Ahad, 31 Mei 2015

CINTAILAH ALLAH DENGAN SEPENUH HATI












Hakikat Cinta

Oleh: Hozaimah

Hakikat cintaku hanya untuk-Mu
Selamanya... Sampai dunia tak berbentuk
Sehingga aku menemukan kehidupan yang pasti

Cinta itu seperti misteri kata Sabrina, datang dan pergi tanpa permisi. Kamu tak perlu mencarinya karena cinta akan datang dengan sendirinya. Kamu tak dapat membelinya karena cinta tak dapat dihargai. Cinta akan lahir dengan sendirinya tanpa kita ketahui kapan dan tanpa kita ketahui kepada siapa ia akan hinggap. Seperti yang kita ketahui bahwa cinta itu akan hinggap pada siapapun yang dikehendakinya, namun cinta itu hanya bisa dirasakan, tak bisa disentuh dengan tangan, tapi disentuh oleh perasaan.

Cinta
Berbicara cinta, memang takkan habis untuk dibicarakan. Karena cinta bagaikan sumber mata air yang terpancar dari dalam perut bumi kemudian mengalir pelan dan lembut menuju lembah yang dituju. Dengan air pula manusia bisa hidup dan kuat menjalani hidupnya, tak hanya itu tumbuhan yang keringpun bisa subur jika disirami air secukupnya. Begitu juga dengan kita sebagai manusia, merasakan bahwa cinta itu adalah sumber kebahagiaan dan sumber inspirasi hidup, karena tanpa cinta manusia hidupnya takkan damai. Kedamaian ada karena terciptanya cinta dan kasih sayang antar sesama mahluk Tuhan. Hati yang keraspun bisa berubah menjadi lunak lantaran siraman cinta yang kuat terus menerus menyiraminya.

Cinta itu juga kadang membingungkan karena kita tak bisa memahami sebenarnya apa yang akan dikatakan oleh cinta lewat bahasanya. Apakah itu cinta sejati yang bersemayam dalam hati atau cinta buta. Cinta yang sejati selalu membawa pertumbuhan. Cinta bukan bersifat posesif yang obsesif. Artinya, cinta bukanlah keinginan memiliki yang dilandasi motivasi yang salah, yitu hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Yang dimaksud dengan pertumbuhan adalah bahwa cinta itu membawa kebaikan bagi orang yang sedang mencintai dan bagi orang yang dicintai. Cinta tidak membuat seseorang tertekan, dipaksa untuk mencintai, atau mengorbankan sesuatu secara salah dengan alasan cinta. Namun, apabila ada seseorang yang memaksakan kepada kita untuk mencintainya dan membuat seseorang tertekan bahkan mengorbankan sesuatu secara salah dengan alasan cinta, maka itu adalah cinta buta.

Karena cinta yang buta tak memandang sesuatu apapun yang terjadi baik itu buruk maupun itu baik. Sehingga mereka hanya menginginkan kepuasan nafsu semata. Lalu, apa sih hakikat atau makna terdalam dari cinta? Untuk memulai memahami hakikat cinta, perlu ditelusuri terlebih dahulu makna-makna yang berkaitan dengan kata “cinta”.

Kamus bahasa indonesia mengartikan cinta sebagai perasaan suka, sayang, kasih, terpikat, rasa ingin memiliki, rasa rindu, hingga sikap rela melakukan apapun terhadap sesuatu atau seseorang. Bila disederhanakan, makna cinta dalam bahasa indonesia adalah perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu untuk memiliki, mendapatkan, perasaan utnuk dapat bersama-sama, sehingga melahirkan sikap patuh, bahkan bersedia melakukan apa pun untuk memperoleh apa yang diinginkan.

Dalam tradisi bahasa Yunani, misalnya paling tidak ada lima istilah tentang cinta, yaitu: Ephithymia (sensual love) adalah cinta yang bermakna “tidak berjumpa maka tak sayang”. Cinta jenis ini berkisar pada penggunaan indera untuk menimbulkan libido. Eros dipahami sebagai dorongan (motivasi) untuk bersatu dengan sesuatu atau seseorang yang menarik. Eros tidak sekadar muncul dari rangsangan atau dorongan seksual belaka. Meskipun unsur ephithymia masih dikategorikan dalam eros, namun tak selamanya keduanya menyatu. Dalam bahasa kini istilah ini lebih dikenal dengan ungkapan “dunia milik kita berdua, yang lain hanya menyewa kepada kita.”

Storge merupakan bentuk “kasih sayang sosok ibu”, yakni kasih sayang antara orang tua dan anak meski cinta model ini juga berlaku di luar ikatan keluarga, seperti ikatan teman dan persahabatan. Philia atau cinta persahabatan, adalah cinta yang dilandasi kesamaan pemikiran, ide, selera, hobi, juga kepentingan. Bahkan, kategori cinta ini bisa muncul karena perbedaan-perbedaan yang ada. Agape adalah kategori cinta yang tidak lagi memperhitungkan untung dan rugi. Cinta ini benar-benar murni dan tak bersyarat. Cinta agape tak mengenal timbal balik, tetapi suatu pengorbanan tanpa pamrih karena cintanya mutlak. Di sini keinginan untuk dicinta bisa saja ada, tetapi tidak dimutlakkan. (Sabrina Maharani, Filsafat Cinta)

Cinta menurut bahasa adalah suka atau kebalikan dari benci. Dalam bahasa Arab terdapat kata: al-hub, al-hib, al-mahabbah, al-mawaddah, dan al-widad. Semua kata ini mempunyai arti yang sama, yakni “cinta”. Demikian pula kata al-hub dan al-mawaddah adalah kata yang sangat dalam artinya ketika mengungkapkan ciri-ciri cinta yang positif dan sesuai syari’ah. (Mahmud Muhammad An-Naku’, Cinta dan Keindahan dalam Islam)

Boleh jadi cinta juga didefinisikan sebagai hubungan indah dan istimewa antara seseorang dengan yang dicintainya, baik manusia maupun selain manusia. Dengan selain manusia ini, maksudnya hubungan khusus serta penuh cinta dengan Penciptanya, sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur’an berikut yang artinya:

“...Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (QS. Al-Maa’idah [5]: 54).

Cinta tidak hanya terbatas pada hubungan dua jenis manusia yang berbeda saja, namun cinta dapat dikembangkan dan ditanamkan pada berbagai obyek, baik kepada sesama muslim, dalam lingkungan keluarga, dalam hubungan antara penguasa dan rakyat, bahkan dapat ditebarkan kepada non-muslim. Lebih jauh lagi cinta dapat ditebarkan kepada alam semesta, baik berupa binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun mahluk lain ciptaan Allah. Inilah yang telah dikaruniakan oleh Allah di bumi ini berupa cinta tersebut.

Terlepas dari semua kecintaan yang disebutkan di atas, ada yang utama dan paling utama untuk kita cintai ialah Allah. Dialah yang memberikan cinta kepada manusia, menebarkan cinta di dunia sehingga manusia satu dengan manusia yang lainnya dapat saling mengenal, kemudian membentuk sebuah keluarga. Allah adalah pemilik cinta itu, Dialah satu-satunya tempat yang pada-Nya cinta itu bermuara agar keiindahan dan kesempurnaannya tercepai. Cinta yang diiringi ridha oleh Allah ialah cinta yang akan memberikan dampak positif, dan akan terpancar dalam diri manusia, sehingga dia bisa menjalankan cinta itu sesuai dengan fitrah cinta.

Orang yang lagi jatuh cinta akan bahagia jika cintanya bersambut. Sebaliknya, akan menderita jika tawaran cintanya tidak mendapat balasan. Begitulah cinta, mahluk Tuhan yang paling misterius yang jarang sekali orang akan menikmati keramahannya. Sebaliknya, ada banyak orang yang terluka karena salah memahami cinta.

Pesan cinta yang damai saling menghargai, dan menyayangi dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini ternyata begitu sulit tercapai. Hakikat cinta yang semestinya dirasakan manusia sebagai karunia Tuhan justru menjadi malapetaka ketika manusia merusak nilai cinta itu sendiri. Terlebih jika mereka berpandangan bahwa mencintai berarti harus memiliki. Mencintai harus menodai kesucian diri maupun orang yang dicintai. Hakikat cinta yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai agama, mengangkat harkat kemanusiaan, dan mengedepankan ahlak terpuji, entah kenapa kini seringkali ternoda oleh nafsu berlumur dosa. Akhirnya, cinta dan nafsu pun berjalan seiring, tanpa ada pembatas. (M. Hilmi As’ad, Hakikat (sebuah novel religius)).

Cinta yang semacam itulah yang harus dihindari dari para remaja, pelajar dan mahasiswa saat ini. Agar tidak terpuruk masa depannya. Cinta itu karunia, fitrah. Berbahagialah orang yang telah dirahmati cinta. Sengsaralah orang yang tidak memiliki cinta. Dan celakalah orang yang mempermainkan cinta dengan sesuatu yang berbau maksiat. Maka, jangan sekali-kali mempermainkan cinta, dan janganlah berlebih lebihan dalam memberikan cinta, dan jangan berlebihan pula jika membenci seseorang, seperti yang disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad Saw. Yang artinya:

“Cintailah kekasihmu sekadarnya saja. Siapa tahu suatu saat nanti orang yang kau cintai itu menjadi orang yang kamu benci. Bencilah musuhmu itu sekadarnya saja. Siapa tahu suatu saat nanti orang yang kamu benci itu menjadi kekasihmu.”

Menurut Ibnu Arabi, cinta selalu identik dengan ketulusan dan kesucian dari segala sifat, sehingga tidak ada tujuan lain selain keinginan bersama yang dicintai (Allah). Hakikat cinta tertinggi dalam Islam adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta keinginan untuk senantiasa dekat dengan-Nya. Allah SWT berfirman,

“Katakan (wahai Muhammad) jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali-Imron: 31).

Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman kelak pada hari kiamat,

“Di manakah orang-orang yang bercinta kasih karena keagungan-Ku. Pada hari ini (di Padang Mahsyar) Aku menaunginya dalam naungan-Ku, di saat tiada naungan kecuali naungan-Ku” (HR. Muslim).

Manusia yang mencintai Allah ialah manusia yang selalu senantiasa patuh dan tunduk terhadap perintah dan menjauhi segala laranganNya. Mencintai manusia lainnya karena Allah dan membenci karena Allah pula. Barang siapa yang telah ikhlas cintanya kepada Allah itu dengan menaati segala perintah-Nya karena iman, ibadah, dan tuntutan perilakunya, maka ia telah mencapai salah satu tujuan cinta ruhani. Cinta inilah yang akan meningkatkan derajat perilaku seseorang, maka setiap ucapan dan perbuatannya sebagai ketaatan kepada-Nya. Yang demikian ini juga diantara ciri amal shalih atau kebajikan yang meliputi segala hal. Allah berfirman yang artinya:

“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah [2]: (165).

Perlu diingat bahwa Allah adalah pencipta manusia. Dia pula yang telah memuliakannya dengan akal, menjadikannya khalifah di muka bumi, melimpahkan nikmat lahir dan bathin, dan menundukkan segala sesuatu di langit dan di bumi baginya. Karena itu, atas semua nikmat inilah ia harus mencintai penciptanya, kemudian memperlihatkan cinta ini dengan perilaku yang menegaskan kepatuhan atas semua aturan-Nya dan atas kitab serta Rasul-Nya. Cinta yang membuahkan hasil itu adalah cinta yang diupayakan seorang muslim melalui ilmu, kesungguhan, dan kesabarannya, atas segala derita hidup.

Dengan demikian, ia akan menjadi hamba yang pandai bersyukur serta cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam surat At-Taubah terdapat ayat panjang yang menegaskan bahwa inti cinta itu adalah ketika mencintai Allah dan Rasul-Nya:

“Katakanlah: jika bapa-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah samapai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.” (QS. At-Taubah [9]: 24).

Allah memberikan akal kepada manusia agar mereka berfikir, karena dengan berfikir dia akan memperoleh ilmu, dengan ilmunya itulah maka dia mengetahui hakikat cinta, dan menjalankan cinta sesuai dengan fitrah cinta itu sendiri. Yaitu, cinta yang dijalankan sesuai dengan ridha Allah. Sehingga dapat memberikan timbal balik yang positif terhadap penggunanya. Cinta jika dijaga dengan baik, maka dia akan berkembang dengan baik.

Untuk itu, jagalah cinta kamu masing-masing dengan baik dan jangan berikan cinta itu kepada orang yang tak pantas kau berikan, berikanlah cinta itu kepada orang yang pantas untuk menerimanya, yaitu jodohmu kelak. Namun jangan lupa, hakikat cinta itu adalah cinta yang sejati yang tak ada putusnya sampai kamu mati, yaitu cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Wallahu a’lam bisshowab. []

Cintailah Allah dengan sesungguh-sungguh kecintaan

March 11, 2012 hatikumiliktuhanku
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan nama Allah yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
Allah itu layaknya dicintai sepenuh hati. Apabila jiwa kosong syaitan cuba memenuhi segenap jiwa dengan kemaksiatan dan kelalaian.Apabila kita punya masa yg lapang isilah ia dengan mengingati Allah.Bacalah Al-Quran dengan penuh lemah lembut serta suara yg paling merdu sebagaimana kita bertutur dengan lemah-lembut kepada kedua ibu bapa kita yg sangat kita cintai.InsyaAllah ketenangan itu akan hadir
Pujuklah hati melakukan setiap perbuatan untuk mendapat redha Allah.Apabila belajar, hayatilah tiap bait baris kata-kata dalam buku itu hanya semata-mata untuk mendalami ilmu ALLAh insyaAllah hati akan menjadi lebih tenang.Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah kerana dilahirkan sebagai muslimah, aku rasa begitu bahagia tatkala ketenangan itu singgah di dalam hati.
Aku sedar tatkala fikiran ku berkecamuk , aku temui ketenangan melalui zikrullah.Sebutlah nama Allah dengan sebanyak-banyaknya dengan penuh pengharapan agar ketenangan itu akan datang.Ku baca baris al-quran dengan perlahan-lahan, ku lantunkan kalamullah dengan sedaya mungkin agar ia meresap masuk kedalam jiwa yg lalai ini.Alhamdulillah aku temui ketenangan.
Aku teringat akan satu ungkapan yg sering mencengah dalam benak fikiranku tatkala keserabutan menyelubungi diri “Carilah hatimu dalam tiga perkara yakni, solat malam, membaca al-quran dan zikrullah. Jika kamu tidak menemui hatimu di situ maka pintalah kepada Allah hati yg baru”
Sama-sama kita suburkan cinta kita kepada Allah azzawajalla
Wallahua’lam




Cintailah Allah dan Rasul-Nya



Cintailah Allah dan Rasul-Nya

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ


Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
(QS: At-Taubah Ayat: 24)

Ketika kita mencintai Allah dan Rasul-Nya maka kita di perintahkan untuk mencintai apa yang di cintai Allah dan Rasul-Nya dan membenci apa yang Allah dan Rasul-Nya benci.
Ketika kita mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.


وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (Q.S. Luqman : 14)

Kita juga diperintahkan untuk selalu jujur, berbuat baik, dan menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah Azza wa Jalla.


 وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (Q.S. Luqman : 22)

Masihkah kita lebih mencintai apa yang ada di dunia ini sementara Allah lah yang mendatangkannya dan mencukupkannya untuk kita segala yang kita butuhkan. Masihkah kita meminta selain kepada-Nya sementara Dia yang menciptakan kita (manusia)


وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٍ مِّن طِينٍ ثُمَّ جَعَلْنَٰهُ نُطْفَةً فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَٰمًا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَٰمَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَٰلِقِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S. Al-Mu’minun : 12-14)

Masihkah kita lebih mencintai seisi dunia ini sementara Allah Azza wa Jalla lah yang menciptakan semuanya. Masihkah kita meminta rezeki kepada selainnya sementara ia yang memberikan kita rezeki?.


إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلْقُوَّةِ ٱلْمَتِينُ

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.(QS: Adz-Dzaariyat Ayat: 58))

Maka cintailah Allah dengan sebenar-benar cinta. Melebihi cintamu kepada dunia dan seisinya. Nikmatilah manisnya keimanan dengan kezuhudan, sesungguhnya hanya kepada Allah lah tempat kembali.


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَٰلِقٍ غَيْرُ ٱللَّهِ يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ

 Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?. (Q.S. Faathir : 3)


.♥.❀❤. CINTAILAH ALLAH DENGAN SEPENUH HATI♥.❀❤. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. .♥.BismillaahiRRahmaaniRRaahiim.♥. .♥.AlhamdulillahiRabbil'aalamiin.♥. .♥.Allahumma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammadin,,Wa'ala aalihi Washahbihi Ajma'in.♥. .♥.Ya Allah jadikanlah cintaku pada Mu sebagai suatu yang paling ku cintai dan jadikanlah kecemasanku terhadap Mu sebagai suatu yang paling kucemaskan. Putuskanlah dari segala urusan dunia demi kerinduanku pada Mu.♥. .♥.CINTAILAH ALLAH DENGAN SEPENUH HATI.♥. Jangan memuji kecantikan pelangi,, tapi pujilah keagungan Ilahi yang telah menciptakan langit dan bumi... jangan percaya dengan kata-kata pujangga,, tapi percayalah dengan kalam ALLAH yang nyata... jangan mudah merasa senang dengan selalu mengingat kekasih duniamu... tapi ingatlah dan sebutlah nama ALLAH hingga hatimu terasa tenang, jangan bersedih jika cintamu di dustakan... tetapi segeralah engkau bersedih jika pernah mendustakan ALLAH... jangan pula engkau minta cinta kepada penyair tapi mintalah cinta kepada ALLAH yg memiliki cinta sejati... cintailah ALLAH dengan sepenuh hati, agar  engkau juga boleh mendapatkan cinta Nya.. ✿•.❀¸.•❤•.❀.❀❀.•❤•.¸✿ ---------------------------------------- .♥.Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan.♥. .♥.Uusyykum Wa Nafsi Bi Taqwallah.♥. .♥.Salam santun silaturahim Ukhuwah Islamiyah.♥. ✿•.❀¸.•❤•.❀.♥. .♥•**• •*Iwan Dhani Ardika*• •**•♥. ✿•.❀¸.•❤•.❀.❀. Dipersilahkan bagi sahabat'' yang ingin SHARE / TaG,,, Bantulah sahabat'' lain yg membutuhkan bantuan Tag, Semoga menjadi amal Shaleh bersama,InsyaALLAH..


Cintailah Allah! Itulah Arti Cinta Sesungguhnya


HARIANACEH.co.id — Imam Ibnu Qayyim mengatakan, “Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka ba-tasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.
Kebanyakan orang hanya membe-rikan penjelasan dalam hal sebab-musabab, konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum-hukumnya. Maka batasan dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupun masing-masing berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan,kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini. (Madarijus-Salikin 3/11)
Beberapa definisi cinta:
  1. Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai).
  2. Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.
  3. Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masih kurang.
  4. Mengembaranya hati karena mencari yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.
  5. Menyibukkan diri untuk mengenang yang dicintainya dan menghinakan diri kepadanya.
Pembangian Cinta
Cinta ibadah
Ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina kepadaNya dan mengagungkanNya serta bersema-ngatnya hati untuk menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangaNya.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak terhingga.
Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam hal cinta.
Cinta karena Allah
Seperti mencintai sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa tempat tertentu, waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk cinta dalam rangka mencintai Allah.
Cinta yang sesuai dengan tabi’at (manusiawi), yang termasuk ke dalam cintai jenis ini ialah:
  • Kasih-sayang, seperti kasih-sayangnya orang tua kepada anaknya dan sayangnya orang kepada fakir-miskin atau orang sakit.
  • Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk dalam jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada orang tuanya, murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan yang semisalnya.
  • Kecintaan (kesenangan) manusia kepada kebutuhan sehari-hari yang akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti kesenangannya kepada makanan, minuman, nikah, pakaian, persaudaraan serta persahabatan dan yang semisalnya.
Cinta-cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang diperbolehkan. Jika kecintaanya tersebut membantunya untuk mencintai dan mentaati Allah maka kecintaan tersebut termasuk ketaatan kepada Allah, demikian pula sebaliknya.
Keutamaan Mencintai Allah
Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa’dy, “Pokok tauhid dan inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)
Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum, nikah dan sebagainya.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: “Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami’ Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)
Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, “Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).
Menghalangi dari perbuatan maksiat
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah): “Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.
Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbedaan antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.
Sampai pada ucapan beliau, “Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)
Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was
Berkata Ibnu Qayyim, “Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbedaan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)
Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan
Berkata Ibn Qayyim, “Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta’ala maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa Ta’ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik dan bagi akal yang suci daripada mencintai Allah dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.
Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula pengham-baan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada selain-Nya.”(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)
Orang-orang yang Dicintai Allah Subhannahu wa Ta’ala
Allah Subhannahu wa Ta’ala mencintai dan dicintai. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al-Ma’idah: 54, yang artinya: “Maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah.”
Mereka yang dicintai Allah SWT:
  1. Attawabun (orang-orang yang bertau-bat), Al-Mutathahhirun (suka bersuci), Al-Muttaqun (bertaqwa), Al-Muhsinun (suka berbuat baik) Shabirun (bersa-bar), Al-Mutawakkilun (bertawakal ke-pada Allah) Al-Muqsithun (berbuat adil).
  2. Orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam satu barisan seakan-akan mereka satu bangunan yang kokoh.
  3. Orang yang berkasih-sayang, lembut kepada orang mukmin.
  4. Orang yang menampakkan izzah/kehormatan diri kaum muslimin di hadapan orang-orang kafir.
  5. Orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Allah.
  6. Orang yang tidak takut dicela manusia karena beramal dengan sunnah.
  7. Orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah wajib.
Sebab-sebab untuk mendapatkan Cinta Allah SWT:
  1. Membaca Al-Qur’an dengan memikir-kan dan memahami maknanya.
  2. Berusaha mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.
  3. Selalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta’ala , baik de-ngan lisan, hati maupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.
  4. Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah Subhannahu wa Ta’ala daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.
  5. Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.
  6. Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir maupun yang batin.
  7. Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
  8. Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur’an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.
  9. Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah dari para ulama dan da’i, mendengar-kan dan mengambil nasihat mereka serta tidak berbicara kecuali pembica-raan yang baik.
  10. Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingat Allah Subhannahu wa Ta’ala .
(Disadur dari kalimat mutanawwi’ah fi abwab mutafarriqah karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd oleh Abu Muhammad/alsofwah).




BAGAIMANA SEORANG MUSLIM MENAMBAHI KECINTAAN KEPADA ALLAH TA’ALA DAN TERHADAP AGAMANYA
Kenapa seseorang diharuskan mencintai Allah Ta’ala? Saya tahu bahwa kita diharuskan mencintai Allah Subhanahu akan tetapi (bagaimana) saya dapat menambah kecintaan ini begitu juga dengan mencintai agamaku?


Alhamdulillah.
Pertama,
Sesungguhnya pertanyaan anda dengan redaksi seperti itu, sangat aneh sekali. Bukan aneh kita mencintai Allah, tidak juga mencintai melebihi dari diri kita. Akan tetapi yang aneh adalah seseorang mempercayai bahwa dia punya Tuhan Pencipta kemudian dia tidak mencintai-Nya, tidak mengedepankan cinta-Nya daripada cinta pada diri, anak, orang tua dan seluruh manusia.
Semua keindahan disenangai, karena itu orang-orang pada senang. Maka hanya dari Allah saja. Allah Jalla Jalaluhu Maha Indah, dan Dia mempunyai keindahan yang layak untuk dirinya di tempat tertinggi.
Setiap ketinggian disenangi, karena itu orang-orang pada senang. Maka Allah Maha Besar dari semua yang besar dan paling Tinggi dari semua yang agung.
Dan semua kesempurnaan, orang-orang pada senang. Maka milik Allah Ta’ala kesempurnaan yang maha tinggi dan tempat tertinggi.
Setiap kebaikan dan keutamaan, orang-orang ihsan menyenanginya. Dari pemberian dan ihsan-Nya, bagaimana tidak disenangi Tuhan dalam masalah ini, dan Dialah Tuhan di tempat seperti.
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: ‘Ketahuilah, bahwa macam kecintaan yang paling bermanfaat secara mutlak, yang lebih ditekankan, paling tinggi dan paling mulia adalah kecintaan yang hatinya diberikan untuk mencintai-Nya. Dan diberi fitrah penciptaannya untuk penyembahan. Dengannya bumi dan langit ditegakkan. Dengannya para makhluk diberi fitrah dan ini adalah rahasia Syahdah (persaksian) tiada Tuhan melainkan Allah. karena Tuhan adalah yang disembah oleh hati dengan kecintaan, ketinggian, keagungan, kehinaan, merendahkan diri serta beribadah. Dan ibadah tidak layak melainkan untuk-Nya saja. Dan ibadah adalah kesempurnaan cinta disertai dengan kesempurnaan merendah dan hina. Sementara kesyirikan dalam ubudiyah ini termasuk bentuk kedholiman terbesar yang Allah tidak akan mengampuninya. Allah Ta’ala mencintai untuk Dzat-Nya dari semua sisi, sementara lainnya hanyalah mengikuti dari kecintaan kepada-Nya.
Telah ada yang menunjukkan kewajiban kecintaat kepada-Nya Subhana semua kitab yang diturunkan, dan dakwah para rasul, serta fitrah yang (Allah) berikan fitrah kepada para hamba-Nya. Dan apa yang dipasang di akal, serta semua kenikmatan yang diberikan. Maka hati secara fitrah mencintai kepada yang memberi nikmat kepadanya, berbuat baik kepadanya. Bagaimana lagi bagi orang yang telah berbuat baik darinya? Apa saja dari kenikmatan yang ada pada makhluk, maka itu semua dari-Nya saja tidak ada sekutu bagi-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
( وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ ) [ سُورَةُ النَّحْلِ : 53 )
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.’ SQ. An-Nahl: 53.
Dan apa yang dikenal para hamba-Nya dari nama-nama-Nya nan Indah dan sifat yang tinggi, serta apa yang menunjukkan dampak dari penciptaan-Nya adalah kesempurnaan dan akhir dari ketinggian dan keagungan-Nya. Kecintaan dengannya ada dua faktor, keindahan dan ijmal (berbuat baik dan memberi kenikmatan). Dan Tuhan Ta’ala mempunyai kesempurnaan mutlak akan hal itu. karena Dia adalah Maha Indah senang terhadap keindahan. Bahkan semua keindahan adalah milik-Nya. Dan kebaikan semuanya adalah dari-Nya. Maka tidak berhak selain Dia untuk dicintainya dari segala sisi.
Sungguh orang yang menyamakan antara Dia dengan lainnya dalam mahabbah (kecintaan) telah mengingkarinya. Dan (Allah) telah memberitahukan bahwa orang yang melakukan seperti itu telah menjadikan selain Dia sebagai tandingan, mereka mencintai seperti kecintaan kepada Allah, Allah berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ) [ سُورَةُ الْبَقَرَةِ : 165 )
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” SQ. Al-Baqarah: 165.
(Allah) memberitahukan kepada orang yang menyamakan antara Dia dengan tandingan dalam kecintaan, bahwa mereka akan mengatakan ketika di neraka kepada sesembahannya, ‘"Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam." SQ. As-Syuara’: 97-98.
Dengan Tauhid (penuh dengan) kecintaan, maka Allah Subhana mengutus semua Rasul-Nya, menurunkan semua kitab-Nya dan mencakup semua utusan-Nya dari awal sampai terakhir. Karena (kecintaan) diciptakan langit, bumi, surga dan neraka. Menjadikan surga untuk penghuninya dan neraka untuk orang-orang musyrik di dalamnya.
Sungguh Nabi sallallahu’alaihi wa sallam telah bersumpah  bahwa, ‘Tidak sempurna keimanan seorang hamba sampai Dia (Allah) lebih dicintai dari anak, orang tua, dan seluruh manusia. Bagaimana dengan kecintaan Tuhan Jalla Jalaluhu?
Kalau Nabi sallallahu’alaihi wa  sallam lebih utama dari kita dan diri kita dalam kecintaan serta kelazimannya. Bukankah Tuhan Jalla Jalaluhu, maha suci Nama-Nya lebih utama untuk dicintai-Nya, dan beribadah kepada-Nya dari diri mereka. Dan semua hal dari-Nya untuk hamba-Nya yang beriman mengajak kepada kecintaan-Nya. Dari apa yang dicintai dan dibenci seorang hamba, pemberian dan pelarangan-Nya, kesehatan dan cobaan-Nya, digenggam dan dilapangkan, keadilan dan keutamaan, mematikan dan menghidupkan, kasih sayang dan kebaikan, rahmat dan kebaikan, ditutupi dan pengampunan-Nya, kasih sayang dan sabarnya kepada hamba-Nya, mengabulkan doanya, menghilangkan kesusahan, membantu yang membutuhkan, melepaskan kesulitan tanpa minta imbalan darinya, bahkan tanpa membutuhkan sama sekali dari seluruh sisi. Semuanya itu mengajak hati untuk menuhankan dan mencintainya. Bahkan memberikan kesempatan hamba melakukan kemaksiatan kepadanya serta membantu atasnya serta menutupinya sampai selesai keinginannya, menjaganya sampai selesai keinginan berbuat kemaksiatannya, dibantunya dengan kenikamatan. Merupakan faktor terkuat untuk mencintai-Nya. Kalau sekiranya seorang makhluk melakukan sedikit saja hal itu kepada makhluk lainnya, maka hatinya tidak dapat menguasi untuk mencintainya. Bagaimana mungkin seorang hamba tidak mencintai dengan sepenuh hati dan jiwa raganya kepada orang yang berbuat baik kepadanya secara berkesinambungan sebanyak hembusan nafas. Dengan melakukan kejelekan kepada-Nya. Kebaikannya turun, kejelekannya naik, mencoba mencintai dengan kenikmatannya sementara Dia tidak membutuhkan, seorang hamba marah kepadanya dengan melakukan kemaksiatan, sementara dia sangat membutukan kepadanya. Maka kebaikan, bakti serta kenikmatannya tetap diberikan kepadanya, tidak mengahalangi dengan kemaksiatannya. Begitu juga kemaksiatan dan kejelekan seorang hamba tidak memutuskan kebaikan Tuhannya kepadanya.
Yang jadi celaan, hatinya tidak mencintai dari urusan ini, sementara kecintaannya tergantung dengan lainnya.
Begitu juga, setiap orang yang anda cintai dari makhluk, atau mencintai anda. Sesungguhnya dia menginginkan anda untuk dirinya, dan menawarkan kepada anda. Sementara Allah subhana Wata’ala menginginkan anda untuk anda. Sebagaimana dalam atsar ilahi, ‘Hamba-Ku semuanya menginginkan anda untuk dirinya. dan Saya menginginkan anda untuk anda’. Bagaimana seorang hamba tidak malu bahwa Tuhannya dengan posisi seperti ini. Sementara dia berpaling dari-Nya, sibuk dengan mencintai lainnya, tenggelam hatinya dengan kecintaan lainnya.
Begitu juga, setiap orang yang berinteraksi dari makhluk, kalau dia tidak untung, maka dia tidak akan berinteraksi dengan anda. Harus ada salah satu bentuk keuntungan. Sementara Tuhan Ta’ala sesungguhnya, berinteraksi dengan anda, agar keuntungan untuk anda dengan sebanyak dan setinggi keuntungan. Satu dirham dilipatkan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali sampai berlipat-lipat. Sementara kejelekan satu, amat cepat sekali terhapuskan.
Begitu juga Dia Subhanahu menciptakan anda untuk dirinya, menciptakan segala sesuatu untuk anda di dunia dan akhirat. Maka siapakah yang lebih utama dicurahkan untuk kecintaan dan mencurahkan semangat dalam (menggapai) keredhoan-Nya?
Begitu juga keinginan anda bahkan keinginan semua makhluk –kepada-Nya- dan Dia paling dermawan, paling mulia. Memberikan kepada hamba-Nya sebelum dia memintanya melebihi dari harapannya, mensyukuri sedikit amalannya dan akan menambahkan. Memaafkan banyak kesalahan dan menghapuskan. 
يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ. الرحمن :29
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” SQ. Ar-Rahman: 29.
Tidak tersibukkan pendengaran dari pendengaran (hamba), tidak salah dari banyaknya permintaan. Tidak sumpek rengekan orang yang meminta, bahkan senang dengan orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa. Senang diminta, marah kalau tidak meminta. Malu kepada hamba-Nya dimana seorang hamba tidak malu kepada-Nya. Menutupi dimana dia tidak menutupi dirinya. menyayangi dimana Dia tidak menyayangi dirinya. Dipanggil dengan kenikmatan dan kebaikannya menuju kemulyaan dan keredhoan-Nya tapi menolaknya. Mengutus utusan-Nya ketika memintanya, diutus bersamanya janjinya. Kemudian Allah subhanahu turun sendiri dan berfirman, ‘Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Saya beri. Dan barangsiapa yang memohon ampunan, maka Saya ampuni?
Bagaiamana tidak dicintai sementara hati, kebaikan tidak datang kecuali dari-Nya. Tidak menghilangkan kejelekan kecuali Dia, tidak mengabulkan doa, mengalihkan kesalahan, memaafkan dosa-dosa, menutupi aurat, menghilangkan kesusahan, menolong yang membutuhkan, sementara ingin mendapatkan keinginan selain dari-Nya? ‘selesai dari kitab Ad-Da’ Wa Ad-Dawa’, 534-538.
Kalau sekiranya dibuka penutup kasih sayang Allah Ta’ala, kebaikan, perbuatan kepada hamba-Nya dari yang diketahui dan tidak diketahui, maka hati meleleh dengan kecintaan dan kerinduan kepada-Nya. Akan tetapi hati ditutup untuk melihat itu semua. Tenggelam ke alam syahwat, bergantung dengan sebab-sebab. Maka menutup kesempurnaan kenikmatannya. Dan itu ketentuan (Allah) Yang Maha Bijak dan Maha Mengetahui. Kalau tidak, hati mana yang meleleh menikmati manisnya pengetahuan kepada Allah dan kecintaan kepada-Nya. Kemudian memberikan (kecintaan) kepada yang lainnya, dan merasa tenang dengan yang lain. Dan ini tidak akan mungkin selamanya.’ ‘Toriq Al-Hijrotain, hal. 281.
Kedua,
Allah telah menjelaskan kepada hamba-Nya jalan menuju kepada kecintaan-Nya Subhanahu, dengan berfirman:
( قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ * قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ ) آل عمران / 31-32.
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." SQ. Ali Imron: 31-32.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ‘" ( قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ ) yakni kamu akan mendapatkan diatas apa yang kamu minta dari kecintaan kamu kepada-Nya. Yaitu kecintaan Dia kepada kamu semua. Dan ini lebih agung daripada yang pertama. Sebagaimana perkataan sebagian ahli hikmah dan ulama’, ‘Urusan bukan mencintai, akan tetapi urusannya adalah dicintai.’ Hasan al-Basri dan ulama’ salaf lainnya mengatakan, ‘Suatu kaum menyangka mereka mencintai Allah, maka Allah uji mereka dengan ayat ini.
( فَإِنْ تَوَلَّوْا ) yakni menyalahi perintah-Nya, ( فَإِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ ). Hal itu menunjukkan menyalahi jalan-Nya itu kufur. Dan Allah tidak menyukai orang yang mempunyai sifat seperti itu. meskipun dia mendakwakan dan menyangka dirinya mencintai  karena Allah dan mendekatkan kepada-Nya. Sampai dia harus mengikuti Rasul Nabi Ummi (buta aksara) penutup seluruh Rasul dan utusan Allah untuk seluruh makhluk jin dan manusia.’ Selesai ‘Tafsir Ibnu Katsir, 2/32.
As-Sa’dy rahimahullah berkata dalam mentafsirkan ayat ini, ‘Ayat ini di dalamnya ada kewajiban mencintai Allah. Begitu juga tanda, hasil dan buahnya. Maka Allah berfirman, ‘قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ ‘ yakni dakwaan anda semua dengan tempat yang tinggi, dimana tingkatan yang diatasnya tidak ada lagi tingkatan. Maka tidak cukup dengan hanya dakwaan, akan tetapi harus dibuktikan. Dan tanda kejujurannya adalah mengikuti Rasul-Nya sallallahu’alaihi wa sallam pada semua kondisi, ucapan dan perbuatannya. Pada pokok dan cabang agama, yang nampak maupun yang tersembunyi. Barangsiapa yang mengikuti Rasul, hal itu menunjukkan kejujuran dakwaannya mencintai Allah Ta’ala. Allah mencintai dan memaafkan dosanya. Mengasihi dan menguatkan semua gerakan dan diamnya. Barangsiapa yang tidak mengikuti Rasul, maka tidak mencintai Allah Ta’ala. Karena kecintaan kepada Allah, mengharuskan mengikuti Rasul-Nya. Barangsiapa yang tidak ada hal itu, menunjukkan ketiadaan (kecintaan) bahwa dia itu pembohong kalau sekiranya dia menyangka (mencintai Allah). meskipun kalau sekiranya ditakdirkan ada (kecintaan itu), maka tidak bermanfaat kalau tanpa ada syaratnya. Dengan ayat ini, semua makhluk ditimbang, sejauh mana bagian dia mengikuti Rasul, maka keimanan dan kecintaan untuk Allah (seperti itu juga). Dan kalau berkurang, maka berkurang juga.’ Selesai ‘tafsir As-Sa’dy, hal. 128.
و فد روي البخاري (6502) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنَّ اللَّهَ قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ ) .
Diriwayatkan oleh Bukhori, 6502 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku (wali), maka saya telah izinkan untuk diperangi. Dan apa yang didekatkan oleh hamba-Ku yang lebih Saya senangi dengan apa yang Saya wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan (melakukan amalan-amalan) sunnah sampai Saya mencintainya. Kalau Saya telah mencintainya, maka Saya adalah kuping yang digunakan untuk mendengarkan. Dan mata yang digunakan untuk melihatnya. Tangan yang digunakan untuk memukulnya serta kaki yang digunakan untuk berjalan. Kalau dia meminta-Ku, (pasti) akan Saya beri. Kalau dia meminta perlindungan, (pasti) Aku lindungi.
Maka dalam hadits qudsi yang agung itu menjelaskan bahwa barangsiapa yang mencintai Allah, maka dia akan mendekatkan diri kepada-Nya dengan apa yang dicintai-Nya. Dari menunaikan kewajiban dan sunnah-sunnah. Maka hal itu seorang hamba akan mendapatkan kecintaan Allah Ta’ala.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, ‘Dan Kecintaan Allah tumbuh dari mengenal-Nya. Dan kesempurnaan pengenalan-Nya didapatkan dengan mengenal nama, sifat dan pekerjaan-Nya yang mulia. Serta memikirkan penciptaan-Nya yang mana didalamnya ada kecanggihan, hikmah dan penuh keajaiban. Maka hal itu menunjukkan kesempurnaan, kekuasaan, hikmah, ilmu dan rahmat-Nya.
Terkadang tumbuh dari memperhatikan nikmat-nikmat. Dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam (marfu’an),
( أحبوا الله لما يغدوكم من نعمه ، وأحبوني لحب الله ) . خرجه الترمذي في بعض نسخ كتابه [ضعفه الألباني] .
“Cintailah Allah dikarenakan memberikan kepada kamu dari kenikmatan-kenikmatan-Nya. Dan cintailah aku karena kecintaan kepada Allah.’ HR. Tirmizi dalam sebagian naskah kitabnya, dan dilemahkan oleh Al-Albany.
Sebagian ulama’ salaf berkata, ‘Barangsiapa yang mengenal Allah, maka dia akan mencintai-Nya. Dan barangsiapa yang mencintainya, maka dia akan mentaati. Karena kecintaan itu mengandung ketaatan. Sebagaimana ungkapan sebagian ahli makrifah, ‘Sesuai dalam segala kondisi.’
Kecintaan kepada Allah itu ada dua derajat,
Salah satunya fardu (wajib) yaitu kecintaan yang terkandung melakukan perintah wajib dan meninggalkan dari larangan yang diharamkan. Sabar terhadap takdir yang menyakitkan. Batasan ini merupakan suatu keharusan dalam mencintai Allah. barangsiapa yang kecintaannya bukan dalam taraf ini, maka dia pembohong mendakwakan kecintaan kepada Allah. sebagaimana perkataan ahli makrifah, ‘Barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah sementara tidak menjaga batasan-batasan-Nya, maka dia pembohong. Barangsiapa yang jatuh melakukan sesuatu yang diharamkan atau kurang dalam melaksanakan kewajiban, maka kecintaan kepada Allah berkurang. Dimana dia lebih mengedepankan kecintaan kepada diri dan hawa nafsunya dibandingkan kecintaan kepada Allah. Karena kecintaan kepada Allah, kalau sempurna. Akan menghalangi terjerumus dari sesuatu yang tidak disukainya. Sesungguhnya terjerumus dari apa yang tidak disukainya dikarenakan kurangnya kecintaan yang wajib dalam hati. Mengedepankan hawa nafsu dari pada kecintaan kepada-Nya. Oleh karena itu keimanannya berkurang. Sebagaiamana sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, ‘Tidaklah orang akan berzina ketika dia berzina sementara dia dalam kondisi beriman.’ Al-Hadits
Derajat kedua dari kecintaan, yaitu sunnah. Menaikkan kecintaan itu dengan mendekatkan diri melakukan ketaatan yang sunnah. Menahan dari (terjerumus) syubhat dan makruh yang kecil. Redho dengan qadho yang menyakitkan. Sebagaimana perkataan ‘Amir bin Abdul Qais, ‘Saya mencintai Allah dengan kecintaan yang meringankan  diriku pada semua musibah. Saya redho dengan semua bencana, saya tidak perduli dengan kecintaanku dalam kondisi apa waktu pagi dan petangku.’
Umar bin Abdul Aziz berkata, ‘Saya waktu pagi hari tidak ada kesenangan kecuali pada ketentuan qada’ dan qadar. Ketika anaknya yang sholeh meninggal beliau berkata, ‘Sesungguhnya Allah menyukai untuk diambilnya. Dan saya berlindung dengan (nama) Allah saya mempunyai kecintaan yang menyalahi kecintaan kepada Allah. sebagian tabiin berkata dalam kondisi sakitnya, ‘Dia mencintai diriku, maka saya mencintai-Nya.’ Selesai dari ‘Fathul Bari, karangan Ibn uRajab, 1/46-48.
Wallahu’alam .




Cintailah Mereka, Karena Mereka Telah Dicintai Allah


Allah berfirman (artinya):
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (at-Taubah: 100)
Di antara wujud ketundukan dan loyalitas seorang muslim kepada Allah adalah ia mencintai sesuatu yang dicintai oleh Allah dan membenci segala yang dibenci oleh-Nya. Ketika Allah telah mengabarkan tentang keridhaan-Nya kepada para shahabat Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka sudah pasti mereka juga dicintai oleh-Nya. Oleh karena itulah, merupakan keharusan bagi setiap pribadi muslim untuk mencintai mereka. Kecintaan kepada para shahabat Nabi harus menjadi bagian dari prinsip hidup beragamanya.
Mengenal Keistimewaan Para shahabat Nabi
Sungguh para shahabat Nabi adalah orang-orang istimewa. Mereka adalah manusia terbaik dan termulia di muka bumi ini setelah para Nabi dan Rasul. Yang paling utama dari mereka adalah empat al-Khulafaur Rasyidin yaitu Abu Bakr ash-Shiddiq, kemudian Umar bin al-Khaththab, kemudian Utsman bin Affan, kemudian Ali bin Abi Thalib, kemudian para shahabat yang diberi kabar gembira bahwa mereka adalah para penghuni surga (selain keempat shahabat tadi), yaitu Abdurrahman bin Auf, az-Zubair bin al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan seterusnya. Masih banyak para shahabat Nabi yang terbukti nyata telah memberikan andil yang besar dalam membela, memperjuangkan, dan mendakwahkan Islam bersama junjungan mereka, Rasulullah.
Mereka adalah orang-orang yang wajib untuk dicintai, dimuliakan, dan dijunjung tinggi kehormatannya. Bagaimana tidak? Mereka adalah orang-orang yang telah mendapatkan jaminan keridhaan dari Dzat Yang Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya. Allah melihat dan mengetahui kadar keimanan dan keikhlasan mereka yang dengan itulah mereka dipilih oleh Allah untuk menjadi shahabat Nabi yang senantiasa menyertai, membela, dan menolong beliau. Mereka juga memperjuangkan dan mendakwahkan Islam ke berbagai penjuru.
Abdullah bin Mas’ud mengatakan (artinya), “Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba, maka Allah pun mendapati hati Nabi Muhammad adalah sebaik-baik hati para hamba-Nya, sehingga Dia memilih Nabi Muhammad untuk diri-Nya dan Allah mengutusnya untuk menyampaikan risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Nabi Muhammad, maka Allah mendapati hati para shahabat beliau adalah sebaik-baik hati dari para hamba, sehingga Allah jadikan mereka sebagai pembantu dan penolong Nabi-Nya yang berperang membela agama-Nya. Apa-apa yang menurut kaum muslimin (para shahabat) suatu kebaikan, maka di sisi Allah itu adalah suatu kebaikan. Dan apa-apa yang menurut mereka suatu kejelekan, maka di sisi Allah itu pun adalah suatu kejelekan.” (HR. Ahmad, no. 3418)
Ketika mengetahui betapa tingginya kemuliaan para shahabat, maka tidak ada lagi ganjalan bagi setiap pribadi muslim untuk memberikan tempat di hatinya dalam rangka mencintai dan memuliakan shahabat Nabi. Sebagaimana Allah l telah meridhai mereka, maka kita pun harus ridha terhadap mereka. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah jangan sampai kecintaan dan pemuliaan kepada para shahabat Nabi tersebut menumbuhkan keyakinan bahwa para shahabat (baik dari kalangan Ahlul Bait maupun yang selainnya) adalah orang-orang ma’shum (yang bersih dan terbebas dari kesalahan).
Mereka adalah manusia biasa yang terkadang terjatuh ke dalam kesalahan. Namun kesalahan mereka amat sangat kecil dibandingkan besarnya kebaikan yang ada pada mereka. Kekeliruan mereka tertutupi dengan iman dan amal shalih yang senantiasa mereka jaga. Kekurangan mereka tidaklah ada apa-apanya jika ditimbang dengan tingginya keutamaan yang telah Allah anugerahkan kepada mereka. Tidak sepantasnya seorang muslim memperbincangkan atau menggunjingkan kesalahan maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka. Sungguh, perselisihan apapun yang terjadi, mereka tetap saling mencintai dan menyayangi di antara mereka. Rasa kasih sayang di antara mereka sekali-kali tidak akan luntur. Dzat Yang Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya lah yang telah memberitakan hal itu (artinya),
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang (para shahabat) yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (al-Fath: 29)
Para shahabat Rasulullah adalah manusia terbaik sepeninggal beliau. Tidak ada lagi generasi yang semisal dengan mereka tingkat keimanan dan ketakwaannya, selamanya. Rasulullah bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ.
“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (yakni para shahabat), kemudian generasi setelah mereka (tabi’in), kemudian generasi setelah mereka (atba’ at-Tabi’in).” (HR. al-Bukhari no. 2458, Muslim no. 4600)
Jangan Mencela dan Memusuhi Para shahabat Nabi
Walaupun keutamaan dan keistimewaan para shahabat Nabi telah demikian jelas dan gamblangnya, masih saja ada sekelompok orang yang mengaku Islam namun ternyata memendam kebencian dan permusuhan yang luar biasa terhadap para shahabat Rasulullah. Ada pula di antara mereka yang mencela, menghinakan, menjatuhkan kehormatan, melaknat, dan bahkan membunuh orang-orang yang telah diridhai oleh Allah tersebut. Sikap yang lancang seperti ini sangat bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di sisi Allah, para shahabat adalah orang-orang yang terpuji.
Terkait dengan ayat ke-100 dari surat At-Taubah di atas, Al-Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Sungguh Allah Yang Maha Agung telah mengabarkan bahwa Dia telah meridhai orang-orang terdahulu yang pertama-tama masuk Islam dari kalangan shahabat Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Maka sungguh celaka orang yang membenci dan mencela mereka, atau membenci dan mencela sebagian dari mereka, terlebih lagi celaan terhadap pemuka shahabat, tokoh terbaik dan termulia setelah Rasul, yaitu ash-Shiddiq al-Akbar, Khalifah yang paling agung, Abu Bakar bin Abi Quhafah.
Sesungguhnya ada satu kelompok sempalan yang hina dari kalangan (Syiah) Rafidhah, mereka memusuhi para shahabat yang paling utama, membenci, dan mencela mereka, -kita berlindung kepada Allah darinya-. Ini menunjukkan bahwa akal mereka telah terbalik, hati mereka telah berubah. Di manakah keimanan mereka terhadap al-Qur’an ketika mereka mencela dan mencaci orang-orang yang telah diridhai oleh Allah?
Adapun Ahlussunnah, sesungguhnya mereka menyebutkan keridhaan mereka kepada orang-orang yang diridhai oleh Allah, mencela orang-orang yang dicela oleh Allah dan Rasul-Nya, memberikan loyalitas kepada orang-orang yang setia dan taat kepada Allah, serta memusuhi orang-orang yang memusuhi Allah. Ahlussunnah adalah orang-orang yang senantiasa ittiba’ (mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya), bukan orang-orang yang mengada-adakan perkara baru dalam agama di luar petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Ahlussunnah adalah orang-orang yang meneladani (setiap bimbingan Allah dan Rasul-Nya), dan bukan orang-orang mendahului (lancang dan melanggar bimbingan Allah dan Rasul-Nya). Oleh karena itulah, mereka (Ahlussunnah) adalah Hizbullah (golongan Allah) yang meraih kemenangan dan termasuk hamba-hamba-Nya yang beriman. (Tafsir Ibnu Katsir)
Benar apa yang dikatakan oleh al-Imam Ibnu Katsir ini. Orang-orang Syiah Rafidhah adalah salah satu dari sekte sempalan yang sangat getol mencela para shahabat Nabi. Dari dulu hingga sekarang dan di masa mendatang -semoga Allah segerakan kehancuran mereka-, mereka akan terus mengibarkan bendera permusuhan terhadap para shahabat Rasulullah. Dengan berkedok ajakan dan seruan untuk mencintai Ahlul Bait (keluarga dan kerabat Nabi), mereka terus menikam para pendamping dan pembela Rasulullah tersebut dengan celaan, cacian, dan laknat. Lalu, mereka hendak kemanakan ayat al-Qur’an yang memuji para shahabat? Di mana pula kesetiaan dan ketaatan mereka kepada Nabi yang telah bersabda,
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ.
“Janganlah kalian mencela para shahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan mampu menyamai infak satu mud salah seorang di antara mereka (shahabat Nabi) dan tidak pula menyamai setengahnya.” (HR. al-Bukhari no. 3397, Muslim no. 4610)
Disebabkan kelancangan sikap mereka inilah, maka sangatlah pantas untuk dikatakan bahwa kelompok Syiah Rafidhah merupakan golongan menyimpang yang sangat hina dan layak untuk dihinakan. Tidak kalah sengitnya dalam memusuhi dan membenci para shahabat adalah kelompok Khawarij. Tercatat dalam sejarah, kelompok yang di zaman ini teridentifikasi sebagai kaum teroris itu telah memendam permusuhan dan kebencian luar biasa kepada para shahabat. Lebih dari itu, mereka juga berani menumpahkan darah orang-orang yang telah diridhai Allah. Puncaknya adalah pembunuhan yang dilakukan oleh salah satu tokoh besar Khawarij yaitu Abdurrahman bin Muljam terhadap manusia terbaik di muka bumi ketika itu, yaitu Ali bin Abi Thalib.
Sungguh aneh tapi nyata. Kebencian dan permusuhan itu tetap membara di hati mereka. Padahal para shahabat telah dijamin mendapatkan ridha Allah. Keutamaan mereka terabadikan dalam kitab suci-Nya dan sunnah Rasul-Nya. Dan pasti surga itulah yang akan menjadi tempat kembali mereka. Tidak diragukan lagi, para shahabat Nabi adalah para wali Allah. Barangsiapa yang memusuhi dan mencela mereka, maka ia akan berhadapan dengan Allah. Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman,
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ.
“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku akan umumkan peperangan terhadapnya.” (HR. al-Bukhari no. 6021)
Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk mencintai para shahabat Nabi dan melindungi hati kita dari kebencian terhadap mereka.
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Abu Abdillah

 KHAS BUAT MAI....

KELEBIHAN SABAR








Sabar dan taqwa kunci hadapi dengki dan iri hati

May 31st, 2012 | 9:13 pm | Motivasi |

Sungguh kita ketahui bahawa manusia hidup bermacam-macam karenah dan ragam. Kesemuanya tidak sempurna untuk melengkapi keperluan hidup masing-masing. Ada yang tidak berpuas hati terhadap kejayaan orang lain, dan ada pula yang cemburu buta terhadap kesenangan yang dilalui individu lain. Maka, wujudlah perasaan dengki dan iri hati dalam setiap diri manusia itu.
Iri hati bermaksud perasaan tidak puas hati terhadap diri sendiri kerana melihat kesenangan orang lain. Hasad dengki pula diertikan sebagai suatu sikap tidak senang diatas kesenangan, kenikmatan atau kelebihan yang terdapat dalam diri orang lain.
Firman Allah s.w.t dalam surah An-Nisa’ ayat 54 bermaksud, “Adakah patut mereka dengki kepada manusia atas nikmat yang Allah s.w.t berikan kepada mereka daripada kurnia-Nya?” Orang yang bersifat hasad dengki jiwanya sentiasa merasa serba kekurangan dengan apa yang dimilikinya. Ini kerana dia tidak pernah merasa bersyukur di atas apa yang dimilikinya, sebaliknya dia mewujudkan perasaan dengki dan iri hati terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.



Dalam Islam, sifat hasad dengki adalah tercela dan tergolong dalam amalan-amalan orang munafik. Banyak keburukan yang diperolehi akibat daripada perbuatan dengki dan iri hati ini kerana sifat dengki dan iri hati boleh mengakibatkan perpecahan ummah. Sifat ini juga boleh mewujudkan perasaan dendam, berprasangka buruk dan permusuhan terhadap individu lain.
Allah berfirman yang bermaksud, “Yang paling aku takut dari apa yang aku takut pada umatku ialah yang banyak harta pada mereka, lalu mereka saling berdengki dan berbunuh-bunuhan.” (HR. Ibnu Abid Dunya an Amir Al-Asy’ari)
Islam mengharuskan umatnya mempunyai perasaan dengki terhadap orang lain kepada dua perkara sahaja, iaitu terhadap ilmu dan harta kekayaan yang dimiliki oleh orang lain. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada dengki selain daripada dua perkara, iaitu orang yang diberikan harta oleh Allah swt lalu dikuasainya harta itu pada kebenaran dan orang yang diberikan ilmu oleh Allah swt lalu diamalkan ilmu itu dan diajarkan kepada manusia.”
Dengki juga hanya dimiliki orang yang berjiwa rendah dan sifat itu mendorongnya berangan-angan kosong untuk mendapatkan kenikmatan yang dimiliki orang lain. Di dalam setiap diri manusia, sememangnya mempunyai keinginan bersaing untuk mendapat nikmat yang sama atau lebih. Sifat ingin bersaing secara sihat adalah halal. Ia dikenali sebagai ghibtah. Seseorang yang menyedari dirinya serba kekurangan, apabila melihat orang lain maju dan mendapat lebih nikmat maka ia akan berusaha bersungguh-sungguh seperti yang dilakukan oleh orang lain. Inilah sifat bukan dengki yang sebenarnya.
Menurut pakar perunding motivasi dan keluarga, Datuk Dr Hj Fadzilah Kamsah dalam bukunya yang bertajuk “Menerobos Sempadan Diri”, antara tips motivasi yang diajar oleh beliau ialah kunci kemenangan adalah sabar.
Benar sekali kata-kata beliau kerana untuk mecapai suatu kemenangan bukanlah mudah, malah kita harus bersabar dan terus berusaha yang terbaik demi mencapai sebuah kemenangan.
Apa yang saya ingin kupaskan di dalam ruangan ini, untuk menghadapi perasaan hasad dengki adalah perbanyakkan kesabaran dan tingkatkan ketaqwaan kepada Allah s.w.t. Ketaqwaan kepada Allah s.w.t menuntut kita agar mempunyai sifat sabar sepanjang masa. Mustahil seseorang manusia itu mencecah kaki kegerbang ketaqwaan tanpa mempunyai kesabaran yang tinggi. Ini kerana taqwa bererti seseorang mestilah tunduk dan patuh kepada suruhan Allah serta menjauhi segala larangan-Nya. Kekuatan dalam kesabaran itu amatlah penting dalam melaksanakan perintah dan larangan-Nya.
Sabar ialah ketahanan rohani dan jasmani dalam melaksanakan perintah Allah s.w.t dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sifat ini sememangnya digalakkan oleh Islam. Sabar dalam ketabahan menghadapi kesusahan dan kecekalan untuk mengatasi masalah. Dalam setiap kehidupan, masalah dan cabaran merupakan asam garam kehidupan yang tidak dapat kita elakkan.
Sesungguhnya manusia tidak terlepas daripada malapetaka dan kesusahan dalam kehidupan seharian. Oleh itu bersabarlah dan semoga kita semua dirahmati Allah serta diberi kemenangan di dunia dan akhirat. Rasulullah s.a.w bersabda dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah r.a. bermaksud, “Tiada seorang muslim pun yang tidak mengalami penderitaan, keseksaan, kebimbangan, dukacita, kemelaratan dan kesedihan sehingga cucukan duri yang mengenainya melainkan dihapuskan oleh Allah sebahagian daripada kesalahannya.”
Sifat sabar sungguh mulia sekali untuk dihayati oleh kita semua kerana ia dimiliki oleh para Rasul. Kesabaranlah yang membimbing seseorang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik setelah mengalami kesedihan, kehampaan, kekecewaan dan sebagainya.
Kita selalu mendengar dan membaca kata-kata ini, “Kadang-kadang, Allah sembunyikan matahari, Dia datangkan petir dan kilat, kita menangis dan tertanya-tanya ke mana hilangnya sinar itu, rupa-rupanya Allah nak hadiahkan kita pelangi.”
Dari kata-kata di atas jelas menunjukan bahawa Allah tidak memberi kelebihan kepada kita dalam suatu perkara, tetapi Allah memberi kita kelebihan dalam sesuatu perkara yang lain.
Musibah yang terjadi itu adalah ujian dari-Nya. Yakinlah dengan Allah, dan yakinlah dengan janji-Nya. Dalam Al-Quran ada menyatakan dalam surah Al-Baqarah ayat 286, “Allah tidak memberati ( menguji ) seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya”
Tidak rugi kepada orang yang bersabar menghadapi cercaan dan hinaan daripada orang lain kerana Allah s.w.t telah meletakkan di tempat yang tinggi darjat orang yang bersabar, “Katakanlah (wahai Muhammad akan firman-Ku ini, kepada orang-orang yang berakal sempurna itu): “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertaqwalah kepada Tuhan kamu. (Ingatlah) orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan beroleh kebaikan (yang sebenar di akhirat). Dan (ingatlah) bumi Allah ini luas (untuk berhijrah sekiranya kamu ditindas). Sesungguhnya orang-orang yang bersabar sahaja yang akan disempurnakan pahala mereka dengan tidak terkira.” (Surah Az-Zumar: Ayat 10)
Kadangkala kita mengeluh akan kehidupan yang kita jalani dan kadangkala kita tidak berada di jalan yang lurus kerana sifat-sifat syaitan yang melemahkan azam dan memesongkan kita dari jalan yang lurus seterusnya menimbulkan rasa iri hati dan hasad dengki yang telah menutup hati kita daripada memperoleh hidayah Allah s.w.t.
Semakin kotor hati, semakin kusam dan pekat pula hati kita yang dipenuhi dengan kegelapan. Tanpa cahaya, nur dan hidayah Allah s.w.t yang membimbing kita ke jalan yang lurus, maka kotorlah hati kita dengan sifat yang tercela lagi hina ini.
Justeru, marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kepada Allah s.w.t dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Beranilah beramal dengan sifat yang terpuji dengan bersabar di atas setiap ujian. Laluilah onak-duri kehidupan yang berliku dengan kesabaran dan ketaqwaan kepada-Nya. Mudah-mudahan ianya akan memberikan manfaat kepada kita di dunia dan di akhirat.
Sesungguhnya hasad dengki dan iri hati yang membawa kepada kerosakan dan bala tidaklah dihalalkan. Yang dituntut oleh agama ialah iri hati supaya kita turut berusaha bersungguh-sungguh untuk memperoleh nikmat, kesenangan dan kelebihan dari Allah s.w.t dan menggunakannya di jalan yang diredhai-Nya.
By: Siti Nur Syuhadda Azami

Saturday, 14 September 2013

Sepuluh Ganjaran Kebaikan Bagi Orang Yang Sabar






Sekiranya kita diuji dengan fitnah daripada orang yang iri hati diatas kejayaan kita , diuji dengan kemiskinan, diuji dengan keretakan rumah tangga hingga berlaku perceraian sebagai suami-isteri, diuji dengan penyakit dan mendapat kemalangan, diuji dengan kematian insan yang dikasihi atau diuji dengan kerugiaan dalam perniagaan maka bersabarlah ini semuanya ada hikmah yang baik untuk diri kita sendiri sedangkan kita tidak mengetahui hikmah Allah berikan ujian tersebut .



Ianya mungkin kafarah atau penghapusan dosa-dosa kita yang pernah kita lakukan kepada Allah SWT atau ianya sebagai satu cara Allah SWT ingin meningkatkan iman dan takwa kita kepada-Nya dan Dia mengasihi kita supaya dapat memasuki syurga-Nya nanti kerana salah satu jalan seseorang dimasukkan kedalam syurga kerana adanya kerana sifat sabar semasa di dunia.



Terdapat sepuluh kebaikan-kebaikan yang akan Allah SWT kurniakan pada hamba-hamba-Nya yang sabar. Perkara-perkara tersebut adalah seperti berikut :



Pertama : Di ampunkan dosa untuknya.


Dalam hadis qudsi berkata Syaddad bin Aus r.a. bahwasanya Nabi SAW. bersabda maksudnya : “Allah telah berfirman: 'Sekiranya Aku uji salah seorang hamba-Ku yang mukmin, lalu ia memuji-Ku seraya bersabar atas (penderitaan) apa yang Aku mengujinya. Maka ia akan bangun dari tempat pembaringannya, bagaikan anak yang baru dilahirkan oleh ibunya, bersih dari dosa. Lantas Tuhan akan memerintahkan malaikat Pencatat Amal: Sesungguhnya Aku telah menahan hamba-Ku ini dan Aku telah mengujinya, maka kini catatkanlah baginya apa yang kamu selalu catatkan sebelum itu dari pahala-pahala amalannya.” (Hadis Riwayat Ahmad)


Sayyidatina Aishah ada berkata, bahawa baginda Rasulullah SAW ada bersabda yang bermaksud: "Tidak menimpa ke atas seorang mukmin satu kecelakaan, biarpun duri,ataupun lebih daripada itu, melainkan Allah akan menggugurkan dengannya satu dosa." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslirn)



Kedua : Allah SWT merasa malu kepadanya semasa di neraca timbangan dan membuka buku catatannya diakhirat.


Berkata Anas ra. bahawasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman:

'Jika Aku menimpakan suatu mushibah ke atas salah seorang hamba-Ku pada badannya, atau hartanya, atau anaknya, lalu dia menerima mushibah itu dengan penuh kesabaran, nescaya di hari kiamat Aku malu akan menegakkan baginya neraca timbangan atau membuka buku catatan amalnya.” (Hadis riwayat Qudha’i, Dailami, Hakim dan Tirmidzi) - hadis qudsi.



Ketiga : Allah SWT ingin mendengar sendiri ucapan hamba yang diuji-Nya .


(mukmin tersebut sentiasa memuji-muji kebesaran Allah SWT dengan dia bersabar dan tidak mengeluh)


Berkata Abu Umamah ra. bahwasanya Nabi SAW bersabda maksudnya : ”Allah telah berfirman: 'Wahai malaikat-ku. Pergilah kepada hamba-Ku, dan timpakan ke atasnya bala'. Maka para malaikat pun menimpakan bala ke atasnya dan orang itu memuji Allah. Para malaikat lalu kembali mengatakan, 'Wahai Tuhan kami ! Kami telah menimpakan atasnya sebagaimana yang Engkau perintahkan'. Berfirman Tuhan: 'Kembali semula kepadanya, Aku ingin mendengar apa katanya'.” (Hadis riwayat Thabarani) - hadis qudsi.



Keempat : Di bebaskan daripada seksaan api neraka.


Dari Abu Hurairah ra. bahawasanya ia bersama dengan Rasulullah SAW menjenguk orang yang sakit kerana demam, lalu Rasulullah SAW. bersabda maksuanya : “Bergembiralah, kerana Allah telah berfirman: 'Itu adalah api-Ku, yang Aku kuasakan terhadap hamba-Ku yang mukmin di dunia agar menduduki (sebagai pengganti) bagian apinya di akhirat'.”

(Hadis riwayat Ibnu Majah) - hadis qudsi.



Kelima : Di berikan kesihatan yang lebih baik daripada sebelumnya.


Dari Abu Hurayrah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda maksudnya : “Berfirman Allah Ta’ala: 'Apabila Aku menimpakan bala ke atas hamba-Ku yang mukmin, lalu ia bersabar (atas penderitaan itu), tiada ia mengadu atau mengeluh kepada pengunjung-pengunjungnya, nescaya akan Aku lepaskan dia dari tahanan-Ku (penderitaan itu), kemudian Aku tukarkan dagingnya dengan daging yang lebih baik, dan darahnya dengan darah yang lebih baik, sehingga ia dapat bekerja semula (yakni: setelah semua dosa dan kesalahan yang lalu Allah ampunkan semuanya)'.”

(Hadis riwayat Hakim)






Keenam : Di berikan ganjaran pahala tanpa batas.


Firman Allah SWT maksudnya : "Sesungguhnya orang yang bersabar akan diberikan pahala mereka tanpa hisab (tanpa batas) " (Surah az-Zumar ayat 10).



Dalam sebuah hadis lain Rasulullah SAW. juga pernah bersabda yang bermaksud:



"Rintihan orang sakit tercatat sebagai tasbih, kegelisahan dan jeritannya sebagai tahlil, nafasnya seumpama sedekah, tidurnya sebagai ibadah dan kegelisahannya,daripada satu,bahagian ke satu bahagian lain adalah bagaikan jihad kerana Allah SWT dan ditulis baginya sebaik-baik amalan yang pernah dilakukan semasa sihat."



Ketujuh : Mendapat selawat dan rahmat daripada Allah SWT.


Allah SWT berfirman maksudnya : "Dan berilah khabar gembira kepadaorang-orang yang sabar; (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: 'Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.' Mereka itu ialah orang-orang yang menerima selawat dari Tuhan mereka serta rahmat-Nya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya."

(Surah al-Baqarah, ayat 155-157).



Kelapan : Mendapat balasan syurga.



Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda didalam Hadis Qudsi: Allah SWT berfirman yang maksudnya :"Tidak ada balasan kecuali syurga bagi hambaku yang beriman yang telah Aku ambil kembali kekasihnya (Aku mematikan seseorang yang disayanginya seperti anak, adik-beradik dan sesiapa sahaja yang di sayangi oleh seseorang) dari kalangan penghuni dunia dan dia hanya mengharapkan pahala daripadaKu (dengan bersabar). "

(Hadis riwayat Bukhari).



Kesembilan : Jaminan mendapat pertolongan Allah SWT.



Firman Allah S.W.T. maksudnya :

"Ya (cukup), jika kamu semua bersabar dan bertakwa. Dan (seandainya) mereka menyerang kamu semua seketika itu juga, nescaya Allah akan menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." (Surah Ali-Imran ayat 125).



Kesepuluh : Di berikan oleh Allah SWT sifat penyabar.



Sabda Nabi SAW yang bermaksud :

“Dan sesiapa yang bersabar, maka Allah akan menjadikan dirinya penyabar, dan tiada pemberian yang (Allah) berikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas (manfaatnya) daripada kesabaran.”

(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)



Sahabat yang dimuliakan,

Alangkah beruntungnya seseorang mukmin yang memiliki sifat sabar dan dia praktikan kesabarannya tanpa mengeluh dan bersikap negatif . Sentiasa reda dengan ketentuan Allah SWT dan berbaik sangka dengan Allah SWT. Sifat orang fasik dan munafik akan cepat marah dan putus asa dengan rahmat Allah, tidak reda dengan musibah yang menimpa dirinya dan mudah menyalahkan orang lain.



Jika kalian berhajat untuk menjadi hamba-hamba Allah SWT yang mendapat reda dan rahmat-Nya maka kalian perlulah sentiasa bersabar, tenang dan berfikiran positif dan meyakini setiap sesuatu perkara itu mengandungi 1000 hikmah kebaikan di sisi Allah SWT.


Sumber : Ustaz Abu Basyer



Saturday, May 3, 2014

Kita Semua Sentiasa Diuji - Bersabar dan Redha

Firman Allah SWT: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiyaa' 35)
 “Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)? Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahuinya tentang orang-orang yang berdusta.” (Al-'Ankabuut 2,3)
“Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut, kelaparan, kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”. Mereka itu ialah orang dilimpahi dengan pujian dari Tuhan mereka serta rahmat-Nya; dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayah-Nya.” (Al-Baqarah 155-157)
Kita semua pasti diuji...
• Ada insan yang diuji dengan kesusahan dan kemiskinan ketika hidup.
• Ada insan yang diuji dengan kesakitan, dihidapi bermacam penyakit ketika hidup.
• Ada insan yang diuji dengan kekayaan dan kesenangan ketika hidup.
• Ada insan yang diuji dengan kegagalan dan muflis ketika hidup.
• Ada insan yang diuji dengan pangkat dan kedudukan ketika hidup.
• Ada insan yang diuji dengan kecantikan, rupa dan wanita ketika hidup.
• Ada insan yang diuji dengan kecacatan dan lumpuh ketika hidup.
• Ada insan yang diuji dengan berbagai kelebihan dan bermacam kekurangan dalam hidup.

Ketahuilah...
• Bila engkau lihat seseorang yang kaya dan bergaji besar, ketahuilah sebenarnya dia sedang diuji.
• Bila engkau lihat seseorang yang cantik dan kacak, ketahuilah dia sebenarnya sedang diuji.
• Bila engkau lihat seseorang yang berpangkat dan berkedudukan tinggi, ketahuilah dia sebenarnya sedang diuji.
• Bila engkau lihat seseorang yang alim, hebat dan banyak ilmu, ketahuilah dia sebenarnya sedang diuji.
• Bila engkau lihat seseorang yang sedih, gagal dan ditimpa bencana, ketahuilah dia sebenarnya sedang diuji.
• Bila engkau lihat seseorang yang sakit dan susah, ketahuilah dia sebenarnya sedang diuji.
• Bila engkau lihat seseorang yang cacat dan lumpuh, ketahuilah dia sebenarnya sedang diuji.
• Bila engkau lihat seseorang yang diberi dengan berbagai kelebihan dan bermacam kekurangan, ketahuilah dia sebenarnya sedang diuji.

Ingatlah...
• Kita kaya dan bergaji besar, kaya dan bergaji besar itu menjadi ujian kita.
• Kita cantik dan kacak, cantik dan kacak itu menjadi ujian kita.
• Kita berpangkat dan berkedudukan tinggi, pangkat dan kedudukan tinggi itu menjadi ujian kita.
• Kita alim, hebat dan banyak ilmu, alim, hebat dan banyak ilmu itu menjadi ujian kita.
• Kita gagal, sedih dan ditimpa bencana, gagal, sedih dan ditimpa bencana itu menjadi ujian kita.
• Kita sakit dan susah, sakit dan susah itu menjadi ujian kita.
• Kita cacat, lumpuh dan tak beberapa cantik, cacat, lumpuh dan tak beberapa cantik itu menjadi ujian kita.
• Kita mempunyai berbagai apa-apa lagi kelebihan dan bermacam kekurangan, itu menjadi ujian kita.
Begitulah hakikatnya, kita semua pasti akan diuji. Tak sekarang, mungkin masa-masa akan datang, hinggalah sampainya ajal. Dilepasi satu ujian, akan datang pula ujian yang lain dan begitulah seterusnya. Ramai mana diantara kita yang mampu sabar dan kuat menghadapi ujian-ujian ini. “Redha dengan ketetapan Allah, Masih sentiasa bersyukur dalam keadaan apapun, Sabar menghadapinya, Tidak lalai dan lawan dengan nikmat kurniaan Allah, Mampu pelihara diri dari durhaka kepada Allah, Makin sentiasa dirasakan kezuhudan pada diri, Makin bertambah keinginan untuk beribadat dalam mensyukuri nikmat Allah, Memanfaatkan kejalan yang betul, Tiada sifat sombong, riak, ujub dan dengki pada dirinya”.
Inilah contoh dan antara hasil keadaan yang sedang dan bakal dilalui kita semua dalam bila diuji. Memang sukar menghadapi dan melepasi segala ujian ini, apatah lagi bila hidup kita masih dipenuhi dan diselangi perbuatan maksiat. Tahap iman dan taqwa kita lemah. Kefahaman Islam kita begitu rendah. Amal kita kurang. Demikian perlu untuk kuatkan dalaman kita, didalami dan difahami Islam sesempurnanya. Insya’ allah, hasil dari kefahaman yang mendalam itu akan melahirkan keyakinan dan keteguhan yang kuat untuk terus tabah mendepani ujian-ujian hidup, redha dan tidak alpa.
Buat diri dan pembaca-pembaca sekalian. Perlu kita sentiasa berhati-hati dalam sering bila bercakap dan menilai orang. Amat perlu dinilai sama dan sentiasa akan keadaan diri kita. Kekuatan, ketabahan dan kesabaran hidup sangatlah sentiasa patut dipohonkan kepada Allah, kita tak tahu waktu hidup ini bila berakhir, mungkin suatu masa ujian-ujian lain itu akan ditimpa juga pada kita. Demikian perlu untuk sentiasa pohon pada Allah supaya dikuatkan Iman dan ditetapkan hati atas jalan yang diredhai-Nya. Terus berusaha dan jangan kita sewenangnya mudah mengata, mengejek dan mengaibkan orang. Pohon taubatlah kita pada Allah. Telah ramai insan lain yang sudah pergi meninggalkan kita. Ada dikalangan mereka yang mampu bersabar dan mampu mengawal diri bila berhadapan dengan bermacam ujian hidup, mereka tidak semudahnya derhaka pada ketetapan Allah, leka dan murka dari nikmat Allah. Dan ada dikalangan mereka yang tak mampu bersabar dan tewas diri bila berhadapan dengan dari ujian hidup ini. Akhir saat sebelum hidup kita macam mana segalanya tak diketahui.
Sedarilah...
• Kita tak tahu bagaimana hidup kita bila diuji dengan kesusahan, kemiskinan, kecacatan dan serba kurang.
• Kita tak tahu bagaimana hidup kita bila diuji dengan kesakitan, lumpuh dan dihidapi bermacam penyakit.
• Kita tak tahu bagaimana hidup kita bila diuji dengan kekayaan dan kesenangan dunia.
• Kita tak tahu bagaimana hidup kita bila diuji dengan pangkat, kedudukan dan wanita.
• Kita tak tahu bagaimana hidup kita bila diuji dengan kegagalan, kerugian dan ditimpa bencana.
• Kita tak tahu bagaimana hidup kita bila diuji dengan kealiman, disanjung, hebat dan banyak ilmu.
• Kita tak tahu bagaimana hidup kita bila diuji dengan berbagai bentuk kelebihan dan bermacam kesukaran dan kekurangan dalam hidup.
Sebagai tauladan dan penguat semangat kita, marilah sama-sama kita baca dan hayati sejarah kisah Nabi-Nabi terdahulu, para sahabat, dan ulama’. Mereka telahpun diuji dengan berbagai ujian yang lebih dasyat lagi, tak dapat nak dibanding dengan keadaan kita hari ini, bukan mudah nak menjadi hamba yang benar-benar soleh, sabar, beriman dan bertaqwa. Nabi Ayub as, diuji dengan penyakit selama berbelas tahun. Nabi Lut as dengan isteri sendiri yang durhaka pada Allah. Nabi Nuh as dengan anaknya. Nabi Zakaria as yang digergaji. Nabi Muhammad SAW yang dikhianat dan diingin bunuh, para sahabat-sahabat, ulama’-ulama’ yang disiksa. Dan banyak lagi keperitan hidup yang ditempuhi mereka. Hanya syurga menjadi rebutan dan balasan yang mengembirakan dari kesakitan ini. Dihidup dan diuji dan dapat hasilnya. Jika tak dapat untuk dipercayai dan diyakini lagi hal ini. Maka adakah kita dapat juga menghalangnya dari berlaku hal kematian dan waktu hari bumi dimusnahkan?
Yakinilah...
• Kita ada Allah, Tuhan yang berkuasa, yang menciptakan kita.
• Kita ada Islam, Agama cara hidup yang selamat dan sempurna, yang datang benar dari Tuhan kita.
• Kita ada Al-Quran dan As-Sunnah, Kitab hujjah, panduan yang lengkap untuk sepanjang hidup kita.
• Kita ada Nabi, yang telah mengajar, menunjuk contoh, berpesan dan memberi peringatan pada kita.
• Marilah kita mentauhidkan Allah, mengikut, menerima, menuruti dan meyakini segalanya dari Allah dan utusan dari Allah yang terakhir, Nabi Muhammad SAW.
 

Sama saling mendoakan, mudahan kita terus bersemangat dan makin tabah menghadapi atau sedang berada dalam ujian. Tidak dan jangan berputus asa. Segalanya sudah pasti punyai hikmah dan sebab yang tidak kita ketahui dari Allah SWT. Sama-sama renungi peringatan-peringatan ini: “Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit mahupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahsiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” (Al-An'aam 3)
“Dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 216)
“Kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu benci itu kebaikan yang banyak (untuk kamu).” (An-Nisaa' 19)
“Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (Ath-Thalaaq 1)
“Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keredhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-'Ankabuut 69)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (Al-Baqarah 286)
Sabda Nabi SAW: “Tidaklah seorang muslim tertimpa kesakitan kerana tusukan duri, atau yang lebih sakit darinya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosa dengannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (Hr Bukhari) 

Hakikat sebenar kehidupan dunia adalah tempat nikmat sementara dan ia tempat diuji untuk meraih hasil syurga di akhirat. Firman Allah SWT: “Adakah patut kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cubaan) seperti yang telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu daripada kamu? Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan harta benda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah? Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh kepada Ugama Allah).” (Al-Baqarah 214)
“Tiap-tiap diri akan merasai mati, dan Kami akan menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan; dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan.” (Al-Anbiyaa' 35)
Kesimpulannya... Masa kita yang terus berjalan.
• Kita patuh perintah Allah, tapi rasa susah dan banyak masaalah dalam hidup kita. Itu adalah ujian dari Allah.
• Kita patuh perintah Allah, dan rasa senang dan gembira dalam hidup kita. Itu juga adalah ujian dari Allah.
• Kita derhaka perintah Allah, dan rasa susah dan banyak masaalah dalam hidup kita. Itu adalah balasan, peringatan dan kasihnya dari Allah.
• Kita derhaka perintah Allah, tapi rasa senang dan gembira dalam hidup kita. Itu adalah istidraj dari Allah. (istidraj, contoh mudah seperti Firaun)

Sabda Nabi SAW: “Apabila kamu melihat Allah memberikan kurniaan dari kelebihan dunia yang disukai ke atas seseorang hamba yang bermaksiat kepada Allah, maka sebenarnya itu adalah istidraj. (Kemudian Rasulullah membacakan ayat 44 Surah al-An’am)”. [Hr Ahmad, 28/547, no 17311. Dinilai hasan oleh al-Hafiz al-‘Iraqi dan Syu’aib al-Arnauth]
Akhirnya bila telah difahami, maka terlahirlah sifat merasa tiada lagi rasa atau beza sedikitpun bila yang cantik atau yang tidak, serba lebih dan hebat atau serba kurang dan lemah. Bila telah sentiasa sering disedari dan diingati hakikat ujian dalam hidup ini. Hakikat sebenar kehidupan didunia ini. Semua itu ujian dalam hidup. Itu semua ujian dari Allah. Bersihlah dari segala penyakit hati, ingatlah dunia akan dirasa kenyang hanya bila sudah mati. Demikian yang patut terbit, hanya ingin dirasa untuk saling membantu, berkerjasama dan memberi teguran. Rendah diri, tidak ego dan mahu hendak berbeza dalam berlumba meraih nilai yang sebenar, yang agung disisi Allah, iaitu Taqwa. Masing-masing tiap kita semua pasti akan pulang mengadap Allah, mendapat keadilan dari Allah atas segala usaha dan niat kita semasa didunia yang sebenarnya. Kelak kita ketahui hasil dari segala anugerah, kurniaan dan kekurangan itu adalah sebenarnya ujian, yang ia selalu asyik direbut dan dinilai-nilaikannya, dihina dan direndah-rendahkannya. Ini semua penting untuk disedari, ia membawa kepada natijah syurga atau neraka. Inilah kemuncak dari segala-galanya. Di Syurga tiada lagi ujian-ujian, itulah nikmat yang dinantikan. 


“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)”. (Al-A'raaf 126)

Ehsan Ahmad Firdaus Azis

Kelebihan sifat Lemah lembut Dan Sabar

USTAZAH ANI~~




Lemah lembut dan sabar. Di antara sifat yang paling menonjol dan sepatutnya wujud dalam diri seorang muslim ialah sifat sabar dan lemah lembut, kerana amal islam penuh dengan perkara-perkara yang tidak disukai, begitu juga dengan perjalanan dakwah penuh dengan onak dan duri, penderitaan, penyeksaan, penindasan, tuduhan-tuduhan, pandang rendah, dipandang hina. Kesemua ini adalah batu penghalang yang sering menjadikan jiwa-jiwa muslim berkerja dalam bidang dakwah berhadapan dengan kesukaran dan kepudaran semangat. 

     Seterusnya mereka akan berpaling dari jalan dakwah ini dan lari darinya. Jelas disini bahawa para dai melakukan tugas yang sangat sukar. Mereka berhadapan dengan kebanyakkan manusia yang berlainan tabiat dan latar belakang. 
Namun kerja dakwah ini sangat besar dan amat dituntut oleh Allah s.w.t. 


     Kadang kala mereka berhadapan dengan orang-orang yang jahil dan alim, orang-orang yang berakal dan kurang akalnya, yang jiwanya sensitif dan kental, orang-orang yang tenang dan orang-orang yang mudah tersinggung. Ini semua memerlukan satu kesabaran yang kental, kesanggupan menanggung risiko dan yang paling penting sifat lemah lembut. Semua orang wajib berdakwah, walaupun hanya 'share' maklumat, ayat-ayat a;l-Quran atau hadis. Niatkan untuk dakwah. Namun jangan lupa segala ujian akan sampai pada anda. Maka bersabar dan berlemah lembut.


Sabda Rasulullah s.a.w. " Mahukah kamu ku beritahukan perkara yang dengannya Allah memuliakan binaan dan mengangkat darjah ketinggian. Mereka menjawab, " Bahkan ya Rasulullah. "Rasulullah s.a.w. bersabda: " Kamu berlemah lembut terhadap orang yang tidak mengetahui kamu, memaafkan orang yang menzalimi kamu, memberi kepada orang yang tidak pernah memberi kepada kamu dan kamu menghubungkan silaturahim dengan orang yang memutuskan silaturahim dengan kamu."

(Hadith riwayat at-Tabarani dan al-Bazzar)

Sabda Rasulullah s.a.w lagi " Apabila makhluk dihimpunkan (pada hari Kiamat) seorang tukang seru pun menyerukan: Dimanakah orang-orang yang mempunyai keistimewaan." Rasulullah s.a.w. pun bersabda lagi: Maka bangunlah sekumpulan manusia dan bilangan mereka amat sedikit. Mereka pun segera bergerak menuju syurga, para malaikat lantas menemui mereka dan berkata: "Apakah keistimewaan kamu?" Mereka menjawab: Di masa yang lampau (di dunia), apabila kami dizalimi kami bersabar, apabila diperlakukan sesuatu kejahatan kepada kami, kami bersifat lemah lembut. Lantas dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu ke dalam syurga, maka nikmatilah ganjaran bagi mereka yang beramal."

(Hadith Riwayat al-Baihaqi)



Antara akhlak Rasulullah s.a.w. yang hebat ialah sifatnya yang lemah-lembut dan pemaaf. Selain daripada menunjukkan keperibadian mulia dan kesopanan seseorang, sifat lemah-lembut dan pemaaf juga sebenarnya dapat melunakkan hati yang keras, juga boleh menundukkan manusia yang kasar dan akhirnya menimbulkan rasa hormat pada diri. Sifat lemah-lembut dan pemaaf juga boleh menunjukkan dan menyatakan pendirian yang tegas demi menegakkan kebenaran tetapi pada masa yang sama tidak bertolak ansur terhadap kemungkaran dan kekufuran. Allah swt telah mengajar baginda Rasulullah untuk bersikap pemaaf dan berlembut semasa berurusan dengan orang lainMaafkan orang yang menzalimi kita.

Segala Kebaikan Dunia Dan Akhirat Ada Dalam Sabar

Sabar adalah sifat yang harus dimiliki setiap insan karena tanpa jaln kesabaran tak mungkin jurang  ujian kesulitan dan bencana dapat terlewati, mstahil pla cita-cita dan tujuan hidup dapat tercapai.
Selama hayat masih di kandung badan, ujian dan cobaan takkan pernah jera hilir mudik di kehidupan manusia, tak peduli tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin ataupun kaya, semuanya takkan pernah luput dari segala macam ujian sebelum ajal menjemput. Untuk itu, dibutuhkan kesabaran jiwa dalam menghadapinya seperti orang miskin yang diuji dengan sulitnya mencari rezeki, apakah dengan kesulitan tersebut dia tetap sabar menjalani hidup dan selalu mengingat Sang Kholiq, sebaliknya orang kKH. ABDULLAH FAQIHaya diuji dengan banyaknya harta, apakah dia sabar dalam membelanjakan hartanya di jalan Allah dam kebaikan lainnnya. Lalu kita sebagai santri apakah lepas dari segala macam ujian? Tentu tidak, karena tak seorangpun yang mengatakan dirinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kecali ujian dan cobaan menghadapinya. Hal itu tak lain untuk menguji kadar keimanan dan kesabaran manusia, semakin tinggi derajat keimanan seseorang semakin tinggi pula ujian dan cobaan yang melintang. Seperti yang kita dengar tentang para nabi, mereka adalah hamba Allah yang dipilih Allah untuk menyampaikan risalah dan berdakwah kepada umat manusia, namun tak satu pun dari dakwah mereka selalu berjalan mulus tanpa adanya ujian dan cobaan. Bahkan ujian yang mereka alami sangatlah berat, yang tak akan sanggup dihadapi siapapun kecuali para nabi. Seperti contoh ujian yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, dimana beliau selalu sabar dalam menghadapi berbagai tingkah kaum jahiliyyah. Ketika perintahkan Allah berdakwah secara terbuka, tak jarang beliau dihadang, diintimidasi, dilempari kotoran, dicaci maki setiap hari, bahkan sampai pernah dilempari batu sampai wajah beliau luka dan berdarah ketika berdakwah di Thoif, Namun beliau tetap sabar, sedikitpun tak ada keinginan untuk membalas, padahal beliau adalah kekasih Allah yang selalu dikawal malaikat Jibril, andaikan mau tentu tinggal meminta kepada Jibril untuk mencabut gunung Uhud dan melemparkannya kepada orang-orang yang melempari beliau. Kenyataannya Nabi Muhammad saw malah melarang Jibril yang waktu itu meminta diri untuk mencabut gunung Uhud dan melemparkannya ke penduduk Kota Thoif, Nabi saw pun mengakatan “Jangan engkau lakukan itu, mereka berbuat seperti itu karena mereka tidak tahu, kalaupun mereka tidak mengindahkan ajakanku barangkali anak cucu mereka mendapat petunjuk dan mau menerima ajakanku”. Nai saw juga berdoa kepada Allah agar mereka diampuni dan mendapat hidayah dari Allah mau memeluk ajaran Islam. Betapa mulia akhlak Nabi Muhammad SAW, beliau yang penyabar itu mendoakan orang-orang yang justru menganiayanya, tak heran kalau ketabahan dan kesabaran beliau mampu menarik simpati kaumnya untuk mengikuti ajakan beliau.
Kita sebagai santri telah dididik sejak dini untuk selalu bersabar dan qona’ah, sehingga tanpa kita sadari kita mempunyai kesabaran yang berlapis-lapis, bagaimana tidak sabar wong setiap mau makan, pipis, mandi, mencuci selalu antri, belum lagi peraturan dan larangan pondok yang sifatnya memaksa, seperti kewajiban bhalat berjama’ah di mushola dan denda bagi yang meninggalkannya, kewajiban ngaji, sekolah, musyawaroh, semuanya adalah hal yang memberatkan kita dan memaksa hawa nafsu kita untuk mengikutinya. Kalau kita sadar bahwa peraturan dan larangan tersebut manfaatnya akan kembali kepada kita untuk melatih mental religi kita supaya terbiasa disiplin, selalu istiqomah kontinyu menjalankan syari’at dan menjalankan sunnah. Maka dengan sendirinya rasa sabar menjalankan peraturan dan meninggalkan larangan akan mengalir dalam diri kita dengan tulus tanpa adanya paksaan. Seandainya kita tidak mau bersabar pastilah kita akan meninggalkan budaya antri di pondok yang penuh dengan peraturan dan larangan, kemudian memilih tinggal di rumah agar selalu bebas dan santai. Lalu apakah kesabaran kita murni ikhlas untuk wajhillah? Atau keharusan yang memaksa?, mari kita tanyakan kepada hati kita.
Perlu diketahui bahwasanya sabar karena keharusan yang memaksa hanya akan membuat kita nggrundel dan membuat hati kita semakin payah, karena kesabaran kita hanya tampak dari dhohir saja sedang hati kita berontak, bibir kita komat-kamit dengan keluh kesah seolah hati kita tidak ridho dengan apa yang di gariskan Allah kepada kita, sehingga bukan pahala yang bertambah malah dosa yang melimpah, sebaliknya, sabar liwajhillah membuat sengsara jadi nikmat dan menjadikan kita semakin matang dengan kedewasaan, karena setiap jengkal langkah kita bernilai ibadah untuk menggapai ridho Allah semata, maka tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang dimaksud. Sehingga lautan dan samudra ilmu bisa di arungi dengan mudah, bahkan ombak dan badai menjadi sebuah tantangan dan menyenangkan.
Sabar merupakan sifat-sifat yang di butuhkan di setiap aspek kehidupan bagaimana mungkin seseorang yang hidup di dunia penuh cobaan ini bisa bertahan hidup tanpa secuilpun kasabaran. Padahal setiap sisi kehidupan membutuhkan campur tangan orang lain yang dibuat melalui sebuah, bukan langsung jadi. Bayangkan saja jika hendak makan, kita membutuhkan sendok untuk yang dibuat oleh perajin atau pabrik, satu piring nasi yang dihasilkan oleh petani yang hidupnya jauh di perkotaan, sayur mayur yang ditanam di pegunungan, juga lauk pauk dari peternak atau nelayan yang di jual di pasaran, semua  itu melalui proses yang panjang dan semua proses membutuhkan rentang waktu yang lama, kalau kita berfikir betapa repotnya petani menanam padi, memupuk, mencangkul, dengan keringat bercucuran di bawah terik matahar, kita akan mengetahui hakikat kesabaran yang hanya bertempat tinggal di hati dan jiwa.
Lalu dimanakah kita memposisikan kesabaran dalam urusan kehidupan kita? Di awal, di akhir, atau di tengah-tengah? sering kali kita tidak menyadari dan lupa bahwa sabar mempunyai dua unsur pendukung yang harus selalu melekat yaitu ikhlas dan prasangka baik, jika kita membiarkan hati kita kosong dari dua unsur  tersebut, bisa jadi di tengah-tengah situasi yang rumit dan pelan-pelan memburuk kita tidak siap menjadi diri kita seperti pada awalnya, sehingga mengubah wajah kita menjadi orang lain, bahkan situasi yang kacau dan menghimpit kadang membuat kita tidak sanggup untuk sekedar mengidentifikasikan diri dan masalah kita.
Sebaiknya kesabaran kita desain sejak awal dalam urusan kehidupan kita, sehingga kesabaran menjadi senjata yang melekat erat dalam genggaman jiwa kita, itulah yang ditunjukkan oleh orang-orang yang berada di balik peran tokoh sejarah kehidupan ini, ibunda Nabi Musa misalnya. Dia tidak pernah manyangka bahwa akan melahirkan bayi laki-laki sosok yang paling dicari untuk dimusnahkan oleh Fir’aun. Tetapi ibunda Nabi Musa tahu betul bagaimana menghadapi angkara murka dengan pertama-tams bersangka baik dan berikhlas diri dengan perintah Allah untuk menghanyutkan anaknya di sungai Nil. Itu pula yang di lakukan Nabi Ibrahim ketika berkali-kali diperintah oleh Allah lewat mimpinya untuk menyembelih anak kesayangannya. Baik ibunda Nabi Musa atau Nabi Ibrahim akhirnya tahu buah apa yang mereka petik dari kesabaran yang mereka posisikan di awal kehidupan mereka.
DEVINISI SABAR
Sabar adalah usaha jiwa untuk memikul beban yang berat, memaksakan sesuatu yang tidak disukai, meninggalkan sesuatu yang disukai dan dicintai, tetapi akhirnya tidak memberi kebaikan atau dapat membawa kerusakan dan menghilangkan suatu kebaikan yang besar. Sabar dengan pengertian tersebut termasuk salah satu dari tentara akal yang dapat mengukur gerak gerik manusia dan timbangan kesadaran manusia dapat tegak, sehingga seseorang bisa meninggalkan sifat egoisnya, sifat ini termasuk sifat sempurna yang bisa membawa kepada hakikat keimanan kepada Allah dan percaya atas risalah Rasulullah SAW.
Adapun sabar itu karena dua perkara :
  1. Sabar dalam Wusul (bisa sampai) pada ibadah dan mencapai tujuan, sabar sendiri termasuk dasarnya ibadah juga sabar menahan kesengsaraan, barang siapa yang tidak mau bersabar dalam urusanya, maka segala bentuk tujuan dan cita-cita tidak akan pernah tercapai. Sesungguhnya orang yang benar-benar mengharapkan ibadah kepada Allah pastilah kesulitan, ujian dan cobaan dari tiga arah.
    1. Tidak ada satu ibadah pun kecuali di dalamnya terdapat masyaqot (kesulitan), karena melakukan ibadah bukanlah hal mudah kecuali dengan dengan memaksa hawa nafsu yang tak akan pernah rela dengan kebaikan. Merupakan perjuangan terbesar manusia adalah melawan hawa nafsu yang selalu merengek dan mengajak pada kesenangan dunia ibarat anak kecil yang selalu merengek mintak jajan, jika kita menurutinya dia akan meminta yang lebih banyak, itulah nafsu yang telah mendarah daging dalam jiwa kita dan selalu mengajak pada kejelekan.
    2. Seorang abid bila melakukan kebaikan yang disertai kesulitan maka ia harus hati-hati, sehingga kebaikan tersebut tidak merusak (membahayakan) dirinya. Karena memaksa untuk melakukan pekerjaan baik lebih berat dari pada bentuk pekerjaan itu sendiri.
    3. Sesungguhnya semua tempat di dunia ini adalah tempatnya cobaan dan ujian, barang siapa yang hidup di alam dunia pastilah dia dicoba dan diuji dengan berbagai kesulitan hidup dan bencana dunia. Adapun ujian dan cobaan dunia itu ada beberapa macam cobaan dalam rumah tangga seperti terjadi perselisihan antara suami istri, anak yang susah diatur, sulitnya mencari rezeki. Semuanya jika tidak dihadapi dengan penuh kesabaran akan mengganggu kerukunan dan keutuhan rumah tangga. Cobaan dalam kerabat yang sering terjadi, kadang kala mereka salah mengartikan sikap kita. Cobaan dalam persaudaraan atau teman, sering kali kita direpotkan dan dibuat jengkel dengan sikap seorang teman, kalaupun kita tidak sabar untuk selalu memelihara tali persahabatan dan menjaga uhuwwah islamiyyah sesuai ajaran agama, mustahil tali persahabatan bisa terjalin. Cobaan dalam menerima musibah baik kematian maupun terserang penyakit.
  2. Sabar untuk memperoleh dua kebaikan yaitu kebaikan dunia dan akhirat jika kita mengharap keberuntungan dunia dan selamat di akhirat maka sabar dan ikhlas harus selalu menghiasi jiwa kita. Terkadang seorang hamba yang bertakwa malah diuji Allah dengan berbagai cobaan yang berat, hal itu karena Allah sangat mencintai kesabaran dan ketabahan kemudian Allah menempatkan mereka dengan derajat kemuliaan disisi Allah.
Sabar sendiri merupakan obat yang pahit dan minuman yang dibenci, namun bisa mendatangkan manfaat dan menolak penyakit. Ketika kita mengetahui bahwa sabar adalah merupakan obat dari segala macam penyakit maka kita akan memaksa diri kita untuk meminumnya meskipun hal itu sangat dibenci karena kita tahu pahit sesaat akan memberi efek yang luar biasa nikmat pada kesembuhan raga kita. Adapun sabar itu ada empat macam :
  1. Sabar dalam menjalani taat kepada Allah, kalau kita berfikir tentang keagungan nikmat Allah dengan segala fasilitas yang sempurna, semua diciptakan oleh Allah untuk kemudahan hidup kita, kita diciptakan sebagai mahluk paling sempurna bentuk dan kejadiannya, dengan bekal akal, kita bisa membedakan yang hak dan yang batil, dengan mata kita bisa melihat keindahan dunia, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang bisa diambil manfaatnya, kaki untuk berjalan, dan masih banyak lagi bentuk nikmat Allah yang dianugerahkan kepada kita sebagai rohmatallilalamin, nikmat Allah takkan pernah terhitung bilangannya, tak peduli bagi hamba yang taat atau durhaka semua mendapat nikmat dari Allah, karena Allah sama sekali tidak membutuhkan ketaatan kita, seandainya di dunia ini tidak ada hamba yang taat kepada Allah, Allah tidak akan pernah pensiun menjadi tuhan, namun kita sendiri yang membutuhkan kataatan itu sebagai rasa syukur kita atas keagungan nikmat Allah. Belum lagi surga  yang diciptakan Allah sebagai balasan bagi hamba yang syukur dan taat. Sungguh menakjubkan keindahan dan kelezatannya, semua itu tidak sebanding dengan pengorbanan kita bersabar di dalam taat kepada Allah. Kalau kita selalu mengingat hal-hal tersebut, rasa sabar menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya tidak akan terasa berat bagi kita, bahkan menjadi kebutuhan dan tujuan hidup yang harus kita penuhi.
  2. Sabar dalam meninggalkan maksiat, dimana setan dan nafsu akan selalu menjerumuskan kita dalam lembah kemaksiatan dan dosa. Selamanya setan takkan membiarkan kita menjadi seorang abid yang taat. Dengan tipu muslihatnya, setan selalu mengajak kita durhaka kepada Allah agar menjadi temannya kelak di neraka, padahal kalau kita tahu. Neraka adalah tempat berbagai macam siksa yang amat sangat pedih dan menyakitkan. Bayangkan saja, satu kerikil yang terinjak oleh kaki mampu membakar ujung kaki sampai otak kita. Masyaallah betapa panasnya api neraka. Lalu, masihkah kita berani untuk durhaka dan berbuat maksiat kepada Allah?. kalau saja kita tidak membentengi diri kita untuk selalu bersabar meninggalkan maksiat dan memohon pertolongan serta perlindungan Allah dari godaan setan, tentu kita menjadi hamba yang paling merugi, sehingga menjadikan kita mudah tergelincir dalam jurang kemaksiatan, seperti berbohong dan mencuri yang kadang kita anggap remeh dosanya.
  3. Sabar atas kelebihan dunia, sehingga dengan kelebihan tersebut kita bisa mentasyarufkannya di jalan Allah tanpa pamrih. Rasa sabar yang kita tanamkan harus menjadi pondasi yang kokoh dan tidak akan membutakan mata batin kita untuk mencintai dunia sumber dari segala bencana.
  4. Sabar menerima cobaan dan bencana. Di era globalisasi ini keadaan memang serba sulit, dimana musibah dan bencana tidak mengenal waktu dan tempat, selalu menyapa bumi pertiwi dan hanya menyisakkan isak tangis dan penyesalan. Kalau kita cermati bencana dan musibah adalah kehendak Allah, kita hanyalah wayang yang berjalan menurut ketentuan dalang kehidupan. Dengan sifat sabar menerima cobaan dan bencana akan mencerahkan jiwa kita, sehingga kita bisa memberikan solusi atas bencana yang menimpa diri maupun keluarga kita, toh bencana tetap terjadi meskipun bibir kita mengucapkan sumpah serapah, mengeluh dan merintik. Jika sifat sudah mendarah daging dalam jiwa kita, maka kita akan menjadi pribadi yang tangguh, tidak mudah terombang-ambing oleh kehidupan dan selalu siap menerima setiap keadaan.
Semoga kita mampu menerapkan kesabaran yang tercermin dari jiwa yang taqwa atas dasar ketulusan dan ikhlas karna Allah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita tak perlu bersusah payah dengan hati yang dongkol untuk berteriak ketika ustadz memberikan tambahan pelajaran dan ngebut ma’nani, karena kita tahu bahwa kesabaran merupakan kunci untuk meraih cita-cita, keberuntungan, kesuksesan dunia dan akhirat. Semoga Sukses. (Mas R, disarikan dari ngaji minhajnya KH. Abdullah Faqih)

Monday, 18 February 2013

Kelebihan Sabar (1) – Tanyalah Ustaz 11.02.2013


Ustaz Mohd Elyas Ismail
Bacaan ayat 153-157, surah Al-Baqarah:
Alhamdulillah kita diberi peluang bertemu dalam majlis ilmu. Kalau Allah ingin beri kebaikan kepada kita, Allah akan fahamkan kita tentang agama. Kita akan diberi rasa seronok menghadiri majlis ilmu.
Sifat sabar itu senang diungkap, tapi amat payah dilaksanakan. Dalam ayat yang dibacakan tadi ada beberapa pengajaran yang boleh diambil:
  • untuk mohon pertolongan Allah, mesti sabar dan diiringi dengan solat
  • orang yang mati syahid itu hidup di sisi Allah
  • Allah akan uji dengan perasaan takut
  • Allah akan uji dengan perasaan lapar – Kata seorang ulama, untuk mengetahui peribadi seseorang, lihatlah perangainya ketika dia lapar.
  • Allah akan uji dengan kehilangan harta
  • Allah ajar untuk mengucapkan “Innalillahi wainna ila hiro ji'un” ketika menghadapi musibah.
  • Untuk mendapat hidayah, mesti mempunyai perasaan sabar.


Senarai soalan dan jawapan
S: Apakah yang dimaksudkan dengan sabar?
J: Allah mengajar bahawa untuk berjaya dalam hidup, kita perlu sabar. Nabi SAW mengajarkan bahawa, “Sabar itu umpama cahaya matahari”. Apa maksudnya? Matahari itu sifatnya panas, tetapi kepanasan itu dapat menyuburkan tanaman di muka bumi ini. Oleh itu, orang yang sabar, akan subur jiwanya. Sebaliknya, orang yang tak sabar, cepat masuk kubur :P. Apabila mendapat musibah, kita seolah-olah dalam kegelapan, oleh itu sifat sabar yang seperti matahari itu akan memberikan cahaya untuk membuatkan seseorang itu bertenang terlebih dahulu. Renungkan bagaimana sabarnya Allah dengan kita. Walaupun kita buat berbagai-bagai maksiat, Allah masih beri nikmat dan rezeki pada kita. Orang yang bersabar, Allah janjikan banyak ganjaran di sisi-Nya. Kita perlu malu dengan cicak. Kalau diikutkan, cicak ada banyak sebab untuk merungut pada Allah tapi cicak tak buat begitu. Cicak tak boleh terbang, tapi makanannya semuanya haiwan yang boleh terbang. Tapi cicak gunakan lidahnya yang panjang untuk mencari makanan.
S: Kadang-kadang saya tidak mampu menahan sabar. Mohon tip dan panduan?
J: Dalam majlis ilmu – ada 3 muka yang orang suka tengok – muka penceramah, muka pintu dan muka jam ;P. Boleh amalkan tip berikut: 
  • Bersifat sabar dan memaafkan – 'Let go and let God' yakni maafkan dan serahkan pada Allah. Sebelum tidur malam, pegang tangan dan maafkan pasangan kita, dan maafkan juga orang yang tak sehaluan dengan kita. Sentuhan antara pasangan sudah boleh memberi kesan positif. Suami mulakan dahulu dan tanya isteri, “Agak-agak berapa markah abang dapat hari ini?”. Terima dengan sabar apa penilaian isteri. Kemudian tanya isteri apa yang perlu diperbaiki untuk mendapat markah penuh.
  • Ingatlah pesan Imam Ghazali yang mengatakan bahawa marah ialah pintu keburukan. Ramai orang yang buat perkara yang tidak baik kerana 'tidak sedar' ketika marah.

S: Apakah maksud, “Berpesan-pesan atas kesabaran”?
J: Dalam ayat 55, surah Az-Zariyaat yang bermaksud – Hanya orang yang beriman mudah menerima nasihat. Orang yang beriman sentiasa bersedia menerima ujian daripada Allah dan mempunyai kekuatan untuk bersabar. Perhatikan kisah keluarga Sumayyah yang disiksa teruk setelah memeluk Islam. Rasulullah SAW berpesan kepada mereka agar teruskan bersabar kerana syurga sedang menanti mereka. Kisah Bilal bin Rabah pun serupa juga – dihempap dengan batu di bawah terik matahari tapi masih kuat keimanan dan kesabarannya. Begitu juga dengan kisah Mashitah, tukang sikat rambut keluarga Firaun. Ketika melatah, Mashitah menyebut “Allah” dan inilah yang perlu kita contohi.
S: Apakah kelebihan kalau sentiasa bersabar?
J: Sabar ialah senjata dan kekuatan orang mukmin. Ada pepatah mengatakan yang “Dunia merupakan negara bala dan ujian”. Ada 4 kelebihan:
  • Hatinya tenang – tidurnya lena, tak tergopoh-gapah. Selagi tak dimaafkan, masalah itu akan menghantui kita.
  • Akan selalu mendapat hidayah daripada Allah
  • Merasa nikmat tenang dalam beribadat
  • Dapat mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala

S: Adakah sifat sabar cuma perlu ketika susah sahaja?
J: Tidak, ada 3 keadaan perlu bersabar:
  • Dalam mentaati perintah Allah.
  • Dalam meninggalkan larangan Allah – kadang-kadang lebih sukar nak tinggalkan perkara maksiat berbanding buat baik. Contohnya, nak pergi majlis ilmu mudah, tapi nak tinggalkan 'gosip' sangat sukar. Oleh sebab itu, bila ada orang nak ceritakan sesuatu cerita yang sensasi, katakan kita tak mahu tahu. Amalkan kaedah ini untuk tahan marah - tarik nafas 2 saat, tahan 3 saat dan lepaskan ikut mulut 4 saat. Bila lepaskan nafas itu, sebutkan “Allah”. Dalam kajian, didapati kalimah Allah amat baik untuk membantu menenangkan hati. Cuba amalkan.

S: Bagaimana untuk mendidik hati agar kita mudah bersabar?
J: Ada 3 kaedah iaitu:
  • Hubungkan silaturrahim dengan orang yang ingin memutuskankannya. Orang yang paling baik ialah orang yang mula-mula memberi kemaafan
  • Berilah kebaikan pada orang walaupun orang tak beri kebaikan pada kita.
  • Maafkan orang yang menzalimi kita.
7 KELEBIHAN ORANG YANG MEMILIKI SIFAT SABAR Sebagaimana Sabda Nabi S.A.W. yang bermaksud: “…dan sesiapa yang bersabar, maka Allah akan mejadikan dirinya penyabar, dan tiada pemberian yang Allah berikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas manfaatnya daripada kesabaran.” Riwayat Bukhari & Muslim Pengajaran: 1. Sabar adalah sifat mulia (mahmudah) yang mesti dimiliki oleh setiap umat islam 2. Untuk memiliki sifat sabar, perlulah mempunyai latihan yang berterusan. 3. Orang yang berusaha melatih dirinya bersabar dan terus bersabar adalah orang yang dikasihi serta dekat dengan Allah SWT. Allah memandangnya dengan pandangan rahmat. 4. Orang yang bayak bersabar dalam membentuk dirinya untuk menjadi seorang penyabar (as-sobirrun), tidak akan disia-siakan Allah. Akhirnya, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai hamba yang penyabar. 5. Apabila seseorang memiliki sifat sabar, maka ia telah memiliki kebaikan dan keuntungan yang banyak. 6. Apabila seseorang dianugerahkan sifat sabar, maka ketahuilah bahawa Allah Taala mahu memberikan kepadanya manfaat yang besar lagi luas, berpanjangan dari dunia hingga ke akhirat. 7. Antara keutamaan sifat sabar ialah: · >> Masuk syurga tanpa hisab (perhitungan) · >> Diampunkan dosa-dosa yang lalu · >> Memiliki iman sejati Posted by kopiahijau at 6:37 PM

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ