Sabtu, 29 Januari 2011

BERPUSU2 ORANG NON MUSLIM MASUK ISLAM....ORANG ISLAM BAGAIMANA....MEREKA LEKA DENGAN DUNIA....

Penduduk Islam di Britain meningkat 5.5 juta pada 2030



LONDON: Populasi umat Islam di United Kingdom akan meningkat dua kali ganda menjadi 5.5 juta dalam tempoh 20 tahun.

Migrasi dan kadar kelahiran tinggi bermakna seorang daripada 10 warga British adalah penganut Islam menjelang 2030, menurut kajian sedunia mengenai penyebaran Islam. Jangkaan itu bermakna Britain akan mempunyai lebih ramai umat Islam berbanding Kuwait.


Dari 1990 hingga 2010 bilangan penganut Islam di seluruh dunia meningkat pada kadar purata kira-kira 2.2 peratus setahun. Terdapat 1.57 bilion umat Islam di seluruh dunia pada tahun lalu.

Menurut angka disediakan wadah pemikir Washington, jumlah peningkatan populasi umat Islam di Britain daripada 2.8 juta penduduk masa kini sebahagian besarnya didorong oleh faktor migrasi.


Kajian dilakukan Pusat Kajian Pew pula menyatakan dalam tempoh 40 tahun antara 1990 hingga 2030, jumlah peningkatan umat Islam di Britain bakal mencatat lima kali ganda.



Mengamalkan Teori Ukhuwah


Seorang teman saya pernah menceritakan keheranannya terhadap teman-teman pengajiannya. “Saya bingung pada mereka, guru mereka ada di rumah sakit sudah beberapa pekan, namun mereka belum mengunjungi juga”, keluh teman tadi. “Apa anda tidak mengingatkan mereka tentang keadaan guru kalian”, ungkap saya. “Tidak tahulah saya pada mereka. Sepertinya mereka sibuk sekali pada urusannya masing-masing”, jawabnya lirih. “Apakah sesibuk itu mereka hingga seredup itu perasaan kemanusiaannya”, selidik saya.

Lain waktu saya berkesempatan mengunjungi rumah seorang teman sambil membawa sedikit bingkisan. Rupanya dia sangat gembira sekali dengan kunjungan saya ini. “Saya bersyukur sekali hari ini. Pertama, mendapatkan kunjungan dari antum, setelah lama tidak ada teman yang mengunjungi saya. Rasanya saya seperti terlempar dari pergaulan teman-teman. Tapi dengan kunjungan ini saya merasa ditarik kembali. Kedua, antum membawa bingkisan. Barang kali bingkisan itu kecil nilainya tapi sangat berarti bagi saya. Karena sudah beberapa hari keluarga saya hanya memakan ubi-ubian”. Paparnya. Saya terharu sekali mendengarkan pemaparan yang memilukan itu. Timbul pertanyaan besar: Kemana teman-temannya?

Pengalaman di atas sebenarnya mungkin banyak sekali kita jumpai dengan beraneka ragam cerita. Semuanya akan berujung pada tanda tanya, sebegitu redupkah tali persaudaraan yang kita miliki saat ini. Sebegitu keringkah telaga ukhuwah sesama aktivis dakwah.

Keadaan ini menjadi perhatian dalam diri saya apakah ini sebuah fenomena ataukah kasuistik saja. Memang kita harus akui bahwa kekeringan ruhaniyah di hati kader akan berakibat kekeringan dalam muamalah antar mereka. Muamalah yang kering merupakan preseden buruk bagi pembentukan opini publik tentang manisnya ukhuwah Islam. Serta buramnya potret keindahan tatanan dan perilaku masyarakat Islam di masa lalu bila dipraktekkan pada zaman kiwari.

Potret ukhuwah islamiyah yang telah dilakoni para pendahulu menggores kesan mendalam yang teramat indah bagi peradaban manusia. Bagaimana tidak, seseorang rela mati demi saudaranya. Mereka lebih memilih lapar bagi dirinya daripada saudaranya yang lapar. Mereka lebih mendahulukan kepentingan orang lain dari kepentingan diri mereka sendiri meskipun mereka teramat membutuhkannya. Mereka sangat menjaga kehormatan dirinya ketimbang harus menjadi orang yang rakus lagi terhina.

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum kedatangan mereka (kaum Muhajirin) mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keingan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (kaum Muhajirin) dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Al-Hasyr: 9)

Berbicara ukhuwah memang tidak sekedar teori melainkan nilai-nilai mulia yang mesti diimplementasikan dengan jiwa besar. Karena ia bukan hanya ucapan melainkan ia adalah amalan. Bahkan bukan sekedar amalan biasa tetapi amalan yang dikaitkan dengan kondisi keimanan pelakunya.


Iman Landasan Persaudaraan Islam

Ukhuwah islamiyah tidaklah sama dengan cita rasa humanisme seperti yang dipahami banyak orang. Sehingga mereka melakukan suatu kebaikan lantaran faktor humanisme, tidak dikaitkan dengan nilai-nilai moralitas yang tertanam dari benih ideologi samawiyah. Akan tetapi ukhuwah islamiyah merupakan manivestasi keimanan pelakunya. Keimanan yang stabil senantiasa memproduk amal khairiyah dan merealisasikannya dalam bentuk nyata tatkala bermuamalah dengan banyak manusia, sebaliknya keimanan yang labil dapat menghambat produktivitas amal tersebut.

Hubungan personal ketika bermuamalah pada sesama muslim memang tidak diikat pada simpul-simpul kesatuan aktivitas manusia dalam kesehariannya. Mereka tidak disatukan karena motivasi materi, kesukuan, kondisi temporer yang mereka alami. Melainkan hubungan mereka diikat oleh keimanan. Keimananlah yang menjadi pijakan muamalah mereka. Keimanan ini melandasi hubungan mereka yang teramat indah itu. Wihdatul aqidah itulah jawabannya. Menjadi kewajiban setiap kader untuk membangun bangunan keimanan yang kokoh agar dapat merefleksikannya dalam berinteraksi antar sesama.

Ketika banyak orang mengaitkan sikap persaudaraan pada nasab, kesukuan, kedaerahan serta ashabiyah lainnya. Rasulullah SAW. menepisnya dengan mengatakan: “Salman adalah keluargaku”.

Nyata betul prinsip Islam ini. Tidak tidak dapat dibatasi oleh dinding setebal apapun. Karena keimanan yang menjadi landasannya juga tidak dapat dibatasi oleh batasan apapun. Karena itu pancaran persaudaran berasal dari cahaya keimanan si pemiliknya.

Kepekaan Ukhuwah

Keimanan yang selalu bersinar terang akan menyalakan kepekaan ukhuwah. Hasasiyah ukhuwah ini akan semakin dinamis bila dilakukan dua arah. Sehingga semua pihak menahan diri untuk hanya menikmati ukhuwah orang lain. Akan tetapi masing-masing pihak berupaya untuk dapat menyenangkan khalayak sekitarnya. Menjadi kepuasan bagi dirinya apabila kelebihannya dapat dicicipi oleh banyak orang.

Lihatlah sejarah manusia-manusia pilihan yang telah mengukir indahnya peradaban orang-orang yang beriman. Mereka tidak bakhil pada orang lain akan kelebihan dirinya. Mereka tidak pula celamitan pada kebaikan orang lain. Mereka merasa bahagia apabila orang lain merasakan kebaikannya. Dan mereka terhina apabila orang lain terepotkan lantaran dirinya .

Pagi-pagi Rasulullah SAW. tersenyum melihat seorang sahabat yang telah membuktikan sikap ukhuwahnya pada saudaranya yang lain. Beliau mendapatkan informasi bahwa sahabat tersebut menjamu tamunya dengan hidangan yang diperuntukkan keluarganya. Agar tamunya berselera menyantap hidangannya, dia matikan lampu rumah sehingga makanan yang disajikan tidak tampak pada sang tamu. Hal itu dilakukan untuk menghilangkan rasa sungkan tamunya untuk menyantap makanan tersebut. Lantaran porsi hidangan yang tersedia hanya cukup untuk seorang. Untuk menyenangkan hati tamunya, tuan rumah berpura-pura sedang menyantap makanan tersebut bersama-sama dengan lahap. Sikap inilah yang mendapatkan senyuman malaikat dan membuat senang hati Rasulullah SAW.

Juga ketika Rasulullah SAW. membangun Madinah sebagai sentral aktivitas muslim, beliau mempersaudarakan sahabat Muhajirin dan Anshar. Di antaranya Abdurrahman bin Auf RA. dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi’i RA. Dengan hati yang tulus Saad bin Rabi’ mengatakan: “Aku memiliki beberapa perniagaan silahkan ambil yang kau cenderungi. Dan aku mempunyai beberapa isteri silahkan lihat mana yang menarik hatimu. Akan aku ceraikan dia dan nikahilah setelah selesai masa iddahnya”. “Semoga Allah senantiasa memberkahi dirimu dan keluargamu, terima kasih atas penawaranmu. Akan tetapi lebih baik bagiku tunjukkanlah padaku dimana pasar?” Jawab Abdurrahman bin Auf RA.

Betapa manisnya kehidupan orang-orang yang beriman. Mereka dapat memposisikan dirinya secara tepat. Mereka dapat merasakan kesusahan dan kebahagiaan saudaranya. Mereka tahu betul apa yang mesti dilakukan untuk orang lain. Mereka merasa bersedih apabila tidak mampu berbuat banyak untuk orang lain.

(dakwatuna.com)


Setiap Mingguya 100 Warga Inggris Memeluk Islam


Sekitar 5.200 warga Inggris memutuskan masuk Islam dalam setiap tahunnya. Sementara sebanyak 62 persen diantaranya adalah perempuan.

Demikian dilaporkan Lembaga Survey Faith Matters. Karakteristik umur warga Inggris yang masuk Islam berkisar 27 tahun. Sedangkan motivasi untuk masuk Islam bukanlah karena perkawinan.

Sekitar 55 persen beragama Islam, karena telah terlahirkan secara Islam. Dan hanya 12 persen yang masuk Islam karena perkawinan.

Survey tersebut juga menemukan bahwa kebanyakan yang masuk Islam langsung mengenakan jilbab. Internet, buku dan teman yang beragama Islam juga menjadi pengaruh seseorang memeluk Islam.


Muslim Dunia Diperkirakan Dua Kali Lipat Jumlah Non-Muslim pada 2030


WASHINGTON - Tingkat kelahiran memang menunjukkan tren menurun di negara-negara mayoritas Muslim. Namun dua dekade mendatang, jumlah Muslim diprediksi akan dua kali lipat jumlah non-Muslim.

Muslim akan berada di angka 2,2 miliar pada 2030 dibandingkan dengan 1,6 miliar pada tahun 2010, atau 26,4 persen dari populasi dunia dibandingkan dengan 23,4 persen sekarang, menurut perkiraan Pew Forum on Religion and Public Life.

Laporan itu tidak mempublikasikan angka populasi di seluruh dunia dari agama-agama besar lainnya. Dalam waktu dekat, Pew akan merilis prospek pertumbuhan bagi agama besar lainnya di seluruh dunia.

"Tingkat pertumbuhan menurun adalah karena terutama angka fertilitas menurun di negara-negara mayoritas penduduknya beraga Islam," kata laporan itu. Salah satu pemicunya, adalah karena makin baiknya tingkat pendidikan perempuan dan naiknya kehidupan sosial ekonomi warganya.

"Secara global, penduduk Muslim diperkirakan tumbuh sekitar dua kali jumlah penduduk non-Muslim selama dua dekade berikutnya - tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 1,5 persen bagi umat Islam, dibandingkan dengan 0,7 persen untuk non-Muslim," tulis laporan itu.

Laporan bertajuk The Future of the Global Muslim Population adalah bagian dari program Pew Forum untuk menganalisis perubahan agama dan dampaknya pada masyarakat di seluruh dunia.

Laporan itu mengatakan sekitar 60 persen umat Islam dunia akan tinggal di wilayah Asia-Pasifik pada tahun 2030, 20 persen di Timur Tengah, 17,6 persen di sub-Sahara Afrika, 2,7 persen di Eropa dan 0,5 persen di Amerika.


Penduduk Muslim Bakal Jadi Mayoritas di Dunia


Jumlah penduduk muslim dunia akan bertambah dua kali lebih cepat dibandingkan penduduk non muslim dalam 20 tahun ke depan, demikian sebuah penelitian yang juga memprediksi bahwa dalam satu generasi mendatang penduduk muslim dunia akan mencapai lebih dari seperempat total populasi dunia, Kamis.

Dengan menggunakan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi penduduk, para peneliti pada Pew Forum on Religion and Public Life memproyeksikan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk muslim dunia adalah 1,5 persen per tahun, sementara penduduk non muslim hanya tumbuh 0,7 persen per tahun.

Penelitian bertitel \"The Future of the Global Muslim Population\" ini memproyeksikan bahwa jumlah penduduk msulim pada 2030 akan mengambil 26,4 persen total populasi dunia yang diperkirakan akan mencapai sekitar 8,3 miliar jiwa.

Itu menandakan mengalami peningkatan 3 persen dari penduduk muslim saat ini yang mengambil porsi 23,4 persen dari total penduduk dunia yang sekarang mencapai 6,9 miliar.

Lebih dari enam dari setiap 10 pemeluk agama Islam tinggal di kawasan Asia Pasifik pada 2030, dan Pakistan yang bernuklir, yang beberapa bulan belakangan menjadi tempat bersemainya Islam radikal. Posisi Pakistan nantinya akan menggeser Indonesia sebagai penduduk muslim terbanyak di dunia.

Di Afrika, populasi penduduk muslim di Nigeria yang adaalah negara sub-sahara, akan melampaui jumlah penduduk muslim Mesir pada 20 tahun mendatang, demikian penelitian tersebut.

Di Eropa, Pew memprediksi bahwa jumlah penduduk msulim akan meningkat hampir sepertiga dari jumlah sekarang pada 20 tahun ke depan, dari 44,1 juta orang atau enam persen dari total penduduk Eropa pada 2010, menjadi 58,2 juta orang atau delapan persen dari total penduduk Eropa pada 2030.

Pada 2030 itu, sejumlah negara Uni Eropa akan mengalami naiknya jumlah penduduk muslim hingga mencapai dua digit prosentase dari total penduduk benua itu.

Jumlah penduduk muslim Belgia diproyeksikan meningkat dari enam persen menjadi 10,2 persen dari total penduduknya dalam 20 tahun mendatang, sementara penduduk muslim Prancis diperkirakan mencapai rekor 10,3 persen dari total penduduk pada 2030, atau naik dari porsi sekarang yang 7,5 persen dari total penduduk.

Di Swedia, Pew memprediksi bahwa kaum muslim akan mengambil hampir 10 persen dari total penduduk, padahal sekarang hanya 5 persen.

Penduduk muslim Inggris diprediksi naik dari 4,6 persen menjadi 8,2 persen pada 2030, sedangkan tahun itu juga penduduk muslim Austria akan mencaoai 9,3 persen dari total penduduk, padahal porsi saat ini adalah enam persen.

Russia, yang bukan anggota Uni Eropa, akan terus menjadi negara berpenduduk muslim di Eropa yang pada 2030 akan memiliki penduduk muslim sebanyak 18,6 juta orang atau 14,4 persen dari total penduduk negara terluas dunia itu.

Sementara di Amerika Serikat diproyeksikan akan memliki jumlah penduduk muslim yang lebih banyak di bandingkan negara-negara Eropa di luar Rusia dan Prancis. Namun proporsi penduduk muslim akan lebih kecil dibandingkan yang dimiliki negara-negara Eropa.

Jumlah penduduk muslim AS diperkirakan akan tumbuh dari tingkat sekarang yang kurang dari 1 persen menjadi 1,7 persen pada 2030. Proporsi ini membuat jumlah penduduk muslim akan sebanyak penduduk Yahudi atau penganut gereja Episkopal.

Pada 2030, demikian penelitian tersebut, jumlah penduduk muslim AS akan melonjak dari 2,6 juta jiwa pada 2010, menjadi 6,2 juta pada 2030.


http://www.hidayatullah.com/read/15024/27/01/2011/penduduk-muslim-bakaladiayoritas-dtml


Sayed Man, Si Gangster Itu Pun Menangis Saat Mendengar Al Quran


BERLIN - Saat pindah ke bagian barat Jerman, usai tembok Berlin runtuh, Sayed Mann, kala itu 12 tahun, adalah bocah yang tengah bingung mencari identitas diri. Keluarganya berasal dari Jerman Timur.

Tumbuh besar di lingkungan sosialis, agama tidak pernah ada dalam kamus keluarga dan hidupnya. Ia cenderung tersenyum sinis saat melihat orang-orang pemeluk keyakinan tertentu, termasuk Muslim,

Di Jerman Barat ia melihat situasi yang berbeda. Imigran lebih banyak dijumpai dan ia pun berkawan dengan beberapa orang asing.

"Saya tidak terbiasa dengan kehidupan baru saat itu," aku Sayed. "Kami tiap hari hidup seperti sampah. Idola kami adalah orang-orang kulit hitam Amerika yang tinggal di pemukiman terisolir," tuturnya.

Mengidolakan mereka, pria yang dulunya bernama Sved Mann itu pun juga mencontoh perilaku para imigran itu. "Saya melakukan banyak hal buruk termasuk mencuri dan sebagainya," kenang Sayed.

Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang imigran berasal dari Turki yang menjadi kawan akrabnya. Si kawan itulah yang kemudian mengenalkan Sayed pada Islam dan berhasil mengajaknya memeluk agama tersebut.

Kawan Sayed memiliki kakak lelaki seorang imam masjid lokal. Ketika si adik memberi thau niatnya untuk mengajak Sayed berkunjung ke masjid, sang imam mengaku pesimis.

"Saya bilang, 'Dia? Tidak Mungkin'. Tapi adik saya sudah bertekad bulat. Bahkan ia mengatakan Sayed akan memeluk Islam sepulangnya saya dari bepergian," tuturnya.

Tiga bulan kemudian, ketika si imam pulang kembali ia tiba-tiba disambut oleh Sayed dengan sapaan Assalamu'alaikum. "Wow saya terkejut. Ini benar-benar luar biasa," ujarnya. "Saya bahkan sempat bertanya (pada Sayed-red) 'Apa yang terjadi padamu?'".

Rupanya si imam memahami selama ini Sayed selalu mencari, namun ia tak pernah-pernah meluangkan waktu dan cenderung mengabaikan ketimbang bersungguh-sungguh.

"Ia mengatakan selalu percaya dengan keberadaan Tuhan, saya kira itulah yang menuntun dia," kata si imam. "Saya melihat ia bahagia telah menemukan Islam.

Kini si imam bahkan menjadi guru mengaji Sayed. Dengan disiplin ia belajar bahasa Arab demi dapat membaca Al Qur'an

Tapi Sayeed tak ingin disebut pindah agama. "Tak pernah ada istilah berubah agama dalam Islam," ujarnya. "Dalam Al Qur'an disebutkan tak ada paksaan dalam beragama," imbuh Sayed lagi.

Lalu? "Saya lebih suka mendeskripsikan sebagai 'seseorang telah mengenalkan saya pada Islam dan saya menuju agama itu," papar Sayed.

Ketika ditanya oleh Cengiz Kultur, sebuah proyek independen pembuatan film dokumenter tentang agama dan budaya di Jerman, mengapa ia memilih Islam, dengan mantap Sayed menjawab, "Karena pada akhirnya semuanya adalah, Islam," ujarnya menekankan pada makna kata tersebut yakni berserah diri.

Ia telah mengucapkan ikrar dengan syahadat sepuluh tahun lalu. Sejak saat itu ia rajin membaca untuk mengetahui dan mengenal lebih dalam apa makna Islam, termasuk bagi dirinya.

Islam bagi Sayed adalah menyerahkan keinginan diri di bawah kehendak Tuhan. Mengapa ia mau melakukan? "Karena dengan itu nanti saya dapat bertemu dengan Pencipta saya, saya dapat menjumpai surga. Saya berhak untuk itu dan saya kira itulah Islam menurut saya saat ini," papar Sayed ketika ditanya esensi Islam o

Sejak sepuluh tahun pula, Sayed melakukan shalat lima kali dalam sehari. "Ketika anda shalat anda absen dan istirahat dari dunia dan seluruh isinya. Anda membersihkn dan menghadap Sang Pencipta," ujarnya.

Ia mengaku tak ada strategi khusus untuk melakukan shalat lima kali dalam sehari di Jerman. "Setiap orang pasti bisa menemukan tempat untuk berwudhu, membasuh diri dan melakukan shalat," ujarnya tanpa beban.

Sayed mengaku menemukan keyakinannya setelah diskusi panjang dengan si kawan tadi dalam satu malam. "Setelah itu saya langsung menyatakan ingin pergi ke masjid bersamanya," ungkap Sayeed.

Ketika itu subuh dan seorang anak kecil tengah melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Tiba-tiba Sayed pun menangis. "Saya tidak tahu mengapa. Saya tidak paham bahasa Arab, saya tidak tahu apa yang ia baca, tidak tahu apa pun," kenangnya.

"Tapi hati saya jelas telah memahami sesuatu. Itu benar-benar pengalaman luar biasa," tutur Sayed. "Saya yang hidup di jalan ala gangster tiba-tiba bisa menangis dan tidak tahu mengapa."

Kini selain ketenangan dan keteraturan hidup Sayed juga menemukan hal berharga lain dalam Islam. "Ketika anda menjadi seorang Muslim, anda kehilangan teman tetapi anda mendapatkan saudara," ujarnya. Dengan segera anda menjadi anggota sebuah keluarga. Ini sesuatu yang tidak bisa saya peroleh dalam gereja-gereja di Jerman."


Tiada ulasan:

Catat Ulasan