan di rumah-rumah Rasulullah saw tidak dinyalakan api.” ‘Urwah bertanya, “Apa makananmu?” ‘Aisyah menjawab, “Kurma dan air. Hanya saja adakalanya tetangga Rasulullah saw mengirim hadiah susu ternak mereka.”
    (Bukhari – Muslim)
  181. Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Suatu hari ‘Aisyah r.a. mengeluarkan kain dan sarung yang tebal, ditunjukkan kepada kami sambil berkata, “Rasulullah saw ketika meninggal dunia sedang memakai sarung dan kain ini.”
    (Bukhari – Muslim)
  182. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah orang miskin itu yang berkeliling meminta-minta kepada orang banyak sehingga tertolak dari satu dua suap makanan atau satu dua biji kurma, tetapi orang miskin yang sesungguhnya dan yang dikehendaki oleh Islam untuk dibantu ialah orang yang tidak mempunyai penghasilan yang mencukupi dan yang tidak diingat orang untuk disedekahi serta tidak suka pergi meminta-minta kepada orang lain.”
    (Bukhari – Muslim)
  183. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sungguh, sekiranya salah seorang dari kamu itu pergi mencari kayu dan dipikul di atas pundaknya, lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau ditolak.”
    (Bukhari – Muslim)
  184. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Setiap hamba Allah melewati waktu paginya, tentu ada dua malaikat yang turun berdoa. Yang satu berdoa, “Ya Allah, berilah ganti (balasan yang berlipat) kepada orang yang suka memberi (dermawan).” Malaikat yang kedua berdoa, “Ya Allah, berilah kepada orang yang kikir itu kehancuran dan kemusnahan pada hartanya.”
    (Bukhari – Muslim)
  185. Dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Tidak boleh seorang menginginkan hak orang lain kecuali dua macam yaitu seseorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah lalu digunakannya semata-mata untuk memperjuangkan kebenaran dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah
    lalu digunakan dan diajarkan kepada manusia.”
    (Bukhari – Muslim)
  186. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak boleh seseorang iri terhadap orang lain kecuali dalam dua hal yaitu seseorang yang diberi pengertian Al Qur’an lalu ia mempergunakannya sebagai pedoman amalnya siang-malam dan seseorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta lalu ia membelanjakannya siang-malam untuk segala amal kebaikan.”
    (Bukhari – Muslim)
  187. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Sesungguhnya para fakir miskin dari sahabat Muhajirin datang mengeluh kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua pahala, tingkat-tingkat yang tinggi dan kesenangan yang abadi.” Nabi saw bertanya, “Mengapakah demikian?” Mereka menjawab, “Mereka shalat sebagaimana kami, puasa sebagaimana kami, mereka bersedekah sedangkan kami tidak bersedekah dan mereka memerdekakan budak sedangkan kami tidak dapat memerdekakan budak.” Rasulullah saw bersabda, “Sukakah aku ajarkan kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorangpun yang lebih utama dari kamu, kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu?” Mereka menjawab, “Baiklah, ya Rasulullah.” Nabi saw bersabda, “Membaca tasbih (SUBHAANALLAAH), takbir (ALLAAHU AKBAR) dan tahmid (ALHAMDULILLAAH) setiap selesai shalat 33 kali.” Kemudian sesudah itu para fakir miskin itu kembali mengeluh kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, saudara-saudara kami, orang-orang kaya mendengar perbuatan kami maka mereka berbuat sebagaimana perbuatan kami.” Maka Nabi saw bersabda, “Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”
    (Bukhari – Muslim)
  188. Dari Ash-Sha’ab bin Jatstsamah r.a. berkata: Saya memberi hadiah himar liar kepada Rasulullah saw, tiba-tiba ditolak dan ketika Nabi saw melihat wajahku berubah (karena merasa kecewa), beliau bersabda, “Kami tidak menolak pemberianmu itu melainkan karena kami sedang melakukan ihram (Orang yang sedang berihram dilarang memburu dan menangkap binatang liar).”
    (Bukhari – Muslim)
  189. Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw datang dari bepergian sedang beranda rumah kututup dengan tabir yang bergambar patung maka ketika Rasulullah saw melihatnya, beliau merobek-robeknya seraya berkata, “Manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat nanti adalah orang-orang yang menyerupakan ciptaan Allah.”
    (Bukhari – Muslim)
  190. Dari ‘Aisyah r.a. berkata, “Belum pernah aku melihat Rasulullah saw tertawa sehingga terlihat langit-langit mulutnya tetapi beliau selalu tersenyum.”
    (Bukhari – Muslim)
  191. Dari Abu Umar r.a. berkata, “Rasulullah saw biasa jika keluar dari jalan asy-Syajarah dan jika kembali dari jalan al-Mu’arris. Dan jika masuk Makkah dari jalan ats-Tsaniyatul ‘Ulya dan jika keluar dari ats-Tsaniyatus-sufla.”
    (Bukhari – Muslim)
  192. Dari Abu Mas’ud (Uqbah) bin ‘Amr al-Badri r.a. berkata: Seseorang datang kepada Nabi saw dan berkata, “Saya terpaksa mundur dari shalat jama’ah Shubuh karena Fulan (Imam) memanjangkan bacaannya.” Berkata Uqbah, “Maka saya tidak pernah melihat Nabi saw marah dalam suatu nasihat sebagaimana waktu itu.” Nabi saw bersabda, “Hai sekalian manusia, seseungguhnya diantaramu ada orang-orang yang membenci orang lain. Maka barangsiapa diantaramu mengimami orang banyak, hendaklah ia meringkas (bacaan suratnya) karena di belakangnya ada orang yang sudah lanjut usia, orang yang lemah dan orang yang mempunyai kepentingan.”
    (Bukhari – Muslim)
  193. Dari Abu Ya’la (Ma’qil) bin Yasar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seseorang yang diamanati oleh Allah untuk memimpin rakyatnya kemudian ketika mati, ia masih menipu rakyatnya melainkan pasti Allah mengharamkan surga baginya.”
    (Bukhari – Muslim)
  194. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Seorang Muslim wajib mendengar dan taat kepada pemerintahnya pada apa yang disetujui dan yang tidak disetujui, kecuali jika diperintah bermaksiat. Maka apabila disuruh bermaksiat, ia tidak wajib mendengar dan tidak wajib taat.”
    (Bukhari – Muslim)
  195. Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Aku bersama dua orang sepupuku masuk kepada Rasulullah saw, maka salah seorang dari sepupuku berkata, “Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang diberikan Allah kepadamu.” Sepupuku yang kedua juga berkata demikian, maka Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang menginginkan atau orang yang berambisi pada jabatan itu.”
    (Bukhari – Muslim)
  196. Dari Abu Sa’id (Abdurrahman) bin Samurah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda kepadaku, “Ya Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut kedudukan dalam pemerintahan karena jika engkau diserahi jabatan tanpa meminta, maka engkau akan dibantu oleh Allah untuk melaksanakannya. Tetapi jika jabatan itu engkau peroleh karena permintaanmu, maka akan diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri. Dan jika engkau telah bersumpah atas sesuatu perkara kemudian engkau dapatkan perkara lainnya yang lebih baik, maka tebuslah sumpah itu dan kerjakanlah apa yang lebih baik itu.”
    (Bukhari – Muslim)
  197. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw melewati seseorang yang sedang menasihati saudaranya karena pemalu, maka Nabi saw bersabda, “Biarkanlah ia karena sesungguhnya sifat malu itu sebagian dari Iman.”
    (Bukhari – Muslim)
  198. Dari Abu Wa’il (Syaqiq) bin Salamah berkata: Biasanya Ibnu Mas’ud r.a. memberi ceramah kepada kami setiap hari kamis, maka seseorang berkata kepadanya, “Hai Abu Abdurrahman, aku ingin agar engkau suka memberi ceramah setiap hari.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Tiada halangan bagiku untuk memberi ceramah setiap hari, hanya saja aku khawatir akan menjemukan kamu. Dan aku sengaja memberi ceramah dalam waktu yang jarang, sebagaimana Rasulullah saw pernah memberi ceramah kepada kami, khawatir akan membuatmu jemu dari nasehat.”
    (Bukhari – Muslim)
  199. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Apabila bersandal salah seorang kamu, hendaklah ia mendahulukan kaki yang kanan dan jika melepas, hendaklah ia mendahulukan kaki yang kiri. Hendaklah yang kanan lebih dahulu disandali dan yang terakhir dilepaskan.”
    (Bukhari – Muslim)
  200. Dari ‘Amr bin Salamah r.a. berkata: Rasulullah saw mengajarkan kepadaku, “Bacalah BISMILLAH dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu.”
    (Bukhari – Muslim)
  201. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, “Selamanya Rasulullah saw tidak pernah mencela makanan, maka jika beliau suka, dimakannya dan jika beliau tidak suka, ditinggalkannya makanan itu.”
    (Bukhari – Muslim)
  202. Dari Hudzaifah r.a. berkata: Rasulullah saw melarang kami dari pakaian sutera yang halus atau tebal dan minum dari bejana emas atau perak lalu beliau bersabda, “Itu semua untuk orang-orang kafir di dunia dan untuk kamu di akhirat.”
    (Bukhari – Muslim)
  203. Dari Ummu Salamah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Orang yang minum dari bejana perak seolah-olah menuangkan ke dalam perutnya api neraka jahannam.”
    (Bukhari – Muslim)
    ***
    Dalam riwayat Muslim: Sesungguhnya orang-orang yang makan dalam bejana perak atau emas atau yang minum dalam bejana perak atau emas, seolah- olah menuangkan ke dalam perutnya api neraka jahannam.
  204. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Segerakanlah pemakaman jenazah, maka jika ia jenazah orang shaleh, berarti kamu menyegerakan ia kepada kebaikan dan jika sebaliknya, berarti kamu telah melepaskan kejahatan dengan segera dari bahumu (pundakmu).”
    (Bukhari – Muslim)
  205. Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Ketika istri-istri Rasulullah saw sedang berkerumun di sisi Rasulullah saw, tiba-tiba datang Siti Fatimah yang jalannya cepat seperti jalannya Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw melihat kepadanya, maka dia disambut dengan ucapan, “Selamat datang anakku,” kemudian ia didudukkan di sebelah kanan atau kirinya, lalu dibisikkan kepadanya. Tiba-tiba ia menangis tersedu-sedu dan ketika Rasulullah saw melihat tangisnya, beliau berbisik kembali kepadanya, lalu tertawalah Fatimah. Maka aku berkata, “Rasulullah saw mengistimewakan dengan rahasia-rahasia atas Fatimah lebih dari istri-istrinya.” Maka menagislah aku dan ketika Rasulullah saw telah pergi dari tempat itu, aku bertanya kepada Fatimah, “Apa yang dikatakan Rasulullah saw tadi kepadamu?” Fatimah menjawab, “Aku tidak akan membuka rahasia Rasulullah saw.” Kemudian setelah Rasulullah saw meninggal, aku berkata, “Sungguh aku ingin mendapat keterangan tentang apa yang dibisikkan oleh Rasulullah saw kepadamu itu.” Fatimah menjawab, “Kini baiklah. Pada bisikan pertama Nabi saw memberitahukan bahwa Jibril biasa mengulangi padanya bacaan al-Qur’an setiap tahun satu kali dan kini dia mengulanginya sampai dua kali, ‘Aku merasa bahwa ajalku sudah dekat, maka bertakwalah kamu kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahului kamu,’ karena itu aku menangis. Kemudian ketika beliau melihat aku sangat sedih, beliau membisikkan kepadaku untuk kedua kalinya, ‘Hai Fatimah, tidak puaskah engkau sebagai wanita yang utama bagi sekalian Mu’min atau wanita yang utama dari sekalian umat ini? Maka tertawalah aku karenanya.”
    (Bukhari – Muslim)
  206. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menurunkan kainnya dibawah mata kaki karena sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya dengan pandangan rahmat pada hari kiamat.” Maka Abubakar r.a. bertanya, “Ya Rasulullah, kainku selalu turun kebawah mata kaki, kecuali jika kujaga benar-benar.” Nabi saw bersabda, “Engkau tidak berbuat itu karena sombong.”
    (Bukhari – Muslim)
  207. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Allah tidak akan melihat dengan pandangan rahmat pada hari kiamat kepada siapa yang memakai (menurunkan) kainnya karena sombong.”
    (Bukhari – Muslim)
  208. Dari Anas r.a berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memakai kain sutera di dunia, maka tidak akan memakainya di akhirat.”
    (Bukhari – Muslim)
  209. Dari Umar bin al-Khaththab r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Janganlah engkau memakai kain sutera, maka barangsiapa memakainya di dunia, tidak akan memakainya di akhirat.”
    (Bukhari – Muslim)
  210. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menghadiri jenazah hingga menshalatkannya, maka ia akan mendapat pahala satu qirath dan barangsiapa menghadirinya hingga dimakamkan, maka ia akan mendapat pahala dua qirath.” Ketika ditanya, “Aapakah dua qirath itu?” Nabi saw menjawab, “Sebesar dua bukit yang besar-besar.”
    (Bukhari – Muslim)
  211. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, Bagaimanakah pendapatmu seumpama ada sebuah sungai di muka pintu salah seorang dari kamu, lalu ia mandi daripadanya setiap hari lima kali, apakah masih ada tertinggal kotorannya?” Para sahabat menjawab, “Tidak.” Nabi saw bersabda, “Maka demikianlah shalat lima waktu, Allah akan menghapuskan dosa-dosa dengannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  212. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, “Kekasihku Rasulullah saw pernah berpesan kepadaku supaya berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dua rakaat dan shalat witir sebelum tidur.”
    (Bukhari – Muslim)
  213. Dari Abu Musa r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diberikan oleh Allah kepadaku bagaikan hujan yang turun ke tanah, maka ada sebagian tanah yang subur, yang dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak sekali. Dan adapula tanah yang keras menahan air, hingga berguna untuk minuman dan penyiraman kebun tanaman. Dan ada sebagian tanah yang keras kering tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Demikianlah perumpamaan orang yang pandai dalam agama Allah dan mempergunakan apa yang diberikan Allah kepadaku, lalu mengajarkannya dan perumpamaan orang yang tidak dapat menerima petunjuk Allah yang telah ditugaskan kepadaku.”
    (Bukhari – Muslim)
  214. Abu Sa’id al-Khudri r.a. mendengar Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang kamu melihat mimpi yang disukai, maka itu dari Allah dan hendaklah diceritakannya kepada orang lain.”Dalam riwayat lain: “Jangan diberitakan kecuali kepada orang yang engkau sukai. Dan jika mimpi yang menakutkan, maka itu dari setan dan hendaklah ia berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak menceritakannya kepada orang lain, maka tidak akan berbahaya baginya.
    (Bukhari – Muslim)
  215. Dari Abu Qatadah r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Impian yang baik dari Allah dan impian yang buruk dari syetan. Maka barangsiapa bermimpi melihat sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke sebelah kiri tiga kali dan membaca A’UDZU BILLAAHI MINASY SYATHAANIR RAJIIM tiga kali, maka tidak akan membahayakannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  216. Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Janganlah salah seorang kamu membangunkan temannya dari tempat duduknya, kemudian ia duduk padanya. Tetapi hendaklah kamu memperluas (merenggangkan) untuk memberi tempat.” Adalah Ibnu Umar dalam mempraktekkan hadits ini, jika seseorang bangun dari majelisnya, ia tidak suka duduk pada tempat orang itu.
    (Bukhari – Muslim)
  217. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Orang yang berkendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk dan rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang banyak.”
    (Bukhari – Muslim)
  218. Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Jangan menyendiri seorang lelaki dengan perempuan melainkan harus ada mahram yang menyertainya. Dan jangan berpergian seorang perempuan melainkan bersama mahramnya.” Maka ada seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, istriku pergi berhaji sedangkan aku telah tercatat untuk pergi berperang.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah engkau berhaji bersama istrimu.”
    (Bukhari – Muslim)
  219. Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan orang Mukmin yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan buah jeruk; baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak dapat membaca al-Qur’an adalah bagaikan kurma; rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan bunga yang berbau harum dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Qur’an adalah bagaikan buah hanzhal yang tidak berbau dan rasanya pahit.”
  220. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya umatku pada hari kiamat nanti akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang muka, tangan dan kakinya dari bekas-bekas wudhu”. Maka barangsiapa ingin memperpanjang kecermelangannya itu, hendaklah ia melakukannya.
    (Bukhari – Muslim)
  221. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Andaikan manusia benar-benar mengetahui keutamaan shaf pertama dan menyambut adzan kemudian untuk mendapatkan shaf pertama mereka harus berundi, niscaya mereka akan berundi untuk mendapatkannya. Dan andaikan mereka mengetahui keutamaan mendatangi shalat berjamaah pada waktu yang awal, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mendahuluinya. Dan andaikan mereka mengetahui keutamaan shalat shubuh dan ‘isya berjamaah, pasti mereka akan mendatanginya,
    meskipun dengan merangkak-rangkak.”
  222. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Apabila telah diserukan adzan untuk shalat maka berlari mundurlah setan sambil terkentut-kentut, hingga tidak terdengar olehnya suara adzan itu. Apabila adzan telah selesai, ia pun datang kembali. Kemudian ia mengganggu hati orang yang shalat, seraya berkata, ‘Ingatlah ini dan ingatlah itu.’ Padahal yang demikian itu tidak pernah diingatnya sebelum shalat. Sehingga orang yang shalat itu tidak tahu lagi, sudah berapa rakaatkah shalat yang dikerjakannya itu.”
    (Bukhari – Muslim)
  223. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Shalat seseorang dengan berjamaah itu dilipatgandakan (pahalanya) atas shalatnya yang dilakukan di rumah atau di pasarnya dengan kelipatan dua puluh lima kali. Yang demikian itu karena apabila ia menyempurnakan wudhu’nya dengan maksud untuk shalat (berjamaah), maka tiadalah ia melangkahkan kakinya selangkah melainkan terangkat untuknya satu derajat dan dihapuskan daripadanya satu kesalahannya. Lalu apabila ia melakukan shalat, maka senantiasalah Malaikat mendoakan atasnya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya. (Doa Malaikat itu adalah), ‘Ya Allah, belas kasihanilah dia. Ya Allah, rahmatilah dia.’ Dan senantiasalah salah seorang kamu dianggap berada dalam shalat, selama ia menantikan shalat (berjamaah).”
    (Bukhari – Muslim)
  224. Zaid bin Tsabit r.a. berkata: Bersabda Nabi saw, “Hai sekalian manusia, shalatlah di rumah, maka sesungguhnya seutama-utama shalat seseorang itu adalah di rumahnya, kecuali shalat fardhu.”
    (Bukhari – Muslim)
  225. Ibnu Umar r.a. berkata: Bersabda Nabi saw, “Jadikan penghabisan (akhir) shalatmu pada waktu malam dengan shalat witir.”
    (Bukhari – Muslim)
  226. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bangun malam pada bulan Ramadhan dan mengerjakan shalat malam karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah maka diampuni semua dosanya yang telah lalu.”
    (Bukhari – Muslim)
  227. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Andai aku tidak khawatir akan memberatkan umatku, niscaya kuwajibkan mereka bersiwak (gosok gigi) pada tiap-tiap shalat.”
    (Bukhari – Muslim)
  228. Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Nabi saw, “Lima macam dari fitrah (kelakuan yang tetap dari sunat para Nabi) yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur kumis.”
    (Bukhari – Muslim)
  229. Ibnu Umar r.a. berkata: Bersabda Nabi saw, “Cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.”
    (Bukhari – Muslim)
  230. Dari Jabir bin Samurah r.a. berkata: “Penduduk Kufah mengadukan Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. kepada Amirul Mukminin Umar bin Al-Khaththab r.a. sehingga Umar pun memecatnya dan digantikan oleh Ammar bin Yasir r.a. Begitu berat pengaduan mereka, hingga mereka mengadukan bahwa engkau tidak bisa shalat dengan sempurna.” Jawab Sa’ad, “Adapun aku, demi Allah, memimpin mereka dalam shalat sebagaimana shalat Rasulullah saw tidak mengurangi sedikit pun daripadanya. Yaitu memanjangkan dua rakaat pertama dan memendekkan dua rakaat terakhir.” Berkata Umar, “Aku kira engkau memang demikian adanya, ya Abu Ishaq.” Kemudian Umar mengirim Sa’ad ke Kufah bersama beberapa orang untuk menanyakan langsung kepada rakyat di sana tentang dirinya. Setiap masjid didatangi dan kepada jamaah yang ada di situ langsung ditanyakan tentang Sa’ad. Maka mereka pun menjawab dengan jujur, terus terang dan mereka semua memuji kebaikan Sa’ad kecuali ketika mereka masuk di masjid bani ‘Abs, maka ketika ditanyakan tentang Sa’ad ada seorang lelaki bernama Usamah bin Qatadah yang bergelar Abu Sa’adah menjawab, “Jika engkau bertanya tentang Sa’ad maka ia adalah orang yang tidak suka keluar
    memimpin pasukan perang, kalau membagi tidak pernah rata dan kalau menghukum tidak adil.” Mendengar jawaban seperti itu, Sa’ad menyerahkan urusannya kepada Allah dan berkata, “Ingat, saya hendak berdoa tiga macam yaitu ‘Ya Allah, jika hamba-Mu ini berdusta (yakni Abu Sa’adah), hanya bermaksud mencari muka dan nama, maka panjangkanlah umurnya, jadikan ia miskin sampai tua dan hadapkan ia kepada berbagai fitnah.’” Ternyata doa Sa’ad dikabulkan oleh Allah, sehingga ketika orang itu telah lanjut usia, selalu saja bila orang bertanya tentangnya maka dijawab, “Orang yang telah terkena bala’ oleh doa Sa’ad bin Abi Waqqash r.a.”
    (Bukhari – Muslim)
  231. Abdul Malik bin Umar yang meriwayatkan hadits ini dari Jabir bin Samurah berkata, “Saya sendiri melihat orang itu telah demikian tuanya, sehingga alisnya hampir menutupi matanya. Tetapi ia selalu duduk- duduk di tepi jalan mengganggu gadis-gadis yang lewat.”
  232. Dari Abu Waqid (al-Harits) bin ‘Auf r.a. berkata: Ketika Rasulullah saw duduk di masjid, sedang orang banyak (para sahabat) duduk pula bersama beliau, tiba-tiba datang tiga orang lelaki. Maka dua orang diantara mereka menghadap Rasulullah saw, sedang yang seorang lagi terus pergi. Kemudian kedua orang itu berhenti di hadapan Rasulullah saw. Lalu salah seorang dari keduanya melihat tempat kosong pada majelis itu, kemudian duduk padanya. Sedang yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Adapun orang yang ketiga maka ia berpaling dan terus pergi. Ketika Rasulullah saw telah selesai menyampaikan ajarannya, berliau bersabda, “Sukakah aku beritahukan kepadamu
    tentang ketiga orang itu? Adapun salah seorang dari mereka, maka ia bermaksud mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah pun mendekatinya. Yang seorang lagi merasa malu (untuk berdesak-desakkan) maka Allah pun malu (untuk menyiksanya). Sedang orang yang ketiga berpaling, maka Allah pun berpaling dari padanya (tidak memberikan rahmat-Nya).”
    (Bukhari – Muslim)
  233. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Ada seseorang yang biasa menghutangkan kepada orang-orang, maka jika ia menyuruh menagih kepada pesuruhnya, ia selalu berpesan, ‘Jika kamu mendapati orang itu masih belum dapat membayar, maka maafkanlah dia, semoga Allah memaafkan kami kelak.’ Maka ketika ia berhadapan dengan Allah, Allah memaafkannya.”
    (Bukhari – Muslim)
  234. Dari Abu Waqid (al-Harits) bin ‘Auf r.a. berkata: Ketika Rasulullah saw duduk di masjid, sedang orang banyak (para sahabat) duduk pula bersama beliau, tiba-tiba datang tiga orang lelaki. Maka dua orang diantara mereka menghadap Rasulullah saw, sedang yang seorang lagi terus pergi. Kemudian kedua orang itu berhenti di hadapan Rasulullah saw. Lalu salah seorang dari keduanya melihat tempat kosong pada majelis itu, kemudian duduk padanya. Sedang yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Adapun orang yang ketiga maka ia berpaling dan terus pergi. Ketika Rasulullah saw telah selesai menyampaikan ajarannya, berliau bersabda, “Sukakah aku beritahukan kepadamu tentang ketiga orang itu? Adapun salah seorang dari mereka, maka ia bermaksud mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah pun mendekatinya. Yang seorang lagi merasa malu (untuk berdesak-desakkan) maka Allah pun malu (untuk menyiksanya). Sedang orang yang ketiga berpaling, maka Allah pun berpaling dari padanya (tidak memberikan rahmat-Nya).”
    (Bukhari – Muslim)

    Himpunan Hadis 'lemah' & 'palsu' berkenaan Ahlul Bayt yang dicintai.


    Pengumpulan himpunan Hadis Dha'if & Maudhu' berkenaan Ahlul Bayt (Ali, Fatimah, Hasan & Husein) bukanlah betujuan untuk merendahkan mereka atau menghapuskan keistimewaan mereka, tetapi untuk memberi penerangan dan penjelasan terhadap kepalsuan yang dibuat ke atas nama Ahlul Bayt yang suci ini daripada golongan Rafidhah (Syiah) yang sangat ekstreme dalam mencintai mereka (Ahlul Bayt).

    *Adapun, kita Ahlul Sunnah, kita berada di pertengahan, sangat digalakkan membaca penjelasan di artikel ini: http://members.fortunecity.com/salafy/tafsir/kecintaan_salaf_terhadap_ahlul_bait.htm

    Kebanyakan golongan Syiah jadi-jadian Melayu ini sering menggunakan hadis-hadis ini sebagai hujjah mereka, tetapi malangnya, mereka ini hanya sekadar tahu 'copy paste' dari apa sahaja sumber yang didapati tanpa menilai atau mengkaji kesahihannya.

    Jadi, kami memohon agar sahabat Ahli Sunnah sekalian dapat memhaminya dan menyebarkan supaya sahabat kita yang lain tidak akan terpedaya dan terpengaruh dengan permainan syaitan. Semoga mendapat manfaat.



    [1] "Ahlul Baitku adalah bagaikan bintang-bintang. Dari yang mana sahaja kalian minta bimbingan, kalian akan mendapat petunjuk."



    Hadis ini maudhu' (palsu), bahkan dalam lembaran Ahmad bin Nabith dinyatakan dusta. Saya telah mendapatkan bahawa hadis tersebut berasal dari Abu Naim al-Ashbahan, dari Abu Hasan Ahmad bin al-Qasim, dari Ahmad bin Ishaq tidak dapat dijadikan hujjah kerana ia pendusta. Pernyataan ini dikuatkan oleh al-Hafizh dalam kitab al-Lisan. Di samping itu, Ahmad bin al-Qasim itu lemah.



    [2]"Sesungguhnya Ahlul Baitku menyedikitkan makan mereka, maka bercahayalah rumah-rumah mereka."



    Hadis ini maudhu' (palsu) dan telah diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam kitab al-Ju' 1/5 dan al-Uqaili dalam deretan hadis-hadis dha'if, hlm. 222, juga oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya al Maudhu'at serta Ibnu Adi I/89, dengan sanad dari Abdullah bin al Muthalib al-Ajli, dari Hasan bin Dzakwan, dari Yahya bin Abi Katsir.

    Ibnul Jauzi berkata, "Riwayat ini tidak sahih dan al-Uqaili telah menyatakan Abdullah bin-Muthalib adalah majhul dan riwayatnya tidaklah terjaga, bahkan mungkar. Kemudian Ibnu Dzakwan oleh Imam Ahmad dinyatakan sebagai perawi hadis-hadis batil. Ibnu Abi Hatim dalam kitab al-'Ilal mengatakan, "Aku tanyakan pada ayahku tentang riwayat tersebut, ia berkata, 'Itu adalah riwayat dusta dan Abdul Muthalib adalah majhul.'



    [3] "Aku bermohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk tidak memasukkan seorang pun dari Ahlul Baitku (keluargaku) ke dalam neraka, maka Allah mengabulkannya."



    Hadis ini maudhu' (palsu) dan diriwayatkan oleh Ibnu Basyran dalam kitab al-Amali I.56 dengan sanad dari Abu Sahl Ahmad bin Muhammad bin Abdillah bin Ziad al-Qathhthan, dari Muhammad bin Yunus, dari Abu Ali al-Hanafi, dari Israril, dari Abi Hamzah, dari Raja, dari Imran bin Husain ra.

    Menurut pendapat saya. Sanad hadis ini maudhu' (palsu). Abu Hamzah at-Tamali itu adalah Tsabit bin Abi Shafiyah. Ia bukan perawi sanad yang dapat dipercaya. Ini pernyataan Imam Nasa'i dan para pakar hadis lainnya. Adapun Muhammad bin Yunus adalah orang yang bergelar al-Kudaimi yang sangat masyhur di kalangan muhaddisin sebagai pemalsu hadis. Wallahualam.



    [4] "Wahai Ali, engkau adalah saudaraku di dunia dan di akhirat."



    Hadis ini maudhu' (palsu) dan dikeluarkan oleh Tirmizi IV/328, Ibnu Adi I/59, dan al-Hakim III/14, dengan sanad dari Hakim bin Jubair, dari Juma'i bin Umair, dari Ibnu Umar.

    Tirmizi berkata: "Hadis ini hasan gharib." Kemudian pensyarah sahih Tirmizi berkata, "Hakim bin Jubair dha'if dan dituduh oleh kalangan muhaddisin sebagai perawi yang taksub dengan Syiah."

    Menurut saya, kecaman semacam itu untuk menjadikan hadisnya dha'if adalah tidak cukup. Kerananya, masih ada dua hal untuk lebih memfokuskan penilaian tentang kedha'ifan hadis di atas, iaitu:

    1. Gurunya (yakni Juma'i) adalah tertuduh. Az-Zahabi berkata bahawa Ibnu Hibban telah menyatakan: "Ia (Hakim) termasuk kalangan Rafidhah dan terbukti telah melakukan pemalsuan hadis." Bahkan Ibnu Numair dengan tegas berkata: "Dia termasuk pendusta ulung, yang menyebutkan hadis di atas."

    2. Ibnu Jubair tidak sendirian mengambilnya dari Juma'i, akan tetapi ada sanad lain, iaitu Ishaq bin Basyr al-Kahili yang oleh Ibnu Abi Syibah telah dinyatakan sebagai pendusta. Di samping itu, ada lagi yang bernama Musa bin Harun. Oleh DaruQuthni ia digolongkan sebagai sosok pemalsu hadis. Wallahualam.



    [5] "Wahai Ali, engkau adalah saudaraku, kawanku dan pendampingku di dalam surga."



    Hadis ini maudhu' (palsu) dan diriwayatkan oleh al-Khatib dalam kitab at-Tarikh XII/268, dengan sanad dari Usman bin Abdur Rahman, dari Muhammad bin Ali bin al-Husain, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib ra.

    Menurut saya, sanad riwayat ini maudhu' (palsu) sebab Usman bin Abdur Rahman telah dinyatakan pendusta oleh majoriti jumhur muhaddisin.

    Kemudian Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Seluruh hadis tentang persaudaraan (seperti di atas) adalah dusta belaka." Pernyataan Ibnu Taimiyah tersebut ditegaskan dan disepakati oleh az-Zahabi dalam kitab Mukhtasar Minhaj as-Sunnah hlm. 460.



    [6] "Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku 3 hal pada malam Isra dan Mi'raj tentang Ali. Dia adalah sebagai pemimpin kaum Mukminin, sebagai imamnya kaum muttaqin, dan pemimpin pasukan yang bersih raut mereka."



    Hadis ini maudhu' (palsu). Thabrani meriwayatkannya dalam kitab Mu;jam ash-Shagir hlm. 210, dengan sanad dari Mujasyi' bin Amr, dari Isa bin Sawadah an-Nakha'i, dari Hilal bin Abi Humaid al-Wazan, dari Abdullah bin Akim al-Juhni. Thabrani berkata: "Hadis ini secara tunggal saja diambil dan diriwayatkan oleh Mujasyi'."

    Menurut saya, Mujasyi' itu dikenal pendusta, begitu juga gurunya, Isa bin Sawadah. Ibnu Taimiyah berkata: "Barangsiapa mempunyai pengetahuan tentang hadis dan ilmunya, sekalipun hanya sedikit, pastilah ia akan mengetahui dengan mantap kepalsuan hadis di atas. Sebab hanya Rasulullah saw sahajalah imam segala kebaikan. Hanya dialah imamnya kaum Muslimin, imamnya muttaqin, imamnya mukhlisin, dan sebagainya."



    [7] “As-Siddiq (orang-orang yang benar imannya) ada tiga, iaitu (pertama) Habib si tukang kayu, orang mukmin dari keluarga Yasin yang berkata: “Wahai kaumku, ikutilah para utusan Allah.” Kemudian (kedua) Hizqil, iaitu orang mukmin dari keluarga Fir’aun, yang berkata: “Akankah engkau membunuh orang laki-laki yang berkata bahawa Tuhanku adalah Allah.” Dan (ketiga) Ali bin Abi Talib ra.; dan dialah yang paling utama.”



    Hadis ini maudhu’ (palsu). As-Suyuthi meriwayatkannya dalam kitab al-Jami’ush-Shagir dengan perawi Abu Naim, sedangkan dalam kitab al-Ma’rifat perawinya Ibnu Asakir dan Ibnu Abi Ya’la.

    Syekhul Islam Ibn Taimiyah berkata: “Hadis tersebut adalah dusta belaka.” Pernyataan tersebut disepakati dan ditegaskan oleh az-Zahabi dalam Mukhtasar al-Minhaj. Hlm. 309.

    Ketika Ibn Muthahhar yang Syiah itu menyandarkan hadis tersebut pada riwayat Imam Ahmad yang mirip-mirip hadis di atas, Syekhul Islam Ibn Taimiyah menyangah, “Imam Ahmad tidak pernah meriwayatkan hadis serupa, baik dalam musnadnya maupun dalam kitab Fadha’ilush-Shahabah. Sungguh Imam Ahmad tidak pernah meriwayatkan ataupun mengeluarkan hadis seperti itu.”



    [8] “Melihat mushaf adalah ibadah, pandangan anak kepada orang tuanya adalah ibadah, dan memandang kepada Ali bin Abi Talib adalah ibadah.”



    Hadis ini maudhu’ (palsu). Abul Furathi meriwayatkannya dengan sanad dari Muhammad bin Zakaria bin Dinar, dari al-Abbas bin Bakkar, dari Abbad bin Katsir, dari Abi Zubair, dari Jabir bin Abdillah ra.

    As-Suyuthi telah mengutarakannya dengan kitab al-La’ali I/346, sambil mengutarakan kesaksian (penguat), padahal hadis di atas adalah maudhu’ sebab Muhammad bin Zakaria sangat masyhur dalam memalsu hadis.

    Kemudian, susunan terakhir telah ditempatkan oleh Ibnul Jauzi dalam deretan hadis-hadis maudhu’.



    [9] “Ali adalah imamnya orang-orang berbakti, pembanteras kaum penderhaka. Akan tertolong orang-orang yang menolongnya dan akan direndahkan siapa sahaja yang merendahkannya.”



    Hadis ini maudhu’ (palsu) dan diriwayatkan oleh al-Hakim III/129 dan al-Khatib IV/219, dengan sanad dari Ahmad bin Abdullah bin Yazid al-Harani, dari Abdur Razaq, dari Sufyan ats-Tsauri, dari Abdullah bin Usman bin Khatsim, dari Abdur Rahman bin Usman, dari Jabir bin Abdillah ra. Kemudian al-Hakim, “Sanadnya sahih.”

    Namun Az-Zahabi mengomentarinya: “Demi Allah hadis di atas adalah maudhu’. Ahmad bin Abdullah adalah pemalsu riwayat.” Menurut saya, dalam kitab al-Mizan saya menjumpai Ibnu Adi berkata sambil mengutarakan hadis di atas, “Ahmad bin Abdullah  bin Yazid al-Harani pendusta dan pemalsu hadis.” Adapun al-Khatib dengan tegas mengingkari kesahihan apa yang diriwayatkannya itu.



    [10] “Pendahulu ada tiga. Pendahulu yang memenuhi panggilan (seruan) Musa adalah Yusya’ bin Nun, pendahulu yang memenuhi seruan Isa adalah shabib Yasin, sedang pendahulu memenuhi seruan Muhammad adalah Ali bin Abi Talib.”



    Hadis ini sangat dha’if dan diriwayatkan oleh Thabrani II/111, dengan sanad dari al-Husain bin Abi as-Siri al-Asqallani, dari Husain al-Asyqar, dari Sufyan bin Uyainah, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas ra.

    Menurut saya, sanad riwayat ini sangat dha’if kerana Husain al-Asyqar adalah Ibn Hasan al-Kufi, pengikut Syiah yang sesat hingga oleh Imam Bukhari dinyatakan dha’if dalam kitab Tarikh ash-Shaghir hlm. 230. Bukhari berkata: “Ia telah meriwayatkan hadis-hadis mungkar.”

    Uqaili menempatkan hadis di atas dalam deretan hadis-hadis maudhu’. Yang pasti, riwayat di atas adalah mungkar seperti ditegaskan kembali oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya III/570 dengan berkata: “Ini adalah hadis mungkar yang tidak diketahui sanadnya kecuali dari Husain al-Aysqar yang telah dikenal oleh kalangan muhaddisin sebagai pengikut Syiah. Kerana itu, ditinggalkan riwayatnya.”

    ADA BANYAK LAGI, BACA SAMBUNGANNYA DI: http://syiahmalaysia.blogspot.com/search/label/Hadis%20Lemah%20dan%20Palsu

     




    ISU 20 : CONTOH HADIS PALSU YANG TERSEBAR


    Soalan 20:

    Apakah contoh-contoh hadis dhaif dan palsu yang telah tersebar dalam masyarakat?
     

    Jawapan:

    Berikut saya senaraikan beberapa contoh hadis-hadis yang popular di dalam masyarakat. Sayangnya hadis-hadis yang popular ini pada hakikatnya adalah dhaif atau palsu. Saya menyebutnya sebagai dhaif atau palsu dengan meletakkan komen dan hasil kajian para ulama hadis dulu dan kini untuk sama-sama diteliti dan difahami. Ini bermakna, bukanlah saya yang memandai-mandai mengatakan ia dhaif atau palsu, tetapi saya berpandukan kepada hasil kajian yang telah sedia ada di dalam buku-buku para ulama hadis. Bagi para pembaca, mereka dialu-alukan untuk membetulkan kesilapan saya sama ada dari segi penggunaan bahan rujukan atau kesilapan dalam terjemahan teks asalnya yang ditulis dalam bahasa arab.

    Di samping itu saya juga selitkan sedikit ulasan bagi menjelaskan maksud hadis tersebut dan juga membincangkan adakah maksud hadis boleh diterima dan disokong oleh dalil-dalil daripada Al Quran atau hadis sahih. Walau bagaimana baik maksud sesuatu hadis yang dhaif atau palsu, hadis tersebut tetap tidak boleh dinyatakan atau ‘diiklankan’ sebagai ‘hadis sahih’ atau sebagai ‘sabda Nabi SAW’. Hadis tersebut mungkin boleh dianggap sebagai kata-kata hikmah atau nasihat yang baik sekiranya maksudnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pembaca akan dapat melihat apa yang saya maksudkan dalam huraian setiap hadis.
     
    Pertama:

    Maksudnya: Tuntutlah ilmu walaupun hingga  ke negeri China.
     
    Kedudukan Hadis:
    Ini adalah hadis palsu. Hadis ini telah disebutkan sebagai palsu oleh Ibn al Jauzi di dalam buku al Maudhu’at[1]. Pembaca juga boleh melihat buku Menangkis Pencemaran Terhadap Agama dan Tokoh-Tokohnya karya Mohd. Asri Zainul Abidin untuk mendapat maklumat lanjut tentang hadis ini. Hadis ini dikritik juga oleh pengkaji hadis  seperti Ibnu Tahir al Maqdisi (507H)[2], al Iraqi[3], Ibn Hibban[4] dan Muhammad Nasiruddin al Albani[5].

    Ulasan:
    Hadis ini kerap dijadikan hujah bagi membuktikan bahawa Islam menggalakkan umatnya menuntut ilmu sejauh yang mungkin walaupun ke negara China. Sedangkan pada hakikatnya hadis ini adalah palsu. Telah ada dalil-dalil serta hujah-hujah yang jelas dalam Al Quran dan hadis-hadis sahih tentang kewajipan menuntut ilmu serta kelebihan mereka yang mempunyai ilmu. Terdapat ayat-ayat Al Quran yang mengiktiraf golongan yang berilmu contohnya:

    Maksudnya : ALLAH mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan yang mempunyai ilmu dengan beberapa darjat[6].

    Begitu juga di dalam hadis-hadis sahih terdapat saranan ke arah menuntut ilmu antaranya seperti hadis:

    Maksudnya: Sesiapa yang melalui jalan ke arah menuntut ilmu maka ALLAH mudahkan untuknya jalan ke syurga[7].

    Maksudnya: Menuntut ilmu adalah kewajipan ke atas setiap muslim [8].

    Telah diketahui umum bahawa menuntut ilmu adalah kewajipan dalam kehidupan umat Islam. Apa yang ingin saya sebutkan di sini adalah kesalahan menggunakan hadis palsu dalam menyatakan sesuatu perkara yang telah sedia ada dalam Islam sama ada di dalam Al Quran atau hadis-hadis sahih. Tindakan menggunakan hadis palsu ini boleh menjadikan kita lupa bahawa ayat Al Quran atau hadis sahih sudah pun memadai dan mencukupi untuk kita menyatakan sesuatu yang berkaitan dengan Islam. Berhati-hatilah dalam menggunakan sesuatu hadis. Pastikan bahawa hadis tersebut adalah sahih sebelum menggunakannya sebagai dalil atau hujah.
     


     
    Kedua:

    Maksudnya: Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad

     
    Kedudukan Hadis:

    Hadis ini adalah hadis palsu. Menurut Yusuf al Qaradhawi, walaupun maksud hadis ini benar, bukanlah bermakna itu adalah hadis yang benar-benar datang dari Nabi SAW[9]. Hadis ini juga ditolak kesahihannya sebagai sabda Nabi SAW oleh seorang pengkaji hadis zaman ini,  Abd. Fattah Abu Ghuddah[10].
     

    Ulasan:
    Seperti yang telah disebutkan dalam komen saya terhadap hadis pertama, terdapat banyak dalil dalam Al Quran dan hadis-hadis yang sahih yang menyuruh dan menggalakkan umat Islam menuntut ilmu. Dalil-dalil itu sudah mencukupi dan kita tidak perlu lagi menggunakan hadis-hadis palsu yang direka. Penggunaan hadis-hadis palsu adalah salah walaupun dengan niat yang baik.

    Wujudnya segolongan pendakwah atau penceramah yang tidak mendalami bidang hadis telah menyebabkan ramai pendengar yang terkeliru dengan hadis-hadis yang tidak sahih tetapi disangkanya sahih. Bahkan disangkanya hadis ini menjadi kaedah utama dalam agama Islam sehingga dia terlupa dalil yang sudah sedia ada dalam Al Quran dan hadis-hadis sahih. Pendakwah atau penceramah selalunya mencari jalan singkat untuk mengumpulkan bahan ceramahnya lalu mereka menggunakan buku-buku berbentuk akhlak atau buku cerita yang kadangkala tidak memperdulikan kesahihan fakta yang dimuatkan di dalamnya. Ada yang mengambil hadis-hadis daripada buku al Ghazali iaitu Ihya’ Ulumiddin yang sememangnya mengandungi banyak hadis dhaif dan palsu. al Iraqi telah berusaha untuk menyemak kembali hadis-hadis di dalam buku Ihya’ Ulumiddin dan mengkaji kesahihannya atau kedhaifannya. Segala kajian al Iraqi itu beliau muatkan di dalam bukunya berjudul al Mughni ‘An Hamli al Asfar dan jika kita membaca kajian beliau, kita akan dapati terlalu banyak hadis yang tidak sahih ada dalam buku al Ghazali itu.

    Kepada pembaca buku Ihya’ Ulumiddin, saya nasihatkan supaya mereka melihat kajian al Iraqi dan memastikan adakah hadis itu sahih atau tidak. Terdapat beberapa versi buku Ihya’ Ulumiddin yang dicetak bersama dengan kajian al Iraqi sebagai nota kaki. Tidak ada sesiapa yang menyalahkan al Ghazali kerana kesilapannya dalam buku Ihya’ Ulumiddin kerana al Ghazali adalah manusia biasa yang tidak terlepas daripada kesilapan. Beliau berkemungkinan besar tidak tahu bahawa sesuatu hadis itu palsu lalu menyebutnya dalam Ihya’ Ulumiddin. Tetapi kita sebagai pembaca pada zaman ini perlulah mengelak dari menggunakan hadis-hadis palsu dalam Ihya’ Ulumiddin kerana kita telah pun tahu tentang kepalsuannya berdasarkan kajian al Iraqi serta ulama lain. Kita menghormati al Ghazali tetapi kita tidak akan mengulangi kesilapan yang beliau telah lakukan iaitu tersalah dalam menyebut hadis-hadis palsu yang disangka beliau sebagai sahih.
     



    Ketiga:

    Maksudnya: Tidur selepas subuh/ waktu pagi menghalang rezeki.

     
    Kedudukan Hadis:
    Hadis ini adalah  hadis palsu. Hadis ini dilabelkan sebagai  palsu oleh al Hasan Ibn Muhammad al Shoghoni dan disokong oleh ahli hadis masa kini, Abd. Fattah Abu Ghuddah[11]. Manakala di antara ulama yang melabelkan hadis ini sebagai sangat dhaif pula ialah al Haithami[12], Ahmad Syakir[13], Muhammad Nasiruddin al Albani[14] dan Syuaib al Arnaouth[15]
     

    Ulasan:

    Tiada tegahan dan tiada pula suruhan ke arah perkara ini. Perkara ini dilakukan mengikut kesesuaian keadaan dan keperluan. Sedangkan sesiapa sahaja yang ingin mencari hadis ini pasti akan menemui bahawa para ulama hadis yang terkenal telah mengkritik hadis ini sekaligus menjadikannya hadis yang tidak sahih. Ada pula yang berhujah bahawa logik akal menyokong hadis ini kerana orang yang bekerja akan lewat ke tempat kerja dan tidak dapat menjalankan tugas sekiranya tidur selepas subuh. Mereka seolah-olah lupa bahawa ada juga masyarakat kita yang bekerja pada waktu petang dan malam. Adakah mereka tidak dapat menjalankan tugas jika tidur selepas subuh?

    Persoalan rezeki ini adalah persoalan besar dan untuk menyatakan sesuatu perkara itu menghalang rezeki, kita memerlukan hujah dan dalil yang kuat daripada Al Quran atau hadis sahih. Terdapat beberapa perkara lagi yang dikatakan menghalang rezeki seperti minum daripada gelas sumbing, menjahit baju di badan sendiri dan lain-lain lagi tetapi semuanya tidak mempunyai dalil atau hujah daripada Al Quran atau hadis sahih.
     
     
     

    Keempat:
    Kisah sahabat Nabi bernama Sa’labah ثعلبة  yang tidak membayar zakat.
     
    Kedudukan Hadis:
    Hadis ini adalah hadis palsu. Maklumat lanjut ada di dalam buku al Sohih al Musnad Min Asbab al Nuzul karya Syeikh Muqbil bin Hadi al Wadii[16]. Buku ini merupakan antara hasil karya yang terbaik daripada Syeikh Muqbil yang merupakan seorang pengkaji hadis dari negara Yaman. Beliau berusaha mengumpulkan asbab nuzul (sebab-sebab ayat Al Quran diturunkan) yang sahih sahaja. Ini kerana sememangnya telah diketahui bahawa tidak semua asbab nuzul yang tercatat dalam buku-buku terdahulu adalah sahih. Menurut Syeikh Muqbil, kisah Sa’labah yang tidak membayar zakat ditolak kesahihannya oleh imam-imam hadis terkenal seperti Ibnu Hazm (al Muhalla) , al Suyuthi (Lubab al Nuqul) , Ibnu Hajar al Asqalani (Takhrij al Kasyaf dan Fath al Bari), al Haithami (Majma’ al Zawaaid), al Zahabi (Tajrid Asma’ al Sahabah), al Munawi (Faidh al Qadir) dan al Iraqi (al Mughni takhrij Ihya’ Ulumiddin). Di dalam sanad hadis tersebut terdapat periwayat yang dikritik sebagai dhaif iaitu Ali bin Yazid al Alhani.

    Syeikh Muqbil al Wadii juga menyatakan bahawa terdapat riwayat yang disebutkan daripada Ibnu Abbas yang menceritakan bahawa kisah ini adalah berkaitan dengan seorang sahabat bernama Sa’labah bin Abi Hathib dan bukan Sa’labah bin Hathib. Namun riwayat itu juga tidak sahih kerana bersumberkan daripada periwayat-periwayat yang tidak diterima.

    Salah seorang ulama dan pendakwah terkemuka Mesir, Muhammad Hassan telah menyenaraikan beberapa hujah yang membuktikan bahawa kisah Sa’labah ini adalah kisah yang tidak benar. Hujah-hujah untuk mendhaifkan hadis ini disebut dalam salah satu ceramah beliau dan boleh didengari dari laman web www.islamway.com.

    Kisah ini juga dikritik kesahihannya oleh Yusof al Qaradhawi dalam bukunya Kaifa Nata’amalu Ma’a al Sunnah al Nabawiyyah[17], Al Iraqi[18] dan Muhammad Nasiruddin al Albani[19].
     

    Ulasan:

    Boleh dikatakan semua ulama tafsir dan hadis yang terkenal telah mendhaifkan hadis ini. Tidak ada seorang ulama pun yang mengatakan kisah ini benar. Sayangnya hadis ini amat popular terutama dalam kalangan yang ingin mengajak masyarakat supaya membayar zakat serta tidak melengahkan pembayarannya. Kisahnya berkisar tentang seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Sa’labah bin Hathib yang pada asalnya miskin. Namun setelah didoakan oleh Nabi SAW, dia telah menjadi kaya raya. Kekayaannya menjadikannya sombong dan enggan menunaikan zakat. Akhirnya beliau tidak diterima taubatnya oleh Rasulullah SAW kerana turunnya ayat daripada surah at Taubah. Selepas baginda wafat, para khalifah tidak ingin menerima zakat yang ingin diberikan oleh Sa’labah. Kisah ini adalah kisah yang tidak benar.

    Azab siksa yang dijanjikan kepada mereka yang tidak membayar zakat telah ada disebutkan di dalam nas-nas yang sahih iaitu Al Quran dan hadis sahih. Oleh sebab itu kita melihat dalam sejarah Islam berlakunya peperangan yang dipimpin oleh khalifah pertama Islam , Abu Bakr al Siddiq menentang golongan yang tidak mahu membayar zakat.
     

     
     
    Kelima:

    Maksudnya: Sesiapa yang tidur selepas Asar lalu hilang akalnya, maka janganlah dia mencela melainkan dirinya sendiri.
     

    Kedudukan Hadis:

    Hadis ini adalah hadis dhaif seperti yang telah dihuraikan oleh al Albani di dalam bukunya Silsilah al Ahadith al Dhaifah[20]. Sebelum daripada al Albani, hadis ini juga telah didhaifkan oleh al Haithami[21].

     


    Ulasan:


    Setahu penulis, tidur selepas Asar belum dibuktikan kemudharatannya dari segi perubatan. Kalaulah sekiranya dapat dibuktikan dari segi perubatan bahawa perbuatan ini memberikan kesan kepada akal manusia, maka kita akan menyatakan bahawa ia dilarang berhujahkan kenyataan dari aspek perubatan tersebut dan bukannya berhujahkan hadis yang tidak sahih ini. Hadis dhaif dan palsu tetap tidak boleh dijadikan hujah atau dalil untuk melarang sesuatu perkara yang asalnya tidak dilarang.

    Terdapat satu kisah berkaitan persoalan tidur selepas waktu Asar. Seorang imam fiqh dan hadis yang masyhur, al Laith bin Saad (175H) pernah ditegur oleh salah seorang rakannya kerana beliau mendapati al Laith tidur selepas Asar pada bulan Ramadhan. Rakannya itu membacakan hadis yang telah disebutkan di atas tadi (riwayat Ibnu Adi dalam buku al Kamil) sebagai hujah untuk menegur al Laith. Apabila al Laith mendengar sanad hadis itu dibaca, maka beliau telah mengesan satu kecacatan dalam hadis tersebut iaitu terdapat periwayat bernama Abdullah bin Lahi’ah yang meriwayatkan hadis itu daripada periwayat bernama Aqil. Al Laith lalu berkata: “Aku tidak akan meninggalkan perkara yang bermanfaat kepada diriku ini (tidur selepas Asar) hanya kerana hadis yang diambil dari jalan Ibnu Lahi’ah dari Aqil”. Maksud al Laith ialah beliau tidak akan meninggalkan tidur selepas Asar yang bermanfaat baginya hanya kerana satu hadis yang tidak sahih[22].
     
     
     
     
    Keenam:
    Maksudnya: Kebersihan itu separuh daripada iman.
     
    Kedudukan Hadis:
    Hadis ini telah dikritik dan dilabelkan sebagai hadis dhaif jiddan (sangat dhaif) oleh al Iraqi[23] dan dinyatakan sebagai palsu oleh al Albani[24] dengan lafaz yang hampir sama iaitu “kebersihan itu menyeru kepada keimanan”.
     

    Ulasan:

    Telah disepakati oleh semua orang yang mempelajari tentang Islam melalui sumber utamanya iaitu Al Quran dan hadis sahih bahawa Islam memang mementingkan kebersihan. Tetapi tidak ada hadis yang menyatakan bahawa “Kebersihan itu separuh daripada iman”. Kita perlu berhati-hati apabila menyebutkan sesuatu hadis dan tidak sekadar menyebutnya kerana maknanya bertepatan dengan ajaran Islam.

    Terdapat satu perkara yang menarik yang saya pernah temui iaitu satu hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Sahih Muslim[25] dengan lafaz: الطهور شطر الإيمان yang diterjemahkan dengan maksud: “Kebersihan itu sebahagian daripada iman”. Terjemahan sebegini saya temui di dalam salah sebuah majalah yang pernah saya baca. Sedangkan maksud hadis itu yang sebenar menurut kata para pengkaji hadis dalam buku-buku mereka ialah:  “Bersuci dari hadas adalah separuh daripada solat”. Terdapat perselisihan pendapat tentang maksud hadis ini dalam buku Jami’ al Ulum wa al Hikam karya Ibnu Rejab al Hanbali (795H). Ibnu Rajab telah membincangkan maksud sebenar perkataanالطهور  dan perkataan الإيمان dengan membawa banyak pendapat para ulama. Kesimpulan yang diambil oleh Ibnu Rajab ialah perkataan الطهور membawa maksud ‘bersuci daripada hadas’ dan maksudالإيمان  pula ialah ‘solat’[26]. Maksud hadis ini betul, namun hakikat ini tidak bermakna kata-kata tersebut telah benar-benar diucapkan oleh Rasulullah SAW. Kita mesti berhati-hati dalam menyebut sesuatu berkaitan Rasulullah SAW[27].
     

     
     
    Ketujuh:

    Maksudnya: Perselisihan dalam umatku adalah rahmat.
     
    Kedudukan Hadis:
    Hadis ini telah dikategorikan oleh beberapa orang ulama hadis sebagai tidak ada asalnya. Perkataan ini bermaksud tidak ada asal usulnya dalam mana-mana buku hadis. Begitulah pendapat yang dikemukakan oleh al Subki sebagaimana dicatatkan oleh al Albani dalam bukunya Silsilah al Ahadith al Dhaifah[28]. Al Iraqi juga menolak kesahihan hadis ini[29].
     

    Ulasan:

    Hadis ini telah menyatakan bahawa menjadi satu rahmat bagi kita jika kita berselisih pendapat. Ini adalah pandangan yang perlu diteliti dengan mendalam kerana kita amat yakin bahawa perselisihan selalunya membawa kepada perpecahan. Ibn Hazm dalam bukunya al Ihkam Fi Usul al Ahkam telah menyatakan bahawa jika sekiranya perselisihan itu rahmat, maka sudah pasti permuafakatan pula akan menjadi satu perkara yang tidak dirahmati. Ini adalah pendapat yang tidak benar sama sekali[30].

    Ada sesetengah penulis yang menafsirkan perselisihan dalam hadis ini dengan maksud perselisihan dalam bidang fiqh dan bukan perselisihan dalam bidang aqidah. Tafsiran sebegini adalah tepat tetapi pada pandangan penulis, kita tidak perlu membuat tafsiran sebegini kerana hadis ini bukanlah hadis yang sahih. Tafsiran sebegini diperlukan sekiranya hadis ini sahih dan kita tidak dapat memahami maksudnya. Ada pun sekiranya sesuatu hadis itu tidak sahih, tidak perlulah kita bersusah payah hendak memahaminya. Tumpukan usaha kita kepada hadis yang sahih sahaja. Wallahu a’lam
     

     
     
    Kelapan:

    Maksudnya: Sabar itu separuh daripada iman
     
    Kedudukan Hadis:
    Menurut Ibn Rajab al Hanbali, ini adalah kata-kata sahabat dan bukan hadis Nabi SAW[31]. Di antara yang menyebutnya sebagai hadis Nabi SAW ialah al Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumiddin. Menurut al Iraqi yang mengkaji hadis-hadis Ihya’ Ulumiddin, hadis tersebut adalah dhaif[32]. Begitu juga dengan al Albani yang menyatakannya sebagai sangat dhaif[33]. Menurut al Baihaqi dan al Zubaidi, kata-kata ini mauquf (kata-kata sahabat)[34].
     
    Ulasan:

    Memandangkan bahawa kata-kata ini adalah kata-kata sahabat dan melihat kepada maksudnya yang tidak menyalahi mana-mana asas dalam Islam, maka  boleh diucapkan dan disebarkan kepada masyarakat. Apa yang perlu ialah menyatakannya sebagai kata-kata sahabat atau kata-kata hikmah dengan tidak menyatakannya sebagai hadis Nabi SAW.  Kita juga mesti mengutamakan ayat-ayat Al Quran yang menceritakan perihal kesabaran dan kepentingannya seperti ayat-ayat di dalam surah Luqman yang menceritakan nasihat Luqman kepada anaknya yang antara lainnya mengandungi nasihat supaya bersabar di atas segala ujian yang menimpa diri. Begitu juga dengan hadis-hadis sahih yang menceritakan soal kesabaran dan pahala orang-orang yang sabar. Itu mesti didahulukan daripada kata-kata hikmah atau kata-kata sahabat agar masyarakat sentiasa memahami kewajipan mendahulukan Al Quran dan hadis sahih dalam kehidupan.
     
     
     
     
    Kesembilan:
    Maksudnya: Kita telah pulang dari jihad yang kecil ( peperangan) dan kita menuju kepada jihad yang lebih besar/paling besar. Para sahabat berkata: Apakah jihad yang paling besar? Rasulullah berkata: Jihad menentang hawa nafsu.
     
    Kedudukan Hadis:
    Hadis ini telah dinilai sebagai hadis dhaif oleh Syuaib al Arnaouth ketika beliau menyemak hadis-hadis di dalam buku Jami’ al ‘Ulum Wa al Hikam tulisan Ibn Rajab al Hanbali[35].Beliau telah mengambil pandangan Ibnu Hajar al Asqalani yang menyatakan bahawa kata-kata ini ialah kata-kata seorang ulama tabiin yang bernama Ibrahim Bin ‘Ablah.
    Menurut al Albani dalam Silsilah al Ahadith al Dhaifah: Munkar. Al Albani telah menukilkan kata-kata Ibnu Taimiyyah (728H) dalam Majmu’ al Fatawa:

    Tidak ada asalnya (hadis tersebut) dan  tidak diriwayatkan oleh pakar-pakar yang mengetahui tentang kata-kata Nabi SAW dan perbuatan baginda. Dan memerangi orang-orang kafir (jihad) adalah sebesar-besar amalan bahkan merupakan amalan yang terbaik yang dilakukan oleh seseorang manusia[36].

     


    Ulasan:


    Hadis ini boleh menyebabkan sebahagian umat Islam tersalah anggap lantas memperkecilkan kefardhuan jihad dan keagungan pahala mereka yang berjihad sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al Quran dan hadis-hadis sahih. Hadis ini sering digunakan oleh mereka yang bercakap atas nama kesufian untuk menunjukkan betapa pentingnya jihad melawan kehendak hawa nafsu. Tiada siapa yang menafikan perlunya kita melawan nafsu yang ingin mengajak ke arah maksiat dan sudah sedia ada di dalam hadis-hadis sahih tentang kepentingan mujahadah menentang kehendak nafsu ini seperti hadis Nabi SAW:
          
    Maksudnya: Orang yang berjihad ialah yang berjuang menentang kehendak dirinya (yang buruk)[37].

    Tetapi hadis ini tidaklah sampai bermaksud seperti yang digambarkan oleh hadis palsu tadi sehingga ke tahap menjadikan peperangan itu kecil dan melawan nafsu lebih besar mengatasi segalanya. Firman ALLAH:
     
    Maksudnya : Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad pada jalan ALLAH  dengan diri mereka sendiri dan harta mereka lebih besar pahalanya (dari orang yang hanya memberikan harta dan tidak pergi ke medan peperangan) di sisi ALLAH dan itulah orang-orang yang berjaya[38].

    Di dalam Islam terdapat pelbagai jenis jihad dan di antaranya ialah jihad peperangan mempertahankan Islam daripada musuh, jihad dalam menuntut ilmu, jihad membangunkan ekonomi, jihad menentang hawa nafsu yang menjurus ke arah maksiat dan lain-lain lagi. Namun begitu, hadis yang disebutkan tadi adalah dhaif atau lebih rendah kedudukannya dan kita dilarang menggunakan hadis sedemikian dalam menyatakan sesuatu hukum. Marilah kita menggunakan hadis-hadis sahih dalam menentukan sesuatu perkara atau hukum. Inilah perkara yang telah disarankan oleh para ulama sejak dahulu hingga kini.
     

     
    Kesepuluh:

    Maksudnya: Berbual di masjid memakan pahala seperti binatang liar memakan rumput.
     
    Kedudukan Hadis:
    Menurut beberapa orang ulama hadis, hadis ini adalah palsu. Hadis ini disebut di dalam buku-buku seperti Ihya’ Ulumiddin karya al Ghazali. Al Iraqi telah memberikan komennya terhadap hadis ini dengan kata beliau: “Aku tidak menemui asalnya”[39]. Pendapat tersebut disokong oleh al Albani di dalam bukunya Silsilah al Ahadith al Dhaifah[40]. Di antara ulama hadis lain yang menyatakan bahawa hadis ini palsu ialah al Zubaidi, al Fairuz Abadi, Ibn Hajar al Asqalani, Ali al Qari dan Abd. Fattah Abu Ghuddah[41].
     

    Ulasan:

    Hadis ini secara zahirnya seolah-olah melarang kita daripada berbual atau berbincang di masjid. Sedangkan di dalam hadis-hadis yang sahih, kita dapati Rasulullah SAW seringkali berbincang dan berbual dengan para sahabat di dalam masjid. Bahkan lebih dari itu, sekumpulan orang Islam dari Habsyah telah bermain di dalam Masjid Nabawi dengan permainan pisau. Permainan tersebut bertujuan mengisi masa lapang dan juga melatih kemahiran bersenjata. Maka Rasulullah SAW dan isterinya Aisyah bersama-sama melihat kepakaran orang-orang Habsyah bermain senjata dan tidak melarangnya[42].

    Masjid merupakan tempat untuk kita berbincang, menuntut ilmu, merancang perkara-perkara kebaikan dan juga bertegur sapa serta beramah mesra. Inilah yang berlaku pada zaman Rasulullah SAW dan ia berlainan dengan apa yang disebutkan oleh hadis yang tidak sahih ini. Seharusnya masjid berperanan seperti zaman Rasulullah SAW bagi memastikan umat Islam terus maju dan berjaya seperti pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabat.
     

    [1]Al Maudhu’at – Ibn al Jauzi – jilid 1 – muka surat 215.
    [2]Makrifat al Tazkirah – Ibn Tahir al Maqdisi – hadis no. 118.
    [3]Al Mughni An Hamli al Asfar – hadis no. 36 – susunan oleh Abu Muhammad Asyraf Bin Abd. Maqsud – cetakan pertama 1995 – Maktabah Dar al Thabariyyah, Riyadh. 
    [4]Kata-kata beliau diambil daripada buku Ahadith La Tasihhu – Sulaiman Bin Salih al Kharashiy – hadis no. 21 – laman web www.saaid.net).
    [5]Silsilah al Ahadith al Dhaifah – hadis no. 416 dan Dhaif al Jami’ al Shaghir – hadis no. 906 dan 907.
    [6]Surah al Mujadalah – ayat 11.
    [7]Hadis riwayat Muslim – hadis nombor 2699
    [8]Hadis riwayat Ibnu Majah  – hadis nombor 224 dan ia disahihkan oleh al Albani dalam semakannya terhadap Sunan Ibn Majah.  Hadis ini juga dinilai sebagai hadis hasan oleh Basyar Awwad Ma’ruf dalam kajiannya terhadap Sunan Ibn Majah.
    [9]Taisir al Fiqh Li al Muslim al Mu’ashir – Prof.Yusuf al Qaradawi  – m.s. 215.
    [10]Qiimatu al Zaman ‘Inda al Ulama’ – Abd. Fattah Abu Ghuddah – muka surat 30 – cetakan kelapan,1998 – Maktab al Mathbu’at al Islamiyyah, Halab.
    [11]Al Mashnu’ Fi Ma’rifati al Hadith al Maudhu’ – Ali al Qari – tahqiq Abd. Fattah Abu Ghuddah – muka surat 230.
    [12]Majma’ al Zawaaid – al Haithami – hadis no. 6091.
    [13]Al Musnad – Ahmad Ibn Hanbal – edisi tahqiq Ahmad Syakir – jilid 2 – muka surat 4.(www.dorar.net)
    [14]Dhaif al Jami’ as Shaghir – hadis no. 1484 dan 3531.
    [15]Al Musnad – Ahmad Ibn Hanbal – hadis no. 530– cetakan Muassasah al Risalah, Beirut.
    [16]As Sahih al Musnad Min Asbab an Nuzul – Muqbil Bin Hadi al Wadii – muka surat 11-12 – cetakan kedua 1994 – Dar Ibn Hazm.
    [17]Kaifa Nata’amalu Ma’a al Sunnah al Nabawiyyah – Prof.Dr.Yusof al Qaradhawi – muka surat 67 – al Ma’had al ‘Alami Li al Fikr al Islamiyy, Amerika Syarikat.
    [18]Al Mughni An Hamli al Asfar – al Iraqi – hadis no. 3340.
    [19]Silsilah al Ahadith al Dhaifah wa al Maudhu’ah – hadis no. 1607..
    [20]Silsilah al Ahadith ad Dhaifah wa al Maudhu’ah – al Albani – hadis no. 39 dan Dhaif al Jami’ al Shaghir – hadis no. 5861.
    [21]Majma’ al Zawaaid – al Haithami – hadis no. 8254.
    [22]Silsilah al Ahadith al Dhaifah wa al Maudhu’ah – al Albani – huraian bagi hadis no. 39.
    [23]Al Mughni An Hamli al Asfar – al Iraqi – hadis no. 278.
    [24]Dhaif al Jami’ al Shaghir – hadis no. 6163 dan 2414.
    [25]Hadis no. 223 dan diriwayatkan juga oleh al Tirmizi (hadis no. 3517). 
    [26]Jami’ al Ulum wa al Hikam – Ibn Rajab al Hanbali – jilid 2 – muka surat 7 hingga 14.
    [27]Sila lihat kembali jawapan kepada soalan nombor 18 dalam buku ini. 
    [28]Silsilah al Ahadith al Dhaifah wa al Maudhu’ah – hadis no. 57.
    [29]Al Mughni An Hamli al Asfar – al Iraqi – hadis no. 74.
    [30]Silsilah al Ahadith al Dhaifah wa al Maudhu’ah – huraian hadis no. 57.
    [31]Jami’ al Ulum wa al Hikam – Ibnu Rajab al Hanbali – jilid 2 – muka surat  10.
    [32]Al Mughni An Hamli al Asfar – al Iraqi – hadis no. 3651.
    [33]Dhaif al Jami’ al Shaghir – hadis no. 3535.
    [34]Nota kaki no. 1 dalam buku al Mashnu’ Fi Ma’rifati al Hadith al Maudhu’ – Ali al Qari – muka surat 218. 
    [35]Jami’ al Ulum Wa al Hikam – Ibnu Rejab al Hanbali – jilid 1 – muka surat 489.
    [36]Diambil daripada huraian al Albani dalam Silsilah al Ahadith ad Dhaifah wa al Maudhu’ah – hadis no. 2460.
    [37]Hadis sahih riwayat al Tirmizi (hadis no. 1621) dan disahihkan oleh al Tirmizi serta disokong oleh al Albani.
    [38]Surat at Taubah – ayat 20.
    [39]Al Mughni An Hamli al Asfar – hadis no. 410.
    [40]Silsilah al Ahadith al Dhaifah wa al Maudhu’ah – hadis no.4.
    [41]Al Mashnu’ Fi Ma’rifati al Hadith al Maudhu’ – Ali al Qari – muka surat 92 (nota kaki no.2). 
    [42]Hadis Sahih riwayat al Bukhari (hadis no. 3530) dan Muslim (hadis no. 2105).


    HADIS-hadis palsu

    1. SEMBAHYANG DENGAN MEMAKAI SERBAN
    Ertinya : Sembahyang dengan memakai serban itu ( ganjarannya ) sama dengan 25 sembahyang yang tidak memakai serban dan sekali sembahyang Jumaat dengan memakai serban itu ( ganjarannya ) sama dengan 70 kali sembahyang Jumaat dengan tidak memakai serban . Dan sembahyang dengan memakai serban itu ganjarannya sama dengan melakukan 10,000 kebaikan
    Penjelasan : Hadis ini Palsu
    Syihabuddin Ahmad bin Muhamamd Abdis Salaam Al-Manafi ( murid kepada Al-Hafiz As-Sakhaawi ) telah mengatakan bahawa semua riwayat yang berhubung dengan masalah ini adalah Maudhu atau Palsu , bukan termasuk hadis dari Nabi s.a.w.
    Sumber: Himpunan Hadis-Hadis Lemah dan Palsu - Imam Bukhari - Syk Nurulhas - m.s. 29

    2. SEMBAHYANG DENGAN MEMAKAI SERBAN PUTIH
    Ertinya : Sesungguhnya bagi Allah ada beberapa malaikat yang ditugaskan untuk menjaga pintu - pintu ( masjid ) jamik pada hari Jumaat . Mereka akan memohon maghfirah kepada Allah untuk orang - orang yang suka memakai serban putih .
    Penjelasan : Hadis ini Palsu
    Diriwayatkan oleh Khatiib tetapi dalam sanadnya ada rawi yang bernama Yahya bin Al-Yamani , dia adalah seorang yang suka meriwayatkan hadis - hadis yang 'bathil'
    Sumber: Himpunan Hadis-Hadis Lemah dan Palsu - Imam Bukhari - Syk Nurulhas - m.s. 31

    3. DUA RAKAAT YANG DILAKUKAN OLEH ORANG YANG SUDAH BERKAHWIN ITU LEBIH BAIK DARIPADA ORANG YANG BELUM KAHWIN
    Ertinya : Yang paling rugi di antara kamu ialah orang yang tidak berkeluarga ( bujang ). Dua rakaat yang dilakukan oleh orang yang sudah berkeluarga itu adalah lebih baik daripada 70 rakaat yang dilakukan oleh orang yang belum berkeluarga .
    Penjelasan : Hadis ini Palsu
    Dalam riwayat lain dikatakan : Dua rakaat yang dilakukan oleh orang yang sudah kahwin itu lebih utama daripada 70 rakaat yang dilakukan oleh orang yang belum kahwin
    Dalam sanad riwayat ini rawi yang bernama Mujaasy' . Dia suka meriwayatkan hadis - hadis 'Mungkar'.
    Dalam riwayat lain pula dikatakan : Dua rakaat yang dilakukan oleh orang yang sudah kahwin itu lebih baik daripada 82 rakaat yang dilakukan oleh orang yang belum kahwin.
    Ibnu Hajar Al-Asqalaani mengatakan , "Riwayat ini 'Mungkar'"
    Sumber: Himpunan Hadis-Hadis Lemah dan Palsu - Imam Bukhari - Syk Nurulhas - m.s. 40

    4. KHUSYUK DALAM SEMBAHYANG
    Ertinya : Dari Ummi Salamah , dia berkata,"Adalah Nabi s.a.w. apabila beliau sedang bersembahyang orang yang ( melihatnya ) beranggapan bahawa sesungguhnya beliau hanya sebuah jasad yang tidak ada rohnya ".
    Penjelasan : Hadis ini Palsu
    Ibnu Hibban mengatakan : Hadis ini 'tidak ada asalnya' kerana dalam sanadnya ada rawi yang bernama Ja'far . Dia adalah seorang rawi yang biasa meroboh sesuatu berita , sehingga tidak ada keraguan lagi bahawa yang memalsukan hadis ini adalah rawi yang bernama Ja'far ini .
    Ahmad bin Adi mengatakan : Ja'far adalah rawi yang dituduh suka memalsukan Hadis

    ULASAN PENTERJEMAH:
    Boleh jadi riwayat ini dijadikan oleh golongan tarikat sebagai dasar untuk lebih khusyuk dan Khudhu dalam mengerjakan sembahyang dan lain - lain ibadat.
    Sumber: Himpunan Hadis-Hadis Lemah dan Palsu - Imam Bukhari - Syk Nurulhas - m.s. 49 

    5. SUJUD SESUDAH SELESAI SEMBAHYANG
    Ertinya : Telah berkata Abu Sa'iid , telah menjadi kebiasaan sebahagian orang yang melakukan sujud sesudah selesai sembahyang untuk berdoa .
    Penjelasan : Sujud dalam bentuk ini tidak ada dalam ajaran Islam dan tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah s.a.w., dan tidak pula dari sahabatnya . Perbuatan ini adalah Bid'ah. Imam Ghazali dalam kitabnya Ihyaa-u ' Uluumuddin menerangkan bahawa di antara kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebahagian orang awam ialah melakukan sujud pada waktu muazzin sedang qamat pada hari Jumaat . Perbuatan ini tidak ada sumbernya dari hadis Nabi yang sahih atau yang dhaif sekalipun.
    Sumber: Himpunan Hadis-Hadis Lemah dan Palsu - Imam Bukhari - Syk Nurulhas - m.s. 56

    6. KELEBIHAN SEMBAHYANG DI MASJID NABI ( MASJID NABAWI )
    Ertinya : Barang siapa yang bersembahyang di masjidku ( masjid Nabawi ) dengan 40 kali sembahyang dengan tidak putus - putus satu sembahyangpun , maka dia akan dicatat sebagai orang yang selamat dari api neraka , lepas dari azab siksaan serta bersih daripada nifak
    Penjelasan : Hadis ini Daif
    Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Thabrani dengan sanad yang Daif dari jalan Abdir Rahman bin Abdir Rijaal dari Nabiith bin Amar dari Anas bin Malik
    Muhammad Nashruddin Albani mengatakan : Hadis ini Daif kerana dalam sanadnya ada rawi yang bernama Nabiith bin ' Amar, dia tidak dikenali oleh para ahli hadis melainkan dalam riwayat ini sahaja.
    Sumber: Himpunan Hadis-Hadis Lemah dan Palsu - Imam Bukhari - Syk Nurulhas - m.s. 70

    7. MEMBACA QUL HUALLAH HUAHAD SEBANYAK 100 KALI SESUDAH SEMBAHYANG SUBUH
    Ertinya : Barang siapa yang mengerjakan sembahyang subuh sesudah itu dia membaca Qul Huallahu Ahad 100 kali sebelum dia berkata - kata , maka tiap - tiap kali dia membaca Qul Huallahu Ahad diampuni segala dosanya selama setahun
    Penjelasan : Hadis ini Palsu
    Diriwayatkan oleh Imam Thabrani , Hakkim dan Ibnu Asakir dari jalan Muhammad bin Abdir Rahman Al-Qusairi dari Asma binti Waa-illah bin Al-Asqa dia berkata : Apabila ayahku mengerjakan solat subuh, apabila dia telah selesai dia duduk duduk menghadap kiblat dan tidak berkata apa - apa sehingga terbit matahari , sehingga aku terpaksa berkata kepadanya akan sesuatu keperluan yang dikehendakinya . Tetapi beliau tidak menjawab sepatah kata pun . Setelah segalanya selesai barulah dia menjelaskan kepadaku isi hadis tersebut.
    Muhammad Nashruddin Albaniy mengatakan : Imam haakim telah mendiamkan riwayat ini .
    Al-Haitsaamy mengatakan : Dalam sanadnya ada rawi yang bernama : Muhammad bin Abdir Rahman , dia adalah seorang rawi yang Matruk .
    Muhammad Nashrudin mengatakan : Rawi tersebut adalah seorang pendusta sebagaimana yang telah dikatakan oleh Al-Azdi
    Ibnu Abi Haatim mengatakan : Aku telah bertanya kepada ayahku tentang riwayat hidup rawi ini , maka beliau berkata , dia adalah seorang rawi yang Matruk dan riwayatnya tidak boleh di pakai dan adalah seorang pendusta
    Sumber: Himpunan Hadis-Hadis Lemah dan Palsu - Imam Bukhari - Syk Nurulhas - m.s. 87


    8 Anggota akan khusyuk bila hati orang yang bersembahyang khusyuk
    Al-Hakim At-Tirmizi * meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :
    Ertinya: Rasulullah s.a.w . melihat seorang laki - laki sedang mempermainkan janggutnya sedangkan dia dalam solat , maka Rasulullah s.a.w. bersabda : Jika hati orang ini khusyu' tentulah anggota - anggotanya khusyu '.
    Kata Al-Albani : Hadith ini adalah Maudhu'
    Dalam sanadnya terdapat Sulaiman bin ' Amru iaitu Abu Daud An-Nakha'iy yang menurut Ibnu ' Adiy ia disepakati membuat Hadith palsu .
    *Al-Hakim At-Tirmizi bukanlah Imam At- Tirmizi . Beliau adalah pengarang kitab Nawadirul-Usul. Seorang Sufi. Dikatakan bahawa dalam kitabnya Khatamul-Walayah beliau berpendapat bahawa wali lebih agung daripada Nabi. Beliau dibuang dari Tirmiz dan beliau pergi ke Nisabur.
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 284

    9 Doa kepada mu'minin dan mu'minat
    Asy-Syaukani menyebutkan dalam Al-Fawaid bahawa Rasululullah s.a.w bersabda :
    Ertinya: Barangsiapa yang mengerjakan satu solat yang ia tidak mendoa'kan padanya bagi Mu'minin dan Mu'minat maka solatnya kurang segala - galanya .
    Hadith ini adalah Maudhu'. Di dalam sanadnya Nuh bin Zakwan tidak bernilai apa-apa ( laisa bisyai-in ) dan padanya ada seorang matruk . Demikian kata Asy - Syaukani .
    Hadith riwayat Ad-Dailami dari Anas bin Malik. Dalam sanadnya terdapat Nuh bin Zakwan dan Suwaid bin Abdul Aziz.
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 287

    10 Bersolat di sudut-sudut rumah
    Al-Ghazali menyebutkan dalam kitab Al-'Ihya bahawa Rasulullah s.a.w bersabda :
    Ertinya: Hai Abu Hurairah , bersolatlah di sudut - sudut rumahmu nescaya cahaya rumahmu di langit bagaikan bintang - bintang di sisi penduduk dunia.
    Kata Al-'Iraqi : Hadith ini tiada asalnya
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 287

    11 Solat orang yang berkahwin lebih utama dari orang bujang
    Al-'Uqaili meriwayatkan dari Anas r.a bahawa Rasulullah s.a.w bersabda :
    Ertinya: Dua rakaat itu solat orang yang berkahwin lebih utama daipada tujuh puluh rakaat orang bujang .
    Kata Ibnul- Jauzi dan Al-Albani : Hadith ini adalah maudhu'. Dalam sanadnya terdapat Mujasyi' bin 'Amru. Kata Al-'Uqaili : Hadithnya mungkar . Kata Ibnu Ma'in : Aku nampak ianya seorang pembohong. Kata Ibnu Hibban : Ia membuat Hadith atas orang - orang yang thiqah, tidak halal menyebutnya melainkan dengan menyebutkan cacat celanya. Dalam sanadnya pula terdapat Abdur-Rahman bin Zaid bin Aslam yang diuduh berbohong , meriwayatkan ajaib - ajaib dan Hadith - hadith Maudhu'
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 296

    12 Rasulullah s.a.w senantiasa berqunut dalam solat subuh
    Abdur-Razaq , Ibnu Abi Syaibah, Ah - Thahawi , Ad-Daruquthni , Al Hakim , Al-Baihaqi , Al- Baghawi dan Ahmad mentakhrijkan dari Rabi' bin Anas katanya :
    Ertinya: Rasulullah s.a.w senantiasa berqunut dalam solat subuh sehingga beliau meninggal dunia.
    Kata Al-Albani : Hadith ini mungkar . Hadith ini diriwayatkan juga oleh Ibnul-Jauzi dalam kitab Al-Wahiat. Dalam sanadnya terdapat Abu Ja'far ' Isa bin Mahan Ar-Razi seorang yang dha'if. Kata Ibnul Hanbal dan An-Nasai : ia tidak kuat . Kata Abu Zur'ah : Ia banyak wahamnya . Kata Al-Fallas : Hafalannya sangat jelek. Kata Ibnu Hibban : Ia meriwayatkan hadith - hadith mungkar dari orang - orang yang mashur . Hadith ini diriwayatkan dai jalan lain sebagai syahidnya oleh Ad Daruquthni dan al-Baihaqi tetapi dalam sanadnya terdapat dua orang yang matruk . Al-Baihaqi ada meriwayatkan dai jalan lain lagi tetapi dalam sanadnya terdapat perawi yang dha'if juga , bahkan matruk .
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 297

    13 Menyapu muka apabila selesai solat
    Ath-Thabarani meriwayatkan dari Anas r.a katanya :
    Ertinya: Rasulullah s.a.w. apabila selesai solatnya , beliau menyapu dahinya dengan telapak tangan kanannya kemudian beliau berkata :
    Hadith ini sangat dha'if. Demikian kata Al-Albani . Ia diriwayatkan juga oleh Ibnu Sam'un dari Salam Al-madini dari Zaid Al'Ammi dari Anas . Yang dituduh ialah Salam Al-Madaini iaitu Ath-Thawil seorang pembohong dan Zaid Al'-Ammi adalah seorang yang dha'if .
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi-m.s. 309 


    14 Menyapu dahi apabila selesai solat
    Abu Nu'aim meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya :
    Ertinya: Adalah Rasulullah s.a.w. apabila selesai solatnya beliau menyapu dahinya dengan telapak tangan kanannya kemudian melakukannya atas mukanya sampai ke janggutnya dan beliau berkata :
    Hadith ini adalah Maudhu' . Demikian kata Al-Albani : Yang dituduh membuatnya ialah Daud bin Al-Muhabbar , iaitu pengarang kitab Al-'Aqlu seorang pembohong . Dan Al-Bazzar meriwayatkan dari Hadith Jabir dari riwayat Al-Fadhl bin 'Isa Ar-Raqasyi. Al-Fadhl ini adalah mungkar Hadithnya seperti yang dikatakan oleh Al-hafiz Ibnu Hajar Al-'Asqalani
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 310

    15 Ibnu An-Najjar mentakhrijkan dari Ibnu Umar r.a bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda :
    Ertinya: Satu solat dengan memakai serban menyamai dua puluh lima solat tanpa serban dan satu solat Jumaat dengan memakai serban menyamai tujuh puluh Jumaat tanpa serban , dan sesungguhnya para Malaikat pasti akan menyaksikan solat Jumaat dengan memakai serban dan mereka terus menerus bersalawat ke atas orang - orang yang memakai serban sampailah jatuh matahari
    Kata Asy-Syaukani : Ini adalah Hadith Maudhu' seperti yang dikatakan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 324

    16 Al-Albani menyebutkan dalam kitab Silsilah bahawa Rasulullah s.a.w bersabda :
    Ertinya: Satu shalat dengan memakai serban lebih utama ( lebih baik ) daripada tujuh puluh rakaat tanpa serban
    Kata Al-Albani : Saya melihat tulisan Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali atas sepotong ke atas At-Tirmizi ( 2/83), nashnya seperti berikut : Abu Abdullah yakni Ahmad bin Hambal ditanya orang mengenai seorang syaikh Nashibi yang dikenali sebagai Muhammad bin Nu'aim yang dikatakan ada meriwayatkan sebuah Hadith dari Sahal , dari bapanya , dari Abu Hurairah , dari Rasulullah s.a.w. mengenai Hadith di atas , maka beliau menjawab : Ini adalah pembohong dan Hadith ini adalah batil .
    Sumber: Himpunan Hadis Dhaif dan Maudhu' (Jld 1) - Drs Abdul Ghani Azmi- m.s. 329

Tiada ulasan:

Catat Ulasan